analisis keberlanjutan wilayah transmigrasi … · forest cover due to land clearing for...

193
ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI PASANG SURUT (Studi Struktur Nafkah dan Carrying Capacity di Dua Desa di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan) NURILLA ELYSA PUTRI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Upload: dinhtuyen

Post on 14-Mar-2019

266 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH

TRANSMIGRASI PASANG SURUT

(Studi Struktur Nafkah dan Carrying Capacity di Dua Desa

di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan)

NURILLA ELYSA PUTRI

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Analisis Keberlanjutan Wilayah

Transmigrasi Pasang Surut (Studi struktur Nafkah dan Carrying Capacity di Dua

Desa di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan) adalah karya saya dengan arahan

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2012

Nurilla Elysa Putri

NIM H152100101

Page 3: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah
Page 4: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

ABSTRACT

NURILLA ELYSA PUTRI. SUSTAINABLE ANALYSIS OF TIDAL

REGION TRANSMIGRATION (Study of household income stucture and

carrying capacity in two villages in the district of Banyuasin, South

Sumatera). Under direction of ARYA HADI DHARMAWAN and DEDDY S

BRATAKUSUMAH.

Since 1970 the transmigration area in the District of Banyuasin opened, the

population increased and as a result of that activities of the local community

certainly provided a change to the area sustainability condition. This study aims to

analyze the sustainability of the tidal area transmigration by analyzing the

economic security conditions (structure of household income and welfare status),

assessing the tidal land carrying capacity, and identifying the eco-social

conditions existed. This study is expected to provide knowledge to the public,

academics and researchers and policy makers is a transmigration area can be

developed or not. The method used is the calculation of household income in the

form of On Farm, OF Farm and Non Farm income, calculation of tidal land

carrying capacity, calculations of agrarian density and the ability to support the

life and descriptive identification of eco-social conditions. Result from the both

studied villages (Mekar Sari and Telang Rejo) showed that a shift in household

livelihoods from the main activities of the agricultural food (On Farm) to other

activities (Non Farm), the contribution of income from additional livelihood

activities of non-Farm were 57.98% and 63.04% in the villages Mekar Sari and

Telang Rejo respectively, this indicates a possible further decline in the focus of

the main livelihood On Farm, which is certainly threaten the sustainability of this

area as a buffer food. Results of land Carrying Capacity Assessment in the district

Banyuasin and sub-district Muara Telang were deficit (CCR <1), where the CCR

estimated for district by 0.4 and for sub-district by 0.6, in other words this means

it is no longer possible to construct expansive and exploratory land construction,

while Mekar Sari (1.018) and Telang Rejo (0.021) villages on alert status, which

means there is a balance between the land carrying capacity and the population

existence. Results of ecological conditions identification, showed a reduce in

forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure

development, thus the conservation and reforestation efforts are in need. Results

of the social conditions identification was indicated this area is quite conducive,

institutional village were developed, but not yet have a marketing corporation of

their agricultural products at the village level. Reflection results of the conceptual

theory from Christaller and Von Thunen suggests that the two villages were not

able to be a new development center and give spread effect at economic activity

for the surrounding hinterland. Policy implications that recommended from of this

study results is this area prospected to developed as a buffer food if the Non Farm

activities redirected to agriculture-based-food industry, as well as the need for

ground transportation access and agricultural marketing agencies.

Keywords: tidal region, transmigration, household income structure, carrying

capacity, socio ecology

Page 5: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah
Page 6: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

RINGKASAN

NURILLA ELYSA PUTRI. Analisis Keberlanjutan Wilayah Transmigrasi

Pasang Surut (Studi Struktur Nafkah dan Carrying Capacity di Dua Desa

Kabupaten Banyuasin). Dibawah bimbingan ARYA HADI DHARMAWAN

DAN DEDDY S BRATAKUSUMAH.

Sejak dibukanya daerah transmigrasi di Kabupaten Banyuasin pada tahun 1970

maka pertambahan populasi dan aktivitas masyarakat tentunya memberikan

perubahan terhadap kondisi keberlanjutan wilayah. Studi ini bertujuan menganalisa

keberlanjutan wilayah transmigrasi pasang surut melalui analisis kondisi ketahanan

ekonomi (struktur nafkah dan status kesejahteraan rumahtangga), menilai daya

dukung lahan pasang surut (Carrying capacity), serta mengidentifikasi kondisi

sosial ekologi yang ada didaerah tersebut. Studi ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan pada khalayak, akademisi dan peneliti serta pengambil kebijakan

apakah suatu wilayah transmigrasi dapat terus dikembangkan atau tidak, Metode

penelitian yang digunakan adalah perhitungan pendapatan rumahtangga berupa

pendapatan On Farm, OF Farm dan Non Farm, perhitungan carrying capacity

lahan pasang surut, perhitungan kepadatan agraris dan kemampuan mendukung

kehidupan, identifikasi kondisi sosial ekologi secara deskriptif. Hasil studi

menunjukkan bahwa di kedua desa studi yaitu desa Mekar Sari dan desa Telang

Rejo telah terjadi pergeseran mata pencaharian rumahtangga dari kegiatan utama

pertanian pangan (On Farm) ke kegiatan lain selain pertanian (Non Farm),

kontribusi pendapatan mata pencaharian tambahan Non Farm yaitu 57,98% di desa

Mekar Sari dan 63,04% di desa Telang Rejo, yang mengindikasikan adanya

kemungkinan semakin menurunnya fokus mata pencaharian On farm, yang

mengamcam keberlanjutan wilayah sebagai penyangga pangan. Hasil penilaian

Carrying Capacity lahan pasang surut di Kabupaten Banyuasin dan Kecamatan

Muara Telang adalah Defisit karena CCR < 1, dimana CCR Kabupaten sebesar 0,4

dan CCR kecamatan sebesar 0,6, yang berarti tidak dimungkinkan lagi dilakukan

pembangunan yang bersifat ekspansif dan eksploratif lahan, sedangkan untuk desa

Mekar Sari (1,018) dan desa Telang Rejo (0,021) berada pada status waspada, yang

bearti masih ada keseimbangan antara daya dukung lahan dengan keberadaan

penduduk. Hasil identifikasi kondisi ekologi, terlihat bahwa tutupan hutan semakin

berkurang akibat pembukaan lahan untuk pertanian dan pemukiman serta

pembangunan infrastuktur, sehingga perlu adanya usaha konservasi dan reboisasi.

Hasil dari identifikasi kondisi sosial menunjukkan bahwa daerah ini secara sosial

cukup kondusif, namun belum memiliki kelembagaan pemasaran hasil pertanian di

tingkat desa. Hasil refleksi konseptual teori Christaller dan Von Thunen

menunjukkan bahwa kedua desa belum bisa menjadi pusat pertumbuhan baru dan

spread effect kegiatan ekonomi bagi hinterland disekitarnya. Implikasi kebijakan

yang disarankan dari hasil studi ini adalah wilayah ini masih berprospek

dikembangkan sebagai penyangga pangan jika kegiatan Non Farm diarahkan pada

kegiatan usaha produktif yang berbasis pada pertanian pangan.

Kata Kunci: Lahan pasang surut, Transmigrasi, Struktur Nafkah, Carrying

Capacity, sosial, ekologi

Page 7: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah
Page 8: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk laporan apapun tanpa izin IPB

Page 9: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah
Page 10: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH

TRANSMIGRASI PASANG SURUT

(Studi Struktur Nafkah dan Carrying Capacity di Dua Desa

di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan)

NURILLA ELYSA PUTRI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 11: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M. Agr

Page 12: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

Judul Penelitian : Analisis Keberlanjutan Wilayah Tansmigrasi Pasang

Surut (Studi Struktur Nafkah dan Carrying Capacity

di Dua Desa di kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan)

Nama : Nurilla Elysa Putri

NIM : H152100101

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc.Agr

Ketua

Dr. Ir. Deddy S Bratakusumah, BE, M.Sc, M.URP

Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi

Ilmu Perencanaan Pembangunan

Wilayah dan Perdesaan

Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S.

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:

Page 13: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah
Page 14: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

PRAKATA

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga Tesis yang berjudul Analisis

Keberlanjutan Wilayah Transmigrasi Pasang Surut (Studi Struktur Nafkah dan

Carrying Capacity di Dua Desa di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan) dapat

diselesaikan. Pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih dan

penghargaan sebesar-besarnya kepada komisi pembimbing: Dr. Ir. Arya Hadi

Dharmawan, M.Sc.Agr dan Dr. Deddy S Bratakusumah, BE, M.Sc.M.URP yang

telah mencurahkan waktu, pemikiran dan memberi pengarahan dalam

penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. Ir.

Bambang Juanda, MS sebagai ketua program studi PWD dan Dr. Ir. Ernan

Rustiadi, M.Agr sebagai penguji luar komisi yang memberi masukan bagi

kelengkapan penulisan ini.

Terima kasih kepada Rektor Universitas Sriwijaya dan Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah memberikan kesempatan tugas belajar

kepada penulis di Institut Pertanian Bogor dan telah memberikan bantuan

pendanaan dalam penulisan dan penyelesaian Tesis ini.

Terima kasih kepada Pemerintah Daerah Kecamatan Muara Telang dan

Kepala Desa beserta segenap masyarakat Desa Telang Rejo dan Desa Mekar Sari

yang telah bersedia menjadi responden, Badan Pusat statistik (BPS) Sumatera

Selatan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura, Stasiun Klimatologi

dan Geofisika Klas II Kenten yang telah membantu dalam penelitian ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada sumber kekuatan dan inspirasiku

suami tercinta Muhammad Sirajuddin S.IP, serta anak-anak tersayang Ananda Siti

Aisyah dan Adinda Rameyza Elya atas segala pengertian dan kesabaran dengan

begitu banyak pengorbanan waktu kebersamaan yang hilang dalam menempuh

studi dan meyelesaikan Tesis. Sumber Doa yang terus mengalir tiada henti dari

kedua orang tuaku, Ayahanda H. Alysa Husin dan Ibunda Hj. Nyimas Nurhayati

terimakasih atas pengorbanan dan dukungannya selama ini, semoga Allah SWT

senantiasa memberi kelimpahan ridho dan keberkahan bagi kita semua.

Page 15: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Ir. Yulian Junaidi, MSi serta

mahasiswaku di Jurusan Sosial Ekonomi Unsri Tanjung dan Edwin yang telah

membantu penulis dalam pengambilan data dan survey di lapangan. Kepada para

sahabat: Sukma, Dyah, Rezi, Eka dan Sanda terima kasih atas bantuan dan

kebersamaan yang senantiasa diberikan, beserta semua Sahabat S2 dan S3 PWD

lintas angkatan terima kasih atas kebersamaan selama perkuliahan, berdiskusi,

seminar, maupun kunjungan lapang yang pernah kita lalui bersama, banyak

kenangan manis yang tidak terlupakan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan karena banyaknya keterbatasan, oleh karenanya dengan segala

kekurangan penulis mengharapkan saran bagi perbaikan tesis ini untuk

pengembangan pada penelitian berikutnya. Semoga karya kecil ini dapat

memberikan manfaat dan kegunaan bagi kita semua.

Bogor, Juli 2012

Nurilla Elysa Putri

Page 16: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal

4 Juli 1978. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak

H. Alysa Husin, Ibunda Hj. Nyimas Nurhayati, Menikah dengan Muhammad

Sirajuddin, S.IP dan saat ini dikaruniai dua orang anak yakni Ananda Siti Aisyah

dan Adinda Rameyza Elya. Saat ini bertempat tinggal di Griya Cipta Pratama

Blok J No.10 Sako Palembang. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar

Negeri 249 Palembang pada tahun 1990, Sekolah Menengah Pertama Negeri 14

Palembang pada tahun 1993, Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Palembang pada

tahun 1996. Pada tahun 2000 penulis menamatkan program S1 Program Studi

Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya,

pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Ilmu

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD), Sekolah Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2000-2007 penulis bekerja pada PT. Tiga

Raksa Satria, Tbk, dan sejak tahun 2008 hingga saat ini Penulis bekerja sebagai

Pengawai Negeri Sipil pada Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Universitas Sriwijaya sebagai Tenaga Pengajar.

Page 17: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................... i

DAFTAR TABEL ....................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 6

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 11

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 11

1.5. Manfaat Penelitian ....................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 13

2.1. Konsepsi Lahan Pasang Surut ...................................................... 13

2.2. Konsepsi Carrying Capacity (Daya Dukung) ............................... 15

2.3. Kondisi Kesejahteraan, Kondisi Ekologi dan Sosial ..................... 18

2.3.1. Struktur Nafkah dan Status Kesejahteraan .......................... 18

2.3.2. Kondisi Ekologi ................................................................. 21

2.3.3. Kondisi Sosial .................................................................... 24

2.4. Pengembangan dan Keberlanjutan Wilayah Pasang Surut ............ 25

2.4.1. Pengembangan Wilayah Pasang Surut ................................ 25

2.4.2. Keberlanjutan Wilayah Pasang Surut .................................. 27

2.5. Penelitian Terdahulu .................................................................... 29

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................... 33

3.1. Kerangka Teoritis ........................................................................ 33

3.1.1 Pendekatan Carrying Capacity (Daya Dukung Lahan) ....... 33

3.1.2 Struktur Nafkah dan Tingkat Kesejahteraan........................ 35

3.1.3 Kondisi Sosial Ekologi ....................................................... 37

Page 18: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

ii

3.1.4 Keberlanjutan Wilayah Pasang Surut .................................. 39

3.1.5 Teori Christaller ................................................................ 41

3.1.6 Teori Von Thunen ............................................................. 42

3.2. Kerangka Operasional .................................................................. 44

3.3. Hipotesis ...................................................................................... 45

3.4. Batasan Operasional ..................................................................... 45

BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................... 47

4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 47

4.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 47

4.3. Metode Pengambilan Sampel ....................................................... 48

4.4. Metode Analisis Data ................................................................... 49

4.4.1. Analisis Struktur Nafkah dan Status Kesejahteraan ............. 49

4.4.2. Analisis Daya Dukung (Carrying Capacity/CCR) ............... 51

4.4.3. Pengukuran Kepadatan Agraris ........................................... 53

4.4.4. Analisis Kualitatif ............................................................... 54

4.4.5. Matriks Penelitian ............................................................... 55

BAB V KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ........................... 57

5.1. Kondisi Fisik ................................................................................ 57

5.1.1. Letak, Batas dan Luas Wilayah ........................................... 57

5.1.2. Topografi dan Hidrologi ..................................................... 59

5.1.3. Iklim dan Curah Hujan ....................................................... 61

5.2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ............................................ 62

5.2.1. Penduduk............................................................................ 62

5.2.2. Mata Pencaharian ............................................................... 64

5.2.3. Pendidikan .......................................................................... 65

5.3. Transmigrasi ................................................................................ 66

5.4. Sektor Pertanian ........................................................................... 67

5.4.1. Pertanian Tanaman Pangan ................................................. 67

5.4.2. Perkebunan ......................................................................... 68

5.5. Kelembagaan Petani ..................................................................... 68

Page 19: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

iii

BAB VI STRUKTUR NAFKAH RUMAHTANGGA DAN TINGKAT

KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA

(ANALISIS MAKRO) ................................................................. 71

6.1. Pendapatan Rumahtangga Responden Desa Mekar Sari ............... 71

6.2. Pendapatan Rumahtangga Responden Desa Telang Rejo .............. 77

6.3. Struktur Nafkah Rumahtangga dan Keberlanjutan Ekonomi

Wilayah ....................................................................................... 83

6.3.1 Struktur Nafkah Rumahtangga ........................................... 83

6.3.2 Klasifikasi Status kesejahteraan Rumahtangga Responden . 88

6.3.3 Keberlanjutan Ekonomi Wilayah ........................................ 97

6.4. Ikhtisar......................................................................................... 100

BAB VII DAYA DUKUNG (CARRYING CAPACITY) LAHAN,

KEPADATAN AGRARIS, DAN KONDISI SOSIAL EKOLOGI

(ANALISIS MAKRO) ................................................................ 105

7.1. Kondisi Wilayah pasang Surut Kabupaten Banyuasin .................. 105

7.2. Kemampuan Daya Dukung Lahan ............................................... 107

7.2.1 Daya Dukung (Carrying Capacity) Lahan Pasang Surut

Kabupaten Banyuasin ......................................................... 107

7.2.2 Daya Dukung (Carrying Capacity) Lahan Pasang Surut

Kecamatan Muara Telang ................................................... 108

7.2.3 Daya Dukung (Carrying Capacity) Lahan Pasang Surut

Desa Mekar Sari dan Desa Telang Rejo ............................. 110

7.3. Kepadatan Agraris dan Kemampuan Mendukung Kehidupan ....... 114

7.3.1 Kepadatan Agraris ............................................................. 114

7.3.2 Kemampuan Mendukung Kehidupan ................................. 117

7.4. Kondisi Sosial .............................................................................. 119

7.4.1 Keadaan Sosial Desa Mekar Sari ....................................... 120

7.4.2 Keadaan Sosial Desa Telang Rejo ..................................... 121

7.5. Kondisi Ekologi ........................................................................... 124

7.5.1 Kondisi Lahan Pasang Surut .............................................. 124

7.5.2 Kondisi Perairan Wilayah Pasang Surut ............................. 126

Page 20: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

iv

7.5.3 Perubahan Iklim Wilayah Pasang Surut ............................. 128

7.6. Ikhtisar ........................................................................................ 130

BAB VIII REFLEKSI KONSEPTUAL TEORITIK PENGEMBANGAN

WILAYAH KEDEPAN ............................................................. 133

8.1. Refleksi Teori Christaller ............................................................. 133

8.2. Refleksi Teori Von Thunen .......................................................... 139

BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 143

9.1. Kesimpulan ................................................................................. 143

9.2. Saran ........................................................................................... 144

9.3. Implikasi Kebijakan ..................................................................... 145

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 147

LAMPIRAN ................................................................................................ 149

Page 21: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

v

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Distribusi lahan rawa di Indonesia dan Luas yang dikembangkan

dengan bantuan pemerintah………………………………………………. 2

2 Luas lahan sawah dirinci menurut jenisnya ....………………………….... 3

3 Karakteristik Rumahtangga Petani Peserta dan Non-Peserta

program Rice Estate di Kabupaten Banyuasin........................................... 5

4 Identifikasi Masalah Usaha Tani di Kabupaten Banyuasin........................ 30

5 Matriks Penelitian………………………………………………………... 55

6 Jumlah Desa/Kelurahan di Wilayah Penelitian Tahun 2010 ...................... 57

7 Jumlah Penduduk Desa/Lokasi Penelitian ................................................ 62

8 Jumlah Penduduk menurut mata pencaharian di Desa/Lokasi Penelitian ... 63

9 Jumlah Penduduk 10 tahun keatas menurut tingkat pendidikan,

Kabupaten Banyuasin, 2010 .................................................................... 64

10 Penempatan Transmigran di Kabupaten Banyuasin

5 tahun terakhir ....................................................................................... 65

11 Luas dan jumlah petani perkebunan rakyat di Kabupaten Banyuasin ....... 67

12 Mata Pencaharian Rumahtangga Responden Desa Mekar Sari ................ 72

13 Pendapatan Rata-rata Rumahtangga Responden Desa Mekar Sari ........... 74

14 Perbandingan Pendapatan Rata-rata Rumahtangga Responden

Desa Mekar Sari dengan Frekuensi Panen................................................. 76

15 Pencaharian Rumahtangga Responden Desa Telang Rejo ....................... 78

16 Pendapatan Rata-rata Rumahtangga Responden Desa Mekar Sari............. 82

17 Perbandingan Pendapatan Total/Th Rumahtangga Responden Berdasarkan

Kegiatan Mata Pencaharian......................................................................... 86

18 Status Kesejahteraan Berdasarkan Pendapatan Rata-rata Rumahtangga.... 87

19 Perbandingan Struktur Pendapatan Total/Th (Rp) Rumahtangga

Responden……………………………………………………………… 90

20 Stuktur Pendapatan Rumahtangga Responden Desa Mekar Sari .............. 91

21 Stuktur Pendapatan Rumahtangga Responden Desa Telang Rejo ............ 92

Page 22: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

vi

22 Tingkat Pendapatan dan Kegiatan Mata Pencaharian Rumahtangga ........ 94

23 Hasil perhitungan CCR lahan sawah pasang surut Kabupaten Banyuasin 107

24 Hasil perhitungan CCR Lahan Pasang Surut Kecamatan Muara Telang . 108

25 Hasil perhitungan CCR Lahan Pasang Surut Desa Mekar Sari

dan Desa Telang Rejo Tahun 2011 ........................................................ 111

26 Kepadatan Agraris dan Daya Dukung Kehidupan ................................... 115

27 Kemampuan mendukung kehidupan lokasi Penelitian ............................ 117

28 Hasil identifikasi kondisi sosial di desa Mekar Sari dan Telang Rejo ...... 119

29 Data Curah Hujan Bulanan Kabupaten Banyuasin .................................. 128

30 Refleksi hasil studi pada teori Christaller ................................................ 136

31 Refleksi hasil studi pada teori Von Thunen............................................. 139

32 Perbandingan Carrying Capacity Lahan Pasang Surut ............................ 141

Page 23: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Prediksi Kondisi Kritis Ketahanan Pangan Nasional (dari sudut

pandang infrastruktur pengairan) ............................................................ 7

2 Bagan Alur Pemikiran Dalam Penelitian ................................................. 44

3 Peta Kabupaten Banyuasin ...................................................................... 47

4 Data Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk, 2012 ..................................... 63

5 Persentase (%) Pendapatan Mata Pencaharian Rumahtangga Responden

Desa Mekar Sari, 2012............................................................................... 71

6 Persentase Status Kesejahteraan Rumahtangga Responden

Desa Mekar Sari, 2012 ............................................................................ 73

7 Pendapatan Responden Desa Mekar Sari, 2012 ....................................... 74

8 Perbandingan Pendapatan On Farm Responden Desa Mekar Sari, 2012 .. 75

9 Persentase (%) Pendapatan Mata Pencaharian Rumahtangga

Responden Desa Telang Rejo, 2012 ........................................................ 77

10 Persentase Status Kesejahteraan Rumahtangga Responden

Desa Telang Rejo, 2012………………………………………………….. 79

11 Sebaran Pendapatan Responden Desa Mekar Sari, 2012……………….... 80

12 Perbandingan Pendapatan On Farm Responden Desa Telang Rejo, 2012 81

13 Box plot Distribusi Pendapatan pertahun Rumahtangga, 2012………...... 84

14 Perbandingan Struktur Pendapatan Rumahtangga Responden, 2012 ........ 86

15 Perbandingan Struktur Pendapatan Pertahun Rumahtangga Responden,

2012 ...................................................................................................... 89

16 Struktur Pendapatan rumahtangga desa Mekar Sari, 2012 ....................... 90

17 Struktur Pendapatan rumahtangga desa Telang Rejo, 2012 ...................... 92

18 Perbandingan Status Kesejahteraan Rumahtangga Responden

Berdasarkan Klasifikasi Kelas Rumahtangga, 2012 ................................. 95

19 Skema Peningkatan Pendapatan dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah...... 98

20 Penurunan Carrying Capacity Lahan Kabupaten Banyuasin ,

2009-2010……………………………………………………………….. 108

21 Penurunan Carrying Capacity Lahan Kecamatan Muara Telang,

Kabupaten Banyuasin, 2009-2010………………………………………. 109

Page 24: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

viii

22 Perbandingan Carrying Capacity Lahan Desa Mekar sari dan

Desa Telang Rejo, 2010………………………………………………….. 111

23 Perbandingan Carrying Capacity Desa, Kecamatan dan Kabupaten ,

2010……………………………………………………………………… 112

24 Perbandingan jumlah penduduk dan luas wilayah, 2011………………... 114

25 Perbandingan Kepadatan Agraris Dan Daya Dukung Kehidupan……… 116

26 Perbandingan Daya Dukung Vs UMR Vs Kebutuhan Hidup, 201……… 118

27 Kondisi Jalan Desa,2012…………………………………………........... 123

28 Peta Tata Guna Lahan Kabupaten Banyuasin, Tahun 2006...................... 125

29 Kondisi saluran air di desa Mekar Sari, 2012…………………………… 127

30 Kondisi lingkungan Desa Telang Rejo, 2012…………………………… 129

Page 25: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Kuisioner………………….…………………………………………........ 155

2 Pendapatan Responden Rumahtangga Desa Mekar Sari ........................... 168

3 Pendapatan Responden Rumahtangga Desa Telang Rejo………………. 169

4 Scatter Plot sebaran Pendapatan Rumahtangga responden desa Mekar Sari

dan Telang Rejo………………………………………………………..... 170

5 Perhitungan Carrying Capacity (CCR)..................................................... 171

6 Perhitungan Kepadatan Agraris dan daya Dukung Kehidupan .................. 172

7 Sebaran Normal Pendapatan Rumahtangga Responden ............................ 173

8 Peta Rupa Bumi Kecamatan Muara Telang, Bakosurtanal 1969 ............... 174

9 Dokumentasi Lokasi Studi Desa Mekar Sari ............................................ 175

10 Dokumentasi Lokasi Studi Desa Telang Rejo ........................................... 176

Page 26: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pedesaan merupakan pendekatan multifaset dan

komprehensif terhadap perubahan masyarakat yang menyangkut aspek sosial,

norma, sumber daya (sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya

buatan) dan juga aspek pasar dan pengambilan keputusan di tingkat lokal. Konsep

pembangunan pada tatanan ini bukan saja mementingkan pada pertumbuhan

ekonomi namun juga kualitas pembangunan yang mempertahankan daya dukung

sumber daya alam dan lingkungan serta nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom)

yang dapat menjadi katalisator pembangunan ekonomi (Sumardjo, 2010).

Transmigrasi yang diselenggarakan sejak tahun 1970/1971 berdasarkan

kebijakan yang tercantum dalam REPELITA I, merupakan usaha penyediaan

lapangan kerja yang terkait proyek-proyek pembangunan di daerah kurang padat

penduduk. Program penempatan transmigrasi berhubungan dengan program

peningkatan produksi khususnya peningkatan produksi pangan, dengan prioritas

lain melalui penempatan transmigran pada proyek-proyek perluasan areal sawah

pasang surut di Sumatera dan Kalimantan. Penempatan lokasi transmigasi

dilakukan dengan memperhatikan ketersediaan prasarana jalan dan pengairan

yang diperlukan untuk usaha peningkatan produksi.

Pada masa orde baru tujuan utama transmigrasi tidak semata-mata

memindahkan penduduk dari pulau Jawa keluar Jawa, namun ada penekanan pada

tujuan memproduksi beras dalam kaitan pencapaian swasembada pangan.

Paradigma baru dalam pembangunan transmigrasi sudah jauh berbeda dengan

paradigma lama, hal ini terjadi dengan dikeluarkannya Undang-undang No 5

Tahun 1997, tentang Pelaksanaan Transmigrasi tidak lagi difokuskan pada

masalah penyebaran penduduk, tetapi bergeser pada pengembangan ekonomi dan

pembangunan daerah.

Page 27: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

2

Dalam Kerangka Pembangunan Nasional, transmigrasi diharapkan dapat

meningkatkan ketahanan nasional, baik di bidang ekonomi, sosial, maupun

budaya, serta meningkatkan produksi pangan dan komoditi ekspor. Produksi

pertanian diharapkan dapat mendukung sektor industri sebagai cita-cita

pembangunan, selain itu mulai tercetus pemikiran untuk mengembangkan daerah

tujuan semenarik mungkin sehingga banyak penduduk tertarik untuk pindah dari

pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya yang padat penduduk dengan biaya mandiri

tanpa tergantung pada pemerintah.

Tabel 1 Distribusi lahan rawa di Indonesia dan luas yang dikembangkan dengan

bantuan pemerintah

Lokasi Total lahan rawa secara Nasional Total lahan yang sudah

dikembangan

Pasang

Surut (ha)

Lebak

(ha)

Total (ha) Pasang

Surut(ha)

Lebak

(ha)

Total

(ha)

Sumatera 6.604.000 2.766.000 9.370.000 691.704 110.176 801.880

Kalimantan 8.126.900 3.580.500 11.707.400 694.935 194.765 889.700 Sulawesi 1.148.950 644.500 1.793.450 71.835 12.875 84.710

Papua 4.216.950 6.305.770 10.522.720 - 23.710 23.710

Total 20.096.800 13.296.770 33.393.570 1.458.474 341.526 1.800.000 Sumber : Dit Rawa dan Pantai, Ditjen Pengairan, Departemen PU, 2009.

Di Indonesia, setidaknya ada dua wilayah yang memiliki lahan pasang

surut yang besar, yaitu di Kalimantan dan Sumatera Selatan. Dari tabel diatas

terlihat bahwa total lahan yang telah dikembangkan di Sumatera (691.704 ha)

untuk lahan pasang surut hampir sama dengan total lahan yang telah

dikembangkan di Kalimantan (694.935ha), padahal total lahan pasang surut yang

tersedia di Sumatera (6.604.000 ha) lebih kecil dibanding total lahan pasang surut

yang tersedia di Kalimantan (8.126.900 ha), hal ini mengindikasikan bahwa

pemanfaatan lahan pasang surut di Sumatera telah berkembang pesat dan meluas

seiring pertambahan populasi yang lebih besar dari pada di Kalimantan, sehingga

permasalahan daya dukung lahan (carrying capacity) perlu menjadi perhatian di

wilayah ini.

Di Provinsi Sumatera Selatan wilayah pasang surut terbesar terdapat di

Kabupaten Banyuasin. Hampir 80 persen dari wilayah Kabupaten Banyuasin

merupakan daerah sawah pasang surut. Pasang surut merupakan lahan marjinal

yang tidak cocok untuk kepentingan industri, tapi cocok untuk tanaman pangan,

Page 28: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

3

padi, palawija, dan kelapa. Bisa juga untuk kepentingan perkebunan, seperti

kelapa sawit. Dari klasifikasi lahan, pasang surut itu memiliki tipe beragam

dengan kepentingan sama, yakni untuk lahan pangan dan pertanian khususnya. Di

Banyuasin terdapat sekitar 265 ribu hektar lahan pasang surut yang tersebar di

sembilan daerah, seperti di Telang I, Telang II, Muara Padang, Air Saleh, Makarti,

Sugihan Kiri, Pulau Rimau, Karang Agung Ilir, Karang Agung Tengah, dan

Karang Agung Ulu.

Pengembangan daerah rawa di Sumatera Selatan secara besar-besaran oleh

pemerintah telah dimulai sejak tahun 1960 sampai tahun 1970 melalui program

transmigrasi. Sebelumnya daerah rawa hanya diusahakan oleh rakyat yang

merupakan penduduk asli maupun pendatang seperti pedagang dari suku bugis

dan hanya terbatas didaerah pinggiran sungai saja.

Tabel 2 Luas lahan sawah dirinci menurut jenisnya

No Kabupaten /Kota

Tadah Hujan Pasang Surut

Frekuensi penanaman Jumlah Frekuensi

penanaman

Jumlah

Satu

kali

Dua

kali

Satu

kali

Dua

kali

1 OKI 484 386 870 - - -

2 OKU 24.749 12.258 37.007 8.428 130 8.558

3 Muara Enim 4.148 615 4.779 - - - 4 Lahat 2.194 126 2.320 - - -

5 Musi Rawas 2.664 3.655 6.319 - - -

6 Musi

Banyuasin

296 183 479 21.560 1.077 22.637

7 Banyuasin 1.719 - 1.719 117.026 5.655 122.681

8 OKU Selatan 317 862 1.179 - - -

9 OKU Timur 14.127 13.587 27.714 - - - 10 Ogan ilir 366 - 366 - - -

11 Palembang 114 - 114 - - -

12 Prabumulih - 50 50 - - -

13 Pagaralam 200 - 200 - - - 14 Lubuk

linggau

98 446 544 - - -

Jumlah/Total 51.512 32.168 83.680 147.014 6.862 153.876 Sumber : Badan pusat Statistik, 2008

Pada Tabel 2 diatas, terlihat bahwa Kabupaten Banyuasin merupakan

penghasil padi sawah pasang surut terbesar di Sumatera Selatan, terbukti dengan

luas lahan sawah pasang surut sebesar 122.681 ha pada tahun 2005, yang

setidaknya diproyeksi telah mengalami perluasan di tahun 2011 ini, bahkan

Page 29: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

4

mengalahkan luas lahan irigasi teknis di kabupaten Ogan Komering Ulu sebesar

37.007 ha di tahun 2005 tersebut, hal ini membuktikan bahwa potensi lahan

pasang surut di Kabupaten Banyuasin sangatlah besar terutama dalam

berkontribusi mewujudkan Sumatera Selatan sebagai lumbung pangan, serta

pengembangan wilayah Kabupaten Banyuasin sendiri khususnya melalui

komoditi unggulan penghasil padi sawah.

Seiring dengan otonomi daerah, maka visi dan misi kabupaten Banyuasin

untuk menjadi “pusat pertumbuhan ekonomi yang ekslusif bagi propinsi Sumatera

Selatan” dilakukan melalui upaya memberdayakan masyarakat untuk dapat berdiri

sendiri, dengan potensi lahan pasang surut, rawa dan lebak yang mendominasi

hingga 80% wilayah Kabupaten Banyuasin, diharapkan mampu mewujudkan visi

tersebut, terutama terhadap kontribusinya sebagai lumbung pangan di Sumatera

Selatan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan ketersediaan sektor hilir yang

menyokong hasil produksi di sektor hulu, dan pengembangan sektor hilir ini

dilakukan tanpa mengurangi produktivitas pertanian tanaman pangan (padi) yang

menjadi basisnya.

Kenyataan yang terjadi sejak adanya transmigrasi di daerah ini, maka

populasi penduduk seiring berjalannya waktu telah mengalami peningkatan yang

cukup besar, dan keterbatasan lahan menjadi permasalahan baru di daerah ini,

lahan yang tersedia telah termanfaatkan secara optimal, sehingga masalah daya

dukung (carrying capacity) lahan mulai menjadi perhatian, keterbatasan daya

dukung lahan merambah pada permasalahan ekonomi, dimana pendapatan petani

sawah dilahan pasang surut terancam mengalami penurunan akibat fragmentasi

lahan seiring pertambahan penduduk yang cukup besar dan kepadatan agraris

yang semakin meningkat. Dan permasalahan ekonomi yang berhubungan dengan

pendapatan menghadapkan masyarakat setempat pada pemilihan alternatif mata

pencarian selain kegiatan pertanian (non farm) yang kemudian menimbulkan

masalah baru beralihnya mata pencarian masyarakat dari bertani (on farm) ke

kegiatan industri lainnya (off farm) yang berpotensi menyebabkan penurunan

produksi padi didaerah tersebut, seperti terlihat pada Tabel 3.

Page 30: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

5

Tabel 3 Karakteristik Rumahtangga Petani Peserta dan Non-Peserta program

Rice Estate di Kabupaten Banyuasin No Karakteristik Rumahtangga Rata-rata

Peserta Non-Peserta

1 Pendidikan Kepala Keluarga (th) 6.5 6.9

2 Pendidikan istri (th) 5.9 6.2 3 Umur Kepala Keluarga (th) 44.7 43.0

4 Umur Istri (th) 36.7 35.3

5 Luas lahan (ha) 2.4 2.0

6 Jumlah anggota keluarga (org) 3 3 7 Pengalaman KK berusahatani (th) 29.7 28.0

Sumber : Data Primer diolah (dalam Chuzaimah, 2006)

Lahan adalah aset terpenting bagi rumahtangga petani karena merupakan

sumber pangan keluarga dan sumber mata pencaharian yang berbasis lahan. Tabel

diatas menunjukkan bahwa rata-rata luas lahan per rumah tangga petani peserta

adalah 2,4 hektar dan non peserta 2 hektar. Baik peserta maupun non peserta

sebagian besar adalah petani transmigrasi yang berasal dari jawa, yang pada awal

penempatannnya mendapatkan lahan dari pemerintah seluas 2,25 hektar. Hal ini

menunjukkan bahwa para petani telah memanfaatkan lahan usahatani yang

dimiliki secara maksimal. Jika di fragmentasikan dengan jumlah anggota

keluarga, maka lahan yang dimiliki perkapita adalah 0,8 ha/kapita untuk perserta

rice estate dan 0,6 ha/kapita bagi non peserta rice estate, hal ini mengindikasikan

bahwa para petani ini adalah petani gurem atau peasant yaitu petani yang meiliki

lahan kecil dan kurang dari 1 ha, yang jika dibiarkan akan mengancam ketahanan

ekonomi rumahtangga para petani di wilayah ini, sehingga untuk mencukupi

kebutuhan para petani ini akan beralih ke mata pencarian lain, yang menyebabkan

timbulnya masalah sosial berupa kemiskinan, perebutan penguasaan lahan

(konflik), migrasi, dan sebagainya.

Jika masalah ekonomi dan peralihan mata pencarian ke sektor lain terjadi

secara meluas, maka ketahanan pangan mulai terancam, dan otomatis akan timbul

berbagai permasalahan sosial dan kerusakan ekologi. Untuk itu diperlukan suatu

konsep atau strategi dalam mengantisipasi timbulnya permasalahan -permasalahan

tersebut, suatu strategi dalam mengembangkan wilayah berbasis carrying capacity

(daya dukung lahan) dan peningkatan kesejahteraan petani di daerah pasang surut

Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan untuk tujuan pembangunan wilayah yang

Page 31: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

6

berkelanjutan (sustanaibility) dengan memperhatikan aspek penting dalam

keberlanjutan wilayah yaitu ekonomi, ekologi dan sosial.

Dari sisi pengembangan wilayah, Kabupaten Banyuasin merupakan

kabupaten yang relatif baru akan tetapi telah melangkah maju dalam pengelolaan

dan pemanfaatan sumberdaya. Adanya kawasan Tanjung api-api sebagai salah

satu bagian wilayah Kabupaten Banyuasin disinyalir akan menjadi kawasan

strategis yang berpotensi mengangkat dan meningkatkan sumberdaya Kabupaten

Banyuasin sebagai kabupaten otonom dan mandiri. Selain itu dengan

ditetapkannya perencanaan kawasan lain yang telah disepakati (commited plan)

diharapkan mampu mendorong tumbuhnya perekonomian wilayah serta

menumbuh kembangkan berbagai sektor pembangunan dan pelayanan regional di

wilayah Kabupaten Banyuasin, khususnya di sektor industri yang berbasis kepada

ekonomi lokal.

1.2 Rumusan Permasalahan

Hingga saat ini sebagian besar masyarakat masih menggantungkan

hidupnya dari sektor pertanian dengan tingkat produktivitas dan pendapatan usaha

yang relatif rendah, sehingga kemiskinan, pengangguran dan rawan pangan

banyak terdapat di pedesaan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa upaya

pengentasan kemiskinan, pengangguran dan rawan pangan harus dilakukan

dengan membangun pertanian dan pedesaan, yang merupakan tantangan kedepan

untuk mencapai Millenium Development Goals (MDG’s) melalui pembangunan

pertanian dengan segala karakteristik dan spesifikasi masalahnya yang tersebar

merata hampir diseluruh wilayah pedesaan (Bappenas, 2010).

Persoalan mendasar yang dihadapi sektor pertanian pada saat ini dan masa

yang akan datang adalah meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan

iklim global; terbatasnya ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana, lahan dan

air; sedikitnya status dan kecilnya luas kepemilikan lahan; lemahnya sistem

pembenihan dan perbibitan nasional; keterbatasan akses petani terhadap

permodalan dan masih tingginya suku bunga usahatani; lemahnya kapasitas dan

kelembagaan petani dan penyuluh; masih rawannya ketahanan pangan dan

ketahanan energi; belum berjalannya diversifikasi pangan; rendahnya nilai tukar

Page 32: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

7

petani (NTP), dan belum padunya antar sektor dalam menunjang pembangunan

pertanian (Bappenas, 2010).

Peranan sektor pertanian yang semakin menyusut dalam pembentukan

PDB ternyata tidak disertai dengan mengecilnya peranan dalam penyerapan

tenaga kerja, apabila dibandingkan antara kecepatan penurunan pangsa pertanian

dalam PDB dengan kecepatan penurunan penyerapan tenaga kerjanya, maka dapat

diduga bahwa pendapatan relatif tenaga kerja yang bekerja disektor pertanian

cenderung semakin tertinggal dibanding sektor lain (industri, perdagangan atau

jasa) (Harianto, 2011).

Gambar 1 Prediksi Kondisi Kritis Ketahanan Pangan Nasional (dari sudut

pandang infrastruktur pengairan) Sumber: Menko Ekonomi, 2009 dan BAPPENAS et al., 2002, dalam Susanto, 2010

Upaya optimalisasi lahan untuk ketahanan pangan harus dilakukan, dan

salah satu upaya tersebut adalah pemanfaatan wilayah pasang surut sebagai areal

persawahan, yang merupakan sumberdaya alam terbesar di Indonesia terutama di

Sumatera dan Kalimantan. Optimalisasi lahan rawa pasang surut untuk produksi

pangan misalnya terbukti telah mampu meningkatkan produksi lahan per hektar

per musim bahkan juga meningkatkan indeks pertanaman dari satu kali (IP100)

menjadi dua sampai tiga kali per tahun (IP200, IP300). Bahkan di beberapa

tempat seperti di Telang I, Kabupaten Banyuasin produksi padi dapat mencapai 7

Page 33: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

8

sampai 8 ton GKP per hektar dan sudah 2-3 kali tanam (padi-padi-jagung) dalam

setahun (Susanto, 2010).

Secara umum kendala yang dihadapi dalam pengembangan lahan pasang

surut mencakup aspek biofisik, sosial ekonomi dan kelembagaan. Kendala

biofisik dicerminkan dari sifat fisika kimia lahan, seperti rendahnya kesuburan

tanah dan pH tanah, adanya zat beracun (alumunium, besi, hydrogen sulfide dan

natrium) dan lapisan gambut, terjadinya kekeringan / genangan air dan intrusi air

asin, kendala sosial ekonomi meliputi keterbatasan modal, tenaga kerja, tingkat

pendidikan petani yang rendah, kondisi sarana dan prasarana yang kurang

memadai, rendahnya harga hasil pertanian dan kurangnya dukungan eksternal

seperti kelembagaan untuk penyediaan modal, sarana produksi dan pemasaran

hasil (Pramono, 2003).

Memprioritaskan pertanian pasang surut justru low cost dan cukup dengan

simple technology. Sehingga secara matematisnya akan lebih menguntungkan jika

mengoptimalkan lahan pasang surut, ketimbang irigasi teknis. Sebab, di daerah

pasang surut, sumber daya manusianya sudah tersedia, teknologinya sederhana

dan tidak harus memulai dari awal. Berbeda dengan irigasi teknis yang harus

mencetak sawah terlebih dulu, kapasitasnya terbatas dan begitu pula lahannya,

seperti kutipan berikut ini:

“Di Banyuasin terdapat sekitar 265 ribu hektar lahan pasang surut

dari jumlah tersebut yang sudah bisa ditanami 150 ribu hektare.

Sudah ada saluran primer, sekunder, dan pintu-pintu air. Sisanya

belum bisa ditanami, karena irigasinya banyak yang dangkal. Pintu-

pintu airnya banyak yang rusak. Sehingga menjadi lahan tidur.

Diantara yang telah ditanami ada pula yang dimanfaatkan untuk

kelapa sawit, selain padi. Kendati banyak yang rusak, dari lahan

pasang surut ini Banyuasin mampu ikut menopang stok pangan

Sumsel sebesar 28 persen. Andai saja dari luas yang ada itu bisa

dimanfaatkan optimal, maka Sumsel yang sudah mencanangkan diri

menjadi Lumbung Pangan itu, jelas tak lagi sekadar bermimpi”

“Kondisi Sumsel memang dilematis. Di satu sisi memproklamirkan

diri sebagai lumbung pangan, tapi di sisi lain daerah penyangga

pangan seperti pasang surut itu kurang mendapat perhatian.

Pemerintah pusat, khususnya Menteri Pertanian belum melihat

greget pasang surut” ( http://www.suarakarya-online.com, 2007).

Page 34: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

9

Kurangnya perhatian dalam pengelolaan lahan gambut terhadap prinsip-

prinsip ekologi dan karakteristik ekosistem gambut, mengakibatkan timbulnya

beragam masalah seperti rusaknya produktivitas lahan gambut, hilangnya

keaneragaman hayati, kebakaran hutan dan asap, banjir terus menerus diluar

musim hujan, tanah sulfat masam, masalah sosial ekonomi, hilangnya mata

pencaharian masyarakat dan dampak lanjutan yang ditimbulkan. Akibatnya,

pengelolaan hutan rawa gambut yang ramah lingkungan dan berkelanjutan masih

sangat jauh dari harapan, yang masih berlangsung hingga kini adalah eksploitasi

ekosistem lahan gambut yang mengakibatkan dampak buruk yang luas terhadap

ekosistem, lingkungan dan dampak ekonomi ikutan (Simbolont, 2011).

Pendekatan seperti ini ditegaskan dalam Undang-Undang No 41 tahun

2009 tentang ”Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan”. Dimana

salah satu pertimbangan yang dikemukakan yaitu bahwa makin meningkatnya

pertambahan penduduk serta perkembangan ekonomi dan industri mengakibatkan

terjadinya degradasi, alih fungsi, dan fragmentasi lahan pertanian pangan telah

mengancam daya dukung wilayah secara nasional dalam menjaga kemandirian,

ketahanan, dan kedaulatan pangan.

