bab 2. edited
DESCRIPTION
fixTRANSCRIPT
BAB IITINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan pustaka
2.1.1 Belajar
Menurut dimyati mujiono (2006:7), belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa
yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar
terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.
Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya )
berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami
situasi tadi, (syaiful, 2006: 17).
Berdasarkan beberapa pengertian belajar diatas disimpulkan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku secara keseluruhan setelah seorang melakukan interaksi
dengan lingkungannya atau melalui proses belajar.
Belajar berakibat terjadinya perubahan dalam diri seorang sebelum ia mengalami
situasi tertentu secara terus menerus.
2.1.2 Hasil belajar
Menurut dimyati mujiono (2006:4), hasil belajar merupakan berkat tindak guru, suatu
pencapaian tujuan pengajaran. Dari sisi guru, tindak belajar di akhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar.
Menurut gage (dalam http://farhanxen.wordpress.com /2007/12/13/hakekatbelajar/)
menyebutkan bahwa “belajar adalah proses perubahan prilaku yang muncul karena
pengalaman”.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang
diperoleh siswa melalui proses belajar yang dapat berupa nilai tertentu, yang
diperoleh melalui tes yang diberikan pada akhir pembelajaran.
2.1.3 Pengertian Penerapan Kecerdasan Majemuk
Kecerdasan majemuk (multiple intelegence atu MI) ditemukan dan dikembangkan
oleh horward gardner. Setelah melakukan banyak penilitian tentang implikasi
penerapan kecerdasan majemuk di dunia pendidikan.
Menurut gardner (dalam jasmine, 2007:7) kecerdasan majemuk adalah validasi
tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya dalam
pendidikan sangat tergantung pada pengenalan, pengakuan, dan penghargaan
terhadap setiap atau berbagai cara siswa (pelajar) belajar, di samping pengenalan,
pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing
9
pembelajar. Teori ini bukan hanya mengakui perbedaan indivudual untuk tujuan
tujuan praktis, tetapi juga menganggap semuanya sebagai sesuatu yang normal. Pada
awal penelitiannya gardener menyimpulkan banyak sekali kemampuan manusia yang
kiranya bisa di masukkan dalam pengertian kecerdasan.
Saat ini ada tujuh dianataranya :
1. kecerdasan linguistik (berkaitan dengan bahasa)
2. kecerdasan logis matematis (berkaitan dengan nalar logika dan matematika)
3. kecerdasan spasial (berkaitan dengan ruang dan gambar)
4. kecerdasan musikal ( berkaitan dengan musik irama dan bunyi suara)
5. kecerdasan badani – kinestetik (berkaitan dengan badan dan gerak tubuh)
6. kecerdasan interpersoanal (berkaitan dengan hubungan antar pribadi, sosial)
7. kecerdasan intrapersonal (berkaitan dengan hal hal yang sangat mempribadi).
Berdasarkan pendapat diatas maka disimpulkan bahwa teori kecerdasan di
sekolah dapat mengembangkan cara berfikir, belajar dan kreatifitas dalam
mempelajari suatu bidang bagi individu dan intuisi.
1. Kecerdasan linguistik
Gardener menjelaskan kecerdasan linguistik sebagai kemampuan untuk
menggunakan dan mengolah kata kata secara efektif baik secara oral maupun
tertulis. Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa
secara umum. Disimpulkan bahwa orang yang memiliki kecerdasan linguistik,
akan mudah untuk mengembangkan pengetahuan dan mudah untuk menjelaskan,
mengajarkan, menceritakan pemikirannya kepada orang lain. Dalam
10
mengungkapkan suatu fakta yang sama, orang ini akan lancar dan menceritakan
dengan pebendaharaan kata yang bervariasi sehingga tidak menjemukan.
2. kecerdasan matematika – logis
menurut gardner (dalam jasmine, 2007:19) kecerdasan matematika logis adalah
kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara
efektif.
Jenis pemikiran kecerdasan yang dicirikan sebagai pemikiran yang keritis dan
digunakan sebagai bagian dari etode ilmiah. Termasuk dalam kecerdasan tersebut
adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi,kategoris, dan perhitungan.
Orang yang mempunyai kecerdasan matematika logis sangat mudah membuat
klasifikasi dan kategoris dalam pemikiran.
