bab 2 tinjauan pustaka 2.1 tanaman gelinggang (cassia …
TRANSCRIPT
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Gelinggang (Cassia alata L)
Gelinggang merupakan tanaman perdu tegak, berumur 1-2 tahun, cabang
banyak, batang muda berwarna hijau. Tinggi mencapai 3 meter. Daun
penumpu lama tetap tinggal dengan pangkal lebar dan ujung meruncing,
seperti kulit, merah coklat, panjang 6-9 mm. Anak daun 8-24 pasang,
sepasang yang terbawah langsung di atas pangkal tangkai daun, berjarak
dengan pasangan berikutnya, yang lebih atas memanjang sampai bulat telur
terbalik, tumpul bertepi merah coklat, boleh dikatakan gundul; Panjang daun
3-15 cm, lebar 2,5-9 cm ke arah ujung daun menjadi lebih besar. Tandan
tidak bercabang, tangkai 10-20 cm, poros panjang 50 cm. Daun pelindung
pendek sebelum mekar rontok, berwarna jingga panjang 3 cm dan lebar 2 cm.
Kelopak berbagi 5 dalam. Daun mahkota kuning cerah. Benang sari yang
tertengah dari 3 yang terbawah lebih pendek daripada yang kedua lannya.
Polongan di atas tanda bekas kelopak bertangkai, menjauhi, hitam dengan
sayap sepanjang 12-18 cm dan lebar 2,5 cm, membuka sepanjang sambungan
perut. Biji 50-70. Kebanyakan tumbuh liar dan kadang-kadang ditanam.
Tumbuhan ini berkembangbiak dengan biji (Kuati, 2013).
Tanaman Gelinggang biasanya hidup liar di lahan terbuka atau agak
terlindung, pinggir hutan, semak-semak belukar, tanah yang agak lembab,
dekat dengan sumber air, atau lahan terlantar. Tumbuh di dataran rendah
sampai ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan ini
merupakan gulma pada tanaman seperti karet, kelapa, dan kelapa sawit (Tris-
nawati, 2016).
6
Gambar 2.1 Tanaman Gelinggang
<http://www.plantamor.com/search/sOrder,dt_pub_date/iOrderType,desc/pattern,
ketepeng+cina> (Diakses tanggal 30 Januari 2018)
Kedudukan dari tanaman gelinggang adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae
Genus : Senna
Spesies : Senna alata (L.) Roxb.
Herpetica alata (L.) Raf.
Cassia alata L (FMIPA, 2018)
Gelinggang (Cassia alata L) mempunyai beberapa nama tergantung dari
daerah tempat tumbuhnya tanaman. Nama daerah gelinggang adalah: daun
kupang (Melayu), daun kurap, ura’kap (Sumatera), gelenggang (Tapanuli), ki
manila, ketepeng gede, katepeng (Sunda), ketepeng cina, ketepeng kebo,
7
ketepeng badak (Jawa Tengah), acong-acong (Madura), tabakum (Tidore),
dan kupang-kupang (Ternate); (Trisnawati, 2016). Serbuk simplisia daun
gelinggang mengandung zat aktif senyawa flavonoid, alkaloid, antrakuinon,
saponin, dan tanin (Octarya & Saputra, 2015).
Gelinggang biasa digunakan sebagai obat tradisional yang penggunaannya
antara lain sebagai obat cacing, pencahar, panu, kudis, kurap dan obat
kelainan kulit yang disebabkan oleh parasit kulit seperti sifilis, gonorhoe, dan
gatal-gatal (Kuati, 2013).
2.2 Tanaman Lucung (Alpinia nutans)
Lucung merupakan semak annual (tahunan) dengan batang semu berpelepah
berwarna hijau dan tumbuh tegak membentuk rumpun. Daun tunggal
berbentuk lanset dengan pertulangan menyirip. Mahkota bunga bertajuk dan
berwarna merah jambu. Buah berjejalan dalam bongkol hampir bulat
berwarna putih atau berwarna merah muda. Berbiji banyak dan berwarna
coklat kehitaman. Rimpangnya tebal dan berwarna kuning hingga coklat dan
akar berbentuk serabut (Farida & Maruzy, 2016). Lucung biasa hidup di
daerah tropis hingga subtropis, sering ditemukan di hutan Kalimantan,
Sumatera, Jawa dan daerah lainnya di Indonesia.
