bab 3

146
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Gambaran Umum Desa Secara Geografis 1 1.1.1 Situasi dan Keadaan Umum Desa Pangkalan terletak di wilayah Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Desa Pangkalan merupakan salah satu desa binaan dari Puskesmas Tegal Angus. Puskesmas Tegal Angus mempunyai luas wilayah 4.763.198 ha (47,631 km 2 ). Terdiri dari luas daratan 2.170.120 ha dan sawah 2.593.078 ha dengan ketinggian dari permukaan laut 2 - 3 meter dengan curah hujan rata- rata 24 mm/tahun. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Tangerang sekitar 47 km. Temperatur wilayah Puskesmas Tegal Angus cukup panas, yaitu rata rata antara 30°C - 37 °C. Gambar 1.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013 Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013 1

Upload: anisa-putri

Post on 05-Jan-2016

224 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

diagnosis komunitasbab 3

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 3

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Gambaran Umum Desa Secara Geografis1

1.1.1 Situasi dan Keadaan Umum

Desa Pangkalan terletak di wilayah Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten. Desa Pangkalan merupakan salah satu desa binaan dari

Puskesmas Tegal Angus. Puskesmas Tegal Angus mempunyai luas wilayah 4.763.198

ha (47,631 km2). Terdiri dari luas daratan 2.170.120 ha dan sawah 2.593.078 ha

dengan ketinggian dari permukaan laut 2 - 3 meter dengan curah hujan rata-rata 24

mm/tahun. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Tangerang sekitar 47 km. Temperatur

wilayah Puskesmas Tegal Angus cukup panas, yaitu rata rata antara 30°C - 37 °C.

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013

Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013

Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus terdiri dari 6 Desa Binaan yaitu :1. Desa Lemo2. Desa Pangkalan

3. Desa Tanjung Burung

4. Desa Tanjung Pasir

5. Desa Tegal Angus

6. Desa Muara

1

Page 2: BAB 3

Puskesmas Tegal Angus terdapat di :

Desa Tegal Angus.

Jl. Raya Tanjung Pasir.

Kode Pos 15510.

Status kepemilikan tanah : Tanah Pemkab.

Batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.

Batas wilayah sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kosambi.

Batas wilayah sebelah Selatan berbatasan dengan Kota

Tangerang/Bandara Soeta

Batas wilayah sebelah Barat dengan Desa Pakuhaji.

Prasarana perhubungan dan pengairan di Kecamatan Teluk Naga dihubungkan

oleh :

A. Jalan

Panjang jalan yang ada di wilayah Kecamatan Teluk Naga sepanjang 108 km,

dengan klasifikasi sebagai berikut :

1. Berdasarkan status

Jalan Propinsi : 9,5 km.

Jalan Kabupaten : 5 km.

Jalan Desa : 93,5 km.

2. Berdasarkan kondisi fisik

Jalan hotmik : 17,5 km.

Jalan aspal : 67 km.

Jalan tanah : 14,5 km.

B. Jembatan

1. Jembatan besi : 1 km.

2. Jembatan beton : 7 km.

C. Sungai atau kali

Sungai atau kali yang mengalir di wilayah Kecamatan Teluk Naga adalah

sungai Cisadane dengan panjang saluran sejauh 12 km.

1. Irigasi atau Pengairan

Pengairan dapat mengairi sawah seluas 20.593.649 ha.

2

Page 3: BAB 3

2. Bendungan air atau Dam

Bendungan dapat digunakan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang

menjadi salah satu sumber air bersih yang dimanfaatkan masyarakat.

1.1.2 Batas Wilayah

Batas – batas wilayah Desa Pangkalan seperti yang terlihat pada gambar

adalah sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tegal Angus

2. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Lemo dan Kampung Besar

3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kalibaru

4. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kampung Melayu Barat

Gambar 1.2 Peta Batas Wilayah Desa Pangkalan

1.2 Gambaran Secara Demografi

1.2.1 Jumlah Penduduk

Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Tangerang pada tahun 2014 jumlah

penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus adalah 53,822 jiwa yang tersebar

di 6 desa seperti yang tercantum di tabel 1.1 dibawah ini :

3

Page 4: BAB 3

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan di wilayah kerja

Puskesmas Tegal Angus 2014

NO DESA

LUASWILAYAH

(km2)

JUMLAH PENDUDUK

JUMLAHRUMAHTANGGA

RATA-RATAJIWA/

RUMAHTANGGA

KEPADATAN

PENDUDUKper km2

1 2 3 4 5 6 7

1 PANGKALAN 7.54 16.871 5.362 4.08 2.24

2 TANJUNG BURUNG

5.24 7.754 2,685 4.5 1.48

3 TEGAL ANGUS

2.83 9,378 2,900 4.6 3.31

4 TANJUNG PASIR

5.64 9,738 1,823 4.6 1.73

5 MUARA 5.14 3,524 492 4.4 6.86

6 LEMO 3.61 6,557 655 4.4 1.82

JUMLAH 30.00 53,822 13.917 4.6 10.364

Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2014

Dari tabel 1.1 didapatkan jumlah penduduk dan kepadatan desa Pangkalan

paling banyak yaitu 16.871 dibandingkan di desa – desa pada wilayah kerja

Puskesmas Tegal Angus.

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2014

4

NO DESA/KEL

Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan JUMLAH

1 Pangkalan 8.682 8.189 16.871

2 Tanjung Burung 3.971 3.783 7.754

3 Tegal Angus 4.810 4.568 9.378

4 Tanjung Pasir 4.989 4.749 9.738

5 Muara 1.794 1.730 3.524

6 Lemo 3.358 3.199 6.557

JUMLAH 27.604 26.218 53.822

Page 5: BAB 3

Dari tabel 1.2 menunjukan klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis

kelamin dimana jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah laki – laki.

1.2.2 Kondisi Sosial Ekonomi

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus terdiri dari campuran

budaya asli Tangerang dan budaya Cina yang sudah lama menetap di daerah

Tangerang dan sekitarnya.

Tabel 1.3 Jumlah Pemeluk Agama di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus Th 2014

No. Agama Jumlah Pemeluk

1 Islam 492322 Budha 3183

3 Kristen 771

4 Khatolik 203

5 Khonghucu 52

6 Hindu 3

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2014

Lapangan pekerjaan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus

cukup beragam, hal ini berhubungan dengan geografis kecamatan Teluk Naga dimana

terdapat persawahan dan berbatasan dengan laut serta daerah kota Tangerang dan

akses ke daerah Jakarta. Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus belum

berkembang secara ekonomi. Mata pencaharian penduduk didominasi oleh nelayan,

petani dan buruh dengan pendapatan yang tidak tetap. Jumlah penduduk miskin di

wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2014 adalah 31.898 jiwa yaitu 59,3

% dari jumlah penduduk 53.822 jiwa. Hal ini menunjukkan hampir separuh dari

jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas Tegal Angus memepunyai tingkat

ekonomi yang rendah.

Tabel 1.4 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian pokok

(Profil Puskesmas Tegal Angus, 2013)

No Lapangan Kerja Penduduk Jumlah

1 Petani Pemilik 13.316

2 Petani penggarap 6.063

3 Buruh 4.592

4 Nelayan 386

5

Page 6: BAB 3

5 Pedagang 6.373

6 Industri rakyat 13.536

7 Buruh industry 13.575

8 Pertukangan 4.109

9 PNS 222

10 TNI/POLRI 65

11 Pensiunan PNS 45

12 Pensiunan TNI/POLRI 43

13 Perangkat Desa 141

14 Pengangguran 4.004

TOTAL 66652

1.2.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam membentuk sikap dan

perilaku masyarakat terhadap program kesehatan sehingga pendidikan sangat

berperan dalam pembangunan kesehatan. Sarana pendidikan yang ada di wilayah

kerja Puskesmas Tegal Angus seperti terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.5 Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus

NO

NAMA DESA

JUMLAH SEKOLAH

PAUDTK

RA

SD MI SMP MTS SMA SMK MA

1 Pangkalan 1 2 0 5 1 2 1 0 1 0

2Tanjung Burung

1 0 0 2 1 0 0 0 0 0

3 Tegal Angus 0 1 0 2 2 2 1 1 0 0

4 Tanjung Pasir 0 2 0 2 1 0 1 0 0 0

5 Muara 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

6 Lemo 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

PUSKESMAS

1 3 0 12 4 2 2 1 0 0

Tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus masih rendah,

dari jumlah 53.822 penduduk hanya sebagian kecil yang mengenyam pendidikan.

6

Page 7: BAB 3

Tabel. 1.6. Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan Di Wilayah Kerja

Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013

No. Jenjang Pendidikan Jumlah

1 Tidak/belum tamat SD 12.598

2 SD/MI 15.738

3 SLTP/MTS 4.060

4 SLTA/MA 3.601

5 AK/Diploma 159

6 Universitas 130

Jumlah penduduk yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD

masih cukup besar yaitu 12.598 jiwa atau 25.5 % dari jumlah penduduk. Hal ini

merupakan tantangan dalam pembangunan kesehatan, pelaksanaan program-program

puskesmas harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan dari penduduk yang menjadi

sasaran agar lebih diterima

1.2.4 Angka Kesakitan

Sepuluh Besar Penyakit

Berdasarkan hasil laporan bulanan Penyakit (LB1) Puskesmas Tegal Angus

didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus pada

tahun 2014 menurut golongan semua umur seperti grafik berikut ini :

Grafik 1.1 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus th 2014

ISPA

DEMAM

SAKIT

KEPALA

DERMATIT

IS

BATUK

HIPERTE

NSI

GASTRITI

SDIARE

MYALG

IA

33412573 2107 1598 1431 1074 956 587 519

Jumlah

Sumber : Data surveillance Puskesmas Tegal Angus,2014

Dari data diatas didapatkan dermatitis dan diare termasuk 10 besar penyakit

terbanyak di Puskesmas Tegal Angus.

7

Page 8: BAB 3

Tabel 1.7 Laporan Diare Dewasa Puskesmas Tegal Angus Jan – Mei 2014

NO DesaJumlah

Penduduk

Jumlah

Kejadian Diare

1 Pangkalan 16.755 26

2 Tj. Burung 7.675 6

3 Tegal angus 9.355 51

4 Tj. Pasir 9.595 17

5 Muara 3.516 8

6 Lemo 6.548 11

Jumlah 53.444 118

Sumber :Ketatausahaan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014

Dari Tabel 1.7 didapatkan hasil penyakit diare pada dewasa di Puskesmas

Tegal Angus bulan januari sampai dengan bulan mei sebesar 26 kejadian diare

Tabel 1.8 Laporan Diare Balita Puskesmas Tegal Angus Jan – Mei 2014

NO Desa Jumlah

Penduduk

Jumlah

Kejadian Diare

1 Pangkalan 1.340 33

2 Tj. Burung 614 1

3 Tegal angus 748 64

4 Tj. Pasir 767 45

5 Muara 315 9

6 Lemo 524 22

Jumlah 4308 174

Sumber :Ketatausahaan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014

Dari Tabel 1.8 didapatkan hasil penyakit diare pada balita di Puskesmas Tegal

Angus bulan januari sampai dengan bulan mei sebesar 33 kejadian diare.

Sarana dan Prasarana

Tabel 1.9. Sarana Kesehatan Yang ada di Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013

8

Page 9: BAB 3

No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah

1. a. Puskesmas 1

b. Puskesmas Pembantu 1

c. Poskesdes 1

2. Rumah Sakit Pemerintah 0

3. Rumah Sakit Swasta 0

4. Rumah Bersalin Swasta 0

5. Balai Pengobatan Swasta 2

6. Praktek Dokter Umum Swasta 5

7. Praktek Bidan Swasta 8

8. Dokter Gigi praktek swasta 0

9. Laboratorium Klinik Swasta 0

10

.

Apotik 0

11

.

Optikal 0

12

.

Gudang Farmasi 0

13

.

Posyandu 45

14

.

Toko Obat 2

15

.

Pos UKK 0

16 Polindes 0

Sumber : Puskesmas Tegal Angus

Dari tabel diatas sarana kesehatan dan faktor pendukung yang ada di

Puskesmas Tegal Angus masih kurang.

1.2.5 Kesehatan Dasar

A. Pelayanan Kesehatan Dasar

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

9

Page 10: BAB 3

Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir untuk menurunkan angka kematian ibu

dengan instansi terkait, dalam hal ini Puskesmas untuk pelayanan kesehatan

masyarakat, antara lain:

a. Kunjungan Ibu Hamil K1.

Kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai

standar yang pertama kali pada masa kehamilan. Cakupan K1 di Puskesmas

Tegal Angus tahun 2012 adalah 96,4% dengan cakupan pemberian Fe1

sebesar 96,4%.

b. Kunjungan Ibu Hamil K4.

Kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai

standar paling sedikit empat kali selama masa kehamilan, minimal satu kali

pada triwulan pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada

triwulan ketiga kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe. Cakupan kunjungan

K4 di Puskesmas Tegal Angus tahun 2012 adalah 90% dengan cakupan

pemberian Fe3 90%.

c. Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan.

Ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Persalinan oleh tenaga

kesehatan di Puskesmas Tegal Angus tahun 2012 adalah 90,5%.

d. Penanganan Bumil (ibu hamil) dan Neonatal Risiko Tinggi (risti).

Deteksi dini kelompok bumil dan neonatal risti. Jika ditemukan lebih

awal dapat dilakukan intervensi untuk menangani risiko tersebut. Penemuan

bumil risti dan neonatal risti di Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2012

yaitu 173 bumil risti dari 215 sasaran bumil risti (80,5%) dan 113 neonatal

risti dari 165 sasaran neonatal risti (68,4%).

e. Pelayanan Neonatal.

Pelayanan kesehatan neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali

umur 0-7 hari dan satu kali pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan

pelayanan neonatus, petugas kesehatan selain melakukan pemeriksaan

kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.

2. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pemeriksaan kesehatan anak

sekolah. Puskesmas Tegal Angus melakukan deteksi tumbuh kembang balita dan

10

Page 11: BAB 3

pemeriksaan kesehatan siswa SD/MI. Upaya yang dilakukan antara lain

penyuluhan di posyandu dan pembentukan kelas ibu balita.

3. Keluarga berencana.

a. Peserta KB Baru. Puskesmas Tegal Angus melakukan edukasi melalui

penyuluhan terus menerus.

b. Peserta KB Aktif.

4. Imunisasi

a. Desa UCI

Desa binaan di wilayah Puskesmas Tegal Angus ada 6 desa. Upaya yang

dilakukan sweeping imunisasi.

b. Drop Out imunisasi Campak-Polio.

Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi lengkap pada balita, sweeping

imunisasi campak dan meningkatkan cakupan imunisasi di posyandu.

5. Gizi

a. Penanganan balita BGM dan gizi buruk

Penanganan balita gizi buruk dengan diberikan PMT (Pemberian Makanan

Tambahan) pemulihan di klinik gizi dan MP-ASI untuk perawatan di rumah

dan kegiatan kunjungan rumah untuk pemantauan pemberian PMT serta

rujukan untuk balita gizi buruk.

