bab 2 war on terrorism

40
BAB 2 War On Terrorism a. Bukan Perang Melawan Islam dan Umat Islam ? b. Kebohongan Menyerang Islam c. Motif Ekonomi di Balik Kampanye Terorisme d. Mempertanyakan Nilai Kemanusiaan AS Salah satu penyesatan opini yang paling utama dan gencar dilakukan oleh AS dan sekutunya adalah :perang melawan terorisme , bukanlah perang melawan Islam. Penyesatan opini ini penting, untuk memandulkan perlawan kaum muslimin secara keseluruhan terhadap penjajahan Kapitalisme lewat kampanye ‘war on terrorism’ yang digalang oleh AS. Keinginan AS dan sekutunya, untuk memisahkan secara tegas ‘war on terrorism’ dengan Islam, bukanlah tanpa alasan. Disana, tersirat ketakutan AS dan sekutunya, kalau war on terrorism ini menjadi perang terhadap Islam dan umat Islam. Ini artinya, akan membangkitan kekuatan dahsyat umat Islam dan akan menggalang ukhuwah (solidaritas) di antara kaum muslimin. Kareanya, berkali-kali AS dan sekutu-sekutunya,

Upload: hudzaifah-abdurrahman

Post on 20-Dec-2015

225 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

islam ideologis

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 War on Terrorism

BAB 2 War On Terrorism a. Bukan Perang Melawan Islam dan Umat Islam ?b. Kebohongan Menyerang Islamc. Motif Ekonomi di Balik Kampanye Terorismed. Mempertanyakan Nilai Kemanusiaan AS

Salah satu penyesatan opini yang paling utama dan gencar dilakukan oleh AS dan sekutunya adalah :perang melawan terorisme , bukanlah perang melawan Islam. Penyesatan opini ini penting, untuk memandulkan perlawan kaum muslimin secara keseluruhan terhadap penjajahan Kapitalisme lewat kampanye ‘war on terrorism’ yang digalang oleh AS. Keinginan AS dan sekutunya, untuk memisahkan secara tegas ‘war on terrorism’ dengan Islam, bukanlah tanpa alasan. Disana, tersirat ketakutan AS dan sekutunya, kalau war on terrorism ini menjadi perang terhadap Islam dan umat Islam. Ini artinya, akan membangkitan kekuatan dahsyat umat Islam dan akan menggalang ukhuwah (solidaritas) di antara kaum muslimin. Kareanya, berkali-kali AS dan sekutu-sekutunya, menyatakan bahwa perang melawan terorisme ini, bukanlah perang melawan Islam atau umat Islam. Tapi benarkah perang ini bukan memerangi Islam atau umat Islam ?

Menjawab propaganda tersebut, hal yang terpenting adalah menyamakan ‘persepsi’ terlebih dahulu yang dimaksud memerangi Islam dan umat Islam . Pertama, apakah menyerang nilai-nilai Islam (aqidah dan syaria’ah)nya yang bersumber dari Al Qur’an dan sunnah termasuk menyerang Islam ? Kalau jawabannya, ya. Jelas yang dilakukan oleh AS dan sekutunya adalah menyerang Islam. Karena negara-negara Kapitalis itu secara terus menerus menyerang nilai-nilai Islam dan merendahkannya. James Rubin, asisten menlu AS saat

Page 2: Bab 2 War on Terrorism

presiden Clinton menulis sebuah artikel di Independent on Sunday tanggal 14/10/2001:”Kita harus mengirim pesan yang jelas dan simpel kepada dunia Islam. Jika visi Osama bin Laden tercapati, seluruh dunia Islam akan kelihatan seperti Afghanistan dibawah Taliban. Benarkah anda ingin hidup di tanah Bin Laden, jaman batu masa Khilafah, tanp hak-hak, tanpa ekonomi , tanpa masa depan ?”. Jelas, Rubin dalam kalimatnya diatas menyerang Islam, karena telah menyerang nilai-nilai Islam yakni Khilafah Islam dengan menuduhnya tanpa hak-hak, tanpa ekonomi dan masa depan. Penyerangan Rubin yang lain adalah menyaman pemerintahan Islam dengan pemerintahan Taliban.

Kedua, apakah dikatakan menyerang Islam, kalau Barat menganggap bahwa terorisme adalah pihak yang menyerang dan bersebrangan dengan nilai-nilai Barat? Kalau jawabannya, ya. Maka jelas perang terorisme saat ini adalah perang terhadap Islam. Karena mereka mengatakan bahwa terorisme adalah kelompok yang mengancam dan bersebrangan dengan nilai-nilai Barat. Seperti pernyataan PM Inggris Blair pada 14 September 2002:”Kepercayaan kita bertolak belakang dengan orang-orang fanatic. Kita percaya dengan rasio, demokrasi, dan toleransi…(para teroris) musuh-musuh peradaban dunia”. Hal senada diungkap oleh Menlu AS Powel saat wawancara dengan BBC (15 September 2001):” Kita juga harus mengingat bahwa target paling besar yang mereka tuju adalah nilai-nilai Amerika”. Sementara Islam jelas bertentangan dengan nilai-nilai Barat tersebut. Islam bertentangan dengan demokrasi , HAM, Pluralisme, sekulerisme. Jadi ketika Barat menyatakan akan menyerang kelompok yang bertentangan dengan nilai-nilai Kapitalisme mereka, bukankah itu berarti menyerang Islam yang memang

Page 3: Bab 2 War on Terrorism

bertentangan dengan nilai-nilai Kapitalisme. Demikinlah faktanya. Perang melawan terorisme ini telah digunakan oleh Barat untuk menyerang kelompok-kelompok Islam yang tidak sejalan dengan kepentingan dan nilai-nilai Barat.

