bab 2 landasan teori -...

33
9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Preferensi Preferensi adalah suatu sikap yang lebih menyukai sesuatu benda daripada benda lainnya. Penilaian preferensi adalah teknik penelitian dengan menyajikan dua atau lebih perangsang yang harus dipilih subjek yang diukur lewat tes verbal atau lisan (Chaplin, 2002). 2.2 Pre Test kuesioner Sebelum menyebarkan kuesioner kepada sampel sebenarnya, langkah awal yang harus dilakukan adalah mengadakan penelitian pendahuluan (pre test) untuk menguji apakah kuesioner sudah layak digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian pendahuluan ini sebanyak 20 Responden. 2.2.1 Uji Validitas Instrumen Validitas data diukur dengan menggunakan teknik Korelasi Spearman Rank. Menurut Masrun (1979) pada buku Metode penelitian bisnis (Sugiyono,p.124) menyatakan bahwa ”item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut juga mempunyai validitas yang tinggi dengan syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat (valid) adalah r = 0.3”. Berdasarkan sumber tersebut, dasar pengambilan keputusan

Upload: hoangtuyen

Post on 02-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Preferensi

Preferensi adalah suatu sikap yang lebih menyukai sesuatu benda daripada benda

lainnya. Penilaian preferensi adalah teknik penelitian dengan menyajikan dua atau lebih

perangsang yang harus dipilih subjek yang diukur lewat tes verbal atau lisan (Chaplin,

2002).

2.2 Pre Test kuesioner

Sebelum menyebarkan kuesioner kepada sampel sebenarnya, langkah awal yang

harus dilakukan adalah mengadakan penelitian pendahuluan (pre test) untuk menguji

apakah kuesioner sudah layak digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya.

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian pendahuluan ini sebanyak 20

Responden.

2.2.1 Uji Validitas Instrumen

Validitas data diukur dengan menggunakan teknik Korelasi Spearman Rank.

Menurut Masrun (1979) pada buku Metode penelitian bisnis (Sugiyono,p.124)

menyatakan bahwa ”item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor

total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut juga mempunyai

validitas yang tinggi dengan syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat

(valid) adalah r = 0.3”. Berdasarkan sumber tersebut, dasar pengambilan keputusan

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

10

pada unit validitas ini adalah jika skor jawaban dengan skor total jawaban setiap

pertanyaan dikorelasi dengan rank spearman > 0.3, maka butir atau variabel tersebut

valid.

rs = 1 –

dimana rs = koefisien korelasi Rank spearman

Dasar pengambilan keputusan pada uni validitas ini adalah:

• Jika rs > 0.3 , maka butir atau variabel tersebut valid.

• Jika rs < 0.3 , maka butir atau variabel tersebut tidak valid.

Validitas dalam penelitian pendahuluan ini sangat berguna untuk mengetahui

derajat ketepatan alat ukur tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur.

2.2.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Setelah melakukan uji validitas, analisis dilanjutkan pada uji reliabilitas

menggunakan rumus ‘Crobach’s Alpha’.

Realibilitas = k-1

dimana : k = banyaknya pertanyaan

6 ∑di2

n (n-1)

k ∑ ∂i

2

∂t2

1 -

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

11

∂I = varians pertanyaan

∂t = varians total

Hasil pengujian reliabilitas kemudian akan dibandingkan dengan rtabel.

Menentukan nilai rtabel adalah dari tabel r (pada lampiran tabel), untuk df=jumlah

kasus-2 dengan tingkat signifikansi 10%.

Dasar pengambilan keputusan pada uji reliabilitas ini adalah :

• Jika ralpha (α) > rtabel, maka butir atau variabel tersebut reliable.

• Jika ralpha (α) < rtabel, maka butir atau variabel tersebut tidak reliable

2.3 Statistika Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang berhubungan dengan pengumpulan dan

peringkasan data, serta penyajian hasil peringkasan tersebut.

Statistika Deskriptif adalah bidang statistika yang membicarakan cara atau

metode mengumpulkan, menyederhanakan dan menyajikan data sehingga bisa

memberikan informasi (Mattjik dan Sumertajaya, 2002)

Statistika Deskriptif dapat didefinisikan sebagai metode-metode yang berkaitan

dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi

yang berguna (Walpole,1995,p2).

Menurut Walpole, sembarang ukuran yang menunjukkan pusat segugus data,

yang telah diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya disebut

ukuran lokasi pusat atau ukuran pemusatan. Ukuran pemusatan yang paling banyak

digunakan adalah nilai tengah (mean), median dan modus (Walpole,1995,p23).

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

12

Median segugus data yang telah diurutkan dari yang terkecil sampai yang

terbesar atau sebaliknya adalah pengamatan yang tepat di tengah-tengah bila banyaknya

pengamatan itu ganjil, atau rata-rata kedua pengamatan yang di tengah bila banyaknya

pengamatan genap (Walpole,1995,p25).

Sedangkan Modus segugus pengamatan adalah nilai yang terjadi paling sering

atau yang mempunyai frekuensi paling tinggi genap (Walpole,1995,p26).

2.4 Analisis Konjoin

2.4.1 Pengertian Analisis Konjoin

Analisis Konjoin adalah suatu teknik yang secara spesifik digunakan untuk

memahami bagaimana keinginan atau preferensi konsumen terhadap suatu produk

atau jasa dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai kepentingan relatif berbagai

atribut suatu produk (Hair et al. 1995). Analisis Konjoin sangat berguna untuk

membantu bagaimana seharusnya karakteristik produk baru, membuat konsep

produk baru, mengetahui pengaruh tingkat harga serta memprediksi tingkat

penjualan atau penggunaan (Kuhfeld, 2000).

