bab 1234 lakip bkn 2014- · indikator kinerja utama yang mendukung pencapaian sasaran strategis....
TRANSCRIPT
i
Kata Pengantar
Dengan mengucap puji syukur kepada Allah Subhanallah Wata’ala Tuhan Yang
Maha Esa yang telah mencurahkan rahmat dan nikmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Kinerja (LK) Badan Kepegawaian Negara (BKN) Tahun 2014.
LK BKN merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban
kinerja BKN dalam mencapai tujuan/sasaran strategis selama tahun 2014. LK ini
diharapkan bermanfaat dalam memberikan masukan guna penyempurnaan
penyusunan rencana kerja tahun mendatang dengan memperhatikan kekurangan-
kekurangan yang ada. Informasi yang disampaikan dalam laporan kinerja ini dapat
menjadi referensi umum bagi BKN maupun semua pihak dalam menyempurnakan
dokumen perencanaan periode yang akan datang.
Tahun 2014 merupakan tahun terakhir pelaksanaan Rencana Strategis
(Renstra) BKN 2010-2014. Oleh karena itu dalam LK 2014 ini kami sajikan capaian
kinerja selama 5 (lima) tahun sebagai bahan evaluasi capaian kinerja dalam
pelaksanaan Renstra BKN 2010-2015. BKN terus berupaya meningkatkan perannya
sebagai lembaga pemerintahan di bidang manajemen kepegawaian yang
menyelenggarakan pembangunan bidang aparatur negara yang dilakukan melalui
Reformasi Birokrasi (RB). RB adalah upaya untuk meningkatkan profesionalisme
aparatur negara dan mewujudkan tata pemerintahan yang baik guna mendukung
keberhasilan pembangunan di berbagai bidang.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan informasi atas pencapaian
kinerja BKN.
Jakarta 23 Februari 2015
Plt. Kepala Badan Kepegawaian Negara
DR. Ir. Bima Haria Wibisana, MSIS
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................. iii
PERNYATAAN TELAH DIREVIU ......................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi ..................................... 2
C. Rencana Strategis BKN ........................................................... 4
D. Struktur Organisasi ................................................................. 8
BAB II PERENCANAAN KINERJA ................................................................. 9
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ................................................................ 13
A. Capaian Kinerja BKN Tahun 2014 ........................................... 13
B. Realisasi Anggaran BKN Tahun 2014 ....................................... 61
Bab IV PENUTUP………………… ..................................................................... 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Struktur Organisasi
2. Pengukuran Kinerja
3. Capaian Kinerja BKN Tahun 2010-2014
iii
Ikhtisar Eksekutif
Laporan Kinerja (LK) Badan Kepegawaian Negara (BKN) Tahun 2014 sebagai
wujud pertanggungjawaban kinerja BKN atas pelaksanaan tugas dan fungsinya yang
tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2013 tentang Badan
Kepegawaian Negara. Laporan Kinerja ini memberikan gambaran tingkat keberhasilan
pencapaian kinerja BKN tahun 2014 terhadap penetapan kinerja tahun 2014 serta
analisis atas capaian kinerja tahun 2010 sampai dengan 2014 terhadap rencana
kinerja berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) BKN 2010-2014.
Pembuatan laporan kinerja tersebut didasarkan pada Peraturan Presiden
Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah dan
berpedoman pada Peraturan Menteri Negara PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014.
Komponen yang disajikan dalam LK meliputi dokumen Rencana Strategis, Rencana
Kinerja Tahunan (RKT), Penetapan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Analis Capaian Kinerja
serta Capaian 2010 - 2014. BKN telah menetapkan 8 sasaran strategis dengan 19
indikator kinerja utama yang mendukung pencapaian sasaran strategis.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, menunjukkan bahwa BKN sudah
memenuhi sasaran kinerja yang direncanakan untuk mencapai sasaran strategis.
Hanya 2 dari 8 sasaran strategis yang targetnya belum tercapai secara maksimal di
tahun 2014. Berikut sasaran strategis dicapai melalui indikator kinerja utama yang
telah ditetapkan antara lain :
a. Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian
dengan indikator kinerja berupa:
1) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan
kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya 80% instansi dari 600 instansi 480
instansi terlaksana 80%
2) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan
di lingkungannya naik sebesar 2,33% dari target 40%
iv
3) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS
dalam pengembangan karier kepegawaian di lingkungannya dari target 18 %
realisasi 18,50%
4) Persentase instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi PNS
dengan tepat sesuai NSP dari target 50 % realisasi 50 %
b. Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal dengan indikator kinerja
berupa:
1) Jumlah instansi pemerintah yang telah memanfaatkan sistem rekrutmen dan
promosi dengan menggunakan alat bantu computer (CAT). Dari 70 instansi
yang ditargetkan dapat terealisasi sebanyak 349 instansi
2) Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional analis kepegawaian
dapat di realisasikan sebanyak 550 analis dari target 600 analisis
c. Meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan kepegawaian dengan
indikator kinerja berupa:
• Jumlah rumusan peraturan perundang-undangan yang diselesaikan dengan
target 20 naskah menjadi 26 naskah
d. Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi informasi dengan
indikator kinerja berupa:
• Indeks kepuasan instansi/ PNS terhadap pelayanan kepegawaian target
kategori Sangat Baik (86) walaupun menjadi 84,48 tapi masih kategori Sangat
Baik
e. Meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi dengan indikator
kinerja berupa:
1) Persentase database PNS yang akurat dan terkini berdasarkan data pokok
pegawai. Target 90% realisasi 87,63 %
2) Persentase Instansi Pemerintah yang telah terintegrasi dengan sistem aplikasi
pelayanan kepegawaian (SAPK) Target 100% realisasi 98,80 %
3) Persentase instansi/ stakeholders yang telah menggunakan sistem KPE Target
98,50% realisasi 88,42 %
f. Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan pengendalian kepegawaian
dengan indikator kinerja berupa:
v
• Persentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan bidang kepegawaian dari target 10% dapat direalisasikan
32,70%
g. Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program, sumber daya, serta
pengelolaan administrasi dengan indikator kinerja berupa:
1) Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN dari Target B dapat
direalisasikan B
2) Opini BPK terhadap laporan keuangan BKN dari target WTP direalisasikan WTP
3) Persentase penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensi dapat
direalisasikan 100 % dari target 100 %
4) Persentase pemenuhan sarana operasional kantor sesuai standard dari target
90 % direalisasikan 89,91 %
5) Indeks kepuasan publik terhadap ketersediaan layanan informasi BKN dari
target kategori Baik terealisasi Sangat Baik
h. Meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana prasarana kantor dengan
indikator kinerja berupa:
1) Indeks kepuasan pegawai terhadap sarana dan prasarana kantor yang tersedia
dari target Baik, untuk Tahun 2014 ini realisasi Baik
2) Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana untuk target 100 %
dapat direalisasikan 100 %.
Anggaran BKN untuk mendukung program dan kegiatan pada tahun 2014
sebesar Rp.542.955.113.000,- dan mengalami pemotongan anggaran sebesar
Rp.40.693.519.000,- sehingga pagu anggaran BKN menjadi Rp 502.261.594.000,-.
Realisasi anggaran BKN tahun 2014 adalah sebesar Rp 461.695.135.312,- atau sebesar
91,92%. Sisa sebesar 8,08% merupakan penghematan sesuai dengan surat Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan RB Nomor: SE Nomor 10 Tahun 2014 tentang
Penghematan dari Efisiensi Kerja Aparatur Negara, SE Nomor 11 Tahun 2014 tentang
Penghematan dari Kegiatan Pertemuan/Rapat diluar Kantor, dan SE Nomor 13 Tahun
2014 perihal Penghematan dari Gerakan Hidup Sederhana. Terkait dengan capaian
kinerja tersebut, BKN secara terus menerus berupaya melakukan perbaikan dalam
rangka meningkatkan kinerja di masa yang akan datang.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan Kepegawaian Negara (BKN) mempunyai peran yang sangat strategis
dalam membangun sumber daya aparatur sejalan dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2025 di bidang Hukum dan Aparatur. Peran
dan kedudukan BKN kian strategis, dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 58
Tahun 2013 tentang Badan Kepegawaian Negara bahwa BKN mempunyai tugas
pemerintahan di bidang manajemen kepegawaian yang menyelenggarakan
pembangunan bidang aparatur negara yang dilakukan melalui reformasi birokrasi
untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik.
Sesuai dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN) yang menyebutkan bahwa BKN sebagai instansi yang membina dan
menyelenggarakan Manajemen PNS dalam upaya mewujudkan Aparatur Sipil Negara
sebagai bagian dari reformasi birokrasi, perlu ditetapkan sebagai profesi yang
memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib
mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam
pelaksanaan manajemen Aparatur Sipil Negara.
Pelaksanaan program dan kegiatan BKN dalam rangka pelaksanaan fungsi dan
pencapaian kinerja dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2014 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL). Sebagai lembaga yang
menggunakan anggaran negara dalam pelaksanaan tugas dan kegiatannya
mengedepankan sistem keterbukaan dan dapat dipertanggungjawabkan, maka
disusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
2
LAKIP sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja BKN dalam pelaksanaan
tugas dan fungsinya, serta sebagai bahan analisis dan evaluasi dalam membuat
kebijakan untuk meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang. Pembuatan laporan
pertanggungjawaban kinerja tersebut didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 29
tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah.
LAKIP ini memberikan penjelasan mengenai pencapaian kinerja BKN selama
Tahun Anggaran 2014 sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah. Capaian kinerja (performance results) Tahun 2014 tersebut
diperbandingkan dengan Penetapan Kinerja (performance agreement) Tahun 2014
sebagai tolok ukur dan gambaran tingkat keberhasilan pencapaian kinerja BKN selama
1 (satu) tahun. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana target kinerja digunakan
sebagai pembanding yang memberikan hasil guna perbaikan dan peningkatan kinerja.
B. Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2013 tentang Badan
Kepegawaian Negara, bahwa BKN berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Presiden melalui menteri yang membidangi urusan pemerintahan di
bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi.
Berdasarkan Peraturan Kepala BKN Nomor 19 Tahun 2014 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Negara, BKN melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang manajemen kepegawaian negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, BKN menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang kepegawaian;
b. Penyelenggaraan koordinasi identifikasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan,
pengawasan dan pengendalian pemanfaatan pendidikan dan pelatihan sumber
daya manusia Pegawai Negeri Sipil; Penyelenggaraan administrasi kepegawaian
pejabat negara dan mantan pejabat Negara;
3
c. Penyelenggaraan administrasi dan sistem informasi kepegawaian dan mutasi
kepegawaian antar Provinsi dan/atau antar Kabupaten/Kota;
d. Penyelenggaraan koordinasi penyusunan norma, standar dan prosedur mengenai
mutasi, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban, kedudukan Pegawai
Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah dan bidang kepegawaian
lainnya;
e. Penyelenggaraan bimbingan teknis pelaksanaan peraturan perundang-undangan
di bidang kepegawaian kepada instansi pemerintah;
f. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKN;
g. Pelancaran kegiatan instansi pemerintah di bidang administrasi
kepegawaian;
h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian,
keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.
