bab 2 landasan teori 2.1 sistem informasi akuntansi...
TRANSCRIPT
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut McLeod dan Schell yang diterjemahkan oleh Hendera Teguh
(2001, p11), sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud
sama untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut O’Brien (2005, p29), yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan
Deni Arnos Kwary, sistem adalah sekelompok komponen yang saling
berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima
input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah
sekumpulan komponen yang saling terintegrasi dengan menerima input dan
menghasilkan output untuk mencapai tujuan.
2.1.2 Pengertian Informasi
Menurut O’Brien (2005, p38), yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan
Deni Arnos Kwary, mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diubah
menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi pemakai akhir tertentu.
Menurut Bodnar dan Hopwood yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf
dan Rudi Tambunan (2000, p1), informasi adalah data yang berguna yang diolah
sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat.
9
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data
yang sudah diolah sehingga memiliki arti bagi pengguna, dan dapat digunakan
sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
2.1.2.1 Karakteristik Informasi
Berdasarkan Marshall B.Romney (2006, p12), agar suatu
informasi dapat berguna dalam suatu pengambilan keputusan maka
informasi harus memiliki beberapa ciri-ciri atau karakteristik sebagai
berikut :
1. Relevan (Cocok dan sesuai)
Informasi itu relevan jika mengurangi ketidakpastian, memperbaiki
kemampuan pengambilan keputusan untuk membuat prediksi,
mengkorfimasikan atau memperbaiki ekspektasi mereka sebelumnya.
2. Andal
Informasi itu andal jika bebas dari kesalahan atau penyimpangan, dan
secara akurat mewakili kejadian atau aktivitas di organisasi.
3. Lengkap
Informasi itu lengkap jika menghilangkan aspek-aspek penting dari
kejadian yang merupakan dasar masalah atau aktivitas-aktivitas yang
diukurnya.
4. Tepat Waktu
Informasi itu tepat waktu jika diberikan pada saat yang tepat untuk
memungkinan pengambilan keputusan menggunakannya dalam
membuat keputusan.
10
5. Dapat dipahami
Informasi dapat dipahami jika disajikan dalam bentuk yang dapat
dipakai dan jelas.
6. Dapat diverifikasi
Informasi dapat divertifikasi jika dua orang dengan pengetahuan yang
baik, bekerja secara inpenden dan masing-masing akan menghasilkan
informasi yang sama.
2.1.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut Hall (2001, p7), sistem informasi adalah sebuah rangkaian
prosedur formal dimana data dapat dikumpulkan, diproses menjadi informasi dan
didistribusikan kepada para pemakai.
Menurut O’Brien (2005, p5), yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan
Deni Arnos Kwary, sistem informasi merupakan kombinasi teratur apapun dari
orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang
mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
adalah kombinasi dari sistem yang terdiri dari komponen-komponen teknologi
informasi yang saling terintegrasi untuk memperoleh dan memproses informasi
kepada pemakai akhir.
2.1.4 Pengertian Akuntansi
Menurut Niswonger, Warren, Reeve, dan Fess yang diterjemahkan oleh
Sirait dan Gunawan (1999, p6), akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem
11
informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
mengenai aktivitas ekonomi perusahaan.
Menurut Smith and Skousen (2001, p8), akuntansi adalah suatu aktivitas
jasa yang berfungsi untuk menyediakan informasi yang kuantitatif, terutama
informasi keuangan, tentang entitas-entitas ekonomi, yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam proses pengambilan keputusan - dalam pembuatan pilihan-
pilihan yang beralasan diantaranya berbagai alternatif tindakan yang tersedia.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah
suatu sistem informasi yang menghasilkan laporan dan menyediakan informasi
berupa informasi keuangan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
2.1.5 Pengertian Sistem Akuntansi
Menurut Mulyadi (2001, p3), sistem akuntansi adalah organisasi formulir,
catatan dan laporan yang di koordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan
informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan
pengelolaan perusahaan.
Menurut Bodnar et al yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf dan Rudi
Tambunan (2000, p181), sistem akuntansi adalah suatu organisasi yang terdiri dari
metode dan catatan-catatan yang dibuat untuk mengidentifikasikan,
mengumpulkan, menganalisis, mencatat dan melaporkan transaksi-transaksi
organisasi dan menyelenggarakan pertanggungjawaban bagi aktiva dan kewajiban
yang berkaitan.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi
adalah suatu organisasi formulir, catatan, laporan yang dibuat untuk
12
mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, mencatat dan melaporkan
transaksi-transaksi keuangan yang dibutuhkan manajemen guna memudahkan
pengelolaan perusahaan.
2.1.6 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Bodnar et al yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf dan Rudi
Tambunan (2001, p11), sistem informasi akuntansi didefinisikan sebagai kumpulan
sumber daya, seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data
menjadi informasi.
Menurut Jones dan Rama (2006, p13), accounting information system is a
subsystem of a Management Information System (MIS) that provides accounting
and financial information as well as other information obtained in the routine
processing of accounting transactions, yang artinya sistem informasi akuntansi
merupakan subsistem dari sistem informasi manajemen yang menyediakan
informasi akuntansi dan keuangan juga informasi lainnya yang didapatkan dari
pemrosesan transaksi akuntansi rutin.
Maka sistem informasi akuntansi adalah suatu sistem informasi akuntansi
merupakan kumpulan sumber daya fisik dan peralatan lainnya yang diatur untuk
mengubah data transaksi akuntansi rutin untuk menjadi informasi akuntansi dan
keuangan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi user.
