bab 2 landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2014-2-02356-sp...
TRANSCRIPT
1
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah beton mutu tinggi dengan tambahan Kawat bendrat
dan admixturesuperplaticizer yang memiliki kuat tekan rencana sebesar 50 MPa.
Beton yang telah mencapai finalsetting (beton yang telah mengeras) harus segera
melalui proses perawatan (curing). Proses perawatan ini berguna untuk mengurangi
panas pada beton. Proses perawatan dilakukan dengan cara direndam dalam bak yang
berisi air bersuhu normal. Penambahan kawat bendrat dan silica fumebertujuan untuk
meningkatkan kemampuan memikul gaya tekan dan gaya tarik pada proses
pengujian kuat tekan dan pengujian kuat tarik.
2.2 Definisi Beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik, agregat
halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan dan membentuk
massa padat (SK.SNI T-15-1990-03:1).
Sedangkan beton berserat sendiri adalah beton yang materialnya ditambah
dengan komponen serat yang bisa berupa kawat bendrat, plastik, glass, ataupun
serabut dari bahan alami. Beton sangat diminati karena bahan ini merupakan
konstruksi yang mempunyai banyak kebaikan, antara lain :
1. Harganya relatif murah karena dapat menggunakan bahan-bahan dasar dari
bahan lokal, terkecuali semen portland
2. Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai sifat
tahan terhadap perkaratan/ pembusukan oleh kondisi lingkungan
3. Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun
dan dengan ukuran apapun sesuai dengan keinginan
4. Kuat tekannya yang tinggi jika dikombinasikan dengan baja (yang kuat tariknya
tinggi) dapat dikatakan mampu dibuat untuk struktur berat
Disamping memiliki kelebihan, beton juga memiliki beberapa kelemahan yaitu :
1. Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak kuat tariknya
hanya berkisar antra 9% - 15%,
2. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi,
3. Karena beton itu memiliki campuran bahan seperti semen, agregat kasar, agregat
halus, dan air maka beton segar cenderung memiliki bobot yang berat,
4. Membutuhkan alat cetakan sebagai alat pembentuk,
5. Beton bersifat getas (mudah pecah).
2.3 Beton Mutu Tinggi
Definisi beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik dan
yang lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan
campuran tambahan membentuk massa padat (SK.SNI T-15-1990-03:1). Beton
adalah suatu massa yang terjadi dengan mencampurkan bahan semen, air, dan
agregat serta bahan tambahan (admixture) jika diperlukan. Beton dapat di
klasifikasikan sebagai berikut :
a. Beton non struktural, yaitu beton yang hanya terdiri dari bahan campuran semen,
air, dan agregat serta bahan tambahan (bila di perlukan),
b. Beton struktural, yaitu beton yang menggunakan bahan campuran semen, air,
dan agregat dan admixture bila di perlukan serta dengan penambahan baja
tulangan (besi beton).
Berdasarkan mutu kinerjanya, maka beton dikelompokkan menjadi 2 yaitu
beton normal dan beton mutu tinggi. Berdasarkan ACI Committe 211.4R-93 (ACI
Committe: 1996). Beton mutu normal adalah beton yang mempunyai nilai kuat tekan
kurang dari 41 MPa, dan berdasarkan ACI Committe 363R-92, beton mutu tinggi
adalah beton yang mempunyai nilai kuat tekan 41 MPa atau lebih. Klasifikasi beton
berdasarkan kekuatannya, dapat dibagi dalam tiga kelas yaitu :
1. Kuat tekan yang karakteristiknya 200-500 kg/cm2 disebut beton normal Normal
Strength Concrete (NSC),
2. Kuat tekan yang karakteristiknya 500-800 kg/cm2 disebut beton mutu tinggi High
Strength Concrete (HSC),
3. Kuat tekan yang karakteristiknya lebih dari 800 kg/cm2 disebut mutu beton sangat
tinggi Very High Strength Concrete (VHSC).
Beton mutu tinggi dapat diartikan sebagai beton yang berorientasi pada
kekuatan yang tinggi yang mempertimbangkan keawetan beton (durability) serta
kemudahan pengerjaan beton (workability).
2.4 Material Penyusun Beton Mutu Tinggi
1.4.1 Semen portland (PC)
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia nomor 15-2049-2004 semen adalah
bahan yang memiliki sifat adhesif maupun kohesif, yaitu bahan pengikat. Definisi
semen portland adalah semen hidraulis yang dihasilakan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidraulis
bersama bahan-bahan yang biasa digunakan yaitu gypsum. Semen merupakan
material pengikat pada beton. Semen yang dicampur dengan air akan menjadi pasta
semen atau grout. Semen yang dicampur dengan air dan agregat halus biasa disebut
dengan mortar. Berdasarkan susunan materialnya, semen dikelompokan menjadi dua
jenis, yaitu :
a. Semen non-hidraulik : semen yang tidak dapat mengikat dan mengeras
didalam air, tapi akan mengeras di udara. Contoh utama dari semen non-hidraulik
adalah kapur
b. Semen hidraulik : semen yang mempunyai kemampuan untuk mengikat dan
mengeras didalam air. Contoh dari jenis ini adalah semen portland dan semen
alumina
Semen jika dicampur dengan air akan membentuk adukan yang disebut pasta
semen, jika dicampur dengan agregat halus (pasir) dan air, maka akan terbentuk
adukan yang disebut mortar, jika ditambahkan dengan agregat kasar akan
membentuk adukan yang disebut dengan beton. Berikut adalah spesifikasi teknis
semen portlandtipe I yang digunakan dalam penelitian ini :
Tabel 0.1Spesifikasi Teknis Semen Portland Tipe I
Items Unit
SNI 15-7064-
2004 Quality
Standard Typical Range
Physical Properties:
1. Air content of mortar,
volume % 12 max. 4,6 4,5 – 5,7
2. Fineness, sikaecific surface m2/kg 280 min. 418 391 – 427
3. Autoclave axpansion % 0,8 max. 0,05 0,03 – 0,07
4. Compressive strength
3 days kg/cm2 125 min. 236 213 – 249
7 days kg/cm2 200 min. 303 284 – 322
28 days kg/cm2 250 min. 402 381 – 452
5. Time of
setting, vicat
Initial set
Minute 45 min. 128 106 – 168
Final set Minute 375 max. 339 315 – 452
6. False Set % 50 min. 73,4 75 – 87
7. Heat of hydration Kal/gr 66,4 65 – 67
8. Normal consistency % 25,4 24,5 – 25,9
9. Sikaecific gravity 3,05 3,00 – 3,10
Chemical Properties:
1. Silicone dioxide % - 23,04 21,7 – 23,5
2. Alumunium oxide % - 7,4 6,1 – 7,6
3. Ferric oxide % - 3,36 3,1 – 3,9
4. Calcium oxide % - 57,38 57,0 – 60,3
5. Magnesium oxide % - 1,91 1,0 – 2,9
6. Sulfur oxide % 4,0 max. 2 1,6 – 2,1
7. Loss on ignitation % - 3,94 3,5 – 8,0
8. Insolube residue % - 10,96 5,0 – 12,5
9. Free Lime % - 0,56 0,5 – 1,5
(Sumber : P.T. Tiga Roda Indocement)
Tabel 0.2 Susunan Oxida Semen Portland
Oksida % rata- rata Kapur (CaO) Silika (SiO2)
Alumunia (Al2O3) Besi (Fe203)
Magnesia (MgO) Sulfur (SO3)
63 22 7 3 2 2
(Sumber : P.T. Tiga Roda Indocement)
Berikut ditampilkan tabel senyawa penyusun semen portland :
Tabel 0.3 Senyawa Penyusun Semen Portland
Nama Senyawa Rumus Oksida Notasi Kadar Rata-rata Trikalsium Silikat Dicalsium Silikat
Tricalsium Alumat Tetracalsium Aluminoferit
3CaO.SiO2 2CaO.SiO2
3CaO.Al2O3 4CaO.Al.2O3 FeO3
C3S C2S C3A C4Af
50 25 12 8
(Sumber : P.T. Tiga Roda Indocement)
Senyawa-senyawa kimia dari semen portland adalah tidak stabil secara
termodinamis, sehingga sangat cenderung untuk beraksi dengan air. Untuk
membentuk produk hidrasi dan kecepatan bereaksi denga air dari setiap komponen
adalah berdea-beda, maka sifat-sifat hidrasi masing-masing komponen adalah
sebagai berikut :
b. Tricalsium Sillikat (C3S) = 3CaO.SiO2
Senyawa ini mengalami hidrasi yang sangat cepat yang menyebabkan
pengerasan awal. Menunjukan desintegrasi (perpecahan) oleh sulfat air tanah, oleh
perubahan volume kemungkinan mengalami retak-retak
c. Dicalsium Silikat (C2S) = 2CaO.Sio2
Senyawa ini mengeras beberapa jam dan dapat melepaskan panas, kuaitas
yang terbentuk dalam ikatan menentukan pengaruh terhadap kekuatan beton pada
awal umumnya. Terutama pada 14 hari pertama
d. Tricalsium Alumat (C3A) = 3CaOAl2O3
Formasi senyawa ini berlangsung perlahan dengan pelepasan panas yang
lambat, senyawa ini berpengaruh terhadap proses peningkatan kekuatan yang terjadi
dari hari ke 14 sampai hari ke 28. Memiliki ketahanan agresi kimia yang relatif
tinggi. Penyusutan yang relatif rendah.
