bab 3
DESCRIPTION
diagnosis komunitasbab 3TRANSCRIPT
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Gambaran Umum Desa Secara Geografis1
1.1.1 Situasi dan Keadaan Umum
Desa Pangkalan terletak di wilayah Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten. Desa Pangkalan merupakan salah satu desa binaan dari
Puskesmas Tegal Angus. Puskesmas Tegal Angus mempunyai luas wilayah 4.763.198
ha (47,631 km2). Terdiri dari luas daratan 2.170.120 ha dan sawah 2.593.078 ha
dengan ketinggian dari permukaan laut 2 - 3 meter dengan curah hujan rata-rata 24
mm/tahun. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Tangerang sekitar 47 km. Temperatur
wilayah Puskesmas Tegal Angus cukup panas, yaitu rata rata antara 30°C - 37 °C.
Gambar 1.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013
Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013
Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus terdiri dari 6 Desa Binaan yaitu :1. Desa Lemo2. Desa Pangkalan
3. Desa Tanjung Burung
4. Desa Tanjung Pasir
5. Desa Tegal Angus
6. Desa Muara
1
Puskesmas Tegal Angus terdapat di :
Desa Tegal Angus.
Jl. Raya Tanjung Pasir.
Kode Pos 15510.
Status kepemilikan tanah : Tanah Pemkab.
Batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.
Batas wilayah sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kosambi.
Batas wilayah sebelah Selatan berbatasan dengan Kota
Tangerang/Bandara Soeta
Batas wilayah sebelah Barat dengan Desa Pakuhaji.
Prasarana perhubungan dan pengairan di Kecamatan Teluk Naga dihubungkan
oleh :
A. Jalan
Panjang jalan yang ada di wilayah Kecamatan Teluk Naga sepanjang 108 km,
dengan klasifikasi sebagai berikut :
1. Berdasarkan status
Jalan Propinsi : 9,5 km.
Jalan Kabupaten : 5 km.
Jalan Desa : 93,5 km.
2. Berdasarkan kondisi fisik
Jalan hotmik : 17,5 km.
Jalan aspal : 67 km.
Jalan tanah : 14,5 km.
B. Jembatan
1. Jembatan besi : 1 km.
2. Jembatan beton : 7 km.
C. Sungai atau kali
Sungai atau kali yang mengalir di wilayah Kecamatan Teluk Naga adalah
sungai Cisadane dengan panjang saluran sejauh 12 km.
1. Irigasi atau Pengairan
Pengairan dapat mengairi sawah seluas 20.593.649 ha.
2
2. Bendungan air atau Dam
Bendungan dapat digunakan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang
menjadi salah satu sumber air bersih yang dimanfaatkan masyarakat.
1.1.2 Batas Wilayah
Batas – batas wilayah Desa Pangkalan seperti yang terlihat pada gambar
adalah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tegal Angus
2. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Lemo dan Kampung Besar
3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kalibaru
4. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kampung Melayu Barat
Gambar 1.2 Peta Batas Wilayah Desa Pangkalan
1.2 Gambaran Secara Demografi
1.2.1 Jumlah Penduduk
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Tangerang pada tahun 2014 jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus adalah 53,822 jiwa yang tersebar
di 6 desa seperti yang tercantum di tabel 1.1 dibawah ini :
3
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus 2014
NO DESA
LUASWILAYAH
(km2)
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAHRUMAHTANGGA
RATA-RATAJIWA/
RUMAHTANGGA
KEPADATAN
PENDUDUKper km2
1 2 3 4 5 6 7
1 PANGKALAN 7.54 16.871 5.362 4.08 2.24
2 TANJUNG BURUNG
5.24 7.754 2,685 4.5 1.48
3 TEGAL ANGUS
2.83 9,378 2,900 4.6 3.31
4 TANJUNG PASIR
5.64 9,738 1,823 4.6 1.73
5 MUARA 5.14 3,524 492 4.4 6.86
6 LEMO 3.61 6,557 655 4.4 1.82
JUMLAH 30.00 53,822 13.917 4.6 10.364
Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2014
Dari tabel 1.1 didapatkan jumlah penduduk dan kepadatan desa Pangkalan
paling banyak yaitu 16.871 dibandingkan di desa – desa pada wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus.
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2014
4
NO DESA/KEL
Jumlah Penduduk
Laki-laki Perempuan JUMLAH
1 Pangkalan 8.682 8.189 16.871
2 Tanjung Burung 3.971 3.783 7.754
3 Tegal Angus 4.810 4.568 9.378
4 Tanjung Pasir 4.989 4.749 9.738
5 Muara 1.794 1.730 3.524
6 Lemo 3.358 3.199 6.557
JUMLAH 27.604 26.218 53.822
Dari tabel 1.2 menunjukan klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin dimana jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah laki – laki.
1.2.2 Kondisi Sosial Ekonomi
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus terdiri dari campuran
budaya asli Tangerang dan budaya Cina yang sudah lama menetap di daerah
Tangerang dan sekitarnya.
Tabel 1.3 Jumlah Pemeluk Agama di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus Th 2014
No. Agama Jumlah Pemeluk
1 Islam 492322 Budha 3183
3 Kristen 771
4 Khatolik 203
5 Khonghucu 52
6 Hindu 3
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2014
Lapangan pekerjaan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus
cukup beragam, hal ini berhubungan dengan geografis kecamatan Teluk Naga dimana
terdapat persawahan dan berbatasan dengan laut serta daerah kota Tangerang dan
akses ke daerah Jakarta. Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus belum
berkembang secara ekonomi. Mata pencaharian penduduk didominasi oleh nelayan,
petani dan buruh dengan pendapatan yang tidak tetap. Jumlah penduduk miskin di
wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2014 adalah 31.898 jiwa yaitu 59,3
% dari jumlah penduduk 53.822 jiwa. Hal ini menunjukkan hampir separuh dari
jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas Tegal Angus memepunyai tingkat
ekonomi yang rendah.
Tabel 1.4 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian pokok
(Profil Puskesmas Tegal Angus, 2013)
No Lapangan Kerja Penduduk Jumlah
1 Petani Pemilik 13.316
2 Petani penggarap 6.063
3 Buruh 4.592
4 Nelayan 386
5
5 Pedagang 6.373
6 Industri rakyat 13.536
7 Buruh industry 13.575
8 Pertukangan 4.109
9 PNS 222
10 TNI/POLRI 65
11 Pensiunan PNS 45
12 Pensiunan TNI/POLRI 43
13 Perangkat Desa 141
14 Pengangguran 4.004
TOTAL 66652
1.2.3 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam membentuk sikap dan
perilaku masyarakat terhadap program kesehatan sehingga pendidikan sangat
berperan dalam pembangunan kesehatan. Sarana pendidikan yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.5 Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus
NO
NAMA DESA
JUMLAH SEKOLAH
PAUDTK
RA
SD MI SMP MTS SMA SMK MA
1 Pangkalan 1 2 0 5 1 2 1 0 1 0
2Tanjung Burung
1 0 0 2 1 0 0 0 0 0
3 Tegal Angus 0 1 0 2 2 2 1 1 0 0
4 Tanjung Pasir 0 2 0 2 1 0 1 0 0 0
5 Muara 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0
6 Lemo 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0
PUSKESMAS
1 3 0 12 4 2 2 1 0 0
Tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus masih rendah,
dari jumlah 53.822 penduduk hanya sebagian kecil yang mengenyam pendidikan.
6
Tabel. 1.6. Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013
No. Jenjang Pendidikan Jumlah
1 Tidak/belum tamat SD 12.598
2 SD/MI 15.738
3 SLTP/MTS 4.060
4 SLTA/MA 3.601
5 AK/Diploma 159
6 Universitas 130
Jumlah penduduk yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD
masih cukup besar yaitu 12.598 jiwa atau 25.5 % dari jumlah penduduk. Hal ini
merupakan tantangan dalam pembangunan kesehatan, pelaksanaan program-program
puskesmas harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan dari penduduk yang menjadi
sasaran agar lebih diterima
1.2.4 Angka Kesakitan
Sepuluh Besar Penyakit
Berdasarkan hasil laporan bulanan Penyakit (LB1) Puskesmas Tegal Angus
didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus pada
tahun 2014 menurut golongan semua umur seperti grafik berikut ini :
Grafik 1.1 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus th 2014
ISPA
DEMAM
SAKIT
KEPALA
DERMATIT
IS
BATUK
HIPERTE
NSI
GASTRITI
SDIARE
MYALG
IA
33412573 2107 1598 1431 1074 956 587 519
Jumlah
Sumber : Data surveillance Puskesmas Tegal Angus,2014
Dari data diatas didapatkan dermatitis dan diare termasuk 10 besar penyakit
terbanyak di Puskesmas Tegal Angus.
7
Tabel 1.7 Laporan Diare Dewasa Puskesmas Tegal Angus Jan – Mei 2014
NO DesaJumlah
Penduduk
Jumlah
Kejadian Diare
1 Pangkalan 16.755 26
2 Tj. Burung 7.675 6
3 Tegal angus 9.355 51
4 Tj. Pasir 9.595 17
5 Muara 3.516 8
6 Lemo 6.548 11
Jumlah 53.444 118
Sumber :Ketatausahaan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
Dari Tabel 1.7 didapatkan hasil penyakit diare pada dewasa di Puskesmas
Tegal Angus bulan januari sampai dengan bulan mei sebesar 26 kejadian diare
Tabel 1.8 Laporan Diare Balita Puskesmas Tegal Angus Jan – Mei 2014
NO Desa Jumlah
Penduduk
Jumlah
Kejadian Diare
1 Pangkalan 1.340 33
2 Tj. Burung 614 1
3 Tegal angus 748 64
4 Tj. Pasir 767 45
5 Muara 315 9
6 Lemo 524 22
Jumlah 4308 174
Sumber :Ketatausahaan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
Dari Tabel 1.8 didapatkan hasil penyakit diare pada balita di Puskesmas Tegal
Angus bulan januari sampai dengan bulan mei sebesar 33 kejadian diare.
Sarana dan Prasarana
Tabel 1.9. Sarana Kesehatan Yang ada di Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013
8
No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah
1. a. Puskesmas 1
b. Puskesmas Pembantu 1
c. Poskesdes 1
2. Rumah Sakit Pemerintah 0
3. Rumah Sakit Swasta 0
4. Rumah Bersalin Swasta 0
5. Balai Pengobatan Swasta 2
6. Praktek Dokter Umum Swasta 5
7. Praktek Bidan Swasta 8
8. Dokter Gigi praktek swasta 0
9. Laboratorium Klinik Swasta 0
10
.
Apotik 0
11
.
Optikal 0
12
.
Gudang Farmasi 0
13
.
Posyandu 45
14
.
Toko Obat 2
15
.
Pos UKK 0
16 Polindes 0
Sumber : Puskesmas Tegal Angus
Dari tabel diatas sarana kesehatan dan faktor pendukung yang ada di
Puskesmas Tegal Angus masih kurang.
1.2.5 Kesehatan Dasar
A. Pelayanan Kesehatan Dasar
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
9
Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir untuk menurunkan angka kematian ibu
dengan instansi terkait, dalam hal ini Puskesmas untuk pelayanan kesehatan
masyarakat, antara lain:
a. Kunjungan Ibu Hamil K1.
Kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai
standar yang pertama kali pada masa kehamilan. Cakupan K1 di Puskesmas
Tegal Angus tahun 2012 adalah 96,4% dengan cakupan pemberian Fe1
sebesar 96,4%.
b. Kunjungan Ibu Hamil K4.
Kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai
standar paling sedikit empat kali selama masa kehamilan, minimal satu kali
pada triwulan pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada
triwulan ketiga kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe. Cakupan kunjungan
K4 di Puskesmas Tegal Angus tahun 2012 adalah 90% dengan cakupan
pemberian Fe3 90%.
c. Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan.
Ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Persalinan oleh tenaga
kesehatan di Puskesmas Tegal Angus tahun 2012 adalah 90,5%.
d. Penanganan Bumil (ibu hamil) dan Neonatal Risiko Tinggi (risti).
Deteksi dini kelompok bumil dan neonatal risti. Jika ditemukan lebih
awal dapat dilakukan intervensi untuk menangani risiko tersebut. Penemuan
bumil risti dan neonatal risti di Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2012
yaitu 173 bumil risti dari 215 sasaran bumil risti (80,5%) dan 113 neonatal
risti dari 165 sasaran neonatal risti (68,4%).
e. Pelayanan Neonatal.
Pelayanan kesehatan neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali
umur 0-7 hari dan satu kali pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan
pelayanan neonatus, petugas kesehatan selain melakukan pemeriksaan
kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.
2. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pemeriksaan kesehatan anak
sekolah. Puskesmas Tegal Angus melakukan deteksi tumbuh kembang balita dan
10
pemeriksaan kesehatan siswa SD/MI. Upaya yang dilakukan antara lain
penyuluhan di posyandu dan pembentukan kelas ibu balita.
3. Keluarga berencana.
a. Peserta KB Baru. Puskesmas Tegal Angus melakukan edukasi melalui
penyuluhan terus menerus.
b. Peserta KB Aktif.
4. Imunisasi
a. Desa UCI
Desa binaan di wilayah Puskesmas Tegal Angus ada 6 desa. Upaya yang
dilakukan sweeping imunisasi.
b. Drop Out imunisasi Campak-Polio.
Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi lengkap pada balita, sweeping
imunisasi campak dan meningkatkan cakupan imunisasi di posyandu.
5. Gizi
a. Penanganan balita BGM dan gizi buruk
Penanganan balita gizi buruk dengan diberikan PMT (Pemberian Makanan
Tambahan) pemulihan di klinik gizi dan MP-ASI untuk perawatan di rumah
dan kegiatan kunjungan rumah untuk pemantauan pemberian PMT serta
rujukan untuk balita gizi buruk.
Tabel. 1.10 Rekapitulasi Perhitungan Cakupan Program Wajib Dan Program Pengembangan
Komponen Kegiatan Kinerja Puskesmas Dalam Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Daerah
Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013
No. Upaya KesehatanPencapaian Target (%)
Tingkat Kinerja
1Pemberian kapsul vitamin A (dosis 200.000 SI)
pada balita 2x/tahun91,3 Baik
2 Pemberian tablet besi (Fe 90) pada ibu hamil 91 Baik
3Pemberian PMT pemulihan balita gizi buruk pada
gakin100 Baik
4 Balita naik berat badannya 79,06 Kurang
5 Bayi mendapat ASI Eksklusif 92,6 Baik
6 Desa dengan garam beryodium baik 120 Baik
11
7 Pemberian Vitamin A pada bufas 118,18 Baik
8 Prosentase dengan jumlah balita gizi buruk (BB/D) 251,85 Baik
9 Balita Gizi Buruk mendapat perawatan 100 Baik
10 Balita ditimbang di posyandu 64,24 Kurang
b. ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif
ASI merupakan makanan penting untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif
adalah pemberian makanan hanya ASI sampai bayi berumur 6 bulan. Zat gizi
yang terkandung dalam ASI cukup memenuhi kebutuhan nutrisi untuk bayi
sampai berumur 6 bulan. Keuntungan dari ASI adalah ASI mengandung zat
kekebalan tubuh, mengandung protein yang mudah diserap oleh tubuh bayi,
mudah dan murah diberikan untuk bayi serta membangun ikatan kasih
sayang antara ibu dan anak. Jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif di
Puskesmas tegal angus pada tahun 2012 ini adalah 719 bayi dari 976 bayi
(73,7%), meningkat dari tahun lalu yang hanya sebesar 44, 53%.
c. Penanggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)
Program penanggulangan kekurangan vitamin telah dimulai sejak lama
namun sampai saat ini masalah KV masih menjadi salah satu masalah gizi
utama di Indonesia. KVA tingkat berat (Xeroptalmia) yang dapat
menyebabkan kebutaan sudah jarang ditemui, tetapi KVA tingkat sub - klinis
yaitu KVA yang belum menampakkan gejala nyata masih diderita oleh
sekitar 50% di Indonesia.
