bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2010-1-00630-tisi bab...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance)
Tujuan pemeliharaan adalah untuk mempertahankan kemampuan sistem dan
mengendalikan biaya. Dengan adanya pemeliharaan diharapkan standar mutu dan
kinerja yang diharapkan dapat tercapai. Pemeliharaan meliputi segala aktivitas yang
terlibat dalam penjagaan peralatan sistem dalam aturan kerja. (Dwiningsih, 2005, p3-4).
Kebanyakan dari sistem engineering pasti dipelihara, diperbaiki jika terjadi
kegagalan, dan suatu kegiatan dilakukan atas sistem tersebut agar sistem tersebut tetap
dapat bekerja (Patrick, 2004, p401). Menurut Assauri (2008, p134) maintenance
merupakan kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik
dengan mengadakan perbaikan atau penyesuaian atau penggantian yang diperlukan
supaya tercipta suatu keadaaan operasional produksi yang memuaskan sesuai dengan
apa yang telah direncanakan.
Menurut Assauri (1993, p88), pemeliharaan memiliki peran penting di dalam
kegiatan produksi dari perusahaan karena menyangkut kelancaran atau kemacetan
produksi, volume produksi serta efisiensi produksi. Agar produk dapat diterima
konsumen tepat pada waktunya.tanpa mengalami keterlambatan, perawatan yang baik
perlu dilakukan. Dengan adanya perawatan yang baik, kita juga dapat meminimasi
adanya sumber daya yang menganggur disebabkan adanya kerusakan pada mesin ketika
produksi dilakukan dan kita juga dapat meminimasi ataupun menghilangkan biaya
kehilangan produksi. Dengan demikian, fungsi perawatan memiliki peran yang sama
24
pentingnya dengan peran fungsi lainnya yang ada di dalam perusahaan. Dengan adanya
maintenance diharapkan semua fasilitas dan mesin dapat dioperasikan sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan dan mampu meningkatkan kelancaran proses produksi di
dalam perusahaan. Dalam usaha menjaga agar setiap peralatan dan mesin dapat
digunakan secara kontinu untuk berproduksi, makan kegiatan pemeliharaan yang
diperlukan adalah sebagai berikut:
• Secara kontinu melakukan pengeekan (inspection)
• Secara kontinu melakukan pelumasan (lubricating)
• Secara kontinu melakukan perbaikan (reparation)
• Melakukan penggantian sparepart
Beberapa tujuan utama dari dilakukannya aktivitas perawatan mesin, yaitu
(Assauri, 2008, p134)
• Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan perencanaan
produksi.
• Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi kebutuhan produk itu
sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu.
• Memperpanjang usia penggunaan aset yang berupa mesin-mesin dan peralatan
yang dimiliki oleh perusahaan.
• Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpanan yang di luar batas
dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama jangka waktu
yang ditentukan sesuai dengan kebijakan perusahaan mengenai investasi
tersebut.
25
• Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan
melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien untuk
keseluruhannya.
• Memperhatikan dan menghindari kegiatan – kegiatan operasi mesin serta
peralatan yang dapat membahayakan keselamatan kerja.
• Mengadakan suatu kerjasama yang erat dengan fungsi – fungsi utama lainnya
dari suatu perusahaan, dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan
yaitu tingkat keuntungan atau return investment yang sebaik mungkin dan total
biaya serendah mungkin.
2.2 Kategori Pemeliharaan
Konsep pemeliharaan dibagi menjadi dua kategori yaitu pemeliharaan
pencegahan (preventive maintenance) dan pemeliharaan pemogokan (corrective
maintenance).
2.2.1 Pemeliharaan Pencegahan
Pemeliharaan pencegahan melibatkan pelaksanaan pemeliharaan rutin dan juga
service yang berfungsi untuk menjaga fasilitas dalam kondisi yang baik. Tujuan dari
pemeliharaan pencegahan adalah untuk membangun sistem yang dapat mengetahui
kerusakan potensial dan melakukan pencegahan dengan membuat perbaikan atau
penggantian yang dapat mencegah terjadinya kerusakan. Pemeliharaan pencegahan
memiliki konsep yang jauh lebih besar dari sekedar menjaga mesin dan fasilitas tetap
berjalan. Konsep ini juga melibatkan perancangan sistem manusia dan teknik yang
menjaga proses produktif tetap bekerja dalam toleransinya. Penekanan dari
26
pemeliharaan pencegahan adalah pemahaman terhadap proses dan membiarkan proses
bekerja tanpa mengalami gangguan.
Pemeliharaan pencegahan berarti dapat menentukan waktu kapan suatu
komponen perlu direparasi atau di-service. Kerusakan terjadi pada tingkat yang berbeda-
beda selama umur produk. Tingkat kerusakan yang tinggi disebut kehancuran sebelum
waktunya (infant mortality) terjadi pada awal mulai produksi di banyak perusahaan
terutama perusahaan elektronik. Infant mortality banyak terjadi disebabkan karena
penggunaan yang tidak wajar yang salah satu sebabnya adalah kurangnya kemampuan
dari operator yang menggunakan mesin tersebut, oleh karena itu, manajemen perlu
membangun sistem pemeliharaan yang meliputi seleksi personel dan juga pelatihan.
Preventive maintenance (Ebeling, 1997, p189) merupakan pemeliharaan yang
dilakukan secara terjadwal, umumnya secara periodik, dimana seperangkat tugas
pemeliharaan seperti inspeksi dan perbaikan, penggantian, pembersihan, pelumasan,
penyesuaian dan penyamaan dilakukan.
Oleh karena itu, suatu jadwal pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat
dan rencana produksi yang lebih tepat dapat dimungkinkan. Preventive maintenance
sangat penting karena kegunaannya sangat efektif dalam menghadapi fasilitas produksi
yang termasuk dalam golongan critical unit. Sebuah fasilitas maupun mesin dapat
dimasukkan ke dalam golongan critical unit apabila :
• Kerusakan suatu fasilitas produksi dapat menyebabkan kemacetan seluruh proses
produksi.
• Kerusakan fasilitas produksi ini akan mempengaruhi kualitas dari produk yang
dihasilkan.
27
• Kerusakan fasilitas produksi atau peralatan tersebut akan membahayakan
kesehatan atau keselamatan para pekerja.
• Modal yang ditanamkan dalam fasilitas tersebut atau harga dari fasilitas tersebut
cukup besar (mahal).
Dalam prakteknya, proses maintenance yang dilakukan suatu perusahaan dapat
dibedakan menjadi routine maintenance dan periodic maintenance (Assauri, 2008,
p135).
• Routine Maintenance
Routine maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan secara rutin, misalnya setiap hari. Sebagai contoh dari kegiatan routine
maintenance adalah pembersihan fasilitas atau peralatan, pelumasan
(lubrication) atau pengecekan oli, serta pengecekan bahan bakar dan mungkin
termasuk pemanasan (warming up) dari mesin–mesin selama beberapa menit
sebelum dipakai produksi.
• Periodic Maintenance
Periodic maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan secara periodik atau dalam jangka waktu tertentu, misalnya setiap satu
minggu sekali, lalu meningkat setiap bulan sekali dan pada akhirnya satu tahun
sekali. Periodic maintenance dapat pula dilakukan dengan memakai lamanya
jam kerja mesin atau fasiliat produksi sebagai jadwal kegiatan. Misalnya setiap
seratus jam pemakaian mesin sekali, lalu meningkat setiap lima ratus jam
pemakaian mesin sekali dan seterusnya. Jadi sifat kegiatan maintenance tetap
secara periodik atau berkala. Kegiatan periodic maintenance jauh lebih berat
28
dibandingkan kegiatan routine maintenance. Sebagai contoh kegiatan periodic
maintenance adalah pembongkaran karburator ataupun pembongkaran alat-alat
dibagian sistem aliran bensin, setting katup-katup pemasukan dan pembuangan
cylinder mesin dan pembongkaran mesin atau fasilitas tersebut untuk
penggantian pelor roda (bearing), serta service dan overhaul besar ataupun kecil.
Beberapa manfaat yang diperoleh dengan dilakukannya preventive maintenance
yaitu sebagai berikut:
• Memperkecil jumlah produk rusak.
• Memperkecil munculnya gaji tambahan yang diakibatkan adanya kerusakan.
• Menurunkan biaya satuan dari produk pabrik.
• Mengurangi biaya kerusakan atau penggantian mesin.
• Memperkecil jumlah overhaul (turun mesin).
• Mengurangi kemungkinan reparasi yang memiliki skala besar.
2.2.2 Pemeliharaan Pemogokan (Corrective Maintenance)
Pemeliharaan pemogokan adalah perbaikan secara remedial ketika terjadi
peralatan yang rusak dan harus diperbaiki atas dasar prioritas ataupun kondisi darurat.
Apabila biaya pemeliharaan lebih mahal bila dibandingkan dengan biaya perbaikan yang
muncul ketika terjadi pemogokan maka kita mungkin perlu mempertimbangkan untuk
membiarkan proses tersebut berjalan tanpa adanya pemeliharaan pencegahan sampai
terjadi masalah pada peralatan tersebut baru diperbaiki. Akan tetapi kita juga perlu
mempertimbangkan akibat dari pemogokan secara penuh yang akan mengganggu proses
secara keseluruhan. Manajer produksi harus mempertimbangkan keseimbangan antara
29
pemeliharaan pencegahan dan pemeliharaan pemogokan karena akan berdampak pada
persediaan, uang, serta tenaga kerja.
Dalam hal ini, kegiatan corrective maintenance bersifat pasif yaitu menunggu
kerusakan sampai terjadi terlebih dahulu, kemudian baru dilakukan perbaikan agar
fasilitas produksi maupun peralatan yang ada dapat digunakan kembali dalam proses
produksi sehingga operasi dalam suatu proses produksi dapat berjalan lancar dan
kembali berjalan normal.
Menurut Patrick (2001, p401), corrective maintenance dapat dihitung sebagai
MTTR (mean time to repair) dimana time to repair meliputi beberapa aktivitas yang
dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
• Preparation time
Preparation time merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menemukan orang
untuk mengerjakan perbaikan, waktu tempuh ke lokasi kerusakan, membawa
peralatan dan uji perlengkapan.
• Active maintenance time
Active maintenance time adalah waktu sebenarnya yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan tersebut. Meliputi waktu untuk mempelajari peta perbaikan
sebelum aktivitas perbaikan yang sebenarnya dimulai serta waktu yang dihabiskan
untuk memastikan kerusakan yang ada telah selesai diperbaiki, terkadang juga
meliputi waktu untuk melakukan dokumentasi atas proses perbaikan yang telah
dilakukan ketika hal tersebut harus diselesaikan sebelum perlengkapan tersedia.
30
• Delay time ( logistic time)
Merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menunggu datangnya komponen dari
mesin yang baru diperbaiki.
Tindakan corrective ini memakan biaya perawatan yang lebih murah daripada
tindakan preventive. Hal tersebut dapat terjadi apabila kerusakan terjdi disaat mesin atau
fasilitas tidak melakukan proses produksi. Namun saat kerusakan terjadi selama proses
produksi berlangsung maka biaya perbaikan akan mengalami peningkatan akibat
terhentinya proses produksi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tindakan corrective memusatkan
permasalahan setelah permasalahan itu terjadi, bukan menganalisis masalah untuk
mencegahnya agar tidak terjadi.
2.3 Syarat-Syarat yang Diperlukan agar Pekerjaan Bagian Pemeliharaan
dapat Dilakukan dengan Efisien
Menurut Assauri (2008, p144), pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dari peralatan
di suatu perusahaan tergantung pada kebijakan perusahaan tersebut, dimana kebijakan
tersebut kadang berbeda dengan kebijakan perusahaan lainnya. Kebijakan bagian
pemeliharaan biasanya ditentukan oleh pimpinan tertinggi (top management)
perusahaan. Walaupun kebijakan telah ditentukan, tetapi di dalam pelaksanaan kebijakan
tersebut manajer bagian pemeliharaan harus memperhatikan enam prasyarat agar
pekerjaan bagian pemeliharaan dapat lebih efisien. Keenam prasyarat tersebut adalah
• Harus ada data mengenai mesin dan peralatan yang dimiliki perusahaan.
Dalam hal ini data yang dimaksudkan adalah seluruh data mengenai mesin atau
31
peralatan seperti nomor, jenis (types), umur dan tahun pembuatan, keadaan atau
kondis iny a, pembebanan dalam operas i (operating load) produksi yang
direncanakan per jam atau kapasitas, bagaimana oper ator menjalankan atau
meng-handle mesin-mesin tersebut, berapa maintenance crew, kapasitas dan
keahliannya, ketentuan yang ada, jumlah mesin dan sebagainya. Dari data ini
akan ditentukan banyaknya kegiatan pemeliharaan yang dibutuhkan dan yang
mungkin dilakukan.