Di masa depan, pengelolaan lahan gambut di Indonesia hendaknya menuju

upaya merevitalisasi fungsi hutan rawa gambut sehingga tercapai tiga tujuan

utama yaitu mengkonversi dan menggunakan hutan rawa gambut sesuai regulasi

serta kemampuan daya dukung lahan, merubah paradigma dalam peningkatan

usaha di lahan gambut yang harus selalu diharmonisasikan dengan lingkungan,

dan memperkaya teknologi modern dengan kearifan lokal melalui pengembangan

program partisipatif.

Menurut Miettinen & Liew (2010) dalam Simbolont (2011), hanya sekitar

3,6 persen dari seluruh hutan rawa gambut Sumatra dan Kalimantan yang masih

alami dan sekitar 7,7 persen yang masih dapat disebut sebagai sedikit terganggu,

sedangkan sisanya sudah terdegradasi atau bahkan telah dikonversi menjadi lahan

pertanian atau perkebunan dan pemukiman. Salah urus pengelolaan gambut dalam

sejarah lingkungan Indonesia berperan dalam menyebabkan kerusakan

lingkungan.

Page 35: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

10

Desa (lokalitas) juga menjadi ajang perebutan tarik menarik kepentingan

sosial-politik dan ekonomi yang menjadikan eksistensinya tidak selalu bebas

dalam menentukan arah perkembangannya ke depan. Bukan hal yang mudah

untuk menggambarkan desa masa depan, karena proses proses transformasi sosial

di kawasan pedesaan (lokalitas) berjalan amat sangat cepat dan membawa

konsekuensi perubahan sangat substansial pada aspek kehidupan lokal (Castel,

2001 dalam Dharmawan 2011).

Mengingat pentingnya pengamanan lahan-lahan sawah produktif sebagai

penghasil komoditi unggulan di Kabupaten Banyuasin yaitu padi atau beras, maka

ketersediaan lahan dan kebutuhan lahan merupakan faktor utama yang harus

diperhatikan, namun seiring pertambahan jumlah penduduk, maka fragmentasi

dan konversi lahan pun terjadi, ancaman penurunan luas lahan sawah yang

digarap mengakibatkan tingkat produksi per petani menurun, dan akibatnya

pendapatan petanipun terancam, dengan adanya konversi lahan ke komoditas lain

selain padi juga dapat menurunkan ketersediaan pangan (mengancam ketahan

pangan) yang mengakibatkan menurunnya ketersediaan bahan konsumsi pokok

rumah tangga (basic needs) sehingga perlu adanya orientasi ketahanan ekonomi.

Masalah lingungan akibat perubahan iklim juga perlu kita antisipasi begitu juga

kemungkinan munculnya masalah sosial akibat penurunan pendapatan, dan

kurangnya ketersediaan lahan sehingga perlu adanya orientasi ketahanan ekologi

dan sosial dalam pengembangan wilayah pasang surut yang berkelanjutan.

Dari latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan yang akan

dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah struktur nafkah dan status kesejahteraan rumahtangga yang

ada di wilayah pasang surut tersebut?

2. Apakah daya dukung lahan (carrying capacity) masih bisa menjamin

keberlanjutan (sustainability) wilayah pasang surut tersebut ?

3. Bagaimana kondisi ketahanan Sosial Ekologi yang ada di wilayah pasang

surut tersebut ?

Page 36: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

11

C. Tujuan Penelitian

Pentingnya pengembangan wilayah pasang surut yang berkelanjutan

dengan orientasi kepada keberlanjutan (sustainability) dalam hal ini dijabarkan

sebagai status kesejahteraan ekonomi dan sosial ekologi dengan memperhatikan

status daya dukung lahan (carrying capacity) perlu dipahami. Sehingga perlu

adanya kajian terhadap permasalahan ini khususnya di Kabupaten Banyuasin yang

merupakan kawasan gambut terbesar di Sumatera Selatan, maka yang menjadi

tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengkaji dan menganalisis struktur nafkah dan status kesejahteraan

rumahtangga yang ada di wilayah pasang surut tersebut

2. Menilai potensi daya dukung lahan (carrying capacity) apakah masih bisa

menjamin keberlanjutan (sustainability) wilayah pasang surut tersebut.

3. Mengetahui dan mengidentifikasi kondisi ketahanan sosial ekologi yang ada

di wilayah pasang surut tersebut.

4. Melalui isu kritikal yang telah di uraikan, maka dapat dinilai apakah sebuah

kawasan transmigrasi bisa terus berkembang dan dikembangkan.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Studi ini berupaya untuk melakukan analisis terhadap carrying capacity

(daya dukung lahan) dan identifikasi kondisi keberlanjutan pengembangan

wilayah pasang surut yang berorientasi pada ketahanan ekonomi, dan sosial

ekologi di Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Melakukan

penghitungan terhadap kepadatan Agraris dan tingkat pendapatan rumahtangga

untuk mengetahui tingkat ketahanan ekonomi. Serta mengidentifikasi orientasi

ketahanan sosial ekologi di wilayah studi. Keberlanjutan wilayah pasang surut

akan dinilai dari :

1. Struktur nafkah dan status kesejahteraan, yang diukur melalui tingkat

pendapatan rumah tangga di wilayah studi dan perbandingan dengan garis

kemiskinan berdasarkan stardar Bank Dunia (world Bank) sebesar 2$ perhari

perkapita atau setara dengan Rp. 540.000 per bulan per kapita.

2. Kondisi daya dukung lahan (carrying capacity) di wilayah studi, di level

Kabupaten, Kecamatan dan Desa yang menjadi lokasi studi.

Page 37: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

12

3. Kondisi ekologi di wilayah pasang surut dalam menopang kehidupan sosial

ekonomi penduduk setempat yang dideteksi melalui kepadatan agraris dan

kemampuan mendukung kehidupan.

4. Kondisi sosial masyarakat pada wilayah pasang surut dideteksi melalui

frekuensi dan kedalaman gangguan-gangguan sosial.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi penentu

kebijakan, khususnya di bidang perencanaan dan pengembangan wilayah pasang

surut di Kabupaten Banyuasin. Penelitian juga diharapkan dapat bermanfaat bagi

pihak swasta yang membutuhkan data dan masalah lain yang berkaitan dengan

usaha pengembangan produksi pertanian.

Selain pemerintah dan swasta, pihak lain yang cukup penting untuk

memperoleh nilai guna dari penelitian ini adalah masyarakat. Secara khusus

penelitian ini berguna untuk:

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan di

bidang pengembangan wilayah pasang surut dan pembangunan kesejahteraan

masyarakat khususnya ketahanan ekonomi, ekologi dan sosial.

2. Memberikan informasi dan saran pada masyarakat tentang kondisi

keberlanjutan wilayah pasang surut di Kabupaten Banyuasin Sumatera

Selatan, melalui hasil kajian ketahanan ekonomi, ekologi dan sosial.

3. Menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa maupun

peneliti serta referensi penelitian selanjutnya.

4. Memberikan pengetahuan kepada khalayak, akademisi dan peneliti serta

pengambil kebjakan tentang apakah suatu kawasan transmigrasi dapat terus

dikembangkan atau tidak.

Page 38: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsepsi Lahan Pasang Surut

Berdasarkan definisi BPS (2005), Sawah pasang surut adalah sawah yang

pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi pasang surutnya air

laut. Konvensi Ramsar 1971 mendefinisikan lahan basah secara internasional

sebagai berikut (Dugan, 1990): Lahan basah adalah wilayah rawa, lahan gambut,

dan air, baik alami maupun buatan, bersifat tetap atau sementara, berair ladung

(stagnant, static) atau mengalir yang bersifat tawar, payau atau asin, mencakup

wilayah air marin yang dalamnya pada waktu surut tidak lebih dari enam meter

(Maas, 2003). Rawa adalah bagian daratan yang sepanjang tahun biasanya jenuh

air atau tergenang air.

Menurut Subagyo (1997) dalam Barchia (2006), lahan rawa adalah lahan

yang menempati posisi peralihan diantara daratan dan sistem perairan. Lahan ini

sepanjang tahun atau selama waktu yang panjang dalam setahun selalu jenuh air

(waterlogged) atau tergenang. Selanjutnya menurut Peraturan Pemerintah No. 27

Tahun 1991 yang dinamakan lahan rawa adalah genangan air secara alamiah yang

terjadi terus menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat dan

mempunyai ciri-ciri khusus baik fisik, kimiawi, maupun biologis.

Selanjutnya menurut Barchia (2006), kawasan rawa terbentang 2 ekosistem

lahan utama, yaitu ekosistem pasang surut dan ekosistem rawa pedalaman/lebak.

Namun menurut Subagyo (1997) dalam Barchia (2006), berdasarkan imbangan

antara kekuatan arus sungai dan air pasang dari laut, lahan rawa dibedakan

menjadi 3 zone, yaitu Zona I: lahan rawa pasang surut air salin/ payau, Zone II :

lahan pasang surut air tawar, Zone III : lahan rawa buka pasang surut atau lebak,

dan masing-masing zone mempunyai bentukan fisiografi atau landform dan

penyebaran tanah yang berbeda.

Wilayah rawa pasang surut air asin atau payau merupakan bagian dari

wilayah rawa pasang surut terdepan, yang berhubungan langsung dengan laut

lepas. Biasanya rawa ini menempati bagian terdepan dan pinggiran pulau-pulau

delta serta tepi estuari, yang dipengaruhi langsung oleh pasang surut air laut atau

salin. Sebagai contoh, pulau-pulau delta dimuara sungai Musi dan Banyuasin

Page 39: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

14

Sumatera Selatan, antara lain delta Upang, delta Telang, dan pulau Rimau

(Subagyo, 2006).

Keanekaragaman jenis tumbuhan yang cukup tinggi, sesunguhnya lahan

gambut sangat rendah kesuburannya, sehingga tidak cocok untuk tanaman

budidaya tanpa perlakuan atau masukan tehnologi atau pemupukan. Keadaan yang

selalu tergenang menyebabkan keadaannya cenderung an aerob, gambut bersifat

masam dengan pH 3-5, miskin akan ketersediaan unsur hara makro (K, Ca, Mg, P)

dan mikro (Cu, Zn, Mn, and Bo), terdapat asam organic yang bersifat racun,

kapasitas pertukaran kation rendah tetapi rendah kejenuhan basanya. Gambut

memiliki bulk density yang sangat rendah, karena gambut memiliki pori yang

besar maka gambut mempunyai kemampuan menahan tanah yang sangat rendah

sehingga bobotnya sangat ringan dan kemampuan kohesinya juga rendah. Itulah

sebabnya pohon yang ditanam di lahan gambut sangat mudah rebah, dan juga

merupakan masalah dalam pembagunan konstruksi bangunan (Simbolont, 2011).

Apabila dikelola secara tepat, lahan pasang surut dapat dijadikan areal

pertanian produktif. Pengembangan lahan ini dapat mendukung peningkatan

ketahanan pangan, diversifikasi produksi, dan pengembangan agribisnis. Untuk

menjadikan lahan pasang surut produktif dan lestari, diperlukan upaya revitalisasi

dan rehabilitasi melalui penerapan inovasi teknologi dan rekayasa atau

pengembangan kelembagaan dan perbaikan prasarana penunjang secara terpadu

(Warta penelitian dan pengembangan pertanian, 2006).

Sistem tata air merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

pengembangan pertanian di lahan rawa pasang surut, terutama dalam kaitannya

dengan optimalisasi pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya lahannya. Sistem

tata air di rawa pasang surut ditujukan selain untuk memenuhi kebutuhan air

selama penyiapan lahan dan pertumbuhan tanaman juga untuk memperbaiki sifat

fisiko-kimia tanah, yaitu dengan jalan: (1) memanfaatkan air pasang untuk

pengairan sesuai dengan kebutuhan tanaman, (2) mencegah masuknya air asin ke

petakan lahan, (3) mencuci zat-zat beracun bagi tanaman, (4) mengurangi

semaksimal mungkin terjadinya oksidasi pirit pada tanah sulfat masam, dan (5)

mencegah terjadinya proses kering tak balik pada gambut (Balittra, 2010).

Page 40: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

15

Sebelum mengerjakan lahan pasang surut, perlu terlebih dahulu memahami

empat tipologinya. Tipologi pertama adalah tipologi Lahan Potensial, yaitu suatu

lahan yang mempunyai kedalaman pirit (lapisan beracun) pada kedalaman >50 cm

di atas permukaan tanah. Lalu tipologi yang kedua adalah Lahan Sulfat Masam,

yang merupakan lahan dengan lapisan pirit pada kedalaman 0-50 cm di atas

permukaan tanah. Selanjutnya, tipologi Lahan Gambut, dimana lahan ini

mengandung lapisan gambut dengan kedalaman yang sangat bervariasi. Terakhir,

tipologi Lahan Salin, yaitu lahan yang mendapat intrusi air laut sehingga

mengandung garam dengan konsentrasi tinggi terutama pada musim kemarau.

Keberhasilan usahatani pada agroekosistem lahan pasang surut antara lain terletak

pada ketepatan pengelolaan lahan dan air. Dengan pengelolaan yang tepat, seperti

proses pencucian bahan beracun pada tanah mineral potensial dan sulfat masam

serta proses pematangan (dekomposisi) gambut dan konservasi lahan terealisasi

dengan baik, maka produktivitas lahan dan tanaman meningkat.

Mengingat usahatani para petani di lahan rawa pasang surut pada

umumnya dilakukan secara konvensional, maka kini saatnya usaha peningkatan

produktivitas tersebut diarahkan melalui pendekatan Prima Tani Terpadu (PTT)

Padi Lahan Pasang Surut. Dengan demikian potensi lahan ini dapat dimanfaatkan

semaksimal mungkin. Pemanfaatan lahan rawa pasang surut melalui pendekatan

PTT maupun peningkatan indeks panen melalui ekstensifikasi, akan sejalan

dengan program pemerintah dalam peningkatan produksi beras nasional. Pada

akhirnya mengarah pada ketahanan pangan nasional (Litbang Deptan, 2008).

2.2 Konsepsi Carrying Capacity (Daya Dukung)

Carrying capacity atau daya dukung lingkungan mengandung pengertian

kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

optimum dalam periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula

diartikan kemampuan lingkungan memberikan kehidupan organisme secara

sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan (Soemarwoto,

2001).

Carrying capacity atau daya dukung lingkungan mengandung pengertian

kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Page 41: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

16

optimum dalam periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula

diartikan kemampuan lingkungan memberikan kehidupan organisme secara

sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan. Definisi Daya

Dukung Lingkungan (Carrying Capacity) :

Jumlah organisme atau spesies khusus secara maksimum dan seimbang yang

dapat didukung oleh suatu lingkungan.

Jumlah penduduk maksimum yang dapat didukung oleh suatu lingkungan

tanpa merusak lingkungan tersebut.

Jumlah makhluk hidup yang dapat bertahan pada suatu lingkungan dalam

periode jangka panjang tampa membahayakan lingkungan tersebut.

Jumlah populasi maksimum dari organisme khusus yang dapat didukung oleh

suatu lingkungan tanpa merusak lingkungan tersebut.

Rata-rata kepadatan suatu populasi atau ukuran populasi dari suatu kelompok

manusia dibawah angka yang diperkirakan akan meningkat, dan diatas angka

yang diperkirakan untuk menurun disebabkan oleh kekurangan sumber daya.

Kapasitas pembawa akan berbeda untuk tiap kelompok manusia dalam sebuah

lingkungan tempat tinggal, disebabkan oleh jenis makanan, tempat tinggal,

dan kondisi sosial dari masing-masing lingkungan tempat tinggal tersebut.

Selanjutnya menurut Bratakusumah (2004), pada sektor pertanian,

kemampuan daya dukung (Carrying Capacity Ratio) merupakan perbandingan

antara lahan yang tersedia dan jumlah petani. Sehingga perlu diketahui berapa

luas lahan rata-rata yang dibutuhkan per-keluarga, potensi lahan yang tersedia dan

penggunaannya untuk kegiatan non-pertanian. Meskipun analisis daya dukung

merupakan upaya untuk mengetahui perbandingan antara jumlah lahan dan jumlah

penduduk, penggunaannya tidak hanya untuk sektor pertanian atau perkebunan.

Dengan ditunjang alat-alat lainnya, analisis ini juga dapat digunakan untuk

membantu menentukan kegiatan dalam bidang atau sektor apa saja yang layak

dikembangkan disuatu daerah. Adapun langkah-langkah dalam melakukan

analisis daya dukung pada dasarnya bersifat fleksibel dan dinamis (cukup

beragam), langkah-langkah tersebut antara lain :

a). Identifikasi luas areal yang dapat digunakan untuk kegiatan pertanian

b). Identifikasi frekuensi panen per hektar per tahun

Page 42: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

17

c). Tentukan jumlah keluarga dalam area tersebut

d). Tentukan persentase jumlah petani yang ada diarea tersebut

e). Tentukan ukuran lahan rata-rata yang dimiliki petani

f). Hitung kemampuan daya dukung dengan menggunakan rumus CCR

Untuk mengetahui apakah daya dukung lahan (carrying capacity) masih bisa

menjamin keberlanjutan ( sustainability) pengembangan wilayah di daerah pasang

surut tersebut, maka dilakukan analisis carrying capacity berbasis neraca lahan.

Penghitungan neraca lahan menurut (Rustiadi, 2010), terdiri dari beberapa

tahapan, sebagai berikut:

1) Menentukan unit wilayah analisis

2) Penghitungan ketersediaan (supply) lahan

3) Penghitungan permintaan (demand) lahan

4) Penentuan status surplus/defisit dengan menghitung ratio/selisih supply dan

demand

5) Penentuan status tingkat keberlanjutan.

Status Keberlanjutan dilakukan dengan perbandingan relative antar waktu

dengan membandingkan status Surplus/status defisit antara dua titik waktu yang

berbeda, yaitu kondisi saat ini (existing land use) diproyeksikan pada 20 tahun

yang akan datang., sehingga status keberlanjutan dapat disimpilkan menjadi :

1) tingkat keberlanjutan meningkat (KMi), 2) tingkat keberlanjutan tetap (KT),

dan 3) tingkat keberlanjutan menurun (KM) (Rustiadi et al, 2009).

Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan luas lahan garapan

cenderung makin kecil, keadaan ini menyebabkan meningkatnya tekanan

penduduk terhadap lahan Selanjutnya, (Siwi, 2002 dalam Tola, 2007),

menyatakan bahwa meningkatnya kepadatan penduduk daya dukung lahan pada

akhirnya akan terlampaui. Hal ini menunjukkan bahwa lahan di suatu wilayah

tidak mampu lagi mendukung jumlah penduduk di atas pada tingkat kesejahteraan

tertentu (Mustari et.al., 2005 dalam Tola, 2007).

Page 43: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

18

2.3 Kondisi Kesejahteraan, Kondisi Ekologi dan Sosial

2.3.1 Struktur Nafkah dan Status Kesejahteraan

Azas ekonomi dalam pengembangan wilayah, merupakan usaha-usaha

mempertahankan dan memacu perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang

memadai untuk mempertahankan kesinambungan dan perbaikan kondisi-kondisi

ekonomis yang baik bagi kehidupan dan memungkinkan pertumbuhan kearah

yang lebih baik. Salah satu target utama dari pembangunan pertanian adalah

upaya peningkatan kesejahteraan petani. Unsur penting yang berpengaruh

terhadap tingkat kesejahteraan petani adalah tingkat pendapatan petani.

Walaupun demikian tidak selalu upaya peningkatan pendapatan petani secara

otomatis diikuti dengan peningkatan kesejahteraan petani, karena kesejahteraan

petani juga tergantung pada pengeluaran yang harus dibelanjakan keluarga petani

serta faktor-faktor non finansial, seperti faktor sosial budaya. (Mulyanto, 2008).

.Menurut Todaro (2000), syarat-syarat yang harus segera dipenuhi dalam

rangka merealisasikan setiap strategi pengembangan sektor-sektor pertanian dan

pembangunan daerah-daerah pedesaan yang berorientasi pada kesejahteraan

rakyar banyak adalah struktur usaha tani, pola pemilikan lahan harus disesuaikan

dengan tujuan utama yang bersisi ganda, yaitu peningkatan produksi bahan

pangan pada satu sisi, serta pemerataan segala manfaat untuk ke atau keuntungan-

keuntungan kemajuan pertanian pada sisi lain.

Selanjutnya menurut Bappenas (2010), dalam kerangka peningkatan

kesejahteraan petani, prioritas utama Kementrian Pertanian adalah upaya

meningkatkan pendapatan petani, dari rata-rata pendapatan per kapita pertanian

hanya sekitar Rp 4,69 juta per tahun. Pada tahun 2014 Kementrian Pertanian

menargetkan pendapatan perkapita tersebut meningkat menjadi 7,39 juta per

tahun. Hal ini berarti setiap tahun harus diupayakan kenaikan pendapatan 11,1

persen per tahun.

Nilai pendapatan petani dapat bersumber dari usaha pertanian dan usaha

non pertanian. Nilai pendapatan yang bersumber dari usaha pertanian akan

diperoleh dari selisih nilai penjualan komoditas usahatani yang dihasilkan dengan

biaya usahatani yang dikeluarkan. Nilai penjualan usaha tani akan ditentukan

Page 44: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

19

oleh volume produksi yang dihasilkan serta harga jual, makin besar volume

produksi yang dihasilkan makin besar pula volume fisik yang dapat di jual.

Dharmawan (2007), mengemukakan bahwa pengertian livelihood strategy

yang disamakan pengertiannya menjadi strategi nafkah (dalam bahasa Indonesia)

sesungguhnya dimaknai lebih besar daripada sekedar “aktivitas mencari nafkah”

belaka. Sebagai strategi membangun sistem penghidupan, maka strategi nafkah

bisa didekati melalui berbagai cara atau manipulasi aksi individual maupun

kolektif. Strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu

ataupun kelompok dalam rangka mempertahankan kehidupan mereka dengan

tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur sosial, struktur sosial, dan sistem

nilai budaya yang berlaku.

Tulak (2009) mengutip Chambers tentang komponen sustainable

livelihood (mata pencaharian yang berkelanjutan), yaitu terdiri dari capabilities,

yaitu kemampuan untuk bertahan menghadapi tekanan (stress) dan guncangan

(shock), mampu menemukan dan memanfaatkan kesempatan dalam kehidupan

ekonomi; Equity, yaitu secara konvensional dapat diukur dari distribusi

pendapatan relatif, tetapi lebih luas menunjuk pada pemerataan distribusi asset,

kemampuan, dan kesempatan terutama bagi mereka yang tergolong miskin;

Sustanaibility, dari aspek sosial dalam konteks livelihood, keberlanjutan

ditunjukkan oleh cara-cara dan kemampuan seseorang untuk memelihara dan

memperbaiki kehidupan ekonomi serta memelihara aset lokal dan global.

Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan permintaan terhadap

produk pertanian maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian juga meningkat.

Lahan yang dulunya dianggap sebagai lahan marjinal seperti lahan gambut,

menjadi salah satu sasaran perluasan lahan pertanian. Selain berpotensi

memberikan tambahan devisa dan kesempatan kerja bagi masyarakat lahan

gambut juga merupakan penyangga ekosistem terpenting karena simpanan karbon

dan daya simpan airnya yang sangat tinggi.

Selain upaya yang berhubungan secara lansung dengan nilai input dan

ouput pertanian, pendapatan petani juga masih memungkinkan untuk ditingkatkan

melalui: 1) Pengembangan infrastruktur oleh pemerintah secara padat karya

dengan melibatkan petani sebagai sasaran kegiatan, 2) mengembangkan berbagai

Page 45: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

20

aktivitas off-farm yang mampu meningkatkan penghasilan petani dengan basis

kegiatan yang terkait usahatani, 3) Mengupayakan insentif bagi tumbuhnya

industri hulu dan hilir pertanian, 4) Mengupayakan adanya payung hukum bagi

bertumbuhnya lembaga pembiayaan pertaniaan yang tersedia di perdesaan

(Bappenas,2010).

Menurut Badan Pusat Statistik (1993), indikator kesejahteraan rakyat

dilihat dari aspek spesifik yaitu kesehatan, pendidikan, konsumsi rumahtangga

dan perumahan. Aspek pendapatan, kondisi dan fasilitas perumahan, juga rasa

aman merupakan indikator kesejahteraan. Tingkat pendapatan keluarga diukur

dari besarnya pendapatan rumahtangga per kapita dalam sebulan dibagi kedalam

tiga kategori interval yang sama dalam satuan rupiah, yakni tinggi, sedang dan

rendah.

Klasifikasi tingkat kesejahteraan untuk pedesaan di Indonesia, menurut

Sajogyo (1993), yang termasuk kategori rendah (miskin) apabila pengeluaran per

kapita per tahun kurang dari setara 320 kilogram beras, Kategori sedang (hampir

cukup) apabila pengeluaran per kapita per tahun setara dengan 320 kilogram beras

sampai 480 kilogram beras. Sedangkan untuk kategori tinggi (cukup) apabila

pengeluaran per kapita per tahun lebih dari setara 460 kilogram beras.

Sedangkan Menurut Departemen Transmigrasi (1984) dalam Tulak

(2009), Penilaian tingkat kesejahteraan program transmigrasi dapat pula

dilakukan melalui kriteria tingkat kesejahteraan ekonomi, serta melalui indikator

kesejahteraan ekonomi masyarakat, yaitu: 1) pendapatan per kapita setara dengan

500 kilogram per tahun; 2) sumber pendapatan dari usahatani setara 420 kilogram

beras.

Keluarga sejahtera adalah 1) keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan

anggotanya baik sandang, pangan, perumahan, sosial, maupun agama 2) keluarga

yang mempunyai keseimbangan antara penghasilan dengan jumlah anggota

keluarganya, dan 3) keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan anggota

keluarga, kehidupan bersama dengan masyarakat sekitar, beribadah khusyuk dan

terpenuhinya kebutuhan pokok (Badan Koordinasi Keluarga Nasional, 1996

dalam Tulak 2009).

Page 46: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

21

2.3.2 Kondisi Ekologi

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan ogranisme hidup

(elemen biotik) dengan benda tak hidup (elemen abiotik) di lingkungan

sekitarnya. Ekologi mempelajari struktur dan fungsi dari alam, termasuk buatan

Apa yang menjadi biaya ekologi dari desa sederhana dan pembangunan pertanian,

beberapa indikator seperti : tanah, hutan, laju deforestasi, laju reforestasi, emisi

karbon, kehilangan mangrove, dan pembaharuan sumber air, semuanya

merefleksikan status degradasi lingkungan (Partap et al, 2001).

Ekologi dapat terfokus secara global dan umum, atau lokal dan sangat

spesifik, tetapi seringkali dalam unit ilmu yang lain disebut ekosistem, baik kecil

maupun besar, ekosistem memiliki karakteristik sendiri yang sangat penting bagi

perencana wilayah di tingkat lokal. Wackernagel et al (1997), menyatakan secara

persuasif bahwa kita perlu mulai berpikir dalam terminologi jejak ekologi,

dimana dideskripsikan sebagai total area ekologi produktif, lahan dan air secara

eksklusif untuk memproduksi semua sumber daya (makanan dan serat) konsumsi

dan untuk asimilasi semua sampah yang termasuk sebagai penyebab polusi,

berupa rumah tangga, masyarakat dan negara (Honachefsky, 2000).

Secara sadar ataupun tidak, pentingnya mereduksi kerusakan lingkungan

hidup yang menjadi fenomena perubahan iklim, banjir dan sebagainya telah

terbungkus dengan kepentingan-kepentingan tertentu di setiap negara. Tanpa visi

pemulihan lingkungan, kita bisa terjebak dalam negosiasi berwajah ekonomis

yang menggadaikan lingkungan dengan uang. Itu dapat terlihat dengan

liberalisasi penyelamatan ekologi melalui mekanisme pasar. Berbagai inisiatif

global dalam kerangka penyelamatan ekologi-lingkungan hidup telah digeser

pelan-pelan ke arah pendekatan neoliberalisme. Konsepsi penanganannya,

didorong melalui pendekatan mekanisme pasar. Yang paling mengemuka saat ini,

adalah berbagai inisiatif penanganan pemanasan iklim global baik pada skema

mitigasi, adaptasi dan konsep carbon offset. Baik melalui mekanisme pertukaran

kerusakan di suatu wilayah dengan pembiayaan konservasi di wilayah lainnya.

Ataupun melalui mekanisme carbon trade atau perdagangan karbon.

Pemanasan global yang berakibat pada perubahan iklim (climate change)

belum menjadi mengedepan dalam kesadaran multipihak. Pemanasan global

Page 47: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

22

(global warming) telah menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia,

terutama negara yang mengalami industrialisasi dan pola konsumsi tinggi (gaya

hidup konsumtif). Tidak banyak memang yang memahami dan peduli pada isu

perubahan iklim. Sebab banyak yang mengatakan, memang dampak lingkungan

itu biasanya terjadi secara akumulatif. Pada titik inilah masalah lingkungan sering

dianggap tidak penting oleh banyak kalangan, utamanya penerima mandat

kekuasaan dalam membuat kebijakan.

Secara ekologi, kawasan pesisir cukup rentan terhadap berbagai bencana

alam, seperti gelombang pasang dan pemanasan global. Kemudian jika terjadi

peningkatan pencemaran yang berasal dari hulu sungai yang bermuara ke laut,

maka kualitas perairan beserta flora dan fauna yang hidup didalamnya cenderung

memburuk. Sumber bencana lainnya adalah perusakan dan penambangan

terumbu karang, penggunaan sodium atau potassium sianida untuk penangkapan

ikan, serta pembabatan hutan bakau yang dikonversi untuk tambak, pemukiman,

kawasan wisata, industri dan sebagainya. Pada gilirannya kerusakan fungsi

ekologi dapat menyebabkan penurunanjJumlah dan keanekaragaman hayati laut

lainnya (Widiati A, 2003).

Gambut adalah tanah yang terdiri dari sisa-sisa tanaman yang telah busuk,

dalam keadaan basah gambut seperti bubur, gambut yang masih baru mengandung

serat-serat dan bekas kayu tanaman. Tanah gambut kurang subur, sehingga hasil

tanamannya rendah. Air tanahnya asam, jika pirit terkena udara maka akan

bertambah asam lagi, air bisa mengalir dengan mudah kedalam gambut sehingga

petakan sawah bisa kering karena air bocor keluar dari tanggul bila tidak dialiri

secara teratur. Selain itu tanah gambut dapat terbakar, dan pembakaran

dipermukaan, kemungkinan dibawah permukaan api terus menjalar ke daerah

yang jauh sekalipun, dan pembakaran gambut dapat menghilangkan lapisan

gambut sehingga dapat menyebabkan lahan mati suri (Badan Penelitian dan

pengembangan Pertanian, 1997).

Menurut Andriesse (1988) dalam Noor. M (2001), fungsi lingkungan

lahan gambut antara lain berkaitan dengan masalah daur ulang karbon, iklim

global, hidrologi, perlindungan lingkungan dan penyangga lingkungan. Gambut

mempunyai peran penting dalam penyimpanan atau pemendaman karbon, setiap

Page 48: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

23

lapisan 1 m gambut diperkirakan memendam sekitar 7102 ton karbon/ha/th,

sehingga dapat menekan emisi gas CO2, namun peranan ini untuk jangka pendek

hampir terabaikan, dalam iklim global pembukaan kawasan gambut untuk

pertanian, perkebunan, kehutanan atau lainnya akan mempengaruhi suhu wilayah

setempat. Pengaruh suhu ini tidak hanya penting bagi lahan yang direklamasi,

tetapi perubahan yang terjadi juga akan merambat kelahan-lahan lain yang telah

digunakan. Dalam hidrologi, lahan gambut berfungsi sebagai reservoir mengikuti

pola pergantian selama musim hujan dan musim kemarau. Reklamasi telah

mengubah peranan reservoir menjadi lebih berat sebagai pengendali aliran impas.

Sebagai pelindung lingkungan gambut berperan sebagai penyerap unsur dan

senyawa-senyawa racun yang dilepas dilingkungan, seperti timbal, air raksa,

timah, cadmium, arsenic, seng dan selenium yang muncul diatas gambut, sehingga

gambut berperan sebagai penyaring alami.

Lahan gambut juga berfungsi sebagai penyangga wilayah sekitar atau

bagian hulu. Lahan gambut yang terletak di daerah pesisir/pantai berfungsi

sebagai penyanggga antara wilayah air payau dan wilayah air tawar. Tanggul

alam yang terletak antara Wilayah air tawar dan air payau/asin, contoh antara

hutan bakau dan hitan nipah, akan berubah setelah reklamasi, jadi dengan

mempertahankan fungsi keduanya, maka dapat dicegah terjadinya penyusupan air

laut ke pesisir dan pencemaran perairan pantai akibat hasil buangan daratan

(Rieley et al, 1996 dalam Noor. M, 2001).

Secara ekologis, lahan gambut adalah wilayah penampung air untuk

melindungi wilayah sekitar dari kebanjiran, dan menjaga kontinuitas penyediaan

air sepanjang tahun, juga untuk menjaga kualitas air karena gambut dapat menjadi

filter dari pencemaran (Barchia. M. F, 2006). Dinas Pertanian Tanaman Pangan

dan Hortikultura Sumatera Selatan terus berupaya mencegah alih fungsi lahan

pertanian di daerah itu agar produksi pangan dapat lebih ditingkatkan. Upaya

pencegahan alih fungsi lahan itu, antara lain dengan melakukan sosialisasi dan

penerapan Undang-Undang Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Page 49: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

24

2.3.3 Kondisi Sosial

Sejarah pembangunan telah menjadi subjek dari cabang ilmu sosial,

mempelajari kesejateraan masyarakat tergantung pada pola konsumsi dari bahan

makanan dan jasa. Meskipun secara ekonomi fokus pada tradisionalisme, dimana

konsumsi hanya beberapa barang yang digunakan konsumen yang disarankan

untuk diproduksi dengan sumberdaya berskala besar. Menurut Mulyanto (2008),

Azas sosial dalam pengembangan wilayah merupakan usaha-usaha mencapai

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan kualitas hidup serta peningkatan

kesejahteraan individu, keluarga dan masyarakat didalam wilayah itu diantaranya

dengan mengurangi pengangguran dan menyediakan lapangan kerja serta

menyediakan prasarana-prasarana kehidupan yang lebih baik seperti pemukiman,

papan, fasilitas transportasi, kesehatan, sanitasi, air minum dan lain-lainnya.

Ekosistem rawa merupakan proses, fungsi dan struktur dinamis dari

ekosistem itu sendiri dengan atribut yang mendukung nilai-nilai sosial. Atribut

dari struktur ekosistem antara lain sebagai wilayah penyangga pelestarian plasma

nutfah (biodiversity), memiliki keunikan dimana didalamnya tersimpan warisan

dan budaya kearifan lokal, serta ladang penggalian ilmu pengetahuan. Lahan

gambut juga tempat penyedia bahan bahan bangunan, energi dan sumber pangan

tanaman, ikan dan binatang buruan buat masyarakat tradisional (Barchia M. F,

2006).

Kearifan lokal lahir dan berkembang dari generasi kegenerasi, seolah-olah

bertahan dan berkembang dengan sendirinya. Kelihatan nya tidak ada ilmu atau

teknologi yang mendasarinya. Kearifan lokal meniscayakan adanya muatan

budaya masa lalu untuk mebangun kerinduan pada kehidupan nenek moyang,

yang menjadi tonggak kehidupan pada masa sekarang. Kearifan lokal dapat

dijadikan jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa sekarang.

Investasi petani sebagaimana tergambar dalam kapasitas pertanian

sekarang, merupakan indikator bahwa petani dalam proses sejarahnya merupakan

investor yang secara individu memang kecil, tetapi secara keseluruhan

menghasilkan nilai investasi besar. Kapital yang telah dihasilkan melalui proses

evolusi yang lama tersebut akan menurun nilai dan kapasitasnya apabila tidak

dilakukan reinvestasi baru. Reinvestasi ini hanya akan memberikan manfaat yang

Page 50: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

25

besar apabila investasi yang dilakukan kompatibel dengan modal sosial yang

sudah hidup, atau bahkan investasi tersebut dilakukan sekaligus pula untuk

merekapitalisasi modal sosial yang kondisinya memang pada saat ini sedang

menghadapi erosi. Reinvestasi dan rekapitalisasi sosial capital ini merupakan

syarat untuk membangun sumber-sumber pertumbuhan dan kesejahteraan pada

masa mendatang (Pakpahan, 2004).

Menurut Dharmawan (2007), dalam mahzab Bogor, karakteristik sistem

nafkah dicirikan oleh bekerjanya dua sektor ekonomi, juga sangat ditentukan oleh

sistem sosial budaya setempat. Terdapat tiga elemen sosial terpenting yang sangat

menentukan bentuk strategi nafkah yang dibangun oleh petani kecil dan rumah

tangganya yaitu 1) infrastruktur sosial (setting kelembagaan dan tatanan norma

sosial yang berlaku). 2) struktur sosial (setting lapisan sosial, struktur agrarian,

struktur demografi, pola hubungan pemanfaatan ekosistem lokal, pengetahuan

lokal), 3) supra-struktur sosial (setting ideology, etika moral ekonomi, dan sistem

nilai yang berlaku )

2.4 Pengembangan dan Keberlanjutan Wilayah Pasang Surut

2.4.1. Pengembangan Wilayah

Menurut Mulyanto (2008), pengembangan wilayah adalah seluruh

tindakan yang dilakukan dalam rangka memanfaatkan potensi-potensi wilayah

yang ada, untuk mendapatkan kondisi-kondisi dan tatanan kehidupan yang lebih

baik bagi kepentingan masyarakatnya. Pada umumnya pengembangan wilayah

dapat dikelompokkan menjadi usaha-usaha mencapai tujuan bagi kepentingan-

kepentingan didalam kerangka azas: sosial, ekonomi dan wawasan lingkungan.

Pengembangan wilayah pada umumnya mencakup berbagai dimensi

pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap. Pada tahap awal kegiatan

pengembangan wilayah biasanya ditekankan pembangunan fisik untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi, kemudian diikuti dengan pembangunan sistem sosial dan

politik. Namun begitu, tahapan ini bukanlah merupakan suatu ketentuan yang

baku, karena setiap wilayah mempunyai potensi pertumbuhan yang berbeda

dengan wilayah yang lain. Potensi sumberdaya alam, kondisi sosial, budaya,

ekonomi masyarakat, ketersediaan infrastruktur, dan lain-lain sangat berpengaruh

Page 51: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

26

pada penerapan konsep pengembangan wilayah yang digunakan (Alkadri et al,

2001).

Menurut hidrologinya, lahan rawa merupakan suatu kesatuan wilayah.

Suatu tindakan tata air di suatu tempat berakibat langsung atas seluruh kawasan.

Maka usaha pengembangan lahan rawa harus selalu berskala besar. Jarak

jangkauan gerakan pasang surut ke darat ditentukan oleh ketinggian dan bentuk

muka daratan pantai dan perubahannya kearah pedalaman, serta tahapan

hidraulika sepanjang jalur rambatan. Estuari (sungai atau bagian hilir sungai yang

memasukkan air pasang dan mengeluarkan air surut) adalah jalur rambatan utama

gerakan pasang surut. Makin panjang dan lebar estuarinya, makin jauh jarak

jangkauan gerakan pasang surut ke pedalaman. Estuari panjang jika daratan dan

keduanya nyaris tidak berubah sampai jauh di pedalaman. Makin rapat bagian

estuarinya makin lebar wilayah yang terjangkau oleh gerakan pasang surut.

Karena ini kawasan rawa pasang surut potensial dapat diperluas dengan jalan

menggali saluran yang menembus sampai ke laut, memperpanjang estuari pendek,

mencabangkan estuari, atau menghubungkan estuari yang satu dengan yang

lainnya.

Jadi dengan mengubah hidrologi lahan, luas kawasan rawa pasang surut

potensial dapat diperbesar. Maka disamping reklamasi, perluasan kawasan

potensial merupakan gatra (aspek) pula dari pengembangan lahan rawa pasang

surut. Akan tetapi oleh karena perluasannya bersifat buatan (menggiatkan gejala

alam), kelestariannya bergantung pada kemantapan dukungan teknologi.

Perluasan kawasan rawa pasang surut dengan teknologi mempunyai padanan pada

lahan atasan berupa perluasan jaringan irigasi. Dalam pengembangan lahan rawa

pasang surut (juga lahan rawa yang lain) terlibat banyak sekali kegiatan teknik

sipil, mulai dari tahap awal, kemudian pemantapan, sampai dengan tahap akhir

berupa pemeliharaan hasil pengembangan. Pekerjaan pemantapan dan

pemeliharaan sangat penting karena hidrologi lahan peka terhadap perubahan

kecil saja pada salah satu faktor pengendalinya, khususnya hidrologi lahan pasang

surut. Faktor pengendali hidrologi yang terpenting adalah tata saluran. (Syafroe,

2011).

Page 52: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

27

Seperti pada agrosistem lainnya, sistem agribisnis dilahan pasang surut

perlu mencakup : 1) subsistem produksi berupa penerapan teknologi produksi 2)

subsistem sarana dan prasarana pertanian seperti pengembangan prasarana tata air

serta penyediaan sarana produksi dan jasa tenaga kerja, 3) subsistem pengolahan

hasil atau agroindustri, 4) Subsistem pemasaran dan distribusi, 5) Subsistem

pendukung. Setiap subsistem tersebut memerlukan kelembagaan yang sesuai dan

ditata dalam suatu tatanan yang sinergis dan harmonis melalui peningkatan

kemampuan dan pemberdayaan masyarakat maupun kelembagaan yang sudah ada

(Alihamsyah et al, 2003 dalam Subagyo et al, 2006)

Menurut Dewi (2003) yang dikutip oleh Tulak (2009), adanya pergeseran

orientasi pembangunan transmigrasi kearah pengembangan wilayah menyebabkan

pemukiman transmigrasi didesain untuk ditumbuh kembangkan menjadi pusat-

pusat pertumbuhan. Sejalan dengan hal tersebut maka kawasan eks transmigrasi

harus terbuka bagi penanaman modal, khususnya investasi agribisnis berbasis

lahan dengan penekanan usaha di sektor pertanian.

2.4.2. Keberlanjutan Wilayah Pasang Surut

Pembangunan berkelanjutan (sustanaible development), merupakan suatu

konsep pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan geberasi sekarang tanpa

mengorbankan generasi yang akan datang. Keberlanjutan pembangunan dilihat

dari tiga dimensi keberlanjutan, sebagaimana yang dikemukakan Serageldin

(1996) sebagai a triangular framework yaitu keberlanjutan ekonomi, sosial dan

ekologi, dan kemudian ditambahkan oleh Spangerberg (1999), berupa dimensi

kelembagaan sebagai dimensi keberlanjutan yang keempat, sehingga membentuk

prisma keberlanjutan ( Prism of Sustainability) (Rustiadi et a., 2009).

Pembangunan berkelanjutan muncul dengan terlebih dahulu menjelaskan

pandangan-pandangan tentang lingkungan yang dimiliki masyarakat, yang

meliputi tiga tahapan, yakni: lingkungan untuk pembangunan ekonomi,

lingkungan untuk keperluan manusia, dan terakhir lingkungan untuk lingkungan.

Kelemahan padangan pertama dan kedua telah dievaluasi yakni menghasilkan

kondisi lingkungan yang bisa dikatakan mengkhawatirkan (Susilo, 2008).

Page 53: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

28

Kemiskinan merupakan cerminan dari kondisi lingkungan gambut,

khususnya produktivitas sumberdaya lahan dan sumberdaya manusia yang

tersedia di lahan gambut, selain itu keterbatasan sarana dan prasarana seperti

infrastruktur jalan, akses pasar, pelayanan sarana produksi, pelayanan publik,

pendapatan penduduk dilahan gambut tergolong rendah, terutama yang

mengandalkan usaha taninya hanya pada komoditas padi. Permasalahan

kemiskinan menjadi penting mengingat kerusakan lingkungan lahan dan hutan

gambut terkait dengan keberadaan penduduk dikawasan gambut dan sekitarnya,

karenanya pemberdayaan dan peningkatan kapasitas masyarakat dilahan gambut

tidak hanya penting bagi peningkatan kesejahteraan tetapi juga terkait pelestarian

dan konservasi lahan gambut kedepan, dan pemberian insentif sebagai

kompensasi upaya pelestarian dan konservasi lingkungan perlu dilembagakan

(Noor, 2001).

Pembangunan pertanian di masa depan harus mendorong, memotivasi,

membantu dan memberikan fasilitas pada petani sebagai pelaksana utama atau

subyek pembangunan pertanian secara mandiri, agar mampu mengambil

keputusan di lapangan, sehingga muncul pendapat bahwa pertanian berkelanjutan,

pertanian yang utuh dan lestari menjadi kecenderungan pembangunan pertanian di

Indonesia masa depan. Petani kecil terlebih petani gurem bukanlah tidak rasional

dan tidak responsif terhadap insentif ekonomi dan inovasi teknologi, mereka

miskin dan statis bukan karena kebodohannya, tetapi karena tidak memiliki aset

produktif yang memadai, kurangnya insentif ekonomi, dan terbatasnya

infrastruktur publik (Hamengku Buwono X, 2005).