Tabel. 1.10 Rekapitulasi Perhitungan Cakupan Program Wajib Dan Program Pengembangan

Komponen Kegiatan Kinerja Puskesmas Dalam Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Daerah

Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013

No. Upaya KesehatanPencapaian Target (%)

Tingkat Kinerja

1Pemberian kapsul vitamin A (dosis 200.000 SI)

pada balita 2x/tahun91,3 Baik

2 Pemberian tablet besi (Fe 90) pada ibu hamil 91 Baik

3Pemberian PMT pemulihan balita gizi buruk pada

gakin100 Baik

4 Balita naik berat badannya 79,06 Kurang

5 Bayi mendapat ASI Eksklusif 92,6 Baik

6 Desa dengan garam beryodium baik 120 Baik

11

Page 12: BAB 3

7 Pemberian Vitamin A pada bufas 118,18 Baik

8 Prosentase dengan jumlah balita gizi buruk (BB/D) 251,85 Baik

9 Balita Gizi Buruk mendapat perawatan 100 Baik

10 Balita ditimbang di posyandu 64,24 Kurang

b. ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif

ASI merupakan makanan penting untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif

adalah pemberian makanan hanya ASI sampai bayi berumur 6 bulan. Zat gizi

yang terkandung dalam ASI cukup memenuhi kebutuhan nutrisi untuk bayi

sampai berumur 6 bulan. Keuntungan dari ASI adalah ASI mengandung zat

kekebalan tubuh, mengandung protein yang mudah diserap oleh tubuh bayi,

mudah dan murah diberikan untuk bayi serta membangun ikatan kasih

sayang antara ibu dan anak. Jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif di

Puskesmas tegal angus pada tahun 2012 ini adalah 719 bayi dari 976 bayi

(73,7%), meningkat dari tahun lalu yang hanya sebesar 44, 53%.

c. Penanggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)

Program penanggulangan kekurangan vitamin telah dimulai sejak lama

namun sampai saat ini masalah KV masih menjadi salah satu masalah gizi

utama di Indonesia. KVA tingkat berat (Xeroptalmia) yang dapat

menyebabkan kebutaan sudah jarang ditemui, tetapi KVA tingkat sub - klinis

yaitu KVA yang belum menampakkan gejala nyata masih diderita oleh

sekitar 50% di Indonesia.

B. Pelayanan Kesehatan Pengembangan

Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

Pelayanan kesehatan salah satunya ditujukan terhadap kelompok usia lanjut,

dimana pada kelompok ini biasanya banyak mengalami gangguan kesehatan

degeneratif dan fungsi tubuh lainnya. Dalam upaya meningkatkan status kesehatan

usia lanjut telah dilaksanakan program pelayanan kesehatan usia lanjut.

C. Perilaku Masyarakat

Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan sehat di Puskesamas dilakukan melalui

program promosi kesehatan yaitu penyebarluasan informasi kesehatan untuk

meningkatkan derajat kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyarakat

dapat menggambarkan derajat kesehatan wilayah tersebut hal ini dapat disajikan

12

Page 13: BAB 3

dengan indikator PHBS, adapun dari hasil kajian PHBS di wilayah Puskesmas Tegal

angus pada Tahun 2014 dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan ( 103.42 % )

2. Rumah yang bebas jentik ( 75.10 % )

3. Penimbangan Bayi dan Balita (100 % )

4. Memberikan Asi Eksklusif ( 15,19 % )

5. Menggunakan air Bersih ( 99,45 % )

6. Menggunakan Jamban Sehat ( 17,15 % )

7. Olah Raga atau melakukan aktifitas fisik setiap hari ( 12.05 % )

8. Mengkonsumsi makanan seimbang ( 25,20 % )

9. Tidak Merokok dalam rumah ( 25.15 % )

10. Penduduk miskin yang dicakup JPKM (98.10 % )

13

Page 14: BAB 3

Tabel 1.11 Laporan PHBS di wilayah Puskesmas Tegal Angus pada Tahun 2013

INDIKATOR

Nama DesaJumlah KK YDT

% Persalinan O/ tks

% Asi eks

% By/ blt dtmbg

% Cuci Tangan

% Air Bersih

% Jamban Sehat

% Bersikan Jentik

% Makan Sayur Buah

% Aktivitas Fisik

% Tdk Merokok dlm Rumah

% Jmlh (Sehat)

Pangkalan 210 57.6 42.4 67.1 70 95.7 66.5 51.4 57 33.3 33.5 16.2

Tj. Burung 210 64.6 58.6 65.7 43.3 96.6 46.7 79 61.9 72.8 72.8 16.7

Tegal Angus

214 35.6 24.3 58.9 87.4 90.2 57 94 39.7 72.4 57 17

Tj. Pasir 210 71.4 49.5 79.5 38.6 91.4 68.8 92.7 72.3 65.6 65.2 17

Muara 210 71.5 43.6 70.6 45.9 99 43 92 73.4 33 71.2 56.5

Lemo 206 63.6 24.8 64 91.6 83.6 44.8 80.8 84 62 45 18

Jumlah 1260 65.2 37.7 67.5 63.6 92.8 54 86 55.3 61.5 54 15.5

Sumber :Ketatausahaan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014

14

Page 15: BAB 3

Berdasarkan kajian PHBS diatas didapat ada beberapa yang cakupannya masih

rendah hal ini dikarenakan :

Penduduk miskin masih banyak, sehingga yang mempunyai akses air bersih dan

jamban sehat sedikit

Tingkat pendidikan yang masih rendah sehingga kurangnya kesadaran tentang

ASI Eksklusif, aktifitas fisik, merokok dalam rumah

Kurangnya kader jumantik sehingga kegiatan pemeriksaan jentik berkala kurang

optimal

Untuk meningkatkan pencapaian rumah tangga ber PHBS dilakukan

penyuluhan tentang PHBS yang terus menerus,meningkatkan kerjasama lintas

program dan lintas sektor.

D. Kesehatan Lingkungan

Kesehatan Lingkungan merupakan aspek yang penting di bidang kesehatan,

upaya peningkatan kualitas lingkungan merupakan langkah yang tepat dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan keluarga yang lebih baik. Berikut ini

merupakan upaya-upaya peningkatan kualitas lingkungan bagi kesehatan yang

dilakukan di Puskesmas Tegal Angus :

Penyehatan Perumahan

Rumah merupakan tempat berkumpul atau beristirahat bagi semua anggota

keluarga dan untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi

kesehatan perumahan dapat berperan sebagai media penularan penyakit diantara

anggota keluarga atau tetangga sekitarnya. Rumah sehat adalah rumah tinggal yang

memenuhi syarat kesehatan, hasil pemantauan selama tahun 2012 menunjukkan dari

12.421 rumah yang diperiksa sebanyak 11,2% yang memenuhi syarat kesehatan.

Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar

Pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar di wilayah Puskesmas Tegal

Angus sangat kurang sekali seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini :

15

Page 16: BAB 3

Tabel 1.11 Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Di wilayah Puskesmas Tegal Angus

Tahun TEMPATSAMPAH

SPAL SAB

2010 532 188 2245

2011 3579 578 3877

2012 608 608 650

2013 608 608 650

2014 205 205 1425

Sumber : Data Program Kesling PKM Tegal Angus tahun 2014

Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa dari jumlah rumah yang

diperiksa mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Dari jumlah rumah yang

diperiksa jumlah yang memiliki tempat sampah sehat hanya 10,23%. Berbagai factor

seperti tingkat pengetahuan, pendidikan, ekonomi, sosial dan kesadaran penduduk

yang masih rendah menyebabkan sulitnya meningkatkan kesehatan sanitasi

masyarakat.

Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU)

Pengawasan terhadap TTU dilakukan untuk meminimalkan faktor risiko

sumber penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU. Bentuk kegiatan yang

dilakukan antara lain meliputi pengawasan lingkungan TTU secara berkala,

bimbingan, penyuluhan dan sarana perbaikan. Tidak adanya tenaga sanitarian dan

kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus menyebabkan pembinaan di TTU tidak

dapat dilakukan.

Penyehatan Makanan dan Minuman

Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia dan sumber utama

kehidupan bagi umat manusia, maka dengan itu makanan yang tidak dikelola dengan

baik justru akan menjadi sumber media yang sangat efektif di dalam penularan

penyakit saluran pencernaan. Upaya Puskesmas Tegal Angus adalah pemeriksaan

tempat pengelolaan air bersih, pengawasan terhadap kualitas penyehatan tempat–

tempat umum pengelolaan makanan. Tidak hanya tenaga sanitarian melainkan

kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus menyebabkan pembinaan penyehatan

makanan dan minuman tidak dapat dilakukan.

16

Page 17: BAB 3

1.3 Data Keluarga Binaan

Rute perjalaan dari Puskesmas Tegal Angus menuju ke rumah keluarg binaan

sekitar 20 menit perjalanan dan sekitar 3 km dari Puskesmas Tegal Angus. Setibanya

di Desa pangkalan, dari jalan raya sekitar 5 menit dan sekitar 100 meter dari jalan

raya, masuk gang Desa Pengkalan.

Gambar 1.3 Denah Rumah Keluarga Binaan

1.3.1 Keluarga Binaan Tn. Ali

Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Ali yang memiliki 4 orang anggota

keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keenam anggota keluarga tersebut adalah

Tabel 1.12 Tabel Keluarga Tn. A

No NamaStatus

Keluarga

Jenis

KelaminUsia Pekerjaan Pendidikan Penghasilan

1Tn. Ali Suami Laki-laki 27 th SMP

Karyawan Swasta

Rp 800.000/bulan

2Ny. Ija Istri Perempuan 25 th SD

Ibu Rumah Tangga

-

3 An. Yudi

Anak Laki-laki 6 th SD kelas 2 Pelajar -

4 An. Dahlan

Anak Laki-laki 4 th - - -

Keluarga Tn. Ali tinggal di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga RT ….

Keluarga ini terdiri dari seorang suami, istri, dan dua anaknya yang tinggal serumah.

Tn. Ali sebagai kepala keluarga berusia 27 tahun dengan latar belakang pendidikan

SMP. Ny. Ija sebagai istri berusia 25 tahun dengan latar belakang lulus SD sampai

17

Kali

Rumah1

Rumah 2

Rumah 4

Rumah 3

Page 18: BAB 3

kelas enam. An. Yudi merupakan anak pertama di keluarga ini yang berusia 6 tahun

dan saat ini masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 2 SD. Anak kedua bernama

An. Dahlan yang berusia 4 tahun dan belum bersekolah.

Ny. Ija memiliki kebiasaan melahirkan di dukun beranak. An. Yudi

dilahirkan dengan bantuan dukun beranak, sedangkan Ny. Ija melahirkan An. Dahlan

di rumah sakit di karenakan bayinya besar. An. Yudi tidak mendapat ASI sejak lahir

karena Ny. Ija saat itu bekerja sebagai tukang cuci sehingga tidak memiliki banyak

waktu. Ny. Ija akhirnya lebih memilih memberikan susu formula kepada An. Yudi

sampai dengan usia 1 tahun 6 bulan. Sedangkan An. Dahlan mendapat ASI eksklusif

hingga usia 1 tahun 3 bulan. An. Yudi dan An. Dahlan sering menderita batuk pilek

sejak usia 1 tahun sampai sekarang dan ketika sakit dibawa oleh Ny. Ija berobat ke

klinik. Ny. Ija membawa An. Yudi untuk menimbang berat badannya di posyandu

setiap bulan sampai usia 6 tahun. Sementara An. Dahlan selalu menolak untuk dibawa

ke posyandu karena takut. Ny. Ija memberikan imunisasi untuk anak-anaknya namun

tidak lengkap.

Tn. Ali berprofesi sebagai karyawan swasta di sebuah pabrik makanan

dengan pendapatan Rp 800.000,- tiap bulan. Ny. Ija tidak bekerja sehingga tidak

mendapatkan penghasilan.

Keluarga Tn. Ali tinggal disebuah rumah bangunan semi permanen seluas

3 x 4 m. Seluruh dinding rumah terbuat dari anyaman bambu. Seluruh lantainya

terbuat dari semen. Sebagian besar atap rumah menggunakan genteng yang terbuat

dari tanah liat. Rumah Tn. Ali terdiri dari sebuah teras, ruang tamu dan sebuah dapur,

dan tidak terdapat kamar mandi. Ruang tamu berukuran 2 x 4 m beralaskan semen,

terdapat TV dan merupakan tempat biasanya keluarga berkumpul, di ruangan tersebut

terdapat sebuah jendela yang dapat dilewati cahaya matahari dan jarang dibuka pada

pagi hari.

Menurut Ny. Ija, keluarganya mandi dan mencuci baju di kamar mandi di

samping rumahnya dan buang air besar di jamban deket kali. Rumah keluarga Tn. Ali

terletak di daerah yang padat penduduk dengan jarak antar rumah kurang dari 0,5

meter disebelah kanan dan kiri. Keluarga Tn. Ali memiliki kebiasaan membuang

sampah di pinggir sungai lalu setelah sampah sudah banyak, sampah akan dibakar.

18

Page 19: BAB 3

Keluarga Tn. Ali memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari.

Biasanya menu yang biasa dimakan adalah sayur bayam atau kangkung, tahu, tempe,

telur dan ikan goreng. Keluarga Tn. Ali mengaku jarang sekali mencuci tangan

sebelum dan sesudah makan, maupun sesudah selesai aktivitas. Keluarga Tn. Ali tidak

mengetahui tentang mencuci tangan yang baik dan benar. Keluarga Tn. Ali mengaku

hampir tidak pernah melakukan olahraga. Keluarga Tn. Ali tidak memiliki masalah

kesehatan dalam sebulan terakhir ini, penyakit yang sering dialami oleh anggota

keluarganya adalah diare, dan batuk pilek. Biasanya apabila sakit mereka terbiasa

berobat ke bidan desa.

Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Tn. Ali

Tabel 1.13 Faktor Internal Keluarga Tn. Ali

No Faktor Internal Permasalahan

1 Kebiasaan merokok Tn. Ali merokok sekitar 6 batang dalam satu hari,

biasanya kebiasaan merokok ini dilakukan di

dalam rumah saat anak-anaknya sedang tidak

19

Depan

U

S

T B

Page 20: BAB 3

berada di rumah, namun ketika anak-anaknya

berada di rumah Tn. Ali merokok di luar rumah.

2 Olah raga Keluarga Tn. Ali tidak ada yang memiliki

kebiasaan berolahraga.

3 Pola Makan Ny. Ija memasak sendiri dengan komposisi

makanan seperti nasi, tahu, tempe, ikan, sayur,

namun jarang mengkonsumsi buah-buahan kecuali

An. Dahlan yang suka memakan buah seperti jeruk

dan salak. Namun, An. Dahlan jarang

mengkonsumsi makanan pokok di rumah, lebih

sering jajan di luar rumah. Tn. Ali dan An. Dahlan

memiliki kebiasaan minum susu.

4 Pola Pencarian

Pengobatan

Apabila sakit, keluarga Tn. Ali tidak pergi berobat

ke puskesmas dan memilih untuk berobat ke bidan

desa di dekat rumahnya.

5 Menabung Ny. Ija memiliki kebiasaan menabung di

tetangganya sebanyak Rp 5.000/hari sehingga

terkumpul sebanyak Rp 1.500.000 dalam setahun.

An. Yudi memiliki kebiasaan menabung di

sekolahnya sebanyak Rp 2.000-3.000/hari.

6 Aktivitas sehari-hari a. Tn. Ali bekerja sebagai karyawan di sebuah

pabrik makanan dari hari Senin- Jumat. Ia

bekerja dari pukul 08.00-24.00 WIB

b. Aktivitas Ny. Ija sehari-hari mengurus anak,

mencuci baju, dan membuat makanan.

c. An. Yudi masih duduk di bangku sekolah

dasar. Ia berangkat sekolah pukul 07.00 dan

pulang ke rumah pukul 12.00 WIB.

d. An. Dahlan belum bersekolah dan sehari-hari

ia menghabiskan waktu di sekitar rumah

bermain bersama teman-temannya.

7 Mencuci tangan Keluarga Tn. Ali tidak memiliki kebiasaan

mencuci tangan yang baik.

20

Page 21: BAB 3

Tabel 1.14 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Ali

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 3 x 4 m

2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat teras depan, satu ruang

tamu, dan satu dapur

3. Ventilasi Tidak terdapat ventilasi pada rumah

4. Pencahayaan a. Terdapat jendela pada ruang tamu, tetapi

jarang dibuka.

b. Terdapat 3 buah lampu di dalam rumah,

lampu di teras depan dan ruang tamu

berwarna putih, dan lampu di dapur berwarna

kuning.