• Harus ada planning dan scheduling. :
Dalam hal ini harus disusun perencanaan kegiat an pemeliharaan untuk
jangka panjang dan jangka pendek, seperti preventive maintenance, inspeksi,
keadaan yang diawasi, pelumasan (lubrication), pembersihan, reparasi
kerusakan, pembangunan bengkel baru dan sebagainya. Di samping itu planning
& scheduling ini menentukan apa yang akan dikerjakan dan kapan
dikerjakan serta urut-urutan pengerjaan atau prioritasnya dan dimana pekerjaan
dilakukan. Perlu pula direncanakan banyaknya tenaga pemeliharaan yang
harus ada supaya pekerjaan pemeliharaan dapat efektif dan efisien.
• Harus ada surat perintah (work orders) yang tertulis
Surat perintah ini dapat memberitahukan atau menyatakan tentang beberapa atau
semua hal di bawah ini:
a. Apa yang harus dikerjakan.
b. Siapa yang mengerjakannya dan yang bertanggung jawab.
c. Di mana dikerjakan ap akah di luar atau di bagian di dalam pabrik.
Bila di dalam pabrik, bagian mana yang mengerjakannya.
32
d. Ditentukan berapa tenaga dan bahan / alat-alat yang dibutuhkan dan
macamnya.
e. Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut dan waktu
selesainya.
• Harus ada persediaan alat-alat / spareparts (stores control).
Oleh karena untuk pelaksanaan kegiatan pemeliharaan ini dibutuhkan adanya
spareparts (alat-alat) dan material, maka spareparts dan material ini harus
disediakan dan diawasi. Dengan stores control ini, maka manajer bagian
pemeliharaan harus selalu berusaha supaya spareparts dan material atau
onderdil-onderdil tetap ada pada saat dibutuhkannya dan investasi dari
persediaan (stores) ini adalah minimum (dalam arti cukup tidak kurang dan
tidak berlebihan). Jadi perlu dijaga agar t etap tersedia suku cadang-suku
cadang, alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam jumlah yang
cukup dengan suatu investasi yang minimum.
• Harus ada catatan (records).
Catatan tentang kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dan apa yang p erlu
unt uk kegiatan maintenance t crscbut. Jadi p erlu ada cat atan dan
gambaran (p et a) y ang menunjukkan jumlah dan macam sert a let ak
peralatan yang ada dan character dari mas ing-mas ing peralatan (mes in-
mesin) ini, serta catatan tentang inspection interval-nya berapa lama, biaya
maintenance. Di samping itu perlu pula dibuat catatan mengenai gambaran
produksi seperti jam produksi yang berjalan, waktu berhenti, dan jumlah
produksi.
33
• Harus ada laporan, pengawasan dan analisis (reports, control, and analysis).
Laporan (reports) tentang progress (kemajuan) yang kita adakan, perbaikan
yang telah kita adakan dan pengawasan. Kalau pemeliharaannya baik, maka
ini sebenarnya berkat report & control yang ada, dimana kita dap at melihat
efis iens i dan penyimp angan-peny impangan yang ada. Di samp ing itu juga
p erlu dilakukan p enganalis isan t ent ang kegagalan - kegagalan yang
pernah terjadi dan waktu terhenti. Analisis ini penting untuk dap at digunakan
dalam p engambilan kep utusan akan kegiat an at au kebijaksanaan
pemeliharaan.
2.4 Konsep-Konsep Pemeliharaan.
2.4.1 Breakdown dan Downtime.
Suatu barang dapat dikatakan mengalami kerusakan apabila suatu barang atau
produk tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Konsep ini juga
berlaku untuk mesin atau fasilitas yang dimiliki oleh suatu pabrik. Ketika suatu mesin
atau peralatan tidak dapat melakukan fungsinya lagi dengan baik, maka mesin atau
peralatan tersebut dapat dikatakan mengalami kerusakan atau breakdown.
Downtime didefinisikan sebagai waktu selama suatu peralatan, fasilitas atau
mesin tidak dapat digunakan (mesin mengalami gangguan atau kerusakan) sehingga
mesin atau peralatan tidak dapat menjalankan fungsinya seperti yang diharapkan dengan
baik. Breakdown terjadi ketika mesin mengalami kerusakan dimana hal ini akan
mempengaruhi kemampuan mesin secara keseluruhan dan menyebabkan penurunan
hasil dari proses dan juga tentunya akan mempengaruhi kualitas dari produk yang
34
dihasilkan. Ketika mesin mengalami gangguan atau kerusakan, kualitas produk
umumnya akan mengalami penurunan dan akan banyak menghasilkan produk defect.
Downtime menunjukkan waktu yang dibutuhkan bagi mesin untuk mengembalikan
kemampuan mesin untuk menjalankan fungsi-fungsinya seperti semula. Beberapa
unsure yang terdapat dalam konsep downtime:
• Supply delay merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan komponen
yang dibutuhkan dalam melakukan proses perbaikan. Supply time terdiri lead
time administrasi, lead time produksi, dan waktu transportasi komponen ke
lokasi perbaikan.
• Maintenance delay merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menunggu adanya
sumber daya maintenance yang akan melakukan perbaikan pada fasilitas yang
mengalami kerusakan. Sumber daya maintenance dapat berupa teknisi, peralatan
untuk membantu proses perbaikan, dan alat pengetesan.
• Diagnosis time merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi
penyebab dari kerusakan yang terjadi serta mempersiapkan langkah-langkah
perbaikan yang perlu dilakukan.
• Access time merupakan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh akses ke
komponen yang mengalami kerusakan.
• Repair atau replacement time merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
memperbaiki mesin agar mampu menjalankan fungsinya kembali dengan baik
setelah kita mendapatkan akses dan juga mengetahui penyebab dari kerusakan.
• Verification dan alignment merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
memastikan bahwa fungsi telah kembali seperti semula dan berjalan
35
2.4.2 Reliability
Secara umum istilah reliability dapat diartikan dengan “mampu untuk
diandalkan“. Reliability sendiri berasal dari kata reliable yang berarti dapat dipercaya
(trusty, consistent atau honest). Reliabilitas didasarkan pada teori probabilitas pada teori
statistik, yang tujuan pokoknya adalah mampu diandalkan untuk bekerja sesuai dengan
fungsinya dengan suatu kemungkinan sukses dalam periode waktu tertentu yang
ditargetkan. Dalam Assurance Science, reliabilitas ini biasa didefinisikan sebagai “the
probability of a product its intended life and under the operating conditions
encountered”. Jelaslah bahwa disini ada empat elemen dasar yang perlu diperhatikan
yaitu :
• Kemungkinan (probability) menunjukkan bahwa nilai reliabilitas dinyatakan
dalam peluang, dimana nilai reliabilitas ini akan berada di antara 0 sampai
dengan 1.
• Performa (performance) menjelaskan bahwa kehandalan merupakan suatu
karakteristik performansi sistem dimana suatu sistem yang andal harus dapat
menunjukkan performansi yang memuaskan jika dioperasikan.
• Waktu operasi (time of operation) merupakan paremeter penting dalam
melakukan penilaian besar kemungkinan sukses atau tidaknya suatu sistem.
Reliability dinyatakan dalam periode waktu. Peluang reliabilitas suatu item untuk
digunakan selama setahun akan berbeda dengan peluang reliabilitas item untuk
digunakan dalam sepuluh tahun.
• Kondisi-kondisi saat operasi (operating condition) mempengaruhi umur dari
sistem atau peralatan seperti suhu, kelembaban dan kecepatan gerak. Hal ini
36
menjelaskan bagaimana perlakuan yang diterima sistem dapat memberikan
tingkat keandalan yang berbeda dalam kondisi operasionalnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan reliabilitas adalah kegagalan atau
kerusakan, dimana pada saat itu mesin atau fasilitas tidak berjalan seperti yang
diharapkan. Karakteristik dari kegagalan atau kerusakan pada produk, mesin ataupun
fasilitas sehubungan dengan waktu dapat digambarkan seperti pada gambar di bawah ini:
Fase I Fase II Fase IIITin
gkat
ker
usak
an
Waktu
Gambar 2.1 Laju Kerusakan (Bathub curve)
Dari gambar di atas kita dapat membaginya ke dalam tiga fase yaitu:
• Fase 1, disebut burn-in region, yaitu wilayah dimana mesin baru mulai
digunakan. Pada wilayah ini resiko kerusakan berada berada pada tingkat yang
menurun. Kerusakan yang terjadi umumnya disebabkan pengecekan yang tidak
sesuai, kurangnya pengendalian kualitas produksi, material di bawah standar,
ketidaksempurnaan perancangan, kesalahan proses atau pemasangan awal.
37
• Fase 2, disebut useful life atau fase umur pakai. Dalam hal ini fase kerusakan
konstan atau dapat disebut juga mengalami constant hazard rate. Pada wilayah
ini kerusakan sulit diprediksi dan cenderung terjadi secara acak. Contoh
penyebab kerusakan pada wilayah ini adalah kesalahan dalam operasional mesin.
• Fase 3, disebut juga wilayah wareout, merupakan wilayah dimana umur
ekonomis dari mesin telah habis dan melewati batas yang diizinkan. Pada fase ini
resiko kerusakan akan meningkat (increasing hazard rate). Penyebab kerusakan
pada wilayah ini umumnya adalah kurangnya perawatan, karena telah dipakai
terlalu lama sehingga terjadi karat, atau perubahan pada fisik mesin tersebut.
Pada wilayah ini preventive maintenance sangat diperlukan untuk menurunkan
tingkat kerusakan yang terjadi.
2.4.3 Keterawatan (Maintainability)
Maintainability atau keterawatan adalah peluang bahwa komponen atau mesin
yang rusak akan diperbaiki ke dalam kondisi tertentu dalam periode waktu tertentu
sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah ditentukan. Maintainability dapat juga
didefinisikan sebagai probabilitas suatu komponen atau mesin dapat diperbaiki dalam
kurun waktu tertentu.
2.4.4 Ketersediaan (Availibility)
Availability atau ketersediaan merupakan probabilitas suatu komponen atau
sistem menunjukkan fungsi yang sesuai dengan yang diharapkan pada waktu tertentu
ketika dioperasikan dalam kondisi operasional tertentu. Availability juga dapat
38
dinyatakan sebagai persentase suatu komponen atau sistem dapat beroperasi dengan baik
dalam suatu kurun waktu tertentu atau persentase pengoperasian mesin atau komponen
dalam suatu waktu yang tersedia. Besar probabilitas availability menunjukkan besarnya
kemampuan komponen untuk melakukan fungsinya setelah memperoleh perawatan.
Semakin tinggi nilai dari availability menujukkan semakin baiknya kemampuan dari
komponen tersebut atau dapat dikatakan apabila availability makin mendekati satu maka
makin tinggi pula kemampuan dari mesin tersebut untuk menjalankan fungsi-fungsinya
dengan maksimal.
2.5 Distribusi Kerusakan
Terdapat empat jenis distribusi yang umumnya digunakan untuk
mengidentifikasi pola data yang terbentuk, yaitu: distribsi Weibull, Eksponensial,
Normal dan Lognormal.
• Distribusi Weibull.
