bab 1,2,3,4,5

80
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dili adalah pusat dari segala kegiatan pemerintahan, bisnis, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya. Sejak tahun 2000 semua aktivitas pemerintahan terpusat dan sampai saat ini Timor-Leste belum mengenal adanya pemerintahan daerah. Dengan demikian maka, semua orang akan melakukan urbanisasi ke kota Dili untuk mencari pekerjaan, menuntut ilmu dan berbinis. Distrik Dili terletak di sepanjang pantai utara pulau Timor Leste, sekitar 60 kilometer ke arah timur dari perbatasan dengan Timor Barat. Di samping jalan pesisir dan pantainya, Distrik ini menjangkau sampai daerah bergunung-gunung yang tidak datar. Data diatas memberikan gambaran bahwa kota Dili yang luasnya hanya 170 km 2 . Secara geografis Distrik Dili beraneka ragam. Di samping jalan pesisir dan pantainya, Distrik ini menjangkau sampai daerah bergunung-gunung yang tidak datar. Distrik Dili seluas sekitar 170 km persegi. Distrik Dili mencakup pulau Atauro, yang sekitar 30 kilometer ke arah utara pantai Kota Dili. Pada arah selatan Dili berbatasan dengan Distrik Aileu, 1

Upload: santiago-soares

Post on 29-Nov-2015

161 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1,2,3,4,5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dili adalah pusat dari segala kegiatan pemerintahan, bisnis, ekonomi,

pendidikan dan lain sebagainya. Sejak tahun 2000 semua aktivitas pemerintahan

terpusat dan sampai saat ini Timor-Leste belum mengenal adanya pemerintahan

daerah. Dengan demikian maka, semua orang akan melakukan urbanisasi ke kota

Dili untuk mencari pekerjaan, menuntut ilmu dan berbinis. Distrik Dili terletak di

sepanjang pantai utara pulau Timor Leste, sekitar 60 kilometer ke arah timur dari

perbatasan dengan Timor Barat. Di samping jalan pesisir dan pantainya, Distrik

ini menjangkau sampai daerah bergunung-gunung yang tidak datar. Data diatas

memberikan gambaran bahwa kota Dili yang luasnya hanya 170 km2. Secara

geografis Distrik Dili beraneka ragam. Di samping jalan pesisir dan pantainya,

Distrik ini menjangkau sampai daerah bergunung-gunung yang tidak datar.

Distrik Dili seluas sekitar 170 km persegi. Distrik Dili mencakup pulau Atauro,

yang sekitar 30 kilometer ke arah utara pantai Kota Dili. Pada arah selatan Dili

berbatasan dengan Distrik Aileu, ke arah barat, Distrik Liquica dan ke arah timur,

Distrik Manatuto. Menurut data terakhir dari Direcção Nacional de Estatístic

(DNE) pada tahun 2010, jumlah penduduk di Kota Dili adalah 137.879 Jiwa.

Daerah yang paling terpadat penduduk di Distrik Dili adalah Zona Dom Aleixo,

Zona Cristo Rei dan Zona Vera Cruz, di mana jumlah penduduknya antara 30.000

dan 40.000 orang.

Maka dengan bertambahnya penduduk dikota Dili merupakan

permasalahan yang dihadapi disektor transportasi. Bila diperkotaan populasinya

mengalami pertumbuhan yang begitu pesat, maka kemungkinan akan

meningkatnya mobilitas warga masyarakat yang disebabkan dari kepemilikan

kendaraan pribadi dan angkutan umum. Dengan permasalahan diatas maka jalan

1

Page 2: Bab 1,2,3,4,5

Becora, perlu mendapat penanganan terhadap arus lalu lintas mulai dari sekarang

dengan memperhitungkan kondisi volume, kecepatan dan kepadatan lalu lintas

yang ada sehingga kapasitas jalan yang ada bisa seimbang dengan arus lalu lintas.

Bahkan, beberapa kali penulis melewati ruas jalan dari arah Merkadu

Becora menuju ke arah Terminal Becora Mota Ulun, sudah mulai terjadi

kemacetan pada saat jam-jam sibuk kerja atau aktivitas.

Jalan Becora, yang dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan jalan ini

adalah jalan Kota yang merupakan urat nadi pergerakan transportasi dan ekonomi

yang perlu mendapat perhatian dalam penanganan lalu lintas. Implikasi dari

pertumbuhan sarana transportasi akan berakibat pada peningkatan kemacetan,

polusi udara bahkan tingkat kecelakaan. Semakin meningkatnya kebutuhan

manusia, mengakibatkan terjadinya peningkatan pergerakan manusia untuk

memenuhi kebutuhan dalam beraktivitas, dan otomatis memerlukan alat

transportasi untuk mencapai tempat beraktivitas seperti kegiatan pemerintahan,

bisnis, ekonomi, pendidikan.

Hal ini menimbulkan kemacetan di beberapa titik pengamatan di lokasi

penelitian saya. Karena jalan Becora merupakan salah satu jalan penghubung

langsung lalu lintas dari luar kota ke pusat Kota dan merupakan jaringan jalan

perkotaan, maka dirasa perlu untuk dilakukan analisis terhadap kapasitas ruas

jalan Becora. Dili sebagai pusat pemerintahan Timor Leste, perdagangan dan

aktivitas pendidikan. Dalam skala Nasional, Dili jalan Becora juga termasuk jalan

wilayah ibu kota Dili maka haruslah membangung jembatang penyeberangan

sehingga menfasilitas bagi pejalan kaki untuk menyeberangnya.

Jalan Becora merupakan salah satu jalan yang dibangun oleh pemerintah

Indonesia dimasa jajahannya merupakan jalan angkutan umum untuk melancarkan

transportasi menuju ke luar kota dan ke pusat kota. Mengamati perkembangan

jumlah kendaraan yang begitu pesat dan sistem pengaturan arus lalu lintas

2

Page 3: Bab 1,2,3,4,5

khususnya mobil penumpang umum, bis antar kota, truk, dan kendaraan-

kendaraan berat lainnya yang selama ini melewati jalan didalam kota, dimana

kondisi jalan tersebut tidak memenuhi syarat jika ditinjau dari segi kapasitasnya.

Hingga sampai sekarang ini dampak yang timbul antara lain adalah

meningkatnya kepadatan arus lalu lintas, apabila hal tersebut tidak diimbangi

dengan penanganan jalan yang memadai, akan mengakibatkan penurunan kondisi

jalan. Saat ini, masalah yang ada di daerah Becora adalah pertambahan penduduk

mengakibatkan perubahan transportasi publik. Berdasarkan latar belakang

masalah diatas maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul:

“ANALISIS KAPASITAS RUAS JALAN DI BECORA, DILI TIMOR-LESTE”.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Secara umum berdasarkan latar belakang hubungan dengan pertanyaan penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana Analisis Kapasitas ruas jalan dan sistem penanganan kepadatan

kendaraan (D) rata-rata pada ruas jalan Becora Dili-Timor Leste?

2. Berapakah kondisi volume arus lalu lintas jalan di Becora Dili - Timor

Leste?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari permasalahan tersebut di atas maka tujuan dari penulisan

tugas akhir ini adalah :

1) Untuk menganalisis kapasitas ruas jalan dan sistem penanganan kepadatan

kendaraan (D) rata-rata pada ruas jalan Becora Dili, Timor Leste.

2) Untuk mengetahui besarnya volume arus lalu lintas di Becora, Dili-Timor

Leste.

3

Page 4: Bab 1,2,3,4,5

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah agar dapat memberikan informasi

yang berguna dalam perencanaan transportasi di kota Dili menyangkut jaringan

jalan yang ada ( khususnya pada jalan Becora Dili, Timor Leste ), dan mencari

solusi agar dapat mengurangi masalah kemacetan arus lalu lintas pada jalan

tersebut khususnya pada saat jam – jam sibuk ( jam puncak ).

4

Page 5: Bab 1,2,3,4,5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Arus Lalu Lintas

Perilaku dari arus lalu lintas merupakan hasil dari pengaruh gabungan

antara manusia, kendaraan dan jalan dalam suatu keadaan lingkungan tertentu.

Dalam hal lalu lintas, manusia berupa pejalan kaki atau pengemudi dan dalam

keadaan itu juga merupakan factor yang paling tidak tetap dan tak bisa diramalkan

secara tepat.

Sedangkan jalan mempunyai fungsi yang sangat penting terutama yang

menyangkut perwujudan perkembangan antara daerah yang seimbang dan

pemerataan hasil pembangunan serta pemantapan pertahanan dan keamanan

nasional dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional. Peranan ini akan

dapat dioptimalkan jika jaringan jalan yang ada tetap terpelihara serta adanya

pengaturan yang tepat dan system arus lalu lintas pada arus jalan tersebut.

Meningkatnya kemacetan pada jalan perkotaan maupun jalan luar kota

yang diakibatkan bertambahnya kepemilikan kendaraan, terbatasnya sumber daya

untuk pembangunan jalan raya dan belum optimalnya pengoperasian fasilitas arus

lalu lintas yang ada merupan persoalan utama dibanyak negara. Telah diakui

bahwa usaha besar diperlukan bagi penambahan kapasitas dimana akan diperlukan

metode selektif untuk perancangan dan perencana agar didapat nilai terbaik bagi

suatu pembiayaan perencanaan jalan raya.

Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) karakteristik utama

jalan yang mempengaruhi kapasitas pada lalu lintas jalan dipengaruhi oleh

beberapa factor yaitu :

a) Geometrik

b) Komposisi dan arus pemisah arah

c) Pengaturan lalu lintas

5

Page 6: Bab 1,2,3,4,5

d) Aktivitas samping jalan atau hambatan samping

e) Prilaku pengemudi dan populasi kendaraan

2.2 Geometrik

Karakteristik geometrik untuk jalan berbagai tipe akan mempunyai kinerja

berbeda pada pembebanan lalu lintas tertentu misalnya jalan terbagi dan jalan

tidak terbagi, sedangkan untuk lebar jalur lalu lintas, kecepatan arus bebas dan

kapasitas meningkat dengan pertambahan lebar jalur lalu lintas.

