prosedur kompensasi rspo terkait dengan pembukaan lahan ... · didefinisikan dalam dokumen sistem...

24
1 Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan yang Dilakukan Tanpa Didahului oleh Identifikasi NKT Dokumen final untuk konsultasi publik tanggal 1 Agustus 2013 1. Pendahuluan Standar Roundtable for Sustainable Palm Oil (selanjutnya dalam dokumen ini disebut sebagai “RSPO”) untuk produksi minyak kelapa sawit berkelanjutan, seperti dituangkan dalam Prinsip dan Kriteria (“P&C”) RSPO, mengidentifikasi kerugian potensial hutan primer atau Nilai Konservasi Tinggi (“NKT”) 1 yang mungkin timbul akibat pengembangan perkebunan baru sebagai isu kunci yang harus ditangani. Versi pertama P&C pada tahun 2007 diikuti oleh panduan spesifik mengenai prosedur penanaman yang mengharuskan adanya kajian NKT sebelum melakukan pengembangan penanaman baru. Revisi P&C telah dilakukan sebelumnya pada tahun 2013. Perbedaan yang jelas antara versi tahun 2007 dan 2013 terkait dengan pembukaan lahan adalah syarat di mana pekebun diminta untuk menunjukkan bahwa tidak ada lagi pembukaan lahan NKT yang dilakukan semenjak tahun 2005. Jika pembukaan lahan dilakukan antara tahun 2005 dan 2013, maka tidak perlu ada kompensasi jika pekebun dapat memberikan bukti bahwa mereka telah melakukan kajian NKT sebelum melakukan konversi pemanfaatan lahan. Akan tetapi jika pembukaan lahan terjadi setelah diterbitkannya P&C tahun 2013, maka pekebun harus membuktikan bahwa pembukaan lahan dilakukan setelah kajian NKT yang ditambahkan dengan analisis perubahan pemanfaatan lahan (Land Use Change/LUC). Prinsip, kriteria dan indikator wajib sesuai versi tahun 2013 mencantumkan bahwa: (Kriteria 7.3) Penanaman baru sejak November 2005 tidak menggantikan hutan primer atau kawasan yang diperlukan untuk mempertahankan atau meningkatkan satu atau beberapa NKT. 7.3.1 Harus dibuktikan bahwa tidak ada penanaman baru yang menggantikan hutan primer atau wilayah lain yang diperlukan untuk mempertahankan atau meningkatkan satu atau lebih NKT sejak November 2005. Penanaman baru harus direncanakan dan dikelola untuk memastikan bahwa NKT yang telah diidentifikasi dipertahankan dan/atau ditingkatkan (lihat Kriteria 5.2). 7.3.2 Kajian NKT secara menyeluruh, termasuk konsultasi dengan para pemangku kepentingan, harus dilaksanakan sebelum alih guna lahan atau penanaman baru. Hal ini termasuk analisis perubahan pemanfaatan lahan untuk melihat perubahan terhadap vegetasi sejak November 2005. Dengan mempergunakan angka proksi, analisis ini akan digunakan sebagai indikasi perubahan status NKT. 7.3.3 Tanggal persiapan lahan dan waktu dimulainya kegiatan harus tercatat. Panduan khusus untuk 7.3.1: Bila lahan telah dibuka sejak November 2005 tanpa adanya kajian NKT yang memadai, maka lahan tersebut akan dikeluarkan dari program sertifikasi RSPO sampai rencana kompensasi NKT sebagaimana mestinya selesai dikembangkan dan diterima oleh RSPO. Sementara prinsip, kriteria dan indikator wajib terkait versi tahun 2007 mencantumkan bahwa: 1 NKT didefinisikan dalam perangkat NKT umum dan interpretasi nasional (jika tersedia). Informasi terbaru mengenai perangkat dan definisi NKT tersedia pada laman Jejaring Sumberdaya NKT di www.hcvnetwork.org/

Upload: truongdang

Post on 03-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

1

Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan yang Dilakukan Tanpa Didahului oleh

Identifikasi NKT

Dokumen final untuk konsultasi publik tanggal 1 Agustus 2013

1. Pendahuluan

Standar Roundtable for Sustainable Palm Oil (selanjutnya dalam dokumen ini disebut sebagai “RSPO”) untuk

produksi minyak kelapa sawit berkelanjutan, seperti dituangkan dalam Prinsip dan Kriteria (“P&C”) RSPO,

mengidentifikasi kerugian potensial hutan primer atau Nilai Konservasi Tinggi (“NKT”)1 yang mungkin timbul

akibat pengembangan perkebunan baru sebagai isu kunci yang harus ditangani. Versi pertama P&C pada tahun

2007 diikuti oleh panduan spesifik mengenai prosedur penanaman yang mengharuskan adanya kajian NKT

sebelum melakukan pengembangan penanaman baru. Revisi P&C telah dilakukan sebelumnya pada tahun 2013.

Perbedaan yang jelas antara versi tahun 2007 dan 2013 terkait dengan pembukaan lahan adalah syarat di mana

pekebun diminta untuk menunjukkan bahwa tidak ada lagi pembukaan lahan NKT yang dilakukan semenjak tahun

2005. Jika pembukaan lahan dilakukan antara tahun 2005 dan 2013, maka tidak perlu ada kompensasi jika

pekebun dapat memberikan bukti bahwa mereka telah melakukan kajian NKT sebelum melakukan konversi

pemanfaatan lahan. Akan tetapi jika pembukaan lahan terjadi setelah diterbitkannya P&C tahun 2013, maka

pekebun harus membuktikan bahwa pembukaan lahan dilakukan setelah kajian NKT yang ditambahkan dengan

analisis perubahan pemanfaatan lahan (Land Use Change/LUC).

Prinsip, kriteria dan indikator wajib sesuai versi tahun 2013 mencantumkan bahwa:

(Kriteria 7.3) Penanaman baru sejak November 2005 tidak menggantikan hutan primer atau kawasan yang

diperlukan untuk mempertahankan atau meningkatkan satu atau beberapa NKT.

7.3.1 Harus dibuktikan bahwa tidak ada penanaman baru yang menggantikan hutan primer atau wilayah lain yang diperlukan untuk mempertahankan atau meningkatkan satu atau lebih NKT sejak November 2005. Penanaman baru harus direncanakan dan dikelola untuk memastikan bahwa NKT yang telah diidentifikasi dipertahankan dan/atau ditingkatkan (lihat Kriteria 5.2).

7.3.2 Kajian NKT secara menyeluruh, termasuk konsultasi dengan para pemangku kepentingan, harus dilaksanakan sebelum alih guna lahan atau penanaman baru. Hal ini termasuk analisis perubahan pemanfaatan lahan untuk melihat perubahan terhadap vegetasi sejak November 2005. Dengan mempergunakan angka proksi, analisis ini akan digunakan sebagai indikasi perubahan status NKT.

7.3.3 Tanggal persiapan lahan dan waktu dimulainya kegiatan harus tercatat.

Panduan khusus untuk 7.3.1: Bila lahan telah dibuka sejak November 2005 tanpa adanya kajian NKT yang memadai, maka lahan tersebut akan dikeluarkan dari program sertifikasi RSPO sampai rencana kompensasi NKT sebagaimana mestinya selesai dikembangkan dan diterima oleh RSPO.

Sementara prinsip, kriteria dan indikator wajib terkait versi tahun 2007 mencantumkan bahwa:

1 NKT didefinisikan dalam perangkat NKT umum dan interpretasi nasional (jika tersedia). Informasi terbaru mengenai perangkat dan definisi NKT tersedia pada laman Jejaring Sumberdaya NKT di www.hcvnetwork.org/

Page 2: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

2

Kriteria 7.3 Penanaman baru sejak November 2005 tidak menggantikan hutan primer atau kawasan yang diperlukan untuk mempertahankan atau meningkatkan satu NKT atau lebih.

Kajian NKT, termasuk konsultasi para pemangku kepentingan, dilaksanakan sebelum konversi terjadi.

Tanggal pelaksanaan persiapan lahan dan waktu dimulainya kegiatan harus tercatat.

Ketentuan-ketentuan ini dalam standar RSPO dimaksudkan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati, jasa

dan nilai lingkungan dan sosio-kultural yang penting, serta menjaga wilayah yang perlu dipertahankan untuk

mempertahankan nilai-nilai tersebut dalam konteks perluasan perkebunan kelapa sawit. Dengan demikian nilai-

nilai ini menjadi penyusun elemen inti sistem RSPO.

Karena menyadari bahwa pengertian dan pelaksanaan ketentuan-ketentuan ini telah dilakukan secara bertahap

dan bahwa telah terjadi ketidakpatuhan dikarenakan beragam sebab, terutama karena lahan belum bersertifikasi,

maka Badan Eksekutif RSPO menyetujui Prosedur Penanaman Baru (New Planting Procedure/NPP), yang berlaku

efektif sejak tanggal 1 Januari 2010. Prosedur ini mewajibkan semua anggota RSPO yang terlibat dalam produksi

minyak sawit untuk menunjukkan, sebagaimana diverifikasi oleh badan sertifikasi RSPO yang terakreditasi, bahwa

mereka telah melakukan kajian dampak sosial dan lingkungan yang independen, komprehensif dan partisipatif –

termasuk identifikasi hutan primer, wilayah yang perlu dipertahankan untuk menjaga NKT, lahan gambut dan

lahan milik masyarakat – sebelum dilakukan pembukaan lahan baru. Jika diinterpretasikan secara ketat,

persyaratan-persyaratan ini, sebagaimana dikombinasikan dengan ketentuan RSPO terhadap sertifikasi parsial,2

telah secara efektif mengeluarkan pekebun yang mengelola wilayah yang dibuka untuk tujuan ekspansi tanpa

melakukan kajian NKT pasca November tahun 2005 dari sertifikasi RSPO.