Distribusi weibull merupakan distribusi yang paling banyak digunakan karena
dapat digunakan untuk laju waktu kerusakan yang meningkat maupun yang
menurun. Ada dua parameter yang digunakan dalam distribusi ini yaitu
parameter β dan parameter θ. Parameter β disebut juga sebagai parameter skala
(scale parameter) dan parameter θ disebut juga sebagai parameter bentuk (shape
parameter). Laju kerusakan dari pola data yang terbentuk ditentukan oleh
parameter β, sedangkan parameter θ digunakan untuk menentukan nilai tengah
dari pola data yang ada. Nilai-nilai β yang menunjukkan laju kerusakan terdapat
pada tabel di bawah ini (Ebeling, 1997, p63) :
39
Tabel 2.1 Definisi dan Nilai-Nilai dari Parameter β
Nilai Laju Kerusakan
0 < β <1 Pengurangan laju kerusakan (DFR)
β = 1 Distribusi Exponential (CFR)
1 < β < 2 Peningkatan laju kerusakan (IFR), concave
β = 2 Distribusi Rayleigh (LFR)
β > 2 Peningkatan laju kerusakan (IFR), convex
3 ≤ β ≤ 4 Peningkatan laju kerusakan (IFR), mendekati kurva normal
Fungsi reliabilitas yang terdapat dalam distribusi Weibull adalah (Ebeling, 1997,
p59):
( )t
: R t eβ
⎛ ⎞−⎜ ⎟θ⎝ ⎠=Reliability function
dimana θ > 0, β > 0, dan t > 0
Berikut ini merupakan gambar fungsi distribusi weibull:
40
Sumber : http://www.itl.nist.gov/div898/handbook/apr/section1/apr162.htm
Gambar 2.2 Fungsi Distribusi Weibull
• Distribusi Eksponensial
Distribusi eksponensial merupakan distribusi yang paling populer digunakan
dalam teori reliabilitas. Distribusi eksponensial digunakan untuk menghitung
keandalan distribusi kerusakan yang memiliki laju kerusakan konstan. Distribusi
ini mempunyai laju kerusakan yang tetap terhadap waktu , yang berarti laju
kerusakan tidak tergantung pada umur dari peralatan atau mesin. Distribusi
merupakan distribusi yang mudah untuk diidentifikasi dan dianalisis, jika
terdapat peralatan atau mesin yang laju kerusakannya terjadi secara tetap maka
dapat dipastikan data kerusakan peralatan tersebut termasuk dalam distribusi
41
eksponensial. Parameter yang digunakan dalam distribusi ini adalah λ, yang
menunjukkan nulai rata-rata kerusakan yang terjadi. Fungsi reliabilitas yang
terdapat dalam distribusi eksponensial adalah (Ebeling, 1997, p41):
( ) t: R t e− λ=Reliability function
dimana λ > 0 dan t > 0
Berikut ini merupakan gambar dari fungsi distribusi eksponensial:
Sumber : http://www.itl.nist.gov/div898/handbook/apr/section1/apr161.htm
Gambar 2.3 Fungsi Distribusi Eksponensial
• Distribusi Normal
Distribusi normal cocok untuk digunakan dalam memodelkan fenomena keausan
dan kondisi wearout dari suatu komponen atau peralatan. Parameter yang
digunakan dalam distribusi ini adalah μ yang menunjukkan nilai tengah dari data
42
yang termasuk dalam distribusi ini dan juga σ yang menunjukkan standar deviasi
dari data yang termasuk dalam distribusi ini. Distribusi ini juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi probabilitas lognormal karena hubungannya yang dekat
dengan distribusi lognormal. Fungsi reliabilitas yang terdapat dalam distribusi
normal adalah (Ebeling, 1997, p69):
( ) t: R t 1
−μ⎛ ⎞= −Φ ⎜ ⎟σ⎝ ⎠Reliability function
dimana μ > 0, σ > 0 dan t > 0
Berikut ini merupakan gambar dari fungsi distribusi normal:
Sumber : http://wiki.uiowa.edu/display/bstat/The+Normal+Distribution
Gambar 2.4 Fungsi Distribusi Normal
• Distribusi Lognormal
Distribusi lognormal mempunyai berbagai macam bentuk, sehingga sering
ditemui data yang sesuai dengan distribusi weibull juga dapat sesuai dengan
43
distribusi lognormal. Distribusi ini menggunakan dua parameter yaitu s yang
menunjukkan parameter bentuk (shape parameter) dan juga tmed yang
menunjukkan parameter lokasi (location parameter) yang juga menunjukkan
nilai tengah dari data yang termasuk ke dalam distribusi ini. Fungsi reliabilitas
yang terdapat dalam distribusi lognormal adalah (Ebeling, 1997, p73):
( )med
1 t: R t 1 ln
s t⎛ ⎞
= −Φ ⎜ ⎟⎝ ⎠
Reliability function
dimana s > 0, tmed > 0 dan t > 0
Berikut ini merupakan gambar dari fungsi distribusi lognormal:
Sumber : http://www.itl.nist.gov/div898/handbook/apr/section1/apr164.htm
Gambar 2.5 Fungsi Distribusi Lognormal
44
2.6 Identifikasi Distribusi Kerusakan
Identifikasi distribusi dilakukan melalui tiga tahap, yaitu identifikasi awal, uji
kebaikan suai (goodness of fit test), dan penentuan parameter (Ebeling, 1997, p362).
2.6.1 Identifikasi awal
Identifikasi awal dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu
probability plot dan Least-Square Curve Fitting (LSCF).pada probability plot kita akan
membuat grafik dengan titik-titik. Bila data tersebut mengikuti distribusi tertentu, maka
grafik yang terbentuk akan mendekati garis lurus. Namun tingkat subjektivitas dalam
menilai lurus atau tidaknya suatu garis menyebabkan metode ini tidak populer untuk
digunakan.
Identifikasi dengan metode LSCF akan dicari nilai index of fit (r) atau koefisien
korelasi. Distribusi yang digunakan dalam metode LSCF adalah weibull, eksponensial,
normal dan juga lognormal. Distribusi yang paling sesuai berdasar metode ini akan
menunjukkan garis lurus atau linear apabila semakin mendekati 1, sehingga dengan
metode ini, kita akan memilih jenis distribusi yang paling baik apabila nilai index of
fitnya semakin mendekati nilai 1. Berikut ini merupakan rumus-rumus yang digunakan
untuk mencari nilai r berdasarkan keempat distribusi yang telah kita sebutkan di atas:
• Distribusi Weibull
n n n
i i i ii 1 i 1 i 1
2 2n n n n2 2i i i i
i 1 i 1 i 1 i 1
n x y x yr
n x x n y y
= = =
= = = =
⎛ ⎞ ⎛ ⎞−⎜ ⎟⎜ ⎟⎝ ⎠ ⎝ ⎠=
⎡ ⎤ ⎡ ⎤⎛ ⎞ ⎛ ⎞− −⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎣ ⎦ ⎣ ⎦
∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑weibull
dimana nilai xi dan yi ditentukan dengan rumus di bawah ini::
45
( )
( )
i i
i
x ln t
1yi ln ln1 F t
=
⎡ ⎤⎛ ⎞= ⎢ ⎥⎜ ⎟⎜ ⎟−⎢ ⎥⎝ ⎠⎣ ⎦
• Distribusi Eksponensial
n n n
i i i ii 1 i 1 i 1
eksponensial2 2n n n n
2 2i i i i
i 1 i 1 i 1 i 1
n x y x yr
n x x n y y
= = =
= = = =
⎛ ⎞⎛ ⎞− ⎜ ⎟⎜ ⎟⎝ ⎠⎝ ⎠=
⎡ ⎤ ⎡ ⎤⎛ ⎞ ⎛ ⎞− −⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎣ ⎦ ⎣ ⎦
∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑
dimana nilai xi dan yi ditentukan dengan rumus di bawah ini::
( )
i i
i
x t
1yi ln1 F t
=
⎡ ⎤⎛ ⎞= ⎢ ⎥⎜ ⎟⎜ ⎟−⎢ ⎥⎝ ⎠⎣ ⎦
• Distribusi Normal
n n n
i i i ii 1 i 1 i 1
normal2 2n n n n
2 2i i i i
i 1 i 1 i 1 i 1
n x y x yr
n x x n y y
= = =
= = = =
⎛ ⎞ ⎛ ⎞−⎜ ⎟⎜ ⎟⎝ ⎠ ⎝ ⎠=
⎡ ⎤ ⎡ ⎤⎛ ⎞ ⎛ ⎞− −⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎣ ⎦ ⎣ ⎦
∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑
dimana nilai xi dan yi ditentukan dengan rumus di bawah ini::
( ) ( )i i
1i
x t
yi F t diperoleh dari tabel z pada lampiran−
=
⎡ ⎤= Φ → Φ⎣ ⎦
• Distribusi Lognormal
n n n
i i i ii 1 i 1 i 1
lognormal2 2n n n n
2 2i i i i
i 1 i 1 i 1 i 1
n x y x yr
n x x n y y
= = =
= = = =
⎛ ⎞ ⎛ ⎞−⎜ ⎟⎜ ⎟⎝ ⎠ ⎝ ⎠=
⎡ ⎤⎡ ⎤⎛ ⎞ ⎛ ⎞− −⎢ ⎥⎢ ⎥⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎣ ⎦ ⎣ ⎦
∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑
dimana nilai xi dan yi ditentukan dengan rumus di bawah ini::
46
( )( ) ( )
i i
1i
x ln t
yi F t diperoleh dari tabel z pada lampiran−
=
⎡ ⎤= Φ → Φ⎣ ⎦
2.6.2 Uji Kebaikan Suai (Goodness of Fit Test)
Uji kebaikan suai digunakan untuk mengetahui validitas dari suatu asumsi
distribusi yang telah kita tentukan sebelumnya. Dimana dalam kasus ini kita
mengasumsikan distribusi tertentu dengan melihat angka korelasi atau index of fit (r)
yang terbesar. Hasil dari uji ini adalah asumsi kita diterima atau asumsi kita ditolak. Uji
goodness of fit yang digunakan untuk satu distribusi tertentu akan berbeda dengan
distribusi lainnya.
2.6.2.1 Mann’s Test untuk Menguji Distribusi Weibull
Hipotesis yang kita gunakan untuk melakukan uji ini adalah (Ebeling, 1997,
p400-401):
H0 : Data waktu kerusakan mengikuti distribusi weibull
H1 : Data waktu kerusakan tidak mengikuti distribusi weibull
Uji statistiknya adalah :
1
1
r 1i i
1i k 1 i
ki i
2i 1 i
ln t 1 ln tkM
Mln t 1 ln t
kM
−
= +
=
⎛ ⎞+ −⎜ ⎟⎝ ⎠⎛ ⎞+ −⎜ ⎟⎝ ⎠
∑
∑
dimana
i i 1 i
i
M Z Z
i 0.5Z ln ln 1n 0.25
+= −
⎡ ⎤−⎛ ⎞= − −⎜ ⎟⎢ ⎥+⎝ ⎠⎣ ⎦
47
Keterangan:
ti = data waktu kerusakan yang ke-i
xi = ln (ti)
M i = nilai pendekatan Mann untuk data ke-i
Mα,v1,v2 = nilai M tabel untuk distribusi weibull → lihat tabel distribusi F
k1 = 2 1r
v 2 k2→ =
k2 = 1 2r 1
v 2 k2−
→ =
r, n = banyaknya data
Jika nilai M hitung < M tabel(α,v1,v2) → maka terima H0 dan tolak H1.
2.6.2.2 Bartlett’s Test untuk Menguji Distribusi Eksponensial
Hipotesis yang kita gunakan untuk melakukan uji ini adalah (Ebeling, 1997,
p399):
H0 : Data waktu kerusakan mengikuti distribusi eksponensial
H1 : Data waktu kerusakan tidak mengikuti distribusi eksponensial
Uji statistiknya adalah :
( )
r r
i ii 1 i 1
t ln t2r ln
r r
Br 1
16r
= =
⎡ ⎤⎛ ⎞ ⎛ ⎞⎢ ⎥⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎢ ⎥⎜ ⎟ ⎜ ⎟−⎢ ⎥⎜ ⎟ ⎜ ⎟
⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎢ ⎥⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎣ ⎦=+
+
∑ ∑
Keterangan:
ti = data waktu kerusakan yang ke-i
48
r = jumlah kerusakan
Jika 2 21 0 1
,r 1 ,r 12 2
X B X maka terima H dan tolak H−α α− −< < →
2.6.2.3 Kolmogorov-Smirnov Test untuk Menguji Distribusi Normal dan
Lognormal
Hipotesis yang kita gunakan untuk melakukan uji ini adalah (Ebeling, 1997,
p402-404):
H0 : Data waktu kerusakan mengikuti distribusi normal atau lognormal
H1 : Data waktu kerusakan tidak mengikuti distribusi normal atau lognormal
Uji statistiknya adalah :
n 1 2D max(D ,D )=
Dimana,
i1 1 i n
x x i 1D max
s n≤ ≤
⎡ ⎤⎛ ⎞− −= Φ −⎢ ⎥⎜ ⎟
⎢ ⎥⎝ ⎠⎣ ⎦ i
2 1 i n
x xiD max
n s≤ ≤
⎡ ⎤⎛ ⎞−= −Φ⎢ ⎥⎜ ⎟
⎢ ⎥⎝ ⎠⎣ ⎦
Untuk distribusi normal →
n
ii 1
tx
n==∑
dan( )
n 2
i2 i 1
t ts
n 1=
−=
−
∑
Untuk distribusi lognormal →
n
ii 1
ln tx
n==∑
dan( )
n 2
i2 i 1
ln t ts
n 1=
−=
−
∑
Keterangan:
ti = data waktu kerusakan yang ke-i
n = banyaknya data kerusakan
Nilai ( )xΦ → dari tabel standardized normal probabilities
49
Nilai Dcrit → dari tabel critical values kolmogorov-smirnov test
Jika n crit 0 1D D maka terima H dan tolak H< →
2.6.3 Penentuan Parameter
Setelah kita melakukan pengujian goodness of fit, maka kita harus melanjutkan
proses perhitungan dengan memperhitungkan parameter yang kemudian akan
dilanjutkan dengan menghitung besar MTTF (Mean Time to Failure) dan MTTR (Mean
Time to Repair). Jenis parameter yang digunakan pada satu distribusi tidak akan sama
dengan distribusi lainnya (Ebeling, 1997, p59).
