bab 2 landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2012-1-00630-sk...

36
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum Pada teori umum ini, peneliti telah memilih beberapa teori umum, Seperti : 1. Teori Mikrokontroler ATMega16 2. Teori Energi dan Daya Listrik 3. Teori motor servo 4. Teori Sensor Suhu LM35 5. Teori Sensor Kelembaban HSM20G Pemilihan teori di atas nantinya yang akan membantu dalam perancangan pada bab selanjutnya, maka itu, peneliti akan menjabarkannya secara lebih terperinci yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. 2.1.1 Teori Mikrokontroler ATMega16 Kontrol utama dari keseluruhan sistem pada Proyek Akhir ini adalah mikrokontroler ATMega16. Menurut buku “Pemprograman Mikrokontroler AVR ATMEGA16” karangan Heri Andrianto, AVR mempunyai 32 register general-purpose, timer/counter fleksibel dengan mode compare, interrupt internal dan eksternal, serial UART, programmable Watchdog Timer, dan mode power saving. Beberapa dari mikrokontroler atmel AVR mempunyai

Upload: nguyenminh

Post on 01-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum

Pada teori umum ini, peneliti telah memilih beberapa teori umum,

Seperti :

1. Teori Mikrokontroler ATMega16

2. Teori Energi dan Daya Listrik

3. Teori motor servo

4. Teori Sensor Suhu LM35

5. Teori Sensor Kelembaban HSM‐20G

Pemilihan teori di atas nantinya yang akan membantu dalam perancangan pada

bab selanjutnya, maka itu, peneliti akan menjabarkannya secara lebih terperinci

yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini.

2.1.1 Teori Mikrokontroler ATMega16

Kontrol utama dari keseluruhan sistem pada Proyek Akhir ini adalah

mikrokontroler ATMega16. Menurut buku “Pemprograman Mikrokontroler

AVR ATMEGA16” karangan Heri Andrianto, AVR mempunyai 32 register

general-purpose, timer/counter fleksibel dengan mode compare, interrupt

internal dan eksternal, serial UART, programmable Watchdog Timer, dan

mode power saving. Beberapa dari mikrokontroler atmel AVR mempunyai

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

 

 

 

ADC internal dan PWM internal. AVR juga mempunyai In Sistem

Programmable Flash on-chip yang mengijinkan memori program untuk

diprogram berulang-ulang dalam sistem menggunakan hubungan serial SPI.

Kelebihan dari ATMega16 sehingga digunakan sebagai kontrol utama adalah

sebagai berikut :

• Mempunyai performa yang tinggi (berkecepatan akses maksimum 16MHz)

dan hemat daya karena sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 siklus

clock.

• Memori untuk program flash cukup besar yaitu 8K Byte

• Memori internal SRAM sebesar 1K Byte

• EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi

• Port komunikasi SPI

• Komunikasi serial standar USART

• Tersedia 3 chanel PWM

Tersedia 3 chanel timer/counter (2 untuk 8 bits dan 1 untuk 16 bits)

Untuk pemograman mikrokontroler AVR dapat menggunaka low level language

(assembly) dan high level language (C, Basic, Pascal, Java, Dll) tergantung

compiler yang digunakan. Bahasa assembler mikrokontroler AVR memiliki

kesamaan instruksi.

Fitur – Fitur yang dimiliki ATMEGA16 adalah sebagai berikut :

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

 

 

 

1. Mikrokontroler AVR 8 bit yang memiliki kemampuan tinggi, dengan daya

rendah

2. Arsitektur RISC dengan throughput mencapai 16 MIPS pada frekuensi

16MHz.

3. Memiliki kapasitas Flash memori 16 Kbyte, EEPROM 512 byte dan SRAM

1KByet

4. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D.

5. CPU yang terdiri atas 32 buah register.

6. Unit interupsi internal dan eksternal.

7. Port USART untuk komunikasi serial.

8. Fitur peripheral.

- Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan.

2(dua) buat Timer/Counter 8 bit dengan Prescaler terpisah

dan Mode Compare

1(satu) buah Timer/Counter 16 bit dengan Prescalar

terpisah, Mode Compare, dan Mode Capture

- Real Time Counter dengan Oscillator tersendiri

- 4 Channel PWM

- 8 Channel, 10 bit ADC

8sigel-ended Chanel .

7 Differential Chanel hanya pada kemasan TQFP.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

10 

 

 

 

2 Differential Chanel dengan Programmmable Gain 1x,

10x, atau 200x.

Byte-Oriented Two-wire Serial Interface.

Proframmable Serial USART.

Antarmuka SPI.

Watchdog Timer dengan Oscillator internal.

On-Chip Analog Comparator.

Gambar 2.1 Konfigurasi Pin

1. Vcc merupakan pin yang berfungsi sebagai masukan catu daya.

2. GND merupakan pin Ground.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

11 

 

 

 

3. Port A(PAo..PA7) merupakan pin input/output dua arah dan pin

amsukan ADC.

