bab 2 landasan teori 2.1 teori umum 2.1 -...
TRANSCRIPT
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Pengertian Data
Menurut O’Brien (2005, p696), “Data adalah fakta–fakta atau
observasi mengenai fenomena fisik atau transaksi bisnis”.
Menurut McLeod (2007, p9), “Data terdiri dari fakta–fakta dan
angka-angka yang secara relatif tidak berarti bagi pemakai; fakta mentah
yang belum diolah”.
Berdasarkan definisi–definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, data
merupakan fakta–fakta mentah yang belum diolah, sehingga belum
memiliki arti.
2.1.2 Pengertian Informasi
Menurut McLeod (2007, p9), “Informasi adalah data yang telah
diproses atau data yang telah memiliki arti”.
Menurut Laudon (2007, p14), “Informasi adalah data yang telah
disusun kedalam bentuk yang memiliki arti dan berguna bagi manusia”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, informasi adalah
hasil dari kumpulan data yang telah diolah sehingga lebih bernilai dan
dapat digunakan untuk mencapai suatu tujuan.
10
2.1.3 Pengertian Sistem
Menurut Williams dan Sawyer (2005, p457), “Sistem adalah
sekumpulan komponen yang saling berhubungan yang berinteraksi untuk
melakukan suatu pekerjaan dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan”.
Menurut O’Brien (2005, p714), “Sistem adalah sekelompok
komponen yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai
tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam
proses transformasi yang teratur”.
Berdasarkan definisi–definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
sistem merupakan sekelompok komponen yang berkaitan, berhubungan
erat, dan berinteraksi untuk mencapai tujuan suatu tujuan tertentu melalui
tiga tahapan, yaitu input, proses, dan output.
2.1.4 Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2006, p703), “Sistem informasi adalah
kombinasi teratur dari orang–orang, hardware, software, jaringan
komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan
menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi”.
Menurut Laudon (2007, p14), “Sistem Informasi adalah
sekumpulan komponen yang saling berhubungan yang bekerjasama
mengumpulkan (atau mengambil), memproses, menyimpan, dan menyebar
informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, dan
pengawasan dalam suatu organisasi”.
11
Menurut Turban (2008, p6), “Sistem informasi adalah pemasok
informasi yang berguna untuk memproses data menjadi informasi dan
pengetahuan”.
Berdasarkan definisi–definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
sistem informasi adalah komponen–komponen yang saling berhubungan
dan bekerja sama untuk menghasilkan informasi yang digunakan untuk
mendukung proses pengambilan keputusan.
2.1.5 Pengertian ERP
Menurut O’Brien (2005, p699), enterprise resource planning
adalah software lintas fungsi terpadu yang merekayasa ulang proses
manufaktur, distribusi, keuangan, sumber daya manusia, dan proses bisnis
dasar lainnya dari suatu perusahaan untuk memperbaiki efisiensi,
kelincahan, dan profitabilitasnya.
Menurut Brady et al (2001, p 153), ERP adalah sebuah sistem yang
membantu untuk mengatur proses bisnis seperti marketing, produksi,
pembelian, dan accounting dalam suatu kesatuan yang terintegrasi.
Berdasarkan definisi–definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
ERP merupakan sebuah sistem pendukung proses bisnis guna
mengintegrasikan data yang ada.
12
2.1.6 Definisi Visi
Menurut Gaspersz (2003, p14), visi adalah suatu pernyataan
menyeluruh mengenai gambaran ide yang ingin dicapai oleh perusahaan di
masa yang akan datang.
Menurut http://id.wikipedia.org/wiki/Visi kata visi berasal dari kata
vision dari Bahasa Inggris yang dapat diterjemahkan sebagai pandangan
jauh ke depan. Visi sebuah organisasi adalah pandangan umum dari cita-
cita yang ingin diwujudkan oleh organisasi tersebut. Penggunaan kata visi
biasanya dipadankan dengan kata misi.
Menurut Sukisno visi adalah suatu pernyataan tentang gambaran
keadaan klan karakteristik yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pada jauh
di masa yang akan datang. Banyak intepretasi yang dapat keluar dari
pernyataan keadaan ideal yang ingin dicapai lembaga tersebut. Visi itu
sendiri tidak dapat dituliskan secara lebih jelas menerangkan detail
gambaran sistem yang ditujunya, oleh kemungkinan kemajuan klan
perubahan ilmu serta situasi yang sulit diprediksi selama masa yang
panjang tersebut. Pernyataan Visi tersebut harus selalu berlaku pada semua
kemungkinan perubahan yang mungkin terjadi sehingga suatu Visi
hendaknya mempunyai sifat fleksibel.
Dari definisi diatas visi adalah tujuan sebuah perusahaan yang
merupakan rencana masa depan, dan harus dapat berlaku terhadap segala
kondisi.
