bab 2 tinjauan pustaka 2.1 pengertian sampahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39425/3/chapter...
TRANSCRIPT
21
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN SAMPAH
Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat
anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah
umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting
pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb
(SNI 19-2454-1993).
Sampah merupakan material sisa yang tidak di inginkan setelah
berakhirnya suatu proses. (Wikipedia)
Sampah padat adalah semua barang sisa yang ditimbulkan dari aktivitas
manusia dan binatang yang secara normal padat dan di buang ketika tak
dikehendaki atau sia-sia (Tchobanoglous, G. dkk 1993).
2.2 JENIS SAMPAH
Sampah pada umumnya dibagi 2 jenis, yaitu :
2.2.1 Sampah organik, yaitu sampah yang mengandung senyawa-
senyawa organik, karena itu tersusun dari unsur-unsur seperti C,
H, O, N, dll. Umumnya sampah organik dapat terurai secara alami
oleh mikroorganisme, contohnya sisa makanan, karton, kain,
karet, kulit, sampah halaman.
2.2.2 Sampah anorganik, yaitu sampah yang bahan kandungannya non
organik, umumnya sampah ini sangat sulit terurai oleh
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
22
mikroorganisme. Contohnya kaca, kaleng, alumunium, debu,
logam-logam lain.
2.3 FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS DAN
JUMLAH SAMPAH.
Jenis dan jumlah sampah umumnya di pengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
2.3.1 Letak Geografi
Letak geografi mempengaruhi tumbuh-tumbuhan dan kebiasaan
masyarakat, didataran tinggi umumnya banyak sayur-sayuran,
buah-buahan dan jenis tanaman lain yang akhirnya akan
mempengaruhi jenis dan jumlah sampah.
2.3.2 Iklim
Iklim yang banyak hujan akan membuat tumbuhan bertambah
banyak dibandingkan didaerah kering sehingga sampahnya juga
lebih banyak.
2.3.3 Tingkat sosial ekonomi
Pada ekonomi yang baik maka daya beli masyarakat akan tinggi
dan sampah yang dihasilkan akan tinggi pula.
2.3.4 Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk kota jumlahnya tinggi maka akan
menghasilkan sampah yang banyak pula.
2.3.5 Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi mempengaruhi industri, dimana selanjutnya
akan menggunakan peralatan yang lebih baik, sehingga bahan
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
23
makanan tidak banyak yang terbuang dan hasil buangannya dapat
di gunakan kembali.
2.4 SUMBER-SUMBER SAMPAH
2.4.1 Pemukiman/ Rumah Tangga
Biasanya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan,
perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain,
sampah/kebun/halaman, dan lain-lain.
2.4.2 Pertanian dan Perkebunan.
Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti
jerami dan sejenisnya. Sebagian besar sampah yang dihasilkan selama
musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk sampah bahan
kimia seperti pestisida dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak
mencemari lungkungan. Sampah pertanian lainnya adalah lembaran plastik
penutup tempat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi
penguapan dan penghambat pertumbuhan gulma, namun plastik ini bisa
didaur ulang.
2.4.3 Sisa Bangunan dan Konstruksi Gedung
Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran
gedung ini bisa berupa bahan organik maupun anorganik. Sampah organik,
misalnya : kayu, bambu, triplek. Sampah Anorganik, misalnya : semen,
pasir, spesi, batu bata, ubin, besi dan baja, kaca, dan kaleng.
2.4.4 Perdagangan dan Perkantoran
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
24
Sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti: toko, pasar
tradisional, warung, pasar swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus,
kertas, dan bahan organik termasuk sampah makanan dari restoran.
Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah
dan swasta, biasanya terdiri dari kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil,
spidol, dll), toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan
kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak, dan
lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus dikumpulkan secara
terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena berbahaya dan
beracun.
2.4.5 Industri
Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-
bahan kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk
(kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk
pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang seringkali beracun
memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.
2.5 KOMPOSISI, KARAKTERISTIK DAN TIMBULAN SAMPAH.
2.5.1 Komposisi Sampah
Komposisi sampah adalah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa
makanan, kertas, karbon, kayu, kain tekstil, karet kulit, plastik, logam besi,
non besi, kaca dan lain-lain (misalnya tanah, pasir, batu dan keramik).
Komposisi sampah ini umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu sampah
organik dan non organik.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
25
Pengertian sampah organik seperti tercantum dalam Tabel di atas
lebih bersifat untuk mempermudah pengertian umum, untuk
menggambarkan komponen sampah yang cepat terdegradasi (cepat
membusuk), terutama yang berasal dari sisa makanan. Sampah yang
membusuk (garbage) adalah sampah yang dengan mudah terdekomposisi
karena aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya
menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan, pembuangan, maupun
pengangkutannya. Pembusukan sampah ini dapat menghasilkan bau tidak
enak, seperti ammoniak dan asam-asam volatil lainnya. Selain itu,
dihasilkan pula gas-gas hasil dekomposisi, seperti gas metan dan
sejenisnya, yang dapat membahaykan keselamatan bila tidak ditangani
secara baik.
