bab 2 skripsi h.mfauzul bener r

55
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Ilmu Nahwu Shorof a.Pengertian Penguasaan Ilmu Nahwu Shorof Penguasaan Ilmu Nahwu Shorof diartikan “kemampuan atau kesanggupan untuk mempelajari suatu cabang ilmu bahasa Arab yang mempelajari kaidah-kaidah yang berhubungan dengan susunan kata- kata dalam kalimat bahasa Arab. 1 b.Tujuan Pengusaan Ilmu Nahwu Shorof Tujuan utama penguasaan ilmu Nahwu Shorof adalah untuk memberikan pengetahuan tentang membaca Al-Qur’an hadis dengan benar. Di samping itu, bertujuan untuk memberikan kaidah-kaidah tata bahasa Arab yang benar. 2 c.Manfaat Penguasaan Ilmu Nahwu Shorof 1 ? Ghaziadin Djupri, Ilmu Nahwu Praktis, (Surabaya : Apollo, 2006), hlm. 2 2 ? Hafizh Dasuki, Ensiklopedi Islam Jilid 4 ( Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1998), hlm. 3 19

Upload: fauzul-hakim-alqudsi-aljafari-6602

Post on 21-Jun-2015

1.603 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Ilmu Nahwu Shorof

a. Pengertian Penguasaan Ilmu Nahwu Shorof

Penguasaan Ilmu Nahwu Shorof diartikan “kemampuan atau

kesanggupan untuk mempelajari suatu cabang ilmu bahasa Arab yang

mempelajari kaidah-kaidah yang berhubungan dengan susunan kata-kata

dalam kalimat bahasa Arab.1

b. Tujuan Pengusaan Ilmu Nahwu Shorof

Tujuan utama penguasaan ilmu Nahwu Shorof adalah untuk

memberikan pengetahuan tentang membaca Al-Qur’an hadis dengan

benar. Di samping itu, bertujuan untuk memberikan kaidah-kaidah tata

bahasa Arab yang benar.2

c. Manfaat Penguasaan Ilmu Nahwu Shorof

Manfaat menguasai Ilmu Nahwu Shorof yaitu : (1) memahami

susunan kata-kata Arab yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadis, yang

merupakan sumber utama umat Islam, dengan ilmu Nahwu Shorof ini

seseorang dapat memahami agama yang ditulis dalam bahasa Arab. (2)

untuk dapat menyusun kata-kata Arab dalam susunan yang benar dan sesuai

1 ? Ghaziadin Djupri, Ilmu Nahwu Praktis, (Surabaya : Apollo, 2006), hlm. 22 ?Hafizh Dasuki, Ensiklopedi Islam Jilid 4 ( Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1998), hlm. 3

19

Page 2: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

dengan kaidah-kaidah ilmu Nahwu. (4) untuk menentukan kedudukan-

kedudukan kata dan memahami pengertian suatu kalimat dengan benar.3

d. Ruang lingkup Penguasaan Ilmu Nahwu Shorof

Ruang lingkup yang dipelajari dalam ilmu Nahwu mencakup kalam,

I’rab, Fi’il, Isim-isim dan harf. Kalam mencakup pembagian kalam, tanda Isim,

tanda Fi’il, dan tanda harf. I’rab meliputi : pembagian I’rab, I’rab Isim, I’rab

Fi’il. Tanda-tanda I’rab Rafa’, I’rab Nasbah, tanda I’rab, Khafadl. Fi’il terdiri

dari Fi’il madli, Fi’il Amar, dan Fi’il Mudlari, Isim terdiri dari Isim yang

dirafa’kan meliputi : fa’il, Maf’ul, Mubtada’ dan khabar, Na’at, ‘Athaf, Taukid,

Badal dan Isim-isim yang dinasabkan yang meliputi : Maf’ul bih, Masdar,

Dharaf Makan, Haal, Tamyiz, Istitsna’ Laa, Munada, Maf’ul min Ajlih, Maf’ul

Ma’ah, dan Isim-isim yang dikhafadkan.4

Berdasarkan uraian tersebut di atas, bahwa pembelajaran Nahwu cukup

luas sekali. Adapun masing-masing dari raung lingkup pembelajaran Nahwu

adalah sebagai berikut:

1) Isim االسم (Kata benda)

Isim secara bahasa adalah nama, yaitu sebutan yang menunjukkan

suatu yang dinamakan, apakah sebutan itu pada jenis atau pada unsurnya.

Manusia ناس atau ُج�ل adalah nama untuk suatu jenis yang dinamakan َر�

manusia atau laki-laki, dan Ahmad adalah أْح�مد nama untuk individu

yang dinamakan Ahmad. Semua kata ini adalah Isim. Dalam pengertian

yang paling sederhana merujuk padanan dalam bahasa Indonesia, maka Isim

3 ? Ibid, hlm. 34 ? Ghaziadin Djupri, Op. Cit., hlm. 4

20

Page 3: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

adalah nominal. Sedangkan dalam istilah Nahwu, Isim adalah suatu kata

yang menunjukkan makna tersendiri dan tidak terikat dengan waktu.5

Isim memiliki beberapa tanda yang terletak pada suatu kata yang

menunjukkan bahwa jenis kata tersebut adalah Isim. Tanda-tanda Isim

tersebut adalah:

a) Tanda dari segi artinya

Untuk mengetahui apakah kata tersebut termasuk Isim, dapat

dilihat dari maknanya, atau kata tersebut bisa disandarkan kepada kata

yang lain baik dia itu subjek (fail) atau pemulaan kalimat (mubtada).

Contohnya عاد المسافرون isim di dini bersandar pada fiíl (kata

kerja) yang menunjukkan ia adalah fail, contoh mubtada مسافر

6.خالد

b) Tanda dari segi Lafadznya

(1) Tanwin التنوين yaitu bunyi nun sukun pada akhir kalimat yang

ditandai dengan harakat double ـٌـــ ـٍـــ ـًـــ . Contohnya, atau خالدٌـ

dan,زيدٍـ Maka kata-kata dalam semua contoh ini adalah .قانتاٍتٍـ

Isim karena boleh dimasuki oleh tanwin. Tanwin secara garis

besarnya terbagi menjadi, Pertama: Tanwin tamkin تمكين yaitu

tanwin yang diikutkan kepada isim mu’rab, contoh محمدٌـ. Kedua:

Tanwin Tankir yang mengikuti تنكير isim ma’rifah (yang pasti)

menjadikannya nakirah (belum pasti) contoh, nama ahli) سيبويِه(

5 ? Lulu Fikar, Dasar-dasar Ilmu Nahwu, (Jakarta : Gramedia, 2006), hlm 10 6 ? Ghaziadin Djupri, Op. Cit., hlm. 5

21

Page 4: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

nahwu). Ketiga: Tanwin Muqabalah المقابلة yang diikutkan

kepada Jamak muannas salim (jamak untuk perempuan) contohnya,

disamakan قانتاٍتٍـ dengan Nun yang ada pada Jamak Muzakkar

Salim (jamak untuk laki-laki) :Keempat .قانتون Tanwin Ta’wid

(pengganti) الِع(و�ض yang diikutkan pada sebagian kata sebagai

pengganti terhadap apa yang dihapus dan dihilangkan, baik sebagai

pengganti dari huruf yang dihilangkan, contohnya ُجاء َراٍعٍـ kata

ra’in ditanwinkan sebagai pengganti huruf ya’ yang dihilangkan,

aslinya adalah ,Ataukah pengganti dari kata yang dihapus .َراعي

misalnya kata-kata yang terletak setelak Kullu dan Ba’dhu yang

terhapus kata yang disandarkan padanya كل8 منهم asalnya adalah

كل واْحد منهم . Ataupun sebagai pengganti dari kalimat yang

dihilangkan, contoh قبل وكنت ْحينئٍذٍـ أعمل في الجامِعة

زَرتني سنتين (dua tahun lalu, engkau menziarahiku dan pada

saat itu saya bekerja universitas), kata Hinaizin ditanwinkan karena

menggantin kalimat yang hilang, asalnya adalah زَرتني ْحينئٍذ .7

(2) Dapat dimasuki dan dihubungkan dengan Alif dan Lam, pada ألـ

awal kata. Setiap kata yang didahului oleh AL atau boleh menerima

AL, maka kata tersebut adalah Isim. Contohnya, الكاتب = seorang

penulis, = المؤمن orang mukmin, = المسافر orang yang

7 ? Lulu Fikar, Op. Cit., hlm. 11

22

Page 5: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

bepergian. Semua kata ini adalah Isim ditandai dengan adanya AL di

awal kata.