13
2.1.7 Pengertian Misi
Menurut Gaspers (2003, p14) misi adalah suatu pernyataan
mengenai konsep bisnis dan tujuan-tujuan yang bersifat strategis termasuk
manfaat - manfaat yang diberikan kepada pelanggan dari pasar.
Menurut Sukisno misi adalah pernyataan tentang apa yang harus
dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya mengwujudkan Visi. Dalam
operasionalnya orang berpedoman pada pernyataan misi yang merupakan
hasil kompromi intepretasi Visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk
dituju serta dapat pula memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian
Visi.
Dari definisi diatas, misi adalah pernyataan mengenai konsep bisnis
dan tujuan – tujuan yang bersifat strategis tentang apa yang harus
dilaksanakan oleh perusahaan agar dapat mewujudkan visi.
2.1.8 Pengertian Strategi
Menurut McNichols (Salusu, 2005, p92-93), strategi adalah suatu
seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk
mencapai sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan
dalam kondisi yang paling menguntungkan.
Menurut Shirley (Salusu, 2005, p90), strategi adalah faktor yang
menentukan. Keputusan-keputusan dalam bertindak diarahkan dan
keseluruhannya diperoleh untuk mencapai tujuan organisasi.
14
Dari definisi diatas strategi adalah sebuah seni yang
menggunakan keahlian dan sumber daya untuk mengambil keputusan-
keputusan serta arahan untuk memperoleh tujuan perusahaan
2.1.9 Pengukuran Kinerja
Menurut Mulyadi (2001, p419), “Pengukuran kinerja adalah
penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian
organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya”.
Menurut Anderson dan Clancy (Yuwono, Sukarno, Ichsan, 2004,
p21) pengukuran kinerja adalah “feed back from the accountant to
management that provide information about how well the actions represent
the plans; it also identifies where managers say need to make corrections
or adjustments in future planning and controlling activities”.
Timbal balik dari akuntansi kepada manajemen yang
menyediakan informasi tentang seberapa baik tindakan mewakili rencana;
hal ini juga mengidentifikasi dimana harus dilakukan perbaikan atau
penyesuaian di rencana dan pengawasan masa depan.
Sedangkan definisi menurut Anthony, Banker, Kaplan, dan
Young (Yuwono, Sukarno, Ichsan, 2004, p23) pengukuran kinerja adalah
kegiatan pengukuran kinerja dari sebuah aktivitas atau keseluruhan
aktivitas pada rantai nilai.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran
15
kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai
aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran
tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan
informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana
perusahaan memerlukan penyesuaian–penyesuaian atas aktivitas
perencanaan dan pengendalian.
Menurut Lynch dan Cross (Yuwono, Sukarno, Ichsan, 2004, p29)
manfaat pengukuran kinerja yang baik adalah sebagai berikut:
1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan
membawa perusahaan lebih dekat dengan pelanggannya dan membuat
seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan
kepada pelanggannya.
2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari
mata rantai pelanggan dan pemasok internal.
3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-
upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of
wastes).
4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi
lebih konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.
5. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan
memberi reward atas perilaku yang diharapkan tersebut.
16
2.1.10 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiono (2004:p129) “Teknik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi
(pengamatan), dan gabungan ketiganya”.
2.1.10.1 Interview (wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal–hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun
tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face
to face) maupun dengan menggunakan telepon.
Wawancara terdiri dari:
a. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bagi peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh.
b. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara
yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
17
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara
yang digunakan hanya berupa garis–garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.
2.1.10.2 Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai
ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik lain, yaitu
wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner
secara berkomunikasi dengan orang, maka observasi tiidak
terbatas pada orang, tetapi juga objek–objek alam yang lain.
Observasi terbagi menjadi:
a. Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah
dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati,
dimana tempatnya. Jadi Observasi terstruktur dilakukan
apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa
yang akan diamati.
b. Observasi Tidak Terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang
tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
diobservasi. Hal ini dilakukan kerena peneliti tidak tahu
secara pasti tentang apa yang akan diamati
18
2.1.11 SAP
2.1.11.1 Sejarah perusahaan SAP
SAP berasal dari bahasa Jerman yang diperkenalkan
pada tahun 1972 berarti systeme, anwendungen and produkte
in derdatenverarbeitung, yang dalam bahasa Inggris adalah
systems, applications, and products in data processing. SAP
merupakan vendor utama software ERP di Mannheim, Jerman
yang dibangun oleh 5 orang dari IBM (Brady et al, 2001, p21).
2.1.11.2 Produk –Produk SAP
Beberapa produk SAP diantaranya adalah :
a. MySAP business suite adalah paket lengkap dari open
enterprise solution yang menghubungkan semua orang
yang dilibatkan, informasi dan proses dan oleh karena
itu meningkatkan efektifitas dari hubungan bisnis.
