bab 2 landasan teori - bina nusantara | library...

34
17 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Environmentally Sustainable, Healthy and Liveable Human Settlement Topik ini secara umum dapat diterjemahkan sebagai “Lingkungan yang Para Penghuninya Hidup Sehat dan Sejahtera Secara Berkelanjutan”. Environmentally sendiri berasal dari kata environment yang berarti lingkungan, sedangkan sustainable memiliki arti berkelanjutan. Pengertian sustainability dapat dipahami dengan definisi dari sustainable development menurut Bruntland Report (1987): Sustainable development is development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needsatau bila diterjemahkan, pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa harus mengorbankan kemampuan generasi masa depan dalam memenuhi kebutuhannya. Sehingga yang terpenting adalah memahami bagaimana kita memanfaatkan sumber daya lingkungan yang ada secara bijaksana sehingga tidak menghabiskan cadangan sumber daya lingkungan untuk generasi masa depan. Salah satu kunci dalam memahami sustainability adalah memahami keterkaitan antar berbagai aspek dalam lingkungan. Healthy and Liveable” dapat diartikan sebagai “sehat dan sejahtera” dalam arti lingkungan yang ditinggali ini harus bisa memberikan dampak positif terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan bagi si penghuninya. Human Settlement”diartikan sebagai suatu tempat untuk sekelompok manusia tinggal, bernaung, berlindung. Sehingga “Environmentally Sustainable, Healthy and Liveable Human Settlement” memiliki definisi, “Suatu lingkungan tempat sekelompok manusia yang pembangunannya dapat memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa harus mengorbankan generasi mendatang, dan memberikan dampak positif terutama kesehatan dan kesejahteraan bersama”. Selain itu, hasil dariSustainable Human Settlements” tergantung dari pembangunan yang dilakukan, diharapkan membawa perubahan yang lebih baik melalui hubungan antara penghuni, bangunan dan lingkungannya, ramah lingkungan - tidak saling merusak tetapi ada keselarasan melalui kesatuan bentuk bangunan dengan lingkungan sekitar,

Upload: phungcong

Post on 21-May-2018

228 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

17

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Environmentally Sustainable, Healthy and Liveable Human Settlement

Topik ini secara umum dapat diterjemahkan sebagai “Lingkungan yang

Para Penghuninya Hidup Sehat dan Sejahtera Secara Berkelanjutan”.

Environmentally sendiri berasal dari kata environment yang berarti

lingkungan, sedangkan sustainable memiliki arti berkelanjutan. Pengertian

sustainability dapat dipahami dengan definisi dari sustainable development

menurut Bruntland Report (1987):

“Sustainable development is development that meets the needs of the present

without compromising the ability of future generations to meet their own

needs” atau bila diterjemahkan, pembangunan berkelanjutan adalah

pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa harus

mengorbankan kemampuan generasi masa depan dalam memenuhi

kebutuhannya. Sehingga yang terpenting adalah memahami bagaimana kita

memanfaatkan sumber daya lingkungan yang ada secara bijaksana sehingga

tidak menghabiskan cadangan sumber daya lingkungan untuk generasi masa

depan. Salah satu kunci dalam memahami sustainability adalah memahami

keterkaitan antar berbagai aspek dalam lingkungan.

“Healthy and Liveable” dapat diartikan sebagai “sehat dan sejahtera”

dalam arti lingkungan yang ditinggali ini harus bisa memberikan dampak

positif terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan bagi si penghuninya.

“Human Settlement”diartikan sebagai suatu tempat untuk sekelompok

manusia tinggal, bernaung, berlindung. Sehingga “Environmentally

Sustainable, Healthy and Liveable Human Settlement” memiliki definisi,

“Suatu lingkungan tempat sekelompok manusia yang pembangunannya dapat

memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa harus mengorbankan generasi

mendatang, dan memberikan dampak positif terutama kesehatan dan

kesejahteraan bersama”. Selain itu, hasil dari“ Sustainable Human

Settlements” tergantung dari pembangunan yang dilakukan, diharapkan

membawa perubahan yang lebih baik melalui hubungan antara penghuni,

bangunan dan lingkungannya, ramah lingkungan - tidak saling merusak tetapi

ada keselarasan melalui kesatuan bentuk bangunan dengan lingkungan sekitar,

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

18

bisa juga melalui warna yang disesuaikan kebutuhan sehingga hal ini

membuat segalanya menjadi harmonis. Desain dari bangunan dan

lingkungannya diharapkan memberikan pengaruh pada kebiasaan penghuni di

dalam dan sekitarnya sehingga kesehatan dan kesejahteraan orang tersebut

berubah ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, konsep, metode

pembangunan, dan pengaplikasiannya memiliki peran penting dalam

pembangunan tsb.

“Promote, where appropriate, planning and good design in human

settlements, both in new developments and in upgrading and rehabilitation,

while emphasizing asethetics qualities as well as sound and sustainable

technical and functional qualities, enriching and enlightening to overall

quality of life of people”. (un-documents.net/ha-4c.htm)

Perencanaan dan desain yang baik pada lingkungan hunian manusia,

diharapkan mampu meningkatkan mutu dan memperbaiki keadaan kesehatan

dan kesejahteraan manusia yang tinggal di dalamnya dan di sekitar bangunan

tersebut. Melalui estetika dan faktor lain seperti suara, konsep berkelanjutan,

kualitas fungsi ruang dalam bangunan sehingga mencerahkan keseluruhan

kualitas hidup manusianya.

Menurut Abraham H.Maslow, faktor internal & eksternal mempengaruhi

perkembangan psikologis seseorang. Menurut Teori Rapoport, pendekatan

perilaku penghuni menghasilkan konsep dan wujud ruang yang berbeda-beda

pula, menyesuaikan keadaan penghuninya.

Salah satu ciri yang menonjol dari seorang pecandu narkoba adalah pola

perilaku mereka. Melalui pola perilaku mereka, kita bisa mengamati serta

memahami kebutuhan yang mereka perlukan. Karena, sesungguhnya

rehabilitasi sosial atau pendekatan emosi lebih menentukan setelah masa

rehabilitasi selesai, agar mereka tidak kembali menggunakan narkoba.

Pendekatan perilaku, menekankan pada keterkaitan antara ruang,

dengan masyarakat atau individu yang memanfaatkan atau menghuni ruang

tersebut. Melalui pendekatan ini, kita akan melihat perlunya memahami

perilaku manusia atau masyarakat (yang berbeda-beda dalam setiap tempat,

waktu dan kondisi) dalam memanfaatkan ruang. Ruang dalam pendekatan ini

dilihat mempunyai arti dan nilai yang plural dan berbeda, tergantung tingkat

apresiasi dan kognisi individu-individu yang menggunakan ruang tersebut.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

19

Dengan kata lain pendekatan ini melihat bahwa aspek-aspek norma, kultur,

psikologi masyarakat yang berbeda akan menghasilkan konsep dan wujud

ruang yang berbeda, (Rapoport, 1969).

Secara konseptual pendekatan perilaku dalam proses perencanaan dan

perancangan pusat rehabilitasi narkoba, menekankan bahwa para rehabilitan

merupakan makhluk berpikir yang mempunyai persepsi dan keputusan

tersendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan (seputar pusat rehabilitasi).

Dengan demikian, dalam menyusun konsep perencanaan dan

perancangan juga harus memperhatikan psikologi rehabilitan, serta aspek

interaksi antara para rehabilitan dengan lingkungannya.

Penciptaan lingkungan yang familiar adalah merencanakan bangunan

yang akrab dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Bangunan pusat

rehabilitasi yang akrab dengan lingkungan sekitar, salah satunya adalah

dengan memanfaatkan elemen-elemen yang ada disekitarnya ke dalam

perencanaan dan perancangan pusat rehabilitasi, karena suasana lingkungan

sekitar dapat mendukung proses pemulihan pecandu narkoba.

