96666973 makalah-bu-aini-kasus-2

22
MAKALAH Sistem Kardiovaskuler “ Masalah Etik dan Hukum Keperawatan terhadap Sebuah Kasus “ Pembimbing : Luthfiah Nur A, S.Kep Ns Disusun Oleh : 1. Anas Wahyu Suseno 2. Deny Yulanda Anggraeni 3. Eko Hartanto 4. Herlinda Eka Listiyanti 5. Nurdin 6. Nurul Indrawati 7. Reny Khoirun Nisa 8. Zummatul Atiqoh S1 Keperawatan

Upload: amhar-rizki

Post on 23-Jun-2015

6.696 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 96666973 makalah-bu-aini-kasus-2

MAKALAH

Sistem Kardiovaskuler

“ Masalah Etik dan Hukum Keperawatan terhadap

Sebuah Kasus “

Pembimbing :

Luthfiah Nur A, S.Kep Ns

Disusun Oleh :

1. Anas Wahyu Suseno

2. Deny Yulanda Anggraeni

3. Eko Hartanto

4. Herlinda Eka Listiyanti

5. Nurdin

6. Nurul Indrawati

7. Reny Khoirun Nisa

8. Zummatul Atiqoh

S1 Keperawatan

STIKES Dian Husada Mojokerto

Tahun Akademik 2011 – 2012

Page 2: 96666973 makalah-bu-aini-kasus-2

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan

karunianya sehingga makalah yang berjudul “Masalah Etik dan Hukum Keperawatan

terhadap Sebuah Kasus” ini dapat diselesaikan.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu nilai mata kuliah sistem

kardiovaskuler pada khususnya dan untuk memberikan pengetahuan kepada calon perawat

tentang etik keperawatan dan hukum keperawatan.

Dalam pembuatan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,

oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Luthfiah Nur Aini, S.Kep Ns selaku kaprodi S1 Keperawatan dan Dosen mata

kuliah Sistem Kardiovaskuler yang telah memberikan kasus yang memicu kami untuk

mencari informasi lebih banyak demi terselesaikannya pembuatan makalah ini.

2. Teman – teman SGD Kelompok 5, yang telah bekerja sama dalam pembuatan

makalah ini.

Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, karena kesempurnaan

itu hanyalah milik-Nya semata.

Kami harap para pembaca berkenan kiranya menyampaikan kritik, usul, dan saran kepada

kami sehingga karya tulis yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca kelak.

Mojokerto, 8 januari 2012

Penyusun

Page 3: 96666973 makalah-bu-aini-kasus-2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan

kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga dan masyarakat. Sebagai salah satu tenaga

profesional, keperawatan menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan

mengunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan.

Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai body of knowledge yang dapat diuji kebenarannya

serta ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat langsung.

Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah bentuk implementasi praktek

keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik kepada individu, keluarga dan masyarakat

dengan tujuan upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan guna mempertahankan dan

memelihara kesehatan serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata lain upaya praktek

keperawatan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.

Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara langsung berhubungan dan

berinteraksi kepada penerima jasa pelayanan, dan pada saat interaksi inilah sering timbul

beberapa hal yang tidak diinginkan baik disengaja maupun tidak disengaja, kondisi demikian

inilah sering menimbulkan konflik baik pada diri pelaku dan penerima praktek keperawatan. Oleh

karena itu profesi keperawatan harus mempunyai standar profesi dan aturan lainnya yang didasari

oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi perlindungan kepada masyarakat.

Dengan adanya standar praktek profesi keperawatan inilah dapat dilihat apakah seorang perawat

melakukan malpraktek, kelalaian ataupun bentuk pelanggaran praktek keperawatan lainnya.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini, secara umum adalah mahasiswa dapat memahami hak

pasien dalam proses keperawatan dilihat dari dimensi etik dan dimensi hukum. Dan

secara khusus mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian, kriteria dan unsur-unsur

terjadinya hal tersebut.

1.3 Manfaat

Dengan adanya penyusunan makalah ini kita mampu memahami tata cara beretika

dalam pemecahan suatu kasus.

Page 4: 96666973 makalah-bu-aini-kasus-2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kode Etik Keperawatan

A. Definisi Etik

Etik adalah terminology dengan berbagai makna. Etik berhubungan

dengan bagaimana sesorang harus bertindak dan bagaimana mereka melakukan

hubungn dengan orang lain. Etik tidak hanya menggambarkan sesuatu, tetapi lebih

kepada perhatian dengan penetapan norma atau standar kehidupan seseorang dan

yang seharusnya dilakukan. Etik dititik beratkan pada pertanyaan atas apa yang baik

dan yang buruk, karakter, motif atau tindakan yang benar dan yang salah. jika

didefinisikan secara umum, terminology moral dan etik adalah sama, meskipun

terdapat sedikit perbedaan makna.

B. Etik Dalam Keperawatan

Untuk menjadi seorang profisional dewasa yang mampu secara aktif

berpartisipasi dalam dimensi etik praktik mereka, seorang perawat harus terus

mengembangkan suatu perasaan yang kuat tentang identitas moral mereka, mencari

dukungan dari sumber professional, dan mengembangkan pengetahuan serta

kemampuan mereka dalam bidang etik. Posisi atau identitas moral perawat yamg

disebut “etik perawatan”. Etik perawatan dihubungkan dengan hubungan antar

masyarakat dan dengan karakter perawat terhadap orang lain.

1. Dasar Untuk Pertimbangan Etis.

“melakukan etik” meliputi berpartisipasi dalam proses pemikiran kritis

mengenai apa yang benar dan salah, baik dan buruk atau seringkali berfikir

mengenai situasi dimana seseorang memiliki lebih dari satu tindakan yang

“benar”. Tindakan itu merupakan sebuah proses yang terjadi dalam berbagai

interaksi klien-perawat.

2. Prinsip Etis.

Ketika mengambil keputusan etis, perawat seringkali mengandalkan

pertimbangan mereka dengan menggunakan kedua konsekwensi dan prinsip

dan kewajiban moral yang unifersal. Hal yang paling fundamental dari prinsip

ini adalah penghargaan atas sesama.

Page 5: 96666973 makalah-bu-aini-kasus-2

a. Prinsip – prinsip Legal dalam Praktik Keperawatan

1. Menghormati hak pasien

2. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani

3. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku

4. Memberikan informasi

5. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan

6. Melakukan catatan perawatan dengan baik

b. Kode Etik Keperawatan

Otonomi(Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu

mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang

dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri,

memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus

dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek

terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa

dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian

dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek

profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak

klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

Beneficience ( Berbuat Baik )

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.

Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,

penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh

diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,

terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

Justice ( Keadilan )

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil

terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan

Page 6: 96666973 makalah-bu-aini-kasus-2

kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika

perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek

dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan

kesehatan.

Non Maleficiance ( Tidak Merugikan )

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan

psikologis pada klien. Non maleficienci memberikan standar minimum

dimana praktsi selalu memegangnya. Dalam situasi klinis, sering sulit

untuk menggambarkan garis antara bahaya yang tidak berarti dan

melakukan yang baik. Dalam menentukan hal baik dalam situasi

perawatan kesehatan kita harus memperhitungkan resiko dan maslahat

dalam setiap kasus.

Moral right

Posisi perawat yang mempunyai jam kerja 8 sampai 10 atau 12

jam memungkinkannya mempunyai banyak waktu untuk mengadakan

hubungan baik dan mengetahui keunikan klien sebagai manusia

holistik sehingga berposisi sebagai pendamping klien (curtin, 1986).

Pada dasarnya, peran perawat sebagai pendamping klien adalah

memberi informasi dan memberi bantuan kepada klien atas keputusan

apa pun yang di buat kilen, memberi informasi berarti menyediakan

informasi atau penjelasan sesuai yang dibutuhkan klien

Nilai dan norma masyarakat

Pandangan masyarakat terhadap institusi kesehatan sangat

memprihatinkan,karena mereka tidak mampu dibidang ekonomi,selain

itu terbatasnya juga jamkesmas yang belum masuk ke seluruh pelosok

desa.

Kejujuran ( Fidelity )

Kewajiban untuk mengungkapkan kebenaran. Prinsip

mengatakan yang sebenarnya ( kejujuran ) mengarahkan praktisi untuk

menghindari melakukan kebohongan pada klien atau menipu mereka.

Kejujuran tidak hanya berimplikasi bahwa perawat harus berkata jujur,

Page 7: 96666973 makalah-bu-aini-kasus-2

namun juga membutuhkan adanya sikap positif dalam memberikan

imformasi yang berhubungan dengan situasi klien.

