bab 2 bu irine
DESCRIPTION
BAB 2 bu irineTRANSCRIPT
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN KANKER PARU
2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas klien
2.1.1.1 Umur
puncak kanker paru terjadi pada usia 55- 65 tahun dan kebanyakan klien yang
menderita kanker paru yang meninggal karena kurangnya pengetahuan klien mengenai
kondisi kesehatannya. (Barbarah, 2013; 228)
2.1.1.2 Jenis kelamin
Kanker paru merupakan penyakit yang sering diderita pria dan wanita. Sebagian
besar kanker paru mengenai pria sekitar 65% dan pada wanita lebih sedikit ditemukan kanker
paru. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan factor merokok yang lebih banyak pada
pria. (Barbarah, 2013; 228)
2.1.1.3 Alamat
Kematian akibat kanker paru-paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah
perkotaan dibandingkan dengan di daeraah pedesaan, selain itu daerah didekat pabrik juga
memiliki resiko yang rentan. Hal ini terkait dengan tingginya angka polusi udara misalnya
asap kendaraan bermotor di daerah perkotaan, Maupun polusi asap pabrik. (Somantri, 2012;
113)
2.1.2 Keluhan Utama
Pada dasarnya kanker paru tidak menimbulkan gejala yang khas. Penderita dapat saja
mengeluh batuk, mungkin batuk darah, sesak napas, atau nyeri dada. Semua keluhan ini dapat
saja terjadi pada penyakit paru yang lain, sehingga tidaklah merupakan karakteristik khas
untuk gejala kanker paru. (Sjamsuhidajat, 2004; 433)
Keluhan utama klien dengan karsinoma bronkogenik biasanya bervariasi seperti keluhan
batuk, batuk produktif, batuk darah, dan sesak napas. (Muttaqin, 2012; 201)
2.1.3 Riwayat Penyakit
2.1.3.1 Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan penyakit kanker paru ini akan mengeluhkan batuk karena adanya iritas
pada saluran pernafasan, susah napas karena adanya cairan dalam rongga dada dan akan
mengeluhkan nyeri dada saat bernapas. Kemudian klien juga mengalami batuk berdarah,
serta peningkatan produksi sputum. (Somantri, 2012; 24)
2.1.3.2 Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit sebelumnya, walaupun tidak terlalu spesifik biasanya akan didapat
keluhan batuk jangka panjang dan penurunan berat badan secara signifikan. Terdapat juga
bukti bahwa anggota keluarga dari klien dengan kanker paru berisiko lebih besar mengalami
penyakit ini. (Muttaqin; 201)
Pada kondisi ini tanyakan kebiasaan merokok klien yang merupakan penyebab utama
terjadinya kanker paru. (Muttaqin,2008; 201)
2.1.3.3 Riwayat kesehatan keluarga
Anak dari orang tua perokok dapat menderita penyakit pernapasan lebih sering dan
lebih berat serta prevalansi terhadap gangguan pernapasan kronik lebih tinggi. Selain itu,
klien yang tidak merokok tetapi tinggal dengan perokok (perokok pasif) mengalami
peningkatan karbonmonoksida darah. (Price, 2012; 844)
2.1.3.4 Riwayat Psikososiospiritual
Adanya kesimpulan penegakkan diagnosis medis karsinoma bronkogenik akan
memberikan dampak yang luar biasa terhadap keadaan status psikologis klien. Mekanisme
koping biasanya maladaptif yang diikuti perubahan mekanisme peran dalam keluarga,
kemampuan ekonomi untuk pengobatan, serta prognosisi yang tidak jelas merupakan factor-
factor pemicu kecemasan dan ketidakefektifan koping individu dan keluarga. ( Muttaqin,
2008; 201 )
Diagnosis kanker sering kali mempengaruhi seluruh keluarga dan mungkin mengarahkan
pada peningkatan stress dan ketegangan, tidak saja bagi individu dengan kanker tetapi juga
untuk seluruh anggota keluarga. Pada diagnosis kanker pasti mempunyai dampak penting
terhadap adaptasi pasien pada penyakit tersebut.
Beberapa orang takut akan dikucilkan, ditangani dengan cara yang berbeda, dan adanya
kesalaha pahaman. Sebagai akibat dari semua itu diagnosis kanker dilihat sebagai suatu krisis
hidup yang amat besar. Reaksi umum meliputi syok, takut, cemas, perasaan berduka,
kesedihan, dan menarik diri.
( Muttaqin, 2008; 201 )
2.1.3.5 Riwayat Pola Hidup
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernapasan klien. Secara umum
pertanyaan yang dapat diajukan pada klien adalah:
Merokok, merokok merupakan penyebab penting terjadinya kanker paru. Semua kondisi
tersebut sangat jarang menimpa non perokok. Anamnesis harus mencakup hal-hal berikut ini:
Usia ketika mulai merokok secara rutin
Rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari
Usia ketika melepas kebiasaan merokok
(Somantri, 2012; 24)
2.2 Activity Daily Life
2.2.1 Nutrisi
Penderita kanker paru akan mengeluhkan sulit menelan makanan karena kanker yang
cukup besar dapat menekan jalan masuknya makanan ke dalam tubuh, sehingga
menyebabkan asupan nutrisi pada penderita kanker juga kurang sehingga penderita
mengalami perubahan berat badan, sering haus atau peningkatan masukan cairan. (Doenges,
2010; 185 )
2.2.2 Aktivitas /Istirahat
Penderita kanker paru akan mengalami kelemahan dan ketidakmampuan
mempertahankan aktivitas rutin. (Doenges, 2010; 185 )
2.2.3 Hygiene personal
Penderita kanker paru tidak mampu memenuhi kebutuhan hygiene personal secara
mandiri karena keterbatasan aktivitasnya.
2.2.3 Eliminasi
Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid.
(Doenges, 2010; 185 )
2.3 Pemeriksaan Fisik
2.3.1 B1 (Breath)
Inspeksi:
Secara umum biasanya klien tampak kurus, telihat batuk, dengan atau tanopa peningkatan
produksi secret. Pergerakan dada bisa asimetris apabila terjadi komplikasi efusi pleura. Nyeri
dada dapat timbul dalam berbagai bentuk tetapi biasanya dialami sebagai rasa sakit atau
tidak nyaman akibat penyebaran neoplastik ke mediastinum. Selain itu, dapat pula timbul
nyeri pleuritik bila terjadi serangan sekunder pada pleura akibat penyebaran neuplastik
gejala-gejala umum seperti anoreksia, lelah, dan berkurangnya berat badan merupakan gejala-
gejala lanjutan. ( Muttaqin, 2008; 201 )
Palpasi:
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun. ( Muttaqin, 2008; 201)
Perkusi:
Pada perkusi, didapatkan suara normal sampai hipersonor. ( Muttaqin, 2008; 201 )
Auskultasi:
Didapatkan bunyi stridor lokal, whezzing unilateral didapatkan apabila karsinoma
melibatkan penyempitan bronkus dan ini merupakan tanda khas pada tumor bronkus.
Penyebaran lokal tumor ke struktur mediastinum dapat menimbulkan suara serak akibat
terserangnya saraf rekuren, terjadi disfagia akibat keterlibatan esofagus, dan paralisis
hemidiafragma akibat keterlibatan saraf frenikus . ( Muttaqin, 2008; 201 )
2.3.2 B2 (Blood)
Distensi vena jugularis (obstruksi vena cava), bunyi jantung : gesekan perikardial
(menunjukkan efusi), takikardi/ disritmia. Edema di daerah muka, leher, dan lengan dapat
terjadi bila tumor menyumbat aliran darah di vena cava superior. ( Muttaqin, 2008; 201 )
2.3.2 B3 (Brain)
Penderita kanker paru juga akan mengalami gangguan berupa pandangan kabur, sakit
kepala, kejang karena edema cerebral disebabkan oleh metastasis ke otak. Nyeri dada tumpul. (
Muttaqin, 2008; 201 )
2.3.3 B4 (Bledder)
Penderita kanker paru akan sering mengeluhkan rasa haus karena terjadi penururnan
suplai caiaran ke dalam tubuh, dan menyebabkan penurunan produksi urine.
( Muttaqin, 2008; 201 )
2.3.4 B5 (Bowel)
Untuk kanker yang cukup besar akan dapat menekan jalan masuknya makanan, sehingga
penderita dapat mengeluh sulit menelan makanan dan mengalami diare yang hilang timbul
untuk jenis kanker karsinoma kecil. ( Muttaqin, 2008; 201 )
2.3.5 B6 (Bone)
Penderita juga mengalami kelemahan otot dan nyeri sendi khususnya di bagian bahu.
( Muttaqin, 2008; 201 )
2.4 Diagnosa Keperawatan
2.4.1.1 Gangguan pertukaran gas berhubungan gangguan suplai oksigen (hipoventilasi)
ditandai dengan dispnea
2.4.1.2 Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi jalan napas
dan peningkatan sekresi trakheobronkhial yang ditandai dengan dispnea, suara nafas
tambahan, batuk tidak efektif, sputum berlebihan, perubahan pada irama dan frekuensi
pernafasan.
2.4.2 Nyeri yang berhubungan dengan kanker metastasis
2.4.3 Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen tubuh yang ditandai dengan dispnea, kelemahan umum, nyeri
2.4.4 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan mengunyah dan
menelan yang ditandai dengan kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan dan
mengunyah
2.4.5 Ansietas yang berhubungan dengan ancaman akan kematia
2.5 Diagnosa dan Intervensi
2.5.1 Gangguan pertukaran gas berhubungan gangguan suplai oksigen (hipoventilasi) ditandai
dengan dispnea
Hasil yang diharapkan/ criteria hasil :
Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
Tindakan/ intervensi
Tindakan/ intervensi Rasional
Mandiri
1. Catat frekuensi. Kedalaman
dan kemudahan pernapasan
2. Auskultasi paru untuk gerakan
udara dan bunyi napas tak
Pernapasan meninngkat akibat
nyeri atau sebagai mekanisme
kompensasi awal terhadap
hilangnya jaringan paru.
Vasolidasi dan kurangnya gerakan
normal
3. Pertahankan kepatenan jalan
napas pasien dengan
memberikan posisi,
penghisapan, dan penggunaan
alat.
4. Ubah posisi dengan sering,
letakkan pasien pada posisi
duduk juga posisi terlentang
sampai posisi miring.
5. Dorong atau bantu dengan
latihan napas dalam dan napas
bibir dengan tepat.
6. Pertahankan kepatenan sistem
drainase dada untuk lubektomi,
pasien reseksi segmen.
7. Catat perubahan jumahan/
tipe drainase selang dada
udara pada sisi yang dioprasi
normal pada pasien
pneumonektomi. Namun pasien
lubektomi harus menunjukkan
aliran darah normal pada lobus
yang masih
ada.
Obstruksi jalan napas
mempengaruhi ventilasi
menganggu pertukaran gas (rujuk
DK: bersihyan jalan napas, tak
efektif.,)
Memaksimalkan ekspansi paru dan
drainase secret
Meningktakan ventilasi maksimal
dan oksigenasi dan menurunkan
atau mencegah aktelestatis
Mengalirkan cairan dari rongga
pleural untuk meningkatkan
ekspansi segmen paru yang masih
ada.
Drainase berdarah harus menurun
dalam jumlah dan berubah sampai
komposisi serosa sesuai dengan
kemajuan penyembuhan.
8. Observasi respon pasien
terhadap aktivitas. Dorong
periode istirahat/ batasi
aktivitas sesuai toleransi pasien.
Peningkatan tiba-tiba pada jumlah
drainase berdarah atau kembali
terjadi pendarahan diduga terjadi
perdarahan toraks/hemotoraks:
penghentian tiba-tiba diduga terjadi
hambatan pada selang, memerlukan
evalasi dan intervensi lanjut.
Peningktan konsumsi kebutuhan
oksigen dan stres pembedahan
dapat mengakibatkan peningkatan
dispne, perubahan tanda vital
karena aktivitas. Mobilitas dini.
2.5.2 Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi jalan napas
dan peningkatan sekresi trakheobronkhial yang ditandai dengan dispnea, suara nafas
tambahan, batuk tidak efektif, sputum berlebihan, perubahan pada irama dan frekuensi
pernafasan.
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan potensi jalan nafas, dengan cairan secret
mudah dikeluarkan, bunyi nafas jelas, dan pernafasan
tak bising.
Tindakan/ intervensi :
Tindakan/ intervensi Rasional
Mandiri
1. Auskultasi dada untuk karakter
bunyi nafas dan adanya secret
2. Bantu pasien untuk nafas dalam
efektif dan batuk dengan posisi
duduk tinggi dan menekan daerah
insisi.
3. Observasi jumah dan karakter
sputum atau secret serta selidiki
perubahan sesuai indikasi
4. Penghisapan bila battuk lemah atau
ronki tidak bersih . Hindari
penghisapan endotrakel dan
nasotrakeal yang dalam pada pasien
pasien pneumonektomi bila
mungkin.
Pernapasan bising menunjukkan
tertahannya secret dan obstruksi jalan
nafas
Posisi duduk memungkinkan ekspansi
paru maksimal dan penekanan
menguatkan upaya batuk untuk
memobilisasi dan membung secret .
Peningkatan jumlah secret tak
berwarna (atau bercak darah) / berair
awalnya normal dan harus menurun
sesuai kemajuan penyembuhan.
Adanya sputum yang kental, berdarah
atau purulen diduga terjadi karena
adanya perdarahan local atau infeksi
yang memerlukan pengobatan.
Penghisapan rutin meningkatkan risiko
hipoksemia dan kerusakan mukosa.
Penghisapan trakeal dalam secara
umum kontraindikasi pada pasien
pneumonektomi untuk menurunkan
risiko ruptur jahitan bronkial. Bila
panghisapan tidak dihindari, harus
dilakukan dengan hati- hati hanya
untuk merangsang batuk efektif.
5. Dorong masukkan cairan per oral Hidrasi adekuat untuk
mempertahankan secret hilang atau
peningkatan pengeluaran.
Kolaborasi:
1. Berikan dan bantu dengan
spirometer dan bantu drainase
postural/ perfusi sesuai indikasi
2. Berikan caian tambahan melalui IV
sesuai indikasi
3. Berikan bronkodilator,ekspektoran
dan atau analgesic sesuai indikasi
Memperbaiki ekspansi paru atau
ventilasi dan memudahkan
pembuangan secret. Drainase postural
dapat dikontraindikasikan pada
beberapa pasien dan pada setiap
kejadian harus dilakukan untuk
mencegah gangguan pernapasan dan
ketidaknyamanan.
Memberikan hidrasi maksimal
membantu penyilangan atau
pengenceran secret untuk
meningktakan pengeluaran. Gangguan
masukan oral memerlukan tambahan
melalui IV unutk mempertahankan
hidrasi.
Menghilangkan spasme bronkus untuk
memperbaiki alairan udara.
Ekspektoran meningkatkan produksi
mukosa untuk mengencerkan dan
menurunkan viskositas secret,
memudahkan pembuangan.
Penghilangan ketidaknyamanan dada
meningkatkan kerjasama pada latihan
pernapasan, dan meningktkan
keefektifan terapi pernapasan.
2.5.3 Nyeri yang berhubungan dengan kanker metastasis
Hasil yang diharapkan: Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
Tindakan dan intervensi :
Tindakan/ intervensi Rasional
Mandiri
1. Tanyakan pasien tentang
nyeri. Tentukan
karakteristik nyeri,
misalnya terus menerus,
sakit, menusuk, atau
terbakar. Buat rentang
intensitas para skala 0-10
2. Kaji pernyataan verbal dan
non verbal nyeri pasien
3. Catat kemungkinan penyebab
nyeri
4. Berikan tindakan
kenyamanan, misalnya sering
mengubah posisi, dan
sokongan bantal dorong
penggunaan tekhnik
relaksasi. Dan aktivitas
Membantu dalam evaluasi gejala
nyeri karena kanker, yang dapat
menyebabkan syaraf dan jaringan
tulang. Penggunaan skala rentang
membantu pasien dalam mengkaji
tingkat nyeri.
Ketidak sesuaian antara petunjuk
verbal / non verbal dapat memberikan
petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/
keefektifan intervensi .
Insisi posterolateral lebih tidak
nyaman untuk pasien daripada insisi
anterolateral adanya selang dada
dapat meningkatkan lebih besar
ketidak nyamanan. Selain itu takut,
distress dan kehilangan sesuai
diagnose kanker dapat mengganggu
kemampuan mengatasinya
Meningkatkan relaksasi dan
pengalihan perhatian dapat
menghilangkan ketidak nyamanan
dan meningkatkan efek terapeutik
analgesic.
hiburan yang tepat
5. Jadwalkan periode istirahat,
berikan lingkungan tenang
6. Bantu aktivitas perawatan
diri
Kolaborasi:
1. Berikan analgesik rutin
sesuai indikasi.
Penurunan kelemahan dan hemat
energy meningkatkan kemampuan
koping
Mencegah kelemahan yang tak perlu.
Mendorong dan membantu aktivitas
fisik mungkin diperlukan untuk
beberapa waktu sbelum pasien
mampu untuk melakukan aktivitas
karena nyeri
Mempertahankan kadar obat lebih
konstan menghindari puncak periode
nyeri
2.5.4 Nyeri yang berhubungan dengan kanker metastasis
Hasil yang diharapkan: Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
Tindakan dan intervensi :
Tindakan/ intervensi Rasional
Mandiri
1. Tanyakan pasien tentang
nyeri. Tentukan
karakteristik nyeri,
misalnya terus menerus,
sakit, menusuk, atau
terbakar. Buat rentang
intensitas para skala 0-10
2. Kaji pernyataan verbal
Membantu dalam evaluasi gejala
nyeri karena kanker, yang dapat
menyebabkan syaraf dan jaringan
tulang. Penggunaan skala rentang
membantu pasien dalam mengkaji
tingkat nyeri.
Ketidak sesuaian antara petunjuk
dan non verbal nyeri
pasien
3. Catat kemungkinan
penyebab nyeri
4. Berikan tindakan
kenyamanan, misalnya
sering mengubah posisi,
dan sokongan bantal
dorong penggunaan
tekhnik relaksasi. Dan
aktivitas hiburan yang
tepat
5. Jadwalkan periode
istirahat, berikan
lingkungan tenang
6. Bantu aktivitas perawatan
diri
Kolaborasi:
verbal / non verbal dapat memberikan
petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/
keefektifan intervensi .
Insisi posterolateral lebih tidak
nyaman untuk pasien daripada insisi
anterolateral adanya selang dada
dapat meningkatkan lebih besar
ketidak nyamanan. Selain itu takut,
distress dan kehilangan sesuai
diagnose kanker dapat mengganggu
kemampuan mengatasinya
Meningkatkan relaksasi dan
pengalihan perhatian dapat
menghilangkan ketidak nyamanan
dan meningkatkan efek terapeutik
analgesic.
Penurunan kelemahan dan hemat
energy meningkatkan kemampuan
koping
Mencegah kelemahan yang tak perlu.
Mendorong dan membantu aktivitas
fisik mungkin diperlukan untuk
beberapa waktu sbelum pasien
mampu untuk melakukan aktivitas
karena nyeri
2. Berikan analgesik rutin
sesuai indikasi.
Mempertahankan kadar obat lebih
konstan menghindari puncak periode
nyeri
2.5.6 Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen tubuh yang ditandai dengan dispnea, kelemahan umum, nyeri
Hasil yang diharapkan : Melaporkan peningkatan intoleransi aktivitas, serta menunjukkan
penurunan tanda fisiologis intoleransi, misalnya pernafasan dan tekanan darah masih dalam
rentang normal.
Tindakan dan intervensi :
Tindakan/ intervensi Rasional
Mandiri:
1. Observasi kemampuan pasien
untuk melakukan tugas atau
aktivitas normal, catat laporn
kelelahan, keletihan dan kesulitan
menyelesaikan tugas
2. Observasi tekanan darah, nadi,
pernapasan, selama dan sesudah
aktivitas
3. Berikan lingkungan tenang.
Pertahankan tirah baring bila
diindikasikan
Mempengaruhi pilihan intervesi/
bantuan
Manifestasi kardio pulmonal dari
upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat
ke jaringan.