4. Port B(PBo..PB7) merupakan pin input/output dua arah dan pin fungsi

khusus

Pin Fungsi Khusus

PB7 SCK(SPI Bus Serial)

PB6 MSI(SPI Bus Master InputSlave Output)

PB5 MISO(SPI Bus Master OutputSlave Input)

PB4 SS (SPI Slave Selection input)

PB3 AIN1(Analog Comparator Negative Input)

OC0(TimerCounter Output Compare Match Output)

PB2 AIN0(Analog Comparator Positive input)

INT2(External Interup 2 input)

PB1 T1(Timer/Counter External Counter input)

PB0 T0 T1(Timer/Counter0 External Counter input)

XCK (USART Extrernal clock input/output)

Tabel 2.1 Fungsi Khusus Port B

5. Port C(PCo...PC7) merupakan pin input/output dau arah dan pin

fungsi khusus

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

12 

 

 

 

Pin Fungsi Khusus

PC7 TOSC2(Timer Oscillator Pin2)

PC6 TOSC1(Timer Oscillator Pin2)

PC5 TDI(JTAG Test Data In)

PC4 TDO(JTAG Test Data Out)

PC3 TMS(JTAG Test Mode Select)

PC2 TCK(JTAG Test Clock)

PC1 SDA(Two-wire Serial Bus Date Input /Outpur Line)

PC0 SCL(Two-wire Serial Bus Clock Line)

Tabel 2.2 Fungsi Khusus Port C

6. Port C(PDo...PD7) merupakan pin input/output dau arah dan pin

fungsi khusus

Pin Fungsi Khusus

PD7 OC2(Timer/Counter2 Output Compare Match Ouput)

PD6 ICP(Timer/Counter1 Input Captur Pin)

PD5 OC1A(Timer/Counter1 Output Compare A Match Output)

PD4 OC1B(Timer/Counter1 Output Compare B Match Output)

PD3 INT1(External Interrup 1 input )

PD2 INT1(External Interrup 2 input )

PD1 TXD(USART Output Pin)

PD0 RXD(USART input Pin)

Tabel 2.3 Fungsi Khusus Port D

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

13 

 

 

 

7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset

mikrokontroler

8. Xtal1 dan Xtal2 merupakan pin masukan clock ekternal

9. AVCC merupakan pin masukan Clock tegangan untuk ADC.

10. AREF merupakan pin masukan tengangan referensi ADC.

2.1.1.1 Arsitekur Mikrokontroler AVR RISC

AVR menggunakan arsitektur Harvad dengan memisahkan antara

memori dan bus untuk program dan data untuk memaksimalkanya

kemampuan dan kecepatan. Instruksi dalam memori program

dieksekusi dengan pipelining single level. Di mana ketika satu

instruksi dieksekusi, instruksi berikutnya diambil dari memori

Program

Gambar 2.2 Arsitecture Mikrokontroler AVR RICS

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

14 

 

 

 

2.1.1.2 General Purpose Register AVR

Gambar dibawah ini menunjukan struktur 32 general purpose

register yang terdapat dalam CPU, masing – masing register

ditentukan juga dalam alamat memori data dan di petakan dalam

32 data pertama data user. Pengaturan ini memberikan

flexisibilitas dakan mengakses register, seperti register pointer

X,Y dan Z dapat diset menuju index dari register file manapun.

Gambar 2.3 General Purpose Register AVR

2.1.1.3 Stack Pointer

Stack biasanya digunakan untuk menyimpan data sementara,

untuk menyimpan variable local dan untuk menyimpan return

addres setelah interrupt dan pemanggilan subrutin. Stack pointer

selalu menunjuk ke puncak stack. Stack diimplementasi mulai

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

15 

 

 

 

dari lokasi memori tertinggi ke lokasi memori terendah, sehingga

perintah PUSH akan mengurangi stack Pointer.

Gambar 2.4 Stack Pointer

2.1.1.4 Peta Memori AVR ATMEGA16

Arsitektur AVR mempunyai dua memori utama, yaitu memori

data dan memori program. Selain itu ATmega16 memiliki memori

EEPROM untuk penyimpanan data ini juga yang digunakan

penulis untuk menyimpan data suhu dan kelembapan serta waktu ,

ATMEGA 16 memiliki 16K byte On chip In-system

Reprogrammable Flash memory untuk menyimpan program.

Karena semua instruksi AVR memiliki format 16 atau 32 bit, Flash

diatur dalam 8K x 16 bit. Untuk keamanan program, memori

program, flash dibagi kedalam dua bagian, yaitu bagian program

Boot dan aplikasi. Bootloader adalah program kecil yang bekerja

pada saat start up time yang dapat memasukan seluruh program

aplikasi ke dalam memori prosesor.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

16 

 

 

 

Gambar 2.5 Peta Memori Program AVR

Memori data AVR ATMEGA 16 terbagi menjadi 3 bagian, yaitu

32 buah register umum 64 buah register I/O dan 1 Kbyte SRAM internal.

General Perpuse Register menempatkan alamat data terbawah, yaitu $00

sampai $1F. Sedangkan memori I/O menempatkan 64 alamt berikutnya

mulai dari $20 hingga $5F. Memori I/O merupakan register yang khusus

digunakan untuk mengatur fungsi terhadap berbagai peripheral

mikrokontroler seperti control register, time/counter, fungsi – fungsi I/O,

dan sebagainya. 1024 alamt memori berikutnya mulai alamat $60 hingga

$45F digunakan untuk SRAM internal.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

17 

 

 

 

Gambar 2.6 Peta Memori Data AVR

2.1.1.5 Memory Data EEPROM

ATMEGA16 memiliki 512 byte memori data EEPROM 8bit data

tulis/baca dari memori ini, ketika catu daya dimatikan, data terahir

yang ditulis pada memori EEPROM masi tersimpan pada memori

ini, atau dengan kata lain memori EEPROM bersifat nonvolatile.

Alamat EEPROM mulai $000 sampai $1FF.

2.1.1.6 Status Register (SREG)

Gambar 2.7 Status Register

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

18 

 

 

 

Status Register adalah Register berisi status yang dihasilkan pada setiap

oprasi yang dilakukan ketika suatu instruksi dieksekusi. SREG

merupakan bagian dari inti CPU mikrokontroler.

