bab 2 tinjauan pustaka landasan teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/2436/3/bab 2.pdf ·...
TRANSCRIPT
9
9
BAB 2
Tinjauan Pustaka
A. Landasan Teori
1. Pengertian Perusahaan Multifinance
Perusahaan pembiayaan atau Multifinance adalah badan usahaan
yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang dan/atau
jasa (Menurut Peraturan OJK No. 9/POJK.05/2014 tentang
Penyelengaraan Usahana Perusahaan Pembiayaan). Kegiatan Multifinance
(Perusahaan Pembiayaan) dilakukan dalam bentuk penyediaan dana
dan/atau barang modal serta barang kebutuhan konsumen dengan tidak
menarik dana secara langsung dari masyarakat melalui tabungan, giro
dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Aktivitas inilah yang membedakan Multifinance dengan
Perbankan, walaupun sama-sama lembaga keuangan. Perbankan dapat
melakukan penarikan dana langsung dari masyarakat (deposit taking
activity), sedangkan Multifinance tidak dapat melakukan penarikan dana
langsung dari masyarakat (nondeposit taking activity).
Multifinance merupakan salah satu bentuk usaha dibidang lembaga
keuangan non bank yang mempunyai peranan sangat penting dalam
pembiayaan dan pengelolaan salah satu sumber dana pembangunan
Indonesia. Dan telah membuktikan diri sebagai entitas bisnis yang
memberikan manfaat besar bagi dunia usaha, baik kecil, menengah, besar
maupun pemerintah.
2. Kegiatan Usaha Multifinance
Mengacu pada Kep.Menkeu Ri No:448/KMK.017/2000
Tentang Perusahaan Pembiayaan Perusahaan Pembiayaan
melakukan kegiatan usaha meliputi :
a) Sewa Guna Usaha (leasing)
b) Anjak Piutang (factoring)
c) Kartu Kredit (credit card)
d) Pembiayaan Konsumen (costumer finance)
Seiring dengan terbitnya Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Np.29/POJK.05/2014 Tentang Penyelengaraan
Usaha Perusahaan Pembiayaan, maka kegiatan usaha
Perusahaan Pembiayaan kian meluas yang mencakup:
a) Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi adalah pembiayaan
untuk pengadaan barang-barang modal beserta jasa
yang diperlakukan untuk aktivitas usaha/investasi,
rehabilitasi, modernisasi, ekspansi atau relokasi
tempat usaha/investasi yang diberikan kepada
debitur dalam jangka waktu lebih dari tahun
b) Pembiayaan Modal Kerja
Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan
untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran-
pengeluaran yang habis dalam satu siklus aktivitas
usaha debitur dan merupakan pembiayaan dengan
jangka waktu paling lama 2 tahun.
c) Pembiayaan Multiguna
Pembiayaan Multiguna adalah pembiayaan
untuk pengadaan barang dan/atau jasa yang
diperlukan oleh debitur untuk pemakaian/konsumsi
dan bukan untuk keperluan usaha (aktivitas
produksi) dalam jangka waktu yang diperjanjikan.
d) Kegiatan usaha pembiayaan lain berdasarkan
persetujuan OJK
Selain kegiatan usaha sebagaimana
dimaksud pada 4 point diatas, perusahaan
pembiayaan dapat melakukan sewa operasi
(operating lease) dan/atau kegiatan berbasis fee
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Dengan keluarnya beleid baru tersebut,
peraturan OJK ini memberi celah bagi Multifinance
agar tidak terpaku pada pembiayaan konvensional,
seperti pembiayaan konsumen, leasing, anjak
piutang dan kartu kredit. Memberi peluang bagi
perusahaan pembiayaan untuk masuk ke
pembiayaan multiguna, jual dan sewa balik, modal
kerja hingga investasi.
Multifinance juga diberi kesempatan untuk
melakukan pembiayaan proyek infrastruktur serta
menjadi penyalur kredit program pemerintah,
seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk
memberdayakan usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM).
3. Pengertian Kredit
Pengertian kredit yang lebih mapan untuk kegiatan
perbankan di Indonesia telah dirumuskan dalam UU No.10
1998 tentang perubahan UU No.7 tahun 1992 yang menyatakan
bahwa kredit adalah penyediaan uang / tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan /
kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melaksanakan
dengan jumlah bunga sebagai imbalan.
