prinsip, kriteria dan indikator rspo

88
RSPO P&C – P&C Review 2017/2018 Draft 2 16 Mei 2018 Hal. 1 dari 45 Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO 1 Restrukturisasi P&C Gugus Tugas Tinjauan Prinsip dan Kriteria (P&C) RSPO bertugas untuk merestrukturisasi P&C. Berikut ini adalah dua tujuan yang saling terkait satu sama lain untuk restrukturisasi ini. Keduanya selaras dengan tujuan-tujuan inti Kerangka Acuan Gugus Tugas P&C. 1 Keselarasan dengan Teori Perubahan (Theory of Change/ToC): o Fokus pada hasil. o Pengintegrasian konsep tanggung jawab bersama (yaitu indikasi persyaratan yang berlaku, yang mungkin dapat berlaku pula pada kategori keanggotaan RSPO lainnya). o Menunjukkan dampak aktual P&C serta dampak melalui pelaporan Indikator Kinerja Utama (IKU) (termetrikasi atau terukur). Meningkatnya Aksesibilitas (membuat menjadi lebih relevan dan praktis) o Pengurangan pengulangan melalui perampingan o Penyelarasan bahasa yang digunakan di semua indikator. o Perubahan menjadi bahasa aktif. Disamping menyelaraskan P&C tersebut dengan ToC RSPO, restrukturisasi ini bertujuan membuatnya lebih logis dan jelas untuk diterapkan sekaligus mengurangi keberulangan. Ini semua merupakan permintaan para pemangku kepentingan yang disampaikan selama putaran pertama konsultasi publik. Selain itu, proposal ini juga mengintegrasikan modul-modul Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dari Standar Sertifikasi Rantai Pasok RSPO (Supply Chain Certification Standard/SCCS). Dengan adanya standar tunggal untuk tingkat produksi, maka hal ini akan berkontribusi pada ekspektasi praktik terbaik di sepanjang rantai pasok dan menyiratkan ketertelusuran (traceability) dalam standar RSPO. Semua panduan dipisahkan dari dokumen utama dan dimasukkan dalam Lampiran 2. 1 https://rspo.org/principles-and-criteria-review

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO P&C – P&C Review 2017/2018 Draft 2

16 Mei 2018 Hal. 1 dari 45

Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

1 Restrukturisasi P&C Gugus Tugas Tinjauan Prinsip dan Kriteria (P&C) RSPO bertugas untuk merestrukturisasi P&C. Berikut ini adalah dua tujuan yang saling terkait satu sama lain untuk restrukturisasi ini. Keduanya selaras dengan tujuan-tujuan inti Kerangka Acuan Gugus Tugas P&C.1

• Keselarasan dengan Teori Perubahan (Theory of Change/ToC): o Fokus pada hasil. o Pengintegrasian konsep tanggung jawab bersama (yaitu indikasi persyaratan yang

berlaku, yang mungkin dapat berlaku pula pada kategori keanggotaan RSPO lainnya). o Menunjukkan dampak aktual P&C serta dampak melalui pelaporan Indikator Kinerja

Utama (IKU) (termetrikasi atau terukur).

• Meningkatnya Aksesibilitas (membuat menjadi lebih relevan dan praktis) o Pengurangan pengulangan melalui perampingan o Penyelarasan bahasa yang digunakan di semua indikator. o Perubahan menjadi bahasa aktif.

Disamping menyelaraskan P&C tersebut dengan ToC RSPO, restrukturisasi ini bertujuan membuatnya lebih logis dan jelas untuk diterapkan sekaligus mengurangi keberulangan. Ini semua merupakan permintaan para pemangku kepentingan yang disampaikan selama putaran pertama konsultasi publik.

Selain itu, proposal ini juga mengintegrasikan modul-modul Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dari Standar Sertifikasi Rantai Pasok RSPO (Supply Chain Certification Standard/SCCS). Dengan adanya standar tunggal untuk tingkat produksi, maka hal ini akan berkontribusi pada ekspektasi praktik terbaik di sepanjang rantai pasok dan menyiratkan ketertelusuran (traceability) dalam standar RSPO. Semua panduan dipisahkan dari dokumen utama dan dimasukkan dalam Lampiran 2.

1 https://rspo.org/principles-and-criteria-review

Page 2: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO P&C – P&C Review 2017/2018 Draft 2

16 Mei 2018 Hal. 2 dari 45

Daftar Isi 1 Restrukturisasi P&C ............................................................................................................................... 1

2 Pendahuluan tentang P&C .................................................................................................................... 3

3 Visi dan Teori Perubahan (ToC) RSPO ................................................................................................... 4

4 Fokus pada Hasil ................................................................................................................................... 6

Daftar Potensial (sudah diwajibkan untuk diukur, dipantau dan/atau dilaporkan) ............................. 6

5 Struktur P&C ......................................................................................................................................... 7

Sasaran Dampak Kesejahteraan (Prosperity): Sektor yang kompetitif, berketahanan, dan berkelanjutan10

Tujuan dan Hasil ................................................................................................................................. 10

Prinsip 1: Transparansi dan Etika ........................................................................................................ 10

Prinsip 2: Legalitas .............................................................................................................................. 11

Prinsip 3: Perencanaan Prosedur dan Perbaikan ................................................................................ 13

Sasaran Dampak Sosial (People): Mata Pencaharian Berkelanjutan & Pengurangan Kemiskinan ............. 20

Tujuan dan hasil .................................................................................................................................. 20

Prinsip 4 Hak dan Manfaat bagi Masyarakat ...................................................................................... 20

Dihormatinya hak masyarakat, diberikannya kesempatan yang sama, dioptimalkannya manfaat dari keterlibatan dalam minyak sawit dan dijaminnya pemulihan. ...................................................... 20

Prinsip 5: Inklusivitas Petani ............................................................................................................... 26

Prinsip 6: Hak dan Kondisi Pekerja ...................................................................................................... 28

Sasaran Dampak Lingkungan (Planet): Konservasi, perlindungan, dan peningkatan ekosistem yang bermanfaat bagi kehidupan generasi mendatang .............................................................................. 33

Tujuan dan hasil .................................................................................................................................. 33

Prinsip 7: Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Keanekaragaman Hayati Ditingkatkan .................... 33

Pembukaan untuk Kriteria 7.13: ......................................................................................................... 40

Prinsip pedoman yang diusulkan untuk pelaksanaan: .......................................................................... 42

Page 3: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO P&C – P&C Review 2017/2018 Draft 2

16 Mei 2018 Hal. 3 dari 45

2 Pendahuluan tentang P&C P&C RSPO berlaku bagi produksi Minyak Kelapa Sawit di seluruh dunia. P&C RSPO mencakup dampak-dampak lingkungan dan sosial yang paling signifikan dari produksi minyak kelapa sawit beserta input langsung untuk produksi seperti benih, bahan kimia dan air, dan dampak sosial yang berkaitan dengan pekerja dan masyarakat di perkebunan. P&C RSPO berlaku pada perkebunan-perkebunan yang saat ini masih beroperasi beserta perencanaan, penentuan lokasi, pembangunan, perluasan dan penanaman barunya. Persyaratan-persyaratan ketertelusuran berkaitan dengan pengendalian produk kelapa sawit bersertifikat RSPO dalam rantai pasok, termasuk aliran produk kelapa sawit bersertifikat RSPO dan klaim-klaim terkait. Meski ToC RSPO mengakui peranan SEMUA pihak yang bertanggung jawab atas dampak RSPO, dokumen ‘Prinsip dan Kriteria untuk Produksi Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan’ ini hanya berlaku pada tingkat produksi saja, yaitu Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan basis pasoknya. Semua anggota RSPO memiliki tanggung jawab bersama untuk menjadikan minyak kelapa sawit berkelanjutan sebagai norma, beserta mekanisme akuntabilitas lainnya. Berdasarkan Kode Etik (Code of Conduct) RSPO yang mengikat semua anggota, anggota yang tidak secara langsung tunduk pada P&C wajib melaksanakan standar paralel lainnya yang sesuai dengan organisasi masing-masing, akan tetapi standar dimaksud tidak boleh lebih rendah dari yang diatur dalam P&C (3.2). Guna menyelaraskan dan memadupadankan tanggung jawab bersama atas dampak yang ada, standar yang diusulkan ini telah mengidentifikasi serangkaian persyaratan bersama, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1 melalui gradasi warna yang lebih gelap. Ini memastikan adanya ekspektasi yang konsisten terhadap standar praktik terbaik bagi semua anggota RSPO dan berkaitan dengan Transparansi, Perilaku Etis, Legalitas, Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), Hak dan Kondisi Pekerja, Pemanfaatan Energi dan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Pendekatan RSPO untuk mengurangi deforestasi (lihat Kriteria 7.13) di masa depan akan dikaitkan dengan pendekatan Sertifikasi Yurisdiksi RSPO. Pengembangan di masa depan dalam negara-negara High Forest Cover dapat dipertimbangkan jika ini merupakan bagian dari komitmen terikat waktu (timebound commitment) terhadap pendekatan yurisdiksi RSPO. Pendekatan ini bertujuan untuk mengintegrasikan aspek komitmen ‘tanpa deforestasi’ korporat yang ada dalam rantai pasok dengan menyertakan petani dan masyarakat.

Page 4: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO P&C – P&C Review 2017/2018 Draft 2

16 Mei 2018 Hal. 4 dari 45

3 Visi dan Teori Perubahan (ToC) RSPO Teori perubahan (ToC) RSPO merupakan suatu rencana umum (roadmap) yang menunjukkan cara yang digunakan RSPO untuk mewujudkan visinya. Untuk menjadikan minyak kelapa sawit berkelanjutan sebagai norma , maka RSPO dengan berbekal dukungan para anggota, mitra beserta para pelaku lainnya akan melaksanakan strategi-strategi dan kegiatan kunci demi memicu terjadinya transformasi sektor minyak kelapa sawit. Strategi-strategi ini dimaksudkan untuk menghadirkan keluaran langsung dalam bentuk meningkatnya pengadopsian standar-standar RSPO, semakin transparan dan inklusifnya sistem RSPO, meningkatnya serapan pasar terhadap minyak kelapa sawit berkelanjutan, dan perbaikan situasi pemungkin (enabling environment) yang akan membantu pencapaian tersebut. Seiring waktu, keluaran-keluaran ini akan membawa kepada hasil yang diharapkan; untuk meningkatkan taraf hidup petani kelapa sawit, menciptakan industri minyak kelapa sawit yang lebih sejahtera dan membuat kita mampu melestarikan bumi ini beserta sumber daya yang dimilikinya dengan cara yang lebih baik. Tatkala ToC terwujud sepenuhnya, akan terlihat perubahan pada hal-hal yang terpenting di lapangan, yakni suatu ruang di mana kelapa sawit, lingkungan hidup dan masyarakat setempat dapat hidup berdampingan secara harmonis. ToC juga memberikan suatu kerangka kerja untuk memantau, mengevaluasi dan melaporkan dampak-dampak yang diperoleh dari penerapan P&C RSPO. Detail dapat dilihat pada RSPO Theory of Change.

Pelaksanaan P&C yang efektif dan semakin banyaknya pekebun yang menggunakan P&C akan menghasilkan hasil antara sebagai berikut: • Diminimalkannya pemanfaatan sumber daya (tanah, air dan energi), pengurangan pemanfaatan

input – berkurangnya biaya. • Berkurangnya polusi (air, udara, GRK). • Meningkatnya manajemen risiko – rencana kelola dan kajian/penilaian. • Perlindungan ekosistem yang lebih baik. • Produktivitas yang optimal. • Dihormatinya hak atas tanah dan hak pemanfaatan. • Pekerjaan yang aman dan layak bagi semua anggota masyarakat.

Page 5: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO P&C – P&C Review 2017/2018 Draft 2

16 Mei 2018 Hal. 5 dari 45

Proses perubahan di RSPO dicirikan dengan adanya kemajuan dalam “Mobilisasi, TIndakan dan Bertransformasi”. Sebagai pilar utama ToC RSPO, hal ini didukung oleh konsep tanggung jawab dan akuntabilitas bersama untuk mencapai hasil. Komitmen: Semua pelaku berkomitmen untuk turut berkontribusi dalam transformasi pasar. Kolaborasi: Mengakui adanya kebutuhan akan kerja sama dan mewujudkannya: transformasi pasar tidak akan terwujud tanpa kerja sama. Akuntabilitas: Komitmen dan kerja sama perlu dipadukan dengan tanggung jawab bersama atas dampak. Ekspektasi mitra dan anggota adalah komitmen bersama untuk berpartisipasi dan akuntabilitas terhadap satu sama lain (mutual) atas hasil yang dicapai, dengan berdasarkan persetujuan bersama.

Page 6: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO P&C – P&C Review 2017/2018 Draft 2

16 Mei 2018 Hal. 6 dari 45

4 Fokus pada Hasil Tujuan inti dari tinjauan terhadap P&C RSPO 2018 antara lain adalah:

• memasukkan unsur-unsur dampak; • membuatnya lebih relevan dan praktis, khususnya dengan membuatnya termetrikasi (dapat

diukur); dan • memasukkan unsur-unsur dampak sebagaimana diarahkan dalam ToC.

Penting untuk diperhatikan bahwa tidaklah memenuhi kelayakan untuk mengusulkan hasil terukur secara spesifik pada tingkat indikator dikarenakan banyaknya tantangan, baik yang bersifat teknis maupun politis. Dari penelitian dan pengalaman untuk standar lain, tantangan ini mencakup hal-hal sebagai berikut.

• Atribusi – pencapaian hasil dilakukan berdasarkan atas berbagai tindakan dan konteks yang ada, yang kerap berada di luar kendali pekebun (cuaca, kekuatan pasar, hama).

• Penentuan hasil yang relevan secara global. • Keberpihakan kepada pekebun yang lebih besar dan memiliki sumber daya lebih banyak, di

mana hal ini dapat menumpulkan motivasi pekebun menengah ke bawah. • Biaya dan beban untuk sistem pelaporan dan pengelolaan data.

Meski demikian, P&C yang berfokus pada hasil masih dapat dicapai. Dengan adanya restrukturisasi, yang sebenarnya dilakukan adalah memperjelas hubungan antara serangkaian kriteria yang ada dan hasil yang dikehendaki. Selain itu, saat ini tengah dilakukan pembahasan terhadap serangkaian ‘indikator pelaporan’ inti yang dapat dimasukkan ke dalam Prinsip Pengelolaan dengan penyempurnaan terus-menerus di masa mendatang. Pemantauan dan analisis-lah yang akan mengarahkan dan mendukung inovasi serta peningkatan terus menerus untuk pekebun. Ini tidak akan berfungsi hanya sebagai indikator kepatuhan semata, tetapi pelaporannya akan dianjurkan. Dengan cara ini, RSPO akan mendapatkan informasi secara luas mengenai hasil pelaksanaan P&C. Diusulkan agar indikator pelaporan ini berbentuk serangkaian kecil metrik strategis yang terkait langsung dengan P&C tersebut dan diselaraskan dengan ToC dan Indikator Kinerja Utama (IKU) kelembagaan RSPO. Semua ini akan dilakukan secara anonim untuk keperluan analisis, pemasaran dan penilaian dampak.

Kriteria seleksinya adalah sebagai berikut.

• Menambahkan nilai bagi pekebun. • Terkait langsung pada persyaratan-persyaratan P&C. • Hasil kunci ToC. • Telah dipersyaratkan untuk pengukuran, pemantauan dan/atau pelaporan.

Daftar Potensial (sudah diwajibkan untuk diukur, dipantau dan/atau dilaporkan) Panen/produktivitas lahan 3.1.1 Jumlah hektar yang diidentifikasi sebagai kawasan pencadangan Nilai Konservasi Tinggi (NKT) 5.2.1 Jumlah hektar kawasan gambut 4.3 Emisi GRK 5.6 (sudah dilaporkan dalam PalmTrace) Pemanfaatan energi 5.4.1 Pemanfaatan air per ton Tandan Buah Segar (TBS) 4.4.4 Ukuran Kecelakaan Kerja Hilang Waktu (Lost Time Accident/LTA) 4.7.7 Jumlah pekerja – berdasarkan gender/status lokal – 6.11.1. analisis Jumlah pelatihan (berdasarkan jenisnya?) – 4.5, 4.8, 5.2, 5.8, 6.13 Upah layak – 6.5 HAM dan hak pekerja – biner Mendapatkan hak kepenguasaan lahan Kompensasi lahan yang dibayarkan per hektar 6.4.3 Tenaga kerja setempat yang direkrut sebagai bagian dari tenaga kerja keseluruhan 6.11.1 Partisipasi petani (jumlah) 6.11.2 dan jenis jasa (sudah ada dalam ACOP untuk anggota lainnya) Jumlah petani yang menjadi bagian basis pasok, yang dibedakan antara petani plasma dan mandiri.

Page 7: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO P&C – P&C Review 2017/2018 Draft 2

16 Mei 2018 Hal. 7 dari 45

5 Struktur P&C P&C RSPO yang diusulkan ini ditata dalam tiga wilayah dampak berdasarkan ToC RSPO. Prinsip-prinsipnya mengalami sedikit perubahan sesuai dengan perampingan dan akan lebih berfokus pada hasil. Sasaran Dampak Kesejahteraan (Prosperity): Sektor yang kompetitif, berketahanan dan berkelanjutan

Prinsip 1 Transparansi dan Etika Prinsip 2 Kepatuhan Hukum dan Hak Prinsip 3 Perencanaan, Prosedur dan Perbaikan

Sasaran Dampak Sosial (People): Mata pencaharian berkelanjutan & Pengurangan Kemiskinan

Prinsip 4 Kesejahteraan Masyarakat Prinsip 5 Inklusivitas Petani Prinsip 6 Hak dan Kondisi Pekerja

Sasaran Dampak Lingkungan (Planet): Ekosistem yang Lestari, dilindungi dan ditingkatkan, yang bermanfaat bagi kehidupan generasi mendatang

Prinsip 7 Tanggung jawab Lingkungan serta Konservasi Sumber Daya Alam dan Keanekaragaman Hayati

Peran dari masing-masing unsur standar:

Istilah Penjelasan Dokumen Pengaturan Standar RSPO

Kategori

Prinsip Pernyataan mendasar mengenai hasil yang dikehendaki

Pernyataan mendasar mengenai hasil yang dikehendaki, yang sering kali memberikan tujuan secara lebih terperinci

Normatif

Kriteria Tampilan pelaksanaan prinsip – prakondisi/sarana untuk menilai dipenuhi atau tidaknya prinsip yang ada.

Syarat yang perlu dipenuhi guna memenuhi suatu prinsip. Kriteria menjadi pelengkap bagi suatu prinsip, dalam artian sesungguhnya maupun operasional, tanpa menjadi ukuran langsung terhadap kinerja.

Normatif

Indikator Variabel untuk mengukur pelaksanaan (positif atau negatif)

Terpenuhinya keadaan-keadaan yang terukur, sehingga kajian/penilaian dapat dilakukan untuk mengetahui apakah kriteria-kriteria terkait tengah dipenuhi. Indikator berisi suatu pesan atau bagian informasi yang sarat makna.

Normatif

Panduan

Informasi tambahan yang membantu pemahaman, pelaksanaan dan pengauditan suatu persyaratan, indikator

Panduan berisi informasi bermanfaat untuk membantu pekebun/pihak manajemen PKS dan auditor dalam memahami makna Kriteria dan/atau Indikator dalam praktiknya untuk menjadi acuan indikasi praktik yang baik dan praktik yang perlu diikuti. (P&C 2013).

Informatif

Page 8: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO P&C – P&C Review 2017/2018 Draft 2

16 Mei 2018 Hal. 8 dari 45

Peran Istilah dan Definisi Beberapa istilah yang dipakai dalam standar memuat definisi yang spesifik dari RSPO sebagaimana diatur dalam Bagian Istilah dan Definisi pada standar ini. Definisi dimaksud merupakan unsur yang mengikat dalam kriteria-kriteria dan indikator yang ada.

Page 9: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 9 dari 45

Tabel 1: Gambaran Hasil P&C Berfokus Hasil yang Telah Direstrukturisasi – bagian bergradasi lebih gelap adalah persyaratan BERSAMA yang diusulkan

Wilayah Dampak ToC Tujuan ToC Prinsip atau Topik Topik Kriteria No Kriteria Lama

NP Kaitan dengan ToC - Hasil Antara

Ketersediaan informasi dan publik 1.1/1.2/6.10 Peningkatan Kualitas Manajemen ResikoKomunikasi dan konsultasi 6.2 Peningkatan Kualitas Manajemen ResikoKomitmen terhadap kode etik 1.3/6.10 Peningkatan Kualitas Manajemen ResikoKepatuhan hukum 2.1/6.10 Peningkatan Kualitas Manajemen ResikoHukum kontraktor pihak ketiga NEW TF4 Peningkatan Kualitas Manajemen ResikoTBS dengan sumber sah NEW TF4 Peningkatan Kualitas Manajemen ResikoRencana jangka panjang dan viabilitas ekonomi 3.1 Peningkatan Kualitas Manajemen Resiko, lintas sektorPerbaikan terus menerus 8.1 Peningkatan Kualitas Manajemen Resiko, lintas sektorProsedur Operasional Baku (SOP) 4.1 Peningkatan Kualitas Manajemen ResikoAnalisis Dampak Lingkungan Sosial dan Perencanaan

5.1/6.17.1

Peningkatan Kualitas Manajemen Resiko

Sistem pengelolaan pegawai NEW TF4Peningkatan Kualitas Manajemen Resiko, Pekerjaan yang Aman dan Layak

Prosedur pekerjaan 6.4bPeningkatan Kualitas Manajemen Resiko, Pekerjaan yang Aman dan Layak

Pelatihan 4.8Peningkatan Kualitas Manajemen Resiko, Pekerjaan yang Aman dan Layak

Penghormatan terhadap HAM 6.13 Penegakan HAMPengaduan dan Keluhan 6.3 Penegakan HAMPemanfaatan Lahan: FPIC 2.3 7.5 Penegakan HAMPemanfaatan Lahan: Ganti Rugi 6.4 7.6 Penegakan HAMPemanfaatan Lahan: Konflik 2.2 Penegakan HAMKontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal

6.11 Akses Inklusif, Masyarakat

5. Inklusivitas petani Hubungan yang adil dan transparan dengan petani 6.1 Akses Inklusif, Petani

Peningkatan kualitas mata pencaharian 6.11 PetaniKetentuan pembayaran dan kerja 6.5 Pekerjaan yang Aman dan LayakKebebasan berserikat 6.6 Penegakan HAM, Pekerjaan yang Aman dan LayakTidak ada pekerja anak 6.7 Penegakan HAM, Pekerjaan yang Aman dan LayakTidak ada diskriminasi 6.8 Penegakan HAM, Pekerjaan yang Aman dan LayakTidak ada pelecehan 6.9 Penegakan HAM, Pekerjaan yang Aman dan Layak

Tidak ada tenaga kerja paksa atau diperdagangkan 6.12 Penegakan HAM, Pekerjaan yang Aman dan Layak

Rencana Kesehatan dan Keselamatan Kerja 4.7 Pekerjaan yang Aman dan LayakPengelolaan hama terpadu yang efektif 4.5 Pemanfaatan Sumber Daya, Polusi, ProduktivitasPenggunaan pestisida tidak membahayakan 4.6 Diminimalkannya Pemanfaatan Sumber Daya, PolusiPengelolaan limbah 5.3 Diminimalkannya Pemanfaatan Sumber Daya, PolusiKesehatan/kesuburan tanah 4.2 7.2 Produktivitas yang Optimal, EkosistemKonservasi tanah (erosi/degradasi) 4.3a 7.4a Berkurangnya PolusiGambut 4.3b 7.4b Polusi, EkosistemKualitas dan Kuantitas Air 4.4 Pemanfaatan Sumber Daya, Polusi, EkosistemPemanfaatan Energi 5.4 Pemanfaatan Sumber Daya Minimal, PolusiPolusi dan GRK 5.6 7.8 Berkurangnya Kadar PolusiKebakaran 5.5 7.7 Berkurangnya Kadar PolusiTidak ada deforestasi (termasuk NKT) 5.2 7.3 Dilindunginya Ekosistem

LingkunganTujuan Dampak:

Ekosistem yang Lestari, dilindungi dan

ditingkatkan, yang bermanfaat bagi

kehidupan generasi mendatang.

Tujuan Dampak: Pelestarian, perlindungan, dan peningkatan terhadap ekosistem yang tersedia bagi generasi berikutnya. Ekosistem beserta jasa-jasanya

terlindungi, pulih, dan memiliki ketahanan, termasuk di dalamnya melalui konsumsi dan produksi berkelanjutan

serta pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan [hutan yang dikelola secara lestari, memerangi

penggurunan, menghentikan kehilangan keanekaragaman hayati (SDG15)]. Perubahan iklim diatasi melalui penurunan emisi GRK secara terus-

menerus, dan polusi udara dan air dikendalikan.

7. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Keanekaragaman Hayati

KesejahteraanSasaran Dampak:

Sektor yang kompetitif, berketahanan, dan

berkelanjutan

Sektor minyak sawit yang berkelanjutan, kompetitif, dan berketahanan akan menentukan kelangsungan

seluruh rantai pasok dan manfaat bersama bagi sektor swasta maupun mata pencaharian masyarakat di lokasi budi daya kelapa sawit dalam jangka panjang. Sistem

perencanaan dan pengelolaan yang efektif akan membantu dalam kelangsungan ekonomi serta

kepatuhan dan resiko lingkungan dan sosial, menetapkan prosedur dan sistem untuk memastikan

kesesuaian dengan P&C RSPO, dan mendukung perbaikan terus-menerus menuju minyak sawit

berkelanjutan.