Perubahan komoposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara mengubah
presentase 4 komponen utama semen dapat menghasilakan beberapa tipe semen yang
sesuia dengan tujuan pemakaiannya. Pemakaian semen portland di indonesia dibagi
menjadi 5 jenis yaitu sebagai berikut :
Tabel 0.4 Jenis Semen Portland Menurut ASTM C.150
Jenis Semen
Sifat Pemakaian
Kadar Senyawa (%) Panas Hidrasi 7 Hari (J/g) C3S C2S C3S C4Af
I II III IV V
Normal Modifikasi
Kekuatan Awal Tinggi Panas Hidrasi Rendah
Tahan Sulfat
50 42 60 26 40
24 33 13 50 40
11 5 9 5 9
8 13 8 12 9
330 250 500 210 250
(Sumber : P.T. Tiga Roda Indocement)
Penjelasan dari jenis-jenis semen ini adalah :
• Jenis I, merupakan semua semen Portland untuk tujuan umum, biasa tidak
memerlukan sifat-sifat khusus misalnya, gedung trotoar, jembatan, dan lain-
lain.
• Jenis II, merupakan semen Portland yang tahan terhadap sulfat dan panas
hidrasi sedang dan ketahanan terhadap sulfat lebih baik, penggunaannya pada
pir (tembok di laut dermaga), dinding tahan tanah tebal dan lain.
• Jenis III, merupakan semen Portland dengan kekuatan awal tinggi. Kekuatan
dicapai umumnya dalam satu minggu. Umumnya dipakai ketika acuan harus
dibongkar secepat mungkin atau ketika struktur harus cepat dipakai.
• Jenis IV, merupakan semen Portland dengan panas hidrasi rendah. Dipakai
untuk kondisi dimana kecepatan dan jumlah panas yang timbul harus
minimum.
• Jenis V, merupakan semen Portland tahan sulfat, dipakai untuk beton dimana
menghadapi aksi sulfat yang panas. Umumnya dimana atau air tanah
mengandung kandungan sulfat yang tinggi.
Gambar 0.1 Semen Portland Tipe I
1.4.2 Agregat
Agregat adalah material granular, seperti pasir, kerikil, batu pecah, dan
tungku pijar yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk
membentuk suatu beton atau adukan semen hidraulik (SNI 03-2487-2002). Proporsi
agregat di dalam campuran beton sangat tinggi, menempati 70 – 75% dari total
volume beton.kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas suatu beton.
Kualitas agregat yang baik berpengaruh pada kelecakan, durabilitas, kekuatan, dan
nilai ekonomi pada beton. Sifat yang paling penting dari suatu agregat adalah
kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan yang dapat mempengaruhi
ikatannya dengan pasta semen, porositas, dan karakteristik absorbsi yang
mempengaruhi daya tahan terhadap penyusutan.
Berdasarkan ukurannya gradasi agregat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a) Agregat halus
Agregat halus atau pasir adalah agregat yang butirannya lolos saringan 4,75
mm, agregat halus ini tertahan pada saringan no. 200 dan lolos pada saringan no.8.
bagian yang lolos dari suatu saringan tidak boleh lebih dari 45% dari yang tertahan
pada saringan berikutnya. Agregat halus memiliki modulus kehalusan antara 2,3-3,1.
Gradasi dan keseragaman agregat halus menentukan workability campuran beton
daripada gradasi dan keseragaman agregat kasar. Karena mortar memiliki fungsi
sebagai pelumas, sedangkan agregat kasar hanya bertujuan untuk mengisi ruang pada
beton saja.
Ukuran agregat halus dibagi menjadi 4 zona yang dijadikan sebagai uji
gradasi. Agregat halus harus memenuhi syarat-syarat berikut :
• Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butiranya harus
bersifat kekal. Dan tidak boleh pecah dan hancur oleh pengaruh cuaca
• Presentase lumpur yang terkandung dalam agregat halus jumlahnya tidak
boleh lebih besar dari 5%. Lumpur adalah material yang lolos ayakan 0,063
mm. Jika kadar lumpur yang terkandung pada agregat halus melinihi 5% maka
agregat harus dicuci dulu
• Tidak boleh ada bahan organik yang tergantung pada agregat halus. Cara
pengetesannya dengan melarutkan larutan NaOH
• Agregat halus terdiri dari butiran yang beraneka ragam dan ukurannya
melewati saringan 4,75 mm dan tertahan pada saringan no. 200 (0,075 mm)
Tabel 0.5 Syarat Gradasi Agregat Halus
Ukuran Lubang Ayakan (mm)
Presentase Lolos Daerah I
(%) Daerah II
(%) Daerah III
(%) Daerah IV
(%) 10 100 100 100 100 4,8 90 - 100 90 – 100 90 – 100 90 – 100 2,4 60 - 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100 1,2 30 - 70 55 – 90 75 – 100 90 – 100 0,6 15 - 34 35 – 59 60 – 79 80 – 100 0,3 5 - 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50 0,15 0 - 10 0 - 10 0 – 10 0 - 15
Sumber : SNI 03-2834-2000, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
b) Agregat kasar
Agregat kasar disebut juga dengan nama kerikil atau sikalit. Memiliki ukuran
lebih besar dari 4,75 mm. Menurut SII, kehalusan agregat kasar harus berada antara
6,0 – 7,1. Gradasi agregat kasar untuk ukuran tertentu dapat divariasi tanpa
berpengaruh besar pada kebutuhan semen dan air yang baik. Makin besar diameter
maksiumum maka akan semakin ekonomis. Komposisi dari agregat kasar harus
memenuhi persyaratan gradasi yaitu melalui analisa saringan dengan nomor sebagai
berikut :
Tabel 0.6 Analisa Saringan Agregat Kasar
40 mm 20 mm 10 mm76 100 - -38 95 - 100 100 -19 35 - 70 95 - 100 1009,5 10 - 40 30 - 60 50 - 854,8 0 - 5 0 - 10 0 - 10
Persentase agregat yang lolos saringan (%)Gradasi Agregat
No. Saringan(mm)
Sumber : SNI 03-2834-2000, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal
Ukuran maksimal agrergat kasar dapat dikelompokkan menjadi 3 zona,
seperti yang tercantum pada tabel 2.2
Tabel 0.7 Analisa Saringan Agregat Kasar
Ukuran Lubang Ayakan (mm)
Presentase Lolos (%) Gradasi Agregat
40 mm 20 mm 10 mm 76 100 - - 38 92 - 100 100 - 19 35 - 70 95 - 100 100 9,6 10 - 40 30 - 60 50 -85 4,8 0 - 5 0 - 10 0 -10
Sumber : SNI 03-2834-2002, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal
Untuk menilai baik atau tidaknya agregat yang akan digunakan untuk
campuran beton, maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut :
a. Ukuran butiran maksimum serta gradasi
b. Kebersihan agregat
c. Kekerasan
d. Bentuk visual agregat
e. Berat jenis dan absorpsi
f. Kadar organik
Gambar 0.2 Agergat Kasar
1.4.3 Air
Air merupakan bahan yang diperlukan untuk pembuatan beton. Pasta semen
merupakan hasil reaksi kimia antara semen dan air. Perbandingan air tehadap semen
yang biasa disebut dengan FAS (faktor air semen). Air harus selalu ada dalam
campuran beton kerana diperlukan untuk hidrasi semen dan memberikan
kemudahan dalam pekerjaan beton (workability). Fungsi dari air disini antara lain
adalah sebagai bahan pencampur dan mengaduk antara semen dan agregat. Pada
umunya air yang dapat diminum memenuhi persyaratan sebagai air yang dapat
dicampur sebagai bahan pencampur beton. Air ini harus bebas dari padatan
tersusikaensi ataupun padatan terlarut yang terlalu banyak, dan bebas dari material
organik.
