bab 2 landasan teori dan kerangka pemikiranthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2010-1-00453-mn bab 2.pdf5...
TRANSCRIPT
5
BAB 2
LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah orang – orang yang merancang dan menghasilkan
barang atau jasa, mengawasi mutu, memasarkan produk, mengalokasikan sumber
finansial serta merumuskan seluruh strategi dan tujuan organisasi (Samsudin 2006, p20).
Tanpa orang – orang yang memiliki keahlian atau kompentensi maka mustahil
bagi suatu organisasi atau perusahaan dapat mencapai tujuannya, karena sumber daya
manusia inilah yang dapat membuat seluruh sumber daya lainnya berjalan dan berfungsi
secara baik, karena berdasarkan pendapat Samsudin (2006, p20), bahwa manusia atau
sumber daya manusia adalah aset yang paling penting yang harus dimiliki oleh organisasi
atau perusahaan dan harus diperhatikan serta dimaksimalkan. Adanya signifikansi antara
sumber daya manusia akan menghasilkan sebuah fakta bahwa manusia merupakan
elemen yang terpenting, yang senantiasa ada di dalam perusahaan atau organisasi.
Merekalah yang bekerja membuat tujuan, mengadakan inovasi, dan mencapai tujuan
organisasi.
2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu kegiatan pengelolaan yang
meliputi pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa bagi manusia
sebagai individu anggota organisasi atau perusahaan bisnis. (Samsudin 2006, p22).
Dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Perusahaan” (2004, p1) Veithzal Rivai menjelaskan bahwa MSDM merupakan salah satu
bidang dari manajemen yang meliputi segi - segi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian. Proses ini terdapat dalam fungsi/bidang produksi
pemasaran, keuangan, maupun kepegawaian. Karena sumber daya manusia dianggap
semakin penting perannya dalam pencapaian tujuan perusahaan, maka berbagai
6
pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang SDM dikumpulkan secara sistematis dalam
apa yang disebut manajemen sumber daya manusia. Istilah “manajemen” mempunyai
arti sebagai kumpulan pengetahuan tentang manusia bagaimana seharusnya me-manage
(mengelola) sumber daya manusia.
Berdasarkan pendapat Sitohang dalam bukunya yang berjudul “Manajemen
Sumber Daya Manusia” (2007, p1) menjelaskan bahwa manajemen adalah perencanaan,
pengorganisasian dan pengendalian usaha – usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya lain yang ada dalam organisasi, guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Sedangkan manajemen sumber daya manusia adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengedalian terhadap: pengadaan
seleksi, tes penyaringan, pelatihan, penempatan, pemberian kompensasi,
pengembangan, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemberhentian/pemensiunan
sumberdaya manusia dari organisasi.
Berdasarkan pendapat Susilo (2002, p04), manajemen sumber daya manusia
adalah proses sistematis untuk mencapai tujuan – tujuan pengelolaan sumber daya
manusia dalam rangka mendukung pencapain tujuan organisasi. Manajemen sumber
daya manusia yang efektif mengharuskan manajer menemukan cara terbaik dalam
mempekerjakan orang – orang yang tepat untuk mencapai tujuan organisasi atau
perusahaan. Kemudian menurut Samsudin (2006, p23), terdapat hal yang esensial dari
manajemen sumber daya manusia adalah pengelolaan dan pendayagunaan secara penu
dan berkesinambungan terhadap sumber daya manusia yang ada sehingga mereka dapat
bekerja secara optimal, efektif, dan produktif dalam mencapai tujuan organisasi atau
perusahaan. Masih menurut Samsudin (2006, p23), terdapat empat hal penting
berkenaan dengan manajemen sumber daya manusia adalah sebagai berikut:
• Penekanan yang lebih dari biasannya terhadap pengintegrasian berbagai
kebijakan sumber daya manusia dengan perencanaan.
• Tanggung jawab pengelolaan sumber daya manusia tidak lagi menjadi tanggung
jawab manajer khusus, tetapi manajemen secara keseluruhan.
7
• Adanya perubahan dari hubungan serikat pekerja manajemen menjadi hubungan
manajemen karyawan.
• Terdapat aksentuasi pada komitmen untuk melatih para manajer agar dapat
berperan optimal sebagai penggerak dan fasilitator.
Sehingga dapat di lihat bahwa manajemen sumber daya manusia menjadi hal
yang penting untuk dilakukan oleh perusahaan demi memaksimalkan dan menjaga
sumber daya manusia yang mereka miliki. Oleh karena itu, pada era global seperti
dewasa ini aktivitas pengelolaan sumber daya manusia secara efektif akan semakin
meningkat pada semua jenis dan jenjang organisasi atau perusahaan.