13
2.2 Analisis dan Perancangan Sistem dengan Pendekatan Object-Oriented
2.2.1 Pengertian Analisis Sistem
Menurut Bodnar et al (2000, p21), analisis sistem meliputi formulasi dan
evaluasi solusi-solusi masalah sistem. Penekanan dalam analisis sistem adalah
pada tujuan keseluruhan sistem. Dasar dari semua ini adalah analisis untung-rugi
diantara tujuan-tujuan sistem.
Menurut McLeod et al (2001, p190), analisis sistem adalah penelitian atas
sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau yang
diperbaharui. Adapun langkah-langkah analisis sistem adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan penelitian sistem
b. Mengorganisasikan tim proyek
c. Mendefinisikan kebutuhan informasi
d. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem
e. Menyiapkan usulan rancangan
f. Menyetujui atau menolak rancangan sistem
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah
penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan
merancang sistem yang baru atau memperbaharui sistem tersebut agar memenuhi
kebutuhan informasi pemakai.
2.2.2 Pengertian Perancangan Sistem
Menurut Mulyadi (2001, p51), perancangan sistem adalah suatu proses
penerjemahan kebutuhan pemakai informasi ke dalam alternatif rancangan sistem
informasi yang diajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan.
14
Menurut McLeod et al yang diterjemahkan oleh Hendra Teguh (2001,
p192), perancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh
sistem yang baru. Adapun langkah-langkah perancangan sistem informasi adalah
sebagai berikut:
a. Menyiapkan rancangan sistem yang terinci
b. Mengidentifikasi berbagai alternatif konfigurasi sistem
c. Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem
d. Memilih konfigurasi terbaik
e. Menyiapkan usulan penerapan
f. Menyetujui atau menolak penerapan sistem
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem
adalah suatu proses penerjemahan dan penentuan kebutuhan akan data yang
diperlukan oleh pemakai informasi untuk membentuk suatu sistem yang baru.
2.2.3 Pengertian Object-Oriented Analysis and Design
Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2001, p97), Object-Oriented
Analysis and Design berusaha untuk menggabungkan data dan proses-proses
menjadi suatu gagasan tunggal yang disebut object. Object-Oriented Analysis and
Design memperkenalkan object diagrams yang mendokumentasikan sistem
dipandang dari segi object dan interaksinya.
Menurut Mathiassen el al (2000, p15), “Object-Oriented Analysis and
Design offers a systematic and complete approach to Object-Oriented Analysis
and Design”. Dari definisi tersebut, dapat diartikan bahwa Object-Oriented
15
Analysis and Design menawarkan sebuah pendekatan yang sistematis dan lengkap
terhadap analisis dan perancangan berorientasi object.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Object-Oriented
Analysis and Design adalah sebuah pendekatan yang sistematis dengan
menggabungkan data dan proses-proses menjadi suatu analisis dan perancangan
berorientasi object.
2.2.3.1 Diagram Dalam Analisis Dan Perancangan Berorientasi Object
Diagram yang digunakan untuk menggambarkan analisis dan
perancangan berorientasi object yaitu :
1. Rich picture
Menurut Mathiassen el al (2000, p26) rich picture is an
informal drawing that presents the ilustrator’s understanding of a
situation. Yang berarti bahwa rich picture adalah suatu gambaran
umum yang mempresentasikan keadaan saat ini berdasarkan
pandangan user. Rich picture memberikan suatu deskripsi dari situasi
yang memungkinkan beberapa alternatif diintrepretasikan.
2. Activity Diagram
Menurut Jones and Rama (2006, p61), activity diagram dibagi
menjadi 2 tipe, yaitu:
a. ”The Overview Activity Diagram presents a high level view of the
business process by documenting the key events, the sequence of
this events, and the information flows among these events”. Yang
16
berarti bahwa gambaran aktivitas diagram menggambarkan suatu
pandangan tingkat tinggi dari proses bisnis dengan
mendokumentasikan peristiwa-peristiwa pentingnya, urutan dari
peristiwa ini, dan informasi yang mengalir diantara peristiwa
tersebut.
b. “The Detailed Activity Diagram is similar to a map of a city or
town. It provides a more detaried representation of the activities
associated with one or two events shown on the overview
diagram”. Yang berarti bahwa diagram aktivitas detail adalah
mirip dengan peta kota besar atau kota. Aktivitas diagram detail
menyediakan penyajian yang lengkap dari aktivitas-aktivitas yang
dihubungkan dengan satu atau dua peristiwa yang ditunjukkan
pada gambaran aktivitas diagram.
Notasi-notasi yang digunakan dalam activity diagram adalah:
a. Activity State
Menunjukkan hasil dari beberapa behavior pada arus kerja
(workflow).
b. Control Flow atau transition
Menunjukkan jalannya arus control dari suatu aktivitas ke
aktivitas lainnya.
c. Initial State
Mengidentifikasikan awal state ketika state diminta.
17
d. Final State
Menggambarkan state telah mengakhiri aktivitasnya.
e. Decision
Digunakan untuk menunjukkan arus control bercabang ketika ada
sebuah titik keputusan.
f. Swimlane
Digunakan sebagai pemisah pada activity diagram. Biasanya
menunjukkan seseorang atau organisasi yang bertanggungjawab
untuk suatu aktivitas yang berada dalam swimlane.
3. UML Class Diagram
Menurut Carol Britton & Jill Doake (2001, p16), class
diagram merupakan template (model dasar) yang digunakan untuk
membuat sebuah objek. Komponen-komponen pembentuk class
diagram adalah attribute dan operation dari sebuah objek class.