2.5 Penggunaan Bahan Tambah Penguat Beton
Menurut ASTM C.125-1995:61, “Standard Definition of Terminilogy
Relating to Concrete and Concrete Aggregates” dan dalam ACI SIKA-19 admixture
didefiniSIKAn sebagai material selain air, agregat, dan semen yang dicampur
kedalam adukan beton atau mortar selama pengadukan berlangsung.
Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu bahan tambah yang bersifatkimiawi (chemical admixture) dan
bahan tambah yang bersifat mineral (additive). Adapun bahan tersebut antara lain :
1.5.1 Bahan Tambah Kimia (Admixture)
Menurut ASTM C.494 dan Pedoman Beton 1989 SKBI.1.4.53.1989, jenis bahan
tambah kimia dibedakan menjadi tujuh tipe bahan tambah. Pada dasarnya suatu
bahan tambah harus mampu memperlihatkan komposisi dan kualitas yang sama
dalam masa pengerjaan sesuai dengan proprsi betonnya.
a. Tipe A “Water-Reducing Admixture”
Water-Reducing Admixtureadalah bahan tambah yang mengurangi air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu.
Bahan ini digunakan dengan tidak merubah kadar semen yang digunakan, dan
dengan faktor air semen yang tetap maka nilai slump yang dihasilkan dapat lebih
tinggi.
b. Tipe B “Retarding Admixture”
Retarding Admixtureadalah bahan tambah yang berfungsi untuk menghambat
waktu pengikat beton. Penggunaannya untuk menunda waktu pengikatan beton,
misalnya karena kondisi cuaca panas, atau untuk memperpanjang waktu pemadatan.
c. Tipe C “Accelerating Admixture”
Accelerating Admixture adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. Bahan ini dapat
digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan dan mempercepat
pencapaian kekuatan awal beton. Acceleration admixture yang paling terkenal
adalah kalsium klorida. Dosisi maksimum adalah 2% dari pemakaian semen yang
digunakan.
d. Tipe D “Water Reduscing and Retarding Admixture”
Water Reducing and Retarding Admixtureadalah bahan tambah yang berfungsi
ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan
beton dengan konsistensi tertentu dan menghambat pengikatan awal.
e. Tipe E “Water Reducing and Accelerating Admixture”
Water Reducing and Accelerating Admixtureadalah bahan tambah yang
berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan dan
untuk mempercepat pengikatan awal.
f. Tipe F “Water Reducing, High Range Admixture”
Water Reducing, High Range Admixtureadalah bahan tambah yang berfungsi
untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton
dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih.
g. Tipe G“Water Reducing, High Range Retarding Admixture”
Water Reducing, High Retarding Admixtureadalah bahan tambah yang berfungsi
untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton
dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih juga.
1.5.2 Bahan Tambah Mineral (Additive)
Pada saat ini, bahan tambah minerla lebih banyak digunakan untuk memperbaiki
kuat tekan beton. Menurut Cain, 1994 beberapa keuntungan penggunaan bahan
tambah mineral antara lain :
• Memperbaiki kinerja workability,
• Mengurangi biaya pengerjaan beton,
• Mempertinggi usia beton,
• Mempertinggi kuat tekan beton,
• Mempertinggi keawetan beton,
• Mengurangi susut pada beton,
• Mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton.
Berikut ini adalah berapa bahan tambah mineral yang banyak digunakan :
a. Abu Terbang Batu Bara (Fly Ash)
Menurut ASTM C.168, abu terbang didefinisikan sebagai butiran halus hasil
pembakaran batu bara atau bubuk batu bara. Abu terbang dapat dibedakan menjadi
2 yaitu abu terbang normal yang dihasilkan dari pembakaran batu bara antrasit atau
batu bara bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batu bara kelas
lignite atau subbitemeus. Abu terbang kelas C kemungkinan mengandung kapur
(lime) lebih dari 10% beratnya.
b. Slag
Slag merupakan hasil pembakaran tanur tinggi. Definisi slag menurut ASTM
C.989 “Standard Sikaecification For Ground Granulated Blast Furnance Slag For
Use In Concrete and Mortar” adalah produk non metal yang merupakan material
berbentuk halus. Granular hasil pembakaran yang kemudian didinginkan misalnya
dengan mencelupkannya kedalam air. Keuntungan menggunakan slag (Levis,1982)
adalah sebagai berikut :
• Meningkatkan kekuatan beton, karena kecenderungan lambatnya kenaikan kuat
tekan,
• Meningkatkan rasio kelenturan dan kuat tekan
• Meningkatkan ketahanan sulfat dalam air laut
• Mengurangi porositas dan serangan klorida
c. Silica fume
Menurut ASTM C.1240-95 “Sikaecification For Silica Fume For Use In
Hydraulic Cement Concrete and Mortar”, silica fume adalah material pozzolan yang
halus dimana kompisisi silica lebih banyak yang dihasilkan dari sisa produksi
silicon atau alloy besi silicon (dikenal dengan gabungan antara microsilica dan
silica fume).
Penggunaan silica fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk
menghasilkan beton dengan kuat tekan yang tinggi. Misalnya untuk kolom struktur,
shear wall, pre-cast atau beton prategang dan beberapa keperluan lainnya. Kriteria
beton berkekuatan tinggi sekitar 35-70 Mpa pada umur 28 hari. Penggunaan silica
fume berkisar antara 0-30%, untuk memperbaiki karakteristik kekuatan dan
keawetan beton dengan FAS sebesar 0,34 dan 0,28 dengan atau tanpa
superplasticizer dan nilai slump 50 mm.
2.6 Kawat Bendrat
Salah satu bahan tambahan yang digunakan adalah Kawat bendrat . Beton yang
diberi tambahan serat disebut dengan beton berserat. Karena ditambah serat, maka
menjadi suatu bahan komposit yaitu beton dan serat.
