bab 2 landasan teori dan kerangka pemikiranthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00314-mn-bab 2.pdf ·...

39
7 BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar Pemikiran didirikannya Bank Syariah Menurut Undang-Undang RI No.10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan dalam pasal 1, pengertian bank adalah : “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada mayarakat dalam bentuk kredit atau dalam bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Dan pengertian bank umum adalah : “Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.” Sedangkan pengertian Unit Usaha Syariah (UUS) adalah : “unit kerja di kantor pusat bank umum konvesional yang berfungsi sebagia kantor induk dari Kantor Cabang Syarih atau Unit Syariah, atau unit kerja di Kantor cabang Asing yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kntor induk dari kantor Cabang Pembantu Syariah dan atau Unit Syariah..” Adiwarman Karim (2004,p18) menyatakan bahwa “Perbankan adalah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang”.

Upload: dolien

Post on 04-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

7

BAB 2

LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar Pemikiran didirikannya Bank Syariah

Menurut Undang-Undang RI No.10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998

tentang perbankan dalam pasal 1, pengertian bank adalah :

“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dan menyalurkan kepada mayarakat dalam bentuk kredit atau dalam bentuk-

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

Dan pengertian bank umum adalah :

“Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau

berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam

lalu lintas pembayaran.”

Sedangkan pengertian Unit Usaha Syariah (UUS) adalah :

“unit kerja di kantor pusat bank umum konvesional yang berfungsi sebagia

kantor induk dari Kantor Cabang Syarih atau Unit Syariah, atau unit kerja di

Kantor cabang Asing yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional yang

berfungsi sebagai kntor induk dari kantor Cabang Pembantu Syariah dan atau

Unit Syariah..”

Adiwarman Karim (2004,p18) menyatakan bahwa “Perbankan adalah satu

lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang,

meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang”.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

8

Definisi bank tersebut, memberi tekanan bahwa bank dalam melakukan

usahanya terutama menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber

dana bank. Demikian pula dari segi penyaluran dananya, hendaklah bank tidak semata-

mata ingin memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik, tapi juga harus

pula diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Definisi tersebut merupakan

komitmen bank dalam melakukan usahanya di Indonesia.

Sedangkan dalam ensiklopedi Islam yang dimaksud dengan bank syariah adalah

lembaga keuangan uang usaha pokoknya membarikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu

lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan

prinsip-prinsip Syariah Islam.

Fauzi Solihin dalam Journal The Winners Vol.2 (2001,p173-174) menjelaskan

bahwa tujuan didirikan bank syariah adalah sebagai berikut:

1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat bermu’amalat secara Islam, khususnya

mu’amalat yang telah berhubungan dengan praktek riba dan menimbulkan

dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi umat.

2. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi, dengan jalan meratakan

pendapatan melalui kegiatan investasi agar tidak terjadi kesenjangan/gap yang

besar antara Aghniya (pemilik modal) dengan Dhuafa (orang yang

membutuhkan modal).

3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang

berusaha yang lebih besar (produktif) terutama kepada kelompok kecil dan

menengah.

4. Membantu menanggulangi kemiskinan, berupa pembinaan nasabah yang lebih

menonjolkan sifat kemitraan dan kebersamaan dalam pengembangan usaha.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

9

5. Untuk menjaga kestabilan ekonomi moneter pemerintah, yaitu dengan sistem

perbankan yang bebas bunga diharapkan mampu menghindari inflasi dan

persaingan yang tidak sehat antar lembaga keuangan, khususnya dari pengaruh

gejolak moneter baik dari dalam maupun dari luar negeri.

Sedangkan dasar pemikiran didirikannya bank syariah bersumber dari adanya

larangan riba di dalam Al Qur’an sebagai berikut:

“Orang-orang yang memakan riba itu tidak akan berdiri melainkan sebagaimana

berdirinya orang yang dirasuk setan dengan terhuyung-huyung karena sentuhannya.

Yang demikian itu karena mereka mengatakan : “Perdagangan itu sama dengan riba”.

Padahal Allah SWT telah menghalalkan perdagangan dan mengharamkan riba. Oleh

karena itu barang siapa telah sampai kepadanya peringatan dari Tuhannya lalu ia

berhenti (dari memakan riba), maka baginyalah apa yang telah lalu dan mengulang lagi

(memakan riba) maka itu ahli neraka mereka akan kekal di dalamnya”. (Q.S. al-Baqarah

: 275).

“Allah (telah) menghapus (barakah) riba dan ia menyuruh sedekah”. (Q.S. al-

Baqarah : 276)

Sehingga dapat diketahui, bahwa riba adalah: Pembayaran lebih yang

disyaratkan oleh orang yang meminjamkan, atau penukaran suatu barang dengan

barang sejenis tetapi lebih banyak jumlahnya karena yang menukarkan mensyaratkan

demikian. Riba tetap haram walaupun tidak berlipat ganda.

Tidak hanya dilarang dalam agama Islam saja, riba juga tidak diterima/diragukan

oleh umat Yahudi dan Kristen yang terlihat di ayat-ayat dalam kitab mereka, yaitu :

– Yahudi : ”Janganlah engkau membungakan uang kepada saudaramu baik

uang maupun makanan atau apapun yang dapat dibungakan (Kitab Ulangan

23:19)”

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

10

– Kristen : ”Dan jika kamu meminjamkan sesuatu kepada orang karena kamu

berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu?; orang

berdosapun meminjamkan kepada orang berdosa supaya mereka menerima

kembali sama banyak; tetapi kasihanilah musuhmu dan berbuatlah baik

kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan maka

upahmu akan besar dan akan menjadi anak anak Tuhan Yang Maha Tinggi

(Lukas 6:34-35)”

2.1.2 Sejarah Perkembangan Bank Syariah di Dunia dan di Indonesia

Dunia

Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan embel-

embel Islam, karena adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya

sebagai gerakan fundamentalis. Pemimpin perintis usaha ini Ahmad El Najjar, mengambil

bentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Mit

Ghamr pada tahun 1963.

Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967, dan saat itu sudah berdiri 9

bank dengan konsep serupa di Mesir. Bank-bank ini, yang tidak memungut maupun

menerima bunga, sebagian besar berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan

industri secara langsung dalam bentuk partnership dan membagi keuntungan yang

didapat dengan para penabung.

Masih di negara yang sama, pada tahun 1971, Nasir Social Bank didirikan dan

mendeklarasikan diri sebagai bank komersial bebas bunga. Walaupun dalam akta

pendiriannya tidak disebutkan rujukan kepada agama maupun syariat Islam.

Islamic Development Bank (IDB) kemudian berdiri pada tahun 1974 disponsori

oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam, walaupun

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

11

utamanya bank tersebut adalah bank antar pemerintah yang bertujuan untuk

menyediakan dana untuk proyek pembangunan di negara-negara anggotanya. IDB

menyediakan jasa finansial berbasis fee dan profit sharing untuk negara-negara tersebut

dan secara eksplisit menyatakan diri berdasar pada syariah Islam.

Dibelahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis Islam

kemudian muncul. Di Timur Tengah antaralain berdiri Dubai Islamic Bank (1975), Faisal

Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977) serta Bahrain Islamic

Bank (1979). Dia Asia-Pasifik, Phillipine Amanah Bank didirikan tahun 1973 berdasarkan

dekrit presiden, dan di Malaysia tahun 1983 berdiri Muslim Pilgrims Savings Corporation

yang bertujuan membantu mereka yang ingin menabung untuk menunaikan ibadah haji.

Indonesia

Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum

dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan syariah

di Indonesia. Sebelum tahun 1992, telah didirikan beberapa badan usaha pembiayaan

non-bank yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal

tersebut menunjukan kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan

yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan syariah.

Untuk menjawab kebutuhan masyarakat bagi terwujudnya sistem perbankan

yang sesuai syariah, pemerintah telah memasukkan kemungkinan tersebut dalam

undang-undang yang baru. UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan secara implisit telah

membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil

yang secara rinci dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 1992 tentang Bak

Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Ketentuan perundang-undangan tersebut telah dijadikan

sebagai dasar hukum beroperasinya bank syariah di Indonesia yang menandai

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

12

dimulainya era sistem perbankan ganda (dual banking system) di Indonesia. Kemudian,

pada Tahun 1998 dikeluarkan UU No.10 tahun 1998 sebagai amandemen dari UU No.7

Tahun 1992 tentang Perbankan yang memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi

keberadaan sistem perbankan syariah. Pada Tahun 1999 dikeluarkan UU No.23 tentang

Bank Indonesia yang memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk dapat pula

menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah. Industri perbankan syariah

berkembang lebih cepat setelah kedua perangkat perundang-undangan tersebut

diberlakukan. Secara umum perkembangan perbankan syariah di Indonesia dapat dilihat

pada gambar berikut.

1990 1992 1998 1999 2000 2002

kesepakan untuk - UU No.10/1998, Bank - Penyususnan peraturan mendirikan bank syariah Indonesia mengakui keberadaan perbankan syariah oleh BI

bank syariah dab bank konvensional - Pengenalan instrumen- Bank konvensional diperkenankan pasar uang syariah

membuka KC syariah

- UU No.7/1992: - UU No. 23/1999: PBI No.41/2002:Kesempatan operasi - BI bertanggungjawab terhadap pengaturan dan - Konversi BUK menjadi BUS bank bagi hasil pengawasan perbankan termasuk bank syariah - Konversi KCK menjadi KCS

- Bank muamalat sebagai - BI berwenang untuk menetapkan kebijakan - Konversi KCP/KK menjadibank syariah pertama moneter berdasarkan prinsip syariah KCSsebagai hasil kongres - Berdirinya Bank Umum Syariah kedua - Membuka KCPS di KCKMUI - Membuka Unit Syariah

(US) di KCK

Gambar 2.1

Perkembangan Perbankan syariah di Indonesia

Sumber: Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, 2002

LokakaryaMUI

Pengenalan dual banking sistem

Pengenalan dual system bank

Pengenalan instrumen moneter syariah

Pengenalan pasar uang syariah

Perbedaan cara

penilaian kinerja

keuangan dan

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

13

Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia.

Berdiri tahun 1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan

pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan

beberapa pengusaha muslim. Bank ini sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir

tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian

memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 dapat bangkit

dan menghasilkan laba.

Saat ini terdapat 3institusi bank syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat

Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah. Sementara itu bank umum

yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank diantaranya merupakan bank

besar seperti Bank Negara Indonesia (Persero) dan Bank Rakyat Indonesia (Persero).

Sistem syariah juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat ini telah

berkembang sebanyak 104 BPR Syariah.

Peta penyebaran bank berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dewasa ini masih

terkonsentrasi di Pulau Jawa, terutama Jakarta, Bogor, Tanggerang, Bekasi dan

Bandung. Perkembangan bank syariah justru tidak berfokus di daerah potensial, yaitu

masyarakat muslim di Banda Aceh, Sumatera Barat, dan Jawa Timur. Pola pemilihan

lokasi pendirian syariah saat ini terlihat masih berpegang pada pola pendirian bank

konvensional, yaitu daerah pertumbuhan ekonomi dan sentra perdagangan seperti

Jabotabek dan Bandung.

Adiwarman Karim (2004,p25-25) menjelaskan bahwa dari sebuah riset yang

dilakukan oleh Karim Bussiness Consulting, diproyeksikan bahwa total aset bank syariah

di Indonesia akan tumbuh sebesar 2.850% selama 8 tahun, atau rata-rata tumbuh

256.25% tiap tahunnya. Sebuah pertumbuhan aset yang sangat mengesankan. Tumbuh

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

14

kembangnya aset bank syariah ini dikarenakan adanya kepastian di sisi regulasi serta

berkembangnya pemikiran masyarakat tentang keberadaan bank syariah.

Gambar 2.2

Diagram Tingkat Pertumbuhan Aset Bank Syariah tahun 1996-2010

Sumber: Karim Business Consulting, 2002

Sedangkan dalam Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia

(2002,p2) diketahui perbankan syariah dalam statistic yang menjelaskan bahwa selama

periode krisis ekonomi, bank syariah masih dapat menunjukkan kinerja yang relatif baik

dibandingkan dengan lembaga perbankan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari relatif

lebih rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermasalah (non performing loans) pada

bank syariah dan tidak terjadinya negative spread dalam kegiatan operasionalnya (lihat

Gambar 2.3 (a)). Hal tersebut dapat dipahami mengingat tingkat pengembalian pada

bank syariah tidak mengacu pada tingkat suku bunga dan pada akhirnya dapat

menyediakan dana investasi dengan biaya modal yang relatif lebih rendah kepada

masyarakat. Data menunjukkan bahwa bank syariah relatif lebih dapat menyalurkan

dana kepada sektor produksi dengan LDR berkisar antara 113-117 persen (lihat Gambar

2.3 (b))

0 0 0 0 0 0 0

27468797

80841345

020000000400000006000000080000000

100000000

in billion rupiah

1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010

The Growth Sharia Banks' Asset

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

15

0

50

100

150

200

250

92 93 94 95 96 97 98 99 '00 '01

Conventional Banking Sharia Banking

(a) (b)

NPL Bank Syariah lebih rendah dan mengalami LDR Bank Konvensional menurun berada pada levelproses recovery yang lebih cepat dibandingkan di bawah 50% sedangkan Bank Syariah telah

Bank Konvensional dalam periode pasca krisis ekonomi kembali di atas 100%

Gambar 2.3

Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia

Sumber: Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, 2002

Perkembangan perbankan syariah ini tentunya juga harus didukung oleh sumber

dana insani yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Namun

rentabilitas yang ada menunjukkan bahwa masih banyak sumber daya insani yang

selama ini terlibat di institusi syariah tidak memiliki pengalaman akademis maupun

praktis dalam Islamic Banking. Tentunya kondisi ini cukup signifikan mempengaruhi

produktivitas dan profesionalisme perbankan syariah itu sendiri. Dan inilah memang yang

harus mendapatkan perhatian, yakni mencetak sumber daya insani yang mampu

mengamalkan ekonomi syariah di semua lini. Karena sistem yang baik tidak mungkin

berjalan bila didukung oleh sumber daya insani yang baik pula.

