bab 2 tinjauan pustaka 2.1 pengertian sampahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39425/3/chapter...

33
21 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN SAMPAH Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb (SNI 19-2454-1993). Sampah merupakan material sisa yang tidak di inginkan setelah berakhirnya suatu proses. (Wikipedia) Sampah padat adalah semua barang sisa yang ditimbulkan dari aktivitas manusia dan binatang yang secara normal padat dan di buang ketika tak dikehendaki atau sia-sia (Tchobanoglous, G. dkk 1993). 2.2 JENIS SAMPAH Sampah pada umumnya dibagi 2 jenis, yaitu : 2.2.1 Sampah organik, yaitu sampah yang mengandung senyawa- senyawa organik, karena itu tersusun dari unsur-unsur seperti C, H, O, N, dll. Umumnya sampah organik dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme, contohnya sisa makanan, karton, kain, karet, kulit, sampah halaman. 2.2.2 Sampah anorganik, yaitu sampah yang bahan kandungannya non organik, umumnya sampah ini sangat sulit terurai oleh Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer Universitas Sumatera Utara

Upload: lenguyet

Post on 03-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

21

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN SAMPAH

Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat

anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak

membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah

umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting

pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb

(SNI 19-2454-1993).

Sampah merupakan material sisa yang tidak di inginkan setelah

berakhirnya suatu proses. (Wikipedia)

Sampah padat adalah semua barang sisa yang ditimbulkan dari aktivitas

manusia dan binatang yang secara normal padat dan di buang ketika tak

dikehendaki atau sia-sia (Tchobanoglous, G. dkk 1993).

2.2 JENIS SAMPAH

Sampah pada umumnya dibagi 2 jenis, yaitu :

2.2.1 Sampah organik, yaitu sampah yang mengandung senyawa-

senyawa organik, karena itu tersusun dari unsur-unsur seperti C,

H, O, N, dll. Umumnya sampah organik dapat terurai secara alami

oleh mikroorganisme, contohnya sisa makanan, karton, kain,

karet, kulit, sampah halaman.

2.2.2 Sampah anorganik, yaitu sampah yang bahan kandungannya non

organik, umumnya sampah ini sangat sulit terurai oleh

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

22

mikroorganisme. Contohnya kaca, kaleng, alumunium, debu,

logam-logam lain.

2.3 FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS DAN

JUMLAH SAMPAH.

Jenis dan jumlah sampah umumnya di pengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu:

2.3.1 Letak Geografi

Letak geografi mempengaruhi tumbuh-tumbuhan dan kebiasaan

masyarakat, didataran tinggi umumnya banyak sayur-sayuran,

buah-buahan dan jenis tanaman lain yang akhirnya akan

mempengaruhi jenis dan jumlah sampah.

2.3.2 Iklim

Iklim yang banyak hujan akan membuat tumbuhan bertambah

banyak dibandingkan didaerah kering sehingga sampahnya juga

lebih banyak.

2.3.3 Tingkat sosial ekonomi

Pada ekonomi yang baik maka daya beli masyarakat akan tinggi

dan sampah yang dihasilkan akan tinggi pula.

2.3.4 Kepadatan penduduk

Kepadatan penduduk kota jumlahnya tinggi maka akan

menghasilkan sampah yang banyak pula.

2.3.5 Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi mempengaruhi industri, dimana selanjutnya

akan menggunakan peralatan yang lebih baik, sehingga bahan

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

23

makanan tidak banyak yang terbuang dan hasil buangannya dapat

di gunakan kembali.

2.4 SUMBER-SUMBER SAMPAH

2.4.1 Pemukiman/ Rumah Tangga

Biasanya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan,

perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain,

sampah/kebun/halaman, dan lain-lain.

2.4.2 Pertanian dan Perkebunan.

Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti

jerami dan sejenisnya. Sebagian besar sampah yang dihasilkan selama

musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk sampah bahan

kimia seperti pestisida dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak

mencemari lungkungan. Sampah pertanian lainnya adalah lembaran plastik

penutup tempat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi

penguapan dan penghambat pertumbuhan gulma, namun plastik ini bisa

didaur ulang.

2.4.3 Sisa Bangunan dan Konstruksi Gedung

Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran

gedung ini bisa berupa bahan organik maupun anorganik. Sampah organik,

misalnya : kayu, bambu, triplek. Sampah Anorganik, misalnya : semen,

pasir, spesi, batu bata, ubin, besi dan baja, kaca, dan kaleng.

2.4.4 Perdagangan dan Perkantoran

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

24

Sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti: toko, pasar

tradisional, warung, pasar swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus,

kertas, dan bahan organik termasuk sampah makanan dari restoran.

Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah

dan swasta, biasanya terdiri dari kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil,

spidol, dll), toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan

kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak, dan

lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus dikumpulkan secara

terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena berbahaya dan

beracun.

2.4.5 Industri

Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-

bahan kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk

(kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk

pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang seringkali beracun

memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.

