bab 2 latar belakang 2.1 2.1 -...
TRANSCRIPT
11
BAB 2
LATAR BELAKANG
Teori - Teori Umum
2.1 Sistem
2.1.1 Definisi Sistem
Menurut Hardcastle (2011:8), menyatakan bahwa sistem dapat
didefinisikan sebagai kumpulan komponen yang saling bekerja sama
untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dari sistem adalah untuk
menerima input dan menghasilkan output. Seluruh bagian dari sistem
memiliki kontribusi untuk memenuhi kebutuhan dari sistem
keseluruhan. Bagian tersebut seperti bagian operasional, bagian
keuangan dan bagian pemasaran. Seluruh bagian tersebut harus saling
bekerja sama agar dapat mencapai tujuan perusahaan secara
keseluruhan. Suatu sistem membutuhkan feedback dan juga kontrol
untuk dapat memperbaiki masalah yang terjadi.
Menurut Yakub (2012:1) menyatakan bahwa sistem adalah suatu
jaringan kerja dari prosedur yang berhubungan untuk melakukan suatu
kegiatan dan tujuan tertentu.
Menurut Sutarman (2012:13) menyatakan bahwa sistem adalah
kumpulan elemen yang saling berhubungan dan beritekrasi dalam satu
kesatuan untuk menjalankan suatu proses pencapaian suatu tujuan tama
(goal).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu kumpulan elemen
atau object yang saling bekerja sama dan saling berintekrasi untuk
mengcapai tujuan yang sama.
2.1.2 Karakteristik Sistem
Menurut Mustakini (2009:53) menyatakan suatu sistem dapat
diklarifikasikan sebagai berikut :
11
12
1. Sistem Abstrak dan Sistem Fisik
Sistem abstrak yaitu sistem yang berupa ide-ide yang tidak tampak
nyata atau tidak tampak fisik, sedangkan sistem fisik yaitu suatu
sistem yang tampak secara nyata.
2. Sistem Alami dan Sistem Buatan Manusia
Sistem alami yaitu suatu sistem yang keberadaannya terjadi secara
natural tanpa adanya campur tangan manusia, sedangkan sistem
buatan manusia yaitu suatu sistem muncul karena adanya peran
manusia didalam pembuatannya.
3. Sistem Pasti dan Sistem Tidak Pasti
Sistem pasti yaitu suatu sistem yang tingkah lakunya dapat
ditentukan atau dapat di perkirakan sebelumnya, sedangkan sistem
yang tidak pasti yaitu suatu sistem yang tingkah lakunya tidak dapat
ditentukan sebelumnya (tidak dapat diprediksi).
4. Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka
Sistem tertutup yaitu suatu sistem yang tingkah lakunya tidak
dipengaruhi oleh lingkungan luar, sedangkan sistem terbuka yaitu
suatu sistem yang mempunyai tingkah laku adanya pengaruh dari
lingkungan luar.
2.2 Informasi
2.2.1 Definisi Informasi
Menurut Sutarman (2012:14) menyatakan bahwa informasi adalah
sekumpulan data yang diorganisasikan dengan cara tertentu sehingga
mereka mempunyai arti bagi penerimanya.
Menurut Stair & Reynolds (2010: 5) menyatakan bahwa, “Information
is a collection of fact organized so that they have additional value
beyond the value of the individual facts.” Yang diterjemahkan
informasi adalah kumpulan fakta terorganisir sehingga mereka memiliki
nilai tambah di luar nilai fakta individu.
Menurut Gelinas, Dull dan Wheeler (2012:18) menyatakan bahwa,
“Information is data presented in a form that is useful in a decision
making activity . The information has value to the decision maker
13
because it reduces uncertainty and increases knowledge about a
particular area of concern.” Yang diterjemahkan informasi adalah data
yang disajikan dalam bentuk yang berguna dalam pembuatan
keputusan. Informasi memiliki nilai lebih bagi pembuat keputusan
karena mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan pengetahuan
tentang area tertentu.
Dari uraian diatas, dapat ditarik simpulan bahwa informasi merupakan
sebuah data yang memiliki kegunaan serta dapat meningkatkan
pengetahuan dan mengurangi ketidakpastian mengenai suatu hal
tertentu.
2.3 Sistem Informasi
2.3.1 Definisi Sistem Informasi
Menurut Gelinas dan Dull (2010:12) menyatakan bahwa sistem
informasi adalah suatu sistem yang terdiri dari seperangkat komponen
berbasis komputer dan komponen manual yang dibangun untuk
mengumpulkan, menyimpan, dan mengelola data serta menyediakan
keluaran (output) informasi kepada pengguna.
Menurut Rainer & Cegielski (2011:29) menyatakan bahwa,
“Information sistem (IS) is the planning, development, Management,
and use of information technology tools to help people perform all tasks
related to information processing and Management.” Dapat diartikan
bahwa sistem Informasi (SI) adalah perencanaan, pengembangan,
manajemen, dan penggunaan dari teknologi informasi untuk membantu
dalam melakukan semua tugas yang berkaitan dengan proses informasi
dan manajemen.
Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi
merupakan sebuah kombinasi dari manajemen, hardware, dan jaringan
komputer untuk melakukan tugas yang berkaitan dengan proses
informasi.
14
2.3.2 Fungsi Sistem Informasi
Menurut Henry Hendarti (2011:3) menyatakan bahwa yang termasuk
dalam fungsi sistem informasi adalah:
a. Sebagai area fungsional yang penting untuk mencapai keberhasilan
bisnis, seperti akuntanis, keuangan, pemasaran, manajemen
operasional maupun sumber daya manusia.
b. Sebagai salah satu kontributor yang penting untuk meningkatkan
efisiensi dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan, serta
produktivitas dan pelayanan kepada pelanggan.
c. Sebagai sumber utama informasi untuk mendukung pengambilan
keputusan bagi para manager senior.
d. Sebagi bahan penting dalam pengembangan produk dan jasa
perusahaan bagi yang bersaing di pasar global.
e. Memberikan peluang dalam berkarir dinamis.
f. Sebagai komponen penting dari sumber daya, infrastruktur dan
kemampuan perusahaan bisnis yang akan membentuk jaringan.
