bab 2 landasan teori dan kerangka...
TRANSCRIPT
9
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Manajemen Pemasaran
Menurut (Gary, Wong, Philip Kotler, & John Saunders, 2008) Pemasaran
adalah mengelola hubungan pelanggan dengan menguntungkan. Tujuan ganda dari
pemasaran adalah untuk menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior
dan mempertahankan pelanggan saat ini dan tumbuh dengan memberikan kepuasan.
Menurut Kotler (2012:146) pengertian manajemen pemasaran adalah
penganalisaan, pelaksanaan, dan pengawasan, program-program yang ditujukan utuk
mengadakan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai
tujuan organisasi. Hal ini sangat tergantung pada penawaran organisasi dalam
memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga,
mengadakan komunikasi, dan distribusi yang efektif untuk memberitahu, mendorong
serta melayani pasar.
Konsep-konsep yang bersaing yang telah digunakan oleh organisasi untuk
kegiatan pemasaran mencakup : konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan,
konsep pemasaran, dan konsep pemasaran holistic.
1. Konsep produksi
Konsep produksi adalah salah satu dari konsep tertua dalam bisnis konsep itu
menegaskan bahwa konsumen akan memilih produk yang tersedia dimana-
mana dan murah. Manajer dari bisnis yang berorientasi produksi
berkonsentrasi pada mencapai efisiensi produk yang tinggi, biaya murah, dan
distribusi massal.
2. Konsep produk
Konsep produk menyatakan bahwa konsumen akan lebih menyukai produk-
produk yang menawarkan fitur-fitur yang bermutu, berprestasi, atau inovatif.
Para manajer dalam organisasi ini berfokus pada membuat produk yang
superior dan meningkatkannya sepanjang waktu. Akan tetapi, para manajer
ini kadang-kadang terperangkap dalam urusan cinta dengan produk-produk
mereka. Mereka mungkin komit dengan kesesatan “perangkap tikus yang
lebih baik” yang yakin bahwa sebuah perangkap tikus yang baik itu bisa
berhasil hanya kalau produk itu berharga, didistribusikan, diiklankan, dan
dijual secara memadai.
10
3. Konsep penjualan
Konsep penjualan menyatakan bahwa konsumen dan bisnis, jika ditinggalkan
sendiri, biasanya tidak akan membeli cukup banyak produk-produk
organisasi. Oleh karena itu, organisasi harus melakukan usaha penjualan dan
promosi yang agresif. Konsep penjualan itu dicontohkan dalam pemikiran
Sergio Zyman, mantan wakil dirut pemasaran Coca-cola. Tujuan pemasaran
adalah menjual lebih banyak barang kepada lebih banyak orang lebih sering
untuk mendapatkan lebih uang supaya menghasilkan lebih banyak laba.
Konsep penjualan dipraktekkan paling agresif pada barang-barang yang tidak
dicari, barang-barang yang biasanya tidak dipikirkan oleh pembeli, seperti
asuransi, ensiklopedia, dan tempat-tempat penguburan. Kebanyakan
perusahaan mempraktekkan konsep penjualan ketika mereka memiliki
kapasitas berlebih. Tujuan mereka adalah menjual apa yang mereka buat dan
bukan membuat apa yang diinginkan pasar. Akan tetapi, pemasaran yang
berbasis pada penjualan agresif membawa resiko yang tinggi.
4. Konsep pemasaran
Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih
efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan
mengomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran terpilih.
2.2 Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran menurut Philip Kotler (2010:72), “Himpunan asas yang
secara tepat, konsisten, dan layak dilaksanakan oleh perusahaan guna mencapai
sasaran pasar yang dituju (target market) dalam jangka panjang dan tujuan
perusahaan jangka panjang (objective), dalam situasi persaingan tertentu. Setiap
perusahaan memiliki strategi yang digunakan untuk bersaing dengan perusahaan lain
dalam upaya mempertahankan penjualan produk perusahaan.