Arus lalu lintas merupakan gabungan dari beberapa kendaraan bermotor

atau tidak bermotor dan pejalan kaki yang bergerak melalui lintasan yang sama.

Barometer arus ditentukan oleh kemampuan pengemudi dan pejalan kaki untuk

mengantipasi pengguna jalan lainnya.

2.3 Komposisi Arus dan Pemisah Arah

a. Pemisah arah lalu lintas

Kapasitas jalan dua arah paling tinggi pada pemisah arah 50-50, yaitu

bilamana arus pada kedua arah adalah sama pada peride waktu dianalisa.

b. Komposisi lalu lintas

Komposisi lalu lintas mempengaruhi hubungan kecepatan arus, jika arus

dan kapasitas dinyatakan dalam kendaraan per jam yaitu tergantung pada rasio

sepeda motor per kendaraan berat dalam arus lalu lintas. Jika arus dan kapasitas

dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp/jam) tidak dipengaruhi oleh

komposisi lalu lintas.

6

Page 7: Bab 1,2,3,4,5

2.4 Pengaturan lalu lintas

Melalui diterapkannya pemberlakuan batas kecepatan didaerah perkotaan di

Indonesia yaitu dengan pembatasan akses dari lahan samping jalan dan

sebagainya

2.5 Perilaku pengemudi dan populasi kendaraan.

Keaneka ragaman perilaku dari pengemudi dan pengguna jalan yang ada

di Indonesia khususnya didaerah perkotaan dimasukan dalam prosedur

perhitungan secara tidak langsung melalui ukuran kita.

2.6 Median Jalan

Median jalan merupakan salah satu fasilitas penunjang jalan yang turut

berpengaruh terhadap karakteristik arus lalu lintas. Penempatan median ini

biasanya berfungsi untuk memisahkan arus lalu lintas yang berlawanan arah.

Fungsi median jika digunakan sebagai pemisah arah lalu lintas antara lain;

1. Untuk menyediakan jarak yang diperlukan untuk membatasi atau

mengurangi terhadap lampu besar pada kendaraan yang berlawanan arah

terutama saat malam hari

2. Untuk menyediakan daerah netral yang cukup lebar, dimana pengemudi

dapat mengontrol kendaraan pada saat darurat

3. Untuk menambah kelegaan, kenyamanan dan keindahan bagi pengguna jalan

4. Untuk menydiakan ruang yang diperlukan untuk kanalisasi

pertemuanpertemuan pada jalan.

5. Dengan lebar jalan yang cukup, median jalan memberikan pengamanan bagi

pengguna jalan pada saat belok atau balik arah.

6. Sebagai sarana pengamanan bagi pejalan kaki untuk menyeberang jalan.

7

Page 8: Bab 1,2,3,4,5

Dalam hal ini median dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu;

1. Median direndahkan, terdiri atas jalur tepian dan bangunan pemisah jalur

yang direndahkan.

2. Median ditinggikan, terdiri atas jalur dan bangunan pemisah jalur yang

ditinggikan.

Adapun lebar minimum median terdiri atas jalur tepian selebar 0,25-0,50

meter dan bangunan pemisah jalur. Sedangkan bentuk median yang ditinggikan

tebal minimumnya yaitu 2,0. Median direndahkan lebar minimumnya 7,0.

Dalam pengendalian lalu lintas, salah saatu aspek yang penting adalah

kapasitas jalan serta hubungannya dengan kecepatan dan volume lalu lintas,

kendaraan maksimum yang dapat melewati jalan persatuan waktu dalam kondisi

tertentu. Besarnya kapasitas jalan tergantung khususnya pada lebar jalan dan

gangguan terhadap lalu lintas yang melewati jalan tersebut (Dirjen bina Sistim

lalu lintas dan Angkutan Kota, 1999).

2.7 Karakteristik Volume Lalu Lintas

Karakteristik utaa dari arus lalu lintas adalah volume, kecepatan dan

kepadatan. Sedangkan karakteristik sekunder arus lalu lintas yaitu “antara

kendaraan” (headway) yang terdiri dari jarak dan waktu kendaraan.

2.7.1 Volume

Volume lalu lintas pada suatu jalan adalah jumlah kendaraan (Satuan

Mobil Penumpang) yang melewati suatu titik satuan waktu. Volume lalu lintas

dapat dinyatakan dengan SMP (Satuan Mobil Penumpang).

8

Page 9: Bab 1,2,3,4,5

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi besaran volume adalah:

a) Kelas dan fungsi jalan

b) Faktor jam puncak

c) Perjalanan

d) Tingkat kepemilikan kendaraan

e) Tingkat perekonomian (pendapatan per kapita)

Berdasarkan Direktorat Bina sistim Lalu lintas dan Angkutan Kota, 1999,

Volume kendaraan dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

Q= NT ……….………………….………………….……….…(2.1)

Dengan : Q = volume lalu lintas (kend/jam)

N = jumlah kendaraan yang lewat selama periode pengamatan (kend)

T = waktu atau periode pengamatan (jam)

Penggolongan tipe kendaraan untuk jalan dalam kota berdasarkan MKJI 1997

adalah sebagai berikut:

a. Kendaraan ringan / Light Vehicle (LV).

Kendaraan bermotor beroda empat, dengan dua gandar berjarak 2,0 – 3,0 m

(termasuk kendaraan penumpang, opelet, mikro bis, angkot, mikro bis, pick-

up, dan truk kecil).

b. Kendaraan berat / Heavy Vehicle (HV).

Kendaraan bermotor dengan jarak as lebih dari 3,50 m, biasanya beroda

lebih dari empat, (meliputi : bis, truk dua as, truk tiga as dan truk kombinasi

sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).

c. Sepeda motor / Motor Cycle (MC)

d. Kendaraan bermotor dengan dua atau tiga roda (termasuk sepeda motor,

9

Page 10: Bab 1,2,3,4,5

kendaraan roda tiga sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).

e. Kendaraan tak bermotor / Unmotorised (UM)

Kendaraan bertenaga manusia atau hewan di atas roda (meliputi sepeda,

becak, kereta kuda dan kereta dorong sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).

Berbagai jenis kendaraan diekivalensikan ke satuan mobil penumpang

dengan menggunakan faktor ekivalensi mobil penumpang (emp), emp adalah

faktor yang menunjukkan berbagai tipe kendaraan dibandingkan dengan

kendaraan ringan.

2.7.2 Kecepatan (V)

Kecepatan adalah perbandingan antara rata-rata jarak ditempuh oleh suatu

kendaraan dengan kecepatan pergerakannya per satuan waktu. Waktu yang hilang

pada saat kendaraan berhenti atau mengurangi kecepatan disebut hambatan

(Delay), dimana kendaraan tidak berjalan sesuai dengan kecepatan yang

diinginkannya karena adanya hambatan lalu lintas. Hambatan yang sering terjadi

akan menyebabkan kondisi lalu lintas tidak nyaman.

Berdasarkan Direktor Bina sistim lalu lintas dan angkutan Kota, 1999,

kecepatan dapat dihitung dengan mengunakan persamaan berikut:

V =

ST .………………….…………………………………..…(2.2)

Dengan: V = Kecepatan Perjalan (km/jam)

S = Jarak tempuh (km)

T = Waktu tempuh (jam)

10

Page 11: Bab 1,2,3,4,5

2.7.3 Kepadatan (k)

Pengertian Kepadatan (Konsentrasi) sering dinyatakan sebagai sejumlah

kendaraan per satuan panjang ruas jalan, yang dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut:

K= NL ………………………………………………….…...…(2.3)

Keterangan : K = Kepadatan (kend/jam)

N = Jumlah kendaraan sepanjang lintasan pengamatan (kend)

L = Panjang lintasan (km)

Oleh karena variasi karakteristik arus lalu lintas tersebut selalu berbeda

menurut besaran waktu dan tempat, maka nilai rata-rata dari volume, kecepatan

dan kepadatan tersebut dihitung dalam satu periode waktu dan ruang yang sama.

2.7.4 Headway (Jarak antara kendaraan)

Headway dapat dibedakan atas dua bagian yaitu:

a. Headway Waktu (Time headway) ialah waktu yang diperlukan antara satu

kendaraan dengan kendaraan yang berikutnya untuk melalui suatu titik

tertentu yang tepat.

Headway dapat dihitung dengan persamaan :

ht =

1Q ………………………………………….…............…(2.4)

Dengan : ht = Headway waktu (jam)

11

Page 12: Bab 1,2,3,4,5

1 = Konstanta

Q = Volume lalu lintas

b. Headway Jarak (Distance Headway) adalah jarak bagian depan satu

kendaraan dengan bagian depan bagian depan kendaraan berikutnya.

Headway jarak dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

Hd =

1K ………………………………………….…............…(2.5)

Dengan : hd = Headway jarak (km)

1 = Konstanta

K = Kepadatan (Kend/km)

2.8 Hubungan Fundamental Antar Komponen Arus Lalu Lintas.

Secara mendasar, hubungan antara volume, kecepatan dan kepadatan

dinyatakan sebagai berikut:

Flow = Density x Space mean Speed

Q = K x V …………………………………….…...........…(2.6)

Dengan : Q = Volume lalu lintas (kend/jam)

K = Kepadatan (kend/km)

V = Kecepatan (km/jam)

Dari persamaan tersebut jelas bahwa besarnya arus merupakan hasil

perkalian antara kecepatan dan kepadatan. Besarnya arus mempunyai suatu nilai

maksimum yang disebut kapasitas, yang yang terjadi pada kondisi kecepatan

tertentu. Percobaan empiris yang dilakukan oleh greenshields (1935), dalam Don

da Costa (2001), mengarah pada kesimpulan berikut:

12

Page 13: Bab 1,2,3,4,5

a) Pada waktu kepadatan di jalan raya bernilai nol, maka aliran juga nol dengan

tidak adanya kendaraan di jalan.

b) Apabila kepadatan meningkat maka lairan juga meningkat.

c) Pada waktu kepadatan mencapai maksimum biasanya yang menunjuk ke

kepadatan yang menyebabkan kemacetan, aliran arus nol dan kendaraan

akan cenderung membentuk deretan yang menerus.

d) Berdasarkan ketentuan atau kondisi tersebut di atas maka sewaktu kepadatan

meningkat dari nol, pada waktu aliran juga meninngkat dari nol pada kondisi

awal ke suatu nilai maksimum.