Penumpukan sampah yang cepat membusuk perlu dihindari.
Sampah kelompok ini kadang dikenal sebagai sampah basah, atau juga
dikenal sebagai sampah organik. Kelompok inilah yang berpotensi untuk
diproses dengan bantuan mikroorganisme, misalnya dalam pengomposan
atau gasifikasi. Sampah yang tidak membusuk atau refuse pada umumnya
terdiri atas bahan-bahan kertas, logam, plastik, gelas, kaca, dan lain-lain.
Sampah kering (refuse) sebaiknya didaur ulang, apabila tidak maka
diperlukan proses lain untuk memusnahkannya, seperti pembakaran.
Namun pembakaran refuse ini juga memerlukan penanganan lebih lanjut,
dan berpotensi sebagai sumber pencemaran udara yang bermasalah,
khususnya bila mengandung plastik PVC. Kelompok sampah ini dikenal
pula sebagai sampah kering, atau sering pula di sebut sebagai sampah
anorganik.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
26
2.5.2 Karakteristik Sampah
Selain komposisi, maka karakteristik lain yang biasa
ditampilkan dalam penanganan sampah adalah karakteritik fisika dan
kimia. Karakteristik tersebut sangat bervariasi, tergantung pada
komponen-komponen sampah. Kekhasan sampah dari berbagai
tempat/daerah serta jenisnya yang berbeda-beda memungkinkan sifat-sifat
yang berbeda pula. Sampah kota di negara-negara yang sedang berkembang
akan berbeda susunannya dengan sampah kota di negara-negara maju.
Karakteristik sampah dapat dikelompokkan menurut sifat-sifatnya,
seperti:
1. Karakteristik fisika: yang paling penting adalah densitas, kadar air,
kadar volatil, kadar abu, nilai kalor, distribusi ukuran (Gambar 2.1
merupakan skematis berat bahan).
2. Karakteristik kimia: khususnya yang menggambarkan susunan
kimia sampah tersebut yang terdiri dari unsur C, N, O, P, H, S, dsb.
2.5.3 Timbulan Sampah
Semua orang setiap hari menghasilkan sampah. Rata-rata
sampah yang dihasilkan oleh setiap orang dalam sehari disebut
timbulan sampah, yang dinyatakan dalam satuan volume maupun dalam
satuan berat. Istilah timbulan sampah pasar dapat diartikan sebagai
banyaknya sampah total yang dihasilkan perhari dalam satu pasar,
dinyatakan dalam satuan volume atau satuan berat.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
27
Dalam pengambilan data di lapangan, frekuensi pengambilan
sebaiknya dilakukan selama 8 hari berturut-turut, guna menggambarkan
fluktuasi harian yang ada. Dilanjutkan dengan kegiatan bulanan guna
menggambarkan fluktuasi dalam satu tahun. Namun, penerapan yang
dilaksanakan di Indonesia biasanya telah disederhanakan, seperti:
• Hanya dilakukan 1 hari saja
• Dilakukan dalam seminggu, tetapi pengambilan sampel
setiap 2 atau 3 hari.
• Dilakukan dalam 8 hari berturut-turut.
Data timbulan sampah dalam penelitian ini dibutuhkan untuk menentukan
wadah sampah yang sesuai dengan kondisi pasar, serta untuk menentukan potensi
daur ulang, maka perlu diupayakan untuk pengukuran langsung di sumbernya.
Penentuan jumlah sampel yang biasa digunakan dalam analisis timbulan sampah
adalah adalah dengan pendekatan statistika, yaitu:
a. Metode stratified random sampling: yang biasanya didasarkan pada
komposisi pendapatan penduduk setempat, dengan anggapan bahwa
kuantitas dan kualitas sampah dipengaruhi oleh tingkat kehidupan
masyarakat.
b. Jumlah sampel minimum: ditaksir berdasarkan berapa perbedaan yang bisa
diterima antara yang ditaksir dengan penaksir, berapa derajat kepercayaan
yang diinginkan, dan berapa derajat kepercayaan yang bisa diterima.
c. Pendekatan praktis: dapat dilakukan dengan pengambilan sampel sampah
berdasarkan atas jumlah minimum sampel yang dibutuhkan untuk
penentuan komposisi sampah, yaitu minimum 500 liter atau sekitar 200 kg.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
28
Biasanya sampling dilakukan di TPS atau pada gerobak yang diketahui
sumber sampahnya.
2.6 TEKNIK PENGAMBILAN DATA/ SAMPLING
Teknik Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.
Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat
berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara skematis, teknik
sampling dibedakan menjadi dua, yaitu :
2.6.1 Probality Sampling
Probality sampling adalah teknik sampling yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsure (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi:
a. Simple random sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel
anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan
bila anggota populasi dianggap homogen.
b. Proportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur
yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
c. Cluster sampling (Area sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel
bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas,
misal penduduk dari suatu Negara, propinsi atau kabupaten.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
29
2.6.2 Nonprobality Sampling
Nonprobality sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang
atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi :
a. Sampling sistematis
Pengambilan sampel secara sistematis adalah suatu metode di
mana hanya unsur pertama dari sampel yg dipilih secara acak
sedang unsur-unsur selanjut dipilih secara sistematis menurut
suatu pola tertentu.
b. Sampling kuota
Teknik menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri
tertentu sampai jumlah yang diinginkan
c. Sampling aksidental
Teknik pengambilan sampel berdasar kejadian kebetulan, yaitu
siapa saja yang dianggap tepat dan secara kebetulan bertemu
peneliti dapat dijadikan sampel.
d. Purposive Sampling
Merupakan teknik pengambilan sampel dengan
pertimbangan tertentu.
e. Sampling jenuh
Merupakan teknik penentuan sampel dimana seluruh
anggota populasi dijadikan sampel.
f. Snowball sampling
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
30
Teknik penentuan sampel yang mula-mula kecil kemudian
para sampel awal diminta untuk merekomendasikan sampel
berikutnya.
Dalam penelitian ini digunakan simple random sampling dan
purposive sampling untuk memperoleh informasi pengelolaan sampah, dan
untuk memperoleh data volume timbulan sampah digunakan cara
pengukuran langsung dari sejumlah sampel di pasar setia budi tanjung rejo
yang ditentukan secara simple random sampling selama satu minggu
dengan tiga kali pengambilan.
2.7 STANDARISASI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN.
Standar yang berhubungan dengan pengelolaan persampahan telah
diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Badan Standarisasi
Nasional, yaitu :
1. SK-SNI. S-04-1991-03, tentang spesifikasi timbulan sampah
untuk kota kecil dan kota sedang di indonesia, standar ini
mengatur tentang jenis sumber sampah, besaran timbulan sampah
berdasarkan komponen sumber sampah serta besaran timbulan
sampah berdasarkan klasifikasi kota.
2. SNI 19-2454-1991, tentang tata cara pengelolaan teknik sampah
perkotaan. Standar ini mengatur tentang persyaratan teknis yang
meliputi :
a. Teknik Operasional
b. Daerah pelayanan
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
31
c. Tingkat pelayanan
d. Pewadahan Sampah
e. Pengumpulan Sampah
f. Pemindahan sampah
g. Pengangkutan sampah
h. Pengolahan sampah
i. Pembuangan akhir
Kriteria penentuan kualitas operasional pelayanan adalah :
a. Penggunaan jenis peralatan
b. Sampah terisolasi dari lingkungan
c. Frekuensi pelayanan
d. Frekuensi penyapuan
e. Estetika
f. Tipe kota
g. Variasi daerah pelayanan
h. Pendapatan dari retribusi
i. Timbulan sampah musiman
3. SNI 03-3241-1994, tentang cara pemilihan lokasi tempat
pembuangan akhir sampah. Standar ini mengatur tentang
ketentuan pemilihan lokasi TPA, kriteria pemilihan lokasi yang
meliputi kriteria regional dan kriteria penyisih.
4. SNI 19-3964-1994, tentang metode pengambilan dan pengukuran
contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan. standar ini
mengatur tentang tata cara pengambilan dan pengukuran contoh
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
32
timbulan sampah yang meliputi lokasi, cara pengambilan, jumlah
contoh, frekuensi pengambilan serta pengukuran dan perhitungan.
2.8 PENGELOLAAN SAMPAH
Pengelolaan sampah merupakan suatu aliran kegiatan yang dimulai
dari sumber penghasil sampah. Sampah dikumpulkan untuk diangkut ke
tempat pembuangan untuk dimusnahkan. Atau sebelumnya dilakukan suatu
proses pengolahan untuk menurunkan volume dan berat sampah.
Teknik operasional pengelolaan sampah pasar ini terdiri dari
kegiatan pewadahan, pengumpulan, pengangkutan sampai dengan
pembuangan akhir harus bersifat terpadu. Bila salah satu kegiatan tersebut
putus atau tidak tertangani dengan baik maka akan menimbulkan masalah
kesehatan, banjir/genangan, pencemaran air tanah dan sebagainya.
