bab 2 pemeliharaan
DESCRIPTION
pemeliharaanTRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara
lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan
kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi
kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang
diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan
penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan (Silvia Sukirman, 2003).
Lapisan perkerasan berfungsi untuk menerima dan menyebarkan beban lalu
lintas tanpa menimbulkan kerusakan pada konstruksi jalan itu sendiri. Dengan
demikian lapisan perkerasan ini memberikan kenyamanan kepada pengguna jalan
selama masa pelayanan jalan tersebut. Dalam perencanaannya, perlu dipertimbangkan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi pelayanan konstruksi perkerasan
tersebut, diantaranya fungsi jalan, kinerja perkerasan, umur rencana, lalu lintas yang
merupakan beban dari perkerasan, sifat dasar tanah, kondisi lingkungan, sifat dan
material tersedia di lokasi yang akan digunakan untuk perkerasan, dan bentuk
geometrik lapisan perkerasan.
Jenis Konstruksi Perkerasan dan Komponennya
1. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
a. Memakai bahan pengikat aspal.
b. Sifat dari perkerasan ini adalah memikul dan menyebarkan beban lalu
lintas ke tanah dasar.
c. Pengaruhnya terhadap repetisi beban adalah timbulnya rutting
(lendutan pada jalur roda).
d. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu, jalan
bergelombang (mengikuti tanah dasar)
Gambar Komponen Perkerasan Lentur
2. Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
a. Memakai bahan pengikat semen portland (PC).
b. Sifat lapisan utama (plat beton) yaitu memikul sebagian besar beban
lalu lintas.
c. Pengaruhnya terhadap repetisi beban adalah timbulnya retak-retak
pada permukaan jalan.
d. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu, bersifat sebagai
balok di atas permukaan.
Gambar Komponen Perkerasan Kaku
3. Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement)
a. Kombinasi antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur.
b. Perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau sebaliknya.
Gambar Komponen Perkerasan Komposit
2.1. Jenis Kerusakan Perkerasan Lentur
Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) adalah perkerasan yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan lapisan-lapisan perkerasannya
bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. Aspal itu sendiri
adalah material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk
padat sampai agak padat. Jika aspal dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu,
aspal dapat menjadi lunak/cair sehingga dapat membungkus partikel agregat pada
waktu pembuatan aspal beton. Jika temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan
mengikat agregat pada tempatnya (sifat termoplastis). Sifat aspal berubah akibat
panas dan umur, aspal akan menjadi kaku dan rapuh sehingga daya adhesinya
terhadap partikel agregat akan berkurang. Perubahan ini dapat diatasi/dikurangi jika
sifat-sifat aspal dikuasai dan dilakukan langkah-langkah yang baik dalam proses
pelaksanaan.
Lapisan perkerasan sering mengalami kerusakan atau kegagalan sebelum
mencapai umur rencana. Kegagalan pada perkerasan dapat dilihat dari kondisi
kerusakan fungsional dan struktural.
Kerusakan fungsional adalah apabila perkerasan tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan yang direncanakan. Sedangkan kerusakan struktural terjadi ditandai
dengan adanya rusak pada satu atau lebih bagian dari struktur perkerasan jalan.
Kegagalan fungsional pada dasarnya tergantung pada derajat atau tingkat
kekasaran permukaan, sedangkan kegagalan struktural disebabkan oleh lapisan tanah
dasar yang tidak stabil, beban lalu lintas, kelelahan permukaan, dan pengaruh kondisi
lingkungan sekitar.
2.1.1. Jenis Kerusakan Perkerasan Berdasarkan Metode Bina Marga
Jenis Kerusakan Perkerasan Lentur dapat dibedakan atas:
A. Retak (cracking)
B. Distorsi (distortion)
C. Cacat permukaan (disintegration)
D. Pengausan ( polished aggegate)
E. Kegemukan (bleeding / flushing)
F. Penurunan pada bekas penanaman utilitas
A. Retak (Cracking)
Retak yang terjadi pada lapisan permukaan jalan dapat dibedakan atas :
1. Retak halus atau retak garis (hair cracking), lebar celah lebih kecil atau
sama dengan 3 mm, penyebab adalah bahan perkerasan yang kurang baik,
tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang
stabil. Retak halus ini dapat meresapkan air ke dalam permukaan dan dapat
menimbulkan kerusakan yang lebih parah seperti retak kulit buaya bahkan
kerusakan seperti lubang dan amblas. Retak ini dapat berbentuk melintang
dan memanjang, dimana retak memanjang terjadi pada arah sejajar dengan
sumbu jalan, biasanya pada jalur roda kendaraan atau sepanjang tepi
perkerasan atau pelebaran, sedangkan untuk retak melintang terjadi pada
arah memotong sumbu jalan, dapat terjadi pada sebagian atau seluruh lebar
jalan.