Pembangunan wilayah transmigrasi bertujuan membuka isolasi wilayah,

menambah tenaga kerja petani, mendukung keetahanan pangan, pembangunan

sarana sosial ekonomi dan pembentukan desa-desa baru. Dalam Undang-Undang

No. 15 tahun1997 tentang pengembangan wilayah transmigrasi, maka wilayah

transmigrasi merupakan wilayah potensial yang ditetapkan sebagai pengembangan

pemukiman untuk mewujudkan pusat pertumbuhan wilayah yang baru sesuai

dengan rencana tata ruang wilayah (Tulak, 2009).

Page 54: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

29

2.5 Penelitian Terdahulu

Strategi nasional pengembangan rawa atau yang telah dilakukan pada

proyek NLDS (National Lowlands Development Strategy) memberikan kerangka

acuan untuk pengelolaan rawa terpadu, yang menyoroti aspek-aspek kebijakan,

hukum, dan kelembagaan, dan strategi-strategi untuk konservasi pertanian yang

ada dan pengembangan baru yang berkaitan erat. Penelitian yang dilakukan oleh

Pramanti (2010) yang bertujuan untuk mengetahui perubahan interaksi sosial

masyarakat transmigran sebagai akibat adopsi teknologi pengelolaan lahan rawa

pasang surut kearah yang dikehendaki, di Desa Telang Karya, Kecamatan Muara

Telang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.

Populasi penelitian ini adalah masyarakat transmigran di Desa Telang

Karya, Kecamatan Muara Telang, yang terdiri dari empat petak sekunder yaitu:

petak P8-11S (sebanyak 20 responder), petak P8-12S (sebanyak 11 responden),

petak P8-13S (sebanyak 16 responden), dan petak P8-14S (sebanyak 19

responden). Sampel penelitian berjumlah 11 persen dari jumlah populasi yang

ada, yaitu 66 KK. Teknik penarikan contoh dilakukan dengan menggunakan

teknik random sampling. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan

mengkombinasikan tiga teknik berikut ini, yaitu, wawancara terstruktur

(kuesioner), observasi, wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini adalah

berupa derajat hubungan (nilai koefisien korelasi): variabel endogenous

(perubahan intraksi sosial masyarakat transmigran) sebagai akibat variabel

eksogenous (adopsi teknologi pengelolaan lahan rawa pasang surut) yang

didekomposisikan ke dalam empat tahap pengelolaan lahan rawa pasang surut

(pengendalian gulma pra tanam, pengelolaan lahan, pengairan, dan penanaman)

masing-masing terhadap lima komponen perubahan interaksi sosial, yaitu:

kerjasama (K), persaingan (P), nilai-nilai tradisional (NT), status sosial ekonomi

(SE), dan konflik (KF).

Penelitian sebelumnya oleh Pramono (2003), memperoleh kesimpulan

bahwa lahan pasang surut merupakan potensi yang besar untuk menghasilkan

pangan dengan produktivitas yang tinggi apabila dilakukan dengan menerapkan

teknologi spesifik lokasi yang didukung oleh iklim agribisnis yang kondusif.

Page 55: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

30

Berikut hasil identifikasi permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan usaha

tani di Kabupaten Banyuasin.

Tabel 4 Identifikasi Masalah Usaha Tani di Kabupaten Banyuasin

No Kelompok Masalah Peringkat

Masalah

1 Kondisi saluran banyak yang dangkal dan pintu air

belum ada pada saluran tersier

1

2 Kemasaman tanah tinggi (kandungan Fe/pirit) dan

salinitas pada saat musim kemarau yang menyebabkan

keracunan pada tanaman

2

3 Harga benih yang mahal 3

4 Harga pupuk KCL yang mahal 4

5 Serangan hama tikus pada tanaman padi pada musim

tanam II (musim kemarau)

5

6 Pengeringan dan penyimpanan gabah pada saat setelah

panen yang bersamaan dengan musim hujan

6

7 Harga jual gabah masih di bawah standar pembelian

pemerintah yang dilakukan oleh UPGB

7

8 Kurangnya pengetahuan tentang teknologi budidaya

dan alsintan untuk tanaman palawija

9

9 Kurangnya pengetahuan tentang teknologi budidaya

untuk pemeliharaan ikan

10

10 Rendahnya produktivitas kelapa milik petani 11

11 Kurangnya pengetahuan tentang teknologi budidaya

ternak sapi dan masih kurangnya pengetahuan

teknologi pemeliharaan ternak yang produktif

12

12 Belum ada fasilitas IB untuk perkawinan ternak sapi

dan masih kurangnya pengetahuan teknologi

pemeliharaan ternak yang produktif

14

13 Jalan poros desa masih rusak sehingga menyulitkan

transportasi terutama pada musim hujan

13

14 Kelembagaan tani belum aktif 8

Sumber: BPTP Sumsel, 2007, dalam Pramono (2003)

Dari penelitian diketahui bahwa masalah utama di daerah pasang surut di

Kabupaten Banyuasin ini adalah kondisi saluran banyak yang dangkal dan pintu

air belum pada saluran tersier, dengan peringkat masalah ke 1.

Selanjutnya Syahrial (2006), yang melakukan penelitian dengan metode

survai lapangan dan pemanfaatan teknologi penginderaan jauh, di tiga lokasi

dengan tingkat perkembangan wilayah berbeda yaitu daerah maju di Delta Telang

Page 56: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

31

I, daerah sedang di Delta Saleh dan daerah tingkat perkembangan rendah di Air

Sugihan Kiri. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan lahan sebagai sawah

paling dominan, di Delta Telang I 46,58 persen (30.918,00 ha), Delta Saleh 34,07

persen (17.518,00 ha) dan Air Sugihan Kiri 32,65 persen (26.373,24 ha). Terjadi

penurunan dan penambahan luas pemanfaatan lahan seperti hutan mangrove,

kelapa dan semak belukar.

Hutan mangrove sekunder dari hasil interpretasi Citra memperlihatkan

terjadi penurunan luas di Delta Telang I dan Air Sugihan Kiri dari 3.816,00 ha,

7.548,21 ha pada tahun 1992 menjadi 2.483,00 ha, 1.949,84 ha pada tahun 2002.

Hutan mangrove primer terjadi penurunan luas di Delta Telang I, Delta Saleh dan

Air Sugihan Kiri dari 4.446,00 ha, 3.259,44 ha, dan 9.331,47 ha pada tahun 1992

menjadi 2.268,36 ha, 2.068,56 ha, dan 7.052,40 ha pada tahun 2002. Kebun

kelapa di Delta Telang I, Delta Saleh dan Air Sugihan Kiri terjadi penambahan

dari 7.729,40 ha, 0 ha, dan 2.876,85 ha pada tahun 1992 menjadi 8.288,16 ha,

3.882,84 ha, dan 14.435,16 ha pada tahun 2002. Semak belukar di Delta Telang I,

Delta Saleh dan Air Sugihan Kiri terjadi penambahan dari 4.034,00 ha, 7.889,40

ha, dan 11.398,05 ha pada tahun 1992 menjadi 7.882,58 ha, 9.345,78 ha,

16.715,25 ha pada tahun 2002.

Kondisi jaringan reklamasi sebagian besar belum berfungsi secara optimal,

kecuali di Telang I Desa Telang Karya (P8-12S) dan Delta Saleh (P10-2S). Pola

tanam di Delta Telang I umumnya padi-padi (IP-200), Delta Saleh sebagian padi-

jagung atau kedelai (IP-150) dan Air Sugihan Kiri umumnya padi-bera (IP-100).

Kondisi fisik tanah di tiga Delta, mencerminkan tanah masih sesuai untuk lahan

pertanian. Perbaikan bangunan air dan prasarana jaringan reklamasi, dan

pemeliharaan, penguatan kelembagaan petani (Kelompok Tani), masih sangat

diperlukan.

Page 57: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis

3.1.1 Pendekatan Carrying Capacity (daya dukung lahan)

Analisis Daya Dukung (Carrying Capacity Ratio/CCR) merupakan suatu

alat perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran mengenai hubungan

antara penduduk, penggunaan lahan dan lingkungan. Pada Sektor pertanian,

kemampuan daya dukung (Carrying Capacity Ratio) merupakan perbandingan

antara lahan yang tersedia dan jumlah petani. Sehingga perlu diketahui luas lahan

rata-rata yang dibutuhkan per keluarga, potensi lahan yang tersedia dan

penggunaannya untuk kegiatan non-pertanian (Bratakusumah dan Riyadi, 2004).

Selanjutnya Bratakusumah dan Riyadi (2004), mengemukakan

keseimbangan antara daya dukung dari suatu lahan dan keberadaan penduduk juga

bisa diperhitungkan, sehingga bisa diperkirakan daya serap potensi lahan

dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada, sehingga keseimbangan antara

potensi alam/lingkungan dan sumberdaya manusia tetap terjaga, dan dapat

menimbulkan multiflier effect, dimana pengangguran bisa diperhitungkan dan

diatasi. Selain itu kondisi lingkungan dan ekosistem yang ada di wilayah

pembangunan akan tetap terpelihara dan termanfaatkan sesuai dengan

peruntukannya yang logis dan seimbang.

Meskipun analisis daya dukung merupakan upaya untuk mengetahui

perbandingan antara jumlah lahan dan jumlah penduduk, penggunaannya tidak

hanya untuk sektor pertanian atau perkebunan. Dengan ditunjang alat-alat

lainnya, analisis ini juga dapat digunakan untuk membantu menentukan kegiatan

dalam bidang atau sektor apa saja yang layak dikembangkan di suatu daerah.

Konsep daya dukung menekankan kemampuan suatu daerah (wilayah)

untuk mendukung jumlah maksimum populasi suatu spesies secara berkelanjutan

pada suatu tingkat kebutuhan sumberdaya yang diperlukan. Dengan demikian

kemampuan ini sangat tergantung pada kekayaan sumberdaya yang dimiliki oleh

suatu daerah dan tingkat kebutuhan sumberdaya oleh suatu organisme,

Page 58: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

34

kemampuan daerah (wilayah) tersebut tidak pernah berkurang atau secara terus

menerus terpelihara (Rustiadi, 2010).

Raganathan dan Daily (2003) dalam Rustiadi (2010) menyatakan bahwa

jika dihubungkan dengan jumlah penduduk yang mampu didukung (ditampung)

oleh lingkungan hidup di suatu wilayah secara berkelanjutan, konsep daya dukung

menjadi lebih rumit karena peranan yang unik dari kebudayaan manusia.

Terdapat tiga faktor kebudayaan yang saling terkait secara kritikal dengan daya

dukung suatu wilayah, yaitu :

1) Perbedaan-perbedaan individual dalam hal tipe dan kuantitas sumberdaya

yang dikonsumsi

2) Perubahan yang cepat dalam hal konsumsi sumberdaya

3) Perubahan teknologi dan perubahan budaya lainnya

Daya dukung suatu wilayah dari segi penyediaan lahan dalam memenuhi

kebutuhan hidup manusia dinyatakan dalam kemapuan lahan dalam memenuhi

kebutuhan hidup manusia dinyatakan dalam kemampuan lahan produktif di

wilayah tersebut menghasilkan produk hayati (biocapacity). Lahan produktif

terdiri atas : 1) lahan pertanian (cropland); 2) lahan peternahan (pasture); 3)

Perikanan (fishery); 4) hutan (forest); 5) lahan terbangun (built up area); 6) lahan

penyerapan karbon (biomassa energy).

Selanjutnya menurut Rustiadi et al. (2010), status daya dukung lahan

merupakan gambaran antara rasio atau selisish ketersediaan lahan (supply) dan

sisi kebutuhan lahan (demand), jika “supply > demand”maka status daya

dukungnya adalah “surplus”, sedangkan jika “supply < demand “maka status daya

dukungnya adalah “defisit”, interpretasi status tingkat keberlanjutan dapat

dikembangkan kearah dua pengkategorian, yakni : 1) neraca daya dukung lahan

berbasis standard absolute daya dukung dan 2) neraca daya dukung lahan berbasis

pergeseran relatif.

Daya dukung lahan adalah nilai maksimum kerapatan atau biomassa

populasi yang dapat didukung pada wilayah tertentu. Nilai ini dapat berubah

seiring waktu, dan dipengaruhi oleh perubahan faktor lingkungan (seperti curah

hujan, temperatur), sumber daya alam. Konsep ini telah dikenal lebih dari 150

tahun yang lalu dan digunakan selama ini (Harvitgsen, 2001).

Page 59: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

35

3.1.2 Struktur Nafkah dan Tingkat Kesejahteraan

Secara spesifik kesejahteraan dinilai dari kekurangan pendapatan,

konsumsi, pemilikan harta benda baik diam maupun bergerak, aset modal dan

stok. Nilai minimum penghasilan rumah tangga miskin adalah kurang dari 1920

kg setara beras per rumah tangga pertahun (Sajogyo, 1993). Makin tinggi

pendapatan diasumsikan makin baik konsumsi kalori dan gizi.

Keprihatinan akan hilangnya hak-hak hidup individu dan masyarakat

karena hempasan sistem ekonomi kapitalisme global dan kehancuran sumber daya

alam dan lingkungan hidup akibat modernitas akhir (late modernity) merupakan

landasan pemikiran mengapa kita perlu memahami sistem nafkah/penghidupan

dimasa depan. Menurut Sajogyo “Kita perlu memahami sistem

nafkah/penghidupan pedesaan guna mengungkap akar persoalan tata-penghidupan

serta kerentanan-kerentanan yang menyertai sistem penghidupan (livelihood

vulnerability) penduduk pedesaan”. Persoalan kemiskinan kemudian menjadi

derivatnya. Selain itu implikasi persoalan struktural pedesaan yaitu :

1).ketimpangan penguasaan sumber-sumber nafkah agrarian yang menajam, 2).

Hilangnya berbagai sumber nafkah. Perkembangan sistem penghidupan dan

nafkah pedesaan tidak bisa lepas dari keseluruhan proses destabilisasi sistem

sosial-ekonomi yang melanda pedesaan yang merupakan upaya menyelaraskan

eksistensi mereka terhadap arus perubahan sosial dan menghasilkan sejumlah

gambaran dinamik sistem penghidupan dan nafkah pedesaan (Dharmawan, 2007)

Keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh tiga nilai pokok,

yaitu 1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya (basic needs), 2) meningkatkan rasa harga diri (self-esteem) masyarakat

sebagai manusia dan 3) meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memilih

(freedom from servitude) yang merupakan salah satu hak azasi manusia (Todaro,

2000).

Pada Mahzab Bogor, Strategi penghidupan dan nafkah pedesaan dibangun

selalu menunjuk ke sektor pertanian (dalam arti luas). Dalam posisi sitem nafkah

yang demikian, basis nafkah rumah tangga petani adalah segala aktifitas ekonomi

pertanian dan ekonomi non pertanian (Dharmawan, 2007).

Page 60: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

36

Menurut Dharmawan (2001), diversifikasi kegiatan dan melakukan banyak

pekerjaan diluar sektor pertanian merupakan cara umum dan yang paling banyak

dilakukan dalam strategi bertahan hidup masyarakat petani, tidak adanya lahan

dan lemahnya ekonomi dari hasil pertanian untuk menyediakan pendapatan yang

memadai, menyebabkan rumahtangga petani menggeser orientassinya dan

melakukan aneka jenis kegiatan non farm baik diwilayah desa maupun di

perkotaaan.

Pendapatan Farm adalah total bersih pendapatan tahunan baik tunai dan

lainnya yang diperoleh dari semua kegiatan pertanian yang dilakukan

rumahtangga dalam setahun, pendapatan ini termasuk semua pendapatan yang

didapat dari lahan milik sendiri dan pendapatan yang diperoleh dari lahan bukan

milik sendiri, misalnya bagi hasil. Pendapatan Off Farm adalah total bersih

pendapatan tahunan baik tunai dan lainnya yang diterima oleh rumahtangga

sebagai konsekuensi dari meminjamkan lahan kepada orang lain. Pendapatan Non

farm adalah total pendapatan bersih baik berupa tunai dan lainnya yang diperoleh

rumahtangga dari semua kegiatan ekonomi selain sektor pertanian (Dharmawan,

2001).

Struktur perekonomian perdesaan secara perlahan namun pasti akan terus

bergeser ke sektor-sektor hilir (sekunder dan tersier) dicirikan dengan semakin

dominannya pekerja pedesaan yang pekerjaan utamanya disektor off farm dan

semakin banyaknya petani yang juga memiliki pekerjaan off farm, sedangkan

petani yang bekerja di bidang on farm menjadi sangat minoritas, walaupun

diversifikasi hulu hilir terus terjadi dan makin didominasi sektor hilir, sistem

ekonomi perdesaan akan tetap dicirikan oleh sistem produksi atau industri yang

berbasis sumberdaya lokal (Rustiadi, 2011).

Secara fungsi agribisnis, sistem pertanian berkelanjutan meliputi tiga

subsistem utama yang satu sama lain saling terkait erat, yaitu: (1) on-farm

agribusiness, (2) off-farm agribusiness, dan (3) business environment. On-farm

agribusiness terdiri dari kegiatan-kegiatan budidaya tanaman dan hewan,

pemanenan (ekstraksi) tanarnan dan hewan serta penanganan pasca panen, dan

penjualan dan pernasaran produk primer (bahan rnentah) pertanian (Tim IPB-

Bappenas: 1996).

Page 61: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

37

Off-farm agribusiness secara garis besar terbagi dua, yakni kegiatan-

kegiatan industri hulu pertanian (backward-linkage industries atau upstream

agribusiness activities) dan kegiatan-kegiatan industri hilir pertanian (foreward-

linkage industries atau downstream agribusiness activities). Industri dan kegiatan

agribisnis hulu pertanian rneliputi: (1) industri input produksi budidaya pertanian

(pupuk, pestisida, dan benih) dan industri rnesin serta peralatan budidaya

pertanian; dan (2) penyampaian serta distribusi bahan-bahan input budidaya

pertanian dan mesin serta peralatan pertanian. lndustri dan kegiatan agribisnis hilir

pertanian rnencakup: (1) procurement bahan mentah, (2) industri pengolahan

bahan rnentah produk primer rnenjadi bahan setengah jadi dan bahan jadi, (3)

penjualan serta pernasaran bahan setengah jadi dan bahan jadi (Dahuri, 1998).

Ukuran garis kemiskinan nasional adalah jumlah rupiah yang diperlukan

oleh setiap individu untuk makanan setara 2100 kilo per orang/hari dan untuk

memenuhi kebutuhan non makanan berupa perumahan, pakaian, kesehatan,

pendidikan, transportasi dan aneka barang/jasa lainnya. Biaya untuk membeli

2.100 liko kalori/hari disebut sebagai garis kemiskinan, sedangkan biaya untuk

membayar kebutuhan minimum non makanan disebut sebagai garis kemiskinan

non makanan. Mereka yang pengelurannya lebih rendah dari garis kemiskinan

disebut sebagai penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan atau penduduk

miskin (Bappenas, 2010). Berdasarkan ambang batas standar Internasional (world

Bank) maka garis kemiskinan adalah 1 $ per orang per hari (PPP) dan 2 $ per

orang per hari (PPP).

3.1.3 Kondisi Sosial Ekologi

Menurut Honachefsky (2000), jejak ekologi sebuah negara terdiri dari

populasi, Ecologi Footprint (ha/kapita), Biocapacity yang tersedia (ha/capita),

dan defisit ekologi (ha/kapita). Dalam perspektif dinamika kependudukan, krisis

ekologi bermula dari jumlah penduduk manusia di planet bumi yang terus

meningkat secara signifikan. Dinamika itu menghasilkan perubahan status stabil

ke instabil sebuah ekosistem yang sangat cepat, dimana alam mengalami tekanan

ekologis yang luar biasa. Dari perspektif pembangunan, strategi pertumbuhan

growth mania syndrome di seluruh negara di dunia., yang memaksa pemerintahan

Page 62: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

38

disetiap negara memacu pembangunan melalui eksploitasi sumber daya alam

secara besar-besaran dan habis habisan tanpa mengindahkan konservasi secara

seimbang. Dalam ekologi kontemporer, bidang ilmu ini sangat memperhatikan

pada persoalan pemenuhan kebutuhan pokok dan nafkah manusia, termasuk gizi

dan kesehatan masyarakatnya.

Ekosistem rawa merupakan proses, fungsi dan struktur dinamis dari

ekosistem itu sendiri dengan atribut yang mendukung nilai-nilai sosial. Atribut

dari struktur ekosistem antara lain sebagai wilayah penyangga pelestarian plasma

nutfah (biodiversity), memiliki keunikan dimana didalamnya tersimpan warisan

dan budaya kearifan lokal, serta ladang penggalian ilmu pengetahuan (Barchia M.

F, 2006).

Dengan menggali kearifan lokal kemiskinan tidak hanya dapat dikurangi

(relieving) tetapi juga dapat dihindari (preventing) karena lestarinya sumber daya

bagi generasi berikutnya (Soerjani, 2005; dalam Pattinama, 2009). Kearifan lokal

mengandung norma dan nilai-nilai sosial yang mengatur bagaimana seharusnya

membangun keseimbangan antara daya dukung lingkungan alam dengan gaya

hidup dan kebutuhan manusia. Oleh karena itu kearifan lokal seharusnya tidak

terpisahkan dengan kebijakan anti kemiskinan (Pattinama, 2009).

Secara ekonomi dan sosial, struktur masyarakat desa menggambarkan

komunitas yang menghadapi keterbatasan sumberdaya alam sekelilingnya, namun

komunitas desa memiliki ciri yang kuat berupa adanya beragam tipe ikatan sosial

asli (indigenous social capital) yang berbasis kelembagaan sosial dalam

kehidupan tradisional. Hubungan sosial yang kuat sesama warga, merupakan

ikatan yang sangat berguna sebagai “asset sosial” karena menjadi landasan

penting terbangunnya fundamental sosial penting berupa Societal-networking

yang membuat aktivitas ekonomi rumahtangga dapat disusun secara konstruktif

diatasnya (Dharmawan, 2007).

Kebanyakan isu lingkungan memiliki aspek-aspek “the common” di

dalamnya. Inti dari semua teori sosial adalah perbedaan antara manusia yang

dimotivasi oleh kepentingannya yang sempit dan manusia yang dimotivasi oleh

pandangan masyarakat secara keseluruhan. Logika “tragedy of the common”

sepertinya tidak bisa di hindari. Pemindahan hak milik (penguasaan) terkadang

Page 63: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

39

mengganggu ketersediaan sumberdaya, akibat berubahnya perilaku masyarakat

atas sumberdaya, dimana sumberdaya yang sebelumnya dilindungi dengan baik

menjadi sumberdaya yang dieksploitasi, sehingga proses transformasi penguasaan

sumberdaya dari sumberdaya yang dikuasai masayarakat (adat) lokal menjadi

sumberdaya milik negara mengarah pada : 1) penghilangan kelembagaan kearifan

lokal, 2) kapasitas monitoring dan kontrol institusi negara menjadi lemah,

3) pemanfaatan sumberdaya yang terjebak pada kondisi “de facto open

access”(Rustiadi et al, 2009).

Pembangunan kelembagaan diharapkan mampu mengatur kegiatan

individu-individu dan biaya pengendalian sosial (social cost) menjadi lebih

rendah dari manfaatnya (social benefits), banyak tipe kelembagaan yang dapat

dikembangkan untuk mengurangi distribusi konflik sumberdaya, kelembagaan

dapat mengatur insentif masing-masing anggotanya saat melakukan aktivitas

aktivitas tertentu terkait dengan upaya mencapai hasil yang mereka inginkan.

Kelembagaan merupakan komponen modal sosial, yaitu trust, network, norm dan

value.

Kriesber (1998) mengemukakan bahwa sosial “conflict exist when two or

more persons or groups manifest the belief that they have incompatible

objectives”. Beberapa faktor yang menjadi penyebab utama terjadinya konflik

menurut Soekanto (1995) adalah perbedaan individu, perbedaan budaya,

perbedaan kepentingan dan perubahan sosial. Dalam kondisi sumberdaya yang

bersifat open access, seolah-olah sumberdaya dapat dikuasai sembarang orang

disembarang waktu, namun sebenarnya pemerintah pada umumnya telah memiliki

regulasi pengelolaan sumberdaya, namun pada kondisi lainnya secara de facto

telah diatur masyarakat yang sering disebut sebagai aturan lokal dan hak ulayat,

sehingga konflik bisa terjadi (Satria, 2002).

3.1.4 Keberlanjutan Wilayah Pasang Surut (Regional Sustainability)

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan suatu

konsep pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa

mengorbankan generasi yang akan datang, keberlanjutan sebagaimana yang

dikemukakan Serageldin (1996), sebagai “triangular framework “ yakni

Page 64: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

40

keberlanjutan secara ekonomi, sosial, dan ekologi, sedangkan Spangenberg (1999)

menambahkan dimensi kelembagaan (institution) sebagai dimensi keberlajutan

keempat, sehingga keempatnya membentuk suatu prisma keberlanjutan (prism of

sustainability) (Rustiadi et al, 2009).

Konsep ini sesuai dengan muatan Peraturan Pememrintah No 2 tahun

2005. Perekonomian Desa : meningkatkan penghidupan masyarakat dan

pembangunan sarana ekonomi berbasis potensi lokal, pengembangan usaha

mikro, kelembagaan ekonomi dikaitkan dengan sumber daya manusia. Sosial

Budaya Desa : pembangunan pendidikan, sosial dan penguatan adat istiadat

setempat dalam rangka pengembangan partisipasi masyarakat yang melibatkan

segenap lapisan masyarakat, termasuk di dalamnya kelompok anak-anak pemuda

dan wanita. Mitigasi bencana : penataan ruang desa dengan fungsi khusus yaitu

mitigasi bencana, berupa pembangunan daerah daerah yang rawan bencana dan

tempat tempat yang digunakan untuk penampungan evakuasi warga ketika terjadi

bencana. Lingkungan hidup : penataan lingkungan yang menjaga keseimbangan

holistik antara kawasan budidaya dengan kawasan lindung dalam upaya menjaga

kelestarian penghidupan sebagian besar masyarakat.

Di masa depan, pengelolaan lahan gambut di Indonesia hendaknya menuju

upaya merevitalisasi fungsi hutan rawa gambut. Sehingga tercapai tiga tujuan

utama yaitu mengkonversi dan menggunakan hutan rawa gambut sesuai regulasi

serta kemampuan daya dukung lahan, merubah paradigma dalam peningkatan

usaha di lahan gambut yang harus selalu diharmonisasikan dengan lingkungan,

dan memperkaya teknologi modern dengan kearifan lokal melalui pengembangan

program partisipatif. Secara garis besar, berikut dapat dikemukakan beberapa

konsep konvensional tentang pengembangan wilayah (Komet Mangiri, 2000; Ati

widiati, 2000) , pengembangan wilayah berbasis sumber daya terdiri atas :

a. Pengembangan wilayah berbasis input, tetapi surplus sumberdaya manusia

b. Pengembangan wilayah berbasis input, tetapi surplus sumberdaya alam

c. Pengembangan wilayah berbasis sumberdaya modal dan manajemen

d. Pengembangan wilayah berbasis seni, budaya dan keindahan alam

e. Pengembangan wilayah berbasis penataan ruang (lokasi strategis)

Page 65: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

41

3.1.5. Teori Christaller

Walter Christaller (1933) menulis buku berjudul “Central Places In

Souhtern Germany”, dalam buku ini Christaller menjelaskan susunan besaran

kota, jumlah kota dan distribusinya dalam suatu wilayah, model Christaller

merupakan sistem geometri dimana angka tiga yang ditetapkan secara arbiter

memiliki peran yang sangat berarti, sehingga dikenal dengan sistem K=3 dari

Christaller (Tarigan, 2010).

Christaller dalam Tarigan (2010), mengembangkan modelnya untuk suatu

wilayah abstrak dengan ciri-ciri:

1. Wilayahnya adalah dataran tanpa roman, semua adalah datar dan sama.

2. Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah (isotropic surface).

3. Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata pada

seluruh wilayah.

4. Konsumen bertindak rasional sesuai prinsip minimasi jarak/biaya.

Model Christaller dikembangkan untuk mempelajari lokasi berbagai

kegiatan ekonomi regional dengan terlebih dahulu membuat asumsi bahwa ruang

adalah datar dan kondisinya kesemua arah adalah sama, sehingga kita dapat

mengetahui tingkah laku manusia dalam kondisi potensi ruang yang sama, dan

dipengaruhi oleh jarak (salah satu unsur ruang), jarak menciptakan gangguan

waktu, tenaga, informasi untuk mencapai satu lokasi ke lokasi lainnya, sehingga

semakin jauh suatu lokasi semakin berkurang potensi dari lokasi tersebut, makin

jauh lokasi makin menurunkan minat untuk menjangkaunya, sehingga tingkat

aksesibiltas menjadi faktor yang berpengaruh, dengan demikian aksesibitas

menaikkan potensi suatu wilayah (Tarigan, 2010).

Hirarki Pusat K=3 (Role Of Threes)

Dalam Rustiadi (2011), lokasi pusat (central Place) merupakan sejumlah

tempat dimana sejumlah produsen cenderung mengelompok di lokasi tersebut

untuk menyediakan barang dan jasa bagi populasi di sekitarnya. Lokasi pusat

tertata dalam suatu pola yang Vertikal maupun Horizontal.

Dalam Rustiadi (2011), Christaller (1933) berpendapat bahwa sistem

lokasi pusat membentuk suatu hirarki yang teratur, keteraturan dalam hirarki

didasarkan atas prinsip bahwa suatu tempat menyediakan barang dan saja tidak

Page 66: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

42

hanya untuk tingkatannya sendiri tetapi untuk semua barang dan jasa di orde yang

lebih rendah. Hubungan tersebut dipresentasikan dengan K (konstanta) yang

menunjukkan bahwa setiap pusat mendominasi pusat lain yang ordenya lebih

rendah dari wilayah pasarnya. Christaller menggunakan prinsip pemasaran untuk

menggambarkan organisasi sistem K=3 yaitu jumlah maksimum penawaran pada

konsumen yang terdistribusi secara merata diperoleh dari jumlah pusat yang

minimum (A, B dan C), pusat A dengan orde tertinggi menyediakan barang-

barang dengan nilai treshold tertinggi hingga terendah, yaitu sekaligus barang

yang dihasilkan di pusat B dan pusat C.

Prinsip Lalu Lintas K=4 (Traffic Principles)

Prinsip K=4 merupakan alternatif lain dari sistem K=3, karena sistem K=3

kurang baik dalam menggambarkan jarak tempuh, yaitu jauh karena harus

memutar dan berliku, menurut Christaller traffic principle sangat tepat jika

beberapa tempat penting terletak pada satu jalur traffic antar 2 kota penting,

dimana jalur tersebut dibangun selurus dan semudah mungkin, dan lokasi pusat

akan terbentuk sebagai jalur traffic yang lurus dan menyebar dari titik pusat

(Rustiadi, 2011).

Prinsip Administasi K=7 (Market Area)

Prinsip administrasi Christaller ini mengatur hierarki pusat dari sudut

pandang politik dan administrasi. Prinsip ini juga mengatur pusat yang berode

lebih rendah dimasukkan ke orde yang lebih tinggi karena alasan politik. Titik A

mendominasi 7 market area dibawahnya ( 1 market area + 6 sub ordinat market

area dibawahnya).

3.1.4 Teori Von Thunen

Johann Heinrich Von Thunen (1826), seorang ekonom dan tuan tanah di

Jerman, menulis buku yang berjudul “ Der Isolierte Statt in Beziehung auf Land

Wirtschaft“, buku ini diterjemahkan dalam bahasa Inggris (1966) menjadi “The

Isolated State in Relation to Agriculture” oleh Peter Hall (Tarigan, 2010).

Asumsi yang dibuat oleh Von Thunen adalah:

1. Wilayah analisis bersifat terisolir (isolated state) sehingga tidak dipengaruhi

oleh pasar dari kota lain.

Page 67: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

43

2. Tipe Pemukiman padat di pusat wilayah (pasar) dan semakin jarang bila

menjauh dari pusat (pasar).

3. Memiliki iklim, tanah dan topografi yang seragam.

4. Fasilitas pengangkutan adalah primitif dan relatif seragam.

5. kecuali jarak ke pasar, semua faktor alamiah yang mempengaruhi penggunaan

tanah seragam dan konstan.

Dari asumsi tersebut dikembangkan hipotesis:

1. Pusat kota sebagai tempat pemasaran, pusat digambarkan sebagai pusat

pemukiman, pusat industri dan sekaligus pusat pasar.

2. Biaya transportasi untuk mengangkut hasil kekota berbanding lurus dengan

jarak.

3. Petani secara rasional cenderung memilih jenis tanaman yang menghasilkan

keuntungan maksimal (Rustiadi, 2011).

Model ini berguna untuk menganalisis hubungan antara harga lahan

dengan penggunaan lahan dan persaingan penggunaan lahan antar sektor

perekonomian dan antar kelompok rumahtangga. Permintaan terhadap lahan

merupakan turunan permintaan (derived demand) dari kurva permintaan di pasar

output. Pada saat lahan digunakan untuk menanam padi, maka kenaikan

permintaan beras di pasar akan menyebabkan kenaikan harga beras dipasar, dari

sisi petani meningkatnya harga beras meningkatkan semangat memproduksi padi

lebih banyak, sehingga menimbulkan permintaan terhadap input-input yang

digunakan dalam bertanam padi, salah satunya lahan, sehingga menimbulkan

peningkatan harga lahan, harga lahan dicerminkan dengan sewa lahan

(Priyarsono, 2007).

Teori Von Thunen menghubungkan konsep ekonomi dengan lokasi

spasial, sehingga kesimpulan yang dapat diambil dari teori Von Thunen adalah:

1. Kecenderungan semakin menurunnya keuntungan akibat makin jauhnya lokasi

produksi dari pasar, namun terdapat perbedaan laju penurunan antar

komoditas.

2. Jumlah pilihan-pilihan menguntungkan yang semakin menurun dengan

bertambahnya jarak ke pusat pasar (Rustiadi, 2011).

Page 68: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

44

Kerangka Operasional

Berikut alur pemikiran dalam penelitian yang digunakan untuk

menganalisis carrying capacity serta kerentanan ekonomi, ekologi dan sosial, dan

merumuskan strategi pengembangan wilayah pasang surut di Kabupaten

Banyuasin Sumatera Selatan :

Gambar 2 Bagan alur pemikiran dalam penelitian.

Carrying capacity

kawasan

Ketahanan

Sosial

Kesejahteraan

Ekonomi

Ketahanan

Ekologi

Penduduk :

- Migrasi

- Adat

- Peralihan mata

pencaharian

- Konflik Sosial

Pendapatan :

- On Farm

- Non Farm

- Off Fam

- Kepadatan Agraris

- Daya dukung Kehidupan

Keberlanjutan

Wilayah Pasang Surut

Kelembagaan Kesejahteraan Kemiskinan

Ketersediaan :

- SDA

- Infrastruktur

Konsep Pengembangan Wilayah

Berbasis Sumberdaya

Defisit, Surplus, Waspada

Sumberdaya

Manusia

Sumberdaya Alam

Teknologi

Page 69: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

45

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan. Maka diduga

bahwa carrying capacity wilayah transmigrasi pasang surut ini telah mengalami

penurunan seiring dengan adanya kepadatan penduduk yang semakin meningkat.

Sehingga kemampuan mendukung kehidupan juga mengalami penurunan, dan

diduga terjadi penurunan status kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut,

yang diikuti dengan kerentanan terhadap kondisi sosial ekologi nya.

3. 4. Batasan Operasional

Untuk membatasi penelitian ini maka diperlukan batasan melalui definisi

operasional, sehingga istilah yang digunakan dalam penelitian ini bersifat spesifik,

sesuai kebutuhan dalam kegiatan penelitian saja. Adapun beberapa definisi

operasional dalam penelitian ini adalah :

Keberlanjutan Wilayah: Kemampuan suatu wilayah (lokasi studi) memenuhi

kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan

kebutuhan generasi yang akan datang, ditinjau dari

ketahanan ekonomi, ekologi dan sosial, serta daya

dukung lahan (CCR).

Wilayah Pasang Surut: Wilayah yang berada di kabupaten Banyuasin dan

memiliki topografi pasang surut (dalam hal ini lokasi

studi)

Carrying Capacity: Daya dukung lahan pasang surut

Status kesejahteraan: Tingkat pendapatan rumahtangga responden desa

studi yang dilihat dari tingkat pendapatan terhadap

garis kemiskinan 2$ per hari

Kondisi Sosial ekologi: Hasil identifikasi Sosial ekologi masyarakat yang

dilihat dari komponen yang ditetapkan dalam

penelitian ini

Pendapatan: Penghasilan bersih dari total kegiatan On Farm, Off

Farm dan Non Farm rumahtangga

Pendapatan On Farm: Pendapatan rumahtangga yang bersumber dari

kegiatan matapencaharian yang berbasis tanah dalam

Page 70: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

46

hal ini usaha tani padi di lahan pasang surut

(Dharmawan, 2001)

Pendapatan Off Farm: Pendapatan rumahtangga yang bersumber dari

pertanian tetapi rumahtangga tersebut tidak memiliki

lahan, berupa bagi hasil (Dharmawan, 2001).

Pendapatan Non Farm: Pendapatan rumahtangga yang bersumber dari

kegiatan mata pencaharian selain usaha tani padi

sawah pasang surut, berupa kegiatan pengolahan

hasil pertanian, penyediaan sarana produksi

pertanian, pemasaran hasil pertanian, serta

perdagangan dan jasa yang bersifat informal sebagai

penyedia kebutuhan masyarakat setempat

(Dharmawan, 2001).

Garis Kemiskinan: Garis kemiskinan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah standar garis kemiskinan word bank 2$ per

hari.

Klasifikasi Status Kesejahteraan: Diklasifikasikan berdasarkan nilai rata-rata

pendapatan total rumahtangga pertahun di satu desa,

menjadi 3 kelas yaitu kelas atas, kelas menengah dan

kelas bawah.

Kelas Atas: Rumahtangga yang memiliki pendapatan total

pertahun diatas pendapatan total rata-rata

rumahtangga pertahun di desa tersebut.

Kelas Menengah: Rumahtangga yang memiliki pendapatan total

pertahun sama dengan pendapatan total rata-rata

rumahtangga pertahun di desa tersebut.

Kelas Bawah: Rumahtangga yang memiliki pendapatan total

pertahun dibawah pendapatan total rata-rata

rumahtangga pertahun di desa tersebut

Page 71: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari 2012, bertempat di

Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Penentuan lokasi penelitian ini

ditentukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa kawasan ini

merupakan wilayah ex transmigrasi pasang surut terbesar di Sumatera Selatan dan

sekaligus sebagai salah satu sentra lumbung pangan.

Gambar 3 Peta Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan.

4.2 Jenis dan sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi langsung di lapangan melalui

wawancara dengan instrument kuisioner kepada responden yang merupakan

penduduk di wilayah pasang surut Kabupaten Banyuasin. Jenis data primer yang

dibutuhkan berupa data kepemilikan lahan atau luas lahan yang dimiliki, data

pendapatan, serta data tentang input sumberdaya yang dimiliki baik sumberdaya

manusia maupun sumberdaya alam.

Page 72: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

48

Data sekunder merupakan data dari instansi yang terkait dalam penelitian

ini, antara lain Dinas Tanaman pangan dan Holtikultura Kabupaten Banyuasin,

Pemerintah daerah Banyuasin, Badan Pusat Statistik, Kecamatan Muara Telang,

serta instansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini, data sekunder juga

diperoleh melalui studi pustaka dan literatur serta sumber data lainnya yang

menunjang Penelitian ini.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode pengambilan

sampel yang dilakukan secara sengaja (purposive sampling) terhadap populasi

penduduk di level rumah tangga dan Desa dengan kriteria sampel sebagai berikut:

1. Berdasarkan lokasi/daerah tempat tinggal

- Penduduk desa yang berada di pesisir

- Penduduk desa yang berada di daratan bagian dalam

2. Memiliki mata pencaharian utama sebagai petani (on farm)

3. Memiliki mata pencaharian berupa bagi hasil (off farm)

4. Memiliki mata pencaharian selain bertani (non farm)

5. Memiliki lahan untuk usaha tani, tempat tinggal dan usaha lainnya.

6. Unit analisis berada pada 3 level yaitu: rumahtangga ditingkat desa,

kecamatan dan kabupaten.

- Level rumahtangga ditingkat desa untuk mengkaji struktur nafkah dan

tingkat kesejahteraan rumahtangga

- Level Desa untuk menganalisis kepadatan agraris dan kemampuan

memdukung kehidupan

- Level kecamatan dan kabupaten untuk melakukan perhitungan carrying

capacity lahan pasang surut.

Sehingga dari jumlah penduduk yang ada di tiap desa tersebut, diambil

sampel sebanyak 40 rumahtangga per desa (dua desa) untuk mewakili populasi

tersebut, karena wilayah ini homogen yaitu rata-rata adalah rumahtangga petani

yang berasal dari program transmigrasi serta beberapa pendatang. Sehingga tidak

perlu membuat sampel yang terlalu besar.

Page 73: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

49

Pembuatan sampling frame, dimulai dari data desa, yang memperlihatkan

homogenitas wilayah yang masih terpelihara, dan berdasarkan daftar kepala

keluarga (KK) maka dilakukan pengambilan sampel sebesar 7% dari umlah KK

yang ada. Pengambilan sampel dilakukan secara acak terstatifikasi, dengan

menggunakan informan kunci (key informan), yaitu Kecamatan, Kepala Desa,

Kepala Dusun serta Kepala BPP, sehingga pengambilan sample langsung terarah

sesuai kriteria yang dibutuhkan dalam studi ini.

4.4 Metode Analisis Data

Penelitian ini dilakukan di tiga level yakni rumahtangga, desa dan wilayah,

dengan kajian di level rumah tangga yaitu analisis mikro berupa struktur

pendapatan, dan status kesejahteraan ekonomi dalam hal ini status dalam Poverty

Line (garis kemiskinan) dan kajian di level desa berupa pengukuran kepadatan

agraris dan kemampuan mendukung kehidupan, serta kondisi sosial untuk

menjamin kehidupan masyarakat lokal, serta analisis Carrying Capacity (daya

dukung lahan) dan identifikasi kondisi ekologi pada level wilayah (analisis

Makro), dalam hal ini kabupaten, kecamatan dan desa. Data tersebut kemudian

diolah secara kuantitatif menggunakan perhitungan matematis dan konsep

penghitungan sesuai kajian yang kemudian diuraikan secara sistematis.

4.4.1 Analisis Struktur Nafkah dan Status Kesejahteraan

Untuk mengetahui orientasi ketahanan ekonomi yang ada di wilayah

pasang surut ini, maka dilakukan analisis stuktur nafkah melalui perhitungan

pendapatan rumah tangga masyarakat wilayah tersebut,

dengan rumus :

Y = F + OF + NF

Dimana :

Y = Pendapatan rumah tangga dalam satu tahun

F = Pendapatan rumah tangga dari usaha disektor pertanian bersumber dari

lahan ( On Farm)

Page 74: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

50

OF =Pendapatan rumahtangga yang bersumber dari pertanian tetapi

rumahtangga tersebut tidak memiliki lahan sendiri, berupa bagi hasil

(Off Farm)

NF = Pendapatan rumahtangga yang bersumber dari kegiatan mata pencaharian

selain usaha tani padi sawah pasang surut (Non Farm)

Pendapatan on farm dan off farm rumahtangga yang digunakan sebagai

data adalah pendapatan total per tahun yang telah dikurangi biaya produksi selama

setahun, sehingga yang diambil adalah pendapatan bersih (netto). Begitu juga

pendapatan Non Farm rumahtangga yang digunakan sebagai data adalah

pendapatan total per tahun yang telah dikurangi modal usaha selama setahun,

sehingga diperoleh pendapatan bersih (netto). Ketiga sumber kegiatan

matapencaharian rumahtangga ini akan dipersentasekan untuk melihat kontribusi

masing masing kegiatan mata pencaharian dan kecenderungan pergeseran mata

pencaharian yang terjadi di kedua desa studi.

Untuk menghitung pendapatan Perkapita Maka digunakan formulasi:

Y/365 (hari)

Income/ kapita/hari =

Anggota Rumah Tangga

.Basis nafkah rumahtangga responden adalah petani sehingga hampir

semua rumahtangga yang dijadikan responden adalah rumahtangga yang memiliki

lahan berjumlah 35 KK dan sisanya adalah rumahtangga yang sama sekali tidak

memiliki lahan yaitu berjumlah 5 KK untuk masing-masing desa. Hal ini

dimaksudkan untuk melihat besaran kontribusi masing-masing kegiatan

matapencaharian rumahtangga berdasarkan kegiatan on farm, off farm dan non

farm, sehingga diperoleh struktur nafkah rumahtangga yang menggambarkan

struktur nafkah wilayah transmigrasi pasang surut.

Hasil perhitungan pendapatan ini akan dipersentasekan (%) untuk melihat

distribusi sebaran pendapatan responden (rumah tangga) di tiap desa Sampel serta

persentase peralihan mata pencaharian yang terjadi dari On Farm ke Off Farm,

dan ditampilkan dalam bentuk diagram Box Plot, melalui penggunaan program

Mini Tab. Selanjutnya hasil penghitungan pendapatan di bandingkan dengan

Page 75: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

51

standar garis kemiskinan (poverty line), dengan menggunakan indikator

kemiskinan menurut World Bank yaitu pendapatan US$ 2 per hari (konversi

Rupiah sebesar Rp. 9000/$) atau setara dengan Rp. 18.000/hari atau Rp. 540.000

per bulan/kapita.