1. Transparansi dan etika

2. Kepatuhan hukum dan hak

3. Prosedur perencanaan dan perbaikan

SosialSasaran Dampak: Mata

Pencaharian Berkelanjutan &

Pengurangan Kemiskinan

Dilindungi, Dihormati dan Dipulihkannya HAM. Sektor minyak kelapa sawit berkontribusi terhadap

pengentasan kemiskinan dan produksi minyak kelapa sawit merupakan sumber dari mata pencaharian

berkelanjutan. Dalam hal ini, dilakukan penghormatan terhadap HAM. Masyarakat turut berpartisipasi dalam proses-proses yang memengaruhi kehidupan mereka

dengan akses dan manfaat bersama. Semua orang yang terlibat dalam produksi minyak kelapa sawit memiliki peluang yang setara untuk memenuhi potensi mereka dalam pekerjaan dan masyarakat secara bermartabat

dan penuh kesetaraan serta dalam lingkungan pekerjaan dan kehidupan yang sehat.

6. Hak dan kondisi pekerja

4. Hak dan Manfaat bagi Masyarakat

Page 10: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 10 dari 45

Sasaran Dampak Kesejahteraan (Prosperity): Sektor yang kompetitif, berketahanan, dan berkelanjutan Tujuan dan Hasil Sektor minyak sawit yang berkelanjutan, kompetitif, dan berketahanan akan menentukan kelangsungan seluruh rantai pasok dan manfaat bersama bagi sektor swasta maupun penghidupan masyarakat di lokasi budi daya kelapa sawit dalam jangka panjang. Sistem perencanaan dan pengelolaan yang efektif akan membantu dalam kelangsungan ekonomi serta kepatuhan dan risiko lingkungan dan sosial, menetapkan prosedur dan sistem untuk memastikan kesesuaian dengan P&C RSPO, dan mendukung perbaikan terus-menerus menuju minyak sawit berkelanjutan.

Prinsip 1. Transparansi dan etika Prinsip 2. Kepatuhan hukum dan hak Prinsip 3. Perencanaan prosedur dan perbaikan

Prinsip 1: Transparansi dan Etika Penyediaan informasi sosial, lingkungan, dan usaha yang kredibel kepada masyarakat akan memungkinkan pengambilan keputusan yang dilakukan secara lebih berwawasan sehingga kualitasnya akan lebih baik. Informasi yang relevan, jujur, dan mudah dipahami akan meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan.

Kriteria Indikator Hasil yang Menjadi Fokus

ToC 1.1 (versi sebelumnya 1.1) Unit sertifikasi menyediakan informasi yang memadai kepada para pemangku kepentingan mengenai isu lingkungan, sosial dan legal yang relevan dengan Kriteria RSPO, dalam bahasa dan bentuk yang sesuai guna memudahkan partisipasi efektif dalam pembuatan keputusan.

1.1.1 (versi sebelumnya 1.2.1) Dokumen manajemen yang dinyatakan dalam Prinsip dan Kriteria RSPO dibuka untuk publik. 1.1.2 (SPG versi sebelumnya untuk 1.1.1) Informasi disajikan dalam bahasa yang sesuai dan dapat diakses oleh pemangku kepentingan. 1.1.3 (versi sebelumnya 1.1.2) Catatan permintaan informasi serta tanggapan yang diberikan harus disimpan dengan baik. 1.1.4 (versi sebelumnya 6.2.1) Prosedur konsultasi dan komunikasi harus didokumentasikan, diperlihatkan, dilaksanakan, disediakan, dan dijelaskan kepada semua pemangku kepentingan terkait oleh petugas manajemen yang telah ditunjuk.

Meningkatnya manajemen risiko

Page 11: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 11 dari 45

Kriteria Indikator Hasil yang Menjadi Fokus

1.1.5 (versi sebelumnya 6.2.3) Terdapat daftar terbaru mengenai pemangku kepentingan dan perwakilannya yang telah ditunjuk.

1.2 (versi sebelumnya 1.3) Unit sertifikasi berkomitmen pada perilaku etis dalam seluruh transaksi dan operasi bisnis.

1.2.1 (versi sebelumnya 1.3.1 & 1.3.2) Terdapat kebijakan mengenai perilaku etis dan dilaksanakan dalam semua operasi dan transaksi bisnis, termasuk dalam perekrutan dan kontrak dengan pihak ketiga. 1.2.3 (versi sebelumnya 1.3.3) Terdapat suatu sistem untuk memantau kepatuhan dan pelaksanaan kebijakan dan keseluruhan praktik bisnis yang etis

Meningkatnya manajemen risiko

Prinsip 2: Legalitas Kepatuhan atau ketaatan terhadap hukum dan peraturan akan menjamin perilaku bertanggung jawab untuk melindungi masyarakat dan lingkungan.

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang difokuskan

ToC

2.1 (versi sebelumnya 2.1) Terdapat kepatuhan terhadap seluruh regulasi dan hukum lokal, nasional, dan internasional yang telah diratifikasi

2.1.1 (versi sebelumnya 2.1.1) Unit sertifikasi patuh terhadap persyaratan legal yang relevan. 2.1.2 (versi sebelumnya 2.1.2) Menerapkan sistem yang terdokumentasi untuk menjamin kepatuhan hukum, termasuk dengan pihak ketiga yang dikontrak, lembaga perekrutan, penyedia layanan, dan kontraktor pekerja. Sistem ini memiliki perangkat untuk mencatat setiap perubahan dalam hukum. 2.1.3 (versi sebelumnya 2.1.3b) Untuk sumber dari petani, termasuk melalui perantara, dikembangkan suatu rencana terjadwal yang bersifat progresif untuk mencapai kepatuhan.

Meningkatnya manajemen risiko

Page 12: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 12 dari 45

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang difokuskan

2.1.4 (versi sebelumnya 2.2.2) Tidak ada penanaman di luar area yang telah ditetapkan secara legal dan batas wilayah legal atau yang telah ditetapkan harus ditentukan dengan jelas dan terlihat dipertahankan.

2.2 (versi sebelumnya 2.X.BARU1) Kontraktor pihak ketiga yang menyediakan layanan operasional dan memasok pekerja, harus mematuhi persyaratan hukum.

2.2.1 (versi sebelumnya 2.x.1) Daftar pihak ketiga yang dikontrak harus disimpan dengan baik. 2.2.2 (versi sebelumnya 2.x.2) Pihak ketiga terkait yang dikontrak dapat menunjukkan bahwa mereka patuh (disebutkan dalam kontraknya) terhadap persyaratan hukum. 2.2.3 (versi sebelumnya 6.12.4) Klausul-klausul terhadap kerja paksa dan pekerja yang diperdagangkan dimasukkan dalam perjanjian dengan penyedia layanan dan pemasok.

2.3 (versi sebelumnya 2.X.BARU2) Semua pasokan FFB dari luar unit sertifikasi berasal dari sumber yang legal.

2.3.1 (versi sebelumnya 2.1.3) Pabrik minyak sawit harus menunjukkan bahwa semua sumber FFB memenuhi persyaratan hukum. 2.3.2 (versi sebelumnya 2.x.Baru2.1) Untuk semua FFB yang bersumber langsung, pabrik mencatat informasi sebagai berikut.

• (versi sebelumnya 2.x.1.1.) Informasi mengenai lokasi geografis tempat asal FFB • (versi sebelumnya 2.x.1.2) Bukti status kepemilikan atau hak/klaim atas lahan oleh pekebun/petani • (versi sebelumnya 2.x.1.3) Jika dimungkinkan, izin tanam/operasi/dagang yang masih berlaku, atau

merupakan bagian dari koperasi yang memungkinkan dilakukannya jual beli FFB.

2.3.3 (versi sebelumnya 2.x.Baru2.2) Untuk semua FFB yang berasal dari pihak ketiga yang tidak diperoleh secara langsung, seperti misalnya pusat pengumpulan, agen, atau perantara lainnya, maka harus disediakan bukti sebagaimana tercantum dalam (versi sebelumnya) 2.x.1.

Page 13: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 13 dari 45

Prinsip 3: Perencanaan Prosedur dan Perbaikan Sasaran keseluruhan dari prinsip ini adalah untuk membantu pekebun menjadi lebih profesional dengan cara mengelola berbagai aspek sosial, lingkungan dan agronomi dari operasi mereka dengan lebih baik lagi. Untuk mencapainya, pekebun melaksanakan rencana kelola jangka panjang dengan menetapkan prosedur dan sistem untuk memastikan perbaikan yang terus-menerus. Sebagai hasilnya, sistem perencanaan dan pengelolaan ini akan mendukung produksi dan efisiensi yang optimal, dampak sosial positif, pengurangan dampak lingkungan, dan peningkatan ketahanan tatkala beradaptasi terhadap perubahan.

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang Menjadi

Fokus

ToC

3.1 (versi sebelumnya 3.1) Terdapat rencana manajemen yang terimplementasi, yang bertujuan mencapai viabilitas ekonomi dan finansial jangka panjang.

3.1.1 (versi sebelumnya 3.1.1) Sebuah rencana manajemen atau bisnis harus didokumentasikan dan meliputi, apabila berlaku, sebuah kasus bisnis untuk petani penggarap skema (scheme smallholders).

3.1.2 (3.1.2) Tersedia sebuah program tahunan penanaman ulang yang diproyeksikan untuk selama minimum lima tahun (namun apabila diperlukan, dapat berjalan lebih lama untuk merefleksikan pengelolaan tanah rentan, lihat (versi sebelumnya) Kriteria 4.3), yang ditinjau setiap tahun. 3.1.3 (versi sebelumnya SCCS 5.13.1/5.13.2) Organisasi harus melakukan tinjauan pengelolaan pada jangka waktu yang telah direncanakan sesuai dengan skala dan sifat dari kegiatan yang dilaksanakan, termasuk di dalamnya tinjauan mengenai: • hasil audit; • umpan balik konsumen; • kinerja proses dan kepatuhan/kesesuaian produk; • status tindakan pencegahan dan perbaikan; • tindak lanjut dari tinjauan pengelolaan; • perubahan yang dapat memberikan dampak terhadap sistem pengelolaan; dan • rekomendasi untuk perbaikan.

Meningkatnya manajemen risiko Produktivitas yang dioptimalkan

3.2 (versi sebelumnya 8.1) Unit sertifikasi secara reguler

3.2.1 (versi sebelumnya 8.1.1) Rencana tindakan untuk perbaikan berkelanjutan diimplementasikan, berdasarkan pertimbangan dampak sosial dan lingkungan utama serta peluang (opportunities) pengusaha perkebunan/pabrik minyak sawit, dan harus meliputi semua indikator relevan yang dicakup dalam Prinsip dan Kriteria ini.

Page 14: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 14 dari 45

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang Menjadi Fokus

memantau dan meninjau ulang kegiatan mereka, dan mengembangkan serta menerapkan rencana tindakan yang memungkinkan perbaikan berkelanjutan yang tampak dalam operasi-operasi utama.

3.3 (versi sebelumnya 4.1) Prosedur-prosedur operasi didokumentasikan secara pantas, serta diterapkan dan dipantau secara konsisten.

3.3.1 (versi sebelumnya 4.1.1) Terdapat Standard Operating Procedures (SOP) untuk perkebunan dan pabrik minyak sawit. 3.3.2 (versi sebelumnya 4.1.2) Terdapat mekanisme untuk memeriksa konsistensi pengimplementasian prosedur. 3.3.3 (versi sebelumnya 4.1.3) Catatan-catatan pemantauan dan pelaksanaan setiap tindakan harus terpelihara dan tersedia, dengan sesuai.

Meningkatnya manajemen risiko

3.4 (versi sebelumnya 5.1 & 6.1) Aspek-aspek manajemen perkebunan dan pabrik minyak sawit, termasuk penanaman ulang, yang memiliki dampak lingkungan dan sosial diidentifikasi secara partisipatif, dan rencana untuk mengurangi dampak negatif dan meningkatkan dampak positif telah dibuat,

3.4.1 (versi sebelumnya 5.1.1 & 6.1.1) Kajian dampak sosial dan lingkungan (Social and Environmental Impact Assessment/SEIA), dilaksanakan melalui metodologi partisipatif yang mencakup para pemangku kepentingan yang terdampak dan relevan, termasuk di dalamnya dampak dari skema petani/pemasok buah luar, didokumentasikan. 3.4.2 (versi sebelumnya 5.1.2 & 6.1.3) Rencana pengelolaan dan pemantauan, termasuk jadwalnya, untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif dan meningkatkan dampak positif, dikembangkan dengan partisipasi dari pihak-pihak yang terdampak. 3.4.3 (versi sebelumnya 5.1.3) Rencana ini dilaksanakan dan adaptif terhadap perubahan operasional.

Meningkatnya manajemen risiko HAM dijunjung tinggi

Page 15: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 15 dari 45

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang Menjadi Fokus

diterapkan dan dipantau, untuk menunjukkan perbaikan secara terus menerus.

3.5 (versi sebelumnya 7.1) Untuk penanaman baru, analisis dampak sosial dan lingkungan secara independen, partisipatif, dan komprehensif dilaksanakan sebelum pendirian perkebunan atau operasi baru, atau perluasan perkebunan lama, dan hasilnya diperhitungkan dalam perencanaan, manajemen dan operasi.

3.5.1 (versi sebelumnya 7.1.1) Analisis dampak sosial dan lingkungan (social and environmental impact assessment/SEIA) yang independen dilaksanakan melalui metodologi partisipatif dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan relevan yang terdampak, didokumentasikan, termasuk di dalamnya dampak dari skema pemasok buah luar. 3.5.2 (versi sebelumnya 7.1.2) Rencana pengelolaan dan pemantauan, termasuk jadwalnya, untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif dan meningkatkan dampak positif, dikembangkan dengan partisipasi pihak-pihak terdampak. 3.5.3 Rencana ini dilaksanakan dan adaptif terhadap perubahan operasional.

3.6 (versi sebelumnya 6.4b) Terdapat sistem untuk mengelola pekerja.

3.6.1 (versi sebelumnya 6.4b.1) Prosedur untuk perekrutan, seleksi, promosi, pensiun dan penghentian hubungan kerja didokumentasikan. 3.6.2 (6.4b.2) Terdapat mekanisme untuk mengecek konsistensi pelaksanaan prosedur ini dan catatan dipelihara.

Meningkatnya manajemen risiko Kerja yang aman dan layak

Page 16: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 16 dari 45

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang Menjadi Fokus

3.7 (versi sebelumnya 4.7) Rencana keselamatan dan kesehatan pekerjaan didokumentasikan, dikomunikasikan secara efektif, dan diimplementasikan

3.7.1 (versi sebelumnya 4.7.2) Semua operasi dikaji risikonya untuk mengidentifikasi persoalan kesehatan dan keselamatan, dan prosedur didokumentasikan dan diimplementasikan. 3.7.2 (versi sebelumnya 4.7.1) Tingkat efektivitas rencana kesehatan dan keselamatan dipantau untuk mengatasi risiko kesehatan dan keselamatan terhadap masyarakat dan lingkungan.

Meningkatnya manajemen risiko Kerja yang aman dan layak

3.8 (versi sebelumnya 4.8) Seluruh staf, pekerja, petani penggarap dan pekerja kontrak telah diberikan pelatihan yang layak. KATA KUNCI untuk (kriteria BARU/yang diperluas) Program pelatihan menyeluruh meningkatkan pengetahuan dan kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan, memahami hak dan mematuhi persyaratan hukum dan standar.

3.8.1 (versi sebelumnya 4.8.1) Terdapat program pelatihan tercatat yang dapat diakses semua pekerja serta petani plasma dan pemasok buah luar yang mempertimbangkan kebutuhan secara spesifik berdasarkan gender dan mencakup seluruh aspek Prinsip dan Kriteria RSPO, dalam bentuk yang mereka pahami, dan meliputi penilaian reguler terhadap pelatihan. 3.8.2 (versi sebelumnya 4.8.2) Catatan pelatihan harus dipelihara (jika perlu secara orang perorangan). 3.8.3 (versi sebelumnya SCCS 5.8.2) Pelatihan yang sesuai diberikan bagi personil yang melaksanakan tugas yang penting terhadap pelaksanaan sistem sertifikasi rantai pasok yang efektif. Pelatihan ini spesifik dan sesuai dengan tugas yang dilaksanakan.

Meningkatnya manajemen risiko Kerja yang aman dan layak

Page 17: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 17 dari 45

Catatan untuk Konsultasi Publik mengenai Penggabungan Persyaratan Rantai Pasok: Revisi P&C untuk produksi minyak sawit berkelanjutan merupakan peluang untuk mengklarifikasi cakupannya dan mempermudah pelaksanaan proses sertifikasi. Konsultasi dengan Lembaga Sertifikasi (LS) dan pekebun telah menunjukkan adanya ketertarikan untuk menggabungkan modul D dan E pada Standar Rantai Pasok ke dalam P&C yang berlaku untuk PKS. Dalam sistem RSPO, yang menjadi unit sertifikasi adalah PKS dan basis pasoknya, dan produk bersertifikatnya adalah CPO dan PK. Pada saat ini PKS disertifikasi menggunakan P&C dan berdasarkan modul D dan E Standar Rantai Pasok RSPO, di mana keduanya berlaku hanya pada PKS. Hal ini membingungkan bagi pekebun dan CB yang harus merujuk pada kedua standar tersebut untuk pelatihan, persiapan sertifikasi, dan laporan audit sertifikasi/pengawasannya. Selain itu, hal ini juga mengaburkan batas antara PKS dan operator hilir lainnya yang juga disertifikasi berdasarkan Standar Rantai Pasok RSPO (SCCS). Penggabungan modul D dan E SCCS RSPO ke dalam P&C akan membuat cakupan P&C menjadi ‘menyeluruh’, sekaligus menyederhanakan proses sertifikasi secara keseluruhan. Tulisan di sini diambil langsung dari Standar Rantai Pasok RSPO untuk menggambarkan bagaimana integrasi yang demikian dapat terlihat dan belum dimodifikasi, dengan menunda konsultasi internal yang juga dengan Komite Tetap Dagang dan Keterlacakan RSPO. Maka dari itu, pada saat ini kami lebih menerima komentar mengenai konsep umum integrasi persyaratan rantai pasok untuk PKS daripada komentar mendetail mengenai susunan kata.

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang Menjadi Fokus

CATATAN: penomoran dilakukan berdasarkan standar SCCS saat ini – akan menjadi 3.9 & seterusnya dalam P&C hasil revisi

Hasil ToC

Prosedur tercatat 5.3/D3/E3

Unit harus memiliki prosedur tertulis dan/atau instruksi kerja guna memastikan dilaksanakannya semua unsur dari model rantai pasok yang berlaku dan dijelaskan secara spesifik. Ini harus mencakup sekurangnya hal-hal berikut ini.

• Prosedur yang lengkap dan termutakhir yang mencakup pelaksanaan semua unsur dalam persyaratan model rantai pasok tersebut.

• Catatan dan laporan lengkap serta termutakhir yang menunjukkan kepatuhan terhadap persyaratan model rantai pasok tersebut (termasuk catatan pelatihan).

• Identifikasi peran orang-orang yang memiliki tanggung jawab menyeluruh atas dan kewenangan dalam pelaksanaan persyaratan-persyaratan ini serta kepatuhan terhadap semua persyaratan yang berlaku. Orang-orang yang dimaksud harus mampu menunjukkan pengetahuan akan prosedur organisasi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan standar ini.” ·Unit harus memiliki prosedur tercatat untuk penerimaan dan pengolahan TBS, baik yang bersertifikat maupun tidak.

Meningkatnya manajemen risiko

Page 18: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 18 dari 45

Penjelasan (volume dan integritas produk) D.2, E.2

Estimasi tonase produk-produk Minyak Kelapa Sawit Mentah (CPO) dan Inti Sawit (PK) yang dapat diproduksi oleh PKS bersertifikat harus dicatat. Kemudian jumlah tonase aktual yang diproduksi harus dicatat dalam setiap laporan pengawasan tahunan selanjutnya. PKS juga harus memenuhi semua persyaratan registrasi dan pelaporan untuk rantai pasok yang semestinya melalui organisasi pengelola rantai pasok RSPO (platform IT RSPO atau ‘pesanan dan klaim’ (book and claim)).

Meningkatnya manajemen risiko

Pembelian barang 5.4/D.4.1/E.4.1 D.4.2/E.4.2

Unit harus memverifikasi dan mencatat tonase dan asal TBS yang diterima, baik yang bersertifikat maupun tidak. Unit harus segera memberitahukan Lembaga Sertifikasi (Certification Body/CB) jika diperkirakan akan ada kelebihan produksi pada tonase bersertifikat.

Meningkatnya manajemen risiko

Kegiatan Alih Daya (Outsourcing) 5.5/E.5.2

Unit yang di dalamnya terdapat kegiatan alih daya kepada pihak ketiga (contohnya sub-kontraktor untuk kegiatan penyimpanan, pengangkutan atau kegiatan lainnya yang dialihdayakan) dalam cakupan sertifikat Rantai Pasok RSPO yang dimilikinya wajib memastikan hal-hal sebagai berikut. a) Unit memegang kepemilikan secara legal atas segala bahan input yang akan dimasukkan dalam proses yang

dialihdayakan. b) Unit memiliki perjanjian atau kontrak yang mengatur proses yang dialihdayakan tersebut dengan setiap

kontraktor melalui perjanjian yang ditandatangani dan berlaku mengikat dengan kontraktor dimaksud. Unit bertanggung jawab memastikan bahwa LS memiliki akses terhadap kontraktor alih daya atau operasi tersebut manakala dianggap perlu untuk melakukan audit.

c) Unit memiliki sistem pengendalian yang tercatat dengan prosedur yang jelas untuk proses yang dialihdayakan, di mana sistem tersebut dikomunikasikan kepada kontraktor terkait.

d) Selain itu, unit yang tengah dalam proses sertifikasi atau telah bersertifikat juga wajib memastikan (melalui perjanjian) agar pihak ketiga independen yang terlibat memberikan akses sebagaimana diperlukan terhadap operasi, sistem dan segala informasinya masing-masing kepada LS terakreditasi, setelah disampaikannya hal tersebut.

e) Jika kegiatan PKS mengalihdayakan kegiatan kepada pabrik pengolahan inti kelapa sawit mandiri (tidak dimiliki oleh organisasi yang sama), maka pabrik pengolahan inti kelapa sawit tersebut berada di bawah tanggung jawab PKS yang mengalihdayakan, dan tidak perlu memegang sertifikat secara terpisah. PKS wajib memastikan bahwa pabrik pengolahan inti kelapa sawit tersebut dimasukkan dalam perjanjian yang ditandatangani dan berlaku mengikat.

Meningkatnya manajemen risiko

Page 19: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 19 dari 45

Penyimpanan catatan 5.9, D.5.1, E.5.1

5.9.1 Unit memelihara catatan dan laporan yang akurat, lengkap, termutakhir dan dapat diakses, untuk segala aspek persyaratan Sertifikasi Rantai Pasok RSPO. 5.9.2 Masa penyimpanan untuk semua catatan dan laporan sekurangnya adalah 2 (dua) tahun serta harus mematuhi persyaratan-persyaratan sebagaimana diatur hukum yang berlaku dan mampu memastikan status bersertifikat dari bahan-bahan mentah atau produk yang disimpan dalam stok. 5.9.3, D.5.1, E.5.1 digabung. Unit wajib mencatat dan mencocokkan semua tanda terima dari TBS bersertifikat RSPO, dan pengantaran CPO dan PK bersertifikat RSPO setiap tiga bulan sekali. Khusus untuk Kesetimbangan Massa (Mass Balance/MB): Semua volume minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit yang diantar dipotong dari sistem penghitungan bahan sesuai rasio konversi RSPO. Khusus untuk MB: Unit hanya dapat mengantar penjualan MB dari stok positif. Stok positif dapat mencakup produk yang dipesan untuk diantar dalam waktu tiga bulan. Namun unit diperkenankan untuk menjual produk yang akan dimilikinya, yang berarti produk dapat dijual sebelum masuk stok (sell-short).

Meningkatnya manajemen risiko

Faktor Konversi 5.10

5.10.1 Sedapat mungkin, nilai konversi harus diterapkan untuk memberikan estimasi yang andal untuk jumlah keluaran bersertifikat yang tersedia dari input terkait. Organisasi dapat menentukan dan menetapkan nilai konversi sendiri, di mana hal ini harus dilakukan berdasarkan pengalaman sebelumnya, dicatat, dan diterapkan secara konsisten. Panduan untuk nilai konversi telah dipublikasikan pada laman situs RSPO (www.rspo.org). 5.10.2 Nilai konversi diuji secara berkala guna memastikan ketepatan dengan kinerja yang sesungguhnya atau rata-rata industri jika dapat dilakukan.

Meningkatnya manajemen risiko

Pengolahan D.7

Khusus untuk Penjagaan Identitas (Identity Preserved/IP): Melalui prosedur tercatat dan penyimpanan catatan, unit memastikan dan memverifikasi agar produk kelapa sawit bersertifikat RSPO tetap terpisah dari bahan yang tidak bersertifikat, termasuk selama pengangkutan dan penyimpanan. Khusus untuk IP: Tujuannya adalah tercapai 100% bahan terpisah (tersegregasi).

