bab 2 landasan teori 2.1. braille -...

35
5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille Tulisan braille dikembangkan oleh Louis Braille pada tahun 1834. Braille merupakan sistem tulisan yang terdiri dari titik-titik timbul yang dimaksudkan untuk memungkinkan tunanetra membaca dengan cara diraba menggunakan ujung-ujung jari. (Didi Tarsidi 24 Juni 2008 Sistem Tulisan Braille internet) Tunanetra menurut definisi Jernigan (1994) adalah “An individual may properly be said to be "blind" or a "blind person" when he has to devise so many alternative techniques - that is, if he is to function efficiently - that his pattern of daily living is substantially altered.” (http://d-tarsidi.blogspot.com/2007/07/komputerdanketunanetraan.html) Teknik yang sering digunakan oleh para tunanetra untuk membaca adalah dengan memanfaatkan indera pendengaran serta indera peraba, misalnya dengan menggunakan tulisan braille. Braille pada mulanya tersusun dari 6 titik seperti pada gambar 2.1. Namun tulisan braille dengan format enam titik memiliki beberapa kelemahan yaitu tidak dapat membedakan antara huruf kapital dan huruf kecil jika hanya menggunakan 1 karakter. Penulisan angka memerlukan karakter tambahan untuk membedakan antara angka dan huruf. Tulisan dengan enam titik hanya memiliki kombinasi karakter yang dapat dimunculkan sebanyak 64 buah kombinasi saja. Oleh karena itu sistem tulisan braille

Upload: ngohanh

Post on 24-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Braille

Tulisan braille dikembangkan oleh Louis Braille pada tahun 1834. Braille

merupakan sistem tulisan yang terdiri dari titik-titik timbul yang dimaksudkan untuk

memungkinkan tunanetra membaca dengan cara diraba menggunakan ujung-ujung jari.

(Didi Tarsidi 24 Juni 2008 Sistem Tulisan Braille internet)

Tunanetra menurut definisi Jernigan (1994) adalah “An individual may properly

be said to be "blind" or a "blind person" when he has to devise so many alternative

techniques - that is, if he is to function efficiently - that his pattern of daily living is

substantially altered.”

(http://d-tarsidi.blogspot.com/2007/07/komputerdanketunanetraan.html)

Teknik yang sering digunakan oleh para tunanetra untuk membaca adalah

dengan memanfaatkan indera pendengaran serta indera peraba, misalnya dengan

menggunakan tulisan braille.

Braille pada mulanya tersusun dari 6 titik seperti pada gambar 2.1. Namun

tulisan braille dengan format enam titik memiliki beberapa kelemahan yaitu tidak dapat

membedakan antara huruf kapital dan huruf kecil jika hanya menggunakan 1 karakter.

Penulisan angka memerlukan karakter tambahan untuk membedakan antara angka dan

huruf. Tulisan dengan enam titik hanya memiliki kombinasi karakter yang dapat

dimunculkan sebanyak 64 buah kombinasi saja. Oleh karena itu sistem tulisan braille

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

 

saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian kombinasi yang dapat

dibentuk dari sistem 8 titik adalah 256 karakter seperti pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Sistem 6 titik dan sistem 8 titik

Ada 4 buah format braille, format tersebut antara lain Literary Braille Code, the

Nemeth Braille Code, Computer Braille Code (CBC), and the Music Braille Code.

Format braille tersebut berfungsi untuk merepresentasikan tulisan-tulisan yang berbeda.

Literary Braille Code digunakan untuk literatur fiksi dan non fiksi. the Nemeth Braille

Code digunakan untuk merepresentasikan simbol matematika yang tidak terdapat pada

literary Braille Code serta untuk penulisan persamaan-persamaan matematika. Computer

Braille Code digunakan untuk menuliskan catatan-catatan yang berhubungan dengan

komputer, Music Braille Code digunakan untuk merepresentasikan simbol simbol dalam

musik. Perbedaan – perbedaan kode braille yang ada membuat The Braille Authority of

North America (BANA) mengembangkan format Unified Braille Code (UBC) yang

berbasiskan 8 titik yang dapat merepresentasikan 256 simbol yang berbeda yang

digunakan pada penelitian ini. ( http://6dotbraille.com/6-dot-braille-alphabet.html)

Hasil penelitian Simon & Huertas (1998) menunjukkan bahwa kecepatan

membaca rata-rata tunanetra pembaca Braille yang berpengalaman adalah 90-115 kata

per menit dibandingkan dengan 250 - 300 kata per menit untuk manusia yang membaca

secara visual. Gambar 2.2 merupakan simbol yang dibentuk dari Unified braille code

(UBC)

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

 

Gambar 2.2 Unified Braille Code dengan 8 titik

2.2. Refreshable Braille Display

Refreshable braille display merupakan suatu transducer yang dapat

menampilkan huruf dan atau angka braille sesuai dengan data yang diterima. Display

tersebut digunakan untuk menampilkan karakter dalam satu baris, tergantung pada

jumlah cell dari setiap baris, umumnya antara 18 – 60 karakter. Gambar 2.3 merupakan

contoh refreshable braille display yang terdiri dari 42 karakter.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

 

Gambar 2.3 Refreshable Braille Display

Tegangan akan diubah menjadi perubahan bentuk secara mekanik pada braille

cell. Hal ini dimungkinkan akibat dari bahan piezoactuator. Piezoactuator merupakan

bahan yang dapat berubah bentuk apabila diberikan tegangan listrik. Bekerja secara dua

arah, tekanan menghasilkan tegangan dan sebaliknya tegangan akan menyebabkan

perubahan bentuk. Gambar 2.4 menunjukan cara kerja dari piezzo actuator. piezzo

electric ditemukan oleh Jacques dan Pierre Curie bersaudara pada tahun 1880.

