bab 2 pemeliharaan

55
BAB II LANDASAN TEORI Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan (Silvia Sukirman, 2003). Lapisan perkerasan berfungsi untuk menerima dan menyebarkan beban lalu lintas tanpa menimbulkan kerusakan pada konstruksi jalan itu sendiri. Dengan demikian lapisan perkerasan ini memberikan kenyamanan kepada pengguna jalan selama masa pelayanan jalan tersebut. Dalam perencanaannya, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi pelayanan konstruksi perkerasan tersebut, diantaranya fungsi jalan, kinerja perkerasan, umur rencana, lalu lintas yang merupakan beban dari perkerasan, sifat dasar tanah,

Upload: riskaara

Post on 25-Dec-2015

58 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pemeliharaan

TRANSCRIPT

BAB II

LANDASAN TEORI

Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara

lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan

kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi

kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan

penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan (Silvia Sukirman, 2003).

Lapisan perkerasan berfungsi untuk menerima dan menyebarkan beban lalu

lintas tanpa menimbulkan kerusakan pada konstruksi jalan itu sendiri. Dengan

demikian lapisan perkerasan ini memberikan kenyamanan kepada pengguna jalan

selama masa pelayanan jalan tersebut. Dalam perencanaannya, perlu dipertimbangkan

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi pelayanan konstruksi perkerasan

tersebut, diantaranya fungsi jalan, kinerja perkerasan, umur rencana, lalu lintas yang

merupakan beban dari perkerasan, sifat dasar tanah, kondisi lingkungan, sifat dan

material tersedia di lokasi yang akan digunakan untuk perkerasan, dan bentuk

geometrik lapisan perkerasan.

Jenis Konstruksi Perkerasan dan Komponennya

1. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

a. Memakai bahan pengikat aspal.

b. Sifat dari perkerasan ini adalah memikul dan menyebarkan beban lalu

lintas ke tanah dasar.

c. Pengaruhnya terhadap repetisi beban adalah timbulnya rutting

(lendutan pada jalur roda).

d. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu, jalan

bergelombang (mengikuti tanah dasar)

Gambar Komponen Perkerasan Lentur

2. Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

a. Memakai bahan pengikat semen portland (PC).

b. Sifat lapisan utama (plat beton) yaitu memikul sebagian besar beban

lalu lintas.

c. Pengaruhnya terhadap repetisi beban adalah timbulnya retak-retak

pada permukaan jalan.

d. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu, bersifat sebagai

balok di atas permukaan.

Gambar Komponen Perkerasan Kaku

3. Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement)

a. Kombinasi antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur.

b. Perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau sebaliknya.

Gambar Komponen Perkerasan Komposit

2.1. Jenis Kerusakan Perkerasan Lentur

Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) adalah perkerasan yang

menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan lapisan-lapisan perkerasannya

bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. Aspal itu sendiri

adalah material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk

padat sampai agak padat. Jika aspal dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu,

aspal dapat menjadi lunak/cair sehingga dapat membungkus partikel agregat pada

waktu pembuatan aspal beton. Jika temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan

mengikat agregat pada tempatnya (sifat termoplastis). Sifat aspal berubah akibat

panas dan umur, aspal akan menjadi kaku dan rapuh sehingga daya adhesinya

terhadap partikel agregat akan berkurang. Perubahan ini dapat diatasi/dikurangi jika

sifat-sifat aspal dikuasai dan dilakukan langkah-langkah yang baik dalam proses

pelaksanaan.

Lapisan perkerasan sering mengalami kerusakan atau kegagalan sebelum

mencapai umur rencana. Kegagalan pada perkerasan dapat dilihat dari kondisi

kerusakan fungsional dan struktural.

Kerusakan fungsional adalah apabila perkerasan tidak dapat berfungsi lagi

sesuai dengan yang direncanakan. Sedangkan kerusakan struktural terjadi ditandai

dengan adanya rusak pada satu atau lebih bagian dari struktur perkerasan jalan.

Kegagalan fungsional pada dasarnya tergantung pada derajat atau tingkat

kekasaran permukaan, sedangkan kegagalan struktural disebabkan oleh lapisan tanah

dasar yang tidak stabil, beban lalu lintas, kelelahan permukaan, dan pengaruh kondisi

lingkungan sekitar.

