bab 2 tinjauan pustaka -...

31
7 BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian tentang sistem pendukung keputusan dan pariwisata telah banyak dikemukakan sebelumnya, penelitian yang berjudul Perancangan dan implementasi Sistem Pendukung Keputusan untuk kelayakan pengembangan objek wisata menggunakan metode AHP (Studi kasus : dinas pariwisata kabupaten sumba barat daya” (Ledoh, 2009) Membahas tentang sistem yang membantu pemerintah dalam pengambilan keputusan kelayakan pengembangan objek wisata dengan menggunakan metode AHP yaitu menentukan kelayakan pengembangan objek wisata dengan melakukan penilaian pada objek wisata sehinga memperoleh nilai yang dapat dikatakan suatu objek wisata tersebut layak untuk dikunjungi atau tidak. Pada penelitian ini outputnya hanya berupa prioritas daerah yang akan dikembangkan dan penilaiannya hanya didasarkan pada pandangan kepala dinas pariwisata. Persoalan diselesaikan dengan menguraikan unsur unsurnya yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hirarki, kriteria dan alternatif dinilai melalui matriks perbandingan berpasangan dimana pembuat keputusan yang ahli dibidangnya menentukan nilai kepentingan relative antar elemen penilaian, Dimana kriteria yang dijadikan dasar pertimbangan adalah

Upload: phungcong

Post on 06-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

7

BAB 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian tentang sistem pendukung keputusan dan

pariwisata telah banyak dikemukakan sebelumnya, penelitian yang

berjudul “Perancangan dan implementasi Sistem Pendukung

Keputusan untuk kelayakan pengembangan objek wisata

menggunakan metode AHP (Studi kasus : dinas pariwisata

kabupaten sumba barat daya” (Ledoh, 2009)

Membahas tentang sistem yang membantu pemerintah dalam

pengambilan keputusan kelayakan pengembangan objek wisata

dengan menggunakan metode AHP yaitu menentukan kelayakan

pengembangan objek wisata dengan melakukan penilaian pada objek

wisata sehinga memperoleh nilai yang dapat dikatakan suatu objek

wisata tersebut layak untuk dikunjungi atau tidak. Pada penelitian ini

outputnya hanya berupa prioritas daerah yang akan dikembangkan

dan penilaiannya hanya didasarkan pada pandangan kepala dinas

pariwisata. Persoalan diselesaikan dengan menguraikan unsur –

unsurnya yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi

struktur hirarki, kriteria dan alternatif dinilai melalui matriks

perbandingan berpasangan dimana pembuat keputusan yang ahli

dibidangnya menentukan nilai kepentingan relative antar elemen

penilaian, Dimana kriteria yang dijadikan dasar pertimbangan adalah

Page 2: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

8

keunikan, jarak, sarana, dan prasrana, dengan prioritas tertinggi

adalah prasarana. Sehingga pada dari hasil penelitian perhitungan

kriteria prasarana memiliki poin yang lebih besar dibandingkan

dengan unsur – unsur kriteria lainnya.

Penelitian yang berjudul “Perancangan dan implementasi

sistem pendukung keputusan untuk pelaksanaan penilaian kinerja

dengan sistem penilaian 360 derajat (studi kasus : penerapan dp3 di

UKSW)” (Suharyadi, 2009) membahas tentang penilaian kinerja

pegawai dengan mengunakan metode 360 derajat yaitu sistem

penilaian secara menyeluruh dari seluruh pihak yang terkait, dalam

penelitian ini penilaian dilakukan oleh seluruh karyawan. Metode

360 derajat lebih efektif dan dapat menilai secara objektif dimana

seorang karyawan menilai dirinya sendiri, dinilai oleh rekan sekerja,

atasan dan bawahan, total dari hasil penilaian tersebut dirata-ratakan.

Sehingga pada akhirnya manager bisa menentukan standar penilaian

untuk verifikasi dan melakukan verifikasi untuk memutuskan

perpanjangan kontrak dari karyawan tersebut .

Penelitian yang berjudul “Perancangan dan Pembangunan

Sistem Pendukung Keputusan Untuk Kinerja Kerja Karyawan

Menggunakan Metode 360 derajat (Studi Kasus Kinerja Karyawan

Grand Wahid)” (Appah, 2010) membahas tentang penilaian kinerja

karyawan dengan menerapkan metode penilaian 360 derajat dimana

kriteria penilaian telah ditentukan oleh perusahaan, penilaian kinerja

dilakukan dengan melibatkan seluruh kelompok karyawan dengan

meggunakan aplikasi sistem pendukung keputusan, sehingga

Page 3: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

9

mempermudah penilaian tanpa perlu mengisi kuisioner secara

manual.

