bab 2 landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2014-2-01222-ar...

24
9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Pengertian Cagar Budaya Bangunan Cagar Budaya adalah sebuah kelompok bangunan bersejarah dan lingkungannya, yang memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan, dan nilai sosial budaya masa kini maupun masa lalu (Burra Charter, 1992: 21). Pada dasarnya dasar pelakasanaan konservasi bangunan arsitektur cagar budaya mengacu pada rambu- rambu kebijakan secara nasional dalam bentuk peraturan perundang-undangan cagar budaya dan peraturan terkait lainnya, maupun peraturan-peraturan yang dikeluarkan yang diberlakukan secara regional, misalnya Pemda DKI Jakarta. Secara garis besar terdapat beberapa rambu-rambu yang menjadi rujukan adalah sebagai berikut. 1. Undang-undang No.11 tahun 2010 tentang cagar budaya; Pasal 1 yang menyatakan Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap.” 2. Undang-undang No.11 tahun 2010 tentang cagar budaya; Pasal 5 yang menyatakan Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria: a. Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih; b. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;

Upload: lythien

Post on 05-Feb-2018

250 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum

2.1.1 Pengertian Cagar Budaya

Bangunan Cagar Budaya adalah sebuah kelompok bangunan bersejarah dan

lingkungannya, yang memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan, dan nilai sosial

budaya masa kini maupun masa lalu (Burra Charter, 1992: 21). Pada dasarnya dasar

pelakasanaan konservasi bangunan arsitektur cagar budaya mengacu pada rambu-

rambu kebijakan secara nasional dalam bentuk peraturan perundang-undangan cagar

budaya dan peraturan terkait lainnya, maupun peraturan-peraturan yang dikeluarkan

yang diberlakukan secara regional, misalnya Pemda DKI Jakarta. Secara garis besar

terdapat beberapa rambu-rambu yang menjadi rujukan adalah sebagai berikut.

1. Undang-undang No.11 tahun 2010 tentang cagar budaya; Pasal 1 yang

menyatakan “ Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa

Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar

Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan

keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,

pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Bangunan Cagar

Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan

manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding,

dan beratap.”

2. Undang-undang No.11 tahun 2010 tentang cagar budaya; Pasal 5 yang

menyatakan “ Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar

Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi

kriteria:

a. Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;

b. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

10

c. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,

dan/atau kebudayaan; dan

d. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.”

3. Undang-undang No.11 tahun 2010 tentang cagar budaya; Pasal 77 yang

menyatakan :

a. Pemugaran Bangunan Cagar Budaya dan Struktur Cagar Budaya yang rusak

dilakukan untuk mengembalikan kondisi fisik dengan cara memperbaiki,

memperkuat, dan/atau mengawetkannya melalui pekerjaan rekonstruksi,

konsolidasi, rehabilitasi, dan restorasi.

b. Pemugaran Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

memperhatikan:

a) Keaslian bahan, bentuk, tata letak, gaya, dan/atau teknologi pengerjaan

b) Kondisi semula dengan tingkat perubahan sekecil mungkin

c) Penggunaan teknik, metode, dan bahan yang tidak bersifat merusak

d) Kompetensi pelaksana di bidang pemugaran.

c. Pemugaran harus memungkinkan dilakukannya penyesuaian pada masa

mendatang dengan tetap mempertimbangkan keamanan masyarakat dan

keselamatan Cagar Budaya.

4. SK Gubernur KDKI Jakarta No.475 tahun 1993 yang mengatakan, Penetapan

Bangunan-bangunan Bersejarah di daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Benda

Cagar Budaya.

5. Peraturan Menteri No. 01/PRT/M/ 2015 tentang gedung cagar budaya yang

dilestarikan; Pasal 7 yang menyatakan:

a. Persyaratan tata bangunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 terdiri atas:

a) Peruntukan dan Intensitas bangunan gedung

b) Arsitektur bangunan gedung

c) Pengendalian dampak lingkungan

b. Persyaratan tata bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya

diberlakukan dalam hal bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan

mengalami perubahan fungsi, bentukm karakter fisik dana tau penambahan

gedung.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

11

6. Peraturan Menteri No. 01/PRT/M/ 2015 tentang gedung cagar budaya yang

dilestarikan; Pasal 10 yang menyatakan:

a. Penyelenggaraan bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan meliputi

kegiatan:

a) Persiapan

b) Perencanaan Teknis

c) Pelaksanaan

d) Pemanfaatan

e) Pembongkaran

7. Peraturan Menteri No. 01/PRT/M/ 2015 tentang gedung cagar budaya yang

dilestarikan; Pasal 14 yang menyatakan:

1. Rekomendasi dan tindakan pelestarian bangunan gedung cagar budaya

sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (5) berupa

a) Perlindungan

b) Pengembangan

c) Pemanfaatan

2. Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas

a) Pemeliharaan

b) Pemugaran

3. Pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas

a) Revitalisasi

b) Adaptasi

8. Peraturan Menteri No. 01/PRT/M/ 2015 tentang gedung cagar budaya yang

dilestarikan; Pasal 16 yang menyatakan “ Adaptasi sebagaimana yang dimaksud

dalam pasal 14 ayat (3) huruf b dilakukan melalui upaya pengembangan bangunan

gedung cagar budaya untuk kegiatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini

dengan cara melakukan perubahan terbatas yang tidak mengakibatkan penurunan

nilai penting atau kerusakan pada bagian yang mempunyai nilai penting.”

