uji stabilitas sediaan salep perasan daun ketepeng cina (cassia alata l.)

51
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemakaian tanaman obat sebagai upaya penanggulangan masalah kesehatan telah banyak diterapkan masyarakat di tengah – tengah kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan saat ini. Terlebih lagi keadaan perekonomian Indonesia saat ini yang mengakibatkan harga obat – obatan relatif mahal(Olivia Naibaho,2012) Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat adalah daun Ketepeng cina (Cassia alata L.). Manfaat daun Ketepeng Cina telah banyak tertulis dalam buku – buku pengobatan tradisional. Masyarakat Desa Mario Kecamatan Kulo Kabupaten Sidenreng Rappang menggunakannya sebagai obat kulit seperti panu, kadas dan kurap dengan cara daun Keteng cina diremas dan digosokkan kuat – kuat pada kulit yang sakit. Menurut

Upload: nurazizah-salam

Post on 19-Jan-2016

342 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

uji stabilitas fisik sediaan salep perasan daun ketepeng cina

TRANSCRIPT

Page 1: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemakaian tanaman obat sebagai upaya penanggulangan masalah kesehatan

telah banyak diterapkan masyarakat di tengah – tengah kemajuan teknologi dan

ilmu pengetahuan saat ini. Terlebih lagi keadaan perekonomian Indonesia saat ini

yang mengakibatkan harga obat – obatan relatif mahal(Olivia Naibaho,2012)

Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat adalah daun Ketepeng cina

(Cassia alata L.). Manfaat daun Ketepeng Cina telah banyak tertulis dalam buku

– buku pengobatan tradisional. Masyarakat Desa Mario Kecamatan Kulo

Kabupaten Sidenreng Rappang menggunakannya sebagai obat kulit seperti panu,

kadas dan kurap dengan cara daun Keteng cina diremas dan digosokkan kuat –

kuat pada kulit yang sakit. Menurut Arif Fauzi (2009) daun tumbuhan ini

mempunyai sejumlah komponen kimia seperti alkaloid, saponin, flavonoid,

tannin, antrakinon dan lain – lain.

Berbagai penelitian menggunakan Daun Ketepeng cina telah banyak

dilakukan, diantaranya Yuliani Sari Dewi ( 1996 ) melakukan penelitian

mengenai kemampuan daya hambat daun Ketepeng cina terhadap jamur

Minosporum gypseium. Ricke Suhartono ( 1996 ) meneliti daya hambatnya

terhadap jamur Trichopyton mentagrophytes. Irman Idrus ( 2006 ) meneliti

tentang profil farmakognostiknya (Dewi Sukarti,2005). Suhardjono dkk

Page 2: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

2

mengenai perbandingan ekstrak Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L), dengan

Ketokonazol 2% dalam menghambat pertumbuhan Malassezia furfur pada

pityriasis versicolor secara in vitro. Penelitian yang dilakukan oleh Noor

Hujjatusnaini (2006) tentang uji potensi ekstrak daun Ketepeng cina terhadap

penghambatan pertumbuhan Trichophyton sp.

Berdasarkan pengalaman serta didukung beberapa penelitian di atas, maka

dilakukan penelitian untuk membuat suatu sediaan dari perasan daun Ketepeng

Cina (Cassia alata L.) yaitu salep perasan daun Ketepeng Cina dan menguji

stabilitas sediaan tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang timbul dalam

penelitian ini adalah

1. Apakah perasan daun Ketepeng cina dapat diformulasi menjadi sediaan

salep?

2. Bagaiama pengaruh basis terhadap stabilitas salep?

3. Formulasi mana yang memenuhi syarat stabilitas salep?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Membuat formulasi salep perasan daun Ketepeng cina (Cassia alata L.)

2. Mengetahui pengaruh basis terhadap stabilitas salep

3. Mengetahui formulasi mana yang memenuhi syarat stabilitas salep

Page 3: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

3

D. Manfaat Penelitian

1. Memudahkan masyarakat untuk menggunakan Ketepeng cina dalam

pengobatan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.

2. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya

Page 4: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Kulit (Sintya Radiska, 2009)

Kulit merupakan pembungkus elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh

lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas

ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50 – 1,75m2. Rata – rata

tebal kulit 1 – 2 mm.

Kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu:

1. Lapisan epidermis

Lapisan epidermis terdiri atas, stratum korneum (lapisan tanduk), stratum

ludisium, stratum granulosum (lapisan keratohialin), stratum spinosum

(stratum malphigi), dan stratum basale.

2. Lapisan dermis

Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal

daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat

dengan elemen – elemen seluler dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi

menjadi dua bagian yaitu, Pars papilare dan Pars retikulare.

3. Lapisan subkutis

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat

longgar berisi sel – sel lemak di dalamnya. Sel – sel lemak merupakan sel

Page 5: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

5

bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang

bertambah.