Meningkatnya manajemen risiko

Penjualan dan barang keluar 5.7

5.7.1 Untuk produk-produk bersertifikat RSPO, organisasi memastikan ketersediaan informasi dalam bentuk dokumen sekurangnya mengenai hal-hal berikut ini.. Informasi dimaksud harus lengkap dan dapat disajikan dalam satu dokumen saja atau dalam berbagai dokumen yang dikeluarkan untuk produk kelapa sawit bersertifikat RSPO (contohnya catatan pengantaran, dokumen angkut, dan dokumen spesifikasi): • Nama dan alamat pembeli; • Nama dan alamat penjual • Tanggal muat atau antar

Meningkatnya manajemen risiko

Page 20: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 20 dari 45

• Tanggal dikeluarkan dokumen • Penjelasan produk, termasuk di dalamnya model rantai pasok yang tersedia (dengan metode Penjagaan

Identitas, Segregasi atau Kesetimbangan Massa, atau singkatan-singkatan yang disetujui) • Kuantitas produk yang diantar • Semua dokumen angkut • Nomor sertifikat rantai pasok • Nomor pengenal unik

Klaim 5.11

5.11.1 Unit hanya mengajukan klaim terkait penggunaan atau dukungan produk-produk kelapa sawit bersertifikat RSPO yang mematuhi ketentuan RSPO yang mengatur komunikasi dan klaim.

Meningkatnya manajemen risiko

Sasaran Dampak Sosial (People): Mata Pencaharian Berkelanjutan & Pengurangan Kemiskinan Tujuan dan hasil Dilindungi, Dihormati dan Dipulihkannya HAM. Sektor minyak kelapa sawit yang berkontribusi terhadap pengurangan kemiskinan dan produksi minyak kelapa sawit merupakan sumber dari mata pencaharian berkelanjutan. Dalam hal ini, dilakukan penghormatan terhadap HAM. Masyarakat turut berpartisipasi dalam proses-proses yang memengaruhi kehidupan mereka dengan akses dan manfaat bersama. Semua orang yang terlibat dalam produksi minyak kelapa sawit memiliki peluang yang setara untuk memenuhi potensi mereka dalam pekerjaan dan masyarakat secara bermartabat serta penuh kesetaraan, dan dalam lingkungan pekerjaan dan kehidupan yang sehat.

Prinsip 4: Kesejahteraan Masyarakat Prinsip 5: Inklusivitas Petani Prinsip 6: Hak dan Kondisi Pekerja

Prinsip 4 Hak dan Manfaat bagi Masyarakat Dihormatinya hak masyarakat, diberikannya kesempatan yang sama, dioptimalkannya manfaat dari keterlibatan dalam minyak sawit dan dijaminnya pemulihan.

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang Menjadi Fokus

ToC

Page 21: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 21 dari 45

4.1 (versi sebelumnya 6.13) Unit sertifikasi menghormati hak asasi manusia yang mencakup penghormatan terhadap hak Pembela Hak Asasi Manusia.

4.1.1 (versi sebelumnya 6.13.1) Kebijakan untuk menghormati hak asasi manusia, termasuk pelarangan tindakan balasan terhadap Pembela Hak Asasi Manusia, didokumentasi dan dikomunikasikan ke seluruh pekerja, tingkatan operasi dan masyarakat setempat. 4.1.2 (versi sebelumnya 6.13.x) Kebijakan perusahaan melarang aksi mengganggu dan intimidasi di luar hukum (extra-judicial) oleh pasukan keamanan yang telah dikontrak.

HAM dijunjung tinggi

4.2 (versi sebelumnya 6.3 ) Terdapat sebuah sistem yang disepakati bersama dan didokumentasi untuk menghadapi keluhan-keluhan, yang diimplementasikan dan diterima oleh seluruh pihak yang terdampak.

4.2.1 (versi sebelumnya 6.3.1) Sistem ini, yang terbuka untuk seluruh pihak yang terdampak, menyelesaikan perselisihan dengan pantas, tepat waktu dan efektif, serta menjamin anonimitas pelapor, pembela hak asasi manusia, juru bicara masyarakat dan pengungkap aib (whistleblower), apabila diminta, dan mengikuti protokol RSPO mengenai penghormatan terhadap pembela hak asasi manusia. 4.2.2 (versi sebelumnya 6.3.6 ) Mekanisme keluhan/pengaduan yang memadai dan efektif dibuat, didokumentasikan dan dikomunikasikan, di mana melalui mekanisme tersebut pihak terdampak dapat menyampaikan keluhan atau pengaduan secara rahasia tanpa risiko adanya tindakan balasan atau intimidasi. 4.2.3 (versi sebelumnya 6.3.3 ) Terdapat prosedur untuk memastikan bahwa sistem tersebut dipahami oleh pihak terdampak, termasuk mereka yang tidak dapat baca tulis. 4.2.4 (versi sebelumnya 6.3.4 ) Perusahaan senantiasa memberikan informasi mengenai kemajuan yang dicapainya kepada pihak yang terlibat dalam keluhan, termasuk di dalamnya mengenai jadwal yang disepakati bersama dan hasilnya tersedia. 4.2.5 (versi sebelumnya 6.3.5 ) Mekanisme penyelesaian konflik mencakup opsi akses terhadap nasihat legal dan teknis independen, kemampuan pengadu untuk memilih perorangan atau kelompok yang dapat memberikan dukungan kepadanya dan/atau bertindak sebagai pengamat, serta opsi untuk pihak ketiga yang dikehendaki untuk menjadi mediator.

4.3 (versi sebelumnya 6.11 ) Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik minyak sawit

4.3.1 (versi sebelumnya 6.11.1 ) Kontribusi ke pembangunan masyarakat yang berdasarkan hasil konsultasi dengan komunitas lokal harus didemonstrasikan.

Page 22: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 22 dari 45

berkontribusi ke pembangunan berkelanjutan lokal apabila dimungkinkan. PEMANFAATAN LAHAN – FPIC 4.4 (versi sebelumnya 2.3 ) Penggunaan tanah untuk minyak sawit tidak mengurangi hak penggunaan, hak adat atau hak legal dari pengguna-pengguna lain tanpa persetujuan mereka (berdasarkan FPIC).

4.4.1 (versi sebelumnya 2.2.1 ) Dokumen-dokumen legal yang menunjukkan kepemilikan atau penyewaan legal, atau pemanfaatan sah atas lahan adat yang disahkan oleh pemilik lahan adat melalui proses FPIC (lih. Kriteria 2.3). Dokumen terkait sejarah kondisi kepemilikan, jangka waktu dan pemanfaatan aktual lahan secara legal atau adat tersedia. 4.4.2 (versi sebelumnya 2.2.2 & SPG) Tidak ada penanaman di luar kawasan yang ditetapkan secara legal dan batas wilayah legal atau resmi harus ditentukan dengan jelas dan terlihat diurus. 4.4.3 (versi sebelumnya 2.3.2) Salinan perjanjian-perjanjian yang merincikan proses pemberian persetujuan sesuai kategori FPIC (free, prior and informed) tersedia dan meliputi: a) Bukti bahwa sebuah rencana telah dikembangkan melalui konsultasi dan diskusi dalam itikad baik dengan seluruh kelompok yang terdampak dalam komunitas tersebut, dengan penjaminan khusus bahwa kelompok rentan, minoritas dan gender diajak berkonsultasi, dan bahwa informasi telah diberikan ke seluruh kelompok yang terdampak, termasuk informasi mengenai langkah-langkah yang harus diambil untuk melibatkan mereka dalam proses pembuatan keputusan; b) Bukti bahwa perusahaan telah menghormati keputusan komunitas untuk memberikan ataupun tidak memberikan persetujuan mereka terhadap operasi yang sedang dijalankan saat keputusan tersebut diambil; c) Bukti bahwa implikasi legal, ekonomi, lingkungan dan sosial dari pengizinan operasi di tanah mereka telah dipahami dan diterima oleh komunitas yang terlibat, termasuk implikasi terhadap status legal tanah mereka dan waktu berakhirnya hak, konsesi atau masa sewa tanah yang dimiliki perusahaan 4.4.4 (versi sebelumnya 2.3.1) Peta-peta, dengan skala yang pantas, yang menunjukkan tingkat hak-hak penggunaan, hak adat, atau hak hukum yang diakui dikembangkan melalui proses pemetaan yang melibatkan seluruh pihak yang terdampak (termasuk komunitas-komunitas tetangga apabila berlaku, dan pihak-pihak yang berwenang yang relevan). 4.4.5 (versi sebelumnya 2.3.3) Seluruh informasi relevan harus tersedia dalam bentuk dan bahasa yang tepat, termasuk analisis dampak, pembagian keuntungan yang diajukan, dan peraturan-peraturan legal.

Page 23: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 23 dari 45

4.4.6 (versi sebelumnya 2.3.4) Tersedia bukti yang menunjukkan bahwa komunitas-komunitas telah diwakilkan melalui institusi atau perwakilan sesuai dengan pilihan mereka, termasuk oleh penasihat hukum jika mereka memilih demikian. 4.4.7 (versi sebelumnya 2.3.5) Terdapat bukti ditinjaunya pelaksanaan kesepakatan FPIC setiap tahun.

PERSETUJUAN BEBAS BERINFORMASI SEBELUMNYA (FPIC) PENGGUNAAN LAHAN – UNTUK PENANAMAN BARU 4.5 (7.5 versi sebelumnya) Pada lahan-lahan yang dapat ditunjukkan merupakan hak legal, hak adat, atau hak penggunaan masyarakat lokal, tidak ada pendirian perkebunan baru tanpa persetujuan bebas berinformasi sebelumnya (free, prior, informed) dari masyarakat tersebut. Hal ini diatasi melalui sistem terdokumentasi yang memungkinkan masyarakat dan para pemangku

4.5.1 (versi sebelumnya 7.6.1) Dokumen-dokumen yang menunjukkan identifikasi dan penilaian atas hak legal, hak adat dan hak penggunaan tersedia. 4.5.2 (versi sebelumnya 7.5.1) Tersedia bukti bahwa masyarakat lokal yang terkena dampak memahami bahwa mereka berhak menyatakan ‘tidak’ pada operasi-operasi yang direncanakan di lahan mereka sebelum dan selama diskusi awal, selama tahap pengumpulan informasi dan konsultasi yang terkait, selama negosiasi, dan hingga kesepakatan dengan pengusaha perkebunan/pengusaha pabrik minyak sawit telah ditandatangani dan diratifikasi oleh masyarakat lokal. 4.5.3 (versi sebelumnya 7.5.2) Diperolehnya FPIC untuk semua pembangunan kelapa sawit melalui proses yang menyeluruh, termasuk di dalamnya, secara khusus, penghormatan penuh terhadap hak legal dan adat atas wilayah, lahan dan sumber daya melalui lembaga yang mewakili masyarakat sendiri, di mana semua informasi dan dokumen yang sesuai harus disediakan, dengan opsi akses yang cukup terhadap masukan independen melalui proses konsultasi dan negosiasi yang bersifat dua arah, tercatat dan berjangka panjang, di mana masyarakat diberikan informasi dan memahami bahwa mereka berhak memilih untuk menolak pembangunan dan tidak dibebani kewajiban oleh kerangka hukum yang berlaku di daerah setempat. 4.5.4 (versi sebelumnya 7.5.3) Sebagai bagian dari proses FPIC, penilaian partisipatif dampak sosial, dan perencanaan partisipatif pemanfaatan lahan bersama masyarakat setempat, ada berbagai opsi penyediaan makanan yang dipertimbangkan guna memastikan ketahanan pangan setempat. Terdapat transparansi dalam proses alokasi lahan. 4.5.5 (versi sebelumnya 7.6.6) Tersedia bukti bahwa komunitas-komunitas dan pemegang hak yang terkena dampak telah memiliki opsi untuk mengakses informasi dan nasihat yang bersifat independen dari pendukung proyek, yang berkaitan dengan implikasi legal, ekonomi, lingkungan dan sosial dari operasi-operasi yang direncanakan di lahan mereka.

Page 24: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 24 dari 45

kepentingan lainnya untuk menyatakan pandangan mereka melalui institusi perwakilan masing-masing.

4.5.6 (Pedoman Spesifik versi sebelumnya untuk 7.6.6) Adanya bukti bahwa komunitas (atau perwakilan komunitas tersebut) telah memberikan persetujuan mereka terhadap fase awal perencanaan operasi sebelum adanya pengeluaran konsesi atau sertifikat tanah ke operator. 4.5.7 (versi sebelumnya7.6.7 ) Tidak ada lahan baru yang akan diperoleh untuk perkebunan dan PKS pada dan setelah tahun [2018] sebagai akibat dari penggusuran yang baru terjadi (tahun 2005 atau setelahnya) untuk kepentingan nasional tanpa persetujuan (kekuasaan negara untuk melakukan penggusuran demi kepentingan umum). 4.5.8 (versi sebelumnya 7.6.8) Tidak ada lahan baru yang diperoleh pada kawasan-kawasan yang dihuni oleh masyarakat yang berada dalam isolasi sukarela.

PEMANFAATAN LAHAN – KOMPENSASI 4.6 (versi sebelumnya 6.4) Seluruh negosiasi yang berhubungan dengan kompensasi kehilangan hak legal, adat atau penggunaan diurus melalui sistem yang terdokumentasi yang memungkinkan masyarakat adat, komunitas lokal, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengekspresikan pandangan mereka melalui institusi perwakilan masing-masing.

Indikator: 4.6.1 (6.4.1 versi sebelumnya) Tersedia prosedur untuk mengidentifikasi hak legal, adat atau penggunaan, dan prosedur untuk mengidentifikasi orang-orang yang berhak mendapatkan kompensasi. 4.6.2 (6.4.2 versi sebelumnya) Prosedur untuk mengkalkulasi dan mendistribusikan kompensasi yang adil dan berkesetaraan gender (dalam bentuk uang atau bentuk lain)harus dikembangkan dan diimplementasi, dimonitor dan dievaluasi dalam cara yang partisipatif, dan tindakan-tindakan korektif diambil berdasarkan evaluasi tersebut. 4.6.3 (Pedoman Spesifik versi sebelumnya untuk 6.4.2) Tersedia bukti dilakukannya upaya-upaya terbaik untuk memastikan bahwa kesempatan yang sama diberikan pada kepala keluarga – baik perempuan maupun laki-laki – untuk memegang sertifikat tanah bagi petani penggarap. 4.6.4 (6.4.3 versi sebelumnya) Proses dan hasil dari setiap kesepakatan yang dinegosiasikan dan tuntutan kompensasi didokumentasi, dengan bukti keterlibatan pihak-pihak yang terdampak, serta dibuka untuk publik.

Page 25: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 25 dari 45

KOMPENSASI PEMANFAATAN LAHAN - PENANAMAN BARU 4.7 (7.6 versi sebelumnya) Apabila dapat didemonstrasikan bahwa masyarakat lokal memiliki hak legal, hak adat, atau hak penggunaan, maka mereka diberikan kompensasi untuk setiap penyerahan hak dan akuisisi lahan yang disepakati, yang bergantung pada pemberian persetujuan bebas berinformasi sebelumnya dan perjanjian yang dirundingkan.

4.7.1 (7.6.2 versi sebelumnya) Sistem untuk mengidentifikasi orang-orang yang berhak mendapatkan kompensasi harus terimplementasi. 4.7.2 (7.6.3 versi sebelumnya) Sistem untuk menghitung dan mendistribusikan kompensasi adil (dalam bentuk moneter atau bentuk lain) harus terimplementasi. 4.7.3 (7.6.5 versi sebelumnya) Catatan pemrosesan dan hasil klaim harus terdokumentasi dan terbuka untuk publik. 4.7.4 (7.6.4 versi sebelumnya) Komunitas-komunitas yang kehilangan akses dan hak lahan dalam rangka ekspansi perkebunan harus diberikan kesempatan untuk mendapatkan manfaat dari pengembangan perkebunan.

PEMANFAATAN LAHAN - KONFLIK

4.8.1 (2.2.3 versi sebelumnya) Apabila terdapat atau telah terjadi perselisihan, bukti tambahan atas akuisisi hak secara legal dan bukti bahwa kompensasi adil telah diberikan kepada pemilik dan penghuni sebelumnya harus disediakan, serta bukti bahwa kompensasi tersebut telah diterima dengan free, prior and informed consent (FPIC).

Page 26: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 26 dari 45

4.8 (2.2 versi sebelumnya) Hak untuk menggunakan tanah dapat diperlihatkan dengan jelas, dan hak tersebut tidak ditentang oleh masyarakat lokal yang dapat menunjukkan bahwa mereka memiliki hak penggunaan, hak adat, atau hak legal.

4.8.2 (2.2.4 versi sebelumnya) Tidak boleh terdapat konflik tanah yang signifikan, kecuali syarat-syarat untuk proses-proses resolusi konflik dapat diterima (lihat Kriteria 6.3 dan 6.4) telah diimplementasi dan diterima oleh pihak-pihak yang terlibat. Untuk perkebunan yang baru diakuisisi, perusahaan harus menangani setiap konflik yang belum terselesaikan. 4.8.3 (SPG versi sebelumnya untuk 2.2.4) Jika terdapat bukti akuisisi melalui perampasan atau pengabaian paksa hak adat dan hak pemanfaatan sebelum operasi yang saat ini dijalankan, sementara masih ada pihak-pihak yang memiliki hak adat dan hak pemanfaatan lahan, maka klaim-klaim historis ini akan diselesaikan menggunakan persyaratan yang sesuai (acuan 2.3.1, 2.3.2, dan 2.3.3 versi sebelumnya). 4.8.4 (2.2.5 versi sebelumnya) Untuk setiap konflik atau perselisihan terkait tanah, area yang diperselisihkan harus dipetakan secara bersama-sama dengan pihak-pihak yang terdampak (termasuk komunitas-komunitas tetangga di mana berlaku). 4.8.5 (2.2.6 versi sebelumnya dan SPG) Operator minyak kelapa sawit tidak boleh memulai atau menggunakan tindak kekerasan atau bentuk gangguan lainnya, termasuk penggunaan tentara bayaran dan paramiliter dalam operasi yang dijalankannya.

Prinsip 5: Inklusivitas Petani Petani yang merupakan aktor penting dalam mencapai Visi RSPO dan strategi kunci dalam ToC juga menghadapi tantangan seperti produktivitas rendah, kualitas tanah, kurangnya keterampilan dalam bidang pertanian dan usaha, kurangnya akses terhadap keuangan, perubahan iklim, kerawanan pangan, dan ketidakseimbangan posisi tawar yang membuatnya kesulitan memperoleh penghidupan yang layak. Dengan dimasukkannya petani dalam rantai pasok RSPO, kami berharap agar petani dapat hidup makmur, memiliki sifat berkelanjutan, dan berkontribusi terhadap peningkatan kualitas mata pencaharian keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Pada gilirannya, petani akan menjadi mitra yang lebih kuat dan mampu membantu menciptakan rantai pasok yang terjamin dan stabil. Hal ini dapat dicapai melalui Hubungan yang Adil dan Transparan yang disertai dukungan dari pekebun, PKS dan bagian lain rantai pasok.

Page 27: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 27 dari 45

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang Menjadi Fokus

5.1 (versi sebelumnya 6.10) Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik minyak sawit berhadapan secara adil dan transparan dengan petani penggarap dan bisnis lokal lainnya.

5.1.1 (versi sebelumnya 6.10.1) Harga yang digunakan saat ini dan sebelumnya untuk pembayaran Tandan Buah Segar (TBS) harus dapat dilihat oleh publik. 5.1.2 (versi sebelumnya 6.10.2) Harus tersedia bukti bahwa pengusaha perkebunan/pengusaha pabrik minyak sawit telah menjelaskan mengenai penetapan harga TBS, dan mekanisme penetapan harga untuk TBS serta input/jasa harus didokumentasi (apabila mekanisme tersebut di bawah wewenang perkebunan atau pabrik minyak sawit). 5.1.3 (versi sebelumnya 6.10.3) Harus tersedia bukti bahwa seluruh pihak memahami perjanjian kontrak yang mereka sepakati, dan bahwa kontrak tersebut bersifat adil, legal dan transparan. 5.1.4 (versi sebelumnya 6.10.4) Pembayaran yang disepakati harus dilaksanakan secara tepat waktu. 5.1.5 Jika perusahaan mendukung kelompok petani mandiri dalam sertifikasi, maka ada kesepakatan jelas antara perusahaan dengan petani mengenai siapa yang menjalankan Sistem Kontrol Internal (SKI), siapa yang memegang sertifikat, dan siapa yang memegang dan menjual bahan-bahan bersertifikat. Jika konteksnya adalah Sertifikasi Kelompok RSPO, maka yang berlaku adalah persyaratan sertifikasi RSPO.

5.2 Unit sertifikasi mendukung ditingkatkannya kualitas mata pencaharian petani.

5.2.1 (versi sebelumnya 6.11.2) Berdasarkan konsultasi, perusahaan harus mengembangkan, melaksanakan, dan secara rutin meninjau program penjangkauan untuk dukungan yang ditujukan kepada semua petani (terlepas dari jenisnya) yang berada di dalam basis pasoknya dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan hasil panen, serta mendukung kompetensi (kewirausahaan dan manajerial), akses pasar, dan legalitas mereka, sebagaimana disepakati bersama.

Page 28: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 28 dari 45

Prinsip 6: Hak dan Kondisi Pekerja Melindungi hak pekerja dan memastikan kondisi kerja yang aman dan layak.

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang Menjadi Fokus

ToC

6.1 (versi sebelumnya 6.8) Seluruh bentuk diskriminasi dilarang.

6.1.1 (versi sebelumnya 6.8.1) Kebijakan anti diskriminasi yang dapat diakses publik dilaksanakan sedemikian rupa untuk mencegah diskriminasi berdasarkan asal suku, kasta, asal negara, agama, disabilitas, gender, orientasi seksual, identitas gender, keanggotaan serikat, afiliasi politik, atau umur, dan kebijakan mengenai peluang yang setara 6.1.2 (versi sebelumnya 6.8.2) Tersedia bukti bahwa pekerja dan kelompok-kelompok termasuk komunitas lokal, perempuan, dan pekerja migran tidak didiskriminasi. Bukti tersebut mencakup tidak dikenakannya biaya perekrutan bagi pekerja migran. 6.1.3 (versi sebelumnya 6.8.3) Didemonstrasikan bahwa seleksi dalamperekrutan, akses terhadap pelatihan dan kenaikan jabatan pekerja didasarkan pada keahlian, kemampuan, kualitas dan kesehatan medis yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut. 6.1.4 (versi sebelumnya 6.8.4) Tes kehamilan tidak dilaksanakan sebagai langkah diskriminatif dan hanya boleh dilakukan jika diperintahkan demikian oleh hukum yang berlaku. Perempuan yang mengandung ditawari alternatif pekerjaan lain yang setara. 6.1.5 (versi sebelumnya 6.8.5) Komite gender menjalankan tugas khusus untuk meningkatkan kesadaran, mengidentifikasi, serta mengatasi persoalan dan peluang yang ada, dan peningkatan kualitas bagi perempuan. 6.1.6 (versi sebelumnya 6.8.6) Terdapat bukti adanya upah yang setara untuk cakupan kerja yang sama.

Dijunjung tingginya HAM, Pekerjaan yang Aman dan Layak

6.2 (versi sebelumnya 6.5) Gaji dan kondisi untuk pekerja tetap dan pekerja

6.2.1 (versi sebelumnya 6.5.1) Hukum yang berlaku di bidang ketenagakerjaan, serikat dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) lainnya dan catatan gaji dan persyaratan kerja tersedia bagi pekerja dalam bahasa nasional dan dijelaskan kepada para pekerja dalam bahasa yang mereka pahami.

Dijunjung tingginya HAM, Pekerjaan yang Aman dan Layak

Page 29: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 29 dari 45

kontrak selalu memenuhi standar minimum legal atau industri dan cukup untuk menyediakan upah hidup yang layak.

6.2.2 (versi sebelumnya 6.5.2) Kontrak pekerjaan langsung dan dokumen terkait yang merincikan pembayaran dan kondisi pekerjaan (contohnya jam kerja reguler, potongan, lembur, cuti sakit, hak libur, cuti melahirkan, alasan pemecatan, periode pemberitahuan pemberhentian kerja, dll. yang sesuai dengan persyaratan hukum nasional) dan dokumen slip gaji memberikan informasi akurat mengenai kompensasi atas segala pekerjaan yang dilakukan, termasuk di dalamnya pekerjaan yang dilakukan oleh anggota keluarga. 6.2.3 (versi sebelumnya 6.5.3) Terdapat bukti kepatuhan hukum untuk jam kerja reguler, potongan, lembur, sakit, hak libur, cuti melahirkan, alasan pemecatan, periode pemberitahuan pemberhentian kerja dan persyaratan hukum lainnya tentang ketenagakerjaan. 6.2.4 (versi sebelumnya 6.5.4) Unit sertifikasi menyediakan perumahan layak, persediaan air, kebutuhan-kebutuhan medis, fasilitas pendidikan dan kesejahteraan yang sesuai dengan standar nasional atau standar lebih tinggi, apabila fasilitas publik tidak tersedia atau tidak dapat diakses. Peraturan perundangan nasional, atau jika tidak ada maka Panduan ILO No. 115 tentang Rekomendasi Perumahan Pekerja, harus digunakan. Dalam hal dilakukannya akuisisi terhadap unit yang belum bersertifikat, maka diberikan waktu yang wajar (5 tahun) untuk melakukan peningkatan infrastrukturnya. 6.2.5 (versi sebelumnya 6.5.5) Unit sertifikasi melakukan upaya untuk meningkatkan akses pekerja terhadap makanan yang layak, cukup, dan terjangkau. 6.2.6 (versi sebelumnya 6.5.6) Semua pekerja harus dibayar dengan upah hidup layak, termasuk mereka yang bekerja dengan basis borong/kuota, di mana penghitungan upah harus didasarkan atas kuota yang dicapai selama jam kerja reguler. 6.2.7 (versi sebelumnya 6.5.7) Perusahaan menggunakan hubungan kerja secara permanen dan purna waktu untuk semua pekerjaan inti (core work). Pekerjaan harian lepas, temporer dan harian hanyalah untuk pekerjaan-pekerjaan yang bersifat sementara atau musiman, atau yang secara jelas diminta demikian oleh pekerja.