• Attribute pada sebuah class adalah sebuah data item yang
didefinisikan sebagai bagian kelas atau objek. Atribut dari suatu
class mempresentasikan properti-properti yang dimiliki oleh class
tersebut.
• Operation pada sebuah class merupakan sebuah fungsi atau
prosedur yang didefinisikan sebagai bagian dari class atau objek,
biasanya digunakan untuk menyebut prosedur umum di dalam
18
objek. Dalam hal ini, attribute, operation dan associations secara
bersama memiliki tanggungjawab dalam sebuah class.
Hubungan dalam sebuah model class diagram dapat
menggunakan hubungan association, aggregation, maupun
inheritance.
• Association merupakan model association antara class yang
berarti bahwa terdapat beberapa bagian kecil hubungan antara
objects pada class tersebut.
• Aggregation merupakan penggambaran hubungan yang terjadi
ketika satu class tersebut adalah bagian dari class lain.
Aggregation dapat ditemukan pada tahap ” bagian dari ”, ” terdiri
dari ”, ” dibuat dari ”. Aggregation biasanya digambarkan sebagai
sebuah diamond dalam sebuah class diagram.
• Inheritance merupakan mekanisme yang memungkinkan sebuah
kelas baru didefinisikan dari kelas yang sudah ada sebelumnya,
yang mana kelas baru tersebut didefinisikan sebagai spesialisasi
dari kelas yang sebelumnya.
4. Use Case Diagram
Menurut Carol Britton & Jill Doake (2001, p97) use case
diagram secara grafis menggambarkan interaksi antara user dengan
sistem, dimana interaksi tersebut menggambarkan fungsionalitas yang
disediakan sistem unit menurut sisi pandang user.
19
Jenis-jenis hubungan dalam usecase dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Relationship Function Notation
Association Komunikasi path antara sebuah actor dan
sebuah usecase yang ikut berperan serta.
________________
Extend Merupakan fungsi tambahan dari behavior
ke dalam usecase yang tidak diketahui.
<<extend>>
Include Merupakan fungsi tambahan dari behavior
tambahan ke dalam usecase yang secara
eksplisit menggambarkan adanya
penambahan.
<<include>>
Tabel 2.1 : Tabel Jenis Hubungan Dalam Usecase
5. Navigation Diagram
Menurut Mathiassen el al (2000, p159), navigation diagram
adalah gambaran keseluruhan dari elemen user interface dan transisi
diantaranya.
6. Rancangan Database
Menurut Connoly and Begg (2002, p279), perancangan basis
data adalah proses pembuatan sebuah rancangan untuk sebuah basis
data yang mendukung operasi dan tujuan dari perusahaan.
20
Perancangan basis data dibagi menjadi tiga tahapan utama yaitu
conceptual database design, logical database design dan physical
database design.
a) Conceptual Database Design
Conceptual database design adalah proses membangun sebuah model
data dari informasi yang diperoleh dalam sebuah organisasi tetapi
bebas dari semua pertimbangan fisik.
Conceptual Design merupakan tahapan pertama dari tahapan
perancangan basis data dan menciptakan model data konseptual dari
bagian perusahaan yang akan dibuat basis data-nya. Model data
dibuat dengan menggunakan dokumen dari spesifikasi kebutuhan
pemakai.
b) Logical Database Design
Logical Database Design adalah proses membangun sebuah model
dan informasi yang diperoleh dari sebuah organisasi berdasarkan
model data khusus, tetapi bebas dari halaman yang berkaitan dengan
DBMS dan pertimbangan fisik lainnya.
Pada tahapan ini, model data konseptual yang akan dibangun pada
tahap sebelumnya dipetakan pada model data logical. Model data
logical didasarkan pada target model data untuk basis data.
21
c) Physical Database Design
Physical Database Design merupakan proses pembuatan deskripsi
dari suatu implementasi basis data pada secondary storage (media
penyimpanan) halaman ini mendeskripsikan hubungan utama,
organisasi file dan indeks yang digunakan untuk mencapai efisiensi
akses ke dalam data dan associated integrity constraints yang lainnya
dan halaman yang berkaitan dengan keamanan.
Physical Database Design merupakan tahap ketiga dan terakhir dari
proses perancangan basis data. Dimana perancang memutuskan
bagaimana perancang bermaksud untuk mengimplementasikan secara
fisik dari Logical Database Design.
7. Rancangan Formulir
Menurut Jones and Rama (2006, p261), ”form is formatted
document containing blank fields that users can fill it with data. When
the form displayed on a computer screen, the data entered in the
blank fields are saved to one or more data tables”.
Yang berarti bahwa form adalah suatu dokumen yang telah
terformat dan berisi field kosong yang dapat diisi data oleh para
pemakai. Ketika form ditampilkan pada layer komputer, data yang
masuk ke dalam field yang kosong disimpan dalam satu atau lebih
tabel data.
22
Tipe-tipe dari input forms:
• Single-Record Entry Form
Form yang menunjukkan hanya satu record. Form ini digunakan
untuk menambah, menghapus, atau memodifikasi data didalam
record tunggal pada tabel tertentu. Form seperti ini sering digunakan
untuk pemeliharaan data master file.
• Tabular Entry Form
Form yang menyediakan suatu spreadsheet seperti desain untuk
memasuki berbagai record didalam tabel tunggal. Form jenis ini
sering digunakan untuk menyimpan suatu batch peristiwa.
• Multi Table Entry form
Form yang digunakan untuk menambah data lebih dari satu tabel.