2.4.2 Tahapan Analisis Konjoin

Adapun tahapan yang harus dilakukan dalam analisis konjoin adalah sebagai

berikut :

1. Menetapkan atribut-atribut dan taraf-tarafnya yang dianggap penting dan akan

dilibatkan dalam mengevaluasi produk atau jasa.

2. Memilih metodologi yang akan digunakan dalam analisis konjoin berdasarkan

jumlah atribut yang dilibatkan.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

13

3. Merancang stimuli (kombinasi atribut dan taraf) yang akan membentuk produk

hipotetik.

4. Melakukan pengumpulan data sesuai dengan metode pengukuran yang telah

ditetapkan.

5. Melakukan pendugaan parameter yang berkaitan dengan daya guna (utility) dari

masing-masing atribut yang dievaluasi.

6. Melakukan interpretasi hasil

2.5 Teknik Pengambilan Sampel

2.5.1 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan kelompok yang menjadi pusat penelitian bagi peneliti

yang dijadikan sebagai tempat untuk mengeneralisasi hasil penelitiannya (Gay, 1987

di dalam Indriyanto, 1997).

Sampel merupakan bagian dari populasi. Dalam pelaksanaan penelitian,

ruang lingkup populasi merupakan area yang amat luas batasnya sehingga

penggunaan populasi sebagai instrumen penelitian sangat sulit dilakukan. Oleh

karena itu, untuk memenuhi kelayakan dalam pelaksanaan penelitian, ditentukan

populasi sasaran (target population), yaitu populasi yang digunakan untuk

mengeneralisasi hasil penelitian. Namun demikian, populasi sasaran ini masih relatif

sulit untuk ditentukan, karena belum tentu semua populasi sasaran dapat dijangkau.

2.5.2 Teknik Pengambilan Sampel

Ditinjau dari jenis data yang dikumpulkan, data dapat dibagi menjadi dua,

yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Dari segi pendekatannya, terdapat

perbedaan yang cukup mencolok antara data kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

14

data kualitatif lebih intensif dengan mengambil daerah penelitian atau subjek

penelitian yang relatif terbatas. Pada data kualitatif, peneliti berfungsi sebagai

instrumen penelitian, yaitu sebagai pengumpul data.

Analisis data kualitatif cenderung tidak menggunakan statistik, karena data

yang diperoleh umumnya berbentuk uraian.

Pada satu pihak, data kuantitatif cenderung menggunakan subjek yang relatif

banyak dan daerah penelitian yang lebih luas. Instrumen yang digunakan cukup

bervariasi, misalnya: tes, kuesioner, dan pedoman wawancara. Analisis data

kuantitatif ini cenderung menggunakan statistik karena data yang diperoleh

umumnya berbentuk bilangan numerik atau angka-angka.

Oleh karena kecenderungan ruang lingkup daerah penelitian yang sangat

luas, untuk menghemat dana, waktu, dan tenaga, data kuantitatif umumnya

menggunakan sampel. Dengan demikian, peneliti data kuantitatif harus mempunyai

pengetahuan tentang populasi dan kerangka sampel. Peranan peneliti dalam

pelaksanaan penelitian data kuantitatif tidak hanya berhenti sampai dengan

penarikan sampel saja, tetapi dengan adanya sampel, peneliti mempunyai

konsekuensi untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis pada sampel

tersebut. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penarikan kesimpulan tersebut

adalah representasi hasil analisis terhadap populasi.

Agar hasil analisis data kuantitatif yang dilakukan berdasarkan sampel

tersebut dapat direpresentasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil,

berbagai ketentuan perlu diperhatikan.

Pada dasarnya, cara yang paling sederhana untuk memperoleh sampel yang

dapat mewakili populasinya adalah pengambilan sampel yang bersifat acak. Namun

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

15

pada prakteknya, akan sangat sulit untuk menarik sampel yang acak. Konsep acak

dalam pengambilan sampel berkaitan dengan konsep probabilitas (peluang). Hinkle,

Wiersma, dan Jurs (1979) di dalam Indriyanto (1997) menyebutkan bahwa kriteria

acak ada dua, yaitu:

1. Setiap anggota populasi mempunyai kesempatan (peluang) yang sama

untuk diambil sebagai sampel (non-zero probability).

2. Semua anggota populasi yang terpilih sebagai sampel harus terpilih secara

independen.

Pengambilan sampel harus representatif, artinya mencerminkan karakteristik

populasi. Untuk menjadikan sampel representatif, maka cara pengambilannya

adalah secara acak yaitu setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama

untuk dipilih sebagai sampel. Namun demikian, cara pengambilan sampel secara

acak tidak dapat menjamin bahwa sampel yang diambil betul-betul representatif

(Fraenkel dan Wallen, 1990 di dalam Indriyanto, 1997). Hal ini dikarenakan adanya

unsur subyektivitas peneliti yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti pada saat

menarik sampel tersebut.

Penetapan sampel agar dapat benar-benar mewakili populasi dilakukan

dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebab populasi (Nawawi, 1995).

Penetapan sampel yang ideal mempunyai sifat sebagai berikut.

1. Dapat menghasilkan gambaran yang dipercaya dari seluruh populasi yang

diteliti.

2. Sederhana dan mudah dilaksanakan.

3. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya sedikit.

4. Dapat menentukan ketepatan (Tiken, 1965, Singarimbun, 1989)

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

16

Besarnya sampel yang harus diambil tergantung pada karakteristik populasi.

Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah sampel.

1. Derajat keseragaman populasi, makin seragam populasi makin kecil sampel

yang diambil.