Page 30: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 30 dari 45

6.3 (versi sebelumnya 6.6) Majikan menghormati hak seluruh pekerja untuk membentuk dan bergabung dengan serikat pekerja yang diinginkan, serta untuk berunding secara kolektif. Apabila hak dan kebebasan untuk berasosiasi dan berunding secara kolektif dibatasi oleh hukum, maka majikan memfasilitasi cara-cara paralel untuk berunding dan berasosiasi secara bebas dan independen untuk seluruh pekerja.

6.3.1 (versi sebelumnya 6.6.1) Ada pernyataan pengakuan kebebasan berorganisasi dan hak melakukan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang terpublikasi dalam bahasa nasional dan dijelaskan kepada semua pekerja dalam bahasa yang mereka pahami. 6.3.2 (versi sebelumnya 6.6.2) Notulensi rapat antara perusahaan dengan perwakilan pekerja atau serikat pekerja utama, yang dipilih secara bebas, harus didokumentasikan. 6.3.3 (versi sebelumnya 6.6.3) Tersedia bukti bahwa perusahaan telah mengakui Kebebasan Berserikat dan hak melakukan Perjanjian Kerja Bersama (PKB). 6.6.4 (versi sebelumnya 6.6.4) Pihak manajemen harus menghormati kemandirian organisasi/serikat atau asosiasi pekerja yang telah terdaftar, serta mengizinkan perwakilan yang mereka pilih sendiri dengan bebas, termasuk di dalamnya pekerja migran dan kontrak.

Dijunjung tingginya HAM, Pekerjaan yang Aman dan Layak

6.4 (versi sebelumnya 6.7) Anak-anak tidak dipekerjakan atau dieksploitasi.

6.4.1 (versi sebelumnya 6.7.1) Terdapat kebijakan formal untuk melindungi anak, termasuk di dalamnya pelarangan praktik buruh anak beserta pemulihan (remediasi), yang dimasukkan ke dalam kontrak jasa dan perjanjian pemasok. 6.4.2 (6.7.2) Terdapat bukti dipenuhinya persyaratan usia minimum. Berkas pekerja menunjukkan bahwa semua pekerja berada di atas usia minimal, secara nasional atau sesuai kebijakan perusahaan, tergantung mana yang lebih tinggi. Terdapat prosedur tercatat untuk verifikasi terhadap seleksi usia. 6.4.3 (versi sebelumnya 6.7.3) Pekerja usia muda hanya dipekerjakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak berbahaya, dan terdapat pembatasan yang protektif untuk pekerjaan tersebut. 6.4.4 (versi sebelumnya 6.7.4) Pekebun menunjukkan bahwa kebijakan yang bebas dari praktik buruh anak, dampak negatif praktik buruh anak dan didorongnya perlindungan anak disampaikan kepada penyelia, staf kunci lainnya, petani dan masyarakat di daerah tempat tinggal pekerja, dan pemasok TBS.

Dijunjung tingginya HAM, Pekerjaan yang Aman dan Layak

Page 31: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 31 dari 45

6.5 (versi sebelumnya 6.9) Tidak ada penghasutan atau perlakuan kejam di tempat kerja, dan hak-hak reproduktif dilindungi.

6.5.1 (versi sebelumnya 6.9.1) Kebijakan untuk mencegah segala bentuk pelecehan dan kekerasan seksual dan lainnya diimplementasi dan dikomunikasikan pada seluruh pekerja. 6.5.2 (versi sebelumnya 6.9.2) Kebijakan untuk melindungi hak-hak reproduktif seluruh pekerja, terutama perempuan, diimplementasikan dan dikomunikasikan pada seluruh pekerja. 6.5.3 (dari SPG untuk 6.9.2) Disediakannya tempat yang memadai dan cuti berbayar agar pekerja perempuan yang memiliki anak dapat menyusui atau mengeluarkan dan menyimpan ASI dalam situasi yang menjaga privasi. 6.5.4 (versi sebelumnya 6.9.3) Mekanisme pengaduan khusus yang menghormati anonimitas dan melindungi pengeluh yang ingin dilindungi harus dibuat, diimplementasi, dan dikomunikasikan pada seluruh pekerja.

Dijunjung tingginya HAM, Pekerjaan yang Aman dan Layak

6.6 (versi sebelumnya 6.12) Tidak ada penggunaan tenaga kerja yang diperdagangkan secara ilegal atau dipaksa dalam bentuk apapun.

6.6.1 (versi sebelumnya 6.12.1) Semua pekerjaan bersifat sukarela dan hal-hal berikut ini dilarang: • Ditahannya dokumen identitas atau paspor tanpa persetujuan pekerja. • Dikenakannya bayaran untuk biaya perekrutan. • Alih kontrak. • Kerja lembur yang diwajibkan. • Tidak adanya kebebasan bagi pekerja untuk mengundurkan diri. • Dikenakannya penalti untuk pemutusan hubungan kerja. • Praktik kerja ijon. • Ditahannya upah (sesuai dengan hukum nasional yang berlaku).

6.6.2 (versi sebelumnya 6.12.3) Apabila ada tenaga kerja migran atau temporer yang dipekerjakan, sebuah kebijakan tenaga kerja khusus dan prosedur-prosedurnya harus didirikan dan diimplementasi.

Dijunjung tingginya HAM, Pekerjaan yang Aman dan Layak

6.7 (versi sebelumnya 4.7) Rencana keselamatan dan kesehatan pekerjaan didokumentasikan, dikomunikasikan secara efektif, dan diimplementasikan.

6.7.1 (versi sebelumnya 4.7.4) Orang-orang yang bertanggung-jawab terhadap aspek Kesehatan dan Keselamatan diidentifikasi. Terdapat catatan-catatan pertemuan reguler antara orang yang bertanggung jawab dan pekerja. Seluruh masalah kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan yang merupakan kekhawatiran pihak-pihak yang terlibat harus didiskusikan dalam pertemuan-pertemuan ini, dan isu-isu lain yang diangkat juga harus dicatat. 6.7.2 (versi sebelumnya 4.7.5) Tersedia prosedur-prosedur apabila terjadi kecelakaan dan keadaan darurat dan instruksinya dapat dipahami dengan jelas oleh seluruh pekerja. Prosedur apabila terjadi kecelakaan tersedia dalam

Pekerjaan yang Aman dan Layak

Page 32: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 32 dari 45

bahasa yang dapat dipahami oleh para pekerja. Pekerja yang telah dilatih untuk memberikan Pertolongan Pertama sebaiknya hadir baik di lapangan maupun di operasi-operasi lainnya, dan peralatan untuk pertolongan pertama tersedia di tempat kerja. Catatan seluruh kecelakaan disimpan dan ditinjau secara berkala. 6.7.3 (versi sebelumnya 4.7.3 & SPG) Peralatan perlindungan yang layak disediakan secara cuma-cuma untuk seluruh pekerja di lokasi pekerjaan guna mengatasi seluruh operasi yang berisiko, seperti pengaplikasian pestisida, pengoperasian mesin, pembukaan lahan, proses panen, dan, apabila dilaksanakan, pembakaran lahan. Disediakannya fasilitas sanitasi untuk pekerja penyemprot pestisida, sehingga pekerja dapat melepas APD, mencuci dan mengenakan kembali pakaian pribadinya. 6.7.4 (versi sebelumnya 4.7.6) Seluruh pekerja diberikan perawatan medis yang ditanggung dalam asuransi kecelakaan. Biaya yang dikeluarkan karena kecelakaan terkait kerja yang berakibat pada cedera atau sakit ditanggung oleh perusahaan. 6.7.5 (versi sebelumnya 4.7.7) Seluruh cedera kerja yang terjadi dicatat menggunakan penghitungan Lost Time Accident (LTA).

Page 33: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 33 dari 45

Sasaran Dampak Lingkungan (Planet): Konservasi, perlindungan, dan peningkatan ekosistem yang bermanfaat bagi kehidupan generasi mendatang Tujuan dan hasil Ekosistem beserta jasa-jasanya terlindungi, pulih, dan memiliki ketahanan, termasuk melalui konsumsi dan produksi berkelanjutan, serta pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan [hutan yang dikelola secara berkelanjutan, memerangi penggurunan, menghentikan kehilangan keanekaragaman hayati (SDG 15)]. Perubahan iklim diatasi melalui penurunan GRK secara terus-menerus, dan dilakukan pengendalian polusi udara dan air. Ketahanan yang jauh lebih besar pada produksi pangan dan serat kita. Umat manusia juga akan memiliki air dan udara yang lebih bersih, dan dapat mengambil karbon dari udara guna meregenerasi tanah demi generasi saat ini dan yang akan datang. Menurunkan input kita sekaligus mempertahankan dan bahkan meningkatkan hasil panen. Dan pada saat yang sama, tanah kita semakin membaik seiring berjalannya musim. Prinsip 7: Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Keanekaragaman Hayati Ditingkatkan Lingkungan terlindungi, dikelolanya sumber daya alam dengan baik, dan dilestarikannya keanekaragaman hayati.

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang Difokuskan

ToC

7.1 (versi sebelumnya 4.5) Hama, penyakit, gulma dan spesies yang terintroduksi yang invasif diatasi secara efektif melalui teknik Integrated Pest Management (Manajemen Hama Terintegrasi) yang tepat.

7.1.1 (versi sebelumnya 4.5.1) Rencana-rencana Integrated Pest Management (IPM) dilaksanakan dan dimonitor. 7.1.2 (versi sebelumnya 4.5.4 BARU) Spesies yang dijadikan rujukan dalam Basis Data Spesies Invasif Global (Global Invasive Species Database) tidak untuk digunakan pada kawasan yang dikelola kecuali rencana-rencana pencegahan penyebarannya dilaksanakan. 7.1.3 (versi sebelumnya 4.5.3) Tidak ada penggunaan api untuk pengendalian hama kecuali dalam kondisi-kondisi luar biasa dan dengan persetujuan terlebih dahulu dari badan pemerintah yang berwenang. [Proses akan pada Interpretasi Nasional].

Minimalnya Pemanfaatan Sumber Daya, polusi dan produktivitas

Page 34: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 34 dari 45

7.2 (versi sebelumnya 4.6) Penggunaan pestisida tidak mengancam kesehatan atau lingkungan.

7.2.1 (versi sebelumnya 4.6.1) Justifikasi penggunaan setiap pestisida ditunjukkan. Apabila memungkinkan, digunakan produk-produk yang secara khusus ditujukan untuk memberantas hama, gulma atau penyakit yang ditargetkan, serta memiliki dampak minim terhadap spesies di luar target. 7.2.2 (versi sebelumnya 4.6.2) Catatan penggunaan pestisida (termasuk bahan aktif yang digunakan dan LD50 bahan aktif tersebut, area yang ditargetkan, jumlah bahan aktif yang diaplikasikan per ha dan jumlah aplikasinya) disediakan. 7.2.3 (versi sebelumnya 4.6.3) Setiap penggunaan pestisida diminimalkan sebagai bagian dari rencana, dan sesuai dengan rencana Pengendalian Hama Terpadu (Integrated Pest Management). Tidak boleh terdapat penggunaan pestisida secara preventif untuk mencegah penyakit (prophylactic use), kecuali dalam situasi-situasi khusus yang telah diidentifikasi dalam pedoman Praktik-Praktik Terbaik nasional. 7.2.4 (versi sebelumnya 4.6.4) Pestisida yang termasuk kategori Badan Kesehatan Dunia (World Health Organisation) Kelas 1A atau 1B, atau yang tercantum dalam Konvensi Stockholm atau Rotterdam, dan paraquat, tidak digunakan, kecuali dalam situasi-situasi khusus yang telah disahkan melalui proses uji tuntas atau badan pemerintah yang berwenang untuk menangani wabah hama. Uji tuntas harus mengacu pada: a) penentuan ancaman, dan verifikasi mengapa hal tersebut menjadi ancaman besar; b) alasan tidak adanya alternatif lain untuk digunakan; c) proses apa saja yang dilakukan untuk memverifikasi mengapa tidak ada alternatif lain dengan tingkat bahaya yang lebih rendah; d) proses apa yang dilakukan untuk membatasi dampak negatif penerapannya; dan e) perkiraan skala waktu pelaksanaan dan langkah-langkah yang diambil untuk membatasi pelaksanaan terhadap wabah khusus. 7.2.5 (versi sebelumnya 4.6.5) Penanganan, penggunaan atau pengaplikasian pestisida dilakukan oleh orang yang telah menyelesaikan pelatihan wajib dan selalu diaplikasikan sesuai dengan label kegunaan produk. Seluruh tindakan pencegahan yang terlekat pada produk disimak, diterapkan, dan dipahami oleh pekerja (lihat Kriteria 4.7). 7.2.6 (versi sebelumnya 4.6.6) Penyimpanan seluruh pestisida sesuai dengan praktik-praktik terbaik yang diakui. Seluruh wadah pestisida dibuang dengan baik dan/atau ditangani secara bertanggung jawab jika digunakan untuk tujuan lain.

Minimalnya Pemanfaatan Sumber Daya, Berkurangnya kadar Polusi

Page 35: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 35 dari 45

7.2.7 (versi sebelumnya 4.6.8) Pestisida hanya boleh diaplikasikan dari udara apabila terdapat justifikasi yang terdokumentasi. Dalam rintang waktu yang layak sebelum pengaplikasian pestisida dari udara, komunitas-komunitas sekitar diinformasikan mengenai rencana pengaplikasian pestisida tersebut beserta dengan seluruh informasi yang relevan. 7.2.8 (versi sebelumnya 4.6.9) Pemeliharaan keahlian dan pengetahuan pekerja dan petani penggarap yang terkait mengenai penanganan pestisida, termasuk pembekalan informasi-informasi yang diperlukan dapat ditunjukkan. 7.2.9 (versi sebelumnya 4.6.11) Pengawasan medis tahunan yang spesifik untuk operator pestisida, dan tindakan terdokumentasi untuk menangani kondisi-kondisi kesehatan terkait hal tersebut, dapat ditunjukkan. 7.2.10 (versi sebelumnya 4.6.12) Seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan pestisida tidak boleh dilakukan oleh orang usia muda, wanita yang sedang hamil atau menyusui atau orang lain yang memiliki keterbatasan secara medis, dan mereka ditawari pekerjaan lain sebagai alternatif.

7.3 (versi sebelumnya 5.3) Limbah dikurangi, didaur ulang, digunakan ulang dan dibuang dengan cara yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.

7.3.1 (versi sebelumnya 5.3.3) Rencana manajemen limbah yang mencakup pengurangan, daur ulang, penggunaan ulang, dan pembuangan berdasarkan toksisitas dan karakteristik bahaya dicatat dan dilaksanakan. 7.3.2 (versi sebelumnya 4.6.10) Pembuangan limbah secara benar, sesuai dengan prosedur yang telah dipahami secara komprehensif oleh pekerja dan manajer dapat ditunjukkan.

Minimalnya Pemanfaatan Sumber Daya, Berkurangnya kadar polusi

7.4 (versi sebelumnya 4.2) Praktik-praktik menjaga, atau – apabila memungkinkan – meningkatkan, tingkat kesuburan tanah sehingga menjamin hasil

7.4.1 (versi sebelumnya 4.2.1) Praktik-praktik pertanian yang baik, sesuai dengan yang telah dijelaskan dalam Standard Operating Procedures (SOPs), telah dijalankan untuk mengelola kualitas tanah guna mengoptimalkan hasil panen. 7.4.2 (versi sebelumnya 4.2.3) Penarikan contoh tanah dan jaringan secara berkala dilakukan untuk memonitor dan mengelola perubahan pada kualitas tanah dan kesehatan tanaman.

Minimalnya Pemanfaatan Sumber Daya, Berkurangnya kadar polusi dan dioptimalkannya produktivitas

Page 36: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 36 dari 45

yang optimal dan berkelanjutan.

7.4.3 (versi sebelumnya 4.2.4) Strategi pendauran ulang nutrisi diimplementasi, dan dapat meliputi penggunaan Janjang Kosong (Empty Fruit Bunches ), Palm Oil Mill Effluent (POME), dan residu kelapa sawit setelah penanaman ulang. 7.4.4 (versi sebelumnya 4.2.2) Laporan catatan-catatan pemakaian pupuk dipelihara dengan baik.

7.5 (versi sebelumnya 4.3a) Praktik-praktik meminimalkan dan mengontrol erosi dan degradasi tanah.

7.5.1 (versi sebelumnya 4.3a.1) Tersedia Peta-peta yang mengidentifikasi tanah marginal dan ringkih, termasuk lereng curam,. 7.5.2 (versi sebelumnya 4.3a.2) Rencana pengelolaan disusun dan dilaksanakan untuk meminimalkan dan mengendalikan erosi dan degradasi tanah, dengan diberikan perhatian khusus lokasi-lokasi berlereng dan jalan. Sedangkan tanah marginal (misalnya tanah berpasir, tanah dengan kandungan organik rendah, tanah asam sulfat dan tanah alkali) ditanami. Rencana tersebut termasuk tindakan-tindakan pengelolaannya.

Berkurangnya kadar polusi, Dilindunginya ekosistem dan dioptimalkannya produktivitas.

7.6 (versi sebelumnya 7.2) Survei tanah dan informasi topografis digunakan dalam perencanaan tempat dalam perkebunan baru, dan hasilnya akan dimasukkan dalam pembuatan rencana dan operasi.

7.6.1 (versi sebelumnya 7.2.1) Untuk menunjukkan kesesuaian lahan untuk budi daya kelapa sawit dalam jangka panjang, maka peta tanah atau survei tanah yang mengidentifikasi tanah marginal dan ringkih, termasuk lereng curam, dipertimbangkan dalam rencana dan operasi. 7.6.2 (versi sebelumnya 7.2.2) Survei tanah dan informasi topografis menjadi acuan dalam perencanaan sistem drainase dan irigasi, jalan dan infrastruktur lainnya.

Minimalnya Pemanfaatan Sumber Daya, Berkurangnya kadar polusi, Dilindunginya ekosistem

7.7 (versi sebelumnya 7.4a) Penanaman ekstensif pada daerah curam, dan/atau tanah ringkih dan marginal dihindari.

7.7.1 (versi sebelumnya 7.4.1) Tidak ada penanaman pada lereng curam. 7.7.2 (versi sebelumnya 7.4.2) Apabila terdapat proposal penanaman terbatas di tanah ringkih dan marginal, maka strategi untuk melindungi tanah tanpa mendatangkan kerugian dikembangkan dan diimplementasi. Catatan: Diperlukan pemeriksaan konsistensi dalam bahasa yang digunakan antara kriteria dan indikator

Minimalnya Pemanfaatan Sumber Daya, Berkurangnya kadar polusi, Dilindunginya ekosistem

Page 37: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 37 dari 45

7.8 (versi sebelumnya 4.3b & 7.4b) Tidak ada penanaman baru pada lahan gambut, terlepas dari berapapun kedalamannya (setelah GA+1D) dan semua lahan gambut dikelola secara bertanggung jawab.

7.8.1 (versi sebelumnya 7.4b.1) Tidak ada penanaman baru di atas lahan gambut (setelah GA+1). 7.8.2 (versi sebelumnya 4.3b.1) Tanah gambut di dalam kawasan yang dikelola diinventarisasi, didokumentasikan dan dilaporkan kepada Sekretariat RSPO. 7.8.3 (versi sebelumnya 4.3b2) Penurunan muka tanah di lahan gambut dimonitor, didokumentasikan dan diminimalkan. Tersedia pula dokumentasi program pengelolaan air dan penimbunan tanah (ground cover). 7.8.4 (versi sebelumnya 4.3b.3) Penilaian kemampuan drainabilitas (pengaliran) dilakukan sesuai dengan Prosedur Penilaian Drainabilitas RSPO sebelum penanaman ulang dilakukan di atas lahan gambut dan hasilnya digunakan untuk menentukan viabilitas jangka panjang dari drainabilitas yang dibutuhkan untuk penanaman sawit yang ada, atau menentukan apakah kelapa sawit tersebut perlu diganti dengan tanaman lain/alternatif yang lebih toleran terhadap air atau kawasan tersebut direhabilitasi menggunakan vegetasi alami. 7.8.5 (versi sebelumnya 4.3b.4) Semua penanaman yang ada di atas lahan gambut dalam kawasan pengelolaan dikelola sekurangnya berdasarkan standar dalam ‘RSPO Manual on Best Management Practices (BMPs) for existing oil palm cultivation on peat’ - versi 2, direvisi pada xx2018. 7.8.6 (sebagian versi sebelumnya 4.3b.4) Semua kawasan lahan gambut yang belum dikembangkan pada kawasan pengelolaan (terlepas dari kedalamannya) dilindungi; drainase baru, pembangunan jalan dan saluran listrik di atas tanah gambut tidak diperbolehkan; dan lahan gambut dikelola sekurangnya berdasarkan standar dalam RSPO Best Management Practices for Management and Rehabilitation of Natural Vegetation associated with Oil Palm cultivation on Peat ("BMP") - versi 2, xx 2018

Berkurangnya kadar polusi, Dilindunginya ekosistem, Dioptimalkannya produktivitas

7.9 (versi sebelumnya 4.4) Praktik-praktik pemeliharaan kualitas dan ketersediaan air tanah dan air permukaan.

7.9.1 (versi sebelumnya 4.4.1 & SPG) Tersedia sebuah rencana manajemen air yang dilaksanakan untuk mendorong dilakukannya pemanfaatan yang lebih efisien dan adanya ketersediaan sumber air secara terus-menerus, dan untuk menghindari dampak negatif pada pengguna lain dalam area tangkapan air (catchment area), termasuk kontaminasi air permukaan atau air tanah, serta memastikan masyarakat dan pekerja memiliki akses memadai terhadap sumber air bersih.

Minimalnya Pemanfaatan Sumber Daya, Berkurangnya kadar polusi, Dilindunginya ekosistem

Page 38: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 38 dari 45

7.9.2 (versi sebelumnya 4.4.2) Aliran air dan daerah rawa dilindungi, termasuk di dalamnya pemeliharaan dan restorasi sempadan sungai dan zona penyangga lainnya yang sesuai sejalan dengan PPT RSPO untuk Pengelolaan Kawasan Riparian (RSPO BMP for Management of Riparian Reserve). 7.9.3 (versi sebelumnya 4.4.3) Limbah pabrik minyak sawit ditangani sesuai dengan tingkat yang disyaratkan, dan pemonitoran secara berkala terhadap kualitas limbah, terutama Biochemical Oxygen Demand (BOD), sejalan dengan regulasi nasional. 7.9.4 (versi sebelumnya 4.4.4) Penggunaan air dalam pabrik minyak sawit per ton Tandan Buah Segar (TBS) dipantau

7.10 (versi sebelumnya 5.4) Efisiensi penggunaan bahan bakar fosil dan penggunaan energi terbarukan dioptimalkan.

7.10.1 (versi sebelumnya 5.4.1) Rencana peningkatan efisiensi penggunaan bahan bakar fosil dan pengoptimalan energi terbarukan diimplementasi dan dipantau.

Minimalnya Pemanfaatan Sumber Daya, Berkurangnya kadar polusi, Dilindunginya ekosistem

7.11 (versi sebelumnya 5.6 dan 7.8) Rencana untuk mengurangi polusi dan emisi, termasuk gas rumah kaca, dikembangkan, diimplementasi, dan dipantau, dan pengembangan perkebunan baru didesain untuk

7.11.1 (versi sebelumnya 5.6.1) Emisi gas rumah kaca (GHG) harus diidentifikasi dan dinilai. Rencana untuk mengurangi atau meminimalkan emisi tersebut harus diimplementasi, dipantau dengan Perangkat Hitung GRK Kelapa Sawit (Palm GHG Calculator) dan dilaporkan kepada publik. 7.11.2 (versi sebelumnya 7.8.1 & 7.8.2) Sejak tahun 2014, stok karbon dalam area pengembangan yang diajukan dan sumber-sumber emisi potensial utama yang dapat merupakan akibat langsung dari pembangunan diestimasi dan rencana untuk meminimalkan emisi tersebut harus disusun dan dilaksanakan (dengan mengikuti Prosedur Penilaian GRK RSPO untuk Penanaman Baru). 7.11.3 (versi sebelumnya 5.6.2) Polutan lain yang signifikan diidentifikasi, dan rencana untuk mengurangi atau meminimalkan polutan tersebut harus diimplementasi.

Page 39: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 39 dari 45

meminimalkan emisi gas rumah kaca.