26.77%

14.08%12.96%

4.04%

2000 2001

Convensional Bank Shariah Bank

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

16

2.1.3 Ciri dan Keistimewaan Bank Syariah

Adapun ciri-ciri dan keistimewaan dari bank syariah menurut Fauzi Solihin dalam

Journal The Winners Vol.2 (2001,p174-175) adalah :

Ciri Bank Syariah

1. Bagi hasil dan keuntungan yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian

diwujudkan dalam bentuk presentase bagi hasil dari jumlah keuntungan yang

besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk melakukan

tawar-menawar dalam batas wajar.

2. Penggunaan presentase tetap dari jumlah kewajiban untuk melakukan

pembayaran selalu dihindarkan karena persentase bersifat melekat pada sisa

hutang meskipun batas perjanjian telah berakhir. Sistem persentase

memungkinkan beban bunga semakin tinggi.

3. Dalam kontrak pembiayaan proyek, Bank Syariah tidak menetapkan perhitungan

berdasarkan nominal pembiayaan (fixed return) yang ditetapkan di muka karena

pada hakikatnya untung/ruginya suatu proyek yang dibiayai bank baru diketahui

setelah proyek selesai.

4. Adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank

dari sudut syariah (Hukum Islam).

5. Adanya produk khusus yang tidak terdapat dalam bank konvensional, yaitu

pembiayaan tanpa beban yang murni bersifat sosial. Produk itu ditujukan bagi

orang miskin/yang sangat membutuhkan untuk kegiatan keagamaan. Sumber

dana fasilitas ini berasal dari zakat, infak, sedekah, dan pendapatan nonhalal

sebagai hasil transaksi dengan bank konvensional yang menetapkan sistem

bunga.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

17

Keistimewaan Bank Syariah

1. Kesamaan ikatan emosional yang kuat antara pengelola bank dengan nasabah

sehingga dalam menghadapi risiko usaha membagi keuntungan secara jujur dan adil.

2. Diterapkannya prinsip bagi hasil sebagai pengganti bunga.

3. Konsep Bank Syariah berorientasi pada kebersamaan dalam hal berikut:

a. Mendorong investasi dan menghambat simpanan yang tidak produktif

melalui profit and loss sharing.

b. Memerangi kemiskinan dengan membina ekonomi lemah melalui

bantuan hibah yang diarahkan secara produktif.

c. Meratakan pendapatan melalui sistem bagi hasil baik yang diberlakukan

kepada Mudharib (bank) atau kepada pemegang amanah maupun

kepada peminjam.

2.1.4 Operasional Perbankan Syariah

Prinsip perbankan syariah

Menurut Undang-Undang RI No.10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998

tentang perbankan dalam pasal 1, pengertian Prinsip Syariah adalah :

“Aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk

penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang

dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip

bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyediaan modal

(musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni

tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas

barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).”

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

18

Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara lain:

Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman

dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.

Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil

usaha institusi yang meminjam dana.

Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". Uang hanya

merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai

intrinsik.

Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak

harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah

transaksi. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan

dalam Islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan

syariah.

Produk dan Jasa perbankan syariah

Adiwarman Karim (2004,p87) menjelaskan pada dasarnya, produk yang

ditawarkan oleh perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga besar, yaitu Produk

Penghimpunan Dana (funding), Produk Penyaluran Dana (financing) dan Produk Jasa

(service). Gambaran operasional bank syariah dapat terlihat pada gambar berikut.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

19

Gambar 2.4

Operasional Bank Syariah

Sumber: Bank Islam, 2004

1. Kegiatan Penghimpunan Dana (funding)

Wadi’ah (jasa penitipan)

Terdapat dua jenis penghimpunan dana berdasarkan prinsip wadi’ah, yaitu giro

wadi’ah dan tabungan wadi’ah. Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad

dhamanah. Berbeda dengan wadi’ah amanah yang mengharuskan harta titipan tidak

boleh dimanfaatkan oleh yang dititip, prinsip wadi’ah yad dhamanah memperbolehkan

pihak yang dititipkan (bank) memanfaatkannya dengan catatan bertanggung jawab atas

Operasional Bank

Syariah

PenghimpunanDana

Prinsip Mudharabah- Deposito- Tabungan

Prinsip Wadi’ah- Giro- Tabungan

Prinsip Ba’i (Jual beli)- Murabahah- Salam- Istishna

Prinsip Syirkah (Bagi Hasil)- Musyarakah- Mudharabah

- Walakah - Kafalah- Hiwalah - Rahn- Qardh - Sharf

PenyaluranDana

Jasa Keuangan

Ijarah Wa Iqtina (Sewa Beli)

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

20

keutuhan harta titipan tersebut. Ketentuan yang digunakan untuk kegiatan ini tentu saja

tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.

Mudharabah

Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pemilik dana, prinsip Mudharabah

terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Mudharabah Mutlaqah

Dalam prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana

yang dihimpun. Nasabah tidak memberikan persyaratan apapun, sehingga

bank memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan dana tersebut. Produk

yang dikembangkan dalam prinsip ini adalah tabungan mudharabah dan

deposito mudharabah.

b. Mudharabah Muqayyadah

Jenis ini merupakan simpanan khusus (restricted investment), dimana

pemilik dana menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus diikuti oleh

bank. Misalnya diisyaratkan digunakan untuk bisnis atau pihak tertentu.

2. Kegiatan Penyaluran Dana (financing)

Dalam penyaluran dana bank syariah harus berpedoman pada prinsip kehati-

hatian. Untuk itu bank wajib meneliti secara seksama calon nasabah penerima dana

berdasarkan asas pembiayaan yang sehat.

Dalam penyaluran dana kepada nasabah, Dahlan Siamat (2001,p192)

menguraikan secara garis besar terdapat empat kelompok prinsip operasional syariah,

yaitu:

Prinsip Ba’i (jual beli)

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

21

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan

kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank

ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.

Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan

waktu penyerahan barangnya, yakni sebagai berikut:

a. Pembiayaan Murabahah

Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual beli

dimana bank menyebutkan jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai

penjual dan nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari

pemasok ditambah keuntungan (margin). Harga jual dicantumkan dalam

akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama

berlakunya akad.

b. Pembiayaan Salam

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum

ada. Barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan

tunai. Kuitansi, kualitas, harga dan waktu penyerahan barang harus

ditentukan secara pasti, dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad.

Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual.

c. Pembiayaan Istishna

Produk Istishna menyerupai produk salam, namun pembayarannya dapat

dimuka, dicicil atau dibelakang. Skim istishna’ dalam bank syariah umumnya

diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur, industri kecil-menengah dan

kontruksi. Kriteria barang pesanan seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan

jumlah harus jelas serta disepakati saat akad dan tidak boleh berubah

selama berlakunya akad.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

22

Prinsip Ijarah Wa Iqtina (Sewa Beli)

Ijarah Wa Iqtina adalah akad sewa-menyewa suatu barang antara bank dengan

nasabah dimana nasabah diberi kesempatan untuk membeli obyek sewa pada akhir akad

atau dalam dunia usaha dikenal dengan finance lease. Harga sewa dan harga beli

ditetapkan bersama di awal perjanjian.

Transaksi ijarah dilandaskan adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya

prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, perbedaannya adalah bila pada jual beli

obyek transaksinya barang, sedangkan ijarah obyek transaksinya adalah jasa.

Prinsip Syirkah (Bagi Hasil)

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah:

a. Musharakah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model partnership

atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam rasio yang

disepakati sementara kerugian akan dibagi berdasarkan rasio ekuitas yang

dimiliki masing-masing pihak.

b. Murabahah, yakni penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank akan

membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya

kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai margin

keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa dapat mengangsur

barang tersebut.

3. Produk Jasa (service).

Jasa keuangan ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tapi ditujukan

untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun demikian, tetap diperbolehkan

untuk meminta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan jasa tersebut. Jasa

perbankan ini adalah akad-akad tabbaru’.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

23

Walakah (Perwakilan)

Perjanjian antara bank dengan nasabah untuk mentransfer dana dari nasabah

kepada seseorang di tempat lain, termasuk juga mengeluarkan letter of credit.

Kafalah (garansi Bank)

Merupakan pemberian garansi oleh pihak bank kepada nasabah untuk menjamin

pelaksanaan proyek dan pemenuhan kewajiban tertentu kepada pihak yang dijamin.

Hiwalah (Alih Hutang Piutang)

Perjanjian pengalihan hak dan kewajiban nasabah pihak pertama (piutang)

kepada bank sebagai pihak ke dua dari nasabah lain pihak ketiga (berhutang). Bank

melaksanakan pembayaran lebih dahulu atas transaksi yang timbul baik dari jual beli

atau transaksi lainnya setelah hutang piutang tersebut jatuh tempo, pihak ketiga akan

melakukan pembayaran kepada bank (anjak piutang).

Rahn (Gadai)

Perjanjian penyerahan barang untuk menjadi agunan dari fasilitas pembiayaan

yang diberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan

pembiayaan.

Qardh

Perjanjian pinjaman, dimana pemberi pinjaman (kreditor) memberikan pinjaman

kepad pihak lain dengan ketentuan penerima pinjaman akan mengendalikan pinjaman

tersebut pada waktu yang sama ketika pinjaman itu diberikan. Qardhul hasan

merupakan perjanjian qardh untuk tujuan kesejahteraan seperti pendidikan, pengusaha

kecil dan kebutuhan darurat lainnya. Peminjam berkewajiban untuk mengembalikan

pokok pinjaman. Namun tidak dituntut untuk mengembalikan lebih dari pokok pinjaman

kecuali atas keikhlasan peminjam.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

24

Sharf

Perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Jual beli valuta asing

yang sejalan dengan prinsip syariah adalah apabila yang dipertukarkan adalah mata

uang yang sama. Sedangkan apabila yang dipertukarkan adalah mata uang yang

berbeda maka nilai uang tersebut ditentukan berdasarkan kesepakatan/harga pasar dan

dilakukan secara tunai (spot).

2.1.5 Perbedaan antara Bank Syariah dan Konvensional

Sepintas bila dilihat secara teknis, menabung di bank syariah dengan yang

berlaku di bank konvensional hampir tidak ada perbedaan. Hal ini karena, baik di bank

syariah maupun bank konvensional memang dalam beberapa hal memiliki kesamaan

terutama dalam sisi penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang

digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal,

laporan keuangan, dan terutama dalam diharuskannya mengikuti aturan teknis

perbankan secara umum. Akan tetapi bila diamati lebih dalam, terdapat beberapa

perbedaan mendasar di antara keduanya.

Muhammad Syafi’I Antonio (2001,p29-34) menjelaskan bahwa perbedaan itu

menyangkut bebarapa aspek yaitu:

1. Akad dan Aspek Legalitas

Perbedaan pertama terletak pada akadnya. Pada bank syariah, semua transaksi

harus berdasarkan akad yang dibenarkan oleh syariah. Dengan demikian, semua

transaksi itu harus mengikuti kaidah dan aturan yang berlaku pada akad-akad muamalah

syariah. Pada bank konvensional, transaksi pembukaan rekening, baik giro, tabungan

maupun deposito, berdasarkan perjanjian titipan, namun prinsip titipan ini tidak sesuai

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

25

dengan aturan syariah, misalnya wadi’ah, karena dalam produk giro, tabungan maupun

deposito, menjanjikan imbalan dengan tingkat bunga tetap terhadap uang yang disetor.

Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi,

maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad, seperti hal-hal berikut :

1. Rukun, seperti :

- penjual,

- pembeli,

- barang,

- harga,

- akad/ijab-qabul.

2. Syarat, yaitu :

- Barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang

dan jasa yang haram menjadi batal demi hukum syariah.

- Harga barang dan jasa harus jelas.

- Tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan

berdampak pada biaya transportasi.

- Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam

kepemilikan. Tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki

atau dikuasai seperti yang terjadi pada transaksi short sale

dalam pasar modal.

2. Lembaga Penyelesaian Sengketa

Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan syariah terdapat

perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

26

menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan

hukum syariah.

Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di

Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang

didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama

Indonesia.

3. Struktur Organisasi

Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional,

misalnya dalam hal komisaris dan redaksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara

bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah

yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan

garis-garis syariah.

Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan

Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang

diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu, biasanya penetapan anggota

Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para

anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomondasi dari Dewan Syariah

Nasional.

Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Peran utama para ulama dalam Dewan Pengawas Syariah adalah mengawasi

jalannya operasional bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan

syariah. Hal ini karena transaksi-transaksi yang berlaku dalam bank syariah sangat

khusus jika dibandingkan bank konvensional. Garis panduan ini disusun dan ditentukan

oleh Dewan Syariah Nasional.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

27

Dewan Pengawas Syariah harus membuat pernyataan secara berkala (biasanya

tiap tahun) bahwa bank yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan

syariah. Pertanyaan ini dimuat dalam laporan tahunan (annual report) bank yang

bersangkutan.