Dalam praktek sehari – hari pinjaman kredit dinyatakan
dalam bentuk perjanjian tertulis baik dibawah tangan maupun
secara materiil. Dan sebagai jaminan pengaman, pihak
peminjam akan memenuhi kewajiban dan menyerahkan
jaminan baik bersifat kebendaan maupun bukan kebendaan.
Sebenarnya sasaran kredit pokok dalam penyediaan
pinjaman tersebut bersifat penyediaan suatu modal sebagai alat
untuk melaksanakan kegiatan usahanya sehingga kredit ( dana
bank ) yang diberikan tersebut tidak lebih dari pokok produksi
semata. (Teguh P. Mulyono, Manajemen Perkreditan Komersil
( Yogyakarta : BPFE, 1987 ), hal. 37)
4. Prinsip – prinsip Kredit
Untuk mendapatkan kredit harus melalui prosedur yang
telah ditentukan oleh bank / lembaga keuangan. Agar kegiatan
pelaksanaan perkreditan dapat berjalan dengan sehat dan
layak, dikenal dengan 6 C yaitu :
a) Character (kepribadian/watak)
Character adalah tabiat serta kemauan dari pemohon untuk
memenuhi kewajiban yang telah dijanjikan. Yang diteliti
adalah sifat – sifat, kebiasaan, kepribadian, gaya hidup dan
keadaan keluarga.
b) Capacity (kemampuan)
Capacity adalah kesanggupan pemohon untuk melunasi
kewajiban dari kegiatan usaha yang dilakukan atau kegiatan
yang ditinjau dengan kredit dari bank. Jadi maksud dari
penilaian kredit terhadap capacity ini untuk menilai sampai
dimana hasil usaha yang diperolehnya akan mampu untuk
melunasinya pada waktunya sesuai dengan perjanjian kredit
yang telah disepakati.
c) Capital (modal)
Capital adalah modal yang dimiliki calon debitur pada saat
mereka mengajukan permohonan kredit pada bank.
d) Collateral (jaminan)
Collateral adalah barang – barang yang diserahkan pada
bank oleh peminjan atau debitur sebagai jaminan atas kredit
yang diberikan. Barang jaminan diperlukan agar kredit
tidak mengandung resiko.
e) Condition of Economic (kondisi ekonomi)
Condition of Economic adalah situasi dan kondisi, sosial,
ekonomi, budaya dan lainnya yang mempengaruhi keadaan
perekonomian pada suatu saat maupun untuk satu kurun
waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat
mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang
memperoleh kredit.
f) Constrain (batasan atau hambatan)
Dalam penilaian debitur dipengaruhi oleh hambatan yang
tidak memungkinkan sesorang melakukan usaha di suatu
tempat.
Disamping formula 6 C di atas, masih ada prinsip kredit
yang disebut 7 P, yaitu :
Personality
Personality yaitu penilaian bank tentang
kepribadian peminjam seperti riwayat hidup,
hobinya, keadaan keluarga ( istri / anak ), social
standing ( pergaulan dalam masyarakat serta
bagaimana masyarakat tentang diri si peminjam dan
sebagainya ).
Purpose
Bank dalam menilai si peminjam mencari dara
tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit,
dan apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai
dengan line of business kredit bak bersangkutan.
Payment
Untuk mengetahui kemampuan debitur dalam
mengembalikan pinjaman. Hal ini dapat diperoleh
dari perhitungan tentang prospek kelancaran
penjualan dan pendapatan sehingga dapat
diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman
ditinjau dari waktu jumlahnya.
Prospect
Prospect yaitu harapan usaha di masa yang akan
datang dari calon debitur. Ini dapat diketahui dari
perkembangan usaha si peminjam selama beberapa
bulan atau tahun, perkembangan – perkembangan
keadaan ekonomi atau usaha perdagangan sektor
usaha debitor, kekuatan keuangan perusahaan yang
dilihat dari earning power ( kekuatan pendapatan /
keuntungan ) di masa lalu dan perkiraan masa akan
datang.