Di samping kedudukan, tugas, dan fungsi, BKN juga memiliki kewenangan yaitu:
a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang manajemen kepegawaian;
b. Perumusan kebijakan di bidang manajemen kepegawaian untuk mendukung
pembangunan secara makro;
c. Penetapan sistem informasi di bidang manajemen kepegawaian;
d. Pelaksanaan mutasi kepegawaian antar Provinsi;
e. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
f. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang kepegawaian;
g. Penyusunan norma, standar dan prosedur kepegawaian dan pengendaliannya;
h. Penyusunan program kepegawaian secara nasional sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan Pemerintah;
i. Penyelenggaraan administrasi mutasi kepegawaian antar provinsi, serta
perumusan standar prosedur mengenai perencanaan, pengangkatan,
pemindahan, pemberhentian, penetapan standar, gaji, tunjangan, kesejahteraan,
hak dan kewajiban serta kedudukan Pegawai Negeri Sipil;
4
j. Penyelenggaraan administrasi kepegawaian nasional;
k. Perencanaan kebijakan dan pemantauan pemanfaatan pendidikan dan pelatihan
standar;
l. Pengawasan dan pengendalian norma, standar dan prosedur kepegawaian.
C. Rencana Strategis BKN
Rencana strategis (Renstra) BKN Tahun 2010-2014 disusun sebagai
perencanaan jangka menengah BKN yang berisi tujuan, sasaran strategis dan target
yang akan dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Dalam rangka penyempurnaan Renstra BKN Tahun 2010-2014 dan
penguatan implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di
lingkungan BKN, maka telah dilakukan revisi terhadap Renstra BKN Tahun 2010-2014
dengan memperhatikan harapan dan keinginan pihak terkait (stakeholder) BKN. Revisi
Renstra BKN meliputi Tujuan, Sasaran Strategis, dan Indikator Kinerja Utama (IKU).
1. Visi, Misi dan Tujuan BKN
Visi :
”Menjadi Pembina dan
Penyelenggara Manajemen
Kepegawaian yang Profesional
dan Bermartabat Tahun 2025”
Misi : 1. Mengembangkan Sistem
Manajemen Kepegawaian
Negara.
2. Mengembangkan Sistem
Pelayanan Kepegawaian.
3. Mengembangkan Manajemen
Internal BKN.
Tujuan :
1. Mewujudkan manajemen
kepegawaian yang moderen.
2. Mewujudkan pelayanan prima
bidang kepegawaian.
3. Mewujudkan manajemen internal
yang efektif, efisien dan akuntabel.
5
2. Sasaran Strategis dan IKU
Sasaran strategis BKN disusun berdasarkan tujuan strategis yang ingin dicapai. Ada
8 (delapan) sasaran strategis yang ditempuh dalam rangka mewujudkan tujuan
strategis BKN, dan di dalamnya terdapat 19 (sembilan belas) IKU. IKU merupakan
salah satu tolok ukur dalam menghitung tingkat keberhasilan atas tercapainya
sasaran strategis yang dibuat.
Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, BKN sebagai lembaga
penyelenggara manajemen ASN yang melakukan pengelolaan ASN untuk
menghasilkan Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. BKN memiliki
peran yang sangat strategis dalam pengembangan manajemen kepegawaian dan
pelayanan administrasi kepegawaian yang melayani seluruh instansi pemerintah baik
1. Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan
pengembangan kepegawaian
2. Meningkatkan Sistem Pembinaan Kinerja yang Optimal
3. Meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan
kepegawaian
4. Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi
informasi
5. Meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang
terintegrasi
6. Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan
pengendalian kepegawaian
7. Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program,
sumber daya, serta pengelolaan administrasi
8. Meningkatkan pemenuhan standard dan mutu sarana
prasarana kantor
6
pusat maupun daerah. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sistem Merit adalah
kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras,
warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi
kecacatan.
Peran strategis BKN meliputi beberapa bidang, yaitu:
1) Bidang Perencanaan dan Pengembangan Kepegawaian
Peran strategis BKN terkait bidang perencanaan dan pengembangan kepegawaian
yaitu merumuskan kebijakan perencanaan dan pengembangan kepegawaian
melalui pemberian pertimbangan pengusulan formasi PNS, penyediaan pedoman
penyusunan standar kompetensi manajerial dan teknis, penilaian kompetensi PNS
(Assessment Center), pengembangan kompetensi sumber daya aparatur melalui
Diklat-diklat Kepegawaian, penelitian dan pengkajian dalam rangka mendukung
perumusan kebijakan di bidang kepegawaian.
Terkait peran strategis ini BKN telah melaksanakan berbagai program antara lain
melaksanakan kegiatan penataan PNS dengan fasilitasi instansi untuk melakukan
penghitungan jumlah kebutuhan PNS yang tepat berdasarkan analisis jabatan dan
analisis beban kerja, dan evaluasi jabatan. Selain itu, masing-masing instansi
pemerintah juga diwajibkan melakukan distribusi pegawai dan menyusun proyeksi
kebutuhan PNS selama lima tahun.
2) Bidang Kinerja dan Perundang-undangan
Peran strategis BKN terkait Bidang Kinerja dalam rangka peningkatan kualitas
seleksi CPNS untuk mendapatkan SDM yang berkualitas maka BKN membangun
dan mengembangkan sistem rekrutmen dan seleksi berbasis kompetensi dengan
menggunakan alat bantu komputer atau Computer Assisted Test (CAT).
Disamping itu dalam rangka pembinaan kinerja pegawai, BKN melaksanakan
asistensi penyusunan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) pada instansi pusat dan daerah.
7
Peran strategis BKN di bidang Perundang-undangan adalah melaksanakan
perumusan kebijakan pembinaan kinerja dan penyusunan peraturan perundang-
undangan kepegawaian.
3) Bidang Layanan Kepegawaian.
BKN harus cepat merespons berbagai harapan masyarakat dan menjawab
berbagai tantangan yang ada, khususnya dalam memberikan layanan bidang
kepegawaian. Salah satu upaya yang dilakukan dengan menerapkan Sistem
Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001-2008 terhadap pelayanan kepegawaian. Hal
ini menjadi momentum kebangkitan kualitas layanan yang prima, cepat, tepat,
murah dan transparan kepada PNS yang diharapkan dapat menjadi pemicu
lahirnya prestasi di sektor lain, sehingga pelayanan kepada PNS semakin baik.
Berkaitan dengan peningkatan layanan kepegawaian berbasis IT mulai dari
rekruitmen hingga pensiun, BKN menerapkan Sistim Aplikasi Pelayanan
Kepegawaian (SAPK On-Line) yang terintegrasi pada seluruh instansi pusat dan
daerah sehingga pelayanan menjadi lebih cepat, tepat, transparan, efektif dan
efisien.
4) Bidang Informasi Kepegawaian.
Dalam rangka pengembangan sistem informasi kepegawaian, BKN memiliki peran
strategis menyediakan data kepegawaian yang valid, akurat dan terkini untuk
menjamin ketersediaan informasi kepegawaian yang dibutuhkan.
Berbagai upaya yang dilakukan BKN diantaranya adalah membangun dan
mengembangkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi pada seluruh
instansi pusat dan daerah melalui penggunaan aplikasi SAPK dalam pelayanan
kepegawaian.
Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan arsip kepegawaian dilakukan dengan
menerapkan digitalisasi tata naskah kepegawaian yang didukung oleh Document
Management System (DMS).
8
5) Bidang Pengendalian Kepegawaian.
BKN memiliki peran strategis di Bidang Pengendalian Kepegawaian dengan
melaksanakan perumusan kebijakan pengendalian kepegawaian dan tindakan
korektif terhadap pelanggaran peraturan kepegawaian. Selain itu untuk
meningkatkan pemahaman terhadap penerapan peraturan perundang-undangan
di bidang kepegawaian, BKN melaksanakan kegiatan sosialisasi dan bimbingan
teknis kepada seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah.
D. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Kepala BKN Nomor 19 Tahun 2014 Organisasi dan Tata
Kerja BKN, susunan organisasi BKN terdiri dari:
a. Kepala;
b. Wakil Kepala;
c. Sekretaris Utama;
d. Deputi Bidang Pembinaan Manajemen Kepegawaian;
e. Deputi Bidang Mutasi Kepegawaian
f. Deputi Bidang Sistem Informasi Kepegawaian;
g. Deputi Bidang Pengawasan dan Pengendalian;
h. Pusat Perencanaan Kepegawaian dan Formasi;
i. Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Kepegawaian;
j. Pusat Pengembangan Sistem Rekrutmen Aparatur Sipil Negara;
k. Pusat Penilaian Kompetensi Aparatur Sipil Negara;
l. Pusat Pengembangan Aparatur Sipil Negara;
m. Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian;
n. Pusat Konsultasi dan Bantuan Hukum Kepegawaian;
o. Inspektorat.
9
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
Penetapan kinerja atau perjanjian kinerja pada dasarnya merupakan
pernyataan komitmen pimpinan atas apa yang akan dicapai selama kurun waktu satu
tahun dengan mempertimbangkan tugas pokok, fungsi, dan segala sumber daya yang
dimiliki. Pada penetapan kinerja harus terdapat indikator kinerja , karena indikator
kinerja merupakan salah satu tolak ukur dalam menghitung tingkat keberhasilan atas
tercapainya sasaran strategis yang dibuat.
Di tahun 2014 BKN menetapkan 8 (delapan) sasaran strategis dan 19 Indikator
Kinerja Utama yang meliputi :
a. Sasaran strategis yang pertama adalah meningkatkan efektifitas sistem
perencanaan dan pengembangan kepegawaian. Pada sasaran strategis ini
terdapat 4 (empat) Indikator Kinerja Utama, yaitu
1. Instansi pemerintah yang mengimplementasikan kebijakan penataan
kepegawaian (Right sizing) di lingkungannya, dengan target yang
ditetapkan 80% dari seluruh instansi yang ada.
2. Persentase instansi pemerintah yang telah menerapkan standar
kompetensi jabatan di lingkungannya, dengan target sebesar 40% dari
keseluruhan instansi pemerintah.
3. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi
PNS dalam pengembangan karier kepegawaian di ligkungannya, target di
tahun 2014 sebesar 18% dari seluruh instansi pemerintah.
4. Persentase instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi PNS
dengan tepat sesuai NSP, dengan target yang ditetapkan sebesar 50% dari
seluruh instansi.
10
b. Sasaran yang kedua adalah meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal
dengan Indikator Kinerja Utama sebanyak 2 indikator, yaitu :
1. Jumlah instansi pemerintah yang telah memanfaatkan sistem rekrutmen
dan promosi dengan menggunakan alat bantu computer (CAT) dengan
target 70 instansi.
2. Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional Analis
Kepegawaian dengan target capaian sebanyak 600 Analis Kepegawaian.
c. Sasaran yang ketiga adalah meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan
kepegawaian, dengan Indikator Kinerja Utama yaitu jumlah rumusan perundang-
undangan yang diselesaikan. Target yang diharapkan dapat tercapai adalah 20
naskah peraturan perundang-undangan.
d. Sasaran keempat yaitu meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi
informasi, dengan indikator kinerja utama berupa Indeks kepuasan instansi/PNS
terhadap pelayanan kepegawaian. BKN mengharapkan predikat yang “sangat
baik” dari seluruh stakeholders baik pusat maupun daerah.
e. Sasaran kelima yaitu meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang
terintegrasi. Pada sasaran strategis ini terdapat 3 (tiga) indikator kinerja utama
yang meliputi :
1. Persentase database PNS yang akurat dan terkini berdasarkan data pokok
pegawai, dengan target 90%.