2.1.1. Jenis Kerusakan Perkerasan Berdasarkan Metode Bina Marga

Jenis Kerusakan Perkerasan Lentur dapat dibedakan atas:

A. Retak (cracking)

B. Distorsi (distortion)

C. Cacat permukaan (disintegration)

D. Pengausan ( polished aggegate)

E. Kegemukan (bleeding / flushing)

F. Penurunan pada bekas penanaman utilitas

A. Retak (Cracking)

Retak yang terjadi pada lapisan permukaan jalan dapat dibedakan atas :

1. Retak halus atau retak garis (hair cracking), lebar celah lebih kecil atau

sama dengan 3 mm, penyebab adalah bahan perkerasan yang kurang baik,

tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang

stabil. Retak halus ini dapat meresapkan air ke dalam permukaan dan dapat

menimbulkan kerusakan yang lebih parah seperti retak kulit buaya bahkan

kerusakan seperti lubang dan amblas. Retak ini dapat berbentuk melintang

dan memanjang, dimana retak memanjang terjadi pada arah sejajar dengan

sumbu jalan, biasanya pada jalur roda kendaraan atau sepanjang tepi

perkerasan atau pelebaran, sedangkan untuk retak melintang terjadi pada

arah memotong sumbu jalan, dapat terjadi pada sebagian atau seluruh lebar

jalan.

Gambar 2.1. Retak Halus

2. Retak kulit buaya (alligator crack)

Lebar celah lebih besar atau sama dengan 3 mm. Saling berangkai

membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya.

Retak ini disebabkan oleh bahan perkerasan yang kurang baik, pelapukan

permukaan, tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapisan

permukaan kurang stabil, atau bahan pelapis pondasi dalam keadaan jenuh

air (air tanah naik). Jika daerah dimana terjadi retak kulit buaya luas,

mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban lalu lintas yang melampaui

beban yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan tersebut. Retak kulit

buaya dapat diresapi oleh air sehingga lama kelamaan akan menimbulkan

lubang-lubang akibat terlepasnya butir-butir.

Gambar 2.2. Retak Kulit Buaya

3. Retak pinggir (edge crack)

Retak memanjang jalan, dengan atau tanpa cabang yang mengarah ke

bahu dan terletak dekat bahu. Retak ini disebabkan oleh tidak baiknya

sokongan dari arah samping, drainase kurang baik, terjadinya penyusutan

tanah, atau terjadinya settlement di bawah daerah tersebut. Akar tanaman

yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya retak

pinggir ini. Di lokasi retak, air dapat meresap yang dapat semakin merusak

lapisan permukaan. Retak ini lama kelamaan akan bertambah besar disertai

dengan terjadinya lubang-lubang.

Gambar 2.3. Retak Pinggir

4. Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint crack),

Retak memanjang, umumnya terjadi pada sambungan bahu dengan

perkerasan. Retak dapat disebabkan oleh kondisi drainase di bawah bahu

jalan lebih buruk daripada di bawah perkerasan, terjadinya settlement di

bahu jalan, penyusutan material bahu atau perkerasan jalan, atau akibat

lintasan truk / kendaraan berat dibahu jalan. Perbaikan dapat dilakukan

seperti perbaikan retak refleksi.

5. Retak sambungan jalan (lane joint cracks),

Retak memanjang, yang terjadi pada sambungan 2 lajur lalu lintas. Hal

ini disebabkan tidak baiknya ikatan sambungan kedua lajur. Jika tidak

diperbaiki, retak dapat berkembang menjadi lebar karena terlepasnya butir-

butir pada tepi retak dan meresapnya air ke dalam lapisan.

6. Retak sambungan pelebaran jalan (widening cracks)

adalah retak memanjang yang terjadi pada sambungan antara

perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran. Hal ini disebabkan oleh

perbedaan daya dukung di bawah bagian pelebaran dan bagian jalan lama,

dapat juga disebabkan oleh ikatan antara sambungan tidak baik. Perbaikan

dilakukan dengan mengisi celah-celah yang timbul dengan campuran aspal

cair dan pasir. Jika tidak diperbaiki, air dapat meresap masuk ke dalam

lapisan perkerasan melalui celah-celah, butir-butir dapat lepas dan retak

dapat bertambah besar.

7. Retak refleksi (reflection cracks),

Retak memanjang, melintang, diagonal atau membentuk kotak.

Terjadi pada lapis tambahan (overlay) yang menggambarkan pola retakan

dibawahnya. Retak refleksi dapat terjadi jika retak pada perkerasan lama

tidak diperbaiki secara baik sebelum pekerjaan overlay dilakukan. Retak

refleksi dapat pula terjadi jika terjadi gerakan vertical / horizontal dibawah

lapis tambahan sebagai akibat perubahan kadar air pada jenis tanah yang

ekspansif.

Gambar 2.4. Retak Refleksi

8. Retak susut (shrinkage cracks),

Retak yang saling bersambungan membentuk kotak-kotak besar dengan

susut tajam. Retak disebabkan oleh perubahan volume pada lapisan pondasi

dan tanah dasar.