2. Ketepatan sampel, makin besar jumlah sampel makin tinggi tingkat

ketepatannya.

3. Tingkat ketepatan analisis yang dilakukan.

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam penetapan sampel. Cara-

cara tersebut, menurut Sugiyono (1997) dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu

probability sampling dan nonprobability sampling. Selanjutnya masing-masing

kelompok dapat diuraikan lagi sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.1 Pembagian Cara Penarikan Sampel

Teknik Pengambilan Sampel

A. Probability Sampling

B. Non Probability Sampling

1. Simple random sampling 2. Systematic sampling 3. Stratified random sampling4. Cluster Sampling 5. Multistage sampling

1. Quota sampling 2. Convenience/accidental

sampling 3. Purpossive sampling 4. Snowball sampling

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

17

2.5.3 Simple random sampling

Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara

demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.

Dua cara dapat dilakukan dalam menarik simple random sampling :

1. Cara undian

Yang pertama-tama adalah cara undian. Misalnya kita ingin memilih sebuah

sampel yang besarnya dua dari sebuah populasi yang terdiri dari 5 orang tenaga

ahli. Kita tulis nama tenaga ahli tadi masing-masing pada secarik kertas, dan

kertas tersebut kita gulung. Lalu kita masukkan dalam sebuah kotak dan kita

kocok. Kemudian kita tarik satu gulungan kertas. Lalu kita tarik satu gulungan

kertas lain, tanpa memasukkan kembali gulungan kertas pertama. Nama-nama

pada kedua gulungan kertas tadi merupakan anggota dari sampel kita yang kita

tarik secara undian.

2. Menggunakan tabel angka random

Cara kedua dengan angka random. Gunakan tabel dimana telah dikumpulkan

angka-angka secara random, yang dinamakan tabel angka random ( table random

numbers ). Dengan menggunakan angka random ini, kita dapat menarik n

biangan secara random dari kumpulan bilangan dari 1 sampai dengan N. Marilah

kita berikan sebuah contoh. Misalnya, dalam sebuah kampung terdapat 900

petani. Kita ingin menarik sebuah sampel yang besarnya 9 ( beranggotakan 9

orang petani ) untuk suatu keperluan. Jika kita menggunakan sistem undian,

maka kita akan menyediakan 900 gulungan kertas dan masing-masing kertas kita

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

18

tuliskan nama petani. Tentu saja kerja ini melelahkan. Tetapi jika kita gunakan

Tabel Angka Random, maka kita dapat menghemat waktu.

2.6 Skala Pengukuran

Skala pengukuran digunakan untuk mengklasifikasikan variabel yang akan

diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah

penelitian selanjutnya (Riduwan, 1997, p32). Jenis-jenis skala pengukuran ada

empat, yaitu Skala Nominal, Skala Ordinal, Skala Interval, dan Skala Ratio.

2.7 Pengumpulan Data

Dilihat dari sumber datanya, data dibagi menjadi dua, data primer, yaitu data

yang diambil langsung dari sumbernya, dan data sekunder, yaitu data yang diambil

melalui tangan kedua.

Metode pengumpulan data adalah teknik yang digunakan oleh peneliti untuk

memperoleh data yang akan digunakan pada penelitian. Metode menunjuk suatu kata

abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihatkan

penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi,

dan lainnya (Riduwan, 1997, p51).

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis dan mempermudah olehnya (Suharsimi Arikunto, 1997 di dalam Riduwan,

1997, p51). Selanjutnya instrumen yang diartikan sebagai alat bantu merupakan

saran yang dapat diwujudkan dalam benda, contohnya: angket (quesionnaire), daftar

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

19

cocok (checklist), skala (scale), pedoman wawancara (interview guide atau interview

schedule), soal ujian (test inventory), dan sebagainya.

Tabel 2.1 Kaitan antara metode pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data

No Jenis Metode Jenis Instrumen

1. Angket (quesionnaire) a. Angket (quesionnaire)

b. Daftar cocok (checklist)

c. Skala (scale)

d. Inventori (inventory)

2. Wawancara (interview) a. Pedoman wawancara (interview guide)

b. Daftar cocok (checklist)

3. Pengamatan/Observasi

(observation)

a. Lembar pengamatan

b. Panduan pengamatan

c. Panduan observasi (observation shet atau

observation schedule)

d. Daftar cocok (checklist)

4. Ujian atau tes (tes) a. Soal ujian (soal tes)

b. Inventori (inventory)

5. Dokumentasi a. Daftar cocok (checklist)

b. Tabel

Data yang dikumpulkan dalam penelitian digunakan untuk menguji hipotesis

atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan. Data yang diperoleh akan

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

20

dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan, oleh karena itu data yang

dikumpulkan haruslah data yang benar. Agar data yang dikumpulkan baik dan benar,

maka instrumen pengumpulan datanya pun harus benar. Pengambilan data pada

penelitian ini menggunakan angket.

Angket (quesionnaire)

Angket (quesionnaire) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang

lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan

pengguna (Riduwan, 1997, p52). Tujuan penyebaran angket adalah untuk mencari

informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa

khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan

dalam pengisian daftar pertanyaan. Disamping itu, responden mengetahui informasi

tertentu yang diminta. Angket dibedakan menjadi dua jenis, yaitu angket terbuka dan

tertutup.

a. Angket Terbuka (angket tidak berstruktur) adalah angkat yang disajikan dalam

bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan

kehendak dan keadaannya.

b. Angket Tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam

bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban

yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara membarikan tanda silang

(x) atau tanda check (√).