Kepadatan tersebut selanjutnya akan meningkat secara konsisten pula, dan

akan mencapai nol saat kepadatan mencapai maksimum. Dengan demikian, pada

aliran yang rendah, terdapat interdusi yang kecil antara kendaraan yang satu

dengan kendaraan yang lainnya,. Dalam hal ini pengemudi dapat secara bebas

mengemudikan kendaraannya dalam kecepatan maksimum yang masih

memumngkinkan, yang dikenal sebagai kecepatan arus bebas atau free flow speed.

(Don da Costa 2001).

2.9 Konsep kapasitas arus lalu lintas

Kapasitas jalan jumlah kendaraan maksimum yang dapat diharapkan untuk

dapat melalui sutu potongan jalan (dalam satu maupun dua arah) dalam periode

waaktu tertentu di bawah kondisi jalan (kondisi cuaca) serta lalu lintas yangg

ideal. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kapasitas antara lain : lebar jalur,

kebebasan samping, kendaraan serta kondisi permukaan jalan.

Berdasarkan Direktorat Vina Sistim Lalu lintas dan angkutan kota. 1999

berikut ini diuraikan beberapa penjelasan tentang faktor-faktor di atas:

a) Kondisi ideal

13

Page 14: Bab 1,2,3,4,5

Kondisi ini dapat dinyatakan sebagai kondisi peningkatan kondisi lebih

lanjut dan perubahan kondisi tidak akan menghasilkan pertambahan kapasitas.

b) Kondisi ini meliputi :

1. Tipe kelas jalan (fasilitas)

2. Lingkungan sekitar (mis : antar kota atau perkotaan)

3. Kebebasan jalan (fasilitas pelengkap lalu lintas)

4. Kecepatan rencana

5. Kondisi permukaan jalan.

c) Jenis kendaraan

1. Mobil penumpang dan jenis kendaraan-kendaraan lain yang terdaftar sebagai

mobil penumpang baik itu kendaraan ringan seperti pick up, Jeep dan Mobil.

2. Kendaraan barang, kendaraan yang mempunyai lebih dari empat roda dan

umumnya digunakan untuk transportasi barang.

3. Bus, kendaraan yang mempunyai lebih dari empat roda dan umumnya

digunakan untuk transportasi barang.

d) Populai pengemudi.

Kapasitas arus lalu lintas ada hubungan dengan kondisi lalu lintas pada hari

kerja yang teratur, misalnya komuter (pengemudi yanng secara rutin selalu

melewati jalan tersebut) dan pemakai jalan lainnya yang rutin. Kapasitas

diluar hari kerja atau di luar jam sibuk mungking lebih rendah.

e) Kondisi pengendalian lalu lintas

Kondisi ini mempunyai pengaruh yang pengaruh yang nyata pada kapasitas

jalan, tingkat pelayanan dan arus jalan. Hal-hal yang termasuk yaitu:

1. Lampu lalu lintas

2. Lampu atau marka jalan

3. Rambu-rambu lalu lintas

14

Page 15: Bab 1,2,3,4,5

2.10 Hambatan Samping

Hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja lalu lintas dari

aktivitas segmen jalan. Faktor hambatan samping yang terutama berpengaruh

pada kapasitas dan kinerja jalan perkotaan adalah :

1. Jumlah pejalan kaki berjalan atau menyeberang sepanjang segmen jalan.

2. Jumlah kendaraan berhenti dan parkir.

3. Jumlah kendaraan bermotor yang masuk dan keluar dari lahan samping jalan

dan jalan sisi.

4. Arus kendaraan yang bergerak lambat, yaitu total ( kendaraan / jam ) dari

sepeda, becak, gerobak, dan sebagainya.

Evaluasi pengaruh hambatan samping jalan merupakan salah satu cara

untuk mendapatkan nilai hambatan samping yang terjadi dari fasilitas lalu lintas

dalam penyesuaian pergerakan arus lalu lintas itu sendiri. Perhitungan hambatan

samping diperlukan data geometrik dan data arus lalu lintas untuk kerb dan

median. Sedangkan data arus lalu sedangkan data arus lalu lintas meliputi :

1. Arus lalu lintas Arus lalu lintas secara umum yaitu keadaan lalu lintas yang

mempunyai pengaruh ditinjau dari volume dan kecepatan lalu lintas itu sendiri,

manual kapasitas jalan Indonesia meliputi :

2. Kecepatan arus bebas pada kondisi sesungguhnya:

(MKJI 1997)

FV = ( FVo + FVw ) x FFsf x FFVcs

Dimana : FV : Kecepatan arus bebas sesungguhnya (LV) (Km / jam )

15

Page 16: Bab 1,2,3,4,5

Fvo : Kecepatan arus bebas dasar (LV) (Km / jam)

FVw : penyesuaian lebar jalan lalu lintas efektif (Km / jam)

FFVcs : Faktor penyesuaian ukuran kota.

FFVsf : Faktor penyesuaian hambatan samping.

Satuan Mobil Penumpang (SMP) atau passanger car unit (PCU)

digunakan untuk jalan kota berdasarkan IHCM (Indonesia Highway Manual) atau

manual kapasitas jalan Indonesia dalam daftar sebagai berikut:

Tabel 2.1: Satuan Mobil Penumpang untuk berbagai jalan kota

Tipe jalan

Arus lalu lintas

total dua arah

(kend./jam)

SMP

Kendaraan

Berat

Sepeda motor

≤6m ≥6m

2 Jalur tidak dipisah 0

>3700

1,3

1,2

0,50

0,35

0,40

0,25

3 Jalur tidak dipisah 0

>3700

1,3

1,2

0,40

0,25

2 jalur satu arah dan 4 jalur

terpisah

0

>1050

1,3

1,2

0,40

0,25

3 jalur satu arah dan 6 jalur

dipisah

0

>1050

1,3

1,2

0,40

0,25

Sumber : Direktorat Bina Sistim lalu lintas dan angkutan Kota; 1999

3. Kapasitas

Untuk menghitung kaasitas jalan kota mengunakan rumus kapasitas untuk

jalan kota.

C = C0 x FCw x FCSP x FCSF x FCCS …………………….….........…(2.7)

16

Page 17: Bab 1,2,3,4,5

Dimana :

C = Kapasitas (smp/jam)

Co = Kapasitas Dasar (smp/jam). Digunakan jalan dua-lajur tak terbagi

dengan kapasitas dasar menurut tabel kapasitas dasar maka didapat,

Co = 2900/lajur.

FCW = Faktor Penyesuaian Lebar Jalan. Menurut tabel Faktor Penyesuaian

Kapasitas Untuk Pengaruh Lebar Jalan Lalu-Lintas Perkotaan. Untuk

jalan dua-lajur tak terbagi dengan masing-masing lajur 4 meter, FCw

= 1,14

FCSP = Faktor Penyesuaian Pemisah Arah, untuk jalan dengan pembatas

median faktor penyesuaian kapasitas pemisahan arah digunakan FCSP

= 1,00

FCSF = Faktor Penyesuaian Hambatan Samping dan Bahu Jalan/Kerb. Untuk

faktor penyesuaian hambatan samping digunakan faktor penyesuaian

hambatan samping untuk jalan dengan kerb, dengan kelas hambatan

samping sangat rendah dan dengan jarak antara kerb dan penghalang

(pohon) 0,4 meter maka diperoleh FCSF = 0,95

FCCS = Faktor Penyesuaian Ukuran Kota. Menurut tabel Faktor Penyesuaian

Kapasitas Untuk Ukuran Kota (FCCS) dengan jumlah penduduk

Kuala Pembuang pada tahun 2010 yang berjumlah 137.879 jiwa,

maka digunakan faktor penyesuaian ukuran kota FCCS = 0,94

A. Kapasitas Dasar (Co)

Kapasitas Dasar (Co), Nilai kapasitas dasar ini tergantung tipe jalan,

jumlah lajur dan apakah jalan dipisah-pisah atau tidak. Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada Tabel 2.2

17

Page 18: Bab 1,2,3,4,5

Tabel 2.2 : Kapasitas Dasar (Co)

Tipe jalanKapasitasdasar (smp/jam) Catatan

Empat lajur terbagi atau Jalan

satu arah

1850Per lajur

Empat-lajur tak-terbagi 1650Per lajur

Dua-lajur tak-terbagi

2900Total dua arah

Sumber ; MKJI, 1997

B. Faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar jalur lalulintas (FCW)

Jarak lajur kendaraan sangat dipengaruhi oleh lebar jalan efektif. Lebar badan

jalan efektif sangat mempengaruhi kapasitas jalan. Hal ini dapat dilihat pada tabel

2.3.

Tabel 2.3 :  Faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar jalur lalulintas (FCcW)

Tipe jalan Lebar jalur lalulintasEfektif

(WC) (m)

FCW

Empat-lajur terbagi

atau jalan satu arah

Per lajur

3,00

3,25

3,50

3,75

4,00

0,92

0,96

1,00

1,04

1,08

Empat-lajur tak

terbagi

Per lajur

18

Page 19: Bab 1,2,3,4,5

3,00

3,25

3,50

3,75

4,00

0,91

0,95

1,00

1,05

1,09

Dua-Lajur tak

terbagi

Total dua arah

5

6

7

8

9

10

11

0,56

0,87

1,00

1,14

1,25

1,29

1,34

Sumber ; MKJI, 1997

Catatan : untuk nilai diantarannya dapat diinterpolasi

C. Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah (FCSP)

Pada jalan tanpa pemisah besarnya factor penyesuaian tergantung kepada

besarnya Split kedua arah. Hal ini dilihat pada table 2.4.