2.4 Evaluasi
2.4.1 Pengertian Evaluasi
Menurut Arikunto dan Cepi (2008:2) menyatakan bahwa evaluasi
adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu dan kemudian informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.
Fungsi utama dari evaluasi adalah untuk menyediakan informasi yang
berguna untuk bagian pengambil keputusan (decision maker) untuk
dapat menentukan kebijakan dalam mengambil keputusan berdasarkan
evaluasi yang telah dilakukan.
Menurut Adler Haymans Manurung (2009) menyatakan bahwa evaluasi
adalah tindakan untuk melihat, menyelidiki atas tindakan yang
dilakukan sebelumnya. Dalam evaluasi atas investasi, investor harus
mengumpulkan semua tindakan investasi yang dilakukan.
Menurut S. Eko Putro Widoyoko (2012:6) menyatakan bahwa evaluasi
adalah suatu proses yang sistematis untuk mengumpulkan,
15
mendeskripsikan, dan menyajikan informasi tentang suatu program
untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun
kebijakan maupun menyusun program selanjutnya.
Dari uraian diatas, dapat ditarik simpulan bahwa evaluasi merupakan
sebuah pengukuran atau penilaian atas sebuah proyek, kegiatan atau
aktivitas agar dapat mencapai tujuan kegiatan awal yang telah
ditentukan.
2.4.2 Langkah-Langkah Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi program ditempuh langkah-langkah
berikut :
1. Merumuskan masalah dan beberapa pertanyaan.
2. Karena tujuan evalusi adalah untuk memperoleh data yang
diperlukan untuk mengambil keputusan, maka konselor perlu
mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan hal-hal
yang akan dievaluasi. Pertanyaan-pertanyaan itu pada dasarnya
terkait dengan aspek-aspek yang dievaluasi yaitu : (1) tingkat
keterlaksanaan program (aspek proses), dan (2) tingkat ketercapaian
tujuan program (aspek hasil).
1. Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data :
Untuk memperoleh data yang diperlukan, yaitu mengenai tingkat
keterlaksanaan dan ketercapaian program, maka konselor perlu
menyusun instrument yang relevan dengan kedua aspek tersebut.
2. Mengumpulkan dan menganalisa data :
Setelah data diperoleh maka data tersebut dianalisis, yaitu
menelaah tentang program apa saja yang telah dan belum
dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah dan belum
tercapai.
16
3. Melakukan tindak lanjut :
Bedasarkan temuan yang diperoleh, maka dapat dilakukan
kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat meliputi dua kegiatan
yaitu : (1) memperbaiki hal-hal yang di pandang lemah, kurang
tepat, atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai dan
(2) mengembangkan program, dengan cara merubah dan
menambah beberapa hal yang dipandang dapat meningakatkan
kualitas atau efektivitas program. (Sudrajat, 2010).
Teori - Teori Khusus yang Berhubungan dengan Topik yang Dibahas
2.5 Procurement
Procurement mengacu pada semua aktivitas yang melibatkan mendapatkan
barang-barang dari pemasok, hal ini meliputi pembelian dan juga kegiatan
logistik ke dalam seperti transportasi, barang masuk dan penyimpanan di
gudang sebelum barang tersebut digunakan (Kalakota dan Robinson, 2004:56).
Turban (2008:234) berpendapat bahwa procurement Management adalah
koordinasi semua aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pembelian
barang-barang dan jasa yang dibutuhkan untuk melengkapi misi organisasi.
Sedangkan menurut Donald (2002:40) berpendapat bahwa procurement
menyangkut informasi untuk melengkapi persiapan purchase order, modifikasi
dan pencarian pemasok secara keseluruhan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa procurement adalah seluruh kegiatan untuk
mendapatkan barang dan jasa yang diperlukan oleh perusahaan dari pemasok
mulai dari pencarian pemasok, membuat pemesanan hingga barang dikirimkan.
2.5.1 Metode-Metode Procurement
Turban (2010:251) mengemukakan bahwa perusahaan menggunakan
metode yang berbeda untuk memperoleh produk dan jasa tergantung
dengan apa dan dimana mereka membeli, jumlah yang diperlukan dan
berapa jumlah uang yang terpakai. Metode-metode procurement adalah
sebagai berikut :
1. Membeli dari manufaktur, penjual grosir atau pengecer dari katalog-
katalog mereka dan adanya negosiasi.
17
2. Membeli melalui katalog yang terhubung dengan memeriksa katalog
penjual atau membeli melalui mal-mal industri.
3. Membeli melalui katalog pembeli internal dimana perusahaan
menyetujui katalog-katalog vendor termasuk kesepakatan harga.
4. Mengadakan penawaran tender dari sistem dimana pemasok bersaing
dengan yang lainnya. Metode ini digunakan untuk pembelian dalam
jumlah besar.
5. Membeli dari situs pelelangan dimana organisasi berpartisipasi
sebagai salah satu pembeli.
6. Bergabung dengan suatu kelompok sistem pembeli dimana
memeriksa permintaan partisipasi, menciptakan jumlah besar,
kemudian kelompok ini dapat menegosiasikan harga.
7. Berkolaborasi dengan pemasok untuk berbagi informasi tentang
penjualan dan persediaan, sehingga dapat mengurangi persediaan,
stock out dan mempertinggi ketepatan pengiriman.
2.5.2 Prinsip Procurement
Menurut Budiharjo Hardjowijono dan Hayie Muhammad (2008)
berpendapat bahwa pengadaan barang dan jasa harus dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip pengadaan yang dipraktekkan secara
internasional efisiensi, efektifitas, persaingan sehat, keterbukaan,
transpraransi, tidak diskriminasi dan akuntabilitas. Penjelasannya
sebagai berikut :
1. Efisiensi
Prinsip efisiensi dalam pengadaan barang dan jasa adalah dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia diperoleh barang dan jasa
dalam jumlah, kualitas yang diharapkan dan diperoleh dalam waktu
yang optimal.