Menurut jurnal yang di buat oleh Purnawan Gunawan, Slamet Prayitno, dan
Surya Adi Putra (2013) dengan judul “Pengaruh Penambahan Kawat bendrat pada
Beton Ringan dengan Teknologi Foam terhadap Kuat Tekan, Kuat Tarik, dan
Modulus Elastisitas”, menyatakan bahwa tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh penambahan Kawat bendrat terhadap kuat tekan,
kuat tarik, dan modulus elastisitas beton ringan foam berkawat bendrat . Metode
yang di gunakan adalah pengamatan secara eksperimental dan kemudian dilakukan
analisis secara teoritis untuk mendukung hasil/ kesimpulan akhirnya. Benda uji
berupa silinder berukuran 7,5 x 15 cm untuk pengujian kuat tekan dan kuat tarik,
sedangkan untuk pengujian modulus elastisitas menggunakan benda uji berupa
silinder berukuran 15 x 30 cm. Kuat tekan meningkat sebesar 55,26%. Kuat tarik
belah meningkat sebesar 61,90%. Nilai modulus elastisitas meningkat sebesar
22,63%. Dan pengujian secara eksperimental dan perhitungan secara analisis
diperoleh nilai kuat tekan, kuat tarik belah dan modulus elastisitas pada beton ringan
foam berserat tidak jauh berbeda.
Menurut Tjokrodimulyo yang dikutip dalam jurnal Ananta Ariatama (2007)
dengan judul “Pengaruh Pemakaian Kawat bendrat Berkait Pada Kekuatan Beton
Mutu Tinggi Berdasarkan Optimasi Diameter Serat” maksud utama penambahan
serat kedalam beton adalah untuk menambah kuat tarik pada beton. Kuat tarik yang
sangat rendah berakibat beton mudah retak, yang pada akhirnya mengurangi
keawetan beton. Dengan adanya serat, ternyata beton menjadi lebih tahan retak.
Perlu diperhatikan bahwa pemberian serat tidak menambah kuat tekan beton, namun
hanya menambah daktilitas.
Penelitian Leksono, Suhendro, dan Sulistyo (1995) dalam jurnalnya berjudul
“Pengaruh Pemakaian Kawat BendratBerkait pada Kekuatan Beton Mutu Tinggi
Berdasarkan Optimasi Diameter Serat” oleh Ananta Ariatama pada tahun 2007
tentang beton serat yang menggunakan kawat bendrat berbentuk lurus dan berkait
kedalam campuran beton. Kemudian beton diuji kuat desak, kuat lentur, kuat tarik
dan pengujian beton. Sebagai bahan susun beton dipakai batu pecah dengan ukuran
agregat maksimal 20 mm, kawat bendrat berdiameter ± 1 mm dipotong dengan
ujungnya berkait dan panjang 60 mm.Faktor Air Semen 0,55 dan volume fiber kawat
(vf) 0,7% dari volume adukan. Dengan berat jenis kawat bendrat 6,68 gr/cm3, maka
berat yang ditambahkan kedalam 1 m3 adukan beton (dibulatkan) 50 kg. Untuk balok
bertulang dengan ukuran sebesar 15x 25 x 180 cm dengan kandungan fiber 0,25% ;
0,5% ; 0,75% ; dan 1%. Dari penelitian yang telah dilakukan dengan penambahan
fiber 0,75 sampai dengan 1 % dari volume beton dan dengan menggunakan asikaec
ratio sekitar 60-70 akan memberikan hasil yang optimal. Penambahan hooked fiber
kedalam adukan beton dapat menurunkan kelecakan adukan beton sehingga beton
menjad sulit dikerjakan. Kuat tarik, kuat desak, dan kuat lentur meningkat setelah
diberi hooked fiber untuk kandungan fiber yang optimal 0,75.
Untuk penelitian Hartanto (1994) yang dikutip dalam jurnal Ananta Ariatama
(2007) dengan judul “Pengaruh Pemakaian Kawat bendrat Berkait Pada Kekuatan
Beton Mutu Tinggi Berdasarkan Optimasi Diameter Serat” penambahan fiber lokal
kedala adukan beton, kuat tekan beton pada umur 28 hari bertambah 7%. Ini
menunjukan bahwa penambahan fiber lokal kedalan adukan beton tidak berpengaruh
banyak terhadap kuat tekan beton, namun bahan lebih bersifat daktil. Hartanto juga
menyimpulkan bahwa dengan menambahkan fiber lokal kedalam adukan beton, kuat
tarik beton oada umur 28 hari meningkat sebesar 20,45% untuk beton fiber (vf) =
0,7%. Selain itu beton fiber masih memiliki kemampuan menahan tarik meskipun
sudah terjadi retakan-retakan yang cukup besar (5 – 10 mm). Ini menunjukan bahwa
penamahan fiber lokal kedalam adukan beton meningkatkan kuat tarik.
Sudarmoko (1993) yang dikutip dalam jurnal Ananta Ariatama (2007) dengan
judul “Pengaruh Pemakaian Kawat bendrat Berkait Pada Kekuatan Beton Mutu
Tinggi Berdasarkan Optimasi Diameter Serat”meneliti pengaruh asikaek rasio serat
(nilai banding panjang dan diameter serat) yang dinyatakan panjang serta, terhadap
sifat-sifat struktural adukan beton yang mengandung serat yang meliputi kuat tekan,
kuat tarik, dan modulus elastisitas. Dengan panjang Kawat bendrat 60, 80, dan 100
mm dengan konsentrasi serat 1% dari volume adukan disimpulkan hasil terbaik
ditunjukan oleh beton serat dengan panjang serat 80 mm. Merupakan nilai yang
optimal untuk ditambahkan pada adukan beton ditinjau dari sudut peningkatan kuat
tarik dan kuat tekan sedang pada pengujian modulus elastisitas panjang serat 100mm
memberi hasil yang terkesan tetap dengan nilai yang tidak terlalu menyimpng dari
benda uji dengan panjang serat 80mm sehingga disimpulkan bahwa panjang 80mm
adalah serat yang optimal.
Gambar 0.3 Grafik Kuat Tarik dengan Panjang Serat 8cm
Sumber : Ananta Ariatama (2007) “Pengaruh Pemakaian Kawat
bendrat Berkait Pada Kekuatan Beton Mutu Tinggi
Berdasarkan Optimasi Diameter Serat”
Gambar 0.4 Grafik Kuat Tekan dengan Panjang Serat 8cm
Sumber : Ananta Ariatama (2007) “Pengaruh Pemakaian Kawat
bendrat Berkait Pada Kekuatan Beton Mutu Tinggi
Berdasarkan Optimasi Diameter Serat”
Dari penelitian Soroushian dan Bayasi (1991) yang dikutip dalam jurnal
Ananta Ariatama (2007) dengan judul “Pengaruh Pemakaian Kawat bendrat Berkait
Pada Kekuatan Beton Mutu Tinggi Berdasarkan Optimasi Diameter Serat” mengenai
pengaruh perbedaan bentuk Kawat bendrat didalam beton yaitu lurus, bergelombang,
dan berkait engan asikaek rasio 60. Volume fiber yang digunakan sebanyak 2%.
Dalam penelitian ini dapat di simpulkan Kawat bendrat bergelombang manghasilkan
nilai slump yang lebih tinggi dibandingkan dengan serta baja lurus ataupun berkait.
Pada aspek rasio 60, serat berkait menghasilkan kekuatan lentur yang paling baik.