Tabel 2.4 : Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah (FCSP)

Pemisahan arah SP %-%50-50 55-45 60-40 65-35 70-30

FCSP Dua lajur 2/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88

Empat lajur 4/2 1,00 0,985 0,97 0,955 0,94

19

Page 20: Bab 1,2,3,4,5

Sumber ; MKJI, 1997

D. Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan Samping (FCSF) Jalan

Dengan Bahu

Kapasitas dipengaruhi juga oleh lebar bahu jalan. Factor penyesuaian

untuk bahu jalan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5 : Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan Samping (FCSF) Jalan

Dengan Bahu.

Tipe jalan

Kelas hambatan

samping (SFC)

Faktor penyesuaian untuk hambatan samping

dan lebar bahu

Lebar bahu efektif rata-rata Ws (m)

≤ 0,5 m 1,0 m 1,5m ≥ 2,0 m

Empat  lajur

terbagi 4/2D

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

0,96

0,94

0,92 0,88

0,84

0,98

0,97

0,95 0,92

0,88

1,01

1,00

0,98

0,95

0,92

1,03

1,02

1,00 0,98

0,96

Empat  lajur

tak terbagi

4/2 UD

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

0,96

0,94

0,92 0,87

0,80

0,99

0,97

0,95 0,91

0,86

1,01

1,00

0,98 0,94

0,90

1,03

1,02

1,00 0,98

0,95

Dua lajur tak

terbagi 2/2

UD atau

jalan satu-

arah

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

0,94

0,92

0,89 0,82

0,73

0,96

0,94

0,92 0,86

0,79

0,99

0,97

0,95 0,90

0,85

1,001

1,00

0,98 0,95

0,91

Sumber ; MKJI, 1997

20

Page 21: Bab 1,2,3,4,5

Catatan : a. tabel tersebut diatas menganggap bahwa lebar bahu di kiri dan kanan

sama, bila bila lebar bahu kiri dan kanan berbeda maka digunakan

nilai rata-ratanya

b. lebar efektif bahu dalah lebar yang bebas dari segala rintangan

bila ditengah terdapat pohon, maka lebar efektifnya adalah

setengahnya.

Tabel 2.6 : Faktor ukuran kota (City Size)

Ukuran Kota Juta Orang Faktor ukuran kota

< 0.1 0.86

0.1 – 0.5 0.90

0.5 – 1.0 0.94

1.0 – 3.0 0.90

≥3.0 1.00

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

E. Gesekan Samping

Nilai yang digunakan kelas hambatag samping mulai dari sangat rendah sampai

dengan tinggi ditunjukkan seperti ditabel berikut:

21

Page 22: Bab 1,2,3,4,5

Tabel 2.7 : Kegiatan Disekitar Jalan

Komponen Gesekan

Samping

Kelas Gesekan Samping

Sangat

Rendah Rendah Sedang

Tingg

i

Sangat

Tinggi

Pergerakan pejalan

kaki 0 1 2 4 7

Angkutan kota

berhenti dijalan 0 1 3 6 9

Kend. Masuk dan

keluar persilangan 0 1 3 5 8

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

Angka yang terdapat pada Tabel 2.6. diatas dijumlahkan bila terdapat

kombinasi dari ketiga komponen hamabatan samping. Faktor koreksi kapasitas

untuk 6 lajur dapat diperkirakan dengan menggunakan faktor koreksi kapasitas

untuk jalan 4 lajur dengan menggunakn persamaan di bawah ini :

FC = 1 – 0,8 x (1 – FC 65F)

Keterangan : FC65F = Faktor koreksi kapasitas untuk 6 lajur

FC4SF = Faktor koreksi kapasitas untuk 4 lajur

Penilaian pada Tabel 2.7. di atas dilakukan atas dasar :

22

Page 23: Bab 1,2,3,4,5

Tabel 2.8 : Penilaian besarnya gesekan samping

Komponen Gesekan

Jumlah gesekan samping

Sangat

rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

pejalan kaki (PJLK) 0 0-80 80-120 120-120 >220

PJKL menyebrang   0-200 200-

500

500-

1300

>1300

ongkos berhenti 0 0-100 100-

300

300-700 >300

kend. keluar Masuk

persilangan

(kend./jam/km)

0 0-200 200-

500

500-800 >800

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

F. Faktor Ukuran Kota (FCcs)

Berdasar hasil penelitian ternyata ukuran kota mempengaruhi kapasitas

seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2.8. berikut :

Tabel 2.9 : Faktor ukuran kota (City Size)

Ukuran Kota Juta Orang Faktor ukuran kota

< 0.1 0.86

0.1 – 0.5 0.90

0.5 – 1.0 0.94

1.0 – 3.0 0.90

≥3.0 1.00

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

2.11 Kecepatan Arus Bebas

23

Page 24: Bab 1,2,3,4,5

Seperti pada analisa kapasitas, derajat kejenuhan, kecepatan arus bebas

pada jalan-jalan sekitar Pasar Becora, Kantor Koramil Bekora dan Terminal

Becora, juga ditentukan oleh karakteristik jalan-jalan tersebut.

Berdasarkan manual kapasitas jalan indonesia, 1997 ; kecepatan aktual

atau kecepatan arus bebas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

sebagai berikut:

FV = (Fvo + FVw) x FFVsf x FFVcs ……………………….….........(2.8)

Dengan : FV = kecepatan arus bebas (kend/jam)

Fvo = kecepatan arus bebas dasar (kend/jam)

FVw = penyesuaian lebar jalur lalu lintas efektif

FFV SF = Faktor koreksi kecepatan arus bebas akibat hambatan samping

FFV CS = Faktor koreksi kecepatan arus bebas akibat ukuran kota

Tabel 2.10 : Kecepatan arus bebas dasar

Tipe jalan Kecepatan Arus Bebas Dasar (FV0)

LV HV MC Rata-rata

6/2 D atau 3/1 61 52 48 57

4/2 D atau 2/1 57 50 47 55

4/2 UD 53 46 43 51

2/2 UD 44 40 40 42

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

Kecepatan arus bebas untuk jalan 8 lajur dianggap sama seperti jalan 6

lajur pada Tabel 2.9. di atas.

24

Page 25: Bab 1,2,3,4,5

Tabel 2.11 : Faktor koreksi kecepatan arus bebas akibat lebar jalan

Tipe jalan Lebar jalur lalulintas (m) FV W (km/jam)

Empat-lajur terbagi

atau jalan satu arah

Per lajur

3,00

3,25

3,50

3,75

4,00

-4

-2

0

2

4

Empat-lajur tak

terbagi

Per lajur

3,00

3,25

3,50

3,75

4,00

-4

-2

0

2

4

Dua-Lajur tak

terbagi

Total dua arah

5

6

7

8

9

10

11

-9,5

-3

0

3

4

6

7

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

Untuk jalan lebih dari 4 lajur (banyak lajur), nilai factor koreksi FVw

untuk jalan 4 lajur dua arah terbagi (4/2 UD) pada Tabel 2.13. di atas dapat

digunakan.

Tabel 2.12 : Faktor koreksi kecepatan arus bebas akibat hambatan samping untuk

jalan yang mempunyai bahu jalan

25

Page 26: Bab 1,2,3,4,5

Tipe jalan

Kelas hambatan

samping (SFC)

Faktor penyesuaian untuk hambatan samping

dan lebar bahu

Lebar bahu efektif rata-rata Ws (m)

≤ 0,5 m 1,0 m 1,5m ≥ 2,0 m

Empat  lajur

terbagi 4/2D

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

1,02

0,98

0,94 0,89

0,84

1,03

1,00

0,97 0,93

0,88

1,03

1,02

1,00

0,96

0,92

1,04

1,03

1,02 0,99

0,96

Empat  lajur

tak terbagi

4/2 UD

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

1,02

0,98

0,93 0,87

0,80

1,03

1,00

0,96 0,91

0,86

1,03

1,02

0,99 0,94

0,90

1,01

1,00

0,97 0,93

0,90

Dua lajur tak

terbagi 2/2

UD atau

jalan satu-

arah

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

1,00

0,96

0,90 0,82

0,73

1,01

0,98

0,93 0,86

0,79

1,01

0,99

0,96 0,90

0,85

1,01

1,00

0,98 0,95

0,91

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

Tabel 2.13. Faktor koreksi kecepatan arus bebas akibat hambatan samping untuk

jalan yang mempunyai kerb

Kelas hambatan

Faktor penyesuaian untuk hambatan samping

dan lebar bahu

26

Page 27: Bab 1,2,3,4,5

Tipe jalan samping (SFC) Lebar bahu efektif rata-rata Ws (m)

≤ 0,5 m 1,0 m 1,5m ≥ 2,0 m

Empat  lajur

terbagi 4/2D

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

1,00

0,97

0,93 0,87

0,81

1,01

0,98

0,97 0,93

0,88

1,03

1,02

1,00

0,96

0,92

1,02

1,00

0,99

0,96

0,92

Empat  lajur

tak terbagi

4/2 UD

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

1,00

0,96

0,91 0,84

0,77

1,01

0,98

0,93 0,87

0,81

1,01

0,99

0,96

0,90

0,85

1,02

1,00

0,98 0,94

0,90

Dua lajur tak

terbagi 2/2

UD atau

jalan satu-

arah

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

0,98

0,93

0,87 0,78

0,68

0,99

0,95

0,89 0,81

0,72

0,99

0,96 0,92

0,84

0,77

1,00

0,98 0,95

0,88

0,82

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

Sedangkan untuk jalan 6 lajur, factor koreksi akibat hambatan samping

(FFVSF) dapat ditentukan dengan menggunakan nilai FFV SF untuk jalan 4 lajur

pada Tabel 2.11 di atas yang disesuaikan dengan menggunakan rumus :

FFV6,5SF = 1 – 0,8 x (1 – FFV4,5SF)

Keterangan :

FFV6,5SF = factor koreksi akibat hambatan samping untuk jalan 6 lajur

FFV 4,5SF = factor koreksi akibat hambatan samping untuk jalan 4 lajur

Tabel 2.14 : Faktor koreksi kecepatan arus bebas akibat ukuran kota

Ukuran Kota (Juta Jiwa) FFVcs

27

Page 28: Bab 1,2,3,4,5

< 0.1 0.90

0.1 – 0.5 0.93

0.5 – 1.0 0.95

1.0 – 3.0 1.00

≥3.0 1,03

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

2.12 derajat kejenuhan

4. Tingkat kinerja jalan

DS = Q/C ………………………………………………………..(2.8)

Keterangan : DS = Derajat Kejenuhan

Q = kapasitas Arus Lalulitas atau volume kendaraan (smp/jam)

C = kapasitas jalan (smp/jam)

a) Pengambilan Data

Pada pengambilan data lapangan yang digunakan dalam studi evaluasi ini

meliputi :

5. Data geometrik.

6. Data hambatan samping / side friction.

7. Data volume lalu lintas.

Data Geometrik Jalan yang diperlukan pada evaluasi ini adalah :

8. Data panjang segmen jalan yang diteliti. 9. Data lebar trotoar / kerb jalan

efektif.