Gambar 2.1. Retak Halus
2. Retak kulit buaya (alligator crack)
Lebar celah lebih besar atau sama dengan 3 mm. Saling berangkai
membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya.
Retak ini disebabkan oleh bahan perkerasan yang kurang baik, pelapukan
permukaan, tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapisan
permukaan kurang stabil, atau bahan pelapis pondasi dalam keadaan jenuh
air (air tanah naik). Jika daerah dimana terjadi retak kulit buaya luas,
mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban lalu lintas yang melampaui
beban yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan tersebut. Retak kulit
buaya dapat diresapi oleh air sehingga lama kelamaan akan menimbulkan
lubang-lubang akibat terlepasnya butir-butir.
Gambar 2.2. Retak Kulit Buaya
3. Retak pinggir (edge crack)
Retak memanjang jalan, dengan atau tanpa cabang yang mengarah ke
bahu dan terletak dekat bahu. Retak ini disebabkan oleh tidak baiknya
sokongan dari arah samping, drainase kurang baik, terjadinya penyusutan
tanah, atau terjadinya settlement di bawah daerah tersebut. Akar tanaman
yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya retak
pinggir ini. Di lokasi retak, air dapat meresap yang dapat semakin merusak
lapisan permukaan. Retak ini lama kelamaan akan bertambah besar disertai
dengan terjadinya lubang-lubang.
Gambar 2.3. Retak Pinggir
4. Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint crack),
Retak memanjang, umumnya terjadi pada sambungan bahu dengan
perkerasan. Retak dapat disebabkan oleh kondisi drainase di bawah bahu
jalan lebih buruk daripada di bawah perkerasan, terjadinya settlement di
bahu jalan, penyusutan material bahu atau perkerasan jalan, atau akibat
lintasan truk / kendaraan berat dibahu jalan. Perbaikan dapat dilakukan
seperti perbaikan retak refleksi.
5. Retak sambungan jalan (lane joint cracks),
Retak memanjang, yang terjadi pada sambungan 2 lajur lalu lintas. Hal
ini disebabkan tidak baiknya ikatan sambungan kedua lajur. Jika tidak
diperbaiki, retak dapat berkembang menjadi lebar karena terlepasnya butir-
butir pada tepi retak dan meresapnya air ke dalam lapisan.
6. Retak sambungan pelebaran jalan (widening cracks)
adalah retak memanjang yang terjadi pada sambungan antara
perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan daya dukung di bawah bagian pelebaran dan bagian jalan lama,
dapat juga disebabkan oleh ikatan antara sambungan tidak baik. Perbaikan
dilakukan dengan mengisi celah-celah yang timbul dengan campuran aspal
cair dan pasir. Jika tidak diperbaiki, air dapat meresap masuk ke dalam
lapisan perkerasan melalui celah-celah, butir-butir dapat lepas dan retak
dapat bertambah besar.
7. Retak refleksi (reflection cracks),
Retak memanjang, melintang, diagonal atau membentuk kotak.
Terjadi pada lapis tambahan (overlay) yang menggambarkan pola retakan
dibawahnya. Retak refleksi dapat terjadi jika retak pada perkerasan lama
tidak diperbaiki secara baik sebelum pekerjaan overlay dilakukan. Retak
refleksi dapat pula terjadi jika terjadi gerakan vertical / horizontal dibawah
lapis tambahan sebagai akibat perubahan kadar air pada jenis tanah yang
ekspansif.
Gambar 2.4. Retak Refleksi
8. Retak susut (shrinkage cracks),
Retak yang saling bersambungan membentuk kotak-kotak besar dengan
susut tajam. Retak disebabkan oleh perubahan volume pada lapisan pondasi
dan tanah dasar.
9. Retak slip (slippage cracks),
Retak yang bentuknya melengkung seperti bulan sabit. Hal ini terjadi
disebabkan oleh kurang baiknya ikatan antar lapis permukaan dan lapis
dibawahnya. Kurang baiknya ikatan dapat disebabkan oleh adanya debu,
minyak air, atau benda non adhesive lainnya, atau akibat tidak diberinya
tack coat sebagai bahan pengikat antar kedua lapisan. Retak selip pun dapat
terjadi akibat terlalu banyaknya pasir dalam campuran lapisan permukaan,
atau kurang baiknya pemadatan lapisan permukaan.
Gambar 2.5. Retak Slip
B. Distorsi (distortion)
Distorsi / perubahan bentuk dapat terjadi akibat lemahnya tanah dasar,
pemadatan yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi tambahan
pemadatan akibat beban lalu lintas. Sebelum perbaikan dilakukan, ditentukan
terlebih dahulu jenis dan penyebab distorsi yang terjadi. Dengan demikian
dapat ditentukan jenis penanganan yang tepat.