Penelitian ini berusaha untuk mengembangkan penelitian

yang sudah ada dengan menerapkan metode 360 derajat dalam

Sistem Pendukung Keputusan kelayakan objek, sebelumnya di

Kabupaten Poso belum ada sistem yang digunakan untuk

menentukan kelayakan suatu objek wisata, penilaiannya hanya

dilakukan searah oleh pejabat yang berwenang tanpa adanya kriteria

atau aturan – aturan yang menjadi standar penilaian, pada penelitian

(Ledoh, 2009) mengunakan teknik pengumpulan data melalui

wawancara dengan pejabat yang berwenang, kriteria penilaiannya

juga berasal dari pandangan pejabat yang berwenang. Sedangkan

dalam penelitian ini, penulis menerapkan metode penilaian 360

derajat dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan

data, penulis melakukan studi pustaka dan merangkum pendapat dari

beberapa penelitian sebelumnya sebagai dasar penentuan kriteria dan

poin penilaian, pada metode penilaian 360 derajat kelayakan objek

wisata dinilai oleh berbagai kalangan dan lapisan masyarakat yaitu

dari pemerintah, tokoh masyarakat, wisatawan, maupun penduduk

sekitar. Metode ini merupakan metode penilaian yang lebih objektif

dibanding dengan beberapa metode penilaian lain yang masih searah

yaitu sistem penilaian dari atas ke bawah dan masih dipengaruhi

oleh subjektivitas pejabat yang berwenang, dengan adanya sistem

pendukung keputusan ini diharapkan dapat membantu pemerintah

untuk menentukan objek wisata yang layak untuk dikembangkan

Page 4: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

10

serta sarana dan prasarana yang harus diperbaiki dengan lebih

objektif

2.2 Pariwisata

Pariwisata dapat didefinisikan sebagai seluruh aktivitas dari

orang – orang yang melakukan perjalanan pergi dan tinggal di luar

lingkungan tempat tinggal mereka selama kurang dari satu tahun

berturut – turut untuk mengisi waktu luang, bisnis, maupun tujuan

lainnya (World Tourism Organization, 1993).

Undang Undang No. 9 tahun 1990 mendefinisikan pariwisata

sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, dimana

pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan atau

sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta

bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata,

sedangkan menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang

kepariwisataan, pariwisata didefinisikan sebagai berbagai macam

kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan

yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah

Daerah

Spillane (1978), mendefinisikan pariwisata dalam arti luas

adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat

sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha

mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan

lingkungan hidup dalam dimensi sosial budaya alam dan ilmu.

Page 5: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

11

Industri perjalanan dan pariwisata adalah industri global

yang ditandai oleh beberapa fitur yang sangat spesifik yaitu:

Menurut metode perhitungan satelit World Travel and Tourism

Council dalam Harmonise : A Step Toward an Interoperable E-

Tourism Marketplace pariwisata mewakili sekitar 11 persen dari

Produk Domestik Bruto (PDB) seluruh dunia. Liburan adalah

pengalaman emosional yang melibatkan rangsangan kognitif dan

indra perasa serta respon afektif terhadap beberapa acara, industri

pariwisata merupakan industri lintas sektor yang terdiri dari banyak

sektor ekonomi seperti budaya, olahraga, dan pertanian.

Lebih dari 30 komponen industri yang berbeda telah

diidentifikasi terkait dalam melayani pelancong. Ini menjelaskan

heterogenitas industri. Struktur Usaha Kecil Menengah (UKM) yang

memberikan dampak sangat besar bagi pembangunan daerah,

sebagai contoh di Uni Eropa ada sekitar 1,3 juta hotel dan restoran

yaitu sekitar 9 persen dari semua perusahaan yang ada di uni eropa

dan 95 persen dari total perusahaan tersebut adalah Industri kecil.

Menurut WTO Akan ada 1 miliar kedatangan internasional

pada tahun 2011 dan pariwisata akan berkembang lebih cepat dari

sektor – sektor ekonomi lainnya. Sisi penawaran dan permintaan

membentuk jaringan di seluruh dunia dimana produksi dan distribusi

berdasarkan kerjasama. Produk pariwisata tahan lama, kompleks,

dan emosional. Sebuah kamar hotel yang tidak terjual untuk satu

malam merupakan kehilangan pendapatan, resiko yang dihadapi

oleh pemasok bisa dikurangi jika akses terhadap informasi tersedia.

Page 6: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

12

Produk pariwisata merupakan penggabungan dari gabungan produk

– produk dasar dari perantara untuk mendukung proses

penggabungan agak rumit produk harus memiliki tampilan yang

didefinisikan dengan baik sesuai dengan kebutuhan konsumen,

harga, dan saluran distribusi (Oliver vordor, 2005)

Gambar 2.1 Komponen Pariwisata

Berdasarkan Gambar 2.1 Ada 5 komponen pariwisata menurut

“Career Award Travel and Tourism Standart level” yaitu :

Travel agents memberi saran dan pedoman profesional kepada

calon wisatawan dalam memilih liburan maupun produk – produk

pariwisata. Fungsi utama dari travel agents adalah menjual

liburan dan produk – produk terkait seperti asuransi, persewaan

mobil maupun penukaran uang.

Tour operators menyelengarakan paket tur yang terdiri dari

transportasi (darat, air, udara), akomodasi (hotel, penginapan,

losmen, dan catering), serta jasa perjalanan seperti penjemputan

Page 7: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

13

di bandara, persewaan mobil maupun kunjungan – kunjungan ke

objek wisata

Attraction pihak – pihak yang terlibat dalam komponen ini

biasanya melakukan riset pasar terlebih dahulu kemudian

membangun atraksi – atraksi yang dapat menarik wisatawan

untuk berkunjung, seperti Disney theme park di California,

peninggalan – peninggalan bersejarah seperti museum Lourve di

Paris,maupun atraksi alami seperti pemandangan alam,maupun

atraksi sosial seperti kehidupan masyarakat, dan sebagainya.