2.2. Narkotika

Penyalahgunaan narkoba adalah sebuah permasalahan yang dihadapi oleh

pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA

sesuai dengan Surat Edaran Badan Narkotika Nasional ( BNN ) No. SE/ 03/

IV/ 2002, merupakan akronim dari NARkotika, psiKOtropika, dan Bahan

Adiktif lainnya. Narkoba yaitu zat - zat alami maupun kimiawi yang jika

dimasukkan ke dalam tubuh dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan

dan perilaku seseorang. Istilah narkoba sebenarnya muncul sekitar tahun 1998

karena banyaknya penggunaan maupun pemakaian barang - barang yang

termasuk narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya. Di dalam masyarakat

sudah banyak mengenal macam-macam narkoba walaupun tidak seluruhnya,

antara lain : ganja, heroin, sabu-sabu, inek, putaw dan lain sebagainya (

Zulkarnain, 2007 : 2 ) Narkoba disuatu sisi merupakan obat atau bahan yang

bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan (waktu operasi,

untuk penenang), akan tetapi di sisi lain penyalahgunaan narkoba dapat

menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan

tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat, (Taufik makaro, 2007 : 17)

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

20

2.2.1. Jenis-jenis Narkotika

Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dan

Undang-Undang N0. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika dibagi

menjadi 3 golongan yaitu :

1.) Golongan pertama

Golongan opoida atau opiate yaitu narkotik yang didapat dari tanaman

papaver somnivrum (biji, buah, bunga, jerami). Opium mentah didapat

dari getahnya. Opium yang sudah dimasak berupa candu, jicing, jicingko.

Opium yang digunakan sebagai obat dikenal dengan nama morfin yang

dibuat dari opium mentah sebagai alkaloid utama menurut cara yang

telah ditentukan jenis opoida yang paling sering disalahgunakan di dunia

adalah heroin, yang penggunaannya dapat lewat suntikan ataupun di drag

(isapan).

2.) Golongan kedua

Golongan kokain yaitu diambil dari tanaman koka (Erythroxylonyp). Zat

ini dibuat dari semua bagian tanaman koka, yang basah maupun kering

kemudian dihaluskan dalam bentuk kokain murni. Orang Jawa mengenal

tanaman ini dengan nama kokoino yang biasa dipakai untuk

menghilangkan rasa sakit (analgetika).

3.) Golongan ketiga

Ganja yang didapat dari tanaman Canabis sp. Pada mulanya, tanaman ini

di Amerika Latin dipakai untuk makanan ternak atau sering juga seagai

bumbu masak. Sekarang sudah tersebar di seluruh dunia, dan di propinsi

Aceh terkenal sebagai daerah penghasil ganja di Indonesia. Peredaran

ganja yang sudah banyak beredar adalah dalam bentuk rokok daun ganja

kering.

2.2.2. Penyalahgunaan Narkotika

Dalam UU No. 35 Tahun 2009 Bab I angka 15 Penyalah guna adalah orang

yang menggunakan narkotika tanpa hak dan melawan hukum. Dalam

masyarakat modern ini dimana kehidupan sudah sangat rumit, maka diperlukan

pengaturan perundang-undangan yang mengatur kehidupan masyarakat,

apalagi jika diamati banyaknya perubahan yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat yang begitu cepat. Dengan adanya perubahan yang sangat cepat

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

21

maka itu berarti kejahatan yang terjadi dalam masyarakat juga semakin

bervariasi, oleh karena itu diperlukan peranan penegak hukum untuk

menangani masalah kejahatan yang terjadi di tengah masyarakat.

2.3. Pecandu Narkotika

Menurut UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika Bab I Ketentuan Umum

angka 13, Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau

menyalahgunakan narkotika dan dalam ketergantungan pada Narkotika, baik

secara fisik maupun psikis.

2.4. Ketergantungan Narkotika

Menurut UU No, 35 tahun 2009 tentang Narkotika Bab I Ketentuan Umum

angka 14, Ketergantungan Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh

dorongan untuk menggunakan Narkotika secara terus-menerus dengan takaran

yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila

penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba menimbulkan

gejala fisik dan psikis yang sama.

Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan emosi yang

dimiliki. Hasil penelitian Rilley dan Schutte dalam (Handoko, 2009)

menunjukkan bahwa prediktor penting di dalam permasalahan

penyalahgunaan NAPZA adalah kecerdasan emosional yang rendah.

Penelitian Caruso, Mayer, dan Salovey dalam (Handoko, 2009) juga

menunjukkan bahwa kecerdasan emosional yang rendah berhubungan secara

signifikan dengan penyalahgunaan NAPZA, alkohol, serta dapat

meningkatkan perilaku menyimpang.

Penelitian yang dibuktikan oleh Alcoholics Anonymous dan program

pemulihan obat terlarang yang didasarkan pada lebih dari 200 orang pasien

pecandu heroin dapat disembuhkan dengan mengajarkan kecerdasan

emosional yang mendasar cenderung akan menghilangkan keinginan untuk

menggunakan obat terlarang (Goleman, 2007).

Mayoritas pecandu Narkoba adalah remaja. Alasan remaja

mengkonsumsi narkoba karena kondisi sosial, psikologis yang membutuhkan

pengakuan, identitas dan kelabilan emosi (Supriatna, 2012). Kelompok

remaja merupakan populasi berisiko dalam penyalahgunaan narkoba. Masa

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

22

remaja seringkali identik dengan masa pencarian jati diri sehingga mendorong

remaja berkeinginan untuk mencoba sesuatu yang baru diketahui termasuk

mencoba mengkonsumsi NAPZA. Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan

(Syam, 2007) bahwa rasa ingin tahu bagi kalangan muda tidak hanya sebatas

pada hal-hal yang negatif. Akan tetapi rasa ingin tahu terhadap narkotika dan

psikotropika ini merupakan salah satu pendorong bagi seseorang untuk

melakukan perbuatan yang menyimpang termasuk keingintahuan terhadap

NAPZA (Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) yang pada akhirnya

sampai menimbulkan ketergantungan.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa informan pada usia 15 tahun telah

mengenal dan mengkonsumsi NAPZA. Solidaritas persahabatan seringkali

dijadikan sebagai alasan untuk melakukan hal-hal yang belum pernah

dilakukan untuk dilakukan secara bersama. Pada usia ini, kematangan secara

psikologi belum stabil, masih sering merasa kurang bermanfaat di

lingkungannya dan sangat mudah terprovokasi dari orang lain, hal ini

medorong mereka untuk berperilaku menyimpang termasuk mengkonsumsi

NAPZA. Hal ini sesuai dengan penelitian (Adisukarto, 2001); (Yurliani,

2007), bahwa 47,7 % korban penyalahgunaan narkoba adalah remaja.

Di samping pengetahuan, usia, faktor internal yang mempengaruhi

informan dalam mengkonsumsi NAPZA adalah faktor pendidikan. Pendidikan

merupakan modal utama yang sangat diperlukan oleh seseorang untuk

menjalankan hidupnya dengan baik. Baik pendidikan formal maupun non

formal. Dengan pendidikan, seseorang akan mengetahui mana yang baik dan

mana yang buruk, mengetahui mana yang harus dilakukan dan mana yang

tidak seharusnya dilakukan. Sehingga dengan pendidikan yang baik seseorang

tidak akan terjerumus ke dalam permasalahan penyakit-penyakit masyarakat

(Supriatna, 2012). Hal ini menjadi catatan penting bahwa seyogyanya pihak

sekolah secara dini memperkenalkan kepada siswa tentang NAPZA agar

menjadi tambahan informasi yang sangat penting bagi siswa bahwa

mengkonsumsi NAPZA merupakan perilaku yang membahayakan baik bagi

diri siswa, keluarga, dan lingkungan masyarakat.