Tugas lain Dewan Pengawas Syariah adalah meneliti dan membuat rekomondasi

produk baru dari bank yang diawasinya. Dengan demikian, Dewan Pengawas Syariah

bertindak sebagai penyaring pertama sebelum suatu produk diteliti kembali dan

difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional. Mekanisme kerja DPS dapat digambarkan

sebagai berikut.

Gambar 2.5

Mekanisme kerja DPS

Sumber: Bank Syariah dari Teori ke Praktek, 2001

Dewan Syariah Nasional (DSN)

Sejalan dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah di Tanah Air

berkembang pulalah jumlah DPS yang berada dan mengawasi masing-masing lembaga

tersebut. Banyaknya dan beragamnya DPS di masing-masing lembaga keuangan syariah

adalah suatu hal yang harus disyukuri, tetapi juga diwaspadai. Kewaspadaan itu

berkaitan dengan adanya kemungkinan timbulnya fakta yang berbeda dari masing-

DPS

Bag / Dept.Terkait Direksi

1. Usulan

4. Instruksi

Rapat DPS dengan direksi dan Bag/ Dept. Terkait

Implementasi dan Sosialisasi

Diskusi

3. Jawaban2. Pengajuan Rancangan Produk/ Jasa/ Pertanyaan

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

28

masing DPS dan hal itu tidak mustahil akan membingungkan umat dan nasabah. Oleh

karena itu MUI sebagai payung dari lembaga dan organisasi keislaman di Indonesia,

menganggap perlu dibentuknya satu dewan syariah yang bersifat nasional dan

membawahi seluruh lembaga keuangan, termasuk di dalamnya bank-bank syariah.

Lembaga ini kelak kemudian dikenal dengan Dewan Syariah Nasional atau DSN.

Dewan Syariah Nasional dibentuk pada tahun 1997 dan merupakan hasil

rekomondasi Lokakarya Reksadana Syariah pada bulan Juli tahun yang sama. Lembaga

ini merupakan lembaga otonom di bawah Majelis Ulama Indonesia dipimpin oleh Ketua

Umum Majelis Ulama Indonesia dan Sekretaris (ex-officio). Kegiatan sehari-hari Dewan

Syariah Nasional dijalankan oleh Badan Pelaksana Harian dengan seorang ketua dan

sekretaris serta beberapa anggota.

Fungsi utama Dewan Syariah Nasional adalah mengawasi produk-produk

lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariah Islam. Dewan ini bukan hanya

mengawasi bank syariah, tetapi juga lembaga-lembaga lain seperti asuransi, reksadana,

modal ventura, dan sebagainya. Untuk keperluan pengawasan tersebut, Dewan Syariah

Nasional membuat garis panduan produk syariah yang diambil dari hukum-hukum Islam.

Garis panduan ini menjadi dasar pengawasan bagi Dewan Syariah Nasional pada

lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar pengembangan produk-produknya.

Fungsi lain dari Dewan Syariah Nasional adalah meneliti dan memberi fatwa bagi

produk-produk yang dikembangkan oleh lembaga keuangan syariah. Produk-produk baru

tersebut harus diajukan oleh manajemen setelah direkomondasikan oleh Dewan

Pengawas Syariah pada lembaga yang bersangkutan.

Selain itu, Dewan Syariah Nasional bertugas memberikan rekomondasi para

ulama yang akan ditugaskan sebagai Dewan Syariah Nasional pada suatu lembaga

keuangan syariah.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

29

Dewan Syariah Nasional dapat memberi teguran kepada lembaga keuangan

syariah jika lembaga yang bersangkutan menyimpang dari garis panduan yang telah

ditetapkan. Hal ini dilakukan jika Dewan Syariah Nasional telah menerima laporan dari

Dewan Pengawas Syariah pada lembaga yang bersangkutan mengenai hal tersebut.

Jika lembaga keuangan syariah tersebut tidak mengindahkan teguran yang

diberikan. Dewan Syariah Nasional dapat mengusulkan kepada otoritas yang berwenang,

seperti Bank Indonesia dan Departemen Keuangan, untuk memberikan sanksi agar

perusahaan tersebut tidak mengembangkan lebih jauh tindakan-tindakannya yang tidak

sesuai dengan syariah. Secara garis besar, tugas dan mekanisme kerja DSN dapat

digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.6

Mekanisme Kerja DSN

Sumber: Bank Syariah dari Teori ke Praktek, 2001

PlenoDSN

Pembahasan

5. Jawaban

4. Pengajuan Badan Pelaksana Harian

DSN

Pembahasan

3. Pengajuan

6. Jawaban

DPSsebagai

wakil DSN

DireksiImplementasi

dan Sosialisasi

8. Instruksi

1. Usulan

Bag/Dept.Terkait

2. PengajuanRancanganProduk/Jasa/Pertanyaan

7. Jawaban

Diskusi

Rapat dengan Direksi dan Bag/Dept Terkait

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

30

4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai

Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas dari

saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan mungkin membiarkan usaha yang

terkandung di dalamnya hal-hal yang diharamkan.

Dalam perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum

dipastikan bebrapa hal pokok, diantaranya sebagai berikut:

1. Apakah objek pembiayaan halal atau haram?

2. Apakah proyek menimbulkan kemudharatan untuk masyarakat?

3. Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan asusila?

4. Apakah proyek berkaitan dengan perjudian?

5. Apakah usaha itu berkaitan dengan industri senjata yang ilegal atau

berorientasi pada pengembangan senjata pembunuhan masal?

6. Apakah proyek dapat merugikan syiar Islam, baik secara langsung maupun

tidak?

5. Lingkungan Kerja dan Corporate Culture

Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan

syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan siddiq, harus melandasi setiap

karyawan sehingga tercermin integrasi eksekutif muslim yang baik. Di samping itu,

karyawan bank syariah harus skillful dan professional (fathanah), dan mampu melakukan

tugas secara team-work di mana informasi merata diseluruh fungsional organisasi

(tabligh). Demikian pula dalam hal pemberian pengharagaan (reward) dan imbalan

(punishment), diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

31

Selain itu, cara berpakaian dan tingkah laku dari para karyawan merupakan

cermin bahwa mereka bekerja dalam sebuah lembaga keuangan yang membawa nama

besar Islam, sehingga tidak ada aurat yang yang terbuka dan tingkah laku yang kasar.

Demikian pula dalam menghadapi nasabah, akhlak harus senantiasa terjaga dan

tersenyum.