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

12

1.1.2 Upaya Mempertahankan Bangunan Cagar Budaya

Dalam mempertahankan bangunan cagar budaya terdapat rambu-rambu dan

kebijakan dalam pelaksanaannya, yang diatur secara peraturan perundang-undangan.

Salah satunya adalah Undang-undang No.11 tahun 2010 tentang cagar budaya;

Pasal 83 yang menyatakan:

1. Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya dapat dilakukan adaptasi

untuk memenuhi kebutuhan masa kini dengan tetap mempertahankan:

a) Ciri asli dan/atau muka Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya;

dan/atau

b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs Cagar Budaya atau

Kawasan Cagar Budaya sebelum dilakukan adaptasi.

2. Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:

a) Mempertahankan nilai-nilai yang melekat pada cagar budaya;

b) Menambah fasilitas sesuai dengan kebutuhan;

c) Mengubah susunan ruang secara terbatas; dan/atau

d) Mempertahankan gaya arsitektur, konstruksi asli, dan keharmonisan estetika

lingkungan di sekitarnya.

2.1.3 Definisi Preservasi

Sebuah tindakan atau proses yang bertujuan mempertahankan bentuk asli dan

kondisi pada bangunan dan berusaha untuk mementingkan proses pemeliharaannya.

Preservasi jarang digunakan pada Negara Amerika, karena mereka menggunakan

istilah yang mirip yaitu konservasi. Istilah preservasi digunakan pada Negara Inggris

dan Australia. Oleh sebab itu penulis kedepan akan menggunakan istilah yang

digunakan oleh Negara Inggris.

2.1.4 Definisi dan Bentuk-Bentuk Konservasi

Konservasi adalah suatu proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau

obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik.

Yang termasuk cara pemeliharaan dan bila memungkingkan menurut keadaan proses

preservasi, restorasi, rekonstruksi, dan adaptasi, maupun kombinasinya termasuk

kedalam proses konservasi. (Burra Charter :1999).Konservasi juga merupakan salah

satu pengelolaan sumber budaya.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

13

Konservasi merupakan suatu proses memahami, menjaga, yang juga

mementingkan pemeliharaan, perbaikan, pengembalian, dan adaptasi terhadap aset

sejarah untuk memelihara kepentingan kebudayaan. Konservasi merupakan salah

satu proses pengelolaan yang berkelanjutan terhadap perubahan, yang dalam

prosesnya memperhatikan beberapa pendekatan nilai yaitu nilai umur dan

kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan, nilai asosiatif, nilai

ekonomi, nilai pendidikan, nilai emosi, nilai sejarah, nilai landscape, kekhasan

daerah, nilai politik, nilai masyarakat, nilai agama, nilai sosial, nilai simbolik, nilai

teknik, nilai sains, penelitian dan pengetahuan, dan tampilan suatu kota

(Architectural Conservation:Aylin Orbasli).

Bentuk-bentuk kegiatan konservasi diantaranya:

Tabel 1. Istilah dan Pengertian

KONSERVASI Sebuah proses yang bertujuan memperpanjang umur warisan budaya

bersejarah, dengan cara memelihara dan melindungi keotentikan dan

maknanya dari gangguan kerusakan, agar dapat dipergunakan pada saat

sekarang maupun masa yang akan dating baik dengan menghidupkan

kembali fungsi lama atau dengan memperkenalkan fungsi baru yang

dibutuhkan

PRESERVASI

(Murtagh, 1988)

Sebuah tindakan atau proses yang bertujuan mempertahankan bentuk asli,

integritas, dan material dari suatu bangunan atau struktur mencakup juga

bentuk-bentuk asli dan tanaman-tanaman yang ada di dalam tapaknya.

Termasuk dalam kegiatan ini adalah pekerjaan stabilisasi, jika diperlukan ,

tanpa melupakan pemeliharaan yang terus menerus pada material bangunan

RESTORASI

(Murtagh, 1988)

Sebuah tindakan atau proses yang bertujuan mengembalikan bentuk serta

detail-detail sebuah property dan settingnya secara akurat seperti tampak

pada periode tertentu, dengan cara menghilangkan bagian-bagian tambahan

yang dilakukan kemudian, ataupun dengan melengkapi kembali bagian-

bagiannya yang hilang

REKONSTRUKSI

(Murtagh, 1988)

Sebuah tindakan atau proses membangun kembali sebuah bangunan atau

struktur atau objek atau bagian-bagiannya yang telah hilang atau rusak

seperti tampak pada periode tertentu

ADAPTIVE-USE

(Murtagh, 1988)