Untuk mengetahui kontribusi pendapatan dari masing-masing kegiatan

mata pencaharian rumahtangga akan dibuat struktur nafkah rumahtangga

responden, yang selanjutnya dilakukan pengklasifikasian kelas rumah tangga

menjadi tiga kelas yaitu: rumahtangga kelas atas, kelas menengah dan kelas

bawah berdasarkan sebaran normal dan standar pendapatan rata-rata masing-

masing desa melalui box plot pendapatan rumahtangga.

Klasifikasi Status Kesejahteraan, diklasifikasikan berdasarkan nilai rata-

rata pendapatan total rumahtangga pertahun di satu desa, menjadi 3 kelas yaitu

kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah. Kelas Atas adalah Rumahtangga

yang memiliki pendapatan total pertahun diatas pendapatan total rata-rata

rumahtangga pertahun di desa tersebut. Kelas Menengah adalah Rumahtangga

yang memiliki pendapatan total pertahun sama dengan pendapatan total rata-rata

rumahtangga pertahun di desa tersebut. Kelas Bawah adalah Rumahtangga yang

memiliki pendapatan total pertahun dibawah pendapatan total rata-rata

rumahtangga pertahun di desa tersebut.

4.4.2 Analisis Daya Dukung (Carrying Capacity/CCR)

Menurut Bratakusumah dan Riyadi (2004), untuk mengetahui apakah daya

dukung lahan (carrying capacity) masih bisa menjamin keberlanjutan

(sustainability) pengembangan wilayah di daerah pasang surut tersebut, maka

dilakukan analisis carrying capacity. Analisis Daya Dukung (Carrying

Capacity/CCR) memberikan gambaran mengenai hubungan antara penduduk,

penggunaan lahan dan lingkungan. Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa

paling tidak ada dua variable pokok yang harus diketahui secara pasti untuk

melakukan analisis daya dukung, yaitu 1) Potensi lahan yang tersedia, termasuk

luas lahan dan 2) Jumlah Penduduk.

Page 76: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

52

Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis daya dukung pada

dasarnya bersifat fleksibel dan dinamis (cukup beragam), langkah-langkah

tersebut antara lain :

a) Identifikasi luas areal yang dapat digunakan untuk kegiatan pertanian.

b) Identifikasi frekuensi panen per hektar per tahun.

c) Tentukan jumlah keluarga dalam area tersebut.

d) Tentukan persentase jumlah petani yang ada di area tersebut.

e) Tentukan ukuran lahan rata-rata yang dimiliki petani.

f). Hitung kemampuan daya dukung dengan menggunakan rumus CCR.

Selanjutnya, cara sederhana untuk menghitung kemampuan daya dukung

suatu daerah dapat digunakan rumus matematis sebagai berikut :

Ai x ri

CCR =

H x h x Fi

Dimana :

CCR = Kemapuan daya dukung (Carrying Capacity)

A = Jumlah total area yang dapat digunakan untuk kegiatan pertanian (i)

r = Frekuensi panen per hektar per tahun (komoditi i)

H = Jumlah KK (Rumah tangga)

h = Persentase jumlah penduduk yang tinggal

F = Ukuran lahan pertanian rata-rata yang dimiliki petani

Asumsi umum untuk menginterpretasikan hasil perhitungan analisis daya

dukung tersebut, dapat terbagi dalam tiga bagian, yaitu :

1. Apabila CCR >1, berarti dilihat dari kuantitas lahannya, suatu wilayah masih

memiliki kemampuan untuk mendukung kebutuhan pokok penduduk dan masih

mampu menerima tambahan penduduk, pembangunan masih dimungkinkan

bersifat ekspansif dan eksploratif lahan.

2. Apabila CCR <1, berarti bahwa berdasarkan jumlah lahan yang ada, di wilayah

tersebut sudah tidak mungkin lagi dilakukan pembangunan yang bersifat

ekspansif dan eksploratif lahan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok

telah berkurang.

Page 77: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

53

3. Apabila CCR =1, berarti daerah tersebut masih memiliki keseimbangan antara

kemampuan lahan dan jumlah penduduk, pemenuhan kebutuhan pokok masih

dapat diatasi, namun kondisi ini harus diwaspadai oleh pemerintah daerah.

Perhitungan carrying capacity lahan hanya dilakukan pada lahan pertanian

pangan berupa sawah pasang surut dikarenakan wilayah studi ini merupakan

daerah penyangga pangan dengan komoditi unggulan berupa padi sawah pasang

surut, serta adanya pelarangan tanaman keras diaderah ini, sehingga untuk

tanaman palawija dan perkebunan bukan merupakan komoditi yang dijual

hanya berupa tanaman pekarang dan tanaman di tegalan, karenanya perhitungan

carrying capacity lahan hanya dilakukan pada lahan sawah pasang surut.

Perhitungan carrying capacity lahan pasang surut dilakukan di tiga level

wilayah studi yaitu desa, kecamatan dan kabupaten, hal ini dilakukan

mengingat jika dilakukan perhitungan secara administratif maka ada bias dalam

penghitungan CCR, sehingga jika dilakukan dalam lingkup ekosistem yang

lebih besar maka bias tersebut dapat dikurangi, namun ketersediaan data yang

dapat diperoleh hanya berupa wilayah administratif.

Asumsi wilayah kabupaten, kecamatan dan desa yang digunakan sebagai

perhitungan CCR ini berarti kajian daya dukung lahan yang dilakukan hanya

berupa lahan darat, tidak termasuk wilayah perairan, karena data yang

digunakan adalah data luas lahan pasang surut berdasarkan data kabupaten

dalam angka dari Badan Pusat Statistik, dalam hal ini Banyuasin dalam angka

2009 dan 2010, serta buku profil desa 2010.

4.4.3 Pengukuran Kepadatan Agraris

Tingkat kepadatan penduduk (population density) menggambarkan Jumlah

penduduk pada setiap 1 km2 dalam suatu wilayah. Konsep kepadatan penduduk

ini belum menggambarkan daya dukung dari suatu daerah dalam menampung

Jumlah penduduk, karenanya untuk mengetahui hal itu konsep yang digunakan

sebaiknya adalah konsep daya dukung (Bratakusumah, 2004).

Untuk mengetahui kondisi daya dukung ekosistem (ekologi) pasang surut

dalam menopang kehidupan sosial ekonomi penduduk setempat dilakukan

pengukuran kepadatan agraris, dengan formulasi sebagai berikut :

Page 78: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

54

Penduduk (Tahun tertentu)

Kepadatan Agraris =

Luas Lahan Subur

Sehingga :

Panen dalam setahun

Kemampuan Mendukung Kehidupan =

Penduduk (Tahun tertentu )

Hasil perhitungan kepadatan agraris akan menunjukkan tingkat kepadatan

lahan pertanian yang telah digarap, dan dilakukan pembandingan kepadatan

agraris dikedua desa studi dengan kemampuan mendung kehidupannya.

Selanjutnya hasil perhitungan kemampuan mendukung kehidupan ini

dikonversikan dengan nilai rupiah, dimana 1 kilogram gabah diasumsikan sebesar

Rp. 3000/kilogram gabah. Hasil konversi nilai gabah ini akan dibandingakn

dengan upah minimum regional (UMR) dan kebutuhan hidup rata-rata pekerja,

berdasarkan standar Badan Pusat Sattistik (BPS) Kabupaten Banyuasin yaitu

Banyuasin dalam angka tahun 2010.

4.4.4 Analisis Kualitatif

Untuk mengetahui dan mengidentifikasi kondisi ketahanan Sosial dijawab

dengan melakukan identifikasi dan menganalisis secara kualitatif komponen

ketahanan sosial yang didapat dari hasil wawancara dan pengamatan langsung

yang dilakukan, diolah secara tabulasi dan kemudian menguraikannya secara

deskriftif.

Adapun komponen ketahanan sosial ekologi (socio ecology sustainability)

yang digunakan untuk mengidentifikasi kondisi ketahanan sosial ekologi ini

adalah migrasi penduduk, peralihan mata pencaharian, konflik sosial, bencana

alam (banjir, erosi), desa adat, kepemilikan lahan (fragmentasi lahan),

infrastuktur, serta perubahan tutupan lahan, gangguan perubahan iklim, perubahan

curah hujan, dan masalah-masalah lingkungan lainnya yang mempengaruhi

ekosistem daerah pasang surut.

Page 79: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

55

4. 5 Matriks Penelitian

Secara ringkas matrik penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5 Matriks Penelitian

No Tujuan Alat Analisis Data

Jenis Sumber

1 Menganalisis

Carrying Capacity

- Analisis

CCR - Asumsi CCR

Data Luas lahan

Pertanian Data Jumlah

Penduduk

1. Data

Sekunder 2. Wawancara

3. Kuesioner

2 Untuk mengetahui

status kesejahteraan ekonomi

- Analisis

Pendapatan rumah tangga

- Garis

Kemiskinan (Poverty line)

Data primer tentang

pendapatan usaha pertanian (farm)

dan usaha non

pertanian (non farm)

1. Wawancara

2. Kuesioner

3 Untuk mengetahui

kondisi ketahanan

ekologi

- Pengukuran

kepadatan

agraris - Kemampuan

mendukung

kehidupan

Data primer dan

sekunder

1.Data

Sekunder

2. Wawancara 3. Kuesioner

4 Untuk mengetahui kondisi ketahanan

Sosial ekologi

- Analisis Kualitatif

Data primer dan sekunder

1. Data Sekunder

2. Observasi

3. Wawancara 4. Kuesioner

Page 80: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

V. KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

5.1 Kondisi Fisik

5.1.1 Letak, Batas dan Luas Wilayah

Letak suatu wilayah yang strategis akan memberikan kontribusi pengaruh

terhadap perkembangan wilayah tersebut. Kondisi umum daerah penelitian

berkaitan erat dengan Geografis dan Luas Wilayah, Topografi, Demografi,

Pendidikan, Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Masyarakat.

Kabupaten Banyuasin dibentuk berdasarkan pertimbangan pesatnya

perkembangan dan kemajuan pembangunan di Provinsi Sumatera Selatan dan di

kabupaten Musi Banyuasin Khususnya, sehingga Kabupaten Banyuasin

dimekarkan dari Kabupaten Musi Banyuasin berdasarkan Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2002 dan secara resmi Kabupaten Banyuasin berdiri tanggal 2 Juli 2002.

Secara Geografis Kabupaten Banyuasin mempunyai letak yang strategis

berada di jalur lintas antar Provinsi, jalur gerbang transportasi ekspor impor

melalui pelabuhan samudra Tanjung Api-api, dan mempunyai sumber daya alam

yang melimpah serta berbatasan langsung dengan Kota Palembang sebagai

ibukota Provinsi Sumatera Selatan.

Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu dari Lima Belas

Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Sumatera Selatan, secara geografis

terletak pada posisi 1,30- 4,00 Lintang Selatan dan 104,00 - 105,35 Bujur

Timur, dengan batas wilayah:

Sebelah Utara: Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi dan Selat

Bangka

Sebelah Timur: Kecamatan Pampangan dan Air Sugihan Kabupaten OKI

Sebelah Barat: Kecamatan Sei Lilin, Lais, Bayung Lencir Kabupaten Musi

Banyuasin

Sebelah Selatan: Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI, Kota

Palembang, Kecamatan Sungai Rotan, Kecamatan Talang Ubi

Kabupaten Muara Enim.

Page 81: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

58

Luas Wilayah Kabupaten Banyuasin 11.823,99 Km2 (1.182.300,99 Ha)

yang terdiri dari 15 Kecamatan terdiri dari 288 Desa dan 16 Kelurahan.

Kecamatan terluas yaitu Kecamatan Banyuasin II dengan wilayah seluas 2.681,28

km2 atau sekitar 22,66 persen dari luas wilayah Kabupaten Banyuasin.

Kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Air Salek dengan luas 380,35

Km2 atau 3,21% dari luas wilayah Kabupaten Banyuasin.

Daerah Penelitian yaitu Kecamatan Muara Telang, memiliki luas wilayah

1.150,06 Km2 dan berjarak 85 Km dari ibukota Kecamatan yaitu Telang Jaya.

Secara geografis Kecamatan Muara Telang terletak antara 10425’46’’sampai

10452’46’’Bujur Timur dan 2 31’13’’ sampai 357’17’’ Lintang Selatan, erdiri

dari 22 desa.

Tabel 6. Jumlah Desa/Kelurahan di Wilayah Penelitian Tahun 2010

Kecamatan Desa / Kelurahan

Muara Telang 1. Karang Anyar

2. Karang Baru

3. Marga Rahayu

4. Mekar Mukti

5. Mekar Sari

6. Muara Telang

7. Muara Telang Marga

8. Mukti Jaya

9. Panca Mukti

10. Sri Tiga

11. Sumber Hidup

12. Sumber Jaya

13. Sumber Mulya

14. Talang Indah

15. Talang Lubuk

16. Telang Jaya

17. Telang Karya

18. Telang Makmur

19. Telang Rejo

20. Terusan Dalam

21. Terusan Muara

22. Terusan Tengah

Sumber: Banyuasin dalam angka, 2010

Page 82: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

59

Batas – batas Wilayah Kecamatan Muara Telang, terdiri dari:

- Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan BA II dan Makarti Jaya

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Makarti Jaya dan Kecamatan

Tanjung Lago

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Lago

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Makarti Jaya.

5.1.2 Topografi dan Hidrologi

Menurut Topografinya wilayah kabupaten Banyuasin terdiri dari 80 persen

daratan rendah berupa pesisir pantai, rawa pasang surut dan lebak terletak di

bagian hilir sungai banyuasin, sedangkan 20 persen merupakan berombak sampai

bergelombang berupa lahan kering dengan ketinggian 0- 40 meter diatas

permukaan laut. Dataran rendah merupakan sumberdaya alam dibidang pertanian

tanaman pangan dan perikanan, dataran tinggi merupakan sumberdaya alam

perkebunan karet, kelapa sawit dan kelapa. Dataran rendah tersebut merupakan

lahan rawa yang telah direklamasi untuk penempatan transmigran di daerah ini.

Untuk Lokasi penelitian yaitu kecamatan Muara Telang sebagian besar

terdiri dari dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 10 m dpl yang sebagian

besar merupakan daerah eks transmigrasi yang dipengaruhi oleh pasang surut air

laut. Topografi ini sangat cocok untuk pengembangan budidaya tanaman

pertanian seperti persawahan padi dan tanaman pangan lainnya (Kecamatan

Muara Telang, 2012).

Pasang surut adalah proses naik turunnya muka laut secara periodik karena

gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari. Secara umum di

wilayah studi rata-rata pasang tertinggi (purnama) adalah 3,1 m dan pasang

terendah 0,79 m (Biotrop, 1984 dalam Eddrisea, 2004).

Proses pembentukan tanah didaerah Muara Telang sangat dipengaruhi oleh

proses alluvial, dengan pengaruh tambahan berupa air asin yang merembes atau

menggenangi permukaan tanah pada waktu pasang disebagian wilayah. Pada

wilayah yang tidak dipengaruhi air asin akan terbentuk tanah Tropaquent

(alluvial, gley humus dan gley humus rendah), faktor pembatas utama untuk

pertumbuhan tanaman adalah rendahnya kesuburan tanah, pengeloaan tata air

Page 83: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

60

mikro, salinitas dan netralisir kemasaman tanah, di daerah yang relatif rendah

dimana air pasang dapat masuk ke lahan dan pengaruh salinitas tidak begitu besar

masih dipergunakan untuk sawah (Yazid dan Susanto, 2002 dalam Pramono

2003).

Sedangkan jenis tanah di Kabupaten Banyuasin terdiri dari 4 jenis yaitu :

a) Organosol: terdapat di dataran rendah/rawa-rawa

b) Klei Humus: terdapat di dataran rendah/ rawa-rawa

c) Alluvial: terdapat di sepanjang sungai

d) Polzoik: terdapat di daerah berbukit-bukit

Letak lahan rawa pasang surut terletak di sepanjang pantai timur sampai ke

pedalaman meliputi wilayah Kecamatan Muara padang, Makarti Jaya, Muara

Telang, Banyuasin II, Pulau Rimau, Air Salek, Muara Sugihan, Sebagian

Kecamatan Talang Kelapa, Betung dan Tungkal Ilir. Dari sisi Hidrologi

berdasarkan sifat tata air, wilayah Kabupaten Banyuasin dapat dibedakan menjadi

dataran kering dan dataran basah yang sangat dipengaruhi pola aliran sungai.

Aliran sungan dataran basah pola alirannya rectangular dan di daerah dataran

kering pola alirannya dandritik. Beberapa sungai besar seperti sungai musi,

sungai banyuasin, sungai Calik, Sungai Telang, Sungai Upang dan yang lainnya

berperan sebagai sarana transportasi air disepanjang garis pantai lebih dari 150

Km. Sedangkan daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut aliran sungainya

adalah subparali, dimana daerah bagian tengah disetiap daerah sering dijumpai

genangan air yang cukup luas.

Lahan pasang surut dikelompokkan juga berdasarkan jangkauan air pasang

atau ketinggian/muka genangan air yang disebut tipe luapan. Tipe luapan

dibedakan berdasarkan siklus pasang bulanan, diman terdapat tipe A, B, C dan D

Pengelompokkan ini penting untuk arahan penataan dan pemanfaaatan lahan, juga

untuk penentuan sistem pengelolaan air dan pola tanam. Lahan bertipe luapan A

selalu terluapi air pasang besar dan kecil, baik pada musim hujan maupun pada

musim kemarau, sedangkan lahan bertipe luapan B hanya terluapi air pasang besar

pada musim hujan saja, lahan bertipe luapan C tidak terluapi air pasang tetapi

kedalaman muka air tanahnya kurang dari 50 cm, sedangkan lahan bertipe luapan

Page 84: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

61

D adalah seperti C hanya kedalaman muka air tanahnya tidak lebih dari 50 cm

(Badan litbang Deptan, 2002).

Untuk Kecamatan Muara Telang rata-rata bertipe luapan A dan B, untuk

desa Telang Rejo bertipe Luapan B sehingga tidak terpengaruh oleh air pasang

karena saat air pasang naik hanya berlangsung beberapa jam saja dan langsung

surut kembali hal ini juga dikarenakan lokasi desa di daerah pedalalam bukan

dipesisir muara sungai, sedangkan untuk Desa Mekar sari rata-rata bertipe luapan

A sehingga saat kemarau tetap terluapi air pasang tetapi tidak sampai merusak

tanaman padi disawah, akan tetapi saat musim hujan rata-rata terluapi pasang

besar dan terjadi banjir dilahan sawah petani sehingga merusak tanaman padi di

sawah, mengakibatkan gagal panen bahkan gagal tanam.

Kecamatan Muara Telang banyak dilalui sungai besar yaitu Sungai Telang

dan Sungai Upang. Keberadaan Sungai ini sebagai sumber air untuk kegiatan

Pertanian dan keperluan domestik. Kecamatan Muara Telang memiliki potensi

untuk pengambilan air bersih (intake). Daerah Aliran Sungai (DAS) Telang

memiliki debit air rata-rata 763m/detik, dan untuk aliran Sungai Telang yang

berada di bagian Barat dan Sungai Upang yang berada dibagian Timur

dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut (Kecamatan Muara Telang, 2012).

5.1.3 Iklim dan Curah Hujan

Wilayah Kabupaten Banyuasin memiliki tipe iklim B1 menurut klasifikasi

Oldemand dengan suhu rata-rata 26,10 - 27,40 Celcius dan kelembaban relatif

69,4 persen - 85,5 persen dengan rata-rata curah hujan 2.723 mm/tahun.

Kabupaten Banyuasin memiliki iklim tropis basah dengan variasi hujan antara

1,07 – 13,32 mm sepanjang tahun, dengan hari hujan 96 sampai 191 hari per

tahun, bulan hujan tertinggi pada bulan Oktober sampai Februari dan terendah

bulan Juni sampai Agustus. Seperti iklim kebanyakan di wilayah Indonesia,

secara umum terdapat dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan,

dimana pengaruh arus angin yang bertiup sangat mempengaruhi perubahan musim

tersebut.

Page 85: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

62

Kecamatan Muara Telang mempunyai iklim tropis dan basah dengan curah

hujan rata-rata 205,9 mm sepanjang tahun, dengan rata-rata hari hujan 11,5 hari

per bulan. Dengan iklim tropis basah ini , Kecamatan Muara Telang memiliki

kisaran temperature antara 27C sampai dengan 37C (Kecamatan Muara Telang,

2012).

5.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Wilayah Kabupaten Banyuasin yang sebagian besar berupa dataran rendah

yaitu pesisir pantai, rawa, pasang surut dan lebak mempengaruhi kehidupan sosial,

ekonomi dan budaya masyarakatnya. Dengan jumlah penduduk yang relatif besar,

potensi sumberdaya manusia yang cukup besar. Jumlah penduduk yang terus

meningkat dari tahun ke tahun. yang merupakan modal dasar bagi pembangunan

daerah.

Lahan pasang surut merupakan lahan marjinal yang rapuh dengan

karakteristik yang tidak stabil dan selalu berubah sesuai dengan perubahan

lingkungan. Pengelolaan yang salah dari awal akan berdampak negatif dan untuk

memperbaharuinya membutuhkan waktu yang lama sekali, atau bahkan tidak

dapat diperbarui sama sekali. Secara umum kendala yang dihadapi di lahan

pasang surut adalah mengembangkan sosial ekonomi dan kelembagaan (Purnomo,

2003).

5.2.1 Penduduk

Jumlah Penduduk Kabupaten Banyuasin Pada Tahun 2009 adalah 818.280

jiwa, yang diperoleh dari data kependudukan 15 Kecamatan. Dengan jumlah

penduduk laki-laki 412.200 jiwa dan perempuan 406.080 jiwa, sehingga Rasio

Jenis Kelamin 101,151 penduduk Laki-laki dan 100 penduduk Perempuan, hal ini

meunjukkan bahwa penduduk laki-laki berjumlah lebih banyak dari penduduk

perempuan. Jika dibandingkan antara jumlah penduduk dan luas wilayahnya

11.832.99 km2 maka rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Banyuasin pada

tahun 2009 adalah 69.15 jiwa/Km2. Jumlah Rumah Tangga sebanyak 196.230

KK dengan rata-rata anggota keluarga sebanyak 4.18 orang per KK.

Page 86: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

63

Sedangkan pada tahun 2010 jumlah penduduk Banyuasin mengalami

sedikit penurunan menjadi 797.425 jiwa, dengan kepadatan penduduk 67,39

jiwa/km2. Sedangkan untuk data jumlah rumah tangga pada tahun 2010 belum

tersedia, sehingga dalam penelitian ini diasumsikan bahwa rata-rata anggota

keluarga 4 orang per KK, dan diperoleh jumlah KK sebanyak 199.356 KK.

Penurunan jumlah penduduk ini dikarenakan adanya migrasi penduduk keluar

daerah, baik dikarenakan bekerja maupun sekolah di luar daerah, terutama

penduduk diusia sekolah dan usia produktif.

Salah satu tujuan pembangunan menyangkut kependudukan adalah

meningkatkan pemerataan persebaran penduduk. Dan melalui pemerataan

penduduk secara umum dapat membantu dalam usaha peningkatan kesejahteraan

penduduk. Oleh karena itu dalam usaha pemerataan penduduk idealnya komposisi

jumlah penduduk sebanding dengan luas wilayah suatu daerah (BPS, 2010).

Kepadatan penduduk di lokasi penelitian yaitu Kecamatan Muara Telang

adalah 48,45 jiwa/km dengan luas wilayah 1.150,05 km2 dan jumlah penduduk

53.605 jiwa, dari data tersebut dapat dilihat bahwa penduduk Kecamatan Muara

Telang tidak terlalu padat atau masih jarang. Jumlah rumahtangga di Kecamatan

Muara Telang sebanyak 12.856 rumah tangga, dengan rata-rata anggota rumah

tangga sebanyak 4,17 orang. Jumlah penduduk di desa yang menjadi lokasi

penelitian secara rincinya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:

Tabel 7 Jumlah Penduduk Desa/Lokasi Penelitian

No Desa Jumlah

Penduduk

(jiwa)

Jumlah

Rumahtangga

(KK)

Luas

Wilayah

(ha)

1 Telang Rejo 2.883 709 3.602,0

2 Mekar Sari 2.521 772 3.299,5 Sumber : Data Penduduk Kecamatan Muara Telang (2012)

Untuk lebih jelasnya data luas wilayah, jumlah kepala keluarga (KK) dan jumlah

penduduk (jiwa) yang ada dikedua desa lokasi studi ini dapat dilihat pada gambar 4. Pada gambar

4 terlihat bahwa luas wilayah dan jumlah penduduk untuk Desa Telang Rejo jauh lebih luas dan

lebih banyak daripada Desa Mekar Sari, akan tetapi jumlah KK di Desa Telang Rejo lebih sedikit

dari pada Desa Mekar Sari.

Page 87: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

64

Gambar 4 Data Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk, 2012.

5.2.2 Mata Pencaharian

Dengan bertambahnya jumlah penduduk suatu wilayah maka jumlah

tenaga kerja juga akan bertambah, sehingga kebutuhan lapangan kerja dan usaha

baru juga meningkat. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian di bidang

pertanian, sektor ini merupakan sektor primer dan memberikan kontribusi yang

dominan dalam pendapatan regional (PDRB) di Kabupaten Banyuasin.

Sumber utama mata pencaharian penduduk di Muara Telang adalah Petani

tanaman pangan (padi). Dari hasil penelitian berdasarkan kuisioner diperoleh

71,99 persen penduduk bertani, dan sisanya bekerja sebagai buruh, pedangang,

tukang, Pegawai negri sipil, dan lain-lain. Sedangkan untuk lokasi penelitian yaitu

Desa Telang Rejo dan Mekar sari dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 8. Jumlah Penduduk menurut mata pencaharian di Desa/Lokasi Penelitian

Desa Petani PNS Dagang Nelayan UKM PRT Dukun

/Bidan

Telang Rejo 1190 6 6 5 16 15 2

Mekar Sari 1350 15 1 2

Sumber: Profil Desa Telang Rejo dan Muara Telang (2010), data diolah

Tabel 8, terlihat bahwa sebagian besar penduduk bermata pencaharian

sebagai petani yaitu 95,96% di Desa Telang Rejo dan 98,68% di Desa Mekar Sari.

Untuk peralihan mata pencaharian ke aktifitas Non Farm terlihat lebih banyak

terjadi di Desa Telang Rejo, sedangkan di Desa Mekar sari masih sedikit sekali.

2883

709

3602

2521

772

3299.5

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

Jumlah Penduduk (jiwa)

JumlahRumahtangga (KK)

Luas Wilayah(ha)

Mekar Sari Telang Rejo

Page 88: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

65

5.2.3 Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu ukuran tingkat kemajuan kehidupan dan

kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pendidikan diharapkan dapat meningkatkan

kualitas sumber daya manusia. Peningkatan pendidikan merupakan instrumen

penting yang dapat membawa ke arah terwujudnya kesejahteraan masyarakat,

Bagi pemerintah keuntungan yang diperoleh melalui investasi di bidang

pendidikan antara lain bahwa pendidikan merupakan salah satu cara memerangi

kemiskinan, mengurangi ketimpangan pendapatan dan meningkatkan

produktivitas tenaga kerja. Sedangkan bagi masyarakat, semakin baik pendidikan

merupakan modal memperebutkan kesempatan kerja, sehingga pada akhirnya

dapat meningkatkan pendapatan (BPS, 2010).

Di Kabupaten Banyuasin, jumlah penduduk yang menempuh jenjang

pendidikan dari sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi sampai tahun 2008

sebanyak 629.616 jiwa. Mayoritas penduduk adalah berpendidikan sampai tingkat

sekolah dasar sebanyak 420.572 jiwa (62,75 persen), dan penduduk yang

berpendidikan sampai jenjang perguruan tinggi sebanyak 10.061 jiwa atau hanya

1,5 persen dari jumlah penduduk yang telah menempuh pendidikan.

Tabel 8 Jumlah Penduduk 10 tahun keatas menurut tingkat pendidikan,

Kabupaten Banyuasin, 2010

No Tingkat Pendidikan Jumlah/Total %

1 Tidak berijazah SD 29.698 3,98

2 SD sederajat 420.572 62,75

3 SMP sederajat 100.166 14,94

4 SMA sederajat 90.103 13,44

5 SM Kejuruan 4.347 0,64

6 Diploma I/II 10.582 1,57

7 Diploma III 4.669 0,69

8 D IV/ S1 keatas 10.061 1,50

Jumlah/ Total 670.198 100 Sumber: Kabupaten Banyuasin dalam Angka, 2010

Hal ini mengindikasikan masih sangat rendahnya tingkat pendidikan

masyarakat di kabupaten Banyuasin. Rendahnya tingkat pendidikan akan

mempengaruhi kualitas hidup terutama pendapatan, dan cara memperoleh mata

pencaharian. Semakin rendah pendidikan dan pengetahuan maka masyarakat akan

Page 89: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

66

cenderung bersifat eksploitatif lahan dan usahatani yang bersifat subsisten.

Sehingga perlu adanya upaya peningkatan taraf pendidikan masyarakat yang

diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

5.3 Transmigrasi

Banyuasin merupakan salah satu daerah yang menjadi lokasi penempatan

transmigrasi di Sumatera Selatan. Program transmigrasi ini sejak masa orde baru

hingga sekarang masih terus dilaksanakan dengan tujuan pemerataan jumlah

penduduk dan mempercepat pengembangan daerah. Dari data penempatan

transmigrasi tahun 2005 hingga 2009, Banyuasin masih menjadi tujuan utama

penempatan transmigrasi di Sumatera Selatan. Jumlah transmigran yang

ditempatkan di Banyuasin pada tahun 2009 sebanyak 175 keluarga dengan jumlah

623 jiwa.

Petani transmigran berasal dari daerah di pulau Jawa, pada awal

penempatannya, para transmigran ini memperoleh lahan dari pemerintah seluas

2,25 ha, dengan peruntukan untuk pemukiman dan pekarangan 0,25 ha dan lahan

pertanian 2 ha, serta dipersiapkan lahan cadangan sebanyak 1 ha per KK.

Perkembangan saat ini telah mengalami perubahan baik dari jumlahnya maupun

kepemilikan yang sudah berpindah hak, perubahan ini disebabkan antara lain:

1. Lahan diwariskan sehingga terjadi pemecahan kepala keluarga

2. Lahan diperjual belikan

3. Penambahan garapan di lahan cadangan dan untuk membuka lahan baru di

pinggiran sungai dan hutan

Tabel 10 Penempatan Transmigran di Kabupaten Banyuasin 5 tahun terakhir

Tahun Jumlah KK Jumlah Jiwa

2006 100 364

2007 60 210

2008 100 401

2009 175 623

2010 100 368 Sumber: Banyuasin dalam angka (2010)

Page 90: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

67

Hingga saat ini program transmigrasi masih terus berjalan, namun bersifat

swakarsa. Transmigrasi swakarsa ini dilakukan dimana transmigran hanya

diberikan fasilitas lahan pertanian sebesar 2 ha, sedangkan untuk pemukiman dan

biaya kepindahan semuanya menjadi tanggungjawab transmigran sendiri. Pada

Tabel 10, terlihat bahwa penempatan transmigrasi 5 tahun terakhir di Kabupaten

Banyuasin semakin sedikit. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang semakin

bertambah di daerah ini sehingga luas wilayah yang tersedia sebagian besar telah

dimanfaatkan untuk pemukiman dan lahan pertanian.

5.4 Sektor Pertanian

Lebih dari setengah luas wilayah Kabupaten Banyuasin dipergunakan

untuk lahan pertanian, sedangkan sisanya kurang dari setengah luas wilayah

digunakan untuk lahan usaha non pertanian. Lahan pertanian dan perkebunan

seluas seluas 919.767 ha terdiri dari lahan sawah 198.721 ha; perkebunan 206.124

ha; hutan 168.523 ha, rawa, tambak dan kolam 166.688 ha, tegalan dan ladang

35.934 ha sisanya tidak diusahan sebanyak 143.777 ha.

5.4.1 Pertanian Tanaman Pangan

Jumlah produksi padi tahun 2010 sebanyak 795,6 ribu ton atau naik 3,68

persen dibanding jumlah produksi tahun 2009 sejumlah 740,2 ribu ton.

Peningkatan produksi padi disebabkan meningkatnya luas panen dan penggunaan

benih unggul. Saat ini di Kabupaten Banyuasin sedang dilaksanakan Program

Peningkatan Beras Nasional (P2BN) yang bertujuan untuk meningkatkan

produktivitas padi melalui penyaluran pupuk bersubsidi, benih unggul dan dan

perluasan lahan sawah oleh pemerintah.

Tanaman palawija meliputi tanaman ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah,

kacang kedelai dan jagung. Dari seluruh jenis tanaman palawija produksi

terbanyak ubi kayu mencapai 30,3 ribu ton, diikuti jagung sebanyak 10,3 ribu ton

dan produksi ubi jalar, kacang tanah dan kacang kedelai masing-masing kurang

dari 5,0 ribu ton.

Page 91: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

68

5.4.2 Perkebunan

Perkebunan ditinjau dari sisi pelaku usaha, terbagi menjadi dua yaitu

perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Karet, kelapa sawit dan kelapa

merupakan komoditi perkebunan yang banyak diusahakan oleh penduduk di

Kabupaten Banyuasin. Luas perkebunan rakyat dan jumlah petani menurut jenis

komoditi di Kabupaten Banyuasin tahun 2010 adalah sebagai berikut.

Tabel 11 Luas dan jumlah petani perkebunan rakyat di Kabupaten Banyuasin,

2010

Komoditi Luas Kebun (Ha) Jumlah Petani (KK)

Karet 89.307 37.646

Kelapa Sawit 17.296 15.489

Kelapa 46.476 28.607

Jumlah 153.079 81.742 Sumber: Banyuasin dalam angka (2010)

Dalam Penelitian ini, di Wilayah Pasang Surut Banyuasin, rata-rata tidak

ada lahan yang sengaja diusahakan oleh petani dan diperuntukkan untuk

perkebunan. Tanaman perkebunan yang terdapat di wilayah pasang surut hanya

berupa kelapa dan kelapa sawit yang ditanam dipekarangan dan sebagai tanaman

pagar di tegalan sawah. Hal ini dikarenakan pelarangan tanaman keras didaerah

ini, karena sesuai dengan peruntukkan wilayah pasang surut di Kabupaten

Banyuasin ini adalah sebagai wilayah penyangga pangan.

5.5 Kelembagaan Petani

Sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi dan kelembagaan

adalah faktor yang menentukan dalam pembangunan pertanian, keberhasilan

pengembangan usahatani di lahan pasang surut tidak cukup dengan hanya

meintroduksi teknologi, tetpi diperlukan adanya dukungan melalui pembinaan dan

pengembangan kelembagaan sebagai sistem penunjang kegiatan usahatani

tersebut. Dengan adanya kelembagaan diharapkan mampu mendukung sistem

usahatani berikut pemecahan masalah yang dihadapi petani.

Lembaga penunjang sistem usahatani dibedakan antara lembaga bisnis dan

lembaga sosial non bisnis. Lembaga penunjang non bisnis antara lain Dewan

Riset Daerah, Penyuluh, P3A, Kelompok Tani yang merupakan lembaga

penunjang usahatani pendampingan, penyampaian dan penggunaan teknologi

Page 92: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

69

serta pengerahan partisipasi masyarakat. Lembaga bisnis penunjang usahatani

merupakan lembaga yang bertujuan mencari keuntungan, keberadaan lembaga ini

tergantung ada tidaknya kegiatan bisnis dan bekerjanya mengikuti proses

mekanisme pasar. Bentuk usaha merupakan isaha perorangan, kelompok,

koperasi maupun badan usaha yang kesemuanya mempunyai tujuan untuk

mencari keuntungan, seperti usaha penangkaran benih, penyaluran saprodi, usaha

pelayanan jasa asintan, usaha pengolahan hasil agroindustri, usaha pemasaran

hasil, usaha pelayanan permodalan dan sebagainya Pramono, 2003).

Pembentukan kelompok tani di daerah pasang surut didasarkan pada

pengelompokkan petani berdasarkan domisili dan jenis usaha yang sama. Para

petani yang umumnya berasal dari Jawa yang mengikuti program transmigrasi,

dimana setiap kepala keluarga mendapatkan 0,25 ha lahan pekarangan, 1,0 ha

lahan usaha I dan 1,0 ha lahan usaha II. Jumlah kelompok tani yang ada di

Kecamatan Muara Telang sebanyak 16 hingga 21 kelompok tani Per Desa, yang

tergabung lagi menjadi satu Gapoktan dan terdapat juga Paguyuban Tani.

Page 93: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

VI. STRUKTUR NAFKAH DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN

RUMAHTANGGA (ANALISIS MIKRO)

6.1. Pendapatan Rumah Tangga Responden Desa Mekar Sari

Desa Mekar Sari merupakan salah satu desa yang terdapat didaerah pesisir

(muara sungai) di Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin, tepatnya di

jalur 10, desa ini memiliki luas sebesar 1.569 ha/m2, dengan jumlah penduduk

2.498 jiwa. Sebagian besar penduduk merupakan transmigran asal Jawa, Sunda,

Bali serta pendatang dari daerah lain di Sumatera Selatan.

Dalam penelitian ini responden yang diambil di desa Mekar Sari sebanyak

40 rumahtangga yang ditentukan secara purposive (sengaja), dengan

pertimbangan responden tersebut dapat mewakili populasi rumah tangga yang

memiliki mata pencaharian On Farm, Off Farm dan Non Farm serta mewakili

pendapatan rumah tangga yang telah panen dua kali dan yang masih panen (satu

kali dan sebagian besar bekerja sebagai petani, serta berada pada usia produktif

yakni 20 hingga 55 tahun, tingkat pendidikan rata-rata adalah Sekolah Dasar (SD).

Jumlah anggota keluarga rata-rata 4 orang per KK.

On Farm41,63%

Off Farm0,4%

Non Farm57,98%

On Farm

Off Farm

Non Farm

Gambar 5 Persentase Pendapatan Mata Pencaharian Rumahtangga Responden

Desa Mekar Sari, 2012.

Page 94: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

72

Pada Gambar 5, terlihat bahwa sebagian penduduk telah melakukan

kegiatan Non Farm sebagai mata pencaharian tambahannya dan hanya sedikit

sekali petani yang melakukan usaha sampingan pada kegiatan Off Farm, dari 40

responden hanya 1 (satu) rumahtangga yang melakukan kegiatan Off Farm,

sedangkan untuk kegiatan Non farm sebagian besar dilakukan oleh petani yang

mencari tambahan penghasilan,berupa: usaha penggilingan padi, jasa perontok

padi, dan tengkulak pekerja meubel, P3N, Kepala Dusun, membuka warung,

berdagang sayur.

Tabel 12. Mata Pencaharian Rumahtangga Responden Desa Mekar Sari

MT Pencaharian Jumlah RT %

On farm 14 35,0

Off Farm 1 2,5

Non farm 25 62,5

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data primer diolah, 2012

Rumahtangga yang melakukan kegiatan Non Farm lebih banyak

jumlahnya dibandingkan rumahtangga yang hanya melakukan kegiatan On Farm

saja, meskipun rumahtangga yang melakukan kegiatan Non Farm juga tetap

melakukan kegiatan On Farm yang merupakan mata pencaharian utamanya,

namun jika dibandingkan jumlah petani yang melakukan kegiatan mata

pencaharian tambahan ternyata lebih banyak dari pada petani yang hanya

melakukan kegiatan usaha tani saja, hal berarti sebagian besar rumahtangga petani

merasakan perlunya mencari pendapatan tambahan dari usahatani yang mereka

lakukan. Jika dilihat perbandingan antara jumlah total pendapatan dari suatu

kegiatan mata pencaharian rumah tangga yang dibandingkan dengan jumlah total

rumahtangga yang melakukan kegiatan mata pencaharian tersebut. Total

Pendapatan kegiatan On Farm ternyata memberikan kontribusi terbesar yaitu

41,63 persen dan Off Farm hanya 0,4 persen sedangkan kegiatan Non Farm

memberikan kontribusi pendapatan total/th sebesar 57,98 persen.

Page 95: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

73

Dibawah Garis kemiskinan

48%Diatas Garis kemiskinan

52%

Gambar 6 Persentase Status Kesejahteraan Rumahtangga Responden

Desa Mekar Sari, 2012.

Jika dilihat dari persentase 52 persen rumahtangga responden berada diatas

garis kemiskinan, sisanya termasuk kategori miskin dan sangat miskin, sehingga

persentase rumahtangga responden yang termasuk kategori miskin dan sangat

miskin sebanyak 48 persen. Kondisi ini perlu diwaspadai seiring terus

meningkatnya populasi penduduk, maka perlu adanya upaya antisipasi

meningkatnya jumalah rumahtangga miskin. Hampir setengah dari hasil kuisioner

memperlihatkan responden berada pada garis kemiskinan, yang rata-rata hanya

memiliki lahan 0-3 ha, serta bekerja sebagai nelayan, pendapatan terendah adalah

rumahtangga yang hanya bekerja sebagai buruh tani (tenaga upahan) yang tidak

memiliki lahan sendiri.

Rumahtangga miskin cenderung melakukan pergeseran kegiatan mata

pencaharian rumahtangga pada kegiatan Non Farm, dengan tujuan untuk

meningkatkan pendapatan rumahtangga. Akan tetapi hasil studi ini justru

menunjukkan bahwa kegiatan mata pencaharian tambahan Non Farm justru tidak

memberikan kontribusi pendapatan yang lebih tinggi daripada kegiatan mata

pencaharian On Farm. Hal ini dikarenakan kegiatan Non Farm yang dilakukan

rumahtangga lebih banyak pada jenis kegiatan usaha kecil yang tidak produktif

dan lebih pada sektor informal berupa perdagangan dan jasa.

Page 96: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

74

Gambar 7 Pendapatan Responden Desa Mekar Sari, 2012.

Pada Gambar 7, terlihat bahwa sebagian atau 52 persen rumahtangga

responden berada diatas garis kemiskinan, dengan sebaran pendapatan antara

Rp.550.000 hingga Rp.5.000.000 perkapita perbulan, dan 13 persen berada pada

garis kemiskinan dengan kisaran pendapatan Rp. 500.000 sampai Rp. 540.000

perkapita perbulan, serta 35 persen berada dibawah garis kemiskinan dengan

kisaran pendapatan antara Rp. 200.000 hingga Rp. 490.000 perkapita perbulan.

Pendapatan tertinggi rumah tangga responden sebesar Rp. 4.666.667 perkapita

perbulan dan pendapatan terendah rumahtangga responden sebesar Rp. 175.500

perkapita perbulan.

Pendapatan tertinggi adalah rumahtangga responden yang memiliki lahan

yang luas (diatas 5 ha) dan memiliki kegiatan mata pencaharian tambahan berupa

usaha penggilingan padi. Sedangkan pendapatan terendah adalah rumahtangga

yang tidak memiliki lahan, dan hanya bekerja sebagai buruh tani (tenaga upahan).

Hal ini membuktikan ketergantungan rumahtangga terhadap lahan masih tinggi.

Tabel 13 Pendapatan Rata-rata Rumahtangga Responden Desa Mekar Sari

Pendapatan Rata-rata (Rupiah) Garis Kemiskinan (Rupiah)

Total/Th 53.087.500 25.920.000

Total/Bln 4.423.958 2.160.000

Total/ Kapita/Bln 1.150.292 540.000 Sumber: Data Primer Diolah, 2012

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

4,500,000

5,000,000

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40

Pe

nd

apat

an R

T Pendapatan perkapita/bln

Standar Garis Kemiskinan perkapita/ bln

Responden

Page 97: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

75

Secara keseluruhan pendapatan perkapita rata-rata rumahtangga responden

desa Mekar Sari berada diatas garis kemiskinan. Standar garis kemiskinan yang

digunakan adalah standar dari Bank Dunia (World Bank) yaitu 2$ perhari / kapita.

Atau setara dengan konversi rupiah sebesar Rp.18.000 perhari/kapita atau setara

dengan Rp. 540.000 perbulan/kapita.

Gambar 8 Perbandingan Pendapatan On Farm Responden Desa Mekar Sari ,

2012.

Pada Gambar 8, terlihat bahwa pendapatan rumahtangga responden desa

Mekar Sari yang telah melakukan kegiatan usaha tani padi sawah pasang surut

dengan dua kali tanam dalam setahun memiliki pendapatan yang lebih tinggi

dibanding yang masih melakukan satu kali tanam dalam setahun, selisih

pendapatan rumahtangga responden yang melakukan usahatani 1 (satu) kali tanam

dengan dua kali tanam rata-rata 56 persen, sehingga pendapatan rumah tangga

mengalami peningkatan yang cukup besar. Namun masih sedikit sekali

rumahtangga di desa Mekar sari yang telah melakukan dua kali tanam dalam

setahun, hal ini dikarenakan beberapa kendala berupa masalah pasang surut air

yang belum dapat diatasi, saluran air yang rusak dan dangkal sehingga petani

mengalami kesulitan saat air pasang cukup besar, lokasi Desa ini yang berada di

pesisir muara sungai mengakibatkan lahan sawah tergenang disaat pasang, air

pasang bisa menggenangi sawah hingga satu sampai dua hari, yang

mengakibatkan sawah fuso, busuk leher dan gagal panen.