Ketiga, apakah termasuk menyerang Islam atau umat Islam, kalau Barat memasukkan kelompok-kelompok Islam yang ingin membebaskan dirinya dari penjajahan Barat dan sekutunya sebagai teroris ? Kalau jawabannya, ya. Maka perang melawan terorisme jelas adalah perang terhadap umat Islam. Karena Amerika Serikat cs telah memasukkan kelompok-kelompok Islam seperti Hamas, Pejuang Khasmir, sebagai teroris. Padahal mereka adalah pejuang yang ingin membebaskan diri dari penjajah. Dan demikinalah faktanya, hampir sebagian besar daftar teroris yang dibuat oleh AS atau PBB (tentu saja lewat pesanan AS) adalah kelompok Islam. Sementara Israel tidak masuk dalam kelompok atau negara teroris. Keempat, apakah bukan menyerang Islam atau umat Islam, kalau Barat atas nama perang terhadap teroris atau alasan lainnya membunuhi umat Islam ? Kalau jawabannya , ya. War on terorisme adalah perang terhadap umat Islam. Karena Barat dan sekutu-sekutunya telah menangkap, membunuh, banyak umat Islam atas dasar war on terorism atau alasan lainnya. Ribuan muslim terbunuh saat AS menyerang Afghanistan. Demikian juga saat mereka menyerang Irak.Tidak terhitung berapa pejuang Islam yang ditangkap di negeri-negeri Islam,lewat kakitangan AS, atas nama perang melawan terorisme. Seperti yang terjadi di Uzbekistan, Pakistan, Philipina, Thailand, dan Indonesia. Jadi kalau anda sepakat dengan empat point

Page 4: Bab 2 War on Terrorism

diatas, maka perang terorisme jelas dimaksudkan untuk memerangi Islam dan umat Islam.

b. Kebohongan Untuk Menyerang Islam

Dari penjelasan diatas , apa yang disebut dengan perang melawan terorisme oileh AS sesungguhnya merupakan perang melawan pihak-pihak yang mengancam kepentingan AS. Isteilah terorisme yang selama ini digunakan AS jelas tidak konsisten (tetap), tergantung kepentingan, dan bertentangan dengan kenyataan. Sebab, merujuk pada pengertian teroris yang diungkap dalam Undang-undang Anti Teroris yang dikeluarkan AS, terorisme berkaitan dengan penggunakan kekutan dalam mencapai tujuan politik dalam politik internasional. Menurut Undang-undang tersebut , ada dua kelompok yang termasuk katagori teroris: (1) bangsa atau kelompok yang menggunakan kekuatan;l (2) bangsa-bangsa yang membuat keputusan berdasarkan ideologi dan berdasarkan ideologi itu mereka menggunakan kekuatan.

Kalau pengertian diatas dipakai secara konsisten, jelas AS-lah yang sebetulnya merupakan ‘gembong’terorisme. AS senantiasa melakukan kekerasaan apabila kepentingan politiknya terancam. Tindakan AS ini selalu dilakukan atas dasar kepentingan ideologi Kapitalisme, baik dalam bidang ekonomi, HAM , maupun demokrasi.

Tahun 1945, Amerika Serikatlah yang menggunakan kekuatan bom ataom untuk pertama kalinya di Hirosima dan Nagasaki. Di Vietnam , AS jugalah yang menjatuhkan bom Napalm dan Agent Orange yang membunuh ratusan orang dan merusak tanah di sana.

Page 5: Bab 2 War on Terrorism

Campur tangan AS di Vietnam dalam rangka membela sekutu dekatnya (Vietnam Selatan) yang terancam oleh Komunis. Saat itu Komunisme dianggap mengancam kepentingan AS disana. Demikian pula tindakan AS menyerang Kuba, menyerbu Granada, melibatkan diri dalam perang Arab-Israel. Semuanya didasarkan atas ideologi Kapitalisme. Dengan demikian, justru AS-lah ‘nenek moyang’nya terorisme.

Sudah bukan rahasia lagi, siapa yang disebut teroris oleh AS akan sangat tergantung pada pengertian : apakah kelompok atau bangsa itu mengancam kepentignannya atau tidak. Kelompok Islam yang menggunakan kekuatan untuk membebaskan tanah Pelestina yang dijajah Israel, dtuduh teroris. Sementara itu , kelompok Zionis dipandang sebagai pejuang kemerdekaan. Padahal orang-orang seperti mantan PM Israel Yitzak Shamir dan Menachim Begin, sepanjang hidupnya penuh dengan darah dan kekerasaan. Sama halnya dengan pejuang Islam di Chechnya dituduh teroris. Padahal yang mereka lakukan adalah membebaskan Chechnya dari jajahan Rusia. Bandingkan dengan kelompok Fretelin,pimpinan Xanana Gusmou, yang ingin memisahkan diri dari Indonesia disebut disebut ‘pejuang pro kemerdekaan’.

Demikian juga, gerakan- gerakan Islam atau partai politik Islam yang ingin mengganti rezim yang tiran di negeri-negeri Islam disebut pemberontak atau pengkhianat . Hal ini dituduhkan kepada pejuang Islam di Uzbekistan, Mesir, Syiria, Irak. Sementara itu aktivis sekuler seperti Cory Aquino, Megawati Soekarno Putri, Aung San Sunxy dipandang sebagai pahlawan demokrasi. Tentu saja karena kepentingan mereka sejalan dengan kepentingan negeri Paman Sam itu.

Page 6: Bab 2 War on Terrorism

CIA juga diketahui mendalangi kegiatan-kegiatan kelompok pro Amerika untuk melakukan pengacauan di negara-negara lain. Di Irak, Kongres Nasional Irak (INC/Iraqi National Congress) dan Aliansi Nasional Irak (INA/Iraqi National Alliance) dilatih dan dipersenjatai oleh AS untuk menumbangkan rezim Saddam Hussain.