Gambar 2.4 Keadaan bahan Piezzo actuator saat sebelum dan sesudah

diberi arus

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

 

Gambar 2.5 Modul braille cell B11

Gambar 2.5 menunjukkan salah satu modul Braille cell B11 produksi metec.

Modul Braille cell B11 tersusun dari shift register 8 bit untuk mengendalikan 8 titik

serta tombol masukan. Pengiriman data pada modul B11 dilakukan secara serial dengan

protokol komunikasi Serial Interface peripheral (SPI). Gambar 2.6 menujukkan blok

diagram sebuah braille cell B11

Din

Strobe

Clock

Dout

High Voltage Input

Gambar 2.6 Pin Braille cell B11

Data yang masuk ke shift register terjadi saat sinyal strobe bernilai low. Saat

strobe mengalami transisi rising edge maka data pada shift register akan ditampilkan ke

output dan data tertahan.

Ketika strobe bernilai high maka input button akan tertahan dan clock selajutnya

akan mengeluarkan data pada pin Dout. Data Dout berubah saat transisi falling edge

pada clock. Pembacaan data pada button tanpa pengiriman data baru dapat dilakukan

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

10 

 

dengan cara membuat pin clock dalam keadaan high dan strobe berubah dari low ke

high.

2.3. Serial Peripheral Interface (SPI)

Gambar 2.7 Komunikasi SPI dengan master dan slave yang saling bebas

Serial peripheral interface atau SPI bus adalah komunikasi data serial sinkron

yang dinamakan oleh Motorola dan dapat dioperasikan secara full duplex. Pada SPI, alat

yang berkomunikasi dibedakan menjadi master dan slave. Pada komunikasi ini

dimungkinkan terdapat banyak slave dengan menggunakan jalur SS. Gambar 2.7

menunjukan komunikasi SPI antara master dengan banyak slave dengan pin SS untuk

memilih slave.

Gambar 2.8 merupakan timing diagram dari komunikasi SPI. Pada komunikasi

SPI terdapat jalur MOSI, MISO, SCK dan SS. Master mengatur polaritas clock (CPOL)

dan fase clock (CPHA) dalam berkomunikasi. Jika CPOL =0 maka clock akan ’low’

saat idle sedangkan jika CPOL = 1, maka clock akan ’high’ saat idle. CPHA akan

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

11 

 

menentukan waktu sampling saat komunikasi berlangsung. Jika CPHA= 0 dan CPOL=0

maka data disampling ketika clock rising dan data pada jalur MOSI/MISO berubah

ketika clock falling. Jika CPHA= 0 dan CPOL=1 maka data disampling ketika clock

falling dan data pada jalur MOSI/MISO berubah ketika clock rising. Jika CPHA =1 dan

CPOL=0 maka data disampling ketika clock falling dan data pada jalur MOSI/MISO

berubah ketika clock rising. Jika CPHA =1 dan CPOL=1 maka data disampling ketika

clock rising dan data pada jalur MOSI/MISO berubah ketika clock falling.Saat

komunikasi akan dimulai maka master akan memberikan sinyal ’low’ pada jalur SS.

Data dikirim dari master ke slave melalui jalur MOSI dengan sinkronisasi clock pada

jalur SCK. Secara bersamaan data dari slave akan diterima oleh master melalui jalur

MISO.

Gambar 2.8 SPI Timing Diagram

2.4. MultiMedia Card (MMC)

MMC merupakan sebuah flash memory card yang memiliki ukuran 24 mm x 32

mm x 1,4 mm, yang digunakan untuk media penyimpanan. Pada awalnya MMC hanya

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

12 

 

dapat digunakan untuk satu bit serial interface. Namun pada MMC versi 4.3 dapat

mengirim 4 atau 8 bit data pada waktu yang bersamaan.

MMC memiliki 7 pin serial interface dan 2 protokol untuk komunikasi yaitu

MMC mode dan SPI mode. Keduanya memiliki kecepatan maksimum clock sebesar 20

MHz. Konfigurasi pin pada MMC ditunjukan pada gambar 2.9.

Nomor pin Nama Tipe Fungsi pin

1 CS Input Chip Select

2 DI Input Data Input

3 VSS Supply GND

4 VDD Supply VCC

5 SCLK Input Clock

6 VSS2 Supply GND

7 DO Output,PushPull Data Output

Tabel 2.1 Fungsi pin MMC pada SPI mode

Gambar 2.9 Konfigurasi pin MMC

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

13 

 

2.5. Fitur- fitur MMC

2.5.1. Clock Frequency

Dengan clock frekuensi yang maksimum dari 20 MHz sampai 26 MHz dan 52

MHz memungkinkan pemindahan data yang cepat. Beroperasi pada mode 52 MHz x 8

bit , data dapat dipindahkan hingga 52 MBps (416 Mbits/sec), yang berarti 20 kali lebih

cepat dibandingkan standar MMCA versi 3.31.

2.5.2. Bus Width yang Lebar

Pada versi 4.0 MMC mobile memiliki bus width dengan perkalian yang baru (x1,

x4, atau x8) memungkinkan host untuk merancang secara fleksibel. MMCmobile

merupakan standar memory card berukuran kecil yang dapat dioperasikan pada tegangan

ganda 3 / 3.3 volt dan 1,8 volt. (sumber : jurnal tekno halaman 25-30)

2.6. Register

Pada MMC terdapat beberapa internal register. Setiap internal register memiliki

fungsi yang berbeda. Pada beberapa MMC produksi seperti Sandisk atau Hitachi

terdapat beberapa internal register yang tidak tersedia. Secara umum terdapat 6 buah

register yaitu :

a. Operation Condition Register (OCR)

OCR memiliki panjang 32 bit. OCR memberikan informasi pada host mengenai

tegangan VDD pada MMC card. Tiap kenaikan 1 bit pada OCR mewakili kenaikan

100mV pada VDD.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

14 

 

b. Card Identification Register (CID)

Register CID memiliki panjang 128 bit. Register CID memberikan informasi

pada host mengenai ID dari MMC. Register CID tidak dapat ditulis oleh host, dan telah

dibuat / ditentukan oleh produsen.

c. Relative Card Address Register (RCA)

Register RCA digunakan untuk menentukan alamat relatif pada mode MMC.

