bab 2 tinjauan pustaka 2.1 konsep 2.1.1...
TRANSCRIPT
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Golden Proportion
2.1.1 Pengertian
Golden proportion merupakan suatu konsep yang memberikan pedoman
sederhana berupa proporsi ideal untuk mencapai konsep estetis optimum.9 Golden
proportion merupakan nilai matematika yang membatasi rasio antara jarak terbesar
dan terkecil. Secara matematis, rasio ini diekspresikan sebagai 1,6180339887… atau
dikenal juga sebagai phi (ф).15 Istilah lain dari golden proportion adalah golden
section, golden rectangle, golden number, golden mean, golden ratio, extreme and
mean ratio, divine proportion, dan mean of phidias.7,10,15
Konsep golden proportion digunakan untuk menggambarkan proporsi berupa
perbandingan antara jarak terkecil (x) dengan jarak terbesar (1-x) sama dengan
perbandingan antara jarak terbesar (1-x) dengan jarak seluruhnya (1), yaitu 0,618.
Perhitungan matematika dari konsep golden proportion akan menjadi x / (1-x) = (1-x)
/ 1, dengan hasil x = 0,382 dan (1-x) = 0,618.15 (Gambar 1). Angka ini merupakan
satu-satunya di dalam bidang matematika, yang mana ketika dikurangkan dengan unit
(1,0) menghasilkan nilai kebalikannya.11 Menurut Yosh Jefferson, standar rasio
1:1,618 pada konsep ini tidak dipengaruhi oleh ras, usia, jenis kelamin serta variabel
lainnya.16
Gambar 1. Konsep golden proportion 15
= = = 0,618
x
1-x 1
Universitas Sumatera Utara
9
2.1.2 Perkembangan
Konsep golden proportion sudah mempengaruhi banyak seniman, pemusik,
ahli matematika, dan ahli filosofi sepanjang sejarah. Tanggal penemuan konsep
golden proportion tidak diketahui karena proporsi ini ditemukan kembali berulang
kali sepanjang sejarah. Aplikasi dari konsep golden proportion yang tercatat paling
awal adalah sekitar 2.500 SM. Konsep ini digunakan arsitek Mesir sebagai denah dari
piramida-piramida di Giza.15
Konsep golden proportion sangat terkenal pada masa Yunani kuno dan
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kesenian dan arsitektur mereka.
Phidias, seorang pengukir dan ahli matematika Yunani terkenal, banyak
menggunakan konsep golden proportion pada arsitekturnya sehingga konsep tersebut
dikenal sebagai phi (ф). Pathernon, bangunan megah yang terkenal dengan
keindahannya sepanjang sejarah, dibangun oleh Phidias berdasarkan konsep golden
proportion pada masa 440 SM.15 Ahli matematika Yunani, Pythagoras (560-480 SM),
meneliti dan mencari jawaban terhadap konsep kecantikan secara matematis.
Penelitiannya menjadi penuntun dalam penemuan golden proportion, dengan nilai
matematika yaitu 0,618. Euclid (365- 300 SM), ahli matematika Yunani, juga
menyebutkan konsep golden proportion sebagai ‘extreme and mean ratio’ dalam
bukunya yang berjudul Elemen.6,15
Pada tahun 1500-an, istilah untuk golden proportion adalah golden ratio dan
divine proportion. Luca Pacioli (1509) menggunakan konsep golden proportion
dalam disertasinya dan menjadikannya sebagai orang pertama dengan referensi
literatur pertama mengenai divine proportion. Selama periode renaissance, golden
proportion telah ditemukan di berbagai lukisan, terutama pada lukisan da Vinci. Pada
periode ini, diketahui bahwa banyak artis yang menggunakan konsep golden ratio
untuk mencapai kecantikan yang seimbang yang merupakan tujuan utama dari konsep
ini. Banyak bukti menunjukkan bahwa konsep golden proportion juga terdapat pada
komposisi musik klasik oleh Mozart, Beethoven, dan Bach. Konsep ini tidak hanya
terdapat pada hasil ciptaan manusia, namun juga terdapat pada hasil ciptaan Tuhan,
Universitas Sumatera Utara
10
misalnya seperti bentuk double-helix pada DNA manusia, bunga, cangkang siput
maupun serangga.10,15
Lombardi (1973) merupakan orang pertama yang menyarankan pemakaian
konsep golden proportion dalam kedokteran gigi.5 Levin (1978) menyatakan bahwa
konsep golden proportion adalah rasio lebar insisivus lateralis terhadap lebar
insisivus sentralis serta lebar kaninus terhadap lebar insisivus lateralis rahang atas
yang paling harmonis.5,7 Levin juga menemukan diagnostic grid (kertas bergambar
garis vertikal dan horizontal dengan jarak sesuai konsep golden proportion) dan
menyarankan penggunaan alat tersebut untuk mengevaluasi proporsi gigi yang
ideal.10 Parnia dkk (2010) menggunakan software adobe photoshop dalam
penelitiannya untuk mengevaluasi proporsi gigi insisivus sentralis rahang atas
terhadap konsep golden proportion.20 Adobe photoshop merupakan suatu aplikasi
pengolah gambar buatan Adobe Systems yang dikhususkan untuk pengeditan
foto/gambar dan pembuatan efek.39
2.1.3 Alat
Golden ruler atau disebut juga golden mean gauge adalah suatu alat yang
digunakan dalam matematika, seni, dan arsitektur sebagai pemandu untuk
menghasilkan proporsi sesuai dengan konsep golden proportion.10 Golden ruler juga
dapat digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk menentukan proporsi wajah dan
gigi anterior dalam golden proportion.17 Alat ini dapat disterilkan, stabil setelah
pengukuran, dan menghasilkan perbandingan yang cepat.
Golden ruler memiliki tiga komponen utama, yaitu dua komponen lateral dan
satu komponen tengah dengan delapan buah baut (Gambar 2).
Universitas Sumatera Utara
11
Gambar 2. Komponen golden ruler: 10
A. Komponen lateral B. Komponen tengah C. Baut
Apabila salah satu komponennya digerakkan, maka komponen yang lain akan
ikut bergerak dan menghasilkan perbandingan yang sesuai dengan konsep golden
proportion, yaitu 1: 0,618 (Gambar 3).10
Gambar 3. Golden ruler10
Dengan bantuan golden ruler, dokter gigi lebih mudah untuk memberi
penjelasan kepada pasien mengenai bagaimana cara mengatasi masalah estetis karena
proporsi estetis dari wajah pasien serta ukuran gigi anterior yang ideal dapat
diperoleh dan dibandingkan serta ketidakharmonisan proporsi dapat dideteksi dengan
cepat.17
Beberapa kegunaan golden ruler, antara lain:17
a. Mengetahui proporsi wajah
• Mengetahui proporsi wajah vertikal
• Mengetahui proporsi wajah horizontal
B C
A
Universitas Sumatera Utara
12
• Mengetahui proporsi wajah eksternal
b. Mengetahui proporsi gigi-geligi anterior rahang atas
• Mengetahui proporsi lebar gigi insisivus sentralis, insisivus lateralis,
dan kaninus rahang atas
• Mengetahui proporsi lebar gigi anterior rahang atas dan empat gigi
anterior rahang bawah
• Mengetahui proporsi panjang dan lebar kedua insisivus sentralis
rahang atas
• Mengetahui proporsi lebar delapan gigi segmen estetik anterior rahang
atas (dari premolar kanan ke premolar kiri) terhadap lebar senyum
c. Membantu tekniker laboratorium gigi dalam pembuatan gigitiruan
Kelebihan golden ruler:17
a. Stabil saat pengukuran
b. Dapat disterilkan
c. Dapat menentukan proporsi wajah vertikal, horizontal dan eksternal dengan
cepat dan mudah
d. Dapat menentukan proporsi gigi dengan cepat dan mudah
e. Dapat mendeteksi ketidakharmonisan dengan cepat dan mudah
f. Dokter gigi dapat memberikan penjelasan dengan mudah kepada pasien
mengenai masalah estetis
g. Dapat mempermudah pekerjaan dokter gigi dan tekniker laboratorium
h. Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan pengukuran lebih cepat
i. Mudah dalam melakukan pengukuran
Kekurangan golden ruler:17
a. Hanya dapat mengukur dua kuantitas yang berada pada sisi yang sama
b. Hanya dapat mengukur pada bidang dua dimensi
Universitas Sumatera Utara
13
2.1.4 Penggunaan
2.1.4.1 Golden Proportion pada Wajah
Proporsi wajah pasien yang ideal menurut konsep golden proportion meliputi
proporsi wajah vertikal, horizontal dan eksternal (Gambar 4).18
Gambar 4. Penggunaan konsep golden proportion pada wajah18 A. Proporsi wajah vertikal B. Proporsi wajah horizontal
C. Proporsi wajah eksternal
2.1.4.2 Golden Proportion pada Gigi Anterior
Konsep golden proportion dengan proporsi ideal 1: 1,618 dapat digunakan
sebagai pedoman dalam penentuan proporsi yang harmonis dari gigi anterior rahang
atas yaitu dalam hal pemilihan ukuran dan penyusunan anasir gigitiruan anterior
untuk mencapai desain senyuman yang estetis.10,17
2.1.4.2.1 Proporsi Lebar Gigi Insisivus Sentralis, Insisivus Lateralis, dan
Kaninus Rahang Atas
Proporsi gigi anterior jika dilihat dari depan menurut Levin, antara lain:10
• Lebar insisivus sentralis 1,618 kali lebih besar daripada lebar insisivus
lateralis
• Lebar insisivus lateralis 1,618 kali lebih besar daripada lebar kaninus
• Lebar kaninus terlihat 1,618 kali lebih besar daripada lebar premolar
pertama (Gambar 5)
A C B
Universitas Sumatera Utara
14
0,3820,618 1 1,618
Gambar 5. Proporsi delapan gigi anterior rahang atas
berada dalam konsep golden proportion terhadap satu sama lain jika dilihat dari depan10
2.1.4.2.2 Proporsi Lebar Gigi Anterior Rahang Atas dan Empat Gigi
Anterior Rahang Bawah
Konsep golden proportion juga dapat ditemui pada proporsi lebar gigi anterior
rahang atas dan empat gigi anterior rahang bawah. Keseluruhan bagian gigi anterior
rahang atas yang terlihat diantara titik insisal kaninus 1,618 kali lebih besar daripada
empat gigi insisivus rahang bawah10,17 (Gambar 6).
Universitas Sumatera Utara
15
Gambar 6. Proporsi lebar gigi anterior rahang atas dan empat gigi anterior rahang bawah17
2.1.4.2.3 Proporsi Panjang dan Lebar Kedua Insisivus Sentralis
Rahang Atas
Proporsi panjang dan lebar kedua insisivus sentralis rahang atas menurut
konsep golden proportion yaitu jumlah lebar kedua insisivus sentralis atas adalah
1,618 kali lebih besar dari panjangnya10,14 (Gambar 7).
Gambar 7. Proporsi panjang dan lebar kedua insisivus sentralis rahang atas14
1,618
1
Universitas Sumatera Utara
16
2.1.4.2.4 Proporsi Lebar Delapan Gigi Segmen Estetik Anterior Rahang
Atas terhadap Lebar Senyum
Konsep golden proportion juga dapat dilihat pada proporsi lebar delapan gigi
segmen estetik anterior rahang atas (premolar satu kanan ke premolar satu kiri)
terhadap lebar senyum. Lebar senyum terlihat 1,618 kali lebih besar dari lebar
delapan gigi anterior rahang atas jika dilihat dari depan (Gambar 8).10
Gambar 8. Grid golden proportion menggambarkan bahwa gigi-geligi tersebut sesuai dengan konsep golden proportion. Perhatikan daerah netral bukal yang berada dalam golden proportion terhadap gigi-geligi ketika tersenyum10
2.2 Konsep RED Proportion
2.2.1 Pengertian
Sebuah teori disain senyum proporsional yang aplikasinya lebih universal
baru-baru ini telah dikembangkan. Kemampuan untuk mengubah proporsi gigi yang
sesuai dengan wajah individu pasien, struktur tulang, atau ciri fisik secara umum
adalah penting. Konsep Recurring Esthetic Dental (RED) proportion menyatakan
bahwa proporsi lebar antara dua gigi yang berdekatan dilihat dari depan harus tetap
konstan, seiring bergerak ke distal. Hasil bagi lebar pandangan frontal gigi insisivus
lateralis dengan lebar pandangan frontal gigi insisivus sentralis akan menghasilkan
Universitas Sumatera Utara
17
rasio yang sama dengan hasil bagi antara lebar pandangan frontal kaninus dengan
lebar pandangan frontal gigi insisivus lateralis rahang atas (Gambar 9).27
Gambar 9. Aturan RED proportion39
Konsep RED proportion ini tidak terbatas pada satu proporsi tertentu saja,
tetapi memungkinkan untuk memilih RED proportion yang diinginkan dan
diterapkan secara konsisten dan menyeluruh pada setiap kasus. Golden proportion
dapat didefinisikan sebagai RED proportion 62%, dan merupakan salah satu dari
konsep RED proportion yang dapat diterapkan. Umumnya nilai-nilai RED proportion
digunakan adalah antara 60% dan 80%. Setelah ukuran ideal gigi insisivus sentralis
dihitung, lebar gigi insisivus sentralis dikalikan dengan RED proportion yang
digunakan untuk menentukan lebar pandangan frontal gigi insisivus lateralis. Hasil
lebar insisivus lateralis dikalikan dengan RED proportion yang sama untuk
menghasilkan lebar pandangan frontal dari kaninus tersebut (Gambar 10).27
Universitas Sumatera Utara
18
Gambar 10. Penggunaan konsep RED proportion27
2.2.2 Perkembangan
Pada tahun 1993, Preston menemukan bahwa konsep golden proportion
jarang ditemukan pada proporsi lebar gigi anterior rahang atas subjek penelitiannya.
Hanya 17% dari jumlah sampelnya yang memiliki proporsi lebar gigi insisivus
lateralis terhadap insisivus sentralis sesuai dengan konsep golden proportion. Preston
menyatakan bahwa konsep golden proportion bukanlah suatu metode yang cocok
untuk dijadikan sebagai panduan menentukan proporsi lebar gigi anterior rahang atas
dan menyarankan proporsinya sendiri yang disebut Preston’s proportion.5
Rosenstiel, Ward, dan Rasyid (2000) melaporkan ada hubungan antara
panjang gigi dengan RED proportion yang sesuai. Menurut penelitian, sebagian besar
dokter gigi yang disurvei memilih menggunakan RED proportion 80% dengan
senyuman yang menunjukkan gigi lebih pendek atau sangat pendek dan
menggunakan RED proportion 62% dengan gigi sangat panjang. Para dokter gigi
lebih memilih menggunakan RED proportion 70% untuk gigi insisivus sentralis yang
panjangnya normal. Senyuman yang mempertahankan rasio lebar-panjang gigi
insisivus sentralis 75% sampai 78% lebih dipilih. Dari penelitian tersebut tampak
bahwa semakin panjang gigi insisivus sentralis, semakin lebar gigi tersebut, maka
semakin kecil persentase RED proportion yang harus digunakan. Dengan kata lain,
gigi insisivus sentralis rahang atas yang panjang haruslah lebarnya sesuai dengan
rasio lebar-tinggi 75%-78%. Hasilnya adalah gigi insisivus sentralis lebih dominan.
Ini mungkin membantu menjelaskan mengapa konsep golden proportion lebih dipilih
saat merancang senyum untuk model dengan gigi panjang.28
Universitas Sumatera Utara
19
Pada tahun 2001, Ward memperkenalkan konsep RED (Recurring Dental
Esthetics) proportion dan merekomendasikan penggunaan konsep rasio berulang,
seperti yang disarankan oleh Lombardi pada tahun 1973. Ward lebih menyarankan
penggunaan proporsi 80% untuk gigi yang sangat pendek, proporsi 70% untuk gigi
yang normal, dan proporsi 62% untuk gigi yang sangat panjang.29
2.2.3 Alat
Aplikasi RED proportion sebenarnya menggunakan spreadsheet komputer
untuk mengevaluasi dan menentukan ukuran ideal dari gigi anterior rahang atas. Foto
senyum penuh sejajar dengan permukaan labial gigi anterior yang terlihat. Kemudian,
lebar dan tinggi gigi anterior rahang atas pada foto diukur dan dicatat (Gambar 11a).