0

20000000

40000000

60000000

80000000

10000000

12000000

14000000

16000000

18000000

20000000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pend

atan

RT/

Th

Responden

2 kali panen/Th

1 kali panen/Th

Page 98: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

76

Program dua kali tanam dalam setahun jelas sangat membantu peningkatan

kesejahteraan petani. Hal ini membutuhkan kerjasama yang baik antara petani

dan pemerintah agar program ini terealisasi secepatnya. Dukungan infrastruktur

seperti saluran irigasi, sangatlah diharapkan petani di desa ini, begitu juga peran

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Jika dilihat secara kumulatif maka total

pendapatan rata-rata petani yang panen 2 (dua) kali lebih besar dibandingkan

panen hanya 1 (satu) kali setahun, terlihat dari tabel 14.

Tabel 14 Perbandingan Pendapatan Rata-rata Rumahtangga Responden Desa

Mekar Sari dengan Frekuensi Panen

Mata Pencaharian Pendapatan Rata-rata (Rp)

Rumahtangga Per Tahun Per Bulan Perkapita

On Farm

Panen satu kali 36.250.000 3.020.833 755.208

Panen dua kali 83.312.500 6.942.708 1.735.677

Off Farm

Panen satu kali 8.400.000 700.000 175.000

Panen dua kali - - -

Non Farm

Panen satu kali 98.800.000 8.233.333 2.058.333

Panen dua kali 107.400.000 8.950.000 2.237.500 Sumber: Data Primer Diolah, 2012

Pada Tabel 14, terlihat bahwa mata pencaharian tambahan berupa kegiatan

Non Farm di desa ini cenderung memberikan tambahan pendapatan, namun

variasi kegiatan pengolahan hasil pertanian masih sangat sedikit. Rata-rata

kegiatan yang dilakukan berupa usaha penggilingan padi, jasa perontok padi, serta

menjadi tengkulak, belum adanya pengetahuan petani tentang inovasi kegiatan

pengolahan hasil pertanian yang dapat memberikan nilai tambah hasil pertanian

merupakan salah satu penyebab sedikitnya variasi kegiatan Non Farm, sehingga

jenis kegiatan Non Form yang ada lebih banyak pada usaha perdagangan dan jasa

informal. Masukan informasi tentang inovasi baru dalam pengolahan hasil

usahatani dalam hal ini padi, sangatlah dibutuhkan untuk dapat memacu

tumbuhnya kegiatan peningkatan nilai tambah hasil pertanian di desa ini.

Page 99: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

77

6.2.2. Pendapatan Rumahtangga Responden Desa Telang Rejo

Desa Telang Rejo yang menjadi lokasi penelitian merupakan salah satu

desa di wilayah Kecamatan Muara Telang yang terletak pada daratan dibagian

dalam tepatnya di jalur 8 jembatan 10, Desa ini memiliki jumlah penduduk 2.237

jiwa, sebagian besar penduduk merupakan transmigran asal pulau jawa dan

pendatang dari daerah lainnya di Sumatera Selatan. Lokasi didaratan bagian

dalam cukup berpengaruh terhadap usahatani padi sawah pasang surut yang

dilakukan, lokasi ini lebih menguntungkan dikarenakan jika terjadi pasang di desa

Telang Rejo tidak sampai merusak areal persawahan karena langsung surut

kembali dalam beberapa jam.

Dalam penelitian ini responden yang diambil di desa Telang rejo sebanyak

40 rumatangga yang ditentukan secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan

responden tersebut dapat mewakili populasi rumah tangga yang memiliki mata

pencaharian On Farm, Off Farm dan Non Farm serta mewakili pendapatan rumah

tangga yang telah panen 2(dua) kali dan yang masih panen 1 (satu) kali dan

sebagian besar bekerja sebagai petani, serta berada pada usia produktif yakni 20

hingga 55 tahun, tingkat pendidikan rata-rata adalah SMP. Jumlah anggota

keluarga rata-rata 4 orang per KK, dalam setiap rumah tangga rata-rata memiliki

lahan sawah seluas 4 ha.

Gambar 9 Persentase (%) Pendapatan Mata Pencaharian Rumahtangga

Responden Desa Telang Rejo, 2012.

On Farm36%

Off Farm1%

Non Farm63%

Page 100: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

78

Pada Gambar 9, terlihat bahwa pendapatan utama rumahtangga responden

mayoritas bersumber dari kegiatan mata pencaharian Non Farm (63 persen), dan

sisanya On Farm (36 persen), sedangkan untuk Off Farm hanya 1 rumahtangga,

sehingga jika dikumulatifkan hanya 1 persen saja. Data ini memberikan

gambaran mulai adanya pergeseran kontribusi pendapatan yang dahulunya hanya

berasal dari kegiatan On Farm saja, saat ini mulai terjadi diversifikasi sumber

pendapatan dan jumlahnya melebihi setengah dari populasi rumahtangga

responden. Rumahtangga petani yang ada di desa ini telah banyak melakukan

berbagai kegiatan mata pencaharian tambahan Non Farm.

Tabel 15 Mata Pencaharian Rumahtangga Responden Desa Telang Rejo

MT Pencaharian Jumlah RT %

On Farm 17 42.5

Off Farm 1 2.5

Non farm 22 55.0

Jumlah 40 100 Sumber: Data primer diolah, 2012

Dari data primer berdasarkan kuisioner diperoleh hasil bahwa sebagian

besar rumah tangga di Desa Telang Rejo bekerja pada kegiatan On Farm yaitu

usaha tani padi sawah pasang surut, selain itu ada juga yang melakukan kegiatan

Non Farm berupa buruh tani, hal ini mengindikasikan masih sangat minim sekali

kegiatan Off farm yang dilakukan penduduk desa Telang Rejo, dari 40 responden

hanya 1 rumahtangga yang melakukan kegiatan Off farm, sedangkan untuk

kegiatan Non farm sebagian besar dilakukan oleh petani yang mencari tambahan

penghasilan, seperti membuka warung, bengkel, counter HP, berdagang sayur,

usaha pembuatan tahu, penjual bakso, pembuat atap, sopir speed boat serta usaha

air minum isi ulang, usaha penggilingan padi, penjual alat-alat pertanian (sarana

produksi) serta jasa perontok padi. Dalam penelitian ini rumahtangga yang

melakukan kegiatan On Farm sebanyak 17 rumahtangga, sedangkan yang

melakukan kegiatan Non Farm sebanyak 22 rumahtangga, , yang rata-rata

merupakan pendatang dari daerah lain di Sumatera Selatan.

Page 101: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

79

Dibawah Garis kemiskinan

47%Diatas Garis kemiskinan

53%

Gambar 10 Persentase Status Kesejahteraan Rumahtangga Responden

Desa Telang Rejo, 2012.

Sebanyak 53 persen responden berada diatas garis kemiskinan, yaitu

pendapatan perkapita melebihi 2 $ perhari (berdasarkan Standar World Bank)

yang dijadikan standar garis kemiskinan (Poverty Line)dalam penelitian ini,

sedangkan sisanya termasuk kategori rumahtangga miskin dan sangat miskin

sebesar 47 persen. Meskipun sebagian telah berada diatas garis kemiskinan

namun hal ini perlu diwaspadai, mengingat rata-rata responden yang berada diatas

garis kemiskinan ini memiliki kegiatan mata pencaharian tambahan Off Farm dan

Non Farm sedangkan yang hanya mengandalkan kegiatan On Farm saja

cenderung berada pada garis kemiskinan,

jika hal ini dibiarkan terus menerus maka peralihan mata pencaharian dari

kegiatan On farm akan meningkat. Sehingga diperlukan usaha peningkatan

kegiatan Non Farm yang berbasis pertanian pada rumah tangga petani di desa ini,

untuk menjaga keberlanjutan kegiatan On farm sebagai penyedia bahan baku

kegiatan Non Farm, dengan demikian dapat bersinergi dengan penetapan daerah

ini sebagai penyangga pangan., dan juga dapat membatu peningkatan pendaptan

rumahtangga melalui kegiatan peningkatan nilai tambah hasi produksi pertanian

yang dilakukan tersebut.

Page 102: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

80

Gambar 11 Sebaran Pendapatan Responden Desa Mekar Sari, 2012.

Pada gambar 11, terlihat bahwa sebagian (53 persen) rumahtangga

responden berada diatas garis kemiskinan, dengan sebaran pendapatan antara

Rp.550.000 hingga Rp.3.500.000 perkapita perbulan, dan 30 persen berada pada

garis kemiskinan dengan kisaran pendapatan Rp. 500.000 sampai Rp. 540.000

perkapita perbulan, serta 17 persen berada dibawah garis kemiskinan dengan

kisaran pendapatan antara Rp. 200.000 hingga Rp. 490.000 perkapita perbulan.

Pendapatan tertinggi rumah tangga responden sebesar Rp. 3.500.000 perkapita

perbulan dan pendapatan terendah rumahtangga responden sebesar Rp. 208.000

perkapita perbulan.

Pendapatan tertinggi adalah rumahtangga responden yang memiliki jumlah

anggota keluarga yang sedikit yaitu hanya 2 orang dengan lahan 3 ha dan telah

melakukan dua kali tanam dalam setahun, sedangkan pendapatan terendah adalah

rumahtangga yang tidak memiliki lahan, dan hanya menyewa lahan sebesar 2 ha,

dan masih melakukan 1(satu) kali tanam dalam setahun serta tidak memiliki mata

pencaharian tambahan lainnya. Kondisi ini memperlihatkan bahwa rumahtangga

yang memiliki lahan sendiri dan telah melakukan 2 (dua) kali tanam dalam

setahun memiliki peluang meningkatkan pendapatan yang jauh lebih besar,

sehingga upaya peningkatan kesejahteraan rumahtangga petani dapat diarahkan

pada melalui penanaman dua kali dalam setahun.

0

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

3000000

3500000

4000000

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40

Pend

apat

an R

T

Pendapatan perkapita/bln

Standar Garis Kemiskinan perkapita/ bln

Responden

Page 103: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

81

Gambar 12 Perbandingan Pendapatan On Farm Responden Desa Telang Rejo,

2012.

Jika dilihat dari diagram diatas maka rumahtangga responden yang

melakukan penanaman dua kali dalam setahun, memiliki pendapatan lebih besar

dibanding rumahtangga responden yang melakukan penanaman 1 (satu) kali

dalam setahun. Meskipun pada beberapa rumahtangga responden pendapatan satu

kali tanam hampir menyamai rumahtangga responden dua kali tanam, hal ini

dikarenakan rumahtangga tersebut memiliki kegiatan mata pencaharian tambahan

baik Off Farm maupun Non Farm.

Pendapatan perkapita tertinggi justru diperoleh rumahtangga yang

melakukan kegiatan On Farm ditambah Off Farm dengan panen satu kali,

sehingga meskipun hanya panen satu kali kegiatan tambahan berupa Off Farm,

mampu memberikan tingkat pendapatan yang baik. Jika diusahakan oleh

rumahtangga, kondisi ini akan menjadi lebih baik lagi jika rumahtangga telah

melakukan kegiatan On Farm dengan 2 (dua) kali tanam dalam setahun. Rincian

lebih jelas terlihat pada Tabel 16.

Akan tetpi masih banyaknya kendala berupa ketersediaan infrastruktur

penunjang kegiatan pertanian yang diantaranya berupa pengairan yang baik,

sehingga mampu melakukan dua kali penanaman dalam setahun, selain itu

kendala perubahan iklim seperti tidak menentunya curah hujan, menyebakab

sulitnya dilakukan kegiatan penanaman dua kali setahun.

-

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

50,000,000

60,000,000

70,000,000

80,000,000

90,000,000

100,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pe

nd

ap

ata

n R

T/

Th

Responden

2 kali panen/Th

1 kali panen/Th

Page 104: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

82

Tabel 16 Pendapatan Rata-rata Rumahtangga Responden Desa Mekar Sari

Mata Pencaharian Pendapatan Rata-rata (Rp)

Rumahtangga Per Tahun Per Bulan Perkapita

On Farm

Panen satu kali 45,166,667 3,763,889 940,972.22

Panen dua kali 53,750,000 4,479,167 1,119,791.67

Off Farm

Panen satu kali 19,000,000 1,583,333 395,833

Panen dua kali - - -

Non Farm

Panen satu kali 34,425,000 2,868,750 717,187.50

Panen dua kali 40,500,000 3,375,000 843,750 Sumber: Data Primer Diolah, 2012

Pada Tabel 16, terlihat bahwa mata pencaharian tambahan Non Farm

cenderung tidak memberikan tambahan pendapatan lebih besar, pendapatan

rumahtangga yang melakukan kegiatan Non Farm justru lebih kecil dari pada

pendapatan rumahtangga yang fokus melakukan kegiatan On Farm saja. Hal ini

dikarenakan luas lahan yang dimiliki rumahtangga yang melakukan kegiatan Non

Farm rata-rata lebih kecil dibandingkan rumahtangga yang fokus pada kegiatan

On Farm, ini juga yang menjadi penyebab rumahtangga memilih melakukan

kegiatan Non Farm untuk meningkatkan pendapatannya.

Akan tetapi dari data yang diperoleh kecenderungan kegiatan Off Farm

masih lebih sedikit dilakukan rumah tangga responden dibandingkan dengan

kegiatan Non Farm. Hal ini dikarenakan setiap rumahtangga petani telah

memiliki lahan min 2 ha yang merupakan pemberian pemerintah pada awal

menjadi transmigran di desa ini.

Sama dengan Desa Mekar Sari, di Desa Telang Rejo ini variasi kegiatan

peningkatan produktivitas usaha tani juga masih sangat sedikit, rata-rata kegiatan

yang dilakukan berupa usaha penggilingan padi, jasa perontok padi, serta menjual

alat alat pertanian, sedangkan variasi kegiatan non farm sudah jauh lebih banyak

dibanding desa Mekar Sari. Secara keseluruhan pendapatan perkapita desa ini

masih berada dibawah Desa Mekar Sari, hal ini dikarenakan letaknya yang berada

dibagian dalam, dibandingkan dengan Desa Mekar Sari yang berada di pesisir

muara sungai, sehingga aksesibiltas lebih memadai.

Page 105: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

83

6.3 Struktur Nafkah Rumahtangga dan Keberlanjutan Ekonomi Wilayah

Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga dimensi dasar yaitu ekonomi,

sosial (budaya) dan lingkungan (ekologi). Hal ini berkaitan erat dengan upaya

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan dan mengarahkan

pola produksi dan konsumsi kearah yang seimbang. Pendapatan dan tingkat

kesejahteraan masayarakat merupakan indikator ekonomi yang paling penting

dalam pertumbuhan wilayah, sehingga dengan mengkaji pendapatan rumahtangga

diharapkan mampu memberikan gambaran tentang kondisi ketahanan ekonomi di

wilayah tersebut serta sekaligus memberikan gambaran tentang tingkat

keberlanjutan dan pertumbuhan wilayah.

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu mengkaji bagaimana kondisi

ketahanan ekonomi di wilayah studi. Pertumbuhan ekonomi di wilayah ini

diharapkan mampu memenuhi berbagai kebutuhan pokok masyarakat berupa

kebutuhan akan makanan, pekerjaan, air dan energi. Serta menjaga agar tetap

seimbang dengan daya dukung lahan (carrying capacity) yang tersedia.

6.3.1 Struktur Nafkah Rumahtangga

Struktur nafkah rumahtangga memberikan gambaran besaran kontribusi

masing-masing kegiatan mata pencaharian rumahtangga, sehingga dari struktur

nafkah yang ada ini dapat diketahui kegiatan mata pencaharian apa saja yang

dilakukan oleh rumahtangga responden, dan kecenderungan pergesaran kegiatan

mata pencaharian rumahtangga ke masa yang akan datang, sehingga dapat

diperoleh gambaran kondisi ketahanan ekonomi rumah tangga tersebut.

Pergeseran kegiatan mata pencaharian (sumber nafkah) rumahtangga di

daerah pasang surut sebenarnya telah menjadi isu nasional, dimana terjadi

pergeseran sumber nafkah utama dari pertanian tanaman pangan (On Farm) ke

sumber nafkah lainnya diluar pertanian tanaman pangan (Non Farm). Semakin

mengecilnya kontribusi pendapatan dari pertanian terhadap total pendapatan

rumah tangga, menyebabkan semakin membesarnya tingkat peralihan mata

pencaharian rumahtangga ke kegiatan non pertanian, dan jika hal ini dibiarkan

maka akan mempengaruhi tingkat produksi pertanian pangan di wilayah ini.

Page 106: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

84

Hasil studi ini menunjukkan telah terjadi pergeseran sumber nafkah

rumahtangga responden baik di desa Mekar Sari maupun desa Telang Rejo yang

menjadi lokasi penelitian. Hasil perbandingan struktur nafkah rumahtangga

responden di kedua desa menunjukkan perbedaan kontribusi kegiatan mata

pencaharian rumahtangga, berdasarkan pengelompokkan status kesejahteraan

rumahtangga responden yang dikelompokkan menjadi rumahtangga yang berada

dibawah garis kemiskinan, rumahtangga miskin, dan rumahtangga yang berada

diatas garis kemiskinan, diketahui bahwa masing-masing kelompok status

kesejahteraan rumahtangga terdapat perbedaan struktur mata pencaharian.

Jika dibandingkan tingkat pendapatan kedua desa lokasi studi, maka

terlihat bahwa Desa Mekar Sari memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi.

Namun jika dilihat sebaran distribusi pendapatan dikedua desa hampir sama yaitu

mengumpul pada sebaran pendapatan pertahun antara Rp. 20.000.000 hingga

Rp.75.000.000. Seperti terlihat pada box plot berikut ini.

Gambar 13. Box plot Distribusi Pendapatan pertahun Rumahtangga, 2012

Telang RejoMekar Sari

250000000

200000000

150000000

100000000

50000000

0

Da

ta

Boxplot of Mekar Sari, Telang Rejo

Page 107: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

85

Boxplot pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata pertahun

rumah tangga di desa Mekar Sari sebesar Rp. 53.087.500 dan di Desa Telang

Rejo sebesar Rp. 49.045.000, terdapat sedikit perbedaan tingkat pendapatan

dimana Desa Mekar Sari memiliki tingkat pendapatan rata-rata pertahun yang

lebih tinggi dibandingkan dengan Desa Telang Rejo, hal ini dikarenakan di desa

Mekar Sari terdapat ketimpangan pendapatan yang cukup besar dengan kisaran

pendapatan terendah sebesar Rp. 7.800.000 pertahun dibandingkan dengan

pendapatan tertinggi sebesar Rp. 226.000.000 pertahun. Ketimpangan yang cukup

besar ini disebabkab oleh perbedaan luas lahan yang sangat besar dimana

rumahtangga yang berpendapatan tertinggi memiliki lahan sebesar 10 ha,

sedangkan rumahtangga yang memiliki pendapatan terendah adalah rumahtangga

yang tidak memiliki lahan dan bekerja sebagai nelayan, kondisi ini dikarenakan di

Desa Mekar Sari ini banyak pendatang, wilayah desa yang terletak di daerah

pesisir atau muara sungai mengakibatkan desa ini sering dilalui, dan sebagian

penduduknya adalah pendatang yang menetap sehingga mereka tidak memiliki

lahan, dan bekerja sebagai nelayan, buruh tani maupun sektor informal lainnya.

Untuk Desa Telang Rejo juga terdapat ketimpangan pendapatan meskipun

tidak sebesar di Desa Telang Rejo, dikarenakan penduduk desa ini 99%nya adalah

transmigran yang rata-rata telah memiliki lahan, tingkat pendapatan rata-rata

tertinggi sebesar Rp. 10.000.000 sedangkan untuk tingkat pendapatan rata-rata

terendah sebesar Rp. 152.000.000, hal ini dikarenakan terdapat perbedaan dalam

pemilikilan lahan dimana rumahtangga dengan tingkat pendapatan tertinggi

memiliki lahan seluas 9 ha, sedangkan rumahtangga dengan tingkat pendapatan

terendah hanya menggarap lahan seluas 2 ha dan lahan tersebut merupakan sewa

bukan milik sendiri.

Sehingga dari sebaran box plot, terlihat kedua desa memiliki ketimpangan

pendapatan, yang dikarenakan kondisi pemilikan lahan, semakin luas lahan yang

dimiliki semakin tinggi tingakat pendapatan dan sebaliknya semakin kecil lahan

atau bahakan tidak memiliki laha akan semakin rendah tingkat pendapatan

rumahtangga tersebut, implikasi adalah bahwa diperlukan suatu upaya

peningkatan pendapatan rumahtangga petani tanpa tergantung pada luas lahan,

akan tetapi tergantung pada produktivitas usaha tani yang dijalankan, misalnya

Page 108: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

86

peningkatan intensitas panen, efektifitas rantai pemasaran, serta usaha pengolahan

hasil pertanian yang memberikan nilai tambah, sehingga ekspansi lahan bukan

merupakan satu-satunya alternatif bagi rumahtangga petani untuk meningkatkan

pendapatannya.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Mekar Sari Telang Rejo

Pe

nd

ap

ata

n T

ota

l/T

h(%

)

Desa

Non Farm

Off Farm

On Farm

Gambar 14 Perbandingan Struktur Pendapatan Rumahtangga Responden, 2012.

Tabel 17 Perbandingan Pendapatan Total/Th Rumahtangga Responden

Berdasarkan Kegiatan Mata Pencaharian

No Desa

Pendapatan Total/ Th (Rp)

Total (Rp) On Farm Off Farm Non Farm

1 Mekar Sari 884,000,000 8,400,000 1,231,100,000 2,123,500,000

% 41.63 0.40 57.98 100

2 Telang Rejo 706,000,000 19,000,000 1,236,800,000 1,961,800,000

% 35.99 0.97 63.04 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2012

Jika dilihat dari struktur pendapatan rumahtangga responden dikedua desa,

maka terlihat bahwa kegiatan On Farm tidak lagi mendominasi sebagai

penyumbang pendapatan rumahtangga petani. Untuk kegiatan Off Farm sendiri

tidak memberikan kontribusi dikarenakan dari hasil studi diperoleh rasio yang

sangat kecil untuk rumahtangga responden yang melakukan kegiatan mata

pencaharian Off Farm ini, yaitu 1:40, dimana dari 40 responden rumah tangga

hanya ditemukan satu rumahtangga yang bekerja sebagai buruh tani (tenaga

Page 109: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

87

upahan harian). Kondisi ini menunjukkan bahwa dikedua desa ini hampir semua

rumahtangga telah memiliki lahan, selain itu pekerjaan sebagai buruh tani tidak

memberikan tingkat pendapatan yang baik untuk rumahtangga, sehingga

rumahtangga lebih memilih melakukan kegiatan mata pencaharian Non Farm.

Terdapat sedikit perbedaan komposisi antara struktur pendapatan di desa

Mekar sari dan Desa Telang rejo, dimana desa Telang Rejo memiliki persentase

kegiatan mata pencaharian Non Farm yang sedikit lebih besar yaitu 22,58 persen,

dibandingkan desa mekar sari yang hanya memiliki persentase 13,61 persen

sehingga persentase kegiatan On Farm di desa Mekar Sari lebih besar

dibandingkan desa Telang Rejo. Pada Tabel 17 terlihat bahwa tingkat pendapatan

desa Mekar sari yang lebih tinggi dikarenakan lebih besarnya persentase kegiatan

On Farm, hal ini berarti bahwa kegiatan On Farm mampu memberikan kontribusi

pendapatan yang lebih baik.

Tabel 18 Status Kesejahteraan Berdasarkan Pendapatan Rata-rata Rumahtangga

Desa

Pendapatan

Total/ Th (Rp)

Jlh

RT

Pendapatan

Rata-rata/ Th

(Rp)

Pendapatan

Rata-rata

Perkapita/

Hari (Rp)

Garis

Kemsk

2$/

Hari

(Rp) Status

Mekar Sari

On Farm 1.625.000.000 14 116.071.429 80.605 18.000 >

Off Farm 8.400.000 1 8.400.000 5.833 18.000 <

Non Farm 490.100.000 25 19.604.000 13.613 18.000 ≤

Telang Rejo

On Farm 1.424.000.000 17 83.764.706 58.169 18.000 >

Off Farm 3.000.000 1 3.000.000 2.083 18.000 <

Non Farm 556.800.000 22 25.309.091 17.575 18.000 ≤

Sumber: Data Primer Diolah, 2012

Jika dilihat dari status kesejahteraan yang dibandingkan dengan standar

garis kemiskinan yaitu 2$/perkapita/hari berdasarkan standar Bank Dunia (World

Bank), maka pada Tabel 18 terlihat bahwa pendapatan perkapita/hari rumahtangga

responden yang berada pada garis kemiskinan adalah rumahtangga responden yng

melakukan kegiatan mata pencaharian tambahan Non Farm, sedangkan

rumahtangga responden yang melakukan kegiatan On Farm berada diatas garis

kemiskinan. Ini memperlihatkan bahwa kegiatan pertanian (On Farm) di kedua

Page 110: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

88

desa ini masih berpontesi untuk terus dikembangkan, dan mampu memberikan

kontribusi kesejahteraan yang lebih baik bagi masyarakat setempat. Dan untuk

kegiatan mata pencaharian Off Farm dalam hal ini sebagai buruh tani, berada

dibawah garis kemiskinan dengan penghasilan yang sangat minim, sehingga

dalam studi ini diperoleh kegiatan Off Farm sebagai buruh tani sangatlah tidak

diminati masyarakat setempat, hal ini juga yang menjadi penyebab langkanya

tenaga kerja pertanian atau buruh tani di desa ini.

6.3.2. Klasifikasi Status Kesejahteraan Rumahtangga Responden

Selanjutnya untuk memperoleh perbandingan klasifikasi tingkat

kesejahteraan tumahtangga dengan struktur mata pencaharian rumahtangga

dimasing-masing desa, dilakukan pengklasifikasian pendapatan rumahtangga yang

golongkan menjadi tiga kelas rumahtangga. Adapun penggolangan kelas

rumahtangga yaitu rumahtangga kelas atas, rumahtangga kelas menengah dan

rumahtangga kelas bawah. Pengklasifikasian dilakukan dengan mengelompokkan

pendapatan rumahtangga berdasarkan strandar nilai rata-rata pendapatan total

pertahun di masing-masing desa yaitu Rp.53.087.500 untuk desa Mekar Sari dan

Rp. 49.045.000 untuk desa Telang Rejo, melalui sebaran normal.

Kelas atas adalah rumahtangga responden yang memiliki pendapatan

diatas pendapatan rata-rata. Kelas menengah adalah rumahrangga responden yang

memiliki pendapatan rata-rata sama dengan atau mendekati pendapatan rata-rata.

Kelas bawah adalah rumahtangga responden yang memiliki pendapatan dibawah

pendapatan rata-rata.

Hasil klasifikasi status kesejahteraan tumahtangga dikedua desa lokasi

studi, yaitu kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah. Di Desa Mekar Sari,

rumahtangga kelas atas berjumlah 10 rumahtangga, kelas menengah berjumlah 8

rumahtangga dan kelas bawah berjumlah 22 rumahtangga, sedangkan di Desa

Telang Rejo rumahtangga kelas atas berjumlah 14 rumahtangga, kelas menengah

berjumlah 9 rumahtangga dan kelas bawah berjumlah 17 rumahtangga.

Jumlah rumahtangga kelas bawah lebih banyak terdapat di Desa Mekar

Sari, hal ini dikarenakan lebih banyak rumahtangga yang memiliki lahan kecil,

serta penduduk Desa Mekar Sari lebih banyak yang menjadi nelayan karena lokasi

Page 111: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

89

desa yang terletak di pesisir. Rumahtangga nelayan inilah yang rata-rata memiliki

pendapatan dibawah pendapatan rata-rata, sehingga jika dilihat dari data struktur

pendapatan rumahtangga terlihat Desa Mekar Sari memiliki jumlah rumah tangga

kelas bawah yang lebih banyak dibandingkan Desa Telang Rejo.

Hal ini membuktikan bahwa tingkat pendapatan masih tergantung pada

penguasaan lahan pertanian, mata pencaharian yang tidak berbasis lahan justru

menjadi mata pencaharian yang tidak memberikan pendapatan yang baik bagi

rumahtangga, hal ini juga yang mungkin menyebabkan sektor perikanan atau

pekerjaan sebagai nelayan kurang diminati rumahtangga di desa ini, terlihat dari

jumlah rumahtangga responden yang bekerja sebagai nelayan hanya sedikit yaitu

hanya 4 rumahtangga dari 40 responden, padahal jika dilihat potensi perikanan di

daerah ini cukup besar.

Sehingga peningkatan minat masyarakat terhadap sektor perikanan masih

sangat potensial untuk dikembangkan, namun kondisi yang ada saat ini

masyarakat belum melakukan eksplorasi ke wilayah perairan sebagai tambahan

mata pencaharian rumahtangganya. Penangkapan ikan hanya dilakukan secara

kecil-kecilan sekedar untuk konsumsi rumahtangga saja.

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Desa Mekar

Sari

Atas Mngh Bawah Desa Telang Rejo

Atas Mngh Bawah

Pe

nd

apat

an/T

h (

%)

Klasifikasi Pendapatan

NF

OF

F

Gambar 15 Perbandingan Struktur Pendapatan Pertahun Rumahtangga

Responden, 2012.

Page 112: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

90

Tabel 19 Perbandingan Struktur Pendapatan Total/Th (Rp) Rumahtangga

Responden

Klasifikasi F OF NF Total

Desa Mekar Sari

Atas 576,500,000 608,800,000 1,185,300,000

Menengah 160,000,000 264,600,000 424,600,000

Bawah 147,500,000 8,400,000 357,700,000 513,600,000

Desa Telang Rejo

Atas 430,000,000 730,400,000 1,160,400,000

Menengah 130,000,000 291,000,000 421,000,000

Bawah 146,000,000 19,000,000 215,400,000 380,400,000

Sumber: Data Primer Diolah, 2012

Pada Gambar 15, terlihat adanya penurunan kontribusi kegiatan sumber

nafkah utama berupa kegiatan On Farm (F) pada rumahtangga responden, hal ini

dikarenakan adanya pergeseran sumber nafkah ke kegiatan lainnya yaitu Off farm

(OF) dan Non Farm (NF), kedua kegiatan ini dinilai masyarakat setempat mampu

memberikan tambahan kontribusi pendapatan bagi rumahtangga responden.

Penurunan fokus mata pencaharian On Farm (F) memberikan sinyal bahwa

kondisi daerah penyangga pangan mulai mengalami peralihan, berbagai kegiatan

mata pencaharian non pertanian mulai berkembang di daerah ini. Studi kasus di

dua desa ini memperoleh hasil bahwa sebagian masyarakat tetap fokus pada

kegiatan pertanian pangan.

Gambar 16 Struktur Pendapatan rumahtangga desa Mekar Sari, 2012.

Rupiah

Page 113: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

91

Tabel 20 Stuktur Pendapatan Rumahtangga Responden Desa Mekar Sari

Kelas

Pendapatan/ th

(Rp) RT

Pendapatan Rata-rata (Rp)

Status Tahun Bulan Hari kapita 2$/ hari

Atas

1,185,300,000

10

118,530,000

9,877,500

329,250

82,313

18,000

>

Menengah

424,600,000

8

53,075,000

4,422,917

147,431

36,858

18,000

>

Bawah

513,600,000

22

23,345,455

1,945,455

64,848

16,212

18,000

<

Sumber: Data primer diolah, 2012

Desa Mekar Sari:

1. Semakin kebawah status kesejahteraannya, maka komposisi kegiatan Non

Farm semakin membesar, dan kegiatan On farm semakin mengecil, hal ini

menggambarkan bahwa kegiatan Non Farm dilakukan rumahtangga miskin

yang ingin mencari penghasilan tambahan dari sektor informal.

2. Rumahtangga yang berada di kelas atas (15 persen) sebagian besar tetap fokus

pada mata pencaharian On Farm, dikarenakan kepemilikan lahan yang luas,

dan tingkat pengetahuan usahatani yang lebih baik sehingga mampu

memberikan pendapatan yang lebih baik.

3. Rumahtangga yang berada dikelas bawah (40 persen) justru lebih banyak yang

melakukan kegiatan pada Non Farm (F), dikarenakan rata-rata rumahtangga

responden yang masuk dalam kelompok status ini, adalah rumahtangga yang

memiliki lahan kecil, bahkan tidak memilki lahan sama sekali

4. Mata pencaharian tambahan pada kegiatan Non Farm (NF) tidak banyak

memberikan kontribusi peningkatan pendapatan rumah tangga, dikarenakan

rata-rata kegiatan Non Farm (NF) yang dilakukan hanyalah jenis usaha kecil-

kecilan (usaha mikro), dibidang perdagangan dan jasa (sektor informal) dan

belum mengarah pada industri pedesaan yang produktif. Jenis kegiatan mata

pencaharian non farm yang dilakukan antara lain: usaha penggilingan padi,

jasa perontok padi, tengkulak, pekerja meubel, kepala dusun, P3N, warung,

berdagang sayur.

5. Sektor pertanian sebagai sektor basis telah mengalami penurunan, dan tidak

bisa diandalkan sebagai satu-satunya fokus kegiatan mata pencaharian

terutama bagi rumahtangga kelas bawah, dan merupakan suatu ancaman bagi

keberlanjutan pertanian tanaman pangan di wilayah pasang surut ini, yang

Page 114: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

92

seharusnya kontribusi utama mata pencaharian seluruh rumahtangga adalah

pertanian.

6. Sektor pertanian saja sudah tidak mampu menjadi andalan kegiatan mata

pencaharian dan menopang penghidupan di desa Mekar sari, rumahtangga di

Desa Mekar Sari ini hanya dapat bertahan hidup, jika mereka mampu

mengkombinasikan sumber nafkahnya dalam hal ini On Farm dan Non Farm

yang diarahkan pada tumbuhnya industri pertanian.

-

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

700,000,000

800,000,000

On Farm Off Farm Non farm

Atas

Menengah

Bawah

Gambar 17 Struktur Pendapatan Rumahtangga desa Telang Rejo, 2012

Tabel 21 Stuktur Pendapatan Rumahtangga Responden Desa Telang Rejo

Kelas

Pendapatan/

th (Rp) RT

Pendapatan Rata-rata (Rp)

Tahun Bulan Hari kapita

2$/

hari Status

Atas 1.160.400.000 14 82.885.714 6.907.143 230.238 57.560 18.000 >

Menengah 421.000.000 9 46.777.778 3.898.148 129.938 32.485 18.000 >

Bawah 380.400.000 17 22.376.471 1.864.706 62.157 15.593 18.000 <

Sumber: Data primer diolah, 2012

Desa Telang Rejo

1. Komposisi kegiatan On Farm di desa Telang Rejo berfluktuasi atau hampir

sama untuk setiap kelas rumahtangga, dan komposisi terbesar adalah pada

rumahtangga kelas bawah (20 persen), dan komposisi terkecil pada kelas

menengah (7,5 persen), hal ini menggambarkan bahwa kegiatan Non Farm

Rupiah

Page 115: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

93

dilakukan secara merata disetiap kelas untuk menambah pendapatan

rumahtangga dari sektor informal.

2. Tingkat pendapatan pada kelas atas dan menengah justru diperoleh dari

kegiatan mata pencaharian non farm, kondisi ini memberikan gambaran

perubahan kegiatan mata pencarian utama di bidang pertanian pangan yang

telah mengalami penurunan pesat dan tidak lagi diandalkan sebagai sumber

pendapatan utama penduduk desa Telang Rejo. Jenis kegiatan mata

pencaharian non farm yang dilakukan rumahtangga antara lain: warung,

bengkel motor, counter HP, usaha pembuatan tahu, pembuat atap, sopir speed

boat, air minum isi ulang, penjual bakso, warung makan, penyedia saprodi,

penggilingan padi, grentek padi.

3. Peningkatan jumlah penduduk dan penurunan kesuburan tanah, dikarenakan

lokasi yang terletak di daratan bagian dalam yang memerlukan pemeliharaan

saluran air irigasi yang baik, menyebabkan rentannya pergeseran mata

pencaharian On Farm terutama pada rumahtangga kelas atas dan menengah.

4. Rumahtangga kelas bawah justru yang lebih banyak tetap mengusahakan

kegiatan On Farm, kondisi ini mempertegas bahwa kontribusi yang diperoleh

dari kegiatan pertanian tanaman pangan belum mampu memberikan tingkat

pendapatan rumah tangga yang baik, sehingga perlu adanya upaya

intensifikasi pertanian di desa Telang Rejo.

5. Keberadaan BPP (Balai Penyuluhan pertanian) Kecamatan Muara Telang di

desa Telang Rejo diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi peningkatan

pendapatan rumahtangga petani, agar tidak terus terjadi penurunan komposisi

kegiatan On Farm di desa ini, terlebih desa ini juga telah ditetapkan sebagai

salah satu Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kecamatan Muara Telang.

6. Sektor pertanian juga sudah tidak dapat diandalkan sebagai satu-satunya mata

pencaharian rumahtangga di desa Telang Rejo, sehingga rumahtangga hanya

mampu bertahan hidup jika mereka mampu mengkombinasikan sumber

nafkahnya yaitu On farm dan Non farm yang diarahkan pada industri

pertanian, sehingga mampu meningkatkan pendapatan rumahtangga petani

dan sekaligus menjaga keberlanjutan wilayah sebagai penyangga pangan.

Page 116: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

94

Tabel 22 Tingkat Pendapatan dan Kegiatan Mata Pencaharian Rumahtangga

Tingkat

Pendapatan

Kegiatan Mata Pencaharian Rumahtangga (%)

F OF NF Total

Desa Mekar Sari

Atas 15,00 - 10,00 25,00

Menengah 7,50 - 12,50 20,00

Bawah 12,50 2,50 40,00 55,00

Desa Telang Rejo

Atas 15,00 - 20,00 35,00

Menengah 7,50 - 15,00 22,50

Bawah 20,00 2,50 20,00 42,50 Sumber: Data primer diolah, 2012

Tabel 22 menjelaskan secara rinci persentase perbandingan kegiatan mata

pencaharian rumahtangga di kedua desa studi, Tabel ini memberikan data struktur

mata pencaharian pada Gambar 17, kegiatan On Farm (F) mayoritas dilakukan

oleh kelas atas di Desa Mekar sari (15 persen) dan rumahtangga kelas bawah di

Desa Telang Rejo (22 persen), yang berarti bahwa kegiatan On Farm (F) di kedua

lokasi studi belum mampu memberikan kontribusi pendapatan yang baik untuk

penghidupan rumahtangga, yang dapat mengakibatkan terancamnya kondisi

ketahanan ekonomi rumah tangga di lokasi studi ini.

Kondisi seperti ini tentunya memaksa para petani untuk melakukan

kegiatan mata pencaharian tambahan diluar On farm (F). Dan bukan tidak

mungkin kegiatan tambahan ini justru akan bergeser menjadi kegiatan mata

pencaharian utama rumahtangga. Jika ternyata kontribusi pendapatan yang

dihasilkan dari kegiatan mata pencaharian tambahan tersebut lebih besar.

Akan tetapi pergeseran mata pencahrian tentunya akan terjadi seiring

pertumbuhan dan perkembangan wilayah, namun jika pergeseran mata

pencaharian rumahtangga lebih pada sektor informal yang tidak mendukung

kegiatan pertanian, maka hal ini menjadi ancaman keberlanjutan wilayah sebagai

penyangga pangan, sehingga pergeseran mata pencaharian tambahan rumah

tangga sebaiknya tetap diarahkan pada kegiatan berbasis pertanian yaitu indusri

hulu dan hilir pertanian, sehingga mampu mensuport kegiatan pertanian itu sendiri

untuk berproduksi lebih banyak dan lebih baik.

Page 117: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

95

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

Atas Mngh Bawah

Pen

dap

atan

per

kap

ita/

har

i (R

p)

Kelas Rumahtangga

Mekar Sari

Telang Rejo

Gambar 18 Perbandingan Status Kesejahteraan Rumahtangga Responden

Berdasarkan Klasifikasi Kelas Rumahtangga, 2012.

Jika dilihat pada gambar 18, maka pendapatan perkapita perhari

rumahtangga didesa Mekar Sari lebih tinggi dari desa Telang Rejo, hal ini

dikarenakan kontribusi pendapatan desa Mekar Sari untuk kegiatan mata

pencaharian On Farm lebih besar dibandingkan desa Telang Rejo (mengacu pada

tabel 16), sedangkan kegiatan non farm jauh lebih berkembang di desa Telang

Rejo, sehingga dari data ini dapat dikatakan bahwa kegiatan On Farm sebenarnya

mampu memberikan pendapatan perkapita perhari yang lebih tinggi dibandingkan

kegiatan Non Farm, akan tetapi ini hanya berlaku bagi rumahtangga kelas atas dan

menengah sedangkan pada rumahtangga kelas bawah kegiatan On Farm hanya

membeerikan sedikit pendapatan, sehingga mereka masih berada dibawah garis

kemiskinan.

Baik di desa Mekar sari maupun di desa Telang Rejo, rata-rata rumah

tangga kelas bawah ini adalah rumahtangga yang memiliki lahan sempit atau

bahkan tidak memiliki lahan sehingga mereka menyewa, dikarenakan rata-rata

rumahtangga ini adalah generasi kedua dan ketiga dari transmigran pertama yang

diberi lahan saat kedatangan pertama dilokasi ini, sehingga lahan yang mereka

miliki saat ini adalah lahan yang merupakan pewarisan atau hasil fragmentasi dari

lahan transmigran sebelumnya, hal inilah yang menyebabkan rumahtangga ini

masuk pada kelas bawah, dan lebih banyak melakukan kegiatan mata pencaharian

tambahan Non Farm. Keberlanjutan pertanian tanaman pangan di desa Telang

Garis

kemiskinan

Page 118: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

96

Rejo mulai terancam dan memerlukan upaya antisipasi peralihan kegiatan fokus

mata pencaharian utama yaitu pertanian tanaman pangan

Di Desa Mekar Sari, rumahtangga responden yang berada di kelas bawah

cenderung lebih banyak melakukan kegiatan mata pencaharian tambahan atau

Non Farm , hal ini terlihat dari kecilnya kontribusi rumahtangga yang melakukan

kegiatan On Farm saja (12,50%), dan hanya 2,5% rumahtangga yang melakukan

kegiatan Off Farm (OF).

Di Desa Telang Rejo, komposisi kegiatan mata pencaharian rumahtangga

yang berada dikelas atas memperlihatkan semakin mengecilnya kontribusi

kegiatan On Farm (F) yang dilakukan, pada rumahtangga yang berada di kelas

atas, kegiatan On Farm (F) hanya 15 % saja, ini berarti kecenderungan pergeseran

mata pencaharian dari On Farm ke Non Farm lebih besar peluang terjadinya di

desa ini.

Jika dibandingkan dengan Status kesejahteraan berdasarkan standar garis

kemiskinan 2$/kapita/hari berdasarkan strandar Bank Dunia (World Bank), maka

terlihat bahwa rumahtangga kelas bawah di desa Mekar Sari masih berada

dibawah garis kemiskinan. Untuk kontribusi kegiatan mata pencaharian

rumahtangga kegiatan Non Farm memberikan kontribusi pendapatan yang lebih

tinggi pada rumahtangga kelas atas dan menengah tetapi tidak pada rumah tangga

kelas bawah.

Hal ini mengindikasikan kemungkinan terus berkembangnya kegiatan

mata pencaharian Non Farm yang akan menggeser kegiatan mata pencaharian

utama On Farm, sehingga masyarakat tidak lagi fokus pada pertanian tanaman

pangan, dan lebih tertarik pada kegiatan lain selain pertanian, hal ini dapat

mengancam keberlanjutan pertanian tanaman pangan di desa ini. Sama halnya

dengan desa Mekar Sari, di desa Telang Rejo rumahtangga yang berada dibawah

garis kemiskinan adalah rumahtangga pada kelas bawah, dan kontribusi

pendapatan dari kegiatan Non Farm memberikan tambahan pendapatan yang lebih

besar daripada On Farm.

Page 119: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

97

6.3.3 Keberlanjutan Ekonomi Wilayah

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan

masyarakat secara keseluruhan yang terjadi diwilayah tertentu. Berupa kenaikan

seluruh nilai tambah yang terjadi (Priyarsono, 2007). Jika dikaitkan dengan

pertumbuhan ekonomi wilayah, maka dari data yang diperoleh dalam studi ini,

ekonomi wilayah belum mengalami pertumbuhan, setelah 31 tahun sejak

dibukanya daerah ini sebagai lokasi transmigrasi, dengan tingkat kesejahteraan

yang masih minim baru 52,5% di desa Telang Rejo dan 53% di desa Mekar sari,

memberikan sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi berjalan sangat lambat.

Pertumbuhan suatu wilayah melibatkan aspek ekonomi, sosial, lingkungan

dan politik (pemerintah), yang merupakan satu sistem pembangunan yang saling

berkaitan., indikator ekonomi berupa pendapatan masyarakat merupakan indikator

paling penting dalam pembangunan wilayah, perekonomian di daerah studi dalam

hal ini desa Mekar Sari dan desa Telang rejo sedang mengalami pertumbuhan dan

perkembangan, terlihat dari mulai terjadinya penurunan sektor primer dan

tumbuhnya sektor tersier dan skunder. Dalam hal ini terjadi penurunan kegiatan

mata pencaharian disektor primer (On Farm) dan terjadi penambahan serta

pergeseran kegiatan mata pencaharian rumahtangga ke sektor tersier (Non Farm)

dan skunder (Off Farm).