Register RCA memiliki besar 16bit, maka alamat relatif yang mungkin adalah 0h sampai

FFFFh. Pada mode SPI register RCA tidak dapat digunakan. Signal CS digunakan untuk

memilih MMC dalam komunikasi secara SPI.

d. Card Specific Data Register (CSD)

Register CSD memiliki besar 128 bit. CSD berisi informasi mengenai versi

Multimedia Card Ascociation (MMCA) yang digunakan pada kartu. CSD juga

menginformasikan besar kapasitas MMC, kelas-kelas perintah yang didukung, waktu

akses, besar blok data yang dapat dikirim/diterima.

e. Driver Stage Register (DSR)

DSR merupakan register 16 bit yang digunakan untuk mengatur kemampuan bus

drive.

f. Status Register

Status register memiliki besar 32 bit. Status register berfungsi untuk menyatakan

status error dari MMC pada saat berkomunikasi pada mode MMC.

2.7. Command

Tabel 2.2 Format perintah pada SPI mode

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

15 

 

Tabel 2.2 merupakan format perintah yang dikirimkan pada SPI mode dari host

ke MMC. Bit ke 47 merupakan start bit yang selalu bernilai 0. Bit ke 46 bernilai 1 untuk

menandakan perintah dari host. Bit 45 sampai bit 40 merupakan command yang dikirim.

Nilai command diambil dari CMD yang dikirimkan. Bit selanjutnya yaitu bit 39 sampai

bit 8 merupakan argumen yang diberikan sesuai dengan CMD yang dikirimkan. Bit 7

sampai 1 merupakan CRC7, pada SPI mode CRC7 digunakan hanya pada saat

pengiriman CMD0 sedangkan pada perintah lainnya CRC7 tidak diperhatikan dan dapat

berupa data sembarang.

Untuk mengirimkan perintah CMD13 maka bit ke-47 sampai ke-40 bernilai

01001101(4Dh). Bit ke-47 merupakan start bit, bit ke-46 merupakan perintah dari host,

dan bit ke-45 sampai bit ke-0 merupakan nilai 13 pada CMD13. Pada CMD 13 tidak

memerlukan argumen maka argumen diberi nilai 00h. Pada CMD13 CRC tidak

diperhatikan dan bit ke 0 merupakan end bit yang bernilai 1. Jadi untuk mengirimkan

CMD13 maka perlu dilakukan SPI sebanyak 6 kali yaitu mengirimkan 4Dh, 00h, 00h,

00h, 00h, dan 95h

2.8. Responses

Perintah yang telah dikirim pada MMC, akan ditanggapi dengan respon tertentu.

Respon selalu diawali dengan MSB menuju LSB. Terdapat 5 buah tipe respon yaitu R1,

R2, R3, R4, dan R5. Tiap respon memiliki panjang bit data yang berbeda. Pada mode

MMC, respon yang diberikan berbeda dengan respon pada mode SPI. Data respon pada

mode MMC lebih panjang daripada data respon pada mode SPI.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

16 

 

2.9. Mode SPI

Mode SPI merupakan salah satu protokol yang dapat digunakan dalam

komunikasi antara host dengan MMC. Pada mode SPI, perintah dikirim dalam bentuk

blok data. Besar data yang dikirim merupakan data sebesar 8 bit yang dikirimkan secara

berurutan. Perintah pada mode SPI sama dengan perintah mode MMC. Namun terdapat

beberapa perintah pada mode MMC yang tidak dapat digunakan pada mode SPI. Pada

mode SPI CRC tidak digunakan dalam pengiriman dan penerimaan data. Namun CRC

tetap disertakan dengan nilai sembarang pada pengiriman perintah ataupun data dalam

komunikasi mode SPI.

2.9.1. Format respon pada mode SPI

Berbeda dengan MMC mode pada SPI mode, panjang data respon yang

diberikan MMC ke host lebih sedikit. Berikut format R1 atau R1b pada SPI mode :

Gambar 2.10 Format respon R1 pada SPI mode

Respon R1 atau R1b pada mode SPI terdiri dari 8 bit dimana tiap bit mewakili

kondisi yang terjadi pada MMC sesuai dengan gambar 2.10. Respon R1 digunakan pada

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

17 

 

semua perintah pada mode SPI kecuali pada perintah CMD13. Pada perintah CMD13,

respon yang diberikan respon R2 yang memiliki format seperti gambar 2.11.

Gambar 2.11 Format respon R2 pada SPI mode

Perintah CMD13 (SendStatus_CMD) yang telah diterima MMC akan ditanggapi dengan

respon R2. Respon R2 terdiri dari 16 bit data, dimana 8 bit data pertama merupakan R1

sedangkan 8 bit data kedua merupakan status dari MMC.

2.10. Format Token

Pada pengiriman perintah ataupun penerimaan blok data digunakan suatu

struktur yang disebut dengan token untuk menunjukan data dan respon dari MMC.

Terdapat 3 tipe token yaitu data token, data_response token, dan data_error token.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

18 

 

2.10.1. Data Token

Blok data yang dikirim/diterima oleh host dikirim dengan MSB terlebih dahulu.

Blok data pada mode SPI disebut dengan data token. Data token terdiri dari Start Block

token (1byte) blok data (1 byte atau lebih) dan nilai CRC (2byte). Berikut tipe-tipe

token yang diberikan MMC dalam transaksi data.