Pemikiran orang berintelegensi matematis logis induktif dan deduktif, jalan
pikirannya bernalar
Dan dengan mudah mengembangkan pola sebab akibat.. Orang orang yang
memiliki kecerdasan ini akan sangat mudah belajar berhitung, kalkulus, dan
bermain angka. Bahkan ia sangat senang menggeluti simbol angka dalam buku
buku matematika. Pemikirannya ilmiah, berurutan, silogismenya kuat sehingga
mudah dimengerti dan mudah mempelajari persoalan yang analitis.
Dapat disimpulkan bahwa anak yang memiliki kecerdasan matematika logis yang
menonjol biasanya memiliki nilai matematika yang baik, cara pikirannya rasional
dan logis. Di dalam melihat pekerjaan siswa dalam hal matematika atau sains,
11
seorang dengan cepat dapat mngetahui siswa mana yang mempunnyai kecerdasan
matematika logis lebih menonjol dari yang lain.
3. Kecerdasan spasial – visual
Menurut gardner (dalam jasmine, 2007:21) kecerdasan spasial visual adalah
kemampuan untuk menangkap ruang dunia visual secara tepat. Termasuk di
dalamnya adalah kemampuan untuk mengenal bentuk benda secara tepat,
melakukan perubahan suatu benda dalam pikirannya dan mengenali perubahan
itu, menggambarkan suatu hal / benda dalam fikiran dan mengubahnya dalam
bentuk nyata, serta cenderung mudah belajar melalui sajian sajian visual, seperti
film, gambar, video dan peragaan yang menggunakan model dan slaid.
Di simpulkan orang yang memiliki kecerdasan ini mudah membayangkan benda
dalam ruang berdimensi tiga, mereka mudah mengenal relasi benda benda dalam
ruang secara tepat. Orang yang kuat dalam kecerdasan ruang visual dapat dengan
baik melakukakan pekerjaan seperti menggambar grafik dimensi tiga dan dalam
pembelajaran lebih mudah bila dituliskan dengan jelas.
4. Kecerdasan kinestetik badani
Menurut gardner (dalam jasmine, 2007:25) kecerdasan kinestetik badani
merupakan kemampuan menggunakan atau gerak tubuh untuk mengekspresikan
gagasannya. Orang yang memiliki kecerdasan ini dapat dengan mudah
mengungkapkan diri dengan gerak tubuh. Mereka tak suka diam dan ingin gerak
terus, dan berusaha menyentuh orang lain yang diajak bicara.
12
Mereka lebih nyaman mengomunikasikan informasi dengan peragaan
(demonstrasi) atau pemodelan.
5. Kecerdasan musikal
Menurut gardner (dalam jasmine, 2007:22) kecerdasan musikal sebagai
kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk
suara. Siswa yang menonjol kecerdasan musikalnya sangat peka terhadap suara.
siswa yang memiliki kecerdasan ini akan lebih mudah dan berkonsentrasi bila
belajar disertai dengan mendengarkan musik.
6. Kecerdasan interpersonal
Menurut gardner (dalam jasmine, 2007:26) kecerdasan interpersoanal
ditampakkan pada kegembiraan berteman dan kesenangan dalam berbagai maca
aktivitas sosial. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini menyukai dan
menikmati bekerja secara berkelompok (bekerja kelompok).
Di simpulkan bahwa anak yang memiliki kecerdasan ini adalah anak yang lebih
aktif dan senang apabila pembelajaran di kelas dilakukan secara berkelompok
daripada belajar sendiri.
7. kecerdasan intrapersonal
Menurut gardner (dalam jasmine, 2007:27) kecerdasan intrapersonal adalah
kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri. Orang yang
mempunyai kecerdasan interpersonal tinggi pada umumnya mandiri,
13
tak tergantung pada orang lain dan mempunyai pendapat diri yang kuat.mereka
memiiki rasa percaya diri yang besar serta senang ekali bekerja berdasarkan
program sendiri dan hanya dilakukan sendirian.
Sehinnga berdasarkan paparan diatas maka disimpulkan bahwa dengan
kecerdasan mejemuk pendidik dapat menaruh perhatian pada perbedaan diantara
anak anak didik dan mencoba menggunkaannya dalam pembelajaran dan
pendidikan serta evaluasi yang lebih personal sehingga anak didik tidak dianggap
sebagai blok-blok yang sama atau anonim.
Ketujuh kecerdasan itu dalam diri seseorang dapat dikembangkan dan di
tingkatkan secara memadai sehingga dapat berfungsi pada seseorang tersebut. Ini
menunjukan bahwa ketujuh kecerdasan itu bukan hal yang sudah mati tidak
terkembangkan melainkan masih dapat di tingkatkan. Disinilah pendidikan
mempunyai fungsi, yaitu dapat membantu agar setiap kecerdasan pada diri
seseoarang berkembang secara optimal.
