bab 3 evaluasi sistem informasi akuntansi …thesis.binus.ac.id/doc/bab3/2009-1-00021-aksi bab...

33
BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBERIAN KREDIT BPR CINERE ARTHA RAYA 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah berdirinya BPR secara umum BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan usahanya tidak memberikan jasa dalam lalu–lintas pembayaran. Sejarah Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia dimulai pada abad ke–19 pada masa kolonial Belanda dengan berdirinya Bank Kredit Rakyat dan Lumbung Desa yang dibangun dengan tujuan membantu para petani, pegawai dan buruh untuk melepaskan diri dari lintah darat yang membebani dengan bunga tinggi. Dengan meningkatnya kebutuhan akan uang untuk memenuhi kebutuhan barang–barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri serta untuk perluasan usaha selain di bidang pertanian didirikan Bank Desa pertama pada tahun 1905, sehingga pada tahun–tahun pemerintahan kolonial Belanda, BPR dikenal dalam masyarakat dengan istilah Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa. Berdasarkan Staatsblad 1929 No. 137, didirikan pula badan yang menangani kredit di pedesaan, yaitu Badan Kredit Desa (BKD) yang hanya terdapat di pulau Jawa dan Bali. Sementara itu, untuk pengawasan dan pembinaan, pemerintah kolonial Belanda membentuk Kas Pusat dan Dinas Perkreditan Rakyat pada 1912. Mengingat kesatuan dan keseragaman dalam pembinaan bank diperlukan, maka pada 1927 Dinas Perkreditan Rakyat dilebur ke satu instansi, yaitu Instansi Kas Pusat.

Upload: ngodieu

Post on 10-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

BAB 3

EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBERIAN KREDIT

BPR CINERE ARTHA RAYA

3.1 Gambaran Umum Perusahaan

3.1.1 Sejarah berdirinya BPR secara umum

BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan

atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan usahanya tidak memberikan jasa

dalam lalu–lintas pembayaran. Sejarah Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia dimulai

pada abad ke–19 pada masa kolonial Belanda dengan berdirinya Bank Kredit Rakyat

dan Lumbung Desa yang dibangun dengan tujuan membantu para petani, pegawai dan

buruh untuk melepaskan diri dari lintah darat yang membebani dengan bunga tinggi.

Dengan meningkatnya kebutuhan akan uang untuk memenuhi kebutuhan barang–barang

yang tidak dapat dihasilkan sendiri serta untuk perluasan usaha selain di bidang

pertanian didirikan Bank Desa pertama pada tahun 1905, sehingga pada tahun–tahun

pemerintahan kolonial Belanda, BPR dikenal dalam masyarakat dengan istilah

Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa.

Berdasarkan Staatsblad 1929 No. 137, didirikan pula badan yang menangani

kredit di pedesaan, yaitu Badan Kredit Desa (BKD) yang hanya terdapat di pulau Jawa

dan Bali. Sementara itu, untuk pengawasan dan pembinaan, pemerintah kolonial

Belanda membentuk Kas Pusat dan Dinas Perkreditan Rakyat pada 1912. Mengingat

kesatuan dan keseragaman dalam pembinaan bank diperlukan, maka pada 1927 Dinas

Perkreditan Rakyat dilebur ke satu instansi, yaitu Instansi Kas Pusat.

Page 2: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

68

Setelah perang kemerdekaan, pemerintah mendorong pendirian bank–bank

pasar, yang terutama sangat dikenal karena didirikan di lingkungan pasar dan bertujuan

untuk memberikan pelayanan jasa keuangan kepada para pedagang pasar. Bank–bank

pasar tersebut kemudian berdasarkan Pakto 1988 dikukuhkan menjadi BPR.

Bank–bank yang didirikan pada tahun 1950–1970 didaftarkan sebagai Perseroan

Terbatas (PT), CV, Koperasi, Maskapai Andil Indonesia (MAI), Yayasan, dan

perkumpulan. Pada masa tersebut, berdiri beberapa lembaga keuangan yang dibentuk

oleh Pemerintah Daerah seperti Bank Karya Produksi Desa (BKPD) di Jawa Barat,

Bank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

Jawa Timur, Lumbung Pitih Nagari (LPN) di Sumatera Barat dan Lembaga Perkreditan

Desa (LPD) di Bali.

Kemudian pada Oktober 1988 pemerintah mengeluarkan kebijakan deregulasi

perbankan, yang dikenal sebagai Pakto 1988 yang antara lain memberi kemudahan bagi

pendirian BPR. Sejak itu BPR di Indonesia tumbuh dengan subur. Sebagai kelanjutan

Pakto 1988, pemerintah mengeluarkan beberapa paket ketentuan sebelumnya. Sejalan

dengan itu, Pemerintah menyempurnakan Undang–Undang No. 14 Tahun 1967 tentang

pokok–pokok Perbankan dengan mengeluarkan Undang–Undang No. 7 Tahun 1992

tentang Perbankan yang selanjutnya diubah dengan Undang–Undang No. 10 Tahun

1998. Dalam Undang–Undang ini secara tegas dikemukakan bahwa jenis bank di

Indonesia, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

3.1.2 Sejarah berdirinya BPR Cinere Artha Raya

BPR Cinere Artha Raya didirikan tahun 1989 dengan Akta Notaris Sri Rahayu

No. 26 tanggal 11 Oktober 1989 dan dalam Tambahan Berita Negara Republik

Page 3: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

69

Indonesia No. 13 tanggal 13 Februari 1990. BPR Cinere Artha Raya beralamat di Jl.

Cinere Artha Raya Blok NC 20.

Secara berturut–turut dalam perkembangannya yang telah mengalami pergantian

pejabat yang mengendalikan operasional BPR yaitu sebagai berikut:

1. Drs. Mamoso Mardjoko, M.Ak. 1990-1993

2. Drs. Purnomo Sidi 1993-1994

3. Drs. Nooryudono 1994-Non aktif

(di tahun 1994 sebentar, dan aktif di Wijoyo Centre-Boediharjo)

4. Oerip B. Prasetyo, MBA 1994-1996

5. Drs. Agus Suwito, SH. 1996-1998

6. Deddy Sunyoto, SH. 1998-1999

7. Drs. Djamhur Bahri 1999-2002

8. Ir. Ineke Inna Ambararum 2003-sekarang

Manajemen baru telah mengakuisisi sejak tanggal 20 Mei 2003 dari manajemen

lama ke manajemen baru sesuai Akta Notaris No. 08 tanggal 20 Mei 2003, dengan

susunan pengurus sebagai berikut:

Komisaris Utama : Djonny Wiguna SE., FLMI.,ChFC.,CLU.