2.1.2 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Berdasarkan buku yang ditulis oleh Veithzal Rivai (2004, p8) tujuan manajemen
sumber daya manusia memiliki 4 sasaran. Keempat sasaran yang relatif umum bagi
manajemen SDM dan membentuk sebuah kerangka masalah yang sering ditemui dalam
perusahaan, keempat sasaran itu adalah:
1. Sasaran Perusahaan
Sasaran ini untuk mengenali manajemen SDM dalam rangka memberikan
kontribusi atas efektivitas perusahaan. Bahkan ketika departemen SDM secara
formal didirikan untuk membantu manajer, mereka masih tetap bertanggung
jawab atas kinerja karyawan.
2. Sasaran Fungsional
Sasaran ini mempertahankan kontribusi departemen SDM pada level yang cocok
bagi berbagai kebutuhan perusahaan. Terkadang sumber daya dihabiskan ketika
manajemen SDM kurang atau lebih canggih dibandingkan dengan kebutuhan –
kebutuhan perusahaan. Sasaran fungsional antara lain adalah: pengangkatan,
penempatan, dan penilaian.
8
3. Sasaran Sosial
Sasaran in untuk tanggap secara etis maupun sosial terhadap berbagai
kebutuhan dan tuntutan masyarakat dengan terus meminimalkan dampak negatif
atas tuntutan tersebut terhadap perusahaan. Kegagalan perusahaan dalam
menggunakan sumber daya mereka bag kepentingan masyarakat yang tidak
melalui cara – cara etis bisa menimbukan sejumlah kendala. Sasaran sosial
antara lain meliputi: keuntungan perusahaan, pemenuhan tuntutan hukum, dan
hubungan manajemen dengan serikat pekerja.
4. Sasaran Pribadi Karyawan
Yaitu untuk membantu para karyawan mencapai tujuan – tujuan pribadi mereka,
setidaknya sejauh tujuan – tujuan tersebut dapat meningkatkan kontribusi
individu atas perusahaan. Sasaran pribadi karyawan harus mampu ditemukan
bila mereka ingin dipertahankan dan dimotivasi. Selain itu, kinerja dan kepuasan
karyawan bisa menurun dan mereka bisa hengkang dari perusahaan.
Menurut pendapat Samsudin (2006, p 30), tujuan manajemen sumber daya
manusia adalah memperbaiki kontribusi produktif orang – orang atau tenaga kerja
terhadap organisasi atau perusahaan dengan cara bertanggung jawab secara strategis,
etis, dan sosial. Dalam praktiknya, manajemen sumber daya manusia dimulai dari
penetapan tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, tujuan organisasi
maupun tujuan fungsional, hingga target pemasaran. Secara spesifik, tujuan manajemen
sumber daya manusia dalam sebuah organisasi adalah mengelola dan mengembangkan
kompetensi personil agar mampu merealisasikan misi organisasi, dimana dapat diartikan
bahwa semua aktivitas manajemen sumber daya manusia berorientasi pada
pengembangan dan pemanfaatan kompetensi karyawan. Secara sinergis, kompetensi
individu akan membentuk kompetensi kelompok dimana akan mendorong terjadinya
pembentukan kompetensi inti organisasi.
9
Kesimpulannya, tujuan manajemen sumber daya manusia adalah mengelola atau
mengembangkan kompetensi inti organisasi agar organisasi mampu menjalankan misi
dan mewujudkan visinya melalui pencapain tujuan – tujuan organisasi yang
direncanakan. Namun perlu di garis-bawahi, bahwa pada kenyataannya tidak ada dua
organisasi yang menggunakan model manajemen sumber daya manusia yang identik.
Setiap organisasi mempunyai budaya dan perilaku kerja yang berbeda – beda.
2.2 Pengertian Manajemen Kinerja dan Kinerja
Manajemen kinerja yang dikutip oleh Payaman (2005, p.1) adalah keseluruhan
kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi,
termasuk kinerja masing – masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut.
Menurut pendapat Barry Cushway (2002, p87) definisi menajemen kinerja adalah
suatu proses manajemen yang dirancang untuk menghubungkan tujuan organisasi
dengan tujuan individu sedemikian rupa, sehingga baik tujuan individu maupun tujuan
korporasi dapat bertemu. Ada asumsi yang perlu digarisbawahi, yaitu jika seseorang
merasa puas karena tujuannya tercapai dan pada saat yang bersamaan ikut serta dalam
pencapaian organisasi, maka dia akan benar – benar termotivasi dan akan mendapatkan
kepuasan yang lebih besar. Asumsi ini juga merupakan inti dari manajemen sumber daya
manusia (MSDM).
Sistem manajemen kinerja yang dikutip oleh Robert dan John (2006, p.377)
terdiri atas proses untuk mengidentifikasi, mendorong, mengukur, mengevaluasi,
meningkatkan dan memberikan penghargaan atas kinerja karyawan.