2.8 Konsep Dasar Rekayasa Perangkat Lunak

2.8.1 Pengertian Rekayasa Piranti Lunak

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

21

Pengertian rekayasa piranti lunak pertama kali diperkenalkan oleh Fritz

Bauer sebagai penetapan dan penggunaan prinsip-prinsip rekayasa dalam usaha

mendapatkan piranti lunak yang ekonomis, yaitu piranti lunak yang terpercaya

dan bekerja secara efisien pada mesin atau komputer (Pressman, 1992, p19).

2.8.2 Paradigma Rekayasa Piranti Lunak

Menurut Roger Pressman (1992), “software is : (1) Instruction (computer

programs) that when execute provide desired and performance, (2) Data

structures that enable the program to adequately manipulation information, and

(3) Documents that describe the operation and use of program. “ Dengan definsi

tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa software adalah (1) Instruksi-instruksi

(program computer) yang bila dijalankan akan memberikan fungsi dan unjuk

kerja yang diinginkan . (2) Struktur data yang memungkinkan program untuk

memanipulasi informasi secara cukup. (3) Dokumen-dokumen yang menjelaskan

operasi dan penggunaan program-program.

“Software components are created through a series of translations that

map customers requirements to machine-executable code. A requirements

model (or prototype) is translated into a design. The software design is

translated into a language form that specified software data structure,

procedural attributes, and related requirements. The language form is

processed by a translation that converts it into machine executable

instructions. (Roer Pressman, 1992)” Menurut pengertian diatas berarti

komponen software diciptakan melalui beberapa perubahan dimana yang

memetakan kebutuhan customer dengan kode yang dapat dieksekusi oleh

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

22

mesin. Model yang dibutuhkan diubah menjadi bentuk desain. Desain software

tersebut diterjemahkan kedalam sebuah bentuk bahasa yang sesuai dengan

struktur data software, atribut-atribut procedural dan yang disesuaikan dengan

kebutuhan. Bentuk bahasa tersebut diproses dengan mengubah bahasa tersebut

menjadi instrusi-instruksi yang dapat dieksekusi oleh mesin.

Terdapat lima paradigma (model proses) dalam merekayasa suatu piranti

lunak, yaitu The Classic Life Cycle atau sering juga disebut Waterfall Model,

Prototyping Model, Fourth Generation Techniques (4 GT), Spiral Model, dan

Combine Model. Pada penulisan skripsi ini dipakai model Waterfall Model.

Menurut Pressman (1992, p20-21), ada enam tahap dalam Waterfall Model,

seperti pada Gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2 Model Waterfall

a. Rekayasa sistem (System Engineering)

Aktivitas ini dimulai dengan penetapan kebutuhan dari semua elemen

sistem. Gambaran sistem ini penting jika perangkat lunak harus

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

23

berinteraksi dengan elemen-elemen lain, seperti hardware, manusia dan

database.

b. Analisis kebutuhan perangkat lunak (Software Requirement Analysis)

Yang dilakukan pada tahap ini adalah untuk mengetahui kebutuhan

piranti lunak, sumber informasi piranti lunak, fungsi-fungsi yang

dibutuhkan, kemampuan piranti lunak dan antarmuka piranti lunak

tersebut.

c. Perancangan (Design)

Tahap ini menitikberatkan pada empat atribut program, yaitu struktur

data, arsitektur piranti lunak, rincian prosedur dan karakter antarmuka.

Tahap ini pula menerjemahkan kebutuhan ke dalam sebuah representasi

perangkat lunak yang dapat dinilai kualitasnya sebelum dilakukan

pengkodean.

d. Pengkodean (Coding)

Tahap pengkodean yang dilakukan adalah memindahkan hasil

perancangan menjadi suatu bentuk yang dapat dimengerti oleh mesin,

yaitu dengan membuat program.

e. Pengujian (Testing)

Tujuan dari tahap pengujian adalah agar output yang dihasilkan oleh

program sesuai dengan yang diharapkan. Pengujian dilakukan secara

menyeluruh hingga semuah elemen, perintah dan fungsi dapat berjalan

sebagaimana mestinya.

f. Pemeliharaan (Maintenance)

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

24

Tahap pemeliharaan dilakukan dengan tujuan mengantisipasi kebutuhan

pemakai terhadap fungsi-fungsi baru yang dapat timbul sebagai akibat

munculnya sistem operasi baru, teknologi baru dan hardware baru.

Sesuai dengan daur hidup software, Roger Pressman membuat prosedur

untuk pembuatan program yang tampak pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Prosedur Pembuatan Program

2.9 Interaksi Manusia dan Komputer

2.9.1 Program Interaktif

Suatu program yang interaktif dan baik harus bersifat user friendly.

Scheiderman (1998, p15) menjelaskan lima kriteria yang harus dipenuhi oleh

suatu program yang user friendly, yaitu:

1. Waktu belajar yang tidak lama.

2. Kecepatan penyajian informasi yang tepat.

Plan RequirementSpecification

Design Listing Working Program

Data Structure

Test Specification

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

25

3. Tingkat kesalahan pemakaian rendah.

4. Penghafalan sesudah melampaui jangka waktu.

5. Kepuasan pribadi.

2.9.2 Pedoman Merancang User Interface

Terdapat beberapa pedoman yang dianjurkan dalam merancang suatu

program, guna mendapatkan suatu program yang user friendly.