2.5 KOMPOSISI, KARAKTERISTIK DAN TIMBULAN SAMPAH.

2.5.1 Komposisi Sampah

Komposisi sampah adalah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa

makanan, kertas, karbon, kayu, kain tekstil, karet kulit, plastik, logam besi,

non besi, kaca dan lain-lain (misalnya tanah, pasir, batu dan keramik).

Komposisi sampah ini umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu sampah

organik dan non organik.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

25

Pengertian sampah organik seperti tercantum dalam Tabel di atas

lebih bersifat untuk mempermudah pengertian umum, untuk

menggambarkan komponen sampah yang cepat terdegradasi (cepat

membusuk), terutama yang berasal dari sisa makanan. Sampah yang

membusuk (garbage) adalah sampah yang dengan mudah terdekomposisi

karena aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya

menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan, pembuangan, maupun

pengangkutannya. Pembusukan sampah ini dapat menghasilkan bau tidak

enak, seperti ammoniak dan asam-asam volatil lainnya. Selain itu,

dihasilkan pula gas-gas hasil dekomposisi, seperti gas metan dan

sejenisnya, yang dapat membahaykan keselamatan bila tidak ditangani

secara baik.

Penumpukan sampah yang cepat membusuk perlu dihindari.

Sampah kelompok ini kadang dikenal sebagai sampah basah, atau juga

dikenal sebagai sampah organik. Kelompok inilah yang berpotensi untuk

diproses dengan bantuan mikroorganisme, misalnya dalam pengomposan

atau gasifikasi. Sampah yang tidak membusuk atau refuse pada umumnya

terdiri atas bahan-bahan kertas, logam, plastik, gelas, kaca, dan lain-lain.

Sampah kering (refuse) sebaiknya didaur ulang, apabila tidak maka

diperlukan proses lain untuk memusnahkannya, seperti pembakaran.

Namun pembakaran refuse ini juga memerlukan penanganan lebih lanjut,

dan berpotensi sebagai sumber pencemaran udara yang bermasalah,

khususnya bila mengandung plastik PVC. Kelompok sampah ini dikenal

pula sebagai sampah kering, atau sering pula di sebut sebagai sampah

anorganik.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

26

2.5.2 Karakteristik Sampah

Selain komposisi, maka karakteristik lain yang biasa

ditampilkan dalam penanganan sampah adalah karakteritik fisika dan

kimia. Karakteristik tersebut sangat bervariasi, tergantung pada

komponen-komponen sampah. Kekhasan sampah dari berbagai

tempat/daerah serta jenisnya yang berbeda-beda memungkinkan sifat-sifat

yang berbeda pula. Sampah kota di negara-negara yang sedang berkembang

akan berbeda susunannya dengan sampah kota di negara-negara maju.

Karakteristik sampah dapat dikelompokkan menurut sifat-sifatnya,

seperti:

1. Karakteristik fisika: yang paling penting adalah densitas, kadar air,

kadar volatil, kadar abu, nilai kalor, distribusi ukuran (Gambar 2.1

merupakan skematis berat bahan).

2. Karakteristik kimia: khususnya yang menggambarkan susunan

kimia sampah tersebut yang terdiri dari unsur C, N, O, P, H, S, dsb.

2.5.3 Timbulan Sampah

Semua orang setiap hari menghasilkan sampah. Rata-rata

sampah yang dihasilkan oleh setiap orang dalam sehari disebut

timbulan sampah, yang dinyatakan dalam satuan volume maupun dalam

satuan berat. Istilah timbulan sampah pasar dapat diartikan sebagai

banyaknya sampah total yang dihasilkan perhari dalam satu pasar,

dinyatakan dalam satuan volume atau satuan berat.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

27

Dalam pengambilan data di lapangan, frekuensi pengambilan

sebaiknya dilakukan selama 8 hari berturut-turut, guna menggambarkan

fluktuasi harian yang ada. Dilanjutkan dengan kegiatan bulanan guna

menggambarkan fluktuasi dalam satu tahun. Namun, penerapan yang

dilaksanakan di Indonesia biasanya telah disederhanakan, seperti:

• Hanya dilakukan 1 hari saja

• Dilakukan dalam seminggu, tetapi pengambilan sampel

setiap 2 atau 3 hari.

• Dilakukan dalam 8 hari berturut-turut.

Data timbulan sampah dalam penelitian ini dibutuhkan untuk menentukan

wadah sampah yang sesuai dengan kondisi pasar, serta untuk menentukan potensi

daur ulang, maka perlu diupayakan untuk pengukuran langsung di sumbernya.