Menurut Mangkunegara (2000, p.67) kinerja berasal dari kata job performance
atau actual performance yang artinya hasil kerja secara kualitas yang dicapai oleh
seorang pagawai dalam melaksanakan tugasnnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
Kinerja yang dikutip oleh Payaman (2005, p.1) adalah tingkat pencapaian hasil
atas pelaksanaan tugas tertentu.
10
Kinerja (performance) yang dikutip oleh Robert dan John (2006, p.378) adalah
apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu hasil
kerja yang dilakukan oleh individu ataupun organisasi dalam menyelesaikan suatu tugas
atau pekerjaan.
2.2.1 Elemen Kinerja dan Model Perencanaan Kinerja
Menurut Robert dan John (2006, p.378) kinerja yang umumnya untuk
kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut:
• Kuantitas dari hasil
• Kualitas dari hasil
• Ketepatan waktu dari hasil
• Kehadiran
• Kemampuan bekerjasama
Dimensi lain dari kinerja di luar beberapa yang umum ini dapat diterapkan pada
berbagai pekerjaan. Kriteria pekerjaan atau dimensi yang spesifik dari kinerja pekerjaan
akan mengidentifikasi elemen yang paling penting dalam pekerjaan tersebut.
Perencanaan kinerja yang dikutip oleh Payaman (2005, p.18) adalah proses
penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan kinerja setiap
orang. Rencana kinerja terdiri atas 3 komponen;
• Uraian jabatan atau uraian tugas (job description)
• Sasaran kinerja
• Rencana tindakan kinerja
Disamping uraian jabatan, hasil analisis jabatan perlu juga mengambarkan:
• Sasaran yang harus dicapai dengan melakukan kegiatan yang dimaksud,
• Standar pencapaian atau standar prestasi kerja
• Tingkat kesulitan untuk mencapai sasaran
11
• Persyaratan kompetensi yang harus dimiliki seseorang agar mampu melakukan
kegiatan dimaksud
• Tahapan proses dan penjadwalan kegiatan yang akan dilakukan
• Imblan yang layak bagi yang menduduki jabatan dimaksud
2.2.2 Pembinaan Kinerja
Peningkatan kinerja dapat dilakukan antara lain dengan:
• Mendorong pekerja memahami uruain tugas dan uraian jabatannya, serta
memahami tanggung jawabnya
• Mendorong pekerja memahami sasaran yang harus dicapai
• Membantu pekerja memahami bagaimana melakukan pekerjaan dengan
menggunakan alat – alat kerja yang sesuai
• Memberdayakan pekerjaan melalui bimbingan, penyuluhan, pendidikan, dan
pelatihan, rotasi penugasan, dan lain – lain
• Menumbuhkan motivasi dan etos kerja
• Menciptakan iklim kerja yang kondusif
2.2.3 Evaluasi Kinerja
Evaluasi kerja yang dikutip oleh Payaman (2005, p.20) adalah satu sistem dan
cara penilaian pencapaian hasil kerja suatu perusahaan atau organisasi dan penilaian
pencapain hasil kerja setiap individu yang bekerja di dalam dan untuk perusahaan
tersebut.
Evaluasi kinerja terdiri atas beberapa tahapan, yaitu:
• Mengumpulkan dan menyeleksi informasi
• Mendeskripsikan dna menginterpretasikan data
• Mengembangkan dan mengkaji informasi
• Menarik kesimpulan
12
2.3 Sikap Pimpinan
Menurut Robbins (2003, p90) dalam bukunya “Perilaku Organisasi”, sikap adalah
pernyataan evaluatif – baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan – mengenai
objek, orang atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan
sesuatu.
Dalam Stephen P. Robbins (2003, pp91- 92), sikap terdiri dari 3 antara lain:
1. Kepuasan Kerja
Istilah kepuasan kerja (job satisfaction) merujuk pada sikap umum seorang
individu terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi
menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja itu; seseorang yang tidak puas
dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu.
2. Keterlibatan Kerja
Istilah keterlibatan kerja (job involvement) menyatakan bahwa keterlibatan kerja
mengukur derajat sejauh mana seseorang memihak secara psikologis pada
pekerjaannya dan menganggap tingkat kinerjanya yang dipersepsikan sebagai
penting untuk harga – diri. Karyawan dengan tingkat keterlibata kerja tinggi
dengan kuat memihak pada jenis kerja yang dilakukan dan benar – benar peduli
dengan jenis kerja itu.
3. Komitmen pada Organisasi
Didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana seorang karyawan memihak pada
suatu organisasi tertentu dan tujuan – tujuannya serta berniat memelihara
keanggotaan dalam organisasi itu. Jadi keterlibatan kerja yang tinggi berarti
pemihakan seseorang pada pekerjaannya yang khusus, komitmen pada
organisasi yang lebih tinggi berarti pemihakan pada organisasi yang
mempekerjakannya.