• Distribusi Weibull
Parameter yang digunakan dalam distribusi Weibull adalah β dan θ, dimana:
( )a b
b
e−β =
θ=
• Distribusi Eksponensial
Parameter yang digunakan dalam distribusi Eksponensial adalah λ, dimana:
bλ =
• Distribusi Normal
Parameter yang digunakan dalam distribusi Normal adalah μ dan σ untuk
perhitungan MTTF serta s dan tmed untuk perhitungan MTTR, dimana:
samed
1MTTR s dan t e
b1 aMTTF dan b b
−→ = =
⎛ ⎞→σ = μ = −⎜ ⎟⎝ ⎠
• Distribusi Lognormal
50
Parameter yang digunakan dalam distribusi Lognormal s dan tmed untuk, dimana:
sa
med
1s
bt e−
=
=
2.7 Perhitungan Mean Time to Failure dan Mean Time to Repair
Mean Time to Failure merupakan rata-rata interval atau jarak waktu di antara
kerusakan dari suatu distribusi kerusakan, sedangkan Mean Time to Repair merupakan
rata-rata waktu yang diperlukan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi. Perhitungan
MTTF dan MTTR untuk setiap distribusi berbeda, dimana untuk masing-masing
distribusi menggunakan rumus di bawah ini (Ebeling, 1997, p192):
• Distribusi Weibull
1MTTF MTTR . 1
⎛ ⎞= = θΓ +⎜ ⎟β⎝ ⎠
( )xΓ diperoleh dari tabel fungsi Gamma
• Distribusi Eksponensial
1MTTF MTTR= =
λ
• Distribusi Normal
2s2
med
MTTF
MTTR t .e
= μ
=
• Distribusi Lognormal
2s2
medMTTF MTTR t .e= =
51
2.8 Penentuan Interval Waktu Penggantian Pencegahan Optimal
Model penentuan interval waktu pencegahan didasarkan pada minimasi waktu
downtime dan digunakan untuk menentukan waktu yang paling optimal dalam
melakukan penggantian komponen sehingga total downtime per satu unit waktu dapat
diminimasi. Terdapat dua model penentuan interval waktu penggantian pencegahan
yaitu block replacement dan age replacement.
2.8.1 Block Replacement
Dalam metode ini jika pada suatu selang waktu tp tidak terdapat kerusakan, maka
tindakan penggantian dilakukan sesuai dengan interval tp. Jika sistem rusak sebelum
interval waktu tp maka dilakukan penggantian perbaikan dan penggantian pencegahan
selanjutnya akan tetap dilakukan pada waktu tp dan mengabaikan waktu penggantian
perbaikan sebelumnya.
2.8.2 Age Replacement
Dalam metode ini tindakan penggantian dilakukan pada saat pengoperasiannya
mencapai umur tertentu yang telah ditetapkan, misalnya sebesar tp. Jika pada selang
waktu tp tersebut tidak terdapat kerusakan, maka penggantian akan tetap dilakukan
sebagai tindakan pencegahan. Jika sistem mengalami kerusakan pada selang waktu tp
tersebut, maka dilakukan tindakan penggantian perbaikan dan penggantian berikutnya
akan dilakukan berdasarkan perhitungan tp terhitung mulai dari waktu penggantian
perbaikan tersebut. Total waktu downtime per unit untuk penggantian pencegahan pada
saat tp dinotasikan sebagai D(tp), dengan rumus sebagai berikut (Jardine, 1993, p96):
( )pTotal ekspektasi per siklus
D tekspektasi panjang siklus
=downtime
52
dengan:
( ) ( )( )p p p fTotal ekspektasi per siklus T .R t 1 R t .T= + −downtime
( ) ( ) ( )( ) ( )( )p p p p f pEkspektasi panjang siklus = t T .R t M t T 1 R t+ + + −
Dengan menggunakan kedua rumus di atas maka total downtime per unit waktu adalah:
( )( ) ( )( )
( ) ( ) ( )( ) ( )( )p p p f
pp p p p f p
T .R t 1 R t .TD t
t T .R t M t T 1 R t
+ −=
+ + + −
Keterangan:
tp = interval waktu penggantian pencegahan.
Tf = downtime yang terjadi karena penggantian penggantian.
Tp = downtime yang terjadi karena penggantian pencegahan.
R(tp) = peluang terjadinya penggantian perbaikan pada saat tp.
M(tp) = waktu rata-rata terjadinya kerusakan jika penggantian perbaikan dilakukan
pada tp.
Nilai tingkat ketersediaan (availibility) dan interval penggantian pencegahan
(pada saat D(tp)min) dapat dilihat dengan menggunakan rumus ( ) ( )p pA t 1 D t min= −
2.9 Penentuan Interval Waktu Pemeriksaan Optimal
Selain melakukan tindakan pencegahan, kita juga harus melakukan tindakan
pemeriksaan untuk meminimalkan downtime akibat kerusakan mesin yang terjadi secata
mendadak (Jardine, 1993, p108).
53
Total downtime per unit waktu yang merupakan fungsi dari frekuensi
pemeriksaan (n) dan dilambangkan dengan D(n). Rumus untuk menghitung downtime
yang dibutuhkan untuk pemeriksaan adalah:
( )
( ) ( )D n untuk perbaikan kerusakan + untuk pemeriksaan
n nD n
i
=
λ= +
μ
downtime downtime
Dimana laju kerusakan akan berbanding terbalik terhadap jumlah pemeriksaan yang
dilakukan:
( ) kn
nλ =
Maka: ( ) k nD n
n x i= +
μ
Dimana:
( )
( )
MTTRWaktu rata-rata satu kali perbaikan 1
jam kerja / bulanwaktu satu kali pemeriksaan
Waktu rata-rata satu kali pemeriksaan 1 ijam kerja / bulan
μ =
=
Nilai k adalah nilai yang konstan, sehingga jumlah pemeriksaan optimal (n) dapat
diperoleh dengan:
k x in =
μ
( )
( )i
jam kerja / bulanInterval waktu pemeriksaan tn
Nilai bila dilakukan n pemeriksaan 1 D n
=
= −availibility
54
2.10 Perhitungan Avaibility
Availibility menunjukkan peluang komponen atau mesin dapat beroperasi sesuai
dengan fungsi yang diharapkan pada waktu tertentu ketika dioperasikan dalam kondisi
operasional tertentu. Availibility juga dapat digambarkan sebagai persentase waktu
operastional sebuah mesin atau komponen selama interval waktu tertentu. Setelah kita
memperoleh nilai availibility berdasarkan interval waktu penggantian pencegahan dan
interval waktu pemeriksaan makan kita dapat melakukan perhitungan availibility total
dari suatu komponen kritis. Kita memperhitungkan tingkat availibiilty agar dapat
mengetahui tingkat ketersediaan atau kesiapan mesin agar untuk melakukan fungsinya
kembali saat mesin tersebut telah selesai diperbaiki.
Kedua tingkat availibility tersebut merupakan dua kejadian yang saling bebas
dan tidak saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sehingga berdasarkan teori peluang
untuk dua kejadian yang saling bebas, maka nilai peluang kejadian saling bebas tersebut
sama dengan hasil perkalian kedua availibility tersebut.
2.11 Perhitungan Tingkat Reliability
Reliability merupakan peluang suatu komponen atau mesin agar dapat beroperasi
sesuai dengan fungsi yang diinginkan pada periode tertentu ketika digunakan di bawah
kondisi yang telah ditetapkan. Cara untuk meningkatkan reliability dapat dilakukan
dengan melakukan pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance), dimana dengan
adanya preventive maintenance, kita akan dapat mengurangi wearout dan meningkatkan
umur mesin.
55
Reliability pada saat t setelah penerapan preventive maintenance dinyatakan
dengan:
Rm(t)=R(t) untuk 0≤t≤T
Rm(t)=R(T) x R(t-T) untuk T≤t≤2T
Secara umum persamaannya adalah :
nmR (t) R(T) .R(t T) untuk nT t (n+1)T
dengan n = 1,2,....dst
= − ≤ ≤
Keterangan :
R(t) = Reliability dari mesin tanpa adanya preventive maintenance, dimana nilainya
untuk masing-masing distribusi dapat dicari dengan menggunakan rumus
yang ada pada subbab 2.5
R(T) = peluang dari reliability hingga preventive maintenance pertama dilakukan.
R(t-T) = peluang dari reliability antara waktu t-T setelah sistem dikembalikan ke
kondisi awal pada waktu T menggunakan preventive maintenance.
T = interval waktu penggantian pencegahan
n = jumlah perawatan yang telah dilakukan
untuk laju kerusakan yang konstan : R(t) = e-λt maka :
( ) ( )n t t nTtm
nt t nt
t
R (t) e .e
e .e .e
eR(t)
− λ −−λ
−λ −λ λ
−λ
=
=
==
Dari rumus di atas, kita dapat melihat bahwa distribusi yang memiliki laju
kerusakan konstan, dalam hal ini adalah distribusi eksponensial, bila dilakukan
preventive maintenance tidak akan membawa hasil apapun karena reliability setelah
56
preventive maintenance akan sama dengan reliability sebelum dilakukan preventive
maintenance.
2.12 Perhitungan Biaya Preventive Maintenance
Perhitungan biaya dalam preventive maintenance akan dilakukan dengan
membandingkan antara biaya yang dibutuhkan sebelum dan setelah preventive
maintenance dijalankan. Apabila biaya saat kegagalan sering terjadi (sebelum preventive
maintenance) lebih besar daripada biaya saat preventive maintenance maka dapat kita
simpulkan bahwa terjadi penghematan dengan menerapkan preventive maintenance
tersebut. Untuk melakukan perhitungan biaya sebelum dan setelah pelaksanaan
preventive maintenance dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
• Biaya sebelum preventive maintenance diterapkan
Frekuensi Penggantian
fjam kerja/bulan
kMTTF
=
Biaya Siklus Failure
f fC ((biaya teknisi + biaya kehilangan produksi) x T ) + biaya komponen=
Total Failure Cost
( ) ff
f
CTc c
t=
Total Maintenance and Repair Cost
f f f fTc(t ) Tc(c ) x t x k=
Keterangan:
Cf = biaya kegagalan yang ditimbulkan selama terhentinya proses produksi
57
tf = merupakan nilai MTTF
Tf = MTTR
• Biaya setelah preventive maintenance diterapkan
Frekuensi Penggantian
pp
jam kerja/bulank
t=
Biaya Siklus Preventive
f pC (biaya teknisi x T ) + biaya komponen=
Total Preventive Cost
( ) ( ) ( )( ) ( )
p fp
p f
C x R C 1 RTc c
t x R t 1 R
+ −=
+ −
Total Maintenance and Repair Cost
p p p pTc(t ) Tc(c ) x t x k=
Keterangan:
Cf = biaya failure
Cp = biaya preventive
tp = interval waktu preventive
Tp = rata-rata waktu penggantian setelah preventive
R = nilai reliabilitas saat tp
Setelah menghitung biaya sebelum dan setelah penerapan preventive
maintenance di dalam perusahaan, kita dapat menghitung penghematan biaya yang
diperoleh. Penghematan biaya terjadi ketika ada selisih antara biaya setelah dan sebelum
58
penerapan preventive maintenance yang bernilai positif. Persentase penghematan biaya
dirumuskan sebagai berikut:
total biaya sebelum - total biaya setelah Penghematan biaya .100%
total biaya sebelum =
preventive preventivepreventive
Jika hasil penghematan biaya bernilai positif (+) dan persentase penghematan
biaya yang dihitung dengan menggunakan rumus di atas bernilai cukup besar (sebanding
dengan nilai investasi pemeliharaan), maka preventive maintenance sangat dianjurkan
untuk dilakukan. Sedang apabila penghematan biaya bernilai negatif (-) dan persentase
penghematan sangat kecil atau tidak sebanding dengan nilai investasi pemeliharaan
maka preventive maintenance tidak dianjurkan untuk diterapkan di dalam perusahaan
.
2.13 Pareto Chart
Diagram Pareto (Pareto Chart), yang dinamakan berdasarkan Vilfredo Pareto,
merupaka tipe diagram yang berisikan baik bar maupun garis, dimana bar menunjukkan
nilai dari masing-masing data sendangkan garis menunjukkan jumlah kumulatif dari
data-data tersebut. Bar ditampilkan secara berurut dari data dengan jumlah terbesar dari
sebelah kiri ke kanan.
Selain bar dan garis tersebut, terdapat garis axis di sebelah kanan dan kiri dari
diagram ini. Garis axis vertikal di sebelah kiri menunjukkan nilai kumulatif dengan
satuan tertentu dari data-data tersebut, sedangkan garis axis vertikal di sebelah kanan
menunjukkan nilai kumulatif dari data-data tersebut alam bentuk persentase.
Tujuan dari pembuatan diagram Pareto ini adalah untuk menunjukkan fakrot-
faktor mana sajakah yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dan sebaliknya.
59
Pada pengendalian kualitas, diagram pareto digunakan untuk menunjukkan sumber
cacat apakah yang paling banyak mengakibatkan kecacatan pada produk akhir, tipe
kecacatan yang paling sering terjadi, alasan seringnya terjadi keluhan dari pelanggan,
dan lain-lain. Pada penelitian, diagram pareto dapat digunakan dalam melakukan
pembatasan masalah yang akan dibahas dengan menetapkan bagian mana saja dari
masalah tersebut yang bersifat kritis. Dengan membahas bagian dari masalah yang
bersifat kritis telah dapat mewakili keseluruhan masalah secara keseluruhan serta dapat
menyempitkan lingkup pembahasan masalah. Berikut ini merupakan contoh gambar dari
diagram Pareto:
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Pareto.PNG
Gambar 2.6 Diagram Pareto
60
2.14 Simulasi Monte Carlo
Simulasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk memecahkan atau
menguraikan masalah-masalah dalam kehidupan nyata yang penuh dengan
ketidakpastian dengan atau tidak menggunakan suatu model atau metode tertentu.