Sebuah proses pengubahan sebuah bangunan untuk kegunaan berbeda

dari tujuan kegunaan ketika bangunan tersebut didirikan

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

14

REHABILITTASI

(Murtagh, 1988)

Tindakan atau proses pengembalian sebuah objek pada konsisi yang dapat

dipergunakan kembali melalui perbaikan atau perubahan yang

memungkinkan penggunaan sementara yang efisien , sementara wujud-

wujud yang bernilai sejarah, arsitektur dan budaya tetap dipertahankan

RENOVASI

(Murtagh, 1988)

Moderanisasi bangunan bersejarah yang masih dipertanyakan dengan

terjadinya perbaikan yang tidak tepat yang menghilangkan wujud dan

detail penting

REVITALISASI Sebuah proses untuk meningkatkan kegiatan sosial dan ekonomi

bangunan/lingkungan bersejarah, yang sudah kehilangan vitalitas aslinya

FASADISASI

(Murtagh, 1988)

Mempertahankan hanya bagian fasaf bangunan bersejarah sepanjang proses

perubahan, dimana sisa dari wujud struktur tersebut hampir seluruhnya

diubah atau dihancurkan

HERITAGE

(Murtagh, 1988)

Sesuatu yang dilestarikan oleh generasi terdahulu(tangible dan intangible)

dan diserahkan kepada generasi yang ada sekarang untuk diteruskan ke

generasi yang akan datang

CULTURAL

HERITAGE

(De Silva,

ICOMOS

1996:61)

Heritage yang diasosiasikan dengan manusia dan kegiatannya (tangible

dan intangible)

BANGUNAN

BERSEJARAH

Bangunan beserta tapaknya yang telah memenuhi kriteria yang ditentukan

oleh UURI 92 tentang benda cagar budaya

Sumber: Harastoeti. 2011. 100 Bangunan Cagar Budaya di Bandung

2.1.4 Penerapan, Prinsip dan Panduan Konservasi

A. Etika Konservasi

Selain prinsip umum, terdapat peran lain yang mendasari dalam tahap konservasi

yaitu etika dalam konservasi. pendekatan terhadap nilai yang didapatkan mendukung

suatu kegiatan konservasi juga harus didasari oleh unsur keutuhan dan keaslian.

Keutuhan (Integrity)

Konservasi harus dilakukan dengan keutuhan untuk mengembalikan bangunan,

dengan menggunakan material yang sesuai untuk tujuan dan “cara yang tepat”.

Bangunan bersejarah merupakan barang peninggalan dari masa lalu yang

memberikan detail dan informasi tentang masa lalu tersebut yang merupakan salah

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

15

satu keutuhan sejarah. Mengembalikan bangunan dapat melalui restorasi atau

rekonstruksi yang dapat mencirikan keadaan dimasa lalu, untuk tujuan penyajian

keaslian dari bangunan. Keutuhan disini mencakup:

a) Keutuhan Fisik bangunan (material bangunan dan hubungan antar unsur lainnya)

b) Keutuhan struktur yang digunakan

c) Keutuhan desain

d) Keutuhan estetika yang digunakan

e) Keutuhan bangunan (layout dan fungsi)

f) Integritas dari tim professional konservasi.

Keaslian (Authenticity)

Keaslian menurut kamus bahasa inggris oxford berarti asli, yang sumber asal

mulanya tidak perlu dipertanyakan kembali. Sumber lain mengatakan juga bahwa

keaslian sebagai kebenaran. Terdapat banyak unsur keaslian pada projek bangunan

konservasi yang perlu diperhatikan, salah satunya dari keaslian suatu penggunaan

material untuk mempertahankan desain semula yang digunakan arsitek. Keaslian

berarti asli dalam arti mengembalikan bangunan ke bentuk semula. Keaslian dalam

unsur konservasi berkaitan dengan:

a) Bentuk desain

b) Material

c) Teknik, tradisi dan proses

d) Tempat, konteks, layout

e) Fungsi dam kegunaan bangunan

Replika merupakan salah satu contoh penerapan yang memiliki kekurangan unsur

keasliannya. Padahal material asli pada bangunan merupakan salah satu bukti nyata

dalam sejarah untuk masa depan, sehingga material asli pda bangunan tidak boleh

diganti secara keseluruhan harus tetap mempertahankan yang ada. Walapun

teknologi telah maju dan dapat menciptakan sesuai aslinya, tetapi unsur keaslian dan

spririt dari bangunan tersebut telah hilang.