2. Efektif
Prinsip efektif dalam pengadaan barang dan jasa adalah dengan
sumber daya yang tersedia diperoleh barang dan jasa yang
mempunyai nilai manfaat setinggi-tingginya.
18
3. Persaingan Sehat
Prinsip persaingan yang sehat dalam pengadaan barang dan jasa
adalah adanya persaingan antar calon penyedia barang dan jasa
berdasarkan etika dan norma pengadaan yang berlaku, tidak terjadi
kecurangan dan praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
4. Terbuka
Prinsip terbuka dalam pengadaan barang dan jasa adalah
memberikan kesempatan kepada semua penyedia barang dan jasa
yang kompeten untuk mengikuti pengadaan.
5. Transparansi
Prinsip transparansi dalam pengadaan barang dan jasa adalah
pemberian informasi yang lengkap tentang aturan pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa kepada semua calon penyedia barang dan
jasa yang berminat dan masyarakat.
6. Tidak Diskriminatif
Prinsip tidak diskriminatif dalam pengadaan barang dan jasa adalah
pemberian perlakuan yang sama kepada semua calon penyedia
barang dan jasa yang berminat mengikuti pengadaan barang dan
jasa.
7. Akuntabilitas
Prinsip akuntabilitas dalam pengadaan barang dan jasa adalah
pertanggungjawaban pelaksanaan pengadaan barang dan jasa kepada
para pihak yang terkait dan masyarakat berdasarkan etika, norma dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.5.3 Tugas dan Tanggung Jawab Procurement (Pengadaan Barang)
Menurut Moch. Mizanul Achlaq (2011) berpendapat bahwa tugas dari
bagian pengadaan barang adalah menyediakan barang maupun jasa
dengan harga yang murah, berkualitas dan terkirim tepat waktu. Tugas-
tugas bagian pengadaan barang tidak terbatas hanya pada kegiatan rutin
pembelian.
Tugas-tugas bagian pengadaan barang dan jasa adalah sebagai berikut:
1. Merancang hubungan yang tepat dengan supplier
19
a) Hubungan dengan supplier bisa bersifat kemitraan jangka panjang
maupun hubungan transaksional jangka pendek.
2. Memilih supplier
a) Kegiatan memilih supplier bisa memakan waktu dan sumber daya
yang tidak sedikit.
b) Kesulitan akan lebih tinggi kalau supplier yang akan dipilih
berada di mancanegara.
c) Supplier yang berpotensi untuk menjalin hubungan jangka
panjang, proses pemilihan ini bisa melibatkan evaluasi awal,
mengundang mereka untuk presentasi, kunjungan lapangan dan
sebagainya.
d) Pemilihan supplier harus sejalan dengan strategi supply chain.
3. Memilih dan mengimplentasikan teknologi yang cocok
a) Kegiatan pengadaan selalu membutuhkan bantuan teknologi.
b) Teknologi yang lebih tradisional dan lumrah digunakan adalah
telepon dan fax.
c) Saat ini banyak perusahaan yang menggunakan electronic
procurement (e-procurement) yaitu aplikasi internet untuk
kegiatan pengadaan.
4. Memelihara data item yang dibutuhkan dan data supplier.
a) Bagian pengadaan harus memiliki data yang lengkap tentang
item-item yang dibutuhkan maupun data tentang supplier mereka.
b) Beberapa data supplier yang penting untuk dimiliki adalah nama
dan alamat masing-masing dari supplier, item apa yang mereka
pasok, harga per unit, pengiriman, kinerja masa lalu serta
kualifikasi supplier termasuk juga kualifikasi seperti ISO.
5. Melakukan proses pembelian
a) Proses pembelian bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya
pembelian rutin dan pembelian dengan melalui tender atau lelang.
b) Pembelian rutin dan pembelian dengan tender melewati proses-
proses yang berbeda.
6. Mengevaluasi kinerja supplier
a) Hasil penilaian ini digunakan sebagai masukan bagi supplier
untuk meningkatkan kinerja mereka.
20
b) Kinerja yang digunakan untuk menilai supplier seharusnya
mencerminkan strategi supply chain dan jenis barang yang dibeli.
2.5.4 PR (Purchase Requisition)
Purchase Requisition (permintaan pembelian) merupakan formulir
untuk internal perusahaan atau pemohonan persetujuan baik secara
manual atau otomatis hasil dari sistem lain, yang berfungsi untuk
mencatat permintaan pembelian barang atau jasa. Permohonan ini
biasanya berhubungan dengan persetujuan pembelian tentang nilai dari
barang yang akan dibeli (jumlah barang, harga barang), spesifikasi dari
barang, maupun pengaturan cash, yaitu kapan barang akan dibeli. PR
disetujui akan berlanjut ke proses PO (Purchase Order).
PR adalah realisasi dari budget. Untuk itu maka dalam PR disediakan
kolom untuk mengaitkan budget baik secara otomatis maupun manual.
Otomatis hanya bisa dilakukan jika terdapat pattern tertentu seperti tipe
biaya, sedangkan manual dilakukan oleh pemohon PR. Dalam hal
keterkaitan dengan budget, PR bisa dikategorikan menjadi 2, yaitu:
1. PR Budget : PR yang dikaitkan dalam budget dan angka sisa budget
masih lebih besar atau sama dengan nilai PR.
2. PR Non Budget : PR yang tidak bisa dikaitkan dengan budget
dikarenakan belum ada kode budget atau sisa budget tidak
mencukupi.
Untuk itu pengontrolan angka PR dibanding dengan sisa budget harus
dilakukan secara realtime dan up to date. Up to date karena angka PR
berubah-ubah dan status PR yang berubah-ubah yang berpengaruh
terhadap sisa budget.