Strategi menurut Dave Chaffey dan PR Smith (2008:40) adalah cara anda
untuk mencapai tujuan yang telah rencanakan. Strategi dipengaruhi oleh dua hal
yaitu prioritas tujuan (menjual, melayani, berbicara, menyimpan dan mendesis) dan
tentu saja, jumlah sumber daya yang tersedia.
Menurut Chaffey, dan Smith (2008, P. 51) menentukan strategi pemasaran
bisa menggunakan konsep marketing mix yang artinya suatu kerangka kerja yang
11
menyiapkan konseptual membantu pemasar untuk menstruktur pendekatan mereka
kepada setiap pasar. Ini harus diterapkan kembali dalam dunia online. Marketing mix
ini dibagi menjadi 7P yaitu sebagai berikut :
1. Product (Content, Customisation, Community)
Pelayanan yang baru melalui media Digital Marketing yang sudah
dibangun dapat memberikan pengalaman yang bagus pada pelanggan
mengenai merek yang dijual perusahaan, contohnya penyediaan
pelayanan pelanggan secara online, penyediaan informasi yang lengkap
tentang produk dan membentuknya komunitas melalui media internet,
dan juga menambah nilaipada produk/jasa yang ditawarkan.
2. Price (Cost reduction)
Penawaran harga yang lebih murah dalam melalui media internet , seperti
memberi diskon pada barang yang di beli secara Online atau layanan
extra dalam pembelian pada jumlah tertentu
3. Place
Media internet dapat menyediakan channel yang baru dan relatif lebih
praktis untuk digunakan dalam berinteraksi dan juga berkomunikasi
dengan perusahaan,
4. Promotion
Media Internet telah menyediakan kesempatan dan juga kemudahan
kepada perusahaan untuk melakukan promosi dengan cepat, murah dan
juga dapat menjangkau masyarakat yang luas secara efektif. Yang
terutama dalam mix promosi ini adalah mengkombinasikan alat yang
sudah tersedia untuk dapat membantu keberhasilan digital marketing
yang telah diluncurkan
5. Physical evidence, People, Process.
Poin marketing mix berikut ini merupakan sangat penting perannya
karena dalam membentuk pengalaman bagi pelanggan. People ini
berperan penting karena dalam menyukseskan pelayanan pelanggan,
process dan Physical berperan penting dalam mengembangkan digital
marketing dikarenakan kualitas proses dan feedback dari pelanggannya.
Sehingga dalam mengembangkan digital marketing yang baik, marketing
mix ini harus di perhatikan dan di utamakan.
12
2.2.1 Website marketing
Menurut Shelly dan Velmaart (2011: 80) World Wide Web (WWW) atau
web, terdiri dari kumpulan dokumen elektronik di seluruh dunia. Setiap dokumen
elektronik di web disebut webpage, yang dapat berisi teks, grafik, animasi, audio dan
video. Website marketing merupakan salah satu Internet marketing. Internet
marketing adalah salah satu teknik pemasaran menggunakan media online.
Internet marketing dinilai jauh lebih efektif dan efisien dibanding melakukan
pemasaran tradisional, seperti promosi melalui radio, surat kabar atau majalah, hal
tersebut dikarenakan biaya internet marketing sangat murah dan untuk mencari target
(calon pelanggan) jauh lebih mudah.
Website marketing adalah pemasaran menggunakan media website. Di dalam
penelitian yang dilakukan oleh (Selim H. M., 2011), terdapat 13 kriteria yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi sebuah website. Tiga di antaranya yang digunakan
dalam penelitian ini adalah accessibility (tingkat kemampuan akses sebuah website),
currency/timeliness yang berhubungan dengan berbagai update yang tersedia di
website, dan accuracy/cridibility yang adalah seberapa factual dan verifiable
informasi dan materi yang disediakan website. Penggunaan 3 kriteria tersebut pada
penelitian ini dirasa sangat cocok untuk meneliti website perusahaan yang memang
tidak terlalu kompleks, yaitu sebagai media e-marketing yang berupa berbagai
informasi mengenai produk layanan dan berbagai promo lainnya tanpa menyertakan
aplikasi e-commerce.
a. Accessibility
Aksesibilitas adalah tingkat kemampuan akses sebuah website. Dimana,
didalamnya terdapat kemudahan untuk mencari website dengan search
engine, serta dapat diakses oleh publik tanpa harus melakukan registrasi
terlebih dahulu, serta website dapat diakses dengan efisien dan tanpa batasan
waktu.
b. Currency
Currency adalah berbagai update yang dilakukan didalam website
perusahaan. Dimana, biasanya perusahaan memberikan informasi terbaru
yang dibutuhkan oleh pasien dan informasi yang ditulis didalam website
mudah dimengerti. Perusahaan juga memberikan informasi kapan terakhir
website tersebut di update.