Masih minimnya kegiatan peningkatan nilai tambah produk hasil pertanian

yang mampu meningkatkan pendapatan masayarakat setempat, merupakan salah

satu bentuk kebocoran wilayah, dimana proses peningkatan nilai tambah

dilakukan diluar daerah, dalam hal ini rumahtangga menjual dalam bentuh gabah

kering giling (GKG), sedangkan proses selanjutnya dilakukan diluar daerah atau

desa sampai gabah tersebut menjadi beras dan siap dipasarkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan mata pencaharian tambahan

berupa Non Farm belum mampu memberikan peningkatan pendapatan yang lebih

baik, terlihat masih banyaknya rumahtangga yang masuk dalam kelas bawah dan

berada dibawah garis kemiskinan. Kadaan ini dikarenakan usahatani padi sawah

pasang surut yang dilakukan masih dalam satu kali tanam pertahun, dengan

demikian dapat dikatakann bahwa desa atau lokasi studi ini memiliki prospek

untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya melalui peningkatan frekuensi

Page 120: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

98

panen, dan memberikan nilai tambah bagi produksi usahatani dalam hal ini padi

atau pengolahan pasca panen yang memungkinkan munculnya agroindusti,

kegiatan mata pencaharian Non Farm yang diarahkan pada peningkatan nilai

tambah hasil panen ini juga dapat mendorong terjadinya peningkatan produksi,

selain itu kebocoran wilayah yang terjadipun dapat dikurangi yang otomatis

memberikan akumulasi pendapatan ke dalam daerah.

Melalui peningkatan kegiatan pengolahan hasil pertanian, selain dapat

meningkatkan pendapatan rumahtangga, diharapkan mampu mempertahankan

keberlanjutan ekonomi wilayah pasang surut ini, terutama keberlanjutan sebagai

daerah penyangga pangan. Kesejahteraan rumahtangga petani merupakan

indikator utama penentu ketahanan ekonomi wilayah serta keberlanjutan

ketahanan pangan, dan dalam jangka panjang mampu mempertahankan

keberlanjutan wilayah.

Selanjutnya kegiatan Non Farm yang memberikan nilai tambah bagi

pendapatan rumahtangga petani ini juga diharapkan mampu memberikan Spread

Effect kepada masyarakat sekitarnya bahkan desa disekitarnya, menimbulkan

terjadinya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, dari hasil studi ini dapat dibuat

suatu skema yang mungkin dapat dikembangkan bagi peningkatan pendapatan dan

pertumbuhan ekonomi wilayah dilokasi studi ini.

Gambar 19. Skema Peningkatan Pendapatan dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

On Farm Non Farm

Keragaman jenis

kegiatan Non

Farm (Industri

Pertanian)

Masukan:

Pengetahuan

Informasi

Inovasi

Teknologi

Fasilitas Pemerintah:

- Akses Modal

- Akses pemasaran

- Infrastruktur penunjang pertanian

- Penataan Kelembagan petani

Peningkatan Pendapatan dan

kesejahteraan rumahtangga

+

Pertumbuhan ekonomi

Wilayah

Page 121: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

99

Keberlanjutan wilayah melalui penguatan ketahan ekonomi rumahtangga

yang diselaraskan dengan kehidupan sosial serta senantiasa menjaga

keseimbangan ekologi, harus terus mendapat perhatian baik dari pemerintah

maupun masyarakat setempat, karenanya selain fasilitas yang diperlukan dari

pemerintah, rumahtangga petani juga diharapkan mampu berperan aktif melalui

partisipasi dalam kelompok tani, kelembagaan yang ada untuk memberikan

masukan, pendapat dan alternatif yang mampu menyelesaikan permasalahan

melalui kerjasama yang baik antar masyarakat.

Keberlanjutan mata pencaharian rumahtangga dalam kegiatan On Farm

dilokasi studi ini masih berprospek untuk di pertahankan, jika masyarakat mampu

menumbuhkan berbagai jenis kegiatan Non Farm yang berbasis pada produk

usahatani atau industri pertanian, akan tetapi sebaliknya jika masyarakat lebih

banyak melakukan pergeseran mata pencaharian ke Non Farm dibidang informal,

maka kemungkinan terbesar justru kemiskinan yang akan meningkat, karena

masyarakat lebih tertarik kesektor informal yang belum mampu menjamin

pendapatan rumahtangga dalam jangka panjang. Kesadaran akan pentingnya

menjaga keseimbangan alam, senantiasa diharapkan agar rumahtangga mampu

melakukan kegiatan mata pencaharian yang senantiasa selaras dengan alam, untuk

dapat menjamin keberlanjutan wilayah.

Salah satu upaya yang dapat ditempuh berdasarkan potensi yang ada

dalam rangka mendukung dan menjadikan kawasan Desa Telang Rejo dalam

Skala luas Delta Telang I yang telah diprogramkan sebagai kawasan Kota Mandiri

Telang dan program peningkatan indeks pertanaman IP 200 adalah dengan

menerapkan program Prima Tani sebagai salah satu upaya trobosan dalam hal

inovasi dan diseminasi teknologi pertanian.

Selain permasalahan panen satu kali setahun, permasalahan lainnya yang

dihadapi petani, antara lain: infrastruktur seperti pengairan yang dangkal, belum

tersedianya pintu air, dan pemasaran yang kerapkali dipermainkan oleh para

tengkulak dalam penentuan harga jual. Sehingga optimalisasi peran BULOG serta

lembaga pemasaran tingkat desa perlu dilakukan secepatnya, agar petani memiliki

kekuatan dalam penentuan harga jual hasil usahatani.

Page 122: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

100

Hasil survey dan wawancara dilapangan menunjukkan bahwa program-

program yang ada belum maksimal, terlihat masih didominasinya peran tengkulak

pada kedua desa lokasi studi, bahkan menurut para responden rumahtangga

petani peran BULOG hampir tidak meraka rasakan sama sekali sebagai

pengendali harga serta tidak adanya lembaga pemasaran ditingkat petani seperti

KUD, keberadaan Terminal Agribisnis pun belum membantu petani dalam

penyaluran hasil taninya dikarenakan jaraknya yang sangat jauh yaitu di

pangkalan Balai dan Betung, sedangkan di daerah perairan sendiri khususnya

Kecamatan Muara Telang belum ada Terminal Agribisnis.

6.4. Ikhtisar

Dalam penelitian ini responden yang diambil berasal dari dua (2) desa,

dimana pada masing-masing desa diambil sebanyak 40 rumahtangga responden

yang ditentukan secara purposive (sengaja), yang mewakili populasi rumah tangga

yang memiliki mata pencaharian On Farm, Off Farm dan Non Farm serta

mewakili pendapatan rumah tangga yang telah panen 2(dua) kali dan yang masih

panen 1 (satu) kali.

6.4.1. Pendapatan Rumahtangga Responden Desa Mekar Sari

Sebagian besar rumahtangga petani merasakan perlunya mencari

pendapatan tambahan diluar usahatani, pertanyaannya apakah benar kegiatan mata

pencaharian tambahan ini memberikan kontribusi pendapatan yang lebih baik

daripada hanya melakukan usahatani saja. Total Pendapatan kegiatan On Farm

ternyata memberikan kontribusi terbesar yaitu 42% dan Off Farm hanya 0%

sedangkan kegiatan Non Farm memberikan kontribusi pendapatan total/th sebesar

58%.

Jika dilihat dari persentase 52% rumahtangga responden berada diatas

garis kemiskinan, sisanya termasuk kategori miskin dan sangat miskin, sehingga

persentase rumahtangga responden yang termasuk kategori miskin dan sangat

miskin sebanyak 48%. Kondisi ini perlu diwaspadai seiring terus meningkatnya

populasi penduduk, maka perlu adanya upaya antisipasi meningkatnya jumalah

rumahtangga miskin. Hampir setengah dari hasil kuisioner memperlihatkan

Page 123: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

101

responden berada pada garis kemiskinan, yang rata-rata hanya memiliki lahan 0-3

ha, serta bekerja sebagai nelayan, pendapatan terendah adalah rumahtangga yang

hanya bekerja sebagai buruh tani (tenaga upahan) yang tidak memiliki lahan

sendiri.

Rumahtangga Responden Desa Mekar Sari yang telah melakukan kegiatan

usaha tani padi sawah pasang surut dengan 2 (dua) kali tanam dalam setahun

memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibanding yang masih melakukan 1 (satu)

kali tanam dalam setahun, selisih pendapatan rumahtangga responden yang

melakukan usahatani 1 (satu) kali tanam dengan 2 (dua) kali tanam rata-rata 56%,

sehingga pendapatan rumah tangga mengalami peningkatan yang cukup besar.

Namun masih sedikit sekali rumahtangga di desa Mekar sari yang telah

melakukan 2 (dua) kali tanam dalam setahun, hal ini dikarenakan beberapa

kendala berupa masalah pasang surut air yang belum dapat diatasi, saluran air

yang rusak dan dangkal sehingga petani mengalami kesulitan saat air pasang

cukup besar, lokasi Desa ini yang berada di pesisir muara sungai mengakibatkan

lahan sawah tergenang disaat pasang, air pasang bisa menggenangi sawah hingga

1 sampai 2 hari, yang mengakibatkan sawah fuso, busuk leher dan gagal panen.

6.4.2. Pendapatan Rumahtangga Responden Desa Telang Rejo

Pendapatan utama rumahtangga responden mayoritas bersumber dari

kegiatan mata pencaharian Non Farm (63%), dan sisanya On Farm (36%),

sedangkan untuk Off Farm hanya 1 rumahtangga, sehingga jika dikumulatifkan

hanya 1% saja. Data ini memberikan gambaran mulai adanya pergeseran

kontribusi pendapatan yang dahulunya hanya berasal dari kegiatan On Farm saja,

saat ini mulai terjadi diversifikasi sumber pendapatan dan jumlahnya melebihi

setengah dari populasi rumahtangga responden. Rumahtangga petani yang ada di

desa ini telah banyak melakukan berbagai kegiatan mata pencaharian tambahan

Non Farm.

Sebanyak 53% responden berada diatas garis kemiskinan, yaitu

pendapatan perkapita melebihi 2 $ perhari (berdasarkan Standar World Bank)

yang dijadikan standar garis kemiskinan (Poverty Line)dalam penelitian ini,

sedangkan sisanya termasuk kategori rumahtangga miskin dan sangat miskin

Page 124: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

102

sebesar 47%. Meskipun sebagian telah berada diatas garis kemiskinan namun hal

ini perlu diwaspadai, mengingat rata-rata responden yang berada diatas garis

kemiskinan ini memiliki kegiatan mata pencaharian tambahan Off Farm dan Non

Farm sedangkan yang hanya mengandalkan kegiatan On Farm saja cenderung

berada pada garis kemiskinan, jika hal ini dibiarkan terus menerus maka peralihan

mata pencaharian dari kegiatan On farm akan meningkat, sehingga diperlukan

usaha peningkatan kegiatan Non Farm yang berbasis pertanian pada rumah tangga

petani di desa ini, untuk menjaga keberlanjutan kegiatan On farm sebagai

penyedia bahan baku kegiatan Non Farm, dengan demikian dapat bersinergi

dengan penetapan daerah ini sebagai penyangga pangan.

Rumahtangga responden yang melakukan penanaman 2 (dua) kali dalam

setahun, memiliki pendapatan lebih besar dibanding rumahtangga responden yang

melakukan penanaman 1 (satu) kali dalam setahun. Meskipun pada beberapa

rumahtangga responden pendapatan satu kali tanam hampir menyamai

rumahtangga responden dua kali tanam, hal ini dikarenakan rumahtangga tersebut

memiliki kegiatan mata pencaharian tambahan baik Off Farm maupun Non Farm.

6.4.3. Struktur Pendapatan Rumahtangga

Jika dibandingkan tingkat pendapatan kedua desa lokasi studi, maka

terlihat bahwa Desa Mekar Sari memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi,

namun jika dilihat sebaran distribusi pendapatan di kedua desa hampir sama yaitu

mengumpul pada sebaran pendapatan pertahun antara Rp. 20.000.000 hingga

Rp.75.000.000. Boxplot pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata

pertahun rumah tangga di desa Mekar Sari sebesar Rp. 53.087.500 dan di desa

Telang Rejo sebesar Rp. 49.045.000.

Jika dilihat dari status kesejahteraan yang dibandingkan dengan standar

garis kemiskinan yaitu 2$/perkapita/hari berdasarkan standar Bank Dunia (World

Bank), terlihat bahwa pendapatan perkapita/hari rumahtangga responden yang

berada pada garis kemiskinan adalah rumahtangga responden yng melakukan

kegiatan mata pencaharian tambahan Non Farm, sedangkan rumahtangga

responden yang melakukan kegiatan On Farm berada diatas garis kemiskinan. Ini

memperlihatkan bahwa kegiatan pertanian (On Farm) di kedua desa ini masih

Page 125: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

103

berpontesi untuk terus dikembangkan, dan mampu memberikan kontribusi

kesejahteraan yang lebih baik bagi masyarakat setempat.

Di desa Mekar Sari, Semakin kebawah status kesejahteraannya, maka

komposisi kegiatan Non Farm semakin membesar, dan kegiatan On farm semakin

mengecil, rumahtangga yang berada di kelas atas (15%) sebagian besar tetap

fokus pada mata pencaharian On Farm, Rumahtangga yang berada dikelas bawah

(40%) justru lebih banyak yang melakukan kegiatan pada Non Farm (F), kegiatan

Non Farm (NF) yang dilakukan hanyalah jenis usaha kecil-kecilan (usaha mikro),

dibidang perdagangan dan jasa (sektor informal) dan belum mengarah pada

industri pedesaan yang produktif, sektor pertanian sebagai telah mengalami

penurunan, dan tidak bisa diandalkan sebagai satu-satunya fokus kegiatan mata

pencaharian terutama bagi rumahtangga kelas bawah, dan merupakan suatu

ancaman bagi keberlanjutan pertanian tanaman pangan diwilayah pasang surut ini.

Di desa Telang Rejo, Komposisi kegiatan On Farm di desa Telang Rejo

berfluktuasi atau hampir sama untuk setiap kelas rumahtangga, tingkat pendapatan

pada kelas atas dan menengah justru diperoleh dari kegiatan mata pencaharian

Non Farm, Rumahtangga kelas bawah justru yang lebih banyak tetap

mengusahakan kegiatan On Farm.

Jika dibandingkan dengan Status kesejahteraan berdasarkan standar garis

kemiskinan 2$/kapita/hari berdasarkan strandar Bank Dunia (World Bank), maka

terlihat bahwa rumahtangga kelas bawah di desa Mekar Sari masih berada

dibawah garis kemiskinan, Sama halnya dengan desa Mekar Sari, di desa Telang

Rejo rumahtangga yang berada dibawah garis kemiskinan adalah rumahtangga

pada kelas bawah, dan kontribusi pendapatan dari kegiatan Non Farm

memberikan tambahan pendapatan yang lebih besar daripada On Farm.

6.4.4 Keberlanjutan Ekonomi Wilayah

Jika dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi wilayah, maka dari data yang

diperoleh dalam studi ini, ekonomi wilayah belum mengalami pertumbuhan,

setelah 31 tahun sejak dibukanya daerah ini sebagai lokasi transmigrasi, dengan

tingkat kesejahteraan yang masih minim baru 52,5% di desa Telang Rejo dan 53%

Page 126: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

104

di desa Mekar sari, memberikan sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi berjalan

sangat lambat.

Keberlanjutan mata pencaharian rumahtangga dalam kegiatan On Farm

dilokasi studi ini masih berprospek untuk di pertahankan, jika masyarakat mampu

menumbuhkan berbagai jenis kegiatan Non Farm yang berbasis pada produk

usahatani, akan tetapi sebaliknya jika masyarakat lebih banyak melakukan

pergeseran mata pencaharian ke Non Farm dibidang informal, maka kemungkinan

terbesar justru kemiskinan yang akan meningkat, karena masyarakat lebih tertarik

kesektor informal yang belum mampu menjamin pendapatan rumahtangga dalam

jangka panjang. Kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan alam,

senantiasa diharapkan agar rumahtangga mampu melakukan kegiatan mata

pencaharian yang senantiasa selaras dengan alam, untuk dapat menjamin

keberlanjutan wilayah.

Selain permasalahan panen satu kali setahun, permasalahan lainnya yang

dihadapi petani, antara lain: infrastruktur seperti pengairan yang dangkal, belum

tersedianya pintu air, dan pemasaran yang kerapkali dipermainkan oleh para

tengkulak dalam penentuan harga jual. Sehingga optimalisasi peran BULOG serta

lembaga pemasaran tingkat desa perlu dilakukan secepatnya, agar petani memiliki

kekuatan dalam penentuan harga jual hasil usahatani.

Page 127: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

VII. DAYA DUKUNG LAHAN (CARRYING CAPACITY),

KEPADATAN AGRARIS DAN KONDISI SOSIAL EKOLOGI

(ANALISIS MAKRO)

7.1. Kondisi Wilayah Pasang Surut Kabupaten Banyuasin

Sebagian wilayah Kabupaten Banyuasin berupa rawa pasang surut yang

sangatlah berpotensi bagi pengembangan pertanian pangan dengan penggunaan

teknologi yang sesuai. Pembukaan areal rawa pasang surut yang merupakan lahan

suboptimal telah dilakukan pemerintah sejak tahun 1969 melalui reklamasi,

namun sebelumnya areal ini telah lebih dahulu dibuka oleh para pendatang dari

Bugis sejak tahun 1930. Pembukaan lahan pasang surut atau reklamasi dilakukan

dengan tujuan untuk mendrainase kelebihan air permukaan dan air tanah,

memungkinkan penyaluran air (pasang) untuk tanaman, mencegah banjir,

mencegah intrusi air asin, menyediakan fasilitas transportasi untuk perahu-perahu

kecil (P2DR, 1995). Untuk tujuan diatas maka langkah awal dalam reklamasi

rawa ini adalah dengan membuat saluran drainase. Saluran yang dibuat adalah

saluran primer, sekunder, dan tersier (Dinas PU Pengairan Sumsel, 2011).

Beberapa lokasi yang dibuka dan dikembangkan untuk persawahan dengan

masukan teknologi yang tepat dan pengelolaan air yang memadai telah

memberikan hasil yang mampu menyamai persawahan beririgasi. Kondisi ini

memberikan gambaran bahwa daerah ini sangat prospektif bagi kegiatan di sektor

pertanian. Sedangkan tanaman perkebunan yang terbukti potensial untuk

dikembangkan antara lain adalah karet, kelapa, kelapa sawit, dan kopi. Karet

dapat dikembangkan di lahan kering. Kelapa, kopi (varietas tertentu) dapat

dikembangkan di lahan pasang surut. Sedangkan kelapa sawit dapat

dikembangkan baik di lahan kering maupun pasang surut (Humas Kabupaten

Banyuasin, 2011).

Lokasi Penelitian ini mengambil Sampel di Kecamatan Muara Telang

dengan ibukota desa Telang Jaya, luas wilayah kecamatan ini 1.150 km2 yang

mencakup 22 desa definitif terdiri dari 12 desa eks Transmigrasi dan 10 Desa eks

Marga. Desa yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Desa Telang Rejo dan

Desa Mekar Sari, kedua desa ini ditentukan secara sengaja (Purposive) dengan

pertimbangan bahwa Kedua desa ini memiliki penduduk yang cukup padat, rata-

Page 128: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

106

rata penduduk bermata pencarian sebagai petani sawah, berada di daerah pesisir

sungai yaitu desa Mekar Sari dan berada di daerah pedalaman yaitu desa Telang

Rejo.

Kondisi lahan pasang surut di kedua desa lokasi studi ini memerlukan

penanganan yang lebih baik, dimana pemeliharaan saluran air yang kurang baik,

sehingga saluran banyak yang dangkal, hal ini tentunya mempengaruhi tingkat

produktifitas padi yang dihasilkan. Jika dengan tata air yang baik memungkinkan

dilakukan penanaman dua kali dalam setahun, maka dengan kondisi saluran air

yang ada saat ini petani masih mengalami kesulitan untuk melakukan penanaman

dua kali dalam setahun. Untuk menjaga keberlanjutan dari areal pasang surut ini

pemeliharaan terus menerus menjadi sangat penting, penyumbatan saluran air

akibat pertumbuhan gulma, serta tidak mengalirnya air dari irigasi yang

mengakibatkan kekeringan pada lahan dapat diatasi dengan adanya pemeliharaan

yang terus menerus, dan ini tentunya tidak hanya menunggu penanganan dari

pemerintah saja, akan tetapi perlu dilakukan penggerakan inisiatif petani dan

kelompok tani untuk melakukan pemeliharaan saluran air tersebut secara

berkelanjutan untuk kepentingan bersama.

Secara umum lahan yang tersedia di kedua desa penelitian ini telah digarap

semua, termasuk lahan cadangan yang disediakan oleh pemerintah, bahkan lahan

yang dimiliki pemerintah juga telah mereka garap saat ini. Kepemilikan dan

penguasaan lahan yang semakin meluas ini menyebabkan langkanya tenaga kerja

petani penggarap, hal ini menyebabkan produktivitas lahan kurang optimal dan

tingkat kesejahteraan penduduk tidak berbanding lurus dengan penambahan luas

lahan tersebut. Untuk lebih jelasnya dilakukan perhitungan dan analisis Carrying

Capacity untuk melihat daya dukung lahan yang ada saat ini, analisis pendapatan

rumahtangga untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat saat ini, serta

analisis kondisi sosial ekologi untuk mengetahui kondisi lingkungan hidup dan

permasalahan kehidupan masyarakat tani di daerah ini.

Page 129: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

107

7.1. Kemampuan Daya Dukung (Carrying Capacity)Lahan

Daya dukung lingkungan hidup seharusnya menjadi pertimbangan

terpenting dalam penataan ruang, agar alokasi pemanfaatan ruang seimbang

dengan kondisi dan kapasitas sumberdaya yang tersedia dalam wilayah.

Sumberdaya utama yang mendasari daya dukung lingkungan adalah lahan dan air,

keterbatasan lahan dan air akan menjadi pembatas utama dukungan lingkungan

bagi aktivitas manusia di suatu wilayah (Rustiadi, 2010).

Dalam studi ini dilakukan penghitungan daya dukung sumberdaya utama

yaitu lahan sawah pasang surut. Mengingat komoditi utama dan mayoritas sebagai

fokus mata pencaharian diwilayah pasang surut ini adalah padi sawah pasang

surut., sehingga daya dukung lahan menjadi sumber daya utama.

7.1.1 Daya Dukung (Carrying Capacity) Lahan pasang Surut Kabupaten

Banyuasin

Tabel 23 Hasil perhitungan CCR lahan sawah pasang surut Kabupaten Banyuasin

Banyuasin Tahun A x r H x h x F CCR

2009 207.939 576.916 0,36

2010 156.209 568.165 0,27 Sumber: Banyuasin dalam angka (2009, 2010), data diolah

Hasil perhitungan Carrying Capacity (CCR) lahan sawah pasang surut di

Kabupaten Banyuasin yang diperoleh kurang dari satu (1) atau CCR < 1 yaitu

0,36 pada tahun 2009 dan 0,27 pada tahun 2010, sehingga asumsinya Carrying

Capacity lahan pasang surut di Kabupaten Banyuasin berada pada status defisit,

yang berarti bahwa berdasarkan jumlah lahan yang ada, di wilayah tersebut sudah

tidak mungkin lagi dilakukan pembangunan yang bersifat ekspansif dan

eksploratif lahan, dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok penduduk

menjadi berkurang. Sehingga yang perlu dilakukan adalah program peningkatan

produktifitas usahatani, berupa intensifikasi pertanian, perbaikan teknologi,

peningkatan pengetahuan dan akses informasi petani, perbaikan sarana dan

prasarana penunjang produksi pertanian, serta penyediaan sarana pemasaran hasil

usahatani berupa pasar bagi komoditi yang dihasilkan, yang diharapkan mampu

meningkatkan pendapatan petani tanpa harus melakukan perluasan lahan

pertanian secara terus menerus.

Page 130: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

108

Gambar 20 Penurunan Carrying Capacity Lahan Kabupaten Banyuasin ,

2009-2010.

Pada Gambar 20, terlihat bahwa Carrying Capacity (CCR) lahan sawah

pasang surut di Kabupaten Banyuasin mengalami penurunan dari tahun 2009

sebesar 0.36 menjadi 0.27, menurun sebesar 76 perssen dibanding tahun

sebelumnya. Tanpa adanya penurunan sebesar ini saja kondisi Carrying Capacity

telah berada pada status defisit, jika kondisi ini terus dibiarkan maka wilayah

pasang surut di Kabupaten Banyuasin ini terancam keberlanjutannya, dan hal ini

perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik pemerintah, instansi dan

penduduk didaerah tersebut.

7.2.2 Daya Dukung (Carrying Capacity) Lahan Pasang Surut Kecamatan

Muara Telang

Tabel 24 Hasil perhitungan CCR Lahan Pasang Surut Kecamatan Muara Telang

Muara Telang Tahun A x r H x h x F CCR

2009 26.753 36.640 0.73

2010 33.350 55.618 0.60 Sumber: Banyuasin dalam angka, data diolah (2009,2010).

0.36

0.27

-

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

0.40

CCR 2009 CCR 2010

CCR 2009

CCR 2010

Page 131: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

109

Untuk Kecamatan Muara Telang yang menjadi lokasi penelitian, Carrying

Capacity (CCR) lahan sawah pasang surut yang diperoleh juga kurang dari 1 atau

CCR < 1, yaitu 0,73 pada tahun 2009 dan 0,60 pada tahun 2010. Sehingga

Carrying Capacity lahan pasang surut di Kecamatan Muara Telang diasumsikan

berada pada status defisit, yang berarti diwilayah Kecamatan Muara Telang ini

sudah tidak dimungkinkan lagi dilakukan pembangunan yang bersifat ekspansif

dan eksploratif lahan. Ketersediaan lahan sudah habis, sehingga penduduk perlu

menyadari kondisi ini untuk dapat menahan laju perluasan atau ekspansi lahan

secara terus menerus.

Hasil survei dan wawancara dilapangan menunjukkan rata-rata petani di

daerah ini telah membuka semua lahan yang tersedia, bahkan telah merambah

perluasan ke daerah disekitarnya, baik dengan cara membeli maupun

memanfaatkan lahan tidur milik pemerintah. Akan tetapi semakin luasnya areal

sawah yang dibuka tidak yang diimbangi dengan peningkatan produksi hasil

pertanian, dikarenakan kurangnya tenaga kerja untuk menggarap lahan dan

frekuensi panen yang saat ini rata-rata masih satu kali dalam setahun. Minimnya

pengetahuan tentang cara-cara peningkatan produktivitas usaha tani,

menyebabkan petani terus menerus berusaha melakukan perluasaan areal sawah,

karena hanya cara inilah yang menurut mereka mampu meningkatkan pendapatan

rumahtangganya.

Gambar 21 Penurunan Carrying Capacity Lahan Kecamatan Muara Telang,

Kabupaten Banyuasin, 2009-2010.

0.73

0.60

-

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

CCR 2009 CCR 2010

CCR 2009

CCR 2010

Page 132: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

110

Hasil perhitungan menunjukkan terjadi penurunan Carrying Capacity

(CCR) di Kecamatan Muara telang sebesar 82 persen dari 0,73 pada tahun 2009

menjadi 0,60 pada tahun 2010. Penurunan ini lebih besar di banding wilayah

Banyuasin secara keseluruhan, Kecamatan Muara Telang merupakan salah satu

wilayah perariran di Kabupaten Banyuasin, yang diperuntukkan sebagai salah satu

daerah penyangga pangan Sumatera Selatan, penurunan Carrying Capacity (CCR)

yang sangat besar dalam jangka waktu satu tahun, merupakan ancaman

keberlanjutan bagi ketahanan pangan dan daya dukung lingkungan yang

memburuk.

Kondisi yang ada saat ini di Kecamatan Muara Telang adalah masyarakat

yang mayoritas adalah petani, melakukan kegiatan usaha taninya dengan terus

memperluas lahan usaha tani, tanpa mengetahui sedikitpun tentang perlunya

menjaga kelestarian lingkungan, dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat,

kepala desa dan rumah tangga, diperoleh informasi bahwa masyarakat setempat

tidak pernah melakukan usaha-usaha konservasi lahan, bahkan terpikirkan saja

belum, selain itu untuk program pemerintah dalam pengendalian kerusakan dan

pelestarian lingkungan juga belum sampai pada masyarakat. Hal ini merupakan

salah satu penyebab penurunan Carrying Capacity lahan dari tahun ke tahun.

7.2.3 Daya Dukung (Carrying Capacity) Lahan Pasang Surut Desa Mekar

Sari Dan Desa Telang Rejo

Hasil perhitungan daya dukung lahan pasang surut di kedua desa lokasi

studi menunjukkan bahwa Carrying Capacity lahan pasang surut di kedua desa ini

berada pada status waspada, dalam hal ini CCR 1 yaitu 1,018 untuk Desa Mekar

Sari dan 1,021 untuk Desa Telang Rejo, yang berarti bahwa daerah ini masih

memiliki keseimbangan antara kemampuan lahan dan jumlah penduduk yanga

ada. Pemenuhan kebutuhan pokok masih dapat diatasi, namun kondisi tersebut

harus diwaspadai karena proses pertambahan penduduk yang cepat dan kurang

terkendali, serta adanya proses kegiatan pembangunan dapat menyebabkan

penurunan daya dukung lahan di daerah ini, dan pemerintah daerah serta

masyarakat setempat perlu melakukan upaya antisipasi dan mewaspadai kondisi

saat ini.

Page 133: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

111

Tabel 25 Hasil perhitungan CCR Lahan Pasang Surut Desa Mekar Sari dan

Desa Telang Rejo Tahun 2011

Desa Axr HxhxF CCR

Mekar Sari 500 490,93 1,018

Telang Rejo 1.800 1.763,62 1,021 Sumber: Buku Profil Desa Mekar Sari dan Desa Telang Rejo, 2011

Pada Tabel 25, hasil perhitungan Carrying Capacity (CCR) lahan pasang

surut di kedua desa CCR desa Mekar Sari sedikit lebih rendah jika dibandingkan

CCR Desa Telang Rejo, dikarenakan terdapat perbedaan jumlah penduduk dan

jumlah KK, serta luas lahan pertanian pasang surut yang ada di masing-masing

desa tersebut. Desa Telang Rejo memiliki jumlah penduduk yang lebih banyak

dibandingkan desa Mekar Sari, serta luasan lahan yang lebih luas, sedangkan

angka perhitungan CCR di Desa Mekar Sari menunjukkan jumlah penduduk dan

luas areal pertanian pasang surut yang hampir menyamai komposisi jumlah

penduduk.

Pada Tabel 25, juga terlihat bahwa luas desa Mekar Sari lebih kecil

dibandingkan luas desa Telang Rejo. Begitu juga komposisi rumahtangga yang

ada, namun kedua desa tersebut sama-sama berada dalam kondisi waspada. Dan

jika tidak dilakukan upaya –upaya untuk menjaga keseimbangan daya dukung

lahan maka status waspada ini dapat mengalami penurunan ke status defisit.

`

Gambar 22 Perbandingan Carrying Capacity Lahan Desa Mekar sari dan

Desa Telang Rejo, 2010

Mekar Sari, 1.018

Telang Rejo, 1.021

1.018

1.018

1.019

1.019

1.020

1.020

1.021

1.021

1.022

- 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

Ind

eks

CC

R

Desa

CCR

Page 134: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

112

Selanjutnya pada Gambar 22, dilakukan pembandingan carrying capacity

di tiga level analisis. Dan dapat dilihat perbandingan antara carryingcCapacity

lahan pasang surut di desa mekar Sari, desa Telang Rejo dengan Carrying

Capacity Kecamatan Muara Telang dan Kabupaten Banyuasin. Terdapat

perbedaan hasil perhitungan carrying capacity lahan di ketiga level studi tersebut.

Gambar 23 Perbandingan Carrying Capacity Desa, Kecamatan dan Kabupaten

Pada Gambar 23, diperoleh gambaran tentang Carrying Capacity lahan pasang

surut sebagai berikut:

1. Berbeda dengan carrying capacity Kabupaten Banyuasin dan Kecamatan

Muara Telang yang berada pada status defisit, carrying capacity lahan pasang

surut di Desa Mekar Sari dan Desa Telang Rejo berada pada status waspada,

kondisi ini dikarenakan kajian carrying capacity dilakukan pada lingkup

ekosistem yang lebih kecil yakni desa. Hal ini menunjukkan bahwa kedua

desa ini masih memiliki daya dukung bagi aktifitas pertanian penduduknya,

yang berarti bahwa kegiatan pertanian pangan masih dapat dikembangkan di

kedua desa ini, namun perlu di waspadai terhadap usaha perluasan areal

pertanian yang merambah kawasan lindung, serta areal konservasi, sehingga

keseimbangan dengan alam tetap terjaga, dan carrying capacity lahan yang

ada tidak mengalami penurunan lebih lanjut akibat aktifitas pertanian tersebut.

Mekar Sari Telang Rejo Muara Telang Banyuasin

CCR 1.018 1.021 0.600 0.460

-

0.200

0.400

0.600

0.800

1.000

1.200

Ind

eks

CC

R

Page 135: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

113

2. Perlunya usaha menjaga keseimbangan daya dukung lahan di kedua desa ini

belum mendapatkan perhatian pemerintah dan masyarakat setempat,

berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan, responden rata-rata

menyatakan ketidaktahuan mereka akan pentingnya menjaga kelestarian

lingkungan, lahan dan air. Sampai saat ini masyarakat belum mengetahui

upaya menjaga keseimbangan daya dukung, sehingga tidak ada upaya apapun

yang dilakukan untuk mengantisipasi penurunan daya dukung lahan ini.

3. Masyarakat petani yang ada di kedua desa ini masih terus melakukan ekspansi

perluasan lahan pertanian untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga,

namun kurangnya pengetahuan membuat mereka tidak menyadari bahwa

perluasan areal pertanian yang mereka lakukan terus menerus mengakibatkan

penurunan daya dukung lahan, dan peningkatan produktivitas hanya

dikarenakan adanya penambahan luas areal pertanian (ekstensifikasi), bukan

dikarenakan optimalisasi produksi usaha tani (intensifikasi), cara yang masih

sederhana untuk meningkatakan pendapatan rumahtangga, dan

mengeksploitasi lahan tanpa memperdulikan batasan ketersediaan lahan

sebagai penyangga lingkungan.

4. Dengan kondisi carrying capacity lahan yang telah mengalami penurunan

bahkan defisit ditingkat Kabupaten dan Kecamatan, maka upaya antisipasi

yang dapat dilakukan untuk mencegah penurunan carrying capacity lahan

lebih lanjut adalah dengan menekan pertambahan jumlah penduduk dan

melakukan program intensifikasi pertanian, program 2 kali panen yang mulai

dilakukan pemerintah di daerah ini, merupakan salah satu alternatif yang dapat

menahan laju penurunan carrying capacity lahan didaerah ini.

5. Program dua kali panen dalam setahun ini mampu meningkatkan pendapatan

rumahtangga petani, sehingga para petani tidak dihadapkan dengan keinginan

untuk menambah luas lahan terus menerus agar pendapatan rumahtangga

meningkat. Namun berbagai kendala yang ada saat ini seperti rusaknya saluran

air irigasi dan pendangkalan, serta perubahan musim penghujan dan kemarau

menyebabkan masih sangat sedikitnya petani yang mampu melakukan

program dua kali panen dalam setahun ini.

Page 136: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

114

7.3 Kepadatan Agraris Dan Daya Dukung Kehidupan

7.3.1 Kepadatan Agraris

Kepadatan agraris merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang

beraktifitas dibidang pertanian dengan luas lahan pertanian yang tersedia di suatu

daerah atau wilayah. Di lokasi penelitian yaitu Desa Telang Rejo dan Desa Mekar

Sari rata-rata aktivitas penduduknya di sektor pertanian tanaman pangan. Desa ini

merupakan daerah eks transmigrasi, sehingga rata-rata penduduk memiliki areal

pertanian berupa lahan sawah pasang surut yang diberikan oleh pemerintah

masing-masing sebanyak 2 ha per KK, dan lahan cadangan sebesar 1 ha per KK,

dan untuk saat ini penduduk di lokasi ini rata-rata telah memanfaatkan lahan

cadangan tersebut, sehingga terjadi penambahan luas areal pertanian didaerah ini.

Gambar 24 Perbandingan jumlah penduduk dan luas wilayah, 2010.

Pada Gambar 24, terlihat bahwa Desa Telang Rejo memiliki jumlah

penduduk yang lebih banyak dibanding Desa Mekar Sari, namun jumlah KK Desa

Telang Rejo lebih sedikit, yang mengindikasikan rata-rata jumlah anggota

keluarga di masing-masing KK Desa Telang Rejo (4,06 org/KK) lebih banyak

dari Desa Mekar Sari (3,76 org/KK) dan untuk luas areal pertanian dan luas

wilayah Desa Telang Rejo memiliki areal yang lebih luas dibanding Desa Mekar

Sari. Dengan jumlah rumahtangga (KK) yang lebih banyak di desa Telang Rejo

namun karena areal yang dimiliki lebih luas, maka kepadatan agrarisnya lebih

2,883

709

1,820

3,602

2,521

772

1,436

3,300

Jumlah Penduduk (Jiwa) 2010 Jumlah Rumahtangga (KK)

2010

Luas areal Pertanian 2010 Luas Wilayah 2010

Telang Rejo Mekar Sari

Page 137: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

115

rendah dan daya dukung kehidupan tentunya lebih baik, dengan asumsi

produktifitas lahan yang sama dan kondisi sosial yang baik dan aman.

Tabel 26 Kepadatan Agraris dan Daya Dukung Kehidupan

Kecamatan

Muara Telang

Kepadatan Agraris

(kk/ha)

Daya Dukung Kehidupan

(ton/kk/th)

Telang Rejo 1.58 3.12

Mekar Sari 1.75 2.84 Sumber: Profil Desa Mekar Sari Dan Telang Rejo (2011), data diolah

Pada Tabel 26, terlihat bahwa kepadatan agraris di lokasi penelitian lebih

besar dari satu (1). Dimana Desa Telang Rejo sebesar 1,58 kk/ha dan Desa Mekar

Sari sebesar 1,7 kk/ha yang berarti bahwa luas lahan pertanian dibanding jumlah

penduduk yang ada di desa tersebut berada pada kondisi waspada dan tidak

disarankan untuk melakukan perluasan lahan lagi meskipun masih

memungkinkan. Jika perluasan lahan masih terus berlangsung maka kondisinya

akan menjadi defisit, yang diperlukan adalah usaha peningkatan produktivitas

lahan. Dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa lahan yang dimiliki

setiap KK sebanyak 2 ha ditambah dengan merambah lagi lahan cadangan yang

dipersiapkan pemerintah 1 ha/kk sehingga rata-rata setiap KK memiliki 3 ha,

belum ditambah lahan yang mereka beli sendiri. Hal ini menyebabkan petani

pemilik lahan kekurangan tenga kerja penggarap karena lahan yang dimiliki

cukup luas, sehingga produktivitas sawah itu sendiri tidak optimal.

Jika dibandingkan kepadatan agrarisnya, Desa Mekar Sari lebih padat

dibandingkan Desa Telang Rejo, padahal jumlah penduduk Desa Mekar Sari lebih

sedikit dibandingkan Desa Telang Rejo, hal ini dikarenakan letak atau lokasi Desa

Mekar Sari yang berada dipesisir sungai musi, sehingga lahan sawah yang mereka

garap rata-rata berada di pesisir sungai musi dan dibandingkan dengan Desa

Telang Rejo yang berada di daerah daratan bagian dalam, maka pemanfaatan

lahan sawahnya lebih maksimal. Di Desa Mekar sari hanya 43,52 persen dari luas

wilayahnya yang termanfaatkan untuk areal pertanian, sedangkan di Desa Telang

Rejo areal yang dimanfaatkan untuk pertanian sebesar 50,52 persen. Letak Desa

Mekar Sari yang berada dipesisir mengakibatkan lahan sawahnya lebih rentan

(fragile), sehingga resiko yang dihadapi petani sawah pasang surut berupa

ancaman terendam air pasang lebih besar dibandingkan Desa Telang Rejo.

Page 138: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

116

Pasang yang terjadi di Desa Mekar sari lebih lama dari pasang yang terjadi

di Desa Telang Rejo. Di Desa Telang Rejo pasang hanya terjadi beberapa saat

ketika curah hujan tinggi dan akan langsung surut kembali sehingga tidak merusak

areal pertanaman padi. Sedangkan kondisi di desa Mekar Sari berbeda, Pasang

yang terjadi di desa ini bias berlangsung beberapa hari dan ini mengakibatkan

rusaknya tanaman padi, sehingga mengakibatkan busuk leher atau gagal panen

bahkan gagal tanam. Hal ini juga menjadi penyebab lebih rendahnya kemampuan

mendukung kehidupan di Desa Mekar Sari dibandingkan Desa Telang Rejo.

Gambar 25 Perbandingan Kepadatan Agraris Dan Daya Dukung Kehidupan,

2010.

Pada Gambar 25, terlihat bahwa semakin tinggi kepadatan agraris semakin

rendah kemampuan mendukung kehidupan, dan semakin rendah kepadatan agraris

semakin tinggi kemampuan mendukung kehidupan. Perbandingan antara kedua

desa menunjukkan hal tersebut. Hal ini dikarenakan share atau hasil produksi

yang diperoleh setiap petani lebih tinggi di desa yang kepadatan agrarisnya lebih

rendah. Tetapi kondisi saat ini adalah luas lahan yang telah dibuka untuk areal

pertanian yang terus bertambah mengakibatkan kekurangan tenaga kerja petani

penggarap, sehingga upah tenaga kerja menjadi lebih tinggi yaitu Rp. 50.000/hari,

dan rata-rata pekerja upahan ini hanya berkerja setengah hari, yaitu mulai siang

hari, karena dipagi hari waktu mereka digunakan untuk menggarap lahan sendiri,

baru sisa waktu disiang hari untuk mengerjakan lahan sawah pemilik lahan lain.

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

Kepadatan Agraris Daya Dukung Kehidupan

Ind

ek

s

Desa

Telang Rejo

Mekar Sari

Page 139: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

117

7.3.2 Kemampuan Mendukung Kehidupan

Kemampuan mendukung kehidupan merupakan perbandingan antara

jumlah panen dalam setahun dengan jumlah penduduk, dalam penelitian ini

diperoleh hasil bahwa kemampuan mendukung kehidupan di lokasi penelitian

yaitu sebesar 0,23 ton/org per bulan untuk Desa Mekar Sari dan 0,26 ton/ org per

bulan untuk Desa Telang Rejo, sehingga jika dikonversi ke nilai Rupiah dengan

asumsi 1 kg Gabah sebesar Rp. 3000, maka diperoleh penghasilan perjiwa sebesar

RP. 712.019 / bulan untuk Desa Mekar Sari dan Rp. 780.437 / bulan untuk Desa

Telang Rejo, sebagaimana terlihat pada Tabel 27 berikut ini.

Tabel 27 Kemampuan mendukung kehidupan lokasi Penelitian

Desa Daya Dukung

Kehidupan

Perbln

(ton/jiwa)

Perbln

(kg/jiwa)

Ribu Rupiah

(Jiwa/bln)

Mekar Sari 2.84 0.23 237.33 712.019

Telang Rejo 3.12 0.26 260.14 780.437 Sumber: Profil Desa Mekar Sari Dan Telang Rejo (2010), data diolah

Tabel 27, terlihat bahwa berdasarkan kemampuan mendukung kehidupan

nya Desa Telang Rejo memiliki daya dukung yang lebih tinggi dibanding Desa

Mekar Sari, padahal jumlah penduduk di desa Telang Rejo lebih banyak dari

jumlah penduduk Desa Mekar Sari. Hal ini dikarenakan persentase luas areal

pertanian yang yang digunakan lebih luas dibandingkan Desa Mekar Sari. Selain

itu tingkat kerentanan yang lebih tinggi bagi areal persawahan di Desa Mekar Sari

akibat pasang surutnya sungai.

Selanjutnya jika dibandingkan dengan Upah Minimum Regional (UMR)

dan kebutuhan hidup rata-rata pekerja yang berlaku di Kabupaten Banyuasin

berdasarkan data dari BPS yaitu Banyuasin dalam angka tahun 2010. Maka

terlihat bahwa kemampuan mendukung kehidupan di kedua Desa tersebut masih

berada dibawah Upah Minimum Regional (UNR) yang berlaku di Kbaupaten

Banyuasin dan kebutuhan hidup rata-rata pekerja. Sebagaimana terlihat dari

grafik berikut ini.

Page 140: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

118

Gambar 26 Perbandingan Daya Dukung Vs UMR Vs Kebutuhan Hidup, 2010.

Pada Gambar 26, grafik tersebut memperlihatkan bahwa masih rendahnya

kemampuan mendukung kehidupan yang dapat diperoleh oleh setiap penduduk.

Kemampuan mendukung kehidupan di kedua desa yang masih berada di bawah

UMR berarti bahwa derajat kehidupan rumahtangga hanya berada pada tataran

minimal dan bahkan dibawah derajat kesejahteraan normal, rumahtangga hanya

mampu bertahan hidup (survival), namun tidak ada masa depan yang lebih baik

untuk meningkatkan kesejahteraan dari sektor pertanian bagi masyarakat di kedua

desa tersebut.