2.5.5 PO (Purchase Order)
Pengertian Purchase Order (PO) bila diterjemahkan secara harfiah
bahwa purchase berarti pembelian sedangkan order berarti pesanan,
Purchase order berarti mempunyai definisi pesanan pembelian.
Didalam masyarakat global purchase order dapat didefinisikan sebagai
berikut :
21
a) Purchase Order adalah pernyataan resmi yang diterbitkan oleh
pembeli kepada penjual yang dalam pernyataan itu dilengkapi
dengan segala syarat dan kondisi dari transaksi yang akan dilakukan.
(Hinkel, Edward G, 1994:165).
b) Purchase Order adalah surat pernyataan persetujuan (akseptasi) dari
importir atas penawaran eksportir yang sifatnya mengikat secara
hukum. (Amir MS, 2002:33).
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Purchase Order (PO)
merupakan bukti tertulis yang menyatakan bahwa pembeli benar-benar
berminat melakukan jual-beli. Dalam Purchase Order (PO) tertulis
secara lengkap informasi yang diinginkan pembeli tentang barang yang
dipesan, jumlahnya, harganya baik harga satuan maupun harga total,
kapan barang dikirim, tujuan barang, cara pembayaran, syarat
penyerahan barang, volume dan catatan lain jika ada. Dengan
diterimanya Purchase Order (PO) maka penjual akan memproduksi
barang seperti yang dipesan oleh pembeli. Seandainya didalam
Purchase Order (PO) terdapat hal-hal yang tidak disetujui oleh penjual,
maka penjual akan menolak Purchase Order (PO) tersebut dengan cara
mengirimkan kembali Purchase Order (PO) disertai dengan konfirmasi
penolakan. Purchase Order (PO) itu sendiri mempunyai kekuatan
seperti halnya “sales contract“. Purchase order (PO) digunakan oleh
organisasi perusahaan atau badan usaha sebagai dokumen untuk
melakukan pembelian barang dan jasa yang sifatnya rutin untuk
keperluan operasionalnya.
Penjual akan melakukan proses produksi sampai barang siap untuk
dikirim berdasarkan Purchase Order (PO). Jadi penjual melakukan
aktivitas ekspor dengan menjadikan Purchase order (PO) sebagai
pedoman (Amir M.S, 2000:23).
2.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan
data, darimana data diperoleh dan apa alat yang digunakan untuk
22
mengumpulkan data. Berikut ini adalah 2 teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data.
2.6.1 Observasi
Observasi memungkinkan pengumpulan data tanpa bertanya kepada
responden, pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan terhadap
orang atau kegiatan pada lingkungan kerja dan kemudian mencatat
informasi yang didapat. Peneliti dapat berperan sebagai participant
observer ataupun non-participant observer.
Yang dimaksud dengan participant observer adalah peneliti ikut
menjadi bagian penting dalam tim kerja objek observasinya. Sedangkan,
non-participant observer adalah pengumpulan data dimana peneliti
tidak menjadi bagian penting dalam organisasi perusahaan. (Sekaran,
2010:186)
2.6.2 Interview (Wawancara)
Interview atau wawancara adalah metode pengumpulan data dengan
melakukan wawancara terhadap responden untuk mendapatkan
informasi mengenai objek penelitian. Wawancara dapat terstruktur
ataupun tidak tersruktur dan dapat dilakukan secara tatap muka maupun
melalui telepon atau secara online.
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan peneliti
dengan menyusun pertanyaan terlebih dahulu sebelum ditanyakan
kepada responden. Pewawancara memiliki daftar pertanyaan yang
berfokus dan relevan dengan masalah yang akan ditanyakan kepada
responden. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk mengidentifikasikan beberapa
masalah penting terkait dengan situasi masalah, tanpa adanya persiapan
atau perencanaan mengenai pertanyaannya. Tujuan utama dari
wawancara tidak terstruktur adalah untuk menyelidiki dan memeriksa
beberapa faktor situasi yang mungkin menjadi pusat permasalahan.
23
2.7 Pengertian Fit/Gap Analysis
Di era persaingan industri yang semakin ketat, peningkatan kualitas dan
kuantitas menjadi tuntutan bagi setiap perusahaan agar dapat bersaing untuk
menarik konsumen. Oleh sebab itu, diperlukan suatu pengukuran kinerja untuk
dapat mengevaluasi sistem pada perusahaan.
Menurut ray (2011:163), Gap analysis adalah analisis kesenjangan antara daftar
kebutuhan bisnis, yang disebabkan oleh berbagai alasan. Sehingga diperlukan
suatu tindakan untuk mengidentifikasi bagian mana yang memiliki potensi
kesenjangan/Gap, dikarenakan suatu bagian tersebut tidak sempurna atau
memiliki kekurangan.
Adapun menurut Bens (2012:178), Gap analysis merupakan suatu metode
perancangan yang memungkinkan suatu kelompok untuk mengidentifikasi
langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. Gap analysis
digunakan ketika seorang individu ataupun suatu kelompok perlu mengetahui
dan memahami perbedaan-perbedaan antara situasi yang sedang berjalan
sekarang (as-is) dengan situasi yang diinginkan di masa yang akan datang (io-
be).
Menurut Dejan dan Andrej (2013:324) menyatakan bahwa fit/Gap analysis
adalah suatu metodologi atau pendekatan dimana proses, fungsi dan sistem
yang ada pada perusahaan dibandingkan, dievaluasi dan dilakukan list down
agar dapat mengatahui kesesuaian (fit) dan kesenjangan (Gap).
Dapat disimpulkan bahwa Fit/Gap analysis merupakan alat yang membantu
perusahaan dalam membandingkan performa saat ini dengan performa
kebutuhan perusahaan yang potensial. Fit/Gap analysis didasari oleh dua
kondisi yaitu keadaan terpenuhi dan keadaan potensial. Dengan melakukan
analisa fit dan Gap perusahaan diharapkan mampu memaksimalkan performa
yang ada hingga menuju ke potensi dan sumber daya yang seharusnya dapat
dipenuhi.