Gambar 2.2 Tanaman Lucung
<http://www.plantamor.com/search/sOrder,dt_pub_date/iOrderType,desc/pat-
ern,honje> (Diakses tanggal 30 Januari 2018)
8
Kedudukan tanamannya adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Etlingera
Spesies : Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.
Nicolaia elatior (Jack) Horan
Alpinia nutans
Nicolaia speciosa Horan (FMIPA, 2018)
Nama lain lucung antara lain “kencong” atau “kincung” di Sumatera Utara,
“Lucung” di Jawa, “Honje” di Sunda, “Bongkot” di Bali, “Sambuang” di
Sumatera Barat dan “Bunga kantan” di Malaysia. Orang barat menyebut
tanaman ini torch ginger atau torch fly karena bentuk bunganya yang mirip
obor serta warnanya yang merah memukau. Beberapa orang juga
menjulukinya dengan nama philippine waxflower atau porcelein rose
mengacu pada keindahan bunganya (Farida & Maruzy, 2016). Kandungan
senyawa yang terdapat pada bunga lucung diantaranya ialah Flavonoid,
terpenoid, saponin dan tanin (Farida & Maruzy, 2016).
Penggunaan tanaman lucung secara tradisional dimanfaatkan masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari. Seperti kelopak bunga Lucung yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Jawa Barat sebagai penambah rasa sedap
makanan untuk sambal dan pecel. Di Tanah Karo, Suku Batak memanfaatkan
bunga dan buah Lucung untuk menghilangkan bau amis pada masakan arsik
ikan mas. Masyarakat Melayu memanfaatkan buah lucung untuk mengobati
sakit telinga dan daunnya untuk membersihkan luka. Daun lucung juga dapat
dimanfaatkan sebagai sayur asam dan batangnya digunakan pada beberapa
9
jenis masakan daging. Bunga lucung juga digunakan sebagai bahan
pembuatan sabun, sampo, dan parfum. Sedangkan daun lucung yang
dikombinasikan dengan tanaman aromatik lain dimanfaatkan sebagai
penghilang bau badan (Farida & Maruzy, 2016).
2.3 Uraian Golongan Senyawa Tanaman
Senyawa kimia yang terdapat pada daun gelinggang dan bunga lucung
meliputi flavonoid, alkaloid, terpenoid, antrakuinon, saponin, dan tanin.
2.3.1 Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa fenolik, yaitu suatu gugus ─OH yang
terikat pada karbon cincin aromatik (Kusuma, 2015).
Istilah flavonoid diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal
dari kata flavon yaitu salah satu jenis flavonoid yang terbesar
jumlahnya dalam tumbuhan. Kerangka dasar flavonoid yaitu 15 atom
karbon yang membentuk susunan C6-C3-C6 Susunan tersebut dapat
menghasilkan tiga struktur, yaitu: 1,3-diarilpropan (flavonoid), 1,2-
diarilpropan (isoflavonoid), 1,1-diarilpropan (neoflavonoid) (Wachidah,
2013).
Produk radikal bebas flavonioid terstabilkan secara resonansi dan tidak
reaktif bila dibandingkan dengan kebanyakan radikal bebas yang lain
sehingga dapat berfungsi sebagai antioksidan dimana flavonoid mampu
menghambat reaksi oksidasi melalui mekanisme penangkal radikal
bebas dengan cara menyumbangkan satu elektron pada elektron yang
tidak berpasangan sehingga menghasilkan reaksi netralisasi radikal
bebas atau pada penghentian reaksi berantai terjadi (Wachidah, 2013).
10
Gambar 2.3 Struktur Flavonoid
<https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/5317287#section=2D-
Structure> (Diakses tanggal 30 Januari 2018)
2.3.2 Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan senyawa/zat tumbuhan sekunder
yang terbesar. Umumnya alkaloid mencakup senyawa yang
bersifat basa dan mengandung satu atau lebih atom nitrogen,
biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dalam sistem siklik.
Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak
mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi digunakan luas
dalam bidang pengobatan (Pradana, 2014).
Berdasarkan sifatnya, alkaloid umumnya berbentuk kristal padat
dan sebagian kecil bersifat cair, dan terasa pahit (Nuraina, 2015).
Alkaloid bentuk bebas atau basanya mudah larut dalam pelarut
organik dan sukar larut dalam air.