Namun demikian, menyadari bahwa pembukaan lahan yang dilakukan tanpa didahului kajian NKT dapat terjadi

karena berbagai macam sebab (termasuk ketidaktahuan akan ketentuan-ketentuan RSPO pada saat itu, kegiatan

yang dilakukan oleh pemilik sebelumnya, dan kesalahan dalam atau pelaksanaan yang tidak sesuai dengan

prosedur operasional), maka Badan Eksekutif RSPO lebih memilih RSPO untuk mengembangkan Prosedur

Kompensasi daripada memaksakan ketentuan-ketentuan yang akan selamanya menghalangi para pekebun untuk

mendapatkan sertifikasi atau bahkan menjadi anggota RSPO.

Kompensasi diwajibkan bagi semua pembukaan lahan pasca tahun 2005 yang dilakukan tanpa kajian NKT terlebih

dahulu terhadap lahan yang dikuasai oleh (i) organisasi induknya; atau (ii) anak perusahaannya yang sahamnya

dimiliki secara mayoritas dan/atau yang dikelola olehnya dan terdaftar sebagai anggota RSPO, terlepas dari

pembukaan lahan tersebut dilakukan sebelum atau sesudah aset lahan tersebut diakuisisi atau disewa. Seperti

didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan

sebagai pemegang saham paling besar (saham pengendali). Akan tetapi jika kepemilikan saham sama besarnya

(misalnya 50/50), maka hal ini berlaku bagi organisasi yang memiliki kendali atas manajemen perusahaan.

Prosedur kompensasi juga berlaku bagi aset lahan yang disewa atau diakuisisi oleh anggota RSPO, dan aturan

pemegang saham terbesar/pengendali masih berlaku.

Prosedur kompensasi yang dijelaskan di bawah ini memungkinkan pemohon sertifikasi yang mengelola suatu

wilayah yang tidak memenuhi Kriteria 7.3 dan/atau ketentuan Prosedur Penanaman Baru (NPP) untuk

mengajukan sertifikasi (atau mempertahankan status sertifikasinya) dengan syarat sebagai berikut:

2 Klausul 4.2.4 dari Sistem Sertifikasi mensyaratkan pekebun untuk berkomitmen pada jadwal untuk mensertifikasi seluruh lahan yang berada dibawah kontrol mereka

Page 3: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

3

i. menunjukkan perubahan pada prosedur operasi standar (SOP) mereka;

ii. sepakat untuk melakukan pemulihan (remediasi)/kompensasi terhadap kehilangan apapun dari NKT 4, 5,

dan 6 dengan masyarakat yang terkena dampak; dan

iii. melaksanakan tindakan konservasi keanekaragaman hayati sebagaimana diatur dalam Prosedur

Kompensasi ini.

Pendekatan ini memiliki dua tujuan, yaitu:

memungkinkan RSPO untuk memenuhi misinya dalam meningkatkan produksi, pengadaan , pembiayaan dan

penggunaan produk minyak sawit berkelanjutan dengan cara melibatkan pekebun yang berkomitmen dalam

jangkauan yang lebih luas; dan

memungkinkan para pekebun yang bertanggung jawab untuk memperbaiki operasinya, yang diakibatkan

oleh ketidakpatuhan pada peraturan, sehingga mereka dapat mengajukan atau mempertahankan

sertifikasinya sebagai cara untuk menunjukkan komitmen masing-masing terhadap keberlanjutan.

Pekebun anggota harus memperhatikan bahwa kajian NKT yang dilakukan sebelum pengesahan P&C baru harus

dilakukan oleh penilai NKT yang disetujui RSPO dan dilaksanakan sesuai dengan panduan NKT Nasional, jika ada.

Peraturan-peraturan baru yang diatur oleh Kriteria 7.3 seperti disebutkan dalam P&C tahun 2013 tidak berlaku

ke belakang (retroaktif) bagi kajian NKT yang sudah pernah dilakukan di masa lalu.

2. Pendahuluan

Dokumen ini berisi Prosedur Kompensasi RSPO yang sifatnya wajib dan berlaku bagi ketidakpatuhan terhadap

ketentuan Prinsip dan Kriteria RSPO 7.3 dan/atau Prosedur Penanaman Baru (NPP). Dokumen ini didasari oleh

kerja dan rekomendasi Gugus Tugas Kompensasi (Compensation Task Force/CTF), sebuah sub-unit di bawah

Kelompok Kerja Keanekaragaman Hayati dan NKT (“BHCV-WG”) RSPO pada tahun 2011, yang berangkat dari kerja

awal oleh Badan Eksekutif, gagasan yang dikembangkan oleh Kelompok Kerja Indonesia untuk NKT RSPO (HCV

RIWG), dan hasil lokakarya bersama para anggota RSPO pada Roundtable RSPO ke-8 di Jakarta pada bulan

November 2010.

Prosedur ini juga mengambil pengalaman dari dua kasus keluhan awal. Kasus-kasus ini secara pasti menunjukkan

bawa usaha untuk menilai kerugian nyata dari NKT melalui analisis NKT secara retrospektif melalui catatan sejarah

merupakan hal yang sulit dilakukan, membutuhkan banyak waktu dan hasilnya pun jauh dari memuaskan. Gugus

Tugas Kompensasi juga menyimpulkan bahwa pemulihan wilayah ekosistem alami yang luas pada lahan yang

sudah ditanami kelapa sawit sering kali kurang efektif dibandingkan dengan pelaksanaan tindakan konservasi di

luar perkebunan. Prosedur Kompensasi mempertimbangkan pelajaran-pelajaran ini, merancang pendekatan

berdasarkan angka proksi untuk menghitung tanggung jawab kompensasi berdasarkan citra satelit dari tutupan

vegetasi sebelumnya pada wilayah yang sudah dibuka, dengan mengimplementasikan tindakan konservasi yang

dapat diterima di dalam dan di luar lokasi.

Meskipun unsur-unsur dalam dokumen ini dapat direvisi seiring dengan terkumpulnya lebih banyak pengalaman,

rencana kompensasi diasumsikan berdasar atas versi dokumen yang valid pada saat proses kompensasi formal

dimulai, dan tunduk pada perubahan lebih lanjut hanya jika disepakati bersama antara pekebun dan RSPO.

Jika terdapat sengketa terkait isi atau interpretasi Prosedur Kompensasi, maka keputusan akhir akan diambil oleh

Panel Pengaduan RSPO.

Page 4: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

4

3. Ketentuan-ketentuan kunci dan prinsip panduan pemandu

Prosedur kompensasi mencakup beberapa ketentuan sebagai berikut (lihat juga diagram alur ringkasan dalam

Lampiran 1):

disklosur informasi mengenai pembukaan lahan yang tidak sesuai ketentuan;

analisis dan laporan perubahan pemanfaatan lahan;

pemulihan (remediasi) wilayah yang terlarang bagi penanaman kelapa sawit oleh P&C RSPO (contoh:

kawasan tepian sungai dan wilayah terjal);

pembuktian diimplementasikannya prosedur operasi standar (SOP) secara efektif;

remediasi/kompensasi yang dilakukan kepada pemangku kepentingan yang terkena dampak akibat

hilangnya NKT 4-6

penghitungan tanggung jawab kompensasi tambahan;

merencanakan proyek-proyek kompensasi; dan

mengimplementasikan proyek konservasi dan memonitor hasilnya.

Prosedur Kompensasi mencerminkan prinsip-prinsip panduan sebagai berikut.

i. Kasus-kasus terdahulu perihal pembukaan lahan yang tidak disertai kajian NKT memiliki tanggung jawab

kompensasi yang lebih kecil dibandingkan kasus terkini. Oleh karenanya prosedur ini membedakan antara

pembukaan lahan yang tidak sesuai ketentuan, yang dilakukan mulai dari bulan November 2005 hingga

tanggal 31 Desember 2009, dan pembukaan lahan yang dilakukan mulai 1 Januari 2010 (ketika NPP

diberlakukan) hingga saat ini (saat Prosedur Kompensasi diberlakukan). Bagi pembukaan lahan yang tidak

sesuai di masa mendatang, tanggung jawab kompensasi dirancang sedemikian rupa untuk mengurangi

tindakan ‘buka dan bayar’. Namun hal ini tetap memungkinkan anggota baru untuk bergabung dengan

RSPO di masa mendatang dan bagi anggota RSPO untuk memperoleh tanah sewaan dari non-anggota dan

tetap dapat meneruskan sertifikasi.

ii. Ketidaksesuaian pembukaan lahan oleh anggota RSPO pada saat pembukaan lahan, dan terutama pekebun

RSPO yang bersertifikat, membawa tanggung jawab kompensasi yang lebih tinggi dibandingkan

pembukaan lahan yang dilakukan oleh non-anggota RSPO. Hal ini karena anggota secara formal

berkomitmen terhadap RSPO dan diharapkan memiliki informasi lebih baik mengenai ketentuan-ketentuan

RSPO dibandingkan dengan non-anggota. Perlu diperhatikan bahwa prosedur kompensasi berlaku di

belahan dunia manapun, termasuk pekebun pada wilayah yang belum dijangkau oleh RSPO dan yang

mencoba untuk memperoleh keanggotaan RSPO dan/atau meminta sertifikasi RSPO di masa mendatang.

iii. Prosedur-prosedur ini dirancang untuk memungkinkan fleksibilitas pekebun dalam memenuhi tanggung

jawab kompensasi mereka dan mendorong tindakan konservasi yang dapat memaksimalkan hasil

konservasi dalam kaitannya dengan sumber daya yang dialokasikan.

iv. Meskipun RSPO berusaha memastikan bahwa para anggotanya melakukan uji tuntas (due diligence)

sebelum mengakuisisi lahan untuk kelapa sawit, RSPO juga menyadari bahwa perusahaan tidak dapat

bertanggung jawab atas semua pembukaan lahan sejak tahun 2005 sebelum berada di bawah manajemen

mereka. Secara khusus RSPO mendorong anggotanya untuk memperluas lahan mereka pada lahan yang

sesuai ketentuan yang berlaku, dan ini sering kali merupakan lahan yang sudah dibuka oleh masyarakat

untuk kepentingan sendiri. Oleh karena itu, dalam beberapa kasus Prosedur Kompensasi membedakan

antara lahan yang dibuka untuk kepentingan komersial dan non komersial (lihat kamus istilah untuk

Page 5: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

5

melihat definisi), di mana pekebun tidak diharuskan untuk melakukan kompensasi atas lahan yang terbukti

dibuka untuk tujuan non komersial.