Sebuah pengukuran yang sama pada foto dan senyum sebenarnya digunakan untuk
mengkorelasikan hubungan skala perbandingan antara ukuran ditampilkan pada foto
dan ukuran gigi sebenarnya (Gambar 11b). Pengukuran pada foto dikalikan dengan
skala tersebut untuk menentukan lebar gigi anterior tampak dari depan yang
sebenarnya. Dari nilai-nilai tersebut, rasio lebar terhadap panjang gigi insisivus
sentralis rahang atas dan proporsi lebar gigi anterior tampak dari depan dapat
dihitung. Rasio lebar terhadap panjang gigi insisivus sentralis rahang atas dan
proporsi lebar gigi anterior (RED proportion) dimasukkan ke dalam komputer untuk
menghitung lebar optimal gigi insisivus lateralis dan kaninus rahang atas jika dilihat
dari depan.27
Universitas Sumatera Utara
20
Gambar 11. Boley gauge untuk mengukur dimensi yang sama pada foto (a)
dan pada model (b) 27
RED proportion yang akan digunakan dan lebar gigi anterior dapat ditentukan
berdasarkan panjang gigi insisivus sentralis rahang atas. Dengan panjang gigi
insisivus sentralis rahang atas normal, lebar pandangan frontal dari 6 gigi anterior
diukur dan dibagi dengan 4,4 (nilai dalam tabel 1 untuk gigi yang normal-panjang)
untuk menghitung lebar ideal dari gigi insisivus sentralis rahang atas. Lebar gigi
insisivus sentralis kemudian dikalikan dengan 70% (RED proportion yang
direkomendasikan untuk gigi yang normal dalam tabel 1) untuk menentukan lebar
gigi insisivus lateralis. Lebar gigi insisivus lateralis dikalikan dengan 70% untuk
menentukan lebar gigi kaninus. Untuk gigi yang panjang dan pendek, RED
proportion yang digunakan dapat disesuaikan (Tabel 1).27
A B
Universitas Sumatera Utara
21
Tabel 1. Penentuan RED proportion dan lebar gigi anterior berdasarkan panjang gigi yang berbeda27
Ada metode alternatif untuk menentukan lebar pandangan frontal dari keenam
gigi anterior rahang atas. Lebar jarak interkaninus dari 6 gigi anterior rahang atas
dibagi dengan panjang gigi insisivus rahang atas. Hasil bagi yang diperoleh
digunakan untuk mendapatkan RED proportion yang sesuai. Lebar jarak interkaninus
dibagi dengan pembagi yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan lebar pandangan
frontal masing-masing keenam gigi anterior rahang atas (Tabel 2).27
Tabel 2. Penentuan RED Proportion dan lebar gigi anterior berdasarkan jarak
interkaninus dan panjang gigi insisivus sentralis rahang atas27
Universitas Sumatera Utara
22
2.2.4 Penggunaan
Konsep RED proportion ini digunakan untuk menentukan proporsi lebar gigi
anterior rahang atas. Sebuah rumus matematika turunan dapat digunakan untuk
menghitung lebar gigi insisivus sentralis rahang atas untuk RED proportion yang
mana saja, dengan catatan lebar jarak interkaninus dilihat dari depan tetap. Lebar ini
ditentukan dengan mengukur lebar pandangan frontal antara aspek distal dari 2 gigi
kaninus rahang atas. Rumusnya adalah sebagai berikut:
= lebar gigi insisivus sentralis
RED proportion di sini dinyatakan sebagai angka desimal kurang dari 1. Konsep
RED proportion untuk gigi rahang atas dengan panjang normal telah didefinisikan
sebagai 70%. Menggunakan rumus ini, jika pandangan lebar frontal 6 gigi anterior
rahang atas adalah 37,2 mm dan RED proportion yang digunakan adalah 70%, lebar
gigi insisivus sentralis yang dihitung adalah 8,5 mm (Gambar 12).27
Gambar 12. Menghitung lebar insisivus sentralis dengan lebar frontal 6 gigi anterior rahang atas dan konsep RED proportion.27
Universitas Sumatera Utara
23
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Konsep Golden Proportion
dan Konsep RED Proportion
2.3.1 Ras
Menurut Groose, ras adalah segolong manusia yang merupakan satu kesatuan
karena memiliki kesamaan sifat jasmani dan rohani yang diturunkan. Ras (KBBI,
2001) didefinisikan sebagai suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik
bawaan yang sama.33
Diferensiasi ras berarti mengelompokkan masyarakat berdasarkan ciri-ciri
fisiknya, bukan budayanya. Menurut A.L. Kroeber (1948), ras di dunia secara umum
diklasifikasikan menjadi lima kelompok ras, yaitu: Australoid (penduduk asli
Australia/ Aborigin), Mongoloid (penduduk asli wilayah Asia dan Amerika, yaitu
Asiatic Mongoloid, Malayan Mongoloid dan American Mongoloid), Kaukasoid
(penduduk asli wilayah Eropa, sebagian Afrika dan Asia, yaitu Nordic, Alpine,
Mediteranian dan India), Negroid (penduduk asli wilayah Afrika dan sebagian Asia,
yaitu African Negroid, Negrito dan Melanesian) serta ras-ras khusus (ras yang tidak
dapat diklasifikasikan dalam keempat ras pokok, yaitu Bushman, Veddoid,
Polynesian, Ainu). Sementara menurut Ralph Linton (1936), terdapat tiga pembagian
ras utama di dunia yaitu Mongoloid, Kaukasoid dan Negroid.33
2.3.1.1 Mongoloid
Ras Mongoloid mendiami daerah Asia Tengah, Asia Timur, serta beberapa
kepulauan di Asia Tenggara dan Amerika. Ras Mongoloid (orang kulit kuning)
memiliki ciri-ciri utama, seperti kulit berwarna sawo matang, rambut lurus dan
berwarna hitam, bulu badan sedikit dan mata sipit.33 Karakteristik tengkorak dan gigi-
geligi ras Mongoloid berupa lengkung rahang berbentuk parabolik dengan ukuran
gigi insisivus yang besar, bentuk insisivus sentralis rahang atas seperti kapak (shovel
shaped incisors), profil wajah intermediat, indeks kranial brakikranium, bentuk
kranial lebar, indeks fasial medium/rata-rata serta profil dagu sedikit menonjol dan
berbentuk tumpul (blunt chin).33,36,40 Menurut Ralph Linton, Indonesia termasuk ras
Mongoloid.
Universitas Sumatera Utara
24
Indonesia terdiri dari Indonesia asli, yaitu suku Proto Melayu (Melayu tua)
dan suku Deutro Melayu (Melayu Muda). Suku Proto Melayu terdiri dari suku Batak,
suku Toraja, suku Nias serta suku Dayak, sementara suku Deutro Melayu terdiri dari
suku Aceh, suku Minang, suku Bugis/Makassar, suku Jawa serta suku Sunda.
Selain itu, Indonesia juga terdiri dari Indonesia turunan, yaitu suku Tionghoa
(Gambar 13).33
Gambar 13. Ras Mongoloid A. Suku Tionghoa B. Suku Proto Melayu C. Suku Deutro Melayu
2.3.1.2 Kaukasoid
Ras Kaukasoid tersebar luas di dunia meliputi Australia, Afrika Utara, Afrika
Selatan, Eropa, dan Pasifik. Ras Kaukasoid (orang kulit putih) memiliki ciri-ciri fisik,
seperti hidung mancung, kulit berwarna putih, bibir tipis, rambut pirang sampai
cokelat kehitaman dan kelopak mata lurus (Gambar 14).33 Karakteristik tengkorak
dan gigi – geligi ras Kaukasoid berupa ukuran gigi anterior yang lebih kecil
dibandingkan ras Mongoloid, bentuk insisivus sentralis rahang atas seperti mata pisau
(blade shape), profil wajah yang lurus (ortognatik), indeks kranial mesokranium,
indeks fasial panjang hingga sangat panjang serta profil dagu lebih menonjol dan
A C B
Universitas Sumatera Utara
25
runcing (bilobate chin).33,36,40 Ras Kaukasoid terdiri dari Nordic, Alpin, Mediteran,
Armenoid dan India.33
Gambar 14. Ras Kaukasoid
A. Pria B. Wanita
2.3.1.3 Negroid
Ras Negroid sebagian besar mendiami benua Afrika di sebelah selatan gurun
sahara. Keturunan mereka banyak mendiami Amerika Selatan, Eropa, dan Timur
Tengah. Ras Negroid (orang kulit hitam) memiliki ciri-ciri fisik, seperti rambut
keriting, hidung yang lebar, kulit berwarna hitam, bibir tebal dan kelopak mata lurus
(Gambar 15).33 Karakteristik tengkorak dan gigi – geligi ras Negroid berupa ukuran
gigi yang kecil dengan diastema (terutama diastema pada garis median), bentuk
insisivus sentralis rahang atas seperti mata pisau (blade shape), profil wajah yang
menonjol (prognatik), indeks kranial dolikokranium, indeks fasial lebar hingga sangat
lebar serta bentuk dagu membulat.33,36,40 Ras Negroid terdiri dari Negrito, Nilitz,