Serat berkait lebih efektif daripada serat lurus dan begelombang pada kekuatan
tekan. Efek dari beton serat pada kekuatan tekan adalah reatif kecil dan jenis serat
yang berbeda juga berlaku didalam hal ini. Menurut Soroushian dan Bayasi (1991)
ada beberapa jensi fiber baja yang biasa digunakan diantaranya adalah sebagai
berikut :
A. Bentuk Fiber Baja
1. Lurus (Straight)
2. Berkait (Hooked)
3. Bergelombang (Crimped)
4. Double Duo Form
5. Ordinary Duo Form
6. Bundel (Paddled)
7. Kedua Ujung Ditekuk (Enfarged Ends)
8. Tidak Teratur (Irregular)
9. Bergerigi (Idented)
B. Penampang Fiber Baja
1. Lingkaran/ kawat (round/ wire)
2. Persegi/ lembaran (rectangular/ sheet)
3. Tidak teratur/ bentuk dilelehkan (irregular/ melt extract)
C. Fiber Baja Dilihat pada Gambar Berikut
Gambar 0.5 Jenis Fiber Baja
Sumber : (Soroushian dan Bayasi 1991)
Menurut Suhendra P Shah (1983) yang dikutip dalam jurnal Ananta Ariatama
(2007) dengan judul “Pengaruh Pemakaian Kawat bendrat Berkait Pada Kekuatan
Beton Mutu Tinggi Berdasarkan Optimasi Diameter Serat” dengan konsentrasi serat
sebanyak 2% dari berat semen menghasilkan kekuatan beton yang baik untuk beton
mutu tinggi. Pada penelitian Balaguru dan Ramakrishman (1988) menyelidiki
perilaku kawat bendrat pada beton. Kawat bendrat yang memiliki panjang 50mm
dengan ujung-ujungnya di tekuk seperti kait. Sifat yang di selidiki adalah slump dan
kandungan udara yang akan dibandingkan dengan beton normal. Dengan dua
campuran semen yang akan digunakan 611 lb/yd3 (363 kg/m3 dan 474 kg/m3) yang
akan diselidiki. Kandungan semen yang lebih sedikit menggunakan air semen 0,4
menghasilkan beton yang mudah pengerjaannnya. Kuat tekannya mencapai 6000 psi
(41 Mpa). Kandungan semen yang banyak menggunakan air semen 0,3 dan
menghasilkan beton yang mempunyai kuat tekan 7000 psi (48 Mpa). Dari penelitian
disimpulkan bahwa penambahan serat dapat mengurangi nilai slump dan kandngan
udara. Keceatan runtuhnya slump lebih lambat dan hilangnya kandungan udara lebih
cepat untuk beton serat.
Pada peneitian Handiyono (1994) yang dikutip dalam jurnal Ananta Ariatama
(2007) dengan judul “Pengaruh Pemakaian Kawat bendrat Berkait Pada Kekuatan
Beton Mutu Tinggi Berdasarkan Optimasi Diameter Serat” mengenai bentuk
geometri Kawat bendrat memberikat bahwa thoughness index beton dengan hooked
dapat ditingkatkan lebih besar bila dibandingkan dengan beton dengan serat lurus
maupun dengan meningkatkan daktilitas. Tegangan tarik beton meningkat bila
dibandingkan dengan beton biasa. Pola retak balok beton dengan serat hooked lebih
mampu menahan retak dibanding serat lurus. Pada beton normal, pola retak tidak
beraturan. Pada penelitian ini, fiber yang digunakan adalah fiber kawat galvanis
dengan diameter 0,6mm ; 0,9mm ; dan 1,2 mm. Untuk diamter 0,6 mm panjang
kawat 36mm, 45mm, dan 54mm. Untuk diameter 0,9 mm panjang kawat adalah 54
mm, 67,5 mm, dan 81 mm. Dan untuk diameter 1,2 mm panjag kawat adalah 72 mm,
90 mm, dan 108 mm. Dengan demikian secara berturut-turut asikaek rasion menjadi
60,75 dan 90. Perbandingan volume fiber diambil 2% berat semen. Fiber kawat
ujungnya dibuat berkait dengan cara ditekuk. Dengan bentuk berkait diharapkan
mampu meningkatkan ikatan antara fiber kawat dan mortar.
Menurut Purnawan Gunawan, Slamet Pryitno, dan Hermansyah ( 2013) dengan
judul yang berbeda yaitu “Pengaruh Penambahan Serat Bendrat pada Beton Ringan
dengan Teknologi Foam terhadap Kuat Lentur, Toughness, dan Stiffnes”
menyatakan bahwa, beton ringan dengan teknologi foam diperoleh dengan cara
mencampurkan mortar beton dengan foam agent (cairan busa). Penambahan foam
agent bertujuan untuk mengurangi berat jenis. Beton ringan dengan teknologi foam
kuat lentur, toughness dan stiffness lebih rendah daripada beton normal. Solusinya
dengan cara menambahkan serat bendrat. Seberapa besar pengaruhnya jika ditambah
serat dengan kadar 0%; 0,25%; 0,5; dan 1% . Metode yang digunakan dengan
mengambil 3 sampel dari beberapa persentase. Nilai kuat lentur dengan serat bendrat
sebesar 0%; 0,25%; 0,5; dan 1% yang diuji pada umur 28 hari berturut-turut adalah
104,284 t/m2; 149,216 t/m2; 151,312 t/m2; dan 161,251 t/m2, nilai maksimal kuat
lentur dengan serat 1% sebesar 54,627 %. Nilai toughness berturut-turut 634 Nmm,
837,667 Nmm, 840 Nmm, dan 1052,333 Nmm, nilai toughness maksimal dengan
serat 1% sebesar 65,983 %. Nilai
N/mm, 7995,570 N/mm dan 8087,582 N/mm, nilai
1% sebesar 61,698 %.
Menurut Mariance Napitupulu, dan Besman Surbakti (2010) dengan judul
“Analisa Dan Kajian Ek
Daerah Tarik Balok Beton Bertulang” Tulangan besi bisa dikatakan adalah material
termahal dalam bangunan. Serat bendrat/kawat
mempunyai prinsip penguat beton, juga mu
menggunakan silinder beton (15 x 30 cm) dan balok beton bertulang (15x 25x 32
cm) dengan penambahan serat bendrat sebesar 2% di daerah tarik balok. Pengujian
menunjukan kuat tekan beton mengalami peningkatan sebesar 37,22% jik
menggunakan serat bendrat/kawat. Namun peningkatan signifikan terlihat pada kuat
tarik beton, yaitu sebesar 74,52%. Pengujian balok menunjukan terjadi penurunan
lendutan sebesar 35,26%, dan peningkatan kapasitas lentur sebesar 27,97%.
Koefisien perbandingan beban pengujian (P) dan beban teori (Pn) balok beton
bertulang tanpa serat bendrat/kawat (normal) adalah 0.9903 dan dengan serat
bendrat/kawat 0,7335. Koefisien perbandingan beban runtuh pengujian (P) dan beban
ultimate secara teori (Pu) balok beton be
dengan serat bendrat/kawat 1,15.
,983 %. Nilai stiffness berturut-turut 5001,647 N/mm, 7660,024
N/mm, 7995,570 N/mm dan 8087,582 N/mm, nilai stiffness maksimal dengan serat
1% sebesar 61,698 %.
Menurut Mariance Napitupulu, dan Besman Surbakti (2010) dengan judul
“Analisa Dan Kajian Eksikaerimental Pengaruh Penambahan Kawat
Daerah Tarik Balok Beton Bertulang” Tulangan besi bisa dikatakan adalah material
m bangunan. Serat bendrat/kawat adalah material terpilih karena selain
mempunyai prinsip penguat beton, juga mudah diperoleh. Penelitian ini
menggunakan silinder beton (15 x 30 cm) dan balok beton bertulang (15x 25x 32
cm) dengan penambahan serat bendrat sebesar 2% di daerah tarik balok. Pengujian
menunjukan kuat tekan beton mengalami peningkatan sebesar 37,22% jik
menggunakan serat bendrat/kawat. Namun peningkatan signifikan terlihat pada kuat
tarik beton, yaitu sebesar 74,52%. Pengujian balok menunjukan terjadi penurunan
lendutan sebesar 35,26%, dan peningkatan kapasitas lentur sebesar 27,97%.
gan beban pengujian (P) dan beban teori (Pn) balok beton
bertulang tanpa serat bendrat/kawat (normal) adalah 0.9903 dan dengan serat
bendrat/kawat 0,7335. Koefisien perbandingan beban runtuh pengujian (P) dan beban
ultimate secara teori (Pu) balok beton bertulang tanpa serat bendrat/kawat 1,6 dan
dengan serat bendrat/kawat 1,15.