4. Panel Kompensasi

Setiap kasus kompensasi akan ditangani oleh Panel Kompensasi. Untuk tiap kasus, wakil ketua BHCV WG akan

menunjuk Panel Kompensasi yang terdiri dari empat anggota RSPO, lebih diutamakan anggota dari BHCV WG,

yang memiliki keahlian sesuai dengan kasus kompensasi, ditambah satu anggota dari sekretariat RSPO, serta

didukung oleh tenaga tambahan jika diperlukan, selambat-lambatnya 20 hari setelah notifikasi perihal kasus

kompensasi yang bersangkutan. Wakil ketua BHCV WG akan menginformasikan BHCV WG mengenai

pembentukan Panel Kompensasi dan segala bentuk keberatan harus diajukan selambatnya lima hari kerja. Panel

Kompensasi akan melapor kepada BHCV WG mengenai keputusannya dalam kasus kompensasi.

Pada saat pencalonan, anggota-anggota terpilih dari Panel Kompensasi harus mendisklosur informasi seandainya

ada konflik kepentingan. Wakil ketua BHCV WG akan menelaah semua konflik kepentingan sebelum tiap kasus

dimulai, dan anggota Panel Kompensasi melalui wakil ketua akan mengundang anggota pengganti jika diperlukan

agar memperoleh keseimbangan dan keahlian. Pemilihan anggota ahli setidaknya harus memperoleh satu

anggota yang memiliki pengetahuan lokal dan harus ditempatkan dekat dengan tempat bertugas agar mereka

dapat leluasa bergerak untuk melakukan investigasi lebih lanjut, sekaligus tetap mempertahankan kemandirian.

5. Disklosur informasi mengenai Pembukaan Lahan yang Tidak Sesuai Ketentuan

Pekebun anggota RSPO harus, dalam waktu enam bulan [sejak tanggal disahkannya Prosedur Kompensasi

ini oleh Badan Eksekutif], mendisklosur informasi kepada Direktur Teknis RSPO perihal seluruh pembukaan

lahan untuk tujuan ekspansi pasca 2005 yang dilakukan tanpa ada kajian NKT terlebih dahulu pada lahan

yang berada dalam pengelolaannya, atau menyatakan secara tertulis di laman situs RSPO bahwa tidak

pernah dilakukan pembukaan lahan semacam itu, sebelum dilakukannya komentar publik selama dua pekan

pada periode permohonan keanggotaan. Untuk memenuhi persyaratan untuk menjadi anggota RSPO,

pekebun harus melalui proses kompensasi untuk semua pembukaan lahan yang tidak sesuai ketentuan.

Pekebun yang mendaftar menjadi anggota RSPO harus mendisklosur informasi kepada Direktur Teknis RSPO

mengenai pembukaan lahan untuk tujuan ekspansi yang dilakukan pasca 2005 tanpa ada kajian NKT terlebih

dahulu terhadap lahan yang dikelolanya, atau jika tidak, membuat pernyataan tertulis di laman situs RSPO

bahwa tidak pernah ada pembukaan lahan yang demikian, sebelum dilakukannya komentar publik selama

dua pekan pada periode permohonan keanggotaan. Agar memenuhi semua persyaratan untuk menjadi

anggota RSPO, pekebun harus menjalani proses kompensasi untuk mengetahui ada tidaknya pembukaan

lahan yang dilakukan tidak sesuai ketentuan.

Pekebun bersertifikat atau pekebun yang mengikuti sertifikasi RSPO harus mendisklosur informasi kepada

Badan Sertifikasi dan Direktur Teknis RSPO mengenai semua pembukaan lahan untuk ekspansi pasca 2005

yang tidak didahului oleh kajian NKT pada lahan yang dikuasainya (dimiliki, dikelola, disewa atau diakuisisi),

atau menyatakan secara tertulis bahwa pembukaan lahan yang demikian tidak pernah terjadi. Kepatuhan

terhadap peraturan ini akan diaudit oleh Badan Sertifikasi, yang akan melaporkan segala hal yang tidak

didisklosur kepada Panel Pengaduan. Untuk memenuhi persyaratan untuk sertifikasi pertama pada wilayah

yang tidak dibebankan tanggung jawab kompensasi, pekebun harus menjalani proses kompensasi atas

semua pembukaan lahan yang tidak sesuai ketentuan. Prinsip di sini adalah semua pekebun harus melakukan

disklosur seluruh informasi mengenai lahan mereka pada saat pertama kali mereka mengikuti sertifikasi.

Page 6: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

6

Prosedur Kompensasi akan berlaku terhadap pekebun yang atas prakarsa sendiri mendisklosur informasi kepada

Direktur Teknis RSPO tentang segala pembukaan lahan yang tidak sesuai aturan dalam rentang waktu yang telah

ditentukan. Setelah rencana kompensasi disetujui dan mulai dilaksanakan, maka proses sertifikasi pada unit

operasi lain yang tidak memiliki kasus kompensasi dapat dilanjutkan.

Kasus ketidaksesuaian yang diketahui melalui audit Badan Sertifikasi, atau yang dilaporkan oleh pemangku

kepentingan lain pada tahap selanjutnya akan dilaporkan pada Panel Pengaduan. Kasus-kasus semacam ini dapat

berakibat pada penangguhan atau penarikan sertifikat, dan/atau pencabutan keanggotaan RSPO.

6. Perubahan SOP yang Disetujui

Dalam waktu 60 hari kerja, para anggota harus mengajukan SOP mereka (telah disetujui oleh pimpinan

manajemen perusahaan) untuk menunjukkan bahwa mereka telah memasukkan tindakan sebagaimana mestinya

untuk menghindari dilakukannya pembukaan lahan baru di masa yang akan datang yang tidak sesuai aturan.

7. Analisis Perubahan Pemanfaatan Lahan (LUC)

Pekebun yang menjalani proses kompensasi memiliki pilihan untuk: a) melakukan kompensasi atas seluruh

wilayah yang dibuka dengan menggunakan koefisien 1 (lihat di bawah) tanpa melakukan analisis perubahan

pemanfaatan lahan (LUC); atau b) melakukan analisis LUC untuk mengidentifikasi setiap kasus pembukaan lahan

sejak 1 November 2005, yang dilakukan tanpa melalui kajian NKT terlebih dahulu.

7.1. Tanggung jawab kompensasi yang muncul akibat hilangnya NKT 4-6 harus diidentifikasi dan dikaji melalui

dialog dengan pemangku kepentingan dan masyarakat yang terkena dampak seperti dijelaskan pada sesi 9.

7.2. Wilayah yang tidak boleh dibuka dan tidak boleh ditanami kelapa sawit menurut P&C (contohnya kawasan

tepian sungai dan wilayah terjal) harus diidentifikasi dan dipulihkan.

7.3. Untuk tujuan kompensasi atas potensi kehilangan NKT 1-3, maka semua pembukaan lahan yang dilakukan

sebelum kajian NKT (termasuk wilayah yang diidentifikasi untuk dipulihkan pada poin 7.2) harus dihitung dan

diklasifikasikan berdasarkan kategori berikut:

antara November 2005 dan 31 Desember 2009;

antara 1 Januari 2010 dan [tanggal dimulainya Prosedur Kompensasi3]; dan

setelah [tanggal dimulainya Prosedur Kompensasi]

Analisis yang dilakukan juga harus menilai, apakah lahan tersebut dibuka:

untuk tujuan komersial (oleh anggota atau non-anggota) sebagaimana didefinisikan dalam daftar istilah di

bawah ini; atau

untuk tujuan non komersial seperti didefinisikan dalam daftar istilah.

Wilayah yang dibuka tanpa didahului kajian NKT (termasuk wilayah yang diidentifikasi untuk dipulihkan pada poin

7.2) harus dikelompokkan dalam empat kategori sesuai Tabel 1 di bawah melalui analisis data penginderaan jauh

(“Inderaja”) status vegetasi pada November 2005 (atau yang paling mendekati tahun ini – lihat lampiran 2, bagian

Panduan Penginderaan Jauh). Keempat kategori vegetasi ini masing-masingnya diberikan koefisien penggandaan

3 6 bulan setelah Prosedur Kompensasi disetujui

Page 7: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

7

sebagai angka proksi untuk nilainya sebagai habitat bagi keanekaragaman hayati. Besarannya berkisar dari 1

(hutan berstruktur kompleks termasuk hutan primer, regenerasi, hutan tebang pilih dengan unsur kanopi tinggi)

hingga 0 (pohon monokultur dan perkebunan non hutan; lahan lain yang dibudidayakan dan dikembangkan

secara permanen atau lahan rusak).