Gap analysis dapat dilihat melalui beberapa perspektif, yaitu:
1) Organisasi (sumber daya manusia)
2) Arah bisnis perusahaan
24
3) Proses bisnis perusahaan
4) Teknologi informasi
Dalam penggunaan Gap analysis dengan service quality, menurut Hoffman dan
Bateson (2006:335) bahwa terdapat 5 quality perspective dari service quality
yaitu:
1) Service Gap, yaitu mengindikasikan bahwa adanya perbedaan antara
pengharapan antara keinginan yang diinginkan oleh pelanggan dengan
keadaan yang telah mereka terima sekarang.
2) Knowledge Gap, yaitu pengharapan yang diinginkan oleh pelanggan dan
pengharapan yang diinginkan oleh manajemen perusahaan.
3) Standard Gap, adalah terjadinya ketimpangan antara persepsi manajemen
perusahaan dengan pelanggan, yang dimaksud disini adalah standar dari
delivery standard.
4) Delivery Gap, adalah terjadinya persepsi yang diinginkan perusahaan
kepada pelanggan dengan keadaan yang telah terjadi sebenarnya di
perusahaan tersebut.
5) Communication Gap, adalah terjadinya antara kesenjangan pelanggan
dengan komunikasi yang terdapat atau yang dimiliki oleh perusahaan
tersebut, dalam hal ini adalah mengantarkan informasi yang akurat, tepat
dan jelas kepada pelanggan mengenai produk atau jasa yang ditawarkan.
2.7.1 Tujuan Fit/Gap Analysis
Tujuan dari Fit/Gap Analysis antara lain :
1) Mengumpulkan requirement dari perusahaan.
2) Langkah awal untuk menentukan penyesuaian (customization) yang
diperlukan.
3) Memastikan sistem yang baru memenuhi kebutuhan proses bisnis
perusahaan.
4) Memastikan bahwa proses bisnis akan menjadi Best Practice.
5) Mengidentifikasikan permasalahan yang membutuhkan perubahan
kebijakan.
Menurut Pol dan Paturkar (2011:3) berpendapat bahwa tipe pendekatan
yang dapat digunakan dalam Fit/Gap Analysis yaitu :
25
a) Brainstorming Discussion Based : pendekatan yang melibatkan
konsultan dengan kemampuan profesional dan para stakeholder
projek. Pendekatan ini cocok apabila kedepannya akan dilakukan
upgrade dan penyelesaian isu setelah sistem telah
diimplementasikan.
b) Process Based : pendeskripsian dan demonstrasi berorientasi pada
perbandingan proses maupun aktivitas.
c) Questionnaire Based : pendekatan ini didasari oleh kuesioner yang
telah disiapkan oleh konsultan yang berisi pertanyaan-pertanyaan
terhubung dengan requirements. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
ditujukan kepada User yang telah berpengalaman. Kelebihan pada
pendekatan ini adalah waktu pengumpulan data yang cepat namun
memiliki tingkatan valid data yang lebih rendah.
d) Hybrid : dengan hybrid semua pendekatan yang telah disebut dapat
digunakan. Biasanya pendekatan hybrid dimulai dari brainstorming
lalu process dan menuju ke questionnaire. Pendekatan hybrid
memiliki output terbaik dari Fit/Gap analysis namun memerlukan
upaya dan investasi lebih dalam melakukannya.
2.7.2 Langkah-Langkah Fit/Gap Analysis
Menurut Bens (2012:178), terdapat enam langkah-langkah untuk
melakukan Gap analysis adalah sebagai berikut :
1. Langkah 1 : Mengidentifikasi keadaan di masa yang akan datang.
Menggunakan alat untuk memvisualisasikan atau pendekatan lain
yang menghasilkan gambaran yang lebih rinci bagaimana keinginan
suatu kelompok di masa depan.
2. Langkah 2 : Mengidentifikasi keadaan sekarang.
Mendeskripsikan Fitur komponen yang sama seperti masa yang akan
datang dan harus sangat terperinci. Menuliskan ide-ide yang
dihasilkan di bagian sisi kiri ruang kerja.
3. Langkah 3 : Meminta anggota untuk bekerja dengan mitra untuk
mengidentifikasi kesenjangan (Gap) antara masa sekarang dan masa
depan. Tanyakan pertanyaan seperti : “apa perbedaan masa sekarang
26
dana masa yang akan datang?”, “apa yang menjadi beban atau
kendala untuk mencapai yang diinginkan ?”
4. Langkah 4 : Ketika mereka selesai mambahasnya, berbagi ide
kepada seluruh kelompok dan menuliskan kesenjangan (Gap) yang
ada antara masa sekarang dan yang akan datang.
5. Langkah 5 : Ketika menyadari adanya kesenjangan (Gap), bagi
kelompok besar membentuk kelompok-kelompok kecil. Memberikan
setiap kelompok kecil tersebut satu atau lebih item kesenjangan
untuk mencari pemecahan masalah atau tindakan perencanaan.
6. Langkah 6 : mengumpulkan kembali seluruh kelompok untuk
mendengarkan rekomendasi atau rencana tindakannya. Mintalah
anggota untuk menyetujui, lalu kemudian membuat mekanisme
tindakan selanjutnya.
Gambar 2. 1 Langkah-langkah melakukan Gap Analysis
(Bens, 2012: 178)
2.7.3 Elemen Fit Gap analysis
Elemen dalam Fit Gap analysis yaitu :
a. Ranking Requirements
Melakukan identifikasi terhadap kebutuhan analisa bagimana sistem
bekerja dan bagian-bagian yang terdapat dalam sistem. Langkah ini
dapat dijadikan batasan dalam pengembangan sistem.
Ranking requirement s juga memberikan prioritas pada bagian dari
proses bisnis setelah dilakukannya identifikasi. Adapun tingkat
prioritas dalam identifikasi ini antara lain:
• H (High Critical Requirement ) merupakan requirement yang
sangat penting untuk kegiatan operasi dan tanpa requirement
27
tersebut perusahaan tidak dapat berfungsi, termasuk didalamnya
kebutuhan akan pelaporan internal dan eksternal yang penting.