2.3.3 Antrakuinon
Antrakuinon biasa dijumpai baik dalam bentuk glikosida dengan
ikatan O- atau C-glikosida maupun aglikonnya. Secara umum
digunakan sebagai zat warna dan katartiks (purgatives). Turunan
antrakuinon biasanya merupakan senyawa berwarna merah jingga
yang larut dalam air panas dan alkohol encer (Wachidah, 2013).
11
2.3.4 Tanin
Tanin merupakan salah satu senyawa umum yang terdapat dalam
tumbuhan berpembuluh, memiliki gugus fenol, dengan rasa sepat
serta mampu menyamak kulit karena kemampuannya
menyambung silang protein. Tanin terdiri dari 2 kelompok
berdasarkan hasil hidrolisanya. Tipe pertama dikenal sebagai
pirogalol tanin yaitu, senyawa-senyawa fenolik yang mempunyai
ikatan ester dengan gula. Tipe kedua adalah tanin terkondensasi
yang kadang-kadang disebut katekol tanin dan merupakan
polimer dari senyawa-senyawa fenolik berhubungan dengan
pigmen flavonoid (Wachidah, 2013).
Tanin secara kimia dikelompokan dalam dua golongan yaitu tanin
terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi atau
flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara
kondensasi katekin tunggal yang membentuk senyawa dimer dan
kemudian oligomer yang lebih tinggi (Nuraina, 2015).
2.3.5 Saponin
Saponin adalah glikosida triterpen yang mana senyawa aktifnya
bersifat seperti sabun yang apabila dikocok kuat akan
menimbulkan busa melalui pembentukan larutan koloidal dengan
air (Nuraina, 2015).
2.4 Radikal Bebas
Radikal bebas atau free radical merupakan senyawa atau molekul yang
mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital
luarnya. Elektron yang tidak berpasangan tersebut menyebabkan senyawa
radikal bebas sangat reaktif mencari pasangan, dengan cara memutus dan
mengikat electron molekul yang berada di sekitarnya. Senyawa radikal
bebas juga dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal. Apabila
12
senyawa radikal baru tersebut bertemu dengan molekul lain, akan
terbentuk radikal baru lagi, dan seterusnya sehingga menyebabkan
terjadinya reaksi berantai atau chain reactions (Wachidah, 2013).
Radikal bebas merupakan senyawa kimia yang penting dalam setiap
proses biokimia dan merupakan bagian penting dari proses aerob dan
metabolisme. Selama berjalannya metabolisme, terbentuklah beberapa
oksidan kuat, baik dari sel darah maupun dikebanyakan sel tubuh lainnya
(Wachidah,2013).
Radikal bebas atau yang disebut Reactive Oxygen Species (ROS) akan
menyerang molekul lain disekitarnya sehingga terjadi reaksi berantai dan
menghasilkan radikal bebas yang beragam, seperti anion superoksida (O2)
dan hidrogen peroksida (H2O2), hidroksi bebas (OH), asam hipoklorous
(HOCl) dan 8 peroksinitrat (ONOO-). Reaksi radikal bebas merupakan
salah satu faktor penting timbulnya penyakit kronis seperti kanker,
hipertensi, gagal jantung dan penyakit aterosklerosis seperti rematik dan
katarak (Wachidah, 2013).
Secara umum, tahapan reaksi pembentukan radikal bebas mirip dengan
rancidity oxidative (ketengikan oksidatif), yaitu melalui tiga tahapan
reaksi berikut:
2.4.1 Tahap inisiasi, merupakan tahap awal pembentukan radikal bebas.
2.4.2 Tahap propagasi, yaitu tahap pemanjangan rantai radikal.
2.4.3 Tahap terminasi, yaitu bereaksinya senyawa antara radikal dengan
radikal lain atau dengan penangkap radikal, sehingga potensi
propagasinya rendah (Wachidah, 2013).
Ada dua sumber pembentuk radikal bebas, yaitu sumber endogen dimana
radikal bebas yang dihasilkan dalam tubuh sebagai racun oleh produk dari
fungsi normal dalam tubuh dan sumber eksogen yaitu produk radikal bebas
13
terbentuk karena disebabkan oleh rangsangan eksternal. Di dalam tubuh,
radikal bebas sering dihasilkan selama proses metabolisme, reaksi
biokimia dalam sel, detoksifikasi di hati dan pembentukan energi oleh
mintokindria (Wachidah, 2013).