Tipe Token Tipe transaksi Nilai (hex)

Single Block read FE

Multiple block read FE

Single Block write FE Start Block

Multiple block write FC

Stop Tran Multiple block write (end) FD

Tabel 2.3 Nilai Start Block dan Stop Tran

2.10.2. Data_response token

Setelah menerima data token, MMC akan merespon dengan 1byte data_response

token. Berikut nilai tiap bit pada data_response token :

Bit 7 Bit 6 Bit 5 Bit 4 Bit 3 Bit 2 Bit 1 Bit 0 X X X 0 Status 1

Tabel 2.4 Format data respon

Status : 010=Data diterima

101=CRC error

110=Write error

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

19 

 

2.10.3. Data_error token

Data_error token memiliki besar 8 bit data. Data_error token diberikan MMC

karena terjadi error pada proses pengiriman data. Format dari data_error token dapat

dilihat pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 Format token untuk data_error

2.11. Sistem file

Setiap aplikasi dalam komputer pada umumnya perlu menyimpan informasi dan

menggunakan kembali informasi tersebut. Ketika sebuah proses sedang berjalan, proses

tersebut dapat menyimpan sejumlah informasi pada space address sendiri. Permasalahan

yang terjadi ketika menyimpan informasi pada space address tersendiri adalah kapasitas

penyimpanan informasi terbatas pada ukuran dari virtual space address. Untuk aplikasi

yang tidak memerlukan kapasitas penyimpanan yang besar, mungkin hal tersebut tidak

menjadi masalah, namun bagi beberapa aplikasi besar seperti pada pemesanan tiket

penerbangan dan banking kapasitas penyimpanan data tidak akan cukup.

Permasalahan kedua ketika menyimpan informasi langsung dalam space address

proses yang sedang berjalan adalah ketika proses tersebut telah berhenti berjalan,

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

20 

 

informasinya akan hilang. Untuk aplikasi seperti database, informasi yang disimpan

terkadang harus tetap ada untuk jangka waktu yang cukup lama.

Permasalahan ketiga adalah seringkali multiple akses perlu untuk mengakses

informasi atau bagian dari informasi secara bersamaan. Contoh jika ada sebuah directory

online telephone yang disimpan dalam sebuah space address dari single proses, maka

hanya single proses tersebut saja yang dapat mengaksesnya. Solusi yang dapat dilakukan

untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan membuat informasi tersebut bersifat

independent atau bebas dari proses manapun dengan cara menyimpan informasi dalam

disk atau media eksternal lainnya dalam unit yang disebut dengan file. Ketika telah

menyimpan informasi dalam unit-unit file maka proses lain dapat membaca atau bahkan

menulis informasi yang baru bila diperlukan.

File dikelola oleh sistem operasi. Bagaimana suatu file distrukturkan, dinamakan,

diakses, digunakan, diproteksi, dan diimplementasikan adalah tugas utama dari sistem

operasi. Seluruh bagian sistem operasi yang berhubungan dengan file disebut dengan

sistem file. Sistem file mengatur isi data ke dalam kelompok-kelompok yang disebut

dengan cluster. Dalam sebuah cluster terdiri dari sector-sector yang merupakan

kumpulan dari byte-byte.

Sistem File dapat diklasifikasikan menjadi disk file system, network file system,

dan special purpose file systems.

2.11.1. Disk File System

Disk file system adalah sistem file yang dikhususkan untuk mengatur

penyimpanan file dalam media penyimpanan data, yang kebanyakan digunakan pada

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

21 

 

disk drive yang baik secara langsung maupun tidak langsung terhubung dengan

komputer. Contoh dari disk file system adalah FAT 12, FAT 16, FAT 32, dan NTFS.

2.11.2.Network file system

Network file system adalah sebuah sistem file yang berfungsi sebagai client

dalam sebuah remote file access protocol, mengatur akses file ke server. Contoh dari

network file system adalah NFS, AFS, dan SMB.

2.11.3.Special Purpose File System

Special Purpose File System pada dasarnya adalah sistem file yang hanya

ditujukan untuk tujuan tertentu saja. Sistem yang temasuk dalam kategori Special

purpose file system adalah file-file yang diatur secara dinamis oleh software, ditujukan

untuk tujuan seperti komunikasi antar computer process atau temporary file space.

Jenis-jenis sistem file yang terdapat dalam sistem operasi windows antara lain

File Allocation Table (FAT) dan New Technology file System (NTFS). File system FAT

merupakan evolusi dari file system MS-DOS yang berdasar pada 86-DOS. File system

MS-DOS yang ada sebelum file system FAT (FAT 12 dan FAT 16) memiliki beberapa

keterbatasan seperti keterbatasan panjang dari file, keterbatasan dalam jumlah entry di

root directory dari sistem file dan adanya keterbatasan dari ukuran format disk atau

partisinya. Khusus FAT 12 dan FAT 16 memiliki batas 8 karakter untuk file name dan 3

karakter untuk extension. VFAT merupakan perluasan untuk FAT12 dan FAT 16 yang

dikenalkan pada windows NT 3.5 dan kemudian dimasukkan pada windows 95,

mengijinkan Long File Name (LFN).

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

22 

 

2.12. FAT 16

FAT 16 hanya dapat digunakan dalam sistem yang memiliki media penyimpanan

dengan rentang kapasitas penyimpanan antara 16MB hingga 2 GB. Setiap FAT16

memiliki komponen sebagai berikut :

a. Reserved region, yang mengandung boot sector

b. FAT region, yang berisi 2 copy dari table FAT

c. Root directory region

d. File dan directory data region yang menyimpan file dan subdirectory

2.12.1. Reserved region

Daerah pertama dari volume FAT16 adalah reserved region yang berisi sector

tunggal yang disebut dengan boot sector. Alamat dari boot sector didapat dari nilai LBA

(Load Boot Address) yang disimpan pada tabel partisi MBR (Master Boot Record). Pada

media yang tidak memiliki MBR, maka sector pertamanya akan ditempati oleh boot

sector. Boot sector berisi sebuah BPB (BIOS Parameter Block), yang berupa reserve

area untuk boot code dan boot signature.