Penentuan jumlah sampel yang biasa digunakan dalam analisis timbulan sampah

adalah adalah dengan pendekatan statistika, yaitu:

a. Metode stratified random sampling: yang biasanya didasarkan pada

komposisi pendapatan penduduk setempat, dengan anggapan bahwa

kuantitas dan kualitas sampah dipengaruhi oleh tingkat kehidupan

masyarakat.

b. Jumlah sampel minimum: ditaksir berdasarkan berapa perbedaan yang bisa

diterima antara yang ditaksir dengan penaksir, berapa derajat kepercayaan

yang diinginkan, dan berapa derajat kepercayaan yang bisa diterima.

c. Pendekatan praktis: dapat dilakukan dengan pengambilan sampel sampah

berdasarkan atas jumlah minimum sampel yang dibutuhkan untuk

penentuan komposisi sampah, yaitu minimum 500 liter atau sekitar 200 kg.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

28

Biasanya sampling dilakukan di TPS atau pada gerobak yang diketahui

sumber sampahnya.

2.6 TEKNIK PENGAMBILAN DATA/ SAMPLING

Teknik Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.

Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat

berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara skematis, teknik

sampling dibedakan menjadi dua, yaitu :

2.6.1 Probality Sampling

Probality sampling adalah teknik sampling yang memberikan

peluang yang sama bagi setiap unsure (anggota) populasi untuk dipilih

menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi:

a. Simple random sampling

Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel

anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan

strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan

bila anggota populasi dianggap homogen.

b. Proportionate stratified random sampling

Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur

yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

c. Cluster sampling (Area sampling)

Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel

bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas,

misal penduduk dari suatu Negara, propinsi atau kabupaten.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

29

2.6.2 Nonprobality Sampling

Nonprobality sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang

atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi :

a. Sampling sistematis

Pengambilan sampel secara sistematis adalah suatu metode di

mana hanya unsur pertama dari sampel yg dipilih secara acak

sedang unsur-unsur selanjut dipilih secara sistematis menurut

suatu pola tertentu.

b. Sampling kuota

Teknik menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri

tertentu sampai jumlah yang diinginkan

c. Sampling aksidental

Teknik pengambilan sampel berdasar kejadian kebetulan, yaitu

siapa saja yang dianggap tepat dan secara kebetulan bertemu

peneliti dapat dijadikan sampel.

d. Purposive Sampling

Merupakan teknik pengambilan sampel dengan

pertimbangan tertentu.

e. Sampling jenuh

Merupakan teknik penentuan sampel dimana seluruh

anggota populasi dijadikan sampel.

f. Snowball sampling

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

30

Teknik penentuan sampel yang mula-mula kecil kemudian

para sampel awal diminta untuk merekomendasikan sampel

berikutnya.

Dalam penelitian ini digunakan simple random sampling dan

purposive sampling untuk memperoleh informasi pengelolaan sampah, dan

untuk memperoleh data volume timbulan sampah digunakan cara

pengukuran langsung dari sejumlah sampel di pasar setia budi tanjung rejo

yang ditentukan secara simple random sampling selama satu minggu

dengan tiga kali pengambilan.

2.7 STANDARISASI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN.

Standar yang berhubungan dengan pengelolaan persampahan telah

diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Badan Standarisasi

Nasional, yaitu :

1. SK-SNI. S-04-1991-03, tentang spesifikasi timbulan sampah

untuk kota kecil dan kota sedang di indonesia, standar ini

mengatur tentang jenis sumber sampah, besaran timbulan sampah

berdasarkan komponen sumber sampah serta besaran timbulan

sampah berdasarkan klasifikasi kota.

2. SNI 19-2454-1991, tentang tata cara pengelolaan teknik sampah

perkotaan. Standar ini mengatur tentang persyaratan teknis yang

meliputi :

a. Teknik Operasional

b. Daerah pelayanan

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

31

c. Tingkat pelayanan

d. Pewadahan Sampah

e. Pengumpulan Sampah

f. Pemindahan sampah

g. Pengangkutan sampah

h. Pengolahan sampah

i. Pembuangan akhir

Kriteria penentuan kualitas operasional pelayanan adalah :

a. Penggunaan jenis peralatan

b. Sampah terisolasi dari lingkungan

c. Frekuensi pelayanan

d. Frekuensi penyapuan

e. Estetika

f. Tipe kota

g. Variasi daerah pelayanan

h. Pendapatan dari retribusi

i. Timbulan sampah musiman

3. SNI 03-3241-1994, tentang cara pemilihan lokasi tempat

pembuangan akhir sampah. Standar ini mengatur tentang

ketentuan pemilihan lokasi TPA, kriteria pemilihan lokasi yang

meliputi kriteria regional dan kriteria penyisih.

4. SNI 19-3964-1994, tentang metode pengambilan dan pengukuran

contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan. standar ini

mengatur tentang tata cara pengambilan dan pengukuran contoh

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

32

timbulan sampah yang meliputi lokasi, cara pengambilan, jumlah

contoh, frekuensi pengambilan serta pengukuran dan perhitungan.

2.8 PENGELOLAAN SAMPAH

Pengelolaan sampah merupakan suatu aliran kegiatan yang dimulai

dari sumber penghasil sampah. Sampah dikumpulkan untuk diangkut ke

tempat pembuangan untuk dimusnahkan. Atau sebelumnya dilakukan suatu

proses pengolahan untuk menurunkan volume dan berat sampah.