Kadang hal ini dapat menimbulkan masalah bagi perawat dan

menekankan pentingnya penghargaan atau pendekatan kelompok bagi

perawat kesehatan. Dalam prinsip kejujuran, pengajaran dan

perlindungan klien dalam situasi ini harus dilakukan dengan

menggunakan pendekatan kelompok. Hal- hal yang diidentifikasi oleh

perawat harus diajukan dalam diskusi oleh klien dan tim perawatan

kesehatan.

Kerahasiaan( Veracity )

Kerahasiaan adalah prinsip etika dasar yang menjamin

kemandirian klien. Perawat menghindari pembicaraan mengenai

kondisi klien dengan siapapun yang tidak secara langsung terlibat

dalam perawatan klien. Konflik kewajiban mungkin akan muncul

ketika seoarnag klien memilih untuk merahasiakan informasi tertentu

yang dapat membahayakan klien atau orang lain. Prinsip kejujuran

mengarahkan perawat dalam mendorong klien untuk berbagi informasi

mengenai penyakit mereka. Prinsip kerahasiaan membantu perawat

memahami implikasi serius dari pemberian informasi rahasia dan

keinginan klien yang kompeten.

Kesetiaan

Prinsip kesetiaan menyatakan bahwa perawat harus memegang

janji yang dibuatnya, rasa percaya yang snagat penting dalam

hubungan perawat-klien akan terbentuk. Ketika klien dan keluarga

tidak dapat bergantung pada perawat untuk menjalankan perjanjian

tersebut, mereka berada pada resiko.

Avoid Killing

Prinsip avoiding killing menekankan perawat untuk

menghargai kehidupan manusia (pasien), tidak membunuh atau

mengakhiri kehidupan. Thomhson ( 2000 : 113) menjelasakan tentang

masalah avoiding killing sama dengan Euthanasia yang kata lainya

Page 8: 96666973 makalah-bu-aini-kasus-2

tindak menentukan hidup atau mati yaitu istilah yang digunakan pada

dua kondisi yaitu hidup dengan baik atau meninggal

Ketika menghadapi pasien dengan kondisi gawat maka seorang

perawat harus mempertahankan kehidupan pasien dengan berbagai

cara. Tetapi menurut Chiun dan Jacobs (1997 : 40) perawat harus

menerapkan etika atau prinsip moral terhadap pasien pada kondisi

tertentu misalnya pada pasien koma yang lama yaitu prinsip avoiding

killing.

Pasien dan keluarga mempunyai hak-hak menentukan hidup

atau mati. Sehingga perawat dalam mengambil keputusan masalah etik

ini harus melihat prinsip moral yang lain yaitu beneficience,

nonmaleficience dan otonomy yaitu melakukan yang terbaik, tidak

membahayakan dan menghargai pilihan pasien serta keluarga untuk

hidup atau mati. Mati disini bukan berarti membunuh pasien tetapi

menghentikan perawatan dan pengobatan dengan melihat kondisi

pasien dengan pertimbangan beberapa prinsip moral diatas.

Mengenai hak hidup islam menjelaskan “Dan janganlah kamu

membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya melainkan

dengan suatu alasan yang benar”

2.2 Hukum Keperawatan

A. Aspek dalam keperawatan

Hukum adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah hukum,

sedangkan etika adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah non hukum,

yaitu kaidah-kaidah tingkah laku (etika) (Supriadi, 2001).

Hukum adalah ” A binding custom or practice of acommunity: a rule of conduct or

action, prescribed or fomally recognized as binding or enforced by a controlling

authority “ (Webster’s, 2003).

Banyak sekali definisi-definisi yang berkaitan dengan hukum, tetapi yang

penting adalah hukum itu sifatnya rasionalogic, sedangkan tentang hukum dalam

Page 9: 96666973 makalah-bu-aini-kasus-2

keperawatan adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah hukum

keperawatan yang rasionalogic dan dapat dipertanggung jawabkan.

Fungsi hukum dalam keperawatan, sebagai berikut:

a. Memberi kerangka kerja untuk menetapkan kegiatan praktek perawatan apa

yang legal dalam merawat pasien.

b. Membedakan tanggung jawab perawat dari profesi kesehatan lain

c. Membantu menetapkan batasan yang independen tentang kegiatan

keperawatan

d. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan membuat

perawat akuntabilitas dibawah hukum yang berlaku

Dasar hukum perundang-undangan praktek keperawatan.

Beberapa perundang-undangan yang melindungi bagi pelaku dan penerima

praktek keperawatan yang ada di Indonesia, adalah sebagai berikut:

a. Undang – undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, bagian

kesembilan pasal 32 (penyembuhan penyakit dan pemulihan)

b. Undang – undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

c. Peraturan menteri kesehatan No.159b/Men.Kes/II/1998 tentang Rumah

Sakit

d. Peraturan Menkes No.660/MenKes/SK/IX/1987 yang dilengkapi surat

ederan Direktur Jendral Pelayanan Medik

No.105/Yan.Med/RS.Umdik/Raw/I/88 tentang penerapan standard praktek

keperawatan bagi perawat kesehatan di Rumah Sakit.

e. Kepmenkes No.647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan praktik perawat dan

direvisi dengan SK Kepmenkes

No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik perawat.

f. Pasal 23 Undang-undang Nomor 23 Tahun1992 tentang Kesehatan telah

menetapkan bahwa: “Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan

hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

g. Pemerintah mengundangkan Undang-undang tentang Perlindungan

Konsumen Nomor 8 Tahun 1999. Satu diantara ketentuannya adalah

Page 10: 96666973 makalah-bu-aini-kasus-2

bahwa: Pasien sebagaikonsumen pelayanan jasa kesehatan, berhak atas

keamanan, kenyamanan, dan keselamatan, informasi yang benar, jelas, dan

jujur serta menuntut ganti rugi apabila dokter atau tenaga kesehatan

lainnya selama melakukan pelayanan kesehatan ternyata melakukan

kesalahan atau kelalaian yang merugikan pasien.

h. Dalam Pasal 24 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1996,

yang dimaksud dengan perlindungan hukum adalah bentuk-bentuk

perlindungan yang antara lain berupa: rasa aman dalam melaksanakan

tugas profesinya, perlindungan terhadap keadaan membahayakan yang

dapat mengancam keselamatan fisik atau jiwa, baik karena alam maupun

perbuatan manusia.” Perlindungan hukum akan senantiasa diberikan

kepada pelaku profesi apa pun sepanjang pelaku profesi tersebut bekerja

dengan mengikuti prosedur baku sebagaimana tuntutan bidang ilmunya,

sesuai dengan etika serta moral yang hidup dan berlaku dalam masyarakat.

i. ketentuan Pasal 1365 BW (Burgerlijk Wetboek), atau Kitab Undang-

undang Hukum Perdata. Apabila tenaga kesehatan dalam melaksanakan

tugasnya melakukan tindakan yang mengakibatkan kerugian pada pasien,

maka tenaga kesehatan tersebut dapat digugat oleh pasien atau

keluarganya yang merasa dirugikan itu berdasarkan ketentuan Pasal 1365

BW, yang bunyinya sebagai berikut: “Tiap perbuatan melanggar hukum,

yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang

karena salahnya menerbitkan kerugian yang disebabkan kelalaian atau

kurang hati-hati.”

j. Tanggung jawab dari segi hukum administratif, tenaga kesehatan dapat

dikenai sanksi berupa pencabutan surat izin praktik apabila melakukan

tindakan medik tanpa adanya persetujuan dari pasien atau keluarganya.

Tindakan administratif juga dapat dikenakan apabila seorang tenaga

kesehatan:

1. Melalaikan kewajiban;

2. Melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat

oleh seorang tenaga kesehatan, baikmengingat sumpah

jabatannya maupun mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan;

Page 11: 96666973 makalah-bu-aini-kasus-2

3. Mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga

kesehatan;

4. Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-

undang.

Perlindungan hukum baik bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan

memiliki akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakannya. Dalam menjalankan

tugas sehari-hari tidak menutup kemungkinan perawat berbuat kesalahan baik

sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu dalam menjalankan prakteknya

secara hukum perawat harus memperhatikan baik aspek moral atau etik

keperawatan dan juga aspek hukum yang berlaku di Indonesia. Fry (1990)

menyatakan bahwa akuntabilitas mengandung dua komponen utama, yakni

tanggung jawab dan tanggung gugat. Hal ini berarti tindakan yang dilakukan

perawat dilihat dari praktik keperawatan, kode etik dan undang-undang dapat

dibenarkan atau absah (Priharjo, 1995).