2.12.2. BIOS Parameter Block

Tabel 2.5 menunjukkan informasi 62 byte pertama dalam boot sector FAT 16.

Secara umum data yang termasuk dalam BPB terletak pada byte 11 sampai byte 35,

meskipun byte-byte sisanya masuk ke dalam boot sector namun byte-byte tersebut bukan

bagian dari BPB. Informasi yang disimpan dalam BPB memungkinkan komputer untuk

menemukan daerah tabel FAT, root directory, dan data area ( area isi file dan directory).

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

23 

 

Byte 13 dalam BPB menginformasikan berapa banyak sector yang ada pada

cluster data. Setiap cluster menampung data milik single file. Sebuah file yang besar

dapat menggunakan multiple cluster. Space extra pada akhir cluster dari akhir sebuah isi

file tidak dapat digunakan oleh file lain. Pemilihan besarnya ukuran cluster tergantung

pada aspek efisiensi akses atau efisiensi penggunaan pada media penyimpanan. Semakin

besar ukuran cluster maka pengaksesan file dengan ukuran yang besar akan semakin

efisien juga karena file system software akan membutuhkan lebih sedikit pencarian

cluster dan pengaksesan cluster. Sebuah ukuran cluster yang kecil akan menghabiskan

lebih sedikit space, khususnya ketika banyak file-file yang berukuran kecil.

Untuk kompatibilitas yang maksimum dengan mass-storage host software,

beberapa ítems dalam FAT16 boot sector membutuhkan recommended value, seperti

yang ditunjukkan pada keterangan tabel 2.5. Secara teoritis semua nilai yang ada dalam

boot sector, kecuali jumlah dari reserve sector dapat beragam, namun apabila berbeda

dari recommended value-nya maka memungkinkan terjadi masalah pada beberapa host.

Byte Deskripsi Ukuran

(byte) Keterangan

0 Jump instruction to boot code 3

For bootable media, byte zero

contains EBh or E9h for an x86

unconditional jump. Set to 00h

for non-bootable media

3 String that identifies the operating

sistem that formatted the media 8

Use “MSWIN4.1” for maximum

compatibility

11 Number of bytes per sector 2 Use 512 for maximum

compatibility.

13 Number of sectors per cluster 1 Allowed value are

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

24 

 

1,2,4,8,16,32,64, and 128. For

maximum compatibility, cluster

size must be 32K or less

14 Number of reserve d sectors 2 Must be 1

16 Number of FATs (identical copies) 1 Use 2 for maximum compatibility

17 Maximum number of entryes in the

root directory 2

Use 512 for maximum

compatibility

19 Total number of sectors if less than

32K 2

The total nmber of sectors in the

media if less than 32K.

21 Media descriptor 1

Use F8h for non-removable

media and F0h for removible

media. This value is also stored

in the first byte of cluster zero but

is generally unused in both

locations.

22 Number of sectors per FAT 2 The number of sectors in one

FAT

24 Number of sectors per track 2 Not used in LBA

26 Number of heads 2 Not used in LBA

28 Number of hidden sectors 4

The number of hidden sectors

that precede the partisi that

contains this FAT volume.

Operating sistem spesific. Zero if

the media doesnt have an MBR

sector

32 Total number of sectors 4

The total number of sectors in the

volume if 32K or greater. The

count begins with the boot sector

and includes all region.

Otherwise zero

36 Logical drive number of the partisi 1 Operating sistem spesific

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

25 

 

37 Reserved 1 00h

38 Extended boot signature 1 Set to 29h if the three fields

below are present

39 Volume serial number 4 Typically created using the date

and time formatting

43 Volume label 11 Text that identifies the volume

54 File sistem type 8 “FAT16” or “FAT”. Not used to

determine the file sistem type.

Tabel 2.5 Informasi boot sector pada FAT16 (sumber : USB mass storage : designing and programming devices and embedded hosts)

Lokasi dari nilai yang menginformasikan jumlah sector dalam volume dapat

beragam tergantung dari kapasitas volumenya. Jika kurang dari 32KB, nilainya dalam 2

byte mulai pada byte ke 19 di BPB. Jika lebih kecil atau sama dengan 32KB, nilainya

akan sebesar 4 byte dimulai pada byte ke 32.

Offset 0 dapat berisi instruksi untuk loncat ke boot code. FAT16 volume pada

umumnya berisi Ebh 3Ch 90h, yang berarti loncat sejauh 60byte ke boot code., yang

dimulai pada byte 3Eh di BPB. Ebh adalah instruksi jump, 3Ch (60) adalah ukuran

jauhnya loncatan (dalam satuan byte), dan 90h adalah NOP (no operation).

Byte yang dimulai pada alamat offset 54 menyimpan text yang

mengidentifikasikan file system, namun program code seharusnya tidak mepercayai text

ini untuk mengidentifikasi file sistem. Pemilihan jenis file sistem tergantung pada jumlah

cluster data di volume.

2.12.3. Boot Code

Alamat offset 62 sampai 509 menyimpan informasi boot code (448 byte). Jika

tabel partisi mengindikasikan bahwa volumenya bersifat bootable, pada boot up,

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

26 

 

executable code pada MBR loncat ke boot code pada volume boot sector. Boot code

akan me-load sistem operasi.

2.12.4. Boot signature

Pada boot sector yang benar, byte ke 510 akan bernilai 55h dan byte ke 511 akan

bernilai AAh. Untuk media yang jumlah SectorperClusternya lebih besar dari 512 byte,

pada byte ke 510 akan bernilai 55h dan byte ke 511 juga akan bernilai AAh meskipun

bukan merupakan byte terakhir dari sector.