Simulasi lebih menekankan pada pemakaian komputer untuk mendapatkan solusi atas
pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Manfatat simulasi menurut Kakiay (2004,
p3) adalah sebagai berikut:
• Menghemat waktu
Kemampuan dalam menghemat waktu ini dapat dilihat dari suatu pekerjaan yang
apabila dijalankan dalam kondisi sebenarnya akan memakan waktu bertahun-
tahun tetapi apabila dijalankan dalam simulasi hanya membutuhkan beberapa
menit
• Dapat melebarluaskan waktu
Simulasi dapan menunjukkan perubahan struktur dari suatu sistem nyata yang
sebenarnya tidak dapat diteliti pada waktu yang seharusnya.
• Memperbaiki kesalahan perhitungan
Dalam prakteknya, suatu kegiatan maupum percobaan dapat saja muncul
kesalahan dalam pencatatan hasil-hasilnya. Sebaliknya dalam simulasi komputer
akan jarang ditemui kesalahan eprhitungan terutama apabila angka-angka yang
diambil dari komputer secara teratur dan bebas. Komputer mempunyai
kemampuan untuk melakukan proses perhitungan secara baik dan akurat.
61
• Dapat dihentikan dan dijalankan kembali
Simulasi komputer dapat dihentikan untuk kepentingan evaluasi maupun
pencatatan semua keadaan tanpa berakibat burukpada program simulasi tersebut.
Dalam kenyataannya, kita tidak dapat menghentikan percobaan begitu saja,
sedangkan apabila dalam simulasi komputer percobaan dapat dengan cepat
dilanjutkan kembali setelah dihentikan sebelumnya.
• Mudah diperbanyak
Dengan menggunakan simulasi komputer percobaan dapat dilakukan setiap saat
dan dapat diulang-ulang. Pengulangan ini umumnya digunakan ketika kita
melakukan perubahan terhadap komponen-komponen dan variabelnya.
Simulasi Monte Carlo dikenal juga sebagai sampling simulation atau Monte
Carlo Sampling Technique. Simulasi Monte Carlo menggambarkan kemungkinan
penggunaan data sampel dalam metode ini, dimana dengan demikian kita dapat
melakukan simulasi berdasarkan data di masa lalu yang telah ada atau dapat disebut juga
data historis. Dengan kata lain apabila menghendaki model simulasi yang ikut
mempertimbangkan random dan sampling dengan distribusi probabilitas yang dapat
diketahui dan ditentukan, maka cara simulasi Monte Carlo dapat digunakan (Kakiay,
2004, p104).
Kunci dari metode Monte Carlo adalah pada penggunaan bilangan acak atau
random dimana bilangan ini akan dibangkitkan dan digunakan dalam proses
simulasinya. Kegunaan bilangan random ini digunakan untuk memperlihatkan
ketidakpastian atas resiko yang sedang diamati. Sebelum hal ini dilakukan terlebih
dahulu pendefinisian tingkat probabilitas yang ada pada setiap elemen yang
62
mengandung unsur risiko. Tingkat kemungkinan yang telah ditentukan tersebut akan
ditunjukkan dalam bentuk bilangan random yang dihasilkan dari generator bilangan
acak. Langkah-langkah dalam melakukan simulasi Monte Carlo adalah sebagai berikut:
1. Menentukan distribusi probabilitas untuk variabel-variabel yang penting.
2. Membangun distribusi kumulatif untuk masing-masing variabel.
3. Menentukan interval bilangan random untuk tiap variabel.
4. Membangkitkan bilangan random.
5. Membuat simulasi dari rangkaian percobaan
.
2.15 Teknik Lotting
Teknik lotting merupakan suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah
pemesanan optimal serta kapan pemesanan tersebut sebaiknya akan kita lakukan agar
dapat meminimumkan pengalokasian biaya pemesanan dan penyimpanan untuk setiap
item secara individual berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan bersih yang telah
dilakukan. Untuk menentukan ukuran pemesanan yang tepat dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode. Beberapa teknik digunakan untuk meminimasi total
biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
Teknik lotting yang digunakan dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu teknik
sederhana (simple), teknik heuristik dan teknik optimasi. Teknik lotting untuk tipe
independent demand dilakukan dengan menggunakan beberapa asumsi, yaitu:
• Tingkat permintaan (demand) diketahui secara pasti tetapi bervariasi antara satu
periode dengan periode-periode berkutnya.
63
• Periode perencanaan diketahui dengan pasti dan terdiri atas beberaoa periode
atau interval waktu yang sama.
• Seluruh kebutuhan pada awal periode perencanaan dapat tersedia, dan tidak
diijinkan adanya stockout.
• Biaya penyimpanan diberlakukan hanya pada inventori akhir periode ataupun
inventori yang tertahan dari satu periode ke periode berikutnya.
• Seluruh item (bahan atau barang) bersifat bebas atau independent antara satu
dengan yang lain.
• Tidak memperhitungkan adanya potongan harga dari supplier (quantity
discount).
• Semua biaya inventori (holding cost dan ordering cost) serta lead time dari
masing-masing komponen diketahui dengan pasti dan bersifat konstan untuk
setiap periode perencanaan.
Lot Sizing Models
Static Lot Sizin g
Dynamic Lot S izing
Simple Op timum He uristik
Fixed P eriod
Period Orde r Quantity
Fixed P eriode
Wagner Whitin Silver Meal
Part Period
Le ast Unit Cost
Ec onomic Order QuantityEc onomic Produc tion Quantity
Resource Constraints
Fixed O rder Q ua ntity
Gambar 2.7 Klasifikasi Model Lot Sizing
64
Metode Wagner Whitin merupakan metode lotting yang akan menghasilkan
solusi optimal bagi permasalahan pemesanan untuk memenuhi demand yang
deterministik pada periode perencanaan yang diketahui. Algoritma Wagner Whitin
merupakan suatu pendekatan dynamic programming yang digunakan untuk menentukan
cara untuk memperoleh biaya yang paling minimum. Rumus untuk melakukan
perhitungan metode Wagner Whitin adalah:
l
t,l jj= t +1
K = A + h (j- t)D dengan t=1,2,...,n ; l=t+1,t+2,...,n⎛ ⎞⎜ ⎟⎝ ⎠∑
Dimana : Kt,l = Total biaya pada perhitungan periode t,l
D = Jumlah permintaan
A = Biaya pemesanan per periode
h = Biaya penyimpanan per unit per periode perencanaan
{ }* *l t =1,2,...l t-1 t,lK = min K + K dengan l=1,2,...,N
Tabel 2.2 Format Contoh Tabel Wagner Whitin
Periode (l) 1 2 3 4 5 6 7 8 Permintaan (Dl)
Biaya Pemesanan (A) Biaya Penyimpanan (h)
T l,t*
1t KK +− 1 2 3 4 5 6 7 *lK
65
2.16 Definisi Sistem Informasi
Sistem adalah sekumpulan komponen yang menjalankan kebutuhan, fungsi dan
interface dari suatu proses pemodelan (Mathiassen, 2000, p9). Sedangkan pengertian
sistem menurut McLeod (2001, p11) adalah sekelompok elemen yang terintegrasi
dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Kita dapat membedakan sistem ke dalam dua jenis yaitu sistem terbuka dan
sistem tertutup. Sistem terbuka adalah sebuah sistem yang dihubungkan dengan
lingkungannya melalui arus sumber daya, sedangkan sistem tertutup merupakan sebuah
sistem yang tidak dihubungkan dengan lingkungannya (McLeod, 2001, p12). Contoh
dari sistem terbuka adalah sebuah sistem pemanas yang memperoleh inputnya dari
perusahaan listrik dan menyediakan panas bagi gedung atau ruangan, sedangkan untuk
sistem tertutup hanya terdapat dalam laboratorium yang dikontrol dengan ketat.
Pada umumnya sistem akan menggunakan sumber daya-sumber daya yang
dimiliki, dimana sumber daya ini akan diproses dan menghasilkan output yang
merupakan hasil dari pemrosesan tersebut. Elemen-elemen dasar yang saling
berinteraksi untuk membentuk suatu sistem adalah
• Input (masukan)
Semua komponen atau elemen yang menjadi masukan ke dalam sistem dan akan
mengalami pemrosesan. Contohnya adalah bahan baku, data, sumber daya
manusia.
66
• Process (proses)
Melibatkan kegiatan transformasi yang akan mengubah input menjadi output.
Contohnya adalah proses pemesinan di dalam pabrik, proses analisis data
menjadi informasi.
• Output (keluaran)
Semua elemen yang telah melalui proses transformasi dan dapat lebih berguna
bagi orang yang menggunakannya. Contohnya informasi, barang jadi, jasa.
Selain tiga elemen dasar di atas, masih terdapat dua elemen lain yang terkadang
ditambahkan ke dalam sistem :
• Feedback (umpan balik)
Elemen yang menunjukkan data mengenai keseluruhan performa dari sistem
sehiungga kita dapat menganalisis bagaimana kerja keseluruhan dari sebuah
sistem.
• Control (pengendalian)
Merupakan elemen yang mencakup pengawasan dan evaluasi terhadap sistem,
umumnya dilakukan dengan menggunakan dasar data-data dari feedback,
sehingga kita dapat melakukan perbaikan terhadap sistem apabila performanya
kurang memuaskan.
Sistem yang memiliki elemen control, feedback dan tujuan merupakan sistem
yang melakukan pengendalian terhadap kegiatan sistem tersebut sendiri. Sistem ini
disebut sebagai closed loop system. Model sistem ini dapat dilihat pada gambar berikut
ini:
67
Sumber : McLeod, 2001, p12
Gambar 2.8 Model Closed-Loop System
Sistem yang tidak memiliki elemen control, feedback dan tujuan disebut sebagai
open loop system. Model dari sistem ini dapat dilihat pada gambar yang ada di bawah
ini:
Sumber : McLeod, 2001, p13
Gambar 2.9 Model Open Loop System
Berdasarkan sumber daya yang membentuk suatu sistem, sistem dapat dibagi
menjadi dua yaitu:
• Sistem fisik (physical system) yaitu sistem yang dibentuk dengan menggunakan
sumber daya fisik. Contohnya adalah suatu perusahaan.
• Sistem konseptual (conseptual system) yaitu sistem yang dibentuk dengan
menggunakan sumber daya konsep untuk menggambarkan sistem fisik. Sumber
daya fisik terdiri dari data dan informasi.
68
Definisi informasi menurut McLeod (2001, p15) adalah data yang telah diproses
atau data yang telah memiliki arti, sedangkan definisi informasi menurut O’Brien (2005,
p13) adalah data yang telah dikonversikan sehingga dapat memiliki arti dan berguna
untuk pengguna akhir. Empat dimensi informasi menurut McLeod (2001, p145) adalah
• Relevansi: Informasi memiliki relevansi juga memiliki kaitan langsung dengan
masalah yang ada. Manajer harus mampu memilih informasi yang diperlukan
tanpa membaca seluruh informasi mengenai subyek yang lain.
• Akurasi: Semua informasi harus akurat, tetapi dalam prosesnya peningkatan
ketelitian sistem akan menambah biaya. Karena alasan tersebut, manajer terpaksa
harus menerima ketelitian yang kurang dari sempurna. Berbagai aplikasi yang
melibatkan uang, seperti pembayaran gaji, penagihan, dan piutang menuntut
ketelitian 100 persen. Beberapa aplikasi lain, seperti ramalan ekonomi jangka
panjang dan laporan statistik umumnya masih dapat berguna bila terdapat sedikit
kesalahan.
• Ketepatan waktu: Informasi harus tersedia untuk memecahkan masalah sebelum
sitasi krisis menjadi tidak terkendali atau kesempatan menghilang. Manajer harus
mampu memperoleh informasi yang menggambarkan apa yang sedang terjadi
sekarang dan masa lalu.
• Kelengkapan: Manajer harus mampu memperoleh informasi yang menyajikan
gambaran lengkap dari suatu permsalahan aau penyelesaian. Namun, rancangan
sistem seharusnya tidak menenggelamkan manajer dalam lautan informasi.
Istilah kelebihan informasi (information overload) mengakui adanya bahaya dari
69
informasi yang terlalu banyak. Manajer harus mampu menentukan jumlah
rincian yang diperlukan.
Menurut O’Brien (2005, p7) sistem informasi adalah kombinasi teratur dari
orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang
mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Sistem informasi juga dapat diterjemahkan sebagai suatu sistem yang menerima data
sebagai input dan kemudian melakukan pemrosesan untuk menghasilkan informasi
sebagai output-nya.
