bab 2 tinjauan pustaka 2.1 tanaman gelinggang (cassia …

33
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Gelinggang (Cassia alata L) Gelinggang merupakan tanaman perdu tegak, berumur 1-2 tahun, cabang banyak, batang muda berwarna hijau. Tinggi mencapai 3 meter. Daun penumpu lama tetap tinggal dengan pangkal lebar dan ujung meruncing, seperti kulit, merah coklat, panjang 6-9 mm. Anak daun 8-24 pasang, sepasang yang terbawah langsung di atas pangkal tangkai daun, berjarak dengan pasangan berikutnya, yang lebih atas memanjang sampai bulat telur terbalik, tumpul bertepi merah coklat, boleh dikatakan gundul; Panjang daun 3-15 cm, lebar 2,5-9 cm ke arah ujung daun menjadi lebih besar. Tandan tidak bercabang, tangkai 10-20 cm, poros panjang 50 cm. Daun pelindung pendek sebelum mekar rontok, berwarna jingga panjang 3 cm dan lebar 2 cm. Kelopak berbagi 5 dalam. Daun mahkota kuning cerah. Benang sari yang tertengah dari 3 yang terbawah lebih pendek daripada yang kedua lannya. Polongan di atas tanda bekas kelopak bertangkai, menjauhi, hitam dengan sayap sepanjang 12-18 cm dan lebar 2,5 cm, membuka sepanjang sambungan perut. Biji 50-70. Kebanyakan tumbuh liar dan kadang-kadang ditanam. Tumbuhan ini berkembangbiak dengan biji (Kuati, 2013). Tanaman Gelinggang biasanya hidup liar di lahan terbuka atau agak terlindung, pinggir hutan, semak-semak belukar, tanah yang agak lembab, dekat dengan sumber air, atau lahan terlantar. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan ini merupakan gulma pada tanaman seperti karet, kelapa, dan kelapa sawit (Tris- nawati, 2016).

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Gelinggang (Cassia alata L)

Gelinggang merupakan tanaman perdu tegak, berumur 1-2 tahun, cabang

banyak, batang muda berwarna hijau. Tinggi mencapai 3 meter. Daun

penumpu lama tetap tinggal dengan pangkal lebar dan ujung meruncing,

seperti kulit, merah coklat, panjang 6-9 mm. Anak daun 8-24 pasang,

sepasang yang terbawah langsung di atas pangkal tangkai daun, berjarak

dengan pasangan berikutnya, yang lebih atas memanjang sampai bulat telur

terbalik, tumpul bertepi merah coklat, boleh dikatakan gundul; Panjang daun

3-15 cm, lebar 2,5-9 cm ke arah ujung daun menjadi lebih besar. Tandan

tidak bercabang, tangkai 10-20 cm, poros panjang 50 cm. Daun pelindung

pendek sebelum mekar rontok, berwarna jingga panjang 3 cm dan lebar 2 cm.

Kelopak berbagi 5 dalam. Daun mahkota kuning cerah. Benang sari yang

tertengah dari 3 yang terbawah lebih pendek daripada yang kedua lannya.

Polongan di atas tanda bekas kelopak bertangkai, menjauhi, hitam dengan

sayap sepanjang 12-18 cm dan lebar 2,5 cm, membuka sepanjang sambungan

perut. Biji 50-70. Kebanyakan tumbuh liar dan kadang-kadang ditanam.

Tumbuhan ini berkembangbiak dengan biji (Kuati, 2013).

Tanaman Gelinggang biasanya hidup liar di lahan terbuka atau agak

terlindung, pinggir hutan, semak-semak belukar, tanah yang agak lembab,

dekat dengan sumber air, atau lahan terlantar. Tumbuh di dataran rendah

sampai ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan ini

merupakan gulma pada tanaman seperti karet, kelapa, dan kelapa sawit (Tris-

nawati, 2016).

6

Gambar 2.1 Tanaman Gelinggang

<http://www.plantamor.com/search/sOrder,dt_pub_date/iOrderType,desc/pattern,

ketepeng+cina> (Diakses tanggal 30 Januari 2018)

Kedudukan dari tanaman gelinggang adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Fabales

Familia : Fabaceae

Genus : Senna

Spesies : Senna alata (L.) Roxb.