Komisaris : Ir. Hasanullah, MBA.,MM.

Direktur Utama : Ir. Ineke Inna Ambararum, LUTCF.,CPBC.,FSS.,CRBD.

Direktur s/d 2005 : Djamhur Bahri

Direktur s/d 2006 : Toto Exspedianto / Pj.S. (GM)-Winata

Direktur 2006 s/d April 2007 : -

Direktur Mei 2007 s/d

sekarang :

M. Yamin A., CRBD.

(Sesuai surat Bank Indonesia No. 9/905/DPBPR/PLBPR

tanggal 23 Juli 2007)

Page 4: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

70

Saat ini BPR Cinere Artha Raya menghasilkan produk perbankan yaitu:

1. Kredit

2. Tabungan

3. Deposito

Di antara produk-produk tersebut, kredit memiliki proporsional yang paling besar yaitu

sekitar 80%, sedangkan proporsi tabungan dan deposito masing-masing sekitar 10%.

Batas minimum pemberian kredit yang dapat disalurkan oleh BPR Cinere Artha Raya

sebesar Rp. 1.000.000,00 sedangkan batas maksimum pemberian kredit yang dapat

diberikan perusahaan sebesar Rp. 50.000.000,00.

3.1.3 Visi dan Misi BPR Cinere Artha Raya

Dalam menjalankan peranannya BPR Cinere Artha Raya mempunyai visi dan misi.

a. Visi

Terwujudnya BPR yang sehat, kuat, produktif, dan dipercaya untuk melayani

UMKM dan masyarakat, khususnya di pedesaan guna mendukung perekonomian

daerah.

b. Misi

Terciptanya kondisi yang kondusif dalam mendorong peningkatan kinerja dan

pelayanan BPR kepada UMKM dan masyarakat setempat, terutama di wilayah

pedesaan.

Page 5: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

71

3.1.4 Struktur organisasi

Gambar 3.1 berikut merupakan struktur organisasi BPR Cinere Artha Raya.

Gambar 3.1 Struktur Organisasi BPR Cinere Artha Raya (Sumber: Keterangan Direktur BPR Cinere Artha Raya, Tahun 2007)

Tugas dan wewenang BPR Cinere Artha Raya tercermin dalam tiga bagian

seperti terlihat pada Gambar 3.1, tugas pokok dan fungsi dari masing-masing bagian

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Direktur Utama

Wewenang :

a. Menjadi anggota komite kredit.

Page 6: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

72

b. Mengangkat, mempromosikan dan memberhentikan pegawai yang berada di

bawah wewenangnya.

c. Memeriksa, menilai, membina, dan memantau hasil kerja pegawai perusahaan.

Tugas :

a. Memimpin, mengatur, mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan operasional

perusahaan secara keseluruhan.

b. Memimpin dan bertanggung jawab atas harta kekayaan Bank yang berada di

bawah wewenang dan tanggung jawabnya.

c. Memelihara disiplin kerja, motivasi kerja dan moral pegawai.

d. Membuat tujuan jangka panjang dan jangka pendek.

e. Merumuskan kebijakan dan strategi bisnis perusahaan.

f. Mengambil keputusan untuk mengembangkan perusahaan menjadi lebih baik.

2) Direktur

Wewenang :

a. Menjadi anggota komite kredit.

b. Bekerja sama dengan Direktur Utama untuk menentukan peraturan dan

kebijakan perusahaan.

c. Dapat mewakili Direktur Utama dalam pengambilan keputusan pada kondisi

tertentu.

d. Mengangkat, mempromosikan dan memberhentikan pegawai yang berada di

bawah wewenangnya.

e. Memeriksa, menilai, membina, dan memantau hasil kerja pegawai perusahaan.

Page 7: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

73

Tugas :

a. Mengawasi dan mengurus penggunaan aset perusahaan dan kegiatan

operasional perusahaan.

b. Memimpin dan bertanggung jawab atas harta kekayaan Bank yang berada di

bawah wewenang dan tanggung jawabnya.

c. Memelihara disiplin kerja, motivasi kerja dan moral pegawai.

d. Merumuskan kebijakan dan strategi bisnis perusahaan bersama dengan Direktur

Utama.

e. Mengambil keputusan untuk mengembangkan perusahaan menjadi lebih baik.

3) Kepala Bagian Marketing

Wewenang :

a. Melakukan analisa ekonomis atas proposal–proposal yang diajukan dan

memberikan penilaian kelayakan terhadap proposal kredit yang ada.

b. Melakukan pembinaan dan pengawasan atas nasabah–nasabah/debitur kredit.

c. Menolak melanjutkan proses permohonan kredit apabila terdapat indikasi yang

tidak layak dan tidak memenuhi prosedur kredit yang ada.

d. Memberikan teguran lisan dan/atau tertulis kepada bawahan serta mengusulkan

sanksi sesuai peraturan perusahaan kepada Direksi.

Tugas :

a. Memeriksa, menilai, membina dan memantau kredit yang diberikan.

b. Mengembangkan usaha pendanaan kredit dengan mencari, menarik, dan

mempertahankan nasabah dengan membina hubungan baik dengan

pejabat/masyarakat setempat.

Page 8: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

74

c. Memeriksa dan menandatangani surat-surat dan laporan yang dikeluarkan dari

unit kerjanya sesuai dengan kebijaksanaan, sistem dan prosedur yang telah

ditetapkan.

d. Mengusulkan kepada Direksi mengenai perbaikan sistem dan prosedur

operasional serta pengembangan produk-produk BPR.

e. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan staf yang dibawahinya.

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direksi.

4) Kepala Bagian Kredit

Wewenang :

a. Melaksanakan review (penelitian) atas setiap kredit yang telah diberikan.

b. Menilai atas hasil-hasil yang telah dicapai oleh unit kerjanya.

c. Memberikan usulan kepada Direksi untuk memberikan suku bunga khusus

(special rate) kepada nasabah yang potensial.

d. Memberikan teguran lisan dan atau tertulis kepada bawahan serta mengusulkan

sanksi sesuai peraturan perusahaan kepada Direksi.

Tugas :

a. Meneliti kelengkapan persyaratan permohonan kredit nasabah sesuai dengan

prosedur dan ketentuan yang berlaku.

b. Memeriksa dan menandatangani surat-surat dan laporan yang dikeluarkan dari

unit kerjanya sesuai dengan kebijaksanaan, sistem dan prosedur yang telah

ditetapkan.

c. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan staf yang dibawahinya.

d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direksi.