Distorsi dapat dibedakan atas :
1. Alur (ruts), terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan. Alur dapat
merupakan tempat menggenangnya air hujan yang jatuh di atas permukaan
jalan, mengurangi tingkat kenyamanan, dan akhirnya dapat timbul retak-
retak. Terjadinya alur disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat,
dengan demikian terjadi tambahan pemadatan akibat repetisi beban lalu
lintas pada lintasan roda. Campuran aspal dengan stabilitas rendah dapat
pula menimbulkan deformasi plastis.
Gambar 2.6 Alur
2. Keriting (corrugation), alur yang terjadi melintang jalan. Dengan timbulnya
lapisan permukaan yang berkeriting ini pengemudi akan merasakan
ketidaknyamanan dalam mengemudi. Penyebab kerusakan ini adalah
rendahnya stabilitas campuran yang dapat berasal dari terlalu tingginya
kadar aspal, terlalu banyak menggunakan agregat halus, agregat berbentuk
butiran dan berpermukaan licin, atau aspal yang dipergunakan mempunyai
penetrasi yang tinggi. Keriting dapat juga terjadi jika lalu lintas dibuka
sebelum perkerasan mantap (untuk perkerasan yang menggunakan aspal
cair).
3. Sungkur (shoving), deformasi plastis yang terjadi setempat, ditempat
kendaraan sering berhenti, kelandaian curam, dan tikungan tajam.
Kerusakan terjadi dengan atau tanpa retak. Penyebab kerusakan sama
dengan kerusakan keriting.
Gambar 2.7.Sungkur
4. Amblas (grade depressions), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak.
Amblas dapat terdeteksi dengan adanya air yang tergenang. Air yang
tergenang ini dapat meresap ke dalam lapisan permukaan yang akhirnya
menimbulkan lobang. Penyebab amblas adalah beban kendaraan yang
melebihi apa yang direncanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau
penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar mengalami
settlement.
5. Jembul (upheaval), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi
akibat adanya pengembangan tanah dasar pada tanah yang ekspansif..
C. Cacat permukaan (disintegration)
Yang termasuk dalam cacat permukaan adalah :
1. Lubang (potholes), berupa mangkuk, ukuran bervariasi dari kecil sampai
besar. Lubang-lubang ini menampung dan meresapkan air ke dalam lapis
permukaan yang menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan.
Lubang dapat terjadi karena :
a. Campuran material lapis permukaan jelek, seperti :
- Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.
- Agregat kotor sehingga ikatan antara aspal dan agregat tidak baik.
- Temperatur campuran tidak memenuhi persyaratan.
b. Lapis permukaan tipis sehingga ikatan aspal dan agregat mudah lepas
akibat pengaruh cuaca.
c. Sistem drainase jelek, sehingga air banyak yang meresap dan
mengumpul pada lapis permukaan.
d. Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap
masuk dan mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil.
Gambar 2.8. Lubang
2. Pelepasan butir (raveling), dapat terjadi secara meluas dan mempunyai
efek serta disebabkan oleh hal yang sama dengan lubang.
3. Pengelupasan lapisan permukaan (stripping), dapat disebabkan oleh
kurangnya ikatan antar lapisan permukaan dan lapis dibawahnya, atau
terlalu tipisnya lapis permukaan.
D. Pengausan (polished aggregate)
Permukaan menjadi licin, sehingga membahayakan kendaraan. Pengausan
terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap roda
kendaraan, atau agregat yang dipergunakan berbentuk bulat dan licin, tidak
berbentuk cubical.
Gambar 2.9. Pengausan
E. Kegemukan (bleeding / flushing)
Permukaan jalan menjadi licin dan tampak lebih hitam. Pada temperatur
tinggi, aspal menjadi lunak dan akan terjadi jejak roda. Berbahaya bagi
kendaraan karena bila dibiarkan, akan menimbulkan lipatan-lipatan (keriting)
dan lubang pada permukaan jalan. Kegemukan (bleeding) dapat disebabkan
pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian terlalu
banyak aspal pada pekerjaan prime coat atau tack coat.
F. Penurunan pada bekas penanaman utilitas
Penurunan yang terjadi di sepanjang bekas penanaman utilitas. Hal ini terjadi
karena pemadatan yang tidak memenuhi syarat.
2.1.2. Jenis Kerusakan Perkerasan Kaku
Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah jenis perkerasan jalan yang
menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasn tersebut, merupakan salah satu
jenis perkerasan jalan yang digunakn selain dari perkerasan lentur (asphalt).