MySAP business suite menawarkan solusi bisnis yang
fleksibel untuk perusahaan yang besar yang mempunyai
jumlah user yang besar dan proses yang secara konstan
berubah.
b. MySAP all-in-one adalah prepackaged, versi spesifikasi
industri dari mySAP business suite dengan built-in
content, peralatan, dan metodologi untuk biaya yang
efektif. Solusi mySAP all-in-one menawarkan kombinasi
19
fleksibel out-ofthe- box dengan kekuatan dari SAP
solusi bisnis kelas dunia.
c. SAP business one adalah sesuatu yang mudah digunakan
untuk bisnis dan solusi untuk manajemen operasional
untuk bisnis dinamik dengan ukuran karyawan antara 10
sampai beberapa ribu. Solusi ini mudah namun sangat
kuat, menyediakan dengan segera dan melengkapi
gambaran operasi bisnis dan aktifitas pelanggan.
2.1.11.3 Modul-modul pada SAP
Menurut Brady et al (2001, p24-25) Beberapa modul
pada SAP, diantaranya adalah :
a. Modul Sales and Distribution (SD) menyimpan sales
order dan jadwal pengiriman. Informasi mengenai
pelanggan (harga, bagaimana dan dimana pengiriman
produk, bagaimana pelanggan membayar dan informasi
lainnya) dikelola dan diakses dari modul ini.
b. Modul Material Management (MM) mengatur akuisisi
bahan baku dari supplier (pembelian) dan kemudian
penanganan penyimpanan bahan baku, dari gudang untuk
diproses sampai penyimpanan barang jadi.
20
c. Modul Production Planning (PP) memelihara informasi
produksi. Disini produksi direncanakan dan dijadwalkan,
dan aktifitas produksi disimpan.
d. Modul Quality Management (QM) membantu untuk
merencanakan dan menyimpan aktifitas control kualitas,
seperti pemeriksaan produk dan keterangan material.
e. Modul Plant Maintenance (PM) memungkinkan
perencanaan untuk pencegahan perawatan mesin-mesin
pabrik dan mengatur perawatan sumber daya, jadi
kerusakan perlengkapan dapat diminimalisasi.
f. Modul Human Resource (HR) memfasilitasi perekrutan
karyawan, hiring, dan pelatihan. Modul ini dilengkapi
penggajian dan benefit.
g. Modul Financial Accounting (FI) menyimpan transaksi
dalam catatan buku besar. Juga menghasilkan pernyataan
untuk kegunaan laporan eksternal.
h. Modul Controlling (CO) digunakan untuk manajemen
internal. Disini, biaya pabrik perusahaan ditempatkan
pada produk dan cost center, memfasilitasi analisa biaya.
i. Modul Asset Management (AM) membantu perusahaan
untuk mengatur pembelian asset tetap (pabrik dan mesin)
dan hubungan depresiasi.
21
j. Modul Project System (PS) memungkinkan perencanaan
dan mengontrol kelebihan R&D, konstruksi, dan proyek
pemasaran. Modul ini memungkinkan agar biaya
dikumpulkan pada proyek, dan ini sering digunakan
untuk mengatur implementasi dari sistem SAP R/3.
k. Module Workflow (WF) dapat digunakan untuk
mengotomatisasi beberapa aktifitas dalam R/3. Dapat
menampilkan analisa alur tugas dan mendorong
karyawan (via email) jika mereka membutuhkan untuk
menerima aksi.
l. Modul Industry Solutions (IS) berisi pengaturan
konfigurasi R/3 yang ada di SAP adalah tepat untuk
fakta-fakta industri. Pengaturan ini mempermudah
implementasi R/3 dan membiarkan pembeli mendapat
keuntungan dari pengalaman industri SAP.
2.1.11.4 System–wide concepts
Menurut SAP AG (2006, p3-2) “System-wide concepts
merupakan konsep, elemen organisasi, master data, dan
transaksi, yang merupakan elemen dasar yang dirancang dan
diutilisasi untuk menggambarkan struktur perusahaan dan
proses bisnis dengan sistem SAP”.
22
Elemen organisasi adalah struktur perusahaan yang
dipetakan ke aplikasi SAP. Berikut adalah elemen organisasi
di dalam SAP :
a. Client
Merupakan elemen organisasi dengan level tertinggi,
mewakili grup perusahaan.
b. Company Code
Merupakan unit legal yang independen secara akuntansi
mewakili elemen organisasi pusat dari akuntansi
keuangan, juga mewakili pajak perusahaan untuk negara.
c. Plant
Merupakan pabrik produk untuk mendistribusikan produk,
atau menyediakan layanan. Plant juga merupakan pusat
unit organisasi dari produksi.
d. Storage location
Lokasi penyimpanan untuk stok material dalam
manajemen inventori yang dapat dibedakan dengan satu
plant disesuaikan dengan Storage location.
e. Sales organization
Merupakan pusat elemen organisasi dalam manajemen
sales order yang mengontrol cara penjualan ke pelanggan.