2.5. Tipikal Manusia dan Penyalahgunaan Nakoba

- Pembuat Narkoba

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

23

- Pengedar/ Bandar Narkoba

- Pengecer Narkoba

- Pecandu Narkoba

2.6. Jenis Pecandu yang di Rehabilitasi

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pihak panti rehabilitasi

dan data dari perpustakaan BNN, jenis pecandu yang direhabilitasi, yaitu:

- Pecandu yang tertangkap polisi (di tindak pidana lalu di masukan ke Panti

Rehabilitasi Narkoba milik pemerintah)

- Pecandu yang diserahkan oleh keluarga/ menyerahkan diri langsung ke Panti

Rehabilitasi Narkoba; tidak akan ditindak pidana.

Pecandu yang akan masuk ke Panti Rehabilitasi harus bebas dari penyakit

TBC dan Hepatitis, selain itu tidak sakit jiwa, dan masih sadar.

2.7. Tingkatan Pecandu Narkoba

a.) Abstinence

Periode dimana seseorang tidak menggunakan narkoba sama sekali untuk

tujuan rekreasional.

b.) Social Use

Periode di mana seseorang sudah mulai mencoba narkoba untuk tujuan

rekreasional namun tidak berdampak pada kehidupan sosial, financial,

dan juga medis si pengguna. Artinya si pengguna ini masih bisa

mengendalikan kadar penggunaan narkoba tersebut.

c.) Early Problem Use

Periode dimana individu sudah menyalahgunakan zat adiktif dan perilaku

penyalahgunaan sudah menimbulkan efek negatif dalam kehidupan sosial

si penyalahguna seperti malas sekolah, bergaul dengan orang-orang

tertentu saja, dll.

d.) Early Addiction

Kondisi si pecandu yang sudah menunjukan perilaku ketergantungan baik

fisik maupun psikologis, dan perilaku ini mengganggu kehidupan sosial

yang bersangkutan. Si pecandu ini sangat sulit untuk menyesuaikan

dengan pola kehidupan normal, dan cenderung untuk melakukan hal - hal

yang melanggar nilai dan norma yang berlaku.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

24

e.) Severe Addiction

Periode dimana seseorang yang hanya hidup mempertahankan

kecanduannya dan sudah mengabaikan kehidupan sosial dan diri sendiri.

Pada titik ini, si pecandu akan berani melakukan tindakan kriminal demi

untuk memenuhi kebutuhan konsumsi narkoba.

2.8. Dampak Narkoba

Menurut Julianan Lisa FR dan Nengah Sutrisna WR dalam bukunya

“Narkoba, Psikotropika dan Gangguan Jiwa”, dampak narkoba dan

psikotropika terhadap kesehatan secara umum ada 3 yaitu:

1.) Depresan

- menekan atau memperlambat fungsi sistem syaraf pusat sehingga dapat

mengurangi aktivitas fungsional tubuh.

- dapat membuat pemakai merasa tenang, memberikan rasa melambung

tinggi, memberi rasa bahagia, bahkan tertidur atau tidak sadar diri.

2.) Stimulan

- merangsang sistem syaraf pusat dan meningkatkan kegairahan (segar

dan bersemangat) dan kesadaran.

- mengurangi rasa kantuk karena lelah, mengurangi nafsu makan,

mempercepat detak jantung, tekanan darah, dan pernafasan.

3.) Halusinogen

- dapat mengubah rangsangan indra yang jelas serta mengubah perasaan

dan pikiran sehingga menimbulkan kesan palsu atau halusinasi.

Akibat yang ditimbulkan oleh narkotika dan obat terlarang adalah :

-Habituation, adalah kebiasaan buruk, yaitu menggantungkan diri pada

jenis obat-obat tertentu dalam bentuk ketergantungan psikis. Dalam hal

ini penyetopan secara mendadak akan menimbulkan efek-efek kejiwaan

seperti merasa seolah-olah tidak pernah sembuh, sehingga akhirnya akan

memakai obat-obatan lagi. Hal ini terjadi berulang-ulang lagi.

- Addiction/ kecanduan

Pemakaian narkotika dapat mengakibatkan kecanduan, adapun

tanda-tanda orang yang mengalami kecanduan adalah :

a) Tolerance, yaitu kebutuhan akan dosis yang semakin lama

semakin meningkat.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

25

b) Withdrawal, yaitu reaksi kemerosotan kondisi fisik, sehingga

pengurangan obat / penyetopan pemakaian akan menimbulkan gejala

- Keringat dingin, gemetaran, gugup dan cemas

- Sensitif, depresi

- Sakit kepala, tidak bisa tidur

- Pupil mata mengecil

- Kekurangan gizi, rasa mual, berak-berak dan perut kejang

- Bekerja dan berpikir tanpa tujuan

- Tidak punya ambisi, kemauan dan perhatian

- Detak jantung bertambah cepat

- Mudah terkena infeksi

- Menjadi seperti gila

- Rusaknya sel-sel syaraf dan bagian otak

- Mendatangkan kematian

c) Mengasingkan diri dari masyarakat

Mereka yang mengalami ketergantungan obat akan mengingkari tata

hidup yang berlaku dalam masyarakat bahkan memberontak terhadap

tatanan yang berlaku. Sehingga mereka ingin hidup bebas, yaitu

tidak teganggu norma-norma atau peraturan.

Berikut adalah efek dan tanda-tanda pada fisik bagi pengguna narkotika

dan obat terlarang :

1.) Cocaine

- Pada otak : memiliki kegembiraan berlebihan, harga dirinya meningkat,

sensitif dan mudah berkelahi. Sering tidak punya uang dan mencuri.

- Pada mata : manik mata melebar, tetapi akan tidur tanpa makan dan

minum berhari-hari.

- Pada pencernaan : mual-mual dan muntah angin, sering kejang.

- Pada jantung : tekanan darah tinggi, gelisah dan berkeringat dingin.

2.) Ganja

- Pada otak : tidak peduli dengan lingkungan, apatis, pemakaian jangka

lama menyebabkan struktur syaraf rusak, merasa senang terus tetapi

depresi.

- Pada mata : mata merah

- Pada pencernaan : nafsu makan meningkat

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

26

3.) Ekstasi

- Pada otak : penyempitan pembuluh darah pada otak, depresi, paranoid,

bahkan kerusakan permanen pada otak, hiperaktif.

- Pada rongga mulut : dehidrasi karena selalu merasa haus

4.) Shabu-shabu

- Membuat pemakainya berubah kepribadian mudah panik, menjadi

paranoid/ ketakutan berlebihan selama lebih dari 12 jam,

berhalusinasi,sakit perut dan mual.