Dalam pengambilan data geometrik ini dipergunakan meteran untuk

melakukan pengukuran dilapangan.

b) Jalan Raya

28

Page 29: Bab 1,2,3,4,5

Jalan raya adalah bagian jalur tertentu yang dapat dilewati kendaraan dan

memenuhi syarat – syarat tertentu, yang sangat erat hubungannya dengan

kendaraan daerah setempat dan keamanan serta kenyamanan yang dituntut dalam

suatu perjalanan.

Adapun bagian – bagian yang didapatkan didalam jalan raya yaitu :

9. Badan jalan adalah bagian jalan yang meliputi didalam jalan raya yaitu median,

dan bahu jalan .

10. Bahu jalan adalah bagian dari lebar mamfaat jalan yang berfungsi antar lain:

a. Ruangan tempat berhenti sementara kendaraan.

b. Ruang untuk menghindarkan diri pada saat darurat untuk mencegah

terjadinya bahaya.

c. Pelindung konstruksi perkerasan terhadap kikisan . d. Ruang untuk tempat

pemasangan tanda lalu lintas, rel lindung dan lain- lain.

11. Damaja ( Daerah mamfaat jalan ) adalah daerah yang meliputi seluruh

badan jalan, seluruh tepi jalan dan ambang pengaman .

Konstruksi jalan raya adalah suatu bagian jalur tertentu yang dapat dilewati

kendaraan dan memenuhi syarat – syarat tertentu, syarat – syarat tersebut sangat

erat hubungannya dengan keadaan daerah setempat dan keamanan serta

kenyamanan yang dituntut dalam suatu perjalanan .

Tujuan dari cara ini untuk mendapakan keseragaman dalam merencanakan

geometrik jalan antar kota, guna menghasilkan geometrik jalan yang memberikan

kelancaran, keamanan dan kenyamanan bagi pemakai jalan.

Untuk menghitung frakuensi hambatan kejadian samping dikalikan dengan factor

bobot, terlebih dahulu.

29

Page 30: Bab 1,2,3,4,5

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pengertian Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan satu tahap untuk menjelaskan

sistematis mengajukan masalah penelitian (Research Problem), menunjukkan

masalah dan membatasi secara khusus metodologi dan prosedur yang

digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pada bab ini untuk

menguraikan beberapa aspek yang terkait dengan metodologi penelitian yang

digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Aspek-aspek tersebut meliputi:

Lokasi dan waktu peneltian, sumber data dan teknik pengambilan atau

pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analisa data serta hasil dan

pembahasan.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di Kota Dili pada ruas jalan Becora dengan

panjang 2.4 kilometer atau 2400 meter, mulai dari Merkadu Becora sampai

denagan Terminal Becora Mota Ulun. Penelitian ini difokuskan pada beberapa

titik yaitu 3 titik penelitian di antaranya : titik pertama di Merkadu Becora, titik

kedua di Kantor Koramil becora, dan titik ketiga di Terminal Becora Mota

Ulun. Lebih jelas dapat di lihat pada gambar 3.1. di bawah ini:

30

Page 31: Bab 1,2,3,4,5

3.2.1 Peta Lokasi Penelitian

Gambar 3.1: Foto Udara Goole Earth 2009

3.2.2 Lokasi Penelitian

Lokasi pengamatan survey dan penempatan personal survey dijelaskan

pada layout survei di bawah ini:

Gambar 3.2 : Peta Lokasi Studi Penelitian (Layout Suvey)

31

Pos 1

Pos 3

Pos 2

Kantor koramil Becora

Terminal Becora Mota Ulun

Merkadu Becora

Page 32: Bab 1,2,3,4,5

3.3. Metode Pengumpulan Data Dan Sumber Data

3.3.1 Metode Kepustakaan

Ruang lingkup penelitian ini diperlukan sebagai langkah awal dalam

menganalisa kondisilokasi studi serta untuk mengidentifikasi data-data yang

diperlukan dalam memecahkan permasalahan yang timbul. Tujuan utama dari

tahap ini adalah untuk merumuskan dan mengidentifikasikan jenis serta tipe data

yang dibutuhkan untuk analisis yang akan dilakukan. Berdasarkan fungsinya data

yang diperoleh dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Data Teknis

Merupakan data-data yang berhubungan langsung dengan perencanaan

transportasi dan peningkatan fasilitas jalan. Data tersebut antara lain data lalu

lintas harian rata-rata (LHR), peta jaringan jalan, data geometrik jalan, data

hambatan samping dan lain-lain.

2. Data Non Teknis

Merupakan data yang bersifat sebagai data penunjang untuk pertimbangan

perkembangan lalu lintas di daerah tersebut seperti arah perkembangan daerah,

kondisi sosial ekonomi, tingkat kepemilikan kendaraan, dan lain-lain.

Berdasarkan sifatnya data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dengan cara mengadakan

survey dan pengamatan di lapangan. Pengamatan yang dilakukan adalah :

a) Data Volume lalu lintas

b) Data geometrik jalan

32

Page 33: Bab 1,2,3,4,5

c) Data Hambatan Samping

A. Pengambilan Data Volume lalu lintas

Pengambilan data volume lalu lintas dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari

atau satu minggu, pengamatan hanya jam tersibuk saja melainkan juga

kemungkinan hari tersibuk pada ruas jalan tersebut. Adapun pengambilan data ini

dimulai pada tanggal 2 September 2013 - 7 September 2013.

Alat yang digunakan dalam pengambilan data volume lalu lintas ini

menggunakan alat pencacah (hand tally counter), dimana data tersebut kemudian

dimasukan pada kertas formulir pengisian data yang telah disediakan. Data

volume yang diamati dan dilakukan pada jam-jam puncak / sibuk, yaitu :

a) Pagi hari, jam 07.30 – 09.30 WTL

b) Siang hari, jam 12.00 – 14.00 WTL

c) Sore hari, jam 17.00 – 19.00 WTL

Semua data yang didapat dicatat dalam jangka 60 menit, berdasarkan pada

Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Untuk pencatatan masing-masing jenis

kendaraan dikelompokan pada :

a. Kendaraan ringan (LV); misalnya Mobil penumpang, Sedan, Minibus,

Pickup, Jeep.

b. Kendaraan berat (HV); misalnya Dump truck, Trailler, Bus.

c. Sepeda motor (MC); misalnya kendaraan roda dua dan tiga.

Dari data ini diharapkan diperoleh data volume lalu lintas pada jam sibuk/puncak.

B. Pengambilan data geometrik

Pada pengambilan data ini digunakan meteran sebagai alat utama yang

dipakai, Adapun data yang diambil sebagai berikut :

33

Page 34: Bab 1,2,3,4,5

Data geometrik jalan yang diperlukan adalah panjang dan kelandaian

jalan. Untuk panjang jalan ditentukan berdasarkan jalan pengamatan langsung di

lapangan. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data survei. Data

geometrik jalan adalah data tentang kondisi jalan itu sendiri secara nyata di

lapangan. Pada pengambilan data ini digunakan meteran sebagai alat utama yang

dipakai, adapun data yang diambil sebagai berikut :

1). Data kondisi geometrik jalan Becora berupa:

a) Tanggal survei : 2 – 7 september 2013

b) Nama Kota : Dili, Timor - Leste

c) Ukuran kota : 0.5 – 1.0 juta penduduk

d) Nama jalan : Jl. Becora

e) Tipe daerah : permukiman

f) Panjang jalan : 2,4 km

g) Tipe jalan : dua- lajur dua arah tak terbagi (2/2 UD)

h) Lebar trotoar efektif yaitu : Sisi A = 1,50 Meter

: Sisi B = 1,50 Meter

Gambar 3.3 : Penampang Melintang Jalan

34

Page 35: Bab 1,2,3,4,5

C. Pengambilan data hambatan samping

Pencatatan frakuensi kejadian hambatan samping dilakukan selama 7 hari

bersamaan dengan pengambilan data volume lalu lintas, dimana survey ini juga

menggunakan alat pencacah atau aturan Manual Kapasitas Jalan Indonesia

(MKJI). Hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja lalu lintas dari

aktivitas di sepanjang jalan.

Faktor hambatan samping yang terutama berpengaruh pada kapasitas dan

kinerja jalan perkotaan adalah :

1. Jumlah pejalan kaki berjalan atau menyeberang sepanjang segmen jalan.

2. Jumlah kendaraan berhenti dan parkir.

3. Jumlah kendaraan bermotor yang masuk dan keluar dari lahan samping jalan

dan jalan sisi.

4. Arus kendaraan yang bergerak lambat, yaitu total (kend/jam) dari sepeda,

becak, gerobak, dan sebagainya.

Evaluasi pengaruh hambatan samping jalan merupakan salah satu cara

untuk mendapatkan nilai hambatan samping yang terjadi dari fasilitas lalu lintas

dalam penyesuaian pergerakan arus lalu lintas itu sendiri. Perhitungan hambatan

samping diperlukan data geometrik dan data arus lalu lintas untuk kerb dan

median.