B. Penerapan tindakan konservasi pada fisik dan fungsi bangunan

Dalam berkembangnya kebutuhan, sering terdapat penyesuaian fungsi pada

bangunan lama agar bisa dimanfaatkan kemabali pada masa kini maupun pada masa

yang akan datang. Buttenshaw et.al (1991:157-158 dalam Tiesdell et al, 1996:4)

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

16

menyatakan bahwa kegagalan untuk mencari fungsi baru pada bangunan lama akan

menyebabkan sebuah kota menjadi kota museum. Sehingga dalam mengatas

permasalahan tersebut, alternatif penyesuaiannya menggunakan konsep adaptive-use,

yang dapat dilihat dari 2 sisi, yakni:

a) Bangunan yang dipreservasi pada umumnya bentuk asli harus dipertahankan,

tidak boleh diubah, sehingga penyeleksian dalam memilih fungsi baru pada

bangunan

b) Bangunan yang dikonservasi lebih bebas dalam menampung, berbagai fungsi

baru, karena masih dimungkinkan mengubah bangunan, jika memang diperlukan,

sampai batas-batas tertentu, sejauh tidak menyalahi konsep konservasi

Tabel 2. Kaitan Antara Kegiatan Konservasi dengan Perubahan Fisik dan Fungsi

KEGIATAN

FISIK FUNGSI

TIDAK

BERUBAH

BERUBAH TIDAK

BERUBAH

BERUBAH

Penambaha

n &

penyisipan

elemen

bangunan

baru

Pembongkar-

an sebagian

&

penggantian

elemen baru

Menerus &

berkembang

(extended-

Use)

Adaptasi

terhadap

kebutuhan

baru

(adaptive-

Use)

KONSERVASI

Renovasi

Rehabilitasi

Fasadisasi

PRESERVASI

Rekonstruksi

Restorasi

Replikasi

REVITALISASI

Sumber: Harastoeti. 2011. 100 Bangunan Cagar Budaya di Bandung

Dapat kita lihat pada tabel 1.2 penerapan jenis kegiatan konservasi terhadap

perubahan fisik dan fungsi bangunan, bahwa kelompok kegiatan konservasi

(renovasi, rehabilitasi, fasadisasi) memungkinkan adanya perubahan fisik bangunan,

= terjadi = Tidak Terjadi

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

17

fungsi boleh menerus atau berubah. Sedangkan kelompok kegiatan preservasi

(rekonstruksi, restorasi, dan replikasi) sebaliknya.

C. Penerapan pada Bangunan

Dalam pengerjaan suatu proyek konservasi tentu akan menemukan bebepa

keputusan yang harus dibuat agar proses dapat berlangsung. Oleh karena itu terdapat

prinsip-prinsip dasar konservasi yang telah dibagi menjadi 3 bagian yaitu

pemahaman, pelaksanaan, dan evaluasi.

Tabel 3. Prinsip Dasar dari Konservasi

Pemahaman

Berdasarkan bukti dan keterangan yang telah ada (kondisi fisik)

Pemahaman sejarah bangunan

Lokasi bangunan dan lingkungan sekitarnya

Pelaksanaan

Penggunaan fungsi yang sesuai

Perbaikan material

Tradisi dan Teknologi

Kesinambungan

Bukti historical

Evaluasi

Tindakan pendekatan baru pada permasalahan yang baru

Suistainability

Interpretasi

Sumber:Aylin Orbasli. 2008. Architectural Conservation

Berdasarkan tabel diatas kita dapat mengambil kesimpulan yaitu:

a) Konservasi harus didasari oleh pemahaman sejarah dari kondisi awal hingga saat

ini, yang merupakan nilai bagi budaya maupun yang lainnya.

b) Perbaikan material sebaiknya mengikuti petunjuk yang telah ada atau konsultasi

dengan pakar yang mengerti tentang material baik itu secara kualitas dan usia

c) Pendekatan yang sesuai harus didasarkan pada kejujuran dan keaslian

d) Prinsip diatas bertujuan sebagai sumber dan petunjuk dalam pelaksanaan

konservasi, pada saat proses pengerjaan tetap harus berkonsultasi dengan pakar

e) Konservasi memperhatikan masa lalu- masa kini dan masa depan

(suistainability)

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

18

Dari setiap jenis kegiatan konservasi, adaptive reuse merupakan salah satu

kegiatan yang cocok untuk diaplikasikan pada Gedung Rotterdamsche Lloyd yang

diikuti dengan kegiatan restorasi.

2.1.5 Pengertian Adaptive reuse

Hampir setiap bangunan akan mengalami perubahan fungsi seiring

berjalannya waktu, yang diikuti dengan perubahan layout ruang dan perubahan

fasad/permukaan bangunan. Melakukan perubahan pada bangunan untuk memuat

fungsi baru juga dikatakan mengaktifkan kembali kegunaan pada bangunan

bersejarah. Walaupun demikian pemuatan fungsi baru harus sesuai dengan fasad

bangunan dan integritasnya yang kuat.

Bangunan menjadi terbuang atau tidak terpakai disebabkan oleh berapa hal

diantaranya terjadinya perubahan ekonomi, industri, demografi, dan kenaikan biaya

perawatan bangunan, dan yang paling utama bangunan sudah tidak sesuai dengan

fungsi yang dibutuhkan. Oleh sebab itu agar bangunan dapat memenuhi kebutuhan

dari pemiliknya, bangunan mengalami adaptasi dan diperbarui, sementara struktur

utama tetap.