2.9. Tahapan Pemulihan Para Pecandu Narkoba

Proses kegiatan rehabilitasi ketika pasien menjalani proses rehabilitasi,

setiap pecandu narkoba yang memasuki pusat rehabilitasi narkoba ini

menjalani serangkaian proses kegiatan. Untuk membagi berbagai macam

kegiatan dengan tujuan yang berbeda-beda, terdapat beberapa macam bidang

kegiatan dalam perencanaan pusat rehabilitasi narkoba, antara lain yaitu :

1.) Pelayanan Rehabilitasi Medis

Pelayanan rehabilitasi medis ini bertujuan untuk mengeluarkan racun dari

tubuh pecandu narkoba sehingga untuk selanjutnya, racun-racun dari zat

adiktif tersebut dapat hilang atau berkurang sehingga rehabilitan terlepas

dari ketergantungan obat-obat terlarang tersebut secara fisik. Pelayanan

rehabilitasi medis ini wajib dijalani oleh semua pecandu narkoba yang

datang dalam berbagai kondisi, baik nantinya rehabilitan menjalani rawat

jalan, inap, maupun program rehabilitasi menyeluruh. Secara umum,

bidang ini meliputi :

A.) Bidang Penerimaan Awal

Pada tahap ini, merupakan proses yang dijalani para rehabilitan

ketika datang dan akan memulai menjalani proses rehabilitasi. Proses

yang ada pada penerimaan awal ini diantaranya :

a.) Calon rehabilitan yang merupakan pecandu narkoba datang

dengan didampingi orang tua maupun rekomendasi dari dinas sosial

ataupun pihak berwajib yang telah menyepakati kerjasama. Proses ini

dimaksudkan untuk membangun komunikasi antara wali/orang tua

rehabilitan, rehabilitan itu sendiri dan juga dengan pihak pusat

rehabilitasi.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

27

b.) Pendaftaran dilakukan untuk mendata calon rehabilitan apakah

sudah pernah datang ataukah baru pertama kalinya.

c.) Pemeriksaan awal ini adalah berupa wawancara antara calon

rehabilitan dengan para konselor/ pembimbing. Wawancara ini

berkisar mengenai riwayat penggunaan obat-obatan rehabilitan dan

keluhan-keluhan yang dirasakan oleh mereka. Hal ini diperlukan

untuk dijadikan dasar/ pegangan dalam penanganan selanjutnya.

d.) Penyusunan program sementara dilakukan setelah mengetahui

diagnosa sementara dan dilakukan tindakan sementara, dengan tujuan

untuk menyelamatkan rehabilitan (terutama rehabilitan gawat darurat

yang mengalami over dosis). Selain itu, dalam tahap ini para

rehabilitan, dianalisa apakah perlu menjalani perawatan inap ataukah

cukup dengan rawat jalan.

B.) Bidang Poliklinik

Setelah pemilihan sistem penyembuhan yang meliputi apakah

rehabilitan cukup menjalani rawat jalan, rawat inap, atau menjalani

serangkaian program rehabilitasi. Pemeriksaan yang dilakukan di

poliklinik antara lain adalah :

a.) Pemeriksaan interna atau penyakit dalam, yaitu rehabilitan

diperiksa keadaan kesehatan organ tubuhnya yaitu jantung, ginjal dan

paru-paru. Hal ini dilakukan karena organ-organ itu merupakan yang

sering terkena dampak langsung dari konsumsi narkoba. Bila

diketahui terdapat gangguan pada fungsi organ tersebut, maka dokter

interna akan memberikan rujukan untuk menjalani program

detoksifikasi atau pengeluaran racun.

b.) Pemeriksaan psikologis dan psikiater ini pemeriksaan rehabilitan

dan pengantar berada dalam ruang pemeriksaan bersama psikiater

dan psikolog untuk dimintai keterangan tentang latar belakang

pemakaian, jenis narkoba yang dikonsumsi, cara pemakaian dan

lainnya yang berhubungan dengan riwayat pemakaian. Tahap ini

perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan psikis rehabilitan dan

obat atau materi yang akan diberikan untuk menghilangkan

ketergantungan rehabilitan terhadap narkoba.

c.) Pemeriksaan laboratoriumdijalani untuk pemeriksaan kondisi

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

28

darah, urine, dan ludah untuk mengetahui kandungan kadar obat dan

racun yang ada di dalam tubuh. Proses ini dilakukan untuk

mengetahui tindakan selanjutnya dalam menentukan pemberian dosis

untuk pengeluaran racun. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan

USG dan pemeriksaan radiology untuk mengetahui kemungkinan

adanya komplikasi penyakit lain yang disebabkan oleh

ketergantungan narkoba.

C.) Bidang Perawatan Medis

Setelah menjalani beberapa tahap pemeriksaan sebelumnya,

rehabilitan ketergantungan narkoba melaksanakan proses pemulihan

atau rehabilitasi, selanjutnya yaitu detoksifikasi dan stabilisasi.

a.) Detoksifikasi adalah pengeluaran racun dari dalam tubuh

rehabilitan sehingga kondisi rehabilitan pecandu narkoba terbebas

dari pengaruh zat-zat adiktif yang telah mengendap akibat

mengkonsumsi narkoba. Selain itu juga, untuk membebaskan dari

kondisi ketergantungan.

b.) Stabilisasi, merupakan tahap penenangan terutama bagi

rehabilitan yang mengalami tingkat ketergantungan patologik, yaitu

kadar zat yang dikandung dalam darah lebih tinggi dari standar

ketergantungan biasa/ melebihi ambang toleransi. Rehabilitan yang

mengalami tingkat ketergantungan ini kesadarannya sangat rendah.

Kecuali itu jika konsumsi narkoba dihentikan akan mengalami gejala

putus obat atau yang lebih dikenal dengan sebutan sakaw, yaitu

mengalami kesakitan diseluruh tubuh, pemberontakan dan mungkin

melakukan hal-hal berbahaya lainnya yang membahayakan dirinya

dan juga orang lain. Dengan keadaan demikian maka rehabilitan

memerlukan perawatan dan keamanan yang sangat insentif. Biasanya

rehabilitan dengan kasus seperti ini mempunyai ruangan khusus yang

terpisah dari rehabilitan lainnya yang mempunyai ketergantungan

secara psikologik atau yang lebih tenang. Disamping itu, perawatan

khusus lainnya juga diperuntukkan bagi rehabilitan dengan kasus

seperti komplikasi gangguan penyakit dalam seperti paru-paru,

ginjal, dan jantung. Hal ini dikarenakan mereka memerlukan

penanganan yang berbeda dari rehabilitan biasa.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

29

c.) Perawatan Sosialisasi/ Rehabilitan Ketergantungan Psikologik

Sistem perawatan pada tahap ini yaitu rehabilitan beristirahat total,

dengan pemeriksaan kunjungan oleh dokter untuk pemantauan

kondisinya setiap hari. Biasanya rehabilitan pada tahap ini adalah

rehabilitan dengan ketergantungan psikologik dengan kadar zat

beracun dalam darah sesuai standar. Biasanya mereka bersifat lebih

tenang, sehingga dapat bergabung dengan rehabilitan yang lain.

Selain itu, rehabilitan juga mendapatkan bimbingan psikologis untuk

memberikan ketenangan dalam menjalani proses detoksifikasi.

Perawatan medis ini memerlukan waktu yang berbeda-beda pada

setiap pasien, karena tergantung pada keadaan kadar zat psikotropika

dalam darah. Biasanya waktu yang diperlukan dalam tahap ini adalah

1 sampai 3 minggu. Setelah kadar zat dalam darah normal dan atas

pemeriksaan dokter dinyatakan pulih, maka rehabilitan

direkomendasikan untuk menjalani tahap selanjutnya, yaitu

rehabilitasi sosial.

2.) Bidang Rehabilitasi Sosial

Pada tahap ini rehabilitan telah sembuh secara fisik dari ketergantungan

narkoba. Selain bersih secara fisik dari ketergantungan narkoba, para

pecandu narkoba ini juga memerlukan pendekatan berupa bimbingan

sosial agar secara lahiriah, jiwa mereka juga terbebas dari godaan

narkoba. Usaha rehabilitasi sosial ini bertujuan untuk menimbulkan

semangat kembali atau self-motivation agar mereka dapat kembali ke

tengah-tengah masyarakat. Aspek-aspek terapi yang dilakukan pada tahap

ini antara lain adalah :

A.) Terapi Psikologis

Adalah terapi yang meliputi segala usaha yang bertujuan memupuk,

membimbing, menumbuhkan serta meningkatkan rasa tanggung

jawab dari dalam diri para rehabilitan. Selain itu juga setiap

rehabilitan menjalani proses sharing atau bimbingan konseling

dengan psikolog secara pribadi (bertatap muka) dan juga sharing

secara bersama-sama dengan rehabilitan yang lain dengan bimbingan

psikolog.