Menurut Jones and Rama (2006, p264) ada lima elemen penting
dari form yang memerlukan dokumentasi, yaitu:
o Atribut disimpan didalam tabel
o Atribut ditampilkan dari tabel
o Foreign key adalah sebuah primary key yang digunakan di
tabel lain.
o Queries adalah kumpulan berbagai tabel-tabel yang saling
berhubungan dalam database.
23
8. Rancangan Layar
Menurut Jones and Rama (2006, p271), “form interface
elemens are objects on form used for entering information of
performing actions. All aspects of the form are controlled by the
interface elements. Some of these objects provide or opportunity to
improve internal controlover data elements”.
Yang berarti bahwa elemen interface adalah objek-objek pada
form yang digunakan untuk memasukkan informasi atau menjalankan
perintah segala aspek dari form dikontrol dengan elemen interface.
Beberapa objek tersebut menyediakan kesempatan untuk
mengembangkan internal kontrol pada entry.
Dibawah ini ada beberapa elemen-elemen dari rancangan
masukan, antara lain:
Text Box
“Text Box are space on a form that are used to enter information
that is added to a table or to display information that is read form
a table”.
Yang berarti bahwa ruang pada form yang digunakan untuk
memasukkan informasi yang kemudian akan ditambahkan ke
dalam tabel atau untuk menampilkan informasi yang dibaca dari
tabel.
Labels
“Labels help the user understanding what information needs to be
entered”.
24
Yang berarti bahwa labels membantu pengguna untuk memahami
informasi apa yang dibutuhkan untuk dimasukkan ke dalam form.
Look-up feature
“A Look-up feature is frequently added to text boxes that used for
entering foreign key”.
Yang berarti bahwa Look-up feature biasanya ditambahkan pada
text boxes yang digunakan untuk memasukkan foreign key.
Command Buttons
“Command Buttons are to perform an actions”. Yang berarti
bahwa Command Buttons digunakan untuk menjalankan perintah
dalam menjalankan aksi selanjutnya.
Radio Buttons
“Radio Buttons allow user to select one of a set option. For
example, you could use radio buttons on a form to allow user to
choose one of the following three payment types: cash, check, or
credit card”.
Yang berarti bahwa radio buttons mengijinkan pengguna untuk
memilih salah satu dari serangkaian pilihan. Sebagai contoh,
kamu dapat menggunakan Radio Buttons pada form untuk
mengizinkan pengguna dalam memilih salah satu dari tiga tipe
pembayaran berikut: pembayaran tunai, pembayaran
menggunakan cek atau pembayaran menggunakan kartu kredit.
25
Check boxes
“Check boxes are similiar to radio buttons, but more that one
options can be selected”.
Yang berarti bahwa check box mirip seperti radio buttons, tetapi
dapat memilih lebih dari satu pilihan.
9. Rancangan Laporan
Menurut Jones and Rama (2006, p214), “A report is a
formatted and organized presentation of data”. Yang berarti bahwa
laporan adalah penyajian data yang telah terorganisir dan tersusun.
Beberapa elemen tampilan dan report, yaitu:
• Label boxes and test boxes
”Two elements of any reports are labels and data. In Microsoft
access, these elemen are referred to as label boxes and text
boxes”.
Yang berarti bahwa dua elemen penting dari segala laporan adalah
label dan data. Dalam microsoft access, elemen-elemen ini
ditujukan kepada label boxes and text boxes.
• Grouping Attribute
”Grouping report are grouped by something”. Yang berarti
bahwa laporan yang berkelompok adalah dikelompokkan oleh
sesuatu.
26
• Group Header
” The group header can be used to present informations that is
common to the group”.
Yang berarti bahwa group header dapat digunakan untuk
menyajikan informasi yang umum pada grup.
• Group Detail
”Group Detail transaction pertaining to the group are listed in
the group detail section”.
Yang berarti bahwa transaksi yang terjadi pada grup didaftarkan
di dalam grup secara rinci.
• Group Footer
”Group Footer can also be used to provide, useful information in
the grouped reports”.
Yang berarti bahwa group footer juga dapat digunakan untuk
menyediakan informasi yang berguna di dalam laporan yang
berkelompok.
2.2.3.2 Daur Hidup Object-Oriented
Pengembangan sistem terdiri dari beberapa tahapan, mulai
dari direncanakan sampai dioperasikan dan dipelihara. Menurut Carol
Britton and Jill Doake (2000, p31), tahapan dalam siklus hidup
pengembangan sistem adalah sebagai berikut :
27
a. Tahap analisis (Analysis phase)
Tahap ini dimulai dengan periode penemuan fakta selama
pengembang sistem mulai menginvestigasi sistem yang terdahulu.
b. Tahap desain (Desain phase)
Tahap ini menentukan bagaimana tujuan akan dicapai yang
memungkinkan klien meminta solusi teknikal yang berbeda yang
memenuhi persyaratan spesifikasi. Atau dengan kata lain, proses
dan keperluan data untuk sistem yang baru dan pemilihan
konfigurasi hardware yang baik.
c. Tahap implementasi (Implementation phase)
Dalam tahap ini, sistem secara fisik dibangun, kode pemrograman
ditulis dan diuji serta dokumentasi untuk mendukung
diciptakannya suatu sistem.
d. Tahap pemeliharaan (Maintanance phase)
Dimulai ketika sistem secara formal diserahkan kepada klien.
Pemeliharaan ini sering digunakan untuk mencari dan mengkoreksi
kesalahan-kesalahan yang tidak terdeteksi sebelum sistem
diserahkan.
2.3 Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya
2.3.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya
Menurut Henry Simamora (1999, p36), biaya adalah kas atau nilai setara
kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberikan
28
manfaat pada saat ini atau dimasa yang akan datang bagi organisasi. Disebut setara
kas karena sumber-sumber daya non kas.