Gambar 0.6Kawat bendrat
turut 5001,647 N/mm, 7660,024
maksimal dengan serat
Menurut Mariance Napitupulu, dan Besman Surbakti (2010) dengan judul
Kawat Bendrat Pada
Daerah Tarik Balok Beton Bertulang” Tulangan besi bisa dikatakan adalah material
adalah material terpilih karena selain
dah diperoleh. Penelitian ini
menggunakan silinder beton (15 x 30 cm) dan balok beton bertulang (15x 25x 32
cm) dengan penambahan serat bendrat sebesar 2% di daerah tarik balok. Pengujian
menunjukan kuat tekan beton mengalami peningkatan sebesar 37,22% jika
menggunakan serat bendrat/kawat. Namun peningkatan signifikan terlihat pada kuat
tarik beton, yaitu sebesar 74,52%. Pengujian balok menunjukan terjadi penurunan
lendutan sebesar 35,26%, dan peningkatan kapasitas lentur sebesar 27,97%.
gan beban pengujian (P) dan beban teori (Pn) balok beton
bertulang tanpa serat bendrat/kawat (normal) adalah 0.9903 dan dengan serat
bendrat/kawat 0,7335. Koefisien perbandingan beban runtuh pengujian (P) dan beban
rtulang tanpa serat bendrat/kawat 1,6 dan
2.7 Penggunaan Super Platicizer pada Beton Mutu Tinggi
Penggunaan bahan tambah superplasticizer pada campuran beton mutu tinggi
bertujuan untuk meningkatkan kualitas beton agar dapat mencapai karakteristik yang
direncanakan. Selain itu, penambahan super plasticizerjuga dapat meminimalisir atau
mengurangi penggunaan air pada proses pengadukan campuran beton. Pada
penelitian ini dipergunakan bahan aditif super plasticizerberupa SIKAViscoCrete-
1003.
Sika ViscoCrete-1003 secara khusus cocok digunakan untuk campuran beton
yang membutuhkan waktu transikaortasi lama dan workability yang lama, kebutuhan
pengurangan air yang sangat tinggi dan kemudahan mengalir (flowability) yang
sangat baik.
Sika Viscocrete-1003 sebagai superplasticizer yang sangat kuat bekerja dengan
berbagai mekanisme yang berbeda. Melalui penyerapan permukaan dan efek
memisahkan butiran semen akan diperoleh sifat-sifat sebagai berikut:
• Pengurangan air dalam jumlah besar, menghasilkan kepadatan tinggi, beton mutu
tinggi dan mengurangi permeabilitas atau kemampuan penyerapan air.
• Efek plasticizing (pengurang air) yang sangat baik, menghasilkan kelecakan yang
lebih baik, kemudahan pengecoran dan pemadatan. Sehingga sangat cocok
digunakan untuk beton yang memadat dengan sendirinya (self compacting
concrete).
• Mengurangi penyusutan dan keretakan.
• Mengurangi karbonasi.
• Meningkatkan sifat kedap air (watertight).
Tabel 0.8 Data Teknis SIKAViscocrete-1003
Data Teknis
Bahan Dasar Modifikasi polycarboxylate dalam air
Berat Jenis Berat Jenis Sikaesifik: approx. 1,06 kg/l (pada suhu +20ºC)
Nilai pH 4,25 ± 0,5
Gambar 0.7SIKAViscocrete-1003
2.8 Penggunaan Silica Fume untuk Beton Mutu Tinggi
Menurut Krisman Aprieli Zaidengan (2007) judul penelitiannya “Pengaruh
Penambahan Silica fume dan Superplasticizer Terhadap Kuat Tekan Beton Mutu
Tinggi Dengan Metode ACI (American Concrete Institute)” menyatakan bahwa Sifat
beton sendiri akan mengalami penurunan kekuatan akibat adanya bahan tambah
semen, agregat, dan adanya pori-pori. Pengurangan faktor air semen (FAS) dan
penambahan additive seperti Silica fume sering digunakan untuk memodifikasi
komposisi beton dan mengurangi porositas. Pengurangan FAS mengakibatkan
menurunnya porositas beton dan pori-pori, namun kelecakan beton juga akan
berkurang sehingga sulit dikerjakan. Agar mudah dikerjakan maka perlu
digunakan superplasticizer dengan dosis tertentu terhadap berat semen sehingga akan
meningkatkan kelecakan pasta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh penambahan Silica fume dan superplasticizerterhadap kuat tekan beton
mutu tinggi. Kadar Silica fume yang digunakan sebanyak 0%, 5%, 10%, 15% dan
20% dari berat semen dansuperplasticizer sebanyak 2% dari berat semen untuk
semua variasi. Mutu beton yang direncanakan f’c 70 MPa yang diuji pada umur 7
hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari setelah terlebih dahulu dilakukan curing. Penelitian
ini menggunakan benda uji berbentuk silinder ukuran Ø 15 cm x 30 cm, sebanyak
100 benda uji dimana untuk setiap variasi sebanyak 20 benda uji. Dari hasil
penelitian didapatkan bahwa pada penambahan Silica fume 10%
dan superplasticizer 2% dari berat semen diperoleh kuat tekan beton optimum
sebesar 84,93 MPa pada umur 28 hari dan mempunyai kuat tekan beton karakteristik
sebesar 79,68 MPa.
Silica fumeterdiri dari partikel vitrous sangat halus dengan luas permukaan
yang disyaratkan 215,280 ft2/lb (20000 m2/ kg) bila diukur dengan teknik serapan
nitrogen, dengan partikel sekitar 100 kali lebih kecil daripada rata-rata partikel
semen. Karena kehalusan ekstrim dan konten silika yang tinggi, silica fume adalah
bahan pozzolanat sangat efektif.
Silica fume digunakan sebagai penambah semen portland untuk memperbaiki
sifat beton. Telah ditemukan bahwa silica fume meningkatkan kuat tekan, kekuatan
ikatan, dan ketahanan abrasi. Perbaikan dalam sifat beton dari penambahan Silica
fume juga mengurangi permeabilitas beton terhadap ion klorida yang melindungi
baja beton dari korosi, terutama dilingkungan yang mengandung ion klorida tinggi
seperti jembatan yang kontak langsung dengan air asin (laut).
Gambar 0.8Silica fume
Sumber : (https://rdianto.wordpress.com/tag/silica-fume/)
2.9 Kuat Tekan Beton
Untuk mengetahui nilai kuat tekan beton perlu dilakukan pengujian kuat tekan
terhadap benda uji silinder dengan diameter 15 x 30 cm (jumlah sampel minimal 3
benda uji) pada umur 7 dan 28 hari. Uji kuat tekan ini dilakukan dengan cara
membebani benda uji silinder sampai mencapai beban maksimum. Alat yang
digunakan untuk menguji benda silinder adalah alat Compression Testing Machine.