B.)Terapi Religius

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

30

Adalah terapi yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran para

rehabilitan akan kedudukan manusia dan Tuhan sebagai Sang

Penciptanya.

C.) Terapi Emosional

Merupakan terapi yang memberikan pengarahan dan bimbingan

terhadap para rehabilitan dalam mengendalikan emosi yang kerap

ditemui dalam kehidupan sehari-hari berupa rasa marah, sedih,

gembira, benci, dll. Hal ini merupakan salah satu komponen penting

bagi para pecadu narkoba yang telah sembuh agar dapat memberikan

rasa rileks/ pandangan baru dalam bersikap dan tidak melampiaskan

emosinya untuk menggunakan obat-obatan terlarang dan

menyalurkannya kepada hal-hal yang bersifat lebih positif.

3.) Bidang Bimbingan Lanjut/ After Care

Tahap ini merupakan tahap akhir dari serangkaian program rehabilitasi

yang diberikan. Tahap bimbingan lanjut atau after care diberikan kepada

para rehabilitan dalam rangka agar mereka dapat mempunyai tujuan serta

bekal keterampilan dalam menghadapi tantangan hidup di masyarakat.

Beberapa bimbingan yang diberikan pada tahap ini diantaranya yaitu :

A.)Terapi Vokasional

Merupakan terapi dengan tujuan untuk menentukan kemampuan

kerja rehabilitan serta cara mengatasi rintangan untuk penempatan

dalam pekerjaan yang sesuai, juga memberikan bekal keterampilan

yang diminati maupun yang belum dimiliki agar dapat bermanfaat

bagi rehabilitan.

B.) Seminar dan Konseling

Program after care ini berupa seminar-seminar yang diadakan

bekerja sama dengan pihak luar yang diselenggarakan bagi tambahan

pengetahuan untuk para rehabilitan. Seminar yang diadakan

membahas seputar masalah narkoba serta isu-isu sosial yang

mempengaruhinya. Sedangkan untuk kegiatan konseling/ share yang

dimaksud sedikit berbeda dengan sebelumnya. Yaitu berupa sharing

yang dilakukan secara bersama-sama ini didampingi oleh seorang

mantan pengguna narkoba yang ditunjuk sebagai seorang konselor.

Diharapkan seorang mantan pecandu narkoba bisa lebih memahami

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

31

serta mengerti keadaan para rehabilitan yang sedang berusaha untuk

terlepas dari jeratan obat-obat terlarang. Sehingga diskusi menjadi

lebih intim dan akrab serta terdapat rasa saling mengerti antara

pecandu (rehabilitan) dengan seseorang yang telah bebas dari

narkoba (konselor).

C.) Pertemuan Orang tua

Merupakan program yang diadakan sebagai pendekatan kembali para

rehabilitan pecandu narkoba, dengan keluarganya, yang salah

satunya dengan acara pertemuan orang tua ini. Dalam program ini,

para pecandu dapat menumpahkan isi hati mereka (sharing), didepan

keluarganya secara langsung. Hal ini diharapkan dapat mencairkan

ketegangan dan salah paham yang terjadi diantara keduanya, yang

tentunya akan sangat membantu rehabilitan terlepas dari jeratan

narkoba.

D.) Terapi Fisik

Merupakan terapi yang bertujuan untuk mengembalikan keadaan

rehabilitan secara fisik, sehingga rehabilitan kembali merasa sehat

dan bugar.

4.) Bidang Kegiatan Asrama

Untuk mendukung proses rehabilitasi narkoba, para rehabilitan yang telah

melalui tahap pemeriksaan awal dan mendapatkan diagnosa awal maupun

surat rujukan untuk menjalani program rehabilitasi sosial menyeluruh,

maka diharuskan untuk bertempat tinggal di asrama yang telah

disediakan. Adanya program ini dimaksudkan untuk pecandu

ketergantungan patologik, maupun pecandu dengan ketergantungan

psikologik yang bersedia menjalani program ini dengan sukarela demi

kesembuhannya.

Untuk kegiatan sehari-hari, disamping diharuskan menjalankan

program-program Ada 3 tahap dalam pemulihan para pecandu narkoba yaitu,

tahap rehabilitasi medis berupa detoksifikasi, tahap rehabilitasi non medis

berupa program detoksifikasi dan rehabilitasi, dan tahap after care yang akan

dijelaskan sebagai berikut:

1.) Tahap Rehabilitasi Medis (Detoksifikasi)

Pada tahapan ini, pecandu diperiksa seluruh kesehatannya baik fisik dan

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

32

mental oleh dokter terlatih. Dokterlah yang memutuskan apakah pecandu

perlu diberikan obat tertentu untuk mengurangi gejala putus zat (sakau)

yang ia derita. Pemberian obat tergantung jenis narkoba dan berat

ringannya gejala putus zat. Dalam hal ini dokter butuh kepekaan,

pengalaman, dan keahlian guna mendeteksi gejala kecanduan tersebut.

Menurut Direktur Utama Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta,

Laurentius Panggabean, ada dua cara detoksifikasi yang dipakai di RSKO

(Rumah Sakit Ketergantungan Obat):

a.) Rapid Detoksifikasi

Terapi ini memerlukan waktu 2-3 hari.

Pecandu di detoksifikasi dengan cara di suntik obat “Naltrekson”

untuk mengurangi rasa sakit yang akan timbul akibat sakau, tetapi

tubuh dibiarkan membangun imun sendiri untuk mengobati bagian

yang rusak akibat efek obat-obatan tersebut.

b.) Detoksifikasi yang sering dipakai di RSKO

Terapi ini memerlukan waktu 10 - 14 hari.

Pada hari ke - 1 - 4, pasien di isolasi di ruang detoks, dan pasien akan

merasa sakit akibat dari efek sakau. Terutama pada hari keempat

merupakan puncak sakau dan pihak rumah sakit hanya memberi obat

penenang. Pada hari ke - 5 rasa sakit mulai menurun. Umumnya, hari

ke - 10, bisa dinyatakan bersih; tapi ada juga yang sampai 2 minggu/

14 hari.

2.) Tahap Rehabilitasi Non-Medis dengan metode Therapeutic Community

2.10. Therapeutic Community

Program rehabilitasi terstruktur yang termasuk sebagai kelompok bantu

diri (self-help group). TC tidak melihat terapi narkoba sebagai proses yang

bersifat satu arah dari staf yang terlatih kepada pasien, tetapi lebih melihat

terapi sebagai suatu proses yang timbul dari adanya pembauran total pada

semua orang yang terlibat, baik staff maupun pasien, dengan aturan, struktur,

dan intervensi terapeutik yang disepakati bersama di antara para anggotanya.

Pendekatan TC menggunakan program komunitas sebagai metode untuk

mengubah perilaku pecandu (Leon, 2000). Berdasarkan Jurnal

Penyalahgunaan Narkoba (UNDPC, 1990) dan data BNN, metode Therapeutic

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

33

Community yang mengutamakan pemulihan melalui komunitas dalam panti

rehab dengan penekanan pada pembangunan karakter dan kecerdasan emosi

penghuninya ini memiliki tingkat keberhasilan sebesar 80%, dengan

indikatornya, si penyalahguna berhasil bertahan pada kondisi bebas zat

(abstinensia) dalam waktu yang lebih lama, dengan catatan si residen tersebut

mengikuti seluruh tahapan hingga selesai. Oleh karena itulah metode ini

dipertimbangkan oleh Departemen Sosial, guna mengembangkan pelayanan

dan rehabilitasi sosial. Metode ini pulalah yang banyak diterapkan di pusat -

pusat rehabilitasi yang ada di Indonesia, seperti Pusat Rehabilitasi Narkoba

milik BNN di Lido, Jawa Barat. Therapeutic community membutuhkan waktu

5 -7 tahun untuk mendapatkan hasil yang maksimal bagi pecandu narkoba.