1. Delapan aturan emas.

Untuk merancang sistem interaksi manusia dan komputer yang baik,

harus memperhatikan delapan aturan dalam perancangan antarmuka,

seperti: strive for consistency (berusaha keras untuk konsisten dalam

merancang tampilan), enable frequent user to use shortcuts

(memungkinkan pengguna menggunakan shortcuts secara berkala), offer

informative feed back (memberikan umpan balik yang informatif), design

dialogs to yield closure (merancang dialog untuk menghasilkan keadan

akhir), offer simple error handling (memberikan penanganan kesalahan),

permit easy reversal of actions (mengijinkan pembalikan aksi dengan

mudah), support internal locus of control (mendukung pengguna

menguasai sistem), dan reduce short-term memory load (mengurangi

beban jangka pendek pada pengguna).

2. Teori waktu respons.

Waktu respon dalam sistem Komputer menurut Scheiderman (1998,

p352) adalah jumlah detik dari saat pengguna program memulai aktifitas

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

26

sampai menampilkan hasilnya di layar atau printer. Beberapa pedoman

yang disarankan (Scheiderman, 1998, p367): pemakai lebih menyukai

waktu respon yang pendek, waktu respon yang panjang mengganggu,

waktu respon yang pendek menyebabkan waktu pengguna berpikir lebih

pendek, waktu respon harus sesuai dengan tugasnya, dan pemakai harus

diberi tahu mengenai penundaan yang panjang.

2.10 State Transition Diagram (STD)

State Transition Diagram merupakan sebuah modeling tool yang digunakan

untuk mendeskripsikan sistem yang memiliki ketergantungan terhadap waktu. STD

merupakan suatu kumpulan keadaan atau atribut yang mencirikan suatu keadaan

pada waktu tertentu.

Komponen-komponen utama STD adalah:

a. State, disimbolkan dengan

State merepresentasikan reaksi yang ditampilkan ketika suatu tindakan

dilakukan. Ada dua jenis state yaitu: state awal dan state akhir. State akhir dapat

berupa beberapa state, sedangkan state awal tidak boleh lebih dari satu.

b. Arrow, disimbolkan dengan

Arrow sering disebut juga dengan transisi state yang diberi label dengan ekspresi

aturan, label tersebut menunjukkan kejadian yang menyebabkan transisi terjadi.

c. Condition dan Action, disimbolkan dengan

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

27

State 1 State 2

Condition

Action

Gambar 2.4 Simbol Condition dan Action

Untuk melengkapi STD diperlukan 2 hal lagi yaitu condition dan action seperti

yang dapat diihat pada Gambar 2.4 diatas. Condition adalah suatu event pada

lingkungan eksternal yang dapat dideteksi oleh sistem, sedangkan action adalah yang

dilakukan oleh sistem bila terjadi perubahan state atau merupakan reaksi terhadap

kondisi. Aksi akan menghasilkan keluaran atau tampilan.

2.11 Fractional Factorial Design

Desain faktorial merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan

memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan

( variabel independen ) terhadap hasil ( variabel dependen ).

2.12 Diagram Aliran ( Flowchart )

Bodnar dan Hopwood (2000, p44-45) mengatakan bahwa Diagram Aliran

Dokumen adalah diagram yang digunakan untuk menganalisis distribusi dokumen

dalam sistem. Bagan-bagan ini diatur dalam kolom-kolom untuk mengelompokkan

fungsi-fungsi pemrosesan yang dijalankan setiap entitas.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

28

2.13 Penelitian Relevan

Penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini pernah

dilakukan oleh alumni mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang membuat penelitian

mengenai preferensi pelanggan simcard. Judul penelitian tersebut adalah Penerapan

Analisis Konjoin Pada Penilaian Preferensi Pelanggan Terhadap Konsep Produk

Simcard Prabayar GSM studi kasus masyarakat wilayah Tangerang . Penelitian ini

dilakukan oleh Tri Maryugo Hawati.

Penelitian ini telah berhasil membuat suatu rancangan sistem pendukung

keputusan berdasarkan analisis statistika pada preferensi pelanggan simcard. Penelitian

ini dibuat dengan hanya mempertimbangkan empat variabel analisis yaitu simcard

prabayar GSM : Simpati, Mentari, IM3 dan Pro XL . Penelitian yang sekarang sedang

dilakukan mengacu pada pengembangan penelitian ini. Perkembangan yang dilakukan

pada penelitian ini adalah mengenai faktor analisis terhadap kartu pra bayar CDMA

dimana ada enam faktor (atribut) dan enambelas subfaktor(taraf), dan empat perusahaan

provider CDMA yaitu semua provider sim card CDMA pra-bayar yang ada saat ini di

Indonesia, tanpa dilakukan pembatasan seperti yang dilakukan peneliti sebelumnya,

yang memilih empat variabel untuk dianalisis tanpa perlu adanya survei untuk

mengetahui simcard merek apa yang mendominasi di Indonesia.

2.14 Tahapan Penelitian

Terdapat beberapa tahapan penelitian yang dilalui dalam penyusunan proposal

ini, yaitu:

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

29

1. Menentukan atribut dan taraf penyusun produk operator seluler yang akan

digunakan dalam merancang kombinasi (stimuli). Atribut dan taraf yang akan

dilibatkan ditentukan dengan melakukan penelitian pendahuluan.

2. Menentukan metodologi yang akan digunakan dalam analisis konjoin, yaitu

tradisional konjoin.

3. Menyusun kuisioner

Diawali dengan menyusun peubah-peubah untuk pertanyaan saringan terhadap

responden dan peubah-peubah demografi untuk mengetahui karakteristik

responden. Selanjutnya, menentukan rancangan kombinasi atribut dan taraf

(stimuli) penyusun produk oprator seluler (simcard) prabayar CDMA.

4. Menentukan metode penarikan contoh

Metode penarikan contoh yang digunakan adalah penarikan contoh berpeluang,

yaitu Simple Random Sampling.