Page 9: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

75

5) Kepala Bagian Administrasi

Wewenang :

a. Mengawasi administrasi, monitoring dan pembuatan laporan–laporan serta

memelihara kelengkapan master credit file dan dokumentasi.

b. Mengawasi setiap pelaksanaan fasilitas bank yang diberikan sebelum dilakukan

instruksi operasionalnya maupun penurunan ataupun penyelesaian.

c. Memberikan teguran lisan dan/atau tertulis kepada bawahan serta mengusulkan

sanksi sesuai peraturan perusahaan kepada Direksi.

Tugas :

a. Mengawasi pengadministrasian kegiatan komersil.

b. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan staf yang dibawahinya.

c. Mengawasi pengelolaan dan penyerahan atau penarikan surat–surat/barang

jaminan.

d. Mengawasi pelaksanaan atas asuransi barang jaminan.

e. Mengawasi permohonan dan penarikan dana likuiditas ke Bank Indonesia untuk

fasilitas program kredit.

f. Mengawasi pelaksanaan memo dropping/penurunan ataupun penyelesaian

fasilitas bank yang diberikan.

g. Mengawasi pengisian atas kelengkapan master file.

h. Mengawasi pemindahan/pemasukan data–data instruksi bidang komersil ke

dalam monitoring bila diperlukan.

i. Mengawasi pengasuransian kredit dan penagihan premi ke Bank Indonesia.

Page 10: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

76

j. Mengawasi/monitoring kegiatan komersil dan melaporkan hasil monitoring

tersebut secara internal/eksternal, sepanjang hal tersebut diperlukan untuk:

1) Monitoring likuiditas program kredit.

2) Membuat surat tuntutan ganti rugi.

3) Rencana pembuatan kolektibilitas.

k. Melakukan tugas–tugas lain yang diberikan Direksi.

3.2 Evaluasi atas Sistem Informasi Akuntansi Pemberian Kredit yang berjalan

Evaluasi yang dilakukan penulis terhadap sistem informasi akuntansi pemberian

kredit yang berjalan di BPR Cinere Artha Raya didasarkan pada prosedur pemberian

kredit pada BPR tersebut.

3.2.1 Prosedur Kredit BPR Cinere Artha Raya

Gambar 3.2 berikut merupakan activity diagram dari prosedur pemberian kredit

BPR Cinere Artha Raya.

Page 11: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

77

cd System

Penerimaan PermohonanKredit

Penelitian berkas daninvestigasi

Permohonan InformasiNasabah ke Bank

Indonesia

Analis is PermohonanKredit

P emutusan PermohonanKredit

Pengikatan

P engikatan Perjanjian

Kredit

Pengikatan Agunan

Asuransi Agunan

Pencairan Kredit

Dokumentasi Kredit

Penegasan Konfirmasi

Kredit

Penegasan Konfirmasi

Kredit

M arketing K redi t AdministrasiAkuntansi

[tolak]

[setu ju ]

Gambar 3.2 Activity diagram prosedur pemberian kredit BPR Cinere Artha Raya

(Sumber: Keterangan Direktur BPR Cinere Artha Raya, Tahun 2007)

3.2.2 Kebijakan Umum Perkreditan

Kebijakan umum perkreditan memuat penjabaran atas kebijaksanaan yang telah

digariskan dalam pelaksanaan perkreditan di lingkungan Bank Perkreditan Rakyat. Pada

Page 12: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

78

dasarnya kebijakan umum manajemen ini dapat dikelompokkan dalam lima bidang,

yaitu :

1. Segmentasi

2. Pendanaan (Funding)

3. Pricing and Profitability

4. Credit committee

3.2.2.1 Segmentasi

Kebijakan dan peraturan dalam segmentasi, yaitu:

1. Peraturan ini mengatur tentang hal–hal yang berkaitan dengan segmentasi pasar

dalam kegiatan perkreditan di lingkungan Bank Perkreditan Rakyat.

2. Segmentasi dimaksudkan untuk memberikan batasan mengenai bidang–bidang,

sektor–sektor tertentu yang akan dibiayai oleh Bank Perkreditan Rakyat, dengan

tujuan agar penanganan setiap account atau setiap sektor/bidang usaha dapat lebih

efisien.

3. Penentuan segmentasi ini didasarkan pada kondisi Bank Perkreditan Rakyat, baik

yang menyangkut financial/funding, maupun kapasitas dan kualitas sarana SDM

yang ada.

4. Selain butir di atas, penentuan segmentasi juga didasarkan atas evaluasi atau

penelitian mengenai berbagai bidang dan sektor–sektor usaha yang mempunyai

kondisi dan potensi untuk dikembangkan, baik secara langsung maupun tidak

langsung yang mendukung perkembangan usaha.

Page 13: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

79

5. Dengan pelaksanaan segmentasi tersebut, maka dapat diharapkan agar usaha

marketing Bank Perkreditan Rakyat dapat lebih terarah, sehingga tidak saja

penguasaan terhadap market lebih meningkat, namun juga diharapkan terjadi:

a. Peningkatan kualitas portofolio.

b. Efisiensi dalam proses dan supervisi dari para pembina kredit, serta kepekaan

atas setiap perubahan yang terjadi, khususnya yang akan berpengaruh kepada

sektor usahanya.

6. Berdasarkan butir tiga sampai lima di atas, maka penggolongan kelompok nasabah

Bank Perkreditan Rakyat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Sektor perorangan.

b. Sektor program khusus pemerintah.

c. Sektor pengusaha kecil.

7. Sektor perorangan adalah kelompok yang menangani account (borrowing maupun

non–borrowing) perorangan. Produk atau package yang termasuk dalam kelompok

ini, misalnya adalah kredit, personal loan, car loan.

8. Sektor program khusus pemerintah adalah kelompok yang menangani nasabah–

nasabah yang menikmati produk/fasilitas yang telah menjadi kebijaksanaan dan

program pemerintah.

9. Sektor pengusaha kecil adalah kelompok yang menangani account (borrowing

maupun non–borrowing) nasabah pengusaha kecil sebagaimana diatur dalam small

business loan.

Page 14: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

80

10. Pengorganisasian kegiatan pelaksanaan perkreditan Bank Perkreditan Rakyat harus

mengikuti pola pengelompokan seperti butir 6 di atas walaupun dalam skala yang

berbeda.