2. Persentase instansi pemerintah yang telah terintegrasi dengan sistem
aplikasi pelayanan kepegawaian (SAPK), dengan target 100%.
3. Kartu PNS dan elektronik (KPE) yang diselesaikan, dengan target 98,5%.
f. Sasaran keenam yaitu meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan
pengendalian kepegawaian, dengan indikator kinerja berupa persentase
penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-
undangan di bidang kepegawaian. Target yang diharapkan adalah 10%.
11
g. Sasaran yang ketujuh adalah meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan
program, sumber daya, serta pengelolaan administrasi. Pada sasaran strategis ini
terdapat 5 (lima) indikator kinerja utama, yaitu :
1. Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN. Di tahun 2014 BKN
menargetkan memperoleh predikat B untuk hasil evaluasi terhadap
implementasi SAKIP dengan rentang nilai >65.
2. Opini BPK terhadap laporan keuangan BKN. Pada indikator ini BKN
menargetkan penilaian yang tertinggi dari Badan Pemeriksa Keuangan,
yaitu wajar tanpa pengecualian (WTP).
3. Persentase penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensi, dengan
target yang hendak dicapai adalah 100%. Target yang maksimal tersebut
dimaksudkan untuk memenuhi azas dalam penempatan pegawai, yakni
prinsip “The right man on the right place” agar seluruh pegawai dapat
bekerja dengan efektif dan efisien dalam organisasi.
4. Persentase pemenuhan sarana operasional kantor sesuai standar. Dengan
target 90%.
5. Indeks kepuasan publik terhadap ketersediaan layanan informasi BKN.
Pada indikator ini BKN menargetkan untuk mendapatkan predikat “Baik”
dengan penilaian >75.
h. Sasaran strategis yang terakhir adalah meningkatkan pemenuhan standard dan
mutu sarana prasarana kantor. Pada sasaran strategi ini terdapat 2 (dua) Indikator
Kinerja Utama yaitu :
1. Indeks kepuasan pegawai terhadap sarana dan prasarana kantor yang
tersedia, dengan target yang diharapkan adalah penilaian dengan predikat
“Baik”.
2. Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana. Indikator ini
mengacu pada Permen PU Nomor 45 Tahun 2007 tentang Pembangunan
Gedung Milik Negara, dengan target yang ditetapkan adalah 100%.
12
Untuk mencapai seluruh target tersebut BKN membutuhkan anggaran sebesar
Rp. 542.955.113.000,- (Lima ratus empat puluh dua milyar sembilan ratus lima puluh
lima juta seratus tiga belas ribu rupiah). Anggaran tersebut dibagi menjadi 3 (tiga)
program, yaitu Program Penyelenggaraan Manajemen Kepegawaian Negara sebesar
Rp. 126.721.700.000,- (Seratus dua puluh enam milyar tujuh ratus dua puluh satu juta
tujuh ratus ribu rupiah), Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya BKN sebesar Rp. 382.413.413.000,- (Tiga ratus delapan puluh dua
milyar empat ratus tiga belas juta empat ratus tiga belas ribu rupiah), dan Program
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BKN sebesar Rp. 33.820.000.000,- (Tiga
puluh tiga milyar delapan ratus dua puluh juta rupiah).
Penetapan kinerja di atas adalah penetapan kinerja berdasarkan RENSTRA
2010-2014, adapun perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan akan dilaksanakan dan
dilaporkan pada tahun mendatang.
13
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Badan Kepegawaian Negara Tahun 2014
I. Sasaran I:
Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan
kepegawaian
1.1 Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan
kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya
Di tahun 2014 BKN menargetkan persentase instansi
pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan kepegawaian
(rightsizing) di lingkungannya sebesar 80% instansi dari 600 instansi
yang ada. Dari target tersebut, BKN di tahun 2014 telah berhasil
mencapai target dengan terealisasikannya 80% instansi yang telah
menerapkan kebijakan penataan kepegawaian. Jika dilihat capaian
kinerja BKN dari tahun 2010 hingga 2014, maka data menunjukkan
bahwa capaian kinerja BKN dari tahun 2010 hingga 2014 senantiasa
mengalami peningkatan sebagaimana digambarkan pada grafik 3.1
berikut.
14
Grafik 3.1 Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan
penataan kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya
1.2 Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi
jabatan di lingkungannya
BKN menargetkan di tahun 2014 pada indikator persentase
instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan di
lingkungan sebesar 40% dari 600 instansi. Dari target tersebut, BKN
berhasil merealisasikan 42,33% instansi yang menerapkan standar
kompetensi. Dengan demikian, capaian kinerja BKN dari indikator ini
mencapai 105,83%. Jika dilihat capaian kinerja BKN dari tahun 2010
hingga 2014, kinerja BKN senantiasa mengalami kenaikan dari 6,10%
instansi di tahun 2010 hingga 42,3% instansi di tahun 2014
sebagaimana tergambar pada grafik 3.2 berikut.
15
Grafik 3.2 Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar
kompetensi jabatan di lingkungannya
1.3 Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian
kompetensi PNS dalam pengembangan karier kepegawaian di
lingkungannya.
Indikator kinerja persentase instansi pemerintah yang
menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karir
pegawai di lingkungannya digunakan untuk mengukur berapa banyak
instansi pemerintah pusat dan daerah yang telah melaksanakan
penilaian kompetensi untuk pengembangan karir pegawainya. Target
di tahun 2014 sebesar 18% instansi pemerintah yang menerapkan
penilaian kompetensi PNS, dan berhasil direalisasikan sebesar 18,5%
atau 111 instansi. Target tersebut merupakan akumulasi dari tahun-
tahun sebelumnya, dengan kenaikan target setiap tahun sebesar 2%
atau sebanyak 12 instansi setiap tahunnya (dengan dasar pada saat
pertama kali ditetapkan target jumlah instansi pemerintah pusat dan
daerah sebanyak 600 instansi). Jika melihat target kenaikan 2%
16
tersebut di tahun 2014, maka realisasi yang telah dicapai sebesar 13
instansi atau 2,16 % (lihat lampiran 4).
Dibandingkan dengan data sebelumnya, pada tahun 2010
jumlah instansi pemerintah yang telah menerapkan penilaian
kompetensi sebanyak 60 instansi atau 10%, tahun 2011 capaiannya
sebesar 67 instansi atau 11,24%, tahun 2012 naik menjadi 79 instansi
atau 13,22%, tahun 2013 naik menjadi 98 instansi atau 16,33%. Dengan
demikian terdapat peningkatan jumlah instansi pemerintah yang
menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karir PNS
dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 sebagaimana dapat dilihat
pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Jumlah instansi yang menerapkan penilaian
kompetensi PNS
NO TAHUN
TARGET
(%)
JUMLAH
TARGET
INSTANSI
CAPAIAN
(%)
JUMLAH
CAPAIAN
INSTANSI
1. 2010 10 % 60 10,40 % 62
2. 2011 12 % 72 11,24 % 67
3. 2012 14 % 84 13,22 % 79
4. 2013 16 % 96 16,33 % 98
5. 2014 18 % 108 18, 50% 111
Persentase target dan persentase capaian tersebut juga dapat
dilihat dalam grafik 3.3 berikut.
17
Grafik 3.3 Persentase instansi pemerintah yang menerapkan
penilaian kompetensi PNS
Sejak tahun 2010 hingga 2014, BKN telah melakukan penilaian
kompetensi dan pemetaan potensi terhadap PNS dari berbagai instansi
sebesar 6.362 PNS dengan komposisi pertahunnya dapat dilihat pada
tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2
Penilaian Kompetensi dan Pemetaan Potensi PNS
NO TAHUN JUMLAH
1 2010 1.500
2 2011 1.223
3 2012 1.305
4 2013 1.239
5 2014 1.095
JUMLAH 6.362
18
Jika melihat hasil capaian penilaian potensi dan kompetensi
yang cenderung turun dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain:
1) Bahwa dari tahun 2011 sampai tahun 2014, Puspenkom ASN BKN
hanya mengandalkan permintaan dari instansi lain, sehingga
capaiannya tergantung dari pihak eksternal. Dari hal tersebut,
maka mulai tahun 2015 BKN menganggarkan biaya untuk penilaian
potensi dan kompetensi bagi instansi lain dengan target yang telah
ditetapkan.
2) Sebagai instansi pembina assessment center, fokus utama
Puspenkom ASN BKN tidak lagi hanya sebagai penyelenggara
penilaian potensi dan kompetensi namun juga menyelenggarakan
pembinaan terhadap lembaga assessment center dari instansi lain.
1.4 Persentase instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi
PNS dengan tepat sesuai NSP
Pada tahun 2014, persentase instansi pemerintah yang
menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai dengan
norma, standar dan prosedur, ditargetkan 50% dari 616 instansi.
Dengan target tersebut, BKN telah merealisasikan sebanyak 77 instansi
pusat dan 539 instansi daerah. Dengan demikian di tahun 2014 BKN
berhasil mencapai target realisasi sebesar 50% instansi atau terdapat
316 instansi yang telah melaksanakan penghitungan kebutuhan formasi
PNS sesuai norma, standar, dan prosedur, sehingga capaian kinerja BKN
dapat tercapai 100%. Adapun Capaian kinerja BKN terkait indikator
tersebut dari tahun 2010 hingga 2014 dapat dilihat pada grafik 3.4
berikut.
19
Grafik 3.4 Persentase instansi yang menghitung kebutuhan formasi PNS
dengan tepat sesuai NSP
II. Sasaran II:
Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal
2.1 Jumlah instansi pemerintah yang telah memanfaatkan sistem
rekrutmen dan promosi dengan menggunakan alat bantu komputer
(CAT)
Untuk dapat mewujudkan sasaran strategis meningkatkan
sistem pembinaan kinerja yang optimal yang merupakan salah satu
sasaran strategis BKN yang diiukur dari berapa banyaknya instansi yang
telah memanfaatkan sistem rekrutmen dan promosi dengan
menggunakan alat bantu komputer (CAT).
Pada tahun 2014 BKN mentargetkan untuk memfasilitasi
pelaksanaan seleksi CPNS Tahun 2014 pada 70 (tujuh puluh) instansi
pusat dan daerah. Dalam pelaksanaannya BKN dapat memfasilitasi
pelasanaan seleksi CPNS Tahun 2014 pada 349 instansi pusat maupun
daerah. Capaian kinerja ini meningkat sangat tajam dibandingkan
20
capaian kinerja tahun 2012 yang hanya dapat memfasilitasi 59 instansi
dan tahun 2013 sebanyak 73 instansi. Capaian kinerja BKN dari tahun
2010 sampai dengan tahun 2014 bisa dilihat dari grafik 3.5 dibawah ini:
Grafik 3.5 Jumlah instansi pemerintah yang menggunakan sistem
rekrutmen dan promosi dengan CAT
Rekrutmen dan seleksi merupakan salah satu fungsi manajemen
PNS yang strategis. Melalui rekrutmen yang obyektif, akuntabel,
transparan dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, diharapkan
dapat diperoleh PNS yang berkualitas, yang mampu melaksanakan
tugas secara professional. Metode yang telah dan akan terus
dikembangkan oleh BKN dalam proses rekrutmen dan seleksi adalah
system rekrutmen berbabsis kompetensi dengan menggunakan alat
bantu computer (CAT). Dengan metode ini dapat dipastikan
pelaksanaan rekrutmen dan seleksi berlangsung secara adil bagi para
peserta tes, karena pelaksanaanya tidak dapat diintervensi dan
dipengaruhi oleh pihak manapun.