Sistem operasional persampahan saat ini dapat di bagi 2 yaitu, bagian hulu
dan hilir. Operasi bagian hulu merupakan pewadahan oleh sumber
sampah dan pengumpulan sampah sedangkan di bagian hilir berupa
pengangkutan dan pembuangan akhir sampah. Pengumpulan sampah di
pemukiman pasar dilakukan oleh gerobak yang selanjutnya membawa
sampah ke TPS. Dari sini sampah akan diangkut oleh dump truk menuju
TPA. Pengumpulan sampah dari jalan dan tempat umum dilakukan oleh
truk secara langsung mengangkut sampah ke TPA.
Tingginya jumlah sampah yang harus dikelola membuat biaya
operasional menjadi tinggi, terutama pada biaya pengangkutan. Selain
biaya pengangkutan yang tinggi, biaya pengolahan sampah di TPA juga
tinggi meliputi pengadaan lahan dan operasi pembuangan sampah.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
33
Keterbatasan biaya sering kali membuat metode sanitary landfill yang
semula direncanakan berubah menjadi open dumping.
Gambar 2.1 Diagram Operasional Pengelolaan Sampah
2.8.1 Pewadahan
Pewadahan sampah adalah cara pembuangan sampah sementara di
sumbernya. Dalam suatu pasar tradisional sebaiknya setiap pedangang
memiliki pewadahan sampah atau tempat penyimpanan sampah sementara
(TPSS), seperti halnya pada penelitian yang pernah dilakukan di Pusat
Pasar medan, sebanyak 61,4% pedagang mempunyai TPSS dan 38,6%
tidak mempunyai TPSS.(Gultom,2003). Wadah sampah biasanya
ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses. Sampah diwadahi
sehingga memudahkan dalam pengangkutannya. Idealnya wadah sampah
disesuaikan dengan jenis sampah yang akan dikelola, yaitu dipisah antara
yang organik dengan non-organik agar memudahkan dalam penanganan
selanjutnya, khususnya dalam upaya daur ulang. Secara umum sampah
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
34
pasar didominasi sampah organik dengan perbandingan 80% organik, dan
20% non-organik. Pewadahan sampah perlu disesuaikan dengan timbulan
sampahnya, yaitu banyaknya sampah total yang dihasilkan per hari dalam
satu pasar, dinyatakan dalam satuan volume atau satuan berat.
Timbulan sampah perhari = ……..……(2.1)
Untuk menghitung volume wadah/ volume penampungan dapat hitung dari
pengukuran volume langsung untuk wadah beton dapat dilakukan dengan
menghitung panjang (p), lebar (l), dan tinggi (t). Sedangkan untuk
pewadahan yang berupa tumpukan tanpa wadah beton pengukuran
dilakukan dengan merata-ratakan volume tumpukan. Volume pewadahan
ini dapat dicari dengan persamaan :
Volume pewadahan (cm3) = panjang x lebar x tinggi. ……....(2.2)
Berdasarkan pedoman dari Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah, ada dua jenis pola pewadahan, yakni sebagai berikut:
2.8.1.1 Pola pewadahan individual
Diperuntukkan bagi daerah pemukiman menengah
keatas dan daerah komersial. Bentuk yang dipakai tergantung
selera dan kemampuan pengadaan dari pemiliknya, dengan kriteria:
Ø Bentuk: kotak, silinder, kantung, kontainer.
Ø Sifat: dapat diangkat, tertutup.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
35
Ø Bahan: logam, plastik. Alternatif bahan harus bersifat
kedap terhadap air, panas matahari, tahan diperlakukan
kasar, mudah dibersihkan.
Ø Ukuran: 10-50 liter untuk pemukiman, toko kecil, 100-500
liter untuk kantor, toko besar, hotel, rumah makan.
Ø Pengadaan: pribadi, swadaya masyarakat, instansi
pengelola.
2.8.1.2 Pola pewadahan komunal
Diperuntukkan bagi daerah pemukiman sedang/kumuh, taman
kota, jalan, pasar. Bentuk ditentukan oleh pihak instansi pengelola karena
sifat penggunaannya adalah umum, dengan kriteria:
Ø Bentuk: kotak, silinder, kontainer.
Ø Sifat: tidak bersatu dengan tanah, dapat diangkat, tertutup.
Ø Bahan: logam, plastik. Alternatif bahan harus bersifat
kedap terhadap air, panas matahari, tahan diperlakukan
kasar, mudah dibersihkan.
Ø Ukuran: 100-500 liter untuk pinggir jalan, taman kota, 1-10
m3 untuk pemukiman dan pasar.
Ø Pengadaan: pemilik, badan swasta (sekaligus sebagai usaha
promosi hasil produksi), instansi pengelola.