Menurut Horngren (2005, p34), biaya adalah suatu sumber daya yang
dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa biaya adalah
sejumlah nilai yang dikorbankan untuk barang atau jasa dengan harapan dapat
mencapai tujuan tertentu.
Adapun klasifikasi biaya menurut Horngren (2005, p35), sebagai berikut :
1. Berdasarkan Objek Biaya
Biaya dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Biaya Langsung
Adalah biaya yang terkait dengan suatu objek biaya dan dapat dilacak ke
objek biaya tertentu dengan cara yang layak secara ekonomi.
b. Biaya Tidak Langsung
Adalah biaya-biaya yang terkait dengan suatu objek biaya namun tidak
dapat dilacak ke objek biaya tertentu dengan cara yang layak secara
ekonomi.
2. Berdasarkan Hubungannya dengan Volume Produksi
Beberapa jenis biaya bervariasi langsung dengan perubahan volume
produksi atau keluaran, sedang biaya lainnya relatif tidak berubah (fixed).
Manajemen harus memperhatikan kecenderungan biaya yang bervariasi dengan
keluaran jika mereka ingin merencanakan suatu strategi perencanaan yang baik
dan mengendalikan biaya dengan berhasil.
29
Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi dapat dibedakan
menjadi tiga macam yaitu :
a. Biaya Variabel
Adalah biaya yang secara proposional berubah mengikuti perubahan
tingkat aktivitas atau volume yang terkait.
b. Biaya Tetap
Adalah biaya yang tidak akan berubah secara total untuk jangka waktu
tertentu, sekalipun terjadi perubahan yang besar atas tingkat aktivitas atau
volume yang terkait.
c. Biaya Semivariabel
Beberapa biaya mengandung unsur-unsur tetap dan variabel. Biaya ini
mencakup suatu jumlah yang sebagian tetap dalam rentang keluaran yang
relevan, dan bagian lainnya bervariasi sebanding dengan perubahan jumlah
keluaran.
3. Berdasarkan Biaya Manufaktur
Biaya dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Biaya bahan baku langsung (Direct Material Cost)
Adalah biaya perolehan seluruh bahan baku yang pada akhirnya akan
menjadi bagian dari objek biaya (barang dalam proses kemudian menjadi
barang jadi) dan yang dapat dilacak ke objek biaya dengan cara ekonomis.
30
b. Biaya tenaga kerja manufaktur langsung (Direct Manufacturing Labor
Cost)
Adalah biaya yang meliputi kompensasi atas seluruh tenaga kerja
manufaktur yang dapat dilacak ke objek biaya (barang dalam proses
kemudian menjadi barang jadi) dengan cara ekonomis.
c. Biaya manufaktur tidak langsung (Manufacturing Overhead Cost)
Adalah seluruh biaya manufaktur yang terkait dengan objek biaya (barang
dalam proses kemudian menjadi barang jadi) namun tidak dapat dilacak ke
objek biaya secara ekonomis.
4. Berdasarkan Hubungannya dengan Departemen Pabrikasi.
Departemen-departemen dalam sebuah pabrik pada umumnya dapat
digolongkan ke dalam dua kategori yaitu, departemen produksi dan departemen
jasa. Dalam departemen produksi, operasi secara manual ataupun dengan
mesin, seperti membentuk dan merakit, dilaksanakan langsung terhadap produk
atau bagian-bagiannya. Biaya yang dikeluarkan departemen semacam ini akan
dibebankan kepada produk tersebut. Departemen jasa memberikan
jasa/pelayanan yang bermanfaat bagi departemen lainnya. Kendati departemen
jasa tidak pernah terlibat langsung dalam proses produksi, namun biayanya
merupakan bagian dari total overhead pabrik, yaitu biaya dari bahan tidak
langsung seperti minyak pelumas, minyak gemuk, dan lap pembersih, oleh
karena itu harus dimasukkan dalam biaya produk.
31
2.3.2 Pengertian Akuntansi Biaya
Menurut Horngren (2005, p3), Akuntansi biaya merupakan sebuah studi
akuntansi yang mengukur dan melaporkan informasi keuangan dan nonkeuangan
serta informasi lain yang terkait dengan perolehan atau penggunaan sumber daya
organisasi. Akuntansi biaya memasukkan bagian-bagian akuntansi manajemen dan
akuntansi keuangan tentang bagaimana informasi biaya dikumpulkan dan
dianalisis.
Menurut Rayburn (1999, p3), Akuntansi biaya adalah mengenai satuan
yang lebih dari sekedar menghitung biaya produk untuk penilaian persediaan
sebagaimana umumnya kebutuhan pelaporan eksternal. Akuntansi biaya
mengidentifikasi, mendefinisikan, mengukur, melaporkan, dan menganalisis
berbagai unsur biaya langsung dan tidak langsung yang berkaitan dengan produksi
serta pemasaran barang dan jasa.
Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya
merupakan studi akuntansi yang menyediakan informasi mengenai unsur biaya
langsung dan tidak langsung yang berkaitan dengan produksi serta pemasaran
barang dan jasa yang dikumpulkan dan dianalisis untuk dilaporkan kepada pihak
yang membutuhkan.
2.3.2.1 Peranan Akuntansi Biaya
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2008, p4), peranan
akuntansi biaya adalah membantu manajemen dalam :
32
1. Penyusunan anggaran dan pelaksanaan anggaran operasi perusahaan.
2. Penetapan metode dan prosedur perhitungan biaya, pengendalian
biaya, pembebanan biaya yang akurat, dan perbaikan mutu yang
berkesinambungan.