Sedangkan data arus lalu sedangkan data arus lalu lintas meliputi :

1. Arus lalu lintas

Arus lalu lintas secara umum yaitu keadaan lalu lintas yang mempunyai

pengaruh ditinjau dari volume dan kecepatan lalu lintas itu sendiri, manual

kapasitas jalan Indonesia meliputi :

2. Kecepatan arus bebas pada kondisi sesungguhnya : (MKJI 1997;hal 15-17)

35

Page 36: Bab 1,2,3,4,5

FV = ( FVo + FVw ) x FFsf x FFVcs

Dimana :

FV : Kecepatan arus bebas sesungguhnya (LV) (Km / jam )

Fvo : Kecepatan arus bebas dasar (LV) (Km / jam)

FVw : penyesuaian lebar jalan lalu lintas efektif (Km / jam)

FFVcs : Faktor penyesuaian ukuran kota.

FFVsf : Faktor penyesuaian hambatan samping.

FV = ( 44 + -3 ) x 0,90 x 0,95 = 35,06 km/jam

3 Kecepatan sesungguhnya kendaraan ringan = 35,06 km/jam

4 Waktu tempuh rata-rata (TT)  = L / V

= 0,0106959 jam

= 0,00106725 menit

5. Kapasitas

Rumus yang digunakan untuk menghitung kapasitas jalan kota,

berdasarkan kapasitas jalan Indonesia (MKJI, 1997) adalah sebagai berikut:

Kapasitas (C) = Co * FCw * FCsp * FCsf * FCcs

C0 = 2900 smp/jam (total dua arah) untuk jalan 2/2 UD

FCW = 0,87 (7.75 meter)

FCSP = 1,00 (pemisahan arah 50%-50%)

FCSF = 0,90 (hambatan samping sedang dan lebar bahu efektif = 0,5 m)

FCCS = 0,94 (jumlah penduduk kota Dili 0,5-1,0 juta)

C = Co x Fcw x FCsp x FCsf x FCcs, Sehingga diperoleh nilai kapasitas ruas jalan

Becora, C = 2134,46 smp/jam untuk total kedua arah.

36

Page 37: Bab 1,2,3,4,5

6. Derajat Kejenuhan (DS)

Dari hasil analisis data dapat diperoleh nilai derajat kejenuhan seperti

dibawah ini :

Derajat kejenuhan Ds  = V/C

Ds = 0,78

7. Pembahasan

Hasil perhitungan kapasitas (C) lalu lintas pada ruas Jalan Becora Kota Dili

sebesar 2134,46 smp/jam hasil ini didapat pada persamaan 2.7 dimana Co

(kapasitas dasar) didapat pada tabel 2.1 dengan tipe jalan dua lajur tak terbagi

yakni 2900, faktor penyesuaian lebar jalan (FCw) 0,87 sebagaiamana terdapat

pada tabel 2.2 sedangkan FCsp (faktor penyesuaian pemisah arah) 1,00 terdapat

pada tabel 2.3 dan FCsf (Faktor penyesuaian hambatan samping) didapat pada

tabel 2.4 sebesar 0,90 dan FCcs (faktor penyesuaian ukuran kota) sebesar 0,94

didapat pada tabel 2.6.

Volume kendaraan yang digunakan adalah volume kendaraan tertinggi yaitu

pada hari Jumat 7 September 2013 sebesar 1671 kend/jam. Sehingga dari hasil

volume tertinggi didapatkan volume jam puncak 1788 smp/jam. Jika nilai DS <

0,75, maka jalan tersebut masih layak, tetapi jika DS > 0,75, maka diperlukan

penanganan pada jalan tersebut untuk mengurangi kepadatan atau kemacetan.

Kemacetan lalu lintas pada suatu ruas jalan disebabkan oleh volume lalu lintas

yang melebihi kapasitas yang ada. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan

menaikkan kapasitas atau mengurangi volume lalu lintas.

Biasanya kapasitas dapat diperbaiki dengan jalan mengurangi penyebab

gangguan, misalnya dengan memindahkan tempat parkir, mengontrol pejalan kaki

37

Page 38: Bab 1,2,3,4,5

atau dengan memindahkanlalu lintas ke rute yang lainnya atau mungkin dengan

cara pengaturan yang lain seperti membuat jalan satu arah.

2. Data Sekunder

Data sekunder dilakukan melalui studi pustaka. Studi pustaka merupakan

metode pengumpulan data dengan cara mempelajari litaratur-literatur yang

berhubungan dengan topik penelitian, antara lain buku, jurnal, laporan dari

lembaga terkait dan bahan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

Maka data yang diperoleh dari berbagai instansi terkait yang berhubungan dengan

dengan penelitian ini seperti :

a) Peta jaringan jalan Kota Dili

b) Data jumlah penduduk Kota Dili

c) Referensi atau standar SNI

Berdasarkan data penelitian diatas dapat dijelaskan :

Peta jaringan jalan di ambil dari JIKA MAP 2011

3.3. 2. Survai Lapangan

Survey yang dilakukan adalah survey terhadap volume lalu lintas yang

lewat serta hambatan samping yang terjadi. Hambatan samping yang diamati

diantaranya jumlah angkutan umum yang berhenti bukan pada tempatnya,

kendaraan yang berhenti di wilayah badan jalan, penyeberang jalan yang tidak

menggunakan jembatan penyeberangan dan kendaraan yang keluar masuk dari

lahan samping jalan.

Metode survey yang digunakan dalam pelaksanaan survey pada

persimpangan jalan adalah survey volume lalu lintas dengan perhitungan secara

manual.

38

Page 39: Bab 1,2,3,4,5

1.) Survei Lalu Lintas

Dalam pelaksanaan penelitian ini hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai

berikut :

a. Mencatat jumlah kendaraan yang lewat pada setiap titik yang dilalui.

b. Peralatan yang dibutuhkan: stopwatch atau jam tangan, formulirsurvei, alat

tulis dan kamera.

c. Prosedur pelaksanaan: surveyor mencatat pada formulir yang disediakan

setiap kali kendaraan melewati lokasi pengamatan dan disesuaikan dengan

golongannya selama waktu yang telah ditentukan.

2.) Survei waktu tempuh

Perhitungan lalu lintas dilakukan dengan menghitung dengan pergerakan

pada pos-pos survey yang telah ditentukan dengan interval waktu 15 menit selama

2 jam. Karena keterbatasan sumber daya maka pada tiap pos survey diambil data

selama satu hari. Survei hanya dilakukan pada jam-jam puncak yaitu :

1. Pagi hari pukul 07.30 – 08.30 WTL

2. Siang hari pukul 12.00 - 14.00 WTL

3. Sore hari pukul 17.00 - 19.00 WTL

Untuk mengefisienkan dan mengefektifkan biaya dan waktu, Penulis

melakukan survei selama 7 hari berturut-turut atau satu minggu (mulai dari hari

Senin – Sabtu), dimana hari-hari tersebut mewakili hari lainnya. Lokasi pos

survey dapat dilihat pada gambar 3.2 di atas.

39

Page 40: Bab 1,2,3,4,5

Pengolahan Data

Analisis

Mulai

Pengumpulan Data

Survei

DATA PRIMERData Volume lalulintasData Geometri JalanHambatan Samping

DATA SEKUNDERPeta Jaringan Jalan

Data jumlah pendudukReferensi atau standar SNI

Pembahasan

Kesimpulan / Saran

Selesai

3.4. Flow Chart

Tidak Ok

Gambar 3.4. Diagram alir penelitian

40

OK

Page 41: Bab 1,2,3,4,5

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Jalan Becora

4.1.1 Gambaran Umum Jalan Becora

Jalan Becora mempunyai peranan yang penting dalam mendukung sektor-

sektor perdagangan, perkantoran, pendidikan, dan jasa yang semua itu dapat

berjalan dengan baik, apabila sarana-sarana pendukung cukup memadai. Kota Dili

merupakan ibu kota Timor Leste yang segala aktivitasnya didukung oleh jaringan

jalan kota. Dari aktivitas sektor-sektor perkantoran, pendidikan, dan jasa akan

menimbulkan pergerakan lalulintas dan hambatan samping yang apabila kapasitas

ruas jalan tersebut tidak mampu maka akan terjadi kemacetan lalulintas.

Penggunaan lahan dengan berbagai zona-zona peruntukan serta aktivitas didalam

zona maupun antar zona memerlukan transportasi. Dalam konteks tersebut

terjadinya interaksi akan menimbulkan pergerakan manusia, atau pergerakan

barang dalam bentuk pergerakan kendaraan sehingga dijelaskan bahwa antara

keduanya terdapat keterkaitan satu dengan yang lainnya.

Geometrik jalan Becora diuraikan kondisi ruas jalan beserta hambatan

samping yang mempengaruhi kapasitas jalan. Dari pengamatan dilokasi diketahui

terjadi penurunan kinerja yang diindikasikan dengan berkurangnya kecepatan,

kemacetan khususnya pada jam jam sibuk yaitu pada jam kerja pagi hari, siang

hari, dan sore hari darir jam 07.30 – 19.00 WTL. Kondisi riil yang penulisan

amati dapat dijelaskan berikut ini:

1) Disepanjang Jalan Becora pada saat ini didominasi oleh beberapa penggunaan

lahan, seperti pendidikan, perkantoran, dan perumahan. Pada penggunaan

41

Page 42: Bab 1,2,3,4,5

untuk fasilitas pendidikan terdapat beberapa fasilitas yang berada di jalan ini,

antaran lain: SD (SD 7 Camea, 10 Camea, STM Becora dan TK-SMA Hati

Kudus Becora), Fasilitas pendidikan dan Perkantoran yang ada di Jalan

Becora pada saat ini diantaranya: Kantor koramil Becora, UNITAL Becora,

yang ada di Jalan Becora. Dengan adanya fasilitas pendidikan, perkantoran

maka banyak pejalan kaki dan pedagang kaki lima yang mangkal di badan

jalan, disamping itu banyak angkutan Bemo yang berhenti dipinggir jalan

menunggu dan menjemput penumpang.