Herpetica alata (L.) Raf.

Cassia alata L (FMIPA, 2018)

Gelinggang (Cassia alata L) mempunyai beberapa nama tergantung dari

daerah tempat tumbuhnya tanaman. Nama daerah gelinggang adalah: daun

kupang (Melayu), daun kurap, ura’kap (Sumatera), gelenggang (Tapanuli), ki

manila, ketepeng gede, katepeng (Sunda), ketepeng cina, ketepeng kebo,

7

ketepeng badak (Jawa Tengah), acong-acong (Madura), tabakum (Tidore),

dan kupang-kupang (Ternate); (Trisnawati, 2016). Serbuk simplisia daun

gelinggang mengandung zat aktif senyawa flavonoid, alkaloid, antrakuinon,

saponin, dan tanin (Octarya & Saputra, 2015).

Gelinggang biasa digunakan sebagai obat tradisional yang penggunaannya

antara lain sebagai obat cacing, pencahar, panu, kudis, kurap dan obat

kelainan kulit yang disebabkan oleh parasit kulit seperti sifilis, gonorhoe, dan

gatal-gatal (Kuati, 2013).

2.2 Tanaman Lucung (Alpinia nutans)

Lucung merupakan semak annual (tahunan) dengan batang semu berpelepah

berwarna hijau dan tumbuh tegak membentuk rumpun. Daun tunggal

berbentuk lanset dengan pertulangan menyirip. Mahkota bunga bertajuk dan

berwarna merah jambu. Buah berjejalan dalam bongkol hampir bulat

berwarna putih atau berwarna merah muda. Berbiji banyak dan berwarna

coklat kehitaman. Rimpangnya tebal dan berwarna kuning hingga coklat dan

akar berbentuk serabut (Farida & Maruzy, 2016). Lucung biasa hidup di

daerah tropis hingga subtropis, sering ditemukan di hutan Kalimantan,

Sumatera, Jawa dan daerah lainnya di Indonesia.

Gambar 2.2 Tanaman Lucung

<http://www.plantamor.com/search/sOrder,dt_pub_date/iOrderType,desc/pat-

ern,honje> (Diakses tanggal 30 Januari 2018)

8

Kedudukan tanamannya adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Familia : Zingiberaceae

Genus : Etlingera

Spesies : Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.

Nicolaia elatior (Jack) Horan

Alpinia nutans

Nicolaia speciosa Horan (FMIPA, 2018)

Nama lain lucung antara lain “kencong” atau “kincung” di Sumatera Utara,

“Lucung” di Jawa, “Honje” di Sunda, “Bongkot” di Bali, “Sambuang” di

Sumatera Barat dan “Bunga kantan” di Malaysia. Orang barat menyebut

tanaman ini torch ginger atau torch fly karena bentuk bunganya yang mirip

obor serta warnanya yang merah memukau. Beberapa orang juga

menjulukinya dengan nama philippine waxflower atau porcelein rose

mengacu pada keindahan bunganya (Farida & Maruzy, 2016). Kandungan

senyawa yang terdapat pada bunga lucung diantaranya ialah Flavonoid,

terpenoid, saponin dan tanin (Farida & Maruzy, 2016).

Penggunaan tanaman lucung secara tradisional dimanfaatkan masyarakat

dalam kehidupan sehari-hari. Seperti kelopak bunga Lucung yang

dimanfaatkan oleh masyarakat Jawa Barat sebagai penambah rasa sedap

makanan untuk sambal dan pecel. Di Tanah Karo, Suku Batak memanfaatkan

bunga dan buah Lucung untuk menghilangkan bau amis pada masakan arsik

ikan mas. Masyarakat Melayu memanfaatkan buah lucung untuk mengobati

sakit telinga dan daunnya untuk membersihkan luka. Daun lucung juga dapat

dimanfaatkan sebagai sayur asam dan batangnya digunakan pada beberapa

9

jenis masakan daging. Bunga lucung juga digunakan sebagai bahan

pembuatan sabun, sampo, dan parfum. Sedangkan daun lucung yang

dikombinasikan dengan tanaman aromatik lain dimanfaatkan sebagai

penghilang bau badan (Farida & Maruzy, 2016).