TC melihat korban narkoba sebagai individu yang mengalami gangguan

secara menyeluruh (disorder of the whole person) jadi bukan hanya fisik,

tetapi juga spiritual, intelektual, emosi, dan perilaku. Daya gangguan

kepribadian tersebut berangsur angsur terbentuk selama dia menyalahgunakan

NAPZA atau yang disebut sub-culture. Hal ini yang harus ditangani selama

rehabilitasi, dan ini memerlukan waktu yang lama dan secara intensif. Pada

umumnya gangguan sub-culture ini tidak dapat dihilangkan secara

keseluruhan selama rehabilitasi tetapi dilanjutkan dalam masa aftercare.

2.10.1. Konsep 5 Pilar dan 4 Struktur

Di dalam metode Therapeutic Community, dikenal konsep 5 pilar dan 4

struktur. Lima pilar tersebut adalah:

1.) Konsep Lingkungan Keluarga,

dengan norma dan nilai-nilai kasih sayang

2.) Konsep Tekanan Teman Sebaya (peers),

untuk mendorong kesembuhnsituasi bahwa teman sebaya (peers/

teman senasib) memerlukan dorongan untuk kesembuhan.

3.) Konsep Therapeutic (lingkungan yang mendukung proses terapi)

4.) Konsep Kegiatan Spiritual (keagamaan)

5.) Konsep peran contoh (role model),

dimana orang-orang yang sudah berhasil melepaskan diri dari

narkoba dapat memberikan contoh dan dorongan

Therapeutic Community memiliki 4 kategori struktur program, dimana

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

34

program-program tersebut akan membantu residen untuk membentuk dirinya:

1.) Behaviour Management Shaping (pembentukan tingkah laku)

2.) Emotional and Psychological (Pengendalian emosi dan psikologi)

3.) Intellectual and Spiritual (Pengembangan pemikiran dan kerohanian)

4.) Vocational and Survival (Keterampilan kerja dan keterampilan

bersosial serta bertahan hidup)

2.10.2. Teori dalam Metode Therapeutic Community

Berdasarkan teori mengenai definisi dari TC, TC merupakan sebuah

keluarga, TC memakai istilah residen bagi penghuninya, karena residen

adalah bagian dari keluarga, dari sebuah home. Maka home di sini tidak

hanya dalam pengertian sebagai sebuah keluarga inti. Home memiliki 6

dimensi (Gifford, 1995) yaitu: haven, order, identity, connectedness,

warmth, dan physical suitability. Di dalam sebuah home ada definisi

tempat bernaung, tempat dimana ada aturan yang mengatur kita secara

kontinyu sebagai bukti dari eksistensi kita. Kemudian home juga

merupakan identitas kita, keterkaitan kita dengan orang atau waktu.

Home juga memberikan perasaan penerimaan dan bentuk fisik dari home

tersebut dapat mewadahi kesemuanya.

2.11. Panti Rehabilitasi Narkoba Milik Pemerintah (LIDO – BNN)

Pelayanan rehabilitasi pada Pusat Rehabilitasi Narkotika yaitu

berdasarkan Standar Minimal dan Pedoman Pelayanan Dan Rehabilitasi

Sosial Penyalahgunaan Narkotika oleh Badan Narkotika Nasional Republik

Indonesia (BNN RI), 2003 adalah pemenuhan kebutuhan residen berupa

makan 3 kali sehari yang dilakukan di ruang makan dengan

mempertimbangkan kecukupan gizi, pelayanan kesehatan residen, pelayanan

rekresional berupa penyediaan pesawat televisi pada ruang berkumpul, alat

musik dan rekreasi di tempat terbuka. Pelayanan rehabilitasi pada Pusat

Rehabilitasi Narkotika berdasarkan LIDO BNN RI yaitu menggunakan sistem

Therapeutic Community (TC). Menurut Leon (2000:9) Therapeutic

Community adalah sebuah struktur dan hirarki di dalam rangkaian program,

kebutuhan untuk mengisolasi individu dari pengaruh luar selama menjalani

treatment yang dilakukan secara intensif dan bertahap.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

35

Gambar 2.1. Proses Rehabilitasi Narkoba di Lido-BNN Sumber: Jurnal Online Fitriani, A., FT UT, 2014

Screening & Intake (Assessment), meliputi wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik dan psikis.

Detoksifikasi, meliputi pemutusan penggunaan narkoba dengan cara

simptomatik serta dilakukannya pelayan psikologis dan psikiatris. Fase

detoksifikasi ini dilaksanakan selama 3 minggu.

1.) Entry dilakukan kegiatan komunitas yang melalui tahap orientasi

berfokus pada penyesuaian diri. Fase entry dilakukan selama 2 minggu.

Tahap ini dimulai dengan kegiatan orientasi diri dan lingkungannya.

2.) Primary merupakan fase residen mulai bersosialisasi dan bergabung

dalam komunitas terstruktur yang memiliki hirarki. Fase ini dilakukan

selama 4 bulan. Pada tahap ini residen dibagi menjadi 3 tahap yaitu

younger member, middle member, older member.

3.) Re-Entry merupakan fase terakhir dalam program TC, residen berada

dalam tahap adaptasi dan kembali bersosialisasi dengan masyarakat luas

di luar komunitas residensial. Fase ini dilakukan selama 1 bulan.

Sarana dan prasarana Pusat Rehabilitasi Narkotika berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2012 Tentang Standar

Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika,

Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya pasal 17 yaitu perkantoran, ruang

pelayanan teknis, ruang pelayanan umum, peralatan lembaga rehabilitasi

social, alat transportasi yang terdiri dari alat transportasi perkantoran dan alat

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

36

transportasi. Susunan pelaku pada Pusat Rehabilitasi Narkotika berdasarkan

BNN RI. Berikut ini struktur organisasi Pusat Rehabilitasi Narkotika Lido:

Gambar 2.2. Struktur Organisasi di Panti Rehabilitasi Narkoba di Lido-BNN Sumber: Jurnal Online Fitriani, A., FT UT, 2014

Berikut adalah site plan dari komplek Panti Rehabilitasi BNN - Lido,

Gambar 2.3. Site Plan Komplek Panti Rehabilitasi Narkoba di Lido-BNN Sumber: Thesis Ayu Oktaviani, FT UI, 2010

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

37

Gambar 2.4. Pintu Gerbang Komplek Panti Rehabilitasi Narkoba di Lido-BNN

Sumber: Thesis Ayu Oktaviani, FT UI, 2010

Gambar 2.5. Panti Rehabilitasi Narkoba di Lido-BNN

Sumber: Thesis Ayu Oktaviani, FT UI, 2010

Memasuki lingkungan terapi ini, kita akan disambut oleh pintu gerbang

dengan pengawasan yang ketat karena harus melewati pemeriksaan dari petugas

keamanan. Di kiri-kanannya terdapat pagar tinggi dari besi. Di kanan jalan ada

bangunan sport hall dan gedung dengan gaya minimalis. Terdapat gedung

berlantai tiga seperti pada gambar yang berfungsi sebagai primary house pada

unit terapi ini. Terdapat juga perawatan medis berupa detoksifikasi yang

terdapat di gedung utama dimana terdapat staff-staff medis juga didalamnya.