B. Uraian Dermatofitosis

Dermatofitosis merupakan jenis penyakit infeksi kulit terbanyak di

beberapa daerah di Indonesia setelah dermatitis. Penyakit ini sering dianggap

tidak serius, namun jika tidak mendapat penanganan yang baik akan mengganggu

fungsi kulit dan menimbulkan kurang percaya diri bagi penderita, sering

ditemukan di lapangan bahwa masyarakat yang terinfeksi tidak bisa sembuh

secara total (Irda Sayuti,2006)

Kebanyakan infeksi jamur pada manusia disebabkan oleh tiga jenis jamur:

Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Jamur ini ditularkan dari

manusia ke manusia (antropofilik), dari binatang ke manusia (zoofilik), atau dari

tanah ke manusia (geofilik) (Sylvia A.P. dan Lorraine,M.W.,2006)

C. Uraian Tumbuhan Ketepeng Cina

1. Klasifikasi Tumbuhan (Dewi Sukarti,2005)

Divisi : Plantae

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Sub Kelas : Dialypetalae

Ordo : Caesalpinales

Familia : Caesalpinaceae

Page 6: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

6

Genus : Cassia

Spesies : Cassia alata L.

1. Nama Daerah

Sunda : Kimanila

Madura : Daun Kupang

Bugis : Galingkang

Mandar : Galinggang

Ternate : Kupang-kupang

2. Morfologi Tumbuhan

Ketepeng cina (Cassia alata L.) menurut Arif Fauzi (2009) berasal dari

Amerika tropik, termasuk tanaman perdu dengan tinggi 1 – 5 meter.

Daunnya menyirip genap, berporos daun tanpa kelenjar. Daun penumpu

lama tetap tinggal dengan pangkal lebar dan ujung meruncing seperti kulit

merah coklat dengan panjang 6 - 9 mm. Anak daun berjumlah 8 – 24 pasang.

Bunganya bertandan dan tidak bercabang, dengan tangkai bunga 10 – 20 cm.

Daun pelindung rontok sebelum mekar. Kelopak bunga terbagi lima dengan

mahkota berwarna kuning cerah. Buahnya polong, gepeng, bersayap pada

kedua sisinya dan memecah bila telah masak. Bijinya berjumlah 50 – 70

butir.

Page 7: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

7

Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 20%, kadar sari yang

larut dalam etanol tidak kurang dari 15%, bahan organik asing tidak lebih

dari 2% (Depkes RI,1989)

3. Kegunaan

Daun Ketepeng cina (Cassia alata L.) berkhasiat sebagai obat pencahar,

cacingan, sariawan, malaria, dan penyakit – penyakit kulit seperti panu,

kudis, dan kurap

4. Kandungan

Kandungan kimia Daun Ketepeng cina (Cassia alata L.) yaitu alkaloid,

glikosida antrakinon, saponin, flavonoid, tannin, resin, asam krisofanat, aloe

– emodin, rein, rein aloe – emodina dan rein aloe – emodina - diantron.

5. Cara Penggunaan untuk pengobatan kulit

Untuk pengobatan Panu, Kadas, dan Kurap diambil 1 genggam daun

Ketepeng Cina segar, diremas kemudian digosokkan kuat – kuat pada kulit

yang sakit 2 kali sehari (Depkes RI, 1983)

D. Uraian Salep

Salep atau unguenta (menurut FI edisi III) adalah sediaan setengah padat

yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut

atau terdispersi homogen ke dalam dasar salep yang cocok.

Menurut F. Van Duin peraturan pembuatan salep antara alin:

Page 8: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

8

1. Zat – zat yang dapat larut dalam campuran lemak, dilarutkan ke dalamnya,

jika perlu dengan pemanasan.

2. Bahan - bahan yang larut dalam air, jika tidak ada peraturan lain, dilarutkan

lebih dahulu dalam air, asalkan jumlah air yang dipergunakan dapat diserap

seluruhnya oleh basis salep dan jumlah air yang dipakai, dikurangi dari

basisnya.

3. Bahan – bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan

air harus diserbukkan lebih dahulu, kemudian diayak dengan pengayak

No.60.

4. Salep – salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus

digerus sampai dingin” bahan – bahan yang ikut dilebur, penimbangannya

harus dilebihkan 10 – 20% untuk mencegah kekurangan bobotnya.

Menurut Moh. Anief berdasarkan sifat farmakologinya/ terapeutik dan

penetrasinya, salep dapat dibagi:

1. Salep epidermik, adalah salep yang kekuatan penetrasi ke dalam kulit sangat

kecil. Hal ini dimaksudkan agar efek terapi terjadi khusus pada epithelium

yang sakit. Mereka bekerja sebagai pelindung, antiseptik, adstrigen,

parasitisid, counter irritant. Sebagai dasar salep dalam golongan ini adalah

Vaselin, Cera, dan kombinasinya.