9. Retak slip (slippage cracks),

Retak yang bentuknya melengkung seperti bulan sabit. Hal ini terjadi

disebabkan oleh kurang baiknya ikatan antar lapis permukaan dan lapis

dibawahnya. Kurang baiknya ikatan dapat disebabkan oleh adanya debu,

minyak air, atau benda non adhesive lainnya, atau akibat tidak diberinya

tack coat sebagai bahan pengikat antar kedua lapisan. Retak selip pun dapat

terjadi akibat terlalu banyaknya pasir dalam campuran lapisan permukaan,

atau kurang baiknya pemadatan lapisan permukaan.

Gambar 2.5. Retak Slip

B. Distorsi (distortion)

Distorsi / perubahan bentuk dapat terjadi akibat lemahnya tanah dasar,

pemadatan yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi tambahan

pemadatan akibat beban lalu lintas. Sebelum perbaikan dilakukan, ditentukan

terlebih dahulu jenis dan penyebab distorsi yang terjadi. Dengan demikian

dapat ditentukan jenis penanganan yang tepat.

Distorsi dapat dibedakan atas :

1. Alur (ruts), terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan. Alur dapat

merupakan tempat menggenangnya air hujan yang jatuh di atas permukaan

jalan, mengurangi tingkat kenyamanan, dan akhirnya dapat timbul retak-

retak. Terjadinya alur disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat,

dengan demikian terjadi tambahan pemadatan akibat repetisi beban lalu

lintas pada lintasan roda. Campuran aspal dengan stabilitas rendah dapat

pula menimbulkan deformasi plastis.

Gambar 2.6 Alur

2. Keriting (corrugation), alur yang terjadi melintang jalan. Dengan timbulnya

lapisan permukaan yang berkeriting ini pengemudi akan merasakan

ketidaknyamanan dalam mengemudi. Penyebab kerusakan ini adalah

rendahnya stabilitas campuran yang dapat berasal dari terlalu tingginya

kadar aspal, terlalu banyak menggunakan agregat halus, agregat berbentuk

butiran dan berpermukaan licin, atau aspal yang dipergunakan mempunyai

penetrasi yang tinggi. Keriting dapat juga terjadi jika lalu lintas dibuka

sebelum perkerasan mantap (untuk perkerasan yang menggunakan aspal

cair).

3. Sungkur (shoving), deformasi plastis yang terjadi setempat, ditempat

kendaraan sering berhenti, kelandaian curam, dan tikungan tajam.

Kerusakan terjadi dengan atau tanpa retak. Penyebab kerusakan sama

dengan kerusakan keriting.

Gambar 2.7.Sungkur

4. Amblas (grade depressions), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak.

Amblas dapat terdeteksi dengan adanya air yang tergenang. Air yang

tergenang ini dapat meresap ke dalam lapisan permukaan yang akhirnya

menimbulkan lobang. Penyebab amblas adalah beban kendaraan yang

melebihi apa yang direncanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau

penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar mengalami

settlement.

5. Jembul (upheaval), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi

akibat adanya pengembangan tanah dasar pada tanah yang ekspansif..

C. Cacat permukaan (disintegration)

Yang termasuk dalam cacat permukaan adalah :

1. Lubang (potholes), berupa mangkuk, ukuran bervariasi dari kecil sampai

besar. Lubang-lubang ini menampung dan meresapkan air ke dalam lapis

permukaan yang menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan.

Lubang dapat terjadi karena :

a. Campuran material lapis permukaan jelek, seperti :

- Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.

- Agregat kotor sehingga ikatan antara aspal dan agregat tidak baik.

- Temperatur campuran tidak memenuhi persyaratan.

b. Lapis permukaan tipis sehingga ikatan aspal dan agregat mudah lepas

akibat pengaruh cuaca.

c. Sistem drainase jelek, sehingga air banyak yang meresap dan

mengumpul pada lapis permukaan.

d. Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap

masuk dan mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil.

Gambar 2.8. Lubang

2. Pelepasan butir (raveling), dapat terjadi secara meluas dan mempunyai

efek serta disebabkan oleh hal yang sama dengan lubang.

3. Pengelupasan lapisan permukaan (stripping), dapat disebabkan oleh

kurangnya ikatan antar lapisan permukaan dan lapis dibawahnya, atau

terlalu tipisnya lapis permukaan.

D. Pengausan (polished aggregate)

Permukaan menjadi licin, sehingga membahayakan kendaraan. Pengausan

terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap roda

kendaraan, atau agregat yang dipergunakan berbentuk bulat dan licin, tidak

berbentuk cubical.

Gambar 2.9. Pengausan

E. Kegemukan (bleeding / flushing)

Permukaan jalan menjadi licin dan tampak lebih hitam. Pada temperatur

tinggi, aspal menjadi lunak dan akan terjadi jejak roda. Berbahaya bagi

kendaraan karena bila dibiarkan, akan menimbulkan lipatan-lipatan (keriting)

dan lubang pada permukaan jalan. Kegemukan (bleeding) dapat disebabkan

pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian terlalu

banyak aspal pada pekerjaan prime coat atau tack coat.