21
Sesuai data grafik diatas dapat dilihat bahwa capaian kinerja
BKN dalam memfasilitasi instansi pemerintah untuk seleksi CPNS Tahun
2014 dengan menggunakan system Cumputer Assisted Test (CAT)
meningkat sangat tajam dibandingkan tahun 2012 dan 2013, dimana
peningkatannya mencapai 378,08% dibandingkan capaian kinerja tahun
2013. Sedangkan capaian kinerja BKN dalam memfasilitasi pelaksanaan
rekrutmen dan seleksi CPNS Tahun 2014 mencapai 349 (tiga ratus
empat puluh sembilan) instansi atau sebesar 498,57%.
Capaian kinerja BKN terkait indikator tersebut untuk tahun
2014 jauh meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terjadi
karena didukung oleh kebijakan pemerintah bahwa untuk tahun 2014
seluruh instansi pusat dan daerah yang memperoleh tambahan alokasi
formasi dalam pelaksanaan seleksinya wajib menggunakan system CAT,
sedangkan pada tahun 2013 instansi masih diberi opsi dalam
pelaksanaan seleksinya, apakah akan menggunakan system CAT atau
Lembar Jawaban Komputer (LJK). Untuk tahun 2014 jumlah instansi
pusat dan daerah yang memperoleh tambahan alokasi formasi
sebanyak kurang lebih 514 (lima ratus empat belas) instansi. Perlu
diketahui bahwa untuk tahun 2014 ada 2 (dua) system CAT dalam
pelaksanaan seleksi CPNS, yaitu : 1. CAT BKN dan 2. UKG On Line.
Dalam pelaksanaan seleksi CPNS Tahun 2014, sebanyak 349
instansi pusat dan daerah dapat difasilitasi oleh CAT BKN sedangkan
selebihnya difasilitasi oleh UKG On Line. Meningkatnya kinerja BKN
dalam memfasilitasi pelaksanaan seleksi CPNS dengan sistem CAT
menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap sistem seleksi
yang dibangun oleh BKN semakin meningkat, karena memang sistem ini
dibangun untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat yang selama
ini menilai bahwa seleksi CPNS banyak dipengaruhi unsur korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN). Disamping itu pelaksanaan seleksi dengan
sistem CAT menurut instansi-instansi yang telah memanfaatkan seleksi
22
dengan menggunakan CAT menilai bahwa metode seleksi ini dapat
berlangsung secara lebih obyektif, akuntabel, transparan dan efisien.
Disamping itu, pemanfaatan sistem CAT ini tidak hanya
digunakan untuk seleksi CPNS semata, namun juga digunakan untuk
fungsi pembinaan PNS, seperti pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
(Diklat), ujian dinas, Kenaikan pangkat, dan promosi jabatan, serta
digunakan untuk kepentingan pemetaan kompetensi pada suatu
instansi.
Di tahun mendatang BKN dapat lebih meningkatkan kinerjanya
dalam memfasilitasi pelaksanaan rekrutmen dan promosi dengan
menggunakan alat bantu komputer (CAT) baik untuk intansi pusat
maupun daerah. Namun agar sistem seleksi dengan CAT yang
dibangun BKN dengan kerja keras dan waktu yang cukup lama ini
dapat tetap eksis dan dipercaya oleh masyarakat luas, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai pengelola dan pelaksana
proses rekrutmen dengan sistem CAT, baik dikantor pusat maupun
kantor-kantor regional BKN,
2. Sarana dan prasarana yang memadai sebagai pendukung
pelaksanaan proses rekrutmen dengan sistem CAT, baik instansi
pusat maupun daerah,
3. Jalur komunikasi data berbasis Virtual Private Network (VPN) yang
ada di BKN Pusat maupun kantor-kantor regional BKN dalam
pendistribusian materi soal tes,
4. Program apliKasi dan materi soal,
5. Integrasi dengan sistem lainnya, antara lain identitas tunggal e-KTP,
aplikasi SSCN (Sistem seleksi CPNS Nasional) sebagai identitas
dalam pendaftaran peserta tes CPNS,
23
6. Sosialisasi Standar Operasional dan Prosedur (SOP) sistem
rekrutmen berbasis kompetensi dengan sistem CAT pada instansi
pusat dan daerah.
Berikut ini disampaikan persentase jumlah Instansi
Pusat/Provinsi/Kab/Kota yang telah memanfaatkan sistem rekrutmen
dan promosi dengan menggunakan alat bantu komputer (CAT).
2.2 Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional analis
kepegawaian
BKN di tahun 2014 menargetkan 600 pertimbangan
pengangkatan jabatan fungsional kepegawaian. Terealisasi sejumlah
550 pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional analis
kepegawaian atau 91,67%. Hal ini disebabkan oleh kesiapan anggaran
instansi, mutasi pegawai, dan belum maksimalnya pengawasan dan
pengendalian pasca diklat.
24
Grafik 3.6 Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional
analis kepegawaian
Berdasarkan data diatas, hingga tahun 2014 Badan
Kepegawaian Negara telah menyelesaikan pertimbangan pengangkatan
jabatan analis kepegawaian sebanyak 2.080 PNS dalam jumlah
akumulatif dari tahun sebelumnya memang bertambah tetapi dalam
satuan tahun terjadi penurunan, sehingga untuk tahun depan
diperlukan evaluasi antara BKN dan instansi lain untuk perkembangan
pengangkatan analis di samping kesanggupan untuk mengangkat secara
formasi, juga untuk lebih cepat mengangkat para calon analis yang
sudah diklat untuk diangkat menjadi analis untuk perpindahan jabatan
serta melakukan inovasi baik berupa peraturan atau program-program
untuk pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional analis kepegawaian
demi terlancarnya penyelenggara manajemen kepegawaian pada setiap
instansi.
Dalam pemenuhan kebutuhan analis kepegawaian dan
peningkatan kompetensi tidak terlepas dari kesiapan instansi pengguna
untuk mengangkat dan melakukan pembinaan terhadap analis
kepegawaian, sehingga BKN dalam menjalankan tugas dan fungsinya
dalam perumusan kebijakan dibidang pembinaan jabatan fungsional
analis kepegawaian sesuai yang telah diamanatkan dalam Undang-
undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
25
III. Sasaran III:
Meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan kepegawaian
3.1 Jumlah rumusan peraturan perundang-undangan yang diselesaikan
Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, maka semua peraturan tentang
manajemen Pegawai Negeri Sipil harus mengacu pada Undang-undang
tersebut. Pada pasal 134 Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014
disebutkan bahwa Peraturan Pelaksanaan dari undang-undang tersebut
harus ditetapkan paling lama 2 tahun terhitung sejak undang-undang
ini diundangkan (tanggal 15 Januari 2014). Di tahun 2014 hanya 1 (satu)
PP yaitu Nomor 21 Tahun 2014 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri
Sipil Yang Mencapai Batas Usia Pensiun Bagi Pejabat Fungsional yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah.
Grafik 3.7 Jumlah rumusan peraturan perundang-undangan
yang diselesaikan
Sesuai data grafik 3.7, BKN pada tahun 2014 mentargetkan
untuk merumuskan dan menetapkan sebanyak 20 naskah rumusan
26
peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian. Dalam
pelaksanaannya, rumusan peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan menjadi peraturan perundang-undangan bidang
kepegawaian sebanyak 26 naskah dalam bentuk PP, Perpres, dan Perka
BKN sehingga capaian kinerja 130%.
IV. Sasaran IV:
Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi informasi
4.1 Indeks kepuasan instansi/ PNS terhadap pelayanan kepegawaian
Untuk mendorong semua pemangku kepentingan baik instansi
pusat maupun daerah agar memanfaatkan teknologi informasi sebagai
upaya peningkatan kualitas pelayanan kepegawaian melalui proses
cepat, tepat, murah, dan terintegrasi dengan didukung peraturan yang
mengikat.
Hal tersebut dilakukan sebagai respon atas tuntutan kinerja
PNS yang terus meningkat maupun kepada CPNS. Untuk mengukur
tingkat keberhasilan pada Sasaran IV yang meliputi Pengadaan CPNS,
Kepangkatan dan Mutasi Kepegawaian, Penetapan Status dan
Kedudukan Kepegawaian serta Penetapan Pensiun menggunakan
metode pengukuran Indek Kepuasan Masyarakat.
Indikator keberhasilan dan capaian kinerja terkait pencapaian
sasaran meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi
informasi dapat dilihat pada grafik 3.8 berikut.
27
Grafik 3.8 Indeks kepuasan instansi/ PNS terhadap pelayanan
kepegawaian
Capaian kinerja Indek kepuasan instansi/ PNS terhadap
pelayanan kepegawaian di BKN meliputi Pengadaan CPNS, Kepangkatan
dan Mutasi Kepegawaian, Penetapan Status dan Kedudukan
Kepegawaian serta Penetapan Pensiun adalah sangat baik. Hasil
pengukuran indikator sasaran meningkatkan pelayanan kepegawaian
berbasis teknologi informasi secara kualitatif capaiannya dalam
kategori sangat memuaskan. Namun segi kuantitatif tingkat
capaiannya masih dibawah target yang diperjanjikan. Adapun
parameternya bukan disebabkan oleh kinerja yang tidak optimal namun
oleh faktor eksternal antara lain belum optimalnya penyelesaian
terhadap penyelesaian CPNS Kategori II yang memerlukan persyaratan
surat pertanggungjawaban mutlak Pejabat Pembina Kepegawaian
(PPK).
Selain hal tersebut terdapat pengangkatan dalam jabatan
tertentu yang tidak memenuhi persyaratan sehingga mengakibatkan
28
PNS yang bersangkutan tidak dapat naik pangkat bahkan pensiunnya
ditetapkan tidak sesuai yang diharapkan.
Adapun perbandingan indikator capaian indek kepuasan
masyarakat terealisasi 80.94 (kategori baik) dari target 79 pada tahun
2012, capaian meningkat menjadi 83,09 (sangat baik) pada tahun 2013
dari target 82, capaian lebih meningkat menjadi 84,48 (sangat baik) dari
target 86 pada tahun 2014 sebagaimana dalam grafik 3.8.
Berdasarkan hasil penilaian responden terhadap kuisioner
layanan kepegawaian yang meliputi pengadaan kepegawaian,
pertimbangan kepangkatan dan mutasi, penetapan pensiun PNS dan
Pejabat Negara serta penetapan status dan kedudukan kepegawaian
periode Januari s/d Desember 2014 terdapat 2 parameter yang
memperoleh skor tertinggi yaitu parameter P9 (Kesopanan dan
keramahan petugas), dan parameter P6 (Kemampuan petugas dalam
memberikan pelayanan). Secara umum tingkat capaian tersebut bila
dilihat dari tahun ketahun menunjukan peningkatan(perbaikan), namun
dari sisi lain masih terdapat 1(satu) penilaian mendapat skor terendah
pada parameter P10 (Ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu
pelayanan) secara kualitas peniliannya masih dalam kategori baik .