Tabel 1. Kategori wilayah lahan yang dibuka tanpa melakukan kajian NKT terlebih dahulu

Koefisien 1,0: Hutan yang kompleks secara struktur (termasuk hutan primer), hutan tebangan yang beregenerasi

dan ditebang secara selektif, dengan unsur tajuk tinggi.

Koefisien 0,7: Hutan primer yang rusak secara struktur, namun tetap menjalankan fungsi ekologisnya*.

Koefisien 0,4: Agroforestri dengan spesies majemuk.

Koefisien 0: Perkebunan dengan pohon monokultur dan yang tidak berpohon; lahan lainnya yang digarap dan

dikembangkan secara permanen, atau yang rusak dan dalam kondisi terbuka.

*Termasuk hutan sekunder lainnya yang meskipun sudah mengalami kerusakan akan tetapi tajuk rendahnya masih berfungsi, baik yang sudah mengalami penebangan secara berat dan/atau berulang atau yang sebelumnya sudah pernah dibakar, serta hutan yang sedang beregenerasi.

Catatan: Interpretasi terhadap koefisien-koefisien ini harus mengacu kepada panduan NKT (HCV tool kit) yang berlaku pada waktu

dilakukannya pembukaan lahan. Contohnya, ekosistem lahan basah mencakup rawa gambut (khususnya rawa yang masih berhutan),

rawa air tawar, hutan bakau, danau dan rawa berumput diidentifikasi sebagai wilayah NKT (HCVA) di Indonesia pada tahun 2008

(dianggap NKT 4.1 sesuai dengan panduan NKT Indonesia 2008).

Pekebun harus memberikan laporan berisi temuan dalam analisis perubahan pemanfaatan lahan (LUC) kepada

Panel Kompensasi dalam waktu 60 hari kerja sejak dimulainya proses tersebut (dapat diberikan perpanjangan

oleh Panel Kompensasi). Laporan tersebut harus mencakup konfirmasi bahwa telah dilakukan perubahan

terhadap SOP atau telah dilaksanakannya SOP baru sehingga menghindari dilakukannya pelanggaran aturan di

masa yang akan datang.

Selain mengompensasi semua HCV yang hilang akibat pembukaan lahan tanpa melakukan kajian NKT terlebih

dahulu, pekebun juga diwajibkan untuk memulihkan wilayah-wilayah yang dilarang oleh RSPO P&C untuk

ditanami kelapa sawit. Wilayah-wilayah semacam ini dapat mencakup kawasan tepi sungai dan lahan yang curam.

Pemulihan juga harus bertujuan untuk seefektif mungkin mengembalikan fungsi ekologis yang akan diperankan

jika vegetasi alamnya dilestarikan di wilayah tersebut, seperti misalnya pengendalian erosi dan perlindungan

Daerah Aliran Sungai (DAS). Tindakan tersebut harus diambil di samping harus pula memenuhi segala tanggung

jawab kompensasi yang diidentifikasi. Pengelolaan wilayah-wilayah ini harus dilakukan sesuai dengan standar

yang diatur di dalam panduan P&C yang relevan.

8. Kalkulasi tanggung jawab konservasi

Selain memberikan kompensasi kepada masyarakat atas hilangnya NKT 4-6, pekebun yang mengelola wilayah

yang dibuka tanpa melakukan kajian NKT terlebih dahulu sejak tahun 2005 diwajibkan pula untuk berkontribusi

terhadap konservasi keanekaragaman hayati, baik di dalam maupun di luar wilayah kerjanya. Besar keseluruhan

tanggung jawab konservasi ditentukan oleh kapan pembukaan lahan dilakukan, oleh siapa dan untuk tujuan apa,

Page 8: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

8

kemudian dikalkulasikan dengan mempergunakan data dari analisis perubahan pemanfaatan lahan (LUC).

Tanggung jawab tersebut, sebagaimana disimbolkan dengan angka hektar yang dicadangkan atau dikelola dengan

tujuan utama untuk melestarikan keanekaragaman hayati, dikalkulasikan dengan mempergunakan Tabel 2

berikut ini.

Tabel 2. Menentukan besaran tanggung jawab konservasi

Lahan yang pada waktu

dibuka dikelola oleh

entitas non-anggota

Lahan yang pada waktu

dibuka dikelola oleh

anggota RSPO yang unit

pengelolanya belum

bersertifikasi.

Termasuk perolehan

lahan dari anggota RSPO

yang tidak memiliki unit

pengelolaan yang

bersertifikasi pada waktu

pembukaan lahan

tersebut (acuan silang

pada poin 4.2.4)

Lahan yang pada waktu

dibuka, dikelola oleh

pekebun yang unit

pengelolanya

bersertifikat RSPO.

Termasuk lahan yang

diperoleh dari pekebun

lainnya yang memiliki

unit pengelola yang

bersertifikasi RSPO pada

waktu lahan tersebut

dibuka (acuan silang

pada poin 4.2.4)

Lahan yang dibuka

pasca November 2005

hingga

31 Desember 2009

Lahan yang dibuka

antara 1 Januari 2010

dan saat ini [tanggal

dimulainya Prosedur

Kompensasi]

Pemulihan (remediasi)

wajib dilakukan hanya

untuk HCV 4-6

Hasil dari: Seluruh

wilayah yang dibuka

untuk tujuan komersial

tanpa melakukan kajian

NKT terlebih dahulu X

Koefisien vegetasinya di

bulan November 2005

Hasil dari: Seluruh

wilayah yang dibuka

untuk tujuan komersial

tanpa melakukan kajian

NKT terlebih dahulu X

Koefisien vegetasinya di

bulan November 2005

Hasil dari: Seluruh

wilayah yang dibuka

tanpa melakukan kajian

NKT terlebih dahulu X

Koefisien vegetasinya di

bulan November 2005

Hasil dari: Seluruh

wilayah yang dibuka

tanpa melakukan kajian

NKT terlebih dahulu X

Koefisien vegetasinya di

bulan November 2005

Kalikan dua hasil dari:

Seluruh wilayah yang

dibuka tanpa melakukan

kajian NKT terlebih

dahulu

Pembukaan lahan di

masa yang akan datang

setelah [tanggal

1. Hasil dari: Seluruh

wilayah yang dibuka

tanpa melakukan

kajian NKT terlebih

Dikeluarkan dari

keanggotaan RSPO*

Dikeluarkan dari

keanggotaan RSPO*

Page 9: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

9

dimulainya Prosedur

Kompensasi]

dahulu X Koefisien

vegetasinya di bulan

November 2005

2. Seluruh lahan yang

dibuka dan dimiliki

oleh anggota harus

dikelola sepenuhnya

sesuai dengan standar

RSPO dan disertifikasi

sesegera mungkin.

3. Jika lahan yang dibuka

telah bersertifikasi,

maka hasil sawit dari

wilayah dengan

koefisien vegetasi = 0

pada bulan November

2005 diperbolehkan

untuk dijual sebagai

lahan yang

bersertifikasi. Petani

swadaya

diperbolehkan untuk

menjual TBS sebagai

produk yang

bersertifikasi,

sebagaimana

dihasilkan dari

wilayah yang

pembukaannya

dilakukan di lanskap

agroforestri (koefisien

0.4)

4. Hasil sawit dari lahan

yang dibuka dengan

koefisien vegetasi > 0

pada bulan November

2005 tidak dapat

diklaim bersertifikasi

RSPO meskipun unit

pengelolanya telah

bersertifikasi (harus

merupakan bagian

dari keseimbangan

massa (mass balance)

Page 10: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

10

atau dipisahkan

secara fisik.

5. Anggota RSPO yang

memperoleh lahan

baru setelah [tanggal

dimulainya Prosedur

Kompensasi] harus

berjanji secara tertulis

untuk tidak

mengusahakan,

mendorong, atau

mendukung segala

pembukaan lahan

yang dilakukan tanpa

disertai kajian NKT

terlebih dahulu.

6. Pengeluaran dari atau

pendaftaran menjadi

anggota ditolak jika

persyaratan-

persyaratan di atas

tidak dipenuhi.

*BHCV-CP RSPO dapat menelaah kasus-kasus pengecualian berupa pembukaan lahan yang bersifat aksidental dan terbatas yang dilakukan tanpa disertai

kajian NKT terlebih dahulu

9. Kompensasi bagi hilangnya NKT-NKT Sosial [NKT 4 (sebagian), 5 dan 6]

Potensi hilangnya NKT 4-6 harus dikaji melalui bukti-bukti yang ada ataupun melalui suatu proses baru. Hilangnya

NKT Sosial yang diidentifikasi harus dipulihkan sebagaimana mestinya, sebagaimana telah disepakati dalam

konsultasi yang transparan dan partisipatif, serta konsultasi yang diinformasikan bersama para pemangku

kepentingan dan masyarakat yang terkena dampak. Penyediaan sumber daya alam dapat dipulihkan, diganti

dengan alternatif pilihan lainnya yang disepakati, atau dapat pula dikompensasikan dengan bentuk lain

sebagaimana disepakati oleh para pihak. Dikarenakan masyarakat berkemungkinan untuk mengalami pergeseran

dalam ketergantungan mereka terhadap sumber daya alam dikarenakan adanya perubahan lingkungan sosio-

ekonomi, maka konsultasi tersebut harus mencari opsi terbaik pada saat ini bagi pemulihan atau penggantian

nilai-nilai dan/atau fungsi yang hilang. Dalam kasus di mana yang disepakati adalah kompensasi dalam bentuk

uang, maka para pihak disarankan untuk melakukannya dalam beberapa kali pencicilan ketimbang melakukannya

semuanya sekali jadi/tunai. Pekebun harus mengacu kepada panduan FPIC (Free, Prior and Informed Consent)

dalam konsultasi dengan para pemangku kepentingan dan masyarakat yang terkena dampak (acuan: panduan

FPIC RSPO).