B. Pelayanan Kesehatan Pengembangan
Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Pelayanan kesehatan salah satunya ditujukan terhadap kelompok usia lanjut,
dimana pada kelompok ini biasanya banyak mengalami gangguan kesehatan
degeneratif dan fungsi tubuh lainnya. Dalam upaya meningkatkan status kesehatan
usia lanjut telah dilaksanakan program pelayanan kesehatan usia lanjut.
C. Perilaku Masyarakat
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan sehat di Puskesamas dilakukan melalui
program promosi kesehatan yaitu penyebarluasan informasi kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyarakat
dapat menggambarkan derajat kesehatan wilayah tersebut hal ini dapat disajikan
12
dengan indikator PHBS, adapun dari hasil kajian PHBS di wilayah Puskesmas Tegal
angus pada Tahun 2014 dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan ( 103.42 % )
2. Rumah yang bebas jentik ( 75.10 % )
3. Penimbangan Bayi dan Balita (100 % )
4. Memberikan Asi Eksklusif ( 15,19 % )
5. Menggunakan air Bersih ( 99,45 % )
6. Menggunakan Jamban Sehat ( 17,15 % )
7. Olah Raga atau melakukan aktifitas fisik setiap hari ( 12.05 % )
8. Mengkonsumsi makanan seimbang ( 25,20 % )
9. Tidak Merokok dalam rumah ( 25.15 % )
10. Penduduk miskin yang dicakup JPKM (98.10 % )
13
Tabel 1.11 Laporan PHBS di wilayah Puskesmas Tegal Angus pada Tahun 2013
INDIKATOR
Nama DesaJumlah KK YDT
% Persalinan O/ tks
% Asi eks
% By/ blt dtmbg
% Cuci Tangan
% Air Bersih
% Jamban Sehat
% Bersikan Jentik
% Makan Sayur Buah
% Aktivitas Fisik
% Tdk Merokok dlm Rumah
% Jmlh (Sehat)
Pangkalan 210 57.6 42.4 67.1 70 95.7 66.5 51.4 57 33.3 33.5 16.2
Tj. Burung 210 64.6 58.6 65.7 43.3 96.6 46.7 79 61.9 72.8 72.8 16.7
Tegal Angus
214 35.6 24.3 58.9 87.4 90.2 57 94 39.7 72.4 57 17
Tj. Pasir 210 71.4 49.5 79.5 38.6 91.4 68.8 92.7 72.3 65.6 65.2 17
Muara 210 71.5 43.6 70.6 45.9 99 43 92 73.4 33 71.2 56.5
Lemo 206 63.6 24.8 64 91.6 83.6 44.8 80.8 84 62 45 18
Jumlah 1260 65.2 37.7 67.5 63.6 92.8 54 86 55.3 61.5 54 15.5
Sumber :Ketatausahaan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
14
Berdasarkan kajian PHBS diatas didapat ada beberapa yang cakupannya masih
rendah hal ini dikarenakan :
Penduduk miskin masih banyak, sehingga yang mempunyai akses air bersih dan
jamban sehat sedikit
Tingkat pendidikan yang masih rendah sehingga kurangnya kesadaran tentang
ASI Eksklusif, aktifitas fisik, merokok dalam rumah
Kurangnya kader jumantik sehingga kegiatan pemeriksaan jentik berkala kurang
optimal
Untuk meningkatkan pencapaian rumah tangga ber PHBS dilakukan
penyuluhan tentang PHBS yang terus menerus,meningkatkan kerjasama lintas
program dan lintas sektor.
D. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan merupakan aspek yang penting di bidang kesehatan,
upaya peningkatan kualitas lingkungan merupakan langkah yang tepat dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan keluarga yang lebih baik. Berikut ini
merupakan upaya-upaya peningkatan kualitas lingkungan bagi kesehatan yang
dilakukan di Puskesmas Tegal Angus :
Penyehatan Perumahan
Rumah merupakan tempat berkumpul atau beristirahat bagi semua anggota
keluarga dan untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi
kesehatan perumahan dapat berperan sebagai media penularan penyakit diantara
anggota keluarga atau tetangga sekitarnya. Rumah sehat adalah rumah tinggal yang
memenuhi syarat kesehatan, hasil pemantauan selama tahun 2012 menunjukkan dari
12.421 rumah yang diperiksa sebanyak 11,2% yang memenuhi syarat kesehatan.
Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar
Pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar di wilayah Puskesmas Tegal
Angus sangat kurang sekali seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini :
15
Tabel 1.11 Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Di wilayah Puskesmas Tegal Angus
Tahun TEMPATSAMPAH
SPAL SAB
2010 532 188 2245
2011 3579 578 3877
2012 608 608 650
2013 608 608 650
2014 205 205 1425
Sumber : Data Program Kesling PKM Tegal Angus tahun 2014
Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa dari jumlah rumah yang
diperiksa mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Dari jumlah rumah yang
diperiksa jumlah yang memiliki tempat sampah sehat hanya 10,23%. Berbagai factor
seperti tingkat pengetahuan, pendidikan, ekonomi, sosial dan kesadaran penduduk
yang masih rendah menyebabkan sulitnya meningkatkan kesehatan sanitasi
masyarakat.
Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU)
Pengawasan terhadap TTU dilakukan untuk meminimalkan faktor risiko
sumber penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU. Bentuk kegiatan yang
dilakukan antara lain meliputi pengawasan lingkungan TTU secara berkala,
bimbingan, penyuluhan dan sarana perbaikan. Tidak adanya tenaga sanitarian dan
kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus menyebabkan pembinaan di TTU tidak
dapat dilakukan.
Penyehatan Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia dan sumber utama
kehidupan bagi umat manusia, maka dengan itu makanan yang tidak dikelola dengan
baik justru akan menjadi sumber media yang sangat efektif di dalam penularan
penyakit saluran pencernaan. Upaya Puskesmas Tegal Angus adalah pemeriksaan
tempat pengelolaan air bersih, pengawasan terhadap kualitas penyehatan tempat–
tempat umum pengelolaan makanan. Tidak hanya tenaga sanitarian melainkan
kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus menyebabkan pembinaan penyehatan
makanan dan minuman tidak dapat dilakukan.
16
1.3 Data Keluarga Binaan
Rute perjalaan dari Puskesmas Tegal Angus menuju ke rumah keluarg binaan
sekitar 20 menit perjalanan dan sekitar 3 km dari Puskesmas Tegal Angus. Setibanya
di Desa pangkalan, dari jalan raya sekitar 5 menit dan sekitar 100 meter dari jalan
raya, masuk gang Desa Pengkalan.
Gambar 1.3 Denah Rumah Keluarga Binaan
1.3.1 Keluarga Binaan Tn. Ali
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Ali yang memiliki 4 orang anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keenam anggota keluarga tersebut adalah
Tabel 1.12 Tabel Keluarga Tn. A
No NamaStatus
Keluarga
Jenis
KelaminUsia Pekerjaan Pendidikan Penghasilan
1Tn. Ali Suami Laki-laki 27 th SMP
Karyawan Swasta
Rp 800.000/bulan
2Ny. Ija Istri Perempuan 25 th SD
Ibu Rumah Tangga
-
3 An. Yudi
Anak Laki-laki 6 th SD kelas 2 Pelajar -
4 An. Dahlan
Anak Laki-laki 4 th - - -
Keluarga Tn. Ali tinggal di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga RT ….
Keluarga ini terdiri dari seorang suami, istri, dan dua anaknya yang tinggal serumah.
Tn. Ali sebagai kepala keluarga berusia 27 tahun dengan latar belakang pendidikan
SMP. Ny. Ija sebagai istri berusia 25 tahun dengan latar belakang lulus SD sampai
17
Kali
Rumah1
Rumah 2
Rumah 4
Rumah 3
kelas enam. An. Yudi merupakan anak pertama di keluarga ini yang berusia 6 tahun
dan saat ini masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 2 SD. Anak kedua bernama
An. Dahlan yang berusia 4 tahun dan belum bersekolah.
Ny. Ija memiliki kebiasaan melahirkan di dukun beranak. An. Yudi
dilahirkan dengan bantuan dukun beranak, sedangkan Ny. Ija melahirkan An. Dahlan
di rumah sakit di karenakan bayinya besar. An. Yudi tidak mendapat ASI sejak lahir
karena Ny. Ija saat itu bekerja sebagai tukang cuci sehingga tidak memiliki banyak
waktu. Ny. Ija akhirnya lebih memilih memberikan susu formula kepada An. Yudi
sampai dengan usia 1 tahun 6 bulan. Sedangkan An. Dahlan mendapat ASI eksklusif
hingga usia 1 tahun 3 bulan. An. Yudi dan An. Dahlan sering menderita batuk pilek
sejak usia 1 tahun sampai sekarang dan ketika sakit dibawa oleh Ny. Ija berobat ke
klinik. Ny. Ija membawa An. Yudi untuk menimbang berat badannya di posyandu
setiap bulan sampai usia 6 tahun. Sementara An. Dahlan selalu menolak untuk dibawa
ke posyandu karena takut. Ny. Ija memberikan imunisasi untuk anak-anaknya namun
tidak lengkap.
Tn. Ali berprofesi sebagai karyawan swasta di sebuah pabrik makanan
dengan pendapatan Rp 800.000,- tiap bulan. Ny. Ija tidak bekerja sehingga tidak
mendapatkan penghasilan.
Keluarga Tn. Ali tinggal disebuah rumah bangunan semi permanen seluas
3 x 4 m. Seluruh dinding rumah terbuat dari anyaman bambu. Seluruh lantainya
terbuat dari semen. Sebagian besar atap rumah menggunakan genteng yang terbuat
dari tanah liat. Rumah Tn. Ali terdiri dari sebuah teras, ruang tamu dan sebuah dapur,
dan tidak terdapat kamar mandi. Ruang tamu berukuran 2 x 4 m beralaskan semen,
terdapat TV dan merupakan tempat biasanya keluarga berkumpul, di ruangan tersebut
terdapat sebuah jendela yang dapat dilewati cahaya matahari dan jarang dibuka pada
pagi hari.
Menurut Ny. Ija, keluarganya mandi dan mencuci baju di kamar mandi di
samping rumahnya dan buang air besar di jamban deket kali. Rumah keluarga Tn. Ali
terletak di daerah yang padat penduduk dengan jarak antar rumah kurang dari 0,5
meter disebelah kanan dan kiri. Keluarga Tn. Ali memiliki kebiasaan membuang
sampah di pinggir sungai lalu setelah sampah sudah banyak, sampah akan dibakar.
18
Keluarga Tn. Ali memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari.
Biasanya menu yang biasa dimakan adalah sayur bayam atau kangkung, tahu, tempe,
telur dan ikan goreng. Keluarga Tn. Ali mengaku jarang sekali mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, maupun sesudah selesai aktivitas. Keluarga Tn. Ali tidak
mengetahui tentang mencuci tangan yang baik dan benar. Keluarga Tn. Ali mengaku
hampir tidak pernah melakukan olahraga. Keluarga Tn. Ali tidak memiliki masalah
kesehatan dalam sebulan terakhir ini, penyakit yang sering dialami oleh anggota
keluarganya adalah diare, dan batuk pilek. Biasanya apabila sakit mereka terbiasa
berobat ke bidan desa.
Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Tn. Ali
Tabel 1.13 Faktor Internal Keluarga Tn. Ali
No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan merokok Tn. Ali merokok sekitar 6 batang dalam satu hari,
biasanya kebiasaan merokok ini dilakukan di
dalam rumah saat anak-anaknya sedang tidak
19
Depan
U
S
T B
berada di rumah, namun ketika anak-anaknya
berada di rumah Tn. Ali merokok di luar rumah.
2 Olah raga Keluarga Tn. Ali tidak ada yang memiliki
kebiasaan berolahraga.
3 Pola Makan Ny. Ija memasak sendiri dengan komposisi
makanan seperti nasi, tahu, tempe, ikan, sayur,
namun jarang mengkonsumsi buah-buahan kecuali
An. Dahlan yang suka memakan buah seperti jeruk
dan salak. Namun, An. Dahlan jarang
mengkonsumsi makanan pokok di rumah, lebih
sering jajan di luar rumah. Tn. Ali dan An. Dahlan
memiliki kebiasaan minum susu.
4 Pola Pencarian
Pengobatan
Apabila sakit, keluarga Tn. Ali tidak pergi berobat
ke puskesmas dan memilih untuk berobat ke bidan
desa di dekat rumahnya.
5 Menabung Ny. Ija memiliki kebiasaan menabung di
tetangganya sebanyak Rp 5.000/hari sehingga
terkumpul sebanyak Rp 1.500.000 dalam setahun.
An. Yudi memiliki kebiasaan menabung di
sekolahnya sebanyak Rp 2.000-3.000/hari.
6 Aktivitas sehari-hari a. Tn. Ali bekerja sebagai karyawan di sebuah
pabrik makanan dari hari Senin- Jumat. Ia
bekerja dari pukul 08.00-24.00 WIB
b. Aktivitas Ny. Ija sehari-hari mengurus anak,
mencuci baju, dan membuat makanan.
c. An. Yudi masih duduk di bangku sekolah
dasar. Ia berangkat sekolah pukul 07.00 dan
pulang ke rumah pukul 12.00 WIB.
d. An. Dahlan belum bersekolah dan sehari-hari
ia menghabiskan waktu di sekitar rumah
bermain bersama teman-temannya.
7 Mencuci tangan Keluarga Tn. Ali tidak memiliki kebiasaan
mencuci tangan yang baik.
20
Tabel 1.14 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Ali
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 3 x 4 m
2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat teras depan, satu ruang
tamu, dan satu dapur
3. Ventilasi Tidak terdapat ventilasi pada rumah
4. Pencahayaan a. Terdapat jendela pada ruang tamu, tetapi
jarang dibuka.
b. Terdapat 3 buah lampu di dalam rumah,
lampu di teras depan dan ruang tamu
berwarna putih, dan lampu di dapur berwarna
kuning.
5. MCK Terdapat tempat untuk mandi dan cuci piring
yang berukuran 1,5 x 1,5 m. Keluarga Tn. Ali
sehari-hari buang air di kebun dekat rumahnya,
namun saat musim hujan keluarga Tn. Ali
memilih untuk buang air di sungai.