F. Penurunan pada bekas penanaman utilitas

Penurunan yang terjadi di sepanjang bekas penanaman utilitas. Hal ini terjadi

karena pemadatan yang tidak memenuhi syarat.

2.1.2. Jenis Kerusakan Perkerasan Kaku

Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah jenis perkerasan jalan yang

menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasn tersebut, merupakan salah satu

jenis perkerasan jalan yang digunakn selain dari perkerasan lentur (asphalt).

Perkerasan ini umumnya dipakai pada jalan yang memiliki kondisi lalu lintas yang

cukup padat dan memiliki distribusi beban yang besar, seperti pada jalan-jalan lintas

antar provinsi, jembatan layang (fly over), jalan tol, maupun pada persimpangan

bersinyal. Jalan-jalan tersebut umumnya menggunakan beton sebagai bahan

perkerasannya, namun untuk meningkatkan kenyamanan biasanya diatas permukaan

perkerasan dilapisi asphalt. Keunggulan dari perkerasan kaku sendiri disbanding

perkerasan lentur (asphalt) adalah bagaimana distribusi beban disalurkan ke subgrade.

Perkerasan kaku karena mempunyai kekakuan dan stiffnes, akan mendistribusikan

beban pada daerah yangg relatif luas pada subgrade, beton sendiri bagian utama

yangg menanggung beban struktural. Sedangkan pada perkerasan lentur karena dibuat

dari material yang kurang kaku, maka persebaran beban yang dilakukan tidak sebaik

pada beton. Sehingga memerlukan ketebalan yang lebih besar.

Pada konstruksi perkerasan kaku, perkerasan tidak dibuat menerus sepanjang

jalan seperti halnya yang dilakukan pada perkerasan lentur. Hal ini dilakukan untuk

mencegah terjadinya pemuaian yang besar pada permukaan perkerasn sehingga dapat

menyebabkan retaknya perkerasan, selain itu konstruksi seperti ini juga dilakukan

untuk mencegah terjadinya retak menerus pada perkerasan jika terjadi keretakan pada

suatu titik pada perkerasan. Salah satu cara yang digunakan untuk mencegah

terjadinya hal diatas adalah dengan cara membuat konstruksi segmen pada perkerasan

kaku dengan sistem joint untuk menghubungkan tiap segmennya.

2.2.2. Jenis Kerusakan Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga

BLOWUP (BUCKLING)

CORNER BREAK

DURABILITY CRACKING (“D” CRACKING)

FAULTING

JOINT LOAD TRANSFER SYSTEM DETERIORATION

LINIER (PANEL) CRACKING

POPOUTS

PUMPING

PUNCHOUT

PATCHING

POLISHED AGGREGATE

REACTIVE AGGREGATE DISTRESSES

SHRINKAGE CRACKING

SPALLING

A. BLOWUP (BUCKLING)

Pergerakan setempat plat keatas dan pecah pada sambungan atau retak.

Biasanya terjadi akibat tidak tersedianya ruang padat plat/joint saat memuai pada

cuaca panas. Masalah yang ditimbulkan yaitu roughness, infiltrasi air, dalam kejadian

extrim berbahaya bagi lalu lintas hal ini disebabkan saat cuaca dingin plat menyusut

yang meninggalkan joint terbuka lebar, bila bukan ini terisi material incompressipble

(pasir atau tanah) pada saat panas plat memuai dan terjadi tekanan. BLOWUP

dipercepat oleh joint gompal D cracking dan kerusakan membeku dan

mencair.perbaikan yang harus dilakukan adalah dengan cara Full Depth Patch

1.

Gambar 2.10. BLOWUP

B. RETAK POJOK

Retak pada sambungan perkerasan di pojok yang disebut deket pojok adalah

daerah 2 m, retak berlanjut kedalam plat. Masalah yang timbul, roughness air

bisa masuk, retak bisa berlanjut jadi patah, gompal dan disintegrasi bisa jadi

penyebabnya dikarenakan repetisi beban dikombinasi hilangnya daya dukung,

load transfer yang jelek pada sambungan, curling stress dan warping stress.

Perbaikan yang harus dilakukan adalah dengan cara Full Depth Catch.

Gambar 2.11. Retak Pojok yang terjadi di jalan

C. DURABILITY CRACKING

Rentetan ruang/retak yang berdekatan, retak bulan sabit dekat joint sudut plat

disebabkan freeze-thaw expansion agregat kasar didalam plat, retak durability

ini umum terjadi pada kerusakan pcc sehingga menimbulkan masalah

roughness, akan menyebabkan gompal dan disintegrasi pada plat.

