bab 2 bu irine

24
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN KANKER PARU 2.1 Pengkajian 2.1.1 Identitas klien 2.1.1.1 Umur puncak kanker paru terjadi pada usia 55- 65 tahun dan kebanyakan klien yang menderita kanker paru yang meninggal karena kurangnya pengetahuan klien mengenai kondisi kesehatannya. (Barbarah, 2013; 228) 2.1.1.2 Jenis kelamin Kanker paru merupakan penyakit yang sering diderita pria dan wanita. Sebagian besar kanker paru mengenai pria sekitar 65% dan pada wanita lebih sedikit ditemukan kanker paru. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan factor merokok yang lebih banyak pada pria. (Barbarah, 2013; 228) 2.1.1.3 Alamat Kematian akibat kanker paru-paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan di daeraah pedesaan, selain itu daerah didekat pabrik juga memiliki resiko yang rentan. Hal ini terkait dengan tingginya angka polusi udara misalnya asap kendaraan bermotor di daerah perkotaan, Maupun polusi asap pabrik. (Somantri, 2012; 113) 2.1.2 Keluhan Utama Pada dasarnya kanker paru tidak menimbulkan gejala yang khas. Penderita dapat saja mengeluh batuk, mungkin batuk darah, sesak napas, atau nyeri dada. Semua keluhan ini dapat

Upload: noven-da-lopez

Post on 08-Jul-2016

222 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

BAB 2 bu irine

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 bu irine

BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER PARU

2.1 Pengkajian

2.1.1 Identitas klien

2.1.1.1 Umur

puncak kanker paru terjadi pada usia 55- 65 tahun dan kebanyakan klien yang

menderita kanker paru yang meninggal karena kurangnya pengetahuan klien mengenai

kondisi kesehatannya. (Barbarah, 2013; 228)

2.1.1.2 Jenis kelamin

Kanker paru merupakan penyakit yang sering diderita pria dan wanita. Sebagian

besar kanker paru mengenai pria sekitar 65% dan pada wanita lebih sedikit ditemukan kanker

paru. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan factor merokok yang lebih banyak pada

pria. (Barbarah, 2013; 228)

2.1.1.3 Alamat

Kematian akibat kanker paru-paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah

perkotaan dibandingkan dengan di daeraah pedesaan, selain itu daerah didekat pabrik juga

memiliki resiko yang rentan. Hal ini terkait dengan tingginya angka polusi udara misalnya

asap kendaraan bermotor di daerah perkotaan, Maupun polusi asap pabrik. (Somantri, 2012;

113)

2.1.2 Keluhan Utama

Pada dasarnya kanker paru tidak menimbulkan gejala yang khas. Penderita dapat saja

mengeluh batuk, mungkin batuk darah, sesak napas, atau nyeri dada. Semua keluhan ini dapat

saja terjadi pada penyakit paru yang lain, sehingga tidaklah merupakan karakteristik khas

untuk gejala kanker paru. (Sjamsuhidajat, 2004; 433)

Keluhan utama klien dengan karsinoma bronkogenik biasanya bervariasi seperti keluhan

batuk, batuk produktif, batuk darah, dan sesak napas. (Muttaqin, 2012; 201)

2.1.3 Riwayat Penyakit

2.1.3.1 Riwayat penyakit sekarang

Klien dengan penyakit kanker paru ini akan mengeluhkan batuk karena adanya iritas

pada saluran pernafasan, susah napas karena adanya cairan dalam rongga dada dan akan

Page 2: BAB 2 bu irine

mengeluhkan nyeri dada saat bernapas. Kemudian klien juga mengalami batuk berdarah,

serta peningkatan produksi sputum. (Somantri, 2012; 24)

2.1.3.2 Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit sebelumnya, walaupun tidak terlalu spesifik biasanya akan didapat

keluhan batuk jangka panjang dan penurunan berat badan secara signifikan. Terdapat juga

bukti bahwa anggota keluarga dari klien dengan kanker paru berisiko lebih besar mengalami

penyakit ini. (Muttaqin; 201)

Pada kondisi ini tanyakan kebiasaan merokok klien yang merupakan penyebab utama

terjadinya kanker paru. (Muttaqin,2008; 201)

2.1.3.3 Riwayat kesehatan keluarga

Anak dari orang tua perokok dapat menderita penyakit pernapasan lebih sering dan

lebih berat serta prevalansi terhadap gangguan pernapasan kronik lebih tinggi. Selain itu,

klien yang tidak merokok tetapi tinggal dengan perokok (perokok pasif) mengalami

peningkatan karbonmonoksida darah. (Price, 2012; 844)

2.1.3.4 Riwayat Psikososiospiritual

Adanya kesimpulan penegakkan diagnosis medis karsinoma bronkogenik akan

memberikan dampak yang luar biasa terhadap keadaan status psikologis klien. Mekanisme

koping biasanya maladaptif yang diikuti perubahan mekanisme peran dalam keluarga,

kemampuan ekonomi untuk pengobatan, serta prognosisi yang tidak jelas merupakan factor-

factor pemicu kecemasan dan ketidakefektifan koping individu dan keluarga. ( Muttaqin,

2008; 201 )

Diagnosis kanker sering kali mempengaruhi seluruh keluarga dan mungkin mengarahkan

pada peningkatan stress dan ketegangan, tidak saja bagi individu dengan kanker tetapi juga

untuk seluruh anggota keluarga. Pada diagnosis kanker pasti mempunyai dampak penting

terhadap adaptasi pasien pada penyakit tersebut.

Beberapa orang takut akan dikucilkan, ditangani dengan cara yang berbeda, dan adanya

kesalaha pahaman. Sebagai akibat dari semua itu diagnosis kanker dilihat sebagai suatu krisis

hidup yang amat besar. Reaksi umum meliputi syok, takut, cemas, perasaan berduka,

kesedihan, dan menarik diri.

( Muttaqin, 2008; 201 )

2.1.3.5 Riwayat Pola Hidup

Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernapasan klien. Secara umum

pertanyaan yang dapat diajukan pada klien adalah:

Page 3: BAB 2 bu irine

Merokok, merokok merupakan penyebab penting terjadinya kanker paru. Semua kondisi

tersebut sangat jarang menimpa non perokok. Anamnesis harus mencakup hal-hal berikut ini:

Usia ketika mulai merokok secara rutin

Rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari

Usia ketika melepas kebiasaan merokok

(Somantri, 2012; 24)

2.2 Activity Daily Life

2.2.1 Nutrisi

Penderita kanker paru akan mengeluhkan sulit menelan makanan karena kanker yang

cukup besar dapat menekan jalan masuknya makanan ke dalam tubuh, sehingga

menyebabkan asupan nutrisi pada penderita kanker juga kurang sehingga penderita

mengalami perubahan berat badan, sering haus atau peningkatan masukan cairan. (Doenges,

2010; 185 )

2.2.2 Aktivitas /Istirahat

Penderita kanker paru akan mengalami kelemahan dan ketidakmampuan

mempertahankan aktivitas rutin. (Doenges, 2010; 185 )

2.2.3 Hygiene personal

Penderita kanker paru tidak mampu memenuhi kebutuhan hygiene personal secara

mandiri karena keterbatasan aktivitasnya.

2.2.3 Eliminasi

Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).

Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid.

(Doenges, 2010; 185 )

2.3 Pemeriksaan Fisik

2.3.1 B1 (Breath)

Inspeksi:

Secara umum biasanya klien tampak kurus, telihat batuk, dengan atau tanopa peningkatan

produksi secret. Pergerakan dada bisa asimetris apabila terjadi komplikasi efusi pleura. Nyeri

dada dapat timbul dalam berbagai bentuk tetapi biasanya dialami sebagai rasa sakit atau

tidak nyaman akibat penyebaran neoplastik ke mediastinum. Selain itu, dapat pula timbul

nyeri pleuritik bila terjadi serangan sekunder pada pleura akibat penyebaran neuplastik

Page 4: BAB 2 bu irine

gejala-gejala umum seperti anoreksia, lelah, dan berkurangnya berat badan merupakan gejala-

gejala lanjutan. ( Muttaqin, 2008; 201 )

Palpasi:

Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun. ( Muttaqin, 2008; 201)

Perkusi:

Pada perkusi, didapatkan suara normal sampai hipersonor. ( Muttaqin, 2008; 201 )

Auskultasi:

Didapatkan bunyi stridor lokal, whezzing unilateral didapatkan apabila karsinoma

melibatkan penyempitan bronkus dan ini merupakan tanda khas pada tumor bronkus.

Penyebaran lokal tumor ke struktur mediastinum dapat menimbulkan suara serak akibat

terserangnya saraf rekuren, terjadi disfagia akibat keterlibatan esofagus, dan paralisis

hemidiafragma akibat keterlibatan saraf frenikus . ( Muttaqin, 2008; 201 )

2.3.2 B2 (Blood)

Distensi vena jugularis (obstruksi vena cava), bunyi jantung : gesekan perikardial

(menunjukkan efusi), takikardi/ disritmia. Edema di daerah muka, leher, dan lengan dapat

terjadi bila tumor menyumbat aliran darah di vena cava superior. ( Muttaqin, 2008; 201 )

2.3.2 B3 (Brain)

Penderita kanker paru juga akan mengalami gangguan berupa pandangan kabur, sakit

kepala, kejang karena edema cerebral disebabkan oleh metastasis ke otak. Nyeri dada tumpul. (

Muttaqin, 2008; 201 )

2.3.3 B4 (Bledder)

Penderita kanker paru akan sering mengeluhkan rasa haus karena terjadi penururnan

suplai caiaran ke dalam tubuh, dan menyebabkan penurunan produksi urine.

( Muttaqin, 2008; 201 )

2.3.4 B5 (Bowel)

Untuk kanker yang cukup besar akan dapat menekan jalan masuknya makanan, sehingga

penderita dapat mengeluh sulit menelan makanan dan mengalami diare yang hilang timbul

untuk jenis kanker karsinoma kecil. ( Muttaqin, 2008; 201 )

2.3.5 B6 (Bone)

Penderita juga mengalami kelemahan otot dan nyeri sendi khususnya di bagian bahu.

( Muttaqin, 2008; 201 )

Page 5: BAB 2 bu irine

2.4 Diagnosa Keperawatan

2.4.1.1 Gangguan pertukaran gas berhubungan gangguan suplai oksigen (hipoventilasi)

ditandai dengan dispnea

2.4.1.2 Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi jalan napas

dan peningkatan sekresi trakheobronkhial yang ditandai dengan dispnea, suara nafas

tambahan, batuk tidak efektif, sputum berlebihan, perubahan pada irama dan frekuensi

pernafasan.

2.4.2 Nyeri yang berhubungan dengan kanker metastasis

2.4.3 Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen tubuh yang ditandai dengan dispnea, kelemahan umum, nyeri

2.4.4 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan mengunyah dan

menelan yang ditandai dengan kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan dan

mengunyah

2.4.5 Ansietas yang berhubungan dengan ancaman akan kematia

2.5 Diagnosa dan Intervensi

2.5.1 Gangguan pertukaran gas berhubungan gangguan suplai oksigen (hipoventilasi) ditandai

dengan dispnea

Hasil yang diharapkan/ criteria hasil :

Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat

Tindakan/ intervensi

Tindakan/ intervensi Rasional

Mandiri

1. Catat frekuensi. Kedalaman

dan kemudahan pernapasan

2. Auskultasi paru untuk gerakan

udara dan bunyi napas tak

Pernapasan meninngkat akibat

nyeri atau sebagai mekanisme

kompensasi awal terhadap

hilangnya jaringan paru.

Vasolidasi dan kurangnya gerakan

Page 6: BAB 2 bu irine

normal

3. Pertahankan kepatenan jalan

napas pasien dengan

memberikan posisi,

penghisapan, dan penggunaan

alat.

4. Ubah posisi dengan sering,

letakkan pasien pada posisi

duduk juga posisi terlentang

sampai posisi miring.

5. Dorong atau bantu dengan

latihan napas dalam dan napas

bibir dengan tepat.

6. Pertahankan kepatenan sistem

drainase dada untuk lubektomi,

pasien reseksi segmen.

7. Catat perubahan jumahan/

tipe drainase selang dada

udara pada sisi yang dioprasi

normal pada pasien

pneumonektomi. Namun pasien

lubektomi harus menunjukkan

aliran darah normal pada lobus

yang masih

ada.

Obstruksi jalan napas

mempengaruhi ventilasi

menganggu pertukaran gas (rujuk

DK: bersihyan jalan napas, tak

efektif.,)

Memaksimalkan ekspansi paru dan

drainase secret

Meningktakan ventilasi maksimal

dan oksigenasi dan menurunkan

atau mencegah aktelestatis

Mengalirkan cairan dari rongga

pleural untuk meningkatkan

ekspansi segmen paru yang masih

ada.

Drainase berdarah harus menurun

dalam jumlah dan berubah sampai

komposisi serosa sesuai dengan

kemajuan penyembuhan.

Page 7: BAB 2 bu irine

8. Observasi respon pasien

terhadap aktivitas. Dorong

periode istirahat/ batasi

aktivitas sesuai toleransi pasien.

Peningkatan tiba-tiba pada jumlah

drainase berdarah atau kembali

terjadi pendarahan diduga terjadi

perdarahan toraks/hemotoraks:

penghentian tiba-tiba diduga terjadi

hambatan pada selang, memerlukan

evalasi dan intervensi lanjut.

Peningktan konsumsi kebutuhan

oksigen dan stres pembedahan

dapat mengakibatkan peningkatan

dispne, perubahan tanda vital

karena aktivitas. Mobilitas dini.

2.5.2 Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi jalan napas

dan peningkatan sekresi trakheobronkhial yang ditandai dengan dispnea, suara nafas

tambahan, batuk tidak efektif, sputum berlebihan, perubahan pada irama dan frekuensi

pernafasan.

Hasil yang diharapkan : Menunjukkan potensi jalan nafas, dengan cairan secret

mudah dikeluarkan, bunyi nafas jelas, dan pernafasan

tak bising.

Tindakan/ intervensi :

Page 8: BAB 2 bu irine

Tindakan/ intervensi Rasional

Mandiri

1. Auskultasi dada untuk karakter

bunyi nafas dan adanya secret

2. Bantu pasien untuk nafas dalam

efektif dan batuk dengan posisi

duduk tinggi dan menekan daerah

insisi.

3. Observasi jumah dan karakter

sputum atau secret serta selidiki

perubahan sesuai indikasi

4. Penghisapan bila battuk lemah atau

ronki tidak bersih . Hindari

penghisapan endotrakel dan

nasotrakeal yang dalam pada pasien

pasien pneumonektomi bila

mungkin.

Pernapasan bising menunjukkan

tertahannya secret dan obstruksi jalan

nafas

Posisi duduk memungkinkan ekspansi

paru maksimal dan penekanan

menguatkan upaya batuk untuk

memobilisasi dan membung secret .

Peningkatan jumlah secret tak

berwarna (atau bercak darah) / berair

awalnya normal dan harus menurun

sesuai kemajuan penyembuhan.

Adanya sputum yang kental, berdarah

atau purulen diduga terjadi karena

adanya perdarahan local atau infeksi

yang memerlukan pengobatan.

Penghisapan rutin meningkatkan risiko

hipoksemia dan kerusakan mukosa.

Penghisapan trakeal dalam secara

umum kontraindikasi pada pasien

pneumonektomi untuk menurunkan

risiko ruptur jahitan bronkial. Bila

panghisapan tidak dihindari, harus

dilakukan dengan hati- hati hanya

untuk merangsang batuk efektif.

Page 9: BAB 2 bu irine

5. Dorong masukkan cairan per oral Hidrasi adekuat untuk

mempertahankan secret hilang atau

peningkatan pengeluaran.

Kolaborasi:

1. Berikan dan bantu dengan

spirometer dan bantu drainase

postural/ perfusi sesuai indikasi

2. Berikan caian tambahan melalui IV

sesuai indikasi

3. Berikan bronkodilator,ekspektoran

dan atau analgesic sesuai indikasi

Memperbaiki ekspansi paru atau

ventilasi dan memudahkan

pembuangan secret. Drainase postural

dapat dikontraindikasikan pada

beberapa pasien dan pada setiap

kejadian harus dilakukan untuk

mencegah gangguan pernapasan dan

ketidaknyamanan.

Memberikan hidrasi maksimal

membantu penyilangan atau

pengenceran secret untuk

meningktakan pengeluaran. Gangguan

masukan oral memerlukan tambahan

melalui IV unutk mempertahankan

hidrasi.

Menghilangkan spasme bronkus untuk

memperbaiki alairan udara.

Ekspektoran meningkatkan produksi

mukosa untuk mengencerkan dan

menurunkan viskositas secret,

memudahkan pembuangan.

Penghilangan ketidaknyamanan dada

meningkatkan kerjasama pada latihan

pernapasan, dan meningktkan

keefektifan terapi pernapasan.

Page 10: BAB 2 bu irine

2.5.3 Nyeri yang berhubungan dengan kanker metastasis

Hasil yang diharapkan: Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol

Tindakan dan intervensi :

Tindakan/ intervensi Rasional

Mandiri

1. Tanyakan pasien tentang

nyeri. Tentukan

karakteristik nyeri,

misalnya terus menerus,

sakit, menusuk, atau

terbakar. Buat rentang

intensitas para skala 0-10

2. Kaji pernyataan verbal dan

non verbal nyeri pasien

3. Catat kemungkinan penyebab

nyeri

4. Berikan tindakan

kenyamanan, misalnya sering

mengubah posisi, dan

sokongan bantal dorong

penggunaan tekhnik

relaksasi. Dan aktivitas

Membantu dalam evaluasi gejala

nyeri karena kanker, yang dapat

menyebabkan syaraf dan jaringan

tulang. Penggunaan skala rentang

membantu pasien dalam mengkaji

tingkat nyeri.

Ketidak sesuaian antara petunjuk

verbal / non verbal dapat memberikan

petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/

keefektifan intervensi .

Insisi posterolateral lebih tidak

nyaman untuk pasien daripada insisi

anterolateral adanya selang dada

dapat meningkatkan lebih besar

ketidak nyamanan. Selain itu takut,

distress dan kehilangan sesuai

diagnose kanker dapat mengganggu

kemampuan mengatasinya

Meningkatkan relaksasi dan

pengalihan perhatian dapat

menghilangkan ketidak nyamanan

dan meningkatkan efek terapeutik

analgesic.

Page 11: BAB 2 bu irine

hiburan yang tepat

5. Jadwalkan periode istirahat,

berikan lingkungan tenang

6. Bantu aktivitas perawatan

diri

Kolaborasi:

1. Berikan analgesik rutin

sesuai indikasi.

Penurunan kelemahan dan hemat

energy meningkatkan kemampuan

koping

Mencegah kelemahan yang tak perlu.

Mendorong dan membantu aktivitas

fisik mungkin diperlukan untuk

beberapa waktu sbelum pasien

mampu untuk melakukan aktivitas

karena nyeri

Mempertahankan kadar obat lebih

konstan menghindari puncak periode

nyeri

2.5.4 Nyeri yang berhubungan dengan kanker metastasis

Hasil yang diharapkan: Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol

Tindakan dan intervensi :

Tindakan/ intervensi Rasional

Mandiri

1. Tanyakan pasien tentang

nyeri. Tentukan

karakteristik nyeri,

misalnya terus menerus,

sakit, menusuk, atau

terbakar. Buat rentang

intensitas para skala 0-10

2. Kaji pernyataan verbal

Membantu dalam evaluasi gejala

nyeri karena kanker, yang dapat

menyebabkan syaraf dan jaringan

tulang. Penggunaan skala rentang

membantu pasien dalam mengkaji

tingkat nyeri.

Ketidak sesuaian antara petunjuk

Page 12: BAB 2 bu irine

dan non verbal nyeri

pasien

3. Catat kemungkinan

penyebab nyeri

4. Berikan tindakan

kenyamanan, misalnya

sering mengubah posisi,

dan sokongan bantal

dorong penggunaan

tekhnik relaksasi. Dan

aktivitas hiburan yang

tepat

5. Jadwalkan periode

istirahat, berikan

lingkungan tenang

6. Bantu aktivitas perawatan

diri

Kolaborasi:

verbal / non verbal dapat memberikan

petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/

keefektifan intervensi .

Insisi posterolateral lebih tidak

nyaman untuk pasien daripada insisi

anterolateral adanya selang dada

dapat meningkatkan lebih besar

ketidak nyamanan. Selain itu takut,

distress dan kehilangan sesuai

diagnose kanker dapat mengganggu

kemampuan mengatasinya

Meningkatkan relaksasi dan

pengalihan perhatian dapat

menghilangkan ketidak nyamanan

dan meningkatkan efek terapeutik

analgesic.

Penurunan kelemahan dan hemat

energy meningkatkan kemampuan

koping

Mencegah kelemahan yang tak perlu.

Mendorong dan membantu aktivitas

fisik mungkin diperlukan untuk

beberapa waktu sbelum pasien

mampu untuk melakukan aktivitas

karena nyeri

Page 13: BAB 2 bu irine

2. Berikan analgesik rutin

sesuai indikasi.

Mempertahankan kadar obat lebih

konstan menghindari puncak periode

nyeri

2.5.6 Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen tubuh yang ditandai dengan dispnea, kelemahan umum, nyeri

Hasil yang diharapkan : Melaporkan peningkatan intoleransi aktivitas, serta menunjukkan

penurunan tanda fisiologis intoleransi, misalnya pernafasan dan tekanan darah masih dalam

rentang normal.