2.3 Uraian Golongan Senyawa Tanaman

Senyawa kimia yang terdapat pada daun gelinggang dan bunga lucung

meliputi flavonoid, alkaloid, terpenoid, antrakuinon, saponin, dan tanin.

2.3.1 Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa fenolik, yaitu suatu gugus ─OH yang

terikat pada karbon cincin aromatik (Kusuma, 2015).

Istilah flavonoid diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal

dari kata flavon yaitu salah satu jenis flavonoid yang terbesar

jumlahnya dalam tumbuhan. Kerangka dasar flavonoid yaitu 15 atom

karbon yang membentuk susunan C6-C3-C6 Susunan tersebut dapat

menghasilkan tiga struktur, yaitu: 1,3-diarilpropan (flavonoid), 1,2-

diarilpropan (isoflavonoid), 1,1-diarilpropan (neoflavonoid) (Wachidah,

2013).

Produk radikal bebas flavonioid terstabilkan secara resonansi dan tidak

reaktif bila dibandingkan dengan kebanyakan radikal bebas yang lain

sehingga dapat berfungsi sebagai antioksidan dimana flavonoid mampu

menghambat reaksi oksidasi melalui mekanisme penangkal radikal

bebas dengan cara menyumbangkan satu elektron pada elektron yang

tidak berpasangan sehingga menghasilkan reaksi netralisasi radikal

bebas atau pada penghentian reaksi berantai terjadi (Wachidah, 2013).

10

Gambar 2.3 Struktur Flavonoid

<https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/5317287#section=2D-

Structure> (Diakses tanggal 30 Januari 2018)

2.3.2 Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan senyawa/zat tumbuhan sekunder

yang terbesar. Umumnya alkaloid mencakup senyawa yang

bersifat basa dan mengandung satu atau lebih atom nitrogen,

biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dalam sistem siklik.

Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak

mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi digunakan luas

dalam bidang pengobatan (Pradana, 2014).

Berdasarkan sifatnya, alkaloid umumnya berbentuk kristal padat

dan sebagian kecil bersifat cair, dan terasa pahit (Nuraina, 2015).

Alkaloid bentuk bebas atau basanya mudah larut dalam pelarut

organik dan sukar larut dalam air.

2.3.3 Antrakuinon

Antrakuinon biasa dijumpai baik dalam bentuk glikosida dengan

ikatan O- atau C-glikosida maupun aglikonnya. Secara umum

digunakan sebagai zat warna dan katartiks (purgatives). Turunan

antrakuinon biasanya merupakan senyawa berwarna merah jingga

yang larut dalam air panas dan alkohol encer (Wachidah, 2013).

11

2.3.4 Tanin

Tanin merupakan salah satu senyawa umum yang terdapat dalam

tumbuhan berpembuluh, memiliki gugus fenol, dengan rasa sepat

serta mampu menyamak kulit karena kemampuannya

menyambung silang protein. Tanin terdiri dari 2 kelompok

berdasarkan hasil hidrolisanya. Tipe pertama dikenal sebagai

pirogalol tanin yaitu, senyawa-senyawa fenolik yang mempunyai

ikatan ester dengan gula. Tipe kedua adalah tanin terkondensasi

yang kadang-kadang disebut katekol tanin dan merupakan

polimer dari senyawa-senyawa fenolik berhubungan dengan

pigmen flavonoid (Wachidah, 2013).

Tanin secara kimia dikelompokan dalam dua golongan yaitu tanin

terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi atau

flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara

kondensasi katekin tunggal yang membentuk senyawa dimer dan

kemudian oligomer yang lebih tinggi (Nuraina, 2015).

2.3.5 Saponin

Saponin adalah glikosida triterpen yang mana senyawa aktifnya

bersifat seperti sabun yang apabila dikocok kuat akan

menimbulkan busa melalui pembentukan larutan koloidal dengan

air (Nuraina, 2015).