Untuk langkah keseluruhan, harap mengacu pada Lampiran 1 (diagram alur).

Page 11: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

11

10. Persamaan uang dengan jumlah hektar untuk konservasi

Tabel 2 di atas dan data dari analisis perubahan pemanfaatan lahan (LUC) menghasilkan luasan yang

dipersyaratkan untuk kompensasi (tanggung jawab kompensasi) sebagaimana direpresentasikan dalam bentuk

hektaran yang dialokasikan untuk konservasi sumber daya hayati. Pekebun dapat memenuhi Prosedur

Kompensasi melalui pencadangan dan proteksi terhadap wilayah yang bersangkutan dan bersifat tambahan

dalam persyaratan P&C dalam bentuk cadangan yang berada di dalam unit pengelolaan, atau membuat baru dan

memeliharanya di luar unit pengelolaan tersebut. Caranya bisa dilakukan dengan membeli, menyewa, atau

melalui kesepakatan lainnya yang tetap dan berjangka panjang bersama pemilik tanah atau pihak otoritas yang

berwenang. Meski demikian, di semua (atau setidaknya di kebanyakan) kasus, opsi konservasi yang paling efektif

adalah di mana pekebun harus membiayai atau berkontribusi dalam proyek konservasi yang diselenggarakan oleh

pihak ketiga profesional, LSM atau pihak otoritas konservasi. Agar hal tersebut dapat dilakukan, maka kewajiban

dalam bentuk hektaran tersebut akan dialihkan bentuknya menjadi sejumlah uang tertentu.

Besaran 2.500 USD – 3.000 USD/hektar dikembangkan sebagai model indikatif untuk biaya jangka panjang

pemulihan hutan dan/atau upaya konservasi.

Jumlah uang akan dikalkulasikan dalam jumlah angka sekali bayar.

Alasan bagi dipergunakannya jumlah angka ini adalah berdasarkan biaya indikatif yang dilaporkan oleh

anggota CTF (Compensation Task Force) dalam proyek konservasi di Asia Tenggara. [RSPO mengharapkan

adanya masukan lebih banyak lagi dari para pemangku kepentingan selama masa konsultasi publik]

Jumlah angka ini akan ditelaah selama revisi Prosedur Kompensasi yang selanjutnya.

Dalam kasus-kasus di mana proyek konservasi membutuhkan dukungan ekonomis selama jangka waktu yang

lebih lama, seperti misalnya pencicilan tahunan selama beberapa tahun, maka harus ada akun yang diawasi oleh

wali amanat atau mekanisme lainnya yang serupa untuk memastikan pelaksanaan proyek secara jangka panjang.

11. Perancangan proyek kompensasi konservasi keanekaragaman hayati

Proyek keanekaragaman hayati yang terkait dengan kompensasi harus direncanakan dan dilaksanakan supaya

memaksimalkan manfaat dan hasil konservasi dalam hubungannya dengan sumber daya yang diinvestasikan,

perhitungan dalam konteks lanskap, prioritas konservasi regional dan kerangka kerja institusional/undang-

undang. Kegiatan proyek dapat dialokasikan di dalam ataupun luar unit pengelolaan, atau dapat pula keduanya.

Akan tetapi yang diprioritaskan adalah yang dilakukan di dalam unit pengelolaan. Kegiatan-kegiatan proyek di

dalam unit pengelolaan harus dimasukkan ke dalam remediasi (contohnya kawasan tepian sungai) sebagaimana

dipersyaratkan di dalam P&C. Akan tetapi, apabila wilayah yang diusulkan di dalam unit pengelolaan hanya

mampu menghasilkan manfaat nilai konservasi yang rendah (contohnya petak tanah yang kecil, terisolasi, dan

hanya memiliki fungsi ekologis yang kecil), maka yang lebih direkomendasikan adalah lokasi proyek alternatif

yang memiliki nilai konservasi yang lebih tinggi meskipun terletak di luar unit pengelolaan. Tindakan-tindakan di

dalam unit tersebut bisa mencakup hal-hal seperti ini: pemulihan vegetasi asli di lokasi yang terkena dampak,

dan/atau pencadangan wilayah tambahan untuk konservasi keanekaragaman hayati. Tindakan-tindakan oleh

pekebun yang dilakukan di luar unit dapat mengharuskan dilakukannya hal-hal berikut ini.

Partisipasi di dalam/dukungan bagi pemulihan habitat, pengelolaan dan pengendalian kawasan konservasi,

perlindungan dan/atau relokasi dan perlindungan spesies yang langka, terancam punah dan hampir punah

jika diperlukan.

Page 12: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

12

Kontribusi dana secara langsung untuk kegiatan-kegiatan/program konservasi yang diselenggarakan oleh

pihak ketiga organisasi, termasuk bio-bank.4

Investasi dalam pembinaan kemampuan bagi pihak-pihak lainnya termasuk masyarakat untuk mendorong

konservasi keanekaragaman hayati.

Proyek harus memiliki sumber daya yang semestinya, memiliki tujuan, kerangka waktu dan tanggung jawab yang

jelas, dan dirancang untuk menciptakan hasil yang bersifat sebagai berikut:

Tambahan: berperan sebagai tambahan bagi upaya konservasi yang sudah direncanakan atau dilaksanakan oleh

pihak-pihak lainnya serta bagi segala tindakan yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku

atau ketentuan yang ada dalam standar RSPO.

Berlangsung dalam waktu yang lama: melalui kesepakatan/perjanjian yang aman dan berjangka waktu lama yang

dibuat bersama pihak otoritas atau pemilik lahan, dengan pemantauan, penelaahan dan evaluasi yang efektif

serta pengelolaan adaptif yang diinformasikan.

Adil: melalui pelibatan para pemangku kepentingan yang terkena dampak ke dalam perencanaan proyek,

pengambilan keputusan dan pelaksanaannya, distribusi tanggung jawab dan keuntungan yang adil dan seimbang,

serta dengan mengindahkan ketentuan hukum dan adat yang berlaku.

Berbasis pengetahuan: berdasarkan ilmu pengetahuan dan/atau pengetahuan tradisional yang baik dengan hasil

yang disebarkan secara luas dan dikomunikasikan kepada para pemangku kepentingan dan rekan dengan cara

yang transparan dan tepat waktu.

12. Persetujuan terhadap rencana kompensasi

Panel Kompensasi akan menelaah rencana kompensasi pekebun dan memverifikasi apakah rencana tersebut

telah benar-benar memenuhi persyaratan Prosedur Kompensasi berikut ini:

memberikan kompensasi sebagaimana mestinya atas hilangnya NKT 4-6; dan

memenuhi persyaratan tambahan konservasi keanekaragaman hayati dan kriteria kualitas sebagaimana

ditentukan dalam Prosedur Kompensasi.

Sebagai bagian dari proses ini, maka Panel Kompensasi dapat mengajukan keseluruhan bagian dari rencana

kompensasi tersebut untuk penelaahan oleh pihak ketiga (peer review) dengan biaya yang ditanggung oleh

pekebun yang bersangkutan.

Rencana kompensasi yang dianggap belum memenuhi ketentuan dapat dikembalikan kepada pekebun yang

bersangkutan untuk direvisi dan diajukan kembali dalam waktu 20 hari kerja.

Setelah rencana kompensasi disetujui oleh Panel Kompensasi, maka segala penangguhan sementara akan dicabut

oleh Panel Pengaduan RSPO sehingga pekebun dapat meneruskan proses pendaftaran keanggotaan dan/atau

sertifikasi.

4 Bio-bank dalam konteks konservasi keanekaragaman hayati merupakan konsep yang mengemuka di mana dana dapat disalurkan kepada proyek-proyek konservasi di wilayah lahan tertentu, dan pihak pengelola wilayah tersebut memberikan sertifikat atau dokumentasi formal lainnya untuk bisa melakukan verifikasi dan pemantauan. Contohnya adalah Bio-Bank Malua (lihat www.maluabank.com).

Page 13: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

13

Ringkasan dari rencana kompensasi akan dapat diakses oleh khalayak di laman situs RSPO jika kasus kompensasi

tersebut diproses melalui Prosedur Pengaduan.

13. Pemantauan terhadap pelaksanaan

Pekebun yang menjalankan Prosedur Kompensasi harus menyusun laporan perkembangan tahunan untuk

disetujui oleh BHCV-WG.

Laporan yang dianggap belum memenuhi ketentuan dapat dikembalikan kepada pekebun yang bersangkutan

untuk direvisi dan diajukan kembali dalam waktu 20 hari kerja. Segala versi revisi terhadap rencana kompensasi

berdasarkan laporan perkembangan tahunan harus mendapatkan persetujuan dari BHCV-WG (jika dapat

dilakukan).

Tidak dilakukannya tindakan-tindakan kompensasi sebagaimana yang telah disetujui oleh Panel Kompensasi akan

dianggap suatu keluhan dan dilaporkan kepada Panel Pengaduan.

Page 14: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

14

Daftar Istilah

Pembukaan lahan untuk tujuan non komersial: dibukanya lahan untuk selain tujuan komersial, termasuk untuk

proyek-proyek pemerintah yang melibatkan pekerjaan publik atau sarana kepentingan publik, atau oleh anggota

masyarakat lokal yang bertindak dalam kapasitasnya pribadi untuk mendukung mata pencaharian mereka dan

tidak didanai oleh lembaga dan/atau organisasi manapun.