5. MCK Terdapat tempat untuk mandi dan cuci piring

yang berukuran 1,5 x 1,5 m. Keluarga Tn. Ali

sehari-hari buang air di kebun dekat rumahnya,

namun saat musim hujan keluarga Tn. Ali

memilih untuk buang air di sungai.

6. Sumber Air Dalam kesehariannya keluarga Tn. Ali menimba

air di sumur di samping rumahnya.

7. Saluran pembuangan

limbah

Air limbah rumah tangga di buang ke sungai

dekat rumah.

8. Tempat pembuangan

sampah

Sampah rumah tangga di buang di pinggir

sungai lalu dibakar.

9. Lingkungan sekitar

rumah

Di samping kanan dan kiri rumah terdapat

rumah tetangga. Di lingkungan sekitar rumah

keluarga Tn. Ali cukup bersih tidak ada sampah

berserakan, hanya terdapat banyak ayam

peliharaan keluarga Tn. Ali yang berkeliaran.

1.3.2 Keluarga Binaan Ny. Siti

Tabel 1.15 Tabel Keluarga Ny. Siti

21

Page 22: BAB 3

No Nama Status

Keluarga

Jenis

Kelamin

Usia Pekerjaan Pendidikan Penghasilan

1 Ny. Siti Kepala Keluarga

Perempuan 60 th Tidak bersekolah

Ibu Rumah Tangga

-

2 Ny. Alia Anak Perempuan 24 th SD Karyawan Rp 350.000 – Rp 400.000/bulan

Keluarga Ny. Siti tinggal di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga RT 002

RW 04 nomor 70 kabupaten tangerang propinsi banten. Keluarga ini terdiri dari

seorang ibu dan anak yang tinggal serumah. Ny. Siti sebagai kepala keluarga berusia

60 tahun dengan latar belakang pendidikan tidak bersekolah. Anaknya, Ny. Alia

berusia 24 tahun dengan latar belakang lulus SD sampai kelas enam. Suami Ny. Siti

yang bernama Tn. Lausa sudah meninggal sejak satu tahun yang lalu karena sakit

paru-paru. Tn. Lausa bekerja sebagai pelayar di pelabuhan tanjung priuk. Tn. Lausa

meninggal saat usianya 70 tahun. Sebelumnya Tn. Lausa mengalami gejala batuk

disertai darah dan sempat menjalani pengobatan paru selama 6 bulan. Selain itu, Tn.

Lausa juga memiliki riwayat penyakit diabetes melitus namun terkontrol.

Ny. Siti memiliki tujuh orang anak namun anak yang kelima, keenam dan

ketujuh sudah meninggal. Anak yang pertama bernama Ny. Muslimah yang berusia

35 tahun bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan latar belakang pendidikan SD kini

sudah tidak tinggal bersama Ny. Siti. Anak kedua bernama Tn. Aristo berusia 34

tahun yang pernah bekerja sebagai petugas kebersihan di salah satu rumah sakit

umum daerah namun sekarang sudah tidak bekerja lagi. Tn. Aristo memiliki latar

belakang pendidikan SMP dan sekarang sudah tidak tinggal serumah dengan Ny. Siti.

Anak yang ketiga bernama Ny. Alia berusia 24 tahun sehari-hari bekerja sebagai

karyawan namun karena baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas Ny. Alia berhenti

bekerja untuk sementara. Ny. Alia memiliki latar belakang pendidikan SD dan

sekarang tinggal serumah dengan Ny. Siti. Anak yang keempat bernama Tn. Ali yang

berusia 20 tahun dengan latar belakang pendidikan SMP. Tn. Ali tidak bekerja dan

tidak tinggal serumah bersama Ny. Siti. Anak yang kelima bernama An. Sahlan

meninggal saat usia 3 bulan karena mengalami infeksi paru-paru. Anak yang keenam

belum sempat diberi nama oleh Ny. Siti meninggal saat usia 2 bulan akibat penyakit

22

Page 23: BAB 3

yang sama dengan An. Sahlan. Anak ketujuh bernama An. Muhammad meninggal

saat usia 2 bulan akibat penyakit yang sama dengan anak kelima dan keenam. Ny. Ija

melahirkan ketujuh anaknya di dukun beranak.

Ny. Siti berprofesi sebagai ibu rumah tangga dengan pendapatan keluarga

berasal dari anaknya. Seluruh dinding rumah Ny. Siti terbuat dari anyaman bambu.

Seluruh lantainya terbuat dari semen. Sebagian besar atap rumah menggunakan

genteng dari tanah liat. Rumah Ny. Siti terdiri dari sebuah ruang keluarga dan satu

kamar tidur, tidak terdapat kamar mandi dan dapur. Ruang keluarga berukuran 2 x

4 m beralaskan semen, terdapat TV dan merupakan tempat biasanya keluarga

berkumpul, diruangan tersebut terdapat jendela yang dapat dilewati cahaya matahari.

Kamar tidur berukuran 1 x 4 m dan tidak memiliki jendela.

Ny. Siti mengatakan keluarganya mandi di sumur milik sendiri, dan sumur

tersebut menjadi sumber air keluarga yang dipakai untuk memasak, mandi dan

mencuci

Rumah keluarga Ny. Siti terletak di daerah yang padat penduduk dengan

jarak antar rumah kurang dari 0,5 meter disebelah kanan dan kiri, dan sekitar 3 meter

di depannya. Keluarga Ny. Siti memiliki kebiasaan membuang sampah di depan kali

lalu segera dibakar.

Keluarga Ny. Siti memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari.

Biasanya menu yang dimakan adalah sayur, tahu, tempe, telur, ikan goreng atau ikan

asin. Keluarga Ny. Siti mengaku selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,

maupun sesudah selesai buang air. Keluarga Ny. Siti mengaku hampir tidak pernah

melakukan olahraga. Keluarga Ny. Siti mengetahui tentang mencuci tangan yang

baik, dan belum bisa menerapkannya dengan sempurna. Keluarga Ny. Siti tidak

memiliki masalah kesehatan dalam sebulan terakhir ini, penyakit yang sering dialami

oleh anggota keluarganya adalah maag, dan gatal-gatal. Biasanya apabila sakit mereka

berobat ke bidan desa.

23

Page 24: BAB 3

Gambar 1.5 Denah Rumah Keluarga Ny. Siti

Tabel 1.16 Faktor Internal Keluarga Ny. Siti

No Faktor Internal Permasalahan

1 Kebiasaan Merokok Keluarga Ny. Siti tidak ada yang memiliki

kebiasaan merokok.

2 Olah raga Keluarga Ny. Siti tidak ada yang memiliki

kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak

pernah melakukan olahraga.

3 Pola Makan Ny. Siti memasak sendiri untuk makan keluarga,

menu makanan yang sering dimakan adalah sayur,

tahu, tempe, telur ikan goreng dan ikan asin.

4 Pola Pencarian

Pengobatan

Apabila sakit, mereka pergi ke bidan desa.

5 Menabung Keluarga Ny. Siti tidak memiliki kebiasaan

menabung.

6 Aktivitas sehari-hari a. Aktivitas Ny. Siti sehari-hari mengurus cucu,

mencuci baju, membersihkan rumah dan

membuat makanan.

b. Anaknya saat ini belum bekerja lagi karena

24

Depan

U

S

T B

Page 25: BAB 3

sebelumnya mengalami kecelakaan.

7 Perilaku mencuci tangan Keluarga Ny. Siti memiliki pengetahuan tentang

mencuci tangan yang baik dan belum

menerapkannya dengan cukup baik.

Tabel 1.17 Faktor Eksternal Keluarga Ny. Siti

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 3 x 4 m

2. Ruangan dalam

rumah

Rumah terdapat teras depan, satu ruang keluarga, dan satu

kamar tidur

3. Ventilasi Tidak terdapat ventilasi pada sisi rumah, ventilasi hanya

terdapat pada depan rumah.

4. Pencahayaan c. Terdapat jendela pada ruang tamu, tanpa ventilasi dan

jendelanya jarang dibuka.

d. Tidak terdapat jendela pada kamar, tetapi selalu

ditutupi dengan kain.

e. Terdapat 2 buah lampu di dalam rumah, berwarna

putih. Lampu terdapat di ruang keluarga dan kamar

tidur

5. MCK Terdapat tempat untuk mandi dan cuci piring yang

berukuran 1,5 x 1,5 m. Buang air besar, langsung ke kali

didepan rumah.

6. Sumber Air Dalam kesehariannya keluarga Ny. Siti menggunakan air

sumur sebagai sumber air bersih untuk mandi dan

memasak.

7. Saluran

pembuangan

limbah

Air limbah rumah tangga di buang pinggir kali dan segera

dibakar.

8. Tempat

pembuangan

sampah

Sampah rumah tangga di kumpulkan disamping kali lalu

dibakar.

9. Lingkungan sekitar Di samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah

25

Page 26: BAB 3

rumah tetangga. Di lingkungan sekitar rumah keluarga Ny. Siti

bersih karena Ny. Siti menyapu tiap hari. Hanya terdapat

banyak tumpukan kayu dan barang bekas disamping

dapur.

1.3.3 Keluarga Binaan Tn. Edi

Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Edi yang beranggotakan sembilan orang

anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Kesembilan anggota tersebut

diantaranya:

Tabel 1.18 Data Dasar Keluarga Tn Edi

No Nama Status

Keluarga

Jenis

Kelamin

Usia Pekerjaan Pendidikan Penghasilan

1 Tn Edi Suami Laki – laki 75 th Tidak

bekerja

SD -

2 Ny. Ida Istri Perempuan 65 th Ibu rumah

tangga

SD -

3 Ny.Sopi

yah

Anak Perempuan 45 th Pembantu

RT

SD Rp 1.200.000

4 Ny.

Nawiyah

Cucu Perempuan 22 th Ibu rumah

tangga

SD -

5 Ny.

Yanti

Cucu Perempuan 21 th Ibu rumah

tangga

SD -

6 Tn.

Munin

Cucu

menantu

Laki-laki 23 th Pengantar

air galon

SMP Rp 800.000

7 Tn.

Yamin

Cucu

menantu

Laki-laki 24 th Buruh

pabrik

SD Rp 1.000.000

8 An. Lilis Cicit Perempuan 5 th - - -

9 An. Cicit Perempuan 3 bulan - - -

26

Page 27: BAB 3

Nabila

Keluarga binaan ini bertempat tinggal di Jl. Gaga Sulaman RT 006 / RW 01

Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga ini

terdiri dari sepasang suami istri yang telah menikah selama 46 tahun dan telah

mempunyai dua orang anak perempuan. Tn. Edi sebagai seorang kepala rumah tangga

berusia 75 tahun dan mempunyai istri yang bernama Ny. Ida yang berusia 65 tahun

dengan latar belakang pendidikan SD. Penghasilan keluarga ini berasal dari anak dan

cucu menantunya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, karyawan tempat

penjualan air galon serta buruh pabrik.

Anak pertama Tn. Edi dan Ny Ida bernama Ny. Sopiyah yang berusia 45 tahun

dengan latar pendidikan yang sama seperti kedua orang tuanya yaitu lulusan SD. Ny.

Sopiyah sudah berpisah dengan suaminya. Ny. Sopiyah bekerja sebagai pembantu

rumah tangga dengan penghasilan sekitar Rp 1.200.000 perbulan. Adiknya bernama

Ny. Marni berusia 44 tahun bekerja sebagai pembantu rumah tangga yang juga

memiliki latar belakang pendidikan SD. Ny. Marni tidak tinggal lagi bersama

keluarga Tn. Edi setelah menikah. Ia tinggal bersama suaminya di Bekasi dan jarang

pulang ke rumahnya di Desa Pangkalan. Saat melahirkan kedua anaknya Ny. Ida

melahirkan dengan ditolong oleh paraji.

Ny. Sopiyah memiliki dua orang anak bernama Ny. Nawiyah berumur 22

tahun dengan latar belakang pendidikan SD yang menikah dengan Tn. Munin

berumur 23 tahun dengan latar belakang pendidikan lulusan SMP. Mereka memiliki

dua orang anak bernama An. Lilis yang berumur 5 tahun dan An. Nabila yang

berumur 3 bulan. Ny. Nawiyah bekerja sebagai ibu rumah tangga sedangkan

suaminya bekerja sebagai pengantar air galon yang memiliki penghasilan Rp 800.000

perbulan. Anak kedua Ny. Sopiyah bernama Ny. Yanti berumur 21 tahun yang

menikah dengan Tn. Yamin berumur 24 tahun dan keduanya memiliki latar

pendidikan yang sama yaitu lulus SD. Ny. Yanti bekerja sebagai ibu rumah tangga

sedangkan suaminya bekerja sebagai buruh pabrik yang memiliki penghasilan tiap

bulan sekitar Rp 1.000.000.

27

Page 28: BAB 3

Penyakit yang dialami oleh anggota keluarga ini adalah pegel – pegel, sesak

nafas dan batuk. Menurut Tn. Edi keluarganya terkadang mengalami diare, Tn. Edi

mengakui bahwa keluarganya mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum dan

setelah makan tetapi tidak melakukannya dengan benar. Keadaan tersebut dikatakan

karena keluarga Tn Edi malas untuk mencuci tangan walaupun mereka mengetahui

pentingnya mencuci tangan dengan bersih sebelum makan dan resiko sakit apabila hal

tersebut tidak dilaksanakan dengan benar. Dalam keseharian keluarga Tn. Edi

menggunakan pompa air untuk kebutuhan masak, mandi, minum, makan dan

mencuci.

Keluarga ini mempunyai pola makan 2 kali sehari pada siang dan malam hari.

Ny. Ida memasak sendiri untuk makan keluarga, menu makanan yang sering dimakan

adalah sayur asem, sayur sop, tahu, tempe, telur dan ikan asin. Keluarga ini juga

memiliki kebiasaan meminum kopi hampir setiap hari. Konsumsi ikan atau daging

dikatakan jarang yaitu sekitar sebulan 2-3 kali karena faktor keterbatasan keuangan.

Konsumsi sayur berlangsung dengan baik pada keluarga ini, dimana hampir seluruh

keluarga Tn. Edi senang mengkonsumsi sayur.

Tn. Edi mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 1 – 2 bungkus perhari.

Namun sekarang kebiasaan merokok Tn. Edi sudah berkurang menjadi 4 batang

perhari. Kebiasaan merokok ini dilakukan di dalam ataupun di luar rumahnya.

Keluarga ini tidak mempunyai kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah

melakukan kegiatan olahraga. Apabila sakit keluarga Tn. Edi hanya membeli obat

warung karena jarak pelayanan kesehatan dari rumah keluarga Tn. Edi yang sangat

jauh, yaitu kira-kira 4 km. Jika tidak sembuh juga atau bertambah parah maka barulah

keluarga Tn. Edi akan berobat ke pelayanan kesehatan (puskesmas). Tn. Edi tidak

memiliki kebiasaan menabung karna pendapatan keluarga yang sangat cukup atau

bahkan kurang untuk kebutuhan sehari-hari.

Luas rumah ± 8 x 10 m dengan lantai keramik. Dalam rumah terdapat ruang

keluarga berukuran 4,5 x 4 m, tiga kamar tidur yang mana dua kamar berukuran 3 x 3

m dan satu kamar berukuran 4 x 2,5 m. Juga terdapat dapur yang berukuran 2 x 3 m.

