bab 3 bentuk dan tekstur bijih

17
ENDAPAN MINERAL Panduan Kuliah dan Praktikum Sutarto Hartosuwarno Laboratorium Petrologi dan Bahan Galian Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” YOGYAKARTA

Upload: rayon-anfield

Post on 28-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 3 Bentuk Dan Tekstur Bijih

31

ENDAPAN MINERAL

Panduan Kuliah dan Praktikum

Sutarto Hartosuwarno Laboratorium Petrologi dan Bahan Galian Teknik Geologi 

Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” YOGYAKARTA 

Page 2: Bab 3 Bentuk Dan Tekstur Bijih

32

BAB 3

STRUKTUR DAN TEKSTUR ENDAPAN MINERAL

3.1. Bentuk Endapan Bijih

Terkait dengan waktu pembentukan bijih dihubungkan dengan host rock-nya,

dikenal istilah singenetik dan epigenetic. Singenetik diartikan bahwa bijih terbentuk

relative bersamaan dengan pembentukan batuan, sering merupakan bagian rangkaian

stratigrafi batuan, seperti endapan bijih besi pada batuan sediment. Epigenetik,

kebalikan dengan singenetik, merupakan bijih yang terbentuk setelah host rock-nya

terbentuk. Contoh endapan epigenetic adalah endapan yang berbentuk urat (vein).

Seperti dalam terminology batuan beku, juga dikenal istilah tubuh bijih diskordan

dan konkordan. Tubuh bijih diskordan, jika memotong perlapisan batuan, sedangkan

tubuh bijih konkordan jika relaqtif sejajar dengan lapisan batuan.

3.1.1.Tubuh bijih diskordan

3.1.1.1. Bentuk beraturan

a. Tubuh Bijih Tabular

Tubuh bijih tabulat mempunyai ukuran pada dua sisi yang memanjang, tetapi sisi

ketiga relative pendek. Bentuk tubuh bijih tabular, umumnya membentuk vein (urat)

atau fissure -veins. Vein pada umumnya mempunyai kedudukan miring, seperti pada

sesar, pada bagian bawah dikenal sebagai footwall, sedangkan bagian atasnya dikenal

sebagai hangingwall (Gambar 3.1).

Gambar 3.1. Kiri, memperlihatkan urat yang terbentuk pada sesar normal, dengan struktur

pinch-and-swell. Kanan, memperlihakan stadia pembentukan urat yang relative vertical dan horizontal. Struktur berperan sebelum dan sesudah mineralisasi (dari Evans, 1993).

Page 3: Bab 3 Bentuk Dan Tekstur Bijih

33

Gambar tersebut memberikan gambaran tentang struktur pinch and swell yang

membentuk urat. Ketiga pada rekahan tersebut membentuk sesar normal, maka akan

terbentuk ruang terbuka (dilatant zones), yang memungkinkan fluida pembawa bijih

masuk ke rongga tersebut dan membentuk urat. Vein pada umumnya terbentuk pada

system rekahan yang memperlihatkan keteraturan pada arah maupun kemiringan.

b. Tubuh bijih Tubular

Tubuh bijih ini, relative pendek pada dua dimensi , tetapi panjang pada sisi

ketiganya. Pada posisi vertical atau sub vertical tubuh ini dikenal sebagai pipa (pipes)

atau chimneys, sedangkan pada posisi horizontal sering digunakan istilah “mantos”.

Terbentuknya tubuh bijih yang tubular, umumnya disebabkan oleh pelarutan batuan

induknya (host rocks), serta bijih yang berupa breksiasi. Beberapa tubuh bijih

seringkali tidak menerus, sehingga membentuk tubuh bijih yang disebut pod (pod-

shaped orebodies).

Gambar 3.2. Memperlihatkan kenampakan breksi hidrotermal. Foto kiri, kenampakan breksi hidrotermal pada endapan skarn Big Gossan. Foto kanan, tekstur pengisian diantara fragmen breksi yang membentuk tekstur cockade pada endapan epitermal Ciemas.