7.12 (versi sebelumnya 5.5 & 7.7) Api tidak digunakan untuk membuka lahan dan pembakaran dicegah terjadi dalam kawasan kelola.

7.12.1 (versi sebelumnya 5.5.1) Penyiapan lahan untuk penanaman baru atau penanaman ulang tidak menggunakan metode pembakaran. 7.12.2 (versi sebelumnya 5.5.2) Pekebun harus menetapkan tindakan pencegahan dan pengendalian kebakaran untuk kawasan pengelolaan, termasuk pelibatan para pemangku kepentingan yang berada di kawasan yang berdampingan dengannya.

Berkurangnya kadar polusi, Dilindunginya ekosistem

Catatan konsultasi publik untuk Kriteria 7.13 Gugus Tugas/Kelompok Kerja Tanpa Deforestasi resmi di RSPO akan dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan dengan komitmen ‘Tanpa Deforestasi’ RSPO yang mencakup hal-hal berikut ini.

• Meninjau penggunaan HCSA Toolkit dan prosedur terkait di negara-negara berlanskap hutan lembap tropis terfragmentasi yang mencakup hal-hal di bawah ini. o Mengusulkan proses-proses tata kelola. o Umpan balik dan pembelajaran yang diperoleh dari penerapan awal.

• Mengawasi pelaksanaan prosedur Tutupan Hutan Tinggi (High Forest Cover/HFC) RSPO dan meninjau dimana hal tersebut dapat diberlakukan. • Menetapkan peraturan bagi masyarakat setempat dan kelayakan dalam ‘kasus warisan’ (legacy case). • Meninjau pengalaman dalam pelaksanaan prosedur HFC RSPO dan membuat penyesuaian sebagaimana diperlukan. • Menyediakan pedoman untuk pengembangan kapasitas dan prosedur untuk mengatasi ketidakpatuhan. • Memantau dan melaporkan perkembangan pelaksanaan pekerjaan dengan komitmen ‘Tanpa Deforestasi’ RSPO.

Page 40: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 40 dari 45

• Pedoman mengenai pelaksanaan, daftar periksa audit, dan tautan silang dengan praktik terbaik yang ada saat ini. • Pedoman untuk penerapan di tingkat lanskap (selaras dengan pendekatan sertifikasi yurisdiksional). • Pengidentifikasian perubahan yang diperlukan bagi NPP untuk memasukkan Kriteria 7.13. • Pengembangan prosedur untuk mengatasi ketidaksesuaian.

Tinjauan: Efektivitas pedoman dan metodologi akan ditinjau 2 tahun setelah dimulainya pelaksanaan.

Pembukaan untuk Kriteria 7.13: Kriteria X RSPO mengintegrasikan Kriteria 5.2 dan 7.3 pada versi sebelumnya dan bertujuan menyeimbangkan kebutuhan akan pembangunan, pengentasan kemiskinan, dan mata pencaharian masyarakat di negara-negara yang memiliki HFC; dengan tujuan untuk mengurangi deforestasi pada hutan dengan stok karbon tinggi (hutan SKT). Akan dilakukan pemantauan dan peninjauan terhadap dampak pelaksanaan Kriteria 7.13 dalam 2 tahun sejak disahkannya P&C ini (November 2018). Kemungkinan juga diperlukan suatu batas waktu penerapan Indikator 7.13.2.2 dan 7.13.2.3.

Kriteria 7.13 Penanaman baru tidak boleh menyebabkan deforestasi atau menghilangkan kawasan yang diperlukan untuk memelihara atau meningkatkan Nilai Konservasi Tinggi (NKT). Hutan NKT dan SKT pada kawasan kelola diidentifikasi, dipelihara, dan ditingkatkan.

7.13.1 Untuk perkebunan yang telah berdiri dan NPP yang diajukan sebelum bulan November 2018, penilaian NKT secara menyeluruh, termasuk konsultasi dengan pemangku kepentingan, dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah disahkan RSPO dengan mempertimbangkan tingkat lanskap yang lebih luas. 7.13.2 Untuk NPP yang diajukan setelah bulan November 2018, hutan SKT dan NKT diidentifikasi menggunakan metodologi terintegrasi yang telah disahkan RSPO, yaitu sebagai berikut.

7.13.2.1 Toolkit Pendekatan Stok Karbon Tinggi (High Carbon Stock Approach/HCSA) dan Panduan terpadu Penilaian NKT-HCSA (bulan November 2017 atau versi terbaru) digunakan.

Page 41: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 41 dari 45

7.13.2.2 Pada lanskap HFC di negara-negara HFC, hanya masyarakat setempat yang dapat melakukan pembangunan secara terbatas sesuai dengan prosedur HFC RSPO. [lih. catatan untuk konsultasi publik di bawah ini.] 7.13.2.3 Pada lanskap HFC di negara-negara HFC, ‘kasus warisan’ akan ditinjau berdasarkan prosedur HFC RSPO. [lih. catatan untuk konsultasi publik di bawah ini.]

7.13.3 Penanaman baru sejak tahun 2005 tidak boleh menghilangkan hutan primer atau kawasan yang diperlukan untuk mempertahankan atau meningkatkan NKT, dan penanaman baru setelah tahun 2018 tidak boleh menghilangkan hutan SKT. Analisis historis perubahan pemanfaatan lahan dilakukan sebelum dimulainya penanaman baru sebagai bagian dari NPP, sesuai dengan dokumen pedoman LUCA RSPO. 7.13.4 Jika terdapat pembukaan lahan sejak bulan November 2005 yang dilakukan tanpa didahului penilaian NKT, maka harus dijalankan Prosedur Remediasi dan Kompensasi (Remediation and Compensation Procedure/RaCP).

7.13.5 Jika kawasan NKT, SKT dan pencadangan lainnya telah diidentifikasi, maka rencana pengelolaan terpadu untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan kawasan tersebut disusun, dilaksanakan, dipantau dan ditinjau secara berkala melalui pendekatan partisipatif untuk memasukkan pertimbangan mengenai kawasan kelola tersebut dan tingkat lanskap terkait yang lebih luas dalam konsultasi dengan pemangku kepentingan yang relevan. 7.13.6 Jika hak yang saat ini dimiliki oleh masyarakat setempat telah diidentifikasi di dalam kawasan NKT, SKT dan pencadangan lainnya, maka harus terdapat bukti adanya kesepakatan yang dinegosiasikan, yang menjaga baik NKT maupun hak-hak tersebut secara optimal. 7.13.7 Pelaksanaan rencana kelola dipantau dan ditinjau secara berkala, termasuk di dalamnya dokumentasi status NKT, SKT, kawasan lahan gambut dan spesies RTE. Hasil pemantauan dijadikan umpan balik bagi rencana pengelolaan. 7.13.8 Persiapan lahan mulai dilakukan hanya jika pemberitahuan telah diselesaikannya NPP telah disetujui.

Page 42: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 42 dari 45

CATATAN untuk konsultasi publik mengenai kriteria 7.13: Definisi yang diusulkan: Negara-negara HFC: Ditentukan menggunakan prosedur RSPO [tutupan hutan >60%, kelapa sawit <1% dari total luas lahan dengan menggunakan data terkini mengenai tutupan hutan, secara historis memiliki tren deforestasi yang rendah tetapi meningkat, dan dikenal sebagai kawasan yang berbatasan dengan kelapa sawit] dan saat ini mencakup Republik Demokratik Kongo, Gabon, Liberia, Papua Nugini, Peru, Republik Kongo dan Kepulauan Solomon. Untuk sementara, dengan mempertimbangkan tren deforestasi bisnis seperti biasa (Business As Usual/BAU) saat ini, Provinsi Papua Barat dan Papua di Indonesia juga termasuk dalam kategori tersebut. Ini merupakan suatu cara agar RSPO dapat memengaruhi transisi menuju arah pengembangan alternatif yang menjaga hutan dan menghentikan deforestasi sesegera mungkin. Lahan masyarakat setempat: lahan di mana masyarakat adat atau masyarakat setempat (sebagaimana didefinisikan dalam P&C 2013) memiliki hak atas tanah, menurut hukum positif yang berlaku ataupun hukum adat setempat. ‘Kasus warisan’: lahan yang dimiliki atau dikendalikan langsung oleh anggota RSPO pada tanggal disahkannya standar ini (GA 2018), di mana proses RSPO yang tengah berjalan untuk pembangunan baru dapat ditunjukkan dan didaftarkan kepada RSPO dalam waktu 6 bulan setelah tanggal dimaksud. Prinsip pedoman yang diusulkan untuk pelaksanaan: Prinsip pedoman ini akan dikembangkan secara penuh hingga menjadi pedoman yang komprehensif, oleh Kelompok Kerja HFC RSPO sebelum bulan November 2018 . Lahan masyarakat setempat Hanya masyarakat setempat yang dapat memulai pembangunan di lahannya yang ada di lanskap HFC. Perusahaan yang beroperasi di kawasan ini harus bekerja sama dengan masyarakat setempat. Masyarakat setempat akan terus memiliki dan mempertahankan haknya untuk mengelola lahan tersebut dan pembangunan yang dilakukan dapat didampingi oleh perusahaan berdasarkan persyaratan berikut ini. • Harus ada manfaat yang dapat ditunjukkan bagi masyarakat setempat. • Adanya pengakuan yang jelas oleh perusahaan terhadap hak legal maupun hak adat atas lahan, berdasarkan perencanaan partisipatif

pemanfaatan lahan.

• Diidentifikasinya hutan NKT dan SKT dan adanya proses FPIC.

Page 43: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 43 dari 45

• Kelas vegetasi Hutan Kerapatan Menengah dan Hutan Kerapatan Tinggi tidak dikonversi menjadi kawasan penanaman baru (menggunakan pengkelasan HCSA)

• Pengembangan dan pelaksanaan rencana konservasi dan pemanfaatan lahan terpadu (menggunakan metodologi RSPO berdasarkan informasi dari Toolkit HCSA) yang memastikan rasio minimal 1:1 untuk pembangunan dan konservasi, serta memastikan pemeliharaan kawasan untuk mata pencaharian dan ketahanan pangan masyarakat.

• Adanya partisipasi masyarakat yang jelas dan terdokumentasi dalam pengembangan dan pelaksanaan rencana konservasi dan pemanfaatan lahan terpadu yang disepakati bersama.

• Dijaminnya ketahanan pangan setempat.

• Adanya data pembanding awal tentang kesejahteraan dan proyeksi sumber pendapatan alternatif, yang menunjukkan perkiraan perolehan dari pembangunan minyak sawit dibandingkan dengan alternatif-alternatif tersebut.

• Netralitas karbon.

• Semua kawasan NKT dan kawasan konservasi lainnya dikelola dan dipertahankan sesuai dengan Panduan Umum Pengelolaan dan Pemantauan HCV (HCV Common Guidance on Management and Monitoring).

• Kajian dampak sosial dan lingkungan strategis mempertimbangkan dampak yang lebih luas di seluruh lansekap untuk juga mempertimbangkan dampak dari infrastruktur (acuan silang dengan kombinasi 5.1/6.1/7.1 versi sebelumnya).

‘Kasus warisan’ Pada ‘kasus warisan’ di dalam negara/lanskap HFC, akan ada: • penilaian NKT-SKT-FPIC terpadu;

• Kelas vegetasi Hutan Kerapatan Menengah dan Hutan Kerapatan Tinggi tidak dikonversi menjadi kawasan penanaman baru [menggunakan pengkelasan HCSA]

Page 44: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators

16 Mei 2018 Hal. 44 dari 45

• Pengembangan dan pelaksanaan rencana konservasi dan pemanfaatan lahan terpadu (menggunakan metodologi RSPO berdasarkan informasi dari Toolkit HCSA dan memastikan rasio minimal 1:1 untuk pembangunan dan konservasi, serta memastikan pemeliharaan seluruh area penggunaan masyarakat);

• Semua kawasan NKT dan kawasan konservasi lainnya dikelola dan dipertahankan sesuai dengan Panduan Umum Pengelolaan dan Pemantauan HCV (HCV Common Guidance on Management and Monitoring)

• Netralitas karbon (menggunakan prosedur penilaian GRK RSPO untuk pengembangan baru);

• Proses pengambilan keputusan yang disepakati bersama dengan masyarakat terdampak;

• Kajian dampak sosial dan lingkungan strategis mempertimbangkan dampak yang lebih luas di seluruh lanskap untuk juga mempertimbangkan dampak dari infrastruktur (acuan silang dengan kombinasi 5.1/6.1/7.1 versi sebelumnya).

Page 45: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

RSPO Principles, Criteria and Indicators Restructuring Subgroup Proposal Draft TF4 Basis

16 Mei 2018 Hal. 45 dari 45

Page 46: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

Lampiran 1 – Definisi Daftar definisi di bawah ini menggabungkan definisi yang berasal dari P&C 2013 dengan beberapa istilah baru yang diidentifikasi dalam proses Tinjauan P&C. Ada beberapa definisi yang perlu dijabarkan lebih lanjut, sementara lainnya mungkin masih perlu penambahan.

Catatan untuk konsultasi publik: informasikan jika Anda memiliki usul istilah lain dalam draf P&C yang perlu kami buatkan definisinya.

DEFINISI SUMBER

Buruh Anak Pekerjaan yang dilakukan oleh anak di bawah usia minimal bekerja sebagaimana diatur hukum nasional, di mana usia ini tidak dapat kurang dari usia untuk menamatkan pendidikan wajib, dan dalam keadaan apa pun tidak dapat kurang dari 15 tahun. Catatan: Definisi ‘Perkebunan Keluarga’ (family farm) berdasarkan P&C RSPO 2013 mengatur pengecualian sebagai berikut: “Pekerjaan oleh anak-anak dibolehkan di perkebunan keluarga, di bawah pengawasan orang tua; selama tidak mengganggu program pendidikan; selama anak-anak merupakan bagian dari keluarga dan selama mereka tidak terpapar pada kondisi berbahaya.”

Berdasarkan Konvensi ILO No. 138

Alih Kontrak Terjadi jika pekerja migran tiba di lokasi kerja tanpa adanya kontrak kerja tertulis, atau jika ia, setibanya di lokasi kerja, ditawari kontrak baru yang isinya berbeda dari apa yang dijanjikan kepadanya di negara asalnya, termasuk di dalamnya terkait dengan jenis pekerjaan dan upah.

Laporan ILO kepada Komite yang menjelaskan dugaan ketidakpatuhan oleh Qatar terhadap Konvensi ILO No. 29 tentang Pekerja Paksa, Pasal 9.

Kerja Ijon Pemberi kerja dianggap memasuki status atau persyaratan kerja ijon jika pekerjanya, atau pekerja pihak ketiga yang berada dalam kendalinya, diwajibkan membayar kembali pinjaman atau uang yang sebelumnya telah diberikan kepadanya, di mana nilai pekerja

Dewan HAM Majelis Umum PBB: Laporan Pelapor Khusus tentang bentuk-

Page 47: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

perusahaan tidak diberlakukan pada likuidasi utang atau masa kerja tidak dibatasi, dan/atau tidak ada penentuan sifat pekerjaan.

bentuk modern perbudakan, termasuk penyebab dan konsekuensinya. Juli 2016.

Upah Layak Remunerasi yang diterima oleh seorang pekerja untuk pekan kerja standar di tempat tertentu, dengan jumlah yang cukup untuk mencapai standar hidup yang layak bagi pekerja yang bersangkutan dan keluarganya. Unsur dalam standar hidup layak mencakup makanan, air, tempat tinggal, pendidikan, layanan kesehatan, transportasi, pakaian dan kebutuhan lainnya yang bersifat mendasar, termasuk di dalamnya bekal untuk menghadapi hal-hal tak terduga.

Definisi Upah Layak dari Upah Hidup Layak untuk Sektor Minyak Kelapa Sawit: metode dan pelaksanaan. Laporan rekomendasi untuk RSPO. True Price, Januari 2018. Definisi ini berdasarkan Anker, R. dan Anker, M. (2017). Upah layak di seluruh dunia. Petunjuk untuk Pengukuran.

Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)

Suatu proses untuk memperkirakan dan mengevaluasi dampak suatu atau serangkaian tindakan pada lingkungan, di mana kesimpulannya kemudian digunakan sebagai perangkat untuk perencanaan dan pengambilan keputusan.

P&C 2013

Catatan: perlu adaptasi dengan Kajian Dampak Lingkungan dan Sosial (Environmental and Social Impact Assessment/ESIA) ketimbang hanya AMDAL saja.

Pengambilalihan dan kekuasaan negara

Pengambilalihan “terjadi manakala suatu badan publik (contohnya pemerintah provinsi beserta para badannya, pemerintah kabupaten, pemerintah kota, dewan sekolah, serta lembaga dan

[1] Apakah yang dimaksud dengan

Page 48: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

untuk melakukan pembebasan demi kepentingan umum (eminent domain)

utilitas pendidikan tinggi) mengambil alih kepemilikan pribadi dengan tujuan yang dianggap merupakan kepentingan umum”.[1] Berbeda dengan eminent domain, pengambilalihan juga dapat mengacu pada pengambilalihan kepemilikan pribadi oleh badan swasta yang diberi kewenangan oleh pemerintah untuk mengambil alih kepemilikan pada keadaan tertentu.

pengambilalihan (expropriation)? British Columbia Expropriation Compensation Board; dikutip di Wikipedia. Disarankan memberikan definisi yang lebih baik untuk ini.

Pembayaran Fasilitasi

Penyuapan dalam jumlah kecil yang dibayarkan untuk memfasilitasi tindakan rutin Pemerintah [1].

Contoh yang biasa ditemukan adalah jika seorang pejabat pemerintah diberikan uang atau barang untuk menjalankan (atau mempercepat kinerja) tugas yang tengah dijalankan [2].

[1] Panduan UU Penyuapan Inggris Tahun 2010 [2] Panduan tentang Tindak Pidana Suap terhadap Dinas Pemerintah dan Penggelapan Serius di Inggris

Perkebunan Keluarga

Perkebunan yang dioperasikan dan pada umumnya dimiliki oleh keluarga untuk budi daya kelapa sawit, terkadang bersama dengan produksi tanaman lain secara subsisten (cukup untuk kebutuhan sendiri), di mana sebagian besar kebutuhan akan tenaga kerja dipenuhi oleh keluarga tersebut. Perkebunan semacam ini menjadi sumber utama pendapatan, dan luas kawasan yang ditanami kelapa sawit kurang dari 50 hektar. Pekerjaan oleh anak diperbolehkan pada perkebunan keluarga selama berada di bawah pengawasan orang dewasa, tidak mengganggu program pendidikan, anak merupakan bagian dari anggota keluarga yang bersangkutan, dan tidak terpapar kondisi kerja yang berbahaya.

P&C 2013

Page 49: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

Ketahanan Pangan Ketahanan pangan dicapai manakala semua orang di sepanjang waktu memiliki akses fisik, sosial dan ekonomi terhadap makanan yang cukup, aman dan bergizi guna memenuhi kebutuhan dan pilihan makanan demi kehidupan yang aktif dan sehat. Pada umumnya terdapat empat dimensi ketahanan pangan, yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, pemanfaatan pangan dan stabilitas pangan.

Konferensi Tingkat Tinggi Makanan Dunia FAO, 1996. Informasi lebih rinci, lih. Ikhtisar Kebijakan FAO Keluaran Ke 2 Juni 2006.

Tanah Rentan dan Marjinal

Pedoman RSPO (dalam tahap pengembangan)

Hutan lembab tropis yang terfragmentasi

Diperlukan panduan dari konsultasi ‘Tanpa Deforestasi’

Kesetaraan Gender Mengacu pada kesetaraan hak, tanggung jawab dan peluang antara perempuan dan laki-laki, baik dewasa maupun anak. Kesetaraan tidak berarti bahwa perempuan dan laki-laki memiliki hak, tanggung jawab dan peluang yang sama; melainkan, hak kedua jenis kelamin tersebut tidak akan digantungkan pada apakah mereka terlahir sebagai laki-laki atau perempuan. Kesetaraan gender berarti bahwa kepentingan, kebutuhan dan prioritas laki-laki maupun perempuan turut dipertimbangkan dengan mengakui perbedaan antara kelompok perempuan dan laki-laki. Kesetaraan gender bukanlah persoalan perempuan semata, akan tetapi terkait dengan dan sepenuhnya dihadapi oleh kedua jenis kelamin tersebut. Kesetaraan antara perempuan dan laki-laki merupakan persoalan HAM sekaligus prasyarat dan indikator bagi pembangunan berkelanjutan yang berfokus pada manusia.

Badan PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women), OSAGI Gender Mainstreaming – Konsep dan definisi

Hutan Stok Karbon Tinggi

Page 50: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

Lanskap Tutupan Hutan Tinggi (High Forest Cover/HFC)

Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT)

Kawasan yang penting untuk memelihara atau meningkatkan satu atau lebih Nilai Konservasi Tinggi (NKT):

NKT 1 – Keanekaragaman spesies. Keterpusatan keanekaragaman biologis yang mencakup spesies endemik, dan spesies langka, terancam atau terancam punah, yang signifikan pada level global, regional atau nasional. NKT 2 – Ekosistem dan mosaik pada level lanskap. Ekosistem dan mosaik ekosistem pada level lanskap yang luas yang memiliki signifikansi pada tingkat global, regional atau nasional, dan memiliki populasi yang layak dari sebagian besar spesies alami serta memiliki pola persebaran dan jumlah yang alami. NKT 3 – Ekosistem dan habitat. Ekosistem, habitat atau refugia langka, terancam, atau terancam punah. NKT 4 – Jasa ekosistem. Jasa ekosistem mendasar dalam situasi penting, termasuk perlindungan daerah tangkapan air dan kontrol erosi pada tanah rentan dan lereng. NKT 5 – Kebutuhan masyarakat. Situs dan sumber daya yang fundamental untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat lokal atau masyarakat adat (untuk mata pencaharian, kesehatan, makanan, air, dll.), yang teridentifikasi melalui interaksi dengan komunitas atau masyarakat adat terkait.

P&C 2013

Page 51: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

NKT 6 – Nilai kultural. Situs, sumber daya, habitat, dan lanskap dengan signifikansi kultural, arkeologis, atau sejarah pada tingkat global atau nasional, dan/atau kepentingan kultural, ekologis, ekonomi atau religi/sakral bagi budaya tradisional masyarakat lokal atau masyarakat adat, yang teridentifikasi melalui interaksi dengan komunitas atau masyarakat adat terkait.

Catatan: RSPO akan mengembangkan pedoman yang jelas untuk pengidentifikasian, pengelolaan dan pemantauan yang standar (beserta jenis lain pedoman terkait) untuk NKT, yang akan mencakup pedoman untuk kesesuaian dengan panduan umum (toolkit) nasional jika diperlukan.

Pembela HAM Resolusi Majelis Umum RSPO No. 6e/2016

Page 52: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

Itikad Baik Prinsip itikad baik berarti bahwa para pihak melakukan setiap usaha untuk mencapai kesepakatan, melakukan negosiasi yang tulus dan membangun, menghindari penundaan yang tidak adil dalam negosiasi, menghormati dan melaksanakan kesepakatan yang dicapai dengan penuh itikad baik, dan memberikan cukup waktu untuk membahas dan menyelesaikan sengketa kolektif. Untuk badan usaha multinasional, perusahaan demikian tidak dibenarkan mengancam untuk mengalihkan suatu unit operasi, baik seluruh atau sebagiannya, dari negara terkait dengan tujuan untuk memengaruhi negosiasi secara tidak adil.

Tanya Jawab ILO untuk usaha dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

PHT adalah pertimbangan seksama terhadap semua teknik pengendalian hama yang ada, yang dilanjutkan dengan pengintegrasian tindakan dengan sebagaimana mestinya, sehingga menurunkan perkembangan populasi hama dan menjaga agar pestisida dan intervensi lainnya tetap berada pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan ekonomi dan mengurangi atau meminimalkan risiko pada kesehatan manusia dan lingkungan hidup. PHT menekankan pertumbuhan tanaman yang sehat dengan gangguan seminimal mungkin pada ekosistem pertanian sekaligus mendorong mekanisme pengendalian hama secara alami. (FAO 2013: http://www.fao.org/agriculture/crops/corethemes/theme/pests/ipm/en/).

P&C 2013

Standar dari Organisasi Standardisasi Internasional (International Organization for Standardization/ISO)

Standar-standar yang dikembangkan oleh ISO (Lih. http://www.iso.ch/iso). P&C 2013

Kausa Sah Periksa Panduan FAO tentang FPIC untuk VGGT

Mata Pencaharian Cara yang ditempuh seseorang atau kelompok untuk mencari nafkah dari lingkungannya atau dalam perekonomiannya, termasuk di dalamnya cara mereka memenuhi kebutuhan dasarnya dan memastikan agar mereka dan generasi selanjutnya tetap mendapatkan akses terhadap makanan,

P&C 2013

Page 53: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

air bersih, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal dan bahan-bahan yang diperlukan untuk kehidupan dan kenyamanan, melalui pemanfaatan sendiri secara langsung terhadap sumber daya alam atau melalui tukar menukar, barter, perdagangan atau pelibatan di pasar.

Suatu mata pencaharian mencakup tidak hanya akses terhadap sumber daya, akan tetapi juga pengetahuan dan lembaga yang memungkinkan dapat ditempuhnya akses ini seperti waktu untuk partisipasi dan integrasi masyarakat, pengetahuan, keahlian, amal nyata dan praktik ekologis yang bersifat pribadi, lokal atau tradisional, aset yang hakiki untuk cara mencari nafkah tersebut (contohnya kebun, ladang, padang penggembalaan, tanaman pangan, hewan ternak, sumber daya alam, perangkat, mesin-mesin dan hak milik budaya yang tak berwujud), dan kedudukannya dalam struktur kemasyarakatan secara legal, politis dan sosial.