13
Dalam buku Kartini Kartono (2006, pp.38-39) pemimpin mempunyai bermacam –
macam pengertian. Beberapa definisi tersebut antara lain:
1. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan,
khususnya di satu bidang, sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk
bersama – sama melakukan aktivitas – aktivitas tertentu, demi pencapaian satu
atau beberapa tujuan. Jadi, pemimpin itu ialah seorang yang mimiliki satu atau
beberapa kelebihan sebagai predisposisi (bakat yang dibawa sejak lahir) dan
merupakan kebutuhan dari satu situasi zaman sehingga mempunyai kekuasaan
dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbing bawahan.
2. Menurut Henry Pratt Fairchild yang dikutip oleh Kartini kartono (2006, p.38),
menyatakan bahwa pemimpin dalam arti luas adalah seorang yang memimpin
dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan,
mengorganisasikan atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui
prestise, kekuasaan atau posisi. Dalam arti sempit, pemimpin ialah seorang yang
membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas persuasifnya, dan
aksentansi/penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.
3. Menurut John Gage Alle yang dikutip oleh Kartini Kartono (2006, p.39)
menyatakan bahwa “Leader ... a guide; a conductor; a commander” (pemimpin
itu ialah pemandu, penunjuk, penuntun, komandan).
Seorang pemimpin yang baik adalah seseorang yang tidak melaksanakan sendiri
tindakan yang bersifat operasional, tetapi mengambil keputusan, menentukan
kebijaksanaan dan menyerahkan orang lain untuk melaksanakan keputusan yang telah
diambil sesuai dengan kebijaksanaan yang telah digariskan.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus, dengan atau tanpa
pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya, untuk melakukan
usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran – sasaran tertentu.
14
Jadi ide kreatif, inovatif dan keberanian untuk berusaha merupakan cikal bakal
dari jiwa seorang pemimpin. Contoh saja Ir. Ciputra. Dia berani berusaha dan mengasah
daya pikir sehingga bisa menjadi seorang pemimpin Ciputra Group dan Enterpreneur
yang sukses. Jadi seorang pemimpin secara sadar atau tidak pasti memiliki jiwa sebagai
seorang enterpreneur.
Bila diterjemahkan secara literatur, dalam Hendro dan Widhianto (2006, p.16),
enterpreneur itu berasal “between taker” atau “go between” yang artinya orang yang
berani memutuskan dan mengambi resiko dari satu atau lebih pilihan yang semua
pilihannya mempunyai manfaat dan risiko berbeda. Sama halnya dengan seorang
pemimpin, mereka harus berani dalam mengambil keputusan dengan
mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi. Oleh karena itu, seorang pemimpin dapat
dikatakan sebagai seorang enterpreneur.
Dalam Hendro dan Widhianto ( 2006, p.16 ), entrepreneurship berubah makna
dari sekadar mengambil resiko menjadi menjual manfaat untuk menukar resiko yang
akan terjadi. bila manfaat sebuah pekerjaan itu lebih besar dari resiko yang ditawarkan
kepada orang lain yang akan mendanainya, maka itulah makna entrepreneur.
Wirausaha, menurut Finces ( 2004, p.11 ) adalah mereka yang selalu bekerja
keras dan kreatif untuk mencari peluang bisnis, mendayagunakan peluang yang
diperoleh, dan kemudian merekayasa penciptaan alternatif sebagai peluang bisnis baru
dengan faktor keunggulan.
Jadi dari pengertian wirausaha di atas dapat disimpulkan bahwa wirausaha
adalah suatu kemampuan seseorang untuk mengambil risiko dan mengelola sesuatu
yang ada di dalam dirinya untuk dimanfaat dan ditingkatkan agar dapat memperoleh
suatu value bagi dirinya ataupun orang banyak.
Menurut Hendro dan Widhianto (2006, p.56), ada beberapa ciri yang biasanya
ada dalam diri seorang pemimpin yang telah sukses, yaitu:
• Mempunyai impian – impian realistis dan tinggi dan mampu diubah menjadi cita
– cita yang harus ia capai. Hidupnya ingin berubah karena kekuatan
15
emosionalnya yang tinggi dan keyakinannya yang kuat, sehingga impian itu bisa
terwujud (power of dream).
• Menyukai tantangan dan tidak pernah puas dengan apa yang didapat (high
achiever).
• Mempunyai ambisi dan motivasi yang kuat (motivator).
• Memiliki keyakinan yang kuat akan kemampuannya bahwa dia bisa (power of
mind).
• Seorang yang visioner dan mempunyai daya kreativitas tinggi.
• Risk manager, not just a risk taker.
• Memiliki strong emotional attachment (kekuatan emosional).
• Seorang problem solver.
• Mampu menjual dan memasarkan produknya (seller).