3. Penentuan nilai persediaan yang digunakan untuk kalkulasi biaya dan
penetapan harga, evaluasi terhadap produk, evaluasi kinerja,
departemen atau divisi, dan pemeriksaan persediaan secara fisik.
4. Menghitung biaya dan laba perusahaan untuk satu periode akuntansi,
tahunan atau periode yang lebih singkat.
5. Memilih sistem dan prosedur dari alternatif yang terbaik, guna dapat
menaikkan pendapatan maupun menurunkan biaya.
2.3.3 Sistem Informasi Akuntansi Biaya
Menurut Mulyadi (2007, p4), sistem informasi akuntansi biaya merupakan
sistem informasi yang terpadu dan terkoordinasi terkait dengan penetapan sasaran
laba perusahaan, target departemen yang menjadi pedoman manajemen menengah
dan operasi menuju pencapaian sasaran akhir, mengevaluasi keefektifan rencana,
mengungkapkan keberhasilan atau kegagalan dalam bentuk spesifik, dan
pengendalian biaya.
33
2.3.4 Biaya Produksi
2.3.4.1 Pengertian Biaya Produksi
Menurut Rayburn (1999, p31), biaya produksi adalah biaya yang
termasuk biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa.
Menurut Mulyadi (2007, p14), biaya produksi adalah biaya-biaya
yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap
untuk dijual. Contohnya, biaya bahan baku, biaya bahan baku penolong
dan gaji tenaga kerja.
Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa biaya
produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau
jasa, yang termasuk didalamnya biaya bahan baku langsung, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
2.3.4.2 Pengertian Biaya Overhead Pabrik
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2008, p219), biaya
overhead pabrik adalah biaya bahan baku tidak langsung dan tenaga kerja
tidak langsung serta biaya tidak langsung lainnya yang tidak dapat
ditelusuri secara langsung ke produk selesai atau tujuan akhir biaya.
2.3.4.2.1 Pembebanan Biaya Overhead
• Biaya Overhead Pabrik yang Dianggarkan
Overhead pabrik yang dianggarkan adalah biaya bahan
tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan biaya
34
tidak langsung lainnya yang ditentukan di muka terlebih
dahulu.
• Biaya Overhead Pabrik Aktual
Overhead pabrik aktual adalah biaya tidak langsung yang
terjadi selama periode tersebut.
2.3.4.2.2 Varians Biaya Overhead
Pada akhir periode akuntansi, biaya overhead pabrik actual
dibandingkan dengan biaya overhead yang dianggarkan.
Hasil pembandingan akan memperlihatkan apakah ada
varians antara biaya overhead pabrik actual dengan biaya
overhead pabrik yang dianggarkan.
Setelah membandingkan biaya overhead yang dianggarkan
dengan yang sesungguhnya, maka varians akan dicatat dan
dibuatkan jurnal sebagai berikut :
• Varians Lebih (Over FOH Applied)
Factory Overhead xxx
Cost of Good Manufacture xxx
• Varians Kurang (Under FOH Applied)
Cost of Good Manufacture xxx
Factory Overhead xxx
35
2.3.4.3 Perhitungan Biaya Produksi
Dalam perhitungan biaya produksi pada setiap perusahaan
mungkin memiliki perhitungan biaya bahan baku langsung dan tenaga
kerja langsung yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan skala dan
jenis industri tersebut.
Beberapa metode yang digunakan dalam perhitungan biaya
produksi, antara lain :
a. Metode tradisional
Menurut William K. Carter dan Milton F. Usry (2004, p500)
menyatakan bahwa, sistem perhitungan biaya dengan metode
tradisional memiliki karakter khusus, yaitu dalam penggunaan ukuran
yang berkaitan dengan volume atau ukuran tingkat unit secara
eksklusif sebagai dasar untuk mengalokasikan overhead ke output.
Dengan kata lain, sistem tradisional disebut juga dengan sistem
berdasarkan unit.
Menurut Don R. Hansen dan Maryanne M. Mowen (2006,
p142), pembebanan biaya overhead metode tradisional melibatkan
dua tahap yaitu:
1. Biaya overhead dibebankan ke unit organisasi (pabrik atau
departemen).
2. Biaya overhead kemudian dibebankan ke produk.
Dalam metode tradisional, hanya penggerak aktivitas tingkat
unit digunakan untuk membebankan biaya kepada produk. Penggerak
aktivitas tingkat unit (unit-level activity drivers) adalah faktor-faktor
36
yang menyebabkan perubahan biaya sebagai akibat perubahan unit
yang di produksi. Penggunaan penggerak hanya berdasarkan unit
untuk membebankan biaya overhead ke produk dengan asumsi bahwa
overhead yang dikonsumsi adalah produk yang berkolerasi tinggi
dengan jumlah unit yang di produksi. Penggerak aktivitas berdasarkan
unit membebankan overhead kepada produk melalui penggunaan tarif
pabrik secara menyeluruh dan departemental.
Perusahaan yang menggunakan pemerataan biaya secara
umum dalam mengalokasikan biaya ke produk, terkadang tidak
menghasilkan data biaya yang dapat diandalkan. Pemerataan biaya
menggambarkan pendekatan penghitungan biaya dengan
menggunakan pemerataan secara umum dalam mengalokasikan biaya
sumber daya secara seragam ke objek biaya, padahal masing-masing
barang dan jasa kenyataannya tidak menggunakan sumber daya dalam
jumlah atau kapasitas yang sama.
Kelemahan metode tradisional adalah sebagai berikut :
a) Menimbulkan penyimpangan dalam perhitungan biaya produk.