Standar umum yang dipakai untuk menghitung kuat tekan pada beton adalah :
σ = P
A ..................................................... (2.1)
dimana :
σ = kuat tekan beton (MPa)
P = beban maksimum (N)
A = luas penampang (mm2)
Pada umumnya, terutama bila berhubungan dengan tuntutan mutu dan
keawetan yang tinggi, ada beberapa faktor utama yang bisa menentukan keberhasilan
pengadaan beton mutu tinggi, diantaranya adalah :
• Faktor Air Semen (FAS)
Faktor Air Semen adalah perbandingan antara jumlah air terhadap jumlah smen
dalam suatu campuran beton. Fungsi FAS sendiri adalah untuk memungkinkan reaksi
kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya pengerasan serta
memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton (workability). Secara umum,
semakin besar nilai FAS semakin rendah mutu kekuatan beton (Mulyono, Tri.,
2004). Maka dari itu untuk menghasilkan sebuah beton dengan mutu yang tinggi,
maka nilai FAS yang dimiliki haruslah rendah, namun hal ini menyulitkan dalam
proses pengerjaan beton. Nilai FAS minimum pada beton umunya adalah 0,4 – 0,6.
Tujuan pengurangan FAS ini adalah untuk mengurangi hingga seminimal mungkin
porositas beton yang dibuat sehingga akan dihasilkan beton mutu tinggi. Pada beton
mutu tinggi atau sangat tinggi, FAS dapat diartikan sebagai meter to comentious
ratio, yaitu berat air terhadap berta total semen dan additive comentious yang
ditambahkan pada campuran beton mutu tinggi.
• Kualitas Agregat Halus (Pasir)
Menurt Rudy Djamaluddin, Maddjid, dan Sita Datu (2010) dalam
penelitiannya yang berjudul “Studi Pengaruh Sumber Bahan Baku Agregat Terhadap
Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi” sifat agregat yang sangat berpengaruh terhadap
kekuatan beton adalah kekasaran permukaaan dan gradasi butiran agregat. Agregat
ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi
sebagai satu kesatuan yang utuh. Dimana agregat yang berukurn kecil dapat menjadi
pengisi celah yang asa diantara agregat yang berukura besar. Agregat halus memiliki
modulus halus butiran (MHB) sekitar 1,5 – 3,8. Hasil penelitian menunjukan bahwa
nilai modulus halus butiran (MHB) 2,5 < MHB < 3,0 menghasilkan beton mutu
tinggi dengan FAS yang rendah, dan mempunyai kekuatan tekan dan kelecakan yang
optimal. Kualitas agregat halus yang dapat menghailkan beton mutu tinggi adalah
sebagai berikut :
1. Berbentuk bulat,
2. Tekstur halus,
3. Modulus kehalusan, menurut hasil penelitian menunjukan bahwa pasir dengan
modulus kehalusan 2,5 sampai dengan 3,0 pada umunya menghasilkan beton
mutu tinggi (dengan nilai FAS yang rendah) yang mempunyai kuat tekan dan
workability yang optimal
4. Gradasi yang baik dan teratur
• Kualitas Agregat Kasar (Batu Pecah/ Koral).
Ukuran butiran agregat maksimum juga akan mempengaruhi mutu beton yang
akan dibuat. Penggunaan agregat dengan ukuran butir sampai dengan 25 mm masih
memungkinkan diperoleh beton mutu tinggi dalam proses produksinya
• Penggunaan Admixture dan Zat Aditif Mineral dalam Kadar yang Tepat.
Untuk mencapai mutu yang direncanakan, maka pengurangan jumlah kadar air
dalam pembuatan beton mutu tinggi menjadi hal yang sangat penting dalam
perancangan campuran beton. Maka itu penambahan bahan kimia seperti
superplaticizer diharapkan mengingkatkan kuat tekan beton dengan kadar air yang
sedikit namun tingkat kemudahan pekerjaannya menjadi lebih tinggi.
• Pengawasan dan Pengendalian dang Ketat pada Keseluruhan Prosedur
dan, Mutu Pelaksaan yang didukung oleh Koordinasi Operasional yang
Optimal.
Pengawasan juga menjadi hal terpenting terhadap kualitas beton yang
dihasilkan. Pengawasan dilakukan sejak uji material yang akan digunakan, penakaran
material, pembuatan benda uji, proses perawatan, hingga pengujian beton.
2.10 Kuat Tarik Beton
Mengingat beton kuat menahan tekan dan lemah menahan tarik, maka dalam
penggunaannya sebagai komponen struktur bangunan umumnya beton diperkuat
dengan tulangan yang mampu menahan gaya tarik. Untuk keperluan penulangan
tersebut digunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis menguntungkan dan baja
tulangan dapat berupa batang baja lonjoran ataupun kawat rangkaian yang berupa
kawat baja yang dirangkai dengan teknik pengelasan.
Pengujian kuat tarik belah beton dilaksanakan pada umur 28 hari.Langkah-
langkah pegujian kuat tarikbelah beton adalah sebagai berikut:sebelum dilakukan
pengujian dibuat catatan benda uji, baik nomor benda uji, nilai slump, tanggal
pembuatan benda uji dan tanggal pengujian. Pengujian kuat tarik belah dilakukan
dengan meletakkan benda uji pada sisinya di atas mesin dan beban tekan P
dikerjakan secara merata dalam arah diameter di sepanjang benda uji. Lapisilah
permukaan benda uji dengan pelat baja agar permukaan yang ditekan rata, dan
usahakan benda uji berada dalam keadaan sentris. Jalankan mesin desak dengan
kecepatan penambahan beban yang konstan, kemudian catat besarnya beban
maksimum yang dapat diterima pada masing-masing benda uji.
2.11 Perancangan Campuran Beton
1.11.1 Metode SK.SNI 03-6468-2000
Berikut adalah langkah-langkah perancangan campuran beton menurut
metode SK.SNI 03-6468-2000 dengan dasar metodeACI (American Concrete
Institue) :
1. Tentukan slump dan kekuatan rata-rata yang ditargetkan. Slump untuk beton
kekuatan tinggi tanpa superplasticizer dapat diambil 50-100 mm disesuaikan
dengan kondisi pembetonan.
Slump awal utuk beton kekuatan tinggi dengan superplasticizer dapat diambil
sebesar 25-50 mm, kemudian sebelum dilaksanakan pengecoran dilapangan
ditambah dengan superplasticizer sampai slump yang disyaratkan tercapai.
2. Ukuran Agregat Kasar
Untuk kuat tekan rata-rata < 62 MPa digunakan ukuran agregat maksimum 20-25
mm. Untuk kuat tekan rata-rata > 62 MPa digunakan ukuran agregat maksimum
10-15 mm. Ukuran agregat kasar maksimum sesuai dengan SNI 03-2947-1992
yaitu :
• 1/5 lebar minimum acuan,
• 1/3 tebal pelat beton, atau
• 3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan, bundel tulangan, atau kabel
prategang.