Party
Mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi
tertentu atau golongan-golongan tertentu
berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan
nasabah dalam mencari laba. Diukur dari periode ke
periode apakah akan tetap sama atau akan semakin
meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang
akan diperolehnya dari bank.
Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang
dikucurkan oleh bank namun melalui suatu
perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan
barang atau orang atau jaminan asuransi.
5. Unsur-unsur Kredit
Unsur-unsur kredit adalah sebagai berikut:
a. Kepercayaan: Kepercayaan adalah sesuatu yang paling
utama dari unsur kredit yang harus ada. Tanpa ada rasa
percaya antara kreditur dan debitur maka akan sangat
sulit terwujud suatu sinergi kerja yang baik. Karena
dalam konsep sekarang ini kreditur dan debitur adalah
mitra bisnis.
b. Waktu: Waktu adalah bagian yang paling sering
dijadikan kajian oleh pihak analis finance khususnya
oleh analis kredit. Analisis waktu bagi pihak kreditur
menyangkut dengan analisis dalam bentuk calculation
of time value of money (hitungan nilai waktu dari uang)
yaitu nilai uang pada saat sekarang adalah berbeda
dengan nilai uang pada saat yang akan datang.
c. Risiko: Risiskio disisni menyangkut persoalaan seperti
degree of risk. Disini yang sering dikaji pada saat kredit
tersebut tidak kembali atau timbulnya kredit macet. Ini
menyangkut persoalan seperti lamanya waktu
pemberian kredit yang menyebabkan naiknya tingkat
risiko yang timbul, karena para pembisnis
menginginkan adanya tepat waktu dalam proses
pemberian kredit ini. Jadi sisi lain kajian risiko ini
menjadi bagian yang paling penting untuk dikaji,
sehingga dengan begitu munculah penempatan jaminan
( collateral) dalam pemberian kredit.
d. Prestasi: Prestasi yang dimaksud disini adalah prestasi
yang dimiliki oleh kreditur untuk diberikan kepada
debitur. Pada dasarnya bentuk atau objek dari kredit itu
sendiri adalah tidak selalu dalam bentuk uang tetapi
juga boleh dalam bentuk barang dan jasa (goods and
service) . Maka bagi pihak kreditur akan sangat menilai
akan bagaimana tindakan yang dilakukan oleh pihak
debitur dalam usahanya atau prestasinya mengelola
kredit yang diberikan tersebut. Jadi disini dikaji dalam
segi prestasi dan wanprestasi.
e. Adanya Kreditur: Kreditur yang dimaksud disini adalah
pihak yang memiliki uang, barang, atau jasa untuk
dipinjamkan kepada pihak lain, dengan harapan dari
hasil peminjaman tersebut akan diperoleh keuntungan
dalam bentuk bunga sebagai balas jasa uang, barang,
atau jasa yang telah dipinjamkan tersebut.
f. Adanya Debitur: Debitur yang dimaksud disini adalah
pihak yang memerlukan uang, barang, dan jasa dan
berkomitmen untuk mampu mengembalikannya tepat
sesuai dengan waktu yang disepakati serta bersedia
menanggung beban risiko jika melakukan
keterlambatan sesuai dengan ketentuan administrasi
dalam kesepakatan perjanjian yang tertera di atas.
6. Macam – macam Kredit
Untuk membedakan kredit menurut faktor – faktor dan unsur –
unsur yang ada dalam pengertian kredit, maka perbedaan kredit
dapat dibedakan atas dasar :
a) Sifat penggunaan kredit
Kredit Konsumtif adalah kredit yang digunakan
untuk keperluan konsumsi atau uang akan habis
terpakai untuk memenuhi kebutuhannya.
Kredit Produktif adalah kredit yang digunakan
untuk peningkatan usaha, baik usaha – usaha
produksi, perdagangan maupun investasi.
b) Keperluan kredit
Kredit produksi/ekploitasi
Kredit ini diperlukan perusahaan untuk
meningkatkan produksi baik peningkatan
kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi maupun
peningkatan kualitatif yaitu peningkatan
kuantitas atau mutu hasil produksi.
Kredit Perdagangan
Kredit ini dipergunakan untuk keperluan
perdagangn pada umumnya yang berarti
peningkatan utility of place suatu barang, barang
– barang yang diperdagangkan ini juga
diperlukan bagi industri.