11. Kecuali atas organisasi internal Bank Perkreditan Rakyat di atas, setiap sektor harus

pula melakukan kegiatan sektorisasi atas nasabah yang telah ada dan yang akan

ditangani. Kegiatan sektorisasi ini dilakukan dengan melalui tahapan–tahapan

sebagai berikut:

a. Penetapan sasaran strategis tiap sektor.

b. Penetapan target pasar.

c. Penetapan kriteria target pasar yang menyangkut profil pelanggan/pasar dan

profil produk.

Langkah sektorisasi setiap sektor ini harus tercermin dalam anggaran dan program

kerja masing-masing sektor/cabang setiap tahun berjalan.

12. Penetapan sasaran strategis adalah penetapan sasaran jangka panjang yang secara

kualitatif hendak dicapai oleh sektor tersebut.

13. Target pasar adalah sektor pasar atau sektor usaha yang telah dan akan dibiayai

untuk periode mendatang. Target pasar ini harus spesifik dan dipertajam dengan

kriteria target pasar yang ketat.

14. Kriteria target pasar adalah batasan–batasan yang ditetapkan untuk menyaring

pelanggan agar tujuan segmentasi, yaitu efisiensi dan optimalisasi, dapat tercapai

dalam arti bahwa Bank benar–benar melayani dan membiayai nasabah–nasabah

yang memang dikehendaki.

Page 15: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

81

15. Penentuan target pasar pada hakekatnya merupakan usaha mencapai sasaran yang

akan direalisasi. Oleh karena itu, perumusan dan penetapan target pasar dengan

kriteria tertentu merupakan suatu langkah yang sangat penting sebagai titik tolak

dalam melakukan kegiatan pasarnya. Sehingga konsentrasi serta penanganan

perkreditan maupun operasional benar–benar dapat menunjang terciptanya kondisi

yang sepenuhnya di bawah kontrol.

3.2.2.2 Pendanaan (Funding)

Kebijakan dan peraturan dalam pendanaan, yaitu:

1. Peraturan ini merupakan penjabaran kebijaksanaan BPR dalam hubungannya

dengan pendanaan/funding dalam pelaksanaan perkreditan di lingkungan BPR.

2. Di dalam melaksanakan kegiatan perkreditan, khususnya dalam mempertimbangkan

permohonan kredit baru hendaknya setiap pembina kredit harus senantiasa

mempertimbangkan pula penyediaan dana untuk pembiayaan/pemberian pinjaman

tersebut.

3. Mengingat bahwa penghimpunan dana secara relatif mengandung unsur biaya,

hendaknya setiap staf perkreditan senantiasa menggalakkan low cost fund seperti

tabungan dan sebagainya, sedangkan untuk dana yang relatif mahal, misalnya

deposito atau PYT (pinjaman yang diterima) hendaknya dihimpun dengan

memperhatikan segi profitability.

4. Seperti cara penghimpunan dana tersebut di atas, hendaknya staf perkreditan

memberikan perhatian kepada jenis–jenis fasilitas yang memungkinkan dapat

diperolehnya pembiayaan dari pihak lainnya, seperti KUK dari Bank umum.

Page 16: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

82

5. Usaha penghimpunan dana harus dikerahkan secara terus–menerus sehingga dapat

dicapai kualitas sumber dana yang stabil dalam kuantum yang meningkat.

3.2.2.3 Pricing and profitability

Kebijakan dan peraturan dalam pricing and profitability adalah sebagai berikut:

1. Peraturan ini mengatur tentang hal–hal yang berkaitan dengan penetapan pricing

dalam kegiatan Bank Perkreditan Rakyat.

2. Penetapan tingkat bunga didasarkan atas pricing dalam hal ini terdiri dari satu

klasifikasi yaitu interest rates. Selain itu, penetapan tingkat bunga didasarkan atas

tiga faktor, yaitu:

a. Market rates, yaitu tingkat interest rates yang pada umumnya ditawarkan oleh

bank–bank.

b. Structure cost of funds, yaitu actual cost yang ada sesuai dengan structure of

resources BPR.

c. Kebutuhan dana–dana dengan memperhatikan kebijaksanaan manajemen

mengenai konsistensi pertumbuhan aktivitas bank dan pertimbangan

profitability rate.

d. Account profitability rate, yaitu penilaian terhadap hubungan bisnis antara

pelanggan dengan bank atau apakah pelanggan tersebut dapat digolongkan

sebagai prime customers. Dengan demikian penelitian tidak semata–mata dilihat

dari segi bidang treasury, tetapi lebih dititikberatkan kepada penilaian secara

‘total package’.

Page 17: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

83

3.2.2.4 Credit committee

Kebijakan dan peraturan dalam credit committee adalah sebagai berikut:

1. Credit committee, yaitu suatu tim yang berwenang untuk mengevaluasi serta

memutuskan suatu rekomendasi fasilitas kredit yang akan diberikan kepada nasabah,

kecuali fasilitas kredit yang pemberian persetujuannya diatur secara tersendiri di

dalam prosedur kredit.

2. Setiap perubahan syarat–syarat fasilitas kredit yang telah disetujui oleh credit

committee sebelumnya, seperti penambahan prinsipal kredit, perpanjangan jangka

waktu, perubahan dan atau penggantian jaminan, dan sebagainya harus mendapat

persetujuan dari credit committee.

3. Direktur Utama dan Direktur secara otomatis merupakan anggota credit committee.

4. Setiap keputusan credit committee harus diambil dalam suatu rapat yang dikoordinir

oleh sekretaris credit committee. Bila perlu sekretaris credit committee dapat

membantu dengan memberikan informasi–informasi yang berguna sebagai bahan

pertimbangan credit committee dalam mengambil keputusan kredit tapi tidak

mempunyai hak suara.

5. Batasan wewenang credit committee atas fasilitas kredit yang dapat disetujui untuk

setiap nasabah dapat diatur sebagai berikut. Contoh :

Pinjaman yang diberikan (PYD), ketentuannya adalah sebagai berikut:

a. Sampai dengan Rp 25 Juta harus disetujui Direktur.

b. Di atas Rp 25 Juta harus disetujui oleh credit committee, Direksi dan salah satu

komisaris yang ditunjuk.

Page 18: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

84

6. Anggota credit committee tidak dibenarkan memberikan suatu persetujuannya atas

suatu proposal, dimana anggota tersebut adalah salah satu pengurus atau mempunyai

kepentingan, baik langsung maupun tidak langsung atas orang atau perusahaan yang

mengajukan kredit tersebut.

7. Anggota credit committee yang mengajukan proposal kredit tidak dibenarkan

memberikan hak suara di dalam memutuskan proposal kredit tersebut.