Teknik operasional pengelolaan sampah pasar ini terdiri dari

kegiatan pewadahan, pengumpulan, pengangkutan sampai dengan

pembuangan akhir harus bersifat terpadu. Bila salah satu kegiatan tersebut

putus atau tidak tertangani dengan baik maka akan menimbulkan masalah

kesehatan, banjir/genangan, pencemaran air tanah dan sebagainya.

Sistem operasional persampahan saat ini dapat di bagi 2 yaitu, bagian hulu

dan hilir. Operasi bagian hulu merupakan pewadahan oleh sumber

sampah dan pengumpulan sampah sedangkan di bagian hilir berupa

pengangkutan dan pembuangan akhir sampah. Pengumpulan sampah di

pemukiman pasar dilakukan oleh gerobak yang selanjutnya membawa

sampah ke TPS. Dari sini sampah akan diangkut oleh dump truk menuju

TPA. Pengumpulan sampah dari jalan dan tempat umum dilakukan oleh

truk secara langsung mengangkut sampah ke TPA.

Tingginya jumlah sampah yang harus dikelola membuat biaya

operasional menjadi tinggi, terutama pada biaya pengangkutan. Selain

biaya pengangkutan yang tinggi, biaya pengolahan sampah di TPA juga

tinggi meliputi pengadaan lahan dan operasi pembuangan sampah.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

33

Keterbatasan biaya sering kali membuat metode sanitary landfill yang

semula direncanakan berubah menjadi open dumping.

Gambar 2.1 Diagram Operasional Pengelolaan Sampah

2.8.1 Pewadahan

Pewadahan sampah adalah cara pembuangan sampah sementara di

sumbernya. Dalam suatu pasar tradisional sebaiknya setiap pedangang

memiliki pewadahan sampah atau tempat penyimpanan sampah sementara

(TPSS), seperti halnya pada penelitian yang pernah dilakukan di Pusat

Pasar medan, sebanyak 61,4% pedagang mempunyai TPSS dan 38,6%

tidak mempunyai TPSS.(Gultom,2003). Wadah sampah biasanya

ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses. Sampah diwadahi

sehingga memudahkan dalam pengangkutannya. Idealnya wadah sampah

disesuaikan dengan jenis sampah yang akan dikelola, yaitu dipisah antara

yang organik dengan non-organik agar memudahkan dalam penanganan

selanjutnya, khususnya dalam upaya daur ulang. Secara umum sampah

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

34

pasar didominasi sampah organik dengan perbandingan 80% organik, dan

20% non-organik. Pewadahan sampah perlu disesuaikan dengan timbulan

sampahnya, yaitu banyaknya sampah total yang dihasilkan per hari dalam

satu pasar, dinyatakan dalam satuan volume atau satuan berat.

Timbulan sampah perhari = ……..……(2.1)

Untuk menghitung volume wadah/ volume penampungan dapat hitung dari

pengukuran volume langsung untuk wadah beton dapat dilakukan dengan

menghitung panjang (p), lebar (l), dan tinggi (t). Sedangkan untuk

pewadahan yang berupa tumpukan tanpa wadah beton pengukuran

dilakukan dengan merata-ratakan volume tumpukan. Volume pewadahan

ini dapat dicari dengan persamaan :

Volume pewadahan (cm3) = panjang x lebar x tinggi. ……....(2.2)

Berdasarkan pedoman dari Departemen Permukiman dan Prasarana

Wilayah, ada dua jenis pola pewadahan, yakni sebagai berikut:

2.8.1.1 Pola pewadahan individual

Diperuntukkan bagi daerah pemukiman menengah

keatas dan daerah komersial. Bentuk yang dipakai tergantung

selera dan kemampuan pengadaan dari pemiliknya, dengan kriteria:

Ø Bentuk: kotak, silinder, kantung, kontainer.

Ø Sifat: dapat diangkat, tertutup.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

35

Ø Bahan: logam, plastik. Alternatif bahan harus bersifat

kedap terhadap air, panas matahari, tahan diperlakukan

kasar, mudah dibersihkan.

Ø Ukuran: 10-50 liter untuk pemukiman, toko kecil, 100-500

liter untuk kantor, toko besar, hotel, rumah makan.

Ø Pengadaan: pribadi, swadaya masyarakat, instansi

pengelola.

2.8.1.2 Pola pewadahan komunal

Diperuntukkan bagi daerah pemukiman sedang/kumuh, taman

kota, jalan, pasar. Bentuk ditentukan oleh pihak instansi pengelola karena

sifat penggunaannya adalah umum, dengan kriteria:

Ø Bentuk: kotak, silinder, kontainer.

Ø Sifat: tidak bersatu dengan tanah, dapat diangkat, tertutup.

Ø Bahan: logam, plastik. Alternatif bahan harus bersifat

kedap terhadap air, panas matahari, tahan diperlakukan

kasar, mudah dibersihkan.