6. Sumber Air Dalam kesehariannya keluarga Tn. Ali menimba
air di sumur di samping rumahnya.
7. Saluran pembuangan
limbah
Air limbah rumah tangga di buang ke sungai
dekat rumah.
8. Tempat pembuangan
sampah
Sampah rumah tangga di buang di pinggir
sungai lalu dibakar.
9. Lingkungan sekitar
rumah
Di samping kanan dan kiri rumah terdapat
rumah tetangga. Di lingkungan sekitar rumah
keluarga Tn. Ali cukup bersih tidak ada sampah
berserakan, hanya terdapat banyak ayam
peliharaan keluarga Tn. Ali yang berkeliaran.
1.3.2 Keluarga Binaan Ny. Siti
Tabel 1.15 Tabel Keluarga Ny. Siti
21
No Nama Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia Pekerjaan Pendidikan Penghasilan
1 Ny. Siti Kepala Keluarga
Perempuan 60 th Tidak bersekolah
Ibu Rumah Tangga
-
2 Ny. Alia Anak Perempuan 24 th SD Karyawan Rp 350.000 – Rp 400.000/bulan
Keluarga Ny. Siti tinggal di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga RT 002
RW 04 nomor 70 kabupaten tangerang propinsi banten. Keluarga ini terdiri dari
seorang ibu dan anak yang tinggal serumah. Ny. Siti sebagai kepala keluarga berusia
60 tahun dengan latar belakang pendidikan tidak bersekolah. Anaknya, Ny. Alia
berusia 24 tahun dengan latar belakang lulus SD sampai kelas enam. Suami Ny. Siti
yang bernama Tn. Lausa sudah meninggal sejak satu tahun yang lalu karena sakit
paru-paru. Tn. Lausa bekerja sebagai pelayar di pelabuhan tanjung priuk. Tn. Lausa
meninggal saat usianya 70 tahun. Sebelumnya Tn. Lausa mengalami gejala batuk
disertai darah dan sempat menjalani pengobatan paru selama 6 bulan. Selain itu, Tn.
Lausa juga memiliki riwayat penyakit diabetes melitus namun terkontrol.
Ny. Siti memiliki tujuh orang anak namun anak yang kelima, keenam dan
ketujuh sudah meninggal. Anak yang pertama bernama Ny. Muslimah yang berusia
35 tahun bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan latar belakang pendidikan SD kini
sudah tidak tinggal bersama Ny. Siti. Anak kedua bernama Tn. Aristo berusia 34
tahun yang pernah bekerja sebagai petugas kebersihan di salah satu rumah sakit
umum daerah namun sekarang sudah tidak bekerja lagi. Tn. Aristo memiliki latar
belakang pendidikan SMP dan sekarang sudah tidak tinggal serumah dengan Ny. Siti.
Anak yang ketiga bernama Ny. Alia berusia 24 tahun sehari-hari bekerja sebagai
karyawan namun karena baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas Ny. Alia berhenti
bekerja untuk sementara. Ny. Alia memiliki latar belakang pendidikan SD dan
sekarang tinggal serumah dengan Ny. Siti. Anak yang keempat bernama Tn. Ali yang
berusia 20 tahun dengan latar belakang pendidikan SMP. Tn. Ali tidak bekerja dan
tidak tinggal serumah bersama Ny. Siti. Anak yang kelima bernama An. Sahlan
meninggal saat usia 3 bulan karena mengalami infeksi paru-paru. Anak yang keenam
belum sempat diberi nama oleh Ny. Siti meninggal saat usia 2 bulan akibat penyakit
22
yang sama dengan An. Sahlan. Anak ketujuh bernama An. Muhammad meninggal
saat usia 2 bulan akibat penyakit yang sama dengan anak kelima dan keenam. Ny. Ija
melahirkan ketujuh anaknya di dukun beranak.
Ny. Siti berprofesi sebagai ibu rumah tangga dengan pendapatan keluarga
berasal dari anaknya. Seluruh dinding rumah Ny. Siti terbuat dari anyaman bambu.
Seluruh lantainya terbuat dari semen. Sebagian besar atap rumah menggunakan
genteng dari tanah liat. Rumah Ny. Siti terdiri dari sebuah ruang keluarga dan satu
kamar tidur, tidak terdapat kamar mandi dan dapur. Ruang keluarga berukuran 2 x
4 m beralaskan semen, terdapat TV dan merupakan tempat biasanya keluarga
berkumpul, diruangan tersebut terdapat jendela yang dapat dilewati cahaya matahari.
Kamar tidur berukuran 1 x 4 m dan tidak memiliki jendela.
Ny. Siti mengatakan keluarganya mandi di sumur milik sendiri, dan sumur
tersebut menjadi sumber air keluarga yang dipakai untuk memasak, mandi dan
mencuci
Rumah keluarga Ny. Siti terletak di daerah yang padat penduduk dengan
jarak antar rumah kurang dari 0,5 meter disebelah kanan dan kiri, dan sekitar 3 meter
di depannya. Keluarga Ny. Siti memiliki kebiasaan membuang sampah di depan kali
lalu segera dibakar.
Keluarga Ny. Siti memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari.
Biasanya menu yang dimakan adalah sayur, tahu, tempe, telur, ikan goreng atau ikan
asin. Keluarga Ny. Siti mengaku selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
maupun sesudah selesai buang air. Keluarga Ny. Siti mengaku hampir tidak pernah
melakukan olahraga. Keluarga Ny. Siti mengetahui tentang mencuci tangan yang
baik, dan belum bisa menerapkannya dengan sempurna. Keluarga Ny. Siti tidak
memiliki masalah kesehatan dalam sebulan terakhir ini, penyakit yang sering dialami
oleh anggota keluarganya adalah maag, dan gatal-gatal. Biasanya apabila sakit mereka
berobat ke bidan desa.
23
Gambar 1.5 Denah Rumah Keluarga Ny. Siti
Tabel 1.16 Faktor Internal Keluarga Ny. Siti
No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Keluarga Ny. Siti tidak ada yang memiliki
kebiasaan merokok.
2 Olah raga Keluarga Ny. Siti tidak ada yang memiliki
kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak
pernah melakukan olahraga.
3 Pola Makan Ny. Siti memasak sendiri untuk makan keluarga,
menu makanan yang sering dimakan adalah sayur,
tahu, tempe, telur ikan goreng dan ikan asin.
4 Pola Pencarian
Pengobatan
Apabila sakit, mereka pergi ke bidan desa.
5 Menabung Keluarga Ny. Siti tidak memiliki kebiasaan
menabung.
6 Aktivitas sehari-hari a. Aktivitas Ny. Siti sehari-hari mengurus cucu,
mencuci baju, membersihkan rumah dan
membuat makanan.
b. Anaknya saat ini belum bekerja lagi karena
24
Depan
U
S
T B
sebelumnya mengalami kecelakaan.
7 Perilaku mencuci tangan Keluarga Ny. Siti memiliki pengetahuan tentang
mencuci tangan yang baik dan belum
menerapkannya dengan cukup baik.
Tabel 1.17 Faktor Eksternal Keluarga Ny. Siti
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 3 x 4 m
2. Ruangan dalam
rumah
Rumah terdapat teras depan, satu ruang keluarga, dan satu
kamar tidur
3. Ventilasi Tidak terdapat ventilasi pada sisi rumah, ventilasi hanya
terdapat pada depan rumah.
4. Pencahayaan c. Terdapat jendela pada ruang tamu, tanpa ventilasi dan
jendelanya jarang dibuka.
d. Tidak terdapat jendela pada kamar, tetapi selalu
ditutupi dengan kain.
e. Terdapat 2 buah lampu di dalam rumah, berwarna
putih. Lampu terdapat di ruang keluarga dan kamar
tidur
5. MCK Terdapat tempat untuk mandi dan cuci piring yang
berukuran 1,5 x 1,5 m. Buang air besar, langsung ke kali
didepan rumah.
6. Sumber Air Dalam kesehariannya keluarga Ny. Siti menggunakan air
sumur sebagai sumber air bersih untuk mandi dan
memasak.
7. Saluran
pembuangan
limbah
Air limbah rumah tangga di buang pinggir kali dan segera
dibakar.
8. Tempat
pembuangan
sampah
Sampah rumah tangga di kumpulkan disamping kali lalu
dibakar.
9. Lingkungan sekitar Di samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah
25
rumah tetangga. Di lingkungan sekitar rumah keluarga Ny. Siti
bersih karena Ny. Siti menyapu tiap hari. Hanya terdapat
banyak tumpukan kayu dan barang bekas disamping
dapur.
1.3.3 Keluarga Binaan Tn. Edi
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Edi yang beranggotakan sembilan orang
anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Kesembilan anggota tersebut
diantaranya:
Tabel 1.18 Data Dasar Keluarga Tn Edi
No Nama Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia Pekerjaan Pendidikan Penghasilan
1 Tn Edi Suami Laki – laki 75 th Tidak
bekerja
SD -
2 Ny. Ida Istri Perempuan 65 th Ibu rumah
tangga
SD -
3 Ny.Sopi
yah
Anak Perempuan 45 th Pembantu
RT
SD Rp 1.200.000
4 Ny.
Nawiyah
Cucu Perempuan 22 th Ibu rumah
tangga
SD -
5 Ny.
Yanti
Cucu Perempuan 21 th Ibu rumah
tangga
SD -
6 Tn.
Munin
Cucu
menantu
Laki-laki 23 th Pengantar
air galon
SMP Rp 800.000
7 Tn.
Yamin
Cucu
menantu
Laki-laki 24 th Buruh
pabrik
SD Rp 1.000.000
8 An. Lilis Cicit Perempuan 5 th - - -
9 An. Cicit Perempuan 3 bulan - - -
26
Nabila
Keluarga binaan ini bertempat tinggal di Jl. Gaga Sulaman RT 006 / RW 01
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga ini
terdiri dari sepasang suami istri yang telah menikah selama 46 tahun dan telah
mempunyai dua orang anak perempuan. Tn. Edi sebagai seorang kepala rumah tangga
berusia 75 tahun dan mempunyai istri yang bernama Ny. Ida yang berusia 65 tahun
dengan latar belakang pendidikan SD. Penghasilan keluarga ini berasal dari anak dan
cucu menantunya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, karyawan tempat
penjualan air galon serta buruh pabrik.
Anak pertama Tn. Edi dan Ny Ida bernama Ny. Sopiyah yang berusia 45 tahun
dengan latar pendidikan yang sama seperti kedua orang tuanya yaitu lulusan SD. Ny.
Sopiyah sudah berpisah dengan suaminya. Ny. Sopiyah bekerja sebagai pembantu
rumah tangga dengan penghasilan sekitar Rp 1.200.000 perbulan. Adiknya bernama
Ny. Marni berusia 44 tahun bekerja sebagai pembantu rumah tangga yang juga
memiliki latar belakang pendidikan SD. Ny. Marni tidak tinggal lagi bersama
keluarga Tn. Edi setelah menikah. Ia tinggal bersama suaminya di Bekasi dan jarang
pulang ke rumahnya di Desa Pangkalan. Saat melahirkan kedua anaknya Ny. Ida
melahirkan dengan ditolong oleh paraji.
Ny. Sopiyah memiliki dua orang anak bernama Ny. Nawiyah berumur 22
tahun dengan latar belakang pendidikan SD yang menikah dengan Tn. Munin
berumur 23 tahun dengan latar belakang pendidikan lulusan SMP. Mereka memiliki
dua orang anak bernama An. Lilis yang berumur 5 tahun dan An. Nabila yang
berumur 3 bulan. Ny. Nawiyah bekerja sebagai ibu rumah tangga sedangkan
suaminya bekerja sebagai pengantar air galon yang memiliki penghasilan Rp 800.000
perbulan. Anak kedua Ny. Sopiyah bernama Ny. Yanti berumur 21 tahun yang
menikah dengan Tn. Yamin berumur 24 tahun dan keduanya memiliki latar
pendidikan yang sama yaitu lulus SD. Ny. Yanti bekerja sebagai ibu rumah tangga
sedangkan suaminya bekerja sebagai buruh pabrik yang memiliki penghasilan tiap
bulan sekitar Rp 1.000.000.
27
Penyakit yang dialami oleh anggota keluarga ini adalah pegel – pegel, sesak
nafas dan batuk. Menurut Tn. Edi keluarganya terkadang mengalami diare, Tn. Edi
mengakui bahwa keluarganya mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum dan
setelah makan tetapi tidak melakukannya dengan benar. Keadaan tersebut dikatakan
karena keluarga Tn Edi malas untuk mencuci tangan walaupun mereka mengetahui
pentingnya mencuci tangan dengan bersih sebelum makan dan resiko sakit apabila hal
tersebut tidak dilaksanakan dengan benar. Dalam keseharian keluarga Tn. Edi
menggunakan pompa air untuk kebutuhan masak, mandi, minum, makan dan
mencuci.
Keluarga ini mempunyai pola makan 2 kali sehari pada siang dan malam hari.
Ny. Ida memasak sendiri untuk makan keluarga, menu makanan yang sering dimakan
adalah sayur asem, sayur sop, tahu, tempe, telur dan ikan asin. Keluarga ini juga
memiliki kebiasaan meminum kopi hampir setiap hari. Konsumsi ikan atau daging
dikatakan jarang yaitu sekitar sebulan 2-3 kali karena faktor keterbatasan keuangan.
Konsumsi sayur berlangsung dengan baik pada keluarga ini, dimana hampir seluruh
keluarga Tn. Edi senang mengkonsumsi sayur.
Tn. Edi mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 1 – 2 bungkus perhari.
Namun sekarang kebiasaan merokok Tn. Edi sudah berkurang menjadi 4 batang
perhari. Kebiasaan merokok ini dilakukan di dalam ataupun di luar rumahnya.
Keluarga ini tidak mempunyai kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah
melakukan kegiatan olahraga. Apabila sakit keluarga Tn. Edi hanya membeli obat
warung karena jarak pelayanan kesehatan dari rumah keluarga Tn. Edi yang sangat
jauh, yaitu kira-kira 4 km. Jika tidak sembuh juga atau bertambah parah maka barulah
keluarga Tn. Edi akan berobat ke pelayanan kesehatan (puskesmas). Tn. Edi tidak
memiliki kebiasaan menabung karna pendapatan keluarga yang sangat cukup atau
bahkan kurang untuk kebutuhan sehari-hari.
Luas rumah ± 8 x 10 m dengan lantai keramik. Dalam rumah terdapat ruang
keluarga berukuran 4,5 x 4 m, tiga kamar tidur yang mana dua kamar berukuran 3 x 3
m dan satu kamar berukuran 4 x 2,5 m. Juga terdapat dapur yang berukuran 2 x 3 m.