Risiko kegagalan mata pencaharian menentukan seberapa rawan kondisi yang dialami seseorang atau suatu kelompok sehubungan dengan ketidakamanan dalam pendapatan, makanan, kesehatan dan gizi. Oleh karena itu, mata pencaharian dianggap aman tatkala masyarakat memegang kepemilikan yang terjamin atas, atau akses terhadap, kegiatan yang diperlukan untuk mendapatkan sumber daya dan penghasilan, termasuk di dalamnya cadangan dan aset untuk mengimbangi risiko yang ada, mengurangi benturan dan memenuhi keadaan-keadaan yang mungkin dicapai. (dikumpulkan dari berbagai definisi mata pencaharian dari Kementerian Pembangunan Internasional Kerajaan Inggris, IDS dan FAO dan naskah akademis dari: http://www.fao.org/docrep/X0051T/X0051t05.htm).

Kawasan Terkelola Areal ini mencakup keseluruhan kawasan yang ada, tidak hanya perkebunan. Catatan: P&C 2013 mendefinisikan Perkebunan sebagai berikut: “Lahan yang mengandung kelapa sawit dan penggunaan lahan yang berhubungan seperti infrastruktur (misalnya

Usulan baru

Page 54: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

jalan), kawasan tepi sungai, dan lahan simpanan konservasi.” Namun pada praktiknya, istilah ‘perkebunan’ kerap digunakan untuk mengacu pada kawasan yang ditanami kelapa sawit. Usulan: Gunakan istilah-istilah berikut ini secara konsisten dalam P&C. Kawasan Terkelola: “Lahan yang di dalamnya terdapat kelapa sawit beserta pemanfaatan lahan terkait seperti infrastruktur (contohnya jalan), zona tepian sungai (riparian) dan pencadangan konservasi.” Perkebunan:

“Lahan tempat budi daya kelapa sawit.”

Pekebun Menengah Pekebun Menengah – Semua pekebun yang masuk di antara definisi Petani (smallholder) (sebagaimana diadopsi SHIG?) dan definisi pekebun, dengan luasan areal kelapa sawit hingga 500 ha.

Catatan: Saat ini tidak ada persyaratan dalam P&C yang berkaitan secara spesifik dengan ‘Pekebun Menengah’. TF3 mengusulkan didefinisikannya Pekebun Menengah.

Vegetasi Alami Kawasan yang di dalamnya terdapat banyak karakteristik utama dan unsur kunci ekosistem alami seperti kompleksitas, struktur dan keanekaragaman.

P&C 2013

Page 55: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

Operasi Semua kegiatan yang direncanakan dan/atau dilaksanakan oleh unit manajemen di dalam perbatasan kawasan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan basis pasoknya.

P&C 2013

Asal Tandan Buah Segar (TBS)

Sumber dari TBS yang masuk ke dalam PKS (lih. Indikator 4.1.4). Anggota RSPO mengakui adanya kebutuhan akan operator yang bertanggung jawab melakukan uji tuntas dalam pemasokan TBS dari pihak ketiga guna mengurangi risiko masuknya produk-produk tidak berkelanjutan ke dalam rantai pasok bersertifikat. Namun turut pula diakui adanya tantangan-tantangan yang cukup besar dalam melacak kembali semua pasokan ini hingga titik asalnya. Oleh karena itu, setidaknya PKS harus mencatat informasi pihak yang menjadi sumber TBSnya pada gerbang PKS. Catatan: sebagaimana disebutkan dalam bagian pembukaan, pihak manajemen PKS akan berkomitmen untuk mendapatkan pasokan TBS pihak ketiga yang berasal dari sumber-sumber yang dikenali, legal dan bertanggung jawab.

P&C 2013

Pemasok Buah Luar Petani, jika penjualan TBS dilakukan melalui kontrak eksklusif dengan pekebun/pihak manajemen PKS. Pekebun luar buah dapat merupakan petani.

P&C 2013

Gambut Definisi akan diberikan oleh PLWG-2

Pestisida Bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk mencegah, menghancurkan, mengusir atau memitigasi hama. Pestisida dibagi empat jenis berdasarkan bahan kimia penyusun utamanya, yaitu herbisida, fungisida, insektisida dan bakterisida.

P&C 2013

Rencana Suatu skema, program atau metode yang terjadwal (time-bound) dan terperinci untuk mencapai tujuan dan hasil yang dikehendaki. Rencana yang ada harus memiliki sasaran yang jelas, lengkap dengan jadwal pelaksanaan, tindakan yang akan diambil dan proses untuk memantau perkembangan, adaptasi rencana jika terjadi perubahan keadaan, dan pelaporan. Rencana juga harus mencakup identifikasi berupa nama atau jabatan orang yang bertanggung jawab atas pelaksanaannya. Harus ada bukti adanya sumber daya yang cukup untuk melaksanakan rencana tersebut dan dilaksanakannya rencana tersebut hingga tuntas.

P&C 2013

Page 56: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

Perkebunan Lahan yang di dalamnya terdapat kelapa sawit beserta pemanfaatan lahan terkait seperti infrastruktur (contohnya jalan), zona tepian sungai (riparian) dan pencadangan konservasi.

P&C 2013

Hutan Primer Hutan primer adalah hutan yang belum pernah mengalami pembalakan dan berkembang mengikuti gangguan alami dan tunduk pada proses alam, terlepas dari usianya. Turut termasuk dalam kategori hutan primer adalah hutan-hutan yang tidak banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adat dan setempat yang hidup dengan pola tradisional dan sesuai dengan konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan. Pada umumnya, tutupan hutan primer relatif dekat dengan komposisi alami dan sebagian besar muncul melalui regenerasi alami. (Dari Pertemuan Ahli Kedua FAO tentang Harmonisasi Definisi Terkait Hutan untuk Pemanfaatan Berbagai Pemangku Kepentingan, 2001, http://www.fao.org/documents/show_cdr.asp?url_file=/DOCREP/005/Y4171E/Y4171E11.htm). Catatan: Interpretasi nasional harus mempertimbangkan diperlukan tidaknya definisi yang lebih spesifik.

P&C 2013

Pencegahan Tindakan atau serangkaian tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pencegahan. P&C 2013

Biaya Perekrutan Biaya wajib yang dibolehkan, sebagaimana diatur lebih rinci dalam konteks legal nasional. Perusahaan dapat menggunakan agensi yang mengikuti persyaratan legal nasional dimaksud. Tidak diperkenankan untuk mengenakan biaya apa pun kepada pekerja, secara langsung ataupun tidak, melebihi apa yang diwajibkan secara legal. Dalam hal tidak adanya peraturan yang mengatur demikian, maka RSPO akan menetapkan batasan jumlah yang dibayarkan oleh perusahaan [contohnya 1 bulan gaji per kontrak]. [Catatan: Bagian ini tidak jelas; apakah merupakan batas maksimal yang dapat perusahaan bayar kepada agensi?

Diusulkan oleh Gugus Tugas dalam TF3

Memulihkan Mengembalikan kawasan yang telah mengalami degradasi atau konversi di dalam perkebunan kepada keadaan yang semi-alami.

P&C 2013

Page 57: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

Hak adalah prinsip legal, sosial atau etis tentang kebebasan atau kebolehan

Hak adat: pola pemanfaatan lahan dan sumber daya oleh masyarakat yang telah berlangsung lama berdasarkan hukum adat, nilai, kebiasaan dan tradisi masyarakat adat, termasuk di dalamnya pemanfaatan yang bersifat siklus atau musiman, dan bukan hak legal formal atas tanah dan sumber daya sebagaimana dikeluarkan Negara. (Dari Kebijakan Operasional 4.10 Bank Dunia - http://go.worldbank.org/6L01FZTD20).

• Hak legal: Hak-hak yang diberikan ke individu, entitas dan pihak lain berdasarkan hukum dan

regulasi lokal, nasional, atau internasional (yang telah diratifikasi).

• Hak penggunaan: Hak untuk penggunaan lahan dan sumber daya yang ditentukan oleh kebiasaan lokal, kesepakatan bersama, atau ditentukan oleh entitas lain yang memiliki hak akses. (Dari Prinsip & Kriteria Forest Stewardship Council/FSC: https://ic.fsc.org/ download.revised-fsc-pc-v-5-0-high-resolution.a-871.pdf).

• Hak yang dapat didemonstrasikan adalah hak-hak yang dapat ditunjukkan melalui pemetaan pengguna secara partisipatif sebagai bagian dari proses FPIC (free, prior and informed consent).

Catatan: Jika terdapat interpretasi nasional, hak-hak ini harus ditentukan lebih lanjut dengan mempertimbangkan kewajiban nasional, konstitusi, dan peraturan daerah secara konsisten dengan definisi generik/umumnya, termasuk pengembangan pedoman dengan sebagaimana mestinya untuk proses yang dapat menghindari atau menyelesaikan konflik antara hak adat (sebagaimana didefinisikan di atas) dan hak adat lainnya yang diakui hukum nasional.

P&C 2013

Penilaian Risiko “Penilaian risiko adalah pemeriksaan seksama mengenai hal-hal di tempat kerja yang dapat menyebabkan kerugian bagi seseorang. Dengan adanya kegiatan ini, dapat dilakukan penimbangan untuk mengetahui apakah tindakan pencegahan yang dilakukan sudah

ILO, 2014. Suatu pedoman 5 langkah bagi pemberi kerja dan pekerja beserta

Page 58: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

cukup atau masih ada tindakan yang harus dilakukan guna mencegah terjadinya kerugian bagi orang-orang yang menghadapi risiko, termasuk pekerja dan anggota masyarakat.”

perwakilannya dalam melaksanakan penilaian risiko di tempat kerja.

Petani plasma P&C 2013 mendefinisikan petani plasma sebagai berikut.

“Petani penggarap yang secara struktur terikat oleh kontrak, perjanjian kredit atau perencanaan terhadap pabrik minyak sawit tertentu, namun asosiasinya tidak terbatas pada hubungan tersebut. Istilah lain yang umumnya digunakan untuk petani penggarap skema antara lain adalah petani penggarap plasma dan/atau yang terhubung.”

TF3 menyarankan untuk secara tegas memasukkan perempuan dan anggota keluarga ke dalam definisi.

Usulan – masukkan kalimat final:

“Petani plasma mencakup perempuan dan laki-laki beserta para anggota keluarganya.”

Tambahan bagi definisi yang ada saat ini dari P&C 2013.

Untuk diperhatikan SHIG tengah mengerjakan definisi petani yang baru, yang nantinya akan menggantikan yang ada pada bagian ini setelah mendapatkan persetujuan.

Bahan Pencemar Signifikan

Minta ERWG untuk membuat daftar bahan pencemar signifikan.

Pemangku Kepentingan

Perorangan atau kelompok yang memiliki kepentingan yang sah dan/atau dapat ditunjukkan dalam, atau yang terdampak secara langsung dengan adanya, kegiatan suatu organisasi dan akibat dari kegiatan dimaksud.

P&C 2013

Page 59: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

Pengaruh yang tidak semestinya

Usaha oleh pihak ketiga dengan kontrol apa pun untuk membuat seseorang menandatangani kontrak atau perjanjian lainnya yang, tanpa pengaruh pihak ketiga tersebut, tidak akan ditandatanganinya.

P&C 2013

Unit Sertifikasi

Unit sertifikasi adalah PKS beserta basis pasoknya: Unit sertifikasi harus mencakup baik lahan (atau estate) yang dikelola langsung maupun petani dan pemasok buah luar, jika estate telah didirikan sesuai ketentuan hukum yang berlaku dengan proporsi lahan yang dialokasikan kepada masing-masing pihak tersebut. Semua TBS yang berasal dari lahan (atau estate) yang dikelola langsung harus dihasilkan sesuai standar yang dapat disertifikasikan. PKS akan mengembangkan dan melaksanakan rencana guna memastikan agar 100% petani dan pemasok buah luar yang terasosiasi memiliki standar yang dapat disertifikasikan dalam waktu 3 tahun.

Tinjauan P&C TF5

Angkatan Pekerja P&C RSPO 2013 mendefinisikan Tenaga Kerja sebagai berikut.

“Angkatan pekerja: Jumlah total pekerja yang dipekerjakan oleh unit manajemen secara langsung atau tidak langsung. Ini mencakup pekerja kontrak dan konsultan.” [dan mendefinisikan pekerja migran dan transmigran]

Gugus Tugas mengusulkan agar definisi ‘Pekerja’ secara tegas mencakup laki-laki dan perempuan, migran, kontrak, lepas, dan semua pekerja dari semua tingkatan di perusahaan, dsb.

Usul: Adaptasikan definisi angkatan pekerja dalam P&C 2013 dan tambahkan pekerja:

Tambahan untuk definisi yang ada saat ini dalam P&C 2013

Page 60: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

Tenaga kerja: Jumlah keseluruhan orang yang dipekerjakan oleh unit manajemen, baik secara langsung maupun tidak.

Pekerja: masukkan laki-laki dan perempuan, migran, transmigran, pekerja kontrak, pekerja lepas, konsultan, dan karyawan dari semua tingkatan organisasi perusahaan.

Angkatan Pekerja Angkatan pekerja: Jumlah total pekerja yang dipekerjakan oleh unit manajemen secara langsung atau tidak langsung. Ini mencakup pekerja kontrak dan konsultan.” Pekerja migran: seseorang yang bermigrasi dari satu negara ke negara lain dengan tujuan untuk dipekerjakan (selain tujuan personal) dan termasuk perseorangan yang secara reguler diijinkan masuk sebagai migran untuk pekerjaan. Migran didefinisikan sebagai mereka yang melintasi perbatasan internasional untuk tujuan pekerjaan, dan tidak termasuk pekerja yang berpindah dalam negara untuk tujuan pekerjaan. Pekerja Transmigran: perseorangan yang bermigrasi dari satu bagian negara ke bagian lain dengan tujuan memperoleh pekerjaan selain tujuan personal.

P&C 2013

Orang Usia Muda Konvensi ILO No. 138 tentang Usia Minimal menyatakan sebagai berikut. “Usia minimal untuk dapat melakukan kerja dalam pemberian kerja atau pekerjaan jenis apa pun yang, berdasarkan sifat atau keadaan pelaksanaan pekerjaan tersebut, berkemungkinan untuk merusak kesehatan, keselamatan atau moral orang usia muda, tidak dapat kurang dari 18 tahun.” Usul: Definisi Buruh Anak (di atas) tidak mencakup pekerjaan oleh anak usia di bawah 15 tahun; dengan demikian Orang Usia Muda berarti adalah orang-orang yang berusia 15-17 tahun.

Berdasarkan Pasal 3 Konvensi ILO No. 138

Page 61: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO
Page 62: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

LAMPIRAN 2 PANDUAN PRINSIP 1 Transparansi

Kriteria baru

Kriteria versi sebelumnya

PANDUAN

CATATAN

1.1 1.1 Pekebun dan pengusaha pabrik minyak sawit harus memiliki Standard Operating Procedure (SOP) untuk memberikan tanggapan konstruktif kepada para pemangku kepentingan, termasuk kerangka waktu spesifik dalam menanggapi permintaan informasi. Pekebun dan pengusaha pabrik minyak sawit sebaiknya menanggapi permintaan informasi dari para pemangku kepentingan secara konstruktif dan cepat. Pekebun dan pengusaha pabrik minyak sawit sebaiknya memastikan ketersediaan bukti objektif yang cukup untuk menunjukkan bahwa respons diberikan secara pantas dan tepat waktu. (dari Panduan Khusus 1.1.1 versi sebelumnya) Informasi yang dimaksud meliputi informasi mengenai mekanisme RSPO untuk keterlibatan para pemangku kepentingan, serta informasi mengenai hak dan kewajiban mereka.

1.1 1.2 Hal ini menyangkut dokumen manajemen yang berhubungan dengan isu lingkungan, sosial, dan legal yang relevan dengan kepatuhan terhadap Kriteria RSPO. Dokumen pengelolaan mencakup hasil dari proses-proses FPIC, Penilaian Dampak Hak Asasi Manusia (Human Rights Impact Assessment/HRIA), Penilaian Dampak Sosial Lingkungan (Social-Environmental Impact Assessment/SEIA), kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) termasuk di dalamnya perlindungan bagi para pembela HAM/saksi pelapor (whistleblower), program sosial yang menghindarkan atau memitigasi dampak sosial negatif, program sosial yang meningkatkan kualitas mata pencaharian, angka sebaran gender di antara pekerja sesuai kategori pihak manajemen, staf administrasi dan pekerja (baik buruh harian lepas maupun borongan), program kemitraan untuk petani mandiri, serta pendidikan dan kesehatan masyarakat. Auditor akan mengomentari kelengkapan setiap dokumen yang tercantum dalam rangkuman publik dari laporan penilaian (assessment report).

Page 63: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

Contoh-contoh informasi rahasia perusahaan antara lain data finansial seperti pengeluaran dan pemasukan, serta detil-detil yang berhubungan dengan pelanggan dan/atau pemasok. Data yang terkait dengan privasi individu sebaiknya juga dirahasiakan. Sengketa yang sedang berlangsung (di dalam ataupun di luar mekanisme legal) akan dianggap sebagai informasi rahasia apabila pembukaan informasi tersebut dapat berdampak negatif terhadap seluruh pihak yang terlibat. Namun, para pemangku kepentingan yang terpengaruh oleh sengketa dan pihak-pihak yang tengah berupaya menyelesaikan sengketa sebaiknya memiliki akses terhadap informasi yang relevan. Contoh-contoh kondisi pembukaan informasi yang berdampak negatif terhadap lingkungan atau kondisi sosial antara lain: informasi mengenai lokasi spesies-spesies langka, yang apabila dibuka akan meningkatkan risiko perburuan atau penangkapan spesies-spesies tersebut untuk diperdagangkan; atau lokasi tempat-tempat suci yang ingin dirahasiakan dan dilindungi keberadaannya oleh masyarakat setempat. Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik minyak sawit sebaiknya memastikan ketersediaan bukti objektif yang cukup untuk menunjukkan bahwa tingkat pengukuran dan pemantauan terhadap rencana pengelolaan, dan informasi, sudah sesuai dan tersedia. (dari Panduan Khusus versi sebelumnya untuk 1.2.1) Dokumen yang dibuka untuk publik harus meliputi, tapi tidak terbatas kepada, hal-hal berikut: • Sertifikat/hak penggunaan tanah (Kriteria 2.2); • Rencana kesehatan dan keselamatan kerja (Kriteria 4.7); • Rencana dan penilaian terkait dampak sosial dan lingkungan (Kriteria 5.1, 6.1, 7.1 dan 7.8); • Dokumentasi HCV (Kriteria 5.2 dan 7.3); • Rencana pengurangan dan pencegahan polusi (Kriteria 5.6); • Rincian keluhan dan pengaduan (Kriteria 6.3); • Prosedur negosiasi (Kriteria 6.4); • Rencana perbaikan terus menerus (Kriteria 8.1); • Rangkuman publik dari laporan penilaian sertifikasi; • Kebijakan Hak Asasi Manusia (Kriteria 6.13).

Page 64: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

1.2 1.3 Yang dimaksud dengan seluruh level operasi meliputi pihak ketiga yang dikontrak (contoh: pihak-pihak keamanan). Sebagai standar minimal, kebijakan sebaiknya mengandung: • Kepatuhan terhadap praktik bisnis yang wajar (fair conduct of business); • Pelarangan seluruh bentuk korupsi, penyuapan dan penipuan dalam penggunaan dana dan sumber daya; • Pembukaan informasi yang pantas sesuai dengan hukum yang berlaku dan praktik-praktik industri yang diterima. Kebijakan sebaiknya dirancang dalam kerangka Konvensi PBB Melawan Korupsi (UN Convention Against Corruption), khususnya Pasal 12. (dari Panduan Khusus versi sebelumnya untuk 1.3.1) Kebijakan ini harus mencakup unsur-unsur sebagai berikut: penyuapan; pembayaran fasilitasi; panduan dan prosedur untuk hadiah dan ramah-tamah; pengungkapan terhadap kontribusi politik; panduan bagi donasi amal dan galangan bantuan sponsor; penghormatan bagi perilaku usaha yang berkeadilan; pengungkapan sebagaimana mestinya terhadap informasi sehubungan dengan peraturan yang berlaku dan praktik industri yang diterima; kepatuhan terhadap undang-undang anti korupsi yang berlaku. (dari Panduan Khusus versi sebelumnya untuk 1.3.2) • Komitmen untuk menerapkan kebijakan etis perusahaan dimasukkan ke dalam semua kontrak penyediaan

jasa. • Adanya prosedur uji tuntas (due diligence) yang diberlakukan dalam memilih dan mengontrak agen

perekrutan dan pihak perantara atau penyedia tenaga kerja. Praktik yang tidak etis mencakup hal-hal sebagai berikut: mengenakan biaya kepada pekerja, mengambil upah pekerja untuk menutup biaya perekrutan dan transportasi, dan menerima pemberian dan komisi dari pihak perantara atau penyedia tenaga kerja.

Page 65: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

PRINSIP 2 Legalitas

Kriteria baru

Kriteria versi sebelumnya

PANDUAN Catatan

2.1 2.1 Implementasi seluruh persyaratan hukum adalah ketentuan mendasar yang paling penting untuk seluruh pengusaha perkebunan, terlepas dari lokasi atau skala perkebunan. Legislasi yang relevan meliputi, tapi tidak terbatas pada: regulasi yang mengatur penguasaan dan hak penggunaan tanah, tenaga kerja, praktik-praktik pertanian (misalnya penggunaan bahan kimia), lingkungan (contohnya hukum perlindungan margasatwa, polusi, hukum kehutanan dan manajemen lingkungan), penyimpanan, praktik pengolahan dan transportasi. Legislasi yang dimaksud juga meliputi hukum-hukum yang harus dipatuhi dalam negara tersebut sebagai bagian dari tanggung jawab berdasarkan hukum atau konvensi internasional yang berlaku (contohnya Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity atau CBD), Konvensi-konvensi inti ILO, dan UN Guiding Principles on Business and Human Rights). Selain itu, di negara-negara yang memiliki ketentuan hukum adat, syarat-syarat dalam hukum adat tersebut juga akan dipatuhi. Konvensi dan hukum-hukum internasional utama dapat dilihat di Lampiran 1. Kontradiksi dan inkonsistensi sebaiknya diidentifikasi, dan disarankan solusinya. (dari Panduan Khusus untuk 2.1.1 versi sebelumnya) Bukti yang ada harus digabungkan sebagai bagian dari pelaksanaan Indikator 4.1.4 (versi sebelumnya). (dari Panduan Khusus untuk 2.1.2 versi sebelumnya) Sistem terdokumentasi harus mencakup prosedur yang mengatur bagaimana cara pabrik kelapa sawit menentukan bahwa sumber-sumber TBS yang ada sudah memenuhi aspek legal. (dari Panduan Khusus untuk 2.1.3) Untuk pabrik kelapa sawit yang saat ini telah bersertifikat RSPO, persyaratan waktu yang ditentukan adalah tiga tahun dari [tahun 2018]. Sementara untuk pabrik kelapa

Pemeriksaan konsistensi dengan 2.1.3 & 2.3 baru

Page 66: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

sawit yang belum bersertifikat/masih menjalani tahun pertama sertifikasi, maka persyaratan waktu yang ditentukan adalah tiga tahun dari tanggal awal sertifikasi (lih. Indikator 4.1.4 versi sebelumnya).

2.3 2.X.BARU Untuk pertimbangan mengenai legalitas TBS, Interpretasi Nasional juga harus turut mempertimbangkan praktik lokal yang serta kebiasaan yang diterima secara umum dan setara kedudukannya di mata hukum, atau diterima oleh pihak yang berwenang (contohnya pengadilan adat, dsb.). Pedoman penerapan: Jika pabrik kelapa sawit memiliki pemasok petani, untuk pabrik kelapa sawit yang saat ini telah bersertifikat RSPO, persyaratan waktu yang ditentukan guna memenuhi kriteria ini untuk semua pemasok petaninya adalah tiga tahun dari [diselesaikannya standar 2018]. Sementara untuk pabrik kelapa sawit yang belum bersertifikat/masih menjalani tahun pertama sertifikasi, persyaratan waktu yang ditentukan adalah tiga tahun dari tanggal awal sertifikasi untuk pemasok petani mereka.