2.4 Radikal Bebas

Radikal bebas atau free radical merupakan senyawa atau molekul yang

mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital

luarnya. Elektron yang tidak berpasangan tersebut menyebabkan senyawa

radikal bebas sangat reaktif mencari pasangan, dengan cara memutus dan

mengikat electron molekul yang berada di sekitarnya. Senyawa radikal

bebas juga dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal. Apabila

12

senyawa radikal baru tersebut bertemu dengan molekul lain, akan

terbentuk radikal baru lagi, dan seterusnya sehingga menyebabkan

terjadinya reaksi berantai atau chain reactions (Wachidah, 2013).

Radikal bebas merupakan senyawa kimia yang penting dalam setiap

proses biokimia dan merupakan bagian penting dari proses aerob dan

metabolisme. Selama berjalannya metabolisme, terbentuklah beberapa

oksidan kuat, baik dari sel darah maupun dikebanyakan sel tubuh lainnya

(Wachidah,2013).

Radikal bebas atau yang disebut Reactive Oxygen Species (ROS) akan

menyerang molekul lain disekitarnya sehingga terjadi reaksi berantai dan

menghasilkan radikal bebas yang beragam, seperti anion superoksida (O2)

dan hidrogen peroksida (H2O2), hidroksi bebas (OH), asam hipoklorous

(HOCl) dan 8 peroksinitrat (ONOO-). Reaksi radikal bebas merupakan

salah satu faktor penting timbulnya penyakit kronis seperti kanker,

hipertensi, gagal jantung dan penyakit aterosklerosis seperti rematik dan

katarak (Wachidah, 2013).

Secara umum, tahapan reaksi pembentukan radikal bebas mirip dengan

rancidity oxidative (ketengikan oksidatif), yaitu melalui tiga tahapan

reaksi berikut:

2.4.1 Tahap inisiasi, merupakan tahap awal pembentukan radikal bebas.

2.4.2 Tahap propagasi, yaitu tahap pemanjangan rantai radikal.

2.4.3 Tahap terminasi, yaitu bereaksinya senyawa antara radikal dengan

radikal lain atau dengan penangkap radikal, sehingga potensi

propagasinya rendah (Wachidah, 2013).

Ada dua sumber pembentuk radikal bebas, yaitu sumber endogen dimana

radikal bebas yang dihasilkan dalam tubuh sebagai racun oleh produk dari

fungsi normal dalam tubuh dan sumber eksogen yaitu produk radikal bebas

13

terbentuk karena disebabkan oleh rangsangan eksternal. Di dalam tubuh,

radikal bebas sering dihasilkan selama proses metabolisme, reaksi

biokimia dalam sel, detoksifikasi di hati dan pembentukan energi oleh

mintokindria (Wachidah, 2013).

Radikal bebas terbentuk di mitokondria selama metabolisme aerob disaat

oksigen dalam tubuh digunakan untuk mengoksidasi makanan yang kita

makan untuk menghasilkan energi. Radikal bebas dan hidrogen peroksida

juga dihasilkan oleh tubuh sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh

untuk menyerang dan membunuh bakteri yang menyerang. Dengan

demikian, tubuh tidak membutuhkan dan menggunakan beberapa radikal

bebas. Namun, radikal bebas yang berlebih tidak diinginkan karena

mereka dapat membunuh sel-sel dan menyebabkan kerusakan jaringan.

Sedangkan sumber eksogen dimana produksi radikal bebas berasal dari

rangsangan eksternal. Produksi radikal bebas ditingkatkan dengan

mengkonsumsi makanan tinggi lemak, minyak jenuh, daging panggang,

produk makanan olahan dan makanan basi. Gaya hidup stres, merokok

dan radiasi juga meningkatkan produksi radikal bebas. Radikal bebas juga

masuk ke dalam tubuh melalui bahan kimia yang terdapat dalam

pewarna, pengawet, dan penguat rasa makanan, serta pencemaran

lingkungan dan pestisida (Wachidah, 2013).