Atap rumah terbuat dari genteng tanah liat dan tidak ada plafon. Terdapat ventilasi
hampir disetiap ruangan yang berukuran kira-kira 30 x 150 cm. Terdapat jendela pada
ruang keluarga berukuran 1,5 x 0,5 m dan jendela pada kedua kamar, tetapi selalu
28
ditutupi dengan kain dan tidak bisa dibuka. Terdapat 6 buah lampu di dalam rumah, 5
buah berwarna putih dan 1 berwarna kuning. Di luar rumah kira-kira berjarak 1 m dari
pintu belakang rumah terdapat sebuah bangunan yang berfungsi sebagai kamar mandi
dan tempat mencuci pakaian berukuran 2 x 1,5 m, beralaskan semen. Jamban berada
lebih kurang 10 meter di depan rumah, yang terletak di atas kali serta digunakan
untuk lebih kurang 5 kepala keluarga. Biasanya keluarga Tn. Edi membersihkan
badan di rumah setelah BAB.
Gambar 1.6 Denah Rumah Keluarga Tn. Edi
Tabel.1.19 Faktor Internal Keluarga Tn. Edi
No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan merokok Tn. Edi mempunyai kebiasaan merokok sebanyak
29
RuangKeluarga
U
T
B
S
1 – 2 bungkus perhari. Namun sekarang kebiasaan
merokok Tn. Edi sudah berkurang menjadi 4
batang perhari. Kebiasaan merokok ini dilakukan
di dalam ataupun di luar rumahnya
2 Olah raga Keluarga ini tidak mempunyai kebiasaan
berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah
melakukan kegiatan olahraga
3 Pola Makan Keluarga ini mempunyai pola makan 2 kali sehari
pada siang dan malam hari. Ny. Ida memasak
sendiri untuk makan keluarga, menu makanan
yang sering dimakan adalah sayur asem, sayur
sop, tahu, tempe, telur dan ikan asin. Keluarga ini
juga memiliki kebiasaan meminum kopi hampir
setiap hari
4 Pola Pencarian
Pengobatan
Apabila sakit keluarga Tn. Edi hanya membeli
obat warung karena jarak pelayanan kesehatan
dari rumah keluarga Tn. Edi yang sangat jauh,
yaitu kira-kira 4 km. Jika tidak sembuh juga atau
bertambah parah maka barulah keluarga Tn. Edi
akan berobat ke pelayanan kesehatan (puskesmas)
5 Menabung Tn. Edi tidak memiliki kebiasaan menabung karna
pendapatan keluarga yang sangat cukup atau
bahkan kurang untuk kebutuhan sehari-hari
6 Mencuci tangan Keluarga Tn. Edi mempunyai kebiasaan mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan. Tetapi
mencuci tangan tanpa menggunakan sabun.
Keluarga Tn. Edi mengetahui tentang manfaat
mencuci tangan yang baik, akan tetapi tidak
melakukannya dengan benar.
7 Aktivitas sehari-hari a. Tn. Edi sudah tidak bekerja lagi. Sehari-hari
Tn. Edi hanya mengurus cicit-cicitnya di
30
rumah
b. Ny. Ida bekerja sebagai Ibu rumah tangga
c. Ny. Sopiyah bekerja sebagai pembantu rumah
tangga setiap harinya
d. Ny. Nawiyah bekerja sebagai Ibu rumah
tangga
e. Ny. Yanti bekerja sebagai Ibu rumah tangga
f. Tn. Munin bekerja sebagai pengantar air
galon dari pagi hingga sore
g. Tn Yamin bekerja sebagai buruh pabrik dari
hari senin hingga sabtu
Tabel 1.20 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Edi
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah ± 8 x 10 m dengan lantai keramik.
2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat ruang keluarga berukuran
4,5 x 4 m, tiga kamar tidur yang mana dua kamar
berukuran 3 x 3 m dan satu kamar berukuran 4 x
2,5 m. Juga terdapat dapur yang berukuran 2 x 3
m. Atap rumah terbuat dari genteng tanah liat
dan tidak ada plafon
3. Ventilasi Terdapat ventilasi hampir disetiap ruangan yang
berukuran kira 30 x 150 cm.
4. Pencahayaan a. Terdapat jendela pada ruang keluarga
berukuran 1,5 x 0,5 m.
b. Terdapat jendela pada dua kamar, tetapi
selalu ditutupi dengan kain dan tidak bisa
dibuka.
c. Terdapat 6 buah lampu di dalam rumah, 5
buah berwarna putih dan 1 berwarna kuning.
Lampu terdapat di ruang tamu, kamar tidur
31
dan teras rumah.
5. MCK a. Di luar rumah kira-kira berjarak 1 m dari
pintu belakang rumah terdapat sebuah
bangunan yang berfungsi sebagai kamar
mandi dan tempat mencuci pakaian berukuran
2 x 1,5 m, beralaskan semen.
b. Jamban berada lebih kurang 10 meter di
depan rumah, yang terletak di atas kali serta
digunakan untuk lebih kurang 5 kepala
keluarga.
c. Biasanya keluarga Tn. Edi membersihkan
badan di rumah setelah BAB
6. Sumber Air Dalam keseharian keluarga Tn. Edi
menggunakan pompa air untuk kebutuhan masak
dan mandi.
7. Saluran pembuangan
limbah
Limbah rumah tangga cair di buang ke selokan
di belakang rumah yang berjarak 2 m.
8. Tempat pembuangan
sampah
Sampah ditumpuk hingga penuh, lalu kemudian
dibakar didepan rumah deket dengan kali.
9. Lingkungan sekitar
rumah
Bagian depan rumah Tn. Edi berupa halaman
berukuran 3 x 10 m beralaskan tanah yang tidak
ditanami tumbuhan. Di samping kanan dan kiri
rumah terdapat rumah tetangga. Yang mana
jarak antar tiap rumah berkisar 1 meter.
1.3.4 Keluarga Binaan Tn. Asman
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Asman yang beranggotakan lima orang
anggota keluarga yang tingal dalam satu rumah. Kelima anggota tersebut diantaranya:
Tabel 1.21 Data Dasar Keluarga Tn. Asman
32
No Nama Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia Pekerjaan Pendidikan Penghasilan
1 Tn.
Asman
Suami Laki – laki 45 th Buruh
pabrik
SD hingga
kelas 3
Rp 1.200.000
2 Ny.
Sriyati
Istri Perempuan 40 th Ibu rumah
tangga
SD hingga
kelas 5
-
3 Nn.
Erlis
Anak Perempuan 23 th Buruh
pabrik
Lulus SD Rp 800.000
4 Nn.
Erpi
Anak Perempuan 19 th Buruh
pabrik
Lulus SD Rp 600.000
5 An.
Mutiar
a
Anak Perempuan 9 th Pelajar SD kelas 4 -
Keluarga binaan ini bertempat tinggal di Jl. Gaga Sulaman RT 006 / RW 01
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga ini
terdiri dari sepasang suami istri yang telah menikah selama 24 tahun dan telah
mempunyai tiga orang anak perempuan. Tn. Asman berusia 45 tahun dengan latar
pendidikan SD hingga kelas 3 dan mempunyai istri yang bernama Ny. Sriyati yang
berusia 40 tahun dengan latar belakang pendidikan SD hingga kelas 5. Tn. Asman
sebagai kepala keluarga menjadi tulang punggung yang bekerja sebagai buruh pabrik
plastik dengan penghasilan sekitar Rp 1.200.000 perbulan.
Anak pertama Tn. Asman dan Ny. Sriyati bernama Nn. Erlis yang berusia 23
tahun dengan latar belakang pendidikan lulusan SD. Nn. Erlis bekerja sebagai buruh
pabrik benang dengan penghasilan sekitar Rp 800.000 perbulan. Adiknya bernama
Nn. Erpi berusia 19 tahun dengan latar belakang pendidikan lulusan SD juga bekerja
sebagai buruh pabrik perabotan rumah tangga dengan penghasilan Rp 600.000
perbulan. Anak ketiga Tn. Asman bernama An. Mutiara yang berusia 9 tahun,
sekarang sedang duduk dibangku kelas 3 SD. Saat melahirkan ketiga anaknya Ny.
Sriyati melahirkan dengan ditolong oleh paraji.
33
Penyakit yang dialami oleh anggota keluarga ini adalah darah tinggi, pegel-
pegel, dan batuk (riwayat pengobatan paru 1 tahun dan dinyatakan sembuh). Menurut
Ny. Sriyati keluarganya juga terkadang mengalami diare, beliau mengaku bahwa
keluarganya tidak memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
Meskipun mereka mengetahui pentingnya dari mencuci tangan dengan bersih sebelum
makan dan resiko sakit apabila hal tersebut tidak dilaksanakan dengan benar. Dalam
keseharian keluarga Tn. Asman menggunakan air sumur untuk kebutuhan memasak,
mandi, minum, makan dan mencuci.
Keluarga ini mempunyai pola makan 3 kali sehari pada pagi, siang dan malam
hari. Ny. Sriyati memasak sendiri untuk makan keluarga, menu makanan yang sering
dimakan adalah sayur asem, sayur daun katup, tahu, tempe dan telur. Ikan jarang
dikonsumsi karena Tn. Asman memiliki riwayat alergi terhadap makanan laut.
Konsumsi sayur berlangsung dengan baik pada keluarga ini, dimana hampir seluruh
keluarga Tn. Aswan senang mengkonsumsi sayur.
Sekitar 2 tahun yang lalu Tn. Asman memutuskan untuk berhenti merokok
setelah beliau mengidap penyakit paru-paru dan harus mengikuti pengobatan yang
lama (1 tahun). Saat itu Tn. Aswan memiliki kebiasaan merokok sebanyak 1-2
bungkus perhari. Keluarga ini tidak mempunyai kebiasaan berolahraga. Bahkan
hampir tidak pernah melakukan kegiatan olahraga. Apabila sakit keluarga Tn. Asman
hanya membeli obat warung. Jika tidak sembuh juga atau bertambah parah maka
maka keluarga Tn. Asman akan berobat ke dokter. Keluarga Tn. Asman tidak
memiliki kebiasaan menabung, tetapi mengikuti arisan dengan ibu-ibu disekitar
rumahnya.
Luas rumah ± 7,5 x 6 m dengan lantai keramik. Dalam rumah terdapat ruang
keluarga berukuran 6 x 3 m, dua kamar tidur yang masing-masing berukuran 3 x 3 m.
Terdapat dapur yang berukuran 1,5 x 6 m dengan kamar mandi di dalamnya yang
berukuran 1,5 x 2 m beralaskan semen. Atap rumah terbuat dari genteng tanah liat dan
tidak ada plafon. Ventilasi hanya terdapat di ruang keluarga dan kamar depan yang
masing – masing berukuran kira 30 x 150 cm, 30 x 50 cm. Terdapat jendela pada
ruang keluarga berukuran 1,5 x 1 m. Cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah
cukup kurang. Terdapat 5 buah lampu, berwarna putih. Lampu berada di ruang tamu,
kamar tidur dan dapur. Jamban berada lebih kurang 2 meter di belakang rumah, yang
34
terletak di atas kali serta digunakan untuk lebih kurang 5 kepala keluarga. Biasanya
keluarga Tn.Asman membersihkan badan di rumah setelah BAB.
Gambar 1.7 Denah Rumah Keluarga Tn. Asman
Tabel.1.22 Faktor Internal Keluarga Tn. Asman
No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan merokok Saat ini Tn. Asman sudah tidak merokok. Namun
sekitar 2 tahun yang lalu Tn. Asman memiliki
kebiasaan merokok sebanyak 1-2 bungkus perhari
2 Olah raga Keluarga ini tidak mempunyai kebiasaan
berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah
melakukan kegiatan olahraga
3 Pola Makan Keluarga ini mempunyai pola makan 3 kali sehari
pada pagi, siang dan malam hari. Ny. Sriyati
memasak sendiri untuk makan keluarga, menu
makanan yang sering dimakan adalah sayur asem,
sayur daun katup, tahu, tempe dan telur. Ikan
35
RuangKeluarga
jarang dikonsumsi karena Tn. Asman memiliki
riwayat alergi terhadap makanan laut.
4 Pola Pencarian
Pengobatan
Apabila sakit keluarga Tn. Asman hanya membeli
obat warung. Jika tidak sembuh juga atau
bertambah parah maka maka keluarga Tn. Asman
akan berobat ke dokter
5 Menabung Keluarga Tn. Asman tidak memiliki kebiasaan
menabung
6 Mencuci tangan Keluarga Tn. Asman tidak memiliki kebiasaan
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
Meskipun keluarga tersebut mengetahui tentang
dampak dan manfaat mencuci tangan yang baik.
7 Aktivitas sehari-hari a. Tn. Asman berkerja sebagai buruh pabrik
plastik. Bekerja mulai dari pukul 08.00
sampai 17.00 WIB
b. Ny. Sriyati bekerja sebagai Ibu rumah tangga
c. Nn. Erlis bekerja sebagai buruh di pabrik
benang
d. Nn. Erpi bekerja sebagai buruh di pabrik
perabotan rumah tangga
e. An. Mutiara sekarang sedang mengenyam
pendidikan SD kelas 3
Tabel 1.23 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Asman
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah ± 7,5 x 6 m dengan lantai keramik.
2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat ruang keluarga berukuran
6 x 3 m, dua kamar tidur yang masing-masing
berukuran 3 x 3 m. Terdapat dapur yang
berukuran 1,5 x 6 m dengan kamar mandi di
36
dalamnya yang berukuran 1,5 x 2 m. Atap rumah
terbuat dari genteng tanah liat dan tidak ada
plafon
3. Ventilasi Ventilasi hanya terdapat di ruang keluarga dan
kamar depan yang masing – masing berukuran
kira 30 x 150 cm, 30 x 50 cm.
4. Pencahayaan a. Terdapat jendela pada ruang keluarga
berukuran 1,5 x 1 m
b. Cahaya matahari yang masuk ke rumah
kurang
c. Terdapat 5 buah lampu di dalam rumah,
berwarna putih. Lampu terdapat di ruang
tamu, kamar tidur dan dapur.
5. MCK a. Kamar mandi terletak di dalam rumah
berukuran 1,5 x 2 m, beralaskan semen.
b. Jamban berada lebih kurang 2 meter di
belakang rumah, yang terletak di atas kali
serta digunakan untuk lebih kurang 5 kepala
keluarga.
c. Biasanya keluarga Tn.Asman membersihkan
badan setelah BAB di rumah
6. Sumber Air Dalam keseharian keluarga Tn. Asman
menggunakan air sumur untuk kebutuhan masak
dan mandi.
7. Saluran pembuangan
limbah
Limbah rumah tangga cair di buang ke saluran
yang menuju kali di belakang rumah yang
berjarak 2 m.
8. Tempat pembuangan
sampah
Sampah ditumpuk hingga penuh, lalu kemudian
dibakar di belakang rumah deket dengan kali.
9. Lingkungan sekitar
rumah
Bagian depan rumah Tn. Asman langsung
berhadapan dengan rumah adiknya yang berjarak
37
2 m. Rumah tersebut tidak memiliki halaman
pekaranngan. Di samping kanan dan kiri rumah
terdapat rumah tetangga. Yang mana jarak antar
tiap rumah berkisar 1 - 2 meter.