Tidak semua fungsi baru yang digunakan pada bangunan bersejarah sesuai,

Apabila tingkat intervensi yang diperlukan untuk memasukan fungsi baru pada

gedung menimbulkan kerusakan pada nilai sejarahnya, maka fungsi tersebut

dikatakan tidak sesuai dengan bangunannya. Fungsi baru pada bangunan harus

mempertimbangkan apakah fungsi yang ingin dimasukan sesuai dengan

bangunannya (apakah memiliki jendela yang cukup, apakah fungsi yang baru dapat

melindungi dan mengangkat bukti kebudayaan pada gedung tersebut). Selain fungsi,

lokasi menjadi salah satu pertimbangan dalam memasukan fungsi baru dalam sebuah

bangunan. Karena setiap lokasi memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.

2.2 Tinjauan Khusus

2.2.1 Sejarah Kota Jakarta

Kota Tua Jakarta, juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud Batavia),

adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta, Indonesia. Wilayah khusus ini memiliki luas

1,3 kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat (Pinangsia,Taman

Sari dan Roa Malaka). Dijuluki "Permata Asia" dan "Ratu dari Timur" pada abad ke-

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

19

16 oleh pelayar Eropa, Jakarta Lama dianggap sebagai pusat perdagangan untuk

benua Asia karena lokasinya yang strategis dan sumber daya melimpah.

Pada zaman VOC, di sepanjang Kali Besar ada berbagai bangunan seperti

gudang, pemukiman pribadi, gereja, dan pasar. Beberapa pasar yang ada di kawasan

Kali Besar antara lain Pasar Sayur, Pasar Pisang, Pasar Ayam, dan Pasar Beras. Di

antara bangunan yang terletak di sepanjang Jl. Kali Besar Barat dan Jl. Kali Besar

Timur yang rata-rata bergaya Eropa serta didirikan pada abad ke-19, meliputi

bangunan lama, kantor dan juga gudang. Kali Besar merupakan pusat perekonomian

dan perdagangan VOC dimana terdapat bangunan-bangunan untuk pembuatan dan

perbaikan kapal-kapal serta orang-orang kuli atau budak bekerja. Daerah Kali Besar

dipandang sebagai daerah kediaman kelas elit pada awal abad ke-18 dan menjadi

daerah pusat kantor-kantor perdagangan internasional di era berikutnya. Salah satu

contohnya adalah bangunan Toko Merah. Banyak rumah orang Tionghoa terdapat di

sini yang dibakar pada tahun 1740. Kali Besar beberapa kali berubah fungsi, setelah

Ciliwung diluruskan (1632) kapal-kapal kecil membawa barang dari laut dan dari

pedalaman ke pelabuhan. Sejak tahun 1870 semakin banyak perusahaan niaga yang

berkantor di Kali Besar, hingga sampai tahun 1960-an merupakan daerah pusat

kantor-kantor perdagangan internasional.

Ketika Kali Besar menjadi pusat dagang, berakibat keberadaan gereja dan

pasar lenyap. Posisinya sebagai pusat dagang hampir saja tergeser dengan selesainya

Pelabuhan Tanjung Priok yang hanya berjarak 10 km dari Kali Besar (1885).

Munculnya wabah malaria menjadikan daerah ini tidak kondusif sebagai pusat bisnis

baru. Baru pada tahun 1900, banyak pengusaha yang pindah ke sepanjang Noordwijk

dan Rijswijk.

2.2.2 Sejarah Gedung Rotterdamsche Lloyd

Bangunan Rotterdamsche Lloyd dahulu dikenal sebagai gedung Dunlop&

Kolff yang berfungsi sebagai kantor perusahaan percetakan dan ban tahun 1900,

pada tahun 1938 bangunan ini bealih fungsi menjadi kantor Rotterdamsche Llyod

dibidang perkapalan. setelah awal abad ke-20 menjadi termasuk kedalam kawasan

gedung internationale credit en Handelsvereeniging Rotterdam, atau lebih dikenal

dengan nama Rotterdam Internatio yang sekarang kita kenal dengan PT. Cipta

Niaga. Gedung ini merupakan rancangan yang dibuat oleh biro arsitek Ed Cuypers en

Hulswit. Gedung ini memiliki pintu masuk menghadap ke Jalan kali besar timur 3,

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

20

dan kearah jalan pintu besar utara. Gedung yang memiliki 2 lantai ini serta basement

yang berfungsi sebagai penyimpanan uang pada zaman kolonial, serta lorong yang

menghubungkannya dengan pintu di pelabuhan sunda kelapa. Saat nasionalisasi

perusahaan-perusahaan belanda, gedung ini diambil alih dan dijadikan aset oleh PT.

Aneka Niaga dan sempat menjadi area pedagang pada kawasan kota tua tahun .

Tetapi sekarang telah menjadi hak milik PT.Perusahaan Perdagangan Indonesia.