2.5 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang memberikan elektron yang mempunyai

berat molekul kecil namun dapat meninaktivasi dan menghambat proses

oksidasi dengan mengikat radikal bebas. Tubuh manusia secara alami

dapat menghasilkan antioksidan, namun jika jumlah radikal bebas

bertambah, antioksidan yang dihasilkan tubuh tidak mampu untuk

mengikat radikal bebas tersebut danakhirnya dapat terjadi stress oksidatif

(Aji, 2014)

14

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan digolongkan menjadi

antioksidan primer dan antioksidan sekunder (Aji, 2014)

2.5.1 Antioksidan primer bekerja dengan memberikan ion hidrogen

atau elektron pada radikal bebas dan memutus rantai reaksi

dengan mengubahnya menjadi stabil. Selain memberikan ion

hidrogen, antioksidan primer juga bereaksi dengan lipid radikal

bebas denganmembentuk kompleks lipid-antioksidan.

AH + R -> A + RH (Antioksidan memberikan ion hidorgen pada

lipid radikal bebas) (Aji, 2014)

Senyawa yang termasuk antioksidan primer adalah kelompok

senyawa polifenol, asam askorbat (vitamin C), BHT, BHA,

TBHQ, tokoferol, dan PG (Aji, 2014).

2.5.2 Antioksidan sekunder bekerja dengan mencegah terbentuknya

radikal bebas dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet,

menginaktivasi singlet oksigen, dan bekerja sinergis dengan

antioksidan primer. Senyawa yang termasuk golongan

antioksidan sekunder adalah asam triodipropionat, dilauril, dan

distearil ester (Aji, 2014)

2.6 Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi yang

mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk

pemakaian luar. Krim ada dua tipe yaitu ada krim tipe M/A (Minyak

dalam Air) atau A/M (Air dalam Minyak) yang ditujukan untuk

penggunaan kosmetik dan estetika (Juwita et al., 2013).

2.6.1 Kelebihan sediaan krim diantaranya:

2.6.1.1 kemampuan penyebarannya yang baik pada kulit

2.6.1.2 Memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air

pada kulit

15

2.6.1.3 Mudah dicuci dengan air

2.6.1.4 Pelepasan obat yang baik

2.6.1.5 Tidak menyumbat kulit dan bersifat lembut (Juwita et al.,

2013)

2.6.2 Formula Krim

Pada formulasi krim, ada dua tipe basis yang digunakan yaitu

minyak dalam air (M/A) atau air dalam minyak (A/M). Pemilihan

basis didasarkan atas tujuan penggunaanya dan jenis bahan yang

akan digunakan. Komposisi dari sediaan krim adalah emulgator,

yang merupakan surfaktan yang mengurangi tegangan antar muka

antara minyak dan air dan mengelilingi tetesan-tetesan terdispersi

dengan lapisan kuat sehingga mencegah koalesensi dan

pemecahan fase terdispersi (Juwita et al., 2013).

Komponen krim terdiri dari bahan dasar, bahan aktif dan bahan

tambahan. Bahan dasar terdiri dari fase minyak, fase air dan

emulgator atau surfaktan. Emulgator dan surfaktan berfungsi

untuk menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase yang

tidak saling bercampur, sedangkan bahan tambahannya meliputi

pengawet, pengkhelat, pengental, pelembab, pewarna, dan

pewangi (Juwita et al., 2013).

2.7 Uji Aktivitas Antioksidan

2.7.1 Metode DPPH

DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl) adalah senyawa radikal

bebas stabil berwarna ungu yang ditemukan pada tahun 1992

yang berguna untuk menentukan sifat antioksidan amina, fenol

atau senyawa alami seperti vitamin, obat-obatan, dan ekstrak

tumbuh-tumbuhan (Aji, 2014)

Metode DPPH merupakan metode yang cepat, sederhana, dan

tidak membutuhkan biaya tinggi dalam menentukan kemampuan

16

antioksidan menggunakan radikal bebas 2,2-diphenyl-1-

picrylhydrazyl (DPPH) (Sadeli, 2016).