23
f. Distribution channel
Digunakan untuk mendefinisikan bagaimana produk yang
berbeda menjangkau pemakai, sebagai contoh wholesale.
g. Organization unit
Menggambarkan bermacam-macam unit bisnis yang ada
di perusahaan.
h. Position
Karyawan perorangan yang bertugas di perusahaan.
Master data dibuat terpusat dan tersedia untuk semua
aplikasi dan user yang sah, master data juga mempunyai segi
organisasi karena informasi ini adalah diatur dalam gambaran
yang ditempatkan ke elemen organisasi. Transaksi adalah
program aplikasi yang menjalankan proses bisnis dalam
sistem SAP. Contohnya, membuat sales order, merubah
master pelanggan, atau menampilkan list laporan sales order.
2.2 Teori khusus yang berhubungan dengan topik yang dibahas
2.2.1 Material Management
Menurut www.businessdictionary.com/definition/procurement.html
“Procurement is Complete process of obtaining goods and services from
preparation and processing of a requisition through to receipt and
approval of the invoice for payment”.
24
Menurut www.businessdictionary.com/definition/procurement.html
“Pembelian adalah proses lengkap untuk mendapatkan barang dan jasa dari
persiapan dan proses permintaan melalui bukti dan persetujuan kwitansi
dari pembayaran”.
Berdasarkan http://en.wikipedia.org/wiki/Materials_management
“Material Management merupakan salah satu modul logistik yang
menangani komponen tangible dari supply chain, membantu manajemen
dalam perolehan produk jadi maupun bahan baku, pengontrolan kualitas
dari proses pembelian dan pemesanan, serta standar yang berlaku dalam
proses pemesanan, pengiriman dan persediaan barang”.
Proses pengadaan barang dalam modul Material Management yaitu:
1. Permintaan pembelian barang
2. Penentuan vendor
3. Penyeleksian vendor
4. Proses pemesanan dan pembuatan Purchase Order
5. Penerimaan barang
6. Verifikasi tagihan
7. Proses pembayaran
2.2.2 Balanced Scorecard
Kaplan dan Norton (Yuwono, Sukarno, Ichsan, 2004, p7)
mendefinisikan balanced scorecard sebagai seperangkat pengukuran yang
memberikan pandangan bisnis yang cepat dan komprehensif bagi manager
25
puncak, termasuk pengukuran keuangan yang menjelaskan hasil dari
kejadian yang telah terjadi, pengukuran keuangan tersebut dilengkapi
dengan pengukuran operasional pada kepuasan pelanggan, proses bisnis
internal, inovasi organisasi dan perbaikan aktivitas operasional yang
mengarah pada kinerja keuangan di masa depan.
Menurut Tunggal (2002, p1), balanced scorecard adalah kumpulan
ukuran kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan
yang mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan.
Sementara Anthony, Banker, Kaplan, dan Young (Yuwono,
Sukarno, Ichsan, 2004, p8) mendefinisikan balanced scorecard sebagai
suatu pengukuran dan sistem manajemen yang menampilkan hasil unit-unit
bisnis dari empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis
internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa balanced scorecard
merupakan suatu pengukuran kinerja yang cepat, tepat dan komprehensif
yang memberikan pandangan dan pemahaman bagi manager tentang
performa bisnis yang ada. Pengukuran kinerja tersebut dilihat dari empat
perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif
proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertunbuhan seperti
terlihat pada gambar 2.1.
26
Gambar 2.1 Balanced Scorecard Sebagai Suatu Sistem Manajemen Kinerja
(Gaspersz, 2003, p3)
2.2.3 IT Balanced Scorecard
Konsep IT Balanced Scorecard pertama kali dikembangkan oleh
Wim Van Grembergen pada tahun 1997 sebagai pengembangan Balanced
Scorecard. Pendekatan IT Balanced Scorecard hadir ketika minat terhadap
teknologi informasi (TI) meningkat sehingga muncul masalah tentang
bagaimana mengevaluasi fungsi teknologi informasi perusahaan.
IT Balanced Scorecard memberikan gambaran kinerja keseluruhan
unit TI berdasarkan visi, misi dan strategi TI perusahaan. Grembergen
membagi IT Balanced Scorecard menjadi empat perspektif yaitu perspektif
27
yaitu perspektif kontribusi perusahaan, perspektif orientasi pengguna,
perspektif penyempurnaan operasional, dan perspektif orientasi masa
depan.