Tabel 4. Data Bangunan

Lokasi Jalan Kalibesar Timur 3 No.15A, Jakarta Barat

Fungsi Awal Kantor Perusahaan

Fungsi Saat Ini Tidak digunakan

Arsitek Biro Arsitek Ed Cuypers en Hulswit

Konstruksi Beton Subbiro Weltevreden of Hollandsche Maatschappij

Pemasok Batu Firma D.Weegewijs, Amsterdam

Interior Firma Lindeman & Schooneveld, Amsterdam

Sumber: UPK Kota Tua

Gambar 4. Gedung Dahulu(1900) - Saat Ini(2015) Sumber:Batavia Nineteenth Century Photography – Dokumen Pribadi

2.2.3 Lokasi Gedung Rotterdamsche Lloyd

Gedung Rotterdamsche Lloyd terletak di pada Jalan Kali Besar Timur 3

No.15A, Tamansari, Kota Jakarta Barat. Gedung ini terletak di hook sehingga

memiliki 2 pintu masuk menghadap ke Jalan kali besar timur 3 yang langsung

berbatasan dengan jalan raya, dan kearah Jalan pintu besar utara yang menuju

kearah taman fatahillah.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

21

Gambar 5. Lokasi Gedung Rotterdamsche Lloyd Sumber: Google Maps

2.2.4 Perkembangan Gedung Rotterdamsche Lloyd

Data gedung Rotterdamsche Lloyd tidak cukup banyak ditemukan, oleh

sebab itu penulis menganalisa bentuk tampak bangunan dengan membandingkan

dengan gedung disampingnya.

Gambar 6. Foto Udara (1928) Gedung Rotterdamsche Lloyd Sumber: Collection Dirk Teeuwen, Holland

Pada foto diatas dapat dilihat bahwa gedung Rotterdamsche memiliki atap

yang sama dengan gedung disebelahnya, padahal jika dilihat sekarang gedung

Rotterdamsche memiliki atap yang berbeda (gambar 5). Oleh sebab itu penulis,

mencari foto gedung lama untuk gedung disebelah Rotterdamsche Lloyd.

1. Van Vaulten and Cox

Merupakan salah satu firma perdagangan di Batavia, gedung ini selain

dijadikan kantor juga dijadikan Toko perdagangan pada tahun 1875.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

22

Gambar 7. Gedung the Firm of Van Vaulten and Cox (1875) Sumber: Batavia Nineteenth Century Photography

2. G.Kolff & Co.

Merupakan salah satu firma percetakan, penerbit, serta penjual buku yang

didirikan pada tahun 1848 di zaman kolonial. Mereka juga menerbitkan koran

pada tahun 1885. Dan membuka cabang kedua di Jalan Juanda pada bulan

September 1894.

Gambar 8. Gedung G.Kolff & Co. (1875) - G.Kolff & Co. (1936) Sumber: Batavia Nineteenth Century Photography – Collection Dirk Teeuwen, Holland

2.3 Tinjauan Terhadap style

2.3.1 Arsitektur Kolonial di Indonesia

Arsitektur Kolonial adalah sebutan terhadap arsitektur eropa terutama

Belanda yang dibawa ke Indonesia pada masa penjajahan. Sebutan tersebut berlanjut

hingga kini untuk bangunan-bangunan yang memiliki gaya yang sama dengan

arsitektur pada masa penjajahan dahulu. Kemungkinan sebutan ini untuk

membedakan arsitektur gaya Eropa dengan arsitektur Eropa yang dibawa oleh

Belanda ke Indonesia, karena tentu saja arsitektur tersebut telah menjadi sesuatu

yang baru karena proses-proses adaptasi dan akulturasi dengan konteks lingkungan

dan budaya Indonesia. Arsitektur Kolonial memberikan pengaruh kepada terciptanya

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

23

arsitektur-arsitektur baru di Indonesia. Dengan percampuran budaya, material, ilmu

pengetahuan (metode struktur, konsep dan pemograman ruang, dan lain-lainnya)

menyebabkan arsitektur yang dibawa oleh penjajah ini berubah menjadi sesuatu yang

baru, diantaranya adalah arsitektur Imperium, arsitektur Indis dan arsitektur Nieuwe

Bouwen.

Arsitektur Imperium

Adalah arsitektur yang banyak dipengaruhi oleh arsitektur neoklasik romawi dan

yunani serta reinansances. Arsitektur ini banyak dipergunakan untuk menunjukan

kekuasaan, kemegahan, kemakmuran dan kekayaan. Arsitektur ini digunakan untuk

menunjukan status sosial dari pemilik bangunan. Arsitektur ini biasanya

dipergunakan pada arsitektur bangunan pemerintahan dan militer. Berikut beberapa

contoh arsitektur Imperium dan arsiteknya;

A. Istana Bogor (1744), Van Imhoff

Dirancang dengan gaya imperium untuk mengesankan monumental dan sbagai

lambang kekuasaan. Penggunaan kolo-kolom ionic dan pediment pada fasad, bentuk

jendela dengan ornamen atau relief diatasnya, penggunaan entablature, penggunaan

cupola, dll. Dan pada interiornya terdapat pahatan lukisan diatap dan kolom yang

digunakan adalah kolom Corinthian.