Accommodation and catering yaitu menyediakan akomodasi

kepada para wisatawan seperti hotel, penginapan, losmen,

menyediakan tempat untuk tinggal sementara kepada para

wisatawan, secara umum akomodasi dapat tebagi dua yaitu

penginapan dan makanan, serta penginapan tanpa makanan,

wisatawan bisa memilih akomodasi yang sesuai dengan

kebutuhan mereka.

Tourist informations and guiding service Pemandu wisata

menemani kelompok wisatawan berkeliling dan melihat atraksi –

atraksi yang ada, biasanya pemandu wisata ikut serta dalam tur –

tur khusus yang diselengarakan oleh tour operator. Pihak – pihak

yang terlibat dalam komponen ini harus memiliki pengetahuan

yang mendalam tentang daerah kawasan wisata tersebut.

Transportation merupakan salah satu komponen yang paling

menentukan jumlah wisatawan yang datang, aksebilitas ke

Page 8: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

14

kawasan objek wisata sangat mempengaruhi perkembangan

daerah wisata tersebut. Transportasi mencakup transportasi

darat,laut dan udara seperti pesawat terbang,mobil, maupun

kereta api

2.3 E-tourism

Carribean Tourism Organization (2005) mendefinisikan e-

tourism “A dynamic interaction between information and

communication Technologies (ICTs) and tourism exists. Each

transforms the other : ICTs are applied to tourism processes to

maximize efficiency and effectiveness of the organization, tourism

unites Bussiness Management, information and Communication”.

Ada tiga komponen dari e-tourism yaitu TIK, pariwisata, dan bisnis.

Dengan adanya e-tourism memungkinkan komponen – komponen

yang terkait dengan industri pariwisata bisa terhubung dalam suatu

kesatuan sistem. Misalnya akomodasi,pesawat terbang maupun

transportasi lain, restoran, dan komponen lain dapat terhubung

dengan calon wisatawan melalui jaringan internet

2.4 Mass Tourism dan Sustainable Tourism

Mass tourism atau pariwisata massa merupakan salah satu

bentuk pariwisata yang melibatkan banyak wisatawan berkunjung di

satu objek wisata yang sama dan dilakukan terus menerus dalam

waktu bersamaan (Wikipedia, 2011), setiap objek wisata memiliki

kapasitas yang berbeda – beda dalam penggunaan sumber daya

sosial, ekologi, dan ekonomi. Jumlah wisatawan yang terlalu banyak

Page 9: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

15

melebihi dari daya tampung objek tersebut dapat menyebabkan

eksploitasi terhadap sumber daya alam, wisatawan yang datang

membawa nilai – nilai budaya dari daerahnya masing – masing

sehingga dapat menyebabkan pergeseran budaya masyarakat sekitar,

kerusakan habitat sekitar dan rusaknya warisan budaya, di sisi lain

sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata

yang berusaha untuk membuat dampak sekecil mungkin terhadap

lingkungan dan kebudayaan lokal, serta membantu untuk

mengadakan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Tujuan dari

pariwisata berkelanjutan adalah memastikan bahwa pembangunan

kawasan wisata membawa dampak positif bagi masyarakat lokal,

perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata maupun wisatawan

itu sendiri (Wikipedia, 2011). Dimana pengembangan pariwisata

melibatkan masyarakat sekitar dari proses perencanaan sampai

pengembangannya, pertumbuhan pariwisata yang terus menerus

meningkat akan menyebabkan tekanan besar terhadap

keberlangsungan keanekaragaman hayati maupun keaslian

kebudayaan masyarakat setempat yang sering dikorbankan untuk

pengembangan pariwisata massal.

Wisatawan yang mengerti akan pariwisata berkelanjutan

akan mendukung integritas budaya lokal dengan mendukung bisnis

pariwisata yang melestarikan warisan budaya lokal dan nilai – nilai

tradisional, mendukung ekonomi lokal dengan membeli barang –

barang lokal, dan melestarikan sumber daya dengan menggunakan

bisnis yang sadar lingkungan yang menggunakan sedikit mungkin

sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, sehingga pengembangan

Page 10: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

16

pariwisata dapat terus berlangsung dengan tetap menjaga

keberlangsungan keaslian aset budaya.

Pariwisata yang bertanggung jawab dapat dianggap sebagai

sebuah perilaku, semua pihak baik wisatawan, bisnis, masyarakat

sekitar, dan seluruh pemangku kepentingan bertanggung jawab

dalam seluruh proses pengembangan pariwisata. Pariwisata harus

menjadi lebih baik sebagai dampak dari pendekatan pariwisata yang

bertanggung jawab.

Pariwisata berkelanjutan adalah ketika wisatawan dapat

menikmati liburan mereka dan sekaligus menghargai budaya

masyarakat sekitar maupun lingkungan sekitar. Hal ini juga berarti

bahwa masyarakal lokal mendapatkan keuntungan dari

pengembangan pariwisata tersebut. Peran dari pariwisata

berkelanjutan adalah untuk memastikan pencegahan kerusakan

lingkungan dan eksploitasi budaya sebagai dampak dari

pengembangan pariwisata (Cohen and Richardson, 1995).