1.4 PENENTUAN AREA MASALAH KESEHATAN
1.4.1 Penjabaran Area Masalah Pada Keluarga Binaan
1.4.1.1 Keluarga Tn. Ali
a. Masalah Non Medis
1. Kebiasaan merokok dalam keluarga
2. Kurangnya pengetahuan tentang rumah sehat
3. Perilaku penggunaan jamban yang tidak sehat
4. Perilaku mencuci tangan yang salah
5. Kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif bagi anak
6. Buruknya pertukaran udara di rumah keluarga binaan
7. Rendahnya pendapatan keluarga binaan
8. Rendahnya tingkat pendidikan pada keluarga binaan
9. Kurangnya kesadaran untuk berobat ke pelayanan kesehatan
10. Kurangnya kesadaran berolahraga
11. Perilaku ibu dalam pemberian jajanan sehat
b. Masalah Medis
1. Penyakit diare yang terkadang di alami oleh anggota keluarga binaan
2. Penyakit ISPA yang terkadang dialami oleh anggota keluarga binaan
3. Rendahnya pengetahuan ibu tentang persalinan yang di bantu oleh
tenaga kesehatan
4. Rendahnya pengetahuan ibu terhadap imunisasi pada anak
1.4.1.2 Keluarga Ny. Siti
a. Masalah Non Medis
1. Kurangnya pengetahuan tentang rumah sehat
2. Perilaku penggunaan jamban yang tidak sehat
3. Perilaku mencuci tangan yang salah
4. Buruknya pertukaran udara di rumah keluarga binaan
5. Rendahnya pendapatan keluarga binaan
38
6. Rendahnya tingkat pendidikan di keluarga binaan
7. Kurangnya kesadaran berolahraga
b. Masalah Medis
1. Penyakit diare yang terkadang di alami oleh anggota keluarga binaan
2. Penyakit paru – paru yang terkadang dialami oleh anggota keluarga
binaan
3. Penyakit diabetes mellitus yang terkadang dialami oleh anggota keluarga
binaan
4. Penyakit maag yang terkadang dialami oleh anggota keluarga binaan
5. Penyakit gatal – gatal yang terkadang dialami oleh anggota keluarga
binaan
6. Rendahnya pengetahuan ibu tentang persalinan yang di bantu oleh
tenaga kesehatan
1.4.1.3 Keluarga Tn. Edi
a. Masalah Non Medis
1. Kurangnya pengetahuan mengenai pola makan gizi seimbang
2. Kurangnya kebersihan di dalam rumah
3. Perilaku mencuci tangan yang salah
4. Perilaku penggunaan jamban yang tidak sehat di keluarga binaan
5. Buruknya pertukaran udara di rumah keluarga binaan
6. Rendahnya pendapatan keluarga
7. Rendahnya tingkat pendidikan dalam keluarga binaan
8. Perilaku merokok disembarang tempat
9. Kurangnya kesadaran untuk berobat ke pelayanan kesehatan
10. Kurangnya kesadaran berolahraga
b. Masalah Medis
1. Penyakit diare yang terkadang di alami oleh anggota keluarga binaan
2. Penyakit paru – paru yang dialami oleh anggota keluarga binaan
3. Penyakit ISPA yang terkadang dialami oleh anggota keluarga binaan
4. Penyakit pegal-pegal yang hampir sering di alami keluarga binaan
5. Rendahnya pengetahuan ibu tentang persalinan yang di bantu oleh
tenaga kesehatan
39
1.4.1.4 Keluarga Tn. Asman
a. Masalah Non Medis
1. Kurangnya pengetahuan mengenai pola makan gizi seimbang di
keluarga binaan
2. Prilaku mencuci tangan yang salah
3. Prilaku penggunaan jamban yang tidak sehat di kelaurga binaan
4. Kurangnya pencahayaan pada rumah keluarga binaan
5. Buruknya pertukaran udara di rumah keluarga binaan
6. Rendahnya pendapatan keluarga
7. Rendahnya tingkat pendidikan dalam keluarga binaan
8. Kurangnya kesadaran berolahraga
9. Kurangnya kesadaran untuk berobat ke pelayanan kesehatan
b. Masalah Medis
1. Penyakit diare yang terkadang di alami oleh anggota keluarga binaan
2. Penyakit paru – paru yang dialami oleh Tn. Asman
3. Penyakit pegal-pegal yang hampir sering di alami keluarga binaan
4. Rendahnya pengetahuan ibu tentang persalinan yang di bantu oleh
tenaga kesehatan
1.4.2 Alasan Pemilihan Area Masalah
Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu dengan
menganalisis laporan tahunan puskesmas mengenai data program kesehatan
lingkungan, yaitu PHBS dan penderita diare di wilayah Puskesmas Tegal Angus.
Kemudian informasi tersebut dibandingkan dengan laporan kader desa setempat
yang menyatakan bahwa jumlah penderita diare masih banyak. Setelah
mengamati, mewawancarai, dan melakukan observasi masing-masing keluarga
binaan di Desa Pangkalan terdapat berbagai area permasalahan, yaitu:
1. Kurangnya pengetahuan tentang pola makan gizi seimbang pada keluarga
binaan.
2. Perilaku penggunaan jamban yang tidak sehat
3. Kurangnya ventilasi pada rumah keluarga binaan
40
4. Perilaku mencuci tangan yang buruk
5. Kurangnya pengetahuan tentang rumah yang sehat
6. Rendahnya tingkat pendidikan yang terdapat pada keluarga binaan.
7. Rendahnya tingkat ekonomi yang terdapat pada keluarga binaan.
8. Perilaku hidup sehat dan olahraga yang masih buruk pada keluarga binaan.
9. Rendahnya pengetahuan ibu tentang persalinan yang di bantu oleh tenaga
kesehatan
10. Penyakit diare yang terkadang di alami oleh anggota keluarga binaan
11. Penyakit paru – paru di alami oleh anggota keluarga binaan
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, kami memutuskan
untuk mengangkat permasalahan “Perilaku Mencuci Tangan yang Baik pada
Keluarga Binaan RT 006 RW 001 Jl. Gaga Sulaman Desa Pangkalan”. Dalam
pengambilan sebuah masalah digunakan Metode Delphi.
Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh
suatu kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang akan
diputuskan. Proses penetapan Metode Delphi dimulai dengan identifikasi masalah
yang akan dicari penyelesaiannya.
41
Gambar.1.8 Prinsip Metode Delphi
Pemilihan area masalah ini didasarkan atas metode delphi dan melalui
berbagai pertimbangan yaitu :
− Dalam kunjungan beberapa kali ke rumah keluarga binaan, kami menemukan
bahwa keempat keluarga binaan memiliki masalah mencuci tangan. Dari ketiga
domain pembentuk perilaku, yaitu knowledge, attitude, dan practice, keempat
keluarga binaan tidak memiliki masalah pada knowledge nya. Sehingga, selama
kunjungan dengan waktu yang berbeda, kami mengobservasi perilaku mencuci
tangan keempat keluarga binaan, dan didapatkan bahwa perilaku mencuci
tangan yang buruk berdasarkan hasil checklist observasi. Pada hasil presurvey
dari 15 responden yang memiliki perilaku buruk tentang cuci tangan sebanyak
11 orang.
− Kebiasaan buruk ini dapat menjadi salah satu sebab timbulnya berbagai
penyakit saluran cerna maupun kulit dan kelamin. Banyak anggota keluarga
binaan yang pernah mengalami penyakit diare, penyakit kulit, dan penyakit
saluran nafas. Dari data sekunder yang didapatkan dari Puskesmas Tegal
42
Angus, berikut merupakan sepuluh besar penyakit puskesmas tegal angus tahun
2014 (Grafik 1.1) dan laporan kasus kejadian diare dewasa dan balita (tabel 1.7
dan tabel 1.8) di wilayah cakupan Puskesmas Tegal Angus :
Grafik 1.1 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus th 2014
ISPA
DEMAM
SAKIT
KEPALA
DERMATIT
IS
BATUK
HIPERTE
NSI
GASTRITI
SDIARE
MYALG
IA
33412573 2107 1598 1431 1074 956 587 519
Jumlah
Sumber : Data surveillance Puskesmas Tegal Angus,2014
Tabel 1.7 Laporan Diare Dewasa Puskesmas Tegal Angus Jan – Mei 2014
NO DesaJumlah
PendudukJumlah Kejadian
Diare1 Pangkalan 16.755 262 Tj. Burung 7.675 63 Tegal angus 9.355 514 Tj. Pasir 9.595 175 Muara 3.516 86 Lemo 6.548 11
Jumlah 53.444 118Sumber :Ketatausahaan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
Tabel 1.8 Laporan Diare Balita Puskesmas Tegal Angus Jan – Mei 2014
NO Desa Jumlah Penduduk
Jumlah Kejadian Diare
1 Pangkalan 1.340 332 Tj. Burung 614 13 Tegal angus 748 644 Tj. Pasir 767 455 Muara 315 96 Lemo 524 22
Jumlah 4308 174Sumber :Ketatausahaan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
− Berdasarkan data sekunder yang didapat dari Puskesmas Tegal Angus tahun
2013 mengenai PHBS (Tabel 1.11), cuci tangan merupakan indikator yang
presentasenya (70%) masih kurang di Desa Pangkalan.
43
Tabel 1.11 Laporan PHBS di wilayah Puskesmas Tegal Angus pada Tahun 2013
INDIKATOR
Nama DesaJumlah KK YDT
% Persalinan O/ tks
% Asi eks
% By/ blt dtmbg
% Cuci Tangan
% Air Bersih
% Jamban Sehat
% Bersikan Jentik
% Makan Sayur Buah
% Aktivitas Fisik
% Tdk Merokok dlm Rumah
% Jmlh (Sehat)
Pangkalan 210 57.6 42.4 67.1 70 95.7 66.5 51.4 57 33.3 33.5 16.2
Tj. Burung 210 64.6 58.6 65.7 43.3 96.6 46.7 79 61.9 72.8 72.8 16.7
Tegal Angus
214 35.6 24.3 58.9 87.4 90.2 57 94 39.7 72.4 57 17
Tj. Pasir 210 71.4 49.5 79.5 38.6 91.4 68.8 92.7 72.3 65.6 65.2 17
Muara 210 71.5 43.6 70.6 45.9 99 43 92 73.4 33 71.2 56.5
Lemo 206 63.6 24.8 64 91.6 83.6 44.8 80.8 84 62 45 18
Jumlah 1260 65.2 37.7 67.5 63.6 92.8 54 86 55.3 61.5 54 15.5
Sumber :Ketatausahaan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
44
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Diagnosis dan Intervensi Komunitas
Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan
adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara
pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan
permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu
prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan
kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi
sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan
diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat
(epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi
kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi).
2.1.2. Konsep Perilaku
2.1.2.1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner
ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
45
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
2.1.2.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau
penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari
batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering
disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
sosial budaya, dan sebagainya.
46
2.1.2.3. Domain Perilaku
Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun
1967, teori ini lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan
dengan perilaku & norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA
mengalami perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/
memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari
hubungan ini yang menemukan secara relative korespondensi yang rendah diantara
sikap-sikap dan perilaku, serta beberapa teori yang bertujuan menghapuskan sikap
sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku (Fishbein, 1993; Abelson, 1972;
Wicker, 1969).
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang
menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan
norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui
sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan hubungan sebab
musabab diantara komponen yang ditentukan dengan jelas (Ajzen dan Fishbein,
1980). Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Tanpa pengetahuan seseorang tidak
mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan
terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a) Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan
kondisi fisik.
b) Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atausarana.
c) Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya strategi
dan metode dalam pembelajaran.
47
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai
tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (obyek).
48
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas
dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mancapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau
bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
49
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang
tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1. Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek)
2. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.
2.1.2.4. Asumsi Determinan Perilaku
Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai
kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang
dominan pada diri orang tersebut.Secara rinci perilaku manusia sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan,
kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan
tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan,
sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Beberapa teori lain yang telah dicoba
untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain:
1. Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku
tertentu adalah :
50
1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang
terhadap objek (objek kesehatan).
a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman
orang lain.
b. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu.
c. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.
Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang
paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi
orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan
kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung
pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada
pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu
tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman
seseorang.
2) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya,
maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga
dan sebagainya.
4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber
didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of
life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk
dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat
sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003).
2. Theory of Reasoned Action (TRA)
Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967, teori ini lebih
memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku
& norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA mengalami
perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/ memahami
hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari hubungan ini
51
yang menemukan secara relative korespondensi yang rendah diantara sikap-sikap
dan perilaku, serta beberapa teori yang bertujuan menghapuskan sikap sebagai
sebuah factor yang mendasari perilaku (Fishbein, 1993; Abelson, 1972; Wicker,
1969).
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab
yang menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan
keyakinan norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah
laku, melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan
hubungan sebab musabab diantara komponen yang ditentukan dengan jelas
(Ajzen dan Fishbein, 1980). Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.
3. Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat
kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior
causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor pendorong (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3) Faktor pendukung (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.
4. Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku
merupakan fungsi dari :
1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya (behavior itention).
2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
52
3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accesebility of information).
4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau
keputusan (personal autonomy).
5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).
2.1.3. Teori Mencuci Tangan yang Baik dan Benar
Cara mencuci tangan yang benar yang dengan cara mencuci tangan
menggunankan sabun Mencuci tangan menggunakan sabun adalah salah satu tindakan
sanitasidengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun oleh
manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan
dengan sabun merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan
karena tangan sering menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen
berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak
tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas).
Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun
cairan tubuh lain (seperti ingus) dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat
tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang
lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditulari.
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk
mencegah penyakit diare dan ISPA, keduanya menjadi penyebab utama kematian
anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak-anak di seluruh dunia meninggal
sebelum mencapai umur lima tahun karena penyakit diaredan ISPA. Mencuci tangan
dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, kecacingan, dan flu burung.
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebaiknya dilakukan pada lima waktu penting,
yaitu: (1) sebelum memulai pekerjaan; (2)sesudah menggunakan toilet; (3) sebelum
memegang bayi; (4) sesudah menceboki anak; (5) sebelum menyiapkan makanan dan
sesudah makan. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir dapat
memutuskan mata rantai kuman yang melekat di jari-jemari. Masyarakat termasuk
anak sering mengabaikan mencuci tangan memakai sabun dengan air mengalir karena
kurangnya pemahaman tentang kesehatan.
Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari segala kotoran, dimulai dari
ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai kebutuhan. Perilaku
53
cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting. Mencuci tangan
juga dapat diartikan menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit
permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yangkemudian dibilas di bawah air yang
mengalir.