2. Salep endodermatik: adalah salep yang mempunyai kekuatan penetrasi ke

dalam lapisan yang lebih dalam dari kulit. Mereka bekerja sebagai

Page 9: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

9

pengurang rasa sakit, stimulansia dan irritant local. Dasar salep ini menjadi

lunak, karena mencair pada suhu badan. Dalam golongan ini terdiri minyak

tumbuh – tumbuhan (Ol. Sesami, Ol.Olivarum dan lain – lain), Lanolin,

Adeps lanae atau kombinasi diantaranya.

3. Salep diadermatik: adalah salep yang menembus kulit dan memberi

kesempatan untuk obatnya diabsorbsi. Termasuk golongan ini adalah salep

dengan dasar salep tipe emulsi dan dasar salep yang larut dalam air.

Golongan ini memungkinkan absorpsi obat ke dalam sirkulasi darah, seperti

salep yang mengandung Iodida dan Extract Belladon.

Menurut dasar salepnya, salep dibagi atas:

1. Salep hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air atau salep dengan dasar salep

berlemak tidak dapat dicuci dengan air; misalnya campuran lemak – lemak,

minyak lemak, malam.

2. Salep hidrofilik yaitu salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya

dasar salep tipe M/A

Dasar salep digolongkan ke dalam 4 kelompok besar yaitu:

1. Dasar Salep Hidrokarbon (Dasar Salep I)

Salep dasar I umumnya digunakan vaselin putih, Vaselin kuning,

campuran terdiri dari 50 bagian Malam putih dan 950 bagian Vaselin putih,

campuran terdiri dari 50 bagian Malam kuning dan 950 bagian Vaselin

kuning atau salep dasar lemak lainnya seperti minyak lemak nabati, lemak

Page 10: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

10

hewan atau campuran paraffin cair dan paraffin padat. Salep dasar I sangat

lengket pada kulit dan sukar dicuci, agar mudah dicuci dapat ditambahkan

surfaktan dalam jumlah yang sesuai (Depkes RI, 1978)

2. Dasar Salep Absorpsi (Dasar Salep II)

Dasar salep absorpsi dapat menjadi dua tipe yaitu (1) yang

memungkinkan pencampuran larutan berair, hasil dari pembentukan emulsi

air dan minyak dan (2) yang sudah menjadi emulsi air minyak (dasar

emulsi), memungkinkan bercampurnya sedikit penambahan jumlah larutan

berair (Howard C.Ansel, 1989)

Umumnya digunakan Lemak Bulu Domba, zat utama Lemak Bulu

Domba terutama kolesterol, campuran terdiri dari 30 bagian kolesterol, 30

bagian stearil alkohol, 80 bagian Malam putih dan 860 bagian Vaselin putih,

atau salep dasar serap lainnya yang cocok (Depkes RI, 1978)

3. Dasar Salep yang dapat Dicuci dengan Air (Dasar Salep III)

Salep dasar III dapat digunakan campuran yang terdiri dari 0,25 bagian

Metil Paraben, 0,15 bagian Propil Paraben, 10 bagian Natrium Laurilsulfat,

120 bagian Propilenglikol, 250 bagian stearil alkohol, 250 bagian Vaselin

putih dan air secukupnya hingga 1000 bagian, atau salep dasar emulsi

lainnya yang cocok. Salep dasar III mudah dicuci (Depkes RI,1978)

4. Dasar Salep yang Larut dalam Air (Dasar Salep IV)

Page 11: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

11

Salep dasar IV dapat digunakan campuran yang terdiri dari 25 bagian

Poliglikol 1500, 40 bagian Poliglikol 4000 dan Propilenglikol atau Gliserol

secukupnya hingga 100 bagian (Depkes RI,1978)

Pemilihan dasar salep untuk dipakai dalam formulasi dari salep tergantung

pada pemikiran yang cermat atas sejumlah faktor – faktor termasuk: Laju

penglepasan yang diinginkan bahan obat dari dasar salep, keinginan peningkatan

oleh dasar salep absorpsi perkuatan dari obat, kelayakan melindungi lembab dari

kulit oleh dasar salep, angka lama dan pendeknya obat stabil dalam dasar salep,

dan pengaruh obat bila ada terhadap kekentalan atau hal lainnya dari dasar salep.

Semua faktor – faktor ini dan lain – lainnya harus ditimbang satu terhadap

lainnya harus ditimbang satu terhadap lainnya untuk memperoleh dasar salep

yang paling baik. Harus dimengerti bahwa tidak ada dasar salep yang ideal dan

juga tidak ada yang memiliki semua sifat yang diinginkan.

Pembuatan salep baik dalam ukuran besar maupun kecil, dibuat dengan dua

metode umum yakni:

1. Pencampuran

Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama –

sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai. Bahan cairan atau

larutan obat ditambahkan setelah dipertimbangkan sifat – sifat salepnya.