Bisa disebut, kampanye war on terorism ala AS tersebut jelas merupakan tindakan pre-empative (serangan sebelum di serang). Karena dengan isu terorisme akan terbangun opini yang menyudutkan kelompok-kelompok Islam Ideologis yang ingin menegakkan Syariat Islam secara kaffah (menyeluruh). Sasaran utam isu ini jelas adalah pejuang-pejuang Islam yang ingin menegakkan Daulah Khilafah Islam. Negeri Adi Daya AS, sangat tahu persis bahwa suatu saat nanti, Daulah Islam akan menggunakan kekuatan fisik untuk menyebarkan Islam dan membebaskan negeri-negeri Islam. Untuk itulah, isu terorisme dibangun sejak awal oleh AS.

C. Motif Ekonomi Dibalik Kampanye Satu hal yang banyak dipertanyakan dalam perang anti terorisme AS adalah apa sebenarnya motif Amerika Serikat ? Apakah motif demokrasi atau HAM, menciptakan dunia yang aman, adil dan sejahtera , atau semata-mata kepentingan ekonomi AS. Kalaulah motifnya adalah menciptakan peradaban dunia yang lebih demokratis dan menjunjung HAM, apa yang dilakukan oleh AS justru bertentangan dengan itu. Negara Adi daya ini dalam rangka kampanye misalkan, banyak mendukung dan bekerjasama dengan pemerintahan yang justru banyak melanggar demokrasi dan HAM. Sebut saja misalkan Pakistan, Musharaf

Page 7: Bab 2 War on Terrorism

yang jelas-jelas melakukan kudeta militer dan diktator, dirangkul oleh AS sebagai mitra pentingnya di Asia Selatan. Saudi Arabia, yang dari kacamata demokrasi dan HAM justru banyak melakukan pelanggaran, menjadi mitra terdekat AS di Timur Tengah. AS juga melakukan kerjasama dengan Karimov, presiden Uzbekistan.Padahal Karimov diketahui luas sebagai seorang diktator yang banyak melakukan pelanggaran HAM. Saat ini penjara-penjara Uzbekistan penuh dengan para tahanan politik yang menentang pemerintahannya. Contoh nyata lain adalah, Israel. Bagaimana AS mati-matian mendukung negara ini, yang banyak membunuhi dan menteror rakyat Palestina, dengan alasan bahwa mereka adalah teroris.

Perang yang dijalankan oleh AS juga menggunakan senjata-senjata perusak massal, bom ukuran yang sangat besar sehingga banyak menimbulkan korban sipil .Padahal dalam propagandanya, negeri Paman Sam ini sering menyatakan mereka tidak akan menyerang sasaran sipil. Dalam perang teluk II menyerang Irak , AS telah menjatuhkan lebih kurang 117 juta pound bom yang diantaranya mengandung uranium. Korban sipil juga lebih dari 800.000 orang. Saat koresponden CBS mempertanyakan perkara ini pada menlu AS masa Clinton, Madeleine Albright, jawabannya adalah : “ …We think the price worth it “. Perang Vietnam juga menunjukkan betapa AS banyak mengorban rakyat sipil, antara lain dengan penggunaan gas syaraf , teror , penyiksaan dan pembantaian massal dalam operasi Phoenix. Lebih jauh lagi kebelakang, bukankah AS yang pertama kali dan satu-satunya negara hingga saat ini , yang menggunakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki ? Berapa pula korban sipil yang terus bertambah di Afghanistan. Penemuan kuburan massal di

Page 8: Bab 2 War on Terrorism

Afghanistan, pemboman upacara perkawinan yang mengorbakan lebih kurang 150 rakyat Afghanistan, adalah fakta-fakta yang tidak bisa dibantahkan.

Sementara itu tindakan AS memerangi terorisme juga dindikasikan penuh dengan pelanggaran HAM. UU antiterorisme AS yang membolehkan seseorang yang diduga teroris untuk ditahan, tanpa perlu saksi dan proses peradilan, jelas merupakan pelanggaran terhadap HAM. Perkara lain, adalah perlakuan kejam AS terhadap tahanan perang Afghanistan di kamp X-Ray Guantanamo Bay di Kuba Januari 2002 yang lalu , mencerminkan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh AS. Samahalnya , dengan serangan AS ke Afghanistan, yang belum didukung oleh bukti-bukti hukum tentang siapa pelaku serangan 11.9, juga merupakan pelanggaran HAM. AS juga banyak menangkapi pihak-pihak yang diduga AS teroris, tanpa perlakuan yang sewajarnya. Hal inilah yang dikeluhkan oleh banyak kaum muslimin di Amerika Serikat sekarang ini. Perlakuan diskrimanasi dan tindakan sewenang-wenang terhadap kaum muslimin di AS terus meningkat belakangan ini.

Berikutnya, apakah AS melakuka ini demi perdamaian dunia ? Hal ini juga jauh dari kenyataan. Tindakan AS yang menyerang Afghanistan, tanpa persetujuan PBB terlebih dahulu, jelas mengancam perdamaian dunia. Demikian juga sikap ngotot, AS yang meskipun hanya sendiri, akan tetap menyerang Irak, tentu saja akan mengancam perdamaian dunia. Bagaimana kalau negara-negara lain melakukan hal yang sama ? Termasuk, penolakan AS terhadap pengadilan Kriminal Internasional (ICC), padahal bukankah pengadilan itu dimaksudkan untuk menciptakan perdamaian

Page 9: Bab 2 War on Terrorism

internasional. Kampanye, terorisme, juga telah menciptakan teror dibanyak negara, ketakutan untuk menolak perintah AS.