5. Melakukan pre-test (uji pendahuluan) dan perbaikan kuisioner

Uji pendahuluan dengan menggunakan uji Pearson Moment

6. Melakukan pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode full profile dimana responden

diminta untuk mengurutkan (meranking) stimuli mulai dari stimuli yang disukai

sampai stimuli yang paling tidak disukai.

7. Melakukan analisis data

a. Analisis statistika deskriptif untuk mengetahui karakteristik responden.

b. Analisis konjoin untuk mengetahui preferensi responden terhadap atribut

dan taraf simcard prabayar CDMA serta mengetahui kombinasi atribut

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

30

dan taraf penyusun produk simcard prabayar CDMA yang paling disukai

responden.

8. Melakukan interpretasi hasil.

Hasil dari penelitian kemudian akan digunakan untuk membantu mengambil

keputusan manajerial pemasaran sim card CDMA pra-bayar melalui Sistem

Pendukung Keputusan.

9. Perancangan program aplikasi

Langkah terakhir yaitu membangun suatu program aplikasi untuk menjelaskan

makna keluaran dari analisis yang telah digunakan dalam bentuk report. Selain

itu juga dapat memberikan panduan mengenai faktor pengaruh yang paling

signifikan terhadap preferensi pelanggan simcard.

2.15 Kerangka Pemikiran

Penilaian preferensi pelanggan dilakukan dengan cara mengkombinasikan taraf-

taraf dari faktor terpenting bagi pelanggan yang disebut stimuli. Tahap selanjutnya

menentukan metode konjoin yang paling tepat berdasarkan jumlah atribut dan

melakukan pendugaan parameter dimana didapatkan nilai kegunaan masing-masing

atribut.

2.16 Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

SPK diciptakan untuk dapat menyediakan kebutuhan informasi yang spesifik

untuk memecahkan masalah yang spesifik. SPK menyediakan informasi pemecahan

masalah maupun komunikasi dalam memecahkan masalah semi terstruktur dan tidak

terstruktur.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

31

a. Definisi Sistem Pendukung Keputusan

Menurut Moore & Chang (Turban, 1995, p84) SPK adalah sistem yang dapat

dikembangkan, mampu mendukung analisis data dan permodelan keputusan,

berorientasi pada perencanaan masa mendatang, serta tidak bisa direncanakan

interval (periode) waktu pemakaiannya.

Bonczek, Holsapple, dan Whinston Turban, 1995, p84) mendefinisikan SPK

sebagai suatu sistem yang berbasiskan komputer yang terdiri dari tiga komponen

yang berinteraksi, yaitu:

1. Language System, adalah suatu mekanisme untuk menjembatani (interface)

pemakai dan komponen lainnya.

2. Knowledge System, adalah repositori pengetahuan yang berhubungan dengan

masalah tertentu baik berupa data maupun prosedur.

3. Problem Processing System, adalah sebagai penghubung kedua komponene

lainnya, berisi satu atau beberapa kemampuan manipulasi/menyelesaikan

masalah secara umum, yang diperlukan dalam pengambilan keputusan.

Sedangkan menurut Keen, Scott-Morton (Turban, 1995, p83), SPK

memadukan sumber daya intelektual seseorang dengan kemampuan komputer untuk

meningkatkan kualitas keputusan di dalam lingkungan masalah semi terstruktur.

Gorry & Scott-Morto(Turban, 1995, p82) berpendapat bahwa SPK adalah

sistem berbasiskan komputer yang interaktif, yang membantu pengambilan

keputusan memenfaatkan data dan model untuk memecahkan masalah tidak

terstruktur.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

32

Maka dapat disimpulkan bahwa SPK merupakan suatu sistem pendukung

bagi para manajer yang bekerja sebagai tim pemecah masalah, dalam mencari solusi

dari permasalahan semi terstruktur dan tidak terstruktur, dengan jalan menyediakan

informasi atau nasihat yang berkaitan dengan keputusan-keputusanyang spesifik.

b. Jenis-jenis Keputusan

Keen dan Scott-Morton (Mallach 1997, p32) membagi keputusan

berdasarkan keharusan keputusan dibuat dan cakupan keputusan tersebut, yaitu:

1. Keputusan terstruktur

Sebuah keputusan terstruktur dapat merupakan keputusan yang dihasilkan

oleh program komputer, keputusan terstruktur diambil untuk memecahkan

masalah yang pernah terjadi sebelumnya.

2. Keputusan tidak terstruktur

Keputusan yang diambil untuk memecahkan masalah baru atau sangat jarang

terjadi, sehingga perlu dipelajari secara hati-hati. Komputer tetap dapat

membantu pembuat keputusan, tetapi hanya dapat memberikan sedikit

dukungan.

3. Keputusan semi terstruktur

Keputusan di antara keputusan terstruktur dan tidak terstruktur.

Keputusan-keputusan dibuat untuk menyelesaikan masalah. Dalam proses

pemecahan suatu masalah, pembuat keputusan mungkin mempunyai banyak

alternatif jawaban. Keputusan merupakan rangkaian tindakan yang perlu diikuti

dalam proses pemecahan masalah yang dihadapi untuk menghindari dampak-

dampak negatif yang mungkin terjadi pada keputusan yang belum matang.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

33

Tujuan dari SPK bukan untuk membuat proses pengambilan keputusan

seefisien mungkin, walaupun waktu manajer berharga dan tidak boleh terbuang,

tetapi manfaat utama menggunakan SPK adalah untuk mendapatkan keputusan

manajerial yang lebih baik.

c. Tahap-tahap Pengambilan Keputusan

Menurut Simon (McLeod, 1995, p57), ada empat tahap yang harus dilalui

manajer saat memecahkan masalah. Tahap-tahap Simon tersebut adalah sebagai

berikut.