Perkerasan ini umumnya dipakai pada jalan yang memiliki kondisi lalu lintas yang
cukup padat dan memiliki distribusi beban yang besar, seperti pada jalan-jalan lintas
antar provinsi, jembatan layang (fly over), jalan tol, maupun pada persimpangan
bersinyal. Jalan-jalan tersebut umumnya menggunakan beton sebagai bahan
perkerasannya, namun untuk meningkatkan kenyamanan biasanya diatas permukaan
perkerasan dilapisi asphalt. Keunggulan dari perkerasan kaku sendiri disbanding
perkerasan lentur (asphalt) adalah bagaimana distribusi beban disalurkan ke subgrade.
Perkerasan kaku karena mempunyai kekakuan dan stiffnes, akan mendistribusikan
beban pada daerah yangg relatif luas pada subgrade, beton sendiri bagian utama
yangg menanggung beban struktural. Sedangkan pada perkerasan lentur karena dibuat
dari material yang kurang kaku, maka persebaran beban yang dilakukan tidak sebaik
pada beton. Sehingga memerlukan ketebalan yang lebih besar.
Pada konstruksi perkerasan kaku, perkerasan tidak dibuat menerus sepanjang
jalan seperti halnya yang dilakukan pada perkerasan lentur. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya pemuaian yang besar pada permukaan perkerasn sehingga dapat
menyebabkan retaknya perkerasan, selain itu konstruksi seperti ini juga dilakukan
untuk mencegah terjadinya retak menerus pada perkerasan jika terjadi keretakan pada
suatu titik pada perkerasan. Salah satu cara yang digunakan untuk mencegah
terjadinya hal diatas adalah dengan cara membuat konstruksi segmen pada perkerasan
kaku dengan sistem joint untuk menghubungkan tiap segmennya.
2.2.2. Jenis Kerusakan Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga
BLOWUP (BUCKLING)
CORNER BREAK
DURABILITY CRACKING (“D” CRACKING)
FAULTING
JOINT LOAD TRANSFER SYSTEM DETERIORATION
LINIER (PANEL) CRACKING
POPOUTS
PUMPING
PUNCHOUT
PATCHING
POLISHED AGGREGATE
REACTIVE AGGREGATE DISTRESSES
SHRINKAGE CRACKING
SPALLING
A. BLOWUP (BUCKLING)
Pergerakan setempat plat keatas dan pecah pada sambungan atau retak.
Biasanya terjadi akibat tidak tersedianya ruang padat plat/joint saat memuai pada
cuaca panas. Masalah yang ditimbulkan yaitu roughness, infiltrasi air, dalam kejadian
extrim berbahaya bagi lalu lintas hal ini disebabkan saat cuaca dingin plat menyusut
yang meninggalkan joint terbuka lebar, bila bukan ini terisi material incompressipble
(pasir atau tanah) pada saat panas plat memuai dan terjadi tekanan. BLOWUP
dipercepat oleh joint gompal D cracking dan kerusakan membeku dan
mencair.perbaikan yang harus dilakukan adalah dengan cara Full Depth Patch
1.
Gambar 2.10. BLOWUP
B. RETAK POJOK
Retak pada sambungan perkerasan di pojok yang disebut deket pojok adalah
daerah 2 m, retak berlanjut kedalam plat. Masalah yang timbul, roughness air
bisa masuk, retak bisa berlanjut jadi patah, gompal dan disintegrasi bisa jadi
penyebabnya dikarenakan repetisi beban dikombinasi hilangnya daya dukung,
load transfer yang jelek pada sambungan, curling stress dan warping stress.
Perbaikan yang harus dilakukan adalah dengan cara Full Depth Catch.
Gambar 2.11. Retak Pojok yang terjadi di jalan
C. DURABILITY CRACKING
Rentetan ruang/retak yang berdekatan, retak bulan sabit dekat joint sudut plat
disebabkan freeze-thaw expansion agregat kasar didalam plat, retak durability
ini umum terjadi pada kerusakan pcc sehingga menimbulkan masalah
roughness, akan menyebabkan gompal dan disintegrasi pada plat.
Penyebabnya adalah agregat yang peka terhadap freeze-thaw. Perbaikan yang
harus dilakukan adalah bisa dengan partial depth patch atau full depth
D. FAULTING (KETIDAK RATAAN)
Perbedaan elaevasi joint yang bersebalahan atau daerah retak yang terjadi
pada perkerasan tanpa dowel, biasanya plat didepannya lebih tinggi dari slab
yang diinjak perbedaan yang lebih 2,5 mm perlu dicatat dan bila melebihi
4mm perlu di diamond grinding. Masalah yang ditimbul yaitu Roughness
penyebabnya faulting ini umumnya disebabkan oleh plat pumping. Perbaikan
akan dilakukan apabila ketinggian faulting kurang dari 3 mm dibiarkan, JPCP
antara 3 mm-12 mm menunjukan dowel yang rusak > 12.5 mm di
rekonstruksi.