Ø Ukuran: 100-500 liter untuk pinggir jalan, taman kota, 1-10

m3 untuk pemukiman dan pasar.

Ø Pengadaan: pemilik, badan swasta (sekaligus sebagai usaha

promosi hasil produksi), instansi pengelola.

2.8.2 Pengumpulan

Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan

cara mengambil sampah dari masing-masing sumber/ wadah sampah untuk

dipindahkan ke tempat pembuangan sementara atau ke pengolahan sampah

skala kawasan untuk dapat diolah atau didaur ulang. Pengumpulan dapat

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

36

dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pada pengerjaan

pengumpulan tidak langsung, dibutuhkan alat yang dapat membantu

mempermudah pengumpulan, yaitu gerobak ataupun truk sampah. Gerobak

ataupun truk harus bisa melakukan perjalanan dengan efektif dan efisien

sepanjang area sumber sampah hingga sampai ke tempat pembuangan

sementara atau tempat pengolahan. Hal yang perlu diperhatikan dalam

proses pengumpulan adalah intensitas dan ritasi. Intensitas merupakan

lamanya waktu yang diperlukan penarik gerobak dalam mengambil sampah

di wilayah tertentu dengan satuan hari, sedangkan ritasi merupakan

banyaknya gerakan bolak-balik dalam pengambilan sampah di wilayah

tertentu, yaitu gerakan pengambilan sampah menuju ke TPS dan kembali

lagi ke sumber sampah. Semakin banyak timbulan sampah, semakin banyak

pula ritasi yang dilakukan.

Intensitas rata-rata = …………….……… (2.3)

Ritasi rata-rata tiap gerobak = …………..(2.4)

2.8.3 Pengangkutan

Pengangkutan sampah adalah proses dimana sampah yang ada dan

tidak bisa dimanfaatkan lagi diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Umumnya penganggkutan ini dilakukan dengan menggunakan truk

sampah. Jumlah ritasi truk pengangkut akan dipengaruhi dengan banyaknya

timbulan sampah di TPS, semakin sedikit timbulan sampah yang tak

terpakai maka semakin rendah biaya operasional pengangkutan ke TPA.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

37

Dan dengan adanya pengolahan sampah di pasar ini diharapkan dapat

menekan biaya operasional pengangkutan sekecil mungkin.

2.9 PENGOLAHAN SAMPAH

Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume

sampah atau merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat, antara lain dengan

cara pembakaran,pengomposan, penghancuran, pengeringan dan pendaur

ulangan. (SNI T-13-1990-F). Adapun teknik pengolahan sampah adalah

sebagai berikut :

2.9.1 Pengomposan (Composting)

Pengomposan adalah suatu cara pengolahan sampah organik

dengan memanfaatkan aktifitas bakteri untuk mengubah sampah menjadi

kompos (proses pematangan). Pengomposan dilakukan terhadap sampah

organik.

2.9.2 Pembakaran sampah

Pembakaran sampah dapat dilakukan pada suatu tempat, misalnya

lapangan yang jauh dari segala kegiatan agar tidak mengganggu. Namun

demikian pembakaran ini sulit dikendalikan bila terdapat angin kencang,

sampah, arang sampah, abu, debu, dan asap akan terbawa ke tempat-tempat

sekitarnya yang akhirnya akan menimbulkan gangguan. Pembakaran yang

paling baik dilakukan di suatu instalasi pembakaran, yaitu dengan

menggunakan insinerator, namun pembakaran menggunakan insinerator

memerlukan biaya yang mahal.

2.9.3 Recycling

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

38

Merupakan salah satu teknik pengolahan sampah, dimana

dilakukan pemisahan atas benda-benda bernilai ekonomi seperti: kertas,

plastik, karet, dan lain-lain dari sampah yang kemudian diolah sehingga

dapat digunakan kembali baik dalam bentuk yang sama atau berbeda dari

bentuk semula.

2.9.4 Reuse

Merupakan teknik pengolahan sampah yang hampir sama dengan

recycling, bedanya reuse langsung digunakan tanpa ada pengolahan terlebih

dahulu.

2.9.5 Reduce

Adalah usaha untuk mengurangi potensi timbulan sampah,

misalnya tidak menggunakan bungkus kantong plastik yang berlebihan.

2.10 PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN CARA PENGOMPOSAN

2.10.1 Pengertian Kompos Dan Pengomposan.

Kompos adalah hasil penguraian bahan organik melalui proses

biologis dengan bantuan organisme pengurai. Proses penguraian dapat

berlangsung secara aerob (dengan udara) maupun anaerob (tanpa

bantuan udara). (Epstein, 1997 dalam Buku Pedoman Pengolahan Sampah

Terpadu Danamon Pedui).