Untuk memperbaiki hasil penilian masyarakat pada parameter P 10
pada tahun Anggaran 2015 dan seterusnya diupayakan perbaikan
terhadap penetapan pertimbangan kenaikan pangkat dan mutasi serta
penetapan pensiun PNS golongan ruang IV/b kebawah secara langsung
sebagai amanah dari Perka BKN No 25 Tahun 2013 dan Perka BKN No.
26 Tahun 2013.
Dengan berpedoman Permenpan No 25 tahun 2004 tentang
Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit
Pelayanan Instansi Pemerintah, BKN hanya menggunakan 12 parameter
dari 14 parameter yang ada seperti terurai pada tabel 3.3 berikut.
29
Tabel 3.3
Tabel Parameter Pengukuran
Kode Penjelasan
P1 Kemudahan prosedur pelayanan
P2 Kesesuaian persyaratan pelayanan dengan jenis pelayanan
P3 Kejelasan dan kepastian petugas yang melayani
P4 Kedisiplinan petugas dalam memberikan pelayanan
P5 Tanggung jawab petugas dalam memberikan pelayanan
P6 Kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan
P7 Kecepatan pelayanan
P8 Keadilan mendapatkan pelayanan
P9 Kesopanan dan keramahan petugas
P10 Ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu pelayanan
P11 Kenyamanan di lingkungan unit pelayanan
P12 Keamanan pelayanan
Dari hasil pengolahan data yang diperoleh dari penilaian setiap
unsur parameter yang dinilai responden,maka diperoleh angka rata-
rata secara keseluruhan adalah pada interval nilai 83,09 yang
menempatkan mutupelayanan dengan kategori A (sangat baik). Hasil
penilaian dimaksud dapat dilihat pada tabel 3.4.
30
Tabel 3.4
Tabel Konversi Nilai Mutu Pelayanan
Nilai
Persepsi Nilai Interval
Nilai Interval
Konversi
Kategori
MutuPelayanan
Mutu
Pelayanan
1 1,00 – 1,75 25,00 – 43,75 D TidakBaik
2 1,76 – 2,50 43,76 – 62,50 C KurangBaik
3 2,51 – 3,25 62,51 – 81,25 B Baik
4 3,26 – 4,00 81,26 – 100,0 A SangatBaik
Hasil penghitungan Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap
pelayanan kepegawaian yang diberikan BKN Tahun 2014 dapat dilihat
dalam grafik 3.9
Grafik 3.9 Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap
Pelayanan Kepegawaian Tahun 2014
Responden selain memberikan penilain terhadap layanan
kepegawaian yang diberikan juga memberikan saran/rekomendasi
hasilnya akan menjadi pedoman perbaikan untuk
31
meningkatakan/mempertahankan mutu layanan sehingga kedepan
akan lebih meningkat lagi .
Dari saran dan harapan maupun penilaian yang disampaikan
responden periode Januari s/d Desember 2014, terdapat hal yang
dominan positif yaitu pelayanan mutasi kepegawaian mendapat
penilaian tertinggi 40% sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, tetapi
terdapat pula hal- hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
pelayanan pensiun walaupun penyelesaian pensiun lebih cepat dari
periode batas usia pensiun PNS yang bersangkutan tetapi khusus
untuk yang menduduki gol IV/c masih tergantung instansi lain. Untuk
mengatasi hal tersebutdalam rangka meningkat mutu layanan
kedepan dibuat terobosan dengan menyederhanakan usul penetapan
pertimbangan kenaikan pangkat dan pensiun yang lebih simpel dan
lebih transparan sesuai dengan Peraturan Kepala BKN Nomor 25 Tahun
2013 dan Perka BKN Nomor 26 Tahun 2013. Adapun saran dan harapan
yang disampaikan adalah sebagai berikut:
1) Menyatakan bahwa pelayan sudah bagus sesuai SOP sebesar 40%
2) PelayananPensiun agar semakinCepat.sebesar 27%
3) Perlu disediakan ruang pelayanan sebesar 20%
4) Lain-lain sebesar 13%
Grafik 3.10 Saran dan harapan terhadap Pelayanan
Kepegawaian Tahun 2014
32
Adapun jenis layanan kepegawaian yang diberikan meliputi
pengadaan kepegawaian, pertimbangan kepangkatan dan mutasi,
penetapan pensiun PNS dan Pejabat Negara serta penetapan status dan
kedudukan kepegawaian dengan capaian masing-masing layanan
adalah sebagai berikut:
• Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Pengadaan dan
Kepangkatan
Rata-rata penilaian dari 12 parameter yang digunakan untuk
masing-masing daftar pertanyaan/kuisioner yang disampaikan
kepada responden sebagai instrumen pengukuran diperoleh nilai
indeks sebesar 3,55. Dengan demikian, nilai Indeks setelah
dikonversi dengan nilai dasar menjadi nilai Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM: 3,55 x 25 = 81,29), yang menempatkan penilaian
pelayanan Pengadaan danKepangkatan BKN pada skala interval
62,51 – 81,25 yang berarti mutu pelayanan bernilai A (Sangat Baik).
• Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan Pensiun PNS
dan Pejabat Negara
Pada layanan pensiun nilai rata-rata dari 12 parameter daftar
pertanyaan/kuisioner yang disampaikan kepada para
responden/pelanggan diperoleh nilai indeks sebagai instrument
pengukuran adalah 3,44. Dengan demikian nilai indeks
dikonversikan dengan nilai dasar menjadi 3,44 x 25 = 85,88 yang
berarti pelayanan pensiun PNS dan pejabat negara yang diberikan
BKN dinilai sangat baik berdasarkan tabel penilaian angkat 85,88
berada pada interval 81,26 – 100,00, dengan nilai pelayanan Sangat
Baik.
33
• Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Penetapan
Status dan Kedudukan Kepegawaian
Nilai rata-rata dari 12 parameter daftar pertanyaan/kuisioner yang
disampaikan kepada responden diperoleh indeks sebesar 3,45.
Dengan demikian, nilai indeks tersebut setelah dikonversi dengan
nilai dasar adalah sebesar 86,29 (3,45 x 25). Artinya, pelayanan
penetapan status dan kedudukan pegawai dinilai baik, dimana
berdasarkan tabel penilaian angkat 83,08 berada pada interval
81,26 – 100,00 yang berarti Sangat Baik.
V. Sasaran V:
Meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi
5.1 Persentase database PNS yang akurat dan terkini berdasarkan data
pokok pegawai
Indikator Persentase database PNS yang akurat dan terkini
dimaksudkan untuk melihat tingkat akurasi data pokok PNS. Untuk
mencapai hal tersebut telah dilakukan peremajaan atau penambahan
data dilakukan secara terus menerus sampai dengan akhir tahun 2014.
Indikator tersebut sangat ditentukan dengan perubahan jumlah data
kepegawaian yang dilakukan oleh BKN dan instansi pusat/daerah secara
terintegrasi dengan database kepegawaian di BKN.
34
Grafik 3.11 Persentase database PNS yang akurat dan terkini berdasarkan
data pokok pegawai
Dengan penerapan National Civil Service Information System
(NCSIS) dan sistem aplikasi SAPK dimungkinkan updating data yang
dilakukan oleh unit kepegawaian/BKD yang secara otomatis akan meng-
update database PNS. Dengan demikian, BKN sebagai instansi
pengelola manajemen kepegawaian di Indonesia sebagaimana
diamanatkan dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN akan
memiliki database PNS yang akurat dan mutakhir.
Pada tahun 2014 ditargetkan sebesar 90,00% data PNS menjadi
akurat dan terkini. Persentase ini didasarkan dari target akurasi data
yang dilakukan oleh instansi selama tahun 2014, Namun realisasi
persentasenya hanya sebesar 87,63%. Dengan demikian capaian kinerja
pada indikator ini mencapai 97,37%. Rendahnya tingkat akurasi data ini
dikarenakan tingkat partisipasi dan keaktifan instansi pusat dan daerah
dalam melakukan peremajaan data PNS-nya.
35
5.2 Persentase Instansi Pemerintah yang telah terintegrasi dengan sistem
aplikasi pelayanan kepegawaian (SAPK)
Indikator Persentase Instansi Pemerintah yang telah terintegrasi
dengan SAPK merupakan ukuran terintegrasinya instansi pusat/daerah
dengan jaringan komunikasi data BKN yang berbasis pada jaringan
komunikasi tertutup dengan teknologi Virtual Private Network Internet
Protocol (VPN-IP) Multiprotocol Label Switching (MPLS) yang
merupakan teknologi penyampaian paket data pada jaringan dengan
backbone berkecepatan tinggi sehingga memaksimalkan pemanfaatan
jaringan komunikasi data ini. Dalam perencanaan kinerja indikator ini
diwakilkan oleh persentase instansi yang telah terintegrasi dari
keseluruhan instansi.
BKN menyadari pentingnya Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian secara Unified System atau sistem terpadu untuk
mengurangi simpul birokrasi dalam pelayanan bidang kepegawaian
serta sekaligus menghilangkan duplikasi sistem dan data kepegawaian
sehingga pelayanan kepegawaian akan lebih efektif dan efisien. Untuk
itu penerapan sistem aplikasi kepegawaian secara terintegrasi ditujukan
untuk mendukung pelaksanaan kebijakan pengembangan sistem
informasi kepegawaian berbasis teknologi informasi dan dokumentasi
data. Hal tersebut dilakukan melalui pengelolaan database
kepegawaian dan Pengembangan Sistem Aplikasi Kepegawaian
Berbasis Teknologi Informasi.
36
Grafik 3.12 Persentase instansi pemerintah yang telah terintegrasi
dengan sistem aplikasi pelayanan kepegawaian (SAPK)
Pada tahun 2014 seluruh pelayanan kepegawaian seperti usulan
kenaikan pangkat, usulan pensiun dan usulan penetapan NIP telah
dilakukan secara online dari seluruh instansi baik instansi pusat
maupun daerah. Pada tahun tersebut ditargetkan sebesar 100,00%
instansi pusat/daerah yang telah terintegrasi dengan jaringan
komunikasi data BKN. Namun realisasi persentase instansi yang telah
terintegrasi mencapai 99,80% hal ini dikarenakan masih adanya wilayah
kabupaten dan kota yang belum memiliki jalur komunikasi data yang
bagus meskipun dalam pengembangan sistem informasi kepegawaian
yang berbasis pada aplikasi web yang diiringi dengan peningkatan
hardware dan sistem keamanan pada jalur komunikasi datanya dengan
harapan sistem informasi tersebut dapat diakses dengan menggunakan
jalur komunikasi data publik. Dengan demikian capaian kinerja pada
indikator ini hanya mencapai 98,39% dari target yang telah ditetapkan.