CBIS (Computer Based Information System) merupakan sistem informasi
berbasis komputer dimana kombinasi antara hardware, software, sumber daya manusia,
jaringan dan data yang berfungsi melakukan kegiatan input, proses, output mengubah
sumber daya data menjadi output berupa informasi. CBIS terdiri dari lima sistem atau
aplikasi yang menggunakan komputer dalam memproses informasi, yaitu:
• DSS (Decision Support System), yaitu sistem yang menghasilkan informasi yang
berfungsi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
oleh manajer.
• MIS (Management Information System), yaitu sistem informasi yang memiliki
tujuan utama untuk menghasilkan informasi bagi manajemen.
• Knowledge Based System, yaitu sistem yang mencakup ragam sistem dengan
tujuan pengaplikasian intelejensia buatan (artificial intelligence) untuk
kepentingan pengambilan keputusan.
• AIS (Accounting Information System), yaitu sistem yang melakukan pemrosesan
terhadap data-data perusahaan.
70
• Virtual Office, yaitu sistem pengaturan modern bagi pekerjaan di dalam
perusahaan yang dapat dilakukand dengan mudah menggunakan otomatisasi
kantor (office automation) dan aplikasi elektronik lainnya.
Jenis-jenis CBIS ini dapat dikelompokkan berdasarkan level organisasi yang
menggunakannya seperti contohnya TPS (Transaction Processing System) merupakan
level yang paling bawah dan memiliki tugas menangani transaksi-transaksi dalam
perusahaan, MIS (Management Information System) untuk level menengah dan
digunakan untuk menganalisis data TPS dan EIS (Executive Information System) untuk
level atas yaitu untuk membuat keputusan manajer level atas (Turban, 2001, p17).
Sumber daya sistem informasi menurut O’Brien (2005, p37) adalah:
• Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia terdiri dari pengguna akhir dan pakar SI. Pengguna akhir
adalah orang-orang yang akan menggunakan sistem informasi atau informasi
yang dihasilkan sistem tersebut. Pakar SI adalah orang-orang yang
mengembangkan dan mengoperasikan sistem informasi.
• Sumber Daya Hardware
Sumber daya hardware meliputi semua peralatan dan bahan fisikyang digunakan
dalam pemrosesan informasi. Secara khusus, sumber daya ini meliputi tidak
hanya mesin, seperti komputer dan perlengkapan lainnya, tetapi juga semua
media data, yaitu tempat data dicatat, dari lembaran kertas hingga disk magnetis
atau optikal.
71
• Sumber Daya Data
Data merupakan bahan baku mentah sistem informasi yang mencakup angka,
alfabet, maupun karakter lain yang mendeskripsikan transaksi bisnis dan
kejadian lainnya. Termasuk di sini adalah konsep penyimpanan data seperti
database.
• Sumber Daya Software
Sumber daya software meliputi semua rangkaian perintah pemrosesan informasi.
Konsep software ini tidak meliputi tidak hanya rangkaian perintah operasi yang
disebut program, dengan hardware komputer pengendalian dan langsung, tetapi
juga rangkaian perintah pemrosesan informasi yang disebut prosedur yang
dibutuhkan orang-orang.
• Sumber Daya Jaringan
Sumber daya jaringan meliputi teknologi telekomunikasi dan jaringan seperti
internet, intranet, dan ekstranet yang telah menadji hal mendasar pada operasi e-
business dan e-commerce. Konsep sumber daya jaringan menekankan bahwa
teknologi komunikasi dan jaringan adalah komponen sumber daya dasar dari
semua sistem informasi.
72
Software Resources
Programs and Procedures
Sumber : O’Brien (2005, p34)
Gambar 2 10 Komponen Sistem Informasi
Alasan diperlukannya sistem informasi dalam suatu organisasi adalah sebagai
berikut:
• Perkembangan teknologi yang semakin kompleks.
• Semakin pendeknya waktu untuk pengambilan keputusan.
• Lingkungan bisnis yang semakin kompetitif.
• Untuk sinkronisasi aktivitas – aktivitas dalam organisasi sehingga semua sumber
daya dapat dimanfaatkan seefektif mungkin.
• Pengaruh kondisi ekonomi internasional.
• Meningkatnya kompleksitas dari aktifitas bisnis / organisasi.
Dalam suatu organisasi, sistem informasi memiliki beberapa peran dasar yaitu
sistem informasi berusaha memberikan informasi aktual tentang lingkungan dari
organisasi tersebut sehingga organisasi mendapat gambaran yang akurat tentang
lingkungannya. Dalam permasalah aliran informasi, sistem informasi selalu berusaha
agar elemen-elemen di dalam organisasi selalu kompak dan harmonis dimana tidak
73
terjadi duplikasi kerja dan lepas satu sama lain. Melalui hal tersebut dapat dilihat
manfaat dari sistem informasi adalah:
• Memprediksi masa depan
• Melancarkan operasi organisasi
• Menstabilkan beroperasinya organisasi
• Membantu pengambilan keputusan.
• Menjadikan organisasi lebih efisien dan lebih efektif
• Lebih cepat tanggap dalam merespon perubahan
• Mengelola kualitas output
• Memudahkan melakukan fungsi control
2.17 Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek (Object-Oriented
Analysis and Design)
Object-Oriented Analysis and Design adalah suatu metode yang digunakan untuk
menganalisis dan merancang suatu sistem dengan menggunakan pendekatan berorientasi
objek (Mathiassen, 2000, p35). Object memiliki arti suatu entitas yang memiliki
identitas, state dan behavior (Mathiassen, 2000, p4). Pada analisis, identitas objek
.menggambarkan bagaimana seorang user membedakannya dari objek yang lain, dan
behavior objek digambarkan melalui event yang dilakukannya. Pada perancangan,
identitas sebuah objek digambarkan dengan bagaimana cara objek lain mengenalinya
sehingga dapat diakses dan behavior objek digambarkan dengan operation yang dapat
dilakukan objek tersebut dapat mempengaruhi objek lain di dalam sistem. Pendekatan
ini menggunakan objek dan class sebagai konsep utamanya.
74
• Objek
Objek merupakan suatu entitas yang memiliki identitas, state dan behavior.
(Mathiassen, 2000, p4). Misalnya kita memilih barang sebagai suatu objek, maka
barang tersebut harus memiliki identitas, status dan perilaku yang berbeda
dengan objek lain, demikian juga dengan cara pengaksesannya.
• Class
Class merupakan sebuah deskripsi dari sekumpulan objek yang memiliki
struktur, pola behavior dan atribut yang sama (Mathiassen, 2000, p4). Misalnya
sekumpulan class barang mungkin mengandung objek barang yang spesifik,
tetapi class yang sama juga mengandung banyak barang lainnya, dimana masing-
masing objek yang ada di dalamnya memiliki identitas, status dan perilakunya
masing-masing yang unik.
2.18 Keuntungan dan Kerugian dari Object-Oriented Analysis and Design
(OOAD)
Menurut Mathiassen (2000, p5-6) keuntungan dari OOAD adalah sebagai
berikut:
• OOAD menyediakan informasi yang jelas mengenai konteks sistem.
• OOAD dapat mendistribusikan data khusus ke seluruh bagian organisasi serta
dapat menangani data yang seragam dalam jumlah yang besar dengan berfokus
pada kejelasan yang sama, baik pada sistem dan konteks.
• Memberikan hubungan yang erat antara analisis berorientasi objek, perancangan
berorientasi objek, user interface berorientasi objek dan pemrograman
75
berorientasi objek. Dalam analisis, objek digunakan untuk menentukan
kebutuhan sistem, sedangkan dalam perancangan, objek digunakan untuk
mendeskripsikan sistem.
Keunggulan dari OOAD menurut McLeod (2001, p613-614) adalah sebagai
berikut:
• Reusability: merupakan kemampuan untuk menggunakan kembali pengetahuan
dan kode program yang ada, dapat menghasilkan keunggulan saat suatu sistem
baru dikembangkan atau sistem yang ada dipelihara atau direkayasa ulang.
Dengan adanya reusability, biaya pengembangan yang ditanamkan pada suatu
proyek juga akan membawa keuntungan bagi proyek-proyek yang lain.
• Interoperability: merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai
aplikasi dari beberapa sumber, seperti program yang dikembangkan sendiri dan
perangkat lunak jadi, serta menjalankan aplikasi-aplikasi ini di berbagai platform
perangkat keras.
• Kedua hal di atas membawa empat keunggulan kuat yaitu: peningkatan
kecepatan pengembangan, pengurangan biaya pengembangan, kode berkualitas
tinggi dan pengurangan biaya pemeliharaan dan rekayasa ulang sistem.
Selain semua keunggulan yang telah disebutkan di atas, OOAD juga memiliki
beberapa kelemahan. Kelemahan dari OOAD menurut McLeod (2001, p614-615) adalah
sebagai berikut:
• Memerlukan waktu lama untuk memperoleh pengalaman pengembangan.
• Kesulitan metodologiuntuk menjelaskan sistem bisnis rumit.
76
• Kurangnya pilihan peralatan pengembangan yang khusus disesuaikan untuk
sistem bisnis.
2.19 Konsep Dasar dari Object-Oriented Analysis and Design (OOAD)
Terdapat tiga buah konsep dasar dalam proses Object-Oriented Analysis and
Design (OOAD) yaitu:
• Encapsulation
Encapsulation adalah pembungkusan sebuah item menjadi sebuah unit.
Encapsulation atau pemodulan dalam pemrograman berorientasi objek berarti
pengelompokkan data dan fungsi atau method. Pengelompokkan ini berfungsi agar
developer tidak perlu membuat coding untuk fungsi yang sama dan dapat langsung
memanggil fungsi yang telah dibuat sebelumnya.
• Inheritance
Inheritance adalah konsep dimana methods atau atribut dari sebuah class objek
dapat digunakan kembali atau diturunkan oleh objek class lain. Secara sederhana
berarti menciptakan suatu class baru yang memiliki sifat-sifat class induknya
(parent), ditambah dengan karakteristik yang khas dari kelas itu sendiri (child).
• Polymorphism
Polymorphism adalah konsep dimana sebuah objek dapat memiliki berbagai
bentuk, dimana artinya objek yang berbeda dapat menanggapi sebuah pesan
dengan berbagai cara yang berbeda. Polymorphism adalah hasil nyata bahwa objek
dari tipe yang berbeda atau bahkan dari subtipe yang berbeda namun dapat
menggunakan atribut dan operasi yang sama.
77
2.20 Kegiatan Utama dalam Object-Oriented Analysis and Design (OOAD)
Dengan pendekatan Object-Oriented Analysis and Design (OOAD), baik
eksekusi yang sudah ada maupun pengaturan kerja baru dideskripsikan. Pada OOAD
ditekankan adalah sudut pandang dari user. Pada OOAD setidaknya ada dua hal penting
di dalamnya yaitu (Mathiassen, 2000, p135-136):
• OOAD adalah metode untuk menganalisis dan merancang sistem.
Metode harus dilengkapi dengan teori dan metode yang berkaitan dengan
perancangan dari pengaturan proses kerja.
• OOAD adalah metode object oriented.
Jika penting, metode harus dilengkapi dengan metode pengembangan sistem
lainnya yang akan mendukung fokus yang lebih kuat pada penggunaan analisis
dan perancangan..
Dalam penggunaan OOAD menurut Mathiassen (2000, p14-44) terdapat empat
aktivitas utama dan digambarkan seperti berikut ini:
78
Model
Requirement for use
Spesification of architecture
Spesification of component
Problem-domain analysis
Application-domain analysis
Architectural Design
Component Design
Sumber : Mathiassen (2000, p15).
Gambar 2 11 Aktivitas Utama OOAD
Dalam prakteknya sebelum kita memulai keempat kegiatan utama dalam OOAD,
terlebih dahulu kita melakukan langkah-langkah pendahuluan. Beberapa langkah yang
dilakukan adalah mengumpulkan ide-ide yang akan dikembangkan berdasarkan pada
pemahaman terhadap masalah yang sedang dihadapi, solusi-solusi yang mungkin
diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut, dan lain-lain. Hasil dari langkah
pendahuluan ini adalah system definition yaitu deskripsi singkat dari sistem komputer
dalam natural language. System definition menjelaskan mengenai konteks sistem,
informasi yang harus ada di dalam sistem, fungsi-fungs i yang harus dimiliki, dimana
akan digunakan dan kondisi serta batasan yang harus diperhatikan.
79
Dalam pembuatan system definition, kita harus memperhatikan pendekatan
kriteria FACTOR untuk dapat melengkapi informasi yang terkandung dalam definisi
sistem yang akan dibuat. Dengan menggunakan pendekatan FACTOR, system definition
akan berisi tentang (Mathiassen, 2000, p39-40):
• Functionality: Fungsi yang dimiliki sistem yang akan membantu kegiatan yang
dilakukan dalam application domain.
• Application Domain: Bagian dari organisasi yang akan mengawasi,
mengendalikan problem domain.
• Condotions: Kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan.
• Technology: Teknologi yang akan digunakan baik dalam pengembangan sistem
dan teknologi yang mendukung pengoperasian dari sistem.
• Objects: Objek utama dalam problem domain.