• Ia mudah bosan dan sulit diatur.
• Seorang kreator ulung.
2.4 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain
agar mau bekerja sama dibawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai
suatu tujuan tertentu (Samsudin 2006, p287), sehingga dapat dinyatakan bahwa
kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi atau menggerakkan bawahan agar
mau melaksanakan apa yang diinginkan atau diharapkan oleh pimpinan tersebut.
Arep dan Tanjung (2003, p.93), mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain atau masyarakat
yang berbeda – beda menuju pencapaian tertentu.
Menurut Zenger & Folkman (2004, pix-xi), keterampilan kepemimpinan sangat
penting di dalam suatu perusahaan atau organisasi sejenisnya. Jika kepemimpinan selalu
dikembangkan, maka merupakan salah satu kunci untuk sukses. Kepemimpinan
mempengaruhi kinerja setiap orang yang bekerja dengan kita. Dengan tanggung jawab
16
yang besar, pemimpin harus belajar tanpa henti. Para pemimpin besar tidak ditentukan
oleh tidak adanya kelemahan, tetapi lebih oleh adanya kekuatan nyata. Kunci untuk
mengembangkan kepemimpinan besar dan efektif adalah membangun kekuatan.
Dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi” (2004,
p2) Veithzal Rivai menjelaskan bahwa arti kepemimpinan sangatlah bervariasi sebanyak
orang mencoba untuk mendefinisikannya. Namun Rivai menekankan menjadi beberapa
definisi bahwa pada hakekatnya kepemimpinan adalah:
• Proses mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya
dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
• Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan,
kepercayaan, kehormatan, dan kerja sama yang bersemangat dalam memcapai
tujuan bersama.
• Kemampuan untuk memengaruhi, memberi inspirasi dan mengarahkan tindakan
seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
• Melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi tertentu.
• Kemampuan untuk memengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan.
Sumber pengaruh dapat secara formal ada bila seorang pemimpin memiliki posisi
manajerial di dalam sebuah organisasi. Sedangkan sumber pengaruh tidak formal
muncul di luar struktur organisasi formal. Dengan demikian seorang pemimpin
dapat muncul dari dalam organisasi atau karena ditunjuk secara formal. Dengan
demikian pengaruh pemimpin sangat ditentukan oleh statusnay, yaitu sebagai
pemimpin formal atau pimpinan informal yang masing – masing dapat
dibedakan.
Dari pengertian kepemimpinan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
merupakan kemampuan lebih yang dimiliki oleh seseorang (baik dalam organisasi atau
tidak) untuk mempengaruhi dan membujuk orang – orang yang ada dalam
lingkungannya, agar mereka bersedia bekerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
17
2.4.1 Visi Kepemimpinan
Menurut (A.B. Susanto, 2007, pp5-10), sebuah visi berisi pernyataan yang
singkat dan jelas mengenai tujuan organisas dan bagaimana mencapainya pada suatu
titik waktu di masa depan, sering dinyatakan dalam kata – kata atau istilah yang
bersifat kompetitif. Visi adalah sebuah gambaran mengenai tujuan dan cita – cita di masa
depan yang harus dimiliki organisasi sebelum disusun rencana bagaimana mencapainya.
Visi tidak menerangkan secara spesifik mengenai cara – cara yang digunakan untuk
mencapai cita – cita tersebut.
Seorang pemimpin harus mengkomunikasikan angan – angan dan mimpinya
yang dapat membangkitkan harapan, menyulut semangat agar beranjak dari situasi masa
kini, yang kadangkala pahit dan getir. Seorang pemimpin harus menyampaikan sebuah
visi yang membuka jendela masa depan.
Kepemimpinan yang memberikan semangat yang secara konsisten
mengartikulasi visi, didukung oleh orang – orang seperti contohnya para karyawan yang
bekerja dengannya, memotivasi orang – orang tersebut untuk dapat mencapai tujuan
perusahaan.
Elemen – elemen dalam visi:
• Direction
Direction jika diterjemahkan memiliki pengertian yaitu arahan. Hubungannya
dengan visi dan pimpinan adalah, arah dari pimpinan membawa perusahaan.
• Business competition
Business competition adalah kompetisi dalam bisnis yang mempengaruhi
terealisasnya sebuah visi.
• Resource utilization
Resource utilization adalah bagaimana seorang pimpinan mempertimbangkan
sumber daya yang dimilikinya. Jika dengan pertimbangan akan sumber daya,
maka seorang pimpinan dapat menentuka hal – hal yang dibutuhkannya dalam
melaksanakan visi.
18
• Benefactor
Benefactor adalah pertimbangan dari pimpinan dalam melihat pihak mana yang
diuntungkan, contohnya anggota organisasi dan stakeholders.