Gambar 2.4 Rumus Bangun DPPH

<http://www.merckmillipore.com/ID/id/product/DPPH-Free-

Radical-CAS-1898-66-4-Calbiochem,EMD_BIO

300267>(Diakses tanggal 30 Januari 2018)

Prinsip kerja metode DPPH adalah berdasarkan kemampuan

DPPH untuk menerima atom hidrogen yang didonorkan oleh

antioksidan. Setelah mendapatkan atom hidrogen kemampuan

absorpsi DPPH menjadi berkurang dan membuat warna DPPH

berubah menjadi kuning pucat yang kemudian akan dibaca

dengan spektrofotometer UV-Vis (Aji, 2014).

Gambar Gambar 2.5 Reaksi DPPH dengan antioksidan

17

<http://www.phytojournal.com/vol2Issue2/17.1.html> (Diakses

tanggal 30 Januari 2018)

2.7.2 Metode ABTS

Metode ABTS (2,2-Azinobis(3-ethylbenzothiazoline)6-sulfonic

acid) adalah metode yang digunakan untuk melihat aktivitas

antioksidan. ABTS adalah substrat peroksidase yang stabil dan

larut air, apabila dioksidasi oleh H2O2 akan membentuk

membentuk senyawa radikal kation yang tidak stabil. Prinsip

metode ini adalah dengan menggunakan antioksidan dalam

jumlah tertentu untuk menghambat ABTS (Aji, 2014).

Kemampuan antioksidan dalam menghambat ABTS ini yang

dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang

734 nm. Dari hasil spektrofotometer dapat diketahui aktivitas

yang terdapat pada antioksidan (Aji, 2014).

2.7.3 Metode Deoksiribosa

Deoksiribosa (2-deoksi-D-ribosa) merupakan gula ribosa turunan

gula pentose dan yang mempunyai 5 atom karbon. Deoksiribosa

apabila dipanaskan dengan suhu dan pH tertentu akan ter-

dekomposisi menjadi malondialdehid (MDA) yang dapat

dideteksi dengan asam tiobartiturat (TBA) menghasilkan

kromogen MDA-TBA. Perubahan Deoksiribosa menjadi

malondialdehid adalah dasar uji penangkapan radikal hidroksil

(Aji, 2014).

2.7.4 Metode FRAP

Prinsip metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power)

adalah berdasarkan kerja dari reduksi analog ferroin, kompleks

Fe3+ dartripiridiltriazin Fe(TPTZ)3+ menjadi kompleks Fe2. Fe2+

jika ditambahkan antioksidan pada suasana asam akan berwarna

18

biru. Hasil pengujian diinterpretasikan dengan peningkatan

absorbansi pada panjang gelombang 593 nm (Aji, 2014).

2.7.5 Metode TRAP

Prinsip metode TRAP (Total Radical-trapping Antioxidant

Parameter) adalah berdasarkan pengukuran penggunaan oksigen

selama reaksi oksidasi lipid terkontrol yang diinduksi oleh hasil

dekomposisi dari AAPH (2-2’-Azobis (2aminidopropana)

hidroklorida) untuk mengukur aktivitas antioksidan (Aji, 2014).

2.8 Spektrofotometri UV-Vis

2.8.1 Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) merupakan pengukuran

energi cahaya dari suatu sistem kimia pada panjang gelombang

tertentu (Romadhani, 2016). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai

panjang gelombang 200-400 nm, dan sinar tampak (visible)

mempunyai panjang gelombang sebesar 400-750 nm.

Spektrofotometri digunakan untuk mengukur besarnya energi yang

diabsorbsi atau diteruskan. Sinar radiasi monokromatik akan melewati

larutan yang mengandung zat yang dapat menyerap sinar radiasi

tersebut (Romadhani, 2016). Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk

pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan

bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang

tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Romadhani,

2016).

Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini

terbilang cukup sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang

sangat kecil. Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana

angka yang terbaca langsung dicatat oleh detector dan tercetak dalam

bentuk angka digital ataupun grafik yang sudah diregresikan

(Mustikaningrum, 2015).