2.2.3.1 Perspektif Kontribusi Perusahaan
Menurut Grembergen et al. sangat penting untuk
membedakan dua jenis evaluasi pada TI yaitu evaluasi
keuangan jangka pendek dan jangka panjang dari proyek dan
fungsi TI. Yang termasuk evaluasi jangka pendek adalah
mengendalikan pengeluaran TI dan menjual produk atau
layanan TI kepada pihak ketiga, sementara nilai bisnis dari
proyek TI baru dan nilai bisnis dari fungsi TI adalah
pengukuran yang memerlukan waktu yang lama.
Contoh tujuan dan ukuran yang digunakan Grembergen
dalam mengukur perspektif kontribusi perusahaan adalah
sebagai berikut:
1. Mengendalikan pengeluaran IT. Ukuran yang digunakan:
1) Persentase diatas atau dibawah anggaran TI
2) Pengalokasian dari anggaran yang lain
3) Anggaran TI sebagai penyajian pengembalian
4) Beban TI per anggota karyawan
2. Nilai bisnis dari proyek TI yang baru. Ukuran yang
digunakan:
1) Evaluasi keuangan dengan ROI, NPV, IRR, PB
28
2) Evaluasi bisnis berdasarkan informasi ekonomi
3. Nilai bisnis dari fungsi TI. Ukuran yang digunakan;
1) Persentase pengembangan kemampuan yang disatukan
dalam proyek yang strategis
2) Hubungan antara pengembangan yang baru atau
investasi infrastruktur atau penempatan investasi
4. Menjual kepada pihak ketiga. Ukuran yang digunakan:
1) Keuntungan finansial dari penjualan produk atau
layanan
2.2.3.2 Perspektif Orientasi Pengguna
Menurut Grembergen et al. pengguna dari divisi TI yang
utama adalah end-user, yaitu staf internal perusahaan.
Penggunanya yang lainnya adalah pelanggan perusahaan yang
terhubung dengan sistem perusahaan. Persentase dari aplikasi
yang dikelola dan didistribusikan oleh divisi TI secara spesifik
sangat tergantung pada situasi dan kondisi perusahaan.
Melakukan survei kepada pengguna merupakan hal yang
penting dalam evaluasi fungsi TI, khususnya pengguna yang
memiliki keterkaitan. Jika kehilangan pengguna yang terkait,
penelitian secara detail untuk menemukan hasil alasan-alasan
yang dibutuhkan, maka pasti tidak akan diperoleh.
29
Contoh tujuan dan ukuran yang digunakan Grembergen
dalam mengukur perspektif orientasi pengguna adalah sebagai
berikut:
1. Penyedia TI. Ukuran yang digunakan yaitu:
1) Persentase aplikasi yang diatur oleh TI
2) Persentase aplikasi yang dihasilkan oleh TI
2. Kerjasama dengan pengguna. Ukuran yang digunakan
adalah:
1) Indeks keterlibatan pengguna dalam penghasilan
aplikasi
2) Indeks keterlibatan pengguna dalam pengembangan
aplikasi baru
3. Kepuasan pengguna. Ukuran yang digunakan:
1) Indeks kemudahan penggunaan aplikasi (user
friendliness)
2) Indeks kepuasan pengguna
3) Indeks ketersediaan aplikasi dan sistem
4) Indeks fungsionalitas aplikasi
2.2.3.3 Perspektif Penyempurnaan Operasional
Menurut Grembergen et al. perspektif ini fokus kepada
pengukuran dan peningkatan dua proses dasar divisi TI yaitu
pengembangan sistem informasi baru dan operasi komputer.
30
Pengukuran juga memfokuskan pada proses lain seperti
persediaan PC, manajemen masalah, pelatihan penguna,
manajemen staf TI, dan penggunaan saluran komunikasi yang
efisien.
Contoh tujuan dan ukuran yang digunakan Grembergen
dalam mengukur perspektif penyempurnaan operasional adalah
sebagai berikut:
1. Efisiensi pengembangan software. Ukuran yang digunakan
yaitu:
1) Persentase biaya yang dibuat untuk pengembangan yang
berbeda
2) Jumlah kerusakan yang terjadi dalam tahun pertama
pembuatannya
3) Rata-rata hari keterlambatan dalam mendistribusikan
software
4) Persentase rata-rata kenaikan anggaran yang tidak
diharapkan
5) Persentase source code yang dapat digunakan kembali
6) Persentase aktivitas perawatan
2. Efisiensi operasional. Ukuran yang digunakan yaitu:
1) Persentase tidak dapat digunakannya komputer server
2) Persentase tidak dapat digunakannya jaringan
31
3) Persentase pekerjaan dapat diselesaikan dalam suatu
waktu
4) Waktu rata-rata antara kerusakan sistem
5) Kecepatan waktu respon perangkat TI tiap kategori user
3. Pengelolaan masalah. Ukuran yang digunakan yaitu:
1) Persentase kecepatan waktu respon dari help desk
2) Persentase kecepatan waktu dalam menjawab atau
memberikan solusi
4. Pendidikan pengguna. Ukuran yang digunakan yaitu:
1) Persentase pengguna yang telah menerima pendidikan
teknologi atau aplikasi TI
2) Indeks kualitas pendidikan
5. Pengelolaan staf TI. Ukuran yang digunakan yaitu:
1) Jumlah man-hours yang dapat dibayar baik internal
maupun eksternal
2) Persentase man-hours yang dapat dibayar dalam suatu
proyek
3) Indeks kepuasan staf TI
6. Penggunaan software komunikasi. Ukuran yang digunakan
yaitu:
1) Persentase staf TI yang dapat mengakses fasilitas
jaringan
32
2) Persentase staf TI yang dapat menggunakan fasilitas
jaringan secara efektif
2.2.3.4 Perspektif Orientasi Masa Depan
Menurut Grembergen et al. pengukuran atas peluang
masa depan yang dimiliki oleh divisi TI berhubungan dengan
persiapan staf TI untuk masa depan, menyiapkan aplikasi
portfolio untuk masa depan, dan mengembangkan usaha untuk
melakukan penelitian atas teknologi yang muncul.