37
5.3 Persentase instansi/ stakeholders yang telah menggunakan sistem
KPE
Indikator Persentase instansi pemerintah/stakeholders yang
telah menggunakan sistem KPE merupakan ukuran telah
diimplementasikannya KPE yang telah diterbitkan oleh BKN telah
dimanfaatkan oleh instansi pemerintah/stakeholder. Dalam
pendekatan pengukuran indikator ini didasarkan pada jumlah instansi
yang telah dilakukan pendataan sistem biometrik PNS dan penerbitan
KPE serta jumlah PNS yang telah memiliki KPE. Namun pemanfaatannya
KPE masih terbatas pada fungsi perbankan yang didukung oleh seluruh
bank pembayar gaji PNS di setiap instansi pemerintah.
Grafik 3.13 Persentase instansi /stakeholders yang telah
menggunakan sistem KPE
Berdasarkan Peraturan Kepala BKN Nomor 7 Tahun 2008
tentang KPE, disebutkan bahwa fungsi KPE antara lain: sebagai
pengganti Karpeg, sebagai alat otentifikasi layanan THT bagi PNS dan
Pensiun, Pelayanan Fasilitas Tabungan Perumahan dan merupakan
38
Dompet Elektronik (e-wallet) atau Kartu ATM. Dalam penghitungan
target dan capaian dengan menggunakan pendekatan cakupan pada
jumlah instansi pusat/daerah yang dilakukan pendataan setiap
tahunnya dan akumulasi dari tahun sebelumnya, serta jumlah PNS dari
setiap instansi juga merupakan target pendataan dalam kegiatan
implementasi sistem biometrik pegawai negeri sipil dan pencetakan
kartu pegawai elektronik ini.
Dari target sebesar 98,50% yang ditetapkan untuk persentase
stakeholders yang telah menggunakan sistem KPE dari jumlah PNS yang
telah memiliki KPE serta keseluruhan stakeholder yang berjumlah 629
pada tahun 2014 yang terdiri dari instansi pusat/daerah, stakeholder
lain (Taspen, Askes dan Bapertarum) dan perbankan baik bank nasional
maupun bank daerah, telah terealisasi 88,42% atau adanya
kekurangandari target yang telah ditetapkan atau pencapaian kinerja
hanya 89,74%.
Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2014 anggaran yang
tersedia di APBN yang semula ditargetkan untuk menyelesaikan
760.000 PNS, dengan adanya efisiensi anggaran pada tahun tersebut
sebesar Rp. 30 Milyar Rupiah, maka Badan Kepegawaian Negara hanya
mampu menyelesaikan pendataan dan pencetakan KPE sebanyak
232.635 kartu.
Dalam perencanaan strategis 2009-2014 bahwa tahun 2014 ini
adalah tahun terakhir untuk proses pendataan KPE dan secara total
telah terselesaikan penerbitan untuk 4,6 juta PNS, dan untuk
perencanaan tahun 2015 kedepan maka proses pendataan dapat
dilaksanakan secara terdistribusi baik di kantor regional BKN maupun
instansi pusat dan daerah. Namun untuk pencetakan kartu masih
dilakukan secara terpusat (sentralisasi) dikarenakan dalam proses
pencetakan dan personalisasi masih harus terkoneksi dengan database
kepegawaian di BKN.
39
Tabel 3.5 Jumlah Pendataan Sistem Biometrik PNS
berbasis Elektronik dirinci menurut Instansi Pusat dan Daerah
Keterangan
Jumlah PNS
Pusat Daerah Total
KegiatanTahun 2008 68,540 456,460 525,000
KegiatanTahun 2009 91,702 533,298 625,000
KegiatanTahun 2010 36,444 723,556 760,000
KegiatanTahun 2011 53,947 96,053 150,000
KegiatanTahun 2012 296,454 363,546 660,000
KegiatanTahun 2013 88,137 856,863 945,000
KegiatanTahun 2014 24,560 208,075 232,635
Total 659,784 3,237,851 3,897,635
Sumber : Badan Kepegawaian Negara
Kegiatan implementasi sistem biometrik pegawai negeri sipil
dan pencetakan Kartu Pegawai Negeri Sipil Elektronik (KPE) mulai
dilaksanakan pada tahun 2008 sebanyak 525.000 PNS, tahun 2009
sebanyak 625.000 PNS, tahun 2010 sebanyak 760.000 PNS, tahun 2011
mengalami penurunan dengan pendataan sejumlah 150.000 PNS, pada
tahun 2013 sebanyak 660.000 PNS dan pada tahun 2014 sebanyak
232.635 PNS. Secara keseluruhan sampai pada tahun 2014 ini sudah
mencakup 3.897.635 PNS atau hampir 90,64% dari total jumlah PNS
aktif saat ini.
40
� Kinerja lain dalam pengembangan sistem pendataran online
Dalam penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil tahun formasi
2014 dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip penerimaan CPNS
secara transparan, akuntabel dan objektif, maka Pemerintah telah
menetapkan kebijakan bahwa proses penerimaan yang transparan,
akuntabel dan objektif harus dimulai dari proses pendaftaran. Untuk
proses pendaftaran calon peserta, pada tahun 2014 khususnya calon
peserta hanya diberikan kesempatan untuk mendaftar di salah satu
instansi penerima sehingga diharapkan tidak adanya peserta yang
mendaftar di dua instansi. Serta pendaftaran harus dilakukan secara
online dan terintegrasi antara instansi pusat maupun daerah.
Untuk mengakomodir kebijakan tersebut maka dibangun portal
panselnas yang disiapkan oleh tim pengolahan panselnas. Untuk sistem
portal panselnas ini telah terintegrasi dengan server kependudukan
melalui web service yang disediakan oleh Dirjen Kependudukan dan
Catatan Sipil, Kementerian Dalam Negeri dengan menggunakan Nomor
Induk Kependudukan (NIK) sebagai identitas tunggal (single identity
number). Sehingga dengan menggunakan NIK maka pendaftar yang
telah mendaftar di salah satu instansi baik pusat maupun daerah tidak
akan bias mendaftar di instansi lain. Setelah mendapat authority yang
berupa user name dan password maka pendaftar bisa melanjutkan
pendaftaran keinstansi yang dituju dengan menggunakan aplikasi
pendaftaran online mandiri dari beberapa instansi atau dengan aplikasi
pendaftaran online yang ada di Badan Kepegawaian Negara (SSCN).
Sistem Pendaftaran Online BadanKepegawaian Negara (SSCN)
telah mampu memenuhi kebutuhan pengguna baik dari masyarakat
umum maupun instansi pemerintah pusat dan daerah. Dengan adanya
dampak dari adanya moratorium 2 tahun terakhir membuat banyaknya
antusiasme dari masyarakat yang mendaftar untuk menjadi CPNS.
41
Secara workflow dari kegiatan pendaftaran dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Pada workflow diatas, portal panselnas akan mengirimkan data
pendaftar pada setiap system pendaftaran online yang dimiliki oleh
setiap instansi, sedangkan untuk instansi yang tidak memiliki aplikasi
pendaftaran online maka menggunakan aplikasi yang telah disiapkan
oleh BKN. Padatahun 2014 ini ada sekitar 510 instansi pusat dan daerah
yang mendapatkan persetujuan formasi dari Kementerian PAN dan RB
sertahanya sekitar 15 Instansi Pusat dan Daerah yang menggunakan
aplikasi pendaftaran online mandiri dan sisanya hampir 490 Instansi
Pusat dan Daerah menggunakan aplikasi pendaftaran online yang ada
di BKN yaitu aplikasi Sistem Seleksi CPNS Nasional (SSCN).
42
SistemSeleksi CPNS Nasional yang dikembangkan oleh BKN pada
tahun 2014 adalah aplikasi yang telah digunakan padatahun 2013 lalu
namun dengan pertambahan jumlah instansi yang menggunakan dan
perkiraan jumlah pendaftar yang meningkat maka diperlukan
perubahan dan penambahan infrastruktur seperti pada gambar
dibawah ini.
Dalam periode pendaftaran maka jumlah pendaftar yang
mengakses di aplikasi pendaftaran online BKN hampir 6 juta pengakses
dengan melakukan hampir 15 session, dan tertinggi hampir 500 ribu
perhari. Sedangkan jumlah pendaftar yang melakukan pendaftaran
43
keinstansi pemerintah pusat dan daerah yang menggunakan sistem
pemdaftaran online BKN kurang lebih 1,5 juta pendaftar dengan rincian
pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.6
JumlahPendaftar yang menggunakan SSCN 2014
Instansi JumlahPendaftar Persentase
InstansiPusat 218.329 13,71%
Instansi Daerah 1.373.941 86,29%
Jumlah 1.592.270 100,00%
Sumber : BadanKepegawaian Negara, 2014
VI. Sasaran VI:
Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan pengendalian
kepegawaian
6.1 Persentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian.
Salah satu dari tugas BKN adalah menyelesaikan pengaduan
kasus-kasus kepegawaian. Pengaduan terkait permasalahan
kepegawaian ini datang dari lingkungan PNS, Lembaga Swadaya
masyarakat, peroangan dari anggota masyarakat. Pada umumnya
mengadukan bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap peraturan
perundangan dibidang kepegawaian.
Penurunan jumlah pengaduan dijadikan indikator bahwa
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh unit pengendalian pegawai
menunjukan peningkatan efektifitas sistem pengawasan pengendalian
kepegawaian.
44
Prosentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap
pelaksanaan peraturan perundangan bidang kepegawaian dengan
target tertentu didasarkan kepada jumlah surat pengaduan yang
diterima tahun sebelumnya. Untuk tahun 2012 ditargetkan penurunan
sebesar 30% dari jumlah surat pengaduan yang masuk pada tahun
2011, kemudian tahun 2013 ditargetkan penurunan sebesar 35% dari
jumlah surat pengaduan yang masuk pada tahun 2012, dan tahun 2014
ditargetkan penurunan sebesar 10% dari jumlah surat pengaduan yang
masuk pada tahun 2013.
Grafik 3.14 Presentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap
pelaksanaan
peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian
Norma, standard dan prosedur penyelenggaraan manajemen
PNS dan pembinaan karier PNS yang tertuang dalam peraturan
perundang-undangan bidang kepegawaian menjadi dasar dan acuan
setiap Pejabat Pembina Kepegawaian untuk menyelenggarakan
pembinaan karier PNS di wilayah kerja masing-masing.
Untuk menjamin setiap Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK)
benar dalam melaksanakan norma, standard dan prosedur yang sudah
45
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan perlu dilakukan
pengawasan dan pengendalian berkesinambungan. Melalui
pengawasan dan pengendalian yang terus menerus diharapkan semua
proses pembinaan karier PNS yang dilakukan dapat terkendali agar
tidak terjadi penyimpangan yang berlanjut disetiap proses
penyelenggaraan manajemen dan pembinaan karier PNS baik di
Instansi Pusat maupun Instansi Daerah.
Sasaran strategis bidang pengawasan dan pengendalian adalah
bagaimana meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan
pengendalian kepegawaian untuk menurunkan pelanggaran
pelaksanaan peraturan perundangan bidang kepegawaian. Upaya untuk
meningkatkan efektifitas pengawasan dan pengendalian peraturan
perundang-undangan bidang kepegawaian pada tahun 2014 Badan
Kepegawaian melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Penyelesaian permasalahan kepegawaian terhadap surat
pengaduan kasus kepegawaian dengan pengelola kepegawaian dan
pengawas internal instansi pusat dan daerah.
Surat pengaduan kasus kepegawaian yang masuk seluruhnya
berjumlah 636 surat, dari jumlah tersebut sudah diselesaikan
sebanyak 501 surat pengaduan dan sisa surat pengaduan yang
belum diselesaikan sebanyak 135 surat.
Surat pengaduan tidak dapat diselesaikan seluruhnya disebabkan
karena ada perubahan struktur organisasi BKN sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 19 tahun 2014 tanggal 17 juli 2014. Perubahan struktur
organisasi tersebut, juga terjadi pada struktur organisasi Deputi
pengendalian kepegawaian.
Target Penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian dari sebesar
10% terealisasi 32,7%. Perbandingan pengaduan kasus-kasus
46
kepegawaian antara tahun 2014 dengan tahun 2013 dari beberapa
jenis kasus kepegawaian, terinformasikan bahwa ada jenis kasus
yang mengalami penurunan dan ada kasus yang meningkat seperti
tersebut dibawah ini :
a. Pengangkatan dan pemberhentian PNS dalam jabatan
struktural pada tahun 2013 sebanyak 133 kasus, terjadi
penurunan menjadi 92 kasus di tahun 2014;
b. Kenaikan pangkat PNS pada tahun 2013 sebanyak 51 kasus,
terjadi penurunan menjadi 11 kasus di tahun 2014;
c. Perkawinan dan perceraian pada tahun 2013 sebanyak 157
kasus, terjadi penurunan menjadi 93 kasus di tahun 2014;
d. Pemberhentian PNS pada tahun 2013 sebanyak 129 kasus,
terjadi penurunan menjadi 71kasus di tahun 2014;
e. Disiplin PNS pada tahun 2013 sebanyak 384, terjadi
penurunan menjadi 270 kasus di tahun 2014;
f. Penyusunan formasi pada tahun 2013 sebanyak 7 kasus, ada
kenaikan menjadi 19 kasus di tahun 2014;
g. Status kepegawaian pada tahun 2013 sebanyak 6 kasus, ada
kenaikan menjadi 14 kasus di tahun 2014;
h. Pensiun PNS pada tahun 2013 sebanyak 23 kasus, ada
kenaikan menjadi 39 kasus di tahun 2014;
i. Mutasi PNS pada tahun 2013 sebanyak 19, ada kenaikan
menjadi 27 kasus di tahun 2014;
47
Grafik 3.15 Jenis pengaduan Kasus-kasus kepegawaian tahun 2013
2. Pelaksanaan pengawasan terhadap implementasi peraturan
perundang-undangan bidang kepegawaian.
Melaksanakan pengawasan dan pengendalian kepegawaian di 83
instansi pemerintah ditingkat Propinsi/Kabupaten/Kota dan Kantor
Regional BKN dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Pemantauan dan Pendataan Jabatan Fungsional tertentu.
b. Pengawasan dan pengendalian berupa evaluasi Penetapan NIP
Tenaga Honorer.
c. Pemantauan seleksi pengadaan CPNS dengan system Computer
Asestet test.
d. Pengawasan dan pengendalian terhadap penyimpangan
peraturan perundangan.
48
3. Bimbingan Teknis bidang kepegawaian kepada pengawas internal
instansi daerah.
Bimbingan teknis dilaksanakan untuk wilayah kerja Kanreg I dan XII
di BKN Pekanbaru, wilayah kerja Kanreg VII dan X di BKN
Palembang, wilayah kerja Kanreg II dan VI di Surabaya, wilayah kerja
Kanreg IV dan XI di BKN Jogjakarta, wilayah kerja Kanreg III dan V di
BKN Bandung, wilayah kerja Kanreg VIII dan IX di BKN Banjarmasin.
4. Mengangkat PNS dalam jabatan Auditor Kepegawaian sesuai
dengan PERMENPAN DAN RB Nomor 40 Tahun 2012 tentang
jabatan Auditor Kepegawaian dan Angka Kreditnya, dan PERKA BKN
Nomor 4 tahun 2013 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Permenpan
dan RB Nomor 40 Tahuin 2012 serta menyelenggarakan Pendidikan
dan Pelatihan Auditor Kepegawaian.
Untuk menjadikan SDM Auditor Kepegawaian dapat bekerja secara
professional untuk mempertajam fungsi pengawasan dan
pengendalian pelaksanaan norma, standard dan prosedur
pembinaan karier PNS.
VII. Sasaran VII:
Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program, sumber daya,
serta pengelolaan administrasi
7.1 Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN
Di tahun 2014 BKN menargetkan memperoleh predikat B untuk
hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP dengan rentang nilai >65-
75. Dari target yang ditetapkan tersebut, BKN di tahun 2014 berhasil
mencapai target tersebut dengan memperoleh predikat B (nilai 65,07).
Jika dilihat capaian kinerja BKN dari tahun 2010 hingga tahun
2014, diketahui bahwa kinerja BKN terkait indikator tersebut secara
49
konsisten mengalami peningkatan dari predikat C di tahun 2010,
predikat CC di tahun 2011 hingga tahun 2013, dan predikat B tercapai
di tahun 2014. Capain kinerja BKN selengkapnya dapat dilihat pada
grafik 3.16 berikut ini.
Grafik 3.16 Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN
Predikat B diperoleh BKN di tahun 2014 terhadap hasil evaluasi
implementasi SAKIP di lingkungan BKN tidak terlepas dari upaya keras
dan serius dari seluruh unit kerja. Beberapa hal-hal yang dilakukan
untuk meningkatkan kualitas implementasi SAKIP BKN yaitu:
1. Ditetapkannya Peraturan Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah di lingkungan Badan Kepegawaian Negara.
2. Melaksanakan reviu terhadap SAKIP BKN yang bertujuan untuk
mengevaluasi implementasi SAKIP di tingkat unit kerja dan
memberikan masukan kepada seluruh unit kerja untuk perbaikan
SAKIP BKN berikutnya.
50
3. Pemantaun dan monitoring berkala capaian kinerja BKN dengan
menggunakan aplikasi Sistem Informasi Akuntabilitas Kinerja (SIAK)
Badan Kepegawaian Negara.
7.2 Opini BPK terhadap laporan keuangan BKN
Opini Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat Opini BPK)
merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran
informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. BKN untuk
ke 5 (lima) kalinya secara berturut-turut sejak tahun 2009 hingga tahun
2013 telah mencapai kriteria tertinggi dalam hal penilaian laporan
keuangan dengan memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
dari BPK
Dengan capaian opini BPK tertinggi tersebut timbul pertanyaan
bagaimana upaya BKN ke depan untuk tetap mempertahankan
penilaian opini BPK. Penurunan kriteria opini BPK, mencerminkan
menurunnya kinerja keuangan BKN, serta memiliki pengaruh pada
pemberian remunerasi dan anggaran dilingkungan BKN. Kriteria laporan
keuangan berkualitas yaitu:
• Laporan keuangan telah bebas dari kesalahan-kesalahan atau
kekeliruan yang material;
• Laporan keuangan disajikan sesuai dengan SAP yang diterapkan
secara konsisten pada laporan sebelum;
• Demikian pula penjelasan yang mencukupi telah disertakan pada
catatan atas laporan keuangan tidak terdapat ketidak pastian yang
cukup berarti;
• Serta sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang
pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara
yaitu:
1) Laporan keuangan yang disajikan telah sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan cukup dalam pengungkapan,
51
2) Ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait
penyajian informasi keuangan telah dipatuhi untuk menyajikan
laporan keuangannya dalam semua hal yang material.
3) Sistem Pengelolaan Keuangan yang didalamnya memenuhi
unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) telah
efektif menghasilkanlaporan keuangan.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas BKN pada tahun
2014 merencanakan untuk tetap mempertahankan opini WTP
walaupun penyajian laporan keuangan yang pada tahun sebelumnya
Berbasis Kas pada tahun 2014 Laporan Keuangan Berbasis Accrual.
Efektifitas pelaksanaan dan strategi Biro Keuangan sebagia
berikut:
1) Melakukan Pembinaan Terus menerus dengan seluruh Unit –unit
Kerja Baik Kantor Pusat maupun Kantor Regional.
2) Peningkatan SDM penyusun laporan keuangan dengan Diklat
Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah (PPAKP)
dan Lulus dengan mendapat Sertifikat.
3) Rekonsiliasi Internal Biro Keuangan dangan Biro Umum dan
Perlengkapan setiap bulan.
4) Rekonsiliasi Biro Keuangan dengan KPPN dan DJPB secara tepat
waktu.
5) Dilakukan review dengan Pengawas Internal setiap bulan, Triwulan,
Semester dan Tahunan.
6) Menyelenggarakan Inhouse Training dan mengikuti Workshop,
Sosialisasi tentang sistem Akuntansi Pemerintah.
7) Melakukan pengendalian dalam pemberian honorarium dan
perjalanan dinas.
52
8) Koordinasi dan Kerja sama yang baik dengan Biro Umum berkaitan
dengan Aset, Biro Perencanaan berkaitan dengan Bagan Akun
Standar (BAS) dan dengan Pembina dari Kementerian Keuangan.
9) Implementasi pencatatan laporan keuangan dari basis kas ke Basis
Acrual.
7.3 Persentase penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensi
Pada tahun 2014 target penempatan pegawai sesuai dengan
kompetensinya adalah sebesar 100%. Target yang maksimal tersebut
dimaksudkan untuk memenuhi azas dalam penempatan pegawai, yakni
prinsip “the right man on the right place”. Prinsip ini menekankan
pentingnya ketepatan dalam penempatan pegawai sesuai dengan
persyaratan jabatan yang didudukinya. Sehingga pegawai yang
ditempatkan pada jabatan yang tepat tersebut dapat bekerja dengan
efektif dan efisien untuk organisasi.
Grafik 3.17 Persentase penempatan pegawai sesuai
dengan kompetensi.
53
Ketepatan dalam penempatan pegawai pada tahun 2014
diprioritaskan pada pegawai yang menduduki jabatan structural dan
Jabatan fungsional. Penetapan prioritas pada jabatan struktural
dikarenakan pejabat struktural berperan penting dalam menentukan
kinerja organisasi, sedangkan jabatan fungsional penempatannya sesuai
dengan tempat dan tugas yang ada angka kredit bagi pejabat
fungsional tersebut. Pada tahun 2014 telah dilakukan mutasi bagi
pejabat analis kepegawaian untuk ditempatkan sesuai dengan
kompetensinya dan pengangkatan impasing bagi pejabat auditor
kepegawaian. Adapun penempatan pejabat structural dan fungsional
tertentu berdasarkan kompetensinya pada tahun 2014 sebesar 100%.
Data Jumlah PNS BKN Berdasarkan Jabatan
IA % IIA % IIIA % IVA % FUNG % PEL %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 BKN Pusat 1.403 6 0,43 29 2,07 79 5,63 170 12,12 471 33,57 648 46,19
2 Kantor Regional I - XIV 1.387 0 0,00 14 1,01 60 4,33 206 14,85 397 28,62 710 51,19
2.790 6 0,22 43 1,54 139 4,98 376 13,48 868 31,11 1.358 48,67 TOTAL
NO. UNIT ORGANISASI JUMLAHJABATAN
FUNGSIONAL
JABATAN
FUNGSIONAL
ESELON
Seorang pegawai untuk dapat menduduki jabatan struktural
maupun fungsional harus melalui uji kompetensi dengan CAT dan
Assessment Center. Untuk meningkatkan kompetensi pegawai
tersebut; maka dilakukan program tugas belajar yang sesuai bidang
kompetensi bekerja sama dengan Bappenas dan Universitas Indonesia.