Pengembangan pariwisata berkelanjutan adalah strategi

manajemen yang menuntut bagaimana masyarakat setempat dapat

segera memenuhi kebutuhan perekonomian tanpa mengorbankan

kesempatan generasi mendatang untuk mendapatkan kehidupan

yang sama layak dan makmur (MacGregor, 1993), dalam

pengembangan pariwisata berkelanjutan pengelolaan objek wisata

dilakukan oleh masyarakat setempat, hal ini di dasarkan pemahaman

bahwa masyarakat yang tinggal disekitar objek wisata merupakan

pihak yang paling sesuai untuk melindungi objek wisata tersebut.

Page 11: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

17

Hal ini berati bahwa aktivitas pariwisata dan bisnis dikembangkan

dan dikelola oleh masyarakat setempat dengan persetujuan dan

dukungan mereka. Keterlibatan masyarakat sangat penting untuk

keberhasilan pembangunan pariwisata berkelanjutan (Jan van der

Straaten, 2000).

Penerapan konsep Community-based sustainable tourism

(CBST) yaitu pariwisata berkelanjutan yang berpusat pada

masyarakat sekitar dimana mereka secara langsung maupun tidak

langsung tergantung dengan lokasi objek wisata sebagai mata

pencaharian mereka.

Konsep pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat

(CBST) dikembangkan sebagai cara untuk meminimalkan dampak

negatif dari pariwisata di daerah terpencil atau pedesaan. CBST

dikembangkan sebagai salah satu bentuk pariwisata yang bertujuan

untuk menjadi mandiri, dimana masyarakat memiliki hak dalam

pengambilan keputusan, hak untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat, dengan kemampuan lokal dan pertukaran budaya

dengan wisatawan yang datang akan membantu untuk

mempertahankan sumber daya alam maupun budaya.

Berdasarkan pada pemahaman di atas dalam penelitian ini

wisatawan, masyarakat, ketua adat, dan pemerintah sebagai pihak

yang berkepentingan memiliki hak untuk terlibat dan ikut serta

dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan, Wisatawan sebagai

konsumen penikmat objek wisata yang akan mengunjungi objek

wisata diberikan persentase paling besar yaitu sebesar empat puluh

Page 12: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

18

persen, sedangkan pemerintah dua puluh persen, ketua adat dua

puluh persen, dan masyarakat dua puluh persen.

Nilai – nilai dalam pariwisata tidak hanya fokus pada sifat -

sifat fungsional tapi juga berkaitan dengan pengaruh emosional yang

subjektif, nilai yang dirasakan wisatawan di bidang pariwisata harus

ditekankan pada interaksi sosial (Urry, 1990).

2.5 Kriteria Kelayakan Objek Wisata

Tri pangesti (2007) dari balai diklat kehutanan bogor

menguraikan kriteria yang dipakai dalam menentukan penilaian

prioritas pengembangan objek wisata yaitu :

1. Daya tarik

Aspek daya tarik dapat digolongkan menjadi 5 jenis yaitu wisata

darat atau hutan aspek – aspek penilaiannya meliputi keindahan

alam, keunikan sumber daya alam, banyaknya jenis sumber daya

alam yang menarik, keutuhan sumber daya alam, kepekaan

sumber daya alam atau tingkat kerusakannya, jenis kegiatan

wisata alam atau kesempatan rekreasi, kebersihan lokasi, dan

situasi keamanan kawasan wisata, kedua yaitu taman laut aspek

– aspek penilaiannya meliputi keindahan alam, keanekaragaman

jenis, keunikan dan keindahan dalam laut, keutuhan potensi,

kejernihan air, banyaknya lokasi yang mempunyai kedalaman

sama, keindahan dan kenyamanan pantai dan kebersihan, ketiga

yaitu pantai unsur – unsur daya tarik wisata pantai yang tidak

merupakan kesatuan dengan objek / lokasi taman nasional,

Page 13: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

19

taman wisata alam, taman hutan raya dan taman buru. Aspek –

aspek penilaiannya meliputi keindahan pantai, keselamatan atau

keamanan pantai, jenis dan warna pasir, variasi kegiatan,

kebersihan, lebar pantai (diukur waktu surut terendah) dan

kenyamanan. Keempat yaitu danau, aspek – aspek daya tarik

danau meliputi keindahan danau, kenyamanan, keselamatan,

stabilitas air sepanjang tahun, kebersihan air dan lingkungan,

variasi kegiatan di danau, variasi kegiatan di lingkungan danau,

dan kekhasan lingkungan danau. Kelima yaitu gua alam, aspek –

aspek daya tarik gua alam meliputi keunikan dan kelangkaan,

keaslian, keindahan atau keragaman, keutuhan tata lingkungan,

dan kepekaan

2. Potensi pasar

Berhasil tidaknya pemanfaatan suatu objek tergantung pada

tinggi rendahnya potensi pasar . Unsur-unsur kriteria potensi

pasar meliputi jumlah penduduk di setiap propinsi dimana objek

wisata berada dibandingkan dengan kepadatan penduduk,

tingkat kebutuhan wisata

3. Kadar hubungan atau aksebilitas

Aksebilitas merupakan faktor yang sangat penting dalam

mendorong potensi pasar. Unsur-unsur kriteria aksesibilitas

meliputi kondisi dan jarak jalan darat dari ibukota propinsi, pintu

gerbang udara internasional/domestik, waktu tempuh dari

Page 14: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

20

ibukota propinsi, frekuensi kendaraan dari pusat informasi ke

lokasi wisata.