(3) Dapat dimasuki oleh Jarr الجر. Baik jarr disebabkan oleh adanya

huruf jarr maupun karena Idhafah. Contohnya, على الحراس

على السطِح( , kata Sathi dibaca kasrah karena dimasuki oleh

huruf jarr yaitu Ála. Contoh Idhafah )كتاب الطالب kata At

Thalibi dibaca kasrah (jarr) karena bersandar kepada Kitab. Huruf-

huruf Jarr adalah م(ن = dari (permulaan), إلي = ke, kepada, ع�ن

= dari (lepas, meninggalkan), علي = atas, في = di, di dalam, Eب َر�

= barangkali, kadang-kadang [;sedikit atau banyak], الباء = dengan,

الكاف = seperti [penyerupaan], untuk. Dan termasuk juga = الالم

huruf-huruf sumpah القسم ْحروف , yaitu; الووا hanya untuk

Isim Zhahir,[2] اء untuk الـب Isim Zhahir dan Dhamir, dan اء الـت

khusus dengan kata ;Contohnya .اللِه (اللِه, واللِه( تالله( ب ,

semuanya bermakna Demi Allah.

(4) Boleh dimasuki oleh Harf Nida (panggilan) contoh, يا زيد� (Hai

Zaid) dimasuki oleh Ya harf nida, contoh lain, عبد�الله(يا

(5) Kata tersebut dapat dirubah bentuknya menjadi bentuk Tashgir

(mengecilkan) التصغير contoh, (gunung) جبل menjadi

�ف(ير menjadi عصفوَر ,contoh lain ,(gunung kecil)ُجبيل .ع�ص�ي

(6) Kata tersebut dapat dijadikan Musanna (yang menunjukan atas dua)

dan jamak. Contoh, ،طالباٍت طالبون، طالب، طالبان 8

8 ?Ibid, hlm. 12

23

Page 6: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

2) Fi’il الف(ِعل

Fi’il secara bahasa berarti kejadian atau pekerjaan. Dan padanannya

dalam bahasa Indonesia adalah kata kerja atau verbal. Sedangkan dalam

istilah Nahwu, Fi’il adalah kata yang menunjukkan suatu makna tersendiri

dan terikat dengan salah satu dari tiga bentuk waktu; masa lampau, masa

sekarang, dan masa yang akan datang.

Contohnya �ب� �ت adalah kata yang menunjukkan makna penulisan ك

dan terikat dengan masa yang telah lalu, �ب� �ت �ك adalah ي kata yang

memnunjukkan makna penulisan dan terikat dengan masa sekarang, dan

�ب� juga adalah kata أكت yang menunjukkan makna penulisan dan terikat

dengan masa yang akan datang. Demikian juga contoh-contoh lain seperti

انص�ر ينص�ر �ص�ر� = ن menolong, �م� اع�ل �م يِعل (م = ع�ل mengetahui,

اُجل(ْس� يجل(ْس اضر(ب� ,duduk = ُجل�ْس يضر(ب ,memukul = ضر�ب

افه�م يفه�م .mengerti, memahami = فه(م

Perubahan bentuk dari setiap kata-kata dalam Bahasa Arab

merupakan pembahasan Ilmu Sharaf atau dalam istilah yang lebih luas;

Morphologi. Sedangkan dalam Ilmu Nahwu, unsur utama yang diperhatikan

adalah kedudukan kata tersebut dalam struktur kalimat. Meskipun setiap

kata dasar dalam bahasa Arab banyak mempunyai varian bentuk kata sesuai

dengan kegunaan dan maknanya masing-masing, yang paling penting dalam

Ilmu Nahwu adalah jenis-jenis semua kata tersebut dikelompokkan dalam

tiga jenis saja, yaitu; Isim, Fi’il, dan Huruf.9

9 ? Ghaziadin Djupri, Op. Cit., hlm 25

24

Page 7: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

Fi’il dalam Ilmu Nahwu terbatas pada tiga macam saja, yaitu kata

kerja yang menunjukkan kejadian di masa lalu, kata kerja masa sekarang,

dan kata kerja perintah. Fi’il terdiri dari beberapa jenis,10 antara lain:

a) Fi’il Madhi الماضي الفعل yaitu kata kerja yang menunjukkan suatu

pekerjaan atau kejadian yang berlangsung pada masa sebelum waktu

penuturan. Contoh, , خطب , سم(ع �َق� �ط�ل , ان �ِعمل� ت اس� .Tanda-

tandanya dari segi arti yaitu menunjukkan suatu pekerjaan atau kejadian

yang berlangsung pada masa sebelum waktu penuturan. Adapun tanda-

tandanya secara Lafdzi yaitu: Pertama: dapat dimasuki oleh Lam لـ .

Kedua: Dapat dimasuki oleh Ta Al Faíl, contoh سافرٍت� سافرٍت�

. سافرٍت( Ketiga: dapat dimasuki oleh Ta ta’nis sakinah, contoh,

عادٍت� ُجلست� سافرٍت� استمِعت� . Hukum Fiíl Madhi dalm

I’rab adalah Mabni (tidak berubah harakah akhir hurufnya).

b) Fi’il Mudhari’ المضاَرٍع الفِعل yaitu kata kerja yang menunjukkan

pekerjaan atau peristiwa yang terjadi pada saat dituturkan (sekarang)

atau sesudahnya (akan datang). Misalnya ِح�� �صل ’Dinamakan Mudhari . ي

karena menyerupai isim. Tanda-tanda Mudhari’ adalah dapat dimasuki

oleh sin السين dan saufa سوف . Juga dapat dimasuki oleh huruf

jazm dan Nashb األمر الم, الناهية ال, لم , , إن� �ن� �ن�, أ ل . Dan

kadang bentuknya Mudhari’ namun berarti Madhi, apabila dimasuki

oleh Lam, misalnya, يحضر لم (belum/tidak datang). Hukum I’rab fiíl

Mudhari’ adalah Mu’rab (berubah harakah ahir hurufnya) selama tidak

10 ? Lulu Fikar, Op. Cit., hlm. 15

25

Page 8: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

dimasuki oleh Nun Taukid التوكيد نون dan Nun Niswah نون

.النسوة

c) Fi’il Amar األمر فعل yaitu kata yang menunjukkan tuntutan

tercapainya pekerjaan tersebut setelah masa pengungkapan. Contohnya,

seorang ayah atau kawan dan lain-lain memerintahkan kepada seseorang

untuk belajar, dia mengatakan Belajarlah, atau تعَّل�م� = ,bacalah اقرأ

atau اْن�َط�َّل�ْق� pergilah. Atau استغفر bertobatlah. Tanda-tanda fiíl amar

adalah dapat dimasuki oleh Nun Taukid ون�� Eوكيد ن الت adalah huruf Nun

pada akhir kata yang berfungsi untuk menunjukkan kesungguhan dan

ketegasan tuntutan. Nun Taukid ada dua macam yaitu Khafifah (ringan)