2.1.2 Energi dan Daya Listrik

Energi listrik adalah energi akhir yang dibutuhkan bagi peralatan listrik untuk

menggerakkan motor, lampu penerangan, memanaskan, mendinginkan ataupun

untuk menggerakkan kembali suatu peralatan mekanik untuk menghasilkan

bentuk energi yang lain. Energi yang dihasilkan ini dapat berasal dari berbagai

sumber misalnya, air, minyak, batu bara, angin, panas bumi, nuklir, matahari dan

lainnya. Energi ini besarnya dari beberapa volt sampai ribuan hingga jutaan volt.

Sedangkan daya listrik adalah besar energi listrik yang ditransfer oleh suatu

rangkaian listrik tertutup. Daya listrik sebagai bentuk energi listrik yang mampu

diubah oleh alat-alat pengubah energi menjadi berbagai bentuk energi lain,

misalnya energi gerak, energi panas, energi suara, dan energi cahaya. Selain itu,

daya listrik ini juga mampu disimpan dalam bentuk energi kimia. Baik itu dalam

bentuk kering (baterai) maupun dalam bentuk basah (aki). Daya listrik P

didefinisikan sebagai energi listrik W persatuan waktu t.

2.1.3 Motor Servo

Servo motor banyak digunakan sebagai aktuator pada mobile robot atau lengan

robot. Servo motor umunya terdiri dari servo continuous dan servo standar. Servo

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

19 

 

 

 

motor continuous dapat berputar sebesar 360 derajat Sedangkan servo motor tipe

standar hanya mampu berputar 180 derajat. Servo motor yang umum digunakan

ialah Continuous Parallax. Untuk menggerakkan motor servo ke kanan atau ke kiri,

tergantung dari nilai delay yang kita berikan. Untuk membuat servo pada posisi

center, berikan pulsa 1.5ms. Untuk memutar servo ke kanan, berikan pulsa

<=1.3ms, dan pulsa >= 1.7ms untuk berputar ke kiri dengan delay 20ms, seperti

ilustrasi berikut:

Gambar 2.8 Motor Servo

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

20 

 

 

 

2.1.4 Sensor Suhu LM35

Sensor suhu LM35 merupakan komponen elektronika yang berfungsi untuk

mengubah besaran fisis yang berupa suhu menjadi besaran elektris tegangan.

Sensor suhu LM35 memiliki parameter bahwa setiap kenaikan 1ºC tegangan

keluarannya naik sebesar 10mV dengan batas maksimal keluaran sensor adalah

1,5 V pada suhu 150°C. Misalnya pada perancangan menggunakan sensor suhu

LM35 kita tentukan keluaran adc mencapai full scale pada saat suhu 100°C,

sehingga saat suhu 100°C tegangan keluaran transduser (10mV/°C x 100°C) =

1V.

Sensor suhu LM35 telah dikalibrasi secara internal dalam Celcius dengan

sensitivitas 10mV/0C dan sensor ini dapat beroperasi pada suhu -550C hingga +

1500C dan pada tegangan 4 V hingga 30V . Sensor ini hanya membutuhkan 60

micro Ampere untuk beroperasi sehingga memiliki peningkatan panas yang

sangat rendah yaitu kurang dari 0.10C pada keadaan udara tidak bergerak.

Berikut adalah bentuk dari sensor

Gambar 2.9 Sensor suhu LM 35

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

21 

 

 

 

Berikut ini adalah karakteristik dari sensor suhu LM35 :

• Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu

10 mVolt/ºC, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.

• Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC seperti

terlihat pada gambar 2.2.

• Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC.

• Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.

• Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA.

• Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 ºC

pada udara diam.

• Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.

• Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC.

2.1.5 Sensor Kelembaban HSM-20G

Sensor HSM-20G adalah sensor pengukur kelembaban dan temperatur. Dimana

bentuk dari humidity tersebut seperti gambar dibawah ini :

Gambar 2.10 Sensor Kelembapan HSM-20G

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

22 

 

 

 

Sensor humidity HSM-20G prinsip kerjanya mengkonversi kelembaban relatif

ke tegangan. Berbagai aplikasi yang dapat digunakan oleh sensor ini adalah

untuk AC, data loggers kelembaban, automotive, climate control, dll.

Sensor ini mempunyai beberapa karakteristik dimana batas input tegangan DC 5

volt, output tegangan adalah sebesar 0.7-3volt, akurasi pengukuran ±5%RH,

operasi arus maksimum 2mA, kondisi penyimpanan 0-99%RH dan -200C - 700C.

Gambar 2.11 Kurva Respon HSM-20G Pada 25°C

Pada grafik 1 diatas dapat terlihat jelas bagaimana hubungan antara nilai

kelembaban dan tegangan keluaran yang membentuk garis linier karena

kelembaban berbanding lurus dengan tegangan keluaran. Pada table 1 diatas

dapat dilihat range atau batas untuk nilai kelembaban pada sensor ini

sebagaimana terlihat bahwa nilai tengan keluaran berbanding lurus dengan

persentase kelembaban. Nilai yang tertera diatas bahwa, nilai batas kelembaban

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

23 

 

 

 

maksimum 90%RH dan batas minimum 10%RH dengan tegangan 0.74volt dan

maksimal 3.19 volt.