Kredit Investasi
Kredit yang diberikan kepada para pengusaha
untuk investasi, berarti untuk penambahan
modal dan kredit bukan untuk keperluan
perbaikan ataupun penambahan barang modal
atau fasilitas – fasilitas yang erat hubungannya
dengan itu. Misalnya untuk membangun pabrik,
membeli / mengganti mesin – mesin dan
sebagainya.
c) Kredit menurut cara pemakaian
Kredit rekening Koran bebas
Debitur menerima seluruh kreditnya dalam
bentuk rekening koran kepadanya diberikan
blangko cheque dan rekening koran
pinjamannya diisi menurut besarnya kredit yang
diberikan, debitur bebas melakukan penarikan
selama kredit berjalan.
Kredit rekening Koran terbatas
Sistem ini adanya perbatasan tertentu bagi
nasabah dalam melakukan penarikan uang
rekeningya, seperti pemberian kredit dengan
uang giral dan perubahannya menjadi uang
chartal dilakukan berangsur – angsur.
Kredit rekening Koran aflopend
Penarikan kredit dilakukan dalam arti
maksimum kredit pada waktu penarikan
pertamalah sepeuhnya dipergunakan oleh
nasabah.
Revolving credit
Sistem penarikan kredit sama dengan cara
rekening Koran bebas dengan masa penggunaan
satu tahun, akan tetapi cara pemakaiannya
berbeda.
Term Loans
Dalam sistem ini penggunaan dan pemakaian
kredit sangat fleksibel artinya nasabah bebas
menggunakan uang kredit untuk keperluan apa
saja dan bank tidak mau tentang hal itu.
d) Kredit menurut Jaminan
Kredit ini pada umumnya ada dua yaitu :
Unsecured Loans ( kredit tanpa jaminan ) sering
juga disebut kredit blangko.
Secured Loans
Jenis inilah yang digunakan oleh kebanyakan
bank di Indonesia yaitu memberikan kredit
jaminan. Jaminan kredit dapat berupa tanah,
rumah, pabrik dan atau mesin – mesin pabrik,
perusahaan serta surat berharga.
7. Jangka Waktu Kredit
Perbedaan jangka waktu kredit menurut peraturan Bank
Indonesia adalah sebagai berikut :
Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka
waktu selama – lamanya satu tahun. Jadi pemakaiannya
tidak melebihi satu tahun.
Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka
waktunya antara satu sampai tiga tahun.
Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka
waktunya lebih dari tiga tahun.
8. Tujuan dan Fungsi Kredit
Tujuan kredit mencakup scope yang luas. Tujuan pokok
yang saling berkaitan dari kredit adalah sebagai berikut :
Profitability: Proftability ini bertujuan untuk
memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan
yang diteguk dari pemungutan bunga.
Safety: Safety adalah keamanan dari prestasi atau
fasilitas yang diberikan harus benar – benar terjamin
sehingga profitability dapat benar – benar tercapai
tanpa hambatan yang berarti.
Sedangkan Fungsi kredit adalah menyalurkan dana – dana
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk itu fungsi kredit
dalam kehidupan perekonomian adalah sebagai berikut :
Kredit dapat meningkatkan daya guna daru modal
Artinya bahwa para pedagang kecil dapat
menikmati kredit bank untuk memperluas usahanya,
mengembangkan usaha dan kesempatan untuk
berusaha.
Kredit dapat meningkatkan daya guna suatu barang
Dengan bantuan kredit tersebut maka para pedagang
kecil dapat memproduksi bahan mentah menjadi
bahan jadi, berarti daya guna dari bahan tersebut.
Kredit dapat meningkatkan perederan dan lalu lintas
uang. Kredit uang yang disalurkan melalui rekening
giro, cek, dan wesel, sehingga apabila pembayaran
dilakukan mengunakan cek, giro, dan wesel maka
akan dapat meningkatkan peredaran uang giral. Di
samping itu, kredit perbankan yang ditarik secara
tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang
kartal.