2.8.2 Pengumpulan
Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan
cara mengambil sampah dari masing-masing sumber/ wadah sampah untuk
dipindahkan ke tempat pembuangan sementara atau ke pengolahan sampah
skala kawasan untuk dapat diolah atau didaur ulang. Pengumpulan dapat
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
36
dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pada pengerjaan
pengumpulan tidak langsung, dibutuhkan alat yang dapat membantu
mempermudah pengumpulan, yaitu gerobak ataupun truk sampah. Gerobak
ataupun truk harus bisa melakukan perjalanan dengan efektif dan efisien
sepanjang area sumber sampah hingga sampai ke tempat pembuangan
sementara atau tempat pengolahan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
proses pengumpulan adalah intensitas dan ritasi. Intensitas merupakan
lamanya waktu yang diperlukan penarik gerobak dalam mengambil sampah
di wilayah tertentu dengan satuan hari, sedangkan ritasi merupakan
banyaknya gerakan bolak-balik dalam pengambilan sampah di wilayah
tertentu, yaitu gerakan pengambilan sampah menuju ke TPS dan kembali
lagi ke sumber sampah. Semakin banyak timbulan sampah, semakin banyak
pula ritasi yang dilakukan.
Intensitas rata-rata = …………….……… (2.3)
Ritasi rata-rata tiap gerobak = …………..(2.4)
2.8.3 Pengangkutan
Pengangkutan sampah adalah proses dimana sampah yang ada dan
tidak bisa dimanfaatkan lagi diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Umumnya penganggkutan ini dilakukan dengan menggunakan truk
sampah. Jumlah ritasi truk pengangkut akan dipengaruhi dengan banyaknya
timbulan sampah di TPS, semakin sedikit timbulan sampah yang tak
terpakai maka semakin rendah biaya operasional pengangkutan ke TPA.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
37
Dan dengan adanya pengolahan sampah di pasar ini diharapkan dapat
menekan biaya operasional pengangkutan sekecil mungkin.
2.9 PENGOLAHAN SAMPAH
Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume
sampah atau merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat, antara lain dengan
cara pembakaran,pengomposan, penghancuran, pengeringan dan pendaur
ulangan. (SNI T-13-1990-F). Adapun teknik pengolahan sampah adalah
sebagai berikut :
2.9.1 Pengomposan (Composting)
Pengomposan adalah suatu cara pengolahan sampah organik
dengan memanfaatkan aktifitas bakteri untuk mengubah sampah menjadi
kompos (proses pematangan). Pengomposan dilakukan terhadap sampah
organik.
2.9.2 Pembakaran sampah
Pembakaran sampah dapat dilakukan pada suatu tempat, misalnya
lapangan yang jauh dari segala kegiatan agar tidak mengganggu. Namun
demikian pembakaran ini sulit dikendalikan bila terdapat angin kencang,
sampah, arang sampah, abu, debu, dan asap akan terbawa ke tempat-tempat
sekitarnya yang akhirnya akan menimbulkan gangguan. Pembakaran yang
paling baik dilakukan di suatu instalasi pembakaran, yaitu dengan
menggunakan insinerator, namun pembakaran menggunakan insinerator
memerlukan biaya yang mahal.
2.9.3 Recycling
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
38
Merupakan salah satu teknik pengolahan sampah, dimana
dilakukan pemisahan atas benda-benda bernilai ekonomi seperti: kertas,
plastik, karet, dan lain-lain dari sampah yang kemudian diolah sehingga
dapat digunakan kembali baik dalam bentuk yang sama atau berbeda dari
bentuk semula.
2.9.4 Reuse
Merupakan teknik pengolahan sampah yang hampir sama dengan
recycling, bedanya reuse langsung digunakan tanpa ada pengolahan terlebih
dahulu.
2.9.5 Reduce
Adalah usaha untuk mengurangi potensi timbulan sampah,
misalnya tidak menggunakan bungkus kantong plastik yang berlebihan.
2.10 PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN CARA PENGOMPOSAN
2.10.1 Pengertian Kompos Dan Pengomposan.
Kompos adalah hasil penguraian bahan organik melalui proses
biologis dengan bantuan organisme pengurai. Proses penguraian dapat
berlangsung secara aerob (dengan udara) maupun anaerob (tanpa
bantuan udara). (Epstein, 1997 dalam Buku Pedoman Pengolahan Sampah
Terpadu Danamon Pedui).
Fungsi utama kompos adalah membantu memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologi tanah. Secara fisik kompos dapat menggemburkan tanah,
aplikasi kompos pada tanah akan meningkatkan jumlah rongga sehingga
tanah menjadi gembur.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
39
Sementara sifat kimia yang mampu dibenahi dengan aplikasi
kompos adalah meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada tanah
dan dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air (water
holding capacity). Sedangkan untuk perbaikan sifat biologi, kompos dapat
meningkatkan populasi mikroorganisme dalam tanah (Simamora dan
Salundik, 2006 dalam Pedoman Mengolah Kompos Danamon Peduli).