Atap rumah terbuat dari genteng tanah liat dan tidak ada plafon. Terdapat ventilasi

hampir disetiap ruangan yang berukuran kira-kira 30 x 150 cm. Terdapat jendela pada

ruang keluarga berukuran 1,5 x 0,5 m dan jendela pada kedua kamar, tetapi selalu

28

Page 29: BAB 3

ditutupi dengan kain dan tidak bisa dibuka. Terdapat 6 buah lampu di dalam rumah, 5

buah berwarna putih dan 1 berwarna kuning. Di luar rumah kira-kira berjarak 1 m dari

pintu belakang rumah terdapat sebuah bangunan yang berfungsi sebagai kamar mandi

dan tempat mencuci pakaian berukuran 2 x 1,5 m, beralaskan semen. Jamban berada

lebih kurang 10 meter di depan rumah, yang terletak di atas kali serta digunakan

untuk lebih kurang 5 kepala keluarga. Biasanya keluarga Tn. Edi membersihkan

badan di rumah setelah BAB.

Gambar 1.6 Denah Rumah Keluarga Tn. Edi

Tabel.1.19 Faktor Internal Keluarga Tn. Edi

No Faktor Internal Permasalahan

1 Kebiasaan merokok Tn. Edi mempunyai kebiasaan merokok sebanyak

29

RuangKeluarga

U

T

B

S

Page 30: BAB 3

1 – 2 bungkus perhari. Namun sekarang kebiasaan

merokok Tn. Edi sudah berkurang menjadi 4

batang perhari. Kebiasaan merokok ini dilakukan

di dalam ataupun di luar rumahnya

2 Olah raga Keluarga ini tidak mempunyai kebiasaan

berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah

melakukan kegiatan olahraga

3 Pola Makan Keluarga ini mempunyai pola makan 2 kali sehari

pada siang dan malam hari. Ny. Ida memasak

sendiri untuk makan keluarga, menu makanan

yang sering dimakan adalah sayur asem, sayur

sop, tahu, tempe, telur dan ikan asin. Keluarga ini

juga memiliki kebiasaan meminum kopi hampir

setiap hari

4 Pola Pencarian

Pengobatan

Apabila sakit keluarga Tn. Edi hanya membeli

obat warung karena jarak pelayanan kesehatan

dari rumah keluarga Tn. Edi yang sangat jauh,

yaitu kira-kira 4 km. Jika tidak sembuh juga atau

bertambah parah maka barulah keluarga Tn. Edi

akan berobat ke pelayanan kesehatan (puskesmas)

5 Menabung Tn. Edi tidak memiliki kebiasaan menabung karna

pendapatan keluarga yang sangat cukup atau

bahkan kurang untuk kebutuhan sehari-hari

6 Mencuci tangan Keluarga Tn. Edi mempunyai kebiasaan mencuci

tangan sebelum dan sesudah makan. Tetapi

mencuci tangan tanpa menggunakan sabun.

Keluarga Tn. Edi mengetahui tentang manfaat

mencuci tangan yang baik, akan tetapi tidak

melakukannya dengan benar.

7 Aktivitas sehari-hari a. Tn. Edi sudah tidak bekerja lagi. Sehari-hari

Tn. Edi hanya mengurus cicit-cicitnya di

30

Page 31: BAB 3

rumah

b. Ny. Ida bekerja sebagai Ibu rumah tangga

c. Ny. Sopiyah bekerja sebagai pembantu rumah

tangga setiap harinya

d. Ny. Nawiyah bekerja sebagai Ibu rumah

tangga

e. Ny. Yanti bekerja sebagai Ibu rumah tangga

f. Tn. Munin bekerja sebagai pengantar air

galon dari pagi hingga sore

g. Tn Yamin bekerja sebagai buruh pabrik dari

hari senin hingga sabtu

Tabel 1.20 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Edi

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah ± 8 x 10 m dengan lantai keramik.

2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat ruang keluarga berukuran

4,5 x 4 m, tiga kamar tidur yang mana dua kamar

berukuran 3 x 3 m dan satu kamar berukuran 4 x

2,5 m. Juga terdapat dapur yang berukuran 2 x 3

m. Atap rumah terbuat dari genteng tanah liat

dan tidak ada plafon

3. Ventilasi Terdapat ventilasi hampir disetiap ruangan yang

berukuran kira 30 x 150 cm.

4. Pencahayaan a. Terdapat jendela pada ruang keluarga

berukuran 1,5 x 0,5 m.

b. Terdapat jendela pada dua kamar, tetapi

selalu ditutupi dengan kain dan tidak bisa

dibuka.

c. Terdapat 6 buah lampu di dalam rumah, 5

buah berwarna putih dan 1 berwarna kuning.

Lampu terdapat di ruang tamu, kamar tidur

31

Page 32: BAB 3

dan teras rumah.

5. MCK a. Di luar rumah kira-kira berjarak 1 m dari

pintu belakang rumah terdapat sebuah

bangunan yang berfungsi sebagai kamar

mandi dan tempat mencuci pakaian berukuran

2 x 1,5 m, beralaskan semen.

b. Jamban berada lebih kurang 10 meter di

depan rumah, yang terletak di atas kali serta

digunakan untuk lebih kurang 5 kepala

keluarga.

c. Biasanya keluarga Tn. Edi membersihkan

badan di rumah setelah BAB

6. Sumber Air Dalam keseharian keluarga Tn. Edi

menggunakan pompa air untuk kebutuhan masak

dan mandi.

7. Saluran pembuangan

limbah

Limbah rumah tangga cair di buang ke selokan

di belakang rumah yang berjarak 2 m.

8. Tempat pembuangan

sampah

Sampah ditumpuk hingga penuh, lalu kemudian

dibakar didepan rumah deket dengan kali.

9. Lingkungan sekitar

rumah

Bagian depan rumah Tn. Edi berupa halaman

berukuran 3 x 10 m beralaskan tanah yang tidak

ditanami tumbuhan. Di samping kanan dan kiri

rumah terdapat rumah tetangga. Yang mana

jarak antar tiap rumah berkisar 1 meter.

1.3.4 Keluarga Binaan Tn. Asman

Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Asman yang beranggotakan lima orang

anggota keluarga yang tingal dalam satu rumah. Kelima anggota tersebut diantaranya:

Tabel 1.21 Data Dasar Keluarga Tn. Asman

32

Page 33: BAB 3

No Nama Status

Keluarga

Jenis

Kelamin

Usia Pekerjaan Pendidikan Penghasilan

1 Tn.

Asman

Suami Laki – laki 45 th Buruh

pabrik

SD hingga

kelas 3

Rp 1.200.000

2 Ny.

Sriyati

Istri Perempuan 40 th Ibu rumah

tangga

SD hingga

kelas 5

-

3 Nn.

Erlis

Anak Perempuan 23 th Buruh

pabrik

Lulus SD Rp 800.000

4 Nn.

Erpi

Anak Perempuan 19 th Buruh

pabrik

Lulus SD Rp 600.000

5 An.

Mutiar

a

Anak Perempuan 9 th Pelajar SD kelas 4 -

Keluarga binaan ini bertempat tinggal di Jl. Gaga Sulaman RT 006 / RW 01

Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga ini

terdiri dari sepasang suami istri yang telah menikah selama 24 tahun dan telah

mempunyai tiga orang anak perempuan. Tn. Asman berusia 45 tahun dengan latar

pendidikan SD hingga kelas 3 dan mempunyai istri yang bernama Ny. Sriyati yang

berusia 40 tahun dengan latar belakang pendidikan SD hingga kelas 5. Tn. Asman

sebagai kepala keluarga menjadi tulang punggung yang bekerja sebagai buruh pabrik

plastik dengan penghasilan sekitar Rp 1.200.000 perbulan.

Anak pertama Tn. Asman dan Ny. Sriyati bernama Nn. Erlis yang berusia 23

tahun dengan latar belakang pendidikan lulusan SD. Nn. Erlis bekerja sebagai buruh

pabrik benang dengan penghasilan sekitar Rp 800.000 perbulan. Adiknya bernama

Nn. Erpi berusia 19 tahun dengan latar belakang pendidikan lulusan SD juga bekerja

sebagai buruh pabrik perabotan rumah tangga dengan penghasilan Rp 600.000

perbulan. Anak ketiga Tn. Asman bernama An. Mutiara yang berusia 9 tahun,

sekarang sedang duduk dibangku kelas 3 SD. Saat melahirkan ketiga anaknya Ny.

Sriyati melahirkan dengan ditolong oleh paraji.

33

Page 34: BAB 3

Penyakit yang dialami oleh anggota keluarga ini adalah darah tinggi, pegel-

pegel, dan batuk (riwayat pengobatan paru 1 tahun dan dinyatakan sembuh). Menurut

Ny. Sriyati keluarganya juga terkadang mengalami diare, beliau mengaku bahwa

keluarganya tidak memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.

Meskipun mereka mengetahui pentingnya dari mencuci tangan dengan bersih sebelum

makan dan resiko sakit apabila hal tersebut tidak dilaksanakan dengan benar. Dalam

keseharian keluarga Tn. Asman menggunakan air sumur untuk kebutuhan memasak,

mandi, minum, makan dan mencuci.

Keluarga ini mempunyai pola makan 3 kali sehari pada pagi, siang dan malam

hari. Ny. Sriyati memasak sendiri untuk makan keluarga, menu makanan yang sering

dimakan adalah sayur asem, sayur daun katup, tahu, tempe dan telur. Ikan jarang

dikonsumsi karena Tn. Asman memiliki riwayat alergi terhadap makanan laut.

Konsumsi sayur berlangsung dengan baik pada keluarga ini, dimana hampir seluruh

keluarga Tn. Aswan senang mengkonsumsi sayur.

Sekitar 2 tahun yang lalu Tn. Asman memutuskan untuk berhenti merokok

setelah beliau mengidap penyakit paru-paru dan harus mengikuti pengobatan yang

lama (1 tahun). Saat itu Tn. Aswan memiliki kebiasaan merokok sebanyak 1-2

bungkus perhari. Keluarga ini tidak mempunyai kebiasaan berolahraga. Bahkan

hampir tidak pernah melakukan kegiatan olahraga. Apabila sakit keluarga Tn. Asman

hanya membeli obat warung. Jika tidak sembuh juga atau bertambah parah maka

maka keluarga Tn. Asman akan berobat ke dokter. Keluarga Tn. Asman tidak

memiliki kebiasaan menabung, tetapi mengikuti arisan dengan ibu-ibu disekitar

rumahnya.

Luas rumah ± 7,5 x 6 m dengan lantai keramik. Dalam rumah terdapat ruang

keluarga berukuran 6 x 3 m, dua kamar tidur yang masing-masing berukuran 3 x 3 m.

Terdapat dapur yang berukuran 1,5 x 6 m dengan kamar mandi di dalamnya yang

berukuran 1,5 x 2 m beralaskan semen. Atap rumah terbuat dari genteng tanah liat dan

tidak ada plafon. Ventilasi hanya terdapat di ruang keluarga dan kamar depan yang

masing – masing berukuran kira 30 x 150 cm, 30 x 50 cm. Terdapat jendela pada

ruang keluarga berukuran 1,5 x 1 m. Cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah

cukup kurang. Terdapat 5 buah lampu, berwarna putih. Lampu berada di ruang tamu,

kamar tidur dan dapur. Jamban berada lebih kurang 2 meter di belakang rumah, yang

34

Page 35: BAB 3

terletak di atas kali serta digunakan untuk lebih kurang 5 kepala keluarga. Biasanya

keluarga Tn.Asman membersihkan badan di rumah setelah BAB.

Gambar 1.7 Denah Rumah Keluarga Tn. Asman

Tabel.1.22 Faktor Internal Keluarga Tn. Asman

No Faktor Internal Permasalahan

1 Kebiasaan merokok Saat ini Tn. Asman sudah tidak merokok. Namun

sekitar 2 tahun yang lalu Tn. Asman memiliki

kebiasaan merokok sebanyak 1-2 bungkus perhari

2 Olah raga Keluarga ini tidak mempunyai kebiasaan

berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah

melakukan kegiatan olahraga

3 Pola Makan Keluarga ini mempunyai pola makan 3 kali sehari

pada pagi, siang dan malam hari. Ny. Sriyati

memasak sendiri untuk makan keluarga, menu

makanan yang sering dimakan adalah sayur asem,

sayur daun katup, tahu, tempe dan telur. Ikan

35

RuangKeluarga

Page 36: BAB 3

jarang dikonsumsi karena Tn. Asman memiliki

riwayat alergi terhadap makanan laut.

4 Pola Pencarian

Pengobatan

Apabila sakit keluarga Tn. Asman hanya membeli

obat warung. Jika tidak sembuh juga atau

bertambah parah maka maka keluarga Tn. Asman

akan berobat ke dokter

5 Menabung Keluarga Tn. Asman tidak memiliki kebiasaan

menabung

6 Mencuci tangan Keluarga Tn. Asman tidak memiliki kebiasaan

mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.

Meskipun keluarga tersebut mengetahui tentang

dampak dan manfaat mencuci tangan yang baik.

7 Aktivitas sehari-hari a. Tn. Asman berkerja sebagai buruh pabrik

plastik. Bekerja mulai dari pukul 08.00

sampai 17.00 WIB

b. Ny. Sriyati bekerja sebagai Ibu rumah tangga

c. Nn. Erlis bekerja sebagai buruh di pabrik

benang

d. Nn. Erpi bekerja sebagai buruh di pabrik

perabotan rumah tangga

e. An. Mutiara sekarang sedang mengenyam

pendidikan SD kelas 3

Tabel 1.23 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Asman

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah ± 7,5 x 6 m dengan lantai keramik.

2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat ruang keluarga berukuran

6 x 3 m, dua kamar tidur yang masing-masing

berukuran 3 x 3 m. Terdapat dapur yang

berukuran 1,5 x 6 m dengan kamar mandi di

36

Page 37: BAB 3

dalamnya yang berukuran 1,5 x 2 m. Atap rumah

terbuat dari genteng tanah liat dan tidak ada

plafon

3. Ventilasi Ventilasi hanya terdapat di ruang keluarga dan

kamar depan yang masing – masing berukuran

kira 30 x 150 cm, 30 x 50 cm.

4. Pencahayaan a. Terdapat jendela pada ruang keluarga

berukuran 1,5 x 1 m

b. Cahaya matahari yang masuk ke rumah

kurang

c. Terdapat 5 buah lampu di dalam rumah,

berwarna putih. Lampu terdapat di ruang

tamu, kamar tidur dan dapur.

5. MCK a. Kamar mandi terletak di dalam rumah

berukuran 1,5 x 2 m, beralaskan semen.

b. Jamban berada lebih kurang 2 meter di

belakang rumah, yang terletak di atas kali

serta digunakan untuk lebih kurang 5 kepala

keluarga.

c. Biasanya keluarga Tn.Asman membersihkan

badan setelah BAB di rumah

6. Sumber Air Dalam keseharian keluarga Tn. Asman

menggunakan air sumur untuk kebutuhan masak

dan mandi.

7. Saluran pembuangan

limbah

Limbah rumah tangga cair di buang ke saluran

yang menuju kali di belakang rumah yang

berjarak 2 m.

8. Tempat pembuangan

sampah

Sampah ditumpuk hingga penuh, lalu kemudian

dibakar di belakang rumah deket dengan kali.

9. Lingkungan sekitar

rumah

Bagian depan rumah Tn. Asman langsung

berhadapan dengan rumah adiknya yang berjarak

37

Page 38: BAB 3

2 m. Rumah tersebut tidak memiliki halaman

pekaranngan. Di samping kanan dan kiri rumah

terdapat rumah tetangga. Yang mana jarak antar

tiap rumah berkisar 1 - 2 meter.