3.2.3 Fasilitas Standar Kredit

Kebijakan ini mengatur tentang jenis–jenis fasilitas standar yang berlaku di

lingkungan BPR. Tujuan peraturan ini adalah agar didapat keseragaman peristilahan

dan pendapat di antara aparat perkreditan maupun bagian–bagian lainnya yang

berhubungan dengan kegiatan perkreditan.

Jenis–jenis fasilitas standar yang berlaku adalah sebagai berikut:

1. Pinjaman rekening tabungan/simpanan.

2. Pinjaman reguler.

3. Pinjaman installment.

3.2.3.1 Pinjaman Rekening Tabungan/Simpanan

Kebijakan dan peraturan dalam Pinjaman rekening tabungan/simpanan adalah:

1. Pinjaman rekening tabungan/simpanan adalah fasilitas yang diberikan dalam rangka

pembiayaan modal kerja yang menyediakan dana kredit secara penuh dalam

rekening nasabah yang bersangkutan dengan menggunakan mekanisme

kwitansi/media penarikan tabungan atau surat perintah bayar lainnya, sampai pada

plafond yang ditetapkan oleh BPR.

Page 19: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

85

2. Debt Instrument (bukti hutang) dalam fasilitas ini adalah surat Aksep (Promissory

Note) untuk jumlah keseluruhan.

3. Perhitungan bunga dengan sistem Simple Interest atas jumlah fasilitas yang

digunakan (Baki Debet).

4. Bentuk fasilitas ini hanya dapat digunakan untuk pembiayaan modal kerja dengan

tingkat mutasi rekening yang tinggi.

5. Pengikatan kredit harus secara notariil.

3.2.3.2 Pinjaman Reguler

Kebijakan dan peraturan dalam pinjaman reguler ini adalah:

1. Pinjaman reguler adalah fasilitas yang diberikan dalam rangka pembiayaan modal

kerja, yang plafond kredit (credit line) disediakan secara penuh dengan cara

penarikan secara bertahap ataupun sekaligus dengan menggunakan promissory note

(pronote) sebagai media penarikan dan sekaligus juga merupakan debt instrument

(bukti hutang).

2. Di dalam pengajuan proposal kredit reguler, minimum penarikan per pronote harus

ditentukan jumlahnya. Pembayaran kembali atas pronote tersebut, baik sebelum atau

pada saat jatuh tempo harus sesuai dengan jumlah pronote yang ditarik semula.

Pembayaran kembali sebagian dari jumlah nominal pronote sebelum jatuh tempo

tidak diperkenankan, kecuali atas persetujuan Direksi BPR.

3. Perhitungan bunga pronote didasarkan atas Base Lending Rate (BLR) plus spread.

Dasar BLR yang berlaku adalah pada saat pronote ditarik sampai dengan jatuh

tempo pronote tersebut.

Page 20: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

86

4. Pronote yang diserahkan kembali sebelum jangka waktunya, perhitungan bunganya

dihitung minimal satu bulan berjalan.

5. Pengikatan kredit harus dilakukan secara notariil.

3.2.3.3 Pinjaman Installment

Kebijakan dan peraturan pinjaman installment adalah:

1. Peraturan ini mengatur tentang ketentuan–ketentuan yang harus dilaksanakan atas

pinjaman installment.

2. Dana pinjaman disediakan secara penuh dengan cara penarikan sekaligus atau

bertahap, dengan menggunakan surat Aksep untuk jumlah maksimum (keseluruhan)

fasilitas kredit.

3. Jangka waktu pinjaman, cara pelunasan dan besarnya angsuran (pokok dan bunga)

ditentukan berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan/dijanjikan sebelumnya, atas

dasar itu bank secara otomatis menurunkan ‘plafond’ fasilitas kredit tersebut secara

bertahap sampai dengan pelunasannya. Dalam hal ini Administrasi Kredit secara

otomatis (pada setiap periode) membukukan pemberian fasilitas kredit ini

berdasarkan jumlah angsuran yang telah diberikan oleh account officer tanpa harus

menanyakan/mendapat instruksi dari account officer yang bersangkutan.

4. Sebagai tanda penerimaan dana pinjaman oleh nasabah digunakan formulir tanda

terima uang oleh nasabah.

5. Untuk jangka waktu pinjaman yang melebihi 1 tahun, fasilitas ini harus di set dalam

periode–periode yang berjangka waktu maksimum 1 tahun.

6. Pengikatan kredit harus secara notariil.

Page 21: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

87

3.2.4 Paket Kredit

Kebijakan ini mengatur hal–hal yang berhubungan dengan paket–paket yang

berlaku di BPR. Yang dimaksud dengan paket kredit adalah program perkreditan yang

ditujukan untuk mempercepat proses pelayanan pemberian fasilitas kredit dengan

penyederhanaan prosedur tanpa menambah resiko bank. Paket kredit juga dibuat

sebagai suatu program perkreditan untuk melayani suatu segmen tertentu dan program

marketing lainnya.

Paket kredit dalam BPR Cinere Artha Raya terdiri dari :

1. Profesional loan.

2. Personal loan.

3. Car loan.

3.2.4.1 Profesional Loan

Kebijakan dan peraturan dalam profesional loan adalah sebagai berikut:

1. Profesional loan adalah bentuk fasilitas kredit yang diberikan kepada calon

debitur/nasabah yang mempunyai profesi sebagai berikut:

a. Dokter umum/spesialis

b. Dokter gigi

c. Insiyur

d. Pengacara

e. Notaris

f. Akuntan

2. Kegiatan (profesi) calon debitur harus dapat didukung dengan legalitas usaha yang

sah yang dapat dipertanggungjwabkan kebenarannya.

Page 22: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

88

3. Permohonan yang diajukan oleh calon debitur tersebut terlebih dahulu harus

mendapat persetujuan ataupun rekomendasi dari organisasi profesinya.

4. Untuk profesional loan yang bersifat installment berlaku ketentuan–ketentuan umum

dalam peraturan pinjaman installment.

5. Perhitungan bunga dilakukan dengan sistem ‘sliding’ atas sisa fasilitas kredit yang

ada (outstanding) atau flat.

3.2.4.2 Personal Loan

Kebijakan dan peraturan dalam personal loan adalah:

1. Personal loan hanya dapat diberikan kepada calon nasabah perorangan tertentu atas

pertimbangan dari Direksi.

2. Perhitungan bunga dilakukan dengan sistem ‘sliding’ atas sisa kredit yang

outstanding atau flat.