13
c. Accuracy
Akurasi adalah sejauh mana informasi yang tersedia didalam website sesuai
dengan kenyataan yang ada didalam perusahaan. Dimana, didalam website
terdapat nomor telepon dan alamat yang dapat dihubungi untuk mendapatkan
informasi.
2.2.2 E-service quality
E-service quality atau yang juga dikenal sebagai E-ServQual merupakan versi
baru dari Service Quality (ServQual). E-ServQual merupakan suatu pelayanan yang
diberikan pada jaringan Internet. Menurut Ho dan Lee (2007) dalam Jurnal Hansel
Jonathan (2013), terdapat 5 dimensi pengukuran e-service quality, yaitu: Information
Quality, Security, Website Functionality, Customer Relationship, dan Responsiveness
dan Fulfillment :
1) Information Quality merupakan informasi yang tersedia pada website dan itu
merupakan komponen utama dari kualitas pelayanan yang dirasakan. Dalam
Information Quality, keamanan juga sangat berkaitan dengan bagaimana
sebuah website terbukti dapat dipercaya bagi pelanggannya. Layanan online
yang dilakukan dan diberikan dengan baik dan lancar dapat membangun
kepercayaan dan keyakinan terhadap pelanggan. Ini menjadi hal yang penting
dikarenakan kurangnya kontak secara langsung atau interpersonal terhadap
pelanggan ketika mereka membeli secara online, sehingga pelanggan sangat
memerhatikan keamanan transaksi. Keamanan yang diberikan juga mengacu
pada hal privasi pelanggan, sebab pelanggan melakukan transaksi secara
online, sehingga pelanggan memiliki kekhawatiran mengenai informasi
pribadi yang diberikan kepada perusahaan dapat disalahgunakan atau dapat
diakses oleh pihak ketiga. Keamanan telah dianggap sebagai dimensi penting
dalam hal kualitas layanan dan kepuasan. Kurangnya jaminan keamanan
dapat menjadi penghalang utama bagi pelanggan untuk berbelanja secara
online. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keamanan merupakan komponen
penting dari kualitas ketika pelanggan melakukan transaksi secara online.
2) Dimensi Website Functionality terdiri dari tiga aspek. Yang pertama adalah
Navigasi,yaitu hal yang berkaitan dengan betapa mudahnya pengguna
mencari informasi pada website. Pelanggan online akan mencari informasi
terhadap barang/jasa yang sedang dicari, jika pelanggan sering mengalami
14
kebingungan dalam proses pencarian tersebut, maka pelanggan akan berhenti
untuk mencari informasi tersebut. Desain serta penyajian website melibatkan
navigasi yang dapat mempengaruhi tingkat efisiensi terhadap hasil pencarian.
Sehingga navigasi memiliki peran yang dominan dalam memberikan
pelayanan yang memuaskan.
Aspek kedua adalah akses website, mengacu pada kemampuan pengguna
untuk mengakses sumber daya (termasuk informasi yang berhubungan
dengan perjalanan dan fitur layanan) pada webiste dan hal itu berkaitan
dengan kemudahan koneksi dan kecepatan mengunduh. Jika untuk akses
website dibutuhkan waktu yang lama dan membuat pelanggan harus
menunggu, maka sangat memungkinkan bagi pengguna online akan berhenti
dan mengklik situs yang lain. Jadi, adanya dukungan untuk akses website
merupakan salah satu komponen penting yang berkaitan dengan kinerja
pelayanan.