Penyebabnya adalah agregat yang peka terhadap freeze-thaw. Perbaikan yang

harus dilakukan adalah bisa dengan partial depth patch atau full depth

D. FAULTING (KETIDAK RATAAN)

Perbedaan elaevasi joint yang bersebalahan atau daerah retak yang terjadi

pada perkerasan tanpa dowel, biasanya plat didepannya lebih tinggi dari slab

yang diinjak perbedaan yang lebih 2,5 mm perlu dicatat dan bila melebihi

4mm perlu di diamond grinding. Masalah yang ditimbul yaitu Roughness

penyebabnya faulting ini umumnya disebabkan oleh plat pumping. Perbaikan

akan dilakukan apabila ketinggian faulting kurang dari 3 mm dibiarkan, JPCP

antara 3 mm-12 mm menunjukan dowel yang rusak > 12.5 mm di

rekonstruksi.

Gambar 2.12 Faulting dari permukaan tanah.

D. KERUSAKAN SISTEM JOINT LOAD TRANSFER

Retak melintang atau pecah disudut plat diakibatkan oleh joint dowel rusak.

Masalah yang ditimbulkan yaitu roughness, indicator rusaknya system load

transfer penyebabnya dowel rusak akibat korosi bila tidak diproteksi secara

baik, atau misalignment dowel terlalu dekat sisi slab pada saat pelaksanaan

untuk perbaikannya dapat dilakukan dengan mengganti atau membuang

bagian yang dipengaruhi oleh joint load transfer diikuti dengan full depth

patch.

Gambar 2.13. Dowel Rusak Berkarat

E. LINIER (LAJUR) CRACKING

Retak lajur tidak berhubungan dengan retak dipojok atau BLOWUP yang

dapat menerus secara melintas ketengah plat retak ini membagi plat secara

terpisah menjadi dua atua empat bagian.sehingga masalah yang ditimbulkan

yaitu roughness infiltrasi air menyebabkan erosi pada base dan/subbase retak

yang dapat menyebabkan gompal apabila tidak di sealed penyebabnya yang

tak lain adalah gabungan lalu lintas, perbedaan tingkat thermal, tekanan air

dan hilangnya daya dukung sehingga perbaikan yang harus dilakukan adalah

jika retak linier yang sempit maka dapat dilakukan dengan sealing dan bila

retak jamak bisa dilakukan dengan full depth patch.

Gambar 2.14. Retak Panel yang Lebar.

F. PATCHING (TAMBALAN)

Daerah perkerasan yang telah diganti dengan material baru pada perkerasan

yang ada, tambalan tetap dianggap kerusakan walau ia berfungsi secara baik

masalah yang akan ditimbulkan yaitu roughness. Hal ini penyebabnya tak lain

adanya kerusakan perkerasan setempat yang telah dibuang dan ditambal.

Perbaikan yang harus dilakukan untuk mengurangi kerusakan ini hanya

dengan cara ditambal atau membongkar dengan overlay atau pergantian plat.

Gambar 2.15. Tambalan

G. POLISHED AGGREGATE

Daerah perkerasan yang bagian agregat dipermukaan hilang partikel halusnya.

Masalah yang akan ditimbulkan adalah menurunya skid resistance hal ini

disebabkan karena traffic yang berulang-ulang terutama disebabkan

penggunaan agregat yang mudah terabrasi. Kerusakan ini bisa diperbaiki

dengan diamond grinding atau overlay.

Gambar 2.16. Close UP Polished AGG

H. POPOUTS (BERLOBANG)

Sebagian kecil perkerasan yang pecah dan lepas dari permukaan yang

meninggalkan bekas lobang kecil, ukuran diameter 25-100 mm dan

kedalaman 25-50 mm. Masalah yang akan ditimbulkan adalah roughness,

biasanya indikasi material yang jelek hal ini disebabkan adanya durabilitas

agregat yang jelek akibat freeze-thaws, expansive aggreggate , reaksi alkali

agreggrate untuk perbaikan jenis kerusakan ini yaitu apabila kerusakan kecil

tersendiri tidak perlu perbaikan kecuali rusak yang luas diperbaiki dengan

partial depth patch.

Gambar 2.17. Close Up Popouts.

I. PUMPING

Perpindahan material dibawah plat atau menyemprotan material dari bawah

plat akibat tekanan air, tekanan ini disebabkan oleh pergerakan plat,

pergerakan plat dibawah plat yang bersebelahan, pergerakan plat yang

memindahkan material, sehingga hilang daya dukungnya. Masalah yang

ditimbulkan yaitu menurunnya daya dukung yang dapat menyebabkan linier

cracking, pecah dipojok dan faulting hal ini disebabkan adanya akumulasi air

dibawah plat karena tingginya muka air, drainase yang jelek, retak panel atau

joint seal yang jelek yang kemasukan air. Kerusakan ini dapat diperbaiki

dengan cara full depth patch dan membuang yang rusak, pertimbangkan

dengan memberikan dowel bars, untuk meningkatkan load transfer dengan

memberikan stabilitasasi pada bagian yang pumping drainase perlu diperbaiki.