Cuci tangan menggunakan air saja tidaklah cukup untuk melindungi seseorang
dari kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Dari berbagai riset, risiko
penularan penyakit dapat berkurang dengan adanya peningkatan perilaku hidup bersih
dan sehat, perilaku kebersihan, seperti cuci tangan pakai sabun. Perilaku cuci tangan
pakai sabun merupakan intervensi kesehatan yang paling murah dan efektif
dibandingkan dengan intervensi kesehatan dengan cara lain. Cuci tangan adalah
proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan
dengan memakai sabun dan air. Kesehatan dan kebersihan tangan secara bermakna
mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua tangan dan
lengan serta mengurangikontaminasi silang. Cuci tangan dianggap merupakan salah
satu langkah yang paling penting untuk mengurangi penularan mikroorganisme dan
mencegah infeksi selama lebih dari 150 tahun. Kesehatan kebersihan tangan yang
baik dapat mencegah penularan mikroorganisme dan mengurangi frekuensi infeksi
nosokomial.
a. Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan
menggunakan sabun.
1. Diare
Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk
anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait
menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat menurunkan angka kejadian diare
hingga 50%. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun
secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti
tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari
kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika
mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang
terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih
dahulu atau terkontaminasi. Tingkat keefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam
penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi pencegahan
54
adalah: Mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air olahan (39%), sanitasi
(32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air (25%), sumber air yang diolah
(11%). (2)
2. Infeksi saluran pernafasan.
Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab kematian utama anak-anak balita.
Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernafasan ini
dengan dua langkah : 1) dengan melepaskan patogen-patogen pernafasan yang
terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan, 2) dengan menghilangkan
patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus entrentic) yang menjadi penyebab
tidak hanya diare namun juga gejala penyakit pernafasan lainnya. Bukti-bukti telah
ditemukan bahwa praktik-praktik menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan/buang air besar/kecil dapat mengurangi tingkat
infeksi hingga 25%. Penelitian lain di Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan
dengan sabun mengurangi infeksi saluran pernafasan yang berkaitan dengan
pnemonia pada anak-anak balita hingga lebih dari 50 %.
3. Infeksi cacing, infeksi mata, dan infeksi kulit.
Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran
pernafasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit
kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan
trichuriasis.
Gambar 2.1 Diagram Transmisi Penyakit
55
b. Teknik mencuci tangan yang baik dan benar dan penggunaan sabun
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka mencuci tangan haruslah
dengan air bersih yang mengalir, baik itu melalui kran air atau disiram dengan
gayung, menggunakan sabun yang standar, setelah itu keringkan dengan handuk
bersih atau menggunakan tisu. Untuk penggunaan jenis sabun dapat menggunakan
semua jenis sabun karena semua sabun sebenarnya cukup efektif dalam membunuh
kuman penyebab penyakit. Teknik mencuci tangan yang benar harus menggunakan
sabun dan di bawah air yang mengalir dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang
mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara.
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.
3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih.
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan.
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.
7. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar,
kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih
yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau tisu.
56
Gambar 2.2 Langkah-langkah Mencuci Tangan
Karena mikroorganisme tumbuh berkembang biak di tempat basah dan di air
yang menggenang, maka apabila menggunakan sabun batangan sediakan sabun
batangan yang berukuran yang kecil dalam tempat sabun yang kering. Hindari
mencuci tangan di waskom yang berisi air walaupun telah ditambahkan bahan
antiseptik, karena mikroorganisme dapat bertahan dan berkembang biak pada larutan
ini. Apabila menggunakan sabun cair jangan menambahkan sabun apabila terdapat
sisa sabun pada tempatnya, penambahan dapat menyebabkan kontaminasi bakteri
pada sabun yang baru dimasukkan. Apabila tidak tersedia air mengalir, gunakan
ember dengan kran yang dapat dimatikan sementara menyabuni kedua tangan dan
buka kembali untuk membilas atau gunakan ember dan kendi/teko.
57
2.2 KERANGKA TEORI
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan teori dari
Snehedu Kar, perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan
fungsi dari behaviour intention, social-support, accessebility of information, personal
autonomy, action situation
Gambar 2.3 Bagan kerangka teori
58
Perilaku
Behaviour Intention
Keyakinan
Sikap
Social Support
Lingkungan
Acessibility to information
Pengetahuan
Tenaga Kesehatan
Personal Autonomy
Keluarga
Masyarakat sekitar
Action Situation
Sarana
Prasarana
2.3 KERANGKA KONSEP
Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang
berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan di RT
006/ RW 003, Kampung Gaga, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel
independen dari kerangka teori yang dihubungkan dengan area permasalahan.
Gambar 2.4 Bagan kerangka konsep
59
VARIABEL INDEPENDEN
VARIABEL DEPENDEN
Pendidikan
Sikap
Lingkungan
Pengetahuan
Tenaga Kesehatan
Keluarga
Masyarakat sekitar
Sarana
PERILAKU MENCUCI
TANGAN YANG SALAH
2.6 Definisi Operasional
Tabel 2.1 Tabel Definisi Operasional Diagnosis Dan Intervensi Komunitas Area Masalah Perilaku Mencuci Tangan Pada Daerah Keluarga Binaan RT …RW … Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala1. Pendidikan Pernyataan responden
tentang pendidikan formal tertinggi yang pernah dicapai responden.
Kuesioner WawancaraTinggi : 4-6Rendah : 1-3
Ordinal
2. Sikap Pernyataan responden mengenai kecenderungan melakukan tindakan cuci tangan pakai sabun.
Kuesioner Wawancara Mendukung : 3-5Tidak mendukung : 0-2
Ordinal
3. Lingkungan Dukungan sosial dari lingkungan (seperti guru dan teman-teman) responden yang mempengaruhi pola perilaku cuci tangan.
Kuesioner Wawancara Berperan : 2-4Tidak berperan : 0-1
Ordinal
4. Pengetahuan mengenai mencuci tangan
Wawasan pengetahuan keluarga binaan mengenai mencuci tangan, menurut WHO : 1. Membasahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara
Kuesioner Wawancara Baik : 5-10Buruk : 1-5
Ordinal
60
bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan
7. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau tisu.
kesadaran akan pentingnya mencuci tangan dan dampak jika tidak mencuci tangan seperti diare dan ISPA.
5. Tenaga kesehatan
Ada tidaknya peran (edukasi, pengawasan, dan dorongan) petugas kesehatan dalam pelaksanaan mencuci tangan dalam kegiatan rutin.
Kuesioner Wawancara Berperan : 1-3Tidak berperan : 0
Ordinal
6. Keluarga Pernyataan responden mengenai upaya dari pihak keluargakepada anak untuk mensosialisasi cara mencuci tangan pakai sabun
Kuesioner Wawancara Berperan : 2-4Tidak berperan : 0-1
Ordinal
7. Masyarakat sekitar
Masyarakat sekitar responden yang mempengaruhi pola perilaku cuci tangan.
Kuesioner Wawancara Berperan : 2-4Tidak berperan : 0-1
Ordinal
8. Sarana Ada tidaknya fasilitas mencuci tangan berupa air bersih mengalir dan sabun di rumah
Kuesioner Wawancara Tersedia: 2-4Tidak tersedia : 0-1
Ordinal
61
KUESIONER
PERILAKU MENCUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR
IDENTITAS RESPONDEN
a. Nama :
b. Umur :
c. Jenis Kelamin :
d. Alamat :
e. Pendidikan :
f. Pekerjaan :
g. Penghasilan :
I. PENDIDIKAN
1. Jenjang pendidikan bapak/ibu yang ditamatkan ?
a. Tidak pernah sekolah
b. SD/ Sederajat
c. SLTP/Sederajat
d. SLTA/Sederajat
e. Akademi/Diploma
f. Perguruan Tinggi
II. SIKAP
1. Apakah anda setuju syarat air bersih yang sehat itu tidak berwarna dan jernih?
a. Setuju
b. Tidak setuju
2. Apakah anda setuju yang harus kita lakukan sebelum makan adalah mencuci tangan pakai air bersih dan sabun?
a. Setuju
62
NO.
RESPONDEN
b. Tidak setuju
3. Apakah anda setuju yang harus kita lakukan sesudah BAB adalah mencuci tangan pakai air bersih dan sabun?
a. Setuju
b. Tidak setuju
4. Apakah anda setuju yang harus kita lakukan sebelum memegang bayi adalah mencuci tangan pakai air bersih dan sabun?
a. Setuju
b. Tidak setuju
5. Apakah anda setuju penyakit yang timbul apabila kita tidak mencuci tangan sebelum makan adalah diare dan batuk pilek?
a. Setuju
b. Tidak setuju
III. LINGKUNGAN6. Apakah guru pernah mengajarkan mengenai cuci tangan pakai sabun di
sekolah?a. Pernahb. Tidak pernah
7. Apakah ada poster atau media lainnya yang dipasang atau diberikan oleh guru atau pihak sekolah kepada murid?
a. Adab. Tidak ada
8. Apakah teman-teman mengingatkan tentang cuci tangan pakai sabun?a. Tidak pernahb. Jarangc. Selalu
IV. PENGETAHUAN MENGENAI MENCUCI TANGAN
9. Menurut anda air apa yang baik digunakan untuk mencuci tangan?
a. Air bersih yang mengalir
b. Air bersih yang ditampung
c. Air apa saja
63
10. Menurut anda sabun apa yang sebaiknya digunakan untuk mencuci
tangan?
a. Sabun khusus untuk mencuci tangan
b. Sabun apa saja
c. Tidak memakai sabun
11. Langkah pertama mencuci tangan yang baik dan benar adalah?
a. Oleskan sabun
b. Basahkan tangan dengan air bersih
c. Bersihkan telapak tangan
12. Apa yang anda ketahui tentang manfaat mencuci tangan pakai sabun?
a. Tangan menjadi halus
b. Mencegah penyakit diare, batuk pilek, dan kecacingan
c. Tangan menjadi harum
13. Ada berapa langkah cuci tangan pakai sabun yang tepat?
a. 3 langkah
b. 5 langkah
c. 7 langkah
V. TENAGA KESEHATAN
14. Apakah petugas kesehatan pernah melakukan penyuluhan mengenai cara
mencuci tangan yang baik dan benar?
a. Ya
b. Tidak
15. Jika jawabannya A
Berapa kali petugas kesehatan memberikan penyuluhan selama satu tahun?
a. Satu bulan sekali
b. Satu tahun sekali
c. Tidak pernah
64
VI. KELUARGA
16. Apakah orangtua di rumah biasa cuci tangan pakai sabun?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
17. Apakah orangtua di rumah mengingatkan tentang kebiasaan cuci tangan
pakai sabun?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
VII. MASYARAKAT SEKITAR
18. Apakah tetangga di sekitar rumah biasa cuci tangan pakai sabun?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
19. Apakah tetangga di sekitar rumah mengingatkan tentang kebiasaan cuci
tangan pakai sabun?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
VIII. SARANA
20. Apakah terdapat air bersih untuk mencuci tangan ?
a. Ya
b. Tidak
Ket : Jika jawaban anda A silahkah menjawab nomor 12
21. Apakah air bersih tersebut dalam keadaan mengalir ?
a. Ada
65
b. Tidak Ada
22. Apakah terdapat sabun untuk mencuci tangan?
a. Ada
b. Tidak ada
23. Jika ya, sabun jenis apa yang tersedia?
a. Sabun colek
b. Sabun batang
c. Sabun cair
1.Indikator Penilaian untuk Pendidikan :
a : 1 b : 2 c : 3 d : 4 e: 5 f : 6
Total :
Jumlah total 1-3: pendidikan RENDAH
Jumlah total 4-6: pendidikan TINGGI
2.Indikator Penilaian untuk Sikap :
Jika jawaban SETUJU nilai : 1
Jika jawaban TIDAK SETUJU nilai : 0
Total:
Jumlah total 3-5: Sikap MENDUKUNG
Jumlah total 0-2: Sikap TIDAK MENDUKUNG
3. Indikator Penilaian untuk Lingkungan :
Untuk pertanyaan nomor 6-7:
Jika jawaban A nilai: 1
Jika jawaban B nilai: 0
Untuk pertanyaan nomor 8:
66
Jika jawaban C nilai: 2
Jika jawaban B nilai: 1
Jika jawaban A nilai: 0
Total:
Jumlah total 2-4: Lingkungan BERPERAN
Jumlah total 0-1: Lingkungan TIDAK BERPERAN
4.Indikator Penilaian untuk Pengetahuan :
Jika jawaban BENAR nilai : 2
Jika jawaban SALAH nilai : 1
Total :
Jumlah total 6 - 10 : Pengetahuan BAIK
Jumlah total 1 – 5: Pengetahuan BURUK
5.Indikator Penilaian untuk Tenaga Kesehatan :
Untuk pertanyaan nomor 10:
Jika jawaban YA nilai : 1
Jika jawaban TIDAK nilai : 0
Untuk pertanyaan nomor 11:
Jika jawaban A nilai: 2
Jika jawaban B nilai: 1
Jika jawaban C nilai: 0
Total :
Jumlah total 1-3 : Tenaga Kesehatan BERPERAN
Jumlah total 0: Tenaga Kesehatan TIDAK BERPERAN
67
6. Indikator Penilaian untuk Keluarga :
Jika jawaban C nilai: 2
Jika jawaban B nilai: 1
Jika jawaban C nilai: 0
Total:
Jumlah total 2-4: Keluarga BERPERAN
Jumlah total 0-1: Keluarga TIDAK BERPERAN
7. Indikator Penilaian untuk Masyarakat Sekitar :
Jika jawaban C nilai: 2
Jika jawaban B nilai: 1
Jika jawaban C nilai: 0
Total:
Jumlah total 2-4: Masyarakat Sekitar BERPERAN
Jumlah total 0-1: Masyarakat Sekitar TIDAK BERPERAN
8.Indikator Penilaian untuk Sarana :
Jika jawaban YA nilai : 1
Jika jawaban TIDAK nilai : 0
Total :
Jumlah total 2-4: Sarana TERSEDIA
Jumlah total 0-1: Sarana TIDAK TERSEDIA
2.4 DEFINISI OPERASIONAL
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang
diamati atau diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi
operasional ialah suatu definisi yang didasarkan padakarakteristik yang dapat
diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “Mengubah konsep-konsep yang
68
berupa konstruk” dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang
dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain.
Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran
atau pengamanan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
mengembangkan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo, 2006). Adapun definisi
operasional dalam penelitian ini sebagai berikut :
69
Tabel 2.1 Definisi Operasional
70
71
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Pengukuran
1. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui
responden berkaitan dengan pola gizi
seimbang berdasarkan 4 pilar, berupa
pola makan yang beranekaragam,
jumlah yang cukup dan tidak
berlebihan. Juga berhubungan dengan
penggunaan minyak, garam, dan gula.
- 4 sendok makan gula, 1 sendok teh
garam, dan 5 senok makan minyak
- 2 – 4 porsi lauk
- 3 – 4 porsi sayur
- 2 – 3 porsi buah
- 3 – 4 porsi karbohidrat
- 8 gelas air putih sehari
Kuesioner Wawancara - 11 - 16 :
Pengetahuan
Baik
- 5 – 10 :
Pengetahuan
Cukup
- < 5 :
Pengetahuan
Kurang
Ordinal
2. Tingkat
Pendidikan
Jenjang pendidikan formal yang
dijalani oleh responden
Kuesioner Wawancara - SMA : 5-6
- SMP : 3-4
- SD : 1-2
Ordinal
3. Paparan
Informasi
Adanya paparan informasi yang
didapatkan oleh keluarga binaan
berupa edukasi, pengawasan, dorongan
petugas kesehatan dalam pola makan
gizi seimbang pada keluarga binaan.