Aspek ketiga dari dimensi ini adalah tentang fungsi transaksional yang
memungkinkan pelanggan untuk merasa bahwa website ini sederhana dan
user-friendly untuk menyelesaikan sebuah transaksi. Beberapa komponen,
termasuk pemesanan mudah, pembayaran mudah, dan pembatalan mudah,
menunjukkan sejauh mana pelanggan yakin bahwa penggunaan website akan
melibatkan sedikit usaha atau tidak.
3) Pada dimensi Customer Relationship, berhubungan dengan komunitas virtual.
Dalam sebuah website , komunitas virtual dapat dianggap sebagai organisasi
sosial secara online untuk menyediakan pengguna dan customer dengan
kesempatan untuk berbagi pendapat dan bertukar informasi di antara
komunitas mereka. menurut Armstrong and Hagel berpendapat bahwa
komunitas virtual dapat menyatukan informasi dan masyarakat ke dalam
sebuah hubungan. Komunikasi dua arah ini disediakan dalam fitur yang
terdapat dalam website dan mempemudah pengguna untuk mencari informasi,
membuat keputusan membeli, dan memberi feedback atau masukan kepada
website. Hubungan ini dapat dikembangkan melalui interaksi dengan
komunitas online yang memungkinkan pengguna untuk berpartisipasi,
mempelajari, dan berinteraksi online.
4) Responsiveness dan Fulfillment diukur berdasarkan ketepatan waktu dari
sebuah website yang merespons customer dalam sebuah lingkungan online,
15
seperti bagaimana menjawab pertanyaan dari customer dengan cepat dan
cermat atau bagaimana kebutuhan atau keinginan dan komplain dari customer
dapat direspons melalui email secara sopan. Semua ini merupakan komponen
dari dimensi responsiveness. Pada dimensi fulfillment atau pemenuhan yaitu
mengacu bagaimana website menyampaikan produk atau jasanya serta
kemampuannya untuk mengoreksi kesalahan yang terjadi selama proses
transaksi. Website yang berusaha untuk meminimalkan ketidakpuasan dengan
service yang diberikan akan mencapai level yang lebih tinggi dari sebuah
evaluasi kualitas yang diberikan oleh para pelanggannya.
Menurut Samar I Swaid dalam jurnalnya yang berjudul “Measuring The
Quality of E-Service: Scale Development and Initial Validation” mengatakan bahwa
measuring the quality of the e-service experience includes cues that occur before,
during and after the e-purchase transaction, dimana mengukur kualitas pengalaman
e-service termasuk isyarat yang terjadi sebelum, selama dan setelah transaksi e-
purchase. Dapat memenangkan loyalitas pelanggan merupakan prioritas untuk
bertahan hidup bagi e-business.
2.3. Customer Satisfaction
2.3.1 Pengertian Customer Satisfaction
Menurut Christoper H. Lovelock dan Lauren K. Wright (2007:102)
kepuasaan adalah keadaan emosional, reaksi pasca pembelian mereka dapat berupa
kemarahan, ketidakpuasan, kejengkelan, netralitas, kegembiraan atau kesenangan.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007:9) kepuasan pelanggan adalah presepsi
individu dari kinerja produk atau jasa yang berkaitan dengan harapan. Pengertian
kepuasan menurut Ricard Oliver dalam Handi Irawan (2009:3) adalah respons
pemenuhan dari konsumen. Kepuasan adalah hasil dari penilaian konsumen bahwa
produk atau pelayanan telah memberikan tingkat kenikmatan dimana tingkat
pemenuhan ini bisa lebih atau kurang.
Menurut Ahsan Akbar dalam jurnalnya yang berjudul “The Role of Online
Service Quality in Enhancing Customer satisfaction : An Empirical Investigation of
Pakistani Banks” menunjukkan bahwa kualitas pelayanan memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan dalam hal bank asing tetapi dampaknya
tidak signifikan dalam kasus bank sektor publik Pakistan. Temuan ini
mengungkapkan bahwa kualitas layanan dikelola secara efektif dapat memberikan
16
kontribusi yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan, selain itu dimensi-dimensi
kualitas layanan online secara signifikan meningkatkan kepuasan pelanggan kecuali
efisiensi yang tidak ditemukan menjadi prediktor kepuasan pelanggan.