PRINSIP 3 Prosedur Perencanaan

Kriteria baru

Kriteria versi sebelumnya

PEDOMAN Catatan

3.1 3.1 Meskipun diakui bahwa profitabilitas jangka panjang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar kontrol perusahaan, manajemen utama sebaiknya dapat menunjukkan bahwa perhatian terhadap viabilitas ekonomi dan finansial melalui perencanaan manajemen jangka panjang. Sebaiknya, terdapat juga perencanaan dengan jangka lebih panjang untuk perkebunan-perkebunan di atas lahan gambut (peat), terutama berkaitan dengan masalah kebanjiran dan penurunan muka tanah (subsidence) (lihat Indikator 4.3.5 versi sebelumnya). Pertimbangan terhadap petani penggarap (smallhoders) sebaiknya melekat pada seluruh perencanaan manajemen, apabila berlaku (lihat juga Kriteria 6.10 dan 6.11 versi sebelumnya). Untuk

Page 67: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

petani penggarap skema (scheme smallholders), isi perencanaan manajemen akan bervariasi dari yang telah disarankan. Pengusaha perkebunan sebaiknya memiliki sistem untuk meningkatkan kualitas praktik kerja sesuai dengan informasi dan teknik terbaru. Untuk skema petani penggarap, manajemen skema diharapkan dapat memberikan anggotanya informasi peningkatan-peningkatan yang signifikan. Kriteria ini tidak berlaku untuk petani mandiri. (dari Panduan Khusus untuk 3.1.1 versi sebelumnya) Rencana manajemen atau bisnis yang dimaksud sebaiknya mencakup: • Perhatian terhadap kualitas bahan tanam; • Proyeksi panen = tren hasil Fresh Fruit Bunches (FFB); • Tingkat ekstraksi pabrik minyak sawit = tren Tingkat Ekstraksi Minyak atau Oil Extraction Rate (OER); • Biaya produksi = biaya per ton dari tren Minyak Sawit Mentah atau Crude Palm Oil (CPO); • Perkiraan harga (forecast prices); • Indikator finansial. Perhitungan yang disarankan: tren rata-rata 3-tahun selama dekade terakhir (tren-tren FFB mungkin harus diadaptasi dengan hasil rendah yang diperoleh selama program penanaman ulang yang besar). (dari Panduan Khusus untuk 3.1.3 versi sebelumnya): Dalam hal tidak diketahuinya rincian keuangan tersebut secara khusus, maka perkiraan jumlah atau struktur untuk memperkirakan jumlah tersebut disertakan dengan jelas di dalam kontrak.

3.3 4.1 Mekanisme-mekanisme untuk memeriksa penerapan prosedur dapat mencakup sistem manajemen dokumentasi dan prosedur kontrol internal. Lih. 2.1 versi sebelumnya (rencana terikat waktu). (dari Panduan Khusus untuk 4.1.1 dan 4.1.4 versi sebelumnya) SOP dan dokumentasi untuk pabrik minyak sawit sebaiknya mencakup syarat-syarat rantai pasok (supply chain) yang relevan (lihat RSPO Supply Chain Certification Standard, Nov 2011).

Page 68: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

(dari Panduan Khusus untuk 4.1.1 dan 4.1.4 versi sebelumnya) Selama bekerja bersama pemasok TBS pihak ketiga terkait ketertelusuran dan legalitas, pekebun harus memanfaatkan peluang tersebut untuk menyampaikan informasi yang sesuai mengenai Praktik Pengelolaan Terbaik/PPT. (dari Panduan Khusus untuk 4.1.4 versi sebelumnya) Pemastian legalitas TBS harus mencakup hal-hal berikut ini untuk setiap pemasok TBS. • Informasi tentang geolokasi tempat asal TBS. • Bukti status kepemilikan atau hak/klaim atas lahan oleh pekebun/petani. • Izin tanam/operasi/dagang yang berlaku atau merupakan bagian dari kerja sama (cooperatives)

untuk jual beli TBS. Jika bahan baku pabrik kelapa sawit bersumber dari pusat pengumpulan, agen atau perantara lainnya, maka penyediaan bukti-bukti sebagaimana disebutkan di atas harus diberikan oleh pihak pemasok. Pengusaha pabrik kelapa sawit bertanggung jawab untuk memperoleh bukti-bukti tersebut dari pemasok.

3.2 8.1 Sebagai standar minimum, hal tersebut meliputi, namun tidak terbatas pada: • Pengurangan penggunaan pestisida (Kriteria 4.6 versi sebelumnya); • Dampak lingkungan (Kriteria 4.3, 5.1 dan 5.2 versi sebelumnya); • Pengurangan limbah (Kriteria 5.3 versi sebelumnya); • Polusi dan emisi gas rumah kaca (greenhouse gases – GHG) (Kriteria 5.6 dan 7.8 versi sebelumnya); • Dampak sosial (Kriteria 6.1 versi sebelumnya); • Pengoptimalan hasil basis pasok (supply base).

Pengusaha perkebunan sebaiknya memiliki sistem untuk meningkatkan kualitas praktik-praktik berdasarkan informasi dan teknik terbaru, dan mekanisme untuk menyebarkan informasi ini ke

Page 69: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

seluruh angkatan kerja. Untuk petani, sebaiknya terdapat pedoman dan pelatihan sistematis untuk perbaikan terus menerus.

3.4 5.1 EIA sebaiknya meliputi kegiatan-kegiatan berikut, apabila kegiatan ini dijalankan: • Pembangunan jalan baru, pabrik pengolahan atau infrastruktur lainnya; • Pembuatan sistem irigasi atau drainase; • Penanaman ulang dan/atau ekspansi area penanaman; • Manajemen limbah pabrik minyak sawit (Kriteria 4.4 versi sebelumnya); • Pembersihan vegetasi alami yang tersisa; • Manajemen hama dan pohon-pohon kelapa sawit yang terkena penyakit dengan pembakaran terkendali (Kriteria 5.5 versi sebelumnya).

Analisis dampak dapat dilakukan dalam format yang tidak restriktif, misalnya ISO 14001 EMS dan/atau laporan EIA yang memasukkan seluruh unsur-unsur yang dipaparkan dalam Kriteria ini dan diajukan saat konsultasi dengan para pemangku kepentingan. Dampak lingkungan terhadap sumber daya air dan tanah (Kriteria 4.3 dan 4.4 versi sebelumnya), kualitas udara, gas rumah kaca (Kriteria 5.6 versi sebelumnya), biodiversitas dan ekosistem, dan kenyamanan (amenity) orang-orang (Kriteria 6.1 versi sebelumnya), sebaiknya diidentifikasi, baik yang terdapat di dalam maupun di luar lokasi perusahaan. Konsultasi dengan para pemangku kepentingan memiliki peran kunci dalam pengidentifikasian dampak terhadap lingkungan. Adanya konsultasi seharusnya menghasilkan proses-proses yang lebih baik dalam mengidentifikasi dampak dan mengembangkan langkah-langkah pengurangan dampak negatif yang diperlukan. Untuk skema petani penggarap, manajemen skema memiliki tanggung jawab untuk menjalankan penilaian dampak, serta merancang operasi dan menjalankan operasi sesuai dengan hasil dari analisis dampak tersebut.

Diperlukan pemeriksaan konsistensi/adaptasi terhadap ESIA

3.4 6.1 Dokumen pengelolaan dapat mencakup program sosial untuk menghindarkan atau memitigasi dampak sosial negatif, program sosial yang meningkatkan mata pencaharian masyarakat dan kesetaraan gender, program kemitraan untuk petani mandiri, pendidikan dan kesehatan masyarakat.

Diperlukan pemeriksaan

Page 70: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

Identifikasi dampak-dampak sosial sebaiknya dilaksanakan oleh pengusaha perkebunan dengan partisipasi dari pihak-pihak yang terdampak, termasuk wanita, masyarakat setempat dan pekerja migran dalam konteks yang sesuai. Keikutsertaan ahli-ahli independen sebaiknya diusahakan, apabila dinilai perlu; untuk memastikan bahwa seluruh dampak (baik dampak positif maupun negatif) teridentifikasi. Partisipasi dalam konteks ini berarti bahwa pihak-pihak yang terdampak dapat mengekspresikan pendapat mereka melalui institusi perwakilan masing-masing, atau juru bicara yang telah dipilih secara bebas, selama proses pengidentifikasian dampak, peninjauan hasil-hasil dan rencana mitigasi serta pemantauan tingkat keberhasilan rencana yang telah diimplementasi. Dampak-dampak sosial yang potensial dapat berasal dari kegiatan-kegiatan seperti berikut: pembangunan jalan baru, pabrik pengolahan atau infrastruktur lainnya; penanaman ulang dengan jenis tanaman berbeda atau ekspansi area penanaman; pembuangan limbah cair pabrik minyak sawit; pembersihan vegetasi alami yang tersisa; perubahan dalam jumlah pekerja atau ketentuan pekerjaan; skema petani penggarap. Manajemen perkebunan dan pabrik kelapa sawit dapat memiliki dampak sosial (positif atau negatif) pada faktor-faktor seperti:

• Hak penggunaan dan akses; • Mata pencaharian ekonomi (misalnya pekerjaan yang dibayar) dan kondisi kerja; • Kegiatan subsistensi; • Nilai-nilai agama dan budaya; • Fasilitas pendidikan dan kesehatan; • Nilai-nilai komunitas lainnya, yang merupakan dampak dari perubahan seperti perbaikan transportasi/komunikasi atau kedatangan tenaga kerja migran dalam jumlah besar.

Proses peninjauan ulang dapat dilakukan (setiap dua tahun sekali) secara internal atau eksternal.

konsistensi/adaptasi terhadap ESIA

3.4 6.2 SIA dapat berfungsi sebagai acuan untuk mengidentifikasi semua pemangku kepentingan. Keputusan yang akan diambil oleh pengusaha perkebunan atau pengusaha pabrik kelapa sawit sebaiknya dibuat

Diperlukan pemeriksaan

Page 71: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

sejelas mungkin, sehingga komunitas lokal dan pihak-pihak lain yang tertarik dapat memahami tujuan dari komunikasi dan/atau konsultasi. Mekanisme komunikasi dan konsultasi sebaiknya disusun secara bersama dengan komunitas lokal dan pihak-pihak lain yang terdampak atau tertarik. Mekanisme tersebut sebaiknya mempertimbangkan penggunaan mekanisme lokal yang sudah ada dan bahasa yang dapat dipahami seluruh pihak. Keberadaan/pembentukan forum dengan berbagai pemangku kepentingan sebaiknya dipertimbangkan. Proses komunikasi sebaiknya mempertimbangkan adanya perbedaan akses informasi antara perempuan dibandingkan dengan laki-laki, pemimpin desa dan pekerja harian, kelompok komunitas baru dan kelompok komunitas lama, dan antar kelompok etnis yang berbeda. Dalam proses komunikasi tersebut, pihak-pihak ketiga yang terlibat, seperti kelompok komunitas yang tidak tertarik, LSM, serikat dagang atau pemerintah (atau kombinasi ketiganya), sebaiknya dipertimbangkan untuk memfasilitasi komunitas dan skema petani penggarap dan pihak lain secara tepat.

konsistensi/adaptasi terhadap ESIA Salin ke 1.1 baru?

3.5 7.1 Kerangka acuan (terms of reference) harus dibuat dan kajian dampak sosial dan lingkungan sebaiknya dilaksanakan oleh ahli independen yang telah terakreditasi, untuk memastikan proses yang objektif. Kedua analisis sebaiknya dilakukan oleh badan yang berbeda. Metodologi partisipatif yang mencakup kelompok pemangku kepentingan eksternal merupakan hal yang paling penting untuk pengidentifikasian dampak, terutama dampak sosial. Para pemangku kepentingan seperti komunitas lokal, departemen pemerintah dan LSM sebaiknya dilibatkan melalui wawancara dan pertemuan, dan melalui peninjauan ulang hasil temuan dan rencana mitigasi dampak. Disadari bahwa pengembangan minyak kelapa sawit dapat memiliki dampak positif dan negatif. Pengembangan-pengembangan tersebut dapat mengakibatkan dampak tidak langsung/sekunder yang di luar kontrol pengusaha perkebunan dan pabrik kelapa sawit. Dalam konteks ini, pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik kelapa sawit sebaiknya berusaha mengidentifikasi dampak tidak langsung/sekunder tersebut dalam kerangka SEIA, dan bekerja sama dengan mitra untuk mencari mekanisme-mekanisme mitigasi dampak tidak langsung negatif dan meningkatkan dampak positif.

Page 72: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

Dampak potensial dari seluruh kegiatan utama yang diajukan sebaiknya dianalisis dengan cara yang partisipatif sebelum pelaksanaan pengembangan. Analisis ini sebaiknya meliputi (tidak berdasarkan urutan preferensi) dan sebagai standar minimum:

• Kajian dampak-dampak dari seluruh kegiatan utama yang direncanakan, termasuk penanaman, operasi pabrik kelapa sawit, jalan dan infrastruktur lainnya; • Kajian, termasuk di dalamnya konsultasi dengan pemangku kepentingan, Nilai Konservasi Tinggi (lihat Kriteria 7.3 versi sebelumnya) yang dapat terkena dampak negatif. • Kajian dampak-dampak potensial terhadap ekosistem alami yang berbatasan dengan tempat pembangunan yang direncanakan, termasuk apakah pembangunan atau ekspansi akan meningkatkan tekanan terhadap ekosistem alami yang dekat; • Identifikasi aliran air dan lahan rawa serta kajian potensi dampak pembangunan yang direncanakan terhadap hidrologi dan penurunan permukaan tanah. Sebaiknya langkah-langkah untuk menjaga kuantitas, kualitas dan akses ke air dan sumber daya lahan sudah dirancang dan diimplementasi; • Survei dasar (baseline survey) tanah dan informasi topografi, termasuk pengidentifikasian lereng curam, tanah ringkih dan marginal, area-area yang rentan erosi, degradasi, penurunan permukaan tanah, dan kebanjiran; • Analisis jenis lahan yang akan digunakan (hutan, hutan yang terdegradasi, lahan kosong); • Analisis hak penggunaan dan kepemilikan tanah; • Analisis pola penggunaan tanah sekarang; • Analisis potensi dampak-dampak sosial perkebunan terhadap komunitas sekeliling, termasuk analisis potensi dampak terhadap mata pencaharian, dan perbedaan dampak terhadap perempuan dibandingkan dengan laki-laki, di antara komunitas etnis berbeda, dan penduduk migran dibandingkan dengan penduduk jangka panjang; • Identifikasi kegiatan-kegiatan yang dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca yang signifikan.

Rencana dan operasi lapangan sebaiknya dikembangkan dan diimplementasi dengan memasukkan/mempertimbangkan hasil kajian. Salah satu hasil potensial dari proses kajian adalah pembangunan mungkin tidak dapat dilanjutkan karena besarnya dampak-dampak potensial.

Page 73: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

Untuk skema petani penggarap, manajemen skema sebaiknya mempertimbangkan kriteria ini. kriteria ini tidak berlaku untuk petani penggarap individual. Apabila tidak ada Interpretasi Nasional, untuk area lahan yang lebih besar dari 500 Ha, diharuskan untuk melakukan kajian independen secara lengkap. Untuk area lahan kurang dari 500 Ha, diperbolehkan untuk melakukan analisis internal dengan komponen-komponen terpilih dari penilaian HCV dan SEIA. Apabila analisis internal tersebut mengidentifikasi isu-isu signifikan atau area-area yang sensitif secara sosial atau lingkungan, maka analisis independen harus dilaksanakan.

3.8 4.8 Isi pelatihan: Pekerja sebaiknya diberikan pelatihan cukup mengenai: risiko kesehatan dan lingkungan yang dapat dialami akibat terpapar pestisida; pengenalan gejala-gejala yang dialami akibat paparan jangka panjang dan akut termasuk untuk kelompok-kelompok yang paling rentan (misalnya pekerja muda, wanita hamil); cara-cara untuk meminimalkan paparan pestisida ke pekerja dan keluarga mereka; dan instrumen atau regulasi internasional dan nasional yang melindungi kesehatan pekerja. Program pelatihan sebaiknya mencakup pelatihan mengenai produktivitas dan praktik manajemen terbaik, dan dirancang sesuai dengan skala organisasi. Program tersebut harus membantu agar semua orang menjadi mampu memenuhi pekerjaan dan tanggung jawabnya sesuai dengan prosedur yang telah terdokumentasi.

Peserta pelatihan: Pelatihan harus diberikan ke seluruh staf dan pekerja, termasuk di antaranya petani perempuan dan pekerja perempuan di perkebunan, yang berada di dalam unit pengelolaan perusahaan, serta pekerja kontrak.

Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik kelapa sawit sebaiknya mendemonstrasikan kegiatan pelatihan untuk petani plasma yang menyediakan Tandan Buah Segar (TBS) berdasarkan kontrak. Pekerja yang beroperasi di kavling petani juga membutuhkan pelatihan dan keahlian yang cukup, yang dapat dicapai melalui kegiatan pembinaan (extension activities) pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik minyak sawit yang membeli buah dari mereka, melalui organisasi petani penggarap, atau melalui kolaborasi dengan institusi dan organisasi lainnya.

Page 74: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

Untuk operasi petani plasma individu, catatan pelatihan tidak disyaratkan untuk pekerja di lahan mereka, tetapi siapa pun yang bekerja di perkebunan tersebut sebaiknya diberikan pelatihan yang cukup untuk pekerjaan yang mereka jalankan.

PRINSIP 4 Kesejahteraan Masyarakat

Kriteria baru

Kriteria versi sebelumnya

PANDUAN Catatan

4.1 6.13 Seluruh tingkatan operasi mencakup pihak-pihak ketiga yang dikontrak (misalnya pihak-pihak keamanan). Catatan: Berdasarkan UN Guiding Principles on Business and Human Rights: “The responsibility of business enterprises to respect human rights refers to internationally recognised human rights – understood, at a minimum, as those expressed in the International Bill of Human Rights and the principles concerning fundamental rights set out in the International Labour Organization’s Declaration on Fundamental Principles and Rights at Work” (“The corporate responsibility to respect human rights” in Guiding Principles on Business and Human Rights). Kelompok kerja RSPO untuk Hak Asasi Manusia akan menyediakan mekanisme untuk mengidentifikasi, mencegah, memitigasi atau mengatasi isu-isu dan dampak-dampak yang berkaitan dengan hak asasi manusia. Pedoman yang dihasilkan akan mengidentifikasi isu-isu hak asasi manusia yang relevan untuk seluruh anggota RSPO.

Diperlukan keputusan mengenai Catatan ini

4.2 6.3 Mekanisme resolusi perselisihan sebaiknya dibangun melalui perjanjian yang terbuka dan disepakati bersama dengan pihak-pihak relevan yang terdampak. Keluhan-keluhan harus diatasi dengan mekanisme-mekanisme seperti Joint Consultative Committees (JCC), dengan perwakilan gender dan, jika sesuai, perwakilan pekerja migran. Keluhan dapat bersifat internal (dari pekerja) atau eksternal.

Page 75: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

Untuk petani mandiri dan plasma, lihat Guidance for Independent Smallholders under Group Certification’, Juni 2010, dan ‘Guidance on Scheme Smallholders’, Juli 2009. Apabila resolusi bersama tidak dapat dicapai, maka keluhan dapat dibawa ke hadapan Sistem Keluhan RSPO (RSPO Complaints System). Teks-teks seperti ‘Guiding Principles on Business and Human Rights: Implementing the UN “Protect, Respect and Remedy” Framework’, 2011, yang disahkan oleh Komisi HAM (Human Rights Commission – HRC) dapat digunakan sebagai acuan.

4.3 6.11 Kontribusi ke pembangunan lokal sebaiknya berdasarkan hasil konsultasi dengan komunitas lokal. Lihat Kriteria 6.2 versi sebelumnya. Konsultasi tersebut sebaiknya didasarkan pada prinsip-prinsip transparansi, keterbukaan dan partisipasi, serta sebaiknya mendorong komunitas untuk mengidentifikasi sendiri prioritas dan kebutuhan mereka, termasuk ketahanan pangan, serta perbedaan kebutuhan antara laki-laki dan perempuan. Apabila calon pekerja memiliki kemampuan yang sama, maka preferensi sebaiknya selalu diberikan pada anggota komunitas lokal. Diskriminasi positif sebaiknya tidak berlawanan dengan Kriteria 6.8 (versi sebelumnya). Sebaiknya terdapat upaya-upaya untuk mengidentifikasi petani mandiri dalam basis pasok. Apabila sumber buah adalah petani mandiri yang telah diidentifikasi, sebaiknya terdapat upaya untuk berkontribusi terhadap perbaikan praktik-praktik perkebunan mereka. Perhatian secara khusus diberikan pada diikutsertakannya perempuan dan kelompok minoritas ke dalam berbagai sesi pelatihan tentang topik-topik di atas. Tergantung pada konteksnya, ini dapat berarti bahwa perempuan harus mendapatkan pelatihan secara terpisah.

4.4 2.3 Seluruh indikator akan berlaku untuk operasi yang sedang dijalankan, namun terdapat pengecualian untuk perkebunan yang telah lama didirikan yang tidak memiliki catatan dari saat pembuatan keputusan, terutama terkait dengan Indikator 2.3.1 dan 2.3.2 (versi sebelumnya). Apabila terdapat hak legal atau hak adat atas tanah, pengusaha perkebunan sebaiknya menunjukkan bahwa hak-hak tersebut telah dipahami dan tidak diancam ataupun dikurangi. Kriteria ini sebaiknya dipertimbangkan bersamaan dengan Kriteria 6.4, 7.5, dan 7.6 (versi sebelumnya). Apabila wilayah yang

Page 76: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

dilindungi oleh hak adat tidak jelas, maka penentuan wilayah ini sebaiknya ditentukan melalui kegiatan pemetaan yang melibatkan seluruh pihak yang terdampak (termasuk komunitas-komunitas tetangga dan pihak-pihak lokal yang berwenang). Kriteria ini memperbolehkan perjanjian yang telah dinegosiasikan sebagai kompensasi untuk pengguna lain yang telah kehilangan manfaat dan/atau telah menyerahkan hak mereka. Perjanjian-perjanjian yang dinegosiasikan sebaiknya bersifat non-koersif dan disetujui secara sukarela, dan dilakukan sebelum investasi atau operasi baru serta didasarkan atas alih bagi semua informasi terkait yang dilakukan secara terbuka. Perwakilan masyarakat harus transparan dan menjalin komunikasi terbuka dengan anggota masyarakat lainnya. Harus diberikan cukup waktu untuk proses pengambilan keputusan adat dan negosiasi secara berulang-ulang, jika diminta. Kesepakatan hasil perjanjian harus mengikat semua pihak dan dapat ditegakkan di pengadilan. Dengan adanya kepastian dalam negosiasi lahan, maka semua pihak akan mendapatkan manfaat dalam jangka panjang. Perusahaan-perusahaan sebaiknya berhati-hati apabila ditawarkan tanah yang diperoleh dari pemerintah dengan alasan kepentingan nasional (yang juga dikenal sebagai ‘eminent domain’). Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik kelapa sawit sebaiknya mengacu kepada pedoman FPIC yang telah diakui oleh RSPO (‘FPIC and the RSPO: A Guide for Members’, Oktober 2015).

4.5 7.5 Catatan untuk konsultasi publik: Agar perusahaan mengetahui persoalan ketahanan pangan setempat dan memaksimalkan dampak positif terhadap ketahanan pangan. Melalui pertimbangan aktif, perusahaan dapat menunjukkan komitmennya melalui pemenuhan terhadap kriteria RSPO untuk mendukung SDG 2 Global. Pekebun mendukung pelaksanaan strategi-strategi nasional yang berlaku mengenai ketahanan pangan dan tidak bertentangan dengan strategi tersebut pada setiap kegiatan usahanya. • Pekebun mengetahui adanya penilaian risiko bencana alam nasional dan/atau internasional beserta strategi dan peta-petanya pada rencana/strategi pengelolaan sumber daya. • Pekebun menyampaikan informasi kepada pemasok dan masyarakat di wilayah yang bersangkutan mengenai risiko alam dan menyediakan dukungan jika terjadi bencana alam yang menimbulkan kerugian besar dan bencana yang disebabkan oleh manusia.

Keputusan mengenai Catatan ini setelah konsultasi publik

Page 77: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

Kegiatan ini sebaiknya diintegrasikan dengan analisis dampak sosial dan lingkungan atau Social and Environmental Impact Assessment (SEIA) yang disyaratkan dalam Kriteria 7.1 (versi sebelumnya). Apabila penanaman baru dapat diterima, operasi dan rencana manajemen sebaiknya tidak mengganggu tempat-tempat suci. Kesepakatan dengan masyarakat pribumi, komunitas lokal dan pemangku kepentingan lainnya sebaiknya dicapai tanpa paksaan atau pengaruh tak patut lainnya (undue influence) (lihat Pedoman untuk Kriteria 2.3 versi sebelumnya). Pemangku kepentingan yang relevan termasuk mereka yang terkena dampak atau memiliki perhatian dengan penanaman baru. Free, prior and informed consent (FPIC) atau persetujuan bebas berinformasi sebelumnya adalah prinsip panduan dan sebaiknya diaplikasikan ke seluruh anggota RSPO sepanjang rantai suplai. Lihat pedoman FPIC yang sudah disahkan RSPO (‘FPIC and the RSPO; A Guide for Members’, Oktober 2015). Hak penggunaan dan hak adat akan didemonstrasikan melalui pemetaan pengguna secara partisipatif sebagai bagian dari proses FPIC.

4.5 7.6 (dari Panduan Khusus untuk versi sebelumnya 7.6.1) Aktivitas ini harus diintegrasikan dengan kajian dampak sosial dan lingkungan (SEIA) yang disyaratkan dalam Kriteria 7.1. (dari Panduan Khusus untuk versi sebelumnya 7.6.4) Contoh-contoh manfaat dapat mencakup peluang kerja, petani plasma, infrastruktur, dll. Pedoman: Lihat Kriteria 2.2, 2.3 dan 6.4 (versi sebelumnya) dan panduan-panduan terkait. Persyaratan ini mencakup masyarakat adat atau pribumi (lihat Lampiran 1). Lihat pedoman FPIC yang sudah disahkan RSPO (‘FPIC and the RSPO; A Guide for Members’, Oktober 2015).