Page 12: 96666973 makalah-bu-aini-kasus-2

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

3.1 Kasus

Di sebuah Rumah Sakit ada pasangan yang memiliki bayi dengan gangguan

jantung. Bayi mengalami TF, suami pasien meminta kepada tenaga kesehatan

( dokter/perawat ) di Rumah Sakit tersebut untuk tidak memberitahukan keadaan

bayinya pada istrinya. Dokter dan perawat merasa memiliki kewajiban

memberitahukan keadaan bayi pada ibu demi perkembangan bayi. Bagaimana

menyelesaikan dilema etis yang dialami oleh perawat tersebut sesuai tahap

pengambilan keputusan etik dan hukum

3.2 Identifikasi Kasus

A. Analisa Kasus

Identifikasi dan Pengembangan data dasar

Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar yang terkait dengan

kasus dilema etis yang dialami perawat. Tindakan yang akan dilakukan adalah

bahwa perawat harus tetap memberitahukan kepada ibu pasien tentang apa

yang terjadi pada anaknya karena hal tersebut sudah menjadi kewajiban

seorang perawat. Dengan kata lain sebelum memberitahukan kepada ibu

pasien, perawat harus memberikan konseling/pengertian terlebih dahulu

kepada ayah pasien bahwa hal tersebut harus dilakukan demi kebaikan bayi itu

sendiri.

Identifikasi Munculnya Konflik

Ibu pasien belum mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi pada

anaknya. Dikarenakan sang ayah tidak memberitahukan pada istri dan juga

tidak membolehkan perawat atau dokter memberitahukan keadaan yang

sebenarnya kepada ibu pasien. Dan hal terebut dam menghambat

perkemabangan dari si bayi tersebut.

Menentukan Tindakan Alternatif yang Direncanakan

Adapun tindakan alternatif yang dilakukan oleh perawat adalah

memberikan konseling kepada ayah pasien bahwa dengan memberitahukan

informasi tentang kesehatan anaknya kepada istrinya dapat membantu dalam

Page 13: 96666973 makalah-bu-aini-kasus-2

penyembuhan atau perkembangan si bayi itu sendiri,dan itu juga demi

kebaikan sang bayi.

Menentukan Siapa Penganbil Keputusan

Pada kasus ini yang akan dilakukan pihak yang berwenang dalam

pengambilan sebuah keputusan adalah sang ayah pasien untuk tetap

memberitahukan keadaan bayinya kepada istrinya, dengan bantuan perawat

yang memberitahukan bahwa hal tersebut demi kebaikan sang bayi yang

mengalami gangguan jantung, karena hal tersebut demi perkembangan

bayinya sen diri.

Menjelaskan Kewajiban Perawat

Kewajiban perawat yang harus dilakukan adalah meyakinkan pada

klien atas tindakan yang akan dilakukan adalah tindakan yang sudah

dipikirkan secara matang oleh klien, demi kesembuhan bayinya.

Mengambil Keputusan yang Tepat

Pengambilan keputusan pada kasus ini memiliki keuntungan kepada

klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling

tepat dan menguntungkan untuk klien. Karena jika sang ibu mengetahui

keadaan bayinya yang sebenarnya dapat memberikan kebaikan pada bayinya

demi perkembangan si bayi. Namun sebelum keputusan tersebut diambil perlu

diupayakan alternatif tibdakab yaitu merawat klien sesuai kewenangn dan

kewajiban perawat.

Page 14: 96666973 makalah-bu-aini-kasus-2

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perawat merupakan seorang profesional dewasa yang mampu secara aktif

berpartisipasi dalam dimensi etik praktik mereka, seorang perawat harus terus

mengembangkan suatu perasaan yang kuat tentang identitas moral mereka, mencari

dukungan dari sumber professional, dan mengembangkan pengetahuan serta kemampuan

mereka dalam bidang etik. Posisi atau identitas moral perawat yamg disebut “etik

perawatan”. Etik perawatan dihubungkan dengan hubungan antar masyarakat dan dengan

karakter perawat terhadap orang lain. Perawat juga diharuskan dapat mengambil

keputusan etik yang baik pada saat mengalami dilema dalam berbagai kasus yang

ditemui.

4.2 Saran

Setelah memperoleh kesimpulan tentang Masalah Etik dan Hukum Keperawatan

terhadap Sebuah Kasus maka penyusun dapat mengemukakan saran sebagai berikut :

1. Bagi Pembaca

Diharapkan penyusunan ini memberi masukan dan dapat diaplikasikan di

kehidupan dan membaca serta dapat memahami.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penyusunan ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melakukan

pembuatan makalah selanjutnya