Fungsi utama kompos adalah membantu memperbaiki sifat fisik,

kimia dan biologi tanah. Secara fisik kompos dapat menggemburkan tanah,

aplikasi kompos pada tanah akan meningkatkan jumlah rongga sehingga

tanah menjadi gembur.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

39

Sementara sifat kimia yang mampu dibenahi dengan aplikasi

kompos adalah meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada tanah

dan dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air (water

holding capacity). Sedangkan untuk perbaikan sifat biologi, kompos dapat

meningkatkan populasi mikroorganisme dalam tanah (Simamora dan

Salundik, 2006 dalam Pedoman Mengolah Kompos Danamon Peduli).

Keunggulan kompos adalah kandungan unsur hara makro

maupun mikronya yang lengkap. Unsur hara makro yang terkandung

dalam kompos antara lain N, P, K, Ca, Mg, dan S, sedangkan kandungan

unsur mikronya antara lain Fe, Mn, Zn, Cl, Cu, Mo, Na dan B (Stoffella

and Kahn, 2001 dalam Pedoman Mengolah Kompos Danamon Peduli).

Maka, untuk menghasilkan kompos dilakukan pengomposan.

Pengomposan adalah proses penguraian bahan organik secara alamiah

dengan bantuan organisme pengurai. Berikut ini ialah organisme pengurai

yang terlibat dalam proses pengomposan:

Tabel 2.1 Organisme pengurai yang terlibat dalam proses pengomposan.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

40

Pengomposan dapat terjadi secara alamiah maupun dengan

bantuan manusia. Pengomposan secara alamiah yaitu dengan cara

penumpukan sampah di alam, sedangkan pengomposan dengan bantuan

manusia yaitu dengan cara menggunakan teknologi modern maupun

dengan menggunakan bahan bioaktivator dan menciptakan kondisi ideal

sehingga proses pengomposan dapat terjadi secara optimal dan

menghasilkan kompos berkualitas tinggi.

Untuk dapat membuat kompos dengan kualitas baik,

diperlukan pemahaman proses pengomposan yang baik pula. Proses

pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap

aktif dan tahap pematangan. Selama tahap awal proses, oksigen dan

senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan

oleh mikroba mesofilik yang kemudian akan digantikan oleh bakteri

termofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat,

kemudian akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan

meningkat hingga mencapai 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama fase

pematangan.

2.10.2 Manfaat Pengomposan

Pengomposan sampah organik memiliki banyak manfaat yang

dapat menguntungkan masyarakat. Keuntungan yang dapat diperoleh dari

pengomposan dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain:

a. Aspek Ekonomi

a. Menghemat biaya transportasi sampah ke TPA dan

penimbunan limbah.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

41

b. Mengurangi volume sampah.

c. Memiliki nilai ekonomi lebih dari bahan asalnya.

d. Menambah penghasilan.

b. Aspek Lingkungan

a. Mengurangi polusi udara karena pembakaran sampah

b. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

c. Menghindari/tidak menjadi sumber penyakit karena lalat dan

bakteri-bakteri yang merugikan.

c. Aspek bagi Tanah/Tanaman

a. Meningkatkan kesuburan tanah

b. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah

c. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah

d. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah

e. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, kandungan gizi, dan

jumlah panen)

f. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman

g. Menekan pertumbuhan / serangan penyakit tanaman

h. Meningkatkan retensi / ketersediaan hara di dalam tanah.

d. Aspek bagi Masyarakat/Sosial

a. Membuka kesempatan kerja bagi masyarakat (usaha padat

karya)

b. Menciptakan lingkungan yang sehat bagi masyarakat.

c. Mengubah pandangan masyarakat bahwa sampah merupakan

masalah menjadi sesuatu yang berkah.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

42

2.10.3 Proses Pembuatan Kompos (Komposting)

2.10.3.1 Bahan Untuk Pembuatan Kompos

Pada dasarnya semua bahan organik dapat dikomposkan,

seperti: sampah organik pasar, limbah organik rumah tangga,

kotoran/ limbah peternakan, limbah pertanian, limbah agroindustri,

limbah pabrik gula, dan sebagainya yang bersifat fibrous (berserat).

Namun ada juga bahan organik yang perlu dihindari sebagai bahan

baku kompos ialah bahan organik yang memiliki kadar air tinggi

(seperti: semangka, melon, mentimun, tomat, dll) karena akan

mempertinggi kadar air pada kompos.

2.10.3.2 Proses Pengomposan

Pengomposan dapat terjadi secara alamiah maupun

dengan bantuan manusia. Pengomposan secara alamiah yaitu

dengan cara penumpukan sampah di alam, sedangkan

pengomposan dengan bantuan manusia yaitu dengan cara metode

tertentu, atau menggunakan teknologi modern maupun dengan

menggunakan bahan bioaktivator dan menciptakan kondisi ideal

sehingga proses pengomposan dapat terjadi secara optimal dan

menghasilkan kompos berkualitas tinggi.