2.2 Teori Khusus

Dalam teori khusus ini, peneliti telah memilih beberapa teori yang nantinya akan

dijelaskan dan yang berhubungan dengan Objek penelitian yang dibahas,

diantaranya:

1. Teori Sistem Penetasan Telur

2. Teori Pemilihan Telur

3. Teori Jenis Alat Tetas Buatan

4. Teori Syarat-Syarat Penetasan

5. Proses Penetas

2.2.1 Teori Sistem Penetasan Telur

Dalam usaha peternakan hewan unggas terutama ayam secara komersial,

penetasan telur ayam memegang peranan penting. Ayam menjadi salah satu

sumber protein utama bagi manusia sehingga ayam banyak dipelihara untuk

diambil daging dan telurnya, walaupun ada daging peganti seperti daging

sapi dan kambing namun minat masyarakat terhadap daging ayam masi

tinggi. Bila daging unggas tersebut dikonsumsi dalam jumlah yang cukup

banyak dan meningkatnya unggas yang mati maka perlu adanya populasi

pengganti. Agar populasi yang hilang akibat dikonsumsi maupun mati akibat

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

24 

 

 

 

penyakit dapat tergantikan, penetasan telur merupakan tahapan penting

dalam peternakan unggas terutama ayam. Usaha yang dilakukan untuk

mendapatkan populasi ayam, baik petelur maupun pedaging, ditempuh

dengan cara penetasan telur. Berdasarkan buku “MESIN TETAS” karangan

Farry B. Paiman Penetasan telur dibagi menjadi dua cara, pertama secara

alami penetasan telur ini dilakukan dengan cara pengeraman oleh induk

ayam dan kedua menggunakan alat bantu, mesin penetasan telur.

2.2.1.1 Penetasan Telur Secara Alami Dengan Induk

Penetasan secara alami pada umumnya telur ditetaskan oleh

induknya. Cara ini sudah dilakukan sejak jaman dahulu berdasarkan

naluri sang induk. Penetasan secara alami adalah cara yang paling

sederhana untuk menetaskan telur karena hanya membutuhkan

keberadaan induk telur. Penetasan secara alami memiliki kekurangan

dalam bidang efektifitas karena induk sangat dibutuhkan selama

proses penetasan. Selain itu pengaruh dari lingkungan sangat besar

karena induk ayam tidak mampu mengatasi kondisi lingkungan yang

terlalu ekstrim seperti suhu udara yang terlalu dingin atau panas.

2.2.1.2 Penetasan Telur Dengan Alat Tetas Buatan

Dengan menggunakan alat tetas buatan, telur dapat ditetaskan tanpa

induk sehingga kegiatan produksi telur ayam tidak akan terhenti.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

25 

 

 

 

Keuntungan lainnya dari penggunaan alat penetas adalah lebih tahan

terhadap pengaruh lingkungan. Dengan demikian, penggunaan alat

tetas buatan akan membantu peternak dalam menjaga kontinuitas

usahanya. Pada ayam,. Pada dasarnya, penetasan telur dengan alat

tetas buatan merupakan tiruan dari sifat-sifat alamiah unggas saat

mengerami telur. Lebih dari itu, manusia juga melakukan

penyempurnaan tempat penetasan yang bertujuan untuk memperbesar

kapasitas daya tetas alat. Prinsip kerja alat dan proses penetasanya

benar - benar ditiru dari keadaan aslinya di alam serta disesuaikan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang produksi unggas.

Berdasarkan cara kerja, Mesin tetas dibedakan menjadi tiga jenis

yaitu mesin tetas manual, menis tetas semiotomatis atau semimodern,

dan mesin tetas otomatis atau modern.Mesin tetas semiotomatis atau

semimodern artinya pembalikan telur ada yang sudah dengan sekali

handle dan ada juga yang masih dibalik satu – satu. Kontrol suhu

sudah otomatis, baik dengan menggunakan termostat atau

termoregulator. Kelebihan mesin tetas semiotomatis adalah dengan

cara kerjanya yang lebih simple dan mudah dioprasional. Adapun

kekurangannya pada harga lebih mahal jika dibandingkan dengan

mesin tetas manual dan kurang dalam hal pengontrolan telur yang

ditetaskan. Hal ini disebabkan oleh terlalu percaya operator terhadap

mesin sehingga beranggapan bahwa setiap telur yang dimasukkan

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

26 

 

 

 

kemesin tetas ini pasti menetas . Padahal, kita tidak control suhu

dalam ruangan mesin sewaktu penetasan berlangsung Mesin tetas

otomatis atau modern artinya pembalikan telur dan kontrol terhadap

suhu serba otomatois. Mesin ini biasanya terdiri dari dua sekat atau

ruangan untuk persiapan telur yang akan menetas (hatcher).

Kelebihan mesin tetas otomatis adalah pekerjaan menjadi ringan dan

bisa dioperasikan dalam jumlah banyak walau dengan tenaga kerja

satu orang ketika masa pengeraman. Kekurangan mesin tetas ini

adalah dari segi harga. Mesin tetasi ini mempunyai harga yang jauh

berkali – kali lipat lebih mahal jika dibandingkan dengan mesin tetas

semiotomatis, selain itu, juga ada gangguan sewaktu masa

pengeraman, akan berakibat fatal terhadap telur yang sedang

ditetaskan.

2.2.2 Teori Pemilihan Telur

Faktor paling dasar yang menentukan apakah telur dapat menetas atau

tidak adalah faktor internal dari telur itu sendiri, menurut buku” Mesin Tetas

Listrik dan Induk Buatan” karangan Amat Jutawan berikut ini adalah

beberapa hal yang perlu diperhatikan saat memilih telur untuk diletakkan ke

dalam mesin penetas :

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

27 

 

 

 

2.2.2.1 Ukuran Telur

Telur yang baik untuk ditetaskan adalah telur dengan ukuran yang

tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Telur yang berukuran besar

lebih susah menetas sedangkan telur yang terlalu kecil akan

menghasilkan ayam yang kecil

2.2.2.2 Keutuhan Cangkang Telur

Cangkang telur yang retak atau terlalu tipis memungkinkan

organism kecil seperti bakteri masuk ke dalam telur dan membuat

embrio mati atau menyebabkan penyakit pada ayam bila telur

dapat menetas.