4.6 2.2 Apabila terdapat konflik mengenai kondisi penggunaan tanah berdasarkan sertifikat tanah, pengusaha perkebunan sebaiknya menunjukkan bukti bahwa tindakan-tindakan yang diperlukan telah diambil untuk menyelesaikan konflik dengan pihak-pihak yang relevan.

Page 78: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

Sebaiknya sudah dibuat mekanisme untuk menyelesaikan seluruh macam konflik yang mungkin terjadi (versi sebelumnya Kriteria 6.3 dan 6.4). Apabila operasi bersifat tumpang tindih dengan pemilik hak lainnya, perusahaan sebaiknya menyelesaikan isu tersebut dengan pihak-pihak yang berwenang, konsisten dengan Kriteria 6.3 dan 6.4 (versi sebelumnya). (dari Panduan Khusus untuk versi sebelumnya 2.2.4) Jika terdapat bukti dilakukannya akuisisi dengan cara perampasan atau pengabaian secara paksa terhadap hak adat dan hak pakai sebelum operasi yang tengah berjalan saat ini, sementara masih ada pihak-pihak yang memegang hak adat dan hak pakai, maka Indikator 2.3.1, 2.3.2 dan 2.3.3 (versi sebelumnya) harus diikuti guna menyelesaikan tuntutan-tuntutan historis tersebut.

(dari Panduan Khusus untuk versi sebelumnya 2.2.6) Perusahaan sebaiknya memiliki kebijakan yang melarang penggunaan tentara bayaran dan paramiliter dalam operasi perusahaan. Perusahaan juga sebaiknya melarang aksi mengganggu dan intimidasi di luar hukum (extra-judicial) oleh pasukan keamanan yang telah dikontrak (lihat Kriteria 6.13).

4.6 6.4 Kriteria ini sebaiknya dipertimbangkan bersamaan dengan Kriteria 2.2 dan 2.3 (versi sebelumnya), dan panduan-panduan yang terkait.

PRINSIP 5 Inklusivitas Petani

Kriteria baru

Kriteria versi sebelumnya

PANDUAN Catatan

5.1 6.10 6.10.3 (versi sebelumnya) harus berlaku juga pada situasi di mana PKS berfungsi sebagai manajer kelompok untuk kelompok-kelompok yang bersertifikat di bawah sertifikasi kelompok. Transaksi dengan petani penggarap sebaiknya mempertimbangkan isu-isu seperti peran makelar, transportasi dan penyimpanan FFB, kualitas dan penilaian mutu (grading). Selain itu, perlu dipertimbangkan kebutuhan untuk mendaur ulang nutrien dalam FFB (lihat Kriteria 4.2 versi sebelumnya); apabila pendauran

Page 79: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

ulang limbah tidak praktis untuk petani penggarap, kompensasi untuk nilai nutrien yang diekspor dapat ditebus melalui harga TBS. Petani penggarap sebaiknya memiliki akses untuk prosedur pengaduan di bawah Kriteria 6.3 (versi sebelumnya) apabila mereka merasa tidak mendapatkan harga yang adil untuk TBS, terlepas dari ada tidaknya keterlibatan makelar. Adanya mekanisme penetapan harga yang adil dan transparan juga sangat penting untuk pemasok buah luar (outgrower) yang terkait kontrak untuk menjual seluruh TBS ke pabrik minyak sawit tertentu. Apabila pabrik minyak sawit membutuhkan perubahan praktik dari petani penggarap demi memenuhi Prinsip dan Kriteria RSPO, maka biaya perubahan tersebut dan kemungkinan pembayaran di muka untuk TBS harus dipertimbangkan.

PRINSIP 6 Pekerja

Kriteria baru

Kriteria versi sebelumnya

PANDUAN Catatan

6.1 6.8 Contoh-contoh kepatuhan terhadap prinsip ini dapat berbentuk dokumentasi yang sesuai (misalnya iklan lowongan pekerjaan, deskripsi pekerjaan, penilaian performa pekerja, dll.), dan/atau informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan pemangku kepentingan relevan seperti kelompok yang terdampak yang dapat meliputi perempuan, komunitas lokal, pekerja asing, pekerja migran, dll. Terlepas dari perundang-undangan dan regulasi nasional, kondisi medis sebaiknya tidak digunakan dalam cara yang diskriminatif. Prosedur keluhan yang dirincikan dalam Kriteria 6.3 (versi sebelumnya) berlaku. Diskriminasi positif untuk menyediakan pekerjaan dan manfaat terhadap komunitas spesifik dapat diterima sebagai bagian dari perjanjian yang dinegosiasikan. (dari Panduan Khusus untuk 6.8.2 versi sebelumnya) Contoh dari bukti untuk 6.8.2 dapat mencakup kontrak antara pemberi kerja dan agensi, kontrak antara pekerja dan agensi; kebijakan

Page 80: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

perusahaan dan prosedur perekrutan yang jelas; dan konfirmasi oleh pekerja dan agensi bahwa tidak ada biaya yang dikenakan.

6.3 6.6 Hak pekerja, termasuk pekerja migran dan transmigran serta pekerja kontrak, untuk membentuk organisasi dan berunding secara kolektif dengan pemberi kerja harus dihormati, sesuai dengan Konvensi 87 dan 98 dari International Labour Organisation (ILO). Hukum tenaga kerja (ref P2) dan perjanjian serikat, atau apabila tidak ada, kontrak langsung pekerjaan yang merincikan pembayaran dan kondisi-kondisi lainnya, harus tersedia dalam bahasa yang dapat dipahami oleh pekerja atau dijelaskan dengan komprehensif ke pekerja oleh petugas manajemen.

6.4 6.7 TF4: Draf untuk implikasi bagi pihak ketiga/tenaga kerja outsource. Pedoman: ‘kontrak jasa dan kesepakatan pemasok’ merujuk pada pihak-pihak yang terpengaruh oleh perusahaan, dan bukan penyedia layanan telepon atau listrik Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik kelapa sawit sebaiknya menentukan umur minimum untuk bekerja dan jam kerja secara jelas. Hanya pekerja yang berumur di atas umur minimum untuk meninggalkan sekolah di negara tersebut atau mereka yang berumur 15 tahun ke atas yang boleh dipekerjakan. Umur minimum pekerja tidak boleh kurang dari ketentuan regulasi nasional. Seluruh pekerjaan berbahaya sebaiknya tidak dilakukan oleh pekerja di bawah 18 tahun, sebagaimana dinyatakan dalam Konvensi 138 International Labour Organisation (ILO). (dari Panduan Khusus untuk 6.7.2 versi sebelumnya) Dokumen verifikasi usia mencakup dokumen pengenal berfoto yang diakui pemerintah, jika ada.

Revisi bahasa

6.5 6.9 Sebaiknya dikembangkan kebijakan yang jelas melalui konsultasi dengan pekerja tetap, pekerja kontrak dan pemangku kepentingan lain yang relevan, dan kebijakan tersebut sebaiknya dapat diakses oleh publik. Progres dalam pengimplementasian kebijakan sebaiknya dipantau secara reguler, dan hasil dari kegiatan pemantauan sebaiknya dicatat. Terlepas dari perundang-undangan dan regulasi nasional, hak-hak reproduktif harus dihormati.

Page 81: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

(dari Panduan Khusus untuk 6.9.1 dan 6.9.2 versi sebelumnya) Kebijakan-kebijakan ini sebaiknya mencakup pendidikan untuk perempuan dan kesadaran angkatan kerja. Sebaiknya tersedia program yang membahas isu-isu tertentu yang dihadapi perempuan, seperti kekerasan dan kejahatan seksual di tempat kerja. Komite ini, yang sebaiknya terdiri dari perwakilan seluruh bidang pekerjaan, akan mempertimbangkan masalah-masalah seperti: pelatihan hak-hak perempuan; konseling untuk perempuan yang terlibat dalam kasus kekerasan; fasilitas perawatan anak yang akan disediakan oleh pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik kelapa sawit; jaminan bahwa perempuan dapat menyusui hingga 9 bulan sebelum ditugaskan untuk menggunakan atau menyemprotkan bahan kimia; dan pemberian waktu istirahat khusus untuk perempuan agar dapat menyusui dengan efektif.

6.6 6.12 Pekerja migran sebaiknya dilegalisasi, dan perjanjian pekerjaan yang terpisah sebaiknya dibuat untuk memenuhi persyaratan imigrasi bagi pekerja asing dan standar internasional. Seluruh pemotongan (deduksi) yang diterapkan tidak mengancam upah hidup yang layak. Paspor-paspor sebaiknya hanya diserahkan secara sukarela. Sebaiknya terdapat bukti uji tuntas (due diligence) dalam penerapan indikator dan pedoman ini ke seluruh penyuplai dan pekerja sub-kontrak. Dalam hal substitusi kontrak, sebaiknya menggunakan pedoman nasional. (dari Panduan Khusus untuk 6.12.1 versi sebelumnya) Tenaga kerja sebaiknya memilih untuk bekerja secara sukarela dan bebas, tanpa ancaman hukuman, dan sebaiknya memiliki kebebasan untuk menghentikan masa kerja tanpa hukuman selama ada pemberitahuan penghentian kerja dalam waktu yang cukup atau sesuai dengan perjanjian kerja. Acuan pada Indikator Kerja Paksa ILO harus dimasukkan. (dari Panduan Khusus untuk 6.12.3 versi sebelumnya) Kebijakan tenaga kerja khusus harus meliputi:

• pernyataan praktik-praktik yang non diskriminatif; • tidak ada substitusi kontrak; • program orientasi pasca-kedatangan dengan fokus utama pada bahasa, keselamatan kerja, hukum kerja, praktik budaya, dll.;

Page 82: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

• penyediaan tempat tinggal yang layak sesuai dengan undang-undang atau Rekomendasi ILO 115 jika undang-undang tidak ada.

6.7 4.7 Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik kelapa sawit sebaiknya menjamin bahwa tempat kerja, mesin, peralatan, transportasi dan proses-proses yang di bawah kontrol mereka selalu aman dan tidak membahayakan kesehatan secara eksesif. Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik kelapa sawit sebaiknya menjamin bahwa bahan-bahan kimiawi, fisik, dan biologis serta hal-hal yang berada di bawah kontrol mereka tidak membahayakan kesehatan secara eksesif, dan mengambil tindakan apabila diperlukan. Seluruh indikator ini berlaku untuk seluruh pekerja, terlepas dari status mereka. Rencana keselamatan dan keamanan sebaiknya juga mengacu pada pedoman dalam Konvensi ILO 184 (lihat Lampiran 1). (Panduan Khusus untuk 4.7.7 versi sebelumnya) Interpretasi Nasional akan mendefinisikan penghitungan LTA. Untuk negara-negara di mana tidak terdapat interpretasi nasional, pengusaha perkebunan terkait harus mengacu pada penghitungan ILO.

PRINSIP 7 Lingkungan Hidup

Kriteria baru

Kriteria versi sebelumnya

PANDUAN Catatan

7.1 4.5 Pekebun sebaiknya mengaplikasikan teknik-teknik Integrated Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang sudah diakui, dengan memasukkan metode-metode berbasis kebudayaan, biologis, mekanis, dan fisik untuk meminimalkan penggunaan bahan kimia. Apabila dimungkinkan, spesies asli sebaiknya digunakan untuk kontrol biologis. Pada kasus tertentu untuk pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pembakaran, maka berdasarkan peraturan yang berlaku, harus ada bukti persetujuan sebelumnya mengenai pembakaran

Page 83: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

terkendali sebagaimana ditentukan dalam ‘Guidelines for the Implementation of the ASEAN Policy on Zero Burning’ 2003, atau pedoman atau peraturan sejenis di kawasan lain. [lih. ASEAN guideline].

7.2 4.6 RSPO telah mengidentifikasi beberapa contoh alternatif penggunaan pestisida dan herbisida, antara lain yang tercantum dalam ‘Research project on Integrated Weed Management Strategies for Oil Palm; CABI, April 2011’. Akibat dari adanya masalah-masalah dalam ketepatan pengukuran, pemantauan tingkat kadar racun (toxicity) tidak berlaku untuk petani penggarap independen. (dari Panduan Khusus untuk 4.6.1 versi sebelumnya) Langkah-langkah untuk menghindari timbulnya kekebalan (seperti penggiliran penggunaan pestisida) sebaiknya diaplikasikan. Kebijakan tersebut sebaiknya dijustifikasi dengan mempertimbangkan alternatif-alternatif yang relatif kurang berbahaya dan PHT. (dari Panduan Khusus untuk 4.6.3 versi sebelumnya) Justifikasi penggunaan pestisida tersebut harus dimasukkan ke dalam rangkuman laporan publik. (dari Panduan Khusus untuk 4.6.4 versi sebelumnya) Uji tuntas dipahami sebagai proses di mana perusahaan harus mengidentifikasi, menilai, memitigasi, mencegah, dan menjelaskan bagaimana perusahaan tersebut memverifikasi penggunaan dalam keadaan darurat pestisida yang termasuk kategori Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) Kelas 1A atau 1B, atau yang tercantum dalam Konvensi Stockholm atau Rotterdam, dan paraquat yang dilarang digunakan dalam RSPO, dalam situasi yang sangat spesifik. Sifat dan tingkat uji tuntas akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti luas areal di mana pestisida harus diaplikasikan, konteks dan lokasi pengaplikasian pestisida tersebut, sifat produk atau layanan, dan tingkat keparahan dari dampak merugikan aktual dan potensial yang akan disebabkan oleh penggunaan pestisida yang sangat berbahaya. Uji tuntas harus mengacu pada a) penilaian terhadap ancaman dan verifikasi mengapa ini merupakan ancaman utama, b) mengapa tidak ada alternatif lain yang dapat digunakan, c) proses mana yang diterapkan untuk memverifikasi bahwa tidak ada alternatif lain yang lebih rendah tingkat bahayanya, d) apa proses untuk membatasi dampak negatif dari pengaplikasian pestisida tersebut, dan e) perkiraan skala waktu pengaplikasian pestisida dan langkah apa yang diambil pada pengaplikasian terbatas untuk kondisi khusus.

Pemeriksaan konsistensi dengan yang baru diperlukan

Page 84: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

(dari Panduan Khusus untuk 4.6.6 versi sebelumnya) Praktik-praktik terbaik yang diakui termasuk: Penyimpanan seluruh pestisida sebagaimana ditentukan dalam FAO International Code of Conduct on the distribution and use of pesticides dan pedomannya, dan didukung dengan pedoman-pedoman industri yang relevan (lih. Lampiran 1).

7.3 5.3 Rencana pembuangan dan manajemen limbah sebaiknya meliputi langkah-langkah untuk: • Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan mendaur ulang limbah-limbah potensial menjadi nutrien atau mengubahnya menjadi produk bernilai tambah (misalnya melalui program pemberian makan untuk binatang). • Manajemen dan pembuangan bahan kimia berbahaya dan wadahnya secara tepat. Surplus wadah bahan kimia sebaiknya digunakan ulang, didaur ulang, atau dibuang dengan cara yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan, berdasarkan praktik-praktik terbaik yang ada (misalnya: mengembalikan wadah tersebut ke vendor atau membersihkannya dengan metode pembilasan tiga kali); sehingga tidak ada risiko kontaminasi sumber-sumber air atau risiko terhadap kesehatan manusia. Instruksi pembuangan yang terdapat di label pabrik harus diikuti. Penghancuran limbah melalui pembakaran sebaiknya dihindari. Perusahaan didorong untuk meningkatkan pengelolaan limbah di lingkungan sekitarnya.

7.4 4.2 Kesuburan jangka panjang bergantung pada perawatan struktur, konten bahan organik, status nutrien, dan kesehatan mikrobiologis tanah. Efisiensi nutrien sebaiknya memperhitungkan umur perkebunan dan kondisi tanah. Strategi pendauran ulang nutrien sebaiknya mempertimbangkan setiap penggunaan biomassa untuk produk sampingan atau produksi energi.

7.5 4.3a Untuk 4.3a versi sebelumnya: Teknik-teknik untuk meminimalkan erosi tanah merupakan teknik yang sudah dikenal secara luas dan sebaiknya digunakan sebagaimana diperlukan. Hal tersebut meliputi praktik-praktik seperti manajemen penutupan tanah, pendauran ulang biomassa, pemetakan tanah (terracing), dan regenerasi atau restorasi alami sebagai ganti penanaman ulang. Tindakan untuk memenuhi Kriteria 4.3a versi sebelumnya harus diintegrasikan dengan Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan/SEIA yang dipersyaratkan oleh Kriteria 7.1 versi sebelumnya.

Diperiksa oleh FP

Page 85: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

7.6 7.2 Kegiatan-kegiatan ini dapat dihubungkan dengan Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan (SEIA) (lih.

Kriteria 7.1 versi sebelumnya) namun tidak harus dilakukan oleh ahli independen. Peta kecocokan tanah atau survei tanah sebaiknya dibuat sesuai dengan skala operasi dan sebaiknya mencakup informasi mengenai jenis tanah, topografi, hidrologi, kedalaman akar, ketersediaan kelembaban, tingkat berbatuan, dan kesuburan tanah untuk menjamin keberlanjutan pembangunan jangka panjang. Tanah-tanah yang membutuhkan praktik-praktik tertentu sebaiknya diidentifikasi (lih. Kriteria 4.3 dan 7.4 versi sebelumnya). Informasi ini sebaiknya digunakan untuk merencanakan program penanaman, dan sebagainya. Langkah-langkah untuk meminimalkan erosi melalui penggunaan mesin berat dengan wajar, pemetakan pada lereng, pembangunan jalan dengan wajar, pembuatan penutup permukaan secara cepat, perlindungan tepi sungai, dan metode-metode lain sebaiknya dirancang. Area yang terletak dalam perimeter perkebunan dan dianggap tidak cocok untuk kultivasi minyak kelapa sawit jangka panjang akan digambarkan dengan jelas dalam rencana dan dimasukkan dalam operasi konservasi atau rehabilitasi sewajarnya (lih. Kriteria 7.4 versi sebelumnya). Penilaian kecocokan tanah juga penting untuk petani penggarap, terutama apabila terdapat jumlah besar petani yang beroperasi di lokasi tertentu. Informasi kecocokan tanah sebaiknya dikumpulkan oleh perusahaan-perusahaan yang berusaha membeli Tandan Buah Segar (TBS) dari pengembangan-pengembangan petani mandiri dalam lokasi tertentu. Perusahaan sebaiknya menganalisis informasi ini dan menyediakan informasi kecocokan tanah ke petani mandiri dan/atau bersamaan dengan institusi publik/pemerintah yang relevan dan organisasi lainnya (termasuk LSM) menyediakan informasi untuk membantu petani penggarap independen dalam menumbuhkan kelapa sawit secara berkelanjutan.

7.8 4.3b Untuk 4.3b.1 versi sebelumnya: Peta dan dokumentasi lainnya mengenai tanah gambut di kawasan yang dikelola harus diserahkan kepada sekretariat RSPO. (Informasional) Perusahaan didorong untuk memetakan lahan gambut di dalam basis pasok agar pemantauan dan peningkatan Praktik Pengelolaan Terbaik/PPT dapat berjalan. Untuk 4.3b.2 versi sebelumnya: Untuk kebun-kebun yang telah ditanam di lahan gambut, ketinggian permukaan air (water table) harus dijaga pada rata-rata 50 cm (antara 40 – 60 cm) di bawah permukaan

Diperiksa oleh FP

Page 86: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

tanah, kecuali dipersyaratkan lebih tinggi oleh regulasi nasional, yang diukur dengan piezometer air tanah, atau rata-rata 60 cm (antara 50 – 70 cm) di bawah permukaan tanah sebagaimana diukur di saluran pengumpulan air, melalui jaringan yang terdiri atas struktur-struktur kontrol air yang sesuai misalnya bendungan, karung berisi pasir, dll. di lahan dan pintu air di titik-titik pengeluaran dari saluran utama (Kriteria 4.4 dan 7.4). Pemantauan penurunan muka tanah harus dilakukan di semua kawasan gambut berdrainase dalam perkebunan, termasuk juga kawasan yang bersebelahan dengan perkebunan di mana ketinggian permukaan air dapat dipengaruhi oleh drainase yang berkaitan dengan perkebunan. Untuk 4.3b.3 versi sebelumnya: Penilaian tingkat keterkurasan (Drainability assessment) sebaiknya dilakukan sejalan dengan panduan dalam ‘RSPO Manual on Best Management Practices (BMPs) for existing oil palm cultivation on peat’ termasuk panduan Tingkat Keterkurasan yang diperbaharui (untuk dirampungkan pada tahun 2018). Apabila dalam laporan penilaian tingkat keterkurasan ditemukan area yang tidak cocok untuk penanaman ulang pohon kelapa sawit, sebaiknya terdapat rencana untuk rehabilitasi atau penggunaan alternatif area tersebut. Apabila penilaian menunjukkan adanya risiko tinggi kebanjiran dan/atau intrusi air garam dalam dua siklus panen, pekebun dan penanam sebaiknya tidak melakukan penanaman ulang dengan kelapa sawit dan sebaiknya menanami kembali lokasi tersebut dengan spesies tumbuhan asli atau jika memungkinkan alternatif tumbuhan komersial seperti misalnya paludikultur (tanaman budi daya yang lebih tahan terhadap air) yang dikendalikan oleh masyarakat setempat dan sistem produksi pangan. [Untuk direvisi sesuai dengan panduan RSPO terbaru, sebelum bulan Maret 2018.] Untuk 4.3b.4 versi sebelumnya: [Mengacu pada Best Management Practices for Management and Rehabilitation of Natural Vegetation associated with Oil Palm cultivation on Peat ("BMP" version 2, Xxx 2018)].

7.9 4.4 Rencana manajemen air akan: • Memperhitungkan efisiensi penggunaan dan tingkat pembaruan sumber;

Diperiksa oleh FP

Page 87: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

• Menjamin bahwa penggunaan dan manajemen air dalam operasi tidak akan berdampak negatif pada pengguna lain dalam area tangkapan air (catchment area) yang sama, termasuk komunitas lokal dan pengguna air secara umum; • Bertujuan untuk menjamin akses komunitas lokal, pekerja dan keluarga mereka terhadap air bersih dan cukup untuk minum, memasak, mandi, dan membersihkan; • Menghindari kontaminasi air tanah dan air permukaan dari tanah, nutrien atau bahan kimia akibat pembuangan limbah yang tidak layak, termasuk limbah bekas pabrik minyak sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME). Untuk 4.4.2 versi sebelumnya: Mengacu pada ‘Buku Panduan RSPO Tentang Praktik Pengelolaan Terbaik (PPT) untuk pengelolaan dan rehabilitasi vegetasi alami yang berasosiasi dengan budidaya kelapa sawit di lahan gambut’, bulan Juli 2012, dan RSPO Manual on Best Management Practices (BMPs) for the management and rehabilitation of riparian reserves, bulan April 2017.

7.10 5.4 Penggunaan energi terbarukan per ton Minyak Kelapa Sawit Mentah (Crude Palm Oil atau CPO) atau produk kelapa sawit lain dalam pabrik harus dipantau. Penggunaan langsung bahan bakar fosil per ton CPO atau Tandan Buah Segar (TBS) harus dipantau. Efisiensi energi sebaiknya diperhitungkan dalam konstruksi atau peningkatan mutu semua operasi. Pekebun dan pengusaha pabrik kelapa sawit sebaiknya menilai penggunaan energi langsung dalam operasi mereka, termasuk bahan bakar dan listrik, dan tingkat efisiensi energi operasi mereka. Hal tersebut mencakup estimasi penggunaan bahan bakar oleh pekerja kontrak di lokasi (on-site), termasuk seluruh operasi mesin dan transportasi. Apabila memungkinkan, fisibilitas dari pengumpulan dan penggunaan biogas sebaiknya juga diteliti.

7.11 5.6 &7.8 Pekebun sangat didorong untuk mendirikan perkebunan baru di atas tanah mineral, di area rendah stok karbon, dan di area-area yang telah dikultivasi di mana pengguna lahan sekarang sepakat untuk mengembangkan lahan tersebut menjadi perkebunan kelapa sawit. Pabrik kelapa sawit yang baru sebaiknya mengadopsi praktik-praktik manajemen rendah emisi (misalnya manajemen Palm Oil Mill Effluent (POME) yang lebih baik, ketel uap yang lebih efisien, dsb.) dalam program pengembangan baru.

Diperiksa oleh FP

Page 88: Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO

Semua pembangunan baru sebaiknya merencanakan pengimplementasian praktik-praktik terbaik RSPO, guna meminimalkan emisi selama proses pembangunan perkebunan baru. Kriteria ini mencakup perkebunan, operasi pabrik kelapa sawit, jalan, dan infrastruktur lainnya. Disadari bahwa mungkin terdapat perubahan signifikan antara area dalam rencana dan area pembangunan, sehingga analisis mungkin harus diperbaiki sebelum akhir masa implementasi.

7.12 5.5 Program penyuluhan/pelatihan bagi petani terasosiasi mungkin dibutuhkan. 7.13 5.2 & 7.3 MOHON PERHATIKAN BAHWA TEKS PEDOMAN BARU TERCAKUP DALAM CATATAN UNTUK KONSULTASI

PUBLIK DI BAWAH KRITERIA 7.13

Periksa dengan menggunakan pedoman versi sebelumnya untuk Kriteria 5.2 & 7.3 untuk hal-hal yang masih dibutuhkan