Adapun cara pengomposan secara umum terdiri dari beberapa

tahapan, diantaranya:

a. Pemilahan sampah

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

43

Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari

sampah anorganik. Pemilahan harus dilakukan dengan teliti

karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos

yang dihasilkan.

b. Pengecilan Ukuran/ Pencacahan.

Pengecilan ukuran/ pencacahan dilakukan untuk memperluas

permukaan sampah, sehingga sampah dapat dengan mudah

dan cepat didekomposisi menjadi kompos.

c. Penyusunan Tumpukan

• Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan

dan pengecilan ukuran kemudian disusun menjadi

tumpukan.

• Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah

desain memanjang dengan ukuran panjang x lebar x

tinggi = 2m x 12m x 1,75m.

• Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu

(windrow) yang berfungsi mengalirkan udara di

dalam tumpukan.

d. Pembalikan.

Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang

berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan

bahan, gunanya untuk meratakan proses pelapukan di setiap

bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu

penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.

e. Penyiraman

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

44

• Penyiraman dilakukan terhadap bahan baku dan

tumpukan yang terlalu kering (kelembaban kurang

dari 50%).

• Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat

dilakukan dengan memeras segenggam bahan dari

bagian dalam tumpukan.

• Apabila pada saat digenggam dan diperas tidak

mengeluarkan air, maka tumpukan sampah harus

ditambahkan air. Sedangkan jika sebelum diperas

sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh

karena itu perlu dilakukan penyirman.

f. Pematangan

• Setelah pengomposan berjalan antara 30 hingga 40

hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga

mendekati suhu ruangan atau suhu di tempat.

• Pada saat itu tumpukan telah lapuk, yaitu berwarna

coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap

pematangan selama ± 14 hari.

g. Penyaringan

• Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran

butiran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan

serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak

dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan

di awal proses.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

45

• Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke

dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang

tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.

h. Pengemasan dan Penyimpanan

• Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung

sesuai dengan kebutuhan pemasaran.

• Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang

yang aman dan terlindung dari kemungkinan

tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan

benih gulma atau benih lain yang tidak diinginkan

yang mungkin terbawa oleh angin.

Potensi pembuatan kompos dengan mengolah sampah

organik pasar dengan melakukan pengomposan ini cukup besar,

maka pengomposan membutuhkan sistem pengolahan yang baik.

Salah satu pasar yang telah berhasil melakukan

pengolahan sampah dengan pengomposan adalah pasar bunder

sragen Jawa tengah, dan menjadi pasar percontohan di Indonesia.

Sampah Pasar PemilahanSampah

Pengecilanukuran/

Penyusunantumpukan

Pematangan

Penyiraman PembalikanTumpukan

Penyaringan Pengemasan/Penyimpanan

Gambar 2.2 Skema Alur Pengomposan secara umum.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

46

Proses pembuatan kompos/ pupuk organik dari sampah pasar di

unit pengolahan sampah pasar bunder sragen dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

1. Pengumpulan Sampah dan Pemilahan Sampah.

Sampah dikumpulkan dari dalam pasar dan ditampung di

ruang penampungan. Di tempat ini sampah non organik

dipisahkan dengan sampah organik. Karena sebagian besar

sampah pasar Bunder adalah sampah organik, tahapan ini bisa

dilakukan secara manual.

Gambar. 2.3. Pemilahan Sampah pasar

Di Pasar Bunder Sragen, pemilahan dilakukan secara manual

menggunakan para petugas pengelola pasar. Sampah dipisah/

dipilah antara sampah organik dan anorganik untuk selanjutnya

dilakukan proses pencacahan.

2. Pencacahan Sampah

Sampah organik yang sudah terpisah dengan sampah non

organik selanjutnya dicacah dengan menggunakan mesin

Gambar 2.1 pengumpulan dan pemilahan sampah

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

47

pencacah. Tujuan dari pencacahan ini adalah untuk

memperkecil dan menyeragamkan bahan baku kompos

sehingga mempermudah proses fermentasi. Bila dianggap

terlalu basah, sampah yang telah dicacah dapat dipress lagi

untuk mengurangi kadar air.

Setelah sampah dicacah dan menjadi bagian-bagian kecil maka

tahapan selanjutnya adalah menyiapkan aktivator pengurai.

3. Penyiapan Aktivator (PROMI)

Dalam proses pengomposan di Pasar Bunder untuk

mempercepat proses pengomposan digunakan aktivator

PROMI dari Balai Penelitian Bioteknologi perkebunan

Indonesia. Untuk setiap 1 Ton sampah mentah dibutuhkan 1 kg

PROMI. Saat musim kemarau di mana sampah

pasar relatif kering Promi tersebut dicampurkan bersama 20

Gambar 2.4 Pencacahan Sampah Organik

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

48

liter air dan 1 liter tetes tebu. Namun di musim penghujan di

mana kadar air sampah dari pasar cukup tinggi maka PROMI

dicampurkan dengan pasir atau tanah kering. Kalo perlu

sampah yang akan diolah dipress dulu.