Meningkatkan istirahat untuk
menurunkan kebutuhan oksigen
tubuh dan menurunkan peregangan
paru .
4. Ubah posisi pasien dengan
perlahan dan pantau terhadap
pusing
Hipoksia cerebra dapat
menyebabkan pusing dan
peningkatkan resiko cedera
2.5.7 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan mengunyah dan
menelan yang ditandai dengan kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan dan
mengunyah.
Hasil yang diharapkan: Memperlihatkan status gizi yang adekuat
Tindakan/ intervensi
Tindakan/ intervensi Rasional
Mandiri
1. Identifikasi factor yang
menimbulkan mual atau muntah
misalnya sputum banyak, dispnea
berat, dan nyeri.
2. Berikan wadah tertutup untuk
sputum dan buang sesering
mungkin. Berikan/ bantu
kebersihan mulut setelah muntah,
drainase postural dan sebelum
makan
3. Auskultasi bunyi usus. Observasi
dari palpasi distensi abnormal.
4. Berikan makan porsi kecil dan
sering, makanan yang menarik
untuk pasien.
Pilihan intervensi tergantung pada
penyebab masalah.
Menghiangakan tanda bahaya dan rasa
bau dari lingkungan pasien dapat
menurunkan mual.
Bunyi usus mungkin menurun atau tak
ada bila proses infeksi berat/
memanjang. Distensi abdomen terjadi
sebagai akibat menelan udara atau
menunujukkan pengaruh toksin
Tindakan ini dapat meningkatkan
masukan meskipun nafsu makan
lambat untuk kembali.
5. Evaluasi status nutrisi umum, ukur
berat badan dasar.
Adanya kondisi kronis dapat
menimbulkan malnutrisi, randahan
tahan terhadap infeksi, dan lambatnya
respon terhadap terapi.
2.5.8 Ansietas yang berhubungan dengan ancaman akan kematian
Hasil yang diharapkan : Pengendalian diri terhadap ansietas
Tindakan/ intervensi
Tindakan/ Intervensi Rasional
Mandiri
1. Akui rasa takut/ masalah
pasien dan dorong
mengekspresikan perasaannya
2. Berikan kesempatan untuk
bertanya dan jawab dengan
jujur. Yakinkan bahwa pasien
Dukungan memampukan pasien mulai
membuka/ menerima kenyataan kanker dan
pengobatannya. Pasien mungkin perlu waktu
untuk mengidentifikasi perasaan dan
meskipun lebih banyak waktu untuk mulai
mengekspresikannya.
Membuat kepercayaan dan menurunkan
kesalahan persepsi/ salah interpretasi
dan member perawatan
mempunyai pemahaman yang
sama
3. Terima penyangkalan pasien
tetapi jangan dikuatkan
4. Catat komentar/ perilaku yang
menunjukkan menerima dan/
atau menggunakan strategi
efektif menerima situasi
5. Libatkan pasien/ orang
terdekat dalam perencanaan
perawatan. Berikan waktu
untuk menyiapkan peristiwa/
pengobatan
6. Berikan kenyamanan fisik
pasien
terhadap informasi
Bila penyangkalan extreme atau ansietas
mempengaruhi kemajuan penyembuhan,
mengadapi issue pasien perlu dijelaskan dan
membuka cara penyelesaiannya
Takut/ ansietas menurun, pasien mulai
menerima atau secara positif dengan
kenyataan. Indicator persiapan pasien untuk
menerima tanggung jawab untuk
berpartisipasi dalam penyembuhan dan
untuk “mualai hidup lagi”
Dapat membantu memperbaiki beberapa
perasaan control/ kemandirian pada pasien
yang merasa tak berdaya dalam menerima
diagnosa dan pengobatan.
Ini sulit untuk menerima dengan issue emosi
bila pengalaman extreme/ ketidak nyamanan
fisik menetap.