Tabel 2.1

Perbandingan Antara Bank Syariah dan Konvensional

BANK SYARIAH BANK KONVENSIONAL

1. Melakukan investasi-investasi yang halal saja.

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual- beli, atau sewa.

3. Profit dan falah orinted.

4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan

kemitraan.

5. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai

dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.

1. Investasi yang halal dan haram.

2. Memakai perangkat bunga.

3. Profit oriented.

4. Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk hubungan debitor-denitor.

5. Tidak terdapat dewan sejenis.

Sumber : Bank Syariah Dari Teori ke Praktek

2.1.6 Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil

Muhammad Syafi’I Antonio (2004,p60-61) menjelaskan bahwa Islam mendorong

praktik bagi hasil serta mengharamkan riba. Keduanya sama-sama memberi keuntungan

bagi pemilik dana, namun keduanya mempunyai perbedaan yang sangat nyata.

Perbedaan itu dapat dijelaskan dalam table berikut.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

32

Tabel 2.2

Tabel Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil

Bunga Bagi Hasil

1. Penentuan bunga dibuatpada waktu akad

dengan asumsi harus selalu untung.

2. Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah

uang (modal) yang dipinjamkan.

3. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan

tanpa pertimbangan apakah proyek yang

dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

4. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat

sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau

keadaan ekonomi sedang “booming”.

5. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam)

oleh semua agama, termasuk Islam.

1. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat

pada waktu akad dengan berpedoman pada

kemungkinan untung rugi.

2. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah

keuntungan yang diperoleh.

3. Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek

yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan

ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

4. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan

peringkatan jumlah pendapatan.

5. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.

Sumber : Bank Syariah Dari Teori ke Praktik

2.1.7 Laporan Keuangan Perbankan Syariah

Laporan keuangan (Financial Statement) merupakan saran untuk

mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan oleh manajemen atas sumber daya

pemilik keberhasilan dalam mengelolah harta perusahaan yang dapat dilihat pada

laporan keuangan yang diterbitkan pada tiap periode tertentu, triwulan atau tahunan.

Menurut Muhammad Syafi’I Antonio (2001,34) laporan keuangan bank Syariah

yang berkualitas harus memenuhi persyaratan:

a. Dapat dipahami (understandability)

b. Relavan (relevan)

c. Andal (reliable)

d. Dapat dibandingkan (comparability)

e. Dapat diuji kebenarannya (auditability)

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

33

Ketentuan Umum Laporan Keuangan Bank Syariah

Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Islam – PAPSI (2003)

menjelaskan beberapa ketentuan umum laporan keuangan bank syariah yaitu:

1. Tujuan laporan keuangan

a. Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat

bagi pihak-pihak yang berkepentingan (pengguna laporan keuangan) dalam

pengambilan keputusan ekonomi yang rasional, seperti :

1) Shahibul maal/pemilik dana,

2) Pihak-pihak yang memanfaatkan dan menerima penyaluran dana,

3) Pembayar zakat, infak dan shadaqah,

4) Pemegang saham,

5) Otoritas pengawasan,

6) Bank Indonesia,

7) Pemerintah,

8) Lembaga penjamin simpanan, dan

9) Masyarakat.

b. Informasi bermanfaat yang disajikan dalam laporan keuangan, antara lain,

meliputi informasi :

1) Untuk pengambilan putusan investasi dan pembiayaan,

2) Untuk menilai prospek arus kas baik penerimaan maupun pengeluaran

kas dimasa datang,

3) Mengenai sumberdaya ekonomis bank (economic resources),

kewajiban bank untuk mengalihkan sumberdaya tersebut kepada

entitas lain atau pemilik saham, serta kemungkinan terjadi transaksi

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

34

dan peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan sumber daya

tersebut,

4) Mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, termasuk

pendapatan dan pengeluaran yang tidak sesuai dengan prinsip syariah

dan bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya,

5) Untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab bank

terhadap amanah dalam mengamankan dana, mengivestasikannya

pada tingkat keuntungan yang layak dan informasi mengenai tingkat

keuntungan yang layak dan informasi mengenai tingkat keuntungan

investasi terikat, dan

6) Mengenai pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk pengelolaan dan

penyaluran zakat.

c. Laporan keuangan juga merupakan sarana pertanggung jawaban

manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercaya kepada mereka.

2. Tanggung jawab atas laporan keuangan

Manajemen bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan

keuangan.

3. Komponen laporan keuangan

Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen: neraca,

laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan perubahan dana

investasi terikat, laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan, dan catatan atas

laporan keuangan.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

35

4. Bahasa laporan keuangan

Laporan keuangan harus disusun dalam bahasa Indonesia. Jika laporan

keuangan juga disusun dalam bahasa lain selain dari bahasa Indonesia, maka laporan

keuangan dalam bahasa lain tersebut harus memuat informasi yang sama dan waktu

yang sama (tanggal posisi dan cangkupan periode). Selanjutnya, laporan keuangan

dalam bahasa lain tersebut harus diterbitkan dalam waktu yang sama seperti laporan

keuangan dalam bahasa Indonesia. Dalam hal ini terjadi inkonsistensi dalam penyajian

laporan, maka dipergunakan sebagai runjukan adalah dalam bahasa Indonesia.

5. Mata uang pelaporan

Mata uang pelaporan harus dalam rupiah. Apabila transaksi bank menggunakan

mata uang selain rupiah maka harus dijabarkan dalam mata uang rupiah dengan

menggunaan kurs laporan yang ditetapkan Bank Indonesia.

Keuangan atau kerugian dalam periode berjalan yang terkait dengan transaksi dalam

mata uang asing dinilai dengan menggunakan kurs laporan yang ditetapkan Bank

Indonesia.

6. Kebijakan akuntansi

Kebijakan tersebut harus mencerminkan prinsip kehati-hatian dan mencakup

semua informasi yang material dan sesuai dengan ketentuan dalam PSAK. Apabila PSAK

belum mengatur masalah pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengukapan dari

suatu transaksi atau peristiwa, harus ditetapkan kebijakan agar laporan keuangan yang

disajikan memuat informasi yang dapat diandalakan dan relevan dengan kebutuhan para

pengguna laporan keuangan untuk pengambilan keputusan.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

36

7. Penyajian

a. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja

keuangan, perubahan ekuitas, arus kas, perubahan investasi terikat, sumber

dan penggunaan dana zakat, infak dan shadaqah, sumber dan penggunaan

dana qardhul hasan disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

b. Aktiva disajikan berdasarkan karakteristiknya menurut urutan likuiditas,

kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya, dan investasi tidak

terikat disajikan dalam unsur tersendiri.

c. Saldo transaksi sehubungan dengan kegiatan operasi normal bank disajikan

dan diungkapkan secara terpisah antara pihak-pihak yang mempunyai

hubungan istimewa dengan pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan

istimewa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pihak yang mempunyai

hubungan istimewa antara lain pihak-pihak terkait sesuai dengan ketentuan

Bank Indonesia.