Keunggulan kompos adalah kandungan unsur hara makro
maupun mikronya yang lengkap. Unsur hara makro yang terkandung
dalam kompos antara lain N, P, K, Ca, Mg, dan S, sedangkan kandungan
unsur mikronya antara lain Fe, Mn, Zn, Cl, Cu, Mo, Na dan B (Stoffella
and Kahn, 2001 dalam Pedoman Mengolah Kompos Danamon Peduli).
Maka, untuk menghasilkan kompos dilakukan pengomposan.
Pengomposan adalah proses penguraian bahan organik secara alamiah
dengan bantuan organisme pengurai. Berikut ini ialah organisme pengurai
yang terlibat dalam proses pengomposan:
Tabel 2.1 Organisme pengurai yang terlibat dalam proses pengomposan.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
40
Pengomposan dapat terjadi secara alamiah maupun dengan
bantuan manusia. Pengomposan secara alamiah yaitu dengan cara
penumpukan sampah di alam, sedangkan pengomposan dengan bantuan
manusia yaitu dengan cara menggunakan teknologi modern maupun
dengan menggunakan bahan bioaktivator dan menciptakan kondisi ideal
sehingga proses pengomposan dapat terjadi secara optimal dan
menghasilkan kompos berkualitas tinggi.
Untuk dapat membuat kompos dengan kualitas baik,
diperlukan pemahaman proses pengomposan yang baik pula. Proses
pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap
aktif dan tahap pematangan. Selama tahap awal proses, oksigen dan
senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan
oleh mikroba mesofilik yang kemudian akan digantikan oleh bakteri
termofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat,
kemudian akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan
meningkat hingga mencapai 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama fase
pematangan.
2.10.2 Manfaat Pengomposan
Pengomposan sampah organik memiliki banyak manfaat yang
dapat menguntungkan masyarakat. Keuntungan yang dapat diperoleh dari
pengomposan dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain:
a. Aspek Ekonomi
a. Menghemat biaya transportasi sampah ke TPA dan
penimbunan limbah.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
41
b. Mengurangi volume sampah.
c. Memiliki nilai ekonomi lebih dari bahan asalnya.
d. Menambah penghasilan.
b. Aspek Lingkungan
a. Mengurangi polusi udara karena pembakaran sampah
b. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
c. Menghindari/tidak menjadi sumber penyakit karena lalat dan
bakteri-bakteri yang merugikan.
c. Aspek bagi Tanah/Tanaman
a. Meningkatkan kesuburan tanah
b. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
c. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
d. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
e. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, kandungan gizi, dan
jumlah panen)
f. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
g. Menekan pertumbuhan / serangan penyakit tanaman
h. Meningkatkan retensi / ketersediaan hara di dalam tanah.
d. Aspek bagi Masyarakat/Sosial
a. Membuka kesempatan kerja bagi masyarakat (usaha padat
karya)
b. Menciptakan lingkungan yang sehat bagi masyarakat.
c. Mengubah pandangan masyarakat bahwa sampah merupakan
masalah menjadi sesuatu yang berkah.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
42
2.10.3 Proses Pembuatan Kompos (Komposting)
2.10.3.1 Bahan Untuk Pembuatan Kompos
Pada dasarnya semua bahan organik dapat dikomposkan,
seperti: sampah organik pasar, limbah organik rumah tangga,
kotoran/ limbah peternakan, limbah pertanian, limbah agroindustri,
limbah pabrik gula, dan sebagainya yang bersifat fibrous (berserat).
Namun ada juga bahan organik yang perlu dihindari sebagai bahan
baku kompos ialah bahan organik yang memiliki kadar air tinggi
(seperti: semangka, melon, mentimun, tomat, dll) karena akan
mempertinggi kadar air pada kompos.
2.10.3.2 Proses Pengomposan
Pengomposan dapat terjadi secara alamiah maupun
dengan bantuan manusia. Pengomposan secara alamiah yaitu
dengan cara penumpukan sampah di alam, sedangkan
pengomposan dengan bantuan manusia yaitu dengan cara metode
tertentu, atau menggunakan teknologi modern maupun dengan
menggunakan bahan bioaktivator dan menciptakan kondisi ideal
sehingga proses pengomposan dapat terjadi secara optimal dan
menghasilkan kompos berkualitas tinggi.
Adapun cara pengomposan secara umum terdiri dari beberapa
tahapan, diantaranya:
a. Pemilahan sampah
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
43
Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari
sampah anorganik. Pemilahan harus dilakukan dengan teliti
karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos
yang dihasilkan.
b. Pengecilan Ukuran/ Pencacahan.