Gambar 2.12 Telur dan Bagian - bagianya

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

28 

 

 

 

2.2.2.3 Bentuk telur

Telur dengan kelainan bentuk sebaiknya tidak ditetaskan karena

ditakutkan ada kelainan di dalam embrio telur

2.2.2.4 Kebersihan Telur

Telur yang baik untuk ditetaskan adalah telur yang bersih.

Mencuci atau mengelap dengan kain telur yang kotor akan

menghilangkan lapisan pelindung yang dapat mengakibatkan

organism pembawa penyakit masuk dengan mudah ke dalam telur.

Selain itu mengelap dan mencuci dapat membuat organism

pembawa penyakit yang ada pada kotoran terdorong masuk

kedalam telur melalui pori-pori pada cangkang telur

2.2.2.5 Usia Telur

Telur dengan usia lebih dari 7 hari dan belum diinkubas i

mempunyai kemungkinan menetas yang kecil dan kemungkinan

untuk menetas akan terus menurun hingga pada hari ke 21 dimana

telur yang belum diinkubasi pada hari usia 21hari hamper tidak

mungkin untuk ditetaskan. Berikut adalah beberapa kegagalan

dalam proses penetasan beserta penyebabnya:

Masalah Penyebab

Telur meletus Telur kotor atau proses pembersihan telur yang salah

Embrio tidak Telur belum dibuahi, penanganan telur yang tidak hati-

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

29 

 

 

 

berkembang hati, atau suhu udara yang terlalu tinggi atau rendah

Muncul cincin

darah

Usia telur terlalu tua atau suhu udara terlalu tinggi atau

rendah

Embrio mati pada

minggu kedua

Suhu terlalu tinggi atau rendah atau telur tidak dibalik

Kantung udara

terlalu kecil

Telur terlalu besar, kelembaban terlalu tinggi pada hari

ke 1-19

Kantung udara

terlalu besar

Telur terlalu kecil, kelembaban terlalu rendah pada hari

ke 1-19

Telur menetas

terlalu cepat

Telur kecil, suhu terlalu tinggi atau kelembaban terlalu

rendah

Telur terlambat

menetas

Telur terlalu besar, usia telur terlalu tua, suhu terlalu

rendah atau kelembaban terlalu tinggi

Anak ayam mati

setelah meretakkan

cangkang

Telur tidak diputar dalam 2 minggu awal, cangkang

terlalu kecil, suhu tidak sesuai, kelembaban terlalu

tinggi pada hari 1-19 atau terlalu rendah pada hari 19-

21

Tali pusar tidak

sembuh

Suhu terlalu rendah pada hari 19-21, variasi

temperature terlalu tinggi, kelembaban terlalu tinggi

pada hari 19-21

Kelainan bentuk

kaki dan jari

Suhu dan kelembaban yang tidak sesuai selama

inkubasi,

Tabel. 2.4 Masalah dan Penyebab Kegagalan Dalam Penetasan

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

30 

 

 

 

2.2.3 Teori Jenis Alat Tetas Buatan

Alat tetas buatan yang dikenal hingga saat ini ada dua jenis, yaitu alat

tetas konvensional dan mesin tetas.

2.2.3.1 Alat Tetas Konvensional

Alat tetas konvensional merupakan alat penetas yang menggunakan

sumber panas dari matahari dengan penyimpan panas berupa sekam.

Pemanfaatan sinar matahari sebagai sumber panas pada proses penetasan

dengan alat tetas konvensional ini mendatangkan keuntungan tersendiri,

karena sumber panas tersebut sangat mudah didapatkan, terutama pada

musim kemarau. Kelemahan utama dari alat ini adalah cara kerjanya yang

sangat dipengaruhi cuaca. Alat ini sudah dikenal sejak lama di tengah

masyarakat.

Teknologi pengoperasiannya sangat sederhana dan mudah asalkan alat-

alatnya dipersiapkan dengan matang. Umumnya penggunaan alat ini

dikhususkan untuk penetasan telur itik.

2.2.3.2 Mesin Tetas

Mesin tetas yang digunakan untuk menetaskan telur pada dasarnya

merupakan sebuah peti atau lemari dengan konstruksi yang dibuat

sedemikian rupa sehingga panas di dalamnya tidak terbuang. Suhu di

dalam ruangan mesin tetas dapat diatur sesuai ukuran derajat panas yang

dibutuhkan selama periode Keberhasilan penetasan telur dengan mesin

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

31 

 

 

 

tetas akan tercapai bila memperhatikan beberapa perlakuan sebagai

berikut :

• Penempatan telur tetas dalam mesin tetas dengan posisi yang tepat.

• Temperatur dalam ruangan mesin tetas selalu dipertahankan sesuai

yang dibutuhkan unggas.

• Kelembaban di dalam ruang mesin tetas selalu dikontrol agar sesuai

untuk perkembangan embrio di dalam telur.

• Pemutaran telur dengan cara dibolak-balik beberapa kali sehari pada

saat-saa tertentu selama proses pengeraman.

• Ventilasi harus sesuai agar sirkulasi udara di dalam mesin tetas

berjalan dengan baik.

Dengan memperhatikan beberapa perlakuan tersebut maka mesin tetas

dapat dibedakan atas beberapa tipe sebagai berikut :

1. Berdasarkan penyebab adanya panas dalam ruangan maka mesin tetas

digolongkan dalam dua tipe, yaitu mesin tetas ”udara panas” (hot air

incubators) dan mesin tetas ”air panas”(hotwater incubators).