Gambar 3.3. Foto kiri memperlihatkan masif kalkopirit ± pirit-magnetit yang terebntuk pada fase mineralisasi awal yang meng-overprint klinopiroksen. Foto kanan urat epidot-gipsum-pirit-kalkopirit-sfalerit. Lokasi Big Gossan, Tembaga Pura.

Page 4: Bab 3 Bentuk Dan Tekstur Bijih

34

3.1.1.1. Bentuk tidak beratura

a. Endapan sebaran (disseminated deposits)

Pada endapan sebaran (diseminasi), bijih tersebar pada tubuh batuan, seperti

pada pembentukan mineral asesori pada batuan beku. Pada kenyataannya bijih ini

sering sebagai mieral asesori pada batuan beku.

Endapan bijih diseminasi juga banyak terbentuk pada sebagian besar

perpotongan jaringan urat-urat halus (veinlets), yang dikenal sebagai stockwork,

juga di sepanjang urat halus atau pada pori batuan. Stockwork sebagian besar

terbentuk pada tubuh intrusi berkomposisi intermediet sampai asam, tetapi juga dapat

menerus hingga pada batuan sampingnya.

b. Endapan replacement (penggantian)

Beberapa endapan bijih terbentuk oleh proses replacement (penggantian) pada

mineral atau batuan yang telah ada, berlangsung pada temperature rendah hingga

sedang. Replacement yang berlangsung pada temperature tinggi, umum terbentuk

terutaman pada contak dengan intrusi yang berukuran besar hingga menengah.

Endapan ini sering dikenal atau popular sebagai endapan skarn. Tubuh bijih dicirikan

oleh pembentukan mineral-mineral calc-silicate seperti diopsit, wolastonit, andradid-

grosularit garnet, maupun tremolit-aktinolit.

Gambar 3.4. Kiri, kenampakan magnetite veinlets pada endapan skarn Big Gossan. Kanan Kenampakan tekstur stockwork pada endapan Cu-porfiri Grasberg, Tembaga Pura.

Page 5: Bab 3 Bentuk Dan Tekstur Bijih

35

5.1.2.Tubuh bijih Korkordan

Tubuh bijih konkordan dapat terbentuk secara singenetik , membentuk satu

kesatuan stratigrafi dengan host rock-nya, tetapi juga dapat terbentuk secara

epigenetic, setelah batuan ada. Endapan konkordan umumnya terbentuk pada batas

batuan yang berbeda ,juga dapat terbentu dalam satu tubuh batuan; dapat batupasir,

batugamping, batuan lempungan, atau pada endapan vulkanik, kadang juga pada

batuan plutonik atau metamorf. Pada tubuh bijih konkordan, sebagian besar tubuh bijih

relative parallel dengan bidang perlapisan, beberapa bagian sering miring atau bahkan

tegak lurus dengan bidang perlapisan.

Pada batuan vulkanik, endapan dapat terbentuk mengisi vesikuler pada tubuh

lava basat yang umumnya membentuk outobreccia dan pada endapan volcanogenic

massive sulphide. Endapan massive sulphide merupakan endapan yang penting dan

lebih signifikan. Pada tubuh intrusi plutonik, juga sering membentuk lapisan-lapisan

mineral ekonomik seperti magnetit-ilmenit atau kromit. Pembentukan ini disebabkan

oleh gravitational settling atau liquid immicibility.

5.2.Tekstur Bijih

Tekstur bijih dapat bercerita banyak tentang genesa atau sejarah pembentukan

bijih. Interpretasi genesa mineral dari tekstur sangat sulit dan haruslah hati-hati. Ada

tiga tekstur yang dikenal, yaitu tekstur open space filling (infilling), tekstur replacement,

serta exolution.

Gambar 3.5. Memperlihatkan tubuh bijih diskordan, yang dikontrol oleh stratigrafi dan struktur geologi (dari Evans, 1993).