Pengecilan ukuran/ pencacahan dilakukan untuk memperluas
permukaan sampah, sehingga sampah dapat dengan mudah
dan cepat didekomposisi menjadi kompos.
c. Penyusunan Tumpukan
• Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan
dan pengecilan ukuran kemudian disusun menjadi
tumpukan.
• Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah
desain memanjang dengan ukuran panjang x lebar x
tinggi = 2m x 12m x 1,75m.
• Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu
(windrow) yang berfungsi mengalirkan udara di
dalam tumpukan.
d. Pembalikan.
Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang
berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan
bahan, gunanya untuk meratakan proses pelapukan di setiap
bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu
penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.
e. Penyiraman
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
44
• Penyiraman dilakukan terhadap bahan baku dan
tumpukan yang terlalu kering (kelembaban kurang
dari 50%).
• Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat
dilakukan dengan memeras segenggam bahan dari
bagian dalam tumpukan.
• Apabila pada saat digenggam dan diperas tidak
mengeluarkan air, maka tumpukan sampah harus
ditambahkan air. Sedangkan jika sebelum diperas
sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh
karena itu perlu dilakukan penyirman.
f. Pematangan
• Setelah pengomposan berjalan antara 30 hingga 40
hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga
mendekati suhu ruangan atau suhu di tempat.
• Pada saat itu tumpukan telah lapuk, yaitu berwarna
coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap
pematangan selama ± 14 hari.
g. Penyaringan
• Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran
butiran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan
serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak
dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan
di awal proses.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
45
• Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke
dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang
tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.
h. Pengemasan dan Penyimpanan
• Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung
sesuai dengan kebutuhan pemasaran.
• Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang
yang aman dan terlindung dari kemungkinan
tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan
benih gulma atau benih lain yang tidak diinginkan
yang mungkin terbawa oleh angin.
Potensi pembuatan kompos dengan mengolah sampah
organik pasar dengan melakukan pengomposan ini cukup besar,
maka pengomposan membutuhkan sistem pengolahan yang baik.
Salah satu pasar yang telah berhasil melakukan
pengolahan sampah dengan pengomposan adalah pasar bunder
sragen Jawa tengah, dan menjadi pasar percontohan di Indonesia.
Sampah Pasar PemilahanSampah
Pengecilanukuran/
Penyusunantumpukan
Pematangan
Penyiraman PembalikanTumpukan
Penyaringan Pengemasan/Penyimpanan
Gambar 2.2 Skema Alur Pengomposan secara umum.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
46
Proses pembuatan kompos/ pupuk organik dari sampah pasar di
unit pengolahan sampah pasar bunder sragen dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Pengumpulan Sampah dan Pemilahan Sampah.
Sampah dikumpulkan dari dalam pasar dan ditampung di
ruang penampungan. Di tempat ini sampah non organik
dipisahkan dengan sampah organik. Karena sebagian besar
sampah pasar Bunder adalah sampah organik, tahapan ini bisa
dilakukan secara manual.
Gambar. 2.3. Pemilahan Sampah pasar
Di Pasar Bunder Sragen, pemilahan dilakukan secara manual
menggunakan para petugas pengelola pasar. Sampah dipisah/
dipilah antara sampah organik dan anorganik untuk selanjutnya
dilakukan proses pencacahan.
2. Pencacahan Sampah
Sampah organik yang sudah terpisah dengan sampah non
organik selanjutnya dicacah dengan menggunakan mesin
Gambar 2.1 pengumpulan dan pemilahan sampah
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
47
pencacah. Tujuan dari pencacahan ini adalah untuk
memperkecil dan menyeragamkan bahan baku kompos
sehingga mempermudah proses fermentasi. Bila dianggap
terlalu basah, sampah yang telah dicacah dapat dipress lagi
untuk mengurangi kadar air.
Setelah sampah dicacah dan menjadi bagian-bagian kecil maka
tahapan selanjutnya adalah menyiapkan aktivator pengurai.
3. Penyiapan Aktivator (PROMI)
Dalam proses pengomposan di Pasar Bunder untuk
mempercepat proses pengomposan digunakan aktivator
PROMI dari Balai Penelitian Bioteknologi perkebunan
Indonesia. Untuk setiap 1 Ton sampah mentah dibutuhkan 1 kg
PROMI. Saat musim kemarau di mana sampah
pasar relatif kering Promi tersebut dicampurkan bersama 20
Gambar 2.4 Pencacahan Sampah Organik
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
48
liter air dan 1 liter tetes tebu. Namun di musim penghujan di
mana kadar air sampah dari pasar cukup tinggi maka PROMI
dicampurkan dengan pasir atau tanah kering. Kalo perlu
sampah yang akan diolah dipress dulu.
4. Pencampuran PROMI di dalam Bak Pengomposan.
Selanjutnya sampah yang telah dicacah dicampurkan
dengan PROMI dan ditampung di bak-bak pengomposan.