4. Kondisi sekitar kawasan

Kondisi sekitar kawasan yaitu kondisi daerah dalam radius dua

kilometer dari batas luar objek wisata. Aspek – aspek

penilaiannya meliputi tata ruang wilayah objek, tingkat

pengangguran, mata pencaharian penduduk, ruang gerak

pengunjung atau intensif use dalam hektar, pendidikan

masyarakat sekitar, tingkat kesuburan tanah, sumber daya alam,

tanggapan masyarakat terhadap pengembangan objek wisata

alam.

5. Pengelolaan dan pelayanan kepada pengunjung

Mengenai kepuasan pengunjung dan pelestarian objek wisata.

Unsur-unsur kriteria pengelolaan dan pelayanan pengunjung

meliputi pengelolaan pengunjung, kemampuan berbahasa,

pelayanan pengunjung

6. Iklim

Kondisi alam yang berhubungan dengan cuarca, iklim yang baik

dapat mempengaruhi jumlah wisatawan yang mengunjungi

kawasan objek wisata tersebut. Unsur-unsur kriteria iklim

meliputi pengaruh iklim terhadap lama waktu kunjungan, suhu

udara pada musim kemarau, jumlah bulan kering rata-rata per

tahun, kelembaban rata – rata per tahun

Page 15: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

21

7. Akomodasi

Merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan

wisata. Jarak tempat akomodasi dalam radius 5-15 km dari objek

wisata. Unsur – unsur kriteria akomodasi antara lain jumlah

kamar yang berada pada radius 5-15 km dari objek wisata

8. Sarana dan prasarana penunjang lainnya

Merupakan sarana dan prasarana penunjang kenyamanan para

wisatawan selain sarana dan prasaranan utama contohnya

mushola, Toilet, dll. Aspek – aspek penilaian sarana dan

prasarana antara lain kelengkapan sarana dan prasarana

penunjang.

9. Ketersediaan air bersih

Merupakan faktor utama dalam pengeloaan dan pelayanan

pengunjung. Air tidak harus berasal dari dalam lokasi tetapi bisa

dari luar, seperti adanya PDAM. . Unsur-unsur kriteria

ketersediaan air bersih meliputi volume air, jarak air bersih dari

objek wisata, dapat tidaknya air dilairkan ke objek wisata,

kelayakan dikonsumsi, ketersediaan

10. Hubungan dengan objek wisata disekitarnya

Page 16: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

22

Keberadaan objek wisata lain di sekitar objek wisata yang akan

dikembagkan merupakan penunjang dalam pengembangan objek

wisata. adanya objek sejenis dalam radius 50 km dari objek yang

dinilai berpengaruh terhadap aspek penilaian. Unsur kriteria

hubungan dengan objek wisata di sekitar adalah adanya objek

lain baik sejenis atau tidak sejenis dalam radius 50 km dari

lokasi

11. Keamanan

Unsur ini sangat menentukan potensi pasar. Aspek – aspek

penilaian dalam kriteria keamanan meliputi keamanan

pengunjung, kebakaran, penebangan liar, perambahan

12. Daya dukung kawasan

Berkaitan dengan keutuhan atau kelestarian kawasan. Aspek -

aspek penilaian kriteria daya dukung kawasan meliputi jumlah

pengunjung, kepekaan tanah terhadap erosi, kemiringan lahan,

jenis kegiatan, luas unit zona atau blok pemanfaatan

13. Pengaturan pengunjung

Berhubungan dengan dampak positif atau negatif terhadap

kenyamanan, keserasian dan aktivitas pengunjung. Aspek –

aspek penilaian pengaturan pengunjung meliputi pembatasan

pengunjung, distribusi pengunjung, pemusatan kegiatan

pengunjung, lama tinggal, musim kunjungan

14. Pemasaran

Page 17: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

23

Hal ini berkaitan dengan jumlah kunjungan. Aspek - aspek

penilaian pemasaran meliputi tarif atau harga, produk wisata atau

variasi,serta sarana penyampaian informasi dan promosi

15. Pangsa pasar

Keadaan pengunjung sebagai pangsa pasar perlu diperhatikan

untuk kelangsungan kegiatan pariwisata. Aspek – aspek

penilaian pangsa pasar meliputi asal pengunjung, tingkat

pendidikan,dan mata pencaharian

Menurut Soemarwoto (1997) dalam Purwani Wisantisari

(2005) Faktor utama dalam penentuan kelayakan suatu objek wisata

untuk dikembangkan yaitu faktor daya tarik suatu objek wista, yang

merupakan kekuatan atau dapat dikatakan sebagai kelebihan suatu

objek wisata untuk menarik pengunjung. Dalam hal ini daya tarik

suatu objek wisata berdasar pada :

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang,

indah, nyaman dan bersih.