Page 6: Bab 3 Bentuk Dan Tekstur Bijih

36

5.2. 1 Tekstur infilling (pengisian)

Proses pengisian umumnya terbentuk pada batuan yang getas, pada daerah

dimana tekanan pada umumnya relatif rendah, sehingga rekahan atau kekar cenderung

bertahan. Tekstur pengisian dapat mencerminkan bentuk asli dari pori serta daerah

tempat pergerakan fluida, serta dapat memberikan informasi struktur geologi yang

mengontrolnya. Mineral-mineral yang terbentuk dapat memberikan informasi tentang

komposisi fluida hidrotermal, maupun temperatur pembentukannya.

Pengisian dapat terbentuk dari presipitasi leburan silikat (magma) juga dapat

terbentuk dari presipitasi fluida hidrotermal. Kriteria tekstur pengisian dapat dikenali dari

kenampakan:

Adanya vug atau cavities, sebagi rongga sisa karena pengisian yang tidak selesai

Kristal-kristal yang terbentuk pada pori terbuka pada umumnya cenderung

euhedral seperti kuarsa, fluorit, feldspar, galena,sfalerit, pirit, arsenopirit, dan

karbonat. Walupun demikian, mineral pirit, arsenopirit, dan karbonat juda dapat

terbentuk euhedral, walaupun pada tekstur penggantian.

Gambar 3.6 Foto kiri memperlihatkan kenampakan vuggy quartz,sedangkan foto kanan memperlihatkan tekstur crustiform-colloform, sebagai penciri tekstur pengisian.

Adanya struktur zoning pada mineral, sebagai indikasi adanya proses pengisia,

seperti mineral andradit-grosularit. Struktur zoning pada mineral sulit dikenali

dengan pengamatan megaskopis.

Tekstur berlapis. Fuida akan sering akan membentuk kristal-kristal halus, mulai

dari dinding rongga, secara berulang-ulang, yang dikenal sebagai crustiform

atau colloform. Lapisan crustiform yang menyelimuti fragmen dikenal sebagai

tekstur cockade. Apabila terjadi pengintian kristal yang besar maka akan

Page 7: Bab 3 Bentuk Dan Tekstur Bijih

37

terbentuk comb structure. Pada umumnya perlapisan yang dibentuk oleh

pengisian akan membentuk perlapisan yang simetri.

• Kenampakan tekstur berlapis juga dapat terbentuk karena proses penggantian

(oolitik, konkresi, pisolitik pada karbonat) atau proses evaporasi (banded

Gambar 3.7. Gambar yang menunjukkan beberapa kenampakan tekstur pengisian. A) Vuggy atau rongga sisa pengisian, b). Kristal euhedral, c). Kristal zoning, d). Gradasi ukuran Kristal, e).Tekstur crutiform, f). Tekstur cockade, g).Tekstur triangular, h).Comb structure, i).Pelapisan simetris

a)

e) d

c)b)

h) i)

f)

g

Page 8: Bab 3 Bentuk Dan Tekstur Bijih

38

ironstone), tetapi sebagain besar tekstur berlapis terbentuk karena proses

pengisian.

• Tekstur triangular terbentuk apabila fluida mengenap pada pori diantara fragmen

batuan yang terbreksikan. Kalau pengisian tidak penuh, akan mudah untuk

mengenalinya. Pada banyak kasus, fluida hidrotermal juga mengubah fragmen

batuan secarara menyeluruh. Problemnya apabila mineral hasil pengisian antar

fragmen sama dengan mineral hasil ubahan pada fragmen (contoh paling banyak

adalah silika pengisian dibarengi silika penggantian). Walau demikian, pada

tekstur pengisian umumnya memperlihatkan kenampakan berlapis (tekstur

cockade).

Untuk mengenali tekstur pengendapan, dibutuhkan pemahaman geologi terkait

dengan ditempat mana fokus kita diarahkan. Hal yang utama adalah memperkirakan

akses fluida dalam suatu batuan dinding yang terubah. Fluida akan bergerak melalui

daerah yang mempunyai permeabilitas yang besar yang biasanya sebagai ruang

terbuka. Dalam konteks ini dapat diartikan bahwa perhatian pada tekstur pengisian

sebaiknya difokuskan pada daerah yang mempunyai ubahan maksimum.