Sampah tidak boleh diinjak-injak, karena akan menyebabkan
menjadi padat dan kandungan udara di dalam kompos
berkurang.
Gambar 2.5 Promi
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
49
Dalam pencampuran dengan promi, perlu diperhatikan
tumpukan, kepadatan serta temperaturnya.
5. Pengadukan / Pembalikan.
Unit Pengolahan Sampah Pasar Bunder dalam
memproduksi kompos menggunakan sistem aerob / dengan
udara terbuka . Jadi 3 hari setelah sampah dimasukkan ke bak
pengomposan kemudian dilakukan pemeriksaan suhu kompos
di dalam bak.
Bila di rasa terlalu panas perlu dilakukan proses pengadukan
atau pembalikan untuk memberikan sirkulasi udara yang
bertujuan agar proses pengomposan bisa merata. Pengadukan
dilakukan minimal 3 hari sekali.
Gambar 2.6 Pengadukan/ pembalikan
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
50
6. Panen Kompos
Setelah 14 hari sampah akan berubah warna menjadi
kehitaman dan menjadi lebih lunak. Kompos sampah telah
cukup matang. Kompos selanjutnya dipanen dan dibawa ke
tempat pengolahan lebih lanjut.
Kompos selanjutnya akan dicacah sekali lagi untuk kemudian
diayak menggunakan saringan yang lebih kecil untuk
menyeragamkan ukuran dan mempercantik tampilan kompos.
7. Pengolahan Paska Panen
Setelah kompos yang sudah jadi diayak, proses
selanjutnya adalah memasukkan kompos ke gudang
penyimpanan sebelum di lakukan pengemasan. Selain produksi
dalam bentuk kompos curah, kompos hasil ayakan juga bisa di
Gambar 2.7 Hasil kompos curah
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
51
proses lagi menjadi pupuk organik bentuk granular atau
butiran.
8. Proses Membuat Pupuk Organik Granular
Untuk membuat pupuk organik granular, kompos yang
sudah disaring tadi dimasukkan ke dalam mesin molen yang
berputar stasioner dengan dicampur air dan kalsit sebagai
bahan perekat.
Untuk membuat kompos curah menjadi bentuk granular
menggunakan mesin molen membutuhkan waktu sekitar 30-45
menit dimana sekali proses bisa dihasilkan sekitar 100 kg
pupuk organik granular. Pupuk organik berbentuk granular
tersebut kemudian dijemur sampe kering. Setelah kering pupuk
organik granular tersebut bisa dikemas.
9. Pengemasan
Gambar 2.8 Pembuatan Kompos Granular
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
52
Setelah itu dilakukan pengemasan sesuai dengan
permintaan konsumen. Untuk kompos curah kita kemas dalam
karung berisi 20 kg. Sedangkan untuk pupuk organik bentuk
granular 1 sak/karung berisi 25 kg. Setelah dikemas kompos
dan pupuk organik granular tersebut siap untuk dijual.
Dengan mengacu pada pengolahan sampah yang telah diterapkan di pasar
bunder sragen, diharapkan setiap pasar di kota Medan mampu melakukan
pengolahan sampahnya untuk mengurangi permasalahan yang ada saat ini.
2.11 Daur Ulang Non Organik
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas
menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang
sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan
bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi,
Gambar 2.9 Pembuatan Kompos Granular
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara
53
dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan
barang baru. (Wikipedia).
Daur ulang ini dapat dilakukan pada sampah organik maupun non-
organik. Hasil olahan sampah organik dapat berupa kompos, sedangkan
yang non-organik dapat berupa, tas, mainan, kerajinan, alat rumah tangga,
hiasan, dan lain-lain.
2.12 Potensi Ekonomi Pengolahan Sampah Pasar
Pada dasarnya, sampah yang dibuang setiap harinya pada suatu
pasar akan terus meningkat apabila tidak dikelola dan diolah kembali
dengan baik. Hal ini akan menyebabkan beberapa masalah pada
lingkungan, seperti tumbuhnya wabah penyakit, pencemaran lingkungan
oleh bau, dan lain sebagainya. Maka dari dilakukan pengolahan, selain akan
mengurangi masalah-masalah yang diakibatkan oleh sampah, pengolahan
ini ternyata bisa menghasilkan keuntungkan bagi pengelolanya, seperti
pembuatan kompos, ataupun daur ulang bahan non organiknya.
Keuntungan dari pengolahan sampah ini tidaklah sedikit, apabila
pengelolaan dilakukan pada skala besar dan dengan manajemen yang baik.
Maka sangat diharapkan agar setiap pasar dapat melakukan pengomposan
secara komunal untuk menghasilkan potensi ekonomi yang besar,
sebagaimana yang telah diterapkan di pasar Bunder Sragen.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara