laporan praktikum teknik sungai kelompok 2 (edited)

16
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK SUNGAI PENGUKURAN SUNGAI DENGAN CARA WADING Kelompok II Agnes Ferinna 0906551451 Kemal Firdaus 0906630336 Martindo Sunardi 1006717426 Muhammad Azmi 0906630374 Rizky Ardhy Maulana 0906636983 Waktu Praktikum : 24 November 2012 Asisten Praktikum : Ma’ruffi Kurnia Tanggal Disetujui : Nilai Laporan : Paraf Asistensi : DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Upload: nani-dwi-larasati

Post on 24-Oct-2015

89 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Teknik Sungai Kelompok 2 (Edited)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK SUNGAI

PENGUKURAN SUNGAI DENGAN CARA WADING

Kelompok II

Agnes Ferinna 0906551451

Kemal Firdaus 0906630336

Martindo Sunardi 1006717426

Muhammad Azmi 0906630374

Rizky Ardhy Maulana 0906636983

Waktu Praktikum : 24 November 2012

Asisten Praktikum : Ma’ruffi Kurnia

Tanggal Disetujui :

Nilai Laporan :

Paraf Asistensi :

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2012

Page 2: Laporan Praktikum Teknik Sungai Kelompok 2 (Edited)

PRAKTIKUM PENGUKURAN SUNGAI DENGAN CARA WADING

I. TUJUAN

Untuk melatih mahasiswa dalam menggunakan alat untuk kegiatan hidrometri

(pengukuran sungai). Keluaran pokok yang diharapkan dari kegiatan ini adalah informasi

mengenai tinggi muka air dan debit sungai.

II. DASAR TEORI

Sungai merupakan refleksi dari daerah yang dilaluinya. Faktor-faktor seperti

kualitas air (unsur kimia dan temperatur), habitat yang ada (flora dan fauna), kondisi

hidraulik sungai (debit, muka air, frekuensi aliran, dan lain-lain), dan morfologi sungai

dapat dipakai sebagai indikator untuk menganalisis kondisi daerah aliran sungai tersebut.

Jika di daerah sekitar sungai banyak aktivitas industri dengan kualitas penjernihan air

limbah yang tidak memadai, maka kualitas air sungai (terutama sungai kecil dan

menengah) juga akan menurun. Jika suatu daerah relatif tandus, maka kondisi tersebut

akan direkam oleh sungai kecil yang direfleksikan ke dalam bentuk kurva hidrografnya

dengan waktu mencapai puncak yang pendek dan debit puncak yang tinggi serta waktu

kering yang lama.

Dalam proses morfologi pembentukan sungai, sungai terbentuk sesuai dengan

kondisi geografi, ekologi, dan hidrologi daerah setempat, serta dalam perkembangannya

akan mencapai kondisi keseimbangan dinamiknya (Kern, 1994). Kondisi geografi banyak

menentukan letak dan bentuk alur sungai memanjang dan melintang. Ekologi

menentukan tampang melintang dan keragaman hayati serta faktor resistensi sungai.

Sedangkan hidrologi menentukan besar kecil dan frekuensi aliran air di sungai.

Morfologi, ekologi dan hidraulika sungai kecil dalam suatu sistem menentukan

morfologi, ekologi, hidraulika sungai orde berikutnya. Dengan demikian kondisi

morfologi, ekologi, dan hidraulika suatu sungai besar pada umumnya memiliki korelasi

dengan kondisi sungai kecil di atasnya (Leopold et.at., 1964).

Page 3: Laporan Praktikum Teknik Sungai Kelompok 2 (Edited)

Sungai adalah suatu saluran drainase yang terbentuk secara alamiah. Akan tetapi

disamping fungsinya sebagai saluran drainase, dan dengan adanya air yang mengalir

didalamnya, sungai menggerus tanah dasarnya secara terus menerus sepanjang masa

eksistensinya dan terbentuk lembah sungai. Volume sedimen yang sangat besar yang

dihasilkan dari keruntuhan tebing. Tebing sungai di daerah pegunungan kemiringan

sungainya curam, gaya tarik aliran airnya cukup besar. Tetapi setelah aliran sungai

mencapai dataran, maka gaya tariknya menurun.

Pelaksanaan pengukuran sungai dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya

adalah cara wading yaitu cara pengukuran sungai dengan langsung masuk ke dalam sungai

dan melakukan pengukuran, pengukuran dengan cara ini hanya dapat dilakukan untuk

sungai dangkal dengan kecepatan aliran yang tidak begitu deras. Metode pengukuran debit

sungai dan saluran terbuka dengan alat ukur arus tipe baling-baling ini dimaksudkan

sebagai acuan dan pegangan pengukuran debit sungai/saluran terbuka pada lokasi yang

tidak terpengaruh arus balik dan aliran lahar untuk memperoleh data debit sungai dan

saluran terbuka.

III. ALAT DAN PERLENGKAPAN

Adapun alat dan kelengkapan yang digunakan pada pengukuran atau praktikum ini

antara lain :

1. Current meter dan perlengkapannya (baling-baling dan contact box)

Gambar 1. Current meter dan perlengkapanya

Page 4: Laporan Praktikum Teknik Sungai Kelompok 2 (Edited)

2. Pita ukur atau meteran

Gambar 2. Pita ukur

3. Stopwatch

Gambar 3. Stopwatch

Page 5: Laporan Praktikum Teknik Sungai Kelompok 2 (Edited)

IV. LANGKAH KERJA

1. Menentukan lokasi pengukuran.

2. Menentukan dua buah penampang melintang sungai di bagian sungai yang lurus dan

mempunyai aliran sejajar, penampang satu diumpamakan hulu dan yang satu lagi hilir.

3. Melakukan pengukuran penampang basah sungai dari atas jembatan dan membagi

penampang menjadi empat bagian, sehingga mendapatkan tiga titik dari tengah sungai.

Gambar 4. Pembagian titik dalam suatu penampang sungai

4. Mengukur kedalaman sungai di ketiga titik tersebut.

5. Karena kedalaman air kurang dari 1 m, pengukuran hanya dilakukan satu kali

pembacaan yaitu pada 0,6H dari permukaan sungai.

6. Setelah propeler disetting pada 0,6 H, propeler dimasukkan ke dalam sungai untuk

selanjutnya dilakukan pembacaan putaran propeler dengan current meter selama 25

detik dengan menggunakan stopwatch.

7. Pembacaan dilakukan tiga kali pada masing-masing titik yang ditinjau.

user, 26/12/12,
25 detik atau 15 detik?
Page 6: Laporan Praktikum Teknik Sungai Kelompok 2 (Edited)

V. DATA PRAKTIKUM DAN PENGOLAHAN DATA

1. Pengukuran terhadap Kecepatan (V)

Daerah

Tinjau

Lebar Sungai Titik

Tinjau

Interval Jarak

Kedalaman

Kedalaman Alat (0,6H)

Waktu

Jumlah Putaran

Jumlah Putara

n n Kecepatan(meter

) (meter) (meter) (meter)(detik

) 1 2 3Rata-Rata

(m/s)

Hilir 5,32

1 1,33 0,5 0,3 15 10 9 9 9,330,622 0,174

2 2,66 0,6 0,36 15 19 2119 19,67

1,311 0,347

3 3,99 0,7 0,42 15 25 2525 25,00

1,667 0,437

Hulu  

1 1,35 0,5 0,3 15 16 1716 16,33

1,089 0,291

2 2,7 0,5 0,3 15 23 2320 22,00

1,467 0,386

3 4,05 0,6 0,36 15 13 1013 12,00

0,800 0,218

Perhitungan terhadap kecepatan didasarkan pada

2. Pengukuran terhadap Debit (Q)

Untuk daerah yang pertama

HILIR-1

Area 1 2 3Kecepata

n 0,174 0,347 0,437(m/s)Luas

0,4323 0,7315 0,8645 0,6783(m2)Debit

0,075 0,254 0,377(m3/s)Debit Total 0,707

(m3/s)

Page 7: Laporan Praktikum Teknik Sungai Kelompok 2 (Edited)

HILIR-2

Area 1 2 3Kecepatan

0,174 0,347 0,437(m/s)

Kecepatan Rata-Rata 0,319(m/s)

Luas Total2,707

(m2)Debit Total

0,864(m3/s)

Untuk daerah yang kedua

HULU-1

Area 1 2 3Kecepata

n 0,291182

0,386307

0,21844(m/s)Luas

0,54 0,675 0,7425 0,54(m2)Debit 0,15723

80,26075

70,16219

2(m3/s)Debit Total 0,580

(m3/s)

HULU-2

Area 1 2 3Kecepatan 0,29118

20,38630

70,2184

4(m/s)Kecepatan Rata-

Rata 0,298642963(m/s)

Luas Total2,4975

(m2)Debit Total

0,746(m3/s)

Page 8: Laporan Praktikum Teknik Sungai Kelompok 2 (Edited)

Kesalahan Relatif untuk bagian HILIR adalah sebagai berikut:

Kesalahan Relatif = I Q1−Q2 IQ 2

x100 %

Kesalahan Relatif = I 0,707−0,864 I0,864

x100 %=18,21 %

Kesalahan Relatif untuk bagian HULU adalah sebagai berikut:

Kesalahan Relatif = I Q1−Q2 IQ 2

x100 %

Kesalahan Relatif = I 0,580−0,746 I0,746

x 100 %=22,21 %

Page 9: Laporan Praktikum Teknik Sungai Kelompok 2 (Edited)

VI. ANALISA

VI.1. Analisa Percobaan

Praktikum kali ini adalah praktikum teknik sungai dimana lokasi yang dipilih

adalah di daerah beji . Lokasi untuk praktikum teknik sungai ini terletak di dekat daerah