3. Kadar Agregat Kasar Optimum
Kadar agregat kasar optimum digunakan bersama-sama dengan agregat halus
yang mempunyai nilai modulus kehalusan antara 2,5-3,2. Berat agregat kasar
padat kering oven per m3 beton adalah besarnya fraksi volume padat kering oven
dikalikan dengan berat isi padat kering oven (kg/m3). Besarnya fraksi volume
agregat padat kering oven yang disarankan berdasarkan besarnya ukuran agregat
maksimum, tercatum dalam tabel berikut ini :
Tabel 0.9 Tabel Fraksi Volume Agregat Kasar yang Disarankan
Ukuran (mm) 10 15 20 25
Fraksi volume padat kering
oven
0,65 0,68 0,72 0,75
Sumber : SK.SNI 03-6468-2000
4. Estimasi Kadar Air dan Kadar Udara
Estimasi pertama kebutuhan air kadar udara untuk beton segar diberikan pada
tabel 2.10. Bentuk butiran dan tekstur permukaan agregat halus berpangaruh pada
kadar rongga udara pasir, karena itu kadar rongga udara yang aktual dan kadar air
harus dikoreksi dengan persamaan berikut :
Kadar Rongga Udara, V=�1-Berat isi padat kering oven�
berat jenis relatif �kering�x100 ............................. (2.2)
Koreksi Kadar Air,Liter
m3= �V-35� x 4,75 ................................................... (2.3)
Tabel 0.10 Estimasi Pertama Kebutuhan Air Pencampuran dan Kadar Udara Beton Segar
Air Pencampur (Liter/ m3)
Slump (mm)
Ukuran Agregat Kasar
Maksimum Keterangan
10 15 20 25
25-50 184 175 169 166
50-75 190 184 175 172
75-100 196 190 181 178
Kadar Udara 3 2,5 2 1,5 Tanpa Superplasticizer
(%) 2,5 2 1,5 1 Dengan Superplasticizer
Sumber : SK.SNI 03-6468-2000
Catatan :
• Kebutuhan air pencampuran pada tabel diatas adalah untuk bton berkekuatan
tinggi sebelum diberikan superplasticizer
• Nilai kebuthan air diatas merupakan nilai-nilai maksimum jika agregat kasar
yang digunakan adalah batu pecah dengan bentuk butiran yang baik,
permukaannya bersih, dan bergradasi baik sesuai dengan ASTM C33
5. Tentukan rasio air dengan bahan bersifat semen w/(c+p)
Rasio air w/(c+p) untuk beton tanpa superplasticizer dihitung dengan tabel 2.11
dan untuk beton dengan superplasticizer dihitung dengan tabel 2.12
Tabel 0.11 Rasio W/(C+P) Maksimum yang Disarankan (tanpa Superplasticizer)
Kekuatan Lapangan Fcr' (Mpa) W/(c+P)
Ukuran Agregat Maksimum (mm) 10 15 20 25
48,3
28 hari 0,42 0,41 0,4 0,39 56 hari 0,46 0,45 0,44 0,43
55,2
28 hari 0,35 0,34 0,33 0,33 56 hari 0,38 0,37 0,36 0,35
62,1
28 hari 0,3 0,29 0,29 0,28 56 hari 0,33 0,32 0,32 0,3
69
28 hari 0,26 0,26 0,25 0,25 56 hari 0,29 0,28 0,27 0,26
Fcr’ = fc’+9,66 (MPa)
Sumber : SK.SNI 03-6468-2000
Tabel 0.12 Rasio W/(C+P) Maksimum yang disarankan (dengan Superplasticizer)
Kekuatan Lapangan Fcr' (MPa) W/(c+P)
Ukuran Agregat Maksimum (Mm) 10 15 20 25
48,3 28 hari 0,5 0,48 0,45 0,43 56 hari 0,55 0,52 0,48 0,46
55,2 28 hari 0,44 0,42 0,4 0,38 56 hari 0,48 0,45 0,42 0,4
62,1 28 hari 0,38 0,36 0,35 0,34 56 hari 0,42 0,39 0,37 0,36
69 28 hari 0,33 0,32 0,31 0,3 56 hari 0,37 0,35 0,33 0,32
75,9 28 hari 0,3 0,29 0,27 0,27 56 hari 0,33 0,31 0,29 0,29
82,8 28 hari 0,27 0,26 0,25 0,25 56 hari 0,3 0,28 0,27 0,26
Fcr’ = fc’+9,66 (MPa)
Sumber : SK.SNI 03-6468-2000
6. Tentukan Kadar Bahan Bersifat Semen
Kadar bahan bersifat semen per m3 beton dapat ditentukan dengan membagi
kadar air dengan (c+p). Bila kadar bahan bersifat semen yang dibutuhkan lebih
dari 594 kg/m3, proporsi campuran beton disarankan dibuat dengan
menggunakan bahan bersifat semen alternatif atau metode perancangan proporsi
beton yang lain.
7. Proporsi Campuran Dasar Tanpa Bahan Bersifat Semen Lainnya
Salah satu campuran harus dibuat hanya dengan semen portland saja sebagai
campuran dasar.
Penentuan proporsi campuran dasar harus menggunakan persyaratan berikut :
A. Kadar semen untuk campuran dasar : karena semen portland merupakan
satu-satunya bahan bersifat semen yang digunakan, maka kadar semen
portland sama dengan berat tota; bahan bersifat semen yang dihitung pada
prosedur 6
B. Kadar pasir : sesudah ditentukan kadar agregat kasar, kadar air, kadar udara
dan kadar semen, maka kadar pasir untuk membuat 1 m3 campuran beton
dapat dihitung dengan menggunakan metode volume absolut
8. Campuran Coba
Dari setiap proporsi campuran harus dibuat campuran coba untuk pemeriksaan
karakteristik kelecakan dan kekuatan beton dari proporsi tersebut. Berat pasir,
berat agregat kasar, dan volume air harus dikoreksi sesuai kondisi kebasahan
agregat saat itu. Setelah pengadukan, setiap adukan harus menghasilkan
campuran yang merata dalam volume yang cukup untuk pembuatan sejumlah
benda uji.
9. Penyesuaian Proporsi Campuran Coba
Bila sifat-sifat beton yang diinginkan tidak tercapai, maka proporsi campuran
coba semula harus dikoreksi agar menghasilkan sifat-sifat beton yang diinginkan.
A. SlumpAwal
Jika slump awal campuran coba diliar rentang slump yang diinginkan, maka
pertama-tama harus dikoreksi adalah kadar air. Kemudian kadar bahan
bersifat semen dikoreksi agar rasio w/(c+p) tidak berubah, dan kemudian
baru dilakukan koreksi kadar pasir untuk menjamin tercapainya slump yang
diinginkan
B. KadarSuperplasticizer
Bila digunakan bahan superplasticizer maka kadarnya harus divariaSIKAn
pada suatu rentang yang cukup besar untuk mengetahui efek yang timbul
pada kelecakan dan kekuatan beton
C. Kadar Agregat Kasar
Setelah campuran coba dikoreksi untuk mencapai kelecakan yang di
rencanakan, harus dilihat apakah campuran menjadi terlalu keras untuk
pengecoram atau di finishing. Bila perlu kadar agregat kasar boleh direduksi
dan kadar pasir disesuaikan supaya kelecakan yang diinginkan tercapai.
Proporsi ini dapat mengakibatkan kebutuhan air bertambah sehingga
kebutuhan total bahan bersifat semen juga meningkat agar rasio w/(c+p)
terjaga konstan
D. Kadar Udara
Bila kadar udara hasil pengukuran berbeda jauh dari yang diperkirakan pada
prosedur 4, jumlah superplasticizer harus direduksi atau kadar pasir dikoreksi
untuk mencapai kelecakan yang direncakan
E. Rasio w/(c+p)
Bila kuat tekan yang ditargetkan tidak dapat dicapai dengan menggunakan
w/(c+p) yang ditentukan pada tabel sebelumnya, campuran coba ekstra
dengan perbandingan w/(c+p) yang lebih rendah harus dibuat dan diuji. Bila
kuat tekan beton tetap tidak meningkat, maka bahan yang digunakan harus
ditinjau kembali mutunya.
10. Penentuan Proporsi Campuran yang Optimum
Setelah campuran coba yang dikoreksi menghasilkan kelecakan dan kekuatan
yang diinginkan, benda uji harus dibuat dengan proporsi campuran coba tersebut
sesuai dengan kondisi dilapangan. Untuk mempermudah prosedur produksi dan
pengontrolan mutu, maka pelaksanaan pembuatan benda uji itu harus dilakukan
oleh personil dengan menggunakan peralatan yang akan digunakan dilapangan.
Hasil uji kekuatan dievaluasi untuk menentukan proporsi campuran optimum
yang akan digunakan berdasarkan dua pertimbangan utama yaitu kekuatan beton
dan biaya produksi.