Tampaknya alasan yang paling kuat adalah motif ekonomi. Hal ini tampak dari objek-objek serangan propaganda dan militer AS dalam perang anti terorismenya sebagian besar adalah wilayah-wilayah yang kaya alamnya, terutama minyak. Menguasai wilayah-wilayah kaya ini sangat penting bagi AS untuk mendukung dominasi ekonominya dan membiaya gaya hidup ‘kapitalisme-nya. Wilayah strategis ini oleh Zbigniew Brzezinski- mantan penasehat keamanan nasional AS di masa presiden Jimmy Carter- dikatakan sebagai daerah Eurosia (Eropa-Asia) . Wilayah ini meliputi sebelah timur Jerman dan Belanda, mencakup Timur Tengah dan sebagian besar wilayah di Anak Benua India. Dalam bukunya yang berjudul The Grand Chessboard : American Primacy and its Geostrategic Imperatives (1997), Brzezinsky menyatakan:”Wilayah Eurosia ini sebagai pusat kekuasan dunia. Kundi untuk menguasai Benua Eurosia adalah Asia Tengah dengan kunci terakhirnya Uzbekistan” Kepentingan menguasai wilayah itu menurut Brzezinsky adalah penting mengingat meningkatnya konsumsi dunia atas energi alam. Seperti yang dinyatakan departemen energi AS kebutuhan dunia akan energi meningkat 50 % antara tahun 1992-2010. (lihat al waie edisi bahasa arab no 180 tahun 2002).

Afghanistan dan negara-negara Asia Tengah sekitarnya diketahui merupakan negara kaya minyak yang belum banyak digali. Di daerah ini, lebih dari 6,6 miliar meter kubik gas alam, menunggu untuk dieksploitasi. Uzbekistan dan Turkmenstan merupakan dua negara

Page 10: Bab 2 War on Terrorism

bekas Sovet yang menjadi produsen utama minyak. Beberapa perusahan miltinasional seperti Enron, Amco, Exxon , Mobil Oil, dan Unocal, siap menanamkan miliaran dolar di Asia Tengah. Posisi Strategis Asia Tengah ini, antara lain dijelaskan oleh ahli energi James Dorian dalam jurnal Minyak dan Gas edisi 10 September 2001:”Siapa yang mengontrol jalur minyak di Asia Tengah akan memiliki pengaruh yang kuat di masa depan dalam memimpin dan mendapatkan jumlah aliran dan distribusi dari produksi yang baru”.Kepentingan minyak ini semakin sangat menonjol mengingat sebagian besar pejabat-pejabat pemerintah Bush hidup dalam kultur politik minyak seperti Dick Cheney, Donal Evans dan keluarga Bush sendiri.

Alasan ekonomi ini juga sangat menonjol dalam berbagai kebijakan AS di Timur Tengah , termasuk penyerangan terhadap Irak. Sebagaimana yang ditulis oleh Depertemen Perdagangan AS dalam website internetnya :” Wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara adaalah kepentingan strategis yang vital bagi AS dan kepentingan ekonominya sebagai sumber utama persediaan energi dunia”. Untuk itu AS perlu secara permanen hadir di wilayah penting tersebut. Perang Teluk II adalah sukses yang besar bagi kebijaksanan luarnegerinya. Pasca perang teluk II AS berhasil membangun pangkalan militer di wilayah itu, dengan alasan melindungi negara-negara sahabatnya, seperti di Saudi Arabia, Bahrain, Uni Emirat Arab, Qatar dan Oman. AS juga mendapat $20 milyar dollar dari negeri-negeri Arab tersebut sebagai ‘upah’ melindungi negeri itu dari Iraq. Tidak hanya itu, AS juga mendapat keuntungan $20 milyar dollar dari kontrak pembangunan persenjataan dan pertahanan Saudi

Page 11: Bab 2 War on Terrorism

Arabia. Yang jelas, AS mendapat minyak murah dari negeri-negeri tersebut.

Tampaknya, pasca perang teluk II AS belum merasa puas dengan itu. AS berkepentingan besar menguasai minyak Irak. Mengingat Irak merupakan penghasil minyak terbesar kedua setelah Saudi. Kandungan minyak Irak diperkirakan sebesar 112 milyar barrel, sementara Saudi 261 milyar barrel. Akibat krisis teluk II dan embargo yang dilakukan AS produksi minyak Irak jatuh merosot, sehingga mempengaruhi harga minyak.Sebelum perang Teluk tahun 1991 produksi minyak Irak 3,5 juta barrel perhari, kemudian menurun drastis menjadi 1,7 juta perhari pasca perang teluk.

Langkah pertama yang dilakukan oleh AS adalah melontarkan propaganda ‘menyingkarkan Saddam Hussain. Padahal tujuan utamanya adalah menguasai wilayah tersebut secara permanen. Menurut Gedung Putih penyingkiran Saddam Hussain ,meskipun AS akan mengeluarkan biaya perang 140 milyar poundsterling , namun akan mendorong perkenomian global dunia. Larry Lindsey, Penasehat Presiden Goerge W. Bush, mengatakan peningkatan produksi minyak dari negeri Irak yang ‘bebas’, akan mendorong turunnya harga minyak dunia. Menurutnya:” Saat terjadi pergantian rezim di Irak, kamu dapat tiga juta sampai lima juta barrer perhari dari produksi untuk persedian dunia”(Daily Telegrap, K.Com, 17/09/2002).

Satu hal yang banyak dipertanyakan dalam perang anti terorisme AS adalah apa sebenarnya motif Amerika Serikat ? Apakah motif demokrasi atau HAM, menciptakan dunia yang aman, adil dan sejahtera , atau

Page 12: Bab 2 War on Terrorism

semata-mata kepentingan ekonomi AS. Kalaulah motifnya adalah menciptakan peradaban dunia yang lebih demokratis dan menjunjung HAM, apa yang dilakukan oleh AS justru bertentangan dengan itu. Negara Adi daya ini dalam rangka kampanye misalkan, banyak mendukung dan bekerjasama dengan pemerintahan yang justru banyak melanggar demokrasi dan HAM. Sebut saja misalkan Pakistan, Musharaf yang jelas-jelas melakukan kudeta militer dan diktator, dirangkul oleh AS sebagai mitra pentingnya di Asia Selatan. Saudi Arabia, yang dari kacamata demokrasi dan HAM justru banyak melakukan pelanggaran, menjadi mitra terdekat AS di Timur Tengah. AS juga melakukan kerjasama dengan Karimov, presiden Uzbekistan.Padahal Karimov diketahui luas sebagai seorang diktator yang banyak melakukan pelanggaran HAM. Saat ini penjara-penjara Uzbekistan penuh dengan para tahanan politik yang menentang pemerintahannya. Contoh nyata lain adalah, Israel. Bagaimana AS mati-matian mendukung negara ini, yang banyak membunuhi dan menteror rakyat Palestina, dengan alasan bahwa mereka adalah teroris.