Daerah yang membentuk tekstur pengisian, pada umumnya cendrung membentuk

struktur urat (vein), urat halus (veinlets), stockwork, dan breksiasi.

3. 2.2 Tekstur replacement (penggantian)

Proses ubahan dibentuk oleh penggantian sebagian atau seluruhnya tubuh

mineral menjadi mineral baru. Karena pergerakan larutan selalu melewati pori, rekahan

atau rongga, maka tekstur penggantian selalu perpasangan dengan tekstur pengisian.

Oleh karena itu mineralogy pada tekstur penggantian relative sama dengan mineralogi

pada tekstur pengisian, akan tetapi mineralogy pengisian cenderung berukuran lebih

besar. Berikut beberapa contoh kenampakan tekstur ubahan.

Pseudomorf, walaupun secara komposisi sudah tergantikan menjadi mineral

baru, seringkali bentuk mineral asal masih belum terubah

Rim mineral pada bagian tepi mineral yang digantikan

Melebarnya urat dengan batas yang tidak tegas

Tidak adanya pergeseran urat yang saling berpotongan

Page 9: Bab 3 Bentuk Dan Tekstur Bijih

39

Mineral pada kedua dinding rekahan tidak sama

Adanya mineral yang tumbuh secara tidak teratur pada batas mineral lain

ekahan

3.2.3. Tekstur exolution (eksolusi)

Mineral-mineral yang terbentuk sebagai homogenous solid-solution, pada saat

temperatur mengalami penurunan, komponen terlarut akan memisahkan diri dari

komponen pelarut, membentuk tekstur exolution. Kenampakan komponen(mineral)

Gambar 3.8 Gambar yang menunjukkan beberapa kenampakan tekstur penggantian (Guilbert dan Park, 1986). Berturut-turut dari kiri:

• Pseudomorf, bementit mengganti sebagian Kristal karbonat • Bornit mengganti pada bagian tepid an rekahan kalkopirit • Digenit yang mengganti kovelit dan kalkopirit, memperlihatkan lebar yang berbeda

Gambar 3.9. Gambar yang menunjukkan beberapa kenampakan tekstur penggantian (Guilbert dan Park, 1986). Berturut-turut dari arah kiri:

a) Urat kalkopirit yang saling memotong, tidak memperlihatkan pergesaran b) Komposisi mineral yang tidak simetris pada dinding rekahan c) Kenampakan tumbuh bersama yang tidak teratur pada bagian tepi mineral

Page 10: Bab 3 Bentuk Dan Tekstur Bijih

40

terlaut akan membentuk inklusi-inklusi halus pada mineral pelarutnya. Inklusi-inklusi ini

kadang teratur dan sejajar, kadang brlembar, kadang tidak teratur.

Gambar 3.10. Kanan: Memperlihatkan kenampakan foto mikroskopis tekstur penggantian mineral kovelit pada bagian tepi mineral kalkopirit. Kiri: memperlihatkan kenampakan foto mikroskopis tekstur exolution mineral kalkopirit pada tubuh sfalerit (perbesaran 40x. Lok. Ciemas).

Gambar 3.11. Beberapa kenampakan khas tekstur exolution pada mineral sulfide dan okksida (Evans, 1993).

a) Pemilahan mineral hematite dalam ilmenit b) Exolution lembaran ilmenit dalam magnetit c) Exolution butiran kalkopirit dalam sfalerit d) Rim exolution pendlandit dari pirhotit

Page 11: Bab 3 Bentuk Dan Tekstur Bijih

41

Adanya tekstur exolution menunjukkan adanya temperatur pembentukannya

yang relatit tinggi, sekitar 300-600°C.