1. Kegiatan Intelijen

Mengamati lingkungan, mencari kondisi yang perlu diperbaiki.

2. Kegiatan Merancang

Menemukan, mengembangkan, dan menganalisis berbagai tindakan alternatif

yang mungkin.

3. Kegiatan memilih

Memilih satu rangkaian tindakan tertentu dari beberapa yang tersedia.

4. Kegiatan memilah

Menilai pilihan-pilihan yang lalu.

d. Tujuan Sistem Pendukung Keputusan

Tujuan-tujuan Sistem Pendukung Keputusan berhubungan dengan tiga

prinsip dasar dari konsep Sistem Pendukung Keputusan, yaitu:

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

34

1. Struktur masalah

Membantu manajer membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi

terstruktur.

2. Dukungan keputusan

Sistem Pendukung Keputusan mendukung pengambilan keputusan manajer,

dan bukan untuk menggantikannya.

3. Efektivitas keputusan

meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan manajer daripada

efisiensinya.

Gambar 2.4 SPK berfokus pada masalah-masalah semi terstruktur

e. Karakteristik dan Kemampuan Sistem Pendukung Keputusan

Tidak ada ketetapan mengenai karakteristik dan kemampuan apa yang us

terdapat pada SPK. Karakteristik umum yang terdapat pada setiap SPK adalah

digunakan oleh manajer dan pegawai berpendidikan (knowledge workers),

menggunakan database, dan menggunakan model. SPK diharapkan memiliki

Solusi

Manajer -> Komputer Solusi

Komputer Solusi

Manajer

Terstruktur Semi Terstruktur Tidak Terstruktur

Tingkat Struktur Masalah

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

35

beberapa karakteristik dan kemampuan SPK yang dituliskan oleh Turban (1995,

p85-87) sebagai berikut.

1. SPK menyediakan dukungan bagi para pengambil keputusan, khususnya

dalam memecahkan masalah semi terstrutur dan masalah tidak terstruktur.

Caranya dengan menggabungkan kemampuan komputer memecahkan

masalah terstruktur dengan kemampuan manusia untuk memecahkan masalah

tidak terstruktur.

2. SPK ini mencakup berbagai tingkatan manajemen, dari tingkatan atas

(eksekutif) dan manajemen tingkat menengah.

3. SPK ini dibuat untuk mendukung individu maupun kelompok dalam suatu

perusahaan atau organisasi.

4. SPK mendukung beberapa keputusan yang saling berkaitan dengan proses

pengambilan keputusan yang berurutan.

5. SPK mendukung semua tahapan dalam pengambilan keputusan, yaitu mulai

dari tahapan intelijen, perancangan, pemilihan, dan implementasi.

6. SPK mendukung berbagai cara dalam pengambilan keputusan, sebab di

dalam SPK itu sendiri terdapat proses yang langkahnya sama dengan proses

pemikiran seorang pengambil keputusan.

7. SPK dapat disesuaikan terhadap waktu kondisi perekonomian atau

persaingan, sehingga para pemakai dapat mengubah isi dari setiap variabel

yang ada.

8. SPK mendukung user friendly dan user interaktif, dengan begitu akan terjadi

komunikasi yang baik antara user dengan sistem, dan user tidak merasa

kesulitan dalam mengoperasikan tools maupun sistem yang ada.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

36

9. SPKmeningkatkan efektivitas pengambilan keputusan, dan juga menghemat

biaya dan waktu yang ada.

10. Adanya pengendalian dalam setiap proses yang dilakukan oleh manusia,

sebab SPK dibuat untuk membantu pengambilan keputusan bukan untuk

menggantikan pengambil keputusan.

11. Pemodelan pada SPK yang memungkinkan untuk melakukan strategi lain dan

dalam konfigurasi yang berbeda; pemodelan ini dapat membuat kita belajar.

f. Komponen Sistem Pendukung Keputusan

Komponen SPK terdiri dari beberapa subsistem, yaitu subsistem manajemen

data, subsistem manajemen model, subsistem dialog, dan subsistem manajemen

pengetahuan.

Gambar 2.5 Komponen Sistem Pendukung Keputusan

Other Computer Based Systems

Data Management Model Management

Knowledge Management

Dialog Management

Manager (User)

Data Eksternal dan Internal

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

37

g. Tahapan Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan

Menurut Turban (1995, p268-272), tahapan pengembangan SPK terdiri atas:

1. Perencanaan

Tahap ini berhubungan dengan penetapan kebutuhan sistem, mendiagnosis

dan menilai masalah yang dihadapi serta penetapan sasaran dari SPK yang

ingin dicapai.

2. Penelitian

Tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan dari user, sumber

daya yang tersedia serta lingkungan yang mempngaruhinya.

3. Perancangan Konsep dan Analisis

Dalam tahap ini dilakukan suatu kegiatan membuat rancangan konseptual

dan studi kelayakan, disarankan menggunakan pendekatan normatiuntuk

mendefinisikan model yang ideal agar dapat menyediakan informasi sesuai

dengan yang diinginkan.

4. Perancangan

Meliputi perancangan dialog, komponen, sistem, pemrosesan masalah, dan

kelengkapan basis data SPK. Perancangan dapat dibagi menjadi 3 (tiga)

bagian yang saling berhubungan, yaitu subsistem manajemen data, subsistem

manajemen model, dan subsistem komunikasi.

5. Konstruksi

Tahap ini merupakan tahap pembangunan SPK sesuai dengan konsep

perancangan alat-alat yang digunakan.