Radikal bebas terbentuk di mitokondria selama metabolisme aerob disaat
oksigen dalam tubuh digunakan untuk mengoksidasi makanan yang kita
makan untuk menghasilkan energi. Radikal bebas dan hidrogen peroksida
juga dihasilkan oleh tubuh sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh
untuk menyerang dan membunuh bakteri yang menyerang. Dengan
demikian, tubuh tidak membutuhkan dan menggunakan beberapa radikal
bebas. Namun, radikal bebas yang berlebih tidak diinginkan karena
mereka dapat membunuh sel-sel dan menyebabkan kerusakan jaringan.
Sedangkan sumber eksogen dimana produksi radikal bebas berasal dari
rangsangan eksternal. Produksi radikal bebas ditingkatkan dengan
mengkonsumsi makanan tinggi lemak, minyak jenuh, daging panggang,
produk makanan olahan dan makanan basi. Gaya hidup stres, merokok
dan radiasi juga meningkatkan produksi radikal bebas. Radikal bebas juga
masuk ke dalam tubuh melalui bahan kimia yang terdapat dalam
pewarna, pengawet, dan penguat rasa makanan, serta pencemaran
lingkungan dan pestisida (Wachidah, 2013).
2.5 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang memberikan elektron yang mempunyai
berat molekul kecil namun dapat meninaktivasi dan menghambat proses
oksidasi dengan mengikat radikal bebas. Tubuh manusia secara alami
dapat menghasilkan antioksidan, namun jika jumlah radikal bebas
bertambah, antioksidan yang dihasilkan tubuh tidak mampu untuk
mengikat radikal bebas tersebut danakhirnya dapat terjadi stress oksidatif
(Aji, 2014)
14
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan digolongkan menjadi
antioksidan primer dan antioksidan sekunder (Aji, 2014)
2.5.1 Antioksidan primer bekerja dengan memberikan ion hidrogen
atau elektron pada radikal bebas dan memutus rantai reaksi
dengan mengubahnya menjadi stabil. Selain memberikan ion
hidrogen, antioksidan primer juga bereaksi dengan lipid radikal
bebas denganmembentuk kompleks lipid-antioksidan.
AH + R -> A + RH (Antioksidan memberikan ion hidorgen pada
lipid radikal bebas) (Aji, 2014)
Senyawa yang termasuk antioksidan primer adalah kelompok
senyawa polifenol, asam askorbat (vitamin C), BHT, BHA,
TBHQ, tokoferol, dan PG (Aji, 2014).
2.5.2 Antioksidan sekunder bekerja dengan mencegah terbentuknya
radikal bebas dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet,
menginaktivasi singlet oksigen, dan bekerja sinergis dengan
antioksidan primer. Senyawa yang termasuk golongan
antioksidan sekunder adalah asam triodipropionat, dilauril, dan
distearil ester (Aji, 2014)
2.6 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi yang
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Krim ada dua tipe yaitu ada krim tipe M/A (Minyak
dalam Air) atau A/M (Air dalam Minyak) yang ditujukan untuk
penggunaan kosmetik dan estetika (Juwita et al., 2013).
2.6.1 Kelebihan sediaan krim diantaranya:
2.6.1.1 kemampuan penyebarannya yang baik pada kulit
2.6.1.2 Memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air
pada kulit
15
2.6.1.3 Mudah dicuci dengan air
2.6.1.4 Pelepasan obat yang baik
2.6.1.5 Tidak menyumbat kulit dan bersifat lembut (Juwita et al.,
2013)
2.6.2 Formula Krim
Pada formulasi krim, ada dua tipe basis yang digunakan yaitu
minyak dalam air (M/A) atau air dalam minyak (A/M). Pemilihan
basis didasarkan atas tujuan penggunaanya dan jenis bahan yang
akan digunakan. Komposisi dari sediaan krim adalah emulgator,
yang merupakan surfaktan yang mengurangi tegangan antar muka
antara minyak dan air dan mengelilingi tetesan-tetesan terdispersi
dengan lapisan kuat sehingga mencegah koalesensi dan
pemecahan fase terdispersi (Juwita et al., 2013).