Manfaat dari visi yang jelas:
• Pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi lingkungan di masa depan dimana
perusahaan akan beroperasi
• Pemahaman yang lebih baik mengenai seperti apa seharusnya organisasi di masa
depan dan meraih kesuksesan dalam lingkungan yang ada
• Tujuan dan mimpi bersama yang berfungsi sebagai alat untuk membangun
kerjasama tim dan memecahkan konflik
• Fokus yang lebih jelas pada hal – hal yang dianggap penting. Ini dapat
menghindarkan perusahaan dari menghabiskan waktu yang berharga karena
melakukan terlalu banyak hal.
• Sebuah visi yang komprehensif akan membantu organisasi menyederhanakan
proses pengambilan keputusan. Selain dalam pengambilan keputusan, visi juga
dapat membantu membentuk, mengarahkan dan mengkoordinasikan perilaku
para anggota organisasi atau perusahaan.
• Visi dapat menjadi alat untuk mengukur kemajuan dan efektivitas bagi individu
dan organisasi. Bagi individu, visi membantu membedakan hal – hal yang boleh
dan tidak boleh dilakukan. Bagi organisasi, vis memberikan kerangka kerja yang
logis dimana setiap divisi atau pihak (contohnya para stakeholders) dapat
menentukan sasaran.
2.4.2 Misi Kepemimpinan
Menurut (A.B. Susanto, 2007, pp71-76), pernyataan misi yang baik harus secara
akurat menjelaskan mengapa organisasi perlu ada dan apa yang diharapkan di masa
depan. Pernyataan misi mengartikan sifat – sifat utama, nilai – nilai dan aktivitas
19
perusahaan. Pernyataan juga harus mampu menumbuhkan keyakinan bagi para anggota
organisasi, serta mampu pula mengekspresikan tujuan organisasi dengan cara yang
dapat memberi inspirasi, komitmen, inovasi, dan keberanian.
Tujuan pernyataan misi:
• Memastikan adanya kesamaan tujuan dalam organisasi.
• Sebagai dasar untuk memotivasi pemanfaatan sumber daya perusahaan.
• Sebagai dasar atau standar bagi pengalokasian sumber daya organisasi.
• Untuk membangun sebuah iklim organisasi, misalnya untuk menentukan jenis
operasi bisnis.
• Sebagai titik fokal untuk menentukan siapa saja yang dapat mengidentifikasikan
tujuan dan arah organisasi dan siapa saja yang tidak boleh melakukannya.
• Sebagai fasilitas untuk menerjemahkan tujuan dan arah organisasi ke dalam
struktur kerja yang melibatkan perlimpahan tugas dan tanggung jawab kepada
elemem – elemen yang ada dalam organisasi.
• Untuk menjelaskan secara spesifik tujuan dari organisasi dan penerjemahan
tujuan tersebut ke dalam sasaran dalam sebuah cara dimana biaya, waktu, dan
parameter kinerja dapat dinilai dan dikendalikan.
2.4.3 Jenis – Jenis Pemimpin
Jenis - jenis pemimpin dalan kartini Kartono (2006, p.9):
• Pemimpin formal adalah orang yang oleh organisasi/lembaga tertentu ditunjuk
sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk
memegang suatu jabatan dalam struktur organisasi, dengan segala hak dan
kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai sasaran organisasi.
• Pemimpin informal adalah orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal
sebagai pemimpin, namun karena memiliki sejumlah kualitas maka mencapai
kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan
perilaku suatu kelompok atau masyarakat.
20
2.4.4 Sifat – Sifat Pemimpin
Menurut Ordway Tead dalam tulisannya yang dikutip oleh Kartini Kartono (2006,
p.44), mengemukakan 10 sifat pemimpin, yaitu:
• energi jasmaniah dan mental (physical and nervous energy)
• kesadaran akan tujuan dan arah (a sense of purpose and direction)
• antuasiasme (enthusiasm: semangat, kegairahan, kegembiraan dan direction)
• keramahan dan kecintaan (friendliness and affection)
• integritas (integrity, keutuhan, kejujuran, ketulusan hati)
• penguasaan teknis (technical mastery)
• ketegasan dalam mengambil keputusan (decisiveness)
• kecerdasan (intelligence)
• keterampilan mengajar (teaching skill)
• kepercayaan (faith)
Sedangkan George R. Terry dalam bukunya “Principles of Management”, 1964
yang dikutip oleh Kartini Kartono (2006, p47) menuliskan sepuluh sifat pemimpin yang
unggul, yaitu:
• Kekuatan
• Stabilitas emosi
• Pengetahuan tentang relasi insani
• Kejujuran
• Objektif
• Dorongan pribadi
• Keterampilan berkomunikasi
• Kemampuan mengajar
• Keterampilan sosial
• Kecakapan teknis atas manajerial
21
2.4.5 Peran Kepemimpinan
Menurut R. Achmad Rustandi dalam bukunya Gaya Kepemimpinan yang
mengutip pendapat Henry Mintzberg sebagaimana dikutip oleh Gouzali (1995, p.214)
mengemukakan berbagai macam peranan kepemimpinannya, yaitu:
• Peran antar manusia
peran anta manusia itu meliputi:
1. Peran selaku tokoh. Peran ini menyebabkan setiap pemimpin merupakan
kewajiban untuk melakukan kegiatan yang bersifat seremonial (upacara), seperti
meresmikan proyek - proyek, membuka acara- acara resmi, menyematkan tanda
jasa dan sebagainya.