Gambar 2.12 Faulting dari permukaan tanah.
D. KERUSAKAN SISTEM JOINT LOAD TRANSFER
Retak melintang atau pecah disudut plat diakibatkan oleh joint dowel rusak.
Masalah yang ditimbulkan yaitu roughness, indicator rusaknya system load
transfer penyebabnya dowel rusak akibat korosi bila tidak diproteksi secara
baik, atau misalignment dowel terlalu dekat sisi slab pada saat pelaksanaan
untuk perbaikannya dapat dilakukan dengan mengganti atau membuang
bagian yang dipengaruhi oleh joint load transfer diikuti dengan full depth
patch.
Gambar 2.13. Dowel Rusak Berkarat
E. LINIER (LAJUR) CRACKING
Retak lajur tidak berhubungan dengan retak dipojok atau BLOWUP yang
dapat menerus secara melintas ketengah plat retak ini membagi plat secara
terpisah menjadi dua atua empat bagian.sehingga masalah yang ditimbulkan
yaitu roughness infiltrasi air menyebabkan erosi pada base dan/subbase retak
yang dapat menyebabkan gompal apabila tidak di sealed penyebabnya yang
tak lain adalah gabungan lalu lintas, perbedaan tingkat thermal, tekanan air
dan hilangnya daya dukung sehingga perbaikan yang harus dilakukan adalah
jika retak linier yang sempit maka dapat dilakukan dengan sealing dan bila
retak jamak bisa dilakukan dengan full depth patch.
Gambar 2.14. Retak Panel yang Lebar.
F. PATCHING (TAMBALAN)
Daerah perkerasan yang telah diganti dengan material baru pada perkerasan
yang ada, tambalan tetap dianggap kerusakan walau ia berfungsi secara baik
masalah yang akan ditimbulkan yaitu roughness. Hal ini penyebabnya tak lain
adanya kerusakan perkerasan setempat yang telah dibuang dan ditambal.
Perbaikan yang harus dilakukan untuk mengurangi kerusakan ini hanya
dengan cara ditambal atau membongkar dengan overlay atau pergantian plat.
Gambar 2.15. Tambalan
G. POLISHED AGGREGATE
Daerah perkerasan yang bagian agregat dipermukaan hilang partikel halusnya.
Masalah yang akan ditimbulkan adalah menurunya skid resistance hal ini
disebabkan karena traffic yang berulang-ulang terutama disebabkan
penggunaan agregat yang mudah terabrasi. Kerusakan ini bisa diperbaiki
dengan diamond grinding atau overlay.
Gambar 2.16. Close UP Polished AGG
H. POPOUTS (BERLOBANG)
Sebagian kecil perkerasan yang pecah dan lepas dari permukaan yang
meninggalkan bekas lobang kecil, ukuran diameter 25-100 mm dan
kedalaman 25-50 mm. Masalah yang akan ditimbulkan adalah roughness,
biasanya indikasi material yang jelek hal ini disebabkan adanya durabilitas
agregat yang jelek akibat freeze-thaws, expansive aggreggate , reaksi alkali
agreggrate untuk perbaikan jenis kerusakan ini yaitu apabila kerusakan kecil
tersendiri tidak perlu perbaikan kecuali rusak yang luas diperbaiki dengan
partial depth patch.
Gambar 2.17. Close Up Popouts.
I. PUMPING
Perpindahan material dibawah plat atau menyemprotan material dari bawah
plat akibat tekanan air, tekanan ini disebabkan oleh pergerakan plat,
pergerakan plat dibawah plat yang bersebelahan, pergerakan plat yang
memindahkan material, sehingga hilang daya dukungnya. Masalah yang
ditimbulkan yaitu menurunnya daya dukung yang dapat menyebabkan linier
cracking, pecah dipojok dan faulting hal ini disebabkan adanya akumulasi air
dibawah plat karena tingginya muka air, drainase yang jelek, retak panel atau
joint seal yang jelek yang kemasukan air. Kerusakan ini dapat diperbaiki
dengan cara full depth patch dan membuang yang rusak, pertimbangkan
dengan memberikan dowel bars, untuk meningkatkan load transfer dengan
memberikan stabilitasasi pada bagian yang pumping drainase perlu diperbaiki.