Page 12: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

12

Misalnya larutan atau preparat berair akan menjadi sukar ditambahkan ke

dalam salep berlemak, kecuali dalam jumlah kecil.

2. Peleburan

Dengan metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari selap

dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan dengan pengadukan

yang konstan sampai mengental. Komponen – komponen yang tidak dicairkan

biasanya ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah

didinginkan dan diaduk. Bahan–bahan yang mudah menguap ditambahkan

terakhir bila temperatur dari campuran telah cukup rendah tidak menyebabkan

penguraian atau penguapan dari komponen (Howard C.Ansel, 1989)

E. Uraian Stabilitas Salep (Anonim, 2012)

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau kosmetik

untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode

penyimpanan dan pengguaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas, dan

kemurnian produk tersebut.

Pengujian stabilitas sediaan salep:

1. Organoleptis: Pemeriksaan dilakukan terhadap bentuk, warna, bau, dan suhu

lebur

2. pH: Pengukuran dilakukan pada suhu ±25°C, kecuali dinyatakan lain

masing–masing monografi. pH salep mendekati pH kulit yaitu sekitar 6 - 7

3. Homogenitas: jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain

yang cocok harus menunjukkan susunan yang homogen.

Page 13: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

13

F. Monografi Bahan

1. Propylis Parabenum

Propilparaben merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak

berasa. Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) P,

dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian

minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida. Propilparaben

banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik, produk

makanan, dan formulasi farmasi lain. Aktifitas antimikroba propilparaben

berkurang dengan adanya surfaktan nonionik akibat adanya micellization.

Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Untuk pemakaian topikal

digunakan pada konsentrasi 0,06% – 0,6%.

2. Methylis parabenum

Metil Paraben merupakan serbuk hablur halus, putih, hampir tidak

berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.

Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian

etanol (95%)P, dan dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter P dan

dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam gliserol P panas dan dalam 40

bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.

Metil Paraben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam

kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi lain. Aktifitas Metil

Paraben berkurang dengan adanya surfaktan nonionik seperti Polisorbat 80

sebagai akibat micellization. Metil paraben berubah warna dengan adanya zat

Page 14: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

14

besi dan hidrolisis oleh alkali dan asam kuat. Konsentrasi untuk pemakaian

kulit yaitu 0,02% – 0,3%. Disimpan dalam wadah yang tertutup baik.

3. Adeps Lanae

Adeps lanae adalah zat serupa lemak yang dimurnikan, diperoleh dari

bulu domba Ovis aries Linne (Fam Bovidoc) mengandung air tidak lebih

dari 0,25%. Zat serupa lemak, liat, lekat, kuning muda atau kuning pucat,

agak tembus cahaya, bau lemah dan khas. Praktis tidak larut dalam air, agak

sukar larut dalam etanol (95%)P, mudah larut dalam kloroform P dan dalam

eter P. Lanolin harus disimpan dalam wadah baik dan terlindung dari cahaya

di tempat yang sejuk dan kering. Penyimpanan normal adalah 2 tahun.

Lanolin mungkin berisi prooxydans yang dapat mempengaruhi stabilitas zat

aktif obat tertentu.

4. Petrolatum (Vaselin)

Petrolatum adalah campuran hidrokarbon setengah padat, diperoleh dari

minyak mineral. Massa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai kuning,

sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa

diaduk, berfluoresensi lemah juga jika dicairkan, tidak berbau hampir tidak

berasa. Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam

kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P, larutan kadang –

kadang beropalesensi lemah. Petrolatum harus disimpan dalam wadah

tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering.

5. Cera Alba

Page 15: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

15

Malam putih dibuat dengan memutihkan malam yang diperoleh dari

sarang Lebah Apis mellifera L atau sepsis Apis lain. Zat padat, lapisan tipis

bening, putih kekuningan, bau lemah khas. Praktis tidak larut dalam air, agak

sukar larut dalam etanol (95%) P dingin, larut dalam kloroform P, dalam eter

P hangat, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri. Suhu lebur 62°

sampai 64°. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik.

6. Stearyl Alcoholum

Stearil alkohol adalah campuran alkohol padat, terutama terdiri dari

stearilalkohol. Butiran atau potongan, licin, putih, bau khas lemah, rasa

tawar. Sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P dan dalam eter P.

Stabil dengan adanya asam, alkali, cahaya dan air, tidak tengik.

Inkompatibilitas, tidak bercampur dengan zat pengoksidasi kuat. Baik

disimpan dalam wadah tertutup rapat dan dalam tempat kering.