d. Laporan laba/rugi menggambarkan pendapatan dan beban menurut

karakteristiknya yang dikelompokkan secara berjenjang (multiple step) dari

kegiatan utama bank dan kegiatan lainnya.

e. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis dengan

urutan penyajian sesuai dengan komponen utamanya. Setiap pos dalam

komponen laporan keuangan harus berkaitan dengan informasi yang

terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas Laporan

Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan,

yang sifatnya memberikan penjelasan baik yang bersifat kualitatif maupun

kuantitatif terhadap laporan keuangan pokok, sehingga laporan keuangan

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

37

secara keseluruhan tidak akan menyesatkan pembaca. Informasi yang

diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, antara lain, mengenai:

1) Gambaran umum bank syariah,

2) Ikhtisar kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan

laporan keuangan,

3) Penjelasan atas pos-pos yang terdapat dalam setiap komponen

laporan keuangan, dan

4) Pengungkapan hal-hal penting lainnya yang berguna untuk

pengambilan keputusan.

Dalam catatan atas laporan keuangan tidak diperkenankan

menggunakan kata “sebagian besar” untuk menggambarkan bagian

dari suatu jumlah tetapi harus dinyatakan dalam jumlah nominal atau

presentasi.

f. Perubahan akuntansi wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Perubahan estimasi akuntansi

Estimasi akuntansi dapat diubah apabila terdapat perubahan kondisi

yang mendasarinya. Selain itu, juga wajib diungkapkan pengaruh

material dari perusahaan yang terjadi baik pada periode berjalan

maupun periode-periode berikutnya.

2) Perubahan kewajiban akuntansi

a) Kebijakan akuntansi dapat diubah apabila

(1) Terdapat peraturan perundangan atau standar

akuntansi yang berbeda penerapannya, atau

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

38

(2) Diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan

menghasilkan penyajian kejadian atau transaksi

yang lebih sesuai dalam laporan keuangan.

b) Dampak perubahan kebijakan akuntansi harus diperlakukan secara

restropskif dengan melakukan penyajian ulang untuk seluruh

periode sajian dan melaporkan dampaknya terhadap masa

sebelum periode sajian.

c) Dalam hal perlakuan secara restropektif dianggap tidak praktis

maka cukup diungkapkan alasannya atau mengikuti ketentuan

dalam PSAK yang berlaku apabila aturan lain dalam ketentuan

masa transisi pada standar akuntansi keuangan baru.

3) Terdapat kesalahan mendasar

Koreksi kesalahan mendasar dilakukan secara restropektif dengan

melakukan penyajian ulang untuk seluruh periode sajian dan

melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode penyajian.

g. Pada setiap lembar neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,

laporan arus kas, laporan perubahan investasi terikat, laporan sumber dan

penggunaan zakat, infak dan shadaqah, laporan sumber dan penggunaan

dana qardhul hasan harus diberi pernyataan bahwa “catatan atas laporan

keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan”.

h. Disamping hal-hal di atas, penyajian laporan keuangan bagi bank wajib

mengikuti ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia, sedangkan bagi bank

yang telah go public wajib pula mengikuti ketentuan yang dikeluarkan oleh

otoritas pasar modal.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

39

8. Konsistensi penyajian

a. Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode

harus konsisten, kecuali :

1) Terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi perbankan, atau

2) Perubahan tersebut diperkenankan oleh PSAK.

b. Apabila penyajian atau klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan diubah,

maka penyajian periode sebelumnya reklasifikasikan tersebut juga harus

diungkapkan. Dalam hal reklasifikasi dianggap tidak praktis maka cukup

diungkap alasannya.

9. Materialitas dan Agregrasi

a. Penyajian laporan keuangan didasarkan pada konsep materialitas.

b. Pos-pos yang jumlahnya material disajikan terdiri dari laporan keuangan,

sedangkan yang jumlahnya tidak material dapat digabungkan sepanjang

memiliki sifat atau fungsi yang sama.

c. Informasi dianggap material apabila kelalaian dalam mencantumkan

(omission) atau kesalahan pencatatan (misstatement) informasi tersebut

keputusan diambil.

10. Saling hapus (Offsetting)

a. Jumlah aktiva dan kewajiban yang disajikan pada neraca tidak boleh

disalinghapuskan dengan kewajiban atau aktiva lain kecuali secara hukum

dibenarkan dan saling hapus tersebut mencerminkan perkiraan realisasi atau

penyelesaian aktiva atau kewajiban.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

40

b. Pos-pos pendapatan dan beban tidak boleh disalinghapuskan kecuali yang

berhubungan dengan aktiva dan kewajiban yang disalinghapuskan

sebagaimana dimaksud pada 10.a.

11. Periode pelaporan

Laporan keuangan wajib disajikan secara tahunan berdasarkan tahun takwim.

Dalam hal bank baru berdiri, merger atau akusisi atau konsolidasi, laporan keuangan

dapat disajikan untuk periode yang lebih pendek dari satu tahun takwim. Selain itu,

untuk kepentingan pihak lainnya, bank dapat membuat dua laporan yaitu dalam tahun

takwim dan periode efektif dengan mencantumkan :

a. Alasan penggunaan periode laporan selain periode satu tahun.

b. Fakta bahwa jumlah komperatif dalam laporan laba rugi, laporan perubahan

ekuitas, laporan arus kas, laporan investasi terkait, laporan sumber dan

penggunaan zakat, infak dan shadaqah, laporan sumber dan penggunaan

dana qardhul hasan, dan catatan atas laporan keuangan tidak dapat

diperbandingkan.

12. Informasi komparatif

a. Laporan keuangan tahunan dan interim harus secara komperatif dengan

periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sedangkan untuk laporan laba

rugi internim harus mencakup periode sejak awal tahun buku sampai dengan

akhir periode internim yang dilaporkan.

b. Informasi komperatif yang bersifat baratif dan deskriptif dari laporan

keuangan periode sebelumnya wajib diungkapkan kembali apabila relevan

untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

41

13. Laporan keuangan interim

a. Laporan keuangan internim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di

antara dua laporan tahunan dan harus dipandang sebagai bagian integral

dari laporan periode tahunan. Penyusunan laporan keuangan internim dapat

dilakukan secara bulanan, triwulan atau periode yang lain yang kurang dari

satu tahun.

b. Laporan keuangan internim memuat komponen yang sama seperti laporan

keuangan tahunan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan

perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan investasi terkait, laporan

sumber dan penggunaan zakat, infak dan shadaqah, laporan sumber dan

penggunaan dana qardhul hasan, dan catatan atas laporan keuangan.