3. Bagi personal loan yang bersifat installment berlaku ketentuan dalam peraturan

pinjaman installment.

3.2.4.3 Car Loan

Kebijakan dan peraturan dalam car loan adalah:

1. Peraturan ini mengatur tata cara pemberian kredit untuk pembelian kendaraan

bermotor serta ketentuan yang harus dikenakan oleh bank, baik kepada calon debitur

maupun kepada dealer yang telah ditunjuk untuk menyalurkan kendaraan bermotor

kepada pembeli yang memperoleh fasilitas kredit untuk itu.

2. Fasilitas ini hanya dapat diberikan kepada calon debitur untuk pembelian kendaraan

bermotor dengan plafond maksimum 70% dari harga beli atau ditentukan lain oleh

Direksi BPR.

Page 23: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

89

3. Permohonan kredit hanya dapat dilayani apabila dilakukan dengan cara mengisi

formulir permohonan kendaraan bermotor yang telah disediakan oleh bank yang

dilengkapi dengan foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) serta surat referensi yang

medukung data yang dituangkan ke dalam formulir tersebut.

4. Berkas permohonan calon debitur hanya dapat diterima oleh bank setelah terlebih

dahulu mendapat rekomendasi dari dealer dengan cara membubuhkan tanda tangan

pada kolom yang tersedia pada formulir permohonan kredit kendaraan bermotor

yang dilengkapi dengan:

a. Copy faktur/invoice dari dealer.

b. Kwitansi kosong rangkap tiga ditandatangani oleh pembeli.

c. Surat pernyataan kesanggupan dealer untuk mengurus dan menyerahkan BPKB

kepada bank.

d. Foto copy bukti setoran down payment oleh pembeli.

5. Jaminan atas fasilitas ini sekurang–kurangnya adalah kendaraan yang dibeli.

6. Persetujuan kredit kendaraan bermotor sama dengan fasilitas kredit lainnya.

7. Pengikatan jaminan atas fasilitas kredit ini, baik yang berupa kendaraan yang dibeli

maupun jaminan tambahan lainnya harus dilakukan secara notariil.

Perhitungan bunga dilakukan dengan sistem add-on/sliding/flat dengan

angsuran bulanan dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan. Dalam hal ini, jika

debitur menyelesaikan pinjamannya dalam jangka waktu kurang dari tiga bulan, maka

bunga tetap dihitung untuk perhitungan tiga bulan (minimum interest).

Page 24: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

90

3.3 Gambaran Sistem Informasi Akuntansi Pemberian Kredit yang berjalan

Pada Gambar 3.3 berikut dapat dilihat tentang sistem informasi akuntansi

pemberian kredit yang berjalan dalam BPR Cinere Artha Raya.

Gambar 3.3 Rich Picture Sistem Informasi Akuntansi Pemberian Kredit berjalan

BPR Cinere Artha Raya

Page 25: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

91

Berikut merupakan gambaran dari Gambar 3.3 tersebut mengenai sistem

informasi akuntansi BPR Cinere Artha Raya yang sedang berjalan saat ini. Di awal

tahap prosedur pemberian kredit, nasabah akan mengajukan proposal permohonan

kredit kepada pihak BPR Cinere Artha Raya. Proposal permohonan kredit tersebut

diterima oleh staf bagian marketing, kemudian permohonan kredit tersebut diserahkan

kepada bagian kredit untuk dilakukan pencatatan.

Setelah menerima permohonan kredit dari bagian marketing, Kemudian staf

bagian kredit melakukan registrasi atas permohonan kredit tersebut dalam file

‘permohonan kredit’ dengan pemberian nomor urut serta tanggal penerimaan proposal

permohonan kredit ke dalam file tersebut. Selanjutnya staf kredit menyerahkan berkas

permohonan kredit yang sudah teregistrasi kepada kepala bagian kredit untuk dilakukan

analisis kredit. Analisis terhadap setiap permohonan kredit yang diterima akan

dilakukan oleh tim analis kredit BPR Cinere Artha Raya. Analisis pada tiap

permohonan kredit yang diterima akan dilakukan oleh tim analis kredit. Analisis

tersebut dilakukan dengan tujuan agar pihak BPR Cinere Artha Raya dapat memperoleh

informasi mengenai status nasabah dan kelayakan atas permohonan kreditnya tersebut.

Analisis tersebut dilakukan untuk meneliti tingkat kelayakan permohonan kredit

terhadap standar kriteria sebagaimana yang telah digariskan oleh Direksi BPR Cinere

Artha Raya dalam kebijakan umum perkreditan. Jika memenuhi persyaratan setelah

dilakukan analisis terhadap permohonan kredit tersebut, maka kepala bagian kredit akan

menunjuk pembina kredit yang akan menangani kredit tersebut. Namun jika

permohonan kredit yang dianalisis tidak memenuhi standar kriteria tetapi terdapat hal-

hal lain yang perlu dipertimbangkan, maka akan ditunjuk pembina kredit untuk

Page 26: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

92

membuat preeliminary review yang akan dilaporkan kepada anggota credit committee

untuk memperoleh tanggapan ataupun persetujuan kredit untuk diproses kemudian.

Selanjutnya jika permohonan kredit yang dianalisis tersebut sama sekali tidak

memenuhi persyaratan, staf kredit akan membuat surat penolakan permohonan kredit

sesuai dengan tata cara yang telah diatur dalam prosedur perkreditan.

Dalam melakukan analisisnya, pembina kredit yang ditunjuk untuk menangani

kredit harus mendapatkan data lengkap mengenai pemohon kredit sesuai dengan standar

data yang dipersyaratkan dalam formulir ‘surat permohonan kredit’ baik secara

langsung maupun pihak lain. Permintaan kelengkapan data dari nasabah harus

dilakukan secara tertulis melalui surat sebagaimana yang telah diatur dalam

korespondensi perkreditan. Kemudian menyerahkan data yuridis kepada bagian legal

officer sesuai dengan standar data yang diperlukan untuk penyusunan analisis yuridis,

dengan menggunakan formulir ‘permintaan analisis yuridis’. Setelah itu dilakukan

taksasi jaminan, bank checking, trade checking kepada credit investigator dengan

menggunakan formulir ‘permintaan informasi nasabah’. Berikutnya adalah membuat

analisis kredit atas permohonan kredit tersebut dan hasilnya dituangkan dalam credit

memorandum. Lalu yang terakhir, berkas credit memorandum dan berkas penunjang

lainnya diserahkan kepada bagian manajemen kredit selaku sekretaris credit committee.