2) Di sepanjang Jalan Becora di lewati lalulintas arus menerus dan arus lokal,

arus menerus yaitu kendaraan dari merkadu Becora menuju Terminal Becora

Mota Ulun sebaliknya dan arus lokal yaitu kendaraan yang keluar masuk di

lokasi sekitar Jalan Terminal Becora. Pada jam-jam sibuk banyak kendaraan

keluar masuk di Lokasi tersebut bercampur dengan kendaraan yang menerus

sehingga menimbulkan hambatan samping yang sangat tinggi. Untuk lebih

jelasnya mengenai kondisi penggunaan lahan eksisting di wilayah studi, lihat

gambar 3.1 dan gambar 3.2.

4.1.2. Data Geometrik Jalan

Data geometrik jalan adalah data tentang kondisi eksisting jalan Becora

secara nyata di lapangan. Ruas Jalan Becora memiliki panjang 2.4 km, lebar jalan

rata-rata 8 meter, dengan pangkal ruas Jembatan penyebrangan, dan ujung ruas

Kantor koramil Becora batas Kota Dili.

Data kondisi geometrik jalan Becora berupa:

i) Tanggal survei : 2 – 7 september 2013

j) Nama Kota : Dili, Timor - Leste

k) Ukuran kota : 0.5 – 1.0 juta penduduk

l) Nama jalan : Jl. Becora

m) Tipe daerah : Permukiman

42

Page 43: Bab 1,2,3,4,5

n) Panjang jalan : 2,4 km

o) Tipe jalan : dua- lajur dua arah tak terbagi (2/2 UD)

Gambar 4.1 : Penampang melintang jalan Becora.

4.2 Perhitungan Volume kendaraan

Tabel 4.1 : Volume kendaraan

Waktu

Jenis KendaraanKen. Ringan

LV Kend. Berat HV Motor MC

07.30 - 07.45 195 7 14507.45 - 08.00 280 1 16008.00 - 08.15 245 3 17508.15 - 08.30 230 5 22508.30 - 08.45 240 0 15508.45 - 09.00 242 1 16009.00-09.15 87 0 21009.15-09.30 37 2 28512.00 -12.15 108 3 10512.15 - 12.30 95 1 13012.30 - 12.45 22 0 5912.45 - 13.00 20 2 8013.00 - 13.15 39 2 8013.15 -13.30 40 3 18513.30 - 13.45 44 2 17013.45 - 14.00 28 8 16517.00 - 17.15 42 2 14517.15 - 17.30 27 0 16017.30 - 17.45 33 4 17517.45 - 18.00 47 6 22518.00 - 18.15 34 4 155

43

Page 44: Bab 1,2,3,4,5

18.15 - 18.30 50 2 16018.30 - 18.45 42 4 21018.45 – 19.00 47 5 285

Dari perhitungan di atas maka yang di ambil nilai maksimumnya yang

digunakan untuk perhitungan volume kendaraan. Lebih jelas dilihat tabel dibawah

ini :

Tabel 4.2 : Volume kendaraan

Pukul Motor Kendaraan ringan

Kendaraan Berat

07.30-74.45 145 195 707.45-08.00 160 280 108.15-08.15 175 245 308.15-08.30 225 230 508.30-08.45 155 240 008.45-09.00 160 242 109.00-09.15 210 87 009.15-09.30 285 37 2

Jumlah (kend/jam) 1515 1556 19Jumlah (smp/jam) 758 1556 25

Total (smp/jam) 2338

4.3 Perhitungan Volume Jam Puncak Jalan Becora

Volume adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu titik pada suatu jalur

gerak per satuan waktu, biasanya digunakan satuan kendaraan per waktu (Morlok,

1978:110). Dalam menghitung volume jam dipilih pada waktu tertentu untuk

menggambarkan kondisi lalulintas maksimal yang melewati jalan yang dimaksud.

Dalam menghitung volume lalulintas pada ruas jalan di kawasan studi

dilakukan perhitungan secara riil melalui traffict counting yang dilakukan di ruas

jalan tersebut. Adapun Lalulintas Harian Rata-rata yang dilakukan adalah dengan

melakukan perhitungan sederhana, yaitu dengan melakukan perhitungan jumlah

kendaraan dilapangan secara langsung, sedangkan untuk metode satuan mobil

penumpang adalah merupakan kelanjutan perhitungan lalulintas harian rata-rata

44

Page 45: Bab 1,2,3,4,5

di kawasan studi dengan mengalikan hasil perhitungan dengan metode traffic

counting dengan standar perbandingan jenis kendaraan.

Menurut MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia). Dengan menggunakan

standar jenis kendaraan yaitu Satuan Mobil Penumpang (smp) akan memudahkan

untuk menganalisa dalam perhitungan lebih lanjut.

Klasifikasi kendaraan terdiri dari kendaraan berat, kendaraan ringan,

sepeda motor. Interval perhitungan jumlah kendaraan dilakukan dengan interval 1

jam. Sedangkan hasil perhitungan Lalulintas Harian Rata-rata di ambil dari

jumlah lalulintas pada jam puncak, yaitu dengan tingkat aktivitas yang terjadi

pada titik tertinggi. Berdasarkan MKJI, perencanaan jalan perkotaan untuk

menilai setiap kendaraan ke dalam satuan mobil penumpang (smp) maka harus

dikalikan dengan faktor equivalensinya (emp), yaitu:

a) HV = 1,3 (bus, truk 2 as, truk 3 as)

b) LV = 1,0 (mobil penumpang, mikrobis, pick up)

c) MC = 0,5 ( sepeda motor)

Penentuan emp ini diambil dengan asumsi jalan yang diambil adalah 2/2

UD. Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.3 : LHR Ruas jalan Becora (kend/hari)

Jenis Kendaraan Kend Emp Ttotal

Sepeda Motor (MC) 1515 0,5 757,5

Kendaraan Ringan (LV) 1556 1,0 1556

Kendaraan Berat (HV) 19 1,3 24,7

Jumlah 2338,2

Dari hasil data yang diperoleh dapat diketahui volume lalu lintas

maksimum smp/jam yang dapat dilihat pada tabel 4.2

45

Page 46: Bab 1,2,3,4,5

Kend. Ringan (LV) Kend. Berat (HV) Sepeda Motor (MC)

Total0

500

1000

1500

2000

2500

1556

24.7

757.5

2338.2

Gambar 4.1 : Grafik volume kendaraan

Dari grafik diatas terlihat bahwa volume lalu lintas menunjukkan jumlah

kendaraan yang melintasi suatu titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari,

jam, menit).

1) Volume lalu lintas yang tinggi membutuhkan lebar perkerasan jalan lebih

besar sehingga tercipta kenyamanan dan keamanan dalam berlalu lintas.

2) Sedangkan jalan yang terlalu lebar untuk volume lalu lintas rendah cenderung

membahayakan karena pengemudi cenderung mengemudi kendaraannya pada

kecepatan yang lebih tinggi dan kondisi jalan belum tentu memungkinkan.

Disamping itu juga mengakibatkan peningkatan biaya pembangunan jalan

yang tidak ekonomis.

3) Volume total arus lalulintas adalah 2338, yang terdapat dari tabel di atas yang

digunakan untuk perhitungan kapasitas dasar (Santiago, 2013).

46

Page 47: Bab 1,2,3,4,5

4.4 Analisis Volume Lalu Lintas (V Rasio)

Berdasarkan data hasil perhitungan volume kendaraan yang terjadi di

Lokasi penelitian secara keseluruhan sudah di akumulasikan dalam satu jam pada

pos pengamatan dalam satu hari yang merupakan hasil penjumlahan dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4 : Analisis Ratio volume lalulaintas (V Ratio)

Waktu Volume kendaraan (smp/jam)07.30 - 08.30 167108.30 - 09.30 141912.00 - 13.00 62513.00 - 14.00 7661700 - 18.00 87018.00 - 19.00 1038

Dari tabel diatas, didapat bahwa :

a. Pada ruas jalan titik pengamatan, volume lalulintas yang tertinggi sebesar

1671 smp terjadi pada pukul 07.30 – 08.30 WTL.

Besarnya volume lalulintas diatas kemudian digunakan dalam perhitungan

derajat kejenuhan jalan (V/C rasio).

Gambar 4.2 : Grafik waktu Volume Kendaraan (smp/jam)

07.30 - 08.30

08.30 - 09.30

12.00 - 13.00

13.00 - 14.00

1700 - 18.00

18.00 - 19.00

0200400600800

10001200140016001800

16711419

625766 870

1038

Waktu Volume kendaraan (smp/jam)

Waktu Volume kendaraan (smp/jam)

47

Page 48: Bab 1,2,3,4,5

Dengan memperhatikan hasil traffic counting dapat diketahui waktu jam

puncak pada ruas Jalan. Dari hasil perhitungan jumlah kendaraan yang melewati

ruas jalan tersebut dapat diperoleh rata-rata jam puncak volume lalulintas yang

terjadi yaitu pada jam 07.30 – 08.30. Dari hasil traffic counting jumlah pergerakan

yang menuju ke areal pendidikan, perkantoran lebih banyak dibandingkan yang

arus menerus. Hal ini dimungkinkan terjadi karena dimulainya berbagai aktivitas

di pagi hari diruas jalan tersebut disamping adanya arus menerus berupa angkutan

umum dan pribadi sehingga menyebabkan terjadinya akumulasi pergerakan pada

jam-jam sibuk.

Gambar 4.3 : Grafik Volume kendaraan (V Ratio)

Dari hasil grafik diatas bahwa dapat diperoleh harian rata – rata pada jam puncak volume lalu lintas yang terjadi pada jam 17.00 – 18.00 dan dapat nilai yang tertinggi pada titik 2 adalah 1671 (smp).