14. Laporan keuangan konsolidasi

Dalam menyusun laporan keuangan konsolidasi, laporan keuangan dan anak

perusahaan digabung satu persatu dengan menjumlahkan unsur-unsur yang sejenis dari

aktiva, kewajiban, investasi tidak terikat, ekuitas, pendapatan dan beban. Agar laporan

keuangan konsolidasi dapat menyajikan informasi keuangan dari kelompok perusahaan

tersebut sebagai satu kesatuan ekonomi, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai

berikut :

a) Transaksi dan saldo resiprokal antara induk dan anak perusahaan, harus

dieliminasi.

b) Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi, yang timbul dari transaksi

antara induk perusahaan dan anak perusahaan. Harus dieliminasi.

d) Untuk tujuan konsolidasi, tanggal pelaporan, keuangan anak perusahaan

pada dasarnya harus sama dengan tanggal laporan keuangan perusahaan

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

42

induk. Apabila tanggal laporan keuangan tersebut berbeda maka laporan

keuangan kondolidasi per tanggal laporan keuangan bank masih dapat

dilakukan sepanjang:

(1) Perbedaan tanggal laporan tersebut tidak lebih dari 3 (tiga) bulan, dan

(2) Peristiwa atau transaksi material yang terjadi di antara tanggal

pelaporan tersebut diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan

konsolidasi.

Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi maka penyesuaian yang diperlukan

harus dilakukan.

c) Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan

akuntansi yang sama untuk transaksi, peristiwa dan keadaan yang sama

atau sejenis.

d) Hak minoritas (minotity interest) harus disajikan tersendiri dalam neraca

konsolidasi antara kewajiban dan modal. Sedangkan hak minoritas dalam

laba disajikan dalam laporan laba rugi konsolidasi.

2.1.8 Kesehatan Bank

Dahlan Siamat (2005,p208-209) menjelaskan bahwa berdasarkan Peraturan

Gubernur Bank Indonesia Nomor 6/10/2004 Tahun 2004 mengenai tingkat kesehatan

perbankan adalah nilai penilai kualitaf atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap

kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif dan atau penilaian kualitatif

terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan

sensitivitas terhadap risiko pasar. Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi,

perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keuangan bank. Sedangkan penilian kualitatif

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

43

adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung penilaian kuantitatif, penerapan

manajemen resiko, dan kepatuhan bank.

Kesehatan atau kondisi keuangan dan nonkeuangan bank merupakan

kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelolaan (manajemen) bank,

masyarakat pengguna jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank, dan

pihak lainnya. Informasi mengenai kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak-pihak

tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian,

kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen resiko.

Perkembangan industri perbankan terutama produk dan jasa yang semakin

kompleks dan beragam akan meningkatkan eksposur risiko yang dihadapi bank.

Perubahan ekposur resiko bank dan penerapan manajemen risiko akan mempengaruhi

profil risiko bank dan penerapan manajemen risiko akan mempengaruhi profil risiko bank

yang selanjutnya berakibat pada kondisi bank secara keseluruhan.

Perkembangan metodologi penilaian kondisi bank senantiasa bersifat dinamis

sehingga sistem penilaian tingkat kesehatan bank perlu di-review secara periodik untuk

menyesuaikan kondisi terkini. Tujuannya adalah agar lebih mencerminkan kondisi bank

saat ini dan diwaktu yang akan datang. Dalam konteks inilah Bank Indonesia senantiasa

melakukan perbaikan kembali terhadap sistem penilaian tingkat kesehatan yang meliputi

penyempurnaan pendekatan penilaian kualitatif dan kuantitatif dan penambahan faktor

penialian. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi kesehatan bank tersebut yang

akan datang. Sedangkan bagi Bank Indonesia, antara lain digunakan sebagai sarana

penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

44

Faktor Penilaian

Bank Indonesia dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan faktor-

faktor yang disebut CAMELS, sebagai berikut:

1. C : Capital (untuk rasio kecukupan modal bank).

2. A : Assets (untuk rasio-rasio kualitas aktiva).

3. M : Management (untuk menilai kualitas manajemen).

4. E: Earnings (untuk rasio-rasio rentabilitas bank).

5. L : Liquidity (untuk rasio-rasio likuiditas bank).

5. S : Sensitivity to Market Risk (Sensitivitas terhadap resiko pasar).

2.2 Kerangka Pemikiran

Riyadi (2004,p149) mengungkapkan bahwa tingkat kesehatan bank adalah

penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu

sesuai dengan standar Bank Indonesia. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat

disimpulkan bahwa ketentuan tingkat kesehatan bank tersebut dapat digunakan sebagai

tolak ukur pihak-pihak yang berkepentingan, baik pemilik, pengelola, masyarakat umum,

maupun pemerintah untuk menilai kegiatan operasional dan kegiatan pengelolaan bank

tersebut.

Jalan pemikiran dari judul yang diajukan adalah dengan analisis CAMEL dari

tingkat kesehatan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, dan Unit Usaha Syariah PT. bank

Rakyat Indonesia, Tbk. maka akan diketahui segi kekuatan dan kelemahan atas unsur-

unsur CAMEL-nya. Titik tolak analisis tersebut dapat dipakai oleh manajer sebagai alat

untuk mengambil kebijakan-kebijakan dan keputusan dalam kaitannya dengan bank

untuk probabilitas dan kesehatannya. Serta dapat diketahui bagaimana perbedaan

antara penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dengan unit usaha syariah.

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00314-MN-Bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Dasar ... oleh negara-negara yang tergabung dalam

45

Perbankan Syariah

Gambar 2.7

Diagram Alur Pemikiran

Permasalahan :

1. Bagaimana tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia periode tahun 2002-2005 berdasarkan analisis

CAMEL?

2. Bagaimana tingkat kesehatan Unit Usaha Bank Rakyat Indonesia periode tahun 2002-2005 berdasarkan

analisis CAMEL?

3. Bagaimana perbedaan cara penilaian kinerja keuangan dan manajemen bank umum syariah (Bank Muamalat

Indonesia) dan bank syariah yang masih unit usaha (Unit Usaha Syariah Bank Rakyat Indonesia)?

Kinerja Laporan Keuangan dan Manajemen

Hasil Analisis CAMEL

Simpulan dan Saran

Unit Usaha SyariahBank Umum Syariah

Tujuan :

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia periode tahun 2002-2005

berdasarkan analisis CAMEL.

2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kesehatan Unit Usaha Bank Rakyat Indonesia periode tahun 2002-2005

berdasarkan analisis CAMEL.

3. Untuk mengetahui apa perbedaan cara penilaian kinerja keuangan dan manajemen bank umum syariah (Bank

Muamalat Indonesia) dan bank syariah yang masih unit usaha (Unit Usaha Syariah Bank Rakyat Indonesia).

Tingkat Kesehatan Bank- Rasio Permodalan- Rasio Kualitaf Aktiva Produktif - Rasio Manajemen- Rasio Rentabilitas- Rasio Likuiditas