2. Berdasarkan sumber alat pemanas maka mesin tetas dapat

digolongkan dalam tiga tipe yaitu mesin tetas listrik (pemanas listrik),

mesin tetas lampu minyak (pemanas lampu minyak tanah atau lampu

tempel), dan mesin tetas kombinasi (pemanas listrik dan lampu

minyak tanah atau lampu tempel)

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

32 

 

 

 

3. Berdasarkan cara pengaturan kelembapan udara dalam ruangan maka

mesin tetas digolongkan dalam dua tipe, yaitu mesin tetas ”basah”

dan mesin tetas ”kering”. Mesin tetas basah dilengkapi dengan bak air

yang diletakkan didalamnya sehingga menimbulkan kelembapan

udara di dalam ruang mesin tetas. Sementara mesin tetas kering tidak

dilengkapi dengan bak air.

4. Berdasarkan cara penyediaan ruangan tempat peletakan telur maka

mesin tetas dapat digolongkan dalam dua tipe, yaitu mesin tetas tipe

kotak dan mesin tetas kabinet. Mesin tetas tipe kotak hanya

menggunakan satu rak telur sehingga jumlah telur yang dapat

ditetaskan sangat terbatas. Sementara mesin tetas tipe cabinet

menggunakan banyak rak sehingga telur yang dapat ditetaskan

berjumlah banyak.

2.2.4 Syarat-Syarat Penetasan

Hal yang perlu dilakukan dalam penetasan telur yaitu dengan memperhatikan

suhu dan perkembangan embrio di dalam penetasan, kelembaban relatif

penetasan, ventilasi dan pemutaran telur. Agar telur yang akan ditetaskan sesuai

dengan keinginan maka beberapa persyaratan tersebut harus dipenuhi.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

33 

 

 

 

2.2.4.1 Suhu dan Perkembangan Embrio Saat Penetasan

Suhu penetasan harus dipertahankan selama proses penetasan

berlangsung mulai hari pertama hingga terahir. Untuk menjaga pengaruh

suhu luar maka mesin tetas harus dalam keadaan tertutup rapat. Caranya

suhu didalam mesin tetas sudah diatur terlebih dahulu sebelum proses

penetasan berlangsung sehingga akan didapatkan suhu yang merata dan

konstan. Dengan pengaturan suhu tersebut maka secara otomatis suhu

didalam mesin dapat dipertahankan. Embrio di dalam telur unggas akan

cepat berkembang selama suhu telur berada pada kondisi yang sesuai dan

akan berhenti berkembang jika suhunya kurang dari yang dibutuhkan.

Embrio akan berkembang bila suhu udara di sekitar telur 38°C hingga

40°C. Di bawah suhu udara ini praktis embrio tidak mengalami

perkembangan, sehingga penyimpanan telur tetas sebaiknya sama atau

dibawah suhu tersebut. Penyimpanan telur tetas dibawah titik beku tidak

dianjurkan karena sewaktu telur dikeluarkan dari tempat penyimpanan

akan terjadi pengembunan dan permukaan telur berair, sehingga kuman

pada kulit telur akan masuk kedalam telur yang menyebabkan

pembusukan telur sewaktu ditetaskan sehingga akan menurunkan daya

tetas telur yang lain. Sebelum telur dimasukkan ke dalam ruang

penetasan, suhu ruang tersebut harus sesuai dengan yang dibutuhkan.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

34 

 

 

 

2.2.4.2 Kelembaban Relatif Penetasan

Selama penetasan berlangsung diperlukan kelembaban udara yang sesuai

dengan perkembangan dan pertumbuhn embrio. Untuk menjaga

kandungan air di dalam telur, kelembaban relatif di dalam penetasan

sangat dibutuhkan, yaitu untuk mencegah air di dalam telur tidak terlalu

banyak menguap atau keluar dari telur melalui pori – pori telur.

Penguapan air dari telur sangat erat dengan suhu ruang di dalam

penetasan. Semakin tinggi suhu di dalam ruang penetasan semakin

banyak air di dalam telur yang menguap dan sebaliknya. Semakin tinggi.

Kelembapan ideal di dalam mesin tetas saat proses penetasan telur ayam

berkisar antara 60-70% dengan kelembapan relatif 60% selama 18 hari

pertama dan 70% setelah hari ke 18 hingga hari terakhir saat telur

menetas.

2.2.4.2.1 Pengaruh Kelembaban Terlalu Tinggi

1. Akan mempersulit penguapan air dari dalam telur, dan menyebabkan

pengeluaran CO2 dari dalam telur sehingga kandungan CO2 yang banyak

di dalam telur dapat membunuh embrio.

2. Kulit telur akan lembab sehingga mempermudah tumbuh jamur ataupun

kuman Salmonella yang masuk kedalam telur dan membunuh embrio.

3. Anak ayam akan menjadi gemuk namun tak sehat, ataupun anak akan

mengalami kesulitan di dalam mematuk kulit telur dan bahkan air masuk

kedalam hidung dan dapat membahayakan anak ayam.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

35 

 

 

 

2.2.4.2.2 Pengaruh Kelembaban Terlalu Rendah

1. Air terlalu banyak menguap dari dalam telur sehingga sering terjadi

perlengketan embrio atau pembuluh darah embrio lengket dengan selaput

kulit telur yang dapat menyebabkan kematian anak unggas.

2. Embrio mengalami kesulitan berotasi dalam mencari posisi memecah

kulit telur.

3. Anak unggas yang menetas akan kelihatan kurus sehingga akan

mengalami gangguan pertumbuhan.