2. Adanya aksebilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya

3. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka

(keunikan)

4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani

wisatawan yang berkunjung

Page 18: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

24

5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena

keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan

sebagainya

Faktor – faktor di atas dapat diuraikan ke dalam beberapa

kriteria yaitu meliputi objek yang menarik, fasilitas pendukung yang

memadai, adanya akses transportasi menuju ke kawasan objek

wisata. Faktor – faktor daya tarik digabungkan ke dalam penyediaan

sarana dan prasarana pariwisata sehingga kriteria penilaian

kelayakan objek wisata dapat dibagi menjadi (1) Tingkat kemudahan

pencapaian, yaitu dengan mengukur aksebilitas menuju kawasan

objek wisata meliputi keadaan prasarana perhubungan maupun

keadaan alat transportasi yang tersedia (2) Tingkat kelengkapan

fasilitas pelayanan wisata meliputi jumlah fasilitas yang ada di

kawasan objek wisata seperti penginapan, rumah makan, fasilitas

umum maupun toko cinderamata (3) Tingkat pengelolaan potensi

wisata, yaitu menilai pengelolaan objek wisata yang sudah

berlangsung (4) Tingkat keanekaragaman aktivitas wisata yaitu

menilai jumlah kegiatan wisata yang ada di daerah sekitar objek

wisata Menurut santoso (2002) dalam menentukan kelayakan

pengembangan suatu objek wisata ada empat parameter yang bisa

digunakan yaitu:

1. Daya tarik objek wisata

Daya tarik wisata alam dan situs budaya ditentukan oleh

keaslian, keindahan, keunikan, kekhasan, dan pemeliharaan

Page 19: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

25

objek wisata tersebut, sehingga objek wisata itu sangat

menarik bagi wisatawan serta sulit dijumpai ditempat lain

2. Akomodasi

Akomodasi sangat dibutuhkan dalam kegiatan

pariwisata,sehingga akomodasi menjadi sangat penting

keberadaannya. Akomodasi yang baik ditentukan oleh faktor

jumlah kamar, fasilitas,kebersihan, rumah makan, pelayanan

dan toko cinderamata.

3. Aksebilitas

Aksebilitas merupakan unsur yang sangat penting dalam

pariwisata. Aksebilitas ditentukan oleh kondisi jalan, kualitas

jalan, jumlah angkutan, jarak objek dengan pusat kota, juga

terdapat prasarana seperti jaringan telekomunikasi, jaringan

listrik, fasilitas kesehatan dan jumlah kantor pos.

4. Informasi pariwisata

Informasi pariwisata ditentukan oleh faktor kelengkapan dan

kemudahan informasi pariwisata yang disediakan.

Sampai saat ini literatur yang membahas tentang aspek –

aspek yang membuat suatu objek wisata menjadi sangat diminati

masih jarang ditemukan. Atraksi wisata menggerakan industri

pariwisata dimana warisan budaya sangat ideal untuk dijadikan

sebagai atraksi wisata, infrastruktur jalan raya dan rel kereta api

yang kurang memadai membatasi gerak wisatawan menuju ke objek

Page 20: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

26

– objek wisata yang indah dan menarik di luar daerah bali dan jawa

(Euromonitor, 2007).

Penelitian sebelumnya menunjukan korelasi antara

popularitas dan ukuran, lokasi serta penggunaan tujuan dari

pembangunan fasilitas, Tujuan pembangunan atraksi atau situs

dengan konsumen dengan tujuan untuk memberikan keragaman

pengalaman yang berbeda sehingga menciptakan peluang bagi

banyak orang untuk terlibat di berbagai tingkat yang cocok untuk

para wisatawan (Prideaux & Kininmont, 1999).

Craig (1999) berpendapat bahwa taman budaya (objek wisata

alam) lebih menjanjikan untuk dijadikan atraksi yang berkelanjutan

dibandingkan dengan memodifikasi struktur warisan budaya yang

ada. Massa yang kritis terhadap objek wisata terbagi ke dalam

beberapa kelompok (Caffyn & Lutz, 1999) dan didasari oleh sebuah

ikon (Tufts & Milne, 1999) akan lebih membantu dalam

meningkatkan kunjungan. Sebaliknya atraksi yang terisolasi

kesulitan untuk menarik pengunjung khususnya jika objek wisata

tersebut terletak di daerah pinggiran (Caffy & Lutz, 1999). Masalah

ini menjadi lebih buruk lagi jika objek wisata tersebut

mencerminkan kelas objek wisata rendah, dalam kasus ini

kenyamanan memainkan peran yang sangat penting, yang berati

bahwa secara signifikan melibatkan uang dan usaha emosional untuk

mencapai lokasi objek wisata, turis akan lebih memilih aktivitas lain.

Sejumlah studi terbaru menunjukan bahwa produk wisata

budaya merupakan atraksi sekunder untuk mayoritas yang disebut

Page 21: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

27

„wisatawan budaya‟ (DKS, 1999; McKercher & du Cris, 2003;

Richards, 2002; Silberberg,1995). Mereka berkunjung untuk

mendapatkan hiburan bukan keinginan yang mendalam untuk belajar

tentang warisan budaya yang terkandung di dalamnya, misalnya

seorang kurator museum membuktikan bahwa dengan menawarkan

„edutaiment‟ pengalaman dibandingkan dengan pendidikan yang

ketat akan lebih meningkatkan kunjungan (McKercher dkk, 2004)

Berdasarkan penelitian pada 1100 wisatawan budaya di hong

kong 70% dari wisatawan tersebut hanya mengunjungi 10 tempat –

tempat populer sementara kurang lebih 100 situs bersejarah lain

tidak mendapatkan kunjungan (McKercher dkk,2004).