Komponen krim terdiri dari bahan dasar, bahan aktif dan bahan
tambahan. Bahan dasar terdiri dari fase minyak, fase air dan
emulgator atau surfaktan. Emulgator dan surfaktan berfungsi
untuk menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase yang
tidak saling bercampur, sedangkan bahan tambahannya meliputi
pengawet, pengkhelat, pengental, pelembab, pewarna, dan
pewangi (Juwita et al., 2013).
2.7 Uji Aktivitas Antioksidan
2.7.1 Metode DPPH
DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl) adalah senyawa radikal
bebas stabil berwarna ungu yang ditemukan pada tahun 1992
yang berguna untuk menentukan sifat antioksidan amina, fenol
atau senyawa alami seperti vitamin, obat-obatan, dan ekstrak
tumbuh-tumbuhan (Aji, 2014)
Metode DPPH merupakan metode yang cepat, sederhana, dan
tidak membutuhkan biaya tinggi dalam menentukan kemampuan
16
antioksidan menggunakan radikal bebas 2,2-diphenyl-1-
picrylhydrazyl (DPPH) (Sadeli, 2016).
Gambar 2.4 Rumus Bangun DPPH
<http://www.merckmillipore.com/ID/id/product/DPPH-Free-
Radical-CAS-1898-66-4-Calbiochem,EMD_BIO
300267>(Diakses tanggal 30 Januari 2018)
Prinsip kerja metode DPPH adalah berdasarkan kemampuan
DPPH untuk menerima atom hidrogen yang didonorkan oleh
antioksidan. Setelah mendapatkan atom hidrogen kemampuan
absorpsi DPPH menjadi berkurang dan membuat warna DPPH
berubah menjadi kuning pucat yang kemudian akan dibaca
dengan spektrofotometer UV-Vis (Aji, 2014).
Gambar Gambar 2.5 Reaksi DPPH dengan antioksidan
17
<http://www.phytojournal.com/vol2Issue2/17.1.html> (Diakses
tanggal 30 Januari 2018)
2.7.2 Metode ABTS
Metode ABTS (2,2-Azinobis(3-ethylbenzothiazoline)6-sulfonic
acid) adalah metode yang digunakan untuk melihat aktivitas
antioksidan. ABTS adalah substrat peroksidase yang stabil dan
larut air, apabila dioksidasi oleh H2O2 akan membentuk
membentuk senyawa radikal kation yang tidak stabil. Prinsip
metode ini adalah dengan menggunakan antioksidan dalam
jumlah tertentu untuk menghambat ABTS (Aji, 2014).
Kemampuan antioksidan dalam menghambat ABTS ini yang
dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
734 nm. Dari hasil spektrofotometer dapat diketahui aktivitas
yang terdapat pada antioksidan (Aji, 2014).
2.7.3 Metode Deoksiribosa
Deoksiribosa (2-deoksi-D-ribosa) merupakan gula ribosa turunan
gula pentose dan yang mempunyai 5 atom karbon. Deoksiribosa
apabila dipanaskan dengan suhu dan pH tertentu akan ter-
dekomposisi menjadi malondialdehid (MDA) yang dapat
dideteksi dengan asam tiobartiturat (TBA) menghasilkan
kromogen MDA-TBA. Perubahan Deoksiribosa menjadi
malondialdehid adalah dasar uji penangkapan radikal hidroksil
(Aji, 2014).
2.7.4 Metode FRAP
Prinsip metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power)
adalah berdasarkan kerja dari reduksi analog ferroin, kompleks
Fe3+ dartripiridiltriazin Fe(TPTZ)3+ menjadi kompleks Fe2. Fe2+
jika ditambahkan antioksidan pada suasana asam akan berwarna
18
biru. Hasil pengujian diinterpretasikan dengan peningkatan
absorbansi pada panjang gelombang 593 nm (Aji, 2014).
2.7.5 Metode TRAP
Prinsip metode TRAP (Total Radical-trapping Antioxidant
Parameter) adalah berdasarkan pengukuran penggunaan oksigen
selama reaksi oksidasi lipid terkontrol yang diinduksi oleh hasil
dekomposisi dari AAPH (2-2’-Azobis (2aminidopropana)
hidroklorida) untuk mengukur aktivitas antioksidan (Aji, 2014).