Kebutuhan lahan untuk hidup layak, meningkatkan tekanan penduduk

terhadap lahan. Sumber tekanan penduduk terhadap lahan erat kaitannya dengan

kebutuhan mata pencaharian masyarakat, sehingga terdapat kecenderungan untuk

menambah penghasilan dari sektor non farm dan yang terburuk adalah

mengkonversi lahan untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga dari Tabel 27 dan

Gambar 26 dapat diperoleh penjelasan bahwa:

- Kemampuan mendukung kehidupan masih dibawah UMR dan kebutuhan

hidup rata-rata pekerja/bln berdasarkan standar BPS (2010), kondisi ini

mengakibatkan masyarakat atau rumahtangga akan berusaha menambah

pendapatannya dari sektor non pertanian.

- Hal ini dikarenakan kurang optimalnya hasil produksi yang diperoleh dari

areal yang digarap, karena lahan hanya mampu memberikan kehidupan yang

minimal maka upaya untuk meningkatkan kesejahteraan perlu diarahkan

pada upaya mensinergikan kegiatan mata pencaharian on farm dan non farm

kearah industri pertanian yang produktif dan saling besinergi.

UMR Banyuasin

(Pekerja/bln)

Daya Dukung Kehidupan

(Rupiah/Jiwa/

bln)

Kebutuhan Hidup Rata-

rata

(pekerja/bln)

Mekar Sari 927825 712019 1220917

Telang Rejo 927825 780437 1220917

0500000

10000001500000200000025000003000000

Page 141: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

119

7.4. Kondisi Sosial

Kajian Kondisi sosial dilakukan di kedua desa studi yaitu Desa Mekar Sari

dan Desa Telang Rejo dengan melihat komponen identifikasi sosial yang telah

ditentukan sebelumnya. Komponen identifikasi kondisi sosial yaitu keadaan

penduduk, budaya yang ada, konflik sosial, infrastruktur yang tersedia, serta

kondisi kelembagaan di masing-masing desa. Hasil identifikasi kondisi sosial ini

diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kondisi sebenarnya (existing

condition) yang saat ini terjadi di desa studi, yang mewakili gambaran kondisi

sosial wilayah transmigrasi pasang surut di Kabupaten banyuasin, mengingat

wilayah ini merupakan daerah yang homogen. Hasil identifikasi kondisi sosial

secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28 Hasil identifikasi kondisi sosial di desa Mekar Sari dan Telang Rejo

Desa Mekar Sari Desa Telang Rejo

Terletak di pesisir muara sungai,

tepatnya di jalur 10

Terletak di daratan bagian dalam,

merupakan desa yang berlokasi jalur 8

Penduduk campuran antara

transmigran, pendatang serta penduduk

asli (marga), berjumlah 780 KK

Penduduknya terdiri dari transmigran

(99%) dan pendatang

Budaya yang menonjol di desa ini

adalah budaya Jawa

Budaya yang menonjol di desa ini

adalah budaya Jawa

Kemanan kondusif, tidak ada konflik

sosial yang terjadi

Keamanan kondusif, tidak ada konflik

yang terjadi

Kondisi infrastruktur yang tersedia

masih sangat terbatas terutama jalan

dan listrik, pengaturan air

Ketersediaan infratruktur yang sangat

minim terutama transportasi jalan

Kelembagaan nya desa BPD, PKK,

Polmas, Gapoktan, Klp Tani,

sedangkan KUD sudah tidak berjalan

lagi

Kelembagaan desa berupa Kelompok

Tani, Gapoktan, Kelompok tani

Nelayan (KTNA), sedangkan UPJA,

P3A KUT, KUD sudah tidak berjalan Sumber: Data Primer Diolah, 2012

Pada Tabel 28, hasil identifikasi secara umum menggambarkan adanya

kesamaan kondisi sosial dikedua desa studi hanya saja untuk kondisi penduduk

terdapat perbedaan, dimana untuk Desa Mekar Sari terdapat lebih banyak

pendatang, dikarenakan desa ini terletak di daerah pesisir atau muara sungai

sehingga banyak dilalui lalu lintas transportasi air, yang mengakibatkan banyak

pendatang yang kemudian menetap di desa ini, sehingga penduduknya terdiri dari

Page 142: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

120

transmigran dan pendatang, sedangkan di desa mekar Sari 99% penduduknya

adalah transmigran dan hanya sedikit sekali pendatang, hal ini dikarenakan letak

desa ini terdapat di daratan bagian dalam.

Untuk keberdaan sarana infrastruktur di Desa Mekar Sari lebih

membutuhkan perbaikan sarana saluran irigasi dengan segera, karena sangat

dipengaruhi pasang air laut saat musim penghujan. Sedangkan di Desa Telang

Rejo kondisi saluran air juga banyak yang dangkal, dan terkendala saat terjadi

kekeringan. Kelembagaan yang dibutuhkan dikedua desa ini adalah kelembagaan

sejenis KUD yang mampu menjadi lembaga pemasaran hasil usaha tani, serta

lembaga penyaluran modal usaha tani, sehingga dapat membantu peningkatan

pendapatan petani melalui efektifitas rantai pemasaran dan mempermudah akses

terhadap modal.

7.4.1. Keadaan Sosial Desa Mekar Sari

Desa ini terletak di Kecamatan Muara Telang, tepatnya dijalur 10,

merupakan salah satu desa yang terletak di pesisir muara sungai, berdasarkan

hasil wawancara dengan diperoleh informasi bahwa penduduk di desa ini

merupakan campuran antara transmigran, pendatang serta penduduk asli (marga),

hingga saat ini tidak ada penambahan transmigran ke desa ini. Penduduk desa ini

berjumlah 780 KK, dengan mata pencaharian utama usaha tani sawah pasang

surut, dan mayoritas masih mengusahakan satu kali tanam pertahun, hanya sekitar

15% saja yang telah mengusahan dua kali tanam pertahun.

Penduduk yang mencari pekerjaan ke luar daerah sebanyak 20-50 persen.

Hal ini dikarenakan keinginan untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar,

sejak awalnya daerah ini dibuka penduduk telah mengusahakan usaha tani sawah

pasang surut, dan pernah mencoba untuk bertanam tanaman pangan lainnya

seperti jagung, akan tetapi gagal dikarenakan kondisi lahan yang tidak

mendukung. Selain bekerja sebagai petani sebagian penduduk melakukan

kegiatan mata pencaharian tambahan berupa usaha penggilingan padi, dan sebagai

tenaga upahan (buruh tani).

Budaya yang menonjol di desa ini adalah budaya Jawa. Budaya yang

merupakan daerah asal para transmigran, namun tidak ada pengetahuan lokal yang

Page 143: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

121

menonjol yang dimanfaatkan untuk kegiatan usaha tani di desa ini. Kondisi

keamanan desa ini cukup baik, tidak ada konflik sosial yang terjadi, dan jika

terjadi perselisihan dalam anggota masyarakat akan diselesaikan secara

musyawarah.

Jika dilihat dari ketersediaan infrastrukturnya, kondisi infrastruktur yang

tersedia masih sangat terbatas terutama jalan dan listrik, khususnya untuk sawah

pasang surut, kesulitan masalah pengaturan dan saluran air. Pembuatan jalan

lebih banyak dilakukan secara swadaya oleh masyarakat secara bergotong royong.

Kesulitan air bersih juga menjadi masalah di desa ini, bantuan pemerintah berupa

pembuatan gentong permanen untuk tampungan air hujan belum memedai bagi

masyarakat desa ini, sehingga untuk minum saat ini masyarakat mengandalkan air

minum dalam kemasan.

Dari sisi kelembagaan nya desa ini cukup berkembang, lembaga yang telah

terbentuk yaitu; LPM, BPD, PKK, Polmas, dan telah berjalan dengan baik sesuai

dengan fungsinya. Khususnya untuk usahatani sawah pasang surut kelembagaan

yang telah dibentuk yaitu Gapoktan yang terdiri dari 22 kelompok tani yang

dirasakan masyarakat memberikan manfaat cukup besar dalam usaha tani yang

mereka jalankan. Kondisi yang kurang baik adalah tidak berjalannya lagi KUD,

sehingga masyarakat hanya mengandalkan tengkulak untuk menjual hasil

panennya.

7.4.2. Keadaan Sosial Desa Telang Rejo

Desa ini terletak di Kecamatan Muara Telang, tepatnya di jembatan 5 jalur

8, merupakan desa yang berlokasi didaratan bagian dalam. Penduduknya terdiri

dari transmigran (99%) yang mayoritas berasal dari pulau Jawa dan pendatang.

yang berasal dari Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir. Pertama kali Desa

ini di buka pada tahun 1980, dengan jumlah transmigran sebanyak 486 KK.

Dengan kemajemukan masyarakat yang ada, wilayah ini memiliki potensi

ekowisata berupa daya tarik daerah perairan (wisata alam), budaya lokal,

kehidupan masyarakat yang khas dan keramahan penduduk, namum belum

didukung dengan infrastruktur yang memadai.

Page 144: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

122

Penduduk desa ini terus mengalami peningkatan, meskipun program

transmigrasi telah berakhir. Hal ini dikarenakan adanya pemecahan dari KK yang

lama menjadi KK yang baru serta tambahan penduduk dari luar atau pendatang..

Penduduk yang bekerja diluar daerah hanya sekitar 5 persen, rata-rata penduduk

usia muda, tetapi mereka tetap kembali ke desa pada saat musim tanam dan

musim panen. Migrasi Penduduk keluar desa sangat kecil yaitu hanya sekitar 1

persen, perpindahan penduduk ini dikarenakan alasan ekonomi untuk mencari

pekerjaan lain yang menurut mereka lebih baik, panen yang hanya satu kali dalam

setahun membuat sebagian penduduk ini berada dalam kondisi kemiskinan dan

akhirnya memutuskan untuk migrasi ke Kota Palembang.

Di desa ini mayoritas penduduk tetap bekerja sebagai petani sawah di

lahan pasang surut. Dan jika saat ini banyak terlihat tanaman kelapa dan kelapa

sawit di areal persawahan, hal ini dikarenakan sejak kedatangan transmigrasi ke

desa ini Pemerintah memberikan bantuan bibit termasuk bibit kelapa dan kelapa

sawit, sehingga masyarakat akhirnya menanam tanaman perkebunan tersebut.

Namun sejauh ini tanaman perkebunan ini hanya ditanam dilahan perkarangan,

dan sebagai tanaman pagar di tegalan sawah, karena adanya larangan penanaman

tanaman keras di areal persawahan serta konversi lahan karena daerah ini telah

ditetapkan sebagai penyangga pangan.

Tidak ada jenis usaha lain yang dominan di Desa Telang Rejo. Usaha yang

ada yaitu gudang padi dan penggilingan sebanyak 20 buah yang dimiliki secara

pribadi (private). Selain itu usaha perdagangan dan jasa informal, yang belum

sama sekali mengarah pada usaha perindustrian produktif.

Ketersediaan infratruktur yang sangat minim terutama transportasi jalan,

mempersulit aksesibilitas di daerah ini. Daerah ini hanya bisa dijangkau melalui

transpotasi air seperti perahu atau speed boat, sedangkan untuk transportasi dalam

wilayah kecamatan dapat digunakan sepeda motor, hanya saja kondisi jalan desa

yang buruk dan berupa jalan tanah tetap sulit untuk dilalui saat hujan, dan ini

tentunya mempengaruhi tingkat aksesibitas dan kemudahan transportasi.

Page 145: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

123

Gambar 27 Kondisi Jalan Desa, 2012.

Kelembagaan yang dimiliki desa ini berupa Kelompok Tani, Gapoktan,

Kelompok Tani Nelayan (KTNA), sedangkan kelembagaan berupa UPJA, P3A

KUT, Lumbung Desa semua tidak berjalan lagi dikarenakan banyak permasalahan

keuangan yang terjadi. Keberadaan kelompok tani sangat bermanfaat dalam hal

pinjaman modal usaha tani, penyaluran subsidi dan proses adopsi inovasi.

Di desa ini, budaya yang menonjol adalah budaya Jawa. Karena para

transmigran berasal dari pulau Jawa. Tidak ada keistimewaan lokal yang

menonjol dalam kehidupan masyarakat, begitu juga pengetahuan lokal yang

mereka gunakan tidak ada yang besifat adat atau budaya. Semua pengetahun

usaha tani berasal dari adopsi pengetahuan yang diberikan melalui program

pemerintah.

Untuk pemilikan lahan, pewarisan dilakukan dengan cara pembagian

secara merata pada anggota keluarga. Cenderung tidak ada konflik antar anggota

masyarakat yang ada. Sehingga kondisi desa ini cukup kondusif dan tentunya ini

merupakan salah satu faktor pendukung yang memungkinkan rumahtangga petani

dapat bekerja dan berproduksi lebih baik karena lingkunyan yang relatif aman dan

nyaman.

Page 146: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

124

7.5. Kondisi Ketahanan Ekologi

7.5.1. Kondisi Lahan Pasang Surut

Jika dilihat dari kondisi ekologinya berdasarkan carrying capacity lahan

pasang surut di Kabupaten Banyuasin dan Kecamatan Muara Telang, jelas terlihat

bahwa kondisi Carrying Capacity lahan pasang surut yang sudah defisit, sebagian

besar lahan pasang surut yang tersedia didaerah ini telah direklamasi dan dibuka

bagi areal pertanian pangan dan pemukiman. Penurunan daya dukung lahan ini

mengindikasikan bahwa kondisi ekologi telah mengalami perubahan, dari

ekosistem pasang surut alami ke ekosistem pemukiman dan pertanian.

Hasil kunjungan dilapangan dan berdasarkan gambar peta Tata Guna

Lahan wilayah Kabupaten Banyuasin (2006) yang diambil dari penelitian

terdahulu oleh. Sadelie (2012), terlihat bahwa luas hutan telah mengalami

penyusutan yang cukup besar, sebagian besar dari permukaan hutan telah dibuka

baik bagi keperluan pemukiman, pertanian maupun pembangunan infrastruktur.

Banyuasin memiliki hutan mangrove yang cukup luas, yaitu sebesar 1.168.248,97

ha, tetapi sekitar 69,30 persen mengalami rusak berat dan 14,54 persen mengalami

kerusakan. Kerusakan ini terjadi karena prilaku manusia itu sendiri.

Di Kecamatan Muara Telang sendiri hutan mangrove yang ada telah

berkurang akibat pembukaan lahan, pembuatan jalur transportasi air, serta adanya

limbah rumahtangga yang mengakibatkan terus berkurangnya hutan mangrove di

pesisir Kecamatan Muara Telang ini. Sehingga keberlanjutan ekosistem

mangrove terancam akibat adanya kegiatan manusia, reklamasi, sedimentasi serta

faktor alam.

Jika dilihat dari penggunaan lahannya. Sebagian besar lahan di kecamatan

Muara Telang dibuka untuk dijadikan lahan sawah pasang surut, dan semua lahan

yang tersedia baik lahan yang diberikan pemerintah, maupun lahan cadangan

bahkan lahan milik pemerintah pun telah digarap. Masyarakat desa telah

merambah daerah sekitar diluar batas administrasi kecamatan untuk perluasan

lahan sawah nya dengan cara membeli maupun menyewa lahan sawah tersebut

Page 147: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

125

Gambar 28 Peta Tata Guna Lahan Kabupaten Banyuasin, Tahun 2006. Sumber: Sadelie, 2012.

Muara

Telang

Page 148: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

126

Pada Gambar 28, terlihat bahwa tutupan lahan di Kecamatan Muara

Telang telah mengalami perubahan dari hutan mangrove primer menjadi rawa

belukar, lahan pertanian dan pemukiman. Perubahan ini terjadi dikarenakan

adanya aktivitas yang direncanakan (planned deforestation) dan aktivitas yang

tidak direncanakan (unplanned deforestation). Aktivitas yang direncanakan

terdiri dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan aktivitas yang tidak

direncanakan terdiri dari faktor alam (kebakaran hutan), maupun kebiasaan

masyarakat (human being) seperti merambah hutan, maupun pembalakan liar

(illegal logging), hal ini diprediksi meningkatkan emisi CO2, mengingat hutan

rawa di Kabupaten Banyuasin berupa lahan gambut, sehingga tingkat emisi akan

lebih tinggi dibanding deforestasi.

.

7.5.2. Kondisi Perairan Wilayah Pasang Surut

Kecamatan Muara Telang banyak dilalui sungai besar, yaitu Sungai

Telang dan Sungai Upang yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, kedua

sungai ini menjadi sumber air bagi kegiatan pertanian keperluan rumahtangga.

Selain itu debit air yang rata-rata 763 m3/detik memungkin daerah aliran sungai

(DAS) Telang sebagai sarana transportasi air, dan sangat berpotensi sebagai

sumber air bersih, namun hingga saat ini sarana penyedia air bersih seperti PAM

belum tersedia di daerah ini.

Di Kawasan Telang juga terdapat banyak saluran yang sengaja dibuat

untuk kepentingan drainase lahan pertanian pasang surut. Pada umumnya

jaringan tata air (sistem drainase) yang terdapat di Kawasan Telang adalah sistem

grid ganda (double-grid system) yang dirancang oleh LAPI ITB pada tahun 1976.

Sistem ini didasarkan pada sistem drainase saluran terbuka (open system) dengan

menggunakan saluran primer sebagai saluran navigasi yang berhubungan

langsung ke sungai utama. Jarak antara saluran primer yaitu 8.000 m. Tegak lurus

dengan saluran primer terdapat saluran sekunder yang berhubungan langsung

dengan saluran primer, jarak antara saluran sekunder adalah 1.150 m.

Saluran sekunder pemberi yang melintasi perkampungan dinamakan

Saluran Perdesaan (SPD) dan saluran pembuangan dinamakan Saluran Drainase

Utama (SDU) yang berada di batas lahan usaha II. Saluran tersier dibangun untuk

Page 149: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

127

mengalirkan atau membuang air dari dan ke saluran sekunder. Sistem tata air di

Kawasan Telang dirancang berdasarkan konsep aliran satu arah (one way flow

system) dimana air pasang masuk melalui saluran primer dan terus ke saluran

sekunder pemberi (SPD) dan masuk ke saluran tersier pemberi yang akhirnya

mengaliri lahan usahatani. Kondisi saat ini adalah saluran-saluran pengairan ini

sudah banyak yang rusak dan dangkal, sehingga menyulitkan petani dalam

pengairan usaha tani mereka, sebanyak 75 persen terjadi pendangkalan, serta

panen yang rata-rata masih satu kali dalam setahun, baru sekitar 20 persen dari

areal yang ada yang telah menerapkan sistem panen dua kali pertahun, serta

perlunya pintu air.

Permasalahan lingkungan di wilayah perairan Banyuasin adalah

pencemaran perairan akibat limbah buangan minyak yang berasal dari pemukiman

dan residu pestisida pertanian, yang berisiko merusak habitat perairan terutama

ikan. Selain itu pembalakan hutan mangrove yang dilakukan dapat merusak

lingkungan perairan, erosi meningkat, dan kekuatan ombak juga akan mengalami

peningkatan. Keberlanjutan wilayah dari sisi ekologi harus terus dipertahankan

melalui minimalisasi pengrusakan hutan mangrove, pelarangan pembuangan

limbah kesungai, serta pemanfaatan lahan untuk areal pertanian yang tetap

berkelanjutan tanpa terus merambah dan merusak hutan penyangga lingkungan.

Gambar 29 Kondisi saluran air di desa Mekar Sari, 2012.

Page 150: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

128

7.5.3. Perubahan Iklim Wilayah Pasang Surut

Iklim di wilayah Telang termasuk dalam kategori hujan tropis, yaitu

kondisi panas dan lembab terjadi sepanjang tahun. Suhu rata-rata bulanan 27 C

dan kelembaban relatif 87 persen. Berdasarkan klasifikasi Oldeman maka wilayah

ini termasuk pada zone agroklimat C1. Musim hujan berturut-turut terjadi dalam

5-6 bulan (>200 mm per bulan) dan 1-2 bulan kering (<100 mm per bulan). Rata-

rata curah hujan tahunan yaitu sekitar 2.400 mm, musim hujan terjadi pada bulan

Oktober-April, dan musim kemarau terjadi pada bulan Mei-September.

Tabel 29 Data Curah Hujan Bulanan Kabupaten Banyuasin Bulan 2007 2008 2009 2010 2011

Januari 475 271 253 169 161

Februari 180 266 164 252 278

Maret 300 287 518 454 364 April 292 342 190 454 445

Mei 185 32 34 253 122

Juni 120 48 152 281 48 Juli 86 101 40 347 0

Agustus 40 185 41 291 0

September 19 76 17 268 0

Oktober 130 294 249 342 X November 47 364 219 400 237

Desember 204 291 286 308 258 Sumber: Stasiun Klimatologi Klas II Kenten Palembang, 2012

Pada Tabel 29, terlihat adanya perubahan curah hujan dari tahun ketahun,

dimana curah hujan naik dan turun secara berfluktuasi. Curah hujan terendah

adalah pada musim kemarau dibulan April hingga September. Perubahan curah

hujan yang sangat terlihat adalah pada tahun 2011 dimana pada bulan Juli,

agustus, September curah hujan di Kabupaten Banyuasin adalah 0 (nol). Hal ini

menandakan pada bulan-bulan ini terjadi kekeringan pada lahan sawah didaerah

tersebut, sedangkan curah hujan pada tahun sebelumnya yaitu 2009, pada bulan

bulan-bulan yang sama relatif cukup tinggi. Mengindikasikan adanya perubahan

iklim yang terjadi di wilayah Banyuasin, yang ditandai oleh perubahan curah

hujan yang tidak merata setiap tahunnya.

Perubahan curah hujan yang terjadi sedikit banyak berpengaruh terhadap

kegiatan usaha tani, hal ini terjadi akibatnya adanya perubahan iklim dikarenakan

semakin memburuknya kondisi lingkungan dan keberadaan hutan penyangga

Page 151: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

129

lingkungan yang terus berkurang akibat aktifitas manusia dan aktifitas

pembangunan di wilayah ini. Perubahan curah hujan mempengaruhi perubahan

jadwal tanam bagi petani sawah di wilayah ini, sehingga memerlukan

kedisiplinan para petani untuk mematuhi kalender musim tanam serta terus

memantau kondisi perubahan iklim khususnya pergeseran musim penghujan yang

terjadi, akses informasi menjadi sangat penting bagi petani jika program dua kali

panen pertahun ingin segera direalisasikan di daerah ini.

Kecendrungan emisi CO2 diwilayah perairan Kabupaten Banyuasin

disebabkan oleh aktivitas yang direncanakan sebesar 9,22 persen dan dan yang

tidak direncanakan sebesar 90,88 persen. Indikator penggerak yang direncanakan

bersumber dari kebijakan tata ruang dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber

daya alam, sementara indikator yang tidak direncanakan bersumber dari tekanan

penduduk terhadap lahan, serta karakter dan perilaku masyarakat dalam

memanfaatkan sumberdaya alam. Kondisi pemukiman yang sangat gersang tanpa

ada pohon peneduh menyebabkan suhu udara yang panas di daerah ini, dari hasil

kunjungan di lapangan terlihat kurangnya penghijauan dan pohon peneduh pada

pemukiman dan areal persawahan, tanaman pekarangan hanya sedikit sekali

berupa kelapa atau kelapa sawit dan tumbuh tidak terawat dan tidak tertata,

sehingga diperlukan kegiatan adanya penghijauan didaerah ini.

Gambar 30 Kondisi lingkungan Desa Telang Rejo, 2012 .

Page 152: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

130

7.6. Ikhtisar

7.6.1. Daya Dukung (Carrying Capacity) Lahan Pasang Surut

Hasil Perhitungan Carrying Capacity (CCR) lahan sawah pasang surut di

Kabupaten Banyuasin yang diperoleh kurang dari satu (1) atau CCR < 1 yaitu

0,36 pada tahun 2009 dan 0,27 pada tahun 2010, sehingga asumsinya carrying

capacity lahan pasang surut di kabupaten Banyuasin berada pada status defisit,

yang berarti bahwa berdasarkan jumlah lahan yang ada, di wilayah tersebut sudah

tidak mungkin lagi dilakukan pembangunan yang bersifat ekspansif dan

eksploratif lahan, dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok penduduk

menjadi berkurang. Sehingga yang perlu dilakukan adalah program peningkatan

produktifitas usahatani, berupa intensifikasi pertanian, perbaikan teknologi,

peningkatan pengetahuan dan akses informasi petani, perbaikan sarana dan

prasarana penunjang produksi pertanian, serta penyediaan sarana pemasaran hasil

usahatani berupa pasar bagi komoditi yang dihasilkan, yang diharapkan mampu

meningkatkan pendapatan petani tanpa harus melakukan perluasan lahan

pertanian secara terus menerus.

Untuk Kecamatan Muara Telang yang menjadi lokasi penelitian. Carrying

capacity (CCR) lahan sawah pasang surut yang diperoleh juga kurang dari 1 atau

CCR < 1, yaitu 0,73 pada tahun 2009 dan 0,60 pada tahun 2010. Sehingga

Carrying Capacity lahan pasang surut di Kecamatan Muara Telang diasumsikan

berada pada status defisit, yang berarti diwilayah kecamatan Muara Telang ini

sudah tidak dimungkinkan lagi dilakukan pembangunan yang bersifat ekspansif

dan eksploratif lahan. Ketersediaan lahan sudah habis, sehingga penduduk perlu

menyadari kondisi ini untuk dapat menahan laju perluasan atau ekspansi lahan

secara terus menerus.

Hasil perhitungan daya dukung lahan pasang surut di kedua desa lokasi

studi menunjukkan bahwa carrying capacity lahan pasang surut di kedua desa ini

berada pada status waspada, dalam hal ini CCR 1 yaitu 1,018 untuk Desa Mekar

Sari dan 1,021 untuk Desa Telang Rejo, yang berarti bahwa daerah ini masih

memiliki keseimbangan antara kemampuan lahan dan jumlah penduduk yanga

ada. Pemenuhan kebutuhan pokok masih dapat diatasi, namun kondisi tersebut

harus diwaspadai karena proses pertambahan penduduk yang cepat dan kurang

Page 153: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

131

terkendali, serta adanya proses kegiatan pembangunan dapat menyebabkan

penurunan daya dukung lahan di daerah ini, dan pemerintah daerah serta

masyarakat setempat perlu melakukan upaya antisipasi dan mewaspadai kondisi

saat ini.

Berbeda dengan carrying capacity Kabupaten Banyuasin dan Kecamatan

Muara Telang yang berada pada status defisit, carrying capacity lahan pasang

surut di Desa Mekar Sari dan Desa Telang Rejo berada pada status waspada,

kondisi ini dikarenakan kajian carrying capacity dilakukan pada lingkup

ekosistem yang lebih kecil yakni desa. Hal ini menunjukkan bahwa kedua desa ini

masih memiliki daya dukung bagi aktifitas pertanian penduduknya, yang berarti

bahwa kegiatan pertanian pangan masih dapat dikembangkan di kedua desa ini.

7.6.2. Kepadatan Agraris Dan Daya Dukung Kehidupan

Kepadatan Agraris di lokasi penelitian lebih besar dari satu (1). Dimana

Desa Telang Rejo sebesar 1,58 kk/ha dan Desa Mekar Sari sebesar 1,7 kk/ha yang

berarti bahwa luas lahan pertanian dibanding jumlah penduduk yang ada di desa

tersebut berada pada kondisi waspada dan tidak disarankan untuk melakukan

perluasan lahan lagi meskipun masih memungkinkan. Karena jika perluasan lahan

masih terus berlangsung maka kondisinya akan menjadi defisit.

Pada gambar 24, terlihat bahwa semakin tinggi kepadatan agraris semakin

rendah kemampuan mendukung kehidupan. Semakin rendah kepadatan agraris

semakin tinggi kemampuan mendukung kehidupan. Perbandingan antara kedua

desa menunjukkan hal tersebut. Hal ini dikarenakan share atau hasil produksi

yang diperoleh setiap petani lebih tinggi di Desa yang depadatan agrarisnya lebih

rendah.

7.6.3. Kemampuan Mendukung Kehidupan

Dari hasil studi maka diperoleh kemampuan mendukung kehidupan di

lokasi penelitian yaitu sebesar 0,23 ton/org per bulan untuk desa Mekar Sari dan

0,26 ton/ org per bulan untuk Desa Telang Rejo. Sehingga jika dikonversi ke nilai

Rupiah dengan asumsi 1 kg Gabah sebesar Rp. 3000, maka diperoleh penghasilan

perjiwa sebesar RP. 712.019 / bulan untuk Desa Mekar Sari dan Rp. 780.437 /

Page 154: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

132

bulan untuk Desa Telang Rejo, kemampuan mendukung kehidupan di kedua Desa

tersebut masih berada dibawah UMR dan Kebutuhan hidup rata-rata pekerja di

Kabupaten Banyuasin berdasarkan standar BPS yang terdapat dalam Banyuasin

dalam angka tahun 2010. Hasil perbandingan ini menunjukkan bahwa lahan di

kedua desa belum mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang baik, bahkan

belum mencapai standar minimal UMR dan kebuthan hidup rata-rata pekerja di

Kabupaten banyuasin itu sendiri. Hal ini tentunya perlu mendapatkan perhatian

dari pemerintah untuk dapat segera melakukan upaya peningkatan produktifitas

yang mampu dihasilkan dari kondisi lahan yang tersedia saat ini.

7.6.4. Kondisi Ketahanan Sosial

Desa Mekar Sari

Penduduk di desa ini merupakan campuran antara transmigran, pendatang

serta penduduk asli (marga), hingga saat ini tidak ada penambahan transmigran ke

desa ini. Penduduk desa ini berjumlah 780 KK, dengan mata pencaharian utama

usaha tani sawah pasang surut, dan mayoritas masih mengusahakan satu kali

tanam pertahun, hanya sekitar 15 perrsen saja yang telah mengusahan dua kali

tanam pertahun. Penduduk yang mencari pekerjaan ke luar daerah sebanyak 20-50

persen, hal ini dikarenakan keinginan untuk memperoleh pendapatan yang lebih

besar.

Budaya yang menonjol di desa ini adalah budaya Jawa, yang merupakan

daerah asal para transmigran, namun tidak ada pengetahuan lokal yang menonjol

yang dimanfaatkan untuk kegiatan usaha tani di desa ini. Kondisi keamanan desa

ini cukup baik, tidak ada konflik sosial yang terjadi, dan jika terjadi perselisihan

dalam anggota masyarakat akan diselesaikan secara musyawarah.

Jika dilihat dari ketersediaan infrastrukturnya, kondisi infrastruktur yang

tersedia masih sangat terbatas terutama jalan dan listrik, khususnya untuk sawah

pasang surut, kesulitan masalah pengaturan dan saluran air. Pembuatan jalan

lebih banyak dilakukan secara swadaya oleh masyarakat secara bergotong royong.

Kesulitan air bersih juga menjadi masalah di desa ini, bantuan pemerintah berupa

pembuatan gentong permanen untuk tampungan air hujan belum memedai bagi

masyarakat desa ini.

Page 155: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

133

Dari sisi kelembagaan nya desa ini cukup berkembang, lembaga yang telah

terbentuk yaitu: LPM, BPD, PKK, Polmas, dan telah berjalan dengan baik sesuai

dengan fungsinya. Khususnya untuk usahatani sawah pasang surut kelembagaan

yang telah dibentuk yaitu Gapoktan yang terdiri dari 22 kelompok tani yang

dirasakan masyarakat memberikan manfaat cukup besar dalam usaha tani yang

mereka jalankan. Kondisi yang kurang baik adalah tidak berjalannya lagi KUD,

sehingga masyarakat hanya mengandalkan tengkulak untuk menjual hasil

panennya.

Desa Telang Rejo

Penduduknya terdiri dari transmigran (99 persen) yang mayoritas berasal

dari pulau Jawa dan pendatang. yang berasal dari Kecamatan Pemulutan

Kabupaten Ogan Ilir. Pertama kali Desa ini di buka pada tahun 1980, dengan

jumlah transmigran sebanyak 486 KK. Penduduk yang bekerja diluar daerah

hanya sekitar 5 persen, rata-rata penduduk usia muda, tetapi mereka tetap kembali

ke desa pada saat musim tanam dan musim panen. Migrasi Penduduk keluar desa

sangat kecil sekali yaitu hanya sekitar 1 persen, perpindahan penduduk ini

dikarenakan alasan ekonomi untuk mencari pekerjaan lain yang menurut mereka

lebih baik.

Ketersediaan infratruktur yang sangat minim terutama transportasi jalan,

mempersulit aksesibilitas didaerah ini. Daerah ini hanya bisa dijangkau melalui

transpotasi air seperti perahu atau speed boat, sedangkan untuk transportasi dalam

wilayah kecamatan dapat digunakan sepeda motor, hanya saja kondisi jalan desa

yang buruk dan berupa jalan tanah tetap sulit untuk dilalui saat hujan, dan ini

tentunya mempengaruhi tingkat aksesibitas dan kemudahan transportasi.

Kelembagaan yang dimiliki desa ini berupa Kelompok Tani, Gapoktan,

Kelompok Tani Nelayan (KTNA), sedangkan kelembagaan berupa UPJA, P3A

KUT, Lumbung Desa semua tidak berjalan lagi dikarenakan banyak permasalahan

keuangan yang terjadi. Keberadaan kelompok tani sangat bermanfaat dalam hal

pinjaman modal usaha tani, penyaluran subsidi dan proses adopsi inovasi.

Di desa ini, budaya yang menonjol adalah budaya Jawa, karena para

transmigran berasal dari pulau Jawa, tidak ada keistimewaan lokal yang menonjol

Page 156: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

134

dalam kehidupan masyarakat, begitu juga pengetahuan lokal yang mereka

gunakan tidak ada yang besifat adat atau budaya, semua pengetahun usaha tani

berasal dari adopsi pengetahuan yang diberikan melalui program pemerintah.

7.6. Kondisi Ketahanan Ekologi Wilayah Pasang Surut

Jika dilihat dari kondisi ekologinya berdasarkan carrying capacity lahan

pasang surut di kabupaten Banyuasin dan kecamatan Muara Telang, jelas terlihat

bahwa kondisi carrying capacity lahan pasang surut yang sudah defisit, sebagian

besar lahan pasang surut yang tersedia didaerah ini telah direklamasi dan dibuka

bagi areal pertanian pangan dan pemukiman. Penurunan daya dukung lahan ini

mengindikasikan bahwa kondisi ekologi telah mengalami perubahan, dari

ekosistem pasang surut alami ke ekosistem pemukiman dan pertanian.

Kecamatan Muara Telang banyak dilalui sungai besar, yaitu Sungai

Telang dan Sungai Upang yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, kedua

sungai ini menjadi sumber air bagi kegiatan pertanian keperluan rumahtangga.

Selain itu debit air yang rata-rata 763 m3/detik memungkin daerah aliran sungai

(DAS) Telang sebagai sarana transportasi air, dan sangat berpotensi sebagai

sumber air bersih, namun hingga saat ini sarana penyedia air bersih seperti PAM

belum tersedia di daerah ini.

Permasalahan utama yang dikemukakan dari responden dalam penelitian

ini adalah masalah saluran tersier dan skunder yang sebanyak 75 persen terjadi

pendangkalan. Serta panen yang rata-rata masih 1 kali dalam setahun, baru sekitar

20 persen dari areal yang ada yang telah menerapkan sistem panen 2 kali

pertahun. Adanya perubahan curah hujan dari tahun ke tahun, dimana curah hujan

naik dan turun secara berfluktuasi, curah hujan terendah adalah pada musim

kemarau dibulan April hingga September, perubahan curah hujan yang sangat

terlihat adalah pada tahun 2011 dimana pada bulan Juli, agustus, September curah

hujan di Kabupaten Banyuasin adalah 0 (nol), hal ini menandakan pada bulan-

bulan ini terjadi kekeringan pada lahan sawah di daerah tersebut, sedangkan curah

hujan pada tahun sebelumnya yaitu 2009, pada bulan bulan-bulan yang sama

relatif cukup tinggi.

Page 157: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

VIII. REFLEKSI KONSEPTUAL TEORITIK PENGEMBANGAN

WILAYAH PASANG SURUT KEDEPAN

Ada dua konsepsi yang digunakan untuk merefleksikan hasil studi ini,

yaitu Teori Christaller dan Teori Von Thunen. Kedua teori ini diharapkan mampu

memberikan refleksi keterkaitan hasil studi dengan teori yang telah ada, sehingga

lebih mempermudah dalam mengkaji prospek keberlanjutan wilayah pasang surut

dalam studi ini, karena terkait dengan penentuan harga (pendapatan rumahtangga)

dan penggunaan lahan.

Teori lokasi ini digunakan karena para pelaku ekonomi khususnya

rumahtangga saling berkompetisi untuk mendapatkan lahan yang lebih dekat

dengan pusat pertumbuhan (kota). Dalam rangka pemenuhan kebutuhannya yang

berhubungan erat dengan kondisi ketahanan ekonomi, carrying capacity lahan dan

kondisi sosial ekologi di wilayah. Berikut hasil refleksi teori Christaller dan teori

Von Thunen pada hasil studi.

8.1 Refleksi Teori Christaller

Walter Christaller (1933), memperkenalkan teori pemusatan tempat atau

yang dikenal dengan Central Places Theory, menurut Christaller pusat-pusat

pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah menurut pola berbentuk

heksagonal (segi enam). Model Christaller menjelaskan model area perdagangan

heksagonal dengan menggunakan jangkauan atau luas pasar dari setiap komoditi

yang dinamakan range dan threshold, jangkauan luas pasar dari setiap komoditas

itu ada batasnya dan ada batas minimal dari luas pasarnya agar produsen bisa tetap

berproduksi..

Teori ini mengemukakan lokasi optimum, yaitu lokasi yang terbaik dan

menguntungkan secara ekonomi. Adanya susunan hierarki daerah pelayanannya

yaitu dari kota sampai ke desa, sesuai dengan asumsi dari teori pemusatan tempat

Christaller yaitu konsumen dapat memilih tempat pemasaran terdekat dari tempat

tinggalnya untuk meminimalisir jarak ekonomi, dimana tempat pusat (sebagai

suatu pemukiman yang menyediakan barang dan jasa-jasa bagi penduduk daerah

belakangnya).

Page 158: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

136

Jika dikaitkan antara hasil studi dengan teori Christaller ini. Diperoleh data

seperti tabel 26. Status kesejahteraan yang dikaitkan dengan jarak kepusat, serta

jumlah produksi padi yang dihasilkan ( K=3), letak desa dalam satu jalur atau

traffic (K=4), serta market area yang menjadi daerah pemasaran yang dimasukkan

kedalam area dengan orde lebih tinggi (K=7).

Tabel 30 Refleksi hasil studi pada teori Christaller

Desa

Status

Kesejahteraan % Jarak Ke Pusat Km

K=3 K=4 K=7

Mekar

Sari

Dibawah 35 Sumsel 60 7.180 Jalur 10 Sumsel

Diatas 53 Banyuasin 80

Miskin 13 Muara Telang 12

Telang

Rejo

Dibawah 17.5 Sumsel 39 8.970 Jalur 8 Sumsel

Diatas 52.5 Banyuasin 69

Miskin 30 Muara Telang 6

Sumber: Data Primer, Buku Profil Desa 2010, data diolah

Pada Tabel 30, terlihat perbandingan status kesejahteraan dengan jarak

kepusat, di Desa Mekar Sari rumahtangga yang berada dibawah garis kemiskinan

(35 persen) lebih banyak dibandingkan desa Telang Rejo (17,5 persen), jika

dilihat berdasarkan jaraknya kepusat maka desa Mekar Sari memilki jarak yang

lebih jauh ke pusat yaitu 60 km ke ibukota provinsi, 80 km ke ibukota kabupaten

dan 12 km ke ibukota kecamatan, sedangkan desa Telang Rejo memiliki jarak

yang lebih dekat dengan ibukota propinsi yaitu 39 km, ke ibukota kabupaten 69

km serta ke ibukota kecamatan 6 km., Dari data ini jelas terlihat bahwa jarak

kepusat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan rumahtangga masyarakat.

Untuk tingkat produksi atau K=3, Desa Telang Rejo yang jaraknya lebih

dekat ke Pusat juga memiliki tingkat produksi padi yang lebih tinggi (8.970

ton/th) dibandingkan Desa Mekar Sari (7.180 ton/th) ini berarti jarak kepusat juga

mempengaruhi tingkat produksi usahatani yang dijalankan, hal ini dikarenakan

semakin dekat ke pusat aksesibitas semakin baik, kemudahan memperoleh sarana

produksi serta pemasaran hasil produksi.

Page 159: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

137

Untuk letak traffic atau K=4. Desa Mekar Sari berada di jalur 10,

sedangkan ibukota kecamatan yaitu desa Muara Telang berada di jalur 8, satu

jalur dengan Desa Telang Rejo. Hal ini merupakan satu keuntungan bagi Desa

Telang Rejo, karena jika dikaitkan dengan teori Christaller, suatu wilayah yang

terletak dalam satu jalur dengan pusat akan memiliki aksesibitas yang lebih baik,

sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi hasil produksi.

Sedangkan untuk market area atau K=7, kedua desa ini sama-sama

dimasukkan dalam market area Sumatera Selatan, karena daerah ini merupakan

salah satu lumbung pangan bagi provinsi Sumatera Selatan, sehingga jarak

kepusat tentunya sangat mempengaruhi, karena semakin jauh jarak semakin tinggi

biaya transportasi, yang otomatis memperbesar biaya pemasaran sehingga

mengurangi pendapatan yang diterima rumahtangga petani di desa tersebut. Jarak

kedua desa ini ke market area masih dalam kategori yang jauh, dikarenakan

belum tersedianya jalan darat yang mempermudah aksesibitas pemasaran barang

dan jasa dari dan ke desa ini. Jalur perairan yang tersedia saat ini masih belum

memungkinkan untuk pemasaran hasil komoditi ke market area dalam jumlah

yang besar dan waktu yang lebih singkat dan lebih sering.

Jika dihubungkan dengan lokasi studi yaitu Kecamatan Muara Telang

yang dapat direfleksikan sebagai pusat pelayanan, dan Desa Mekar Sari serta

Desa Telang Rejo menjadi pusat pelayanan yang tersebar di sekeliling Kecamatan

Muara Telang. Peluang pengembangan kedepan untuk menjadikan desa Mekar

Sari dan desa Telang Rejo sebagai pusat pelayanan bagi dusun-dusun kecil

disekitarnya dimana saat ini kedua desa telah dicanangkan program sebagai Kota

Terpadu Mandiri (KTM) untuk wilayah Telang I, meskipun secara umum dan

hasil observasi menunjukkan keadaan di kedua desa masih belum memadai baik

secara infrastuktur maupun sarana dan prasarana pertanian yang ada, sehingga

masih perlu adanya pengembangan dan kegiatan pembangunan lebih lanjut,

terutama infrastruktur jalan yang menghubungkan wilayah pasang surut ini

dengan market area di Sumatera Selatan.

Untuk mewujudkan kedua desa tersebut menjadi sebuah pusat

pertumbuhan baru, jika dilihat dari kondisi saat ini masih belum memadai,

jauhnya jangkauan pasar (range) dan masih kecilnya luas wilayah pemasaran

Page 160: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

138

(threshold) serta keterbatasan aksesibiltas transportasi menjadi faktor utama

penyebab lambannya pertumbuhan ekonomi dikedua desa ini.

Maka untuk menerapkan teori ini, diperlukan beberapa kondisi prasyarat

yang terlebih dahulu harus terpenuhi, antara lain:

1. Range, dimana masih jauhnya jangkauan pasar harus diperpendek dengan

menyediakan sarana jalan berupa akses transportasi darat yang lebih

memudahkan lalu lintasperdagangan.

2. Threshold, dimana luas luas wilayah pemasaran yang masih sangat kecil yaitu

hanya sampai pada tengkulak di tingkat desa menyebabkan petani tidak

memiliki kekuatan sebagai penentu harga seharusnya dapat diatasi dengan

membentuk lembaga pemasaran ditingkat desa dan kecamatan, yang

memungkinkan perluasan akses pasar hingga ke market area yaitu kota

Palembang.

Selanjutnya dari hasil studi yang telah dikaitkan dengan teori Christaller ini maka

diketahui bahwa:

- Dari kondisi ekonomi, kegiatan mata pencaharian Non Farm berkembang

lebih dominan di Desa Telang Rejo, dikarenakan jarak Desa Telang Rejo

yang lebih dekat dengan pusat pelayanan yaitu kecamatan Muara Telang, dan

sesuai dengan konsep pertumbuhan wilayah maka daerah yang dekat dengan

pusat pelayanan cenderung akan lebih berkembang kegiatan skunder dan

tersier untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat.

- Dari Kondisi carrying capacity, CCR desa Mekar sari lebih kecil dari CCR

desa Telang Rejo, dikarenakan desa Telang Rejo lebih dekat dengan pusat

sehingga meskipun seharusnya mampu menghasilkan produksi pertanian

yang lebih baik, namun kenyataannya Non Farm lebih dominan berkembang

di Desa Telang Rejo dibanding Desa Mekar sari yang lebih terisolir.