Disinilah perbedaaan dengan model IQ, yang seakan akan bila IQ-nya memang
rendah, tidak mungkin lagi dikembangkan. Seorang siswa akan mudah
menangkap materi yang disamapaikan guru, bila materi itu disamapaikan dengan
menggunakan kecerdasan yang menonjol pada siswa tersebut.
Yang menjadi persoalan adalah bahwa guru juga biasanya mengajar sesuai
dengan kecerdasan yang menonjol dalam dirinya. Bila menonjol dalam
matematika logis, ia akan mengajar dengan model itu. Begitu juga dengan
intelegensi yang lainnya. Dan repotnya kemenonjolan kecerdasan pada siswa
sering tidak sesuai dengan kecerdasan guru. Misalnya, karena guru tidak mengerti
14
bahwa siswanya punya kecerdasan intrapersonal tinggi, ia tidak pernah mengajak
siswa untuk belajar kelompok , maka siswa menjadi bosan karena harus belajar
mengerjakan tugas sendirian terus. Atau guru tidak pernah mengajar denagan
gerak atau mempraktekan , padahal banayk siswa yang memiliki kecerdasan
kinesteti- badani, maka anak akan bosan dan sulit menangkap mata pelajaran.
2.1.4 Aplikasi dan Cara Mengembangkan Kecerdasan Majemuk
Secara umum kecerdasan majemuk yang belum berkembang dapat di bantu lebih
baik lewat pendidikan.
(dalam jasmine, 2007) beberapa prinsip umum untuk membantu
mengembangkan kecerdasan majemuk pada siswa diantaranya:
1. Pendidik harus memperhatikan dan mempertimbangkan pengaruh gaya belajar
seseorang dan semua kemampuan intelektual. Maka mengajar tidak hanya
boleh berfokus pada kemampuan diri kecerdasan yang lain.
Kemampuan hanya logika dan bahasa tidak cukup untuk menjawab persoalan
manusia secara menyeluruh. Perlu pula kecerdasan yang lain.
2. Pendidik harusnya lebih individual dan personal dengan memperhatiakan
kecerdasan pada siswa . namun mengajar dikelas dengan materi, cara dan
waktu yang sama dapat juga dilakukan, tetapi pendidik haruslah pintar dalam
melihat kecerdasan siswa yang paling dominan. Agar mempermudah guru
dalam memberikan pengajaran.
15
3. Pendidik memiliki tanggung jawab secara sadar menggunakan sebanyak
mungkin gaya mengajar yang sesuai dengan gaya belajar anak didiknya. gaya
pembelajar dan belajar haruslah sesuai dan dimengerti.
4. Sekolah sendiri juga harus menyediakan fasilitas dan sarana. Sekolah ideal
sebagai tempat dimana setiap siswa merasa bahwa kecerdasannya diakui dan
dimana mereka di tempatkan pada posisi untuk menggunakan kecerdasannya
itu, dan dimana capaian mereka dinilai (dievaluasi) dalam konteks kecerdasan
yang sama.
5. Penilaian belajar harus lebih kontekstual. Penilaian bisa berupa pengalaman
lapangan langsung dan dapat diamati bagaimana peforma siswa. Maju atau
tidak.
(dalam jasmine, 2007:191) agar penilaian guru sungguh autentikan dan
menyeluruh, beberapa hal dapat dilakukan seperti berikut ini
A. Guru perlu melihat bagaimana siswa menunjukan prestasinya berkaitan
dengan setiap kecerdasan yang digunakan.
B. Guru dapat mengumpulkan semua dokumen yang dihasilkan siswa selama
proses pembelajaran (portopolio) seperti : tes formal, informal, tulisan,
hasil pekerjaan rumah (PR), pengamatan selama proses pembelajaran.
Tentu saja dokumen yang paling penting adalah rapor nilai siswa. Nilai
apa saja yang menonjol dan nilai apa saja yang kurang dari nilai nilai yang
sangat bagus dapat diketahui kecerdasan apa yang paling kuat.
C. Guru perlu melihat bagaimana hasil kerja kelmpok siswa tersebut dengan
teman temannya.
16
D. Tes tertulis pun harus bervariasi dan menyertakan kecerdasan majemuk.
Sebelum memulai pengajaran, guru dapat membuat tes sederhana kepada
siswa Tes itu dapat merupakan pernyataan yang harus di baca oleh siswa
dan mereka harus memberikan tanda ceklist di depan pernyataan yang
sesuai dengan sifat, ciri,dan keadaan nyata mereka.