2.12.5. File Allocation Table

File Allocation table dalam sistem tabel FAT 16 secara umum memiliki 2 kopi

yang saling identik satu sama lainnya. Setiap tabel FAT memiliki 16 bit entry untuk

setiap volume cluster data.

2.12.6. Root Directory Region

Pada FAT16 volume, sector setelah tabel FAT adalah root directory. Root

directory secara umum mampu menyimpan sampai 512 entry dimana masing-masing

entry dibagi menjadi per 32 byte. Jika ukuran SectorperClusternya adalah 512 byte,

maka root directory membutuhkan 32 sector. Root directory menyimpan informasi

mengenai file dan subfolder.

2.12.7. File dan Directory Data Region

Sector setelah root directory dikelompokkan ke dalam cluster data. Sebuah

cluster data dapat berisi satu atau lebih sector. Karena tabel FAT memiliki informasi

entry untuk setiap cluster dan dua entry pertama sudah digunakan untuk tujuan lain,

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

27 

 

maka cluster data pertama dimulai pada cluster kedua, sedangkan sisanya akan

berurutan mulai dari cl uster tiga dan seterusnya. File dan subdirectory disimpan di

dalam cluster.

2.13. FAT 32

FAT 32 adalah pilihan sistem file untuk kapasitas media penyimpanan yang lebih

besar yang tidak dapat didukung oleh FAT16. Sistem FAT32 juga memiliki keuntungan

lain, seperti tidak adanya batasan pada ukuran root directory dan ketersediaan informasi

tambahan untuk memperbaiki kerusakan media dan menemukan cluster kosong secara

cepat.

2.13.1. Reserved Region

Region pertama pada volume FAT 32 adalah reserved region yang berisi boot

sector, sebuah struktur FSInfo yang berisi informasi untuk membantu menemukan free

cluster, dan sebuah backup copy dari boot sector.

2.13.2. Boot Sector

Sama seperti FAT16, boot sector dimulai pada nilai LBA yang disimpan di

dalam entry volume pada tabel partisi. Tabel 2.5 menunjukkan 90 byte pertama dalam

FAT32 boot sector. Byte ke 11 sampai byte ke 63 merupakan bagian dari BPB (BIOS

Parameter Block), sedangkan byte-byte sisanya adalah bagian dari boot sector namun

tidak termasuk ke dalam BPB.

Dibandingkan dengan FAT 16, FAT 32 memiliki beberapa perbedaan seperti:

a. Jumlah dari reserved sector pada byte ke 14 secara umum adalah 32 bukannya 1

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

28 

 

b. Jumlah entry maksimum di root directory pada byte ke 17 tidak berguna karena

FAT 32 tidak memiliki batasan ukuran root directory.

c. Jumlah sector selalu ada pada alamat offset 32 dari boot sector karena FAT 32

volume selalu paling sedikit 32 KB.

d. Informasi jumlah sector per FAT berada pada byte 24h-27h dari boot sector

e. Informasi alamat cluster dari root directory ada pada alamat offset 44 di boot

sector karena FAT 32 tidak memiliki lokasi root directory yang pasti

Byte Deskripsi Ukuran

(byte) Keterangan

0 Jump instruction to boot code 3

For bootable media, byte zero

contains EBh or E9h for an x86

unconditional jump. Set to 00h

for non-bootable media

3 String that identifies the operating

sistem that formatted the media 8

Use “MSWIN4.1” for maximum

compatibility

11 Number of bytes per sector 2 Use 512 for maximum

compatibility.

13 Number of sectors per cluster 1

Allowed value are

1,2,4,8,16,32,64, and 128. For

maximum compatibility, cluster

size must be 32K or less

14 Number of reserved sectors 2 Includes all sectors that precede

the FATs. Typically 32

16 Number of FATs (identical copies) 1 Use 2 for maximum

compatibility

17 unused 2 0000h

19 unused 2 0000h

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

29 

 

21 Media descriptor 1

Use F8h for non-removable

media and F0h for removible

media. This value is also stored

in the first byte of cluster 0 but

is generally unused in both

locations.

22 unused 2 0000h

24 Number of sectors per track 2 Not used in LBA

26 Number of heads 2 Not used in LBA

28 Number of hidden sectors 4

The number of hidden sectors

that precede the partisi that

contains this FAT volume.

Operating sistem spesific.

32 Total number of sectors 4

The total number of sectors in

the volume. The count begins

with the boot sector and

includes all region.

36 Number of sectors per FAT 4 The number of sectors in one

FAT

40 Flags 2

Bits 3..0:zero-based number of

the active FAT. Valid only if

mirroring is disabled.

Bits6..4:reserve d

Bit 7: 0 if the FAT is mirrored at

runtime into all FATs; 1 if

mirroring is disabled.

42 Version number of the FAT32

volume 2

The high byte is the major

revision number and the low

byte is the minor revision

number. use 0000h

44 Cluster number of the first cluster of 4 Use 2 for maximum

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

30 

 

Tabel 2.6 Informasi boot sector pada FAT32. (sumber : USB mass storage : designing and programming devices and embedded hosts)

f. Byte ke-48 menyimpan informasi lokasi dari struktur FSInfo dan byte ke 50

menyimpan informasi dari backup boot sector. Sedangkan FAT16 tidak memiliki

komponen ini

g. Bagian flag pada byte ke 40 mengindikasikan apakah file sistem memiliki FAT

tabel yang kembar(identik) atau hanya satu FAT tabel saja yang dianggap

berlaku. Jika hanya ada satu tabel FAT saja yang dianggap berlaku (valid), maka

flagnya akan menunjukkan yang mana yang berlaku. BPB pada FAT16 tidak

memiliki bagian flag.

the root directory compatibility

48 Sector number of the FSINFO

structure within the reserve d region 2 Usually 1

50

The sector number of a backup copy

of the boot record within the reserve

d area

2

Set to 6 for maximum

compatibility. Set to 0 if no

backup kopi is available.