Negara Rimba, Negro Oseanis, dan Hotentot-Boysesman.29
A B
Universitas Sumatera Utara
26
Gambar 15. Ras Negroid
A. Pria B. Wanita
2.3.2 Jenis Kelamin
Adanya pengaruh jenis kelamin terhadap penggunaan konsep golden
proportion dan konsep RED proportion pada proporsi gigi anterior masih terdapat
adanya pro dan kontra. Menurut Vanessa dkk (2006), tidak ada perbedaan signifikan
antara pria dan wanita dalam ukuran lebar gigi anterior dan keseluruhan gigi. Im
Semra dkk (2006) menyatakan bahwa nilai rata-rata untuk proporsi gigi anterior tidak
memiliki perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita.35
Pengaruh jenis kelamin terhadap perbedaan proporsi gigi anterior telah diakui
pada kebanyakan kelompok ras, yaitu pria memiliki ukuran mesiodistal gigi yang
lebih lebar dibanding wanita. Penelitian yang telah dilakukan oleh L. Ibrahimagic
(2006) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi insisivus sentralis rahang
atas antara pria dan wanita. Hasil yang diperoleh menunjukkan pria memiliki proporsi
gigi yang signifikan lebih besar dibandingkan wanita (p < 0,01), kecuali terhadap
lebar servikal insisivus sentralis rahang atas (p > 0,05).37
Akan tetapi, dari hasil berbagai penelitian (Nithya CS, 2008; Sulaiman E dkk,
2010; Naqash TA, 2013), menunjukkan bahwa jenis kelamin secara statistik tidak
berpengaruh terhadap penggunaan konsep golden proportion pada proporsi lebar gigi
anterior rahang atas.9,22-23
A B
Universitas Sumatera Utara
27
2.4 Landasan Teori
Aesthetic Dentistry
Makroestetik Mikroestetik
Golden Proportion RED Proportion
Pengertian Perkembangan Alat Penggunaan Pengertian Perkembangan Penggunaan
Wajah Dental
Proporsi panjang: lebar kedua I sentralis atas
Proporsi lebar gigi anterior RA: lebar empat insisivus RB
Proporsi delapan gigi segmen estetik anterior RA terhadap lebar senyum
Proporsi lebar Insisivus Sentralis : Insisivus
Lateralis : Kaninus RA
Faktor yang mempengaruhi
Jenis Kelamin
Ras
Mongoloid Kaukasoid Negroid
Indonesia Asli Indonesia Turunan
Proto Melayu
Deutro Melayu
Tionghoa
Pengukuran dengan Photoshop
Apakah ada perbedaan antara proporsi lebar gigi anterior rahang atas dengan konsep golden proportion dan konsep Recurring Esthetic
Dental (RED) proportion pada mahasiswa FKG USU angkatan 2010-2013 berdasarkan suku dan jenis kelamin?
Proporsi lebar Insisivus Sentralis : Insisivus
Lateralis : Kaninus RA
Alat
Pria Wanita
Universitas Sumatera Utara
28
2.5 Kerangka Konsep
Proporsi Lebar Gigi Anterior Rahang Atas
Konsep Golden Proportion Konsep RED Proportion
Foto Profil Senyum
Diperkenalkan oleh Levin pada tahun
1978
Diperkenalkan oleh Ward pada
tahun 2001
(dikenal juga sebagai 70% atau 0,70 untuk ukuran gigi normal)
(dikenal juga sebagai 62% atau 0,62)
Faktor yang Mempengaruhi
Jenis Kelamin
Ras
Mongoloid
Indonesia Asli
Indonesia Turunan
Proto Melayu
Deutro Melayu
Tionghoa
Pria Wanita
Universitas Sumatera Utara
29
2.6 Hipotesis Penelitian
1. Ada perbedaan proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis
dan proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis rahang atas dengan konsep
golden proportion pada mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2010-2013
berdasarkan suku dan jenis kelamin
2. Ada perbedaan proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis
dan proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis rahang atas dengan konsep
RED proportion pada mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2010-2013
berdasarkan suku dan jenis kelamin
3. Ada perbedaan antara proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus
sentralis dengan proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis rahang atas pada
mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2010-2013 berdasarkan suku dan jenis
kelamin
Universitas Sumatera Utara