7. Paraffinum Liquidum

Paraffin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak

mineral. Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna,

hamper tidak berbau, hamper tidak mempunyai rasa. Praktis tidak larut

dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P dan dalam eter

P. Disimpan dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya.

8. Paraffinum Solidum

Paraffin padat adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak

mineral. Berbentuk hablur, agak licin, tidak berwarna atau putih, tidak

Page 16: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

16

mempunyai rasa, terbakar dengan nyala terang, jika dilebur menghasilkan

cairan yang tidak berfluoresensi. Tidak larut dalam air dan dalam etanol

(95%) P, larut dalam kloroform P. Suhu lebur 50° sampai 57°. Disimpan

dalam wadah tertutup baik.

9. Unguentum Molle terbuat dari:

Paraffin 22 bagian

Adeps Lanae 10 bagian

Parafin Liquidum 68 bagian

Dilebur pada suhu serendah mungkin, massa lembek seperti Vaselin dan

tahan lama. Mampu menyerap air 100%.

Page 17: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen.

B. Tempat Pengambilan Sampel

Sampel berupa daun Ketepeng Cina (Cassia alata) di ambil di Desa Mario,

Kecamatan Kulo, Kabupaten Sidenreng Rappang.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni di Laboratorium Farmasetika Jurusan

Farmasi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Makassar.

D. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

a. Pembuatan perasan daun Ketepeng Cina (Cassia alata)

1) Lumpang

2) Alu

3) Penyaring

4) Gelas Kimia

b. Pembuatan Formulasi Salep

1) Lumpang dan mortir

Page 18: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

18

2) Pot sale

3) Penangas air

4) Cawan

5) Timbangan analitik

6) Gelas ukur

c. Untuk Menguji Stabilitas

1) Kaca Objek

2) Termometer

3) Lemari Pendingin

4) Kertas pH

2. Bahan yang digunakan

a. Pembuatan perasan daun Ketepeng Cina

1) Daun Ketepeng Cina ( Cassia alata L. )

b. Pembuatan Formulasi

1) Formulasi I

Perasan daun Ketepeng Cina 10%

Nipagin 0,15%

Nipasol 0,05%

Dasar salep II ad 100%

Keterangan:

Dasar Salep II terdiri dari 30 bagian kolesterol, 30 bagian stearil

alkohol, 80 bagian Malam putih dan 860 bagian Vaselin putih.

Page 19: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

19

2) Formulasi II

Paerasan daun Ketepeng cina 10%

Nipagin 0,15%

Nipasol 0,05%

Unguenta Molle ad 100

Keterangan:

Unguentum Molle terdiri Paraffin 22 bagian, Adeps Lanae 10 bagian,

Parafin Liquidum 68 bagian.

E. Prosedur Kerja

1. Penyiapan Alat

Alat – alat yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu. Alat – alat

dari gelas dicuci dengan detergen kemudian dicuci dengan air, kemudian

dibilas dengan air suling dan dikeringkan di udara terbuka, setelah itu

disterilkan dalam oven pada suhu 180°C selama 2 jam.

2. Penyiapan sampel

Daun Ketepeng Cina dicuci bersih kemudian dikeringkan dengan cara

diangin – anginkan. Daun Ketepeng Cina lalu dihaluskan dengan cara

ditumbuk dalam lumpang.

3. Cara Kerja Formulasi Salep

a. Formulasi I

Page 20: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

20

Ditimbang masing-masing bahan, Vaselin, Adeps lanae, Cera alba,

Nipasol, Nipagin dan Stearilalkohol dicampur, dilebur di atas penangas

air, dimasukkan dalam lumpang digerus sampai terbentuk massa salep

ditambahkan perasan daun Ketepeng Cina sedikit demi sedikit digerus

sampai homogen.

b. Formulasi II

Ditimbang masing-masing bahan, Parafin, Parafin cair, Adeps lanae,

Nipagin dan Nipasol dilebur di atas penangas air, dimasukkan dalam

lumpang di gerus sampai terbentuk massa salep ditambahkan perasan

daun Ketepeng Cina digerus dalam lumpang sampai homogen.

4. Uji stabilitas Sediaan Salep

a. Organoleptis

Sediaan salep diamati adanya perubahan warna, adanya pemisahan

fase atau pecahnya emulsi, terciumnya bau tengik.

b. Pengamatan Homogenitas

Pengamatan homogenitas dilakukan dengan mengamati sebaran

partikel salep yang dijepit dengan dua kaca objek. Dari sebaran tersebut

dapat dilihat apakah salep yang dibuat homogen atau tidak.