Pembukaan lahan untuk tujuan komersial: segala bentuk pembukaan lahan untuk perkebunan atau sarana yang

dibangun secara langsung dan tertutup/eksklusif untuk mendukung perkebunan dan kegiatan-kegiatannya

(sebagaimana ditunjukkan oleh pola induk/master plan setempat dan/atau dokumentasi resmi lainnya).

Pemulihan/Remediasi: tindakan-tindakan yang dapat dibuktikan, yang dilakukan untuk memulihkan satu atau

beberapa NKT yang berada di dalam unit pengelolaan perkebunan di mana NKT-NKT tersebut sebelumnya telah

dihilangkan. Remediasi adalah opsi yang lebih dikehendaki dan harus diberikan prioritas untuk dipertimbangkan

sebelum kompensasi.

Kompensasi: tindakan-tindakan yang dapat dibuktikan, yang dilakukan untuk mengganti potensi kehilangan

wilayah NKT yang terjadi akibat pembukaan lahan yang dilakukan tanpa didahului oleh kajian NKT.

Page 15: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

15

Lampiran 1: Diagram Alur

Langkah 1a)

Deklarasi atas

keinginan sendiri

Langkah 1b) Kasus-kasus yang

dilaporkan melalui Prosedur

Pengaduan, ATAU

ketidaksesuaian dengan aturan

yang dilaporkan oleh Lembaga

Sertifikasi sesuai Kriteria 7.3 dan

persyaratan sistem sertifikasi

4.2.4

Ya

Revis

i S

OP

Langkah 2) Validasi BHCV-CP Masukkan disklosur informasi perihal pembukaan lahan

yang tidak sesuai dengan ketentuan yang dilakukan

sejak November 2005, serta SOP versi revisinya

Tidak

Dapat diterima

Langkah 3) Analisis perubahan pemanfaatan

lahan & Kajian tanggung jawab untuk NKT 1-6

Susun ringkasan untuk BHCV-CP yang mencakup lembar

konsep untuk Rencana Kompensasi

Ya

Langkah 4) Penelaahan dan Persetujuan oleh

BHCV-CP

Tidak

Ya

Langkah 5) Pengembangan rencana

kompensasi/pemulihan (remediasi) Mencakup finalisasi SOP hasil revisi untuk menghindari

terjadinya pembukaan lahan di masa datang yang

dilakukan tanpa kajian NKT.

Susun ringkasan rencana remediasi/kompensasi

Ya/Tidak Ya Bersyarat

Langkah 7)

Implementasi &

pemantauan

Pelaporan tahunan

untuk pengecekan tahunan oleh

Sekretariat dan

Lembaga Sertifikasi Pengecekan kualitas

oleh BHCV-CP

Langkah 6) Penelaahan dan persetujuan oleh

BHCV-CP

Tidak

Ya

Jalankan sertifikasi di unit pengelola yang

terkena dampak

Catatan: Ya/Tidak di atas mengacu pada keputusan yang dikeluarkan oleh BHCV-CP

Page 16: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

16

Langkah Hal Acuan Penjelasan Detail

1a. Deklarasi atas Keinginan

Sendiri perihal Pembukaan

Lahan yang Tidak Sesuai

Ketentuan

5 Pekebun anggota RSPO wajib, dalam waktu enam bulan [sejak tanggal endosemen Badan Eksekutif

dalam Prosedur Kompensasi ini], untuk mendisklosur informasi kepada Direktur Teknis RSPO

mengenai pembukaan lahan untuk perluasan pasca 2005 tanpa adanya kajian NKT terhadap lahan

yang dikelolanya dan/atau berada dalam kendalinya; atau jika tidak, maka ia harus menyatakan

bahwa tidak ada pembukaan lahan sebagaimana dimaksud, dan mengikuti proses kompensasi atas

pembukaan lahan yang diketemukan tidak sesuai ketentuan.

Pekebun yang mendaftar keanggotaan RSPO harus mendisklosur informasi kepada Direktur Teknis

RSPO mengenai segala pembukaan lahan untuk perluasan pasca 2005 yang tidak disertai kajian

NKT terlebih dahulu di lahan yang dikelolanya; atau jika tidak, maka harus menyatakan secara

tertulis di laman situs RSPO bahwa tidak pernah terdapat pembukaan lahan sebagaimana dimaksud,

sebelum komentar publik selama dua pekan terhadap periode pendaftaran keanggotaan. Untuk

dapat memenuhi segala persyaratan keanggotaan RSPO, pekebun harus mengikuti proses

kompensasi untuk segala pembukaan lahan yang tidak sesuai ketentuan.

Pekebun yang bersertifikasi RSPO atau pekebun yang mengikuti proses sertifikasi harus membuka

informasi kepada Badan Sertifikasi yang sudah terakreditasi dan kepada Direktur Teknis RSPO

mengenai segala pembukaan lahan untuk perluasan pasca 2005 yang tidak disertai kajian NKT

terlebih dahulu terhadap lahan yang dikelolanya (dimiliki, dikelola, disewakan atau diperoleh), atau

jika tidak, maka harus menyatakan secara tertulis bahwa tidak terdapat pembukaan lahan

sebagaimana dimaksud. Kesesuaian terhadap ketentuan ini harus diaudit oleh Badan Sertifikasi yang

melaporkan segala informasi yang tidak dibuka kepada Panel Pengaduan. Untuk dapat memenuhi

segala persyaratan sertifikasi pertama di wilayah manapun yang tidak terdapat tanggung jawab

kompensasi, maka pekebun harus mengikuti proses kompensasi bagi semua pembukaan lahan yang

tidak sesuai ketentuan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa pekebun harus membuka

informasi secara sepenuhnya mengenai seluruh lahannya pada saat mengikuti sertifikasi pertama.

Prosedur Kompensasi akan berlaku kepada pekebun yang atas keinginannya sendiri membuka

informasi mengenai adanya pembukaan lahan yang tidak sesuai ketentuan kepada Direktur Teknis

RSPO dalam waktu yang telah ditentukan. Deklarasi atas keinginan sendiri ini harus mencakup:

- Jumlah keseluruhan wilayah yang telah dibuka tanpa adanya kajian NKT, lokasinya, dan waktu pembukaan

lahan dimaksud.

- Bukti legalitas dari perolehan lahan (dan/atau hak gunanya).

- Bukti legalitas dari pembukaan lahan berdasarkan persyaratan yang diatur oleh peraturan perundang-undangan

yang berlaku pada saat itu.

Page 17: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

17

- AMDAL dan/atau Analisa Dampak Sosial yang sudah disetujui, jika diwajibkan oleh peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

1b. Pelaporan akan Adanya

Pembukaan Lahan yang

Tidak Sesuai Ketentuan

melalui Prosedur

Pengaduan

5 Ketidaksesuaian yang dibuka melalui audit Lembaga Badan Sertifikasi, atau dibuka oleh pemangku

kepentingan lainnya pada tahap selanjutnya akan dilaporkan kepada Panel Pengaduan RSPO (RSPO-

CP). Kasus demikian dapat berakibat pada penangguhan ataupun penarikan sertifikat dan/atau

penghentian keanggotaan RSPO. Agar RSPO-CP dapat mengkaji pengaduan tersebut, maka lampiran-

lampiran sebagai berikut harus diajukan untuk menjadi bukti pengaduan/ketidaksesuaian dengan

ketentuan.

- Bukti-bukti ketidaksesuaian dengan P&C RSPO sebagai hasil dari audit Lembaga Sertifikasi

- Bukti-bukti dari pihak pembuat aduan mengenai pembukaan lahan pasca November 2005 yang

dilakukan tanpa adanya kajian NKT.

- Bukti-bukti dari pihak pembuat aduan mengenai pelanggaran lainnya terhadap P&C dan Tata Tertib

RSPO (agar RSPO-CP dapat mengkaji ‘dapat tidaknya dijatuhkan kompensasi’)

Seluruh anggota RSPO, khususnya anggota RSPO yang tidak bersertifikasi diharuskan untuk melaporkan

segala pembukaan lahan pasca November 2005 yang dilakukan tanpa kajian NKT.

Kajian Pengaduan oleh RSPO-CP

Berdasarkan bukti-bukti yang diajukan oleh Lembaga Sertifikasi atau pemangku kepentingan, maka

RSPO-CP dapat meneruskan pengaduan kepada Panel Kompensasi (BHCV-CP) untuk menangani

pengaduan melalui Prosedur Kompensasi

Dalam hal pengaduan dianggap ‘dapat dijatuhkan kompensasi’, maka pengaduan akan diteruskan

kepada BHCV-CP untuk dinilai. BHCV-CP akan mengkaji pengaduan dan menghubungi perusahaan yang

diduga melakukan pembukaan lahan pasca November 2005 tanpa adanya kajian NKT atau melanggar

Kriteria 7.3. Jika perusahaan tersebut bersedia untuk membuka informasi perihal pembukaan lahan

dimaksud dan menghadirkan dokumentasi sebagaimana diminta, maka BHCV-CP dapat menentukan

untuk menawarkan akses kepada Prosedur Kompensasi untuk menghindari diberlakukannya Prosedur

Pengaduan. Dalam hal BHCV-CP menentukan bahwa kasus tersebut tidak ‘dapat dijatuhi kompensasi’

dan/atau perusahaan tidak dapat menghadirkan dokumentasi sebagaimana diminta tersebut, maka

Page 18: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

18

kasus akan diteruskan kepada Panel Pengaduan yang akan memprosesnya ke dalam Prosedur

Pengaduan.