2. Peran selaku pimpinan. Peran ini, menyebabkan seorang pemimpin
bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan para bawahannya,
memotivasi dan meningkatkan semangat kerja serta berusaha menyelaraskan
kebutuhan bawahan dengan kepentingan perusahaan.
3. Peran selaku penghubung. Peran ini akan menimbulkan kewajiban pada
seorang pemimpin untuk melakukan hubungan dengan atasan, teman sejawat
dan bawahan, serta dengan orang - orang di luar perusahaan.
• Peran informatif
Peran informatif yang dilakukan oleh seorang pemimpin maksudnya, adalah
peran seorang pemimpin dalam menerima dan mengirimkan informasi dalam
rangka hubungannnya dengan lingkungan sekitarnya. Peran informatif ini akan
meliputi:
1. Peran sebagai pemantau (monitor), berarti bahwa ia selaku pemimpin selalu
memantau informasi dari berbagai arah untuk kepentingan unit kerja yang
dipimpinnya.
2. Peran selaku penyebar (distributor), berarti ia kadang- kadang perlu memberi
informasi yang perlu diketahui oleh bawahannya (intern)
22
3. Peran selaku PUREL (public relation = hubungan masyarakat , karena ia
kadang- kadang perlu pula memberi infomasi kepada pihak - pihak luar
(ekstern) tentang perkembangan unit kerjanya, macam program yang akan
dilaksanakan dan sebagainya.
• Peran pembuatan keputusan
peran pembuatan keputusan, maksudnya bahwa seorang pemimpin mempunyai
kewajiban melakukan pengambilan keputusan untuk kelancaran mekanisme unit
kerjanya. Keputusan yang diambil tentu saja berdasarkan informasi atau
masukan (input) yang ada atau sudah dimilikinya selaku pemegang peran
informatif peran seorang pemimpin selaku pengambil keputusan meliputi:
1. Peran selaku wiraswastawan (entrepreneur), maksudnya seorang pemimpin
itu haruslah memiliki jiwa wiraswasta (bisnis) dalam memajukan unit kerjanya. Ia
mempunyai inisiatif dan terobosan - terobosan baru untuk pengembangan diri
dan unit kerjannya.
2. Peran selaku penanggung risiko, maksudnya bahwa seorang pemimpin waktu
mengambil keputusan, pelaksanan keputusan itu belum tentu benar dan tepat
100% seperti yang diinginkan. Untuk itu si pemimpin harus berani menanggung
risiko (penyimpangan) tersebut, dan berusaha untuk menanggulanginya.
3. Peran selaku pembagi sumber daya, berarti si pimpinan itu berkewajiban
melakukan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab diantara para
bawahannya. Dalam keadaan sumber daya yang sangat terbatas itu si pemimpin
haruslah pandai-pandai membaginya di antara semua orang, mengdelegasikan
wewenang, membina bawahan agar mereka berkemampuan dalam
melaksanakan tugas lebih efisien dan efektif.
4. Peran selaku perunding, maksudnya seorang pemimpin akan menggunakan
banyak waktunya untuk melakukan pendekatan (lobying) baik ke dalam maupun
dengan pihak luar. semua ini dilakukan untuk kelancaran tugas yang diembannya
sebagai pemimpin
23
2.4.6 Gaya Kepemimpinan
Menurut Kartini Kartono (2006, p.27) gaya kepemimpinan ”sebagai suatu pola
perilaku manajemen profesional yang dirancang untuk memadukan minat dan usaha
pribadi serta organisasi untuk mencapai tujuan”, ada 3 macam gaya kepemimpinan:
• Kepemimpinan Authoritarian (Authocratic)
a. Kurang memperhatikan kebutuhan bawahan
b. Lebih menciptakan penyelesaian tugas
c. Semua aktivitas ditentukan oleh atasan
d. Komunikasi hanya satu arah ke bawah saja
• Kepemimpinan Partisipaty (Democratie)
a. Melibatkan bawahan dalam perencanaan / pengambilan keputusan
b. Lebih memperhatikan kepada bawahan mencapai tujuan organisasi
c. Menekankan 2 hal bawahan dan tugas
• Kepemimpinan Laisser – Faire
a. Disini pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri
b. Manajer hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum
c. Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan dan mencapai tujuan
dalam segala hal yang mereka anggap cocok
Menurut W.J Reddin dalam artikelnya What Kind of Manager, dan dikutip oleh
Wahjosumidjo (Dept. P. & K., Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai, 1982) sebagaimana
dikutip oleh Kartini Kartono (2006, p.34), menentukan watak tipe dan tipe pemimpin atas
tiga pola dasar, yaitu:
• Berorientasi pada tugas (task orientation)
• Berorientasi hubungan kerja (relationship orientation)
• Berorientasi hasil yang efektif (effectiveness orientation)
24
Berdasarkan penonjolan ketiga orientasi tersebut, dapat ditentukan delapan tipe
kepemimpinan, yaitu:
• Tipe deserter (Pembelok)
Sifatnya: bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa pengabdian,
tanpa loyalitas dan ketaatan.