Kuesioner Wawancara Petugas
Kesehatan
Berperan : 1 – 3
Petugas
Kesehatan
Kurang
Berperan : 0
Ordinal
4. Lingkungan Ada atau tidaknya pola kebiasaan di
lingkungan responden yang berkaitan
dengan pola makan gizi seimbang
(seperti keberagaman makanan,
Kuesioner Wawancara - Lingkungan
Baik : 2
- Lingkungan
Cukup : 1
Ordinal
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah,
langkah-langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam setiap melaksanakan langkah tersebut harus dilakukan secara
objektif dan rasional.
3.1 POPULASI PENGUMPULAN DATA
Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial,
perlu dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi
adalah keseluruhan objek pengumpulan data (Arikunto, 2002). Dalam hal ini
yang menjadi populasi adalah keluarga di RT 002/RW 04, Desa Pangkalan ,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
3.2 SAMPEL PENGUMPULAN DATA
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2002). Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah keempat keluarga binaan di
RT 002/RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten.
Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah anggota dari keluarga binaan
yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi mencakup usia >17 tahun, sehat
mental dan tidak cacat fisik. Responden adalah sebagian sampel yang mau
berpartisipasi pada penelitian ini diambil dari peneliti langsung melakukan
observasi ke rumah keluarga binaan dan pengumpulan data dengan kuesioner.
3.3 RESPONDEN PENGUMPULAN DATA
Responden kuesioner merupakan perwakilan dari setiap anggota keluarga
binaan yang kooperatif, usia diatas 17 tahun, bisa membaca dan menulis, sehat
jasmani dan rohani yaitu sebanyak 15 orang, yaitu: keluarga Tn. Ali sebanyak 2
orang, Ny. Siti sebanyak 2 orang, Tn. Edi sebanyak 7 orang, Tn. Asman
sebanyak 5 orang.
72
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili
dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu :
- Bersedia untuk menjadi informan
- Merupakan anggota keluarga binaan
- Usia diatas 17 tahun
- Sehat jasmani dan rohani
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian,
yaitu :
- Tidak bersedia menjadi informan
- Berusia diatas 65 tahun dan atau dibawah 17 tahun
- Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui
- Memiliki gangguan mental
3.4 JENIS DAN SUMBER DATA
3.4.1 Jenis data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan
dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai
macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis,
observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip).
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau
bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah
atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau
statistika.
Data kuantitatif yang diperoleh adalah berupa data diskrit dan
data kontinu yaitu :
1. Data diskrit
73
Dalam penelitian ini terdapat 15 responden yang tercantum
dalam tabel 3.1. dan tabel 3.2 mengenai jumlah perempuan
dan laki-laki serta distribusi tingkat pendidikan pada keluarga
binaan.
Tabel 3.1 Jumlah perempuan dan laki-laki pada Keluarga Binaan di
RT 002/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Agustus 2015
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga
Binaan di RT 002/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Agustus 2015
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1 Tidak sekolah 2 13,33%
2 SD 11 73,33%
3 SMP 2 13,33 %
4 SMA 0 0
5 Belum sekolah 0 0
2. Data kontinu diperoleh dari segi umur atau usia yang tercantum
dalam tabel 3.3
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Usia pada di RT 002/ RW 04, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Agustus 2015
74
Jenis Kelamin Jumlah Responden
Laki-laki 4
Perempuan 11
Total 15
3.4.2 Sumber Data
Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu empat
keluarga binaan di RT 002/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Agustus 2015
a. Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil pengamatan langsung
ke rumah, melalui hasil wawancara terpimpin, analisis dan observasi
pada keluarga binaan di RT 002/ RW 04, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Agustus 2015
b. Data sekunder
Data yang didapat dari data yang sudah ada di Puskesmas Tegal
Angus. Berupa data angka kejadian 10 penyakit terbanyak
Puskesmas Tegal Angus tahun 2014, data PHBS di Puskesmas
Tegal Angus tahun 2014 dan data angka kejadian diare di
Puskesmas Tegal Angus tahun 2014
c. Data tersier
Data yang didapat dari buku Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilku karya Soekidjo Notoatmodjo tahun 2007 dan internet.
Data yang didapat dari buku dan internet yaitu mengenai
Manajemen Penelitian, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Pokok–pokok metodologi penelitian,
Pendidilkan dan Ilmu Perilaku, Memahami Penelitian Kualitatif dan
lain-lain
75
Umur (dalam tahun) Jumlah Persentase
< 20 1 6,66 %
21-40 8 53,33%
41-60 3 20%
>60 2 16,66%
3.4.3 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah.
Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data
merupakan sarana yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti
cek list, kuesioner, perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman
observasi, skala, kamera foto dan sebagainya. Instrumen yang kami
pakai untuk mengumpulkan data adalah kuesioner.
3.4.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagi antar penting dalam suatu
langkah-langkah diagnosis komunitas. Untuk mendapatkan data yang
diperlukan, maka digunakan beberapa metode dalam proses
pengumpulan data.
Metode yang kami pakai dalam mengumpulkan data adalah
wawancara dengan menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat
untuk mengumpulkan data-data.
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data
76
77
Tanggal Kegiatan
Selasa, 11 Agustus
2015
a. Pengumpulan data program wajib Puskesmas Tegal Angus,
laporan penyakit dan gambaran Desa Tanjung Pasir.
b. Perkenalan dan sambung rasa dengan keluarga binaan.
c. Pengumpulan data dasar masing-masing keluarga binaan.
Rabu, 12 Agustus
2015
a. Observasi rumah keluarga binaan.
b. Pengumpulan data dari Puskesmas Tegal Angus yang
berhubungan dengan beberapa masalah yang ditemukan
pada keluarga binaan.
c. Diskusi kelompok menentukan area permasalahan dengan
menjabarkan permasalahan pada keluarga binaan masing-
masing.
Kamis, 13 Agustus
2015
Diskusi kelompok menentukan area permasalahan
“Perilaku Mencuci Tangan yang Baik pada Keluarga
Binaan di RT 002/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Agustus 2015 Desa Pangkalan”
Jumat, 14 Agustus
2015
a. Diskusi dengan dr. Nurlaela
b. Diskusi kelompok :
1. Mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan area
masalah.
2. Membuat kerangka teori dan pertanyaan mengenai
seputar faktor-faktor yang berkaitan dengan area
masalah.
c. Menentukan teknik dan instrumen pengumpulan data,
disepakati melalui observasi dan wawancara dengan
metode checklist
Diskusi kelompok:
1. Membuat kerangka konsep
2. Membuat definisi operasional
3. Membuat checklist
4. Diskusi Diagnosis dan Intervensi Komunitas
Selasa, 18 Agustus
2015
Mengunjungi keluarga binaan untuk pengisian kuesioner
Minggu, 19 Agustus
2015
1. Mengolah data yang diperoleh dari pengamatan langsung
2. Menganalisis data dan menarik kesimpulan dari hasil
checklist dan kuesioner
3. Membuat laporan
Agustus 2015 Melakukan Intervensi kekeluarga binaan.
3.4.5 Pengolahan Data dan Analisa Data
Untuk pengolahan data tentang Perilaku Mencuci Tangan yang Baik
pada Keluarga Binaan di RT 002/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Agustus 2015
Desa Pangkalan” digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan
data menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel. Untuk menganalisa
data-data yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa univariat.
Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali
setiap variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk
meringkas kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut
berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa
ukuran statistik, tabel, grafik.
Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel independen yang
diukur adalah :
1. Faktor Predesposisi
a. Jenis Kelamin
b. Pendidikan
c. Pekerjaan
d. Pengetahuan Mengenai Cuci Tangan
e. Sikap Terhadap Kebiasaan Mencuci Tangan
2. Faktor Pemungkin
a. Ketersediaan Fasilitas seperti air bersih, kran air,sabun cuci tangan
b. Keterpaparan informasi mengenai mencuci tangan yang baik dan
benar
3. Faktor Penguat
a. Dukungan Petugas kesehatan
b. Dukungan Keluarga
c. Kebijakan Pendukung
78
BAB IV
HASIL ANALISA
4.1 Karakteristik Keluarga Binaan
Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari data
karakteristik responden yang terdiri dari empat keluarga binaan di Kampung Gaga
Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yakni: keluarga Tn. Jaenadi, Tn. Jaih, Ny.
Mar dan Tn sahadianto.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Keluarga Binaan di Kampung Gaga
Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, 8 Juli – 15 Juli 2014
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki – laki 7 38,89%
Perempuan 11 61,11%
Total 18 100%
79
laki - laki 39%
perempuan 61%
DISTRIBUSI JENIS KELAMIN
Diagram 4.1 Distribusi Jenis Kelamin pada keluarga binaan di Kampung Gaga Sulaman RT
006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, 8 Juli – 15 Juli 2014
Berdasarkan dari diagram 4.1 tentang distribusi jenis kelamin pada keluarga
binaan didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak (61,11%).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di Kampung Gaga Sulaman RT
006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, 8 Juli – 15 Juli 2014
Umur (dalam tahun) Jumlah Persentase
< 10 6 33,33%
11-20 5 27,78%
21-30 2 11,11%
31-40 4 22,22%
> 40 1 5,56%
80
<10 th 11 - 20 th
21 - 30 th
31 - 40 th
>40 th0
1
2
3
4
5
6
7
6
5
2
4
1
Distribusi Frekuensi Usia
Umur (dalam tahun)
Jum
lah
Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Usia pada keluarga binaan di Kampung Gaga Sulaman RT
006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, 8 Juli – 15 Juli 2014
Berdasarkan dari diagram 4.2 tentang frekuensi berdasarkan usia pada
keluarga binaan didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berusia
<10 tahun (33,33%).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Binaan di Kampung Gaga
Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, 8 Juli – 15 Juli 2014
No
.
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1 Tidak sekolah 0 0 %
2 SD 13 72,22%
3 SMP 1 5,56%
4 SMA 0 0%
5 Belum sekolah 4 22,22%
81
Tidak sekolah SD SMP SMA Belum sekolah0
2
4
6
8
10
12
14
0
13
10
4
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Jum
lah
Diagram 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Binaan di Kampung
Gaga Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, 8 Juli – 15 Juli 2014
Berdasarkan dari Diagram 4.3 terlihat tingkat pendidikan terbanyak dari
keluarga binaan adalah SD sebanyak 13 orang (72,22%).
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan Kampung Gaga Sulaman
RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, 8 Juli – 15 Juli 2014
No
.
Pekerjaan Jumlah Persentase
1 Tidak Bekerja 6 33,33%
2 Ibu Rumah Tangga 2 11,11%
4 Buruh Pabrik 1 5,56%
5 Pembantu Rumah Tangga 1 5,56%
6 Buruh Bangunan 3 16,67%
7 Pelajar 4 22,22%
8 Pedagang 1 5,56%
82
Tidak Bekerja Ibu Rumah Tangga
Buruh Pabrik Pembantu Rumah Tangga
Buruh Bangunan
Pelajar Pedagang0
1
2
3
4
5
6
7
6
2
1 1
3
4
1
Distribusi Frekuensi Pekerjaan
Pekerjaan
Jum
lah
Diagram 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan di Kampung Gaga
Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, 8 Juli – 15 Juli 2014
Berdasarkan Diagram 4.4 diatas dapat dilihat bahwa Distribusi Pekerjaan
terbanyak adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 6 orang. 33,33%.
4.2 Analisis Univariat
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-
variabel dalam check list dan kuesioner yang diambil langsung pada empat rumah
keluarga binaan pada bulan Juli 2014.
Tabel 4.5 Distribusi responden terhadap aspek pengetahuan terhadap pola makan gizi
seimbang di Kampung Gaga Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2014
Pengetahuan Jumlah Responden Persentase (%)
Baik 0 0%
83
Buruk 8 100%
Total 8 100%
Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan bahwa sebanyak 8 orang responden (100%)
memiliki pengetahuan pola makan seimbang yang buruk.
Tabel 4.6 Distribusi Responden terhadap aspek tingkat pendidikan terhadap pola makan gizi
seimbang di Kampung Gaga Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2014
Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)
Rendah 8 100%
Tinggi 0 0%
Total 8 100%
Berdasarkan Tabel 4.5 didapatkan bahwa sebanyak 8 responden (100%)
memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
Tabel 4.7 Distribusi responden terhadap aspek petugas kesehatan terhadap pola makan gizi
seimbang di Kampung Gaga Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2014
Aspek Petugas Kesehatan Jumlah Responden Presentase (%)
Berperan 0 0%
Tidak Berperan 8 100%
Total 8 100%
Berdasarkan Tabel 4.6 didapatkan bahwa sebanyak 8 responden (100%)
mengaku petugas kesehatan disekitar sana tidak/berperan terhadap pola makan gizi
seimbang.
Tabel 4.8 Distribusi responden terhadap aspek tingkat ekonomi terhadap pola makan gizi
seimbang di Kampung Gaga Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2014
Tingkat Ekonomi Jumlah Responden Persentase (%)
Rendah 8 100 %
Tinggi 0 0
84
Total 8 100 %
Berdasarkan Tabel 4.7 didapatkan bahwa sebanyak 8 responden (100%) berada
pada tingkat ekonomi rendah.
Tabel 4.9 Distribusi responden terhadap aspek lingkungan tentang kebiasaan jajan terhadap
pola makan gizi seimbang di Kampung Gaga Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2014
Kebiasaan Jajan Jumlah Responden Persentase (%)
Baik 0 0
Cukup 2 25%
Kurang 6 75%
Total 8 100%
Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan bahwa sebanyak 6 responden (75%) berada
pada tingkat kebiasaan jajan yang kurang.
Tabel 4.10 Distribusi responden terhadap aspek pengalaman pengaturan pola makan gizi
seimbang di Kampung Gaga Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2014
Tingkat Ekonomi Jumlah Responden Persentase (%)
Baik 0 0
Kurang 8 100%
Total 8 100%
Berdasarkan Tabel 4.9 didapatkan bahwa sebanyak 8 responden (100%) berada
pada tingkat pengalaman pengaturan pola makan gizi seimbang yang kurang.
4.3 Rencana Intervensi Pemecahan Masalah
Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan
rencana intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan
pembuatan diagram fishbone yaitu untuk mengetahui penyebab masalah sampai
dengan akar - akar penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana
85
intervensi pemecahan masalah dari setiap akar penyebab masalah tersebut.
Adapun diagram fishbone dapat dilihat sebagai berikut :
86
87
Tabel 4.11 Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi
No. Akar Penyebab
Masalah
Alternatif
Pemecahan
Masalah
Rencana Intervensi Intervensi Yang
Dilakukan
1. Tingkat Pendidikan yang Rendah pada Keluarga karena kurangnya dana dan kemauan
Memberikan
informasi kepada
keluarga binaan
tentang pentingnya
pendidikan.
Memotivasi keluarga
binaan untuk
mengikuti program
pendidikan 12 tahun.