2. Validasi kasus kompensasi

oleh Panel Kompensasi

(BHCV-CP)

4 Setelah diterimanya deklarasi atas keinginan sendiri ataupun pengaduan, maka Panel Pengaduan RSPO

mengkaji bukti-bukti yang dihadirkan dan menentukan apakah penyelesaian melalui Prosedur

Kompensasi merupakan cara yang paling tepat. Persyaratan bagi hal ini adalah sebagai berikut.

Dalam hal deklarasi atas keinginan sendiri:

a) bukti dari pihak perusahaan bahwa persyaratan minimum sesuai peraturan perundang-undangan

yang berlaku telah dipenuhi (lihat 5a);

b) pembukaan lahan telah dilakukan pasca November 2005, dan jika demikian maka dalam jangka

waktu yang mana yang diatur oleh Prosedur Kompensasi; dan

c) mengajukan SOP (yang disetujui oleh pihak pimpinan manajemen perusahaan) untuk menunjukkan

bahwa mereka telah mengambil tindakan yang sebagaimana mestinya untuk menghindari

pembukaan lahan baru yang tidak sesuai dengan ketentuan.

ATAU, jika perusahaan diadukan:

a) tidak adanya bukti-bukti meyakinkan dari pembuat aduan bahwa perusahaan telah melakukan

tindakan melanggar hukum atau terang-terangan telah melanggar P&C atau Tata Tertib RSPO;

b) pembukaan yang diadukan terjadi pasca November 2005, dan jika demikian maka dalam jangka

waktu yang mana yang diatur oleh Prosedur Kompensasi;

c) kesediaan perusahaan untuk menyelesaikan pengaduan; dan

d) mengajukan SOP (yang disetujui oleh pihak pimpinan manajemen perusahaan) untuk menunjukkan

bahwa mereka telah mengambil tindakan yang sebagaimana mestinya untuk menghindari

pembukaan lahan baru yang tidak sesuai dengan ketentuan.

Dalam salah satu dari kedua kemungkinan di atas, BHCV-CP dapat meminta informasi tambahan dari

pihak perusahaan sebelum memutuskan dilakukannya Prosedur Kompensasi. Dalam hal di persyaratan-

persyaratan di atas pada akhirnya tidak dapat dipenuhi, maka kasus tersebut diteruskan kepada Panel

Pengaduan.

Page 19: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

19

Dalam hal persyaratan-persyaratan di atas dipenuhi, maka kasus tersebut akan memasuki Prosedur

Kompensasi. Berdasarkan bukti-bukti yang dihadirkan, BHCV-CP dapat menyarankan atau mewajibkan

perusahaan untuk melibatkan pihak penengah yang netral ataupun pihak ketiga lainnya untuk

memfasilitasi negosiasi dengan pihak masyarakat yang terkena dampak

3. Kajian mengenai tanggung

jawab dan analisis

perubahan pemanfaatan

lahan

7, 8, 9 Lihat Bagian 7 hingga 9, halaman 6-9

4. Penelaahan/persetujuan

dari Panel Kompensasi

4 Periksa dimasukkannya hal-hal berikut ini.

- SOP versi revisi untuk menghindari pembukaan wilayah NKT di masa yang akan datang (termasuk

lahan basah, sabana, dan padang rumput alami).

- Pengkajian kepatuhan terhadap prinsip FPIC Persetujuan yang Bebas, Didahulukan, dan

Diinformasikan (Free, Prior and Informed Consent/FPIC).

- Lembar konsep mengenai rencana kompensasi.

5. Pengembangan rencana

kompensasi/pemulihan

(remediasi)

8, 11 Lihat Bagian 11, halaman 10 mengenai Perancangan proyek kompensasi konservasi keanekaragaman

hayati.

Dalam hal pengembangan ‘rencana remediasi NKT 4-5-6’, maka rencana remediasi tersebut

dinegosiasikan dan disepakati oleh perusahaan serta masyarakat dan perorangan yang terkena dampak,

dengan didukung oleh penasihat mereka masing-masing.

Rencana kompensasi dan remediasi terpadu diberikan kepada masyarakat dan perorangan yang terkena

dampak oleh pelaksanaannya, serta kepada semua pembuat aduan jika Prosedur Kompensasi menjadi

berjalan disebabkan adanya laporan dari pemangku kepentingan (langkah 1b). (Catatan: hal ini menjadi

relevan, pada khususnya jika kompensasi NKT 1-3 diwujudkan melalui implementasi di suatu daerah

yang berada di luar wilayah izin perusahaan). Setelah prinsip Free Prior Informed Consent (FPIC)

dipenuhi, maka disiapkanlah protokol untuk pemantauan kompensasi dan remediasi. Rencana

kompensasi dan remediasi yang terpadu, dokumentasi FPIC, protokol pemantauan dan ringkasan

Page 20: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

20

dokumen tersebut diserahkan kepada BHCV-CP dalam waktu 60 hari kerja setelah dimulainya Prosedur

Kompensasi dimaksud. BHCV-CP dapat memperpanjang jangka waktu ini dengan selama-lamanya dua

kali 30 hari kerja. Jika hal ini tidak dapat dipenuhi, maka BHCV-CP akan mengajukan pengaduan kepada

Panel Pengaduan RSPO.

SOP versi revisi yang telah dikembangkan selama langkah 2 harus diselesaikan dan diajukan kepada

BHCV-CP bersamaan dengan seluruh dokumen yang disebutkan di atas.

6. Penelaahan/persetujuan

oleh Panel Kompensasi

12 Lihat Bagian 12, halaman 9.

7. Pemantauan pelaksanaan 13 Pekebun yang menjalankan Prosedur Kompensasi harus memberikan laporan perkembangan tahunan

untuk disetujui oleh BHCV-WG.

Laporan yang dianggap tidak memenuhi ketentuan dapat dikembalikan kepada pekebun untuk

diperbaiki dan diajukan kembali dalam waktu 20 hari kerja. Rencana kompensasi versi revisi berdasarkan

laporan perkembangan tahuan harus disetujui oleh BHCV-WG (jika memungkinkan).

Tidak dilaksanakannya Prosedur Kompensasi sebagaimana telah disetujui oleh Panel Kompensasi akan

dianggap sebagai keluhan dan dilaporkan kepada Panel Pengaduan.

- Jika wilayah dimaksud merupakan unit yang tersertifikasi RSPO, maka Lembaga Sertifikasi harus

memeriksa pelaksanaan/perkembangannya.

- Pelaporan ringkasan atas pelaksanaan harus dimasukkan ke dalam Komunikasi Progres Tahunan

(Annual Communication of Progress/ACoP) yang ditujukan kepada Sekretariat RSPO.

BHCV-CP akan mengkaji kualitas pelaksanaan berdasarkan laporan perkembangan tahunan yang

disediakan oleh Sekretariat RSPO dan Lembaga Sertifikasi RSPO.

AKHIR Unit Pengelolaan yang

Terkena Dampak dapat

menjalani sertifikasi

- Setelah dikeluarkannya keputusan oleh BHCV-CP bahwa rencana kompensasi sudah memenuhi

ketentuan, maka pihak unit pengelolaan yang terkena dampak dapat menjalani proses sertifikasi.

Page 21: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

21

Lampiran 2: Analisis Perubahan Pemanfaatan Lahan

Informasi Latar Belakang Penginderaan Jauh (Inderaja)

Inderaja pada umumnya mengacu pada pengambilan, analisis dan interpretasi citra satelit ataupun foto udara.

Informasi ini biasanya terdapat dalam bentuk radiasi elektromagnetik yang telah dipantulkan atau dikeluarkan

dari permukaan bumi. Teknologi Inderaja khususnya telah terbukti penting untuk memperoleh informasi dari

wilayah yang jauh, tidak dapat diakses, atau sangat luas, sehingga memiliki sejarah panjang penggunaan

isu/persoalan cuaca, oseanografi, dan pemanfaatan lahan.

Teknologi Inderaja terus menerus berkembang. Dari awalnya dengan foto udara hitam putih pada akhir abad ke

19, kini teknologi tersebut sudah dapat memanfaatkan satelit yang mengambil gambar/citra bumi dengan lebih

dari 20 pita spektral dalam ukuran mode resolusi kasar (sekitar 1 km), menengah, (sekitar beberapa ratus meter

saja), tinggi (puluhan meter), ataupun sangat tinggi (beberapa meter hingga kurang dari semeter) yang mencakup

beberapa kilometer sekaligus. Penggunaan citra beresolusi tinggi dan multispektrum dapat memberikan kilasan

yang akurat terhadap tutupan vegetasi dan dari waktu ke waktu dapat memberikan perkiraan perubahan yang

terjadi dalam tutupan vegetasi.

Adalah benar bahwa citra Inderaja dapat menunjukkan tutupan lahan, akan tetapi ia tidak secara spesifik

mengidentifikasi jenis vegetasi yang ada ataupun pemanfaatan lahan (contohnya, Inderaja dapat

mengidentifikasi dan memberikan luasan lahan yang cocok untuk ditanami, meskipun pada prakteknya lahan

tersebut dapat diindikasikan sebagai ladang jagung). Jenis tutupan lahan yang dapat diidentifikasi sangat

bergantung pada interaksi antara resolusi dan pita spektral (contohnya data resolusi 1 km MODIS memiliki 20 pita

spektral dan utamanya dipergunakan dalam kehutanan karena resolusinya kasar untuk membedakan mana

wilayah hutan dan yang bukan hutan; data resolusi 5 m RapidEye memiliki 6 pita spektral dan dapat digunakan

untuk mendeteksi aneka jenis hutan dan kerusakan lahan yang berbeda;data resolusi 1 m Ikonos meskipun hanya

berwarna hitam putih saja, akan tetapi begitu detail sehingga tidak dibutuhkan pita spektral untuk

mengidentifikasi komposisi spesies). Oleh karenanya, adalah penting untuk memilih satelit yang memiliki

kombinasi yang cocok antara resolusi dan pita spektral untuk tujuan yang dikehendaki.