- Dari Kondisi Sosial, Daerah ini aman dan kondusif sehingga memberikan

peluang untuk berproduksi yang lebih baik karena didukung oleh kondisi

sosial yang aman dan nyaman, akan tetapi permasalah jangkauan dan luas

pasar yang terkendala tersedianya infrastruktur, menjadi kondisi prasyarat

yang belum terpenuhi.

Page 161: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

139

8.2 Refleksi Teori Von Thunen pada hasil Studi

Johann Heinrich Von Thunen (1826), teori yang dikembangkan

menekankan kepada pentingnya aksesibilitas terhadap pasar yang berpengaruh

terhadap sistem penggunaan lahan pertanian dan dikenal dengan teori lokasi

pertanian. Teori Von Thunen mengibaratkan pusat perekonomian sebagai suatu kota

yang dikelilingi berbagai jenis pertanian dalam arti luas (lahan yang kualitasnya

homogen), dan kota menjadi pasar bagi komoditi pertanian tersebut.

Jika direfleksikan teori Von Thunen terhadap hasil studi. Maka diperoleh

data seperti terlihat pada Tabel 31. Indikator jumlah penduduk, tingkat produksi,

luas lahan usaha tani, jarak pemasaran, serta jumlah KK yang tidak memiliki

lahan yang mewakili tingkat sewa lahan merupakan faktor analisis keterkaitan

hasil studi dengan teori Von Thunen.

Tabel 31 Refleksi Teori Von Thunen pada hasil studi

Teori Von Thunen Desa Mekar Sari Desa Telang Rejo

Jumlah penduduk (jiwa) 2.498 2.237

Produksi (ton/ha) 7.180 8.970

luas lahan (ha) 1.436 1.794

Jarak Ke pasar (km) 60 30

Jumlah kk tidak ada lahan (rt) 47 10 Sumber: Buku Profil Desa (2011)

Pada Tabel 31, terlihat bahwa jumlah penduduk Desa Mekar Sari lebih

banyak daripada penduduk di Desa Telang Rejo, dikarenakan letak Desa Mekar

Sari di bagian depan pesisir muara sungai, yang mengakibatkan banyak

pendatang, sedangkan Desa Telang Rejo berada pada daerah daratan bagian dalam

sehingga penduduk adalah transmigran dan penduduk asli (marga).

Jika dibandingkan dengan jarak pemasarannya Desa Mekar Sari memiliki

jarak yang lebih jauh ke pusat pemasaran yaitu Sumatera Selatan, sehingga tingkat

produksi Desa Mekar Sari juga lebih rendah. Hal ini mengindikasikan pengaruh

jarak pusat pemasaran terhadap tingkat produksi, semakin jauh jarak semakin

rendah tingkat produksi. Jika dilihat dengan jumlah KK yang tidak memiliki

lahan lebih banyak terdapat di desa mekar sari, dibandingkan Desa Telang Rejo,

ini membuktikan asusmi Von thunen bahwa petani cenderung memilih lahan yang

lebih dekat dekat pusat pemasaran.

Page 162: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

140

Desa Telang Rejo yang memiliki jarak lebih dekat dengan pusat

pemasaran. Hal ini menyebabkan desa ini lebih memiliki potensi dalam

peningkatan produksi usaha tani, serta nilai lahan yang lebih tinggi. Terlihat lebih

sedikitnya rumahtangga (KK) yang tidak memiliki lahan dikarenakan petani

cenderung memilih mengusahakan usahatani ditempat yang lebih

menguntungkan. Dan hal ini sesuai dengan asumsi yang dikemukakan oleh Von

Thunen yaitu jumlah pilihan-pilihan menguntungkan yang semakin menurun

dengan bertambahnya jarak ke pusat pasar.

Teori ini menekankan pentingnya keberadaan pasar yang dekat dengan

desa, sehingga memungkinkan para petani memasarkan hasil pertaniannya dengan

jarak yang lebih dekat. Lokasi lahan menjadi lebih bernilai ketika akses terhadap

pasar semakin dekat, jika dibandingkan dengan kondisi di desa Mekar Sari dan

desa Telang Rejo sepertinya teori ini belum tampak, dimana kondisi dikedua desa

ini yang belum memiliki pasar bagi komoditas pertanian yang mereka hasilkan.

Pasar yang tersedia hanya di Kecamatan Muara Telang yang merupakan pasar

konsumsi kebutuhan rumahtangga, bukan pasar utama untuk pemasaran komoditi

hasil pertanian dikecamatan tersebut, yang menjadi pasar bagi komoditi dari

kedua desa ini justru wilayah diluar Kabupaten Banyuasin yaitu Kota Palembang.

Prospek untuk mewujudkan kedua desa ini menjadi pusat pertumbuhan

baru tentunya masih selalu ada. Namun kondisi saat ini kedua desa belum bisa

menjadi pusat pertumbuhan baru dan pemberi spread effect bagi desa

disekitarnya, karena masih banyak fasilitas yang perlu disiapkan. Sebagaimana

yang dikemukakan oleh Von Thunen tentang pentingnya aksesibitas terhadap

pasar dan akses prasarana jalan, maka untuk menjadikan kedua desa ini sebagai

pusat pertumbuhan perekonomian di kecamatan Muara Telang. Keberadaan pasar

dan sarana jalan harus menjadi fasilitas utama yang disediakan disini.

Kondisi yang ada saat ini dimana pemasaran hasil pertanian hanya

mengandalkan tengkulak, menjadikan petani tidak memiliki kekuatan dalam

penentuan harga jual komoditi yang mereka hasilkan. Hal ini tentunya

mempengaruhi pola pikir dan motivasi petani dalam melakukan usaha taninya,

sehingga mereka cenderung mengambil alternatif kegiatan mata pencaharian lain

selain berusaha tani, yang mengakibatkan daerah ini menjadi pasar perdagangan

Page 163: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

141

barang dan jasa informal yang tidak banyak memberikan kontribusi bagi

pertumbuhan ekonomi serta mengancam keberlanjutan wilayah sebagai

penyangga pangan. Sehingga yang perlu dilakukan didaerah ini adalah

pengembangan pasar bagi komoditi hasil pertanian, sehingga petani terus terpacu

untuk memproduksi lebih banyak lagi dan mampu memberikan pendapatan yang

layak bagi kesejahteraan rumahtangga petani didaerah ini. Strategi pengembangan

kelembagaan pemasaran ditingkat desa dapat menjadi alternatif untuk

menumbuhkan akses pasar didaerah ini.

Tabel 32. Perbandingan Carrying Capacity Lahan Pasang Surut

Lokasi CCR Lahan Tahun 2010

Desa Mekar Sari 1.018 Desa Telang Rejo 1.021

Kecamatan Muara Telang 0.600

Kabupaten Banyuasin 0.270 Sumber: Banyuasin dalam angka, data diolah, 2010

Jika dikaitkan teori Von Thunen dengan hasil perhitungan carrying

capacity lahan pasang surut kabupaten, kecamatan dan desa seperti pada Tabel 32.

Dimana carrying capacity lahan di desa lebih tinggi dari kecamatan, maka bisa

diasumsikan bahwa nilai sewa atau beli lahan di kecamatan Muara Telang lebih

tinggi dai nilai sewa atau beli lahan di Desa Muara Telang dan Telang Rejo. Hal

ini dikarenakan semakin kecil carrying capacity lahan berarti semakin langka

lahan di daerah tersebut dan tentunya nilai sewa atau beli lahan didaerah tersebut

akan semakin meningkat. Sehingga tempat tersebut kemudian berkembang

menjadi pusat pelayanan bagi daerah sekitarnya, dan jarak yang dekat dengan

pusat pelayanan otomotis meningkatkan nilai sewa lahan.

Selain itu untuk berdasarkan teori Von Thunen yang telah dijabarkan,

maka kondisi prasayarat lainnya yang harus terpenuhi untuk mewujudkan daerah

ini sebagai pusat pertumbuhan baru serta penilaian terhadap nilai sewa atau beli

lahan, antara lain:

1. Letak dan lokasi lahan yang makin dekat dengan transportasi lahan dan jika

dihubungkan dengan kondisi di kedua desa yaitu Desa Mekar Sari dan Telang

Rejo semua kondisi prasyarat ini belum terpenuhi, dimana lokasi yang masih

Page 164: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

142

belum terjangkau oleh akses jalan darat, dan hanya terjangkau oleh

transportasi air.

2. Tingkat kesuburan tanah yang baik, kondisi tanah yang labil di kedua desa

karena berupa lahan gambut yang fragile, yang harus diolah dengan teknologi

yang sesuai untuk memberikan produktifitas usaha tani yang diharapkan

membutuhkan penanganan intensif dalam kegiatan usaha tani.

3. Drainase dan pengairan yang baik, sedangkan kondisi yang ada dikedua desa

drainase dan pengairan yang ada saat ini kurang baik, karena banyak yang

rusak dan dangkal sehingga menyulitkan pengaturan air saat pasang surut

terjadi, dan

4. lingkungan yang lestari sehingga dapat menjamin keberlanjutan pertanian

didaerah tersebut, sedangkan kondisi lingkungan desa yang ada saat ini

membutuhkan konservasi dan reboisasi,

Kondisi prasyarat tersebut harus terlebih dahulu terpenuhi dan merupakan

kendala bagi pengembangan wilayah ini, dan menjadi pekerjaan rumah bagi

pemerintah daerah dan instansi terkait serta masyarakat setempat untuk

memperbaikinya. Selanjutnya dari hasil studi yang telah dikaitkan dengan teori

Von Thunen diketahui bahwa:

- Bila kedua desa ini diharapkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru,

maka sesuai teori yang dikemukakan oleh Von Thunen bahwa dimasukkanya

manusia dan ekonomi kedalam suatu wilayah, kedua desa ini belum mampu

menjadi pusat pertumbuhan perekonomian baru bagi wilayah disekitarnya

- Lahan dikedua desa ini hanya mampu memberikan kesejahteraan minimal

bagi penduduknya terlihat dari tingkat kesejahteraan yang dibandingkan

dengan garis kemiskinan (2$/hari), dimana hanya 53 persen yang berada

diatasnya.

- Sekalipun Carrying Capacity lahan dikedua desa masih seimbang, namun

keberlanjutan wilayah hanya bisa dicapai jika rumahtangga dikedua desa ini

mampu mensinergikan kegiatan mata pencaharian On Farm dan Non Farm

yang berbasis pertanian atau kearah industri pertanian, sehingga kawasan ini

sebenarnya tidak bisa lagi hanya dipandang sebagai kawasan pertanian.

Page 165: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan

Dari Pembahasan yang telah diuraikan maka kesimpulan yang diperoleh

dari hasil penelitian ini adalah:

1. Struktur nafkah yang ada di lokasi studi terdiri dari On Farm (40 persen) dan

Non Farm (60 persen), dan dari perhitungan pendapatan perkapita, sebesar 47

persen rumahtangga responden berada dibawah garis kemiskinan (2$/hari)

artinya ketahanan ekonomi tidak cukup baik, dan rumahtangga baik di desa

Mekar Sari maupun di desa Telang Rejo tidak dapat lagi mengandalkan

sektor pertanian sebagai satu-satunya mata pencaharian, rumahtangga harus

mengkombinasikan sumber pendapatan On Farm dan Non Farm berupa

kegiatan yang mampu memberikan nilai tambah bagi hasil usaha tani (padi)

sehingga memberikan tambahan pendapatan bagi petani. Hal ini

menunjukkan bahwa program transmigrasi hanya mampu memberikan

sumber pendapatan untuk bertahan hidup (kesejahteraan minimal) dan

keberlanjutan tingkat kesejahteraan di kedua desa mengkhawatirkan.

2. Berdasarkan perhitungan Carrying Capacity (Daya Dukung Lahan) sawah

pasang surut, desa Mekar Sari dan Telang Rejo masih berada dalam kondisi

waspada dimana masih terdapat keseimbangan antara keberadaan lahan dan

jumlah penduduk yang ada, sehingga sektor pertanian sebenarnya masih

dapat menjadi sumber penghidupan, akan tetapi pertambahan penduduk yang

cepat dapat mempercepat penurunan Carrying Capacity lahan dikedua desa,

dan menjadi ancaman keberlanjutan ketersediaan lahan dikedua desa.

3. Kondisi Sosial yang ada, kondisi keamanan cukup baik, tidak ada konflik

dalam masyarakat, namun ketahanan sosial mulai rawan konflik ketika

jumlah penduduk semakin menungkat dan jumlah lahan semakin terbatas.

Budaya yang menonjol adalah budaya Jawa, dari sisi ketersediaan

infrastruktur jalan, listrik dan pengairan masih sangat terbatas, serta

kelembagaan desa yang cukup berkembang, tetapi masih belum

termanfaatkan secara optimal, serta kelembagaan pemasaran hasil usahatani

Page 166: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

144

ditingkat desa yang belum ada. Kondisi Ekologi, terlihat bahwa sebagian

besar wilayah pasang surut Kabupaten Banyuasin, telah dibuka untuk areal

pertanian dan pemukiman, kondisi pengairan lahan usahatani yang masih

memerlukan perbaikan pada saluran air, serta adanya perubahan curah hujan,

karena adanya perubahan iklim yang terjadi akibat semakin meluasnya

pembukaan lahan sehingga membutuhkan kepekaan petani terhadap musim

tanam.

4. Setelah 31 tahun dibukanya daerah transmigrasi di Kabupaten Banyuasin,

daerah tersebut belum mampu menjadi pusat pelayanan dan pertumbuhan

ekonomi baru sebagaimana refleksi teori Christaller dan teori Von Thunen,

meskipun demikian kawasan transmigrasi ini tetap penting karena bisa

memberikan sumber nafkah minimal bagi warga transmigran melalui

kombinasi sumber nafkah yang berasal dari on farm dan non Farm berbasis

pertanian.

9.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil pembahasan dalam penelitian ini

yaitu:

1. Perlu adanya upaya antisipasi meningkatnya tingkat kemiskinan di daerah

pasang surut akibat pergeseran kegiatan mata pencaharian kearah kegiatan

perdagangan dan jasa informal (non farm) yang belum menjanjikan

keberlanjutannya, sehingga dibutuhkan peran pemerintah, lembaga

masyarakat serta rumahtangga itu sendiri untuk melakukan upaya-upaya

peningkatan pendapatan rumahtangga melalui kegiatan ekonomi produktif

pedesaan yang berbasis usaha tani padi sawah pasang surut, sehingga tercapai

ketahanan ekonomi rumahtangga dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi

wilayah.

2. Kegiatan menambah frekuensi panen dalam setahun (2 kali tanam), serta

pengolahan hasil pertanian serta efektifitas rantai pemasaran hasil pertanian

perlu dilakukan secepatnya untuk dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, melalui perbaikan sarana pengairan (irigasi) dan pembentukan

lembaga pemasaran di tingkat desa.

Page 167: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

145

3. Perlu adanya upaya pembatasan ekspansi lahan yang dilakukan oleh

masyarakat untuk mengatasi penurunan carrying capacity lahan yang terus

menurun dan kepadatan agraris yang cukup tinggi serta daya dukung

kehidupan yang masih dibawah UMR sehingga perlu adanya upaya dan

kesadaran masyarakat dalam membatasi pembukaan dan perluasan areal

pertanian serta pemukiman, dan perlu usaha rehabilitasi kawasan penyangga

lingkungan sesuai peruntukanya.

9.3. Implikasi Kebijakan:

Program transmigrasi yang masih terus berlanjut hingga saat ini sebaiknya

dihentikan sementara, mengingat semakin terbatasnya ketersediaan lahan dan

carrying capacity lahan pasang surut yang terus menurun di Kabupaten

Banyuasin. Program transmigrasi yang dilakukan di Kabupaten Banyuasin juga

tidak memberikan kesejahteraan yang baik bagi rumah tangga petani dan

mengakibatkan kemiskinan yang jika dibiarkan akan terus meningkat akibat

pertambahan penduduk yang cepat. Sehingga perlu di lakukan pembinaan secara

berkelanjutan di wilayah transmigrasi untuk mensinergikan kegiatan on farm dan

non farm kearah industri pertanian.

Page 168: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

DAFTAR PUSTAKA

Alkadri et al. 2001. Manajemen Teknologi untuk pengembangan Wilayah.

Revisi. Pusat Pengkajian Teknologi Pengembangan Wilayah. Jakarta.

CV. Cahaya Ibu..

Badan Pusat Statistik. 1993. Statistik Kesejahteraan Rakyat. Jakarta. Badan Pusat

Statistik Nasional.

Badan Pusat Statistik. 2008. Luas lahan menurut Penggunaannya di Indonesia.

Jakarta. Badan Pusat statistik.

Badan Pusat Statistik. 2010. Banyuasin Dalam Angka 2010. Sumatera Selatan

Badan Pusat statistik Provinsi.

Badan Pengembangan dan penelitian Pertanian. 1997. Pengeloaan Tanah Dan

Air di Lahan Pasang Surut. Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian

Rawa Terpadu-ISDP.

Balittra, 2010. Implementasi Sistem Tata Air Satu Arah Di Lahan Rawa Pasang

Surut.

Bappenas. 2010. Menanggulangi Kemiskinan Dan Kelaparan. Laporan

Perkembangan Pencapaian Pembangunan Millenium Indonesia.

Buku Profil Desa dan Kelurahan. Desa Mekar Sari. 2010. Badan Pemberdayaan

Masyarakat dan Pemerintahan Desa. Kabupaten Banyuasin.

Buku Profil Desa dan Kelurahan. Desa Telang Rejo. 2010. Badan Pemberdayaan

Masyarakat dan Pemerintahan Desa. Kabupaten Banyuasin.

Barchia, M.F. 2006. Gambut Agrosistem dan Transformasi Karbon. Gadjah

Mada University press. Yogyakarta.

Bratakusumah, D.S dan Riyadi. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah,

Strategi Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta.

PT. Gramedia Pustaka Utama.

Chuzaimah. 2006. Analisis Keragaan ekonomi Rumah tangga petani peserta dan

non peserta rice estate di lahan pasang surut Delta Telang I Kabupaten

Banyuasin Sumatera Selatan. Bogor. Tesis Sekolah Pascasarjana. IPB.

Dahuri R, 1998. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan:Dalam Perspektif

Ekonomi, Sosial Dan Ekologi. Agrimedia. Volume 4 No II tahun 1998.

http://agrimedia.mb.ipb.ac.id, diakses 22 Juli 2012.

Page 169: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

148

Dharmawan, A. H. 2001. Farm Household Livelihood Strategies and Socio-

Economic Changes in Rural Indonesia. Disertasi. University Of

Goettingen. Germany.

Dharmawan, A.H. 2007. Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan. Jurnal

Transdisiplin, Komunikasi dan Ekologi Manusia. Volume 01. No.02.

Dharmawan , A.H. 2011. Otoritas Lokal Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam:

Menatap Otonomi Desa dalam perspektif Sosiologi Pembangunan dan

Ekologi Politik. Menuju Desa 2030. Bogor. Crespent Press.

Direktorat Rawa dan Pantai, Departemen PU. 2009. Potensi dan Tantangan

Pengembangan Rawa Indonesia. Makalah Seminar Lokakarya

Pengelolaan Rawa dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional.

Jakarta.

Ellis, F. 2000. Rural Livelihood and Diversity in Developing Countries. Oxford

New York. University Press Inc.

Eddrisea, F. 2004. Kajian Potensi Kawasan Pesisir Untuk Pengembangan

Kegiatan Perikanan di Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan.

Bogor.Tesis Sekolah Pascarjana. Institut Pertanian Bogor

Hamengkubowono X. 2005. Pertanian Lestari sebagai Usaha Membangun

Kesejahteraan Petani. Pangan Kearifan Lokal dan Keanekaragaman

Hayati. Yogyakarta. Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas.

Harianto. 2011. Revitalisasi Kelembagaan Ekonomi Pertanian dan Pedesaan.

Menuju Desa 2030. Bogor. Crespent press.

Harvitgsen G, 2001.Carrying Capacity, Concept of, Encyclopedia of Biodiversity,

vol 1, 2001. State University of New York, College of Geneseo

Higgins and Savoe. 2005. Regional Development theories and their application.

New Brunswick (USA) and London (U.K). Transaction Publisher.

Honachefsky, W.B. 2000. Ecologically Based Municipal Land Use Planning.

Florida. USA. Lewis Publisher and CRC Press LLC.

Humas Kabupaten Banyuasin. 2011. Potensi Daerah.

http://humas.banyuasinkab.go.id. Diakses 9 Maret 2012.

Juanda, B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor. IPB Press.

Litbang Deptan. 2008. Mengelola Lahan Pasang Surut Secara Bijak.

http://www.litbang.deptan.go.id, diakses 27 Juni 2011.

Page 170: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

149

Maas, A. 2003. Peluang dan konsekuensi pemanfaatan lahan rawa pada masa

mendatang. Pidato Pengukuhan. Ilmu Tanah. Yogyakarta. Universitas

Gadjah Mada.

Mulyanto, B dan Sumawinata, B. 2008. Pengelolaan lahan Gambut secara

Ekologis Untuk Kesejahteraan Masyarakat. Center For Wetlands Studies.

Department Of Soil Science. Bogor. Institut Pertanian Bogor. ..

Mulyanto. 2008. Prinsip-prinsip Pengembangan Wilayah. Yogyakarta .Graha

Ilmu.

Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut Potensi dan Kendala. Yogyakarta.

Kanisius.

Nune, P et al. 2003. The Ecological Economics Biodiversity. Massachussetts.

USA. Edward Elgar Publishing , Inc.

Pakpahan, A. 2004. Petani Menggugat. Jakarta. Max Havelaar Indonesia

Foundation.

Partap, T. et al. Report Of the APO Seminar. 2001. Rural Development and

Enviromental Conservation. Tokyo. Asian Productivity Organization..

Pattinama, M.J. 2009. Pengentasan kemiskinan dengan kearifan lokal. Jurnal

Makara, Humaniora, Volume 13, No 1, Juli 2009. Program Studi Sosial

ekonomi. Ambon. Universitas Pattimura.

Pike et al. 2006. Local and Regional Development. New York. USA and

Canada. Routledge.

Pramanti, A. 2010. Perubahan Interaksi Sosial Masyarakat Transmigran Sebagai

Akibat Adopsi Teknologi Pengelolaan Lahan Rawa Pasang Surut. Tesis

Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya.

Pramono, R.B. 2003. Analisis Manfaat Kegiatan Rice Estate pada Petani di

Daerah Pasang Surut Telang I Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan.

Tesis Program Studi Agribisnis Program Pascasarjana. Universitas

Sriwijaya.

Priyarsono, D.S, et al. 2007. Ekonomi Regional. Jakarta. Universitas Terbuka.

Rajab Kat. 2006. Memberdayakan Kearifan Lokal bagi komunitas Adat

Terpencil. http://www.depsos.go.id/, 20 Februari 2012.

Rusdiyatmoko, A dan zubaidah, A. 2003. Analisis Spektral Data Modis untuk

Pemanfaatan Hutan/Lahan. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN

XIV. Jakarta. LAPAN.

Page 171: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

150

Rustiadi, E. et al, 2009. Perencanaan dan pengembangan Wilayah. Crespent

Press. Jakarta.Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Rustiadi, E. et al. 2010. Pengembangan Pedoman Evaluasi Pemanfaatan Ruang.

Bogor. Crestpent Prees. Pusat Pengkajian dan Perencanaan wilayah

(P4W). .IPB.

Rustiadi, E. et al. 2011. Penataan Ruang dan Penguatan Infrastruktur Desa

Dalam Mendukung Konsep agropolitan. Menuju Desa 2030. Yogyakarta.

Crespent Press. Percetakan Pohon Jaya.

Sajogyo, 1993. Struktur Agraris di Pedesaan Jawa. Majalah Perspektif No. III-

1993. Jakarta. Departemen Transmigrasi.

Satria, A. 2002. Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta Selatan. PT. Pustaka

Cidesindo.

Sadelie, A. 2012. Model Pemberdayaan Sumber Daya Pesisir Berkelanjutan

(Studi Kasus di Wilayah Taman Nasional Sembilang Kabupaten

Banyuasin, Sumatera Selatan). Disertasi Sekolah Pascasarjana. Intitut

Pertanian Bogor. repository.ipb.ac.id, diakses 15 Juli 2012.

Soemarwoto, O. 2001. Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Yogyakarta. Penerbit Gajah Mada University Press.

Subagyo et al, 2006. Karakteristik Pengelolaan Lahan Rawa. Balai Besar

Penelitian dan pengembangan Sumber daya Pertanian. Bogor. Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Susanto, R.H 2010. Pengembangan dan Pengelolaan Daerah Rawa untuk

Pembangunan Berkelanjutan. Pidato pengukuhan guru Besar Ilmu tanah.

Palembang. Universitas Sriwijaya.

Susilo, R.D. 2010. Sosiologi Lingkungan. Rajawali Pers. PT. Rajagrafindo

Persada.

Syafroe, O. 2011. Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut untuk

Tujuan Pertanian. http://oerleebook.wordpress.com, diakses 27 juni 2011.

Syahrial. 2006. Perubahan Pemanfaatan Lahan Pasang Surut di Kabupaten

Banyuasin. Palembang. Tesis Program Pascasarjana Universitas sriwijaya.

Simbolont, H. 2011. Perlindungan Gambut : Tinjauan PP No 32 Tahun 1990 dan

RPP Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup Pada Ekosistem

Gambut. http://green.kompasiana.com/iklim/2011/01/27/, diakses 2

Oktober 2011.

Page 172: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

151

Tarigan, R. 2010. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi. Jakarta.

Bumi Aksara.

Tim IPB-BAPPENAS. 1996. Konsep Paradigma Pembangunan Pertanian

Berkelanjutan. Bappenas.

Todaro, M.P dan Smith, S.C. 2000. Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesembilan.

Terjemahan oleh Munandar,H. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Tulak, P.W. 2009. Analisis Tingkat kesejahteraan dan Strategi Nafkah

rumahtangga petani transmigran. Bogor.Tesis Sekolah Pascasarjana IPB.

Undang-Undang RI, 2009. UU NO 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Widiati. 2003. Model Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut. Model dan

Strategi Pengembangan Kawasan perbatasan. Jakarta. Pusat pengkajian

Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah (BPPT).

Page 173: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

152

Page 174: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

153

LAMPIRAN

Page 175: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

Lampiran 2.

Pendapatan Responden Rumahtangga Desa Mekar Sari

Anggota RT Pendapatan

On Farm Off Farm Non Farm Total (th) Total (bln) perkapita/bln perkapita/ bln status

1 1 x panen 9,000,000 - buruh meubel 2,400,000 11,400,000 950,000 3 316,667 540,000 <

2 - Nelayan 21,600,000 21,600,000 1,800,000 5 360,000 540,000 <

3 - Nelayan 27,000,000 27,000,000 2,250,000 5 450,000 540,000 <

4 1 x panen 22,000,000 - - 22,000,000 1,833,333 5 366,667 540,000 <

5 1 x panen 148,000,000 menyewakan alat pert 78,000,000 226,000,000 18,833,333 5 3,766,667 540,000 >

6 1 x panen 150,000,000 Penggilingan 18,000,000 168,000,000 14,000,000 3 4,666,667 540,000 >

7 1 x panen 22,000,000 Jasa Perontok padi 8,000,000 30,000,000 2,500,000 4 625,000 540,000 >

8 1x panen 55,000,000 Pedagang Pecah belah 4,200,000 59,200,000 4,933,333 5 986,667 540,000 >

9 1 x panen 12,000,000 Dagang sayur 4,800,000 16,800,000 1,400,000 5 280,000 540,000 <

10 1 x panen 21,000,000 - Kadus 4,200,000 25,200,000 2,100,000 5 420,000 540,000 <

11 1 x panen 30,000,000 - warung 9,000,000 39,000,000 3,250,000 4 812,500 540,000 >

12 1x panen 55,000,000 - - 55,000,000 4,583,333 3 1,527,778 540,000 >

13 1 x panen 45,000,000 - - 45,000,000 3,750,000 4 937,500 540,000 >

14 Buruh Tani 8,400,000 - 8,400,000 700,000 4 175,000 540,000 <

15 1 x panen 40,000,000 - warung 12,600,000 52,600,000 4,383,333 5 876,667 540,000 >

16 1 x panen 33,000,000 - - 33,000,000 2,750,000 5 550,000 540,000 >=

17 1 x panen 21,000,000 - warung 16,200,000 37,200,000 3,100,000 5 620,000 540,000 >=

18 1 x panen 55,000,000 - warung 10,800,000 65,800,000 5,483,333 6 913,889 540,000 >

19 1 x panen 12,000,000 - Warung 12,600,000 24,600,000 2,050,000 5 410,000 540,000 <

20 1 x panen 22,000,000 - P3N 4,800,000 26,800,000 2,233,333 4 558,333 540,000 >=

21 Nelayan 7,800,000 7,800,000 650,000 3 216,667 540,000 <

22 1 x panen 35,000,000 - - 35,000,000 2,916,667 4 729,167 540,000 >

23 2 x panen 78,000,000 - - 78,000,000 6,500,000 5 1,300,000 540,000 >

24 1 x panen 27,500,000 - - 27,500,000 2,291,667 4 572,917 540,000 >=

25 Nelayan 19,800,000 19,800,000 1,650,000 4 412,500 540,000 <

26 2x panen 91,000,000 - 91,000,000 7,583,333 4 1,895,833 540,000 >

27 2x panen 30,000,000 30,000,000 2,500,000 5 500,000 540,000 <=

28 - Pedagang Pecah belah 25,500,000 25,500,000 2,125,000 5 425,000 540,000 <

29 - Tukang 30,000,000 30,000,000 2,500,000 4 625,000 540,000 >

30 - Penjual kerupuk/kemolang 18,000,000 18,000,000 1,500,000 4 375,000 540,000 <

31 - Tukang 21,600,000 21,600,000 1,800,000 5 360,000 540,000 <

32 - Pembuat atap 14,400,000 14,400,000 1,200,000 5 240,000 540,000 <

33 2x panen 68,000,000 - - 68,000,000 5,666,667 4 1,416,667 540,000 >

34 2x Panen 177,500,000 - 177,500,000 14,791,667 4 3,697,917 540,000 >

35 - warung manisan +tengkulak 48,000,000 48,000,000 4,000,000 2 2,000,000 540,000 >

36 2x Panen 60,000,000 - Tengkulak 60,000,000 120,000,000 10,000,000 3 3,333,333 540,000 >

37 2x Panen 84,000,000 - warung 10,800,000 94,800,000 7,900,000 4 1,975,000 540,000 >

38 2x Panen 84,000,000 - 84,000,000 7,000,000 5 1,400,000 540,000 >

39 2x Panen 78,000,000 - 78,000,000 6,500,000 2 3,250,000 540,000 >

40 2x Panen 60,000,000 - 60,000,000 5,000,000 3 1,666,667 540,000 >

Pendapatan Total 1,625,000,000 8,400,000 490,100,000 2,123,500,000 176,958,333 46,011,667

Pendapatan Rata-rata - 53,087,500 4,423,958 1,150,292

Pendapatan/Th (Rp) Standar Garis Kemiskinan

No.

Page 176: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

Lampiran 1.

KUISIONER KETAHANAN EKONOMI

(KEBERLANJUTAN WILAYAH PASANG SURUT)

RESPONDEN : RUMAH TANGGA

I. Identitas Responden :

Nama : ……………………………………………………

Umur : ……………………………………………………

Jenis Kelamin : ……………………………………………………

Pendidikan : ……………………………………………………

Alamat : ……………………………………………………

……………………………………………………

……………………………………………………

Nama Desa : ……………………………………………………

Lokasi Desa : Pesisir (muara) / Daratan Bagian dalam *

Mata Pencaharian : ……………………………………………………

Lama Tinggal : ……………………………………………………

II. Struktur Rumah Tangga Responden :

No.

Nama

Umur

(Thn)

Status

dalam

RT

Pendidikan

Terakhir

Jenis Pekerjaan

On

Farm

Off Farm Non

Farm

1

2

3

4

5

6

Page 177: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

156

III. Struktur Mata Pencaharian Rumah Tangga

Status

Pencari

Nafkah

Nama

Jenis

Pekerjaan

Pekerjaan

Utama

Pekerjaan

Sampingan

Pendapatan

(Rp/Thn)

Ayah

Ibu

Anak

Total

IV. Pendapatan On Farm Rumah Tangga

Jenis

Usaha

Tani

Luas

Lahan

Usaha

tani

Status

Pemilikan

Lahan

Panen/

Tahun

(brp

x/th)

Biaya

produksi

Biaya

Pema

saran

Pendapatan

bersih/ Tahun

(disposable

income)

Total

Ket :

On Farm = Mata Pencaharian berupa Usahatani

Page 178: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

157

V. Pendapatan Off Farm Rumah Tangga

Jenis Usaha

Off Farm

Lama usaha

(sdh brp thn)

Status

pekerjaan

(pemilik,

pekerja)

Pendapatan

bersih/ Bulan

(disposable

income

Pendapatan

bersih/ Tahun

(disposable

income

Total

Ket :

Off Farm = Mata Pencaharian berupa semua usaha yang berhubungan

dengan usaha tani, baik input maupun output usaha tani

V. Pendapatan Non Farm

Jenis Usaha

Non Farm

Lama usaha

(sdh brp thn)

Status

pekerjaan

(pemilik,

pekerja)

Pendapatan

bersih/ Bulan

(disposable

income

Pendapatan

bersih/ Tahun

(disposable

income

Total

Ket :

Non Farm = Mata Pencaharian berupa semua usaha yang tidak

berhubungan dengan usaha tani

Page 179: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

158

Lampiran 2.

KUISIONER KEPADATAN AGRARIS DAN DAYA DUKUNG

(KEBERLANJUTAN WILAYAH PASANG SURUT)

RESPONDEN : DESA / KELURAHAN

1. Nama Desa : ………………………………………………….

2. Lokasi Desa : Pesisir (muara) / Daratan bagian dalam *

3. Jumlah KK : ………………………………………………….

4. Jumlah Penduduk : ………………………………………………….

5. Luas Lahan keseluruhan : …………………………………………………

6. Luas lahan subur/Desa : ……………………………………………….....

7. Luas Lahan/ KK : ………………………………………………….

8. Jenis Usaha Tani : Sawah / Kelapa / Kelapa Sawit / Sayuran/ *

Lainnya (sebutkan )…………………………..

9. Panen dalam setahun : ………………………………………………….

(brp x/thn) …………………………………………………

Rincikan Per UT …………………………………………………

10. Jumlah Hasil Panen : ………………………………………………….

(Kg/Ha/MT) …………………………………………………..

Rincikan per UT …………………………………………………..

Page 180: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

159

Lampiran 3.

KUISIONER KETAHANAN SOSIAL EKOLOGI

(KEBERLANJUTAN WILAYAH PASANG SURUT)

RESPONDEN DESA / KELURAHAN

I. Identitas Responden

Responden : Kepala Desa/ Sekdes/ Kadus/ lainnya

(sebutkan)…………………………………

Nama Desa :……………………………………………

Lokasi Desa : Pesisir (Muara) / Daratan bagian dalam*

Data Kependudukan : ada / Tidak * (data skunder di minta)

Data Wilayah Adm : ada / Tidak * (data skunder di minta)

Data Luas Lahan : ada / tidak* (data skunder di minta )

Data Produktivitas UT : ada / Tidak* (data skunder di minta)

Data Kegiatan Masy : ada / Tidak* (data sknder di minta)

Data Lembaga Desa : ada / tidak * (data skunder diminta)

II. Keadaan sosial

1. Migrasi

1. Apakah semua penduduk merupakan transmigran :

a. ya b. campuran pendatang c. lainnya………………..

2. Setelah berakhirnya program transmigrasi, apakah penduduk masih mengalami

penambahan dari luar daerah, dan menetap :

a. ya b. tidak c. terkadang ada pendatang

Page 181: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

160

3. Apakah saat ini banyak penduduk yang bekerja di daerah lain (diluar daerah

pasang surut) :

a. Tidak ada b. dibawah 20% c. 20-50% d. diatas 50%

4. Apakah saat ini ada penduduk (rumah tangga) yang pindah menetap dikota

atau daerah lainnya :

a. Tidak ada b. dibawah 20% c. 20-50% d. diatas 50%

5. Penduduk yang pindah keluar daerah sebagian besar dikarenakan apa ;

a. bekerja/ mencari pekerjaan b. Sekolah/ pendidikan

c. Mencari tempat tinggal yang lebih baik

2. Peralihan Mata Pencaharian

1. Apakah pada awal dibukanya daerah transmigrasi ini semua penduduk bermata

pencarian sebagai petani sawah pasang surut ?

……………………………………………………………………………..

2. Sejak kapan mulai adanya penambahan usaha tani kelapa/kelapa sawit atau pun

UT lainnya di desa ini ?

………………………………………………………………………………..

3. Selain sebagai petani, mata pencaharian apa yang rata-rata dilakukan penduduk

desa ini ?

…………………………………………………………………………………

4. Berapa jumlah Penduduk yang bermata pencarian sebagai Petani, dan berapa

jumlah yang berusaha di bidang lainnya ?

…………………………………………………………………………………

Page 182: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

161

5. Apakah lebih menguntungkan jika bekerja di bidang pertanian (on farm) atau

jika bekerja di Bidang lainnya (non farm)? Mengapa !

..........................................................................................................................

6. Berapa banyak (%) penduduk yang beralih dari petani ke usaha lain nya?

………………………………………………………………………………..

7. Apakah ada program /fasilitas dari pemerintah untuk bidang usaha pertanian

dan non pertanian ? sebutkan ?

………………………………………………………………………………..

3. Desa Adat (Local Indigenous)

1. Apakah di Desa ini memiliki budaya atau adat yang menonjol ? sebutkan ?

…………………………………………………………………………………

2. Bagaimanakah pemilikan atau penguasaan lahan berdasarkan adat di desa ini ?

…………………………………………………………………………………

3. Bagaimana pembagian lahan dalam satu keluarga berdasarkan adat atau

kebiasaan masyarakat di desa ini ?

…………………………………………………………………………………

4. Apakah ada pengetahuan lokal yang dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan

usaha tani berkenaan dengan lahan pasang surut ?

…………………………………………………………………………………

4. Konflik Sosial

1. Apakah didesa ini ada konflik dalam masyarakat ? sebutkan?

…………………………………………………………………………………

2. Apakah permasalahan yang sering menimbulkan konflik di desa ini ?

………………………………………………………………………………….

Page 183: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

162

3. Jika keterbatasan lahan usaha tani, apakah ada perselihan dalam perebutan

lahan tersebut ?

…………………………………………………………………………………

4. Usaha apa yang dilakukan untuk menghindari konflik ?

……………………………………………………………………………………..

5.. Ketersediaan infrastruktur

1. Apakah setelah program transmigrasi berakhir, pembangunan infrastruktur

lebih cepat dari sebelumnya ?

………………………………………………………………………………….

2. Infrastruktur apa saja yang dirasakan perlu, tetapi belum tersedia saat ini ?

……………………………………………………………………………………

3. Apakah dalam penyediaan infrastruktu ada swadaya dari masyarakat atau hanya

mengandalkan pemerintah saja ?

…………………………………………………………………………………..

4. Apakah infrastruktur yang tersedia saat ini telah memadai bagi masyarakat

desa ini ?

……………………………………………………………………………………

5. Infrastruktur apa saja yang sudah dimilki desa ini ?

…………………………………………………………………………………..

Page 184: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

163

6. . Kelembagaan

1. Kelembagaan apa saja yang telah di miliki desa ini ?

2. Apakah lembaga yang ada telah berjalan dan berfungsi dengan baik bagi

masayarakat di desa ini ?

…………………………………………………………………………………..

3. Lembaga apa yang belum dimilki desa ini ?

…………………………………………………………………………………..

4. Apakah sudah ada lembaga yang menaungi para petani dalam meningkatkan

usaha tani khususnya sawah pasang surut ?

……………………………………………………………………………………

5. Seberapa besar peran kelembagaan dibutuhkan masyarakat di desa ini ?

……..…………………………………………………………………………….

6. Lembaga pemasaran hasil Usaha tani apa yang ada di desa ini, bagaimana

sistemnya?

……………………………………………………………………………………

7. Berapa kelompok tani yang ada di desa ini? Berapa yg aktif dan tidak

aktif?....................................................................................................................

III. Keadaan Ekologi

1. Jumlah Konversi lahan

1. Sejak kapan lahan sawah di desa ini mulai dikonversi menjadi lahan

perkebunan ?

……………………………………………………………………………..

Page 185: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

164

2. Berapa banyak petani yang telah mengkonversi sawahnya menjadi lahan

perkebunan ?

……………………………………………………………………………..

3. Apa saja Jenis Perkebunan yang diusahakan di desa ini ?

……………………………………………………………………………..

4. Apakah keuntungan mengkonversi lahan dari sawah ke perkebunan jauh

lebih menguntungkan?

……………………………………………………………………………

2. Reklamasi Rawa

1. Sejak kapan kawasan ini di reklamasi ?

…………………………………………………………………………….

2. Apakah sejak direklamasi ada perbaikan dalam hal kegiatan usahatani ?

…………………………………………………………………………….

3. Apa manfaat yang diperoleh masyarakat dengan adanya reklamasi ini ?

…………………………………………………………………………….

4. Bagaimana kondisi reklamasi hingga saat ini?

…………………………………………………………………………….

3. Land Use (Penggunaan Lahan)

1. Bagaimana penggunaan lahan di wilayah desa ini ? sebutkan alokasi

penggunaan lahan tersebut ?

……………………………………………………………………………

2. Apakah pemanfaatan lahan telah sesuai dengan kebutuhan?

…………………………………………………………………………….

Page 186: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

165

3. Apakah masih ada lahan pertanian yang belum digarap?

…………………………………………………………………………….

4. Jika semua lahan pertanian telah digarap, bagaimana dengan pembagian

lahan yang telah ada?

…………………………………………………………………………….

5. Apakah terjadi pembukaan lahan baru yg merambah hutan dan wilayah sekitar

untuk perluasan lahan tersebut? Ya / tidak, jika Ya, berapa luas yang dirambah

rata-rata oleh setiap Rumah Tangga?.................................................................

4. Pengairan (tata guna air)

1. Bagaimana sistem pengairan sawah di desa ini ?

……………………………………………………………………………..

2. Bagaimana pemanfaatan sumber air didesa ini? Untuk kebutuhan sehari-

hari air bersumber dari mana?

……………………………………………………………………………..

3. Apakah ada permasalahan dalam pengairan sawah? Sebutkan?

……………………………………………………………………………..

4. Apa yang dibutuhkan saat ini untuk meningkatkan produksi UT dalam

hal pengairan?

……………………………………………………………………………..

5. Ekosistem Gambut

1. Bagaimana dengan lahan gambut yang ada di desa ini, berdasarkan

pengetahuan masyarakat?

Page 187: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

166

2. Apakah ada upaya khusus dalam melakukan usaha tani dilahan gambut ini?

….………………………………………………………………………….

3. Bagaimana upaya yang dilakukan masyarakat dalam menjaga kelestarian

ekosistem gambut di desa ini ?

…………………………………………………………………………….

4. Apakah ada program atau bantuan pemerintah dalam upaya menjaga

kelestarian lingkungan di desa ini ?....................................................................

5. Apa saja kendala yang dihadapi masyarakat yang bermukim di desa ini terkait

dengan kehidupan di ekosistem gambut seperti ini ?

………………………………………………………………………………….

6. Perubahan Iklim

1. Bencana alam apa saja yang pernah terjadi di desa ini ? apakah perubahan

iklim juga terjadi?

…………………………………………………………………………………..

Jika ya, apakah hal–hal berikut ini dialami :

- Naiknya muka air laut, jelaskan…………………………………………….

- Pemanasan global…………………………………………………………..

- Kebakaran lahan…………………………………………………………….

- Banjir pada lahan sawah…………………………………………………….

- Penipisan lapisan gambut…………………………………………………..

- Meningkatnya keasaman (menjadi tanah sulfat masam)…………………...

- Dll, sebutkan……………………………………………………………….

2. Bagaima tipe lahan gambut didaerah ini? Dan bagaimana perubahan nya

dengan adanya perubahan iklim saat ini?

Page 188: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

167

3. Bagaimana strategi dalam usaha tani yg dilakukan untuk mengimbangi adanya

perubahan iklim saat ini ?

…………………………………………………………………………………..

4. Bagaimana pengaruh pasang surut air laut pada sawah sejak perubahan iklim

terjadi tersebut ?

…………………………………………………………………………………..

5. Apakah saja yang terjadi pada daerah ini sejak perubahan iklim tersebut ?

…………………………………………………………………………………..

7. Konservasi SDA

1. Apa saja SDA yang dimiliki di desa ini?

………………………………………………………………………………….

2. Apakah masyarakat desa ini memahami tentang konservasi SDA?

…………………………………………………………………………………..

3. Apa saja yang dilakukan untuk menjaga kelestarian SDA yang ada?

…………………………………………………………………………………..

4. Adakah program permerintah yang masuk di desa ini guna menjaga

kelestarian SDA yang ada ?.................................................................................

5. Apasaja Sumberdaya alam yang telah digunakan dan belum digunakan di desa

ini?........................................................................................................................

........................................................................................................................ .....

Page 189: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

168

Page 190: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

169

Page 191: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

170

Page 192: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

171

Page 193: ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH TRANSMIGRASI … · forest cover due to land clearing for agriculture and settlements and infrastructure ... Pertanian Universitas Sriwijaya yang telah

172