Jangka pendek
Penyuluhan tentang
pentingnya pendidikan
dan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari
sehingga dapat
meningkatkan
pengetahuan dalam
bidang pola makan gizi
seimbang
Jangka panjang
Memberikan informasi
tentang pentingnya
pendidikan lebih tinggi
serta memberikan
infomasi tentang
program beasiswa yang
ada diberbagai jenjang
pendidikan, sehingga
dapat meningkatkan
wawasan keluarga.
2. Tingkat pendapatan yang rendah
Menyediakan
sarana pelayanan
kesehatan yang
langsung ke
masyarakat
Memberika suatu
pelayanan kesehatan
baik promotif
maupun kuratif yang
tidak memberatkan
dari faktor ekonomi.
Jangka Pendek
Memaksimalkan promosi
kesehatan dan pendidikan
kesehatan di dalam
bidang gizi di lingkungan
88
setempat
Jangka panjang
Melakukan pendataan
langsung kepada
keluarga binaan
mengenai keikutsertaan
dalam program kesehatan
gratis yang diadakan oleh
pemerintah.
3 Pola makan keluarga yang tidak seimbang sebelumnya
Memberikan
penjelasan
mengenai tentang
kebiasaan-
kebiasan yang
benar mengenai
pola makan gizi
seimbang.
Memberikan
informasi tentang
pentingnya
mengkonsumsi
makanan bergizi.
Jangka Pendek
Memberikan penyuluhan
semenarik mungkin
mengenai konsumsi
makanan bergizi
seimbang sertai
keuntungan dan
kerugiannya
Jangka Panjang
Menganjurkan
pelaksanaan program
Pembagian Makanan
Tambahan (PMT)
sebagai penunjang
kebutuhan gizi seimbang
dikeluarga binaan.
4. Pengetahuan keluarga yang kurang terhadap pentingnya variasi makanan
Memberikan
edukasi tentang
macam – macam
makanan bergizi
dan sehat.
Memberikan contoh
menu aneka ragam
makanan dalam
setiap kali makan.
Jangka pendek
Menggunakan alat peraga
sebagai media informasi
tentang jenis makanan
sehat dan bergizi
89
seimbang.
Edukasi pengurangan
aktivitas jajan diluar
dengan penggantian
pemberian bekal
Jangka panjang
Menciptakan suatu
lingkungan dengan pola
makan jajanan yang
bergizi
5. Kurangnya penyajian media dan petugas kesehatan dalam memberikan informasi pola makan gizi seimbang
Memberikan
informasi kepada
keluarga binaan
mengenai
pentingnya
menerapkan pola
makan gizi
seimbang dalam
kehidupan sehari-
hari.
Melakukan
pendekatan kepada
pelayanan kesehatan
dan anggota
keluarga tentang
pentingnya pola
makan gizi
seimbang.
Jangka pendek
memberikan penyuluhan
kepada petugas kesehatan
untuk turut berperan aktif
dalam perbaikan pola
makan gizi seimbang
pada keluarga binaan.
Jangka panjang
Melatih para kader untuk
berperan aktif dalam
pendataan status gizi
setiap anggota keluarga
binaan secara berkala
Memberikan pendidikan
gizi secara berkala
dengan disertai survey
gizi pada keluarga
binaan.
90
Adanya pelacakan angka
kejadian gizi kurang dan
gizi buruk dilapang
disertai pemberian
makanan tambahan,
untuk dipantau
perkembangan gizinya
setiap bulan
91
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke
keluarga binaan yang bertempat tinggal di kampung Gaga Sulaman RT
006/ RW 003 Kampung Gaga Sulaman Desa Tanjung Pasir Kecamatan
Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten maka dilakukanlah
diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu
“Keluarga Binaan RT 006 RW 003 Kampung Gaga Sulaman Desa
Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang
Provinsi Banten”
5.1.2 Akar Penyebab Masalah
1. Tingkat pendidikan yang masih rendah di keluarga
2. Taraf ekonomi yang masih di bawah UMR
3. Pengetahuan polamakan yang buruk turun-temurun
4. Pengetahuan keluarga yang kurang terhadap pentingnya variasi
makanan
5. Peranan pelayanan kesehatan yang masih kurang berperan
5.1.3 Alternatif Pemecahan Masalah
1. Memberikan informasi kepada keluarga binaan tentang pentingnya
pendidikan
2. Menyediakan sarana pelayanan kesehatan pengobatan gratis kepada
keluarga binaan
3. Memberikan penjelasan mengenai tentang kebiasaan-kebiasaan yang
benar mengenai pola makan gizi seimbang
4. Memberikan edukasi tentang macam-macam makanan bergizi dan
sehat
92
5. Memberikan informasi kepada keluarga binaan mengenai pentingnya
mengenai pola makan gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari
5.1.4 Intervensi yang Dilakukan
Memberikan referensi kepada keluarga binaan mengenai pentingnya
mengetahui pola makan gizi seimbang :
1. Memberikan bimbingan materi tentang pengetahuan Pola Makan
Gizi Seimbang
2. Membuat poster yang menarik mengenai Pola Makan Gizi Seimbang
3. Sosialisasi mengenai dampak yang akan terjadi jika tidak
menerapkan Pola Makan Gizi Seimbang.
5.2 SARAN
1. Memberikan edukasi kepada keluarga untuk menyajikan makanan sesuai
dengan pola makan gizi seimbang.
2. Mengedukasi keluarga untuk mengurangi penggunaan uang jajan dengan
digantikan pemberian bekal dengan pola gizi seimbang
3. Program penyuluhan oleh tenaga kesehatan dan pemberian makanan tambahan
secara berkala sampai didapatkan angka gizi kurang dan buruk yang telah
mencapai target dari puskesmas setempat.
4. Peningkatan peran serta dari kader setempat dalam melaksanakan survey gizi
pada keluarga di lingkungan setempat
93
DAFTAR PUSTAKA
1. Wirawan, Taufit. 2013. Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus 2013.
Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang
Puskesmas Tegal Angus.
2. Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta : PT
RINEKA CIPTA
Lampiran 1
Kuesioner Presurvey
94
I. Pengetahuan Mengenai Pola Makan Gizi seimbang1. Makanan bergizi adalah :
a. Makanan yang mengandung sumber energi, protein, vitamin dan mineral
b. Makanan yang rasanya enak dan gurih c. Makanan yang bersih dan menarik
2. Makanan yang banyak mengandung tenaga (energy) adalah: a. Ubi kayu, ubi jalar, jagung, roti dan nasib. Jeruk, apel, salak dan pepayac. Mie, jeruk, tomat dan sayuran
3. Makanan di bawah ini adalah makanan yang banyak mengandung Protein, yaitu:
a. Tahu, tempe, telur dan ikan b. Daun singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau c. Kacang hijau dan tomat
4. Makanan yang banyak mengandung vitamin dan mineral adalah a. Kacang tanah, buncis, ,wortel, bayam, kacang panjang, kangkung b. Mi goreng, bakso, tahu goreng c. Daging, ikan, tempe, tahu
5. Pemenuhan zat gizi bagi anak bermanfaat untuk : a. Membuat anak menjadi sehat dan pintar b. Meningkatkan berat badan anak c. Membuat anak lincah
6. Makanan apa yang paling baik untuk bayi ? a. ASI b. Susu sapi c. Nasi
7. Keuntungan pemberian ASI adalah : a. Bayi sehat, tidak mudah sakit, cerdas dan tidak cengeng b. Bayi cepat kenyang c. Pengganti vitamin
8. Makanan pendamping ASI sebaiknya diberi sejak: a. Usia bayi 6 bulan b. Usia bayi 4 bulan c. Bayi lahir
9. Menu makanan yang tepat untuk anak adalah : a. Bubur/nasi, ikan/daging, sayur-mayur, buah-buahan dan susu. b. Mie dan es krim c. Roti, kue dan biskuit
Jika memilih : a = 3b = 2
95
c = 1
II. Sikap Mengenai Pola Makan Gizi seimbang
Beri tanda ceklis (√) pada jawaban yang anda anggap benar No Pertanyaan Iya Tidak
1. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak
dipengaruhi oleh nutrisi sehingga anak bebas
memakan semua jenis makanan.
√
2. Makanan yang mengandung penyedap rasa baik diberikan pada anak. √
3. Makanan yang baik untuk dikonsumsi adalah sayuran segar, susu, tahu/tempe, daging, ikan, telor, dan buah-buahan.
√
4. Jajan sembarangan baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
√
5. Makanan seperti permen dan es krim dapat diberikan pada anak jika keluarga terdekat memberikannya.
√
6. Untuk menjaga daya tahan tubuh diperlukan pemberian suplemen atau vitamin agar tetap sehat.
√
Jika memilih : Iya : 2Tidak : 1
III. Prilaku Mengenai Pola Makan Gizi Seimbang
No Pertanyaan Iya Tidak
1. Sudahkah anda makan teratur 3x sehri (pagi, siang, malam)
√
2. Apakah anda sudah mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi setiap harinya (sayuran segar, susu, tahu/tempe, daging, ikan, telor, dan buah-buahan)
√
96
3. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan yang mengandung penyedap makanan.
√
4. Apakah anak-anak anda lebih senang jajan dari pada makan di rumah
√
5. Apakah anda mencuci tangan pakai sabun di air mengalir sebelum makan
√
Jika memilih : Iya : 2Tidak : 1
Lampiran 2
KUESIONER
PENGETAHUAN POLA MAKAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA BINAAN
97
DI KAMPUNG GAGA RT 006 RW 003 DESA TANJUNG PASIR
KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG
PROVINSI BANTEN BULAN JULI 2014
I. UMUM
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Nama keluarga :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku :
Penghasilan :
II. KHUSUS
98
NO.RESPONDEN
NO.RESPONDEN
NO.RESPONDEN
NO.RESPONDEN
NO.RESPONDEN
NO.RESPONDEN
NO.RESPONDEN
NO.RESPONDEN
NO.RESPONDEN
NO.RESPONDEN
NO.RESPONDEN
NO.RESPONDEN
NO.RESPONDEN
Pengetahuan pola makan gizi seimbang pada keluarga binaan di kampung gaga RT
006 RW 003 desa tanjung pasir kecamatan teluk naga kabupaten tangerang provinsi
banten
Pengetahuan Pola Makan Gizi Seimbang
1. Menurut anda berapa porsi lauk beragam dalam 1 hari untuk memenuhi pola
makan gizi seimbang?
a. 2 -3
b. 3 – 4
c. 0
2. Menurut anda berapa porsi konsumsi sayur dalam 1 hari untuk memenuhi
pola makan gizi seimbang ?
a. 3 - 4
b. 1 – 2
c. 0
3. Menurut anda berapa porsi konsumsi buah beragam dalam 1 hari untuk
memenuhi pola makan gizi seimbang ?
a. 2 -3
b. 1 – 2
c. 0
4. Menurut anda berapakah konsumsi karbohidrat dalam 1 hari untuk memenuhi
pola makan gizi seimbang ?
a. 3 - 4
b. 2 – 3
c. 0
5. Menurut anda berapakah konsumsi air dalam 1 hari untuk memenuhi pola
makan gizi seimbang ?
a. 8 gelas
b. 5 gelas
c. 4 gelas
99
6. Menurut anda berapakah konsumsi gula dalam 1 hari untuk memenuhi pola
makan gizi seimbang ?
a. 4 sendok makan
b. 2 sendok makan
c. 0 sendok makan
7. Menurut anda bagaimanakah penggunaan garam pada pola makan gizi
seimbang dalam 1 hari ?
a. 1 sendok teh garam beriodium
b. 1 sendok teh garam biasa
c. 0
8. Menurut anda berapakah penggunaan minyak dalam 1 hari untuk memenuhi
pola makan gisi seimbang ?
a. 5 sendok makan
b. 3 sendok makan
c. 2 sendok makan
9. Menurut anda makanan yang sehat dan bergizi itu terdiri dari apa saja ?
a. Nasi, sayuran, buah-buahan, lauk nabati, lauk hewani
b. Nasi, sayuran, lauk nabati, lauk hewani, susu
c. Tidak tahu
Jika jawaban benar diberika nilai 2
Salah diberikan nilai 1
Jumlah total 11 – 16 : Pengetahuan baik
6 – 10 : Pengetahuan cukup
1 – 5 : Pengetahuan kurang
Tingkat Pendidikan Responden
1. Bagaimanakah jenjang tingkatan pendidikan responden ?
a. Lulus SMA
b. Tidak lulus SMA
100
c. Lulus SMP
d. Tidak lulus SMP
e. Lulus SD
f. Tidak lulus SD
Jika jawaban a nilai 6
b nilai 5
c nilai 4
d nilai 3
e. nilai 2
f. nilai 1
Peranan Petugas Kesehatan Terhadap Informasi Pola Gizi Seimbang
1. Apakah anda pernah melihat, menerima, ataupun membaca pesan mengenai
pola makan gizi seimbang ? Jika jawaban ya, dilanjutkan ke nomer berikutnya
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah petugas kesehatan melakukan penyuluhan mengenai pola makan gizi
seimbang ?
c. Ya
d. Tidak
3. Apakah petugas kesehatan pernah mengunjungi rumah anda untuk mematau
pola makan di keluarga anda ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah petugas kesehatann mendukung dan mengingatkan anda untuk makan
dengan pola gizi seimbang ?
a. Ya
b. Tidak
Jika jawaban a nilai 1
101
b nilai 0
Jika total nilai 1 – 3 : Petugas kesehatan Berperan
Jika total nilai 0 : Petugas kesehatan Tidak Berperan
Lingkungan
1. Bagaimana menurut anda mengenai kebiasaan jajan diluar pada keluarga
anda ?
a. Tidak baik, lebih baik makan dirumah
b. Tidak apa asal diawasi
c. Tidak apa apa
2. Apakah anda mengganti menu makanan setiap harinya ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
3. Apakah kebiasaan jajan pada anak anda dikarenakan kebosanan makanan di
rumah ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
Jika jawaban a bernilai 2 pengetahuan baik
Jika jawaban b bernilai 1 pengetahuan cukup
Jika jawaban c bernilai 0 pengetahuan kurang
Tingkat Ekonomi
1. Berapa penghasilan keluarga binaan per bulan ?
102
a. < Rp. 2.442.000
b. > Rp. 2.442.000
Jika jawaban a nilai 0
b nilai 1
Jawaban a merupakan tingkat ekonomi rendah
Jawaban b merupakan tingkat ekonomi tinggi
Pengalaman
1. Apakah sebelumnya anda mempunyai masalah dalam pengaturan pola makan
gizi seimbang kekurangan gizi ?
a. Ya
b. Tidak
2. Dengan pola makan yang anda berikan saat ini apakah didapatkan adanya
perubahan keadaan ?
a. Ya
b. Tidak
Jika jawaban: a poin 1
b poin 0
Jika skor 1 – 2 pengalaman baik
Jika skor 0 pengalaman kurang
Total Scor 24 – 30 Pengetahuan Baik
Total Scor 15 -24 Pengetahuan cukup
Total Scor < 15 Pengetahuan Kurang
103