• Responsibility: Tanggung jawab dari sistem dalam hubungan dengan konteks
sistem itu sendiri.
Setelah melakukan langkah pendahuluan, kita akan melakukan empat kegiatan
utama dalam OOAD. Masing-masing kegiatan utama dalam OOAD adalah (Mathiassen,
2000, p14-15):
80
• Analisis Problem Domain.
Sumber : Mathiassen (2000, p46)
Gambar 2.12 Aktivitas Analisis Problem Domain
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi dan memodelkan
problem domain. Problem domain adalah bagian dari konteks yang diatur,
diawasi, dan dikendalikan oleh sistem (Mathiassen, 2000, p45). Hasil dari
analisis problem domain adalah model sistem yang berisi informasi mengenai
kebutuhan sistem. Model adalah deskripsi dari class, objek, struktur dan
behavior di dalam problem domain. Dalam kegiatan ini dapat dibagi menjadi tiga
aktivitas utama, yaitu memilih class, objek dan event yang menjadi elemen
model, membangun hubungan di antara class dan objek, dan menentukan
properti dari atribut masing-masing class. Aktivitas utama dari problem domain
analysis menurut Mathiassen (2000, p48) adalah:
Classes
Class adalah deskripsi dari sekumpulan objek yang memiliki struktur, pola
behavior dan atribut yang sama (Mathiassen, 2000, p49). Hasil dari aktivitas
ini adalah berupa event table yang menunjukkan class yang dipilih dan event-
81
event yang berhubungan dengan class tersebut. Menurut Mathiassen (2000,
p55) terdapat tiga subaktivitas di dalam kegiatan ini, yaitu:
Menentukan kandidat class
Langkah ini merupakan kunci utama dalam menentukan problem
domain. Pada umumnya cara mencarinya adalah dengan mencari
sebanyak-banyaknya kata benda yang terdapat dalam rich picture,
ataupun system definition.
Menentukan kandidat event
Selain class, event juga merupakan bagian penting dalam problem
domain. Cara untuk mencari event adalah dengan mencari sebanyak-
banyaknya kata kerja yang berkaitan dengan behavior dari objek yang
telah terpilih
Mengevaluasi dan memilih secara sistematik
Jika daftar class dan event yang ditentukan telah lengkap, maka kita
akan mengevaluasinya secara sistematik. Kriteria umum yang
digunakan dalam proses evaluasi adalah sebagai berikut:
o class dan event ada dalam system definition
o class dan event relevan untuk problem domain
Structure
Pada aktivitas ini, kita melakukan pendefinisian terhadap class dan objek yag
ada dalam problem domain. Konsep hubungan struktural yang digunakan
dalam langkah ini, yaitu:
Class Structure
o Generalization Structure
82
Pada generalization, class-class umum menjelaskan properties
dari suatu grup class yang khusus
o Cluster Structure
Pada cluster, class-class yang saling berhubungan dikelompokkan
ke dalam satu kelompok.
Object Structure
o Aggregation Structure
Pada aggregation, kita mendefinisikan superior objek yang
mengandung beberapa objek.
o Association Structure
Pada association, kita menunjukkan relasi yang penting di antara
objek-objek. Hasil dari aktivitas ini adalah class diagram dengan
class-class dan struktur-struktur..
Behavior
Aktivitas ini mendeskripsikan properti yang dinamik dan atribut dari setiap
class yang dipilih. Konsep dari behavior (Mathassen, 2000, p89) adalah
sebagai berikut:
Event Trace
Event Trace adalah serangkaian kejadian yang melibatkan objek
tertentu
Behavioral Pattern
Behavior Pattern adalah deskripsi dari penelusuran event yang mungkin
untuk seluruh objek di dalam class.
83
Attribute
Attribute adalah deskripsi dari properti sebuah class atau sebuah event.
Hasil dari aktivitas ini adalah behavior pattern dan atribut bagi class-
class di dalam class diagram.
• Analisis Application Domain.
Sumber: Mathiassen (2000, p117)
Gambar 2.13 Aktivitas Analisis Application Domain
Tujuan dari kegiatan ini adalah menentukan kebutuhan penggunaan sistem.
Application domain adalah sebuah organisasi yang mengatur, mengawasi dan
mengendalikan problem domain. Application domain berfokus pada fungsi dan
interface dari sistem dan bagaimana suatu sistem akan digunakan oleh user.
Aktivitas utama dalam application domain analysis menurut Mathiassen (2000,
p117) adalah :
Usage
Menurut Mathiassen (2000, p119-120) kegiatan usage merupakan kegiatan
pertama dalam analisis application domain. Pada kegiatan ini kita
menggambarkan bagaimana aktor akan berinteraksi dengan sistem. Yang
dimaksud dengan aktor adalah penggambaran dari user maupun sistem lain
84
yang akan berinteraksi dengan sistem tersebut. Pada aktivitas ini kita akan
menggambarkan interaksi antara sistem dengan aktornya di dalam use case.
Use case adalah pola interaksi antara sistem dengan aktor di dalam
application domain. Use case ini pada umumnya digambarkan dalam bentuk
diagram. Selain dalam bentuk diagram, use case juga dapat digambarkan
menggunakan use case specification yang menjelaskan use case secara
singkat dan jelas. Hasil dari aktivitas ini merupakan deskripsi semua use case
dan aktornya.
Function
Pada kegiatan ini kita menjelaskan bagaimana kemampuan dari proses dan
informasi dalam sistem. Function adalah fasilitas untuk membuat sebuah
model berguna untuk aktor. Tujuan dari function adalah menentukan
kemampuan sistem untuk memproses informasi. Cara untuk mengidentifikasi
function adalah dengan melihat deskripsi problem domain yang dinyatakan
dalam class dan event, dan melihat deskripsi application domain yang
dinyatakan dalam use case. Hasil dari aktivitas ini berupa daftar lengkap dari
function dengan spesifikasi dari function yang kompleks. Function memiliki
empat tipe berbeda yaitu:
Update
Fungsi ini diaktifkan oleh event problem domain dan menghasilkan
perubahan status model.
85
U pd a te*
I F MA D
P D
*
Gambar 2 14 Fungsi Update
Signal
Fungsi ini diaktifkan oleh perubahan status model dan menghasilkan
reaksi di dalam konteks.
S ig na l
*
I F MAD
PD
Gambar 2.15 Fungsi Signal
Read
Fungsi ini diaktifkan oleh kebutuhan aktor akan informasi dan
menghasilkan tampilan model sistem yang relevan.
R e ad
*
I F MA D
P D
Gambar 2.16 Fungsi Read
Compute
Fungsi ini diaktifkan oleh kebutuhan aktor akan informasi dan berisi
perhitungan yang dilakukan baik oleh aktor maupun oleh model. .
86
Gambar 2 17 Fungsi Compute
Interface
Pada kegiatan ini menggambarkan interface dari sistem yang akan dibuat.
Interface adalah fasilitas yang memungkinkan model sistem dan function
dapat digunakan oleh user. User interface adalah sebuah interface yang
dibuat untuk digunakan oleh user, sedangkan system interface adalah suatu
interface yang dibuat untuk digunakan oleh sistem lainnya. Sebuah user
interface yang baik harus dapat beradaptasi dengan pekerjaan dan
pemahaman user terhadap sistem. Kualitas interface pengguna ditentukan
oleh kegunaan atau usability interface tersebut bagi pengguna. Usability
bergantung pada siapa yang menggunakan dan situasi pada saat sistem
tersebut digunakan. Oleh sebab itu, usability bukan sebuah ukuran yang pasti
dan objektif. Kegiatan analisis user interface ini berdasarkan pada hasil dari
kegiatan analisis lainnya, seperti model problem domain, kebutuhan
functional dan use case. Hasil yang diperoleh dari aktivitas ini adalah:
User Interface
Berupa dialogue style dan bentuk presentasi, elemen-elemen dalam
user interface, windows diagram yang dipilih dan navigation diagram.
Compute
*I F M
AD
PD
87
System Interface
Berupa class diagram untuk peralatan eksternal dan protokol untuk
berinteraksi dengan sistem lainnya..
• Architectural Design.
Sumber: Mathiassen (2000, p176)
Gambar 2.18 Aktivitas Architectural Design
Tujuan dari kegiatan ini adalah mengatur ulang struktur sebuah sistem yang
terkomputerisasi. Architectural design memiliki fungsi sebagai kerangka kerja
dalam aktivitas pengembangan sistem dan mengjasilkan struktur komponen dari
proses sistem. Aktivitas utama dalam architectural design menurut Mathiassen
(2000, p176) adalah :
Criteria
Pada kegiatan ini, kita mendefinisikan kondisi dan rancangan seperti apakah
yang digunakan pada perancangan. Kondisi adalah peluang dan batasan
teknikal, organisasional dan manusia yang terlibat dalam pelaksanaan tugas.
Criteria yang digunakan dalam menentukan kualitas dari software yang akan
dibuat ditunjukkan melalui tabel di bawah ini:
88
Tabel 2.3 Criteria untuk Menentukan Kualitas Software
Sumber: Mathiassen (2000, p178)
Criterion Ukuran
Usable Kemampuan sistem beradaptasi dengan konteks teknikal dan
organisasional.
Secure Pencegahan akses ilegal terhadap data dan fasilitas
perusahaan
Efficient Eksploitasi ekonomis dari fasilitas technical platform
Correct Kesesuaian dengan kebutuhan
Reliable Fungsi dapat dijalankan secara tepat
Maintainable Biaya untuk mencari dan memperbaiki kerusakan sistem
Testable Biaya untuk menjamin bahwa sistem melakukan fungsinya
Flexible Biaya memodifikasi sistem
Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk memahami sistem
Reusable Penggunaan bagian dari sistem ke dalam sistem lain yang
berkaitan
Portable Biaya memindahkan sistem ke technical platform lain
Interoperable Biaya pemasangan sistem dengan sistem lain
Terdapat tiga kriteria dasar yang harus dimiliki dalam perancangan OOAD
menurut Mathiassen (2000, p179) yaitu:
Usability: menjelaskan bahwa kualitas sistem yang paling baik adalah
bergantung pada bagaimana sistem dapat bekerja memenuhi konteks
dari sistem tersebut.
89
Flexibility: menjelaskan bahwa arsitektur sistem harus mampu
mengakomodasi perubahan secara menyeluruh dan kondisi teknisnya.
Comprehensibility: menjelaskan bahwa dengan semakin
berkembangnya kompleksitas dari sistem komputer, model dan
deskripsi harus mudah dimengerti.
Component
Pada kegiatan ini, kita mendefinisikan bagaimana sebuah sistem dibangun
menjadi komponen. Arsitektur komponen adalah struktur sistem dari
komponen yang saling terkait, sedangkan komponen merupakan kumpulan
dari bagian program yang mencakup keseluruhan tanggung jawab. Pola-pola
arsitektur komponen antara lain:
Layered Architecture Pattern
Generic Architecture Pattern
Client-Server Architecture Pattern
Hasil dari kegiatan ini adalah component diagram berupa class diagram yang
dilengkapi dengan spesifikasi komponen yang kompleks.
Processes
Pada kegiatan ini, kita menjelaskan strukturisasi fisik dari sistem. Arsitektur
proses adalah struktur sistem eksekusi yang terdiri dari proses-proses yang
saling tergantung satu sama lain. Dalam aktivitas ini, kita juga menentukan
pola distribusi yang sesuai dengan model sistem. Pola-pola distribusi yang
ada antara lain:
Centralized Pattern
Distributed Pattern
90
Decentralized Pattern
Hasil dari kegiatan ini adalah deployment diagram yang menunjukkan
processor dengan komponen program dan active objects..
• Component Design.
Sumber: Mathiassen (2000, p232)
Gambar 2.19 Aktivitas Component Design
Komponen adalah sekumpulan bagian program yang membentuk suatu
keseluruhan dan memiliki tanggung jawab yang jelas. Tujuan dari kegiatan ini
adalah untuk menentukan implementasi dari kebutuhan dalam sebuah kerangka
arsitektur. Aktivitas utama dalam component design menurut Mathiassen (2000,
p232) adalah :
Model Component
Model component merupakan bagian dari sistem yang mengimplementasikan
model dari problem domain. Dengan kata lain, model component
menggambarkan model dari problem domain dan bertujuan menyampaikan
data saat ini pada saat ini atau yang telah lalu kepada function, interface, dan
91
ke pengguna maupun sistem yang lain. Melalui kegiatan ini, dapat dihasilkan
class diagram yang telah direvisi (revised class diagram).
Function Component
Function component merupakan bagian dari sistem yang
mengimplementasikan kebutuhan fungsional. Tujuan dari function
component adalah memberikan kepada user interface dan komponen dari
sistem lain untuk dapat mengakses model. Sebuah function menggambarkan
secara eksternal behavior yang dapat diamati secara langsung dan
mempunyai arti bagi pekerjaan user. Hasil dari kegiatan ini adalah class
diagram dengan operasi dan fungsi-fungsinya. Terdapat empat pola
eksplorasi di dalam function component yaitu:
Model-Class Placement
Function-Class Placement
Startegy
Active Function
Connecting Component
Connecting component merupakan bagian dari sistem yang menghubungkan
komponen-komponen dari sistem. Dalam connecting component terdapat dua
konsep yaitu:
Coupling
Coupling merupakan ukuran untuk mengukur berapa dekat hubungan di
antara dua kelas atau komponen. Coupling memiliki sifat yang
merugikan sehingga sebaiknya diminimalisasi.