Aktivitas yang dilakukan oleh manajemen kredit setelah menerima credit

memorandum adalah menentukan waktu penyidangan terhadap proposal permohonan

kredit yang mengajukan lebih dari Rp. 25.000.000,00 , sedangkan credit memorandum

yang nilai proposal permohonan kreditnya kurang dari Rp. 25.000.000,00 maka akan

langsung diserahkan kepada direktur untuk pemberian persetujuan permohonan kredit.

Page 27: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

93

Untuk credit memorandum yang permohonan kreditnya diatas Rp.

25.000.000,00 selanjutnya bagian manajemen kredit akan memberitahukan tanggal

sidang kepada credit committee dengan menggunakan formulir ‘undangan rapat credit

committee’ dengan dilampiri copy dari credit memorandum agar dapat dipelajari

terlebih dulu oleh anggota credit committee. Pada saat yang telah ditentukan, staf

manajemen kredit selaku sekretaris credit committee akan membuka sidang atas

permohonan kredit tersebut. Pada kesempatan pertama akan diberikan kepada pembina

kredit untuk menambahkan hal-hal yang tidak atau belum dilampirkan dalam berkas

credit memorandum dan gambaran latar belakang lainnya yang dinilai perlu untuk

mendukung proposal permohonan kredit tersebut. Kemudian anggota credit committee

membahas permohonan kredit tersebut. Setiap komentar dan persyaratan yang

dikemukakan tiap anggota credit committee akan dicatat dan dibuat risalahnya oleh

sekretaris credit committee pada formulir ‘risalah sidang credit committee’. Selanjutnya

pada akhir sidang, credit committee memberikan putusan atas permohonan kredit

tersebut. Setelah keputusan credit committee diberikan kepada setiap permohonan

kredit, pembina kredit akan mempersiapkan surat penandatangan perjanjian kredit untuk

proposal permohonan kredit yang diterima, dan mempersiapkan surat penolakan kredit

kepada calon debitur yang permohonan kreditnya tidak disetujui. Kemudian staf

manajemen kredit akan melakukan pencatatan atas berkas yang diterima dari pembina

kredit dalam ‘register permohonan kredit’. Setelah dilakukan pencatatan maka berkas

tersebut akan dikirimkan kepada calon nasabah yang permohonan kreditnya tidak

disetujui. Di lain sisi, untuk proposal permohonan kredit yang disetujui, credit

committee meminta pada pembina kredit untuk melengkapi proposal permohonan kredit

Page 28: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

94

dengan data yang diperlukan. Untuk proposal permohonan kredit yang datanya telah

dilengkapi oleh pembina kredit, maka credit committee akan menyetujui sepenuhnya

dengan menandatangani credit memorandum permohonan kredit tersebut.

Pada proses berikutnya, pembina kredit membuat surat perjanjian kredit dan

otorisasi dilakukan oleh bagian manajemen kredit, yang selanjutnya surat perjanjian

tersebut dicatat dalam ‘register permohonan kredit’. Setelah pencatatan surat perjanjian

kredit dilakukan, maka setiap nasabah akan dikirimkan surat perjanjian tersebut dalam 2

rangkap, yaitu rangkap pertama berupa surat asli yang dimiliki oleh pihak BPR Cinere

Artha Raya dan rangkap kedua berupa surat copy yang diberikan kepada nasabah,

dimana masing-masing surat telah ditandatangani di atas materai oleh bagian

manajemen kredit dengan nasabah. Surat perjanjian kredit asli yang dimiliki oleh bank

akan diberikan kepada bagian administrasi dari bagian manajemen kredit untuk

disimpan sebagai master file.

3.4 Analisis kelemahan dan rekomendasi atas sistem yang sedang berjalan

Setelah dilakukan evaluasi atas sistem informasi akuntansi pemberian kredit

yang berjalan pada BPR Cinere Artha Raya, diperoleh temuan sebagai berikut:

1. Analisis kredit tidak dilakukan berdasarkan 5 C (character, capacity, capital,

collateral, condition) dan 3 R (return, repayment, risk) secara lengkap.

Staf analis kredit tidak melakukan analisis pemberian kredit berdasarkan 5 C

dan 3 R secara lengkap terhadap proposal kredit, seperti aspek collateral dan capital.

Kedua aspek terakhir tersebut, biasanya diberikan exception oleh pihak bank karena

ketidakmampuan nasabah atau terhadap tujuan dari proposal kredit yang diajukan

oleh nasabah, seperti kredit konsumtif.

Page 29: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

95

Seharusnya, pejabat bagian kredit dalam memberikan persetujuan pemberian

kredit harus terlebih dahulu melakukan penilaian 5 C dan 3 R secara lengkap dari

nasabah.

Mengingat kegiatan pemberian kredit dalam sektor usaha mikro seperti ini

telah lama dilaksanakan serta perusahaan menganggap bahwa hal tersebut dirasakan

tidak mengganggu kegiatan operasional perusahaan, maka perusahaan merasa tidak

perlu untuk melakukan analisis pemberian kredit 5 C dan 3 R secara lengkap.

Akibatnya:

a. BPR mengalami kesulitan berkaitan dengan penagihan terhadap piutang yang

bermasalah. Saat ini diperkirakan NPL(non performing loan) yang ditanggun g

oleh bank sebesar 8-10%, sementara target indikatif yang diperkenankan Bank

Indonesia sebesar 5%.

b. Jika NPL terus meningkat, maka BPR akan dapat mengalami masalah besar

dengan kredit macetnya yang pada akhirnya dapat mengakibatkan penutupan

BPR.

c. Memberikan peluang yang memungkinkan terjadinya kerjasama antara nasabah

dengan bagian kredit dengan menyetujui kredit untuk nasabah yang sebenarnya

tidak memenuhi syarat.

Atas masalah tersebut disarankan agar:

a. BPR dalam melakukan analisis pemberian kredit sebaiknya menerapkan aspek

5 C dan 3 R secara lengkap dan benar, agar dapat diperoleh penilaian yang tepat

dan objektif terhadap setiap nasabah yang mengajukan proposal kredit sehingga

mengurangi resiko kredit.

Page 30: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

96

b. Pemberian kredit untuk nasabah lama sebaiknya mempertimbangkan catatan

piutang dari bagian administrasi/kredit. Catatan piutang yang dimaksud harus

memuat informasi secara lengkap mengenai sejarah kredit nasabah atas tanggun g

jawabnya dalam melunasi kewajiban–kewajibannya.

c. Selanjutnya pemberian kredit untuk nasabah baru, sebaiknya bank

mempertimbangkan kredibilitas calon nasabah tersebut dengan memperoleh

informasi yang dikumpulkan oleh bagian marketing maupun pihak luar,

mengenai jenis dan kelayakan usaha yang dijalankan, serta hubungan baik antara

nasabah dengan lingkungan eksternal.