Gedung tempat TC (primary house) berupa gedung berlantai tiga dengan gaya

minimalis berdinding putih dengan aksen ornamen garis-garis vertikal, horizintal

dan segi 8 menutupi bagian depan bangunan.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

38

Gambar 2.6. Fasade Primary House

Sumber: Thesis Ayu Oktaviani, FT UI, 2010

Bagian dalam bangunan ini tidak terlihat seperti asrama, melainkan

seperti sebuah kantor institusi. Didominasi dengan lantai marmer, dinding

putih, dan kaca-kaca besar dengan lorong yang memiliki pintu-pintu kaca

agar bisa dengan mudah memantau kegiatan residen.

Selain itu, furniture per-ruangan diseragamkan, sehingga menimbulkan kesan

kaku pada ruangan ini dan dingin. Gedung ini dilengkapi dengan asrama dan

fasilitas lainnya yang dapat dipergunakan residen.

Gambar 2.7. Interior Primary House Sumber: Thesis Ayu Oktaviani, FT UI, 2010

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

39

Gambar 2.8 Denah pada Primary House

Sumber: Thesis Ayu Oktaviani, FT UI, 2010

Lantai yang efektif digunakan secara keseluruhan adalah lantai 2 dan

lantai 3, sementara lantai 1 sebagai ruang publik dimana orang luar dapat

keluar masuk area ini dan juga terdapat fasilitas seperti gym, sauna, ruang

musik, clinical room (ruang staff) yang berfungsi sebagai tempat administrasi

bagi pelaksanaan Therapeutic Community secara administratif keorganisasian

formal. Untuk ruang kamar tidur, digunakan sistem bed susun. Bagian kamar

mandi menggunakan shower dengan sekat-sekat per ruangan dan toilet dipisah

dengan shower untuk memudahkan aktifitas, kesemuanya memiliki pintu

setengah sehingga kepala dan kaki orang yang sedang mandi masih dapat

terlihat.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

40

Gambar 2.9. Kamar Tidur, Kamar Mandi, dan Toilet pada Primary House Sumber: Thesis Ayu Oktaviani, FT UI, 2010

Pada luar kamar mandi, terdapat loker untuk menyimpan peralatan mandi

dan terdapat area untuk menjemur pakaian.

Gambar 2.10. Loker dan Ruang Jemur Pakaian pada Primary House

Sumber: Thesis Ayu Oktaviani, FT UI, 2010

Dengan pembagian sayap kiri dan kanan yang merupakan aktifitas

individu (asrama dan fasilitasnya) keduanya dihubungkan dengan ruang yang

menjadi tempat aktifitas komunal. Yang menjadi pusat dari bangunan ini

adalah multifunction hall yang dilatarbelakangi oleh void dari lantai dasar

dengan aksen garis vertikal seperti teralis yang ditutup kaca.

Bagian depan bangunan terdapat ruang makan bersama, pada sayap

terdapat ruang menonton televisi yang memiliki dinding batas dari kaca

sehingga segala aktivitas dapat terlihat dari luar ruangan. Sementara pada

sayap kanan dan kiri digunakan sebagai business official room dimana terdapat

meja-kursi dan alat alat kantor.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

41

Gambar 2.11. Ruang Makan dan Multifunctional Hall pada Primary House

Sumber: Thesis Ayu Oktaviani, FT UI, 2010

Ruang makan dan multifunctional hall ini di gunakan secara bebas oleh residen.

Ruangan ini memiliki pencahayaan alami yang berasal dari void.

Semua ruangan yang ada dibersihkan sendiri oleh para residen, mulai dari

menyapu dan mengepel lantai, mengelap perabot yang ada, mengatur kursi - meja

dan tetap diawasi oleh mentor melalui laporan seperti “apel” pada jam-jam tertentu.

Gambar 2.12. Ruang Menonton TV dan Lorong pada Primary House

Sumber: Thesis Ayu Oktaviani, FT UI, 2010

Area yang ada diberi sekat ruang menggunakan material kaca dengan tujuan

adar setiap kegiatan para residen selalu dapat terpantau dan tidak ada ruang dimana

mereka dapat mencoba-coba misalkan melukai diri, dan sebagainya.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

42

2.12. Panti Rehabilitasi Narkoba Milik Swasta (FAN CAMPUS)

FAN Campus atau For All Nations Campus ini didirikan oleh Ibu Inti

Nusantari Subagiyo, pimpinan Yayasan Segala Bangsa. Ciri khas bangunan

ini serasa di rumah peristirahatan dengan tetumbuhan hijau, suara aliran air

sungai, dan udara pegunungan yang bersih dan sejuk.

Gambar 2.13. Siteplan dari FAN Campus Sumber: Thesis Ayu Oktaviani, FT UI, 2010

FAN Campus sebagai rumah rehabilitasi narkoba juga menggunakan

metode Therapeutic Community. Dalam FAN Campus, program primary

berjalan 6 bulan.

Gambar 2.14. Suasana panti rehabilitasi FAN Campus

(kiri atas- Primary House, suasana rumah peristirahatan; kanan atas – gerbang masuk;

Kiri bawah-guest house; kanan bawah - pemandangan dari guest house) Sumber: Thesis Ayu Oktaviani, FT UI, 2010

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

43

Gambar 2.15. Denah Primary House pada FAN Campus

Sumber: Thesis Ayu Oktaviani, FT UI, 2010

Gambar 2.16. Denah dan Keterangan Primary House lantai 1 pada FAN Campus Sumber: Thesis Ayu Oktaviani, FT UI, 2010

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

44

Gambar 2.17. Denah dan Keterangan Primary House lantai 2 pada FAN Campus Sumber: Thesis Ayu Oktaviani, FT UI, 2010

Gambar 2.18. Denah dan Keterangan Primary House lantai 3 pada FAN Campus Sumber: Thesis Ayu Oktaviani, FT UI, 2010

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

45

Tabel 2.1. Perbandingan Pengolahan Ruang yang Ada di BNN Lido dengan FAN Campus

Sumber: Thesis Ayu Oktaviani, FT UI, 2010

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

46

2.14. Bangunan Panti Rehabilitasi Narkoba

Pendekatan perancangan bangunan Pusat Rehabilitasi Narkotika

berdasarkan Therapeutic Environtment atau lingkungan pemulihan dibagi

menjadi 3 yaitu:

- environmental psychology (efek psiko-sosial dari lingkungan)

- psychoneuroimmunology (efek dari lingkungan terhadap sistem imun tubuh)

- neuroscience (bagaimana otak merasakan pengalaman arsitektur)

Menurut Chiara dan Callender (1987) Faktor-faktor yang dapat

membawa Therapeutic Environtment ke dalam fasilitas yaitu:

- menghilangkan pemicu stress dari lingkungan dengan menghilangkan kesan

padat di dalam sebuah ruang

- memberikan pengalihan perhatian yang positif

- menyediakan kesempatan untuk dukungan sosial, dan sense of control.

Selain sistem pendekatan perancangan, fasilitas yang memadai juga

dibutuhkan di dalam sebuah Pusat Rehabilitasi Narkotika dengan sistem

Therapeutic Community (TC). Menurut Leon (2000) Karakteristik fisik dari

program TC atau therapeutic community adalah ukuran, kondisi dan ruang

dalam bangunan yang disesuaikan dengan tujuan TC dan pengajarannya dalam

berbagai macam cara. Salah satu ruang yang penting yaitu sebuah ruang yang

dapat memfasilitasi residen pada tahap pelepasan zat (withdrawal) yaitu ruang

detoksifikasi. Peralatan yang terdapat di dalam ruang detosifikasi terdiri dari

peralatan medik dan peralatan nonmedik (Departemen Kesehatan, 2010).

Dalam model rehabilitasi ini, residen akan menjalani beberapa tahapan:

1.) Primary Stage

Tahapan program dimana residen ditempa memiliki stabilitas fisik dan

emosi. Residen juga dipacu motivasinya untuk melanjutkan tahap terapi

selanjutnya.