• M (Medium Critical Requirement ) merupakan requirement
dimana ketika dipenuhi akan meningkatkan proses bisnis
perusahaan.
• L (Low Critical Requirement ) merupakan requirement yang
hanya menambah nilai yang kecil / minor value bagi proses
bisnis perusahaan apabila requirement tersebut dipenuhi.
b. Degree of Fit
Dalam langkah ini dilakukan identifikasi peringkat kesesuaian antara
requirement dengan sistem yang ada. Degree of Fit menunjukan
apakah proses atau komponen yang terdapat pada requirement telah
fit, Gap atau Partial fit.
Berikut adalah tingkatan dalam mengidentifikasi proses atau
komponen dalam degree fit :
• Fit (F)
Kondisi dimana kebutuhan telah sepenuhnya dipenuhi oleh
sistem.
• Gap (G)
Kondisi dimana sistem belum memenuhi kebutuhan dan
membutuhkan komentar, alternatif saran dan rekomendasi yang
dibutuhkan untuk menghasilkan hal yang diinginkan.
• Partial Fit (P)
Kondisi dimana sebuah sistem telah cukup memenuhi
requirement namun dirasa pemanfaatanya belum sepenuhnya
maksimal.
28
Tabel 2. 1 Template Fit Gap analysis
(Sumber : Waterloo, 2012:1)
Requirement
Priority
Fit/Gap
Comment
Recommendation Fit Partial Fit
Gap
Requirement A
P1 X Insert any comments concerning the Fit/Gap analysis for this Requirement
Ace task NNN or request NNNNN has been created for this customization with a very High Priority
Requirement B
P1 X Insert any comments concerning the Fit/Gap analysis for this Requirement
Set up documented in Appendix a for this Requirement
Requirement C
P2 X Insert any comments concerning the Fit/Gap analysis for this Requirement
Accept this Gap
2.8 Risk Analysis
2.8.1 Risk/Risiko
Menurut Schwalbe (2010:425), risiko adalah ketidakpastian yang dapat
memiliki efek negatif atau posistif pada pemenuhan tujuan proyek.
Sedangkan menurut Osborne, Andy (2012:09), Resiko merupakan
problema ataupun peluang yang dapat terjadi pada waktu yang akan
datang. Setiap keputusan atau tindakan yang diambil tentu memiliki
elemen terjadinya risiko.
29
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Risk/risiko adalah suatu
peluang yang dapat terjadi yang dapat berdampak baik ataupun tidak
baik.
2.8.2 Pengertian Risk Analysis
Menurut Peltier (2010:71), Risk analysis adalah teknik yang digunakan
untuk mengidentifikasi dan menilai faktor-faktor yang dapat
membahayakan keberhasilan sebuah proyek atau tercapainya suatu
tujuan.
Menurut Bradley (2011:24), Risk analysis melibatkan analisa dampak
dari tantangan atau peluang yang bersifat potensial, dimulai dengan
penilaian konsekuensi serta kemungkinan risiko yang terjadi.
Pendekatan umum yang digunakan untuk analisis risiko adalah melalui
penggunaan Risk matrix.
Menurut Mittal (2013:241) dalam jurnal yang berjudul “Risk Analysis
and Mitigation Steps in Different Phases of Software Development”,
dikatakan bahwa “Risk analysis is used to identify the High Risk
elements of a project in Software engineering. Also, it Provides ways of
detailing the impact of Risk mitigation strategies.” Yang diterjemahkan
bahwa Risk analysis digunakan untuk mengidentifikasi elemen yang
berisiko tinggi dari proyek rekayasa perangkat lunak. Selain itu,
menyediakan cara untuk mengetahui dampak dari strategi mitigasi
risiko secara terperinci.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Risk analysis adalah
sebuah metode analisa yang digunakan untuk mengidentifikasi
kemungkinan adanya risiko yang terjadi dan mengetahui dampaknya
dalam sebuah proyek.
2.8.3 Probability-impact Matrix
Probability (Peluang) adalah kemungkinan suatu ancaman akan terjadi.
Probability terbagi menjadi tiga level, yaitu :
a. High Probability : Sangat mungkin bahwa ancaman akan terjadi
pada tahun berikutnya.
30
b. Medium Probability : Mungkin bahwa ancaman akan terjadi pada
tahun berikutnya.
c. Low Probability : Sangat tidak mungkin bahwa ancaman akan
terjadi pada tahun berikutnya. (Peltier 2005 : 19).
Impact (dampak) adalah pengukuran besarnya kerugian atau kerusakan
pada nilai sebuah asset. Impact terbagi menjadi tiga level, sebagai
berikut :
a. High Impact : Pemberhentian pada unit bisnis penting yang
mengakibatkan kerugian yang signifikan terhadap bisnis, citra
perusahaan, atau proFit.
b. Medium impact : Gangguan singkat dari proses kritis atau system
yang mengakibatkan limited financial loss terhadap unit bisnis
tunggal.
c. Low Impact : Gangguan tanpa menyebabkan financial loss. (Peltier
2005:25).
Hasil penelaahan terhadap Probability dan impact adalah identifikasi
tingkat resiko yang dapat terjadi pada setiap ancaman. Dan hasil
identifikasi tingkat resiko tersebut dapat dibuat ke dalam Probability -
impact matrix seperti pada gambar 2.2.
Gambar 2. 2 Probability -Impact Matrix
(Sumber : Peltier (2005:26)
31
Menurut Dumbrava (2013:91) dalam jurnal yang berjudul “Using
Probability – Impact Matrix in Analisys and Risk Assessment Project”
dikatakan bahwa “Using the Probability – impact Matrix whose
purpose is to calculate and determine the exposure in case of an event
considered to be at Risk. The graphical presentation of Probability –
impact Matrix was pursued and High light for the ease of position on a
certain level of Risk taken in the study.” Yang dapat diterjemahkan
bahwa menggunakan Probability -impact matrix bertujuan untuk
menghitung dan menentukan paparan dalam kasus dari suatu peristiwa
yang dianggap berisiko. Presentasi grafis dari Probability -impact
matrix diikuti dan ditandai untuk kemudahan dalam posisi pada suatu
tingkat risiko tertentu dalam studi.