Kemampuan untuk menyampaikan layanan TI yang
berkualitas dalam 3 sampai 5 tahun harus dipersiapkan
sekarang. Teknologi informasi juga harus menilai tren yang
akan datang dan mengantisipasinya.
Contoh tujuan dan ukuran yang digunakan Grembergen
dalarn mengukur perspektif orientasi masa depan adalah sebagai
berikut:
1. Pendidikan staf TI. Ukuran yang digunakan yaitu:
1) Jumlah hari pendidikan per staf divisi TI
2) Persentase anggaran pendidikan TI dari total anggaran
TI
2. Keahlian staf TI. Ukuran yang digunakan yaitu:
1) Lama tahun pengalaman TI dari setiap stafTI
2) Rata-rata usia dari staf TI
33
3. Penelitian untuk teknologi baru. Ukuran yang digunakan
yaitu:
1) Persentase anggaran untuk penelitian TI dari total
anggaran TI
4. Usia dari tiap aplikasi. Ukuran yang digunakan yaitu:
1) Jumlah aplikasi yang berusia kurang dari lima tahun
2) Jumlah aplikasi dari tiap kategori usia
Menurut Grembergen et al. dalam mengukur penelitian
terhadap teknologi yang muncul ukuran yang digunakan adalah
persentase anggaran TI yang dikeluarkan dalam penelitian.
Ukuran yang digunakan dalam mengukur umur dari portfolio
aplikasi adalah jumlah aplikasi perkategori masa, dan jumlah
aplikasi yang lebih muda dari 5 tahun.
34
Tabel 2.1 Misi dan Objektif Balanced Scorecard dan IT Balanced Scorecard
2.2.4 SAP Business All-in-One
Menurut (SAP AG, 2006, p 1-25) “SAP Business all-in-one
menyediakan solusi yang terintegrasi dan komprehensif yang
dikombinasikan dengan best practice dalam meningkatkan penjualan,
keuangan dan proses operasional dalam proses bisnis. Dengan
implementasi SAP Business all-in-one dapat meningkatkan standar
prosedur, kontrol, dan best practice lintas perusahaan, memperkuat
akuntabilitas dan alignment perusahaan.
Data dapat dikonsolidasikan dari banyak aplikasi ke dalam sebuah
solusi terintegrasi. SAP Business all-in-one menawarkan solusi flexibilitas
35
out–of–the–box yang dikombinasikan dengan kekuatan dari solusi bisnis
SAP”.
Keuntungan bisnis yang bisa diperoleh dari SAP Business all-in-one
ini mencakup:
• Tingkat implementasi dan transparansi biaya yang tinggi
SAP Business all-in-one tersedia atas kerjasama dari partner yang
berkualifikasi dan terpercaya, familiar dengan tantangan segmen
pasar dan industri. Diimplementasikan menggunakan metode
implementasi khusus yang didasarkan pada pengalaman yang telah
diperoleh dari instalasi di lebih dari 20 area industri di seluruh dunia.
Dibandingkan dengan sistem tradisional, perusahaan mampu
menghemat biaya hingga 40% dan mengurangi waktu implementasi
hingga 30%.
• Meningkatkan produktivitas dan pengendalian biaya
SAP Business all-in-one mampu mengintegrasikan segi finansial,
sumber daya manusia, logistik, dan hubungan dengan pelanggan.
Dengan demikian perusahaan mampu memperoleh keuntungan dari
segi pelanggan atas meningkatnya transparansi dan proses
administrasi yang mudah.
• Partner yang terpercaya
Partner SAP menawarkan solusi komprehensif yang terdiri dari
perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan
36
konsultasi yang telah dirancang untuk kebutuhan bisnis skala kecil
hingga menengah.