Universitas Indonesia. Setelah sampai ditempat, kami langsung memilih lokasi

pengukuran yang cocok untuk melakukan praktikum ini. Begitu ditempat pengukuran,

kami pun melakukan perumpaan terhadap penampang melintang sungai yang sejajar,

dimana yang 1 disebut daerah hulu dan daerah yang 1 lagi disebut daerah hilir. Kami pun

kemudian melakukan pengukuran penampang basah sungai dari atas jembatan dan

membagi penampang menjadi 4 bagian, shingga kami mendapatkan tiga titik dari tengah

sungai. Dari ketiga bagian itu, kami mengukur seberapa dalam titik tersebut. Pada saat

melakukan pengukuran, ada sedikit halangan yaitu hujan yang membuat kami menunda

untuk melakukan langkah selanjutnya. Setelah menunggu kurang lebih 30 menit, kami

pun melanjutkan praktikum tersebut. Dari pengukuran yang didapat, kedalaman air

kurang dari 50cm, sehingga kami hanya melakukan 1x pembacaan yaitu pada 0,6H dari

permukaan sungai. Setelah propeler disetting pada 0,6H, propeler dimasukkan ke dalam

sungai untuk selanjutnya dilakukan pembacaan putaran propeler dengan current meter

selama 15 detik dengan menggunakan stopwatch dengan durasi pembacaan adalah 3x

masing-masing titik yang ditinjau. Setelah melakukan sebanyak 3x setiap titik, kami pun

pindah ke tempat selanjutnya dan prosedur yang dilakukan pun sama.

VI.2. Analisa Hasil

Dari praktikum yang telah dilakukan, kami pun mendapatkan hasilnya, yaitu

pengukuran terhadap kecepatan dan terhadap debit. Hasil yang kami dapat adalah untuk

daerah hilir, kecepatan titik tinjau yang pertama adalah 0,174 m/s, titik tinjau yang kedua

adalah 0,347 m/s dan titik tinjau yang ketiga adalah 0,437 m/s, sedangkan untuk daerah

hulu adalah titik tinjau yang pertama 0,291 m/s, titik tinjau yang kedua adalah 0,386 dan

titik tinjau yang ketiga adalah 0,218 m/s. Untuk pengukuran debit, hasil yang kami dapat

adalah daerah yang pertama hilir-1 0,707 m3/s dan daerah yang pertama hilir-2 0,864

m3/s, sedangkan daerah yang kedua hulu-1 0,580 m3/s dan daerah yang kedua hulu-2

0,746 m3/s.

Page 10: Laporan Praktikum Teknik Sungai Kelompok 2 (Edited)

Dari hasil praktikum yang didapat, kami juga dapat menganalisis kesalahan relatif

dari praktikum yang telah kami lakukan. Kesalahan relatif untuk daerah hilir adalah

18,21 %, sedangkan untuk daerah hulu adalah 22,21 %. Kesalahan relatif ini cukup

tinggi, padahal standar kesalahan relatif adalah 10%.

VI.3. Analisa Kesalahan

Kesalahan – kesalahan yang terjadi di praktikum ini antara lain:

1. Pada saat mengukur tinggi muka air, pengukuran dilakukan pada saat sebelum

hujan dan setelah itu praktikum terhenti karena hujan. Setelah hujan reda,

praktikum dilanjutkan kembali dan tidak dilakukan pengukuran ulang

terhadap tinggi muka air, padahal tinggi muka air akan semakin naik karena

hujan

2. Banyaknya sampah-sampah yang menggenangi lokasi praktikum, seperti

kayu, pampers dan benda-benda lainnya yang menyebabkan pengukuran

menjadi terhambat karena alat menjadi terhenti

3. Kesalahan dalam membaca lebar sungai yang menggunakan pita ukur atau

meteran.

4. Kesalahan dalam pengukuran kedalaman sungai.

5. Pengukuran kedalaman yang tidak tepat diakibatkan kedalaman sungai yang

tertutup endapan lumpur, batu dan lain-lain

VII. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil baik dari pelaksanaan praktikum,

perhitungan, maupun pelaporan adalah sebagai berikut.

1. Pelaksanaan pengukuran sungai dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya

adalah Cara Wading yaitu cara pengukuran sungai,dimana pengukuran dengan cara

ini hanya dapat dilakukan untuk sungai dangkal dengan kecepatan aliran yang tidak

begitu deras.

Page 11: Laporan Praktikum Teknik Sungai Kelompok 2 (Edited)

2. Hasil Perhitungan

a. Perhitungan Kecepatan

NODaerah 1 - HULU Daerah 2 - HILIR

1 2 3 1 2 3

KECEPATAN

(m/s)0,174 0,347 0,437 0,291 0,386 0,218

b. Perhitungan Debit Sungai

NODaerah 1 Daerah 2

HILIR-1 HILIR-2 HULU-1 HULU-2

DEBIT

( m3/s )0,707 0,864 0,580 0,746

c. Kesalahan Relatif

NO HILIR HULU

KR (%) 18,21 22,21

Page 12: Laporan Praktikum Teknik Sungai Kelompok 2 (Edited)

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Praktikum Pengukuran sungai

Materi Tim pengajar Teknik Sungai – Universitas Indonesia

user, 26/12/12,
Masukin gambar2 nya ya + masukin gambar potongan melintang sungai