2.8.4 Teknik Identifikasi Risk
Menurut Schwalbe (2010:434), ada beberapa tools dan teknik untuk
mengidentifikasi Risk. Terdapat lima teknik untuk mengumpulkan
informasi termasuk :
a. Brainstorming adalah teknik di mana sebuah kelompok mencoba
untuk menghasilkan ide-ide atau menemukan solusi untuk masalah
tertentu dengan mengumpulkan ide-ide spontan dan tanpa
penghakiman.
b. Delphi Technique adalah untuk memperoleh konsesnsus di antara
panel ahli yang membuat prediksi tentang perkembangan masa
depan.
c. Interview adalah teknik pencarian fakta untuk mengumpulkan
informasi dengan tatap muka, telepon, e-mail, atau diskusi instant-
messaging. Mewawancarai orang-orang dengan pengalaman proyek
serupa adalah alat penting untuk mengidentifikasi potensi risiko.
d. Root Cause Analysis menggunakan diagram sebab-akibat melacak
keluhan tentang masalah kualitas kembali ke operasi produksi yang
bertanggung jawab. Dengan kata lain, dapat membantu menemukan
akar penyebab masalah. Penyebab akar masalah akan memiliki
dampak yang signifikan pada tindakan yang diambil untuk
memecahkan masalah. (Schwalbe., 2010:300)
32
e. SWOT analysis menganalisis kekuatan (Strenghts), kelemahan
(weaknesses), peluang (Opportunities), dan perancanaan strategis.
2.8.5 Qualitative Risk Analysis
Menurut Schwelbe (2010:442), qualitative risk analysis menilai
kemungkinan dan dampak dari resiko – resiko yang diidentifikasi, untuk
menentukan ukuran dan prioritasnya.
Menurut Marchewka (2010:207), qualitative Risk analysis pada tahap
proses manajemen risiko difokuskan pada analisis pada tahap proses
manajemen risiko difokuskan pada analisis kualitas yang berkenaan
dengan dampak dan kemungkinan dari resiko-resiko yang telah
diidentifikasi. Qualitative Risk analysis berfokus pada analisis resiko
yang subjektif berdasarkan pengalaman dan penilaian dari project
stakeholder.
Dan menurut behnia, Rashid, dan Chaudhry (2012:80) dalam jurnal
yang berjudul “A survey of information security Risk analysis methods”
dikatakan bahwa “The qualitative method rates the magnitude of the
potential impact of a threat as High , Medium, or Low. Qualitative
methods are the most common measures of the impact of Risks.” Yang
dapat diterjemahkan bahwa metode kualitatif menilai besarnya dampak
potensial dari ancaman seperti tinggi, sedang, atau rendah. Metode
kualitatif adalah pengukuran yang paling umum untuk dampak resiko.
2.9 Analisa dan Perancangan Sistem Informasi
2.9.1 UP Life Cycle
Unified Process (UP) yaitu sebuah metodologi pengembangan sistem
berorientasi objek yang dikembangkan oleh Grady Booch, James
Rumbaugh dan Ivar Jacobson yang memberikan fitur-fitur unik
menggunakan UML untuk model sistem dan UP system development
life cycle. UP merupakan metodologi pengembangan sistem yang sangat
berpengaruh dalam pengembangan berorientasi objek dan mempunyai
berbagai variasi dalam penggunaan. (Satzinger, Jackson dan Burd.,
2005:50).
33
UP Life Cycle yaitu sebuah pendekatan adaptif dalam siklus hidup
pengembangan sistem yang digabungkan dengan pengulangan fase dan
fase-fase. (Satzinger, Jackson dan Burd, 2005:52).
UP Life Cycle terdiri dari:
a) UP Phase:
1. Inception : Mengembangkan visi yang cocok untuk sistem,
membuat kasus bisnis, mendefinisikan ruang lingkup dan
menghasilkan estimasi biaya dan jadwal secara kasar. (Satzinger,
Jackson dan Burd, 2005:46).
2. Elaboration : Memperbaiki visi, identifikasi dan menjelaskan
semua kebutuhan, menyelesaikan ruang lingkup, desain dan
implementasi dari arsitektur inti dan fungsi, menyelesaikan
resiko-resiko tinggi, dan menghasilkan estimasi biaya dan jadwal
secara nyata. (Satzinger, Jackson dan Burd, 2005:46).
3. Construction : Mengimplementasi resiko yang lebih rendah
secara berulang, dapat di prediksi dan elemen-elemen mudah
serta mempersiapkan untuk penyebaran. (Satzinger, Jackson dan
Burd, 2005:46).
4. Transition : Menyelesaikan beta test dan penyebaran agar
pengguna memiliki sistem bekerja dan bersiap untuk
menghasilkan keuntungan seperti yang diharapkan. (Satzinger,
Jackson dan Burd, 2005:46).
b) UP Disciplines:
1. Business Modelling : memiliki tujuan utama untuk memahami
dan mengkomunikasikan sifat dari lingkungan bisnis di mana
sistem akan disebarkan. (Satzinger, Jackson dan Burd, 2005:55).
2. Requirements : memiliki tujuan utama untuk memahami dan
mendokumentasi kebutuhan bisnis serta memproses kebutuhan-
kebutuhan untuk sistem yang baru. (Satzinger, Jackson, dan Burd,
2005:56).
34
3. Design : memiliki tujuan untuk merancang solusi sistem
berdasarkan pada kebutuhan-kebutuhan yang telah didefinisikan
sebelumnya. (Satzinger, Jackson dan Burd, 2005:57).
4. Implementation : memiliki tujuan untuk melibatkan kegiatan
pembangunan atau perolehan yang dibutuhkan oleh komponen
sistem. (Satzinger, Jackson dan Burd, 2005:58).