2.2.5 Ventilasi

Ventilasi mutlak diperlukan untuk pernapasan embrio. Dalam perkembangan

normal, embrio akan banyak memerlukan oksigen (O2 ) dan mengeluarkan

karbondioksida (CO2 ) melalui poripori kerabang telur. Untuk itulah, di dalam

mesin tetas harus cukup tersedia O2 sehingga pertukaran udara sangat

diperlukan. Kekuran O2 akan berakibat embrio gagal berkembang. Kebutuhan

O2 ini diperoleh melalui lubang ventilasi. Adanya lubang ini menyebabkan CO2

keluar dari mesin tetas dan digantikan oleh O2. Konsentrasi ke-2 gas ini akan

sangat mempengaruhi perkembangan embrio ataupun daya tetas. Selain itu

hendaknya penetasan jauh dari jalan raya atau jauh dari jalan yang ramai

kendaraan bermotor.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

36 

 

 

 

2.2.6 Pemutaran Telur

Pemutaran telur harus dilakukan secara horizontal, yaitu bagian ujung yang

tumpul selalu berada pada bagian atas. Fungsi pemutaran telur adalah untuk

menyeragamkan suhu permukaan telur, mencegah pelekatan embrio pada kulit

embrio atau kerabang telur, dan mencegah melekatnya yolk dan allantis pada

akhir penetasan. Pemutaran dapat dilakukan dengan tangan, tapi ada juga yan

dilakukan secara otomatis, terutama pada pelaksanaan penetasan telur yang

menggunakan mesin tetas kapasitas besar. Bila daya tampung mesin tetasnya

sangat banyak maka tidak memungkinkan dilakukan pemutaran telur dengan

tangan. Pemutaran telur dilakukan minimal 2 kali sehari dengan tiap pemutaran

memiliki kemiringan yang berlawanan.

2.2.7 Peneropongan Telur

Peneropongan telur merupakan bagian terpenting dalam penetasan telur.

Fungsi peneropongan telur adalah untuk menentukan fertilitas telur, luas ruangan

udara, perbandingan yolk dan albumen, serta mengetahui perkembangan embrio

pada saat penetasan. Embrio telur yang tidak berkembang perlu dikeluarkan

karena daya tetasanya diragukan.

Peneropongan sebaiknya dilakukan tiga kali selama proses penetasan

berlangsung. Pada telur ayam, perlakuan peneropongan pertama dilakukan pada

hari ke -5 sampai ke -7, kedua pada hari ke-13 dan ke-14 serta ketiga pada hari

ke-17 dan ke-18. Peneroponga pertama berfungsi untuk menentukan fertilitas

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

37 

 

 

 

telur, menentukan embrio yang mati, dan mengeluarkan telur yang infertile.

Telur yang tidak baik dari hasil peneropongan pertama ini masih dapat

dikonsumsi. Sementara peneropongan kedua berfungsi untuk menetukan atau

memeriksa kembali telur yang diragukan pada pemeriksaan pertama, melihat

perkembangan embrio, dan mengeluarkan telur yang mati atau kosong. Telur

yang tidak baik dari hasil peneropongan kedua tidak dapat dikonsumsi. Untuk

peneropongan ketiha berfungsi untuk melihat embrio yang mati. Telur ini harus

segera dikeluarkan. Bila tidak dikeluarkan, telur yang embrionya mati akan

banyak mengeluarkan gas CO2 dan amoniak yang kurang baik untuk

perkembangan embrio. Pada saat peneropongan ketiga, gerakan embrio suda

terasa aktif. Pada saat peneropongan, akan jelas terlihat perbedaan antara telur

yang embrionya mati dan yang hidup.Pada telur yang embrionya hidup, tampak

adanya pembuluh darah dan gambaran akan denyutan jantung dari luar.

Sementara telur yang mati akan tampak bening karena tidak ada pertumbuhan

embrio di dalam telur. Alat peneropongan telur dunamakan candingan. Untuk

alat peneropongan ini dapat menggunakan kaleng yang didalamnya diberi lampu

dan kaca berwarna. Selain itu, dapat juga menggunakan gulungan dan kaca

berwarna. Selain itu, dapat juga menggunakan gulungan kertas dengan cahaya

lampu dinding atau sinar matahari.

Periode kritis perlu dicermati setiap pengelola atau operator penetasan. Bila

periode kritis ini tidak diperhatikan maka akan terjadi kegagalan dalam

penetasan.Selama proses penetasan berlangsung terjadi dua kali periode kritis.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

38 

 

 

 

a. Periode kritis pertama terjadi pada tiga hari pertama sejak telur tetas

dimasukin kedalam mesin tetas.Periode ini disebabkan oleh perkembangan

blastoderm yang sangat cepat, adanya perubahan zat kimia dalam telur, dan

adanya penimbunan asam laktat yang cukup tinggi.

b. Periode kritis kedua terjadi tiga hari terahir menjelang telur akan menetaskan.

Periode ini untuk setiap jenis unggas berbedah, misalnya ayam 18-21, itik 25-

28, puyuh 15-18, dan wallet 17-20 hari. Periode kritis kedua ini terjadi akibat

perubahan fisiologis embrio yang sudah sempurna menjelang penetasan .

2.2.8 Proses Penetas

Lama Proses penetasan adalah 21 hari. Untuk lebih memperjelasa maka akan

diuraikan proses penetasan setiap hari selama 21 hari :

Hari ke-1

Masukan telur yang sudah diberikan tanda kedalam rak telur. Telur harus

disusun dengan rapi dengan posisi bagian yang membesar diatas dan

bagian yang mengecil di bawah. Kemiringan telur 450. Untuk

memudahkan pada saat pembalikan atau pemutaran telur .