4. Pencampuran PROMI di dalam Bak Pengomposan.

Selanjutnya sampah yang telah dicacah dicampurkan

dengan PROMI dan ditampung di bak-bak pengomposan.

Sampah tidak boleh diinjak-injak, karena akan menyebabkan

menjadi padat dan kandungan udara di dalam kompos

berkurang.

Gambar 2.5 Promi

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

49

Dalam pencampuran dengan promi, perlu diperhatikan

tumpukan, kepadatan serta temperaturnya.

5. Pengadukan / Pembalikan.

Unit Pengolahan Sampah Pasar Bunder dalam

memproduksi kompos menggunakan sistem aerob / dengan

udara terbuka . Jadi 3 hari setelah sampah dimasukkan ke bak

pengomposan kemudian dilakukan pemeriksaan suhu kompos

di dalam bak.

Bila di rasa terlalu panas perlu dilakukan proses pengadukan

atau pembalikan untuk memberikan sirkulasi udara yang

bertujuan agar proses pengomposan bisa merata. Pengadukan

dilakukan minimal 3 hari sekali.

Gambar 2.6 Pengadukan/ pembalikan

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

50

6. Panen Kompos

Setelah 14 hari sampah akan berubah warna menjadi

kehitaman dan menjadi lebih lunak. Kompos sampah telah

cukup matang. Kompos selanjutnya dipanen dan dibawa ke

tempat pengolahan lebih lanjut.

Kompos selanjutnya akan dicacah sekali lagi untuk kemudian

diayak menggunakan saringan yang lebih kecil untuk

menyeragamkan ukuran dan mempercantik tampilan kompos.

7. Pengolahan Paska Panen

Setelah kompos yang sudah jadi diayak, proses

selanjutnya adalah memasukkan kompos ke gudang

penyimpanan sebelum di lakukan pengemasan. Selain produksi

dalam bentuk kompos curah, kompos hasil ayakan juga bisa di

Gambar 2.7 Hasil kompos curah

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

51

proses lagi menjadi pupuk organik bentuk granular atau

butiran.

8. Proses Membuat Pupuk Organik Granular

Untuk membuat pupuk organik granular, kompos yang

sudah disaring tadi dimasukkan ke dalam mesin molen yang

berputar stasioner dengan dicampur air dan kalsit sebagai

bahan perekat.

Untuk membuat kompos curah menjadi bentuk granular

menggunakan mesin molen membutuhkan waktu sekitar 30-45

menit dimana sekali proses bisa dihasilkan sekitar 100 kg

pupuk organik granular. Pupuk organik berbentuk granular

tersebut kemudian dijemur sampe kering. Setelah kering pupuk

organik granular tersebut bisa dikemas.

9. Pengemasan

Gambar 2.8 Pembuatan Kompos Granular

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

52

Setelah itu dilakukan pengemasan sesuai dengan

permintaan konsumen. Untuk kompos curah kita kemas dalam

karung berisi 20 kg. Sedangkan untuk pupuk organik bentuk

granular 1 sak/karung berisi 25 kg. Setelah dikemas kompos

dan pupuk organik granular tersebut siap untuk dijual.

Dengan mengacu pada pengolahan sampah yang telah diterapkan di pasar

bunder sragen, diharapkan setiap pasar di kota Medan mampu melakukan

pengolahan sampahnya untuk mengurangi permasalahan yang ada saat ini.

2.11 Daur Ulang Non Organik

Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas

menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang

sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan

bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi,

Gambar 2.9 Pembuatan Kompos Granular

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara

53

dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan

barang baru. (Wikipedia).

Daur ulang ini dapat dilakukan pada sampah organik maupun non-

organik. Hasil olahan sampah organik dapat berupa kompos, sedangkan

yang non-organik dapat berupa, tas, mainan, kerajinan, alat rumah tangga,

hiasan, dan lain-lain.

2.12 Potensi Ekonomi Pengolahan Sampah Pasar

Pada dasarnya, sampah yang dibuang setiap harinya pada suatu

pasar akan terus meningkat apabila tidak dikelola dan diolah kembali

dengan baik. Hal ini akan menyebabkan beberapa masalah pada

lingkungan, seperti tumbuhnya wabah penyakit, pencemaran lingkungan

oleh bau, dan lain sebagainya. Maka dari dilakukan pengolahan, selain akan

mengurangi masalah-masalah yang diakibatkan oleh sampah, pengolahan

ini ternyata bisa menghasilkan keuntungkan bagi pengelolanya, seperti

pembuatan kompos, ataupun daur ulang bahan non organiknya.

Keuntungan dari pengolahan sampah ini tidaklah sedikit, apabila

pengelolaan dilakukan pada skala besar dan dengan manajemen yang baik.

Maka sangat diharapkan agar setiap pasar dapat melakukan pengomposan

secara komunal untuk menghasilkan potensi ekonomi yang besar,

sebagaimana yang telah diterapkan di pasar Bunder Sragen.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF PrinterUniversitas Sumatera Utara