5. Testing : memiliki manfaat yang telah diakui sangat penting
dalam pengembangan sistem. Ketika bekerja dengan pengguna
untuk mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan awal, analis harus
menanyakan kepada para penguna untuk menghasilkan kasus tes
dan data sampel yang dapat mereka gunakan nanti untuk
mengevaluasi sistem di bawah kondisi aktual. (Satzinger, Jackson
dan Burd, 2005:58).
6. Deployment : mengacu pada aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan
untuk membuat sistem operasional. Setiap hardware dan software
system yang dibutuhkan harus telah dipasang. Para pengguna dari
berbagai tipe harus di latih. Terakhir, data yang harus termasuk
dalam files system dan databases harus diperoleh. (Satzinger,
Jackson dan Burd, 2005:59).
7. Project Management : merupakan salah satu disiplin yang sangat
penting dan membutuhkan banyak usaha. Perencanaan proyek
biasanya terdapat di inception phase, tetapi aktivitas manajemen
proyek tetap berlanjut melalui proyek tersebut. (Satzinger,
Jackson dan Burd, 2005:59).
8. Configuration and Change Management: ketika proyek telah
berjalan, banyak terdapat perubahan-perubahan dalam
requirement s, design, source code, dan executables. Dengan
adanya perubahan atas komponen-komponen yang telah dibuat,
model-model dan dokumen lain yang menjelaskan komponen
tersebut harus diperbaharui. (Satzinger, Jackson dan Burd,
2005:59).
9. Environment: melibatkan kegiatan mengatur lingkungan
pengembangan yang digunakan oleh tim proyek. (Satzinger,
Jackson dan Burd, 2005:60).
36
2.10 UML (Unified Modelling Language)
Rossa dan Shalahuddin (2011:96) menyatakan (UML) Unified Modeling
Language merupakan sistem arsitektur yang bekerja dalam OOAD (Object
Oriented Analysis/Design) dengan satu bahasa yang konsisten untuk
menentukan, visualisasi, kontruksi dan mendokumentasikan artifact dari sistem
perangkat lunak. UML merupakan bahasa pemodelan yang paling sukses dari
tiga metode OO (Object Oriented) yang telah ada sebelumnya, yaitu Booch,
OMT (Object Modeling Technique) dan OOSE (Object-Oriented Software
Engineering.
Tujuan UML (Unified Modeling Language) yaitu sebagai berikut.
a. Memberikan model yang siap pakai, bahasa pemodelan visual yang
eksprensif untuk mengembangkan dan saling menukar model dengan mudah
dan dimengerti secara umum.
b. Memberikan bahasa pemodelan yang bebas dari berbagai bahasa
pemograman dan proses rekayasa.
c. Menyatukan praktek-praktek terbaik yang terdapat dalam pemodelan.
Menurut Rama dan Jones yang diterjemahkan oleh M. Slamet Wibowo
(2008:78), mendefinisikan UML (Unified Modelling Language) adalah sebuah
bahasa yang digunakan untuk menentukan, memvisualisasikan, membangun,
dan mendokumentasikan sistem informasi. UML dikembangkan sebagai suatu
alat untuk analisis dan desain berorientasi objek.
Whitten dan Bentley (2007:371) berpendapatan UML adalah seperangkat
konvensi pemodelan yang digunakan untuk menentukan atau menggambarkan
sebuah sistem perangkat lunak dalam hal objek.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa UML adalah sebuah bahasa
pemodelan yang digunakan untuk menganalisis dan menggambarkan sistem
informasi yang berkaitan dengan objek yang digunakan untuk
mendokumentasikan dan menjelaskan suatu sistem informasi.
37
2.10.1 Activity Diagram
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012:57) Activity Diagram
ialah suatu diagram yang menggambarkan alur kerja dari kegiatan-
kegiatan User yang melakukan beberapa aktivitas yang berurutan.
Diagram ini termasuk dalam Requirement Discipline serta fase
inception dan elaboration pada UP Life Cycle.
Tabel 2. 2 Notasi Activity Diagram
No. Simbol Kegunaan
1.
Swimlane adalah area persegi pada activity diagram untuk mewakili kegiatan yang dilakukan oleh agen tunggal.
2.
Starting activity ada simbol dimana untuk mengawali terjadinya suatu proses.
3.
Transition arrow adalah simbol untuk menunjukkan arah ke proses selanjutnya atau menghubungkan setiap aktivitas.
4.
Activity adalah simbol dalam activity diagram untuk menggambarkan aktivitas yang terjadi.
5.
Ending activity adalah simbol yang digunakan untuk mengakhiri sebuah proses bisnis yang sedang berjalan.
6.
Join adalah simbol dalam activity
38
2.10.2 User Interface
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012:57) User Interface adalah
input dan output yang lebih langsung melibatkann pengguna sistem.
Dalam mendesain UI perlu memikirkan human-computer interaction
(HCI) yaitu suatu pembelajaran tentang end User dan interaksi mereka
dengan komputer dalam aspek fisik, persepsi, dan konseptual.
Menurut Jeffrey A. Hoffer (2009:59) User Interface adalah bahasa,
menu dan fasilitas lainnya yang digunakan untuk berinteraksi dengan
berbagai macam komponen, seperti case tools, program aplikasi,
DBMS dan repositori.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa User Interface
adalah sistem operasi sebagai sarana yang dapat berinteraksi antara
pengguna dengan sistem operasi dimana pengguna memberikan
perintah kepada sistem operasi kemudian diterima, diproses dan
ditampilkan oleh sistem operasi.
diagram yang digunakan untuk menggabungkan semua aktivitas yang berjalan secara pararel.
7.
Split adalah simbol dalam activity diagram yang digunakan untuk menunjukkan proses aliran data yang berjalan bersamaan secara pararel yang terjadi dalam sistem.
8.
Decision adalah simbol yang digunakan untuk menunjukkan adanya 2 kondisi dan aktivitas yang dapat dipilih .