Gambar 2.18. PUMPING
J. PUNCHOUT (REMEK)
Sebagian plat tertentu, pecah menjadi beberapa bagian kecil, khusunya yang
retak lepas dan disintegrasi. Masalah yang akan ditimbulkan yaitu roughness
bisa termasuki air sehingga erosi pada base/subbase, retak yang lepas dan plat
disintegrasi hal ini disebabkan oleh kerusakan pelaksanaan setempat ump
kurang pemadatan,menyebabkan korosi pada baja, kurasa penulangan, terlalu
besar retak susut atau terlalu banyak retak susut. Keruskan ini dapat diperbaiki
dengan cara full depth patch.
Gambar 2.19 Punchout yang Berat
K. REACTIVE AGREGATE DISTRESSES
Bentuk atau retak terpola pada permukaan plat disebabkan reaksi agregat, hal
ini disebabkan penggunaan persenyawaan. Masalah yang ditimbulkan yaitu
roughness, indikasi agregat yang jelek yang mengakibatkan plat disintegrasi.
Penyebabnya dikarenakan kualitas agregat yang jelek, umumnya reaksi
agregat alkali untuk perbaikan dapat dilakukan dengan partial depth patch
untuk daerah yang kecil atau penggantian plat yang luas.
Gambar 2.20 Retak Reaktif Aggregate
L. SHRINKAGE CRACKING
Retak rambut terbentuk selama beton setting dan curing yang tidak terlokasi
pada joint biasanya tidak sampai menerus sedalam plat, retak ini dikatakan
kerusakan apabila terjadi secara tidak terkontrol. Masalahnya adalah aesthetic,
indikasi pengerutan plat yang tidak terkontrol pada JPCP ia akan lebar yang
bisa kemasukan air pada CRCP bila lebih lebar dari 0.5 mm dapat dimasuki
air. Hal ini disebabkan semua beton akan menyusut jadi pada perkerasan hal
ini dibuat persyaratan untuk mengontrolnnya tetapi penyusutan yang tidak
terkontrol dapat mengindikasi.perbaiki dapat dilakukan apabila kerusakan
ringan dan sedang retak disealing rusak berat dengan penggantian total.
Gambar 2.21 Shringkage yang berat
J. SPALLING
Retak, pecah atau chipping pada joint/retak pinggir biasanya terjadi 0.6 m dari
joint/retak pinggir. Masalah yang ditimbul yaitu lepas berpuing pada
peerkerasan, roughness umumnya merupakan indicator kelanjutan kerusakan
joint/retak.penyebabnya terlampaui tegangan pada joint/retak yang disebabkan
infiltrasi incompressible material dan kelanjutan dari proses expansi,
disintegrasi beton dari freeze-thaw atau retak “D” lemahnya beton pada joint
karena kurang padat misalignment atau dowel berkarat, beban lalu lintas yang
berat.. keruskan ini dapat diperbaiki dengan cara spallking <75mm dari garis
retak dapat diperbaiki dengan partial-depth patch >75 mm mengindikasikan
spalling pada dasar joint, harus dengan full-depth patch.
2.2 Jembatan
Jembatan adalah merupakan suatu prasarana lalu lintas yang berfungsi untuk
menghubungkan jalan yang terputus oleh sungai, lembah, laut, danau, ataupun
bangunan lain dibawahnya. Jembatan terbagi menjadi 2 bagian utama struktur, yaitu
struktur atas (Superstruktur) dan struktur bawah (Sub-sktruktur). Kedua bagian
tersebut saling menunjang satu sama lainnya dalam menahan beban dan
meneruskannya ke tanah dasar. Bagian-bagian Superstruktur terdiri dari perletakan
sampai kebagian atas jembatan seperti rangka, girder, lantai, sandaran.
Superstruktur adalah bagian dari jembatan yang langsung berhubungan
langsung dengan beban yang bekerja terutama dari kendaraan yang melewatinya.
Sedangkan bagian-bagian dari Substruktur adalah mulai dari perletakan ke bagian
bawah jembatan seperti kepala jembatan, pilar dan pondasi. Bagian-bagian tersebut
adalah bagian-bagian yang langsung berhubungan dengan tanah dasar sebagai
penerus gaya-gaya yang bekerja pada jembatan.
Mengingat jembatan tol pada suatu ruas jalan tol adalah merupakan bangunan
struktur yang memiliki potensi kerusakan yang berdampak sangat tinggi terhadap
keselamatan pemakai jalan maka diperlukan upaya-upaya/ tindak pencegahan
terjadinya kerusakan sejak dini.
Untuk mengetahui kondisi dan tingkat kerusakan jembatan tol yang telah
beroperasi serta upaya penanganannya maka perlu dilakukan terlebih dahulu
penelitian dan evaluasi kondisi jembatan tol tersebut.