Hari ke-2

Biarkan mesin tetas tertutup rapat dan jangan sampai pintunya dibuka.

Ventilasi masi tertutup seluruhnya. Suhu udara rata – rata tetap 101oF.

Pembacaan skala thermometer dapat dilakukan dari luar melalui pintu

mesin tetas dengan menyorotkan lampu senter.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

39 

 

 

 

Hari ke-3

selama 48 jam. Saat dilakukan pembalikan telur, rak telur tidak boleh

dikeluarkan dari mesin tetas. Pembalikan telur dilakukan dengan

meletakkan tangan yang bersih di atas telur lalu menggerakkanya ke

bagian yang lowong pada rak telur.

Hari ke-4

Lakukan pembalikan telur dengan waktu seperti pada hari ke-3. Hanya

saja pada hari ini mulai dilakukan pendinginan telur tetas selama 15 menit

pada saat pembalikan telur pada pukul 12.00. Waktu untuk pendinginan

jangan terlalu lama karena akan melemahkan bibit. Pendinginan ini

dilakukan dengan cara rak telur dikeluarkan dari dalam mesin tetas.

Kegiatan ini akan terus dilakukan setiap hari pada pukul 12.00 hingga

hari ke-17.

Hari ke-5

Lakukan pembalikan dan pendinginan telur tiga kali sehari pada pukul

07.00, 12.00, dan 19.00 dengan cara seperti pada hari ke-4. Suhu udara

mesin tetas dijaga tetap 1200F. Jangan lupa keadaan air dalam bak

diperiksa. Pembukaan ventilasi diperlebar menjadi ½ bagian.

Hari ke-6

Lakukan pembalikan dan pendinginan seperti pada hari ke-4, tetapi

ventilasi sudah dibuka ¾ bagian.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

40 

 

 

 

Hari ke-7

Lakukan pembalikan dan pendinginan telur. Sambil didinginkan, telur

tetas diperiksa dengan cara peneropongan

Hari ke-8

Lakukan pembalikan dan pendinginan telur seperti biasnya. Suhu mesin

tetas pada hari ke-8 dinaikkan menjadi 1030F (39,440C) sedangkan

ventilasi dibuka seluruhnya.

Hari ke-9

Lakukan pembalikan dan pendinginan seperti pada hari sebelumnya.

Suhu dan bukaan ventilasi tetap sama.

Hari ke-10

Lakukan kegiatan seperti hari ke-9, tetapi kondisi air pada bak air selalu

ditambah.

Hari ke-11

Kegiatan serta suhu dan ventilasi masi sama seperti hari ke-9.

Hari ke-12

Kegiatan serta suhu dan ventilasi masi sama seperti hari ke-9

Hari ke-13

Telur tetap dibalik tiga kali sehari dan didinginkan selama 15 menit pada

siang hari. Suhu udara mesin tetas dinaikin menjadi 1040F(400C).

Ventilasi tetap dibuka seluruhnya.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

41 

 

 

 

Hari ke-14

Telur tetap dibalik dan didinginkan pada siang hari. Sambil didinginkan,

telur diperiksa kembali dengan senter atau teropong telur agar dapat

diketahui bibit – bibit yang hidup dan yang Mati. Suhu udara mesin tetas

tetap 1040F. Ventilasi dibuka selurunya dan jangan lupa bak air diperiksa.

Minyak pada lampu pun ikut diperiksa.

Hari ke-15

Telur tetap dibalik dan didinginkan 15menit pada siang hari pada

pembalikan. Suhu udara mesin 1040F dan Ventilasi dibuka penuh.

Hari ke-16

Telur masi dibalik tiga kali sehari dan didinginkan selama 15 menit pada

pembalikan telur pukul 12.00. Suhu udara mesin tetas 1040F dan ventilasi

tetap dibuka seluruhnya. Dilakukan pemeriksaan bak air agar kelembapan

rung mesin tetas dapat terkontrol.

Hari ke-17

Telur tetap dibalik tiga kali sehari dan didinginkan selama 15 menit pada

siang hari saat dilakukan pembalikan. Sambil didinginkan, telur diperiksa

untuk terahir kalinya dengen peneropongan telur. Suhu mesin tetap 1040F

dan ventilasi dibuka seluruhnya

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00630-sk 2.pdf · yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini. ... mode power saving

42 

 

 

 

Hari ke-18

Hingga hari ke-18, telur masi tetap dibalik dan didinginkan. Suhu mesin

tetas saat ini dinaikkan menjadi 105oF(40,550C). Ventilasi dibuka

seluruhnya.

Hari ke -19

Pada hari ke-19 tidak lagi dilakukan pembalikan telur karena telur – telur

sudah mulai retak. Kelembapan dalam mesin tetas harus ditambah.

Hari ke-20

Pada hari ke-20 telur-telur mulai menetas. Bila mesin tetas tidak,

menggunakan rak penampungan anak tetas sebaiknya kaca pengintai di

tengah pintu masuk mesin tetas ditutup dengan kertas hitam dan jangan

sampai ada cahaya yang masuk ke dalam mesin tetas.

Hari ke-21

Pada hari ke-21 telur-telur sudah menetas semuanya. Bak air dikeluarkan

agar udara dalam mesin tetas tidak lembap lagi. Suhu udara mesin tetas

1050F dan ventilasi dibuka seluruhnya.

Hari ke-22

Pada hari ke-22 anak tetas dapat dipindahkan ke kandang penampungan

atau ke kotak induk buatan. Suhu didalam kotak induk buatan dibuat pada

angka 1050F. Sebagai pemanas, di tengah –tengah kotak induk buatan

dapat diletakan lampu miyak atau lampu pijar.