6. Mencoba mengajar dengan kecerdasan majemuk
Guru dapat mengajar dalam suatu materi di depan kelas dengan kecerdasan
majemuk pada siswa. Selama mengajar, ia bisa memperhatikan dan
mempertimbangkan pengaruh gaya belajar seseorang terhadap model tersebut.
Metode mana yang lebih disukai siswa dan mana yang tidak disukai siswa. Dari
macam macam pendekatan itu siswa diminta untuk mengungkapkan pendekatan
yang lebih menarik dan lebih membantu siswa dalam berkonsetrasi atau malah
menjemukan serta membosankan siswa. Bila guru mengajar dalam metode
tertentu dan siswa menjadi lebih tertarik serta aktif, berarati metode tersebut
sesuai dengan kecerdasan siswa. Dari metode yang paling banyak diminati siswa
guru dapat melihat bahwa kecerdasan itulah yang dominan.
2.1.5 Keuntungan dan Kelemahan Penerapan Kecerdasan Majemuk
2.1.5.1 Keuntungan Penerapan Kecerdasan Majemuk
1. dengan kecerdasan majemuk banyak siswa yang tadinya tidak berkembang
dan tidak mudah menangkap mata pelajaran, ternyata dapat berkembang dan
berhasil.
17
2. banyak siswa yang menggunakan model pemlajaran kontekstual dan klasik
(ceramah, tes, dan berhitung) gagal. Ternyata dengan model kecerdasan
majemuk berhasil.
3. pada pembelajarannya lebih berpusat pada siswa, situasi, dan kepentingan
siswa, serta kemampuan intelektual siswa bukan terutama pada guru.
4. dengan mengembangkan kecerdasan majemuk setiap orang di bantu untuk dapat
menghadapi persoalan hidup yang lebih kompleks.
5. siswa dapat mengalami bahwa belajar itu menyenangkan.
2.1.6 Kelemahan Teori Kecerdasan Majemuk
1.guru perlu mengerti kecerdasan siswa siswa mereka, jadi guru di tuntut harus
lebih sabar dan cermat.
2.guru perlu mengembangkan berbagai macam model pelajaran dengan berbagai
kecerdasan, bukan hanya dengan kecerdasan yang menonjol pada dirinya.
3.guru di tuntut untuk mengajar sesuai dengan kecerdasan siswa bukan dengan
kecerdasannya sendiri yang tidak cocok dengan kecerdasan siswa.
(Jasmine, 2007)
Maka disimpulkan bahwa dengan teori ini siswa akan dapat lebih mudah dalam
menangkap mata pelajaran , dan siswa maupun guru akan sama sama
mengembangkan kecerdasan yang ada pada diri mereka. Namun pada dasarnya
guru harus lebih seksama dan teliti dalam memperhatikan siswa, itu berarti guru
bukan hanya sekedar mengajar melainkan juga harus aktif dan selalu berinteraksi
dengan siswa- siwinya. Setiap guru diberikan keluasan dalam memilih cara
18
mengajar yang baik. Dengan situasi anak yang berbeda beda dalam cara berfikir
serta daya tangkapnya. Agar di capai tujuan pengajaran yang maksimal.
2.2 Kerangka Berfifkir
Berdasarkan latar belakang dan pandangan yang dikemukakakan oleh para ahli
pada kajian pustaka, maka ditenentukan tentang adanya kaitan anatara variabel x
dan variabel y.
Pada penerapan teori kecerdasan majemuk di sekolah dalam pembelajaran
matematika dapat membantu siswa dalam mengembangkan kecersdasan mereka ,
sehingga pengetahuan siswa akan lebih mudah berkembang dan dapat membawa
siswa aktif dalam pembelajaran dan diharapkan siswa mendapatkan pengetahuan,
keterampilan, serta perubahan tingkah laku yang tidak tahu menjadi tahu sehingga
relevan dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Yang demikian itu dapat
berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa dengan diterapkannya
penerapan kecerdasan majemuk. Agar lebih jelas, maka penulis menyajikan
diagram kerangka berfikir sebagai berikut:
19
Penerapan kecerdasan majemuk
(x)
Hasil belajar matematika siswa
(y)
2.3 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir, oleh sebab itu penulis mencoba
merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 :ada pengaruh dalam penggunaan penerapan kecerdasan majemuk terhadap
hasil belajar siswa kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.
H2 :rata rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan teori kecerdasan
majemuk lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional.
20