Dari beberapa pengertian kepuasan pelanggan menurut para ahli, dapat
disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan adalah perasaan dari konsumen terhadap
suatu produk atau jasa yang telah digunakan. Tingkat kepuasan pelanggan
merupakan fungsi dari harapan pelanggan dengan kinerja yang dirasakannya. Bila
kinerjanya sesuai dengan harapan,maka akan puas, senang dan gembira.
Harapan pelanggan merupakan referensi standar kinerja pelayanan, dan
sering kali diformulasikan berdasarkan keyakinan pelanggan tentang apa yang akan
terjadi. Berdasarkan beberapa definisi diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa kepuasan pelanggan didasarkan pada kinerja dan harapan yang dirasakan oleh
pelanggan. Oleh karena itu, kualitas produk dan layanan yang memuaskan akan
memberikan gambaran positif terhadap suatu perusahaan atau badan usaha.
Sebaliknya, jika mengecewakan maka akan memberikan kesan yang buruk terhadap
perusahaan atau badan usaha.
2.3.1.1 Faktor-Faktor Pendorong Kepuasan Pelanggan
Menurut Handi Irawan (2009:37), faktor-faktor pendorong kepuasan terdiri
dari lima driver utama yaitu:
1. Kualitas produk
Pelanggan akan mengetahui tingkat kepuasan yang akan dirasakan setelah
pelanggan membeli dan menggunakan produk tersebut, dan ternyata produk
tersebut memiliki kualitas yang baik.
2. Harga
Untuk pelanggan yang sensitif, biasanya harga murah adalah sumber
kepuasan yang penting karena mereka mendapatkan value for Money yang
tinggi. Akan tetapi komponen hara ini tidak akan menjadi kepuasan yang
penting bila mereka termasuk pelanggan yang sensitif terhadap harga.
Kualitas produk dan harga sering kali tidak mampu menciptakan keunggulan
bersaing dalam kepuasan pelanggan, karena kedua aspek ini relatif mudah
ditiru. Dengan teknologi yang hampir standar, akan membuat setiap
perusahaan dapat mempunyai produk yang hampir sama dengan pesaing.
17
Oleh karena itu banyak perusahaan yang lebih mengandalkan driver ketiga,
yaitu service quality (kualitas pelayanan).
3. Service Quality (Kualitas Pelayanan)
Service Quality sangat tergantung pada tiga hal yaitu System, teknologi, dan
manusia. Sama dengan kualitas produk maka kualitas pelayanan juga
merupakan driver yang memiliki banyak dimensi. Salah satu konsep service
quality yang populer adalah ServQual, berdasarkan konsep ini service quality
yang diyakini mempunyai lima dimensi yaitu realibility, responsiveness,
assurances, empathy, dan tangible.
4. Emotional Factor (Faktor Emosi)
Untuk beberapa produk yang berhubungan dengan gaya hidup driver
kepuasan pelanggan yang keempat relatif penting. Kepuasan pelanggan dapat
timbul seperti mengendarai mobil yang memiliki brand image yang baik.
Karena emotional value yang diberikan oleh brand produk tersebut. Selain itu
rasa bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, bagian dari kelompok orang
penting dan sebagainya adalah contoh emotional value yang mendasari
kepuasan pelanggan.
5. Kemudahan
Driver kelima adalah berhubungan dengan biaya dan kemudahan untuk
mendapatkan produk dan jasa tersebut. Pelanggan akan semakin puas apabila
relatif mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk atau
pelayanan.