Tabel 5.1 Beberapa contoh tekstur exolution mineral kalkopirit-stannit-sfalerit temperatur pembentukannya (Evans, 1993) No. Mineral Temperatur (°C)

1 Kalkopirit dan stannit dalam sfalerit 550

2 Sfalerit dalam kalkopirit 400

3 Stannit dalam kalkopirit 475

4 Sfalerit bdalam stannit 325

5 Kalkopirit dalam stannit 400-475

3.2.4. Paragenesa Mineral

Definisi dan batasan paragenesa mineral, antara ahli yang satu dengan

lainnya seringkali berbeda. Guilbert dan Park (1986) mengartikan paragenesa sebagai

himpunan mineral bijih, yang terbentuk pada kesetimbangan tertentu, yang melibatkan

komponen tertentu. Sedangkan beberapa penulis lain mengartikan paragenesa sebagai

urutan waktu relatif pengendapan mineral; berapa kali suatu pengendapan mineral telah

terbentuk (Park dan MacDiarmid, 1970; Taylor dkk., 1996). Kronologi pengendapan

mineral tersebut, oleh Guilbert dan Park (1986) disebut sebagai sikuen paragenesa.

Penulis mengartikan Paragenesa mineral sebagai kronologi pembentukan

mineral, yang dibagi menjadi beberapa stadia pembentukan.

Batasan stadia sendiri juga sering menghasilkan banyak tafsiran. Secara umum

dapat diartikan sebagai kumpulan mineral yang terbentuk atau diendapkan selama

aliran fluida berjalan menerus (Taylor, 1998). Jika suatu aliran fluida berhenti dan

kemudian terjadi aliran lain, maka dapat diartikan terdapat dua stadia. Secara ilmiah

tidak mungkin mengetahui atau membuktikan secara pasti adanya ketidak-menerusan

aliran fluida hidrotermal yang melewati suatu tempat. Dalam prakteknya pembagian

stadia dihitung dari berapa kali suatu batuan mengalami tektonik. Dengan anggapan

Page 12: Bab 3 Bentuk Dan Tekstur Bijih

42

setiap rekahan hasil tektonik yang mengandung mineralisasi merupakan satu sikuen

waktu relatif.

Untuk dapat menyusun paragenesa mineral (bijih) pada suatu tempat, perlu

dilakukan observasi overprinting pada sejumlah contoh batuan. Pengertian

overprinting dapat diartikan sebagai observasi tekstur pada sampel bijih untuk

mengetahui bahwa satu mineral terbentuk lebih awal atau lebih akhir dibanding mineral

lain. Observasi overprinting merupakan bagian dari proses untuk menyusun paragenesa

mineral yang merupakan dasar untuk mengetahui apa yang terjadi pada suatu sistem

hidrotermal.

3.2.5. Kriteria Overprinting

Secara teori kriteria overprinting cukup sederhana, akan tetapi relatif cukup

rumit dalam prakteknya. Pemahaman tekstur penggantian dan pengisian lebih dulu

harus dipahami. Secara umum ada beberapa kriteria, kriteria pertama adalah kriteria

yang paling mudah dipahami dan meyakinkan.

3.2.5.1 Kriteria Pertama (Confidence building)

• Mineral Superimposition

Fluida hidrotermal yang melewati rekahan yang terbuka, akan

mengendapkan mineral, dimana satu mineral menutup yang lain,

membentuk sikuen pengisian (sequentian infill).

Tekstur pengisian memberikan informasi yang sangat berharga terkait

dengan sikuen pengendapan mineral. Dalam satu stadia pengendapan,

secara ideal mineral yang terbentuk paling awal akan ditumpangi atau

dilingkupi oleh pembentukan mineral berikutnya.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan observasi

overprinting dengan kriteria sikuen pengisian, diantaranya:

a) Pada rongga (cavity) yang tidak terisi seluruhnya, akan mudah untuk

mengetahui urutan sikuen pengendapannya. Tetapi apabila seluruh

Page 13: Bab 3 Bentuk Dan Tekstur Bijih

43

rongga terisi penuh, kadang sedikit sulit untuk mengetahui mineral

mana yang terbentuk lebih dulu.