Gambar 2.18. PUMPING

J. PUNCHOUT (REMEK)

Sebagian plat tertentu, pecah menjadi beberapa bagian kecil, khusunya yang

retak lepas dan disintegrasi. Masalah yang akan ditimbulkan yaitu roughness

bisa termasuki air sehingga erosi pada base/subbase, retak yang lepas dan plat

disintegrasi hal ini disebabkan oleh kerusakan pelaksanaan setempat ump

kurang pemadatan,menyebabkan korosi pada baja, kurasa penulangan, terlalu

besar retak susut atau terlalu banyak retak susut. Keruskan ini dapat diperbaiki

dengan cara full depth patch.

Gambar 2.19 Punchout yang Berat

K. REACTIVE AGREGATE DISTRESSES

Bentuk atau retak terpola pada permukaan plat disebabkan reaksi agregat, hal

ini disebabkan penggunaan persenyawaan. Masalah yang ditimbulkan yaitu

roughness, indikasi agregat yang jelek yang mengakibatkan plat disintegrasi.

Penyebabnya dikarenakan kualitas agregat yang jelek, umumnya reaksi

agregat alkali untuk perbaikan dapat dilakukan dengan partial depth patch

untuk daerah yang kecil atau penggantian plat yang luas.

Gambar 2.20 Retak Reaktif Aggregate

L. SHRINKAGE CRACKING

Retak rambut terbentuk selama beton setting dan curing yang tidak terlokasi

pada joint biasanya tidak sampai menerus sedalam plat, retak ini dikatakan

kerusakan apabila terjadi secara tidak terkontrol. Masalahnya adalah aesthetic,

indikasi pengerutan plat yang tidak terkontrol pada JPCP ia akan lebar yang

bisa kemasukan air pada CRCP bila lebih lebar dari 0.5 mm dapat dimasuki

air. Hal ini disebabkan semua beton akan menyusut jadi pada perkerasan hal

ini dibuat persyaratan untuk mengontrolnnya tetapi penyusutan yang tidak

terkontrol dapat mengindikasi.perbaiki dapat dilakukan apabila kerusakan

ringan dan sedang retak disealing rusak berat dengan penggantian total.

Gambar 2.21 Shringkage yang berat

J. SPALLING

Retak, pecah atau chipping pada joint/retak pinggir biasanya terjadi 0.6 m dari

joint/retak pinggir. Masalah yang ditimbul yaitu lepas berpuing pada

peerkerasan, roughness umumnya merupakan indicator kelanjutan kerusakan

joint/retak.penyebabnya terlampaui tegangan pada joint/retak yang disebabkan

infiltrasi incompressible material dan kelanjutan dari proses expansi,

disintegrasi beton dari freeze-thaw atau retak “D” lemahnya beton pada joint

karena kurang padat misalignment atau dowel berkarat, beban lalu lintas yang

berat.. keruskan ini dapat diperbaiki dengan cara spallking <75mm dari garis

retak dapat diperbaiki dengan partial-depth patch >75 mm mengindikasikan

spalling pada dasar joint, harus dengan full-depth patch.

Gambar 2.22. Spalling Karena sambungan yang jelek.

2.2 Jembatan

Jembatan adalah merupakan suatu prasarana lalu lintas yang berfungsi untuk

menghubungkan jalan yang terputus oleh sungai, lembah, laut, danau, ataupun

bangunan lain dibawahnya. Jembatan terbagi menjadi 2 bagian utama struktur, yaitu

struktur atas (Superstruktur) dan struktur bawah (Sub-sktruktur). Kedua bagian

tersebut saling menunjang satu sama lainnya dalam menahan beban dan

meneruskannya ke tanah dasar. Bagian-bagian Superstruktur terdiri dari perletakan

sampai kebagian atas jembatan seperti rangka, girder, lantai, sandaran.

Superstruktur adalah bagian dari jembatan yang langsung berhubungan

langsung dengan beban yang bekerja terutama dari kendaraan yang melewatinya.

Sedangkan bagian-bagian dari Substruktur adalah mulai dari perletakan ke bagian

bawah jembatan seperti kepala jembatan, pilar dan pondasi. Bagian-bagian tersebut

adalah bagian-bagian yang langsung berhubungan dengan tanah dasar sebagai

penerus gaya-gaya yang bekerja pada jembatan.

Mengingat jembatan tol pada suatu ruas jalan tol adalah merupakan bangunan

struktur yang memiliki potensi kerusakan yang berdampak sangat tinggi terhadap

keselamatan pemakai jalan maka diperlukan upaya-upaya/ tindak pencegahan

terjadinya kerusakan sejak dini.

Untuk mengetahui kondisi dan tingkat kerusakan jembatan tol yang telah

beroperasi serta upaya penanganannya maka perlu dilakukan terlebih dahulu

penelitian dan evaluasi kondisi jembatan tol tersebut.

2.2.1 Jenis Kerusakan Pada Jembatan

. Kondisi Rangka Baja

Hampir seluruh komponen rangka baja telah berkarat, yang kemungkinan

besar disebabkan oleh korosi atmosfir. Kemungkinan penyebab korosi :

Tidak adanya perawatan atau pemeliharaan pada jembatan, misalnya

pengecatan pada rangka baja, membuata jembatan lebih cepat terkena korosi

atmosfir.

Pembuangan sampah sembarangan di sekitar abutmen jembatan membuat

udara sekitar jembatan menjadi bersifat asam.

Air hujan atau embun yang tidak cepat mengering, terutama pada bagian-

bagian baja yang tersembunyi (pada sambungan baja) membuat baja lebih

cepat terserang karat.

Jembatan

Struktur Atas Struktur BawahStruktur Bawah

Kepala Jembatan

Pilar Jembatan

Struktur Atas

Girder

Plat girder

Box girder

Rangka

Cable

Kondisi Permukaan Perkerasan Jalan

Permukaan perkerasan tidak rata dan terjadi retak kulit buaya pada beberapa

penampang serta terdapat lubang pada dek dan oprit jembatan. Bila tidak segera

diperbaiki, maka air yang masuk dalam timbunan akan membuat penurunan

timbunan lebih cepat, dan hal ini tentu akan membahayakan abutmen jembatan.

Drainase Jembatan

Tidak ada drainase pada jembatan, air turun melalui lubang yang ada pada

perkerasan maupun pada sambungan baja. Air meresap dalam perkerasan,

menyebabkan kerusakan pada perkerasan jalan jembatan.

Kondisi Dak Jembatan

Dak jembatan dari kayu mulai mengalami pelapukan akibat dari air yang meresap

melalui perkerasan maupun rembesan dari permukaan perkerasan

Kondisi Gelagar

Kondisi gelagar memanjang ataupun melintang mulai berkarat, dan meluas pada

hampir semua luas penampangnya. Kemungkinan penyebabnya sama dengan

rangka atas jembatan.

GELAGAR BOX BETON

Kerusakan yang terjadi pada tipe gelagar box beton berupa :

1. Retak

2. Gompal/pecah

3. Keropos

6. Kondisi Perletakan (Bearing)

Kerusakan Bearing Pad dapat berupa:

Tidak cukupnya ruang bagi jembatan untuk bergerak

Tempat dudukan landasan tidak baik;

Hancurnya adukan / mortar dasar landasan;

Bearing pad pecah, sobek atau retak;

Perubahan bentuk bearing pad yang berlebihan.

Kondisi perletakan tidak sesuai penempatannya dan korosi juga telah menyerang

komponen jembatan ini.

Kerusakan akibat pengaruh Gaya Luar pada Kepala Jembatan / Abutment

Kerusakan yang dapat terjadi berupa :

o Puntir

o Berputar

o Terguling.

Penyebab kerusakan:

o Gaya yang berlebihan,

o Pengikisan,

o Penurunan / settlement.

Kondisi Abutmen tanpa adanya perawatan dan pemeliharaan pada jembatan.

Sampah dan tumbuhan tidak dibersihkan dari sekitar Abutmen.

Lapis Permukaan Aspal

Siar Muai

Pada siar muai terjadi kerusakan berupa beda tinggi, retak pada sambungan, kehilangan kemampuan bergerak dan bagian yang hilang.

Pada lapis permukaan aspal terjadi retak, bergelombang dan permukaan yang kasar.

Sandaran

Pipa Cucuran

Pada sandaran terjadi kerusakan berupa :

Bagian yang hilang

Perubahan bentuk (Deformasi)

Penurunan mutu cat

Penunjang sandaran pecah/gompal

Pada pipa cucuran terjadi kerusakan berupa tersumbat dan bagian yang hilang/lepas.

Perletakan

. Plat Lantai

Kerusakan pada plat lantai yang dapat diamati visual a.l.:

• Lendutan berlebihan pada tengah bentang plat pada saat dibebani;

• Lantai berlobang;

• Plat aus terkikis;

• Permukaan terkelupas;

• Retak.

Pada Perletakan karet terjadi kerusakan berupa perubahan bentuk (deformasi) juga sering tertutup kotoran.

Pada perletakan baja terjadi kerusakan berupa penurunan mutu cat dan kurangnya pelumasan

PILAR

Kerusakan akibat pengaruh Gaya Luar pada Pilar / Pier, Kerusakan yang terjadi

bisa berupa:

o Deformasi yang berlebihan dari pilar pada saat dibebani.

o Posisi pilar tidak tegak akibat terjadinya settlement pada pondasi.