• Skalabilitas
SAP Business all-in-one dapat dengan mudah diadaptasi bagi
perubahan kebutuhan bisnis (business requirement).
2.2.5 Analisa Fit/Gap
2.2.5.1 Pengertian Analisa Fit/Gap
Menurut Wikipedia, (http://en.wikipedia.org/wiki/Fit/Gap
_Analysis), analisa Fit/Gap adalah studi yang dibuat untuk
mengidentifikasi apakah sistem yang ada sekarang telah
memenuhi kebutuhan, dan apabila diidentifikasi adanya gap,
maka akan dicatat dalam format yang telah ditentukan.
Analisa Fit/Gap akan mengidentifikasikan gap
(kesenjangan) antara bagaimana operasi bisnis diperlukan untuk
melawan apa yang package tidak bisa penuhi.
2.2.5.2 Tujuan Analisa Fit/Gap
Analisa Fit/Gap digunakan untuk mengevaluasi
kebutuhan user untuk proyek dan mengidentifikasi beberapa gap
dalam functionality pada SAP. Alternatif akan dikembangkan
ketika gap dalam functionality ditemukan. Beberapa gap akan
diubah sesuai dengan proses bisnis, laporan atau melakukan
penyesuaian terhadap software (customizing).
37
Tujuan dari analisa Fit/Gap adalah :
1. Mengumpulkan requirement dari perusahaan
2. Langkah awal untuk menentukan penyesuaian customization)
yang diperlukan
3. Memastikan sistem yang baru memenuhi kebutuhan proses
bisnis perusahaan
4. Memastikan bahwa proses bisnis akan menjadi “Best
Practice”
5. Mengidentifikasikan permasalahan yang membutuhkan
perubahan kebijakan
2.2.5.3 Langkah-langkah dalam analisa Fit/Gap
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam analisa Fit/Gap :
2.2.5.3.1 Ranking Requirements
Tahapan ini mendukung tim proyek dan sponsor
proyek untuk memastikan proses bisnis dapat
diakomodasikan selama implementasi sistem yang
baru.
Selain itu, berfungsi untuk memastikan tim
proyek berfokus pada area yang paling penting bagi
organisasi agar functionality yang baru dapat
memberikan nilai tambah bagi perusahaan dalam
meningkatkan proses bisnis.
38
Tabel 2. 2 Ranking Requirements dalam analisa Fit/Gap
Rank Keterangan
H HIGH/Mission critical requirements –
adalah kebutuhan yang merupakan tugas
kritis/penting, diperlukan untuk operasi dan
tanpanya organisasi tidak dapat berfungsi;
termasuk di dalamnya kebutuhan laporan
yang penting bagi internal dan eksternal
M MEDIUM/value add requirements – adalah
kebutuhan yang jika ditemukan, akan secara
signifikan meningkatkan proses di
perusahaan. Kebutuhan ini seringkali proses
sistem bisnis yang bukan merupakan tugas
kritis/penting bagi bisnis organisasi, tetapi
jika ditemukan akan mempengaruhi cost
benefit organisasi
L LOW/desirable requirements requirements
– adalah kebutuhan yang bagus untuk
dimiliki dan hanya akan menambahkan nilai
yang tidak terlalu besar bagi proses bisnis
perusahaan dan mungkin ditemukan melalui
perbaikan sementara atau perubahan pada
proses bisnis
39
2.2.5.3.2 Degree of Fit
Menentukan sejauh mana kebutuhan dapat
diakomodir oleh sistem yang baru. Kategori ini terdiri
dari : Fit, Gap,Partial Fit.
Tabel 2. 3 Degree of Fit dalam analisa Fit/Gap
Kode Keterangan
F FIT – kebutuhan sepenuhnya dipenuhi oleh
software
G GAP – software tidak dapat memenuhi
kebutuhan. Komentar, alternative, saran dan
rekomendasi yang dibuat akan
menghasilkan rekomendasi untuk
melakukan customization terhadap software.
P Partial fit – software mempunyai fungsional
yang memenuhi kebutuhan. Perubahan
sementara, laporan khusus atau
customizations, bagaimanapun akan
dibutuhkan kemudian agar dapat memenuhi
kebutuhan secara maksimal.
40
2.2.5.3.3 Gap Resolution
Saat gap ditemukan, tim akan menentukan
alternative dan merekomendasikan solusi untuk
mengatasi gap yang ada. Terdapat beberapa jalan
untuk menyelesaikan gap seperti mengubah proses
bisnis, mendesain lingkungan bisnis atau
mengkustomisasi SAP ERP 6.0.