Perang yang dijalankan oleh AS juga menggunakan senjata-senjata perusak massal, bom ukuran yang sangat besar sehingga banyak menimbulkan korban sipil .Padahal dalam propagandanya, negeri Paman Sam ini sering menyatakan mereka tidak akan menyerang sasaran sipil. Dalam perang teluk II menyerang Irak , AS telah menjatuhkan lebih kurang 117 juta pound bom yang diantaranya mengandung uranium. Korban sipil juga lebih dari 800.000 orang. Saat koresponden CBS mempertanyakan perkara ini pada menlu AS masa Clinton, Madeleine Albright, jawabannya adalah : “ …We think the price worth it “. Perang Vietnam juga

Page 13: Bab 2 War on Terrorism

menunjukkan betapa AS banyak mengorban rakyat sipil, antara lain dengan penggunaan gas syaraf , teror , penyiksaan dan pembantaian massal dalam operasi Phoenix. Lebih jauh lagi kebelakang, bukankah AS yang pertama kali dan satu-satunya negara hingga saat ini , yang menggunakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki ? Berapa pula korban sipil yang terus bertambah di Afghanistan. Penemuan kuburan massal di Afghanistan, pemboman upacara perkawinan yang mengorbakan lebih kurang 150 rakyat Afghanistan, adalah fakta-fakta yang tidak bisa dibantahkan.

Sementara itu tindakan AS memerangi terorisme juga dindikasikan penuh dengan pelanggaran HAM. UU antiterorisme AS yang membolehkan seseorang yang diduga teroris untuk ditahan, tanpa perlu saksi dan proses peradilan, jelas merupakan pelanggaran terhadap HAM. Perkara lain, adalah perlakuan kejam AS terhadap tahanan perang Afghanistan di kamp X-Ray Guantanamo Bay di Kuba Januari 2002 yang lalu , mencerminkan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh AS. Samahalnya , dengan serangan AS ke Afghanistan, yang belum didukung oleh bukti-bukti hukum tentang siapa pelaku serangan 11.9, juga merupakan pelanggaran HAM. AS juga banyak menangkapi pihak-pihak yang diduga AS teroris, tanpa perlakuan yang sewajarnya. Hal inilah yang dikeluhkan oleh banyak kaum muslimin di Amerika Serikat sekarang ini. Perlakuan diskrimanasi dan tindakan sewenang-wenang terhadap kaum muslimin di AS terus meningkat belakangan ini.

Berikutnya, apakah AS melakuka ini demi perdamaian dunia ? Hal ini juga jauh dari kenyataan. Tindakan AS yang menyerang Afghanistan, tanpa persetujuan PBB

Page 14: Bab 2 War on Terrorism

terlebih dahulu, jelas mengancam perdamaian dunia. Demikian juga sikap ngotot, AS yang meskipun hanya sendiri, akan tetap menyerang Irak, tentu saja akan mengancam perdamaian dunia. Bagaimana kalau negara-negara lain melakukan hal yang sama ? Termasuk, penolakan AS terhadap pengadilan Kriminal Internasional (ICC), padahal bukankah pengadilan itu dimaksudkan untuk menciptakan perdamaian internasional. Kampanye, terorisme, juga telah menciptakan teror dibanyak negara, ketakutan untuk menolak perintah AS.

Tampaknya alasan yang paling kuat adalah motif ekonomi. Hal ini tampak dari objek-objek serangan propaganda dan militer AS dalam perang anti terorismenya sebagian besar adalah wilayah-wilayah yang kaya alamnya, terutama minyak. Menguasai wilayah-wilayah kaya ini sangat penting bagi AS untuk mendukung dominasi ekonominya dan membiaya gaya hidup ‘kapitalisme-nya. Wilayah strategis ini oleh Zbigniew Brzezinski- mantan penasehat keamanan nasional AS di masa presiden Jimmy Carter- dikatakan sebagai daerah Eurosia (Eropa-Asia) . Wilayah ini meliputi sebelah timur Jerman dan Belanda, mencakup Timur Tengah dan sebagian besar wilayah di Anak Benua India. Dalam bukunya yang berjudul The Grand Chessboard : American Primacy and its Geostrategic Imperatives (1997), Brzezinsky menyatakan:”Wilayah Eurosia ini sebagai pusat kekuasan dunia. Kundi untuk menguasai Benua Eurosia adalah Asia Tengah dengan kunci terakhirnya Uzbekistan” Kepentingan menguasai wilayah itu menurut Brzezinsky adalah penting mengingat meningkatnya konsumsi dunia atas energi alam. Seperti yang dinyatakan departemen energi AS kebutuhan dunia akan energi meningkat 50 % antara

Page 15: Bab 2 War on Terrorism

tahun 1992-2010. (lihat al waie edisi bahasa arab no 180 tahun 2002).