1.4 PENENTUAN AREA MASALAH KESEHATAN

1.4.1 Penjabaran Area Masalah Pada Keluarga Binaan

1.4.1.1 Keluarga Tn. Ali

a. Masalah Non Medis

1. Kebiasaan merokok dalam keluarga

2. Kurangnya pengetahuan tentang rumah sehat

3. Perilaku penggunaan jamban yang tidak sehat

4. Perilaku mencuci tangan yang salah

5. Kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif bagi anak

6. Buruknya pertukaran udara di rumah keluarga binaan

7. Rendahnya pendapatan keluarga binaan

8. Rendahnya tingkat pendidikan pada keluarga binaan

9. Kurangnya kesadaran untuk berobat ke pelayanan kesehatan

10. Kurangnya kesadaran berolahraga

11. Perilaku ibu dalam pemberian jajanan sehat

b. Masalah Medis

1. Penyakit diare yang terkadang di alami oleh anggota keluarga binaan

2. Penyakit ISPA yang terkadang dialami oleh anggota keluarga binaan

3. Rendahnya pengetahuan ibu tentang persalinan yang di bantu oleh

tenaga kesehatan

4. Rendahnya pengetahuan ibu terhadap imunisasi pada anak

1.4.1.2 Keluarga Ny. Siti

a. Masalah Non Medis

1. Kurangnya pengetahuan tentang rumah sehat

2. Perilaku penggunaan jamban yang tidak sehat

3. Perilaku mencuci tangan yang salah

4. Buruknya pertukaran udara di rumah keluarga binaan

5. Rendahnya pendapatan keluarga binaan

38

Page 39: BAB 3

6. Rendahnya tingkat pendidikan di keluarga binaan

7. Kurangnya kesadaran berolahraga

b. Masalah Medis

1. Penyakit diare yang terkadang di alami oleh anggota keluarga binaan

2. Penyakit paru – paru yang terkadang dialami oleh anggota keluarga

binaan

3. Penyakit diabetes mellitus yang terkadang dialami oleh anggota keluarga

binaan

4. Penyakit maag yang terkadang dialami oleh anggota keluarga binaan

5. Penyakit gatal – gatal yang terkadang dialami oleh anggota keluarga

binaan

6. Rendahnya pengetahuan ibu tentang persalinan yang di bantu oleh

tenaga kesehatan

1.4.1.3 Keluarga Tn. Edi

a. Masalah Non Medis

1. Kurangnya pengetahuan mengenai pola makan gizi seimbang

2. Kurangnya kebersihan di dalam rumah

3. Perilaku mencuci tangan yang salah

4. Perilaku penggunaan jamban yang tidak sehat di keluarga binaan

5. Buruknya pertukaran udara di rumah keluarga binaan

6. Rendahnya pendapatan keluarga

7. Rendahnya tingkat pendidikan dalam keluarga binaan

8. Perilaku merokok disembarang tempat

9. Kurangnya kesadaran untuk berobat ke pelayanan kesehatan

10. Kurangnya kesadaran berolahraga

b. Masalah Medis

1. Penyakit diare yang terkadang di alami oleh anggota keluarga binaan

2. Penyakit paru – paru yang dialami oleh anggota keluarga binaan

3. Penyakit ISPA yang terkadang dialami oleh anggota keluarga binaan

4. Penyakit pegal-pegal yang hampir sering di alami keluarga binaan

5. Rendahnya pengetahuan ibu tentang persalinan yang di bantu oleh

tenaga kesehatan

39

Page 40: BAB 3

1.4.1.4 Keluarga Tn. Asman

a. Masalah Non Medis

1. Kurangnya pengetahuan mengenai pola makan gizi seimbang di

keluarga binaan

2. Prilaku mencuci tangan yang salah

3. Prilaku penggunaan jamban yang tidak sehat di kelaurga binaan

4. Kurangnya pencahayaan pada rumah keluarga binaan

5. Buruknya pertukaran udara di rumah keluarga binaan

6. Rendahnya pendapatan keluarga

7. Rendahnya tingkat pendidikan dalam keluarga binaan

8. Kurangnya kesadaran berolahraga

9. Kurangnya kesadaran untuk berobat ke pelayanan kesehatan

b. Masalah Medis

1. Penyakit diare yang terkadang di alami oleh anggota keluarga binaan

2. Penyakit paru – paru yang dialami oleh Tn. Asman

3. Penyakit pegal-pegal yang hampir sering di alami keluarga binaan

4. Rendahnya pengetahuan ibu tentang persalinan yang di bantu oleh

tenaga kesehatan

1.4.2 Alasan Pemilihan Area Masalah

Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu dengan

menganalisis laporan tahunan puskesmas mengenai data program kesehatan

lingkungan, yaitu PHBS dan penderita diare di wilayah Puskesmas Tegal Angus.

Kemudian informasi tersebut dibandingkan dengan laporan kader desa setempat

yang menyatakan bahwa jumlah penderita diare masih banyak. Setelah

mengamati, mewawancarai, dan melakukan observasi masing-masing keluarga

binaan di Desa Pangkalan terdapat berbagai area permasalahan, yaitu:

1. Kurangnya pengetahuan tentang pola makan gizi seimbang pada keluarga

binaan.

2. Perilaku penggunaan jamban yang tidak sehat

3. Kurangnya ventilasi pada rumah keluarga binaan

40

Page 41: BAB 3

4. Perilaku mencuci tangan yang buruk

5. Kurangnya pengetahuan tentang rumah yang sehat

6. Rendahnya tingkat pendidikan yang terdapat pada keluarga binaan.

7. Rendahnya tingkat ekonomi yang terdapat pada keluarga binaan.

8. Perilaku hidup sehat dan olahraga yang masih buruk pada keluarga binaan.

9. Rendahnya pengetahuan ibu tentang persalinan yang di bantu oleh tenaga

kesehatan

10. Penyakit diare yang terkadang di alami oleh anggota keluarga binaan

11. Penyakit paru – paru di alami oleh anggota keluarga binaan

Dari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, kami memutuskan

untuk mengangkat permasalahan “Perilaku Mencuci Tangan yang Baik pada

Keluarga Binaan RT 006 RW 001 Jl. Gaga Sulaman Desa Pangkalan”. Dalam

pengambilan sebuah masalah digunakan Metode Delphi.

Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh

suatu kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang akan

diputuskan. Proses penetapan Metode Delphi dimulai dengan identifikasi masalah

yang akan dicari penyelesaiannya.

41

Page 42: BAB 3

Gambar.1.8 Prinsip Metode Delphi

Pemilihan area masalah ini didasarkan atas metode delphi dan melalui

berbagai pertimbangan yaitu :

− Dalam kunjungan beberapa kali ke rumah keluarga binaan, kami menemukan

bahwa keempat keluarga binaan memiliki masalah mencuci tangan. Dari ketiga

domain pembentuk perilaku, yaitu knowledge, attitude, dan practice, keempat

keluarga binaan tidak memiliki masalah pada knowledge nya. Sehingga, selama

kunjungan dengan waktu yang berbeda, kami mengobservasi perilaku mencuci

tangan keempat keluarga binaan, dan didapatkan bahwa perilaku mencuci

tangan yang buruk berdasarkan hasil checklist observasi. Pada hasil presurvey

dari 15 responden yang memiliki perilaku buruk tentang cuci tangan sebanyak

11 orang.

− Kebiasaan buruk ini dapat menjadi salah satu sebab timbulnya berbagai

penyakit saluran cerna maupun kulit dan kelamin. Banyak anggota keluarga

binaan yang pernah mengalami penyakit diare, penyakit kulit, dan penyakit

saluran nafas. Dari data sekunder yang didapatkan dari Puskesmas Tegal

42

Page 43: BAB 3

Angus, berikut merupakan sepuluh besar penyakit puskesmas tegal angus tahun

2014 (Grafik 1.1) dan laporan kasus kejadian diare dewasa dan balita (tabel 1.7

dan tabel 1.8) di wilayah cakupan Puskesmas Tegal Angus :

Grafik 1.1 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus th 2014

ISPA

DEMAM

SAKIT

KEPALA

DERMATIT

IS

BATUK

HIPERTE

NSI

GASTRITI

SDIARE

MYALG

IA

33412573 2107 1598 1431 1074 956 587 519

Jumlah

Sumber : Data surveillance Puskesmas Tegal Angus,2014

Tabel 1.7 Laporan Diare Dewasa Puskesmas Tegal Angus Jan – Mei 2014

NO DesaJumlah

PendudukJumlah Kejadian

Diare1 Pangkalan 16.755 262 Tj. Burung 7.675 63 Tegal angus 9.355 514 Tj. Pasir 9.595 175 Muara 3.516 86 Lemo 6.548 11

Jumlah 53.444 118Sumber :Ketatausahaan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014

Tabel 1.8 Laporan Diare Balita Puskesmas Tegal Angus Jan – Mei 2014

NO Desa Jumlah Penduduk

Jumlah Kejadian Diare

1 Pangkalan 1.340 332 Tj. Burung 614 13 Tegal angus 748 644 Tj. Pasir 767 455 Muara 315 96 Lemo 524 22

Jumlah 4308 174Sumber :Ketatausahaan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014

− Berdasarkan data sekunder yang didapat dari Puskesmas Tegal Angus tahun

2013 mengenai PHBS (Tabel 1.11), cuci tangan merupakan indikator yang

presentasenya (70%) masih kurang di Desa Pangkalan.

43

Page 44: BAB 3

Tabel 1.11 Laporan PHBS di wilayah Puskesmas Tegal Angus pada Tahun 2013

INDIKATOR

Nama DesaJumlah KK YDT

% Persalinan O/ tks

% Asi eks

% By/ blt dtmbg

% Cuci Tangan

% Air Bersih

% Jamban Sehat

% Bersikan Jentik

% Makan Sayur Buah

% Aktivitas Fisik

% Tdk Merokok dlm Rumah

% Jmlh (Sehat)

Pangkalan 210 57.6 42.4 67.1 70 95.7 66.5 51.4 57 33.3 33.5 16.2

Tj. Burung 210 64.6 58.6 65.7 43.3 96.6 46.7 79 61.9 72.8 72.8 16.7

Tegal Angus

214 35.6 24.3 58.9 87.4 90.2 57 94 39.7 72.4 57 17

Tj. Pasir 210 71.4 49.5 79.5 38.6 91.4 68.8 92.7 72.3 65.6 65.2 17

Muara 210 71.5 43.6 70.6 45.9 99 43 92 73.4 33 71.2 56.5

Lemo 206 63.6 24.8 64 91.6 83.6 44.8 80.8 84 62 45 18

Jumlah 1260 65.2 37.7 67.5 63.6 92.8 54 86 55.3 61.5 54 15.5

Sumber :Ketatausahaan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014

44

Page 45: BAB 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1. Diagnosis dan Intervensi Komunitas

Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan

adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara

pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan

permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu

prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan

kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi

sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan

diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat

(epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi

kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi).

2.1.2. Konsep Perilaku

2.1.2.1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,

tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau

aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan

bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus

terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner

ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.

45

Page 46: BAB 3

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati

secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau

praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.1.2.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau

penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari

batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering

disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun

sosial budaya, dan sebagainya.

46

Page 47: BAB 3

2.1.2.3. Domain Perilaku

Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun

1967, teori ini lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan

dengan perilaku & norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA

mengalami perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/

memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari

hubungan ini yang menemukan secara relative korespondensi yang rendah diantara

sikap-sikap dan perilaku, serta beberapa teori yang bertujuan menghapuskan  sikap

sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku (Fishbein, 1993; Abelson, 1972;

Wicker, 1969).

Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang

menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan

norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui

sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan hubungan sebab

musabab diantara komponen yang ditentukan dengan jelas (Ajzen dan Fishbein,

1980). Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk

kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :

1. Pengetahuan (knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Tanpa pengetahuan seseorang tidak

mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan

terhadap masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

a) Faktor Internal

Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan

kondisi fisik.

b) Faktor Eksternal

Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atausarana.

c) Faktor pendekatan belajar

Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya strategi

dan metode dalam pembelajaran.

47

Page 48: BAB 3

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya.

2) Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

4) Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

dan ada kaitannya dengan yang lain.

5) Sintesa

Sintesa menunjukan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi / objek.

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai

tiga komponen pokok :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (obyek).

48

Page 49: BAB 3

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas

dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.

c. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mancapai praktik tingkat tiga.

d. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau

bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni

dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

49

Page 50: BAB 3

Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang

tersebut terjadi proses berurutan yakni :

1. Kesadaran (awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu

terhadap stimulus (objek)

2. Tertarik (interest)

Dimana orang mulai tertarik pada stimulus

3. Evaluasi (evaluation)

Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Mencoba (trial)

Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Menerima (Adoption)

Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.2.4. Asumsi Determinan Perilaku

Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai

kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang

dominan pada diri orang tersebut.Secara rinci perilaku manusia sebenarnya

merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan,

kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.

Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan

tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan,

sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Beberapa teori lain yang telah dicoba

untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain:

1. Teori WHO (1984)

WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku

tertentu adalah :

50

Page 51: BAB 3

1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk

pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang

terhadap objek (objek kesehatan).

a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman

orang lain.

b. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.

Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu.

c. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.

Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang

paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi

orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan

kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung

pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada

pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu

tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman

seseorang.

2) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya,

maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga

dan sebagainya.

4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber

didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of

life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk

dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat

sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003).

2. Theory of Reasoned Action (TRA)

Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967, teori ini lebih

memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku

& norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA mengalami

perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/ memahami

hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari hubungan ini

51

Page 52: BAB 3

yang menemukan secara relative korespondensi yang rendah diantara sikap-sikap

dan perilaku, serta beberapa teori yang bertujuan menghapuskan  sikap sebagai

sebuah factor yang mendasari perilaku (Fishbein, 1993; Abelson, 1972; Wicker,

1969).

Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab

yang menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan

keyakinan norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah

laku, melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan

hubungan sebab musabab diantara komponen yang ditentukan dengan jelas

(Ajzen dan Fishbein, 1980). Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.

3. Teori Lawrence Green (1980)

Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat

kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu

faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior

causes).

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :

1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2) Faktor pendorong (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,

misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.

3) Faktor pendukung (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat.

4. Teori Snehandu B. Kar (1983)

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku

merupakan fungsi dari :

1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan

kesehatannya (behavior itention).

2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).

52

Page 53: BAB 3

3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan

(accesebility of information).

4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau

keputusan (personal autonomy).

5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).

2.1.3. Teori Mencuci Tangan yang Baik dan Benar

Cara mencuci tangan yang benar yang dengan cara mencuci tangan

menggunankan sabun Mencuci tangan menggunakan sabun adalah salah satu tindakan

sanitasidengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun oleh

manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan

dengan sabun merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan

karena tangan sering menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen

berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak

tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas).

Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun

cairan tubuh lain (seperti ingus) dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat

tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang

lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditulari.

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk

mencegah penyakit diare dan ISPA, keduanya menjadi penyebab utama kematian

anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak-anak di seluruh dunia meninggal

sebelum mencapai umur lima tahun karena penyakit diaredan ISPA. Mencuci tangan

dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, kecacingan, dan flu burung.

Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebaiknya dilakukan pada lima waktu penting,

yaitu: (1) sebelum memulai pekerjaan; (2)sesudah menggunakan toilet; (3) sebelum

memegang bayi; (4) sesudah menceboki anak; (5) sebelum menyiapkan makanan dan

sesudah makan. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir dapat

memutuskan mata rantai kuman yang melekat di jari-jemari. Masyarakat termasuk

anak sering mengabaikan mencuci tangan memakai sabun dengan air mengalir karena

kurangnya pemahaman tentang kesehatan.

Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari segala kotoran, dimulai dari

ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai kebutuhan. Perilaku

53

Page 54: BAB 3

cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting. Mencuci tangan

juga dapat diartikan menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit

permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yangkemudian dibilas di bawah air yang

mengalir.