6. Implementasi

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

38

Tahap implementasi adalah kelanjutan dari tahap konstruksi, di mana sistem

siap untuk diimplementasikan ke dunia nyata. Implementasi meliputi

penyiapan, demonstrasi, orientasi, pelatihan, dan penyebarluasan.

7. Dokumentasi dan Pemeliharaan

Tahap ini terdiri atas perencanaan untuk mendukung sistem secara terus-

menerus. Dokumentasi untuk penggunaan dan pengembangan dari sistem

yang telah dibangun.

Gambar 2.6 Tahapan Pengembangan SPK

Perencanaan Pembangunan Sistem

Penelitian Kebutuhan User

Analisis Sistem

Perancangan Layar Tampilan Dan Layar Dialog

Perancangan Model yang

Dipakai

Perancangan Database

SPPK

Perancangan Komponen

Pengetahuan

Pembangunan Sistem

Implementasi Sistem

Pemeliharaan dan Dokumantasi Sistem

Penyesuaian Sistem Terhadap Kebutuhan

Tahap H

Tahap G

Tahap F

Tahap E

Tahap A

Tahap B

Tahap C

Tahap D

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

39

Konsep Model Sistem Pendukung Keputusan

Karakteristik utama dari SPK termasuk kemampuan pemodelannya. Ide dasar

untuk menjalankan analisis SPK adalah dengan menggunakan model.

a. Model

Karakteristik utama dari SPK adalah kemampuannya dalam menggunakan

model. Turban (1995, p42) menuliskan bahwa model adalah penyederhanaan atau

abstraksi dari realita (kenyataan). Model selalu sederhana karena realita terlalu

kompleks untuk ditiru dengan tepat dan karena banyak kompleksitas yang

sebenarnya tidak relevan dengan masalah yang spesifik.

b. Simulasi

Tindakan untuk menggunakan model menurut McLeod (1995, p65) disebut

simulasi. Simulasi memperkirakan dampak dari keputusan pemecahan masalah dan

terjadi dalam suatu pengaturan yang dijelaskan oleh elemen-elemen data skenario.

Istilah skenario mulai digunakan untuk menjelaskan kondisi yang mempengaruhi

simulasi.

c. Jenis Model

Model dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat level

abstraksi/pemodelannya menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu sebagai berikut.

1. Model Iconic (Schale)

Model yang paling sederhan adan hanya merupakan replika dari sistem

dan hanya berdasarkan pada perbedaan skala dari bentuk asli.

2. Model Analog

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

40

Model ini tidak merepresentasikan sistem sebenarnya, namun memiliki

sifat seperti sistem yang direpresentasikan. Model ini lebih abstrak dari model

Iconic dan digunakan sebagai representasi dari kenyataan. Biasanya berupa

diagram dua dimensi dan sedikit lebih rumit dari model Iconic.

3. Model Matematika

Model yang paling tepat untuk merepresentasikan SPK karena tingkat

kerumitan hubungan antar sistem dalam suatu organisasi yang akan

ditampilkan membutuhkan perhitungan matematika.

Model matematika dapat dikelompokkan dalam tiga dimensi yaitu

dimensi pengaruh waktu, tingkat keyakinan, dan kemampuan mencapai

optimasi (McLeod, 1995, p65).

a. Model Statis atau Dinamis

Model statis tidak menyertakan waktu sebagai variabel. Model ini

berkaitan dengan suatu situasi pada satu titik tertentu, misalkan foto.

Sebaliknya model diyertakan waktu sebagai variabel. Model dinamis

menggambarkan perilaku entitas dari waktu ke waktu, misalkan sebuah film.

b. Model Probabilistik atau Deterministic

Model probabilistik adalah model yang mencakup probabilitas.

Probabilitas adalah peluang terjadinya sesuatu, probabilitas berkisar dari 0,00

(sesuatu yang sama sekali tidak mungkin terjadi) hingga 1,00 (sesuatu yang

pasti terjadi). Model yang sebaliknya adalah model deterministik.

c. Model Optimisasi atau Suboptimisasi

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-1-00342-MTIF-Bab 2.pdf · kita berikan sebuah contoh. ... Pedoman wawancara (interview guide)

41

Model optimisasi adalah model yang memilih solusi terbaik dari beberapa

alternatif, untuk itu masalahnya harus terstruktur dengan sangat baik. Model

suboptimisasi, disebut juga satisfying model, yaitu model yang memungkinkan

manajer memasukkan serangkaian keputusan, dan model akan

memproyeksikan hasilnya. Model ini tidak mengidentifikasikan keputusan

terbaik tetapi menyerahkan tugasnya tersebut pada manajer.

Berdasarkan kategorinya model dibeda-bedakan menjadi beberapa

macam:

Tabel 2.2 Macam-macam Model

Kategori Proses dan Objektif Teknik Representatif Optimisasi masalah dengan berbagai alternatif

Menemukan solusi terbaik dengan jumlah alternatif yang relatif kecil

Tabel Keputusan Pohon Keputusan

Optimisasi dengan algoritma

Menemukan solusi terbaik dari jumlah alternatif yang besar dengan pembangunan bertahap

Model pemrograman linier dan matematika, model jaringan

Optimisasi dengan formula

Menemukan solusi terbaik dengan satu langkah dengan rumus

Sebagian model inventory

Simulasi Menemukan solusi yang lumayan dari beberapa alternatif terbaik

Beberapa macam simulasi

Model deskriptif lainnya

Menggunakan rumus “what-if” Pemodelan keuangan

Heuristik Menemukan solusi g cukup baik dengan menggunakan aturan tertentu

Pemrograman heurisrik dan expert system

Model prediktif Melakukan prediksi atas keadaan tertentu Analisis Markov, model forecast