Afghanistan dan negara-negara Asia Tengah sekitarnya diketahui merupakan negara kaya minyak yang belum banyak digali. Di daerah ini, lebih dari 6,6 miliar meter kubik gas alam, menunggu untuk dieksploitasi. Uzbekistan dan Turkmenstan merupakan dua negara bekas Sovet yang menjadi produsen utama minyak. Beberapa perusahan miltinasional seperti Enron, Amco, Exxon , Mobil Oil, dan Unocal, siap menanamkan miliaran dolar di Asia Tengah. Posisi Strategis Asia Tengah ini, antara lain dijelaskan oleh ahli energi James Dorian dalam jurnal Minyak dan Gas edisi 10 September 2001:”Siapa yang mengontrol jalur minyak di Asia Tengah akan memiliki pengaruh yang kuat di masa depan dalam memimpin dan mendapatkan jumlah aliran dan distribusi dari produksi yang baru”.Kepentingan minyak ini semakin sangat menonjol mengingat sebagian besar pejabat-pejabat pemerintah Bush hidup dalam kultur politik minyak seperti Dick Cheney, Donal Evans dan keluarga Bush sendiri.

Alasan ekonomi ini juga sangat menonjol dalam berbagai kebijakan AS di Timur Tengah , termasuk penyerangan terhadap Irak. Sebagaimana yang ditulis oleh Depertemen Perdagangan AS dalam website internetnya :” Wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara adaalah kepentingan strategis yang vital bagi AS dan kepentingan ekonominya sebagai sumber utama persediaan energi dunia”. Untuk itu AS perlu secara permanen hadir di wilayah penting tersebut. Perang Teluk II adalah sukses yang besar bagi kebijaksanan luarnegerinya. Pasca perang teluk II AS berhasil membangun pangkalan militer di wilayah itu, dengan

Page 16: Bab 2 War on Terrorism

alasan melindungi negara-negara sahabatnya, seperti di Saudi Arabia, Bahrain, Uni Emirat Arab, Qatar dan Oman. AS juga mendapat $20 milyar dollar dari negeri-negeri Arab tersebut sebagai ‘upah’ melindungi negeri itu dari Iraq. Tidak hanya itu, AS juga mendapat keuntungan $20 milyar dollar dari kontrak pembangunan persenjataan dan pertahanan Saudi Arabia. Yang jelas, AS mendapat minyak murah dari negeri-negeri tersebut.

Tampaknya, pasca perang teluk II AS belum merasa puas dengan itu. AS berkepentingan besar menguasai minyak Irak. Mengingat Irak merupakan penghasil minyak terbesar kedua setelah Saudi. Kandungan minyak Irak diperkirakan sebesar 112 milyar barrel, sementara Saudi 261 milyar barrel. Akibat krisis teluk II dan embargo yang dilakukan AS produksi minyak Irak jatuh merosot, sehingga mempengaruhi harga minyak.Sebelum perang Teluk tahun 1991 produksi minyak Irak 3,5 juta barrel perhari, kemudian menurun drastis menjadi 1,7 juta perhari pasca perang teluk.

Langkah pertama yang dilakukan oleh AS adalah melontarkan propaganda ‘menyingkarkan Saddam Hussain. Padahal tujuan utamanya adalah menguasai wilayah tersebut secara permanen. Menurut Gedung Putih penyingkiran Saddam Hussain ,meskipun AS akan mengeluarkan biaya perang 140 milyar poundsterling , namun akan mendorong perkenomian global dunia. Larry Lindsey, Penasehat Presiden Goerge W. Bush, mengatakan peningkatan produksi minyak dari negeri Irak yang ‘bebas’, akan mendorong turunnya harga minyak dunia. Menurutnya:” Saat terjadi pergantian rezim di Irak, kamu dapat tiga juta

Page 17: Bab 2 War on Terrorism

sampai lima juta barrer perhari dari produksi untuk persedian dunia”(Daily Telegrap, K.Com, 17/09/2002)

D. Mempertanyakan Nilai Kemanusiaan AS

Salah satu yang sering diangkat oleh AS dan sekutunya dalam kampanye anti terorismenya adalah nilai kemanusiaan. Negeri Paman Sam ini menganggap serangan 11 September 2001 merupakan serangan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang mengancam peradaban dunia. Dengan demikian tragedi 11.9 merupakan tragedi kemanusiaan, tidak hanya bagi AS tapi juga untuk seluruh peradaban umat manusia.Dalam pidatonya pada 11 oktober 2001 Bush mengatakan :” …Serangan itu terjadi di tanah Amerika, tapi ini juga menyerang jantung dan jiwa peradaban dunia..” (Jaringan Teroris, Departemen Luar Negeri AS ). Bush juga mempertegas hal ini dalam sidang Umum PBB 10 November 2001, Bush mengatakan : “ Ini adalah sebuah alur dari sejarah yang mengarah pada kebebasan (freedom)”. Hal ini dipertegas oleh Koffi Annan, sekjen PBB, dalam pernyataannya tanggal 1 oktorber2001:”…Setiap negara dan rakyat mempunyai peranan, karena ini adalah serangan pada kemanusiaan, dan kemanusiaan harus meresponnya”.(Jaringan teroris, Departemen Luar Negeri AS, hal.25) Karena itu, kampanye antiterorisme yang dipimpin oleh AS merupakan upaya AS untuk membela nilai-nilai kemanusiaan. Dengan alasan inilah AS, melandasi dan melegitmasi berbagai aksinya di seluruh dunia. Seperti menyerang Afghanistan, mengkelompokkan group atau orang sebagai teroris, menangkap , membekukan aset, dan tindakan-tindakan lain yang dianggap penting oleh AS.