Cuci tangan menggunakan air saja tidaklah cukup untuk melindungi seseorang

dari kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Dari berbagai riset, risiko

penularan penyakit dapat berkurang dengan adanya peningkatan perilaku hidup bersih

dan sehat, perilaku kebersihan, seperti cuci tangan pakai sabun. Perilaku cuci tangan

pakai sabun merupakan intervensi kesehatan yang paling murah dan efektif

dibandingkan dengan intervensi kesehatan dengan cara lain. Cuci tangan adalah

proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan

dengan memakai sabun dan air. Kesehatan dan kebersihan tangan secara bermakna

mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua tangan dan

lengan serta mengurangikontaminasi silang. Cuci tangan dianggap merupakan salah

satu langkah yang paling penting untuk mengurangi penularan mikroorganisme dan

mencegah infeksi selama lebih dari 150 tahun. Kesehatan kebersihan tangan yang

baik dapat mencegah penularan mikroorganisme dan mengurangi frekuensi infeksi

nosokomial.

a. Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan

menggunakan sabun.

1. Diare

Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk

anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait

menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat menurunkan angka kejadian diare

hingga 50%. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun

secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti

tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari

kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika

mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang

terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih

dahulu atau terkontaminasi. Tingkat keefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam

penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi pencegahan

54

Page 55: BAB 3

adalah: Mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air olahan (39%), sanitasi

(32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air (25%), sumber air yang diolah

(11%). (2)

2. Infeksi saluran pernafasan.

Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab kematian utama anak-anak balita.

Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernafasan ini

dengan dua langkah : 1) dengan melepaskan patogen-patogen pernafasan yang

terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan, 2) dengan menghilangkan

patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus entrentic) yang menjadi penyebab

tidak hanya diare namun juga gejala penyakit pernafasan lainnya. Bukti-bukti telah

ditemukan bahwa praktik-praktik menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci

tangan sebelum dan sesudah makan/buang air besar/kecil dapat mengurangi tingkat

infeksi hingga 25%. Penelitian lain di Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan

dengan sabun mengurangi infeksi saluran pernafasan yang berkaitan dengan

pnemonia pada anak-anak balita hingga lebih dari 50 %.

3. Infeksi cacing, infeksi mata, dan infeksi kulit.

Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran

pernafasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit

kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan

trichuriasis.

Gambar 2.1 Diagram Transmisi Penyakit

55

Page 56: BAB 3

b. Teknik mencuci tangan yang baik dan benar dan penggunaan sabun

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka mencuci tangan haruslah

dengan air bersih yang mengalir, baik itu melalui kran air atau disiram dengan

gayung, menggunakan sabun yang standar, setelah itu keringkan dengan handuk

bersih atau menggunakan tisu. Untuk penggunaan jenis sabun dapat menggunakan

semua jenis sabun karena semua sabun sebenarnya cukup efektif dalam membunuh

kuman penyebab penyakit. Teknik mencuci tangan yang benar harus menggunakan

sabun dan di bawah air yang mengalir dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang

mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara.

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.

3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih.

4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan.

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.

6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.

7. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar,

kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih

yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau tisu.

56

Page 57: BAB 3

Gambar 2.2 Langkah-langkah Mencuci Tangan

Karena mikroorganisme tumbuh berkembang biak di tempat basah dan di air

yang menggenang, maka apabila menggunakan sabun batangan sediakan sabun

batangan yang berukuran yang kecil dalam tempat sabun yang kering. Hindari

mencuci tangan di waskom yang berisi air walaupun telah ditambahkan bahan

antiseptik, karena mikroorganisme dapat bertahan dan berkembang biak pada larutan

ini. Apabila menggunakan sabun cair jangan menambahkan sabun apabila terdapat

sisa sabun pada tempatnya, penambahan dapat menyebabkan kontaminasi bakteri

pada sabun yang baru dimasukkan. Apabila tidak tersedia air mengalir, gunakan

ember dengan kran yang dapat dimatikan sementara menyabuni kedua tangan dan

buka kembali untuk membilas atau gunakan ember dan kendi/teko.

57

Page 58: BAB 3

2.2 KERANGKA TEORI

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan teori dari

Snehedu Kar, perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan

fungsi dari behaviour intention, social-support, accessebility of information, personal

autonomy, action situation

Gambar 2.3 Bagan kerangka teori

58

Perilaku

Behaviour Intention

Keyakinan

Sikap

Social Support

Lingkungan

Acessibility to information

Pengetahuan

Tenaga Kesehatan

Personal Autonomy

Keluarga

Masyarakat sekitar

Action Situation

Sarana

Prasarana

Page 59: BAB 3

2.3 KERANGKA KONSEP

Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang

berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan di RT

006/ RW 003, Kampung Gaga, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,

Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel

independen dari kerangka teori yang dihubungkan dengan area permasalahan.

Gambar 2.4 Bagan kerangka konsep

59

VARIABEL INDEPENDEN

VARIABEL DEPENDEN

Pendidikan

Sikap

Lingkungan

Pengetahuan

Tenaga Kesehatan

Keluarga

Masyarakat sekitar

Sarana

PERILAKU MENCUCI

TANGAN YANG SALAH

Page 60: BAB 3

2.6 Definisi Operasional

Tabel 2.1 Tabel Definisi Operasional Diagnosis Dan Intervensi Komunitas Area Masalah Perilaku Mencuci Tangan Pada Daerah Keluarga Binaan RT …RW … Desa

Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala1. Pendidikan Pernyataan responden

tentang pendidikan formal tertinggi yang pernah dicapai responden.

Kuesioner WawancaraTinggi : 4-6Rendah : 1-3

Ordinal

2. Sikap Pernyataan responden mengenai kecenderungan melakukan tindakan cuci tangan pakai sabun.

Kuesioner Wawancara Mendukung : 3-5Tidak mendukung : 0-2

Ordinal

3. Lingkungan Dukungan sosial dari lingkungan (seperti guru dan teman-teman) responden yang mempengaruhi pola perilaku cuci tangan.

Kuesioner Wawancara Berperan : 2-4Tidak berperan : 0-1

Ordinal

4. Pengetahuan mengenai mencuci tangan

Wawasan pengetahuan keluarga binaan mengenai mencuci tangan, menurut WHO : 1. Membasahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih

4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara

Kuesioner Wawancara Baik : 5-10Buruk : 1-5

Ordinal

60

Page 61: BAB 3

bergantian

6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

7. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau tisu.

kesadaran akan pentingnya mencuci tangan dan dampak jika tidak mencuci tangan seperti diare dan ISPA.

5. Tenaga kesehatan

Ada tidaknya peran (edukasi, pengawasan, dan dorongan) petugas kesehatan dalam pelaksanaan mencuci tangan dalam kegiatan rutin.

Kuesioner Wawancara Berperan : 1-3Tidak berperan : 0

Ordinal

6. Keluarga Pernyataan responden mengenai upaya dari pihak keluargakepada anak untuk mensosialisasi cara mencuci tangan pakai sabun

Kuesioner Wawancara Berperan : 2-4Tidak berperan : 0-1

Ordinal

7. Masyarakat sekitar

Masyarakat sekitar responden yang mempengaruhi pola perilaku cuci tangan.

Kuesioner Wawancara Berperan : 2-4Tidak berperan : 0-1

Ordinal

8. Sarana Ada tidaknya fasilitas mencuci tangan berupa air bersih mengalir dan sabun di rumah

Kuesioner Wawancara Tersedia: 2-4Tidak tersedia : 0-1

Ordinal

61

Page 62: BAB 3

KUESIONER

PERILAKU MENCUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR

IDENTITAS RESPONDEN

a. Nama :

b. Umur :

c. Jenis Kelamin :

d. Alamat :

e. Pendidikan :

f. Pekerjaan :

g. Penghasilan :

I. PENDIDIKAN

1. Jenjang pendidikan bapak/ibu yang ditamatkan ?

a. Tidak pernah sekolah

b. SD/ Sederajat

c. SLTP/Sederajat

d. SLTA/Sederajat

e. Akademi/Diploma

f. Perguruan Tinggi

II. SIKAP

1. Apakah anda setuju syarat air bersih yang sehat itu tidak berwarna dan jernih?

a. Setuju

b. Tidak setuju

2. Apakah anda setuju yang harus kita lakukan sebelum makan adalah mencuci tangan pakai air bersih dan sabun?

a. Setuju

62

NO.

RESPONDEN

Page 63: BAB 3

b. Tidak setuju

3. Apakah anda setuju yang harus kita lakukan sesudah BAB adalah mencuci tangan pakai air bersih dan sabun?

a. Setuju

b. Tidak setuju

4. Apakah anda setuju yang harus kita lakukan sebelum memegang bayi adalah mencuci tangan pakai air bersih dan sabun?

a. Setuju

b. Tidak setuju

5. Apakah anda setuju penyakit yang timbul apabila kita tidak mencuci tangan sebelum makan adalah diare dan batuk pilek?

a. Setuju

b. Tidak setuju

III. LINGKUNGAN6. Apakah guru pernah mengajarkan mengenai cuci tangan pakai sabun di

sekolah?a. Pernahb. Tidak pernah

7. Apakah ada poster atau media lainnya yang dipasang atau diberikan oleh guru atau pihak sekolah kepada murid?

a. Adab. Tidak ada

8. Apakah teman-teman mengingatkan tentang cuci tangan pakai sabun?a. Tidak pernahb. Jarangc. Selalu

IV. PENGETAHUAN MENGENAI MENCUCI TANGAN

9. Menurut anda air apa yang baik digunakan untuk mencuci tangan?

a. Air bersih yang mengalir

b. Air bersih yang ditampung

c. Air apa saja

63

Page 64: BAB 3

10. Menurut anda sabun apa yang sebaiknya digunakan untuk mencuci

tangan?

a. Sabun khusus untuk mencuci tangan

b. Sabun apa saja

c. Tidak memakai sabun

11. Langkah pertama mencuci tangan yang baik dan benar adalah?

a. Oleskan sabun

b. Basahkan tangan dengan air bersih

c. Bersihkan telapak tangan

12. Apa yang anda ketahui tentang manfaat mencuci tangan pakai sabun?

a. Tangan menjadi halus

b. Mencegah penyakit diare, batuk pilek, dan kecacingan

c. Tangan menjadi harum

13. Ada berapa langkah cuci tangan pakai sabun yang tepat?

a. 3 langkah

b. 5 langkah

c. 7 langkah

V. TENAGA KESEHATAN

14. Apakah petugas kesehatan pernah melakukan penyuluhan mengenai cara

mencuci tangan yang baik dan benar?

a. Ya

b. Tidak

15. Jika jawabannya A

Berapa kali petugas kesehatan memberikan penyuluhan selama satu tahun?

a. Satu bulan sekali

b. Satu tahun sekali

c. Tidak pernah

64

Page 65: BAB 3

VI. KELUARGA

16. Apakah orangtua di rumah biasa cuci tangan pakai sabun?

a. Tidak pernah

b. Jarang

c. Selalu

17. Apakah orangtua di rumah mengingatkan tentang kebiasaan cuci tangan

pakai sabun?

a. Tidak pernah

b. Jarang

c. Selalu

VII. MASYARAKAT SEKITAR

18. Apakah tetangga di sekitar rumah biasa cuci tangan pakai sabun?

a. Tidak pernah

b. Jarang

c. Selalu

19. Apakah tetangga di sekitar rumah mengingatkan tentang kebiasaan cuci

tangan pakai sabun?

a. Tidak pernah

b. Jarang

c. Selalu

VIII. SARANA

20. Apakah terdapat air bersih untuk mencuci tangan ?

a. Ya

b. Tidak

Ket : Jika jawaban anda A silahkah menjawab nomor 12

21. Apakah air bersih tersebut dalam keadaan mengalir ?

a. Ada

65

Page 66: BAB 3

b. Tidak Ada

22. Apakah terdapat sabun untuk mencuci tangan?

a. Ada

b. Tidak ada

23. Jika ya, sabun jenis apa yang tersedia?

a. Sabun colek

b. Sabun batang

c. Sabun cair

1.Indikator Penilaian untuk Pendidikan :

a : 1 b : 2 c : 3 d : 4 e: 5 f : 6

Total :

Jumlah total 1-3: pendidikan RENDAH

Jumlah total 4-6: pendidikan TINGGI

2.Indikator Penilaian untuk Sikap :

Jika jawaban SETUJU nilai : 1

Jika jawaban TIDAK SETUJU nilai : 0

Total:

Jumlah total 3-5: Sikap MENDUKUNG

Jumlah total 0-2: Sikap TIDAK MENDUKUNG

3. Indikator Penilaian untuk Lingkungan :

Untuk pertanyaan nomor 6-7:

Jika jawaban A nilai: 1

Jika jawaban B nilai: 0

Untuk pertanyaan nomor 8:

66

Page 67: BAB 3

Jika jawaban C nilai: 2

Jika jawaban B nilai: 1

Jika jawaban A nilai: 0

Total:

Jumlah total 2-4: Lingkungan BERPERAN

Jumlah total 0-1: Lingkungan TIDAK BERPERAN

4.Indikator Penilaian untuk Pengetahuan :

Jika jawaban BENAR nilai : 2

Jika jawaban SALAH nilai : 1

Total :

Jumlah total 6 - 10 : Pengetahuan BAIK

Jumlah total 1 – 5: Pengetahuan BURUK

5.Indikator Penilaian untuk Tenaga Kesehatan :

Untuk pertanyaan nomor 10:

Jika jawaban YA nilai : 1

Jika jawaban TIDAK nilai : 0

Untuk pertanyaan nomor 11:

Jika jawaban A nilai: 2

Jika jawaban B nilai: 1

Jika jawaban C nilai: 0

Total :

Jumlah total 1-3 : Tenaga Kesehatan BERPERAN

Jumlah total 0: Tenaga Kesehatan TIDAK BERPERAN

67

Page 68: BAB 3

6. Indikator Penilaian untuk Keluarga :

Jika jawaban C nilai: 2

Jika jawaban B nilai: 1

Jika jawaban C nilai: 0

Total:

Jumlah total 2-4: Keluarga BERPERAN

Jumlah total 0-1: Keluarga TIDAK BERPERAN

7. Indikator Penilaian untuk Masyarakat Sekitar :

Jika jawaban C nilai: 2

Jika jawaban B nilai: 1

Jika jawaban C nilai: 0

Total:

Jumlah total 2-4: Masyarakat Sekitar BERPERAN

Jumlah total 0-1: Masyarakat Sekitar TIDAK BERPERAN

8.Indikator Penilaian untuk Sarana :

Jika jawaban YA nilai : 1

Jika jawaban TIDAK nilai : 0

Total :

Jumlah total 2-4: Sarana TERSEDIA

Jumlah total 0-1: Sarana TIDAK TERSEDIA

2.4 DEFINISI OPERASIONAL

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang

diamati atau diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi

operasional ialah suatu definisi yang didasarkan padakarakteristik yang dapat

diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “Mengubah konsep-konsep yang

68

Page 69: BAB 3

berupa konstruk” dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang

dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain.

Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran

atau pengamanan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta

mengembangkan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo, 2006). Adapun definisi

operasional dalam penelitian ini sebagai berikut :

69

Page 70: BAB 3

Tabel 2.1 Definisi Operasional

70

Page 71: BAB 3

71

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Pengukuran

1. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui

responden berkaitan dengan pola gizi

seimbang berdasarkan 4 pilar, berupa

pola makan yang beranekaragam,

jumlah yang cukup dan tidak

berlebihan. Juga berhubungan dengan

penggunaan minyak, garam, dan gula.

- 4 sendok makan gula, 1 sendok teh

garam, dan 5 senok makan minyak

- 2 – 4 porsi lauk

- 3 – 4 porsi sayur

- 2 – 3 porsi buah

- 3 – 4 porsi karbohidrat

- 8 gelas air putih sehari

Kuesioner Wawancara - 11 - 16 :

Pengetahuan

Baik

- 5 – 10 :

Pengetahuan

Cukup

- < 5 :

Pengetahuan

Kurang

Ordinal

2. Tingkat

Pendidikan

Jenjang pendidikan formal yang

dijalani oleh responden

Kuesioner Wawancara - SMA : 5-6

- SMP : 3-4

- SD : 1-2

Ordinal

3. Paparan

Informasi

Adanya paparan informasi yang

didapatkan oleh keluarga binaan

berupa edukasi, pengawasan, dorongan

petugas kesehatan dalam pola makan

gizi seimbang pada keluarga binaan.