Tindakan dan intervensi :

Tindakan/ intervensi Rasional

Mandiri:

1. Observasi kemampuan pasien

untuk melakukan tugas atau

aktivitas normal, catat laporn

kelelahan, keletihan dan kesulitan

menyelesaikan tugas

2. Observasi tekanan darah, nadi,

pernapasan, selama dan sesudah

aktivitas

3. Berikan lingkungan tenang.

Pertahankan tirah baring bila

diindikasikan

Mempengaruhi pilihan intervesi/

bantuan

Manifestasi kardio pulmonal dari

upaya jantung dan paru untuk

membawa jumlah oksigen adekuat

ke jaringan.

Meningkatkan istirahat untuk

menurunkan kebutuhan oksigen

tubuh dan menurunkan peregangan

paru .

Page 14: BAB 2 bu irine

4. Ubah posisi pasien dengan

perlahan dan pantau terhadap

pusing

Hipoksia cerebra dapat

menyebabkan pusing dan

peningkatkan resiko cedera

2.5.7 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan mengunyah dan

menelan yang ditandai dengan kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan dan

mengunyah.

Hasil yang diharapkan: Memperlihatkan status gizi yang adekuat

Tindakan/ intervensi

Tindakan/ intervensi Rasional

Mandiri

1. Identifikasi factor yang

menimbulkan mual atau muntah

misalnya sputum banyak, dispnea

berat, dan nyeri.

2. Berikan wadah tertutup untuk

sputum dan buang sesering

mungkin. Berikan/ bantu

kebersihan mulut setelah muntah,

drainase postural dan sebelum

makan

3. Auskultasi bunyi usus. Observasi

dari palpasi distensi abnormal.

4. Berikan makan porsi kecil dan

sering, makanan yang menarik

untuk pasien.

Pilihan intervensi tergantung pada

penyebab masalah.

Menghiangakan tanda bahaya dan rasa

bau dari lingkungan pasien dapat

menurunkan mual.

Bunyi usus mungkin menurun atau tak

ada bila proses infeksi berat/

memanjang. Distensi abdomen terjadi

sebagai akibat menelan udara atau

menunujukkan pengaruh toksin

Tindakan ini dapat meningkatkan

masukan meskipun nafsu makan

lambat untuk kembali.

Page 15: BAB 2 bu irine

5. Evaluasi status nutrisi umum, ukur

berat badan dasar.

Adanya kondisi kronis dapat

menimbulkan malnutrisi, randahan

tahan terhadap infeksi, dan lambatnya

respon terhadap terapi.

2.5.8 Ansietas yang berhubungan dengan ancaman akan kematian

Hasil yang diharapkan : Pengendalian diri terhadap ansietas

Tindakan/ intervensi

Tindakan/ Intervensi Rasional

Mandiri

1. Akui rasa takut/ masalah

pasien dan dorong

mengekspresikan perasaannya

2. Berikan kesempatan untuk

bertanya dan jawab dengan

jujur. Yakinkan bahwa pasien

Dukungan memampukan pasien mulai

membuka/ menerima kenyataan kanker dan

pengobatannya. Pasien mungkin perlu waktu

untuk mengidentifikasi perasaan dan

meskipun lebih banyak waktu untuk mulai

mengekspresikannya.

Membuat kepercayaan dan menurunkan

kesalahan persepsi/ salah interpretasi

Page 16: BAB 2 bu irine

dan member perawatan

mempunyai pemahaman yang

sama

3. Terima penyangkalan pasien

tetapi jangan dikuatkan

4. Catat komentar/ perilaku yang

menunjukkan menerima dan/

atau menggunakan strategi

efektif menerima situasi

5. Libatkan pasien/ orang

terdekat dalam perencanaan

perawatan. Berikan waktu

untuk menyiapkan peristiwa/

pengobatan

6. Berikan kenyamanan fisik

pasien

terhadap informasi

Bila penyangkalan extreme atau ansietas

mempengaruhi kemajuan penyembuhan,

mengadapi issue pasien perlu dijelaskan dan

membuka cara penyelesaiannya

Takut/ ansietas menurun, pasien mulai

menerima atau secara positif dengan

kenyataan. Indicator persiapan pasien untuk

menerima tanggung jawab untuk

berpartisipasi dalam penyembuhan dan

untuk “mualai hidup lagi”

Dapat membantu memperbaiki beberapa

perasaan control/ kemandirian pada pasien

yang merasa tak berdaya dalam menerima

diagnosa dan pengobatan.

Ini sulit untuk menerima dengan issue emosi

bila pengalaman extreme/ ketidak nyamanan

fisik menetap.