19

Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linearitas antara

absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik

dengan transmitan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada

beberapa pembatas, yaitu:

2.8.1.1 Sinar yang digunakan dianggap monokromatis

2.8.1.2 Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai

penampang yang sama

2.8.1.3 Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak

tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut

2.8.1.4 Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi

2.8.1.5 Indeks bias tergantung pada konsentrasi larutan (Romadhani,

2016).

Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam persamaan berikut:

A = a.b.c

Keterangan:

A= absorbansi

a = absorbsivitas molar

b = tebal kuvet (cm)

c = konsentrasi (Romadhani, 2016)

2.8.2 Instrumen Spektrofometri UV-Vis

Instrument Spektrofotometri UV-Vis adalah:

2.8.2.1 Sumber Cahaya

Sumber yang biasa digunakan dalam spektroskopi absorbsi

adalah lampu wolfram. Pada daerah UV digunakan lampu

Hidrogen atau lampu deuterium. Kebaikan lampu wolfram

adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada

berbagai panjang gelombang

20

2.8.2.2 Monokromator

Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya

polikromatis menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan

komponen panjang gelombang tertentu. Monokromator

berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromator dari

sumber radiasi yang memancarkan radiasi polikromatis.

Monokromator terdiri dari susunan: celah (slit) masuk – filter –

prisma kisi (grating) – celah (slit) keluar.

2.8.2.3 Wadah Sampel (kuvet)

Kuvet adalah wadah sampel yang akan dianalisis. Kuvet dari

leburan silika (kuarsa) dipakai untuk analisis kualitatif dan

kuantitatif pada daerah pengukuran 190-1100 nm, dan kuvet

dari bahan gelas digunakan pada daerah pengukuran 380-1100

nm karena bahan dari gelas mengabsorbsi radiasi UV.

2.8.2.4 Detector

Detector akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan.

Sinar kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier

dan dalam rekorder akan ditampilkan dalam bentuk angka-

angka pada reader (komputer).

2.8.2.5 Visual Display/Recorder

Merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya isyarat

listrik, menyatakan dalam bentuk % transmitan maupun

absorbansi (Romadhani, 2016)

2.8.3 Konsep Kerja Spektrofotometri

Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang

bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke

monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada

fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah cahaya

polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-berkas

21

cahaya dengan panjang gelombang tertentu kemudian dilewatkan pada

sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh

karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula

yang dilewatkan. Detektor kemudian akan menghitung cahaya yang

diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya

yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung

dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel

secara kuantitatif (Romadhani, 2016).

Pada spektrofotometri UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu

senyawa atau unsur adalah warna komplementer dari warna yang

teramati. Hal tersebut dapat diketahui dari larutan berwarna yang

memiliki serapan maksimum pada warna komplementer.

Tabel 2.1 Hubungan antara warna pada sinar UV dengan panjang

gelombang

Panjang Gelombang Warna Warna

Komplementer

400 nm – 435 nm Ungu Hijau kekuningan

435 nm – 480 nm Biru Kuning

480 nm – 490 nm Biru kehijauan Jingga

490 nm – 500 nm Hijau kebiruan Merah

500 nm – 560 nm Hijau Ungu kemerahan

560 nm – 580 nm Hijau kekuningan Ungu

595 nm – 610 nm Jingga Biru kehijauan

610 nm – 680 nm Merah Hijau kebiruan

680 nm – 700 nm Ungu kemerahan Hijau

Sumber: Kurniawati, 2017

22

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-

Vis, ialah:

2.8.3.1 Pembentukan molekul yang dapat menyerap UV-Vis

Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak

menyerap pada daerah tersebut. Cara yang digunakan ialah

dengan merubah menjadi senyawa lain atau direaksikan

dengan pereaksi tertentu.

2.8.3.2 Waktu Operasional (operating time)

Cara ini biasa digunakan untuk mengetahui waktu pengukuran

yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan mengukur

hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan

2.8.3.3 Pemilihan Panjang Gelombang

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif

adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi

maksimal. Untuk memilih panjang gelombang maksimal,

dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi

dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada

konsentrasi tertentu.