b) Pada urat yang membentuk perlapisan bagus, kadang terlihat suatu

kristal yang terisolasi yang tidak mengikuti perlapisan. Untuk kasus

tersebut, penyelesaian dengan hanya satu sampel akan ada banyak

kemungkinan yang bisa disimpulkan. Oleh karena itu harus dilakukan

pengamatan pada beberapa contoh lain, untuk mengetahui sikuen

yang sebenarnya dari kristal tersebut.

c) Rekahan atau rongga pada breksi akan diendapi mineral dalam

jangka waktu yang panjang. Tidak ada jaminan bahwa yang terlihat

sebagai satu ikuen lapisan mewakili satu stadia pengendapan. Pada

prinsispnya sangat sulit untuk menyusun overprinting dari suatu

lapisan/pengendapan yang menerus. Makin besar rongga makin

terbuka kesempatan untuk pengendapan berikutnya membentuk

lapisan yang menerus. Walaupun perekahan mungkin dapat terjadi

dan memungkinkan hadir stadia baru, tetapi kenyataannya

overprinting tidak mudah teramati (rongga lebih sulit untuk pecah)

d) Untuk kasus seperti poin c), perbedaan tekstur dan besar butir yang

mencolok, bisa digunakan untuk menduga adanya overprinting.

Bagian paling dalam dari suatu rongga (sikuen terakhir pengendapan)

biasanya sebagai kristal yang paling kasar. Sehingga jika terjadi

perubahan ukuran kristal dari kasar ke halus, kemungkinan

merupakan stadia pengendapan yang berbeda.

e) Perbedaan temperatur pembentukan dari sangat tinggi ke rendah,

juga bisa mengindikasinkan adanya stadia yang berbeda.

• Structural Superimposition

• Urat-stockwork yang saling memotong

• Breksiasi, fragmen yang termineralisasi awal di dalam komponen yang

mengalami mineralisasi baru

Page 14: Bab 3 Bentuk Dan Tekstur Bijih

44

Cross-cutting veins-stockworks merupakan kriteria overprinting yang

paling jelas dan mudah menafsirkannya. Pada umumnya proses

perekahan akan mendukung terjadinya proses pengendapan mineral.

Pengendapan stadia kedua akan mengikuti perekahan stadia kedua, yang

terlihat memotong rekahan pertama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

a) Pada sistem yang didominasi oleh silika, urat-urat halus silika

yang tidak beraturan sering saling memotong. Apabila tidak

terlihat adanya pergeseran urat yang dipotong, akan sulit

untuk menentukan urat mana yang terbentuk lebih dulu.

b) Pada saat terjadi aliran fluida (sebelumnya sudah terbentuk

lapisan), bisa terjadi perekahan baru yang memotong dan

menggeser lapisan yang telah ada. Jadi dalam kenyataan yang

kita lihat (dari tekstur cross-cutting) terdapat dua stadia,

walaupun dua-duanya dibentuk dari fluida yang mengalir

kontinyu.

3.2.5.2 Kriteria Kedua (Suspicion arousing)

Struktur apapun yang telah mengalami mineralisasi, cenderung mengalami

reaktivasi selama batuan kembali mengalami perekahan. Sesar, urat, zona breksiasi

cenderung membentuk bagian yang relatif lemah, mudah rekah, sehingga fluida akan

mudah melewatinya. Sehingga sangat umum bahwa rangkaian mineralisasi berikutnya

akan berada pada bagian yang sama dari mineralisasi berikutnya, membentuk

multistadia overprinting. Situasi seperti ini akan dicirikan oleh:

• Ketidaksinkronan antara alterasi dan mineralisasi (proporsinya tidak umum)

a) Suatu urat halus yang memotong zona ubahan yang luas

b) Urat di dalam suatu batuan yang membentuk zona ubahan yang tidak

simetri

c) Sikuen pengisian pada urat yang tidak simetri. Walaupun lapisan pada

proses pengisian tidak harus simetri, tetapi adanya perbedaan lapisan

pada satu sisi perlu dicurigai

Page 15: Bab 3 Bentuk Dan Tekstur Bijih

45

• Konfigurasi alterasi yang tidak konsisten

Sangat umum terjadi, bahwa suatu zona alterasi meng-overprint alterasi

yang telah ada sebelumnya. Jika pada suatu tempat, alterasi kedua

mengubah seluruh hasil alterasi pertama, sedang ditempat lain alterasi kedua

hanya mengubah sebagian alterasi pertama, maka akan terlihat adanya

perbedaan zona alterasi. Sehingga, kalau berjalan dari host rock ke arah

zona urat, akan dijumpai perbedaan zona alterasi di beberapa bagian.

• Alterasi pada batuan yang telah teralterasi

Sangat umum terjadi bahwa hasil alterasi masih memperlihatkan tekstur

batuan yang telah teralterasi sebelumnya. Mineral alterasi awal sering diganti

sebagian oleh mineral alterasi berikutnya.

3.2.5.3 Kriteria Ketiga (Indirect Overprinting)

Pada banyak contoh inti bor, atau contoh batuan yang di-slab, sering

memperlihatkan urat-urat halus yang terpisah dengan himpunan mineral

ubahan/pengisian yang satu sama lain sangat berbeda. Kehadiran dua atau lebih

himpunan mineral pada tempat yang berbeda, menunjukkan adanya dua atau lebih

stadia mineralisasi, tetapi sulit mengetahui mana yang lebih dulu terbentuk.

Perbedaan kristal yang mencolok pada sikuen pengisian juga dapat dijadikan

indikasi adanya stadia yang berbeda, setidaknya ada perbedaan atau perubahan kondisi

kimia dan fisik.

3.2.5.4 Kriteria ke-empat (Indirect overprinting-temperature inference)

Sebagian besar sikuen paragenetik memperlihatkan kecenderungan adanya

penurunan temperatur. Stadia awal umumnya terbentuk pada temperatur yang relatif

lebih tinggi. Himpunan mineral yang mengandung biotit secara normal terbentuk pada

temperatur lebih tinggi dengan himpunan yang mengandung mineral lempung. Bukan

berarti apabila didapati asosiasi biotit dengan mineral lempung dapat diartikan bahwa

biotit terbentuk lebih dulu dibanding mineral lempung. Tetapi paling tidak kriteria

Page 16: Bab 3 Bentuk Dan Tekstur Bijih

46

temperatur dapat digunakan untuk membantu memilahkan stadia satu dengan lainnya

(lihat tabel kisaran temperatur).

Tabel 5.2. Contoh tabel paragenesa mineral

PENGAMATAN STADIA 1 STADIA 2 STADIA 3 STADIA 4

Mineral ubahan

epidot

serisit

kalsit

Mineralisasi (sulfida,oksida) magnetit

pirit

kalkopirit

Tipe struktur

breksiasi,

urat

urat ……………. ………………….

.

Indikasi temperatur ……….. ………….. …………………. ………………

Lain-lain ………… …………. ……………. …………..

Page 17: Bab 3 Bentuk Dan Tekstur Bijih

47

Tabel 5.3 Kisaran temperatur mineral-mineral ubahan hidrotermal yang penting (sebagian besar berdasarkan kisaran yang dibuat oleh Kingston Morrison, 1995; (*) oleh Edwards, 1965 ). Kisaran temperatur ( °C )

0° 100° 200° 300° Alterasi (mineral sekunder)

Kuarsa Serisit/Muskovit Mineral lempung Klorit Epidot Kalsit/Karbonat Pirofilit ? Sfen Aktinolit Anhidrit Albit Biotit Adularia Mineralisasi (sulfida dan oksida)

Pirit Kalkopirit (kp) Magnetit Spalerit (sp) Galena Bornit (bo) Kovelit (ko) Digenit Arsenopirit Kalkosit (ks) Hematit Emas Elektrum Perak Kp dalam Sp Ko dalam Ks (*) Bo eksolusi (*) Ko eksolusi