Terjadinya distorsi karena beberapa alasan yaitu:
• Biaya overhead pabrik tidak ditelusuri ke produk individual.
• Total biaya overhead dalam suatu produk senantiasa terus
meningkat. Pada saat persentase biaya overhead pabrik
semakin besar, maka distorsi biaya produk pun semakin besar.
37
b) Dalam sistem metode tradisional berorientasi fungsional.
Biaya diakumulasikan berdasarkan item lini, seperti gaji dan
berdasarkan fungsi, seperti perekayasaan dalam setiap item lini,
sedangkan fungsional tidak sesuai lagi dengan manufaktur
modern.
c) Dalam sistem metode tradisional, biaya dialokasikan ke produk
berdasarkan ke volume produksi, misalnya dengan jumlah jam
tenaga kerja langsung. Dengan cara demikian maka informasi
biaya menjadi terdistorsi, produk dengan volume produksi yang
besar akan menyerap biaya yang lebih besar pula, yang mungkin
saja justru sebaliknya hanya menyerap biaya yang relatif lebih
kecil.
Sebaliknya pada biaya overhead memiliki masalah yang berbeda.
Hubungan antara masukan-keluaran ataupun input-output yang
diobservasi secara fisik bahan baku dan tenaga kerja langsung,
tidak tersedia pada biaya overhead. Oleh sebab itu, penelusuran
biaya overhead bergantung pada penggerakan dan alokasi.
b. Metode ABC
Menurut Hansen dan Mowen (2006, p46), Activity Based
Costing merupakan sistem yang pertama kali menelusuri biaya pada
kegiatan kemudian pada produk. Karenanya, penghitungan harga
pokok berdasarkan kegiatan juga merupakan proses dua tahap.
38
Menurut William K. Carter dan Milton F. Usry (2004, p496),
mendefinisikan ABC sebagai suatu sistem perhitungan biaya dimana
tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu
dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih
faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume –related
factor)”.
Konsep-konsep Dasar Sistem ABC
Asumsi dan prinsip dasar yang menjadi landasan sistem
ABC tidaklah sama dengan yang dianut oleh sistem Akuntansi Biaya
Tradisional yang sudah ada selama ini.
Menurut Henry Simamora (1999, p121), pembebanan ABC
dilakukan melalui dua tahap, yaitu:
1. Menelusuri atau mengalokasikan biaya-biaya, termasuk biaya
overhead ke aktivitas-aktivitas, dengan kata lain tahap pertama
terdiri dari kumpulan aktivitas.
2. Kumpulan biaya aktivitas dibebankan ke produk-produk, dengan
memakai pemicu biaya.
Menurut William K. Carter dan Milton F. Usry (2004, p496),
dalam ABC, dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya
overhead disebut sebagai pemicu (driver), yang terdiri dari :
1. Pemicu sumber daya (Resource Driver) adalah dasar yang
digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu sumber daya ke
berbagai aktivitas berbeda yang menggunakan sumber daya
tersebut.
39
2. Pemicu aktivitas (Activity Driver) adalah suatu dasar yang
digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu aktivitas ke
produk, pelanggan, atau objek biaya final lainnya.
Pemicu aktivitas memiliki empat tingkat umum yang digunakan
sebagai dasar pengenaan biaya pada aktivitas, antara lain :
a. Tingkat unit
Dasar pengenaan biaya pada tingkat unit merupakan dasar
pengenaan biaya pada aktivitas yang dilakukan untuk setiap
unit produksi sesuai dengan jumlah unit yang diproduksi.
Sebagai contoh, penggunaan unit mesin dengan pemicu biaya
jam kerja mesin dalam melakukan produksi.
b. Tingkat batch
Dasar pengenaan biaya pada tingkat batch merupakan dasar
pengenaan biaya pada aktivitas yang dilakukan untuk setiap
batch produksi sesuai dengan jumlah produksi. Biaya tingkat
batch merupakan biaya yang tidak akan meningkat apabila
satu atau lebih unit ditambahkan ke aktivitas batch tersebut.
Sebagai contoh, aktivitas set up mesin.
c. Tingkat produk
Dasar pengenaan biaya pada tingkat produk merupakan dasar
pengenaan biaya pada aktivitas yang dilakukan untuk
mendukung produksi dan penjualan setiap produk yang
berlainan. Semakin banyak produk dan lini produk, maka
semakin tinggi biaya aktivitas-aktivitas tingkat produk.
40
Sebagai contoh, aktivitas desain produk, pengembangan
produk dan pengembangan produk.
d. Tingkat fasilitas
Dasar pengenaan biaya pada tingkat fasilitas merupakan dasar
pengenaan biaya pada aktivitas yang dilakukan untuk
memungkinkan suatu proses produksi dijalankan dengan
melakukan penyerahan jasa oleh pihak tertentu. Sebagai
contoh, aktivitas sewa pabrik, asuransi, serta pajak bumi dan
bangunan.