Kemungkinan hal ini disebabkan karena objek – objek yang kurang

dikunjungi tersebut belum memiliki kualitas untuk tampil sebagai

produk yang layak. Namun sampai dengan saat ini hanya ada sedikit

mekanisme untuk menilai potensi wisata. Oleh karena itu dalam

penelitiannya McKercher dkk (2004), maka dirumuskan aspek –

aspek penilaian ke dalam 4 kriteria yaitu :

1. Nilai Budaya

Unsur – unsur yang meliputi penilaian dalam aspek nilai

budaya meliputi aset budaya yang ada dapat menahan

kunjungan wisatawan tanpa merusak nilai – nilai budaya

yang ada baik yang berwujud maupun tidak berwujud seperti

merusak bentuk fisik aset budaya yang ada, maupun merusak

nilai – nilai budaya yang terkandung dalam aset tersebut,

serta mencerminkan tradisi budaya yang unik memiliki daya

Page 22: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

28

tarik tersendiri serta berbeda dengan tradisi budaya

masyarakat di daerah lain, mencerminkan budaya lokal,

regional atau internasional. Melalui kunjungan wisatawan

dapat tercipta hubungan emosional dengan pengunjung

misalnya ketika seorang wisatawan berkunjung wisatawan

tersebut dapat merasakan pengalaman yang berkesan bagi

dirinya,dan apakah aset tersebut layak untuk dilestarikan

sebagai representatif dari warisan budaya masyarakat

2. Nilai Fisik

Unsur – unsur yang meliputi penilaian dalam aspek nilai

fisik meliputi aksebilitas seluruh area situs, apakah situs

tersebut memiliki potensi yang membahayakan pengunjung,

keadaan fisik situs memungkinkan untuk dilaksanakannya

perbaikan dan apakah keasliannya dapat rusak setelah

perbaikan dilakukan, Apakah situs tersebut dapat

dimodifikasi untuk digunakan dalam hal ini modifikasi

tersebut diperbolehkan secara hukum dan mudah untuk

dilakukan,dan situs tersebut dalam batas – batas fisik dan

pengaturan daerah sekitarnya menarik bagi wisatawan.

3. Produk pariwisata

Unsur – unsur yang meliputi penilaian dalam aspek

produk pariwisata meliputi situs tersebut cukup besar untuk

menarik dan mempertahankan kunjungan wisatawan untuk

waktu yang lama, upaya wisatawan untuk mencapai lokasi

Page 23: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

29

situs sebanding untuk melakukan kunjungan yang berkesan

dari segi waktu, biaya, dan usaha. Apakah di daerah sekitar

situs ada situs – situs lain baik yang sejenis maupun yang

berbeda jenis. Besarnya potensi situs tersebut untuk daya

tarik wisata pasar.

4. Pengalaman

Unsur – unsur yang meliputi penilaian dalam aspek nilai

fisik meliputi potensi aset tersebut dalam menawarkan

pengalaman menarik bagi wisatawan, pengalaman yang

intens dan menghibur, serta potensi untuk memenuhi

harapan – harapan wisatawan yang berbeda – beda. Seberapa

autentik pengalaman yang didapatkan para wisatawan secara

umum yang ditawarkan oleh aset, kesan atau interpretasi baik

dari aset tersebut.

2.6 Metode 360 Derajat

Metode 360 derajat adalah proses umpan balik yang biasanya

diterapkan dalam penilaian kinerja karyawan, penilaian melibatkan

kuisioner standar yang tampak di sejumlah dimensi prestasi kerja

individu. Biasanya formulir akan dikirimkan ke seorang supervisor,

teman sebaya dan laporan langsung, menciptakan lingkaran penuh ,

umpan balik. Individu mengisi kuisioner ini dengan pandangan

mereka sendiri. Kemudian perusahaan membuat alat umpan balik

merangkum data hasil kuisioner ini lalu laporannya bersifat rahasia

dikirimkan ke masing – masing individu (Liviu dkk, 2008).

Page 24: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

30

Gambar 2.2 Siklus Metode 360 Derajat

Pada Gambar 2.2 dalam metode umpan balik tradisional

penilaian hanya dilakukan secara searah yaitu dari atasan ke

bawahan dalam penelitian ini yaitu dari pemerintah ke objek wisata.

Penilaiannya terkadang tidak objektif karena dilakukan secara searah

yaitu dalam bentuk evaluasi dari atasan ke bawahan dengan tidak

melibatkan kelompok – kelompok yang terkait dalam objek wisata

tersebut, tetapi dengan metode 360 derajat penilaian dilakukan

secara menyeluruh membentuk lingkaran dari atasan rekan sekerja

maupun bawahan, dalam penelitian ini penilaian dilakukan secara

menyeluruh dengan melibatkan pemerintah, masyarakat, ketua adat

dan wisatawan. Perbedaannya yang sangat penting yaitu fokus dari

metode ini adalah pada umpan balik dan bukan evaluasi, dengan

mengambil informasi di luar dari kelompok – kelompok yang

terkait dengan objek wisata dari evaluasi formal organisasi dengan

segala implikasinya pada pengembangan objek wisata.

Page 25: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

31

Proses penilaian kinerja dengan model 360 derajat terdiri

atas lima tahap yaitu : perencanaan kinerja, pelaksanaan kinerja,

pengukuran kinerja, peninjauan kinerja, serta pembaharuan dan

pembuatan perjanjian. Dari hasil penelitian akan diketahui hasil

penilaian objek wisata yang memiliki potensi yang baik serta efektif

namun ada juga beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan

perbaikan demi mencapai tujuan pengembangan dalam perencanaan

(Maylett & Riboldi, 2007).