2.2.1 Jenis Kerusakan Pada Jembatan
. Kondisi Rangka Baja
Hampir seluruh komponen rangka baja telah berkarat, yang kemungkinan
besar disebabkan oleh korosi atmosfir. Kemungkinan penyebab korosi :
Tidak adanya perawatan atau pemeliharaan pada jembatan, misalnya
pengecatan pada rangka baja, membuata jembatan lebih cepat terkena korosi
atmosfir.
Pembuangan sampah sembarangan di sekitar abutmen jembatan membuat
udara sekitar jembatan menjadi bersifat asam.
Air hujan atau embun yang tidak cepat mengering, terutama pada bagian-
bagian baja yang tersembunyi (pada sambungan baja) membuat baja lebih
cepat terserang karat.
Jembatan
Struktur Atas Struktur BawahStruktur Bawah
Kepala Jembatan
Pilar Jembatan
Struktur Atas
Girder
Plat girder
Box girder
Rangka
Cable
Kondisi Permukaan Perkerasan Jalan
Permukaan perkerasan tidak rata dan terjadi retak kulit buaya pada beberapa
penampang serta terdapat lubang pada dek dan oprit jembatan. Bila tidak segera
diperbaiki, maka air yang masuk dalam timbunan akan membuat penurunan
timbunan lebih cepat, dan hal ini tentu akan membahayakan abutmen jembatan.
Drainase Jembatan
Tidak ada drainase pada jembatan, air turun melalui lubang yang ada pada
perkerasan maupun pada sambungan baja. Air meresap dalam perkerasan,
menyebabkan kerusakan pada perkerasan jalan jembatan.
Kondisi Dak Jembatan
Dak jembatan dari kayu mulai mengalami pelapukan akibat dari air yang meresap
melalui perkerasan maupun rembesan dari permukaan perkerasan
Kondisi Gelagar
Kondisi gelagar memanjang ataupun melintang mulai berkarat, dan meluas pada
hampir semua luas penampangnya. Kemungkinan penyebabnya sama dengan
rangka atas jembatan.
GELAGAR BOX BETON
Kerusakan yang terjadi pada tipe gelagar box beton berupa :
1. Retak
2. Gompal/pecah
3. Keropos
6. Kondisi Perletakan (Bearing)
Kerusakan Bearing Pad dapat berupa:
Tidak cukupnya ruang bagi jembatan untuk bergerak
Tempat dudukan landasan tidak baik;
Hancurnya adukan / mortar dasar landasan;
Bearing pad pecah, sobek atau retak;
Perubahan bentuk bearing pad yang berlebihan.
Kondisi perletakan tidak sesuai penempatannya dan korosi juga telah menyerang
komponen jembatan ini.
Kerusakan akibat pengaruh Gaya Luar pada Kepala Jembatan / Abutment
Kerusakan yang dapat terjadi berupa :
o Puntir
o Berputar
o Terguling.
Penyebab kerusakan:
o Gaya yang berlebihan,
o Pengikisan,
o Penurunan / settlement.
Kondisi Abutmen tanpa adanya perawatan dan pemeliharaan pada jembatan.
Sampah dan tumbuhan tidak dibersihkan dari sekitar Abutmen.
Lapis Permukaan Aspal
Siar Muai
Pada siar muai terjadi kerusakan berupa beda tinggi, retak pada sambungan, kehilangan kemampuan bergerak dan bagian yang hilang.
Pada lapis permukaan aspal terjadi retak, bergelombang dan permukaan yang kasar.
Sandaran
Pipa Cucuran
Pada sandaran terjadi kerusakan berupa :
Bagian yang hilang
Perubahan bentuk (Deformasi)
Penurunan mutu cat
Penunjang sandaran pecah/gompal
Pada pipa cucuran terjadi kerusakan berupa tersumbat dan bagian yang hilang/lepas.
Perletakan
. Plat Lantai
Kerusakan pada plat lantai yang dapat diamati visual a.l.:
• Lendutan berlebihan pada tengah bentang plat pada saat dibebani;
• Lantai berlobang;
• Plat aus terkikis;
• Permukaan terkelupas;
• Retak.
Pada Perletakan karet terjadi kerusakan berupa perubahan bentuk (deformasi) juga sering tertutup kotoran.
Pada perletakan baja terjadi kerusakan berupa penurunan mutu cat dan kurangnya pelumasan
PILAR
Kerusakan akibat pengaruh Gaya Luar pada Pilar / Pier, Kerusakan yang terjadi
bisa berupa:
o Deformasi yang berlebihan dari pilar pada saat dibebani.
o Posisi pilar tidak tegak akibat terjadinya settlement pada pondasi.
Kerusakan Pier Head / Kepala Pilar
Kerusakan yang terjadi dapat berupa :
o • Deformasi,
o • Retak,
o • Rontok,
o • Honey comb / keropos.