2. Dalam sistem informasi yang digunakan saat ini, informasi pemberian kredit

yang dihasilkan kurang up-to-date.

Saat ini BPR Cinere Artha Raya mengalami kendala dalam menghasilkan

informasi pemberian kredit yang up-to-date dan reliable, contohnya informasi

pemberian kredit hanya dikeluarkan setiap sebulan sekali. Dimana pemberian kredit

terjadi setiap hari dan hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas pemberian kredit

terhadap nasabah.

Seharusnya informasi pemberian kredit yang dihasilkan oleh BPR Cinere

Artha Raya reliable dan up-to-date agar dapat menjamin kualitas kredit yang

diberikan kepada nasabah.

Kendala tersebut muncul disebabkan:

a. Sistem informasi akuntansi yang berjalan saat ini, khususnya pemberian kredit,

kurang memadai dalam mendukung efektivitas kinerja BPR karena tidak dapat

Page 31: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

97

memenuhi tuntutan kebutuhan pemberian kredit secara cepat dan tepat kepada

nasabah.

b. Keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki BPR Cinere Artha Raya baik

secara kuantitas dan kualitas sehingga tidak dapat meng-update sistem informasi

yang berjalan.

Akibatnya:

a. Efektivitas kerja BPR Cinere Artha Raya terhambat dikarenakan informasi

pemberian kredit yang dihasilkan kurang dapat diandalkan.

b. Saat ini BPR mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan kebutuhan akan

kecepatan dan ketepatan dalam pemberian kredit terhadap nasabah.

Untuk mengatasi kendala tersebut, disarankan agar:

a. Sistem informasi akuntansi yang berjalan, khususnya dalam pemberian kredit,

dapat diperbarui sesuai dengan kebutuhan BPR Cinere Artha Raya saat ini,

sehingga menghasilkan informasi yang reliable dan up-to-date.

b. Mengikutsertakan staf yang ada dalam pelatihan yang diadakan oleh Bank

Indonesia dan pelatihan yang diadakan oleh lembaga-lembaga lain yang

berkompeten dalam sistem informasi perbankan.

c. Sebaiknya BPR Cinere Artha Raya mengganti sistem informasi akuntansi

pemberian kredit saat ini dengan sistem informasi akuntansi pemberian kredit

yang dapat memberikan kemudahan kepada para staf dalam mengoperasikan

program tersebut.

Page 32: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

98

3. BPR Cinere Artha Raya tidak melakukan back-up terhadap informasi

pemberian kredit yang ada.

Dari hasil evaluasi yang dilakukan, ditemukan bahwa BPR Cinere Artha

Raya tidak melakukan back-up terhadap informasi pemberian kredit yang berjalan.

Hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas informasi pemberian kredit yang

dihasilkan oleh sistem informasi yang berjalan saat ini.

Seharusnya, secara periodik BPR Cinere Artha Raya melakukan back-up

terhadap setiap informasi pemberian kredit yang berjalan secara teratur dan benar

agar kualitas dari informasi pemberian kredit yang dihasilkan oleh sistem informasi

akuntansi yang berjalan dapat diandalkan.

Timbulnya masalah tersebut dikarenakan sistem informasi akuntansi

terhadap pemberian kredit yang berjalan saat ini tidak mampu untuk melakukan

back-up terhadap informasi pemberian kredit yang dihasilkan.

Sehingga masalah tersebut mengakibatkan:

a. Terhambatnya efektivitas dan produktivitas kinerja BPR Cinere Artha Raya.

b. Staf mengalami kesulitan dalam melakukan pengendalian dan perubahan

terhadap data nasabah kredit, sehingga mempengaruhi kualitas dan kecepatan

penyajian informasi pemberian kredit.

Untuk menghadapi masalah tersebut, rekomendasi yang diberikan sebagai

berikut:

a. Sistem informasi akuntansi yang berjalan, khususnya dalam pemberian kredit,

dapat diperbarui sesuai dengan kebutuhan BPR saat ini, sehingga back-up

Page 33: BAB 3 EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00021-AKSI Bab 3.pdfBank Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di

99

terhadap informasi pemberian kredit yang berjalan dapat dilakukan secara teratur

dan benar.

b. Mengikutsertakan staf yang ada dalam pelatihan yang diadakan oleh Bank

Indonesia dan pelatihan yang diadakan oleh lembaga-lembaga lain yang

berkompeten dalam sistem informasi perbankan.

3.5 Analisis kebutuhan terhadap sistem informasi akuntansi pemberian kredit

BPR Cinere Artha Raya

Tabel 3.1 Berikut merupakan analisis kebutuhan sistem informasi akuntansi

pemberian kredit pada BPR Cinere Artha Raya:

Tabel 3.1 Analisis kebutuhan sistem informasi akuntansi pemberian kredit BPR Cinere Artha Raya

Sasaran Masalah Solusi Kebutuhan Informasi

Meminimalkan tingkat resiko kredit yang ditanggung oleh BPR Cinere Artha Raya.

Meningkatnya resiko kredit yang ditanggung perusahaan.

Analisis kredit harus dilakukan secara lengkap berdasarkan 5 C dan 3 R dengan baik dan benar.

-Informasi debitur. -Laporan hasil analisis kelayakan permohonan kredit.

Memberdayakan UMKM melalui pemberian kredit yang berkualitas dan dapat dilakukan secara benar dan akurat.

Menurunnya kualitas dan kuantitas pemberian kredit yang diberikan terhadap nasabah.

Merancang sistem informasi akuntansi pemberian kredit baru yang mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dalam pemberian kredit kepada nasabah.

-Informasi debitur. -Informasi mengenai pemberian kredit berjalan.

-Laporan hasil analisis kelayakan permohonan kredit.

Pemberian kredit yang tepat guna dan sasaran sesuai visi dan misi BPR Cinere Artha Raya.

Meningkatnya biaya operasional dan menurunnya keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Merancang sistem informasi akuntansi pemberian kredit baru yang mampu menghasilkan informasi pemberian kredit yang up-to-date dan reliable.

-Informasi debitur. -Informasi mengenai pemberian kredit berjalan.

-Laporan hasil analisis kelayakan permohonan kredit.