• Tipe birokrat
Sifatnya: correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma – norma.
• Tipe misionari (missionary)
Sifatnya: terbuka, penolong, ramah – tamah
• Tipe developer (pembangun)
Sifatnya: kreatif, dinamis, inovatif, memberikan wewenang dengan baik,
menaruhkan kepercayaan pada bawahan.
• Tipe otokrat
Sifatnya: keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala, sombong.
• Benevolent autocrat (otokrat yang bijak)
Sifatnya: lancar, tertib, ahli dalam mengorganisasikan.
• Tipe compromiser (kompromis)
Sifatnya: tidak punya pendirian, berpikir pendek dan sempit, tidak mempunyai
keputusan.
• Tipe eksekutif
Sifatnya: bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi, tekun.
2.4.7 Tugas Kepemimpinan Dalam Manajemen SDM
Tugas – tugas kepemimpinan dalam manajemen kepemimpinan cukup banyak,
tetapi ada beberapa tugas – tugas penting yang akan dikemukakan (Saydam 2004,
p.233) yaitu:
25
• Kepemimpinan sebagai Konselor
Konselor merupakan tugas seorang pemimpin dalam suatu unit kerja, dengan
membantu atau menolong SDM untuk mengatasi masalah yang dihadapinya
dalam melakukan yang dibebankan kepadanya. Dengan pemberian konseling
pada SDM diharapkan karyawan yang bersangkutan akan dapat memecahkan
masalah yang dihadapinya. Seorang pemimpin SDM biasanya merupakan orang
pertama yang menjadi tempat bertanya bagi karyawan.
• Tugas sebagai Instruktur
Seorang pemimpin pada peringkat manapun ia berada, sebenarnya pada
jabatannya itu melekat sebagai instruktur, atau sabagai pengajar yang baik
terhadap SDM yang ada di bawahnya, sehingga pelaksanaan tugas yang
dibebankan pada bawahan dapat menjadi lebih berdaya guna dan berhasil guna.
• Tugas Memimpin Rapat
Seorang pemimpin pada peringkat mananpun, pada suatu waktu perlu
mengadakan rapat dan memimpinnya. Seorang pemimpin rapat merupakan
motor kehidupan suatu rapat. Apakah rapat akan berhasil atau tidak sangat
ditentukan oleh pemimpin rapat itu sendiri. Oleh sebab itu, peran seorang
pemimpin rapat adalah membimbing dan menggerakkan kelompok peserta rapat
untuk mencapai sasaran yang tepat dan berguna.
• Tugas Mengambil Keputusan
Seorang pemimpin dalam tugasnya selalu berhadapan dengan pengambilan
keputusan. Pemimpin tidak bisa menghindar, karena tugas inilah yang
membedakan dengan karyawan biasa. Untuk itu seorang pemimpin mempunyai
keberanian dalam mengambil keputusan yang tepat.
• Tugas Mendelegasikan Wewenang
Seorang pemimpin yang bijaksana harus mendelegasikan sebagian tugas dan
wewenangnya kepada bawahannya. Pendelegasian ini diperlukan, agar jalannya
organisasi tidak mengalami kemacetan dan terhindar dari unsur birokratis. Dalam
26
pendelegasian biasanya dilakukan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya
yang terdekat.
27
2.5 Kerangka Pemikiran
Sumber: Penulis
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
X1,1 (Berinovasi)
X1,2 ( Risk Manager )
X1,3 ( Motivator )
X2,2 ( Otoriter )
X2,3 ( Demokratis )
X2,1 ( Birokrat )
X1 (Sikap
Pimpinan)
X2 (Gaya
Kepemimpinan)
Mean, Diagram
Histogram
Mean, Diagram
Histogram
Y (Kinerja
Pimpinan)
Analisis Regresi dan
Koefisien Korelasi (Rx1x2y)
Korelasi Pearson (rx2y)
M E A N,
Diagram Histogram
Korelasi Pearson (rx2y)