2.7 Gambaran Umum Pariwisata Kabupaten Poso

Kabupaten Poso terletak di propinsi Sulawesi Tengah, posisi

kabupaten poso terletak di tengah pulau sulawesi merupakan jalur

strategis yang menghubungkan antar provinsi di pulau sulawesi. Saat

ini kabupaten Poso memiliki luas 8.712,25 km2 atau 12,81% dari

luas dataran provinsi Sulawesi Tengah (Dinas Pariwisata Kabupaten

Poso, 2011). Sektor pariwisata sebagai salah satu aset ekonomi

kabupaten Poso mempunyai arti penting bagi perekonomian daerah

ini, karena dinominasi oleh aset – aset kekayaan alam.

Prioritas pembangunan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Poso perlu diarahkan untuk mewujudkan Kabupaten

Poso menjadi salah satu tujuan wisata dengan memaksimalkan

jumlah kunjungan wisatawan asing maupun lokal untuk

meningkatkan pendapatan asli daerah melalui sektor pariwisata.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Poso memiliki visi

“Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pariwisata dan

Kebudayaan”. Di Kabupaten Poso terdapat banyak objek wisata

Page 26: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

32

yang belum di kelola dengan baik, sampai saat ini hanya 7 objek

wisata yang sudah terdata yaitu:

1. Taman Anggrek Bancea

Taman anggrek bancea terletak di desa bancea kecamatan

pamona selatan, jaraknya sekitar kurang lebih 16 km dari

ibukota kecamatan pendolo. Objek tersebut dapat ditempuh

dengan roda dua dan roda empat atau dengan melewati

danau. Taman anggrek ini memiliki luas kurang lebih 5

hektar, di dalamnya terdapat tanaman anggrek hitam yang

unik dan langka hanya tumbuh di daerah ini dan banyak

spesies anggrek lainnya. Waktu yang tepat untuk melihat

beraneka ragam spesies anggrek di tempat ini adalah pada

bulan oktober sampai dengan bulan desember.

Gambar 2.3 Taman Anggrek Bancea

2. Goa Latea

Goa latea merupakan goa alam yang terdiri dari dua buah

goa yang berada di bukit kapur. Di dalam goa tersebut masih

Page 27: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

33

terdapat benda cagar budaya berupa peti dan tengkorak

manusia. Goa latea terletak di kelurahan sangele dan

jaraknya kurang lebih 1 km dari ibukota kecamatan, dapat

ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat

maupun berjalan kaki.

Gambar 2.4 Goa Latea

3. Pantai Siuri

Pantai siuri terletak di kecamatan pamona barat, jaraknya

sekitar 17 km dari ibukota kecamatan Pamona Utara,

keunikan dari pantai ini adalah pasirnya yang berwana putih

bersih dan pantai ini merupakan bagian dari danau poso

karena pemandangannya yang seperti pantai masyarakat

menamakan tempat ini pantai siuri, di sekitar objek wisata ini

terdapat cottages, restaurant dan shelter sehingga

memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pengunjung.

Page 28: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

34

Gambar 2.5 Pantai Siuri

4. Patung Palindo

Patung palindo terbentang di padang sepe dengan ketinggian

kurang lebih 4 meter. Patung ini terletak di desa kolori

kecamatan lore barat. Jaraknya sekitar 2 km dari desa bomba

apat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun berjalan

kaki.

Gambar 2.6 Patung Palindo

Page 29: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

35

5. Air Terjun Tindoli

Air terjun tindoli memiliki ketinggian kurang lebih 7 meter

terletak di desa tindoli, jaraknya kurang lebih 6 km dari

ibukota kecamatan pamona tenggara. Objek ini dapat

ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat

sampai ke desa tindoli kemudian pengunjung harus berjalan

kaki sekitar 500 meter menuju lokasi air terjun, pada bagian

atas lokasi air terjun terdapat benteng tua.

Gambar 2.7 Air Terjun Tindoli

6. Danau Poso

Danau poso merupakan danau terbesar ketiga di Indonesia

yang terletak di wilayah 4 kecamatan di kabupaten poso,

luasnya kurang lebih 3200 Hektar dengan panorama alam

yang indah, udara yang sejuk, hamparan pasir putih yang

indah serta lereng perbukitan dan hutan disekitarnya. Danau

ini berada di ketinggian kurang lebih 600 meter diatas

permukaan laut dengan kedalaman kurang lebih 510 meter,

Page 30: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

36

keunikannya adalah air danau poso tidak pernah keruh dan

terdapat legenda yang menarik.

Gambar 2.8 Danau Poso

7. Air Terjun Saluopa

Air terjun saluopa terletak di dekat desa tonusu yang

berjarak 15 km dari ibukota kecamatan tentena, dapat

ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Air terjun ini memiliki 12 tingkat dan airnya selalu jernih, air

terjun saluopa terletak di tengah hutan yang masih asli dan di

bagian atas air terjun terdapat tanah lapang yang sering

digunakan untuk perkemahan.

Page 31: BAB 2 Tinjauan Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1745/3/T1_672007161_BAB … · pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

37

Gambar 2.9 Air Terjun Saluopa

Berdasarkan paparan di atas, maka kabupaten Poso memiliki

potensi pariwisata yang cukup besar. Apabila potensi objek

pariwisata tersebut dikelola dan dikembangkan dengan baik maka

hal ini menjadi aset pendapatan asli daerah bagi kabupaten Poso.