92
Cohession
Cohession nerupakan ukuran untuk mengukur seberapa baik ikatan dari
sebuah class atau komponen. Cohession memiliki sifat yang
menguntungkan sehingga sebaiknya penggunaannya dalam rancangan
class harus tinggi.
2.21 Unified Modelling Language (UML).
2.21.1 Sejarah UML
Pada akhir tahun 1980-an dan pada awal tahun 1990-an, sudah terdapat metode
pemodelan berorientasi objek yang digunakan oleh industri-industri, di antaranya adalah
Booch Method, Object Modeling Technique (OMT) yang diperkenalkan oleh James
Rumbaugh, dan Object-Oriented Software Engineering (OOSE) yang diperkenalkan
oleh Ivar Jacobson. Keberadaan metode yang beragam tersebut justru menimbulkan
masalah utama dalam pengembangan berorientasi objek, karena dengan banyaknya
metode tersebut akan membatasi kemampuan untuk berbagi model antar proyek dan
antar tim pengembang. Kesulitan dalam berbagi tersebut disebabkan karena perbedaan
konsep dalam tiap metode pemodelan sehingga akan menghambat komunikasi antar
anggota tim dengan user sehingga menyebabkan munculnya banyak kesalahan atau
error dalam proyek. Karena masalah-masalah tersebut, maka standarisasi diperlukan
dalam penggunaan bahasa pemodelan.
Pada tahun 1994, Grady Booch dan James Rumbaugh bekerja sama dan berusaha
menyatukan metode pengembangan berorientasi objek yang mereka perkenalkan dengan
tujuan untuk menciptakan sebuah sistem pengembangan berorientasi objek yang standar.
Pada tahun 1995, Ivar Jacobson ikut bergabung dan ketiganya memusatkan perhatian
93
untuk menciptakan bahasa pemodelan yang standar dan tidak lagi memusatkan
perhatiannya pada metode atau pendekatan berorientasi onjek. Berdasarkan pemikiran
ketiga tokoh tersebut, pada tahun 1997 bahasa pemodelan objek standar Unified
Modeling Language (UML) versi 1.0 mulai diperkenalkan kepada masyarakat luas.
UML bukan merupakan metode untuk mengembangkan sistem, tetapi hanya
merupakan notasi yang diterima dengan luas sebagai bahasa pemodelan objek yang
standar. Object Management Group (OMG) mengadopsi UML pada bulan November
1997 dan sejak saat itu terus dikembangkan berdasarkan kebutuhan industri. Pada tahun
2004, diluncurkan UML versi 1.4 dan pada saat itu OMG telah merencanakan
pengembangan UML versi 2.0.
2.21.2 Notasi UML
Notasi (Mathiassen, 2000, p237) adalah bahasa tekstual dan graphical untuk
menggambarkan sebuah sistem dan konteksnya yang diformalisasikan secara terpisah.
Tujuan dari notasi UML adalah untuk menyederhanakan komunikasi dan dokumentasi.
2.21.3 Class Diagram
Class Diagram menggambarkan hubungan struktur objek dari sistem. Class
diagram menunjukkan class objek yang membentuk sistem dan hubungan struktural di
antara class (Mathiassen, 2000, p336). Terdapat tiga hubungan antar class yang biasa
digunakan dalam class diagram yaitu:
• Asosiasi
Asosiasi merupakan hubungan antara dua objek atau class. Hubungan ini
menggambarkan apa yang perlu diketahui oleh sebuah class mengenai class
94
lainnya. Hubungan ini memungkinkan sebuah objek atau class mereferensikan
objek atau class lain dan saling mengirimkan pesan.
Gambar 2.20 Contoh Hubungan Asosiasi
• Generalisasi atau Spesialisasi
Dalam hubungan generalisasi, terdapat dua jenis class, yaitu class supertype dan
class subtype. Class supertype atau class induk memiliki atribut dan behavior yang
umum dari hirarki tersebut. Class subtype atau class anak memiliki atribut dan
behavior yang unik dan juga memiliki atribut dan behavior milik class induknya.
Class induk merupakan generalisasi dari class anaknya, sedangkan class anak
merupakan spesialisai dari class induknya.
Gambar 2.21 Contoh Hubungan Generalisasi
• Agregasi
Agregasi merupakan hubungan yang unik dimana sebuah objek merupakan bagian
dari objek lain. Hubungan agregasi tidak simetris dimana jika objek B merupakan
bagian dari objek A, namun objek A bukan merupakan bagian dari objek B. Pada
95
hubungan ini, objek yang menjadi bagian dari objek tertentu tidak akan memiliki
atribut atau behavior dari objek tersebut.
Gambar 2.22 Contoh Hubungan Agregasi
2.21.4 Statechart Diagram
Statechart diagram merupakan diagram yang memodelkan perilaku dinamis dari
objek dalam sebuah class spesifik yang berisi state dan transition (Mathiassen, 2000,
p341). Statechart diagram mengilustrasikan siklus hidup dari objek yaitu berbagai status
yang dimiliki objek dan event yang menyebabkan status suatu objek berubah menjadi
status lain. Statechart diagram dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut:
• Mengidentifikasi initial dan final state.
• Mengidentifikasi status objek selama masa hidup objek tersebut.
• Mengidentifikasi event pemicu perubahan status objek.
• Mengidentifikasi jalur perubahan status.
96
Sumber: Mathiassen (2000, p425)
Gambar 2.23 Contoh Statechart Diagram
2.21.5 Use Case Diagram
Use Case diagram mendeskripsikan fungsi secara grafis hubungan antara aktor
dan use case. (Mathiassen, 2000, p343). Penjelasan use case biasa ditambahkan untuk
menghentikan langkah-langkah interaksi.
97
Sumber : Mathiassen (2000, p129)
Gambar 2.24 Contoh Use Case Diagram
2.21.6 Sequence Diagram
Sequence Diagram mendeskripsikan interaksi di antara objek yang diatur
berdasarkan urutan waktu (Bennet, 2006, p253). Sequence diagram dapat digambarkan
dalam berbagai tingkat kedetilan yang berbeda-beda untuk memenuhi tujuan yang
berbeda-beda pula dalam daur hidup pengembangan sistem. Sequence diagram yang
paling umum digunakan untuk menggambarkan interaksi yang terjadi pada sebuah use
case atau sebuah operation.
98
Gambar 2.25 Contoh Sequence Diagram
2.21.7 Navigation Diagram
Navigation Diagram merupakan suatu bentuk statechart diagram yang
memfokuskan pada user interface (Mathiassen, 2000, p344). Navigation diagram
menunjukkan window-window dan transisi di antara window tersebut. Sebuah window
digambarkan sebagai sebuah state. State ini memiliki nama dan gambar miniatur
window. Transisi yang terjadi dipacu karena adanya ditekannya salah satu tombol yang
menghubungkan sebuah window ke window lainnya.
99
2.21.8 Component Diagram
Component Diagram merupakan diagram implementasi yang digunakan untuk
menggambarkan arsitektur fisik dari sebuah sistem. Diagram ini menunjukkan
bagaimana coding pemrograman terbagi menjadi komponen dan juga ketergantungan di
antara komponen-komponen tersebut.
Sumber: Mathiassen (2000, p201)
Gambar 2.26 Contoh Component Diagram
100
2.21.9 Deployment Diagram
Deployment Diagram juga merupakan diagram implementasi yang
menggambarkan arsitektur fisik dari sistem. Yang membedakan deployment diagram
dan component diagram adalah deployment diagram tidak hanya menggambarkan
arsitektur fisik software saja, tetapi juga software dan hardware. Diagram ini
menggambarkan komponen, software, prosesor, dan peralatan lainnya yang digunakan
oleh sistem. Menurut Mathiassen (2000, p340) deployment diagram menunjukkan
konfigurasi sistem dalam bentuk prosesor dan objek yang terhubung ke prosesor
tersebut.
Setiap kotak dalam deployment diagram menggambarkan sebuah node yang
menunjukkan hardware. Hardware dapat berupa PC, mainframe, printer, ataupun
sensor. Software yang terdapat di dalam node digambarkan dengan simbol komponen.
Garis menghubungkan node menunjukkan jalur komunikasi antar peralatan.
101
Sumber: Mathiassen (2000, p217)
Gambar 2.27 Contoh Deployment Diagram
102
2.22 Spesifikasi Analisis dan Perancangan Sistem Berorientasi Objek
Tabel 2.4 Spesifikasi OOAD
Sumber: Mathiassen (2000, p201)
Focus Designation Content
System
Users
Process
Structure
System Definition
Actor Specification
Use-case Specification
Component Specification
Deskripsi yang jelas dan tepat dari
sebuah solusi yang
terkomputerisasi.
Seorang aktor dalam konteks
sistem yang dijelaskan dengan
tujuan, karakteristik dan contoh.
Deskripsi dari interaksi umum
antara aktor dan sistem yang
dijelaskan dengan aksi-aksi yang
dilakukan aktor dan hasil dari
sistem.
Rincian tanggung jawab,
ketergantungan, hubungan
konteks komponen.
103
2.22.1 Notasi yang Digunakan dalam Class Diagram
Tabel 2.5 Notasi Class Diagram
Class1
Class
Menjelaskan kumpulan objek dengan
structure, behavior dan relationship yang
serupa. Class ini terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu nama class dibagian atas,
atribut di bagian tengah, serta operasi di
bagian bawah.
Association
Association menggambarkan adanya
hubungan antara dua class atau lebih.
1 1..*
Multiplicity
Penempatan notasi multiplicity ini dekat
akhir dari asosiasi. Simbol – simbol ini
mengindikasikan sejumlah instances dari
suatu class yang terhubung ke satu
instances dari class lain.
104
Tabel 2.5 Notasi Class Diagram (Lanjutan)
Generalization
Generalization sering disebut “ adalah
sebuah “. Ini mengacu pada sebuah
hubungan antara dua class dimana satu
class merupakan versi khusus dari yang
lain.
1
*
Composition atau Aggregation
Composition adalah tipe khusus dari
aggregation yang menunjukkan hubungan
yang kuat antara the “whole” class dan
the “part” class lainnya. Composition
digambarkan dengan wajib terisi.
105
2.22.2 Notasi yang Digunakan dalam Statechart Diagram
Tabel 2.6 Notasi State Chart Diagram
State
States
States menggambarkan situasi selama
hidup sebuah objek.
Transition
Sebuah gambar anak panah
menggambarkan path antara states yang
berbeda dari sebuah objek.
Initial State
Menggambarkan status dari sebuah objek
sebelum peristiwa apapun termasuk
diagram yang melakukannya.
Final States
Menggambarkan penyelesaian aktivitas di
dalam penutupan status atau status
tindakan.
106
2.22.3 Notasi yang Digunakan dalam Deployment Diagram
Tabel 2.7 Notasi Deployment Diagram
Node1
Processor
Processor adalah sebuah unit yang dapat
membentuk proses.
Interface
Sebuah interface menggambarkan sebuah
grup dari operasi yang digunakan atau dibuat
oleh komponen.
Program Component
Program Component
Program component adalah komponen yang
koheren yang menawarkan fasilitas – fasilitas
tertentu bagi komponen lain dan dicirikan oleh
sebuah interface yang dibuat dari class dan
operation yang diimplementasikan oleh
komponen tersebut.
Dependency
Suatu hubungan antara dua elemen yang
mengindikasikan bahwa perubahan kepada
sumber elemen dapat menyebabkan perubahan
dalam target elemen.
107
2.22.4 Notasi yang Digunakan dalam Use Case Diagram
Tabel 2.8 Notasi Use Case Diagram
System
System Boundary
Adalah suatu batas yang mengelilingi use
case yang menandai adanya sistem itu.
UseCase1
Use Case
Menggambarkan satu set peristiwa yang
terjadi ketika aktor menggunakan suatu
sistem untuk melengkapi suatu proses.
Actor1
Actors
Menggambarkan suatu peran yang
berhubungan dengan sistem atau mewakili
suatu peran yang dimainkan oleh suatu
objek diluar.
Relationship
Menggambarkan hubungan antara actor
dengan sebuah use case dengan garis yang
sederhana.
<<Include>>
Merupakan hubungan antara use case
dimana terdapat beberapa use case yang
memiliki kesamaan dan hubungan ini
digunakan untuk menghindari use case.
108
Tabel 2.8 Notasi Use Case Diagram (Lanjutan)
<<Extend>>
Merupakan hubungan antara use case yang
menggambarkan sebuah variasi pada
behaviour normal dan supaya digunakan
bentuk yang lebih mudah dengan
mendeklarasikan extention parts dalam use
case dasar.