2.8 Spektrofotometri UV-Vis
2.8.1 Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) merupakan pengukuran
energi cahaya dari suatu sistem kimia pada panjang gelombang
tertentu (Romadhani, 2016). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai
panjang gelombang 200-400 nm, dan sinar tampak (visible)
mempunyai panjang gelombang sebesar 400-750 nm.
Spektrofotometri digunakan untuk mengukur besarnya energi yang
diabsorbsi atau diteruskan. Sinar radiasi monokromatik akan melewati
larutan yang mengandung zat yang dapat menyerap sinar radiasi
tersebut (Romadhani, 2016). Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk
pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan
bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang
tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Romadhani,
2016).
Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini
terbilang cukup sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang
sangat kecil. Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana
angka yang terbaca langsung dicatat oleh detector dan tercetak dalam
bentuk angka digital ataupun grafik yang sudah diregresikan
(Mustikaningrum, 2015).
19
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linearitas antara
absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik
dengan transmitan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada
beberapa pembatas, yaitu:
2.8.1.1 Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
2.8.1.2 Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai
penampang yang sama
2.8.1.3 Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak
tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut
2.8.1.4 Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi
2.8.1.5 Indeks bias tergantung pada konsentrasi larutan (Romadhani,
2016).
Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam persamaan berikut:
A = a.b.c
Keterangan:
A= absorbansi
a = absorbsivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi (Romadhani, 2016)
2.8.2 Instrumen Spektrofometri UV-Vis
Instrument Spektrofotometri UV-Vis adalah:
2.8.2.1 Sumber Cahaya
Sumber yang biasa digunakan dalam spektroskopi absorbsi
adalah lampu wolfram. Pada daerah UV digunakan lampu
Hidrogen atau lampu deuterium. Kebaikan lampu wolfram
adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada
berbagai panjang gelombang
20
2.8.2.2 Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya
polikromatis menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan
komponen panjang gelombang tertentu. Monokromator
berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromator dari
sumber radiasi yang memancarkan radiasi polikromatis.
Monokromator terdiri dari susunan: celah (slit) masuk – filter –
prisma kisi (grating) – celah (slit) keluar.
2.8.2.3 Wadah Sampel (kuvet)
Kuvet adalah wadah sampel yang akan dianalisis. Kuvet dari
leburan silika (kuarsa) dipakai untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif pada daerah pengukuran 190-1100 nm, dan kuvet
dari bahan gelas digunakan pada daerah pengukuran 380-1100
nm karena bahan dari gelas mengabsorbsi radiasi UV.
2.8.2.4 Detector
Detector akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan.
Sinar kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier
dan dalam rekorder akan ditampilkan dalam bentuk angka-
angka pada reader (komputer).
2.8.2.5 Visual Display/Recorder
Merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya isyarat
listrik, menyatakan dalam bentuk % transmitan maupun
absorbansi (Romadhani, 2016)
2.8.3 Konsep Kerja Spektrofotometri
Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang
bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke
monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada
fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah cahaya
polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-berkas
21
cahaya dengan panjang gelombang tertentu kemudian dilewatkan pada
sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh
karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula
yang dilewatkan. Detektor kemudian akan menghitung cahaya yang
diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya
yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung
dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel
secara kuantitatif (Romadhani, 2016).
Pada spektrofotometri UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu
senyawa atau unsur adalah warna komplementer dari warna yang
teramati. Hal tersebut dapat diketahui dari larutan berwarna yang
memiliki serapan maksimum pada warna komplementer.
Tabel 2.1 Hubungan antara warna pada sinar UV dengan panjang
gelombang
Panjang Gelombang Warna Warna
Komplementer
400 nm – 435 nm Ungu Hijau kekuningan
435 nm – 480 nm Biru Kuning
480 nm – 490 nm Biru kehijauan Jingga
490 nm – 500 nm Hijau kebiruan Merah
500 nm – 560 nm Hijau Ungu kemerahan
560 nm – 580 nm Hijau kekuningan Ungu
595 nm – 610 nm Jingga Biru kehijauan
610 nm – 680 nm Merah Hijau kebiruan
680 nm – 700 nm Ungu kemerahan Hijau
Sumber: Kurniawati, 2017
22
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-
Vis, ialah:
2.8.3.1 Pembentukan molekul yang dapat menyerap UV-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak
menyerap pada daerah tersebut. Cara yang digunakan ialah
dengan merubah menjadi senyawa lain atau direaksikan
dengan pereaksi tertentu.