2.8.3.4 Pembuatan Kurva Baku

Masing-masing absorbansi larutan berbagai konsentrasi diukur,

dibuat kurva hubungan antara absorbansi (y) dengan

konsentrasi (x)

2.8.3.5 Pembacaan Absorbansi Sampel atau Cuplikan

Rentang absorbansi spektrofotometri 0,2 – 0,8 atau 15% – 70%

jika dibaca sebagai transmitan. Hal ini berdasarkan anggapan

bahwa kesalahan pada pembacaan adalah 0,005 atau 0,5%

(Astuti, 2016)

23

2.9 Uraian Bahan

2.9.1 DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl)

Radikal bebas yang umum digunakan sebagai model dalam penelitian

antioksidan atau peredam radikal bebas ialah DPPH. DPPH sendiri

merupakan singkatan umum dari senyawa kimia organik yaitu 1,1-

Diphenyl-2-Picrylhidrazyl. DPPH adalah bubuk kristal berwarna

gelap terdiri dari molekul radikal bebas yang stabil. DPPH

mempunyai berat molekul 394.32 dengan rumus molekul C18H12N5O6,

larut dalam air, penyimpanan dalam wadah tertutup baik pada suhu -

20oC (Astuti, 2016).

2.9.2 Etanol

Etanol atau etil alkohol adalah salah satu turunan dari senyawa

hidroksil atau gugus OH yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan

oksigen dengan rumus kimia C2H5OH, istilah umum yang sering

dipakai untuk senyawa tersebut adalah alkohol. Etanol merupakan zat

cair, berbau spesifik,mudah terbakar, tidak berwarna, mudah

menguap, mudah larut dalam air berat molekul 46,1; titik didih

78,3oC. Kerapatannya 0,789 pada suhu 20oC, nilai kalor 7077 kal/g

panas laten penguapan 204 kal/g (Umeksi, 2016)

Etanol banyak digunakan sebagai pelarut, germisida, minuman bahan

anti beku, bahan bakar, dan senyawa untuk sintesis senyawa-senyawa

organik lainnya. Etanol sebagai pelarut banyak digunakan dalam

industri farmasi, kosmetika, dan resin maupun laboratorium. Etanol

juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan senyawa asetaldehid,

butadiena, dietel eter, etil asetat, asam asetat, dan sebagainya (Umeksi,

2016)

24

Digunakannya etanol sebagai pelarut karena etanol tidak mengganggu

reaksi DPPH dan pengukuran absorbansi (Sadeli, 2016)

2.10 Kerangka Konsep

Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim Kombinasi Ekstrak daun Gelinggang (Cassia alata L) dan bunga Lucung (Alpinia nutans)

Secara Spektrofotometri Dengan Metode DPPH

Analisis

Ada penurunan abs. DPPH Tidak ada penurunan Abs. DPPH

Gambar 2.10 Kerangka Konsep

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Permohonan Bimbingan KTI

Lampiran 2. Lembar Konsultasi Pembimbing

Lampiran 3. Lembar Hasil Determinasi

Lampiran 4. Hasil Penelitian

Sampel + DPPH yang baru Sampel + DPPH yang telah bereaksi

Abs. Formula 1 Abs. Formula 2

dimasukkan

Lampiran 8. Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Yenny Rif’at Hayati

2. Tempat, Tanggal : Banjarmasin, 04 Maret 1997

Lahir

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Alamat : Jl. Berangas Km. 3,5 Komp. Perumahan Belingkar

RT. 10 Desa Batuah Kabupaten Kotabaru Prov.

Kalimantan Selatan

6. Nama Orang Tua

a. Ayah : Rusian Noor, S.Sos

b. Ibu : Rusmiliyanti, Amd. Keb

7. Nama Saudara : Yoga Akhmad Ridhoni (Adik)

Kandung M. Yaseer Ismail (Adik)

8. Riwayat Pendidikan

a. TK : TK Aisyiyah Kotabaru

b. SD : SDN 2 Kotabaru Hilir

c. SMP/Sederajat : SMPN 1 Kotabaru

d. SMA/Sederajat : SMAN 1 Kotabaru

e. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Banjarmasin