dan Tsaqilah (berat). Perbedaan keduanya dari segi bentuk adalah Nun

Taukid Khafifah berbaris sukun �ـن, sedangkan Nun Taukid Tsaqilah

bertasydid dan berharakat fathah Eـن . atau Ya Al Mukhatabah ياء

adalah huruf Ya sukun di akhir kalimat sebagai kata ganti المخاطبة

orang kedua perempuan; yang berfungsi untuk menunjukkan bahwa

tuntutan ditujukan kepada perempuan. Contohnya, = ق�و�مي (Kamu

perempuan), Bangunlah!, dari asal katanya untuk laki-laki ,ق�م� dan

�بي �ت �ك ,(Kamu perempuan) = ا Menulislah!, dari asal kata perintahnya

untuk laki-laki Kedua kata aslinya yang untuk laki-laki adalah .اكتب

Fi’il karena menunjukkan tuntutan dan bisa menerima Ya

Mukhathabah. Dan dua kata yang untuk perempuan adalah Fi’il dengan

ditandai dengan masuknya Ya Mukhathabah dan menunjukkan makna

tuntutan. Hukum fiíl amar dalam I’rab adalah Mabni.11

11 ?Ibid, hlm. 16

26

Page 9: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

Dari semua penjelasan di atas tadi, dapat disimpulkan Tanda-tanda

Fi’il yang paling utama, baik Fiíl Madhi, Mudhari’dan Amar secara umum

ketika berada dalam struktur kalimat adalah:

(1) Kata tersebut didahului oleh قد .

(2) Tanda Fi’il yang kedua adalah suatu kata itu didahului Huruf Sin السين�

atau Huruf Saufa سوف�.

(3) Tanda Fi’il ketiga adalah Ta Ta’nis Sakinah ة� اكن Eالس Eأنيث الت yaitu تاء�

huruf Ta sukun yang masuk pada akhir kata. Tanda ini hanya untuk

Fi’il Madhi saja dan fungsinya adalah untuk menunjukkan bahwa Isim

yang terpaut dengan Predikat ini berbentuk feminin (muannas).

(4) Tanda Fi’il keempat adalah suatu kata yang menunjukkan makna

tuntutan dan kata tersebut bisa menerima Ya Mukhathabah المخاطبة ياء

atau Nun Taukid وكيدE الت �ون� .ن

3) Huruf الحرف

Huruf adalah jenis kata yang berfungsi sebagai kata bantu, yaitu kata

yang mengandung makna yang tidak berdiri sendiri. Maknanya hanya bisa

diketahui dengan bersandingan dengan kata lain, baik Isim atau Fi’il Tanda

Huruf adalah tidak menerima tanda-tanda Isim atau tanda-tanda Fi’il, atau

dengan ungkapan lain, Huruf adalah tanpa tanda pengenal. Kalau kita

mengenal Jim dengan titik di bawah dan Kha dengan titik di atas, kita

mengenal Ha tanpa titik. Demikian juga, kita mengenal jenis kata Isim dan

Fi’il dengan tanda-tanda yang telah disebutkan di atas, maka kita mengenal

jenis kata Huruf tanpa tanda dan tidak menerima tanda-tanda Isim atau

Fi’il.

27

Page 10: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

Kata yang termasuk dalam jenis Huruf ini terbagi bermacam-macam

sesuai dengan fungsinya yang mempengaruhi status kata yang dimasukinya,

sesuai dengan fungsi maknanya, dan terbagi menjadi tiga macam, yaitu:

a) Huruf yang dapat masuk ke Isim maupun Fiíl, dan huruf tersebut tidak

mempunyai kedudukan apa apa dalam I’rab. Contoh, kata Hal �ه�ل dalam

الغاشية ْحديث اتاك هل

b) Huruf yang dikhususkan pada isim, dan huruf tersebut mempunyai fungsi

serta kedudukannya dalam I’rab. Contoh, huruf Inna ]إن dan Fi في, dalam

Al Quran : سبيلِه في يقاتلون اللِه الٍذين إن[ يحب

c) Huruf yang dikhususkan tehadap Fiíl dimana huruf-huruf tersebut

mempunyai kedudukan dan fungsi dalam I’rab. Contoh, huruf Nashab dan

Jazam.12

4) I’RAB اإلعراب dan BINA البناء

a) Al BINA البناء

Bina adalah suatu keharusan dimana harakah (baris) akhir dari

suatu kata tidak akan mengalami perubahan yang disebabkan oleh factor-

faktor yang merubah harakah dan kedudukan kata, atau simpelnya, Bina

adalah kata yang tidak berubah harakah akhir hurufnya. Contohnya, kata

aina أين� (dimana) dan amsi )ْس�أم (kemarin), dimana baris (harakah)

akhirnya tidak akan pernah berubah.

Macam-macam Bina البناء

Tanda-tanda bina suatu kata dalam I’rab terbagi menjadi empat, yaitu:

12 ? Muhamad Latif Kurniawan, Cara mudah Mempelajari Tata Bahasa Arab ( Nahwu dan Shorof, (Jakarta : Gema Insani, 2008) hlm. 17

28

Page 11: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

(1) Sukun ال̂سكون� yaitu tidak adanya harakah, yang mana terdapat pada

huruf, fiíl serta isim, contoh mabni dengan sukun dari huruf �هل , dan

dari fiíl, �قم , dan dari isim, �كم .

(2) Fatha ِح�� berbaris atas dengan fatha, hal ini pun terdapat pada , الف�ت

Isim, contohnya أين� , dan Huruf, contohnya سوف� , juga pada Fi’il,

contohnya, قام� .

(3) Kasrah ر� �س� ,berbaris bawah dengan kasrah, terdapat pada Isim الك

contohnya )ْس�أم dan huruf, contohnya huruf Lam Al Jarr ) الجر الم

misalnya dalam kalimat دٍـ الماُل�� ي (َز� ل .

(4) Dhamma ̂مEالض berbaris atas dengan Dhamma, terdapat pada huruf,

contohnya ٍذ�� تحت� dan isim yang menunjukkan arah misalnya من

dengan syarat harus Idhafah secara makna tanpa Lafadz.

Bentuk-bentuk Mabni, setelah mengetahui macam-macam tanda

bina, seyogyanyalah untuk mengetahui apa-apa saja dari Isim, Fi’il dan

Huruf yang Mabni agar tidak salah dalam menempatkan letak serta

hukumnya dalam suatu kalimat.13

6) Huruf "وُف ر" الُح"

Semua huruf adalah Mabni, baik dengan Fatha seperti Eثم ف، ، ك� و�،

,maupun Sukun, seperti �هل إلى، في، ، الماُل� ( dan Kasrah seperti , من� ـ( ،) ل �دٍـ ي (َز� ل

( بالقلم ( كتبت ـ( .منٍذ� dan juga Dhamma sperti , ب

7) Af’al األفعال

Semua Fi’il adalah Mabni kecuali Fi’il Mudhari’ yang tidak

dimasuki oleh salah satu dari Nun Niswah النسوة maupun نون Nun Taukid

Eوكيد الت �ون� . ن

a) Bentuk-bentuk Bina Fi’il Madhi

13 ?Ibid, hlm. 17

29

Page 12: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

(1) Fatha: Jika tidak berhubungan dengan kata apa pun, contohnya , سمع�

atau تكلم� Fi’il tersebut bergandengan dengan Ta Ta’nis التأنيث تاء

contohnya , ُجلست� atau فهم�ت� Fi’il tersebut berhubungan dengan Al

Alif Al Itsnain االثنين ذهبا، yang menunjukan dua orang, contohnya ألف

سِعيا .قاما،

(2) Sukun: Apabila fi’il tersebut bergandengan dengan Dhamir yang

kedudukannya adalah marfu’ sebagai subjek misalnya Ta mutakallim

dan sebagainya, atau fi’il tersebut bergandengan dengan Nun Niswah,

contohnya . , سمِع�ن� �ن[، سمِع�ت سمِع�تما، سمِع�ت( ، سمِع�ت� سمِع�نا، ، سمِع�ت�

, �ن� �ت سِعي �تما، سِعي �نا سِعي �ت، .سِعي

(3) Dhamma: Apabila Fi’il tersebut berhubungan dan bergandengan

dengan Wau Al Jama’ah (yang menunjukkan jamak muzakkar

salim=laki-laki), contohnya فهم�وا 14.سمِع�وا،

b) Bentuk-bentuk Bina Fi’il Mudhari’