Kuesioner Wawancara Petugas

Kesehatan

Berperan : 1 – 3

Petugas

Kesehatan

Kurang

Berperan : 0

Ordinal

4. Lingkungan Ada atau tidaknya pola kebiasaan di

lingkungan responden yang berkaitan

dengan pola makan gizi seimbang

(seperti keberagaman makanan,

Kuesioner Wawancara - Lingkungan

Baik : 2

- Lingkungan

Cukup : 1

Ordinal

Page 72: BAB 3

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah,

langkah-langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dalam setiap melaksanakan langkah tersebut harus dilakukan secara

objektif dan rasional.

3.1 POPULASI PENGUMPULAN DATA

Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial,

perlu dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi

adalah keseluruhan objek pengumpulan data (Arikunto, 2002). Dalam hal ini

yang menjadi populasi adalah keluarga di RT 002/RW 04, Desa Pangkalan ,

Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

3.2 SAMPEL PENGUMPULAN DATA

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2002). Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah keempat keluarga binaan di

RT 002/RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten.

Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah anggota dari keluarga binaan

yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi mencakup usia >17 tahun, sehat

mental dan tidak cacat fisik. Responden adalah sebagian sampel yang mau

berpartisipasi pada penelitian ini diambil dari peneliti langsung melakukan

observasi ke rumah keluarga binaan dan pengumpulan data dengan kuesioner.

3.3 RESPONDEN PENGUMPULAN DATA

Responden kuesioner merupakan perwakilan dari setiap anggota keluarga

binaan yang kooperatif, usia diatas 17 tahun, bisa membaca dan menulis, sehat

jasmani dan rohani yaitu sebanyak 15 orang, yaitu: keluarga Tn. Ali sebanyak 2

orang, Ny. Siti sebanyak 2 orang, Tn. Edi sebanyak 7 orang, Tn. Asman

sebanyak 5 orang.

72

Page 73: BAB 3

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili

dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu :

- Bersedia untuk menjadi informan

- Merupakan anggota keluarga binaan

- Usia diatas 17 tahun

- Sehat jasmani dan rohani

b. Kriteria Ekslusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian,

yaitu :

- Tidak bersedia menjadi informan

- Berusia diatas 65 tahun dan atau dibawah 17 tahun

- Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui

- Memiliki gangguan mental

3.4 JENIS DAN SUMBER DATA

3.4.1 Jenis data

a. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan

dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai

macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis,

observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip).

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau

bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah

atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau

statistika.

Data kuantitatif yang diperoleh adalah berupa data diskrit dan

data kontinu yaitu :

1. Data diskrit

73

Page 74: BAB 3

Dalam penelitian ini terdapat 15 responden yang tercantum

dalam tabel 3.1. dan tabel 3.2 mengenai jumlah perempuan

dan laki-laki serta distribusi tingkat pendidikan pada keluarga

binaan.

Tabel 3.1 Jumlah perempuan dan laki-laki pada Keluarga Binaan di

RT 002/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten, Agustus 2015

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga

Binaan di RT 002/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,

Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Agustus 2015

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Tidak sekolah 2 13,33%

2 SD 11 73,33%

3 SMP 2 13,33 %

4 SMA 0 0

5 Belum sekolah 0 0

2. Data kontinu diperoleh dari segi umur atau usia yang tercantum

dalam tabel 3.3

Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Usia pada di RT 002/ RW 04, Desa

Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,

Agustus 2015

74

Jenis Kelamin Jumlah Responden

Laki-laki 4

Perempuan 11

Total 15

Page 75: BAB 3

3.4.2 Sumber Data

Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu empat

keluarga binaan di RT 002/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,

Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Agustus 2015

a. Data primer

Data yang langsung didapatkan dari hasil pengamatan langsung

ke rumah, melalui hasil wawancara terpimpin, analisis dan observasi

pada keluarga binaan di RT 002/ RW 04, Desa Pangkalan,

Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,

Agustus 2015

b. Data sekunder

Data yang didapat dari data yang sudah ada di Puskesmas Tegal

Angus. Berupa data angka kejadian 10 penyakit terbanyak

Puskesmas Tegal Angus tahun 2014, data PHBS di Puskesmas

Tegal Angus tahun 2014 dan data angka kejadian diare di

Puskesmas Tegal Angus tahun 2014

c. Data tersier

Data yang didapat dari buku Promosi Kesehatan dan Ilmu

Perilku karya Soekidjo Notoatmodjo tahun 2007 dan internet.

Data yang didapat dari buku dan internet yaitu mengenai

Manajemen Penelitian, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Ilmu

Kesehatan Masyarakat, Pokok–pokok metodologi penelitian,

Pendidilkan dan Ilmu Perilaku, Memahami Penelitian Kualitatif dan

lain-lain

75

Umur (dalam tahun) Jumlah Persentase

< 20 1 6,66 %

21-40 8 53,33%

41-60 3 20%

>60 2 16,66%

Page 76: BAB 3

3.4.3 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar

kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah.

Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data

merupakan sarana yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti

cek list, kuesioner, perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman

observasi, skala, kamera foto dan sebagainya. Instrumen yang kami

pakai untuk mengumpulkan data adalah kuesioner.

3.4.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagi antar penting dalam suatu

langkah-langkah diagnosis komunitas. Untuk mendapatkan data yang

diperlukan, maka digunakan beberapa metode dalam proses

pengumpulan data.

Metode yang kami pakai dalam mengumpulkan data adalah

wawancara dengan menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat

untuk mengumpulkan data-data.

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data

76

Page 77: BAB 3

77

Tanggal Kegiatan

Selasa, 11 Agustus

2015

a. Pengumpulan data program wajib Puskesmas Tegal Angus,

laporan penyakit dan gambaran Desa Tanjung Pasir.

b. Perkenalan dan sambung rasa dengan keluarga binaan.

c. Pengumpulan data dasar masing-masing keluarga binaan.

Rabu, 12 Agustus

2015

a. Observasi rumah keluarga binaan.

b. Pengumpulan data dari Puskesmas Tegal Angus yang

berhubungan dengan beberapa masalah yang ditemukan

pada keluarga binaan.

c. Diskusi kelompok menentukan area permasalahan dengan

menjabarkan permasalahan pada keluarga binaan masing-

masing.

Kamis, 13 Agustus

2015

Diskusi kelompok menentukan area permasalahan

“Perilaku Mencuci Tangan yang Baik pada Keluarga

Binaan di RT 002/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan

Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,

Agustus 2015 Desa Pangkalan”

Jumat, 14 Agustus

2015

a. Diskusi dengan dr. Nurlaela

b. Diskusi kelompok :

1. Mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan area

masalah.

2. Membuat kerangka teori dan pertanyaan mengenai

seputar faktor-faktor yang berkaitan dengan area

masalah.

c. Menentukan teknik dan instrumen pengumpulan data,

disepakati melalui observasi dan wawancara dengan

metode checklist

Diskusi kelompok:

1. Membuat kerangka konsep

2. Membuat definisi operasional

3. Membuat checklist

4. Diskusi Diagnosis dan Intervensi Komunitas

Selasa, 18 Agustus

2015

Mengunjungi keluarga binaan untuk pengisian kuesioner

Minggu, 19 Agustus

2015

1. Mengolah data yang diperoleh dari pengamatan langsung

2. Menganalisis data dan menarik kesimpulan dari hasil

checklist dan kuesioner

3. Membuat laporan

Agustus 2015 Melakukan Intervensi kekeluarga binaan.

Page 78: BAB 3

3.4.5 Pengolahan Data dan Analisa Data

Untuk pengolahan data tentang Perilaku Mencuci Tangan yang Baik

pada Keluarga Binaan di RT 002/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan

Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Agustus 2015

Desa Pangkalan” digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan

data menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel. Untuk menganalisa

data-data yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa univariat.

Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali

setiap variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk

meringkas kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut

berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa

ukuran statistik, tabel, grafik.

Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel independen yang

diukur adalah :

1. Faktor Predesposisi

a. Jenis Kelamin

b. Pendidikan

c. Pekerjaan

d. Pengetahuan Mengenai Cuci Tangan

e. Sikap Terhadap Kebiasaan Mencuci Tangan

2. Faktor Pemungkin

a. Ketersediaan Fasilitas seperti air bersih, kran air,sabun cuci tangan

b. Keterpaparan informasi mengenai mencuci tangan yang baik dan

benar

3. Faktor Penguat

a. Dukungan Petugas kesehatan

b. Dukungan Keluarga

c. Kebijakan Pendukung

78

Page 79: BAB 3

BAB IV

HASIL ANALISA

4.1 Karakteristik Keluarga Binaan

Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari data

karakteristik responden yang terdiri dari empat keluarga binaan di Kampung Gaga

Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,

Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yakni: keluarga Tn. Jaenadi, Tn. Jaih, Ny.

Mar dan Tn sahadianto.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Keluarga Binaan di Kampung Gaga

Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten, 8 Juli – 15 Juli 2014

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki – laki 7 38,89%

Perempuan 11 61,11%

Total 18 100%

79

Page 80: BAB 3

laki - laki 39%

perempuan 61%

DISTRIBUSI JENIS KELAMIN

Diagram 4.1 Distribusi Jenis Kelamin pada keluarga binaan di Kampung Gaga Sulaman RT

006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi

Banten, 8 Juli – 15 Juli 2014

Berdasarkan dari diagram 4.1 tentang distribusi jenis kelamin pada keluarga

binaan didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak (61,11%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di Kampung Gaga Sulaman RT

006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi

Banten, 8 Juli – 15 Juli 2014

Umur (dalam tahun) Jumlah Persentase

< 10 6 33,33%

11-20 5 27,78%

21-30 2 11,11%

31-40 4 22,22%

> 40 1 5,56%

80

Page 81: BAB 3

<10 th 11 - 20 th

21 - 30 th

31 - 40 th

>40 th0

1

2

3

4

5

6

7

6

5

2

4

1

Distribusi Frekuensi Usia

Umur (dalam tahun)

Jum

lah

Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Usia pada keluarga binaan di Kampung Gaga Sulaman RT

006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi

Banten, 8 Juli – 15 Juli 2014

Berdasarkan dari diagram 4.2 tentang frekuensi berdasarkan usia pada

keluarga binaan didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berusia

<10 tahun (33,33%).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Binaan di Kampung Gaga

Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten, 8 Juli – 15 Juli 2014

No

.

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Tidak sekolah 0 0 %

2 SD 13 72,22%

3 SMP 1 5,56%

4 SMA 0 0%

5 Belum sekolah 4 22,22%

81

Page 82: BAB 3

Tidak sekolah SD SMP SMA Belum sekolah0

2

4

6

8

10

12

14

0

13

10

4

Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Jum

lah

Diagram 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Binaan di Kampung

Gaga Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten, 8 Juli – 15 Juli 2014

Berdasarkan dari Diagram 4.3 terlihat tingkat pendidikan terbanyak dari

keluarga binaan adalah SD sebanyak 13 orang (72,22%).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan Kampung Gaga Sulaman

RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,

Provinsi Banten, 8 Juli – 15 Juli 2014

No

.

Pekerjaan Jumlah Persentase

1 Tidak Bekerja 6 33,33%

2 Ibu Rumah Tangga 2 11,11%

4 Buruh Pabrik 1 5,56%

5 Pembantu Rumah Tangga 1 5,56%

6 Buruh Bangunan 3 16,67%

7 Pelajar 4 22,22%

8 Pedagang 1 5,56%

82

Page 83: BAB 3

Tidak Bekerja Ibu Rumah Tangga

Buruh Pabrik Pembantu Rumah Tangga

Buruh Bangunan

Pelajar Pedagang0

1

2

3

4

5

6

7

6

2

1 1

3

4

1

Distribusi Frekuensi Pekerjaan

Pekerjaan

Jum

lah

Diagram 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan di Kampung Gaga

Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten, 8 Juli – 15 Juli 2014

Berdasarkan Diagram 4.4 diatas dapat dilihat bahwa Distribusi Pekerjaan

terbanyak adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 6 orang. 33,33%.

4.2 Analisis Univariat

Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-

variabel dalam check list dan kuesioner yang diambil langsung pada empat rumah

keluarga binaan pada bulan Juli 2014.

Tabel 4.5 Distribusi responden terhadap aspek pengetahuan terhadap pola makan gizi

seimbang di Kampung Gaga Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir,

Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2014

Pengetahuan Jumlah Responden Persentase (%)

Baik 0 0%

83

Page 84: BAB 3

Buruk 8 100%

Total 8 100%

Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan bahwa sebanyak 8 orang responden (100%)

memiliki pengetahuan pola makan seimbang yang buruk.

Tabel 4.6 Distribusi Responden terhadap aspek tingkat pendidikan terhadap pola makan gizi

seimbang di Kampung Gaga Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan

Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2014

Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)

Rendah 8 100%

Tinggi 0 0%

Total 8 100%

Berdasarkan Tabel 4.5 didapatkan bahwa sebanyak 8 responden (100%)

memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

Tabel 4.7 Distribusi responden terhadap aspek petugas kesehatan terhadap pola makan gizi

seimbang di Kampung Gaga Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan

Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2014

Aspek Petugas Kesehatan Jumlah Responden Presentase (%)

Berperan 0 0%

Tidak Berperan 8 100%

Total 8 100%

Berdasarkan Tabel 4.6 didapatkan bahwa sebanyak 8 responden (100%)

mengaku petugas kesehatan disekitar sana tidak/berperan terhadap pola makan gizi

seimbang.

Tabel 4.8 Distribusi responden terhadap aspek tingkat ekonomi terhadap pola makan gizi

seimbang di Kampung Gaga Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan

Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2014

Tingkat Ekonomi Jumlah Responden Persentase (%)

Rendah 8 100 %

Tinggi 0 0

84

Page 85: BAB 3

Total 8 100 %

Berdasarkan Tabel 4.7 didapatkan bahwa sebanyak 8 responden (100%) berada

pada tingkat ekonomi rendah.

Tabel 4.9 Distribusi responden terhadap aspek lingkungan tentang kebiasaan jajan terhadap

pola makan gizi seimbang di Kampung Gaga Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir,

Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2014

Kebiasaan Jajan Jumlah Responden Persentase (%)

Baik 0 0

Cukup 2 25%

Kurang 6 75%

Total 8 100%

Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan bahwa sebanyak 6 responden (75%) berada

pada tingkat kebiasaan jajan yang kurang.

Tabel 4.10 Distribusi responden terhadap aspek pengalaman pengaturan pola makan gizi

seimbang di Kampung Gaga Sulaman RT 006 / RW 01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan

Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2014

Tingkat Ekonomi Jumlah Responden Persentase (%)

Baik 0 0

Kurang 8 100%

Total 8 100%

Berdasarkan Tabel 4.9 didapatkan bahwa sebanyak 8 responden (100%) berada

pada tingkat pengalaman pengaturan pola makan gizi seimbang yang kurang.

4.3 Rencana Intervensi Pemecahan Masalah

Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan

rencana intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan

pembuatan diagram fishbone yaitu untuk mengetahui penyebab masalah sampai

dengan akar - akar penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana

85

Page 86: BAB 3

intervensi pemecahan masalah dari setiap akar penyebab masalah tersebut.

Adapun diagram fishbone dapat dilihat sebagai berikut :

86

Page 87: BAB 3

87

Page 88: BAB 3

Tabel 4.11 Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi

No. Akar Penyebab

Masalah

Alternatif

Pemecahan

Masalah

Rencana Intervensi Intervensi Yang

Dilakukan

1. Tingkat Pendidikan yang Rendah pada Keluarga karena kurangnya dana dan kemauan

Memberikan

informasi kepada

keluarga binaan

tentang pentingnya

pendidikan.