2.8.3.2 Waktu Operasional (operating time)
Cara ini biasa digunakan untuk mengetahui waktu pengukuran
yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan mengukur
hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan
2.8.3.3 Pemilihan Panjang Gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif
adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi
maksimal. Untuk memilih panjang gelombang maksimal,
dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi
dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada
konsentrasi tertentu.
2.8.3.4 Pembuatan Kurva Baku
Masing-masing absorbansi larutan berbagai konsentrasi diukur,
dibuat kurva hubungan antara absorbansi (y) dengan
konsentrasi (x)
2.8.3.5 Pembacaan Absorbansi Sampel atau Cuplikan
Rentang absorbansi spektrofotometri 0,2 – 0,8 atau 15% – 70%
jika dibaca sebagai transmitan. Hal ini berdasarkan anggapan
bahwa kesalahan pada pembacaan adalah 0,005 atau 0,5%
(Astuti, 2016)
23
2.9 Uraian Bahan
2.9.1 DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl)
Radikal bebas yang umum digunakan sebagai model dalam penelitian
antioksidan atau peredam radikal bebas ialah DPPH. DPPH sendiri
merupakan singkatan umum dari senyawa kimia organik yaitu 1,1-
Diphenyl-2-Picrylhidrazyl. DPPH adalah bubuk kristal berwarna
gelap terdiri dari molekul radikal bebas yang stabil. DPPH
mempunyai berat molekul 394.32 dengan rumus molekul C18H12N5O6,
larut dalam air, penyimpanan dalam wadah tertutup baik pada suhu -
20oC (Astuti, 2016).
2.9.2 Etanol
Etanol atau etil alkohol adalah salah satu turunan dari senyawa
hidroksil atau gugus OH yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan
oksigen dengan rumus kimia C2H5OH, istilah umum yang sering
dipakai untuk senyawa tersebut adalah alkohol. Etanol merupakan zat
cair, berbau spesifik,mudah terbakar, tidak berwarna, mudah
menguap, mudah larut dalam air berat molekul 46,1; titik didih
78,3oC. Kerapatannya 0,789 pada suhu 20oC, nilai kalor 7077 kal/g
panas laten penguapan 204 kal/g (Umeksi, 2016)
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut, germisida, minuman bahan
anti beku, bahan bakar, dan senyawa untuk sintesis senyawa-senyawa
organik lainnya. Etanol sebagai pelarut banyak digunakan dalam
industri farmasi, kosmetika, dan resin maupun laboratorium. Etanol
juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan senyawa asetaldehid,
butadiena, dietel eter, etil asetat, asam asetat, dan sebagainya (Umeksi,
2016)
24
Digunakannya etanol sebagai pelarut karena etanol tidak mengganggu
reaksi DPPH dan pengukuran absorbansi (Sadeli, 2016)
2.10 Kerangka Konsep
Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim Kombinasi Ekstrak daun Gelinggang (Cassia alata L) dan bunga Lucung (Alpinia nutans)
Secara Spektrofotometri Dengan Metode DPPH
Analisis
Ada penurunan abs. DPPH Tidak ada penurunan Abs. DPPH
Gambar 2.10 Kerangka Konsep
Lampiran 4. Hasil Penelitian
Sampel + DPPH yang baru Sampel + DPPH yang telah bereaksi
Abs. Formula 1 Abs. Formula 2
dimasukkan
Lampiran 8. Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama Lengkap : Yenny Rif’at Hayati
2. Tempat, Tanggal : Banjarmasin, 04 Maret 1997
Lahir
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jl. Berangas Km. 3,5 Komp. Perumahan Belingkar
RT. 10 Desa Batuah Kabupaten Kotabaru Prov.
Kalimantan Selatan
6. Nama Orang Tua
a. Ayah : Rusian Noor, S.Sos
b. Ibu : Rusmiliyanti, Amd. Keb
7. Nama Saudara : Yoga Akhmad Ridhoni (Adik)
Kandung M. Yaseer Ismail (Adik)
8. Riwayat Pendidikan
a. TK : TK Aisyiyah Kotabaru
b. SD : SDN 2 Kotabaru Hilir
c. SMP/Sederajat : SMPN 1 Kotabaru
d. SMA/Sederajat : SMAN 1 Kotabaru
e. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Banjarmasin