Tahap pembebanan pada kalkulasi biaya berdasarkan aktivitas (ABC)
dibagi menjadi dua, yaitu :
Biaya Sumber Daya
Pembebanan Biaya
Aktivitas
Pembebanan Biaya
Produk Tahap kedua : Biaya yang dibebankan
Penggerak Aktivitas
Penelusuran Langsung
Penggerak sumber daya
Tahap pertama : Pengelompokan aktivitas
41
Tahap pertama dari pembebanan biaya pada sistem ABC adalah
menelusuri biaya overhead pabrik pada aktivitas penyebab terjadinya
biaya, meliputi lima langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi aktivitas
2. Biaya-biaya yang dibebankan ke aktivitas
3. Aktivitas yang berkaitan di kelompokkan untuk
membentuk kumpulan sejenis
4. Biaya aktivitas yang dikelompokkan di jumlah untuk
mendefinisikan kelompok biaya sejenis
5. Tarif (overhead) kelompok dihitung
Tahap kedua pada pembebanan biaya pada sistem ABC adalah
melacak biaya untuk setiap kelompok biaya overhead ke berbagai jenis
produk. Hal ini dilaksanakan dengan menggunakan tarif kelompok yang
dikonsumsi setiap produk. Ukuran ini adalah kuantitas penggerak atau
pemicu aktivitas yang digunakan oleh setiap produk. Jadi pembebanan
overhead dari setiap kelompok biaya kepada setiap produk dihitung
sebagai berikut:
Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x Unit
penggerak yang (pada suatu produk) dikonsumsi oleh produk
42
1. Unit yang Diproduksi
Estimasi Overhead Pabrik
= Overhead Per Unit
Estimasi Unit yang Diproduksi
2. Jam Tenaga Kerja Langsung
Estimasi Overhead Pabrik
= Overhead Per Unit
Estimasi Jam Kerja Langsung
3. Bahan Baku Langsung
Estimasi Overhead Pabrik
= Overhead Per Unit
Estimasi Biaya Bahan Baku Langsung
Kelebihan dari sistem ABC adalah :
1. Menghasilkan penghitungan biaya produk yang lebih baik
2. Meningkatkan profitabilitas
3. Membantu pihak manajemen dalam membuat keputusan, baik
mengenai keputusan harga dan bauran produk, pengurangan harga
dan perbaikkan proses, rancangan serta perencanaan dan pengelolaan
aktivitas.
4. Membantu pihak manajemen dalam melakukan analisis yang lebih
akurat mengenai volume yang diperlukan untuk mencapai titik impas
atas produk yang bervolume rendah.
43
5. Melalui daya analisis biaya dan pola konsumsi sumber daya,
manajemen dapat memulai merekayasa kembali proses
memanufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih
efisien dan lebih tinggi.
2.4 Produk Sampingan
Menurut William K.Carter and Milton F. Usry (2004, p245), produk sampingan
adalah suatu produk dengan total nilai yang relatif kecil dan dihasilkan secara simultan
atau bersamaan dengan suatu produk lain yang total nilainya lebih besar.
Produk sampingan dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok menurut kondisi
siap jual pada titik pemisahan :
1. Produk sampingan yang dijual dalam bentuk asal tanpa memerlukan pemrosesan
lanjutan.
2. Produk sampingan yang memerlukan pemrosesan lanjutan.
Metode pengakuan pendapatan produk sampingan :
1. Metode pendapatan produk sampingan sebagai pendapatan lain-lain
Metode ini memisahkan pendapatan dari hasil penjualan produk sampingan dengan
pendapatan penjualan atas produk utama. Akibatnya laba kotor dan laba operasi atas
pendapatan dari hasil penjualan produk sampingan terpisah dengan laba kotor dan
operasi atas pendapatan dari hasil penjualan produk utama.
44
2. Metode pendapatan produk sampingan sebagai tambahan pendapatan penjualan
Metode ini menambahkan pendapatan dari hasil penjualan produk sampingan
sebagai tambahan penjualan atas produk utama. Akibatnya laba kotor dan laba
operasi akan meningkat sesuai pertambahan pendapatan tersebut.
3. Metode pendapatan produk sampingan sebagai pengurang harga pokok penjualan
Metode ini mengurangkan hasil penjualan produk sampingan dengan harga pokok
penjualan atas produk utama, sehingga akan menghasilkan laba kotor dan laba
operasi akan meningkat.
4. Metode pendapatan produk sampingan sebagai pengurang biaya produksi
Metode ini mengurangkan hasil penjualan produk sampingan dengan total biaya
produksi atas produk utama, sehingga total biaya produksi dan harga pokok
penjualan atas produk utama menjadi lebih rendah serta laba kotor dan laba operasi
akan meningkat.
2.5 Unsur Pengendalian Internal dalam Akuntansi Biaya
Menurut Mulyadi (2001, p430), unsur pengendalian internal sistem akuntansi
biaya sebagai berikut :
Organisasi
1. Fungsi pencatat biaya harus terpisah dari fungsi produksi.
2. Fungsi pencatat biaya harus terpisah dari fungsi yang menganggarkan biaya.
3. Fungsi gudang harus terpisah dari fungsi produksi.
4. Fungsi gudang harus terpisah dari fungsi akuntansi.
Sistem Organisasi dan Prosedur Pencatatan
5. Surat Order Produksi diotorisasi oleh kepala fungsi produksi.
45
6. Bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang diotorisasi oleh kepala
fungsi produksi yang bersangkutan.
7. Bukti kas keluar diotorisasi oleh fungsi akuntansi keuangan
8. Daftar kebutuhan bahan dan daftar kegiatan produksi dibuat oleh fungsi
perencanaan dan pengawasan produksi dan diotorisasi oleh kepala fungsi
produksi.
9. Kartu jam kerja diotorisasi oleh kepala fungsi produksi yang bersangkutan.
Praktik yang Sehat
10. Surat Order Produksi, bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang, bukti
kas keluar, dan bukti memorial, bernomor urut tercetak dan penggunaannya
dipertanggungjawabkan.
11. Secara periodik dilakukan rekonsiliasi kartu biaya dengan rekening kontrol
biaya.
12. Secara periodik dilakukan penghitungan persediaan yang ada di gudang untuk
dicocokkan dengan kartu persediaan.