Kredit sebagai alat stabilitas ekonomi
Bahwa dalam menghadapi keadaan perekonomian
yang kurang sehat, maka kredit dapat sebagai alat
stabilitas ekonomi misalnya dalam usaha
pengendalian inflasi, peningkatan ekspor serta
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.
Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan
pendapatan nasional. Dengan bantuan kredit dari
bank, para pengusaha dapat memperluas usahanya
dan mendirikan proyek-proyek baru. Peningkatan
usaha dan pendirian proyek baru akan
membutuhkan tenaga kerja untuk melaksanakan
proyek-proyek tersebut. Dengan demikian mereka
akan memperoleh pendapatan. Apabila perluasaan
usaha tersebut telah selesai maka diperlukan pula
tenaga kerja. Sehingga tertampungnya tenaga kerja
tersebut maka terjadilah pemerataan pendapatan
yang akan meningkat juga.
Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan
internasional. Bank-bank besar diluar negeri yang
mempunyai jaringan usaha, dapat memberikan
bantuan dalam bentuk kredit, baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada perusahaan-
perusahaan yang ada di dalam negeri. Begitu juga
negara-negara yang telah maju yang mempunyai
cadangan devisa dan tabungan yang tinggi, dapat
memberikan bantuan-bantuan dalam bentuk kredit
kepada negara yang sedang berkembang. Bantuan
dalam bentuk kredit ini dapat mempererat hubungan
ekonomi antar negara yang bersangkutan tetapi juga
meningkatkan hubungan internasional.
Bantuan kredit digunakan para usahawan untuk
memperbesar volume usaha produksinya. Peningkatan usaha
nantinya diharapkan akan meningkatkan profit. Bila
keuntungan secara kumulatif dikembangkan lagi dalam arti
kata dikembalikan ke dalam struktur permodalan, maka
peningkatan akan berlangsung terus menerus dan akibatnya
pendapatan terus meningkat.
9. Prosedur Pemberian Kredit
Sebelum menerima pengajuan kredit dari debitur,
kreditur harus berusaha mengumpulkan data debitur, baik
melalui data langsung dari debitur sendiri maupun yang
diperoleh melalui wawancara dengan berbagai pihak, dan
investigasi terhadap aspek-aspek penunjang lainnya.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
melakukan prosedur pemberian kredit menurut Kasmir adalah:
a) Pengajuan Berkas-Berkas.
Dalam Hal ini pemohon kredit yang dituangkan
dalam suatu proposal kemudian dilampirkan dengan
beberapa berkas tambahan yang di butuhkan.
Pengajuan proposal pinjaman dapat berupa : latar
belakang usaha, maksud dan tujuan dalam
pengunaan, besarnya kredit dan jangka waktunya,
cara bagaimana kita mengembalikan kredit, dan apa
yang menjadi jaminan dari kredit kita tersebut.
b) Penyelidikan Berkas Pinjaman.
Dalam hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah
beberapa berkas proposal pengajuan kredit sesuai
dengan apa yang ada di lapangan atau tidak. Jika
dirasa belum cukup menguatkan maka nasabah
diminta untuk segera melengkapi atau
menambahkan beberapa berkas.
c) Wawancara Pertama.
Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam
dengan langsung berhadapan, untuk menyakini
apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap
sepeti dengan yang kita inginkan.
d) Pemeriksaan ke Lapangan (On The Spot).
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan
dengan meninjau berbagai objek yang akan
dijadikan atau jaminan kemudian hasi On The Spot
di cocokan dengan hasil wawancara pertama.
Kegiatan ini bersifat rahasia dan tidak diketahui
oleh nasabah, sehingga apa yang kita lihat
dilapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
e) Wawancara kedua.
Merupakan kegiatan perbaikan berkas jika dirasa
kurang lengkap pada saat di lakukan on the spot
lapangan.
f) Keputusan Kredit.
Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan
apakah kredit tersebut akan diberikan atau ditolak,
jika diterima maka dipersiapkan administrasinya.
Keputusan kredit biasanya merupakan keputusan
tim.
g) Penandatanganan Akad Kredit atau Perjanjian
lainnya.
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari
diputuskannya kredit, maka sebelum kredit
dicairkan terlebih dahulu calon nasabah
menandatangani akad kredit, mengingat jaminan
dengan surat perjanjian atau persyaratan yang
dianggap perlu. Penandatanganan dilaksanakan
antara bank dengan debitur langsung atau melalui
notaris.
h) Realisasi Kredit.
Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan
surat-surat yang diperlukan dengan membuka
tabungan di bank yang bersangkutan.
i) Penyaluran dan Penarikan Data.
Merupakan pencairan atau pengambilan uang dari
rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan
dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa prosedur oemberian kredit bermanfaat dan
mendeteksi kegiatan pengendalian dan pengawasan terhadap
proses pemberian kredit, juga membantu meminimalisir
permasalahan kredit sehingga dapat membantu manajemen
untyk menyingkap penyimpangan-penyimpangan pada area
tertentu di bagian kredit, sehingga dapat mendorong pemberian
kredit secara efektif.
10. Pengambilan Keputusan Kredit
Pengambilan keputusan kredit adalah swmacam studi
kelayakan atas perusahaan pemohon kredit. Pengambilan
keputusan kredit adalah suatu pemeriksaan, penelitian, dan
analisa terhadap kelengapan, keabsahan, dan kelayakan
berkas/surat/data-data pemohon kredit calon debitur hingga
dikeluarkannya suatu keputusan apakah kredit tersebut diterima
atau ditolak.
Menurut Thomas Suyatno (2007:70) yang dimaksud
dengan pengambilan keputusan kredit adalah pekerjaan yang
meliputi:
a) Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala
aspek, baik keuangan maupun non keuangan untuk
mengetahui kemungkinan dapat/tidak dapat
dipertimbangkan suatu permohonan kredit.
b) Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi
penguraian dan kesimpulan serta penyajian alternatif-
alternatif sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
dari permohonan kredit nasabah,
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan,
pengambilan keputusan kredit adalah suatu kegiatan
analisis/penilaian berkas/data dan juga berbagai aspek yang
mendukung yang diajukan pemohon kredit sebagai dasar
pertimbangan pengambilan keputusan apakah permohonan
kredit tersebut diterima atau ditolak.
11. Pengolongan Kualitas Kredit
Kualitas kredit dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Lancar, Kredit yang digolongkan lancar apabila
memenuhi criteria sebagai berikut:
Pembayaran tepat waktu, perkembangan
rekening Bank dan tidak ada tunggakan serta
sesuai dengan persyaratan kredit,
Hubungan debitur dengan Bank baik dan debitur
selalu menyampaikan informasi keuangan
secara teratur dan akurat,
Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan
agunan kuat.
b. Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kredit yang
digolongkan Dalam Perhatian Khusus (DPK) apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau
bunga sampai 90 hari,
Jarang mengalami cerukan atau overdraft,
Hubungan debitur dengan Bank baik dan debitur
selalu menyampaikan informasi keuangan
secara teratur dan masih akurat,
Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan
agunan kuat, e. Pelanggaran perjanjian kredit
yang tidak prinsipil.
c. Kurang lancar, Kredit yang digolongkan kurang lancar
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau
bunga yang telah melampaui 90 hari sampai
dengan 180 hari,
Terdapat cerukan atau overdraft yang berulang
kali khususnya untuk menutupi kerugian
operasional dan kekurangan arus kas,
Hubungan debitur dengan Bank memburuk dan
informasi keuangan debitur tidak dapat
dipercaya,
Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit,
Perpenjangan kredit untuk menghubungkan
kesulitan keuangan.
d. Diragukan, Kredit yang digolongkan diragukan apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau
bunga yang telah melampaui 180 hari sampai
270 hari,
Terjadi cerukan atau overdraft yang bersifat
permanen khususnya untuk menutupi kerugian
operasional dan kekurangan arus kas,
Hubungan debitur dengan Bank semakin
memburuk dan informasi keuangan debitur tidak
tersedia atau tidak dapat dipercaya,
Dokumentasi kredit tidak lengkap dan
pengikatan agunan yang lemah.
Pelanggaran yang prinsipal terhadap persyaratan
pokok dalam perjanjian kredit.
e. Macet, Kredit yang digolongkan Macet apabila
memenuhi criteria sebagai berikut:
Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau
bunga yang telah melampaui 270 hari,
Dokumentasi kredit dan atau pengikatan agunan
tidak ada