Untuk mengubah data tutupan vegetasi menjadi informasi mengenai pemanfaatan lahan atau vegetasi/spesies

yang ada di lapangan, maka perlu dilakukan analisis dan interpretasi dengan menggunakan resolusi dan pita

spektral. Interpretasi citra dilakukan melalui algoritma yang menggunakan beberapa pita spektral (contohnya

vegetasi hijau paling terang pantulannya di dekat wilayah spektrum inframerah, sehingga perbedaan di antara

vegetasi dapat dideteksi dengan mudah di pita spektral ini) atau melalui interpretasi citra secara visual.

Persoalan lainnya dengan Inderaja adalah bahwa citra tidak selalu dapat ditemukan kapan pun dikehendaki oleh

interpreternya, khususnya di wilayah tropis basah, di mana awan menghalangi penampakan permukaan bumi.

Analisis Perubahan Tutupan Pemanfaatan Lahan untuk Prosedur Kompensasi RSPO

Untuk tujuan Proses Kompensasi RSPO, harus dilakukan analisa terhadap Perubahan Tutupan Pemanfaatan Lahan

(Land Use Cover Change/LUCC) pada bulan November 2005 (atau sekitar bulan tersebut jika memungkinkan)

untuk menentukan status vegetasi berdasarkan interpretasi data Inderaja. Ini akan berfungsi sebagai proksi untuk

Page 22: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

22

potensi kehilangan NKT 1-3 dan aspek-aspek ekologis dalam NKT 4 di semua wilayah yang dibuka tanpa

melakukan kajian NKT terlebih dahulu.

Untuk analisis jenis ini, terdapat sejumlah satelit yang tersedia dengan kombinasi yang tepat dalam hal resolusi

dan pita spektralnya. Panduan ini tidak membicarakan mengenai penggunaan satelit atau pendekatan

interpretasi tertentu, selain dari ketentuan persyaratan citra minimum sebesar resolusi 30 m. Namun demikian,

kemungkinan diperlukan data resolusi yang tinggi hingga sangat tinggi untuk bisa membedakan jenis-jenis hutan.

Satelit yang dapat dipergunakan di antaranya adalah Landsat (30 m), SPOT (10 m), atau RapidEye (5 m). Dengan

mempertimbangkan variabilitas potensial citra-citra yang tersedia untuk lokasi dan waktu yang spesifik, panduan

ini sangat merekomendasikan penggunaan sumber-sumber data ganda (contohnya kombinasi antara citra

resolusi tinggi dan sangat tinggi) untuk dapat mempermudah penginterpretasian seakurat mungkin. Selain itu,

juga direkomendasikan agar pembuktian lapangan (groundtruthing) dipergunakan untuk semakin

memvalidasikan proses interpretasi citra tersebut.

Dalam beberapa kasus, seperti yang membutuhkan pembedaan antara petak tanah agroforestri campuran dan

hutan primer yang rusak, maka harus ada informasi tambahan yang digabungkan dengan analisis tersebut.

Contoh informasi tambahan tersebut adalah laporan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), peta

historis pemanfaatan lahan, wawancara dengan anggota masyarakat setempat, dsb. Dalam kasus-kasus seperti

ini, pekebunlah yang bertanggung jawab untuk menyediakan bukti yang kuat agar status vegetasi wilayah

tersebut diklasifikasikan ke dalam kategori koefisien yang lebih rendah.

Koefisien Vegetasi

Wilayah-wilayah yang tidak memiliki kajian NKT harus dimasukkan ke dalam empat kategori. Kesemuanya

merupakan perwakilan dari jenis-jenis hutan/habitat dan pemanfaatan lahan yang kemungkinan ada di wilayah

yang cocok dengan budi daya komersial kelapa sawit. Dalam kebanyakan situasi, keempatnya dapat diidentifikasi

dengan mempergunakan citra satelit. Keempat kategori tersebut pada dasarnya mewakili suatu skala geser

terhadap kualitas habitat, ekologis dan nilai konservasi, yang akan digunakan dalam bentuk koefisien (pengali)

dalam penghitungan kewajiban kompensasi (lihat ke bagian yang tentang hal ini di Prosedur Kompensasi RSPO).

Koefisien 15

Hutan yang bersifat kompleks secara struktural (termasuk di dalamnya hutan primer), hutan tebangan yang

beregenerasi dan selektif dengan unsur-unsur tajuk tinggi

Kategori hutan ini berkaitan dengan hutan yang berada pada kondisi asli, telah mengalami gangguan yang

minimal, dan/atau yang berada pada tahapan akhir pemulihan. Kategori ini terdiri dari banyak fitur yang

terasosiasikan dengan hutan primer, termasuk di dalamnya tajuk tinggi yang kebanyakan masih utuh. Fungsi

ekologis, nilai-nilai konservasi dan tingkat keanekaragaman hayatinya juga masih akan sama utuhnya.

5 Koefisien ini juga mencakup habitat alami lainnya yang tidak terganggu atau hanya terganggu secara minimal, seperti lahan basah alami, sabana dan padang rumput lainnya.

Page 23: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

23

Koefisien 0,7

Hutan yang sudah rusak secara struktur, akan tetapi secara ekologis masih berfungsi (termasuk hutan sekunder

lainnya yang meskipun sudah mengalami kerusakan akan tetapi tajuk rendahnya masih berfungsi, baik yang

sudah mengalami penebangan secara berat dan/atau berulang atau yang sebelumnya sudah pernah dibakar,

serta hutan yang sedang beregenerasi.

Hutan dalam kategori ini akan mengalami gangguan yang sangat besar, termasuk satu dua kali siklus pembalakan

industri yang berat dan/atau masih berlangsung, efek sudut (edge effect) yang parah, kerusakan akibat angin atau

api/kebakaran (atau kombinasi dari faktor-faktor ini) dan menunjukkan regenerasi yang terbatas. Hutan semacam

ini umumnya akan memiliki tajuk yang didominasi pepohonan pionir yang sering diselingi dengan wilayah-wilayah

yang terbuka yang lebih banyak (contohnya tempat tua pengumpulan kayu, jalur alat berat, jalan) yang dipenuhi

dengan tumbuhan rambat, jalar, atau tanaman perdu dan/atau rumput. Meski demikian, dalam kebanyakan

kasus, hutan-hutan yang rusak ini akan terus memiliki nilai ekologis, fungsionalitas, dan tingkat keanekaragaman

hayati yang sangat besar, serta memiliki potensi untuk restorasi.

Koefisien 0.4

Agroforestri dengan spesies majemuk

Perkebunan agroforestri yang terdiri dari ‘mosaik’ dengan spesies majemuk sangat didominasi oleh pepohonan

dewasa yang memiliki beberapa kompleksitas, unsur ekologis dan nilai konservasi yang berhubungan dengan

hutan primer dan yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati yang lebih besar daripada yang diharapkan,

baik di lahan monokultur atau lahan terbuka yang rusak dan tidak terpanen.

Koefisien 0

Perkebunan dengan pohon monokultur dan yang tidak memiliki pohon; lahan lainnya yang digarap secara

permanen, dikembangkan, atau yang lahan terbuka yang mengalami kerusakan.

Area sangat termodifikasi dan / atau wilayah terdegradasi yang mempertahankan sedikit atau tidak ada secara

alamiah, vegetasi terstruktur utuh dan mendukung sedikit atau tidak ada nilai ekologi, keanekaragaman hayati

atau nilai-nilai konservasi lain yang terkait dengan sistem alamiah atau habitat dengan struktur lebih kompleks

Harus diperhatikan bahwa sabana alami, padang rumput alami, dan lahan basah alami tidaklah dituju secara

spesifik oleh kategori-kategori di atas. Wilayah semacam ini tidak dijelaskan dalam panduan NKT versi asli, yang

berfokus utama pada hutan. Meski demikian, semua itu disebutkan di versi-versi selanjutnya (tahun 2006). Oleh

karena itu, wilayah-wilayah semacam ini harus diidentifikasi untuk segala pembukaan hutan yang berlangsung

setelah 2006. Kompensasi bagi wilayah-wilayah ini akan ditentukan secara kasus per kasus.

Analisa Perubahan Tutupan Pemanfaatan Lahan (LUCC) harus dilaporkan kepada Panel Kompensasi untuk dikaji.

Panel inilah yang akan menentukan apakah analisis tersebut sudah memadai atau belum. Hasil analisis Perubahan

Pemanfaatan Lahan (LUC) juga harus digabungkan ke dalam analisis terpisah untuk menentukan hilangnya NKT

4-6.

Page 24: Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan ... · didefinisikan dalam Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO tahun 2007, pemegang saham mayoritas didefinisikan ... pembentukan

24

Diagram Alur Keseluruhan untuk Analisa Tutupan Lahan dengan Mempergunakan Penginderaan Jarak Jauh

(Inderaja) dan Verifikasi Mengambil citra satelit terbaik yang ada untuk wilayah

yang dimaksud (dengan resolusi sekurangnya 30 m)

Skema klasifikasi tutupan lahan (Koefisien kompensasi)

Pra Pemrosesan

Interpretasi

Validasi citra

Pembuktian Lapangan (Groundtruthing)

Reinterpretasi

Apakah Inderaja tersebut memberikan informasi yang

memadai untuk menentukan pemanfaatan lahan secara

historis?

(Tidak) Gabungkan data dari sumber-sumber lainnya

seperti laporan AMDAL, peta historis tata guna lahan,

wawancara dengan masyarakat setempat, dsb.

(Ya) Komposisi Peta