52 Reserved 12 Set all bytes to 00h

64 Logical drive number of the partisi 1 Operating sistem spesific

65 Reserved 1 00h

66 Extended boot signature 1 Set to 29h if the three fields

below are present

67 Volume serial number 4 Typically created using the date

and time formatting

71 Volume label 11 Text that identifies the volume

82 File sistem type 8 “FAT32”. Not used to

determine the file sistem type.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

31 

 

2.13.3. FSInfo structure

Struktur FSInfo berisi informasi untuk membantu menemukan free cluster secara

cepat. Informasi alamat dari struktur ini berada pada byte ke 48 dalam BPB. Secara

khusu berada pada reserve sector dan kemudian diikuti oleh boot sector. Informasi yang

ada dalam struktur FSInfo ditunjukkan dalam tabel 2.7.

Byte Ukuran

(bytes) Keterangan

0 4 FSI_LeadSig signature. Must equal 41615252h

4 480 Reserved. Set all bytes to 00h

484 4 FSI_StrucSig signatura. Must equal 61417272h

488 4 The number of the last known free cluster.set to FFFFFFFh

if unknown

492 4 The cluster number where the file-sistem driver should Stara

looking for free cluster set to FFFFFFFh if unknown

496 12 Reserved. Set all bytes to 00h

508 4 FSI_TrailSig signatura. Must equal AA550000h

Tabel 2.7 Informasi yang ada dalam struktur FSInfo (sumber : USB mass storage : designing and programming devices and embedded hosts)

2.13.4. Backup Boot Sector

Sector 6 sampai 8 dalam reserve region dapat menyimpan sebuah backup copy

dari 3 sector yang dimulai dengan volume boot sectornya. Backup digunakan untuk

memperbaiki media bila copy aslinya rusak.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

32 

 

2.13.5. File Allocation Table Region

Sama seperti FAT 16, sektor yang ada setelah reserve region adalah tabel FAT.

Sebuah tabel FAT dalam sistem file FAT 32 memiliki 32 bit entry untuk setiap volume

cluster data

2.13.6. File and Directory Data Region

Sama seperti FAT 16, file dan directory data area terdiri atas cluster data yang

dapat menyimpan file dan subdirectory. Pada sistem FAT32, daerah ini berada dalam

root directory. Cluster data pertama adalah cluster 2.

2.14. NTFS

NTFS (New Technology File system) merupakan file system yang memiliki

struktur yang disebut dengan MFT (Master File Table), yang berfungsi menyimpan

informasi secara detail pada file. Bila ditinjau dari segi performanya, akses file pada

NTFS jauh lebih cepat daripada sistem file FAT karena menggunakan teknik binary tree

untuk penempatan filenya. Secara teoritis, ukuran maksimum dari media penyimpanan

yang mampu didukung dengan format NTFS adalah 17 miliar terabyte, namun secara

physical ukuran maksimum yang mampu didukung adalah 2TB (Tera byte).

Seperti layaknya sistem operasi yang lain, NTFS membagi seluruh tempat yang

terpakai ke dalam cluster data block yang digunakan bersamaan. NTFS mendukung

hampir seluruh ukuran cluster, dari 512 byte sampai 64kbyte dimana ukuran stándar 1

cluster adalah 4KB.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

33 

 

Disk NTFS secara simbolik dibagi menjadi dua bagian. Bagian yang pertama

sebesar 12% disebut dengan MFT ( Master File Table ) area, ruang tempat MFT metafile

mengalami perkembangan dan harus dibiarkan tetap dalam keadaan kosong agar

perkembangan MFT tidak terganggu. Sisa dari ukuran disk sebesar 88% digunakan

untuk menyimpan file. Struktur dari bagian partisi NTFS ditunjukkan dalam gambar

2.13.

Gambar 2.13 Partition Structure

Ruangan disk yang free (bebas) mencakup seluruh free space termasuk bagian

MFT yang free juga. Mekanisme dari penggunaan MFT area adalah ketika file sudah

tidak dapat disimpan lagi dalam area yang biasa, maka ukuran dari MFT akan dikurangi.

Pada saat area penyimpanan yang biasa sudah kosong kembali maka MFT dapat

diperbesar kembali.

Seluruh komponen sistem dalam NTFS dianggap sebagai suatu file, bahkan

sistem informasi pun juga dianggap sebagai suatu file. File paling penting dalam NTFS

dinamakan dengan MFT. MFT terletak dalam area MFT dan merupakan pusat directory

dari seluruh isi disk file dan MFT itu sendiri. MFT dibagi ke dalam record-record

(umumnya sebesar 1KB). 16 file pertama dianggap sebagai tuan rumah (housekeeping)

dan tidak dapat diakses oleh sistem operasi. File-file tersebut dinamakan metafile,

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

34 

 

dimana metafile yang pertama adalah MFT itu sendiri. 16 elemen pertama MFT inilah

yang satu-satunya memiliki posisi pasti dalam NTFS. Copy kedua dari 3 sector pertama

terletak di tengah-tengah disk. Sisa dari file MFT disimpan bersamaan dengan file-file

lain pada tempat yang lain di dalam disk.

16 file pertama adalah file-file sistem (metafile). Masing-masing dari file tersebut

bertanggung jawab terhadap sistem operasi. Keuntungan dari pendekatan modular ini

adalah sifat fleksibilitasnya.

Metafile berada dalam root directory dan dimulai dengan nama karakter “$”.

Beberapa metafile yang sering digunakan dan keterangan dari fungsi-fungsinya

ditunjukkan dalam tabel 2.8.