c. Penyimpanan Masyarakat

Pengujian stabilitas salep perasan daun Ketepeng cina perdasarkan

penyimpanan masyarakat dengan tiga kondisi yakni pada suhu kamar,

Page 21: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

21

lemari es, dan tempat terkena paparan sinar matahari selama dua pekan

yang dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan bentuknya

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Hasil Uji Organoleptik

No.Uji

OrganoleptikFormulasi I

Blanko

Formulasi IFormulasi II

Blanko

Formulasi II

1. Bentuk Setengah

padat

Stengah

padat

bening

Cairan Kental Setengah

padat

2. Warna Hijau Tua Putih Hijau muda Putih Bening

3. Bau Khas daun

Ketepeng

Khas Adeps Khas daun

Ketepeng

Khas Adeps

Tabel 2. Hasil Pengamatan Homogenitas

No. Formulasi Uji Homogenitas

1. Formulasi I Tidak menggumpal, Homogen

2. Blanko Formulasi I Tidak Menggumpal, Homogen

Page 22: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

22

3. Formulasi II Tidak Menggumpal, Homogen

4. Blanko Formulasi II Tidak menggumpal, Homogen

Tabel 3. Hasil Uji pH

No. Formulasi Uji pH

1. Formulasi I 6

2. Formulasi II 5

Tabel 4. Kestabilan Salep Formulasi I

HariPenyimpanan

pada Suhu

Organoleptik

Warna Bau Bentuk

0 a. Panas

b. Kamar

c. Dingin

Hijau Tua

Hijau Tua

Hijau tua

Khas Daun Ketepeng

Khas Daun Ketepeng

Khas Daun Ketepeng

Setengah Padat

Setengah Padat

Setengah Padat

II a. Panas

b. Kamar

c. Dingin

Hijau Tua

Hijau Tua

Hijau Tua

Khas Daun Ketepeng

Khas Daun Ketepeng

Khas Daun Ketepeng

Setengah Padat

Setengah Padat

Setengah Padat

IV a. Panas

b. Kamar

Hijau Kecoklatan

Hijau Kecoklatan

Khas Daun Ketepeng

Khas Daun Ketepeng

Setengah Padat

Setengah Padat

Page 23: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

23

c. Dingin Hijau Tua Khas Daun Ketepeng Setengah Padat

VI a. Panas

b. Kamar

c. Dingin

Hijau Kecoklatan

Hijau kecoklatan

Hijau Tua

Khas Daun Ketepeng

Khas Daun Ketepeng

Khas Daun Ketepeng

Setengah Padat

Setengah Padat

Setengah Padat

HariPenyimpanan

pada suhu

Organoleptik

Warna Bau Bentuk

VIII a. Panas

b. Kamar

c. Dingin

Hijau kecoklatan

Hijau Kecoklatan

Hijau Tua

Khas Daun Ketepeng

Khas Daun Ketepeng

Khas Daun Ketepeng

Setengah Padat

Setengah Padat

Setengah Padat

X a. Panas

b. Kamar

c. Dingin

Hijau Kecoklatan

Hijau Kecoklatan

Hijau Tua

Khas Daun Ketepeng

Khas Daun Ketepeng

Khas Daun Ketepeng

Setengah Padat

Setengah Padat

Setengah Padat

XII a. Panas

b. Kamar

c. Dingin

Hijau Kecoklatan

Hijau Kecoklatan

Hijau Tua

Khas Daun Ketepeng

Khas Daun Ketepeng

Khas Daun Ketepeng

Setengah Padat

Setengah Padat

Setengah Padat

XIV a. Panas

b. Kamar

c. Dingin

Hijau Kecoklatan

Hijau Kecoklatan

Hijau Tua

Khas Daun Ketepeng

Khas Daun Ketepeng

Khas Daun Ketepeng

Setengah Padat

Setengah Padat

Setengah Padat

Tabel 5. Kestabilan Salep Formulasi II

Hari Penyimpanan Organoleptik

Page 24: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

24

pada Suhu Warna Bau Bentuk

0 a. Panas Hijau muda Khas Daun

Ketepeng

Cairan kental

Hari Penyimpanan

Pada Suhu

Organoleptik

Warna Bau Bentuk

b. Kamar

c. Dingin

Hijau muda

Hijau muda

Khas daun

Ketepeng

Khas daun

Ketepeng

Cairan kental

Cairan kental

II a. Panas

b. Kamar

c. Dingin

Hijau muda

Hijau muda

Hijau muda

Khas daun

Ketepeng

Khas daun

Ketepeng

Khas daun

Ketepeng

Cairan kental

Cairan kental

Cairan kental

IV a. Panas

b. Kamar

Hijau kecoklatan

Hijau Kecoklatan

Khas daun

Ketepeng,

menyengat

Khas daun

Ketepeng,

Cairan kental

Terpisah

Cairan kental

Page 25: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

25

c. Dingin Hijau muda

menyengat

Khas daun

Ketepeng

Terpisah

Cairan kental

Terpisah

Hari Penyimpanan

pada suhu

Organoleptik

Warna Bau Bentuk

VI a. Panas

b. Kamar

c. Dingin

Hijau Kecoklatan

Hijau kecoklatan

Hijau muda

Khas daun

Ketepeng,

menyengat

Khas daun

Ketepeng,