Page 18: Bab 2 War on Terrorism

Tentu saja, dasar legitimasi kemanusia versi AS ini perlu dipertanyakan, mengingat tragedi 11.9 sendiri penuh dengan misteri yang belum terungkap. Adalah justru bertentangan dengan nilai kemanusiaan itu sendiri, kalau melakukan sesuatu tanpa berdasarkan alasan yang jelas. Paling tidak ada tiga persoalan yang kemudian harus dijawab, agar tindakan AS dalam kampanye terorismenya, memilik landasan yang kuat, yaitu :

Pertama, benarkah Osama bin Ladin sebagai pelaku serangan 11 September 2001. Pertanyaan ini sangat penting, mengingat berbagai tindakan AS selama ini di dasarkan pada asumsi, Osama bin Ladin-lah dengan organisasi al Qaidanya sebagai pelaku. Dalam hal ini bukti-bukti AS masih rapuh. Selama ini yang sering dijadikan sebagai bukti sebatas video-video yang berisi pengakuan Osama bin Ladin, kesetujuannya kepada serangan 11 September, atau latihan-latihan pasukan al Qaida. Yang sering diungkap oleh AS adalah pengakuan kesetujuan Osama tentang tragedi 11.9 tersebut. Persoalannya, bisakah pengakuan persetujuan terhadap suatu tindakan bisa dijadikan alasan untuk menjadikan seseorang sebagai terdakwa. Alangkah lucunya, misalnya, ketika terjadi pengeroyokan terhadap maling. Kemudian seseorang dituduh melakukannya, hanya karena dia setuju dengan pengeroyokan itu. Kalaupun ada video yang berisi pengakuan Osama bin Ladin, bisakah video tersebut dijamin keasliannya ? Bukankah, sudah banyak diketahui, adalah sangat gambang untuk merekasaya lewat video. Termasuk, merupakan keanehan , kalau Osama bin Ladin, mempersiapkan vidoe-video tersebut sebelum menyerang AS , termasuk latihan perangnya. Padahal, tindakan seperti menyerang AS tentunya

Page 19: Bab 2 War on Terrorism

membutuhkan kerahasiannya yang sangat tinggi. Bukankah dengan video tersebut memungkinkan rahasia penyerangan ini bocor. Pertanyaan, berikutnya, darimana video-video tersebut diperoleh ?

Pertanyaan kedua, seandainya- ini seandainya- pelakunya adalah Osama bin Ladin, harus pula dipertanyakan apakah organsiasi Osama ini murni bentukan Osama, atau justru merupan bentukan Amerika Serikat sendiri ? Jawaban ini penting, karena adalah sangat tidak sesuai dengan nilai kemanusiaan, menyerang negara lain, menahan, menangkap, menuduh orang atau kelompok sebagai teroris. Padahal organisasi teroris itu merupakan bentukan AS sendiri, didukung oleh AS atau paling tidak AS merestui dan mendiamkan keberadaan kelompok ini. . Adalah bukan rahasia , bahwa AS sering membentuk kelompok-kelompok teroris demi kepentingan keamanan atau politiknya.

Sampai saat ini, beberapa pihak mempertanyakan kehadiran Taliban sebagai pemain baru di Afghanistan pasca terusirnya Rusia dari negeri itu. Beberapa pihak menduga Taliban merupakan bentukan AS sendiri lewat perantaranya , negara Pakistan yang didukung AS. Hal ini mengingat pada awal deklarasi pemerintahan Taliban , AS tidak melakukan penolakan. Dalam buku Bin Laden : Kebenaran yang Terlarang , yang ditulis oleh Jean Charles dan Gullaume Dasqute, masalah ini diungkap panjang lebar. Sebagaimana yang dikutip dari astaga.com, dalam buku tersebut ditulis, pemerintah Bush pada awalnya, sebenarnya tetap ingin mempertahankan rezim Taliban, asalakan negara itu mau bekerjasama dengan rencana pengembangan sumber minyak di Asia Tengah. Tapi ternyata Taliban menolak syarat-syarat AS. Masih dalam buku tersebut

Page 20: Bab 2 War on Terrorism

dikatakan, seorang utusan Mullah Omar (pimpinan Taliban) pernah datang ke AS dalam misinya mencari modal buat Afghanistan, ia ditemani oleh Laili Hems dari CIA. Osama sendiri sering dikaitkan dengan CIA, mengingat dukungan CIA kepada Osama saat perang melawan Rusia di Afghanistan. Ivan A Hadar mengutip dari harian Perancis Le Figaro, pada Juli 2001, seorang utusan CIA menjenguk Bin Laden yang dirawat di rumah sakit AS di Dubai.(Kompas, 11 September 2002) . Tentu saja informasi-informasi diatas masih perlu pembuktian yang lebih lanjut.

Pola seperti ini sering dilakukan AS yakni menciptkan orang, kelompok, atau negara boneka , yang kemudian dihancurkan untuk kepentingan AS dan kalau tidak dibutuhkan lagi. AS, saat CIA dipimpin oleh Goerge Bush sebelumnya mendukung Saddam Husein saat perang melawan Iran . Meskipun Saddam kemudian ingin digusur oleh AS., Lucunya, perang Irak melawan Iran inilah yang oleh Bush Junior dikatakan sebagai salah satu dosa Saddam kepada dunia pada pidatonya di depan Dewan Keamanan PBB beberapa waktu yang lalu.

Contoh lain, AS terlibat dalam pembantaian di Timor Timur saat pemerintah Indonesia menginvasi wilayah tersebut pada Desember 1975. Saat itu, AS-lah yang mendorong rezim Suharto untuk menganeksasi Timor Timur untuk stragegi pembendungan pengaruh Komunis di Asia Tenggara. Invasi ini dilakukan setelah kunjungan Presiden AS Gerald Ford dan Menlu Henry Kissingger. Selama invasi di Timor Timur AS-lah yang mendanai, mensuplai senjata dan memberikan pelatihan militer kepada militer Indonesia. Tindakan AS ini telah mengorbankan ribuan rakyat Timor Timur. AS pula

Page 21: Bab 2 War on Terrorism

yang mendorong proses disintegrasi Timor Timur dan mendesak Indonesia keluar dari Timor Timur , setelah AS tidak memerlukan Indonesia lagi. Bahkan militer Indonesia yang tadinya dimanfaatkan oleh AS diseret ke pengadilan HAM . Hal yang sama dilakukan oleh AS saat mendukung pemberontak Kontras di Nikaragua. Bahkan Ronald Reagan menyebut mereka sebagai ‘freedom fighters’ . Meskipun kelompok ini melakukan banyak tindakan teror kepada rakyat Nikaragua yang mengorbankan lebih dari 13.000 rakyat sipil.