Tabel 2.8 Meta file (sumber : http://ixbtlabs.com/articles/ntfs/)

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

35 

 

2.15. AVR

AVR merupakan sebuah IC ( Integrated Circuit) yang berbentuk chip dengan

program dan data yang disimpan secara terpisah. Biasanya menyimpan program dan

data dalam memori yang dapat berubah secara permanen atau semi permanen. Oleh

karena itu, pada dasarnya AVR cocok untuk embedded system, setelah program memori

diproteksi dari short ciruit dan faktor lingkungan lainya yang dapat menyebabkan

program menjadi rusak (corrupted). AVR dapat digunakan untuk berbagai macam

aplikasi dibidang otomasi seperti keamanan sekuritas dan sistem pertunjukan.

AVR dibagi menjadi tiga keluarga, tiny AVR, megaAVR, Application Specific AVR,

yang masing-masing memiliki spesifikasi yang berbeda. Seperti pada program memori,

paket pin-nya, peripheral set, dan ditambah juga dengan beberapa instruksi tambahan di

dalamnya.

Gambar 2.14 Blok diagram AVR

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

36 

 

Data bus memorinya adalah 8 bit data bus dan semuanya menghubungkan banyak

peripheral komponen ke dalam register file. Program memori data bus adalah sebesar 16

bit dan hanya menerima instruction register.

Program memori diakses setiap clock cycle, dan setiap instruksi di load kedalam

register instruksi. Register instruksi menerima register file, memilih register mana yang

akan dipilih ALU untuk eksekusi instruksi. Output dari register instruksi juga

diterjemahkan oleh instruction decoder untuk menentukan sinyal control mana yang

akan diaktifkan untuk menyelesaikan instruksi yang sedang berlangsung.

(sumber: Programming and Customizing The AVR Microcontroller chapter 3)

2.16. DC – DC converter

DC – DC converter merupakan rangkaian yang berfungsi untuk merubah level

tegangan dan banyak digunakan pada switching power supply karena memiliki efisiensi

daya yang tinggi dibandingkan dengan linear power suply. Hasil konversi dari DC

tersebut dapat dibentuk menjadi step up, step down, dan invert.

Induktor yang digunakan pada rangkaian ini berfungsi untuk membatasi besar perubahan

(slew rate) arus yang digunakan, selain itu keuntungan lain menggunakan induktor

adalah kemampuan induktor untuk menyimpan energi yang dapat diformulasikan

dengan persamaan (2.1)

2

21 LIE = ................................................ (2.1)

Dimana: E = energi (joule) L = induktansi induktor (H) I = arus yang mengalir (A)

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

37 

 

Rangkaian dc-dc converter terdiri dari induktor , power switch dan diode yang berfungsi

untuk mentansfer energi dari input menuju output. Komponen –komponen tersebut dapat

dirangkai menjadi beberapa bentuk step-down (buck), step-up(boost), dan atau inverter

seperti pada gambar 2.15

Buck converter topology.

Simple boost converter.

Inverting topology.

Transformer flyback topology.

Gambar 2.15 DC-DC converter Beberapa keuntungan dari switching regulator ini adalah efisiensi yang tinggi,

daya yang hilang sedikit sehingga panas berkurang dan ukuran komponen yang

digunakan lebih kecil, serta energi yang disimpan oleh induktor dapat di transfer ke

output. Kelemahan dari converter ini adalah membutuhkan kontrol energi yang baik dan

gangguan yang dihasilkan rangkaian ini cukup tinggi.

Proses menaikan tegangan dc (step-up tegangan ) terdiri dari dua tahap yaitu saat

charging phase dan discharging phase. Charging Phase dari konfigurasi boost

sederhana yang terdapat pada gambar 2.16 memiliki cara kerja sebagai berikut. Switch

diasumsikan sudah terbuka untuk waktu yang lama, tegangan yang jatuh pada diode

bernilai negatif dan tegangan yang jatuh pada kapasitor sama dengan tegangan input

Vin. Ketika saklar tertutup, tegangan input Vin akan melewati induktor dan arus

mengalir langsung ke ground, sedangkan diode akan mencegah kapasitor discharging ke

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

38 

 

ground. karena tegangan input berupa tegangan DC, maka arus yang melewati induktor

akan naik secara linear dengan nilai waktu proposional antara tegangan masukan dibagi

dengan induktansi.

Gambar 2.16 Phase charge, ketika saklar terhubung maka arus akan naik

melewati induktor.

Discharging phase terjadi ketika saklar terbuka dan arus pada induktor akan

mengalir melewati dioda dan mencharge output. Tegangan output akan naik dan

kemiringan dari arus di/dt akan menurun, Output tegangan akan naik sampai mencapai

titik equilibrium yaitu pada tegangan

dtdiLVL =

............................................ (2.2)

Dimana : V= tegangan yang dihasilkan pada induktor (Volt) L = induktansi (H)

arusperubahandtdi

= (A/s)

dengan kata lain semakin besar tegangan maka semakin besar cepat pula arus turun. dt

semakin kecil dapat dilihat pada gambar 2.17.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Braille - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00451-SK Bab 2.pdf6 saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian

39 

 

Gambar 2.17 Phase Discharge : ketika saklar terbuka, arus mengalir ke beban melewati diode dari input.

Dalam kondisi steady state rata-rata tegangan pada induktor selama satu siklus

switching adalah nol. Hal ini mengimplikasikan rata rata arus yang mengalir melalui

induktor juga selalu dalam keadaan steady dengan demikian dapat dibuat hubungan

antara Vinput ,Voutput , waktu charge, dan waktu discharge

( )

( )

( ) )7.2.(....................................................................................................1

:

)6.2......(..........................................................................................

)()5.2.(................................................................................/1

4.23.2

)4.2.....(..............................................................................................

)3.2...(..........................................................................................

DV

V

BoostrangkaianRumus

Dtt

tDcycledutyhubungannMenggunaka

ttxVVdanpersamaandariHubungan

VVVkarena

xVttxVin

INOUT

OFFON

ON

OFFONINOUT

LINOUT

LOFFON

−=

=+

+=

+=

=