Kerusakan Pier Head / Kepala Pilar

Kerusakan yang terjadi dapat berupa :

o • Deformasi,

o • Retak,

o • Rontok,

o • Honey comb / keropos.

Daerah yang perlu diperiksa untuk retak yang bergerak adalah:

Pada plat lantai terjadi kerusakan berupa retak dan sebagian terjadi keropos.

o • Daerah tarik, di bagian atas balok kepala tiang atau pada bagian

tengah gelagar.

o • Retak akibat gaya lintang, di daerah dekat perletakan dan dekat

kepala kolom.

Dinding Penahan Tanah

Pergerakan Tembok Penahan Tanah

Dinding penahan tanah dapat bergerak seperti yang terjadi pada abutment dan

pilar. Beberapa jenis gerakan yang dapat terjadi adalah guling, rotasi dengan

arah membalik, dan penurunan / settlement.

Pada Pilar sering terjadi kerusakan berupa retak dan sebagian tulangannya terlihat.

Voided Slab

. Pada DPT terjadi kerusakan berupa retak dan bagian yang hilang

Tipe Voided Slab mengalami kerusakan berupa :

Gompal/pecah

Rembesan air

Kerusakan akibat Material dan Proses Pengerjaan Yang Tidak Baik

Material yang digunakan adalah beton.

Kerusakan yang terjadi akibat penggunaan material dan proses pengerjaan

yang tidak memenuhi persyaratan dapat berupa:

o Retak,

o Segregasi,

o Honey comb / keropos.

Kerusakan pada PCI Girder Kerusakan pada PCI girder yang dapat diamati visual.:

o Lendutan (deflection) yang berlebihan pada tengah bentang pada saat

dibebani;

o Retak;

o Rontok;

o Segregasi

o Honey comb / keropos.

Kerusakan pada Parapet / Concrete Barrier

Kerusakan pada parapet/concrete barier yang dapat diamati visual.:

Retak;

Rontok;

Honey comb / keropos

Retak akibat penurunan pondasi:

o Apabila terjadi penurunan atau gerakan pondasi, maka timbul gaya-

gaya ekstra dalam struktur beton. Retak yang terjadi tidak mempunyai

pola yang pasti.

o Perlu dilihat sekitar bagian atas dan bawah kolom penyokong-nya dan

pada bagian tengah pile cap, apakah terjadi retak.

Kerusakan akibat pengaruh Gaya Luar pada Expansion Joint Kerusakan yang terjadi dapat berupa:

Cold joint pecah / retak;

Kerusakan pada ujung beton sering terjadi karena:

- Cara pelaksanaan yang tidak baik,

- Ikatan plat ujung tidak baik,

- Batu terjepit dalam celah joint yang mengakibatkan hancurnya

ujung material beton.

Sambungan tidak rata sehingga mengakibatkan timbulnya beban

tambahan akibat kejut pada ujung plat beton;

•Expansion joint sobek atau ikatan terlepas.

Kerusakan akibat pengaruh Gaya Luar pada Balok Diafragma

Kerusakan balok diafragma dapat berupa:

Retak,

Rontok,

Honey comb / keropos.

Fenomena Retak pada Konstruksi Beton

Retak pada beton adalah hal yang umum terjadi.

o Untuk menentukan jenis perbaikannya perlu diketahui apakah retak

tersebut merupakan retak yang bergerak / berkembang atau retak yang

tetap.

o Retak yang bergerak / berkembang adalah retak struktural dan sangat

berbahaya, karena diakibatkan oleh pembebanan yang melebihi beban

rencana dan melebihi kekuatan potongan ybs.

o Dapat membuka dan menutup kembali jika ada lalu lintas yang

melewatinya;

o Jika hal ini berlangsung terus karena adanya penurunan jembatan atau

bergerak. Di sini lebih jelas biasanya pada bangunan bawah.

o Berkembangnya retak ini bisa juga disebabkan berkaratnya baja

tulangan.

Retak pada balok dan sebagian besar elemen jembatan dapat disebabkan oleh:

o Momen (di sekitar daerah tengah bentang). Retak ini berupa tipe retak

yang tegak /vertikal.

o Gaya lintang dekat landasan.Retak ini biasanya membuat sudut

sekitar 45o terhadap sumbu elemen ybs.

o Kombinasi dari momen dan gaya lintang

ALTERNATIF PERBAIKAN & PERKUATAN

o Lantai Jembatan

Perbaikan retak – grouting

Perkuatan lantai – steel plate bonding, carbon fiber, aramyd fiber

o Gelagar Jembatan

Perbaikan retak – grouting

Perbaikan dimensi – grouting, patching

Perkuatan – Carbon fiber, aramyd fiber, external stressing

Perpendekan bentangan

o Jembatan Rangka Baja

Perkuatan – external stressing

Bangunan Bawah

Perbaikan dimensi – grouting, patching

o Daerah Aliran Sungai

Krib

Bottom controller