Pilihan-pilihan untuk gap resolution,
diantaranya adalah:
1. Package Work-around – pertama kali tim akan
mengidentifikasikan jalan alternatif untuk
mencapai kebutuhan dengan proses yang ada di
SAP
2. Membuat bisnis sesuai dengan Package – jika
package work-around tidak mungkin, tim akan
merekomendasikan perubahan potensial pada
proses bisnis untuk disesuaikan dengan proses
pada SAP dan mengeliminasi gap yang terjadi
3. Customization sebagai jalan terakhir– jika
customization dibutuhkan, strategi yang dipilih
adalah membangun fungsionalitas baru di luar
41
SAP dan memisahkan package dibandingkan
dengan merubah package.
Definisi dari customization di dalam proyek
adalah sebagai berikut :
Yang merupakan customization dari paket SAP
adalah perubahan pada aplikasi yang memerlukan
campur tangan staf pengembangan, atau beberapa
perubahan yang dapat berdampak kurang baik untuk
kemampuan upgrade pada software yang akan datang.
Sebagai contoh :
1. Membuat atau memodifikasi menu, field, atau
kode SAP.
2. Membuat atau memodifikasi proses SAP
3. Membuat laporan baru atau modifikasi untuk
menghasilkan laporan SAP atau
4. Mengubah kode SAP untuk mengimplementasikan
level keamanan.
42
2.3 Kerangka Pikir
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
Mendefinisikan Masalah
Mencari Teori Pendukung
Mengumpulkan Data Perusahaan ‐ Survey ‐ Observasi
Memberikan Rekomendasi Perbaikan
Penarikan Kesimpulan dan Saran
Menentukan Metode
Menentukan Topik
Menganalisa kinerja Divisi IT mengenai implementasi modul
material management
Menganalisa kesesuaian kebutuhan antara user requirement dengan proses bisnis yang telah didukung
oleh SAP
43
2.3.1 Menentukan Topik
Mencari dan menentukan topik yang berkompeten untuk dibahas.
Pihak Jurusan memberikan beberapa pilihan topik sebagai penuntun
pembuatan skripsi. Penentuan topik akan membantu pembentukan ruang
lingkup pada skripsi, serta meminimalisir pilihan perusahaan – perusahaan
yang akan diteliti.
2.3.2 Mendefinisikan masalah
Setelah menentukan topik dan mendapatkan perusahaan yang
sesuai maka pendefinisian masalah yang dialami oleh perusahaan dapat
dilakukan. Proses pencarian dan perumusan masalah dilakukan selama 2
bulan, yaitu dari bulan Agustus awal sampai Oktober awal. Proses ini
dilakukan dengan wawancara dengan perusahaan.
2.3.3 Mencari teori pendukung
Proses pencarian teori – teori yang berhubungan dengan masalah
yang dibahas melalui study literatur dan website. Proses pencarian teori ini
berlangsung selama satu bulan, yaitu selama bulan Oktober.
2.3.4 Menentukan metode
Setelah menemukan teori – teori yang berhubungan dengan topik
pembahasan maka metode yang akan dipakai untuk menyelesaikan masalah
dapat ditentukan. Pertimbangan penggunaan metode dilakukan selama 2
minggu, yaitu akhir oktober sampai awal nopember.
44
2.3.5 Mengumpulkan data perusahaan
Pengumpulan data – data perusahaan dilakukan dengan melakukan survei
serta observasi
a. Survei
Mengukur serta mendapatkan data – data yang berkaitan dengan masalah
yang dihadapi oleh perusahaan.
b. Observasi
Meninjau proses bisnis perusahaan, dalam hal ini yang berkaitan dengan
modul MM
2.3.6 Menganalisa kinerja IT
a. Interview bagian IT
Mengadakan tanya jawab dengan bagian IT, dalam hal ini berkaitan
dengan infrastruktur dan proses procurement
b. Interview bagian Purchasing
Mengadakan tanya jawab dengan bagian Purchasing, terutama berkaitan
dengan masalah – masalah yang dihadapi. Dalam hal ini berkaitan
dengan proses pembuatan PR sampai pembuatan PO, serta Invoice
verification.
c. Interview bagian Logistik
Mengadakan tanya jawab dengan bagian Logistik, terutama berkaitan
dengan masalah – masalah yang dihadapi. Dalam hal ini berkaitan
dengan proses pembuatan BAPB.
45
2.3.7 Menganalisa kesesuaian kebutuhan
Mengukur kesesuaian antara user requirement dengan proses bisnis saat
ini yang didukung oleh sistem SAP. Serta melihat beberapa perkembangan
yang terjadi pada proses bisnis saat ini.
2.3.8 Rekomendasi Perbaikan
Memberikan saran – saran yang didasarkan dari teori – teori yang sudah
didapatkan.
2.3.9 Penarikan Kesimpulan dan Saran
Setelah menganalisa permasalahan dan merancang perbaikan kemudian
diberikan beberapa kesimpulan dan saran sebagai masukan kepada
perusahaan.