Gambar 9. Istana Bogor, Van Imhoff Sumber: www.skyscrapercity.com diakses tanggal 15 April 2015

B. Istana Negara (1873), Drosarres

Hampir sama dengan istana bogor yang berkesan monumental dan kekuasaan,

sekarang istana ini telah menjadi istana Negara Republik Indonesia. Gaya neo klasik

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

24

juga dipakai pada arsitektur ini, dengan penggunaan deretan kolom doric pada fasad,

jendela-jendela besar dengan ornamen segitiga diatasnya.

Gambar 10. Istana Negara, Drosarres Sumber: www.oba-obatan.blogspot.com diakses tanggal 15 April 2015

Arsitektur Indis

Arsitektur indis adalah sebutan untuk arsitektur yang menggabungkan gaya Eropa

dengan arsitektur tradisional Indonesia. Percampuran ini bisa terjadi pada sebuha

bangunan yang menggunakan gaya arsitektur neo klasik atau art deco, tetapi

diadaptasikan dengan iklim dan budaya Indonesia dengan penambahan ventilasi,

bukaan yang berjumlah banyak, atap miring dan lebar, denah yang menerapkan

budaya-budaya dari Indonesia. Penggunaan material lokal juga ikut berperan penting

dalam manifestasi arsitektur indis.Arsitektur tradisional yang dipergunakan tidak

hanya satu jenis saja, tetapi ada juga yang meggunakan beberapa arsitektur

tradisional dengan metode konstruksi Eropa dan material-material lokal. Berikut

beberapa contoh dibawah ini:

Gambar 11. Gedung Kampus ITB – Gedung Sate Bandung Sumber: www.commons.wikipedia.org – kickdavid.com diakses tanggal 15 April 2015

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

25

Nieuwe Bouwen

Pengaruh perkembangan arsitektur modern disebut juga dengan arsitektur Niuwen

Bouwen. Arsitektur ini merupakan arsitektur modern yang terpengaruh art deco, de

stijl, dan beberapa pengaruh dari arsitektur Eropa dan Amerika seperti Le Corbusier

dan Frank Llyod Wright. Arsitektur ini tentu saja sudah diadaptasikan dengan iklim

dan budaya di Indonesia. Sehingga gaya yang dihasilkan memiliki perbedaan dengan

arsitektur modern di Eropa maupun di Amerika. Berikut beberapa contohnya:

A. Pusat Perdagangan Bandung (1919), C.P Wolf Schuemaker

Bentuk dan dekorasi bangunan sangat dipengaruhi oleh konsep-konsep arsitektur

modern.Penggunaan bentukan-bentukan murni serta penggunaan komposisi-

komposisi elemen vertikal horizontal menjadi ciri khas bangunan ini.

Gambar 12. Pusat Perdagangan Bandung Dahulu-Sekarang Sumber: www.uniknya.com – www.bapusipda.jabarprov.go.id diakses tanggal 15 April 2015

B. Villa Isola Bandung (1932), C.P Wolf Schoemaker

Gambar 13. Villa Isola Bandung Dahulu-Sekarang Sumber: www.uniknya.com – rickylicious.blogspot.com diakses tanggal 15 April 2015

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

26

C. Villa de Locomotiven, Bandung, A.F Albers

Gambar 14. Villa de Locomotive, A.F Albers Sumber: www.findracadabra.blogspot.com diakses tanggal 15 April 2015

2.3.2 Karateristik Art deco

Gaya Art deco adalah suatu gaya pada seni kontemporer presentatif yang

lahir di Eropa seiring dengan perubahan dan perkembangan kebudayaan pada

jaman yang labil, yang menuntut pembaharuan-pembaharuan berupa keinginan

akan sesuatu yang baru untuk memenuhi kebutuhan pada jaman tersebut. Hal

ini didorong oleh semangat baru akibat revolusi industri di daratan Eropa,

yaitu dengan memanfaatkan bahan-bahan yang dihasilkan pabrik untuk suatu

karya seni sehingga Art Deco lebih bersifat fleksibel dalam menemukan

medianya seperti pada karya seni, karya furniture, alat rumah tangga maupun pada

karya arsitektur.

Pada tahun 1928 seorang pengamat arsitektur modem

mendeskripsikan karakter art deco dalam kaitannya dengan tampilan

bangunan yaitu adanya pemakaian garis lurus, geometris dan cenderung

mengikuti proporsi kubus yang dipengaruhi oleh aliran kubisme. Garis datar

yang sederhana dan kuat dengan sentuhan dekorasi pada warna, besitempa dan

kaca untuk relief .

Pembagian trend dalam arsitektur art deco di Amerika sebagai berikut:

Zig-zag Modeme

Banyak digunakan untuk bangunan-bangunan komersial yang mempunyai gaya

eksotik. Ciri utama dari gaya ini adalah:

a) Kekayaan omamen pada eksterior diulang ke dalam interior.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

27

b) Ornamen-ornarnen yang digunakan adalah : Motif binatang, Sinar matahari,

geometris beribentuk zig-zag, segitiga, garis, !ingkaran bersegmen dan

spiral, bentuk zigurat (mengecil dipuncak), Air mancur beribentuk mozaik,

Motif tanaman abstrak.

c) Pengaruh budaya Yunani, Aztek, Assyria, Maya dan Mesir dengan

abstraksi, adaptasi dan rekombinasi.

d) Penggunaan warna yang menyala.

e) Mengambil ekspresi dari jaman mesin berupa penangkal petir, kapal laut,

jembatan, automobil dan sebagainya.