Memotivasi keluarga

binaan untuk

mengikuti program

pendidikan 12 tahun.

Jangka pendek

Penyuluhan tentang

pentingnya pendidikan

dan manfaatnya dalam

kehidupan sehari-hari

sehingga dapat

meningkatkan

pengetahuan dalam

bidang pola makan gizi

seimbang

Jangka panjang

Memberikan informasi

tentang pentingnya

pendidikan lebih tinggi

serta memberikan

infomasi tentang

program beasiswa yang

ada diberbagai jenjang

pendidikan, sehingga

dapat meningkatkan

wawasan keluarga.

2. Tingkat pendapatan yang rendah

Menyediakan

sarana pelayanan

kesehatan yang

langsung ke

masyarakat

Memberika suatu

pelayanan kesehatan

baik promotif

maupun kuratif yang

tidak memberatkan

dari faktor ekonomi.

Jangka Pendek

Memaksimalkan promosi

kesehatan dan pendidikan

kesehatan di dalam

bidang gizi di lingkungan

88

Page 89: BAB 3

setempat

Jangka panjang

Melakukan pendataan

langsung kepada

keluarga binaan

mengenai keikutsertaan

dalam program kesehatan

gratis yang diadakan oleh

pemerintah.

3 Pola makan keluarga yang tidak seimbang sebelumnya

Memberikan

penjelasan

mengenai tentang

kebiasaan-

kebiasan yang

benar mengenai

pola makan gizi

seimbang.

Memberikan

informasi tentang

pentingnya

mengkonsumsi

makanan bergizi.

Jangka Pendek

Memberikan penyuluhan

semenarik mungkin

mengenai konsumsi

makanan bergizi

seimbang sertai

keuntungan dan

kerugiannya

Jangka Panjang

Menganjurkan

pelaksanaan program

Pembagian Makanan

Tambahan (PMT)

sebagai penunjang

kebutuhan gizi seimbang

dikeluarga binaan.

4. Pengetahuan keluarga yang kurang terhadap pentingnya variasi makanan

Memberikan

edukasi tentang

macam – macam

makanan bergizi

dan sehat.

Memberikan contoh

menu aneka ragam

makanan dalam

setiap kali makan.

Jangka pendek

Menggunakan alat peraga

sebagai media informasi

tentang jenis makanan

sehat dan bergizi

89

Page 90: BAB 3

seimbang.

Edukasi pengurangan

aktivitas jajan diluar

dengan penggantian

pemberian bekal

Jangka panjang

Menciptakan suatu

lingkungan dengan pola

makan jajanan yang

bergizi

5. Kurangnya penyajian media dan petugas kesehatan dalam memberikan informasi pola makan gizi seimbang

Memberikan

informasi kepada

keluarga binaan

mengenai

pentingnya

menerapkan pola

makan gizi

seimbang dalam

kehidupan sehari-

hari.

Melakukan

pendekatan kepada

pelayanan kesehatan

dan anggota

keluarga tentang

pentingnya pola

makan gizi

seimbang.

Jangka pendek

memberikan penyuluhan

kepada petugas kesehatan

untuk turut berperan aktif

dalam perbaikan pola

makan gizi seimbang

pada keluarga binaan.

Jangka panjang

Melatih para kader untuk

berperan aktif dalam

pendataan status gizi

setiap anggota keluarga

binaan secara berkala

Memberikan pendidikan

gizi secara berkala

dengan disertai survey

gizi pada keluarga

binaan.

90

Page 91: BAB 3

Adanya pelacakan angka

kejadian gizi kurang dan

gizi buruk dilapang

disertai pemberian

makanan tambahan,

untuk dipantau

perkembangan gizinya

setiap bulan

91

Page 92: BAB 3

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

5.1.1 Area Masalah

Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke

keluarga binaan yang bertempat tinggal di kampung Gaga Sulaman RT

006/ RW 003 Kampung Gaga Sulaman Desa Tanjung Pasir Kecamatan

Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten maka dilakukanlah

diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu

“Keluarga Binaan RT 006 RW 003 Kampung Gaga Sulaman Desa

Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang

Provinsi Banten”

5.1.2 Akar Penyebab Masalah

1. Tingkat pendidikan yang masih rendah di keluarga

2. Taraf ekonomi yang masih di bawah UMR

3. Pengetahuan polamakan yang buruk turun-temurun

4. Pengetahuan keluarga yang kurang terhadap pentingnya variasi

makanan

5. Peranan pelayanan kesehatan yang masih kurang berperan

5.1.3 Alternatif Pemecahan Masalah

1. Memberikan informasi kepada keluarga binaan tentang pentingnya

pendidikan

2. Menyediakan sarana pelayanan kesehatan pengobatan gratis kepada

keluarga binaan

3. Memberikan penjelasan mengenai tentang kebiasaan-kebiasaan yang

benar mengenai pola makan gizi seimbang

4. Memberikan edukasi tentang macam-macam makanan bergizi dan

sehat

92

Page 93: BAB 3

5. Memberikan informasi kepada keluarga binaan mengenai pentingnya

mengenai pola makan gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari

5.1.4 Intervensi yang Dilakukan

Memberikan referensi kepada keluarga binaan mengenai pentingnya

mengetahui pola makan gizi seimbang :

1. Memberikan bimbingan materi tentang pengetahuan Pola Makan

Gizi Seimbang

2. Membuat poster yang menarik mengenai Pola Makan Gizi Seimbang

3. Sosialisasi mengenai dampak yang akan terjadi jika tidak

menerapkan Pola Makan Gizi Seimbang.

5.2 SARAN

1. Memberikan edukasi kepada keluarga untuk menyajikan makanan sesuai

dengan pola makan gizi seimbang.

2. Mengedukasi keluarga untuk mengurangi penggunaan uang jajan dengan

digantikan pemberian bekal dengan pola gizi seimbang

3. Program penyuluhan oleh tenaga kesehatan dan pemberian makanan tambahan

secara berkala sampai didapatkan angka gizi kurang dan buruk yang telah

mencapai target dari puskesmas setempat.

4. Peningkatan peran serta dari kader setempat dalam melaksanakan survey gizi

pada keluarga di lingkungan setempat

93

Page 94: BAB 3

DAFTAR PUSTAKA

1. Wirawan, Taufit. 2013. Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus 2013.

Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

Puskesmas Tegal Angus.

2. Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta : PT

RINEKA CIPTA

Lampiran 1

Kuesioner Presurvey

94

Page 95: BAB 3

I. Pengetahuan Mengenai Pola Makan Gizi seimbang1. Makanan bergizi adalah :

a. Makanan yang mengandung sumber energi, protein, vitamin dan mineral

b. Makanan yang rasanya enak dan gurih c. Makanan yang bersih dan menarik

2. Makanan yang banyak mengandung tenaga (energy) adalah: a. Ubi kayu, ubi jalar, jagung, roti dan nasib. Jeruk, apel, salak dan pepayac. Mie, jeruk, tomat dan sayuran

3. Makanan di bawah ini adalah makanan yang banyak mengandung Protein, yaitu:

a. Tahu, tempe, telur dan ikan b. Daun singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau c. Kacang hijau dan tomat

4. Makanan yang banyak mengandung vitamin dan mineral adalah a. Kacang tanah, buncis, ,wortel, bayam, kacang panjang, kangkung b. Mi goreng, bakso, tahu goreng c. Daging, ikan, tempe, tahu

5. Pemenuhan zat gizi bagi anak bermanfaat untuk : a. Membuat anak menjadi sehat dan pintar b. Meningkatkan berat badan anak c. Membuat anak lincah

6. Makanan apa yang paling baik untuk bayi ? a. ASI b. Susu sapi c. Nasi

7. Keuntungan pemberian ASI adalah : a. Bayi sehat, tidak mudah sakit, cerdas dan tidak cengeng b. Bayi cepat kenyang c. Pengganti vitamin

8. Makanan pendamping ASI sebaiknya diberi sejak: a. Usia bayi 6 bulan b. Usia bayi 4 bulan c. Bayi lahir

9. Menu makanan yang tepat untuk anak adalah : a. Bubur/nasi, ikan/daging, sayur-mayur, buah-buahan dan susu. b. Mie dan es krim c. Roti, kue dan biskuit

Jika memilih : a = 3b = 2

95

Page 96: BAB 3

c = 1

II. Sikap Mengenai Pola Makan Gizi seimbang

Beri tanda ceklis (√) pada jawaban yang anda anggap benar No Pertanyaan Iya Tidak

1. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak

dipengaruhi oleh nutrisi sehingga anak bebas

memakan semua jenis makanan.

2. Makanan yang mengandung penyedap rasa baik diberikan pada anak. √

3. Makanan yang baik untuk dikonsumsi adalah sayuran segar, susu, tahu/tempe, daging, ikan, telor, dan buah-buahan.

4. Jajan sembarangan baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.

5. Makanan seperti permen dan es krim dapat diberikan pada anak jika keluarga terdekat memberikannya.

6. Untuk menjaga daya tahan tubuh diperlukan pemberian suplemen atau vitamin agar tetap sehat.

Jika memilih : Iya : 2Tidak : 1

III. Prilaku Mengenai Pola Makan Gizi Seimbang

No Pertanyaan Iya Tidak

1. Sudahkah anda makan teratur 3x sehri (pagi, siang, malam)

2. Apakah anda sudah mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi setiap harinya (sayuran segar, susu, tahu/tempe, daging, ikan, telor, dan buah-buahan)

96

Page 97: BAB 3

3. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan yang mengandung penyedap makanan.

4. Apakah anak-anak anda lebih senang jajan dari pada makan di rumah

5. Apakah anda mencuci tangan pakai sabun di air mengalir sebelum makan

Jika memilih : Iya : 2Tidak : 1

Lampiran 2

KUESIONER

PENGETAHUAN POLA MAKAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA BINAAN

97

Page 98: BAB 3

DI KAMPUNG GAGA RT 006 RW 003 DESA TANJUNG PASIR

KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG

PROVINSI BANTEN BULAN JULI 2014

I. UMUM

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Umur :

Nama keluarga :

Alamat :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Suku :

Penghasilan :

II. KHUSUS

98

NO.RESPONDEN

NO.RESPONDEN

NO.RESPONDEN

NO.RESPONDEN

NO.RESPONDEN

NO.RESPONDEN

NO.RESPONDEN

NO.RESPONDEN

NO.RESPONDEN

NO.RESPONDEN

NO.RESPONDEN

NO.RESPONDEN

NO.RESPONDEN

Page 99: BAB 3

Pengetahuan pola makan gizi seimbang pada keluarga binaan di kampung gaga RT

006 RW 003 desa tanjung pasir kecamatan teluk naga kabupaten tangerang provinsi

banten

Pengetahuan Pola Makan Gizi Seimbang

1. Menurut anda berapa porsi lauk beragam dalam 1 hari untuk memenuhi pola

makan gizi seimbang?

a. 2 -3

b. 3 – 4

c. 0

2. Menurut anda berapa porsi konsumsi sayur dalam 1 hari untuk memenuhi

pola makan gizi seimbang ?

a. 3 - 4

b. 1 – 2

c. 0

3. Menurut anda berapa porsi konsumsi buah beragam dalam 1 hari untuk

memenuhi pola makan gizi seimbang ?

a. 2 -3

b. 1 – 2

c. 0

4. Menurut anda berapakah konsumsi karbohidrat dalam 1 hari untuk memenuhi

pola makan gizi seimbang ?

a. 3 - 4

b. 2 – 3

c. 0

5. Menurut anda berapakah konsumsi air dalam 1 hari untuk memenuhi pola

makan gizi seimbang ?

a. 8 gelas

b. 5 gelas

c. 4 gelas

99

Page 100: BAB 3

6. Menurut anda berapakah konsumsi gula dalam 1 hari untuk memenuhi pola

makan gizi seimbang ?

a. 4 sendok makan

b. 2 sendok makan

c. 0 sendok makan

7. Menurut anda bagaimanakah penggunaan garam pada pola makan gizi

seimbang dalam 1 hari ?

a. 1 sendok teh garam beriodium

b. 1 sendok teh garam biasa

c. 0

8. Menurut anda berapakah penggunaan minyak dalam 1 hari untuk memenuhi

pola makan gisi seimbang ?

a. 5 sendok makan

b. 3 sendok makan

c. 2 sendok makan

9. Menurut anda makanan yang sehat dan bergizi itu terdiri dari apa saja ?

a. Nasi, sayuran, buah-buahan, lauk nabati, lauk hewani

b. Nasi, sayuran, lauk nabati, lauk hewani, susu

c. Tidak tahu

Jika jawaban benar diberika nilai 2

Salah diberikan nilai 1

Jumlah total 11 – 16 : Pengetahuan baik

6 – 10 : Pengetahuan cukup

1 – 5 : Pengetahuan kurang

Tingkat Pendidikan Responden

1. Bagaimanakah jenjang tingkatan pendidikan responden ?

a. Lulus SMA

b. Tidak lulus SMA

100

Page 101: BAB 3

c. Lulus SMP

d. Tidak lulus SMP

e. Lulus SD

f. Tidak lulus SD

Jika jawaban a nilai 6

b nilai 5

c nilai 4

d nilai 3

e. nilai 2

f. nilai 1

Peranan Petugas Kesehatan Terhadap Informasi Pola Gizi Seimbang

1. Apakah anda pernah melihat, menerima, ataupun membaca pesan mengenai

pola makan gizi seimbang ? Jika jawaban ya, dilanjutkan ke nomer berikutnya

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah petugas kesehatan melakukan penyuluhan mengenai pola makan gizi

seimbang ?

c. Ya

d. Tidak

3. Apakah petugas kesehatan pernah mengunjungi rumah anda untuk mematau

pola makan di keluarga anda ?

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah petugas kesehatann mendukung dan mengingatkan anda untuk makan

dengan pola gizi seimbang ?

a. Ya

b. Tidak

Jika jawaban a nilai 1

101

Page 102: BAB 3

b nilai 0

Jika total nilai 1 – 3 : Petugas kesehatan Berperan

Jika total nilai 0 : Petugas kesehatan Tidak Berperan

Lingkungan

1. Bagaimana menurut anda mengenai kebiasaan jajan diluar pada keluarga

anda ?

a. Tidak baik, lebih baik makan dirumah

b. Tidak apa asal diawasi

c. Tidak apa apa

2. Apakah anda mengganti menu makanan setiap harinya ?

a. Ya

b. Tidak

c. Tidak tahu

3. Apakah kebiasaan jajan pada anak anda dikarenakan kebosanan makanan di

rumah ?

a. Ya

b. Tidak

c. Tidak tahu

Jika jawaban a bernilai 2 pengetahuan baik

Jika jawaban b bernilai 1 pengetahuan cukup

Jika jawaban c bernilai 0 pengetahuan kurang

Tingkat Ekonomi

1. Berapa penghasilan keluarga binaan per bulan ?

102

Page 103: BAB 3

a. < Rp. 2.442.000

b. > Rp. 2.442.000

Jika jawaban a nilai 0

b nilai 1

Jawaban a merupakan tingkat ekonomi rendah

Jawaban b merupakan tingkat ekonomi tinggi

Pengalaman

1. Apakah sebelumnya anda mempunyai masalah dalam pengaturan pola makan

gizi seimbang kekurangan gizi ?

a. Ya

b. Tidak

2. Dengan pola makan yang anda berikan saat ini apakah didapatkan adanya

perubahan keadaan ?

a. Ya

b. Tidak

Jika jawaban: a poin 1

b poin 0

Jika skor 1 – 2 pengalaman baik

Jika skor 0 pengalaman kurang

Total Scor 24 – 30 Pengetahuan Baik

Total Scor 15 -24 Pengetahuan cukup

Total Scor < 15 Pengetahuan Kurang

103