Daerah yang perlu diperiksa untuk retak yang bergerak adalah:
Pada plat lantai terjadi kerusakan berupa retak dan sebagian terjadi keropos.
o • Daerah tarik, di bagian atas balok kepala tiang atau pada bagian
tengah gelagar.
o • Retak akibat gaya lintang, di daerah dekat perletakan dan dekat
kepala kolom.
Dinding Penahan Tanah
Pergerakan Tembok Penahan Tanah
Dinding penahan tanah dapat bergerak seperti yang terjadi pada abutment dan
pilar. Beberapa jenis gerakan yang dapat terjadi adalah guling, rotasi dengan
arah membalik, dan penurunan / settlement.
Pada Pilar sering terjadi kerusakan berupa retak dan sebagian tulangannya terlihat.
Voided Slab
. Pada DPT terjadi kerusakan berupa retak dan bagian yang hilang
Tipe Voided Slab mengalami kerusakan berupa :
Gompal/pecah
Rembesan air
Kerusakan akibat Material dan Proses Pengerjaan Yang Tidak Baik
Material yang digunakan adalah beton.
Kerusakan yang terjadi akibat penggunaan material dan proses pengerjaan
yang tidak memenuhi persyaratan dapat berupa:
o Retak,
o Segregasi,
o Honey comb / keropos.
Kerusakan pada PCI Girder Kerusakan pada PCI girder yang dapat diamati visual.:
o Lendutan (deflection) yang berlebihan pada tengah bentang pada saat
dibebani;
o Retak;
o Rontok;
o Segregasi
o Honey comb / keropos.
Kerusakan pada Parapet / Concrete Barrier
Kerusakan pada parapet/concrete barier yang dapat diamati visual.:
Retak;
Rontok;
Honey comb / keropos
Retak akibat penurunan pondasi:
o Apabila terjadi penurunan atau gerakan pondasi, maka timbul gaya-
gaya ekstra dalam struktur beton. Retak yang terjadi tidak mempunyai
pola yang pasti.
o Perlu dilihat sekitar bagian atas dan bawah kolom penyokong-nya dan
pada bagian tengah pile cap, apakah terjadi retak.
Kerusakan akibat pengaruh Gaya Luar pada Expansion Joint Kerusakan yang terjadi dapat berupa:
Cold joint pecah / retak;
Kerusakan pada ujung beton sering terjadi karena:
- Cara pelaksanaan yang tidak baik,
- Ikatan plat ujung tidak baik,
- Batu terjepit dalam celah joint yang mengakibatkan hancurnya
ujung material beton.
Sambungan tidak rata sehingga mengakibatkan timbulnya beban
tambahan akibat kejut pada ujung plat beton;
•Expansion joint sobek atau ikatan terlepas.
Kerusakan akibat pengaruh Gaya Luar pada Balok Diafragma
Kerusakan balok diafragma dapat berupa:
Retak,
Rontok,
Honey comb / keropos.
Fenomena Retak pada Konstruksi Beton
Retak pada beton adalah hal yang umum terjadi.
o Untuk menentukan jenis perbaikannya perlu diketahui apakah retak
tersebut merupakan retak yang bergerak / berkembang atau retak yang
tetap.
o Retak yang bergerak / berkembang adalah retak struktural dan sangat
berbahaya, karena diakibatkan oleh pembebanan yang melebihi beban
rencana dan melebihi kekuatan potongan ybs.
o Dapat membuka dan menutup kembali jika ada lalu lintas yang
melewatinya;
o Jika hal ini berlangsung terus karena adanya penurunan jembatan atau
bergerak. Di sini lebih jelas biasanya pada bangunan bawah.
o Berkembangnya retak ini bisa juga disebabkan berkaratnya baja
tulangan.
Retak pada balok dan sebagian besar elemen jembatan dapat disebabkan oleh:
o Momen (di sekitar daerah tengah bentang). Retak ini berupa tipe retak
yang tegak /vertikal.
o Gaya lintang dekat landasan.Retak ini biasanya membuat sudut
sekitar 45o terhadap sumbu elemen ybs.
o Kombinasi dari momen dan gaya lintang
ALTERNATIF PERBAIKAN & PERKUATAN
o Lantai Jembatan
Perbaikan retak – grouting
Perkuatan lantai – steel plate bonding, carbon fiber, aramyd fiber
o Gelagar Jembatan
Perbaikan retak – grouting
Perbaikan dimensi – grouting, patching
Perkuatan – Carbon fiber, aramyd fiber, external stressing
Perpendekan bentangan
o Jembatan Rangka Baja
Perkuatan – external stressing
Bangunan Bawah
Perbaikan dimensi – grouting, patching
o Daerah Aliran Sungai
Krib
Bottom controller