Pertanyaan ketiga, adalah seandainya segala tindakan Osama dengan organisasi al Qaida-nya merupakan bentuk Osama sendiri, artinya tidak ada hubungan dengan AS, patut dipertanyakan kenapa Osama dengan al Qaida-nya bertindak seperti itu. Hal yang sama harus diajukan ke berbagai kelompok di dunia ini melakukan perlawanan terhadap AS. Pertanyaan tentang motif dan tujuan sebuah tindakan adalah sangat penting, untuk melegitimasi sebuah tindakan. Sebagai contoh, membunuh maling yang mau melukai keluarga kita dan maling yang membunuh korbannya, dilihat dari segi tindakannya adalah sama, yaitu sama-sama membunuh sehingga tercabutnya nyawa orang lain. Namun, setiap orang akan memberikan legitimasi kepada pembunuhan yang pertama. Yang membedakannya adalah motif dan tujuannya. Pembunuhan yang pertama, motifnya dan tujuannya adalah membela diri. Sedangkan yang kedua , dalam rangka memuluskan tindakan kejahatannya, yakni merampok.

Adalah sangat tidak adil dan sesuai dengan kemanusiaan, mengkatagorikan seseorang, kelompok atau negara sebagai teroris tanpa memperhatikan motif dan tujuannya. Dan inilah yang saat ini terjadi, AS

Page 22: Bab 2 War on Terrorism

menjadi penafsir tunggal motif dan tujuan dari tindakan kekerasan di dunia saat ini. Yang kemudian terjadi adalah ketidakadilan dan standar ganda. AS mengkelompokkan gerakan Islam Intifadah sebagai teroris karena membunuh orang-orang Israel, disaat yang sama AS melegitimasi tindakan Israel sebagai sebuah negara untuk melakukan pembantaian terhadap rakyat Palestina. Meskipun jumlah korban di Palestina jauh lebih besar dibanding dengan Israel. AS menjuluki pemberontak Kontras sebagai ‘freedom fighters’, atau pihak yang ingin memisahkan diri dari Timor Timur sebagai pejuang kemerdekaan. Sementara itu AS menjuluki pejuang Khasmir yang ingin membebaskan dirinya dari India, atau pejuang Chechnya yang ingin membebaskan diri dari penjajahan Rusia, dengan teroris. AS mengekspos latihan militer ‘kecil-kecilan’ yang dilakukan oleh Al Qaida sebagai latihan para teroris. Sementara kalau AS melakukan latihan besar-besaran diberbagai negara dan itu disebut kerjasama militer demi perdamaian. AS menuduh al Qaida membangun kamp-kamp militer, sementara disaat yang sama AS mendirikan banyak pangkalan militer di seluruh dunia yang hampir meliputi 140 negara (Kompas, 16/1/2002). AS mengkampanyekan serangan terhadap WTC adalah tindakan teroris, sementara AS-lah negara yang pertama kali menggunakan bom atom untuk membunuh rakyat sipil di Hiroshima dan Nagasaki. AS juga menggunakan bom-bom ukuran besar untuk membom Afghanistan, yang nyata-nyata banyak membunuh rakyat sipil. Kenapa kemudian AS tidak disebut teroris ? Yang lebih ironis, AS tidak menyetujui adanya lembaga peradilan Kriminal Internasional (ICC) untuk menghukum pelaku kriminal internasional. Bahkan AS meminta agar diberi

Page 23: Bab 2 War on Terrorism

kekebalan pada seluruh warganya di dunia yang sedang melaksanakan tugas negara.

Pertanyaan motif dan tujuan ini haruslah dijawab secara adil. Karena itu AS patut mempertanyakan kenapa selama ini AS sering menjadi target perlawanan dari beberapa negara atau kelompok Islam di dunia. Tindakan AS selama ini jelas banyak menimbulkan rasa ketidakadilan di dunia Islam. Dukungan AS yang membabibuta terhadap Israel, adalah hal yang paling menyakitkan. Juga, terlihat jelas , bagaiman AS secara terbuka atau diam-diam membiarkan pembantaian umat Islam di berbagai pelosok dunia seperti di Chechnya, Khasmir, Filipina, Thailand dan daerah-daerah konflik lainnya. Demikian juga serangan AS ke Afghanistan, yang telah banyak menewaskan rakyat sipil, yang jumlahnya jauh lebih banyak dari korban WTC.

Lebih-lebih, peradaban Kapitalis yang dibangun oleh AS selama ini dianggap telah banyak menimbulkan persoalan di dunia, seperti degradasi moral yang luar biasa, kemiskinan dunia ketiga, kesenjangan Utara-Selatan, kriminalitas, pengangguran dan AS juga banyak mendukung dominasi rezim otoriter dukungan AS di berbagai belahan dunia. Peradaban Kapitalis yang dipimpin oleh AS, terutama oleh dunia Islam dianggap merupakan racun yang membahayakan . Sebagaimana yang ditulis Melanie Philips dalam sebuah artikelnya di The Spector Megazine: “Kaum muslim sangat mengutuk keruntuhan moralitas Barat ; kegagalan pemikiaran yang telah menciptakan wabah kriminliltas, penyalahgunaan obat-obatan, dan kehancuran keluarga dengan seks bebas “ (www.Khilafah.com, 07/06/2002) Inilah tugas besar dunia sekarang ini, untuk menilai apakah sebuah tindakan kekerasaan legitmasi atau tidak.

Page 24: Bab 2 War on Terrorism

Yakni, merumuskan motif dan tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan universal. Adalah bahaya besar kalau motif dan tujuan ini ditafsirkan secara sepihak, seperti yang dilakukan oleh AS sekarang ini. Hal ini sangat penting untuk membangun masa depan dunia yang lebih adil, aman dan mensejahterakan bagi semua pihak.