Fi’il Mudhari’ Mabni apabila dimasuki oleh salah satu dari Nun

Taukid dan Nun Niswah, dan tanda binanya adalah, Sukun: Apabila

berhubungan dengan Nun Niswah, contohnya ، ، يسمِع�ن� �ن� ، يقرأ �ن� يمشي

. يدعو�ن� Fatha: Apabila berhubungan langsung dengan Nun Taukid yang

disandarkan kepada Mufrad Muzakkar, contohnya, ، (تسمِع�ن� لتدعو�ن[ ل .

c) Bentuk-bentuk Bina Fi’il Amar

Adapun Binanya Fiíl Amar yaitu, Sukun: Apabila huruf terakhirnya

bukan huruf Illat (Alif, Wau dan Ya) dan tidak berhubungan dengan kata

apa pun, contoh ، اسمع� افهم� , atau berhubungan dengan Nun Niswah,

contoh ، ، أطِع�ن� �ن� ادنو�ن� اسِعي . Fatha: Apabila berhubungan dengan Nun

Taukid, contohnya ، ، افهم�ن� وادعو�ن[ ادعو�ن� اسمِع�ن[ . Khazfu Nun

14 ? Lulu Fikar, Op. Cit., hlm. 20

30

Page 13: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

(dihilangkan huruf Nunnya): Apabila berhubungan dengan Alif Itsnain

yang menunjukkan Mutsanna, atau Wau Jamaáh yang menunjukkan Jamak

Muzakkar Salim atau Ya Al Mukhathabah, contohnya, ،اقنِعي اقنِعوا، اَرعيا .

Khazfu harfu illah (meniadakan huruf Illatnya): Apabila huruf akhir dari

fiíl adalah huruf illah, contohnya, ،امِش( ادٍع�، اَرٍع� .

8) Al Asma "األسماء

Dhamair "ماِئ�ر (Pronauns) الَّض� atau kata ganti baik orang pertama

tunggal dan sebagainya yang terbagi menjadi Munfashil (terpisah) yang terbagi

menjadi Rafa’dan Nasab (kedudukannya dalam I’rab) contoh Rafa’ نحن، أنا،

, , , Eهن هما، هي� هم�، هما، هو�، Eأنتن أنتما، ، أنت( أنتم، أنتما، ، : Contoh Nashab أنت�

إياكن[ إياكما، ، (ياك( إ إياكم، إياكما، ، [اك� إي إيانا، [اي، إي ، .dan Muttashil (berhubungan)

juga terbagi menjadi Rafa’, Nashab, dan Jarr .Contoh Rafa’(تاء), (نا) , قرأٍت�

كاف. ,orang yang berbicara ياء ,Contoh Nashab .قرأنا (lawan berbicara) سمِعني

misalnya .ْحدثك Atau terhadap orang ketiga) هاء tunggal) misalnya, .أعطيتِه

Contoh Jarr, Ya (ياء) (orang

yang berbicara) misalnya بيتي , Ha هاء (orang ketiga tunggal) misalnya بيتِه�.

Kaf كاف (lawan berbicara) misalnya بيتكa) Kata Sambung ول� و�ُص" الم� ماء" seperti أس� berarti yang untuk sesuatu) الٍذي

atau seorang yang menunjukkan Muzakkar = laki-laki), untuk) التي

Muannats atau perempuan), jamak) الٍذين� Muzakkar) اللواتي ، الالٍت( الالتي،

(jamak muannas).

b) Kata Tanya seperti استفهام Man=siapa untuk) م�ن� yang berakal),

Ma=apa (yang tidak berakal) ما Mata=kapan (untuk waktu) متى Aina=di

mana أين� (untuk tempat).

c) Isim yang menunjukkan pada bunyi-bunyian dan suara, seperti suara bayi

dan juga suara binatang, contoh وهْج� ،Eوه(ْس Eإس (suara

31

Page 14: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

kambing/mengembik), suara) هال kuda), (ْخ� suara) ك tangisan bayi). Dan

sebagainya.

d) Isim (kata benda) yang mengandung arti fi’íl (kata kerja), contohnya, صِه�،

Dan .(jauh) هيهاٍت� ,(makian) وي� ,(makian) أف8 ,(terimalah) ْحيE ,(!cukup) مِه�

lain-lain yang mengandung makna fiíl.

e) Sebagian dari keterangan waktu dan tempat, contoh )ْس�أم ، �ث� ي ْح� ، اآلن� إذا، .إذ�،

f) Isim yang menunjukkan syarat ر�ط الَّش� ماء" contoh , أس� , , متى, مهما م�ن�

, , [ان�, أي أي� كيفما 15.ْحيثما

 

9) AL I’RAB اإلعراب

I,rab adalah kebalikan dan lawan dari Bina, dimana harakah (baris) akhir

dari suatu kata akan mengalami perubahan yang disebabkan oleh factor-faktor yang

merubah harakah dan kedudukan kata dalam kalimat. Yang mana tanda-tanda I’rab

itu terbagi menjadi dua, ada tanda yang asli dan farí (bukan asli).

Tanda Asli dari I’rab adalah Dhamma الضمة� untuk Rafa’, Fatha الفتحة�

untuk Nashab, Kasrah الكسرة untuk Jarr, dan Sukun السكون untuk Jazam.

Tanda-tanda ini ada yang dikhususkan untuk Isim dan Fiíl saja yaitu Rafa’dan

Nashab, contohnya dalam kalimat عملِه يتقن� المؤمن� Rafa’ (dibaca dhamma pada

ahir harakatnya) kata Mu’min dan yutqinu dengan Dhamma, contoh lain dari yang

Nashab, ]المساء قبل يغادَر� لن القطاَر� إن Nashab Isim Qitara karena dimasuki Inna

(huruf Nashab isim dan rafa’khabarnya) dan Fiíl Yughadir dengan Fatha karena

dimasuki oleh huruf nashab yaitu Lan. Dan dari tanda-tanda I’rab tersebut ada juga

yang dikhususkan terhadap isim yaitu Jarr, contohnya عالم المدينة( مسجد( في Kata

masjidi dibaca kasrah karena di dahului huruf Jarr dan kata Madinah di baca

kasrah karena Idhafaf. Adapun tanda Jazam dikhususkannya kepada Fiíl,

15 ? Muhamad Latif Kurniawan, Op. Cit., hlm. 22

32

Page 15: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

contohnya لم �كسوُل بالنجاح يفَز kata yafuz disukunkan karena dimasuki oleh huruf

jazam.

Tanda-tanda Farí dari I’rab yaitu suatu harakat mengganti kedudukan

harakat lainnya seperti kasrah mengganti fatha pada Jamak Muzakkar Salim dan

fatha menggantikan kasrah pada Mamnu’min As sharf. Atau kedudukan harakah

digantikan oleh huruf, misalnya Wau menggantikan dhamma pada jamak muzakkar

salim. Menurut Lulu Fikar16 kesemuanya itu dapat diperincikan secara garis

besarnya (baik harakah yang menggantikan posisi harakah lainnya maupun huruf

yang menggantikan kedudukan dari harakah) di bawah ini:

a) Harakah yang menggantikan kedudukan harakah lainnya

(1) Jamak Muannas Salaim (perempuan) السالم المؤْنث جمع yaitu yang

menunjukkan lebih dari dua (muannats) dengan menambahkan Alif ألف dan

Ta تاء pada akhir katanya. Untuk menjadikan suatu isim mufrad menjadi

jamak muannats salim, maka isim tersebut Pertama: haruslah menunjukkan

kepada nama-nama perempuan, mislanya jamak dari Zainab الَزينبات , jamak

dari Hindun الهنداٍت , jamak dari Maryam المريماٍت. Kedua: Isim yang

diakhiri dengan tanda-tanda Ta’nits (feminis) baik Ta , Alif Maqsur dan

Mamdud , contohnya jamaknya adalah فاطمة ْحمَزة, الفاطماٍت jamaknya

adalah سماء , الحمَزاٍت jamaknya كبرى , سماواٍت jamaknya كبرياٍت . Ketiga:

Isim dalam bentuk Tashgir, contohnya kata Dirham yang telah diTashgir

menjadi Duraihim maka jamaknya adalah . د�َريهماٍت Keempat: Isim yang

terdiri dari lima huruf yang belum pernah didengar Jamak Taksirnya (tidak

beraturan), misalnya kata jamaknya (kandang kuda) إسطبل ,إسطبالٍت dan

kata (Wc) ْحم[ام jamaknya adalah . ْحماماٍت Jamak Muannats Salim ini,

16 ? Lulu Fikar, Op. Cit., hlm. 23

33

Page 16: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

apabila kedudukannya Manshub dalam kalimat maka alamat I’rabnya adalah

kasrah menggantikan fatha.

(2) Mamnu’Min As Sharf الصرُف من Isim yang الممنوع tidak diikutkan

dengan Tanwin atau kasrah, olehnya itu apabila ia Majrur karena dimasuki

oleh salah satu huruf Jarr maka I’rabnya adalah Majrur dengan Fatha

pengganti kasrah. Adapun yang termasuk dalam Mamnu’Min As Sharf ini

adalah, Pertama: nama-nama Ajami seperti إسحاق إبراهيم، , إسماعيل،

Kedua: Nama-nama ajam yang terdiri dari dua kata, misalnya ْحضرموٍت،

Ketiga: Isim yang ditambahkan Alif dan Nun pada akhirnya, misalnya ,بِعلبك

سلمان ,َرضوان، Keempat: Isim yang timbangannya menyerupai timbangan

Fiíl, contohnya يشكر يَزيد، ,أْحمد، Kelima: Adl dalam timbangan Fu’al

seperti, ع�ص�م ه�بل، ْح�ل، ز� ,ع�م�ر، Keenam: Isim yang bertimbangan Fa’laan

misalnya ف�ِع�الن عطشان :Ketujuh, غضبان، Isim yang bertimbangan Afála

misalnya أفِعل أصغر :Kedelapan, أْحمر، Isim yang di akhir katanya adalah

Alif Mamdudah atau Maqshurah, contohnya ْحبلى، أطباء، أصدقاء، ْحسناء،

:Kesembilan, مصطفى Bentuk Muntaha Jumuk, misalnya عمائر، مساُجد،

قناديل .دوائر، Kata-kata yang termasuk Mamnu’ Min As Sharf ini apabila

dimasuki oleh salah satu huruf Jarr maka hukumnya majrur dengan Fatha

pengganti kasrah, namun apabila ia dimasuki oleh AL atau ia Idhafah

(bersandar pada kalimat lain) maka hukumnya tetap majrur dengan Kasrah,

contohnya: )في المساُجد , karena kata masajid dimasuki oleh AL.17

b) Harakah digantikan oleh Huruf

(1) Mutsanna المثنى yaitu yang menunjukkan kepada dua (bernyawa atau

tidak bernyawa), antara tunggal dan jamak. Yang ditambahkan Alif ألف dan

Nun نون pada akhir katanya untuk menunjukkan hukumnya sebagai Marfu’,

contohnya , َرُجالن dan menambahkan Ya dan ياء Nun نون pada akhir

17 ? Taufiqul Hakim, Amsilati (Jepara : Darul Falah, 2008), hlm. 28

34

Page 17: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

katanya yang menunjukkan Jarr atau Nashab, contohnya .َرُجلين Adapun

untuk mengetahui bentuk-bentuknya adalah pembahasan dalam Ilmu Sharf.

(2) Jamak Muzakkar Salim سالم مٍذكر yang menunjukkan tiga atau lebih ُجمع

dengan menambahkan Wau واو dan Nun نون pada kondisi Marfu’

contohnya مسلمون , dan menambahkan Ya ياء dan Nun نون pada kondisi

Majrur dan Manshub, contohnya مسلمين.

(3) Asma Sittah الستة ,(panan) ْحم ,(saudara lk) أخ ,(bapak) أب yaitu األسماء

,(yg mempunyai) ذو ,(mulut) فو .(sesuatu) هن Tanda Marfu’nya dengan

Wau contohnya الواو علي أبو , ْحضر Manshub dengan Alif contoh ,األلف

علي أبا , وَرأيت� dan Majrur dengan Ya الياء contohnya علي بأبي .مرَرٍت�

Syarat-syaratnya adalah haruslah tunggal (mufrad) tidak boleh mutsanna

(dua) dan Jamak. Syarat lainnya adalah harus Idhafah, contohnya ْحضر

صغير Dan tidak boleh jika bentuknya tashgir, contohnya .أبوه [خيِ̂ه .أ

c) I’rabnya dengan menghapus atau menghilangkan hurufnya

(1) Al Af’al Al Khmasa الخمسة األفعال yaitu setiap Fi’il yang berhubungan

dengan Alif Itsnain (mutsanna), atau Ya Al Mukhatabah, atau Wau

Jama’ah. Dinamakan Af’al Khamsa karena bentuknya ada lima yaitu,

, تفِعلون يفِعلون، تفِعلين يفِعالن، Hukum .تفِعالن، I’rab Fi’il yang lima ini

adalah menghilangkan huruf Nunnya apabila Ia Mnshub atau Majzum,

contohnya الداَر يشترياهٍذه ان التاُجران dihilangkan يريد Nun pada kata

Yasytariyani karena manshub dengan huruf nashb. Atau majzum karena

dimasuki oleh huruf jazm seperti contoh di bawah ini الداَر هٍذه تشتريا ال

(2) Mudhari’ Mu’tal Akhir, yaitu fi’il mudhari’ yang huruf akhirnya adalah

huruf Illat (alif, wau dan ya). Apabila ia berada pada posisi Majzum maka

hukumnya adalah majzum dengan menghapus huruf illatnya, contohnya

35

Page 18: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

أْحدا apabila dimasuki oleh huruf jazm يخشى dan يدعو يدٍع� dihilangkan لم

huruf wannya أعداءه يخِش� لم .Dihilangkan huruf yanya .خالد

I’rab terbagi menjadi tiga macam, yaitu I’rab Dhahir (nampak) إعراب

,ظاهر I’rab Muqaddar (tersembunyi) مقدَر dan إعراب I’rab Mahalli إعراب

إعراب I’rab Dhahir .(berdasarkan tempat dan kedudukan dalam kalimat) محلي

adalah nampak dan terlihatnya tanda-tanda I’rab seperti kasrah, dhamma ظاهر

dan fatha pada akhir suatu kata, contohnya المساُجد dimana terlihat dengan في

jelas kasrah pada kata masajidi. I’rab Muqaddar yaitu tidak nampaknya tanda-

tanda I’rab dengan jelas pada akhir kata disebabkan oleh beratnya lidah untuk

menyebutkannya atau terdapat uzur dalam penyebutan atau karena maksud

menempatkannya pada suatu posisi dengan harakat yang sesuai ataupun karena

dimasuki oleh huruf jarr tambahan (zaid). Dan semua itu terdapat pada:

(1) Isim Manquush المنقوص yaitu االسم isim yang diakhiri dengan huruf

Ya dan huruf sebelumnya kasrah, contoh القاضي muqaddar atas dhamma

dan kasrah karena berat penyebutannya.

(2) Isim Maqshur المقصور yaitu isim yang diakhiri dengan Alif االسم dan

huruf sebelumnya adalah fatha, contohnya الفت�ى dalam kalimat الفتى ْحضر

atau بفتىًـ I’rabnya ومرَرٍت� adalah dengan menyembunyikan semua

harakatnya karena ada uzur.

(3) Isim yang disandarkan kepadanya Ya Mutakallim, contohnya كتابي semua

harakatnya disembunyikan karena kedudukannya dengan harakat yang

sesuai.

(4) Isim yang dijarr dengan huruf jarr tambahan, contohnya أْحدٍـ من ْحضر .ما

(5) Fi’il Mudhari’ yang huruf akhirnya adalah huruf illat, baik huruf akhirnya

adalah Ya dan sebelumnya kasrah misalnya يبني , يمشي، ataukah huruf

akhirnya adalah Wau sebelumnya dhamma, contohnya يغَزو maupun ,يدعو،

36

Page 19: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

huruf akhirnya Alif dan fatha sebelumnya, misalnya يخشى maka ,يرعى،

tanda I’rabnya adalah muqaddar karena ada uzur yang menghalangnya.

I’rab Mahalli محلي yang إعراب berdasarkan tempat dan

kedudukan suatu isim dalam kalimat, dan kebanyakan terdapat pada semua

isim yang mabni, contoh dari kata penunjuk كريم , هٍذا contoh dari kata

penghubung نجِح الٍذي 18.أكرمت

(1) Nakirah (النكرة) dan Ma’rifat (المعرفة)

Nakirah (النكرة) adalah yang tidak dimaksudkan kepada sesuatu yang

tertentu atau dengan kata lain nakirah adalah sesuatu yang belum tentu dan

pasti, contohnya kata manusia (إنسان) dan laki-laki (َرُجل) apabila kedua kata

tersebut belum jelas ketentuannya, manusia yang manakah atau lelaki yang

mana. Sedangkan Ma’rifat (المعرفة) adalah susatu yang pasti dan

dimaksudkan kepada susuatu yang tertentu, yang terbagi menjadi tujuh bagian

yaitu Dhamir, álam, kata penunjuk, kata penghubung, kata yang ber alif lam (

.bersandar pada ma’rifah , munada (panggilan=dimasuki oleh huruf nida) ,(أُل

Dhamir (ضمائر) adalah kata yang menunjukkan kepada mutakallim

(orang pertama tunggal) atau mukhatab (lawan berbicara) dan ghaib (orang

ketiga). Yang terbagi menjadi dhamir Munfashil (terpisah) yaitu dhamir yang

boleh dimulai dengannya pada awal kalimat atau terletak setalh Illa (kecuali).

Dan dhamir muttashil (bersambung) yaitu dhamir yang bersambungan dengan

kata lain, contoh dhamir munfashil, saya (أنا), kamu laki-laki ( ) kami/kita ,(أنت�

kesemuanya adalah (هم) mereka ,(هي) dia perempuan ,(هو) dia laki-laki ,(نحن

dhamir muttashil yang menempati kedudukan rafa’/marfu’dalam kalimat,

adapaun yang menempati nashab yaitu saya (اي] ,(إي kamu ( [اك� ,(إي mereka (

18 ? Lulu Fikar, Op. Cit., hlm. 30

37

Page 20: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

) dst. Contoh dhamir muttashil, Ta yang menunjukkan saya (إياهم قرأٍت�= ,(تاء

Na menunjukkan kita ( قرأنا = dan seterusnya.19 (نا

Al ‘alam (العَّلم) adalah kata yang menunjukkan sesuatu pada zatnya

yang meliputi Kunyah (gelar) yaitu kata yang dimulai dengan ibn, abu atau

umm, contohnya ( بكر ,(أبو ( الوَردي ,(ابن ( المؤمنين .(أم Laqab (gelar) yang

menunjukkan kebaikan atau memuji dan keburukan atau penghinaan,

contohnya (الفاَروق =yang dapat membdakan baik dan buruk) dan (األعشى

=yang cacat matanya). Ataupun nama-nama orang selain kuniyah dan laqab,

baik yang tunggal maupun yang tersusun dari dua kata, contohnya (أْحمد), (

.(عبداللِه) dan ,(مكة) ,(هند

Kata penunjuk ( اإلشارة yaitu kata yang menunjukkan pada (اسم

sesuatu yang tertentu baik dekat ataupun jauh, contoh (هٍذا =ini lk), ( ه ini= هٍذ

pr), (ذلك =itu lk) dan (تلك =itu pr).

Kata penyambung ( الموُصول yaitu kata yang menunjukkan (االسم

pada susuatu yang tertentu yang berhubungan, contohnya (الٍذي =yang lk) dan

.(yang pr= التي)

Alif Lam (أل) yaitu isim nakirah yang dimasuki oleh alif dan lam, dan

menjadikan sesuatu itu menjadi tertentu (ma’rifat), contohnya kata buku (

yang belum diketahui buku yang mana maka ditambahkan alif dan lam (كتاب

guna menunjukkan buku tertentu menjadi (الكتاب).

Isim yang disandarkan pada isim ma’rifah yaitu isim nakirah

diidhafahkan (disandarkan) pada isim ma’rifat yang menyebabkan isim

tersebut menjadi ma’rifat, contohnya ( علي8 كتاب ini bukunya Ali), kata= هٍذا

kitab dalam contoh ini adalah nakirah namun karena diidafahkan pada isim

ma’rifat yaitu Al maka kata kitab dengan sendirinya menjadi ma’rifat.

19 ? Taufiqul Hakim, Op. Cit., hlm 32

38

Page 21: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

Munada ( المنادى ) yaitu memanggil dengan maksud menentukannya

sehingga ia menjadi ma’rifat, contohnya ( بائع� ) dan (يا عبد�اللِه( 20.(يا

11) I’rab Fi’il Mudhari’

I’rab Fi’il Mudhari’ ada tiga yaitu Nashab, Jazam dan Rafa’.

Dinashabkan Mudhari’ apabila dimasuki oleh salah satu dari huruf Nashab

yaitu, An �أن contohnya م�وٍت�� ت �ن� أ �ف�ْسٍـ (ن ل �ان� ك لEن contohnya ,لن Lan , و�م�ا ق�ل

[ِه� الل �ب� �ت ك م�ا E (ال إ �ا �ن �ص(يب , ي Izan إذن contohnya . �كرم�ك أ إذن أزوَرك أن , أَريد

Kay كي, contohnya

Fi’il Mudhari’ juga dinashabkan dengan An yang تِعلمت كي اكون عالما

tersembunyi setelah Lam �ه�م� ل �غ�ف(ر� (ت ,ل atau Hatta �ه�م� Eت م(ل (ع� Eب �ت ت Eى ت ,ْح� atau Fa

sababiah فتكسب� تِعمل� .atau Athaf kepada isim sebelumnya ,لم

Fi’il Mudhari’ itu Majzum apabila didahului oleh salah satu dari

pada huruf jazam, yaitu Lam لم dan Lamma لم[ا,contohnya لما زيد، يسافر� لم

vعلي .يِع�د� Lam Amr األمر yang الم menunjukan perintah, contoh بين لتحكم�

بالِعدُل( .الناس La Nahy الناهية yang ال menunjukkan larangan, contohnyaوال

واالذى بالمن صدقاتكم .تبطلوا Dan Fi’il Mudhari’ juga majzum apabila di

masuki oleh salah satu dari huruh Syarth. Apabila Fi’il Mudhari’ kosong dari

huruf Nashab dan Jazam maka I’rabnya tetaplah Rafa’/ marfu’.21

2. Kemampuan Membaca Al-Qur’an Dan Hadits

a. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an Dan Hadits

20 ?Ibid, hlm. 33 21 ?Ibid, hlm. 32

39

Page 22: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

Pengertian kemampuan dan membaca, banyak para ahli memberikan

definisi yang berbeda-beda, sehingga akan lebih jelas nilai kemampuan

membaca jika dijelaskan masing-masing pengertiannya terlebih dahulu.

Secara etimologi kemampuan diartikan sebagai kesanggupan,

kecakapan dan kekuatan.22 Sedangkan secara istilah kemampuan adalah

sesuatu yang benar-benar dapat dilakukan oleh seseorang, artinya pada

tatanan realistis hal itu dapat dilakukan karena latihan-latihan dan usaha-

usaha juga belajar.23

Sumadi Suryabrata mengutip dari Woodworth dan Marquis

mendefinisikan ablility (kemampuan) pada tiga arti, yaitu :

1) Achievment, yang merupakan potensial ability, yang dapat diukur

langsung dengan alat atau test tertentu.

2) Capacity, yang merupakan potensial ability, yang dapat diukur secara

tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan

individu, di mana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara

dasar dengan training yang intensif dan pengalaman.

3) Aptitute, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkapkan atau diukur

dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu.24

Dari penghayatan di atas dapat diambil pengertian bahwa kemampuan

adalah potensi yang dimiliki daya kecakapan untuk melaksanakan suatu

22 ?Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV, Jakarta, 2005, hlm. 623. 23 ?Najib Kholid Al-Amir, Mendidik Cara Nabi SAW, Pustaka Hidayah,, Bandung, 2002, hlm.166.

24Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm. 161.

40

Page 23: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

perbuatan, baik fisik maupun mental dan dalam prosesnya diperlukan

latihan yang intensif di samping dasar dan pengalaman yang ada.

Adapun pengertian membaca telah banyak para ahli yang

mengemukakan pendapatnya diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Menurut Rahayu S. Hidayat dalam bukunya “Pengetesan Kemampuan

Membaca Secara Komunikatif” membaca adalah melihat dan

memahami tulisan dengan melisankan atau hanya dalam hati. Definisi

tersebut menyangkut tiga unsur dalam kegiatan membaca, yaitu

pembaca (yang melihat, memahami dan melisankan dalam hati), bacaan

(yang dilihat) dan pemahaman (oleh pembaca).25

2) Menurut Abdurrahman dalam bukunya “Membina Minat Baca di Jawa

Timur”, mengatakan bahwa membaca adalah suatu ajaran yang lahirnya

komunikasi antara seseorang dan bahan bacaan sebagai bentuk upaya

pemenuhan kebutuhan dan tujuan tertentu.26

3) Membaca Menurut Yus Rusyana dalam bukunya “Bahasa dan Sastra

dalam Gambitan Pendidikan”, mengatakan bahwa membaca atau

kegiatan membaca adalah perbuatan yang dilakukan dengan sadar dan

bertujuan. Demikian juga yang dimaksud membaca, membaca itu

adalah proses pengenalan simbol-simbol yang berlaku sebagai

25 ?Rahayu S. Hidayat, Pengetesan Kemampuan Membaca Secara Komunikatif, Cet. I, Intermasa, Jakarta, 1990, hlm. 27.26Abdurrahman, Membina Minat Baca di Jawa Timur, Pusat Pembinaan Bahasa Depdikbud, Jakarta, 1985, hlm. 17.

41

Page 24: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

perangsang untuk memunculkan dan penyusunan makna, serta dengan

menggunakan makna yang dihasilkan itu pada tujuan.27

Oleh karena itu membaca dipandang sebagai sarana memenuhi

kebutuhan dan sarana untuk mencapai tujuan lewat bahan bacaan atau dapat

dikataan membaca suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan untuk

memperoleh kesan yang hendak disampaikan melalui kata-kata atau bahasa

tulis.28 Sehingga membaca bukan sekedar mengenal dan mengeja kata-kata,

tetapi jauh lebih dalam lagi yaitu dapat memahami gagasan yang dapat

disampaikan kata-kata yang tampak itu dengan kemampuan melihat huruf-

huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah, mengingat

simbol-simbol bahasa yang tepat dan memiliki penalaran yang cukup untuk

memahami bacaan.

Dari ketiga pengertian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa

membaca adalah proses berfikir disertai dengan efektifitas yang komplek

yang melibatkan berbagai faktor baik dari luar maupun dari dalam diri

pembaca dengan maksud untuk menerima informasi dari sumber tertulis.29

Adapun pengertian Al-Qur’an ditinjau dari segi kebahasaan, Al-

Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang

dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar)

27Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gambitan Pendidikan, Diponegoro, Bandung, 1998,hlm.23.28Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, Aksara, Bandung,1987.hlm 8.29Ibid, hlm. 9.

42

Page 25: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Sedangkan pengertian Hadits

menurut bahasa berarti baru30.

Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an

sebagai berikut:

"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan

perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang

kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan

mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah

dan ditutup dengan surat An-Nas"31

Hadits secara harfiah berarti perkataan atau percakapan. Dalam

terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan/ mencatat sebuah

pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad. Namun pada saat ini

kata hadits mengalami perluasan makna, sehingga disinonimkan dengan

sunnah, maka bisa berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan

maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan

ataupun hukum32

Setelah diketengahkan beberapa pendapat dan pengertian baik

pengertian kemampuan membaca maupun pengertian Al-Qur’an, penulis

dapat ambil kesimpulan bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an adalah

suatu daya yang ada pada diri manusia untuk melaksanakan suatu perbuatan

atau aktifitas yang disertai dengan proses berfikir dengan maksud

30 ?Wikepedia Indonesia 31 ? Ibid32 ? Ibid

43

Page 26: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

memahami yang tersirat dalam hal yang tersurat, melihat pikiran yang

terkandung di dalam kata-kata yang tertulis dalam Al-Qur’an.33

Berpijak pada pengertian di atas, dapat dirumuskan pengertian dari

kemampuan membaca Al-Qur’an dan Hadits yaitu kesanggupan, kecakapan

dan kekuatan seseorang dalam membaca Al-Qur’an dan Hadits secara tartil

dan memahami maksud serta mengerti makna yang terkandung dalam

bacaan dan yang membaca Al-Qur'an adalah ibadah sesuai dengan firman

Allah SWT :

المَزمل ( : ترتيال القران )4وَرتل

Artinya : “…. dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil” (QS. Al-Muzamil :

4).34

b. Dasar Membaca Al-Qur’an dan Hadits

Yang menjadi dasar membaca Al-Qur’an yang pertama adalah surat

Al-Balad ayat 8-10, yang berbunyi :

البلد ( : ين [جد الن ينِه وهد وشفتين ولسانا عينين لِه نجِعل الم

8-10(

Artinya : “Bukanlah kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan”.35

33Ibid, hlm. 3. 34Al-Qur’an, Surat Muzammil Ayat 4, Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-haf Asy-syarif, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Kerajaan Arab Saudi.2008 hlm. 988.

35Al-Qur’an, Surat Al-Balad Ayat 8-10, Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-hafAsy-syarif, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Kerajaan Arab Saudi, 2008. hlm. 1061.

44

Page 27: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

Dasar membaca yang terdapat dalam ayat tersebut adalah mata untuk

melihat teks atau tulisan, lidah dan dua buah bibir untuk melafalkan dan

mengucapkan bacaan, seperti apa yang dikehendaki, untuk dapat

memperoleh informasi baru yang dapat menambah pengetahuan manusia

agar tidak menjadi manusia yang asing akan informasi-informasi baru yang

berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu

pengetahuan.36

Dan dasar yang kedua adalah surat Al-Alaq ayat 1-5, yang berbunyi :

. . وَربك اقرأ علَق من االنسان خلَق خلَق الٍذي َربك باسم اقرأ

: ) . الِعلَق. يِعلم مالم االنسان علم باالقلم علم الٍذي -1االكرم

5(

Artinya : “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq : 1-5).37

Dengan mempelajari makna atau arti ayat di atas, amat jelaslah

bahwa Allah SWT mewahyukan Al-Qur’an pertama kalinya kepada Nabi

Muhammad SAW dengan perintah membaca.

c. Standar Kemampuan Membaca Al-Qur’an dan Hadits

36Rahayu S. Hidayat, Op.cit, hlm. 31.37 ?Al-Qur’an, Surat Al-Alaq Ayat 1-5, Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-

hafAsy- syarif, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Kerajaan Arab Saudi, 2008. hlm. 1079.

45

Page 28: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

Membaca itu adalah proses yang kompleks dan rumit karena

memerlukan suatu proses, maka tidak mungkin dapat terlepas dari aktivitas

dan seseorang yang mejalankan aktifitas pasti mempunyai tujuan.38

Tujuan membaca dianggap sebagai modal dalam membaca,

sedangkan tujuan membaca dalam menelusuri baris-baris bacaan dapat

mempengaruhi hasil membacanya. Sebagai ilustrasi misalnya bila melihat

seseorang berjalan tanpa tujuan, arah geraknya, kecepatan, lama dan cara

berjalannya tentu berbeda dengan orang yang berjalan dengan tujuan yang

jelas.39

Standar kemampuan membaca yaitu kecepatan membaca dan

pemahaman isi bacaan secara keseluruhan, dimaksudkan kecepatan

membaca (reading speed) seseorang adalah 180 kata permenit.40

Gleen Doman memberikan alasan mengapa anak-anak harus belajar

membaca ketika usia mereka masih sangat muda adalah sebagai berikut :

1) Kemampuan anak untuk menyerap informasi pada usia tiga tahun

sampai sepuluh tahun pada puncaknya dan tidak akan pernah terulang

lagi.

2) Jauh lebih mudah mengajarkan anak membaca pada usia dini daripada

dalam usia lain-lainnya.

3) Anak yang diajar membaca pada usia yang sangat dini dapat menyerap

informasi daripada anak-anak ketika belajar sudah mengalami frustasi.

38 ?Rahayu S. Hidayat, Op.cit, hlm. 25.39 ?Ibid, hlm. 29. 40 ?DP. Tampubolon, Kemampuan Membaca, Angkasa, Bandung, 1980, hlm. 71.

46

Page 29: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

4) Anak-anak yang belajar membaca ketika masih sangat muda cenderung

lebih mudah mengerti dari pada anak yang tidak membaca seperti itu.

5) Anak-anak yang belajar membaca ketika usianya sangat muda

cenderung membaca lebih cepat dan penuh pemahaman dibadingkan

dengan anak-anak yang lain.41

3. Hubungan Antara Penguasaan Pelajaran Nahwu dan Sharaf

dengan Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai

bidang studi, membaca bukan mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi

bahasa saja, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan.42

Kemampuan membaca Al-Qur’an dan Hadits merupakan salah satu faktor

yang sangat penting dalam diri individu yang sangat berpengaruh dalam belajar

nahwu dan sharaf, sebab jika seseorang itu mampu menguasai pelajaran nahwu

dan Sharaf dengan baik maka akan lebih mudah dalam memahami Al-Qur'an

dan Hadits ataupun ilmu-ilmu pengetahuan agama lainnya yang menggunakan

bahasa Arab. Sedangkan apabila seseorang itu kurang mampu menguasai

pelajaran nahwu dan sharaf, maka dalam memahami Al-Qur'an dan Hadits dan

ilmu-ilmu pengetahuan agama lainnya akan merasa kesulitan dan kemampuan

dalam memahami dan membaca Al-Qur'an menjadi kurang baik.43 41Gleen Doman, Mengajar Bayi Anda Membaca, Gaya Favorit Press, Jakarta, 1998, hlm.

94.

42Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hlm. 207.

43Ibid, hlm. 209.

47

Page 30: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

Syeh Az-Zarnuji mengemukakan syarat-syarat keberhasilan dalam belajar

sebagai berikut :

بد[ وال الِعلم لب لطا زمة والمال والمواظبة الجد[ من بد[ وال

, لب لطا بد[ وال َرس الد[ على المواظبة من الِعلم لب لطا

. الِعلم فى الِعالية الهم[ة من 44 الِعلم

Artinya : “Bagi pelajar harus mempunyai kemauan yang keras, bagi pelajar harus kontinyu dalam belajar, bagi pelajar harus mempunyai cita-cita yang tinggi dalam mencari ilmu”.

Bagi siswa atau anak didik yang mempelajari nahwu dan sharaf akan

lebih mendorong membaca Al-Qur'an dan Hadits dengan penuh perhatian,

usaha yang sungguh-sungguh dan aktif dalam belajar, maka ia akan

memperoleh kemampuan pemahaman yang baik. Sebaliknya apabila siswa itu

kurang perhatian, kurang usaha dan kurang aktif dalam belajar, maka

penguasaannya akan kurang baik juga.

Maka pelajaran Nahwu dan Sharaf juga merupakan mata pelajaran yang

masuk dalam pelajaran pendidikan agama Islam yang memiliki tujuan

mendorong, membimbing dan membina kemampuan berbahasa Arab baik

dalam memahami bahasa Arab secara lisan maupun secara tulisan, sehingga

diharapkan akan dapat memahami ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an

dan Al-Hadits. 45

44Syeh Az-Zarnuji, Al-Ta’limul Muta’alim, Surabaya, Al-Ma’arif, t.th, hlm. 20-23.

45Depag RI, GBPP Baca Tulis Al-Qur’an, Dirjen Kelembagaan Islam, Jakarta, 2000, hlm. 23.

48

Page 31: Bab 2 Skripsi H.mfauzul Bener R

Mempelajari nahwu dan sharaf adalah syarat wajib untuk menguasai isi

Al-Qur’an dan Hadits. Mempelajari bahasa Al-Qur’an berarti mempelajari

nahwu dan sharaf.46 Dengan demikian penguasaan pelajaran nahwu dan sharaf

dengan kemampuan membaca Al-Qur’an merupakan satu kesatuan dalam

pelajaran pendidikan agama Islam yang memiliki tujuan yang sama yaitu

mendorong, membimbing dan membina akhlak dan perilaku siswa yang

akhirnya siswa diharapkan mampu memahami Al-Qur’an dan Haditst sebagai

ajaran agama Islam.

B. Rumusan Hipotesis

Berdasarkan Rumusan masalah dan kajian pustaka yang telah diuraikan,

maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

“Ada pengaruh yang signifikan antara Penguasaan Ilmu Nahwu Sharaf

terhadap Kemampuan membaca Al qur’an dan Hadits Siswa kelas VIII

MTs.Qudsiyyah Kudus Tahun Pelajaran 2008/2009”.

2. Hipotesis Nihil (Ho)

“Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Penguasaan Ilmu

Nahwu Sharaf terhadap Kemampuan membaca Al qur’an dan Hadits Siswa

kelas VIII MTs.Qudsiyyah Kudus Tahun Pelajaran 2008/2009.”

46Ibid, hlm. 188.

49