menyengat

Khas daun

Ketepeng

Cairan kental

Terpisah

Cairan kental

Terpisah

Cairan kental

Terpisah

VIII a. Panas

b. Kamar

c. Dingin

Hijau kecoklatan

Hijau Kecoklatan

Hijau tua

Khas daun

Ketepeng,

menyengat

Khas daun

Ketepeng

menyengat

Khas daun

Cairan kental

Terpisah

Cairan kental

Terpisah

Cairan kental

Page 26: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

26

Ketepeng Terpisah

X a. Panas Hijau Kecoklatan Khas daun

Ketepeng,

menyengat

Cairan kental

Terpisah

Hari Penyimpanan

Pada Suhu

Organoleptik

Warna Bau Bentuk

b.Kamar

c. Dingin

Hijau Kecoklatan

Hijau Tua

Khas. Daun

Ketepeng

menyengat

Khas daun

Ketepeng

Cairan kental

Terpisah

Cairan kental

Terpisah

XII a. Panas

b. Kamar

c. Dingin

Hijau Kecoklatan

Hijau Kecoklatan

Hijau tua

Khas daun

Ketepeng,

menyengat

Khas daun

Ketepeng

menyengat

Khas daun

Ketepeng

menyengat

Cairan kental

terpisah

Cairan

kental,

terpisah

Cairan

kental,

terpisah

XIV a. Panas Hijau Kecoklatan Khas. Daun Cairan kental

Page 27: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

27

b. Kamar Hijau Kecoklatan

Ketepeng

menyengat

Khas. Daun

menyengat

Terpisah

Cairan kental

terpisah

HariPenyimpanan

pada suhu

Organoleptik

Warna Bau Bentuk

c. Dingin Hijau Tua Khas daun

Ketepeng,

menyengat

Cairan kental

terpisah

Keterangan:

1. Suhu Panas : 30º C - 40º C

2. Suhu Kamar : 15º C - 30º C

3. Suhu Dingin : 2º C - 8º C

B. Pembahasan

Salep merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan. Pada

penelitian ini dibuat dua formulasi dasar salep dengan perasan daun Ketepeng

cina. Formulasi I menggunakan dasar salep II sebagai basis yakni campuran

adeps lanae, stearil alkohol, cera alba, dan vaselin putih. Formulasi II

menggunakan Unguentum molle sebagai basis yakni campuran parafin solidum,

adeps lanae, parafin liquidum. Ditambahkan nipagin 0,15% dan nipasol 0,05%

Page 28: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

28

sebagai pengawet pada setiap formulasi (lihat Lampiran 2). Masing – masing

formulasi dibuat sebanyak 10 gram. Formulasi dibuat dengan cara melebur fase

minyak lalu ditambahkan dengan fase airnya.

Pengujian organoleptik yang dilakukan dengan mengamati sediaan salep

perasan daun Ketepeng cina (yang berwarna hijau) berdasarkan bentuk, warna,

dan bau. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perasan daun Ketepeng cina

mempengaruhi bentuk, warna dan bau dari sediaan. Salep perasan daun Ketepeng

cina dengan basis Unguentum Molle menghasilkan massa salep yang lebih

lembek (encer) sedangkan untuk formulasi salep perasan daun Ketepeng cina

dengan basis salep II menghasilkan massa salep yang baik. Salep perasan daun

Ketepeng cina juga memiliki warna yang berbeda. Salep perasan daun Ketepeng

cina dengan basis Unguentum Molle warnanya lebih pucat dibandingkan dengan

salep yang menggunakan basis salep absorpsi (lihat tabel 1).

Uji homogenitas yang dilakukan pada awal pembuatan dengan cara

salep pada bagian atas, tengah dan bawah kemudian diletakkan pada sekeping

kaca lalu digosok dan diraba memberikan hasil yang homogen untuk formulasi I

dan formulasi II, dilihat berdasarkan tidak adanya gumpalan maupun butiran

kasar pada sediaan salep perasan daun Ketepeng cina (lihat tabel 2).

Uji pH yang dilkukan pada setiap sediaan salep perasan daun Ketepeng cina

menunjukkan bahwa nilai pH untuk setiap sediaan berbeda – beda. Pengukuran

pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH dengan mencocokkan warna yang

diperoleh dengan tabel warna yang ada. Salep perasan daun Ketepeng cina

Page 29: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

29

dengan variasi basis memiliki pH yang sesuai (lihat tabel 3) dengan kriteria pH

kulit yaitu 4,5 – 6,5 sehingga aman untuk digunakan karena pH yang terlalu asam

dapat menyebabkan iritasi pada kulit, sedangkan pH yang terlalu basa dapat

membuat kulit bersisik.