Menurut Ho & Lee (2007) dalam jurnal, pengukuran tingkat kepuasan
pelanggan yaitu:
1. Melakukan pembelian kembali secara online pada website
2. Melakukan pilihan yang tepat dengan melakukan pembelian pada website.
3. Merasa puas setiap kali melakukan pembelian pada website.
2.3.2 Customer loyalty
2.3.2.1 Pengertian Customer loyalty
Engel, Blackwell, Miniard (dalam Ali Hasan 2008: 84), mengemukakan
bahwa loyalitas pelanggan merupakan kebiasaan perilaku pengulangan pembelian,
keterkaitan dan keterlibatan yang tinggi pada pilihannya, dan bercirikan dengan
pencarian informasi eksternal dan evaluasi alternatif. Dick dan Basu (dalam Ali dan
18
Hasan 2008:84), menyatakan definisi loyalitas lebih bersifat operasional yang
menyebutkan bahwa loyalitas sebagai sebuah konsep yang menekankan pada
tuntutan pembelian, proporsi pembelian, atau probabilitas pembelian. Menurut
Gremler dan Brown (dalam Ali Hasan, 2008:83), bahwa loyalitas pelanggan adalah
pelanggan yang tidak hanya membeli ulang suatu barang dan jasa, tetapi juga
mempunyai komitmen dan sikap yang positif terhadap perusahaan jasa, misalnya
dengan merekomendasikan orang lain untuk membeli. Menurut I Gede Mahatma
Yuda Bakti and Sik Sumaedi dalam jurnalnya yang berjudul “An Analysis of library
Customer loyalty: The Role of Service Quality and Costumer Satisfaction, a Case
Study in Indonesia” menyatakan bahwa pemahaman loyalitas pelanggan dan
pelayanan perpustakaan menjadi hal yang penting untuk mengembangkan strategi
yang efektif untuk mempertahankan siswa yang menggunakan layanan perpustakaan
dan menarik yang baru untuk menggunakannya. Menurut Hansel (2013:105) dalam
jurnalnya yang berjudul “Analisis Pengaruh E-service quality Terhadap Customer
satisfaction Yang Berdampak Pada Customer loyalty PT Bayu Buana Travel Tbk”,
menyatakan bahwa Loyalitas pelanggan adalah dampak jangka panjang dari
kepuasan pelanggan. Pada tingkat tertentu, kepuasan mampu membangun loyalitas
pelanggan. Kepuasan dan loyalitas pelanggan merupakan hasil dari persepsi terhadap
kinerja dari nilai suatu produk atau layanan.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa loyalitas adalah
komitmen pelanggan dalam pengambilan keputusan terhadap suatu merek atau
pemasok berdasarkan sikap yang positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang
konsisten dalam jangka waktu yang lama.
Loyalitas mewujudkan kondisi dari durasi waktu tertentu dan mensyaratkan
bahwa tindakan pembelian terjadi tidak kurang dari dua kali. Terakhir unit pembelian
keputusan menunjukkan bahwa keputusan untuk membeli dilakukan lebih dari satu
orang. Keputusan pembelian dapat menunjukkan seseorang dalam unit. Loyalitas
juga dapat menunjukkan komitmen pelanggan yang bertahan secara mendalam untuk
berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang terpilih secara konsisten
pada masa yang akan datang, meskipun harga yang ditawarkan lebih tinggi atau pun
terkait beberapa faktor lainnya. Menurut Ho dan Lee (2007), mengukur tingkat
loyalitas pelanggan dapat dilakukan ketika pelanggan tersebut: mengajak teman dan
keluarga untuk melakukan pembelian melalui website; mengatakan hal-hal positif
mengenai website kepada orang lain; melakukan pemesanan/pembelian kembali
19
produk/jasa pada website dalam waktu dekat; merekomendasikan website kepada
siapa saja yang ingin mencari informasi mengenai travel; dan mempertimbangkan
bahwa website sebagai pilihan utama untuk melakukan pembelian produk travel
secara online.
Grifin (2005: 31) mengindentifikasi pelanggan yang loyal adalah orang yang:
1. Melakukan pembelian ulang secara teratur
2. Membeli antarlini produk dan jasa
3. Mereferensikan kepada orang lain
4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing
2.3.2.2 Pengukuran Loyalitas Pelanggan
Untuk mengukur loyalitas pelanggan terdapat lima (5) item standar loyalitas
yang diadopsi dari You dan Donthu dalam Brakus, et al (2008: 33), yaitu sebagai
berikut:
1. Dimasa yang akan datang, Saya akan setia kepada merek tersebut
2. Saya akan membeli merek itu lagi
3. Merek ini akan menjadi pilihan pertama saya dimasa yang akan datang.
4. Saya tidak akan membeli merek lain jika merek ini tersedia di toko
5. Saya akan merekomendasikan merek ini kepada orang lain.
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini juga didukung oleh beberapa penelitian terdahulu yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Hasil Penelitian
Samar L.Swaid (2009) Measuring the Quality of
Service Scale
Development and Initial
Validation
Kualitas pelayanan atau
quality service memiliki
tipe yang berbeda-beda
terhadap loyalitas
pelanggan. Presepsi
produk atau jasa dan
20
Peneliti Judul Hasil Penelitian
jaminan yang diberikan
merupakan faktor-faktor
yang sangat penting yang
sangat berpengaruh
terhadap loyalitas
pelanggan dalam
melakukan transaksi atau
pembelian. Kualitas dari
pelayanan yang diberikan
dan kemudahan dalam
transaksi juga
mempengaruhi loyalitas
pelanggan.
I Gede Mahatma Yuda
Bakti and Sik Sumaedi
(2012)
An Analysis of library
Customer loyalty: The
Role of Service Quality
and Costumer Satisfaction,
a Case Study in Indonesia
Kualitas Pelayanan atau
service quality
mempengaruhi loyalitas
pelanggan, dimana
kepuasan pelanggan
menjadi dasar timbulnya
loyalitas pelanggan.
Ahsan Akbar (2015) The Role of Online
Service Quality in
Enhancing Customer
satisfaction : An Empirical
Investigation of Pakistani
Banks
Attitudes atau tingkah laku
dalam melayani pelanggan
merupakan faktor yang
perlu diperhatikan karena
memiliki dampak yang
cukup signifikan terhadap
kepuasan konsumen.
Dalam memberikan
pelayanan secara online
kepada pelanggan, perlu
memperhatikan kualitas
pelayanan secara
21
Peneliti Judul Hasil Penelitian
menyeluruh, oleh karena
itu perusahaan harus
memperhatikan organisasi
pelayanannya. Manajer
dapat bersaing dengan
kompetitor dengan
mengandalkan kualitas
pelayanan online yang
maksimal kepada
pelanggannya. Dimensi-
dimensi dari kualitas
pelayanan seperti
kemudahan cara transaksi,
ketepatan waktu dalam
transaksi, serta
kenyamanan dalam
menggunakan layanan
online yang memiliki efek
terhadap kepuasan
konsumen.
Hansel Jonathan (2013) Analisis Pengaruh E-
service quality Terhadap
Customer satisfaction
Yang Berdampak Pada
Customer loyalty PT Bayu
Buana Travel Tbk
Variabel e-service quality
dan customer satisfaction
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap
customer loyalty dengan
nilai koefisien beta yang
bernilai positif sebesar
0,731. Artinya, e-service
quality sudah memenuhi
harapan pelanggan yang
ada yang pada akhirnya
mampu memengaruhi
22
Peneliti Judul Hasil Penelitian
customer satisfaction dan
customer loyalty.
Sumber: Data olahan, 2016
2.5 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Sumber : Data Olahan
2.6 Hipotesis
Hipotesis untuk penelitian ini adalah hipotesis yang bersifat asosiatif, yang
menjelaskan bagaimana hubungan dan pengaruh atau kontribusi antar variabelnya.
Berikut ini adalah hipotesis yang dirancang oleh penulis:
H1: terdapat pengaruh antara website marketing terhadap customer
satisfaction pada PT. Sicurezza Solution.
H2: terdapat pengaruh antara e-service quality terhadap customer
satisfaction pada PT.Sicurezza Solution.
H3: terdapat pengaruh antara website marketing terhadap customer loyalty
pada PT.Sicurezza Solution.
H4: terdapat pengaruh antara e-service quality terhadap customer loyalty
pada PT.Sicurezza Solution
H5: terdapat pengaruh antara customer satisfaction terhadap customer
loyalty pada PT.Sicurezza Solution.
Website
E-Service
Quality
Customer
Loyalty
Customer
Satisfaction
H1
H2
H3
H4
H5