4.5 Analisis Kapasitas Jalan di Ruas Jalan Becora

Identifikasi kapasitas jalan di ruas Jalan di Becora dimaksudkan untuk

mengetahui kondisi eksisting jalan berkaitan dengan kemampuan jalan dalam

menampung beban jalan. Kapasitas jalan adalah arus maksimum yang dapat

dipertahankan per satuan jam yang melewati suatu titik di jalan dalam kondisi

yang ada atau dengan kata lain kapasitas jalan adalah jumlah lalulintas kendaraan

maksimum yang dapat ditampung pada ruas jalan selama kondisi tertentu (desain

48

0200400600800

10001200140016001800

998

1671

711 Series1

Page 49: Bab 1,2,3,4,5

geometri, lingkungan dan komposisi lalulintas) yang dinyatakan dalam satuan

mobil penumpang (smp/jam).

Kapasitas jalan didefinisikan sebagai arus maksimal yang dapat

dipertahankan per satuan jam yang melewati suatu titik di jalan dalam kondisi

yang ada. Perhitungan kapasitas jalan ini didasarkan pada perhitungan yang

disesuaikan dengan perhitungan menurut MKJI. Perhitungan kapasitas ruas jalan

dilakukan dengan menggunakan MKJI untuk daerah perkotaan dengan formula

sebagai berikut :

C = Co . FCw . FCsp . FCsf . FCcs (smp/jam)

Berdasarkan data kondisi geometrik dan kondisi lingkungan jalan di

kawasan studi maka dapat dilihat nilai nilai Co, FCw,FCsp, FCsf, FCcs sebagai

berikut:

a. Kapasitas Dasar (Co)

Kapasitas dasar yang diperoleh ditentukan berdasarkan jumlah lajur dan jalur

jalan yang ada di kawasan studi. Jalan Becora berupa dua lajur tak terbagi dua

arah Co = 2900 smp/jam.

b. Lebar Jalur Jalan (FCw)

Lebar efektif jalur jalan di kawasan studi adalah 7,75 m 2 jalur tanpa pembatas

median FCw =0,87

c. Faktor koreksi Kapasitas akibat pembagi arah (FCsp) 2 lajur 2 arah tanpa

pembatas median pembagi arah 50-50 FCsp = 1,00

d. Hambatan Samping (FCsf)

Hambatan samping sangat tinggi dan lebar bahu jalan efektif < 0,5 m FCsf =

0,90

e. Faktor Koreksi Kapasitas akibat ukuran kota (FCcs)

Kota Dili termasuk golongan kota kecil dengan jumlah penduduk sekitar

137.879 jiwa FCcs = 0,94 (jumlah penduduk kota Dili 0,5-1,0 juta)

49

Page 50: Bab 1,2,3,4,5

Untuk nilai C rasio pada ruas Jalan Becora dapat diketahui dengan

perhitungan sebagai berikut :

C = Co . FCw . FCsp . FCsf . FCcs (smp/jam)

C = 2134,458 smp/jam.

Untuk hasil perhitungan kecepatan kendaraan berdasarkan MKJI 1997

adalah sebagai berikut :

1. Kecepatan Arus Bebas Kendaraan ringan

FV = (Fvo + Fvw ) x FFVsf x Ffvcs

FV = 35,06 km/jam

Kecepatan sesungguhnya kendaraan ringan = 35,06 km/jam

2. Waktu tempuh rata-rata (TT) 

TT = L / V

TT = 0,0106959 jam

TT = 0,00106725 menit

4. Derajat Kejenuhan (DS)

Nilai arus lalu lintas maksimum total arah untuk Ruas Jalan Becora

Berdasarkan hasil perhitungan volume lalulintas pada jam puncak di kawasan

studi pada ruas jalan Becora Vmak = 1671 smp/jam.

Dengan mengetahui volume dan kapasitas ruas jalan dapat diketahui

tingkat pelayanan ruas Jalan Becora dengan perhitungan sebagai berikut:

50

Page 51: Bab 1,2,3,4,5

Maka besarnya derajat kejenuhan (DS) adalah :

Titik (pengamatan) : DS =

VC =

16712134,458 = 0,78

Dari data diatas di ruas jalan di Becora Dili Timor Leste, titik (pos) 2 nilai

DS > 0,78. Jika nilai DS < 0,75, maka jalan tersebut masih layak, tetapi jika DS >

0,75 maka diperlukan penanganan pada jalan tersebut untuk mengurangi

kepadatan atau kemacetan.

Kemacetan lalu lintas pada suatu ruas jalan disebabkan oleh volume lalu

lintas yang melebihi kapasitas yang ada. Solusi yang dapat dilakukan adalah

dengan menaikkan kapasitas atau mengurangi volume lalu lintas.

Biasanya kapasitas dapat diperbaiki dengan jalan mengurangi penyebab

gangguan, misalnya dengan memindahkan tempat parkir, mengontrol pejalan kaki

atau dengan memindahkanlalu lintas ke rute yang lainnya atau mungkin dengan

cara pengaturan yang lain seperti membuat jalan satu arah.

4. Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)

Nilai derajat kejenuhan (DS) yang terjadi pada lokasi studi (Jalan Becora

Dili Timor Leste), yaitu sebesar 0,78 untuk Ruas Jalan Becorat terletak pada

tingkat pelayanan jalan “D” (arus tidak stabil atau lalulintas jenuh, kecepatan

mulai rendah, dan pengemudi tidak memiliki kebebasan yang cukup untuk

memilih kecepatan).

5. Analisis alternatif penanganan dan solusi

Untuk meningkatkan kinerja jalan pada kawasan tersebut dapat dilakukan

melalui manajemen lalulintas. Manajemen lalulintas yang dimaksud pada tesis ini

adalah tindakan mencari suatu alternatif solusi melalui skenario mengerjakan

sesuatu, antara lain dengan cara meningkatkan kapasitas ruas jalan dan mengatur

arus lalulintas.

51

Page 52: Bab 1,2,3,4,5

6. Menjelaskan hubungan antara hasil pada grafik (pengaruh dan Solusi)

Untuk meningkatkan kinerja jalan pada kawasan tersebut dapat dilakukan

melalui manajemen lalulintas. Manajemen lalulintas yang dimaksud pada tesis

ini adalah tindakan mencari suatu alternatif solusi melalui skenario mengerjakan

sesuatu, antara lain dengan cara meningkatkan kapasitas ruas jalan dan mengatur

arus lalulintas.

Dalam mempermudah perhitungan analisis penelitian Kemacetan

Lalulintas pada ruas jalan Becora agar dalam melakukan analisis untuk

memudahkan dalam perhitungan. Variabel-variabel yang akan di analisa,

kemudian dilihat pengaruhnya dengan variabel lain sehingga dapat diketahui

faktor dominan yang mempengaruhi kemacetan lalulintas dan dicari alternatif

penanganannya.

Strategi dan teknik yang dapy dilakukan manajemen lalu lintas adalah

sebagai berikut :

1. Manajemen kapasitas

Hal yang penting dalam manajemen kapasitas adalah membuat

penggunaan kapsitas ruas jalan seefektif mungkin sehingga pergerakan lalu lintas

bisa lancer. Teknik yang dapt dilakukan antara lain :

a) Perbaikan persimpangan dengan penggunaan control dan geometrik secara

optimal.

b) Manajemen ruas jalan seperti control parker di tepi jalan, pemisahan tipe

kendaraan dan pelebaran jalan.

c) Area Traffic Control, seperti batasan tempat membelok, sistem jalan satu

arah dan koordinasi lampu lalu lintas.

2. Manajemen prioritas Hal yang penting dalam manajemen prioritas adalah

prioritas bagi kendaraan penumpang umum yang menggunakan angkutan missal

karena kendaraan tersebut bergerak dengan jumlah penumpang yang banyak

52

Page 53: Bab 1,2,3,4,5

dengan demikian efisiensi penggunaan ruas jalan dapat dicapai. Hal yang dapt

dilakukan antara lain adalah dengan penggunaan :

a) Jalur khusus bus

b) Prioritas persimpangan

c) Jalur khusus sepeda

d) Prioritas bagi angkutan barang

3. Manajemen terhadap permintaan (demand) Strategi yang dapat dilakukan

dalam menajemen permintaan ini antara lain:

1) Mengubah rute kendaraan dengan tujuan memindahkan kendaraan dari daerah

macet ke daerah tidak macet.

2) Mengubah moda perjalanan dari kendaraan pribadi ke angkutan umum.

3) Kontrol terhadap penyediaan tata guna lahan.

53

Page 54: Bab 1,2,3,4,5

BAB V

PENUTUP

5.1  Kesimpulan

Dari analisis dan pembahasan data yang terdapat dalam bab sebelumnya,

dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Perhitungan Kapasitas Jalan dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan

Indonesia (MKJI-1997) mendapatkan nilai Kapasitas Jalan Becora, Dili

Timor Leste = 2134,458 smp / jam

2. Dari metode Headway yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh nilai

SMP sepeda motor antara 0,78. Nilai SMP yang terbesar didapat di simpang Jl.

Becora.

3. Dari data diatas pada di ruas jalan di Becora Dili Timor Leste, titik pengamatan

(pos) 2 nilai DS > 0,78. Jika nilai DS < 0,75, maka jalan tersebut masih layak,

tetapi jika DS > 0,75 maka diperlukan penanganan pada jalan tersebut untuk

mengurangi kepadatan atau kemacetan.

4. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menaikkan kapasitas atau

mengurangi volume lalu lintas.

5.2       Saran

Berdasarkan simpulan yang didapat dari hasil penelitian diatas, maka

penulis mencoba memberikan saran. Adapun saran-saran tersebut antara lain :

1. Untuk mengurangi kemacetan pada jalan Becora pada jam-jam puncak perlu

dilakukan pergeseran waktu misalnya pengaturan waktu antara jam kerja

dengan jam sekolah.

2. Pengaruh tundaan terhadap biaya perjalanan memberikan kerugian waktu

yang kemudian dalam bentuk uang memberi kerugian yang sangat besar,

sehingga perlu dilakukan peninjauan kembali serta perlu adanya manajemen

54

Page 55: Bab 1,2,3,4,5

lalu lintas untuk mengurangi tundaan yang terjadi.

3. Pada penelitian ini hanya diteliti dua jenis kendaraan karena itu disarankan

memperluas penelitian untuk jenis kendaraan lainnya.

55