Pengujian stabilitas salep perasan daun Ketepeng cina perdasarkan

penyimpanan masyarakat dengan tiga kondisi yakni pada suhu dingin (2º C - 8º

C), suhu kamar (15º C - 30º C), dan suhu panas (30º C - 40º C) selama dua

pekan yang dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan bentuknya. Uji

stabilitas berdasarkan penyimpanan masyarakat menunjukkan bahwa warna salep

dengan basis Unguentum Molle semakin hari semakin berwarna hijau tua.

Pemisahan antara fase air dan fase minyak pada pada suhu panas dan suhu kamar

terlihat pada hari ke dua sedangkan pada suhu dingin pemisahan fasenya terlihat

pada hari ke tiga (lihat tabel 5). Sedangkan salep dengan menggunakan dasar

salep II terlihat lebih stabil dari bau dan bentuknya tetap selama 2 pekan, namun

warna berubah dari hijau tua menjadi kecoklatan pada dua kondisi penyimpanan

yakni pada suhu kamar dan suhu panas. Sedangkan pada lemari pendingin

perubahan warna tidak terlalu signifikan (lihat tabel 4).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kestabilan formulasi salep

perasan daun Ketepeng cina antara lain, Suhu, Reaksi antara perasan daun

Ketepeng cina dan basisnya.

Page 30: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

30

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka

dapat disimpulkan bahwa formulasi salep dengan perasan daun Ketepeng cina

hingga 14 hari adalah sebagai berikut:

1. Perasan daun Ketepeng cina berpengaruh pada sifat fisik sediaan yang

dihasilkan. Bentuk, warna, dan pH dari sediaan salep berbeda. Tetapi bau dan

homogenitas sediaan salep yang dihasilkan sama.

2. Stabilitas salep perasan daun Ketepeng cina dipengaruhi oleh basis salep

yang digunakan. Formulasi dengan menggunakan dasar salep II lebih stabil

dibandingkan dengan formulasi dengan menggunakan unguentum Molle

sebagai basis.

B. SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektifitas sediaan

salep perasan daun Ketepeng cina.

Page 31: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

31

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departeman Kesehatan RI.1979.Farmakope Indonesia Edisi Ketiga.Jakarta: Departeman Kesehatan Republik Indonesia.

Anief,Moh.1997.Ilmu Meracik Obat.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Anief,Moh.1997.Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1978.Formularium Nasional Edisi Kedua.Jakarta.

Fauzi,Arif.2009.Aneka Tanaman Obat dan Khasiatnya.Yogyakarta:Medpress.

Kloppenburg dan Versteegh. 1983.Petunjuk Lengkap Mengenai Tanam – Tanaman di Indonesia dan Khasiatnya Sebagai Obat – Obatan Tradisionil .Yogyakarta:Yayasan Dana Sejahtera dan CD.R.S.Bethesda Yogyakarta.

Hujjatunaini,Noor(2006).Uji Potensi Ekstrak Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L) Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Trichophyton sp.(On Line).Tersedia:hhtp://ejournal.uin-malang.ac.id.[21 November 2012]

Gama, Meryend Putri(2011).Perbandingan Ekstrak Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.) dengan Ketokonazol 2% dalam Menghambat Pertumbuhan Malassezia Furfur pada Pityriasis Versicolor secara In Vitro.(On Line).Tersedia:hhtp://eprints.undip.ac.id.[21 November 2012]

Syamsuni.2007.Ilmu Resep.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Tegnologi Farmasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Page 32: Uji Stabilitas Sediaan Salep Perasan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

32

Depkes RI.1989.Materia Medika Indonesia Jilid V.Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Rieger,Martin M.Emulsi.dalam Lachman,L.,Lieberman,.H.A dan Kanig,J.L (eds).1994.Teori dan Praktek Farmasi Industri.Vol.2.Edisi Ketiga.Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia

Tyler,Varro E.,Lynn,R.B.,James,E.r.1988.Pharmacognosy.Ninth Edition.USA:Lea & Febiger

Price,Sylvia A. dan Lorraine M.W.,2006.Patofisiologi Edisi 6.Vol.2.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran

Anonim.2012. www.scribd.com/doc/115186677/Stabilitas-Semisolid .Diakses tanggal 7 Pebruari 2013.

Sukarsi,dewi.2005.Indentifikasi Saponin dalam Maserat Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.) secara Kromatografi Lapis Tipis.Makassar:Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Makassar

Radiska, Sintya.2009. Formulasi Sediaan Salep (Ointment) Minyak Atsiri Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia (Christm & Panz) Swingle) sebagai Anti Jerawat dan Uji Efektivitas antibakteri secara in vitro.Surakarta.Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Naibaho, Olivia,dkk.2012.Pengaruh Basis Salep Terhadap Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) Pada Kulit Punggung Kelinci Yang Dibuat Infeksi Stapylococcus aureus.Manado.Universitas Sam Ratulangi