Gambar 15. Pintu Masuk Hoover Factory Sumber: An Introduction to 20th century Architecture

Classical Modeme

Trend ini muncul sebagai perwujudan keinginan untuk menghidupkan kembali

gaya historik dan penyederhanaan bentuk - bentuk klasik yang pada umumnya

rumit.

Ciri utamanya adalah:

a) Massa Simetris.

b) Menara pusat dengan puncak datar

c) Unsur horisontal kuat.

d) Ada dekorasi di atas pintu masuk.

e) Menara sebagai klimaks bangunan.

f) Permukaan dinding sederhana sebagai ganti dari kolom - kolom klasik.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

28

g) Tembok vertikal datar.

h) Mempunyai kesan permanen.

i) Pada eksterior dihiasi relief atau patung yang berdiri sendiri.

Gambar 16. Niagara Hudson Building Sumber: An Introduction to 20th century Architecture

Streamline Modeme

Trend yang menggunakan kekuatan garis sebagai pembentuk ekspresi.

Ciri-cirinya sebagai berikut :

a) Orientasi horisontal

b) Atap datar

c) Bentuk aerodinamik pada garis kurva

d) Setback tiga dimensional

e) Banyak menggunakan kaca dan jendela

f) Kaya warna

g) Menggunakan baja atau logam sebagai penguat railing

h) Meniru bentuk efisiensi mesin dan merupakan perkembangan dari zig-zag

modern

Gambar 17. Gustaf House - New York Sumber: An Introduction to 20th century Architecture

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

29

Tropical Deco

Style ini merupakan cabang dart trend Streamline yang muncul karena

adanya adaptasi terhadap iklim tropis pada sebuah negara. Ciri-cirinya adalah :

a) Horizontal dan bergaris cepat gaya streamline

b) Ornamen menggunakan gaya organik dan klasik

c) Balkon berbentuk dek

d) Jendela berbentuk segi delapan atau lubang meriam

e) Adanya alis penahan sinar matahari dan air hujan atau dengan set-back

jendela asimetris dan garis kurva

f) Material metal dan kaca sebagai pembentuk garis lurus yang tajam.

Gambar 18. Palmer House - Miami Beach Sumber: An Introduction to 20th century Architecture

2.4 Novelty

Menurut Jacques dalam Bani (2004). konsep pelestarian pada awalnya

cenderung hanya melestarikan (preserve) dan mempertahankan bangunan sebagai

suatu museum. Dan pengawetan benda-benda monumen bersejarah. Yang

perkembangannya saat ini pelestarian tidak hanya mencakup skala bangunan dan

benda saja melainkan pada lingkungan. Menurut Shankland dalam Bani (2004),

lingkup pelestarian dapat dibedakan atas desa dan kota kecil bersejarah, kawasan

bersejarah dalam kota besar, kota bersejarah, dan kelompok bangunan bersejarah.

Seiring perkembangan peranan konservasi tidak cukup hanya memelihara dan

melestarikan saja, melainkan perlu dilandasi oleh motivasi sosial, budaya, aspek

estetis dan pertimbangan segi ekonomi yang mengejawantahkan simbolisme,

identitas suatu kelompok ataupun aset kota. Sehingga upaya konservasi berkembang

ke tahap aktivasi bangunan, yang menghidupkan kembali aktivitas didalam bangunan

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

30

yang awalnya pernah ada, tetapi telah mengalami kemunduran/degradasi yang

disebabkan oleh beberapa hal. Perkembangan ini diikuti dengan tahap restorasi dan

renovasi pada bangunan.

Dalam tahapan perkembangan selanjutnya, walaupun konservasi telah

mengembalikan fungsi yang ada pada bangunan sebelumnya sehingga dapat hidup

kembali. Tetapi seiring perkembangan zaman tingkat kebutuhan yang dibutuhkan

pun oleh pengguna juga berbeda dari periode sebelumnya dengan lahan yang

tersedia semakin terbatas. Oleh sebab itu untuk memiliki wadah yang memenuhi

kebutuhan yang dibutuhkan saat ini tanpa membuat bangunan baru menjadi suatu

tuntutan. Sehingga upaya konservasi dengan menambahkan fasilitas dan fungsi yang

memadai untuk kegunaan saat ini (adaptive reuse) dipakai untuk menjawab

permasalahan tersebut dengan tanpa merubah struktur utama. Proses konservasi

dengan adaptive reuse juga dianggap sebagai salah satu penghematan energi

diberbagai bidang.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

31

2.5 Kerangka Berpikir

Kerangka Berpikir Penelitian

Gambar 19. Kerangka Berpikir

Sumber : Olahan Penulis

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01222-AR Bab2001.… · kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan,

32