Periode tahapan ini berlangsung selama 6-9 bulan, para residen akan

menjalani tahapan sebagai berikut:

a.) Younger Member

Residen mengikuti program dengan proaktif. Residen boleh dikunjungi

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

47

oleh orang tua atau keluarga 1x dalam 2 minggu. Pertemuan ini juga

didampingi oleh relawan sosial dan senior di program TC. Residen juga

boleh menerima telepon namun didampingi oleh residen senior ataupun

relawan.

b.) Middle Peer

Residen sudah harus bisa bertanggung jawab pada sebagian pelaksanaan

operasional panti/ lembaga, membimbing Younger Member dan residen

yang masih dalam proses orientasi, residen juga boleh menerima telpon

tanpa didampingi, diizinkan meninggalkan panti didampingi orang tua dan

senior, secara bertahap mulai dari 4 - 12 jam. Residen berperan sebagai

pendamping bagi residen yang baru masuk.

c.) Older Member

Pada tahapan ini, tanggung jawab residen semakin besar, karena ia harus

memikirkan operasionalpanti dan memiliki tanggung jawab pada residen

junior. Di sisi lain, residen pada tahapan ini sudah boleh meninggalkan panti

rehabilitasi selama 24 jam, dengan pendampingan keluarga dan senior.

Kegiatan tahap Primary Stage:

a.) Morning Meet

Setiap pagi residen berkumpul bersama, membacakan filosofi TC,

memberikan pernyataan pribadi, mengemukakan konsep hari ini, mendapat

nasihat/ peringatan, pengumuman bersama, menjalani permainan. Agar residen

mengawali hari agar meningkatkan kepercayaan diri, melatih kejujuran,

mengidentifikasi perasaan, dan menanggapi isu dalam rumah residen yang harus

diselesaikan.

b.) Encounter Group

Kesempatan mengungkapkan perasaan marah, sedih, kecewa, dll. melalui

secarik kertas kepada orang tertentu. Kegiatan ini dilakukan 1x dalam

seminggu. Tujuannya adalah untuk membangun kepribadian residen agar berani

mengungkapkan perasaan, disiplin, meningkatkan tanggung jawab.

c.) Static Group

Diskusi kelompok

d.) PAGE (Peer Accountability Group Evaluation)

Kesempatan memberikan penilaian positif dan negatif kepada sesama

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

48

residen secara berkelompok 10-15 orang.

e.) Haircut

Pemberian sanksi kepada residen yang melanggar aturan.

f.) Weekend Wrap Up

Residen bebas membahas apa saja yang dialaminya selama 1 minggu,

terutama residen yang mendapatkan kelonggaran untuk keluar bersama keluarga

ataupun teman-teman seangkatannya.

g.) Learning Experiences

Bentuk sanksi yang diberikan kepada residen setelah menjalani haircut,

family haircut, dan general meeting.

2.) Re-Entry Stage

Tahapan program rehabilitasi, dimana residen mulai memantapkan kodisi

psikologis dalam dirinya, mendayagunakan nalarnya dan mampu mengembangkan

keterampilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

Periode tahapan ini berlangsung selama 3-6 bulan, para residen akan menjalani

tahapan sebagai berikut:

a.) Orientasi

Tahap penyesuaian residen dengan lingkunganre-entry

b.) Fase A (1,5 - 2 bulan)

Residen mendapat hak berupa uang jajan setiap minggu, kunjungan orang

tua setiap waktu, ijin pulang 1x dalam 2 minggu (menginap), boleh beraktivitas

di luar panti bersama residen lain.

c.) Fase B

Residen mendapat hak berupa tambahan uang jajan, boleh melakukan

aktivitas di luar panti seperti les, kuliah, atau bekerja. Boleh ijin pulang dan

menginap 2 malam pada hari Jumat, Sabtu, Minggu.

d.) Fase C

Pada fase ini residen boleh pulang, bebas memilih hari. Jika sudah sampai

tahap ini mereka akan mendapatkan konseling perorangan untuk menentukan

apakah residen bisa re-sosialisasi ke masyarakat atau tidak.

Kegiatan dalam tahap Re-Entry:

a.) Group Re-Entry

b.) Treatment; dengan unsur dalam kegiatan ini:

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

49

- Allowances/ uang saku

- Task

- Home Leave/ Business Pass

- Spiritual

- Counseling

- Les/ kuliah/ berkerja

- Time management

- Request

- Night Entertainment

- Leisure Time

- Outdoor Sport

- Static Outing

3.) Tahap After Care

Program yang terdiri dari berbagai macam intervensi, pelayanan dan asistensi

yang disediakan untuk recovery yang merupakan kelanjutan dari program

primer/ primary treatment, yaitu Primary Stage, Re-Entry Program.

Berdasarkan metode Therapeutic Community inilah Panti Rehabilitasi ini

diciptakan, untuk menjawab kebutuhan ruang pada panti rehabilitasi yang

menggunakan pendekatan metode tersebut ditentukan dan menjawab rumusan

masalah ruang ada, agar memenuhi standar kesehatan dan dapat

meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan penghuninya.

Banyak pihak pengelola rumah sakit pemerintah maupun swasta yang

beranggapan bahwa pemulihan kesehatan hanya dapat dilakukan dengan jalan

medis saja. Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Salah satu faktor

pendukung yang dominan bagi pemulihan kesehatan seseorang adalah faktor

psikologis yang mempengaruhi penderita tersebut. Dalam praktik di lapangan

tidak jarang faktor tersebut diabaikan dan dianggap tidak penting (Kaplan dkk,

1993). Seperti dipaparkan dalam uraian di atas, artikel ini menegaskan bahwa

dengan pendekatan holistik masalah penyembuhan seseorang merupakan

kompleksitas yang terjalin antara kondisi fisiologis dengan kondisi psikologis

(inner mind) dari pasien. Keduanya mempunyai kontribusi dalam proses

penyembuhan seseorang. Untuk mendukung kondisi psikologis pasien perlu

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00841...“Promote, where appropriate, planning and good des ign in human settlements,

50

diciptakan lingkungan yang nyaman, dalam arti secara psikologis lingkungan

memberikan dukungan positif bagi proses penyembuhan. Dalam konteks

tersebut kontribusi faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar (40%)

dalam proses penyembuhan, faktor medis 10%, faktor genetis 20% dan faktor

lain 30% (Kaplan dkk, 1993).

Ditinjau dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa faktor lingkungan

mempunyai peran terbesar dalam proses penyembuhan, maka seharusnya

faktor lingkungan tersebut mendapat perhatian yang cukup besar pada sebuah

fasilitas penyembuhan. Desain interior merupakan lingkungan binaan yang

keberadaannya berhubungan langsung dengan pasien. Melalui elemen-elemen

yang pembentuk ruang dalam (interior) seperti elemen warna, dapat

diciptakan sebuah lingkungan atau suasana ruang yang mendukung proses

penyembuhan.

Lingkungan buatan meliputi semua tempat yang sebagian besar telah

direncanakan dan diciptakan oleh manusia, seperti: ruangan, gedung,

lingkungan sekitar, dan kota (Hemistra and McFarling, 1974). Pada saat

mengamati interaksi manusia dengan lingkungan tertentu yang ditempatinya,

maka akan ditemukan karakteristik dasar pada pola perilaku yang berbeda

pada tiap interaksi tersebut. Dengan demikian manusia membentuk bangunan

dan selanjutnya bangunan akan membentuk manusia. Manusia menyesuaikan

responnya terhadap rangsang yang datang dari luar, sedangkan stimulus dapat

diubah sesuai dengan kebutuhan manusia (Wohlwill, 1974). Adaptasi

merupakan penyesuaian respon terhadap stimulus. Manusia berusaha untuk

melakukan perubahan terhadap lingkungan sekitarnya untuk disesuaikan

dengan dayadaya dan kebutuhan yang dimilikinya.