Sedangkan untuk Jabatan fungsional, pegawai sebelum menduduki
jabatan diberikan pelatihan sesuai dengan bidang jabatan funsional
terlebih dahulu.
Pada tahun 2014 telah berdiri Kantor Regional XIII BKN Banda
Aceh dan Kantor Regional XIV BKN Manokwari. Namun mengingat
54
anggaran, maka untuk kegiatan operasional dan penempatan pegawai
di Kantor Regional tersebut baru dilaksanakan pada tahun 2015.
7.4 Persentase pemenuhan sarana operasional kantor sesuai standar
Sarana operasional kantor meliputi peralatan kerja yang
digunakan pegawai berupa bahan, layanan perkantoran dan peralatan
yang diperlukan dalam melaksanakan tugas serta penggantian
barang/inventaris pegawai meliputi:
keperluan sehari-hari perkantoran antara lain: Alat tulis kantor,
cetakan formulir, alat rumah tangga kantor, langganan koran,
pengepakan dan pengiriman surat-surat dinas.
1) Jamuan rapat dinas, rapat koordinasi dengan instansi terkait.
2) Pembiayaan Kegiatan pengamanan, pramubakti dan sopir.
3) Langganan daya listrik dan telepon serta air
4) Pakaian pegawai, satpam, paramedis
5) Penggantian inventaris lama yang rusak
6) Sewa gudang penyimpanan dokumen keuangan,pensiun
7) Sewa mesin photocopy dan multifunction
8) Pemeliharaan gedung dan bangunan.
9) Pemeliharaan peralatan dan mesin.
Realisasi pemenuhan sarana operasional tersebut sebesar
89,91% dapat dilihat pada grafik 3.18 berikut:
55
100%100%
100%
99.70%
89.91%
100% 100%100%
90% 90%
84%
86%
88%
90%
92%
94%
96%
98%
100%
102%
2010 2011 2012 2013 2014
Realisasi
Target
Grafik 3.18 Persentase pemenuhan sarana operasional kantor sesuai
standar
Dengan adanya perubahan Peraturan Kepala BKN Nomor 19
tahun 2014 tentang SOTK BKN, berakibat kepada perubahan susunan
pimpinan dan pegawai disertai dengan adanya perubahan keperluan
dan penggantian inventaris barang untuk menunjang kinerja pimpinan
dan pegawai, namun demikian dapat terpenuhi dengan anggaran yang
ada dengan melakukan penghematan-penghematan penggantian
inventaris yang sederhana.
1) Langganan daya listrik:
Penyediaan anggaran untuk biaya langganan daya listrik dalam
POK diperkirakan tidak cukup untuk membayar kebutuhan listrik dalam
1 tahun akibat adanya kenaikan biaya TDL (tarif Daya Listrik) bertahap:
• Kebutuhan biaya listrik 12 bulan x Rp. 511.071.000 = Rp.
6.541.638.000 (100%)
• Tersedia anggaran (POK) 12 bulan x Rp.492.823.000 =
Rp 5.913.876.000, (90,40%)
• Realisasi biaya listrik 12 bln x Rp.502.034.389 = Rp.6.024.412.668
(91,57%)
56
Kenaikan ini diakibatkan adanya penggunaan ruang CAT BKN
yang dipakai untuk menunjang pengadaan CPNS K/L/D/I pusat yang
diluar prediksi untuk penggunaannya, namun target 90% tersebut
dapat dipenuhi dengan melakukan tingkat penghematan penggunaan
listrik lift gedung II yaitu dengan menghidupkan lift mulai jam kerja dan
30 menit sebelum berakhirnya jam kerja, serta menghimbau kepada
para pegawai agar tidak menggunakan listrik yang tidak perlu dalam
menggunakan peralatan elektronik kantor.
Untuk penyediaan anggaran kekurangannya dengan
penghematan keperluan sehari-hari perkantoran yaitu penghematan
biaya pakaian kerja pegawai, menghemat kegiatan rapat-rapat dinas
yang kurang penting, dan penghematan dari pemeliharaan peralatan
dan mesin.
2) Pemeliharaan gedung dan bangunan, pemeliharaan peralatan dan
mesin.
Untuk tahun anggaran 2014 anggaran pemeliharaan masih
mencukupi tetapi hal ini dilakukan dengan adanya beberapa
penghematan di beberapa kegiatan, untuk kegiatan ditahun anggaran
2015 terdapat penambahan anggaran pemeliharaan dikarenakan
adanya kenaikan harga dari spesifikasi barang untuk pemeliharaan
serta pelayanan gedung ASN Ciawi yang mulai melaksanakan
operasionalnya maka pemeliharaan khususnya peralatan dan mesin
akan bertambah.
7.5 Indeks kepuasan publik terhadap ketersediaan layanan informasi BKN
Layanan informasi BKN di lakukan oleh Biro humas BKN melalui
media cetak, media elektronik/teknologi informasi komunikasi (TIK) dan
hotline service. Media cetak antara lain berupa buletin, majalah,
pamflet, brosur, leaflet, brosure, surat edaran, annual report, dan
jurnal kepegawaian. Adapun TIK yang dimanfaatkan oleh BKN meliputi:
website www.bkn.go.id, twitter: bkn_ri, Fans Page Facebook: Badan
57
kepegawaian Negara ‘BKN’ Republik Indonesia, TV Informasi, Anjungan
Layanan Informasi dan Running Text. Untuk hotline service Humas BKN
menggunakan sambungan 021-80882815.
Pada 2014, website www.bkn.go.id merilis 270 berita.
Sedangkan untuk bulletin/majalah majalah BKN terbit 3 edisi dengan
kapasitas 4.500 eksemplar per terbit. Sedangkan Runing text merilis
sebanyak 50 informasi. Fans Page Facebook: Badan kepegawaian
Negara ‘BKN’ Republik Indonesia sendiri memiliki 75.199 liker dengan
berbagai varian informasi kepegawaian.
Guna mengetahui tingkat kepuasan publik terhadap layanan
informasi kepegawaian BKN, dilakukan melalui e-polling dan kotak
suara dari para tamu yang berkunjung ke BKN. Ada pun jumlah tamu
yang berkunjung ke BKN dan memanfaatkan E-Polling pada tahun 2014
sebanyak 4517 orang. Dari 4517 orang tersebut, bisa terlihat data tabel
3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.7 Data hasil E-Polling
No Kategori Angka
Respond
en
2013
%
Respon
den
2014
% Peningkatan
/ Penurunan
1 Sangat Baik 90-100 182 32,38 2210 48,92 16,54
2 Baik 75-89 234 45,70 1631 36,10 9,60
3 Cukup 60-74 76 14.84 664 14,70 0,14
4 Buruk 50-59 15 2,93 3 0,06 2.87
5 Sangat Buruk Di bawah
50
5 0,98 9 0,19 0,79
Jumlah 512 100 4517 100
58
Dari tabel tersebut di atas tergambar bahwa layanan informasi
kepegawaian BKN mengalami peningkatan indeks kepuasan dengan
kategori sangat baik sebanyak 16,54%. Sementara untuk kategori
sangat buruk mengalami penurunan sebesar 0,79%.
Peningkatan indeks kepuasan publik tersebut disebabkan
bertambahnya jenis dan media layanan komunikasi yang memudahkan
masyarakat dalam mengakses informasi kepegawaian, baik melalui
facebook, twitter, diskusi interaktif melalui siaran TV, telepon, media
cetak surat kabar, dan majalah.
BKN juga telah membentuk berbagai sarana dan kelengkapan
untuk pelaksanaan UU 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik, seperti SOP dan ruang rapat Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi (PPID), tim PPID, dan berbagai sarana pendukung lainnya
(formulir dan regulasi terkait).
VIII. Sasaran VIII:
Meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana prasarana kantor
8.1 Indeks kepuasan pegawai terhadap sarana dan prasarana kantor yang
tersedia
Indeks kepuasan pegawai terhadap sarana dan prasarana kantor
yang tersedia. Indeks kepuasan pegawai merupakan tingkat
apresiasi/pendapat yang dirasakan oleh pegawai terhadap tersedianya
sarana kerja (keperluan sehari-hari perkantoran) yang disediakan Biro
Umum untuk mendukung penyelesaian pekerjaan pegawai di unit
kerjanya. Sedangkan kepuasan terhadap prasarana kantor adalah
pendapat pegawai terhadap tersedianya sarana gedung, perlengkapan
meubelair, komputer, suasana ruangan (cahaya, suhu udara,
kebersihan, tempat perkir, tempat toilet) yang disediakan Biro Umum.
59
Untuk memperoleh indeks kepuasan pegawai, dilakukan dengan
memnyampaikan kuesioner terhadap pegawai yang mewakili unit kerja,
terakhir dilakukan pada bulan Desember 2014 dengan hasil sebagai
berikut.
Indikator/kriteria tingkat kepuasan pegawai terhadap pelayanan
penyediaan sarana dan prasarana kantor adalah:
1. Kemudahan prosedur pelayanan, unit kerja menyampaikan A-15
(formulir permintaan barang), Memo dinas (permintaan proses
pengadaan barang/jasa dan perbaikan peralatan)
2. Kejelasan dan kepastian petugas yang melayani, pegawai di unit
Biro Umum sudah dibagi tugasnya dengan jelas, sesuai SKP.
3. Kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan, tingkat
pendidikan,ketrampilan dan pengalaman petugas untuk menangani
permasalahan sarana prasarana cukup memadai
4. Kecepatan pelayanan, standar waktu dalam merespon permintaan
dilakukan dengan proses klarifikasi permintaan, konfirmasi kondisi
peralatan yang ada dan jawaban atas permintaan (tersedia atau
menunggu diberikan barang atau menunggu peralatan diperbaiki
atau diadakan)
5. Kenyamanan lingkungan unit pelayanan, unit kerja menyatakan
bahwa kondisi sarana dan prasarana di unit kerjanya cukup nyaman
(kebersihan, cahaya lampu, warna dinding ruangan, suhu udara
ruangan) dirasakan nyaman.
6. Tanggung jawab petugas dalam memberikan pelayanan, petugas
selalu memberikan penjelasan atas tugas yang dilaksanakan kepada
unit kerja yang meminta layanan sarana dan prasarana.
• Responden (kuesioner) untuk 29 unit kerja.
• Yang menjawab 29 unit kerja.
60
Dari 29 unit kerja ( 100 %) menjawab:
• sangat baik (sangat setuju) 4,64 %
• baik (setuju) 73,91 %
• cukup baik ( kurang setuju) 20,00 %
• kurang baik (tidak setuju) 1,45 %
100 %
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa di tahun 2014 unit
kerja di BKN yang menyatakan puas sebanyak 78,55% dan yang
menyatakan cukup puas sebanyak 21,45%.
8.2 Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana
Pada tahun 2014 indikator persentase pemenuhan standar
sarana dan prasarana mengacu pada Permen PU Nomor 45 tahun 2007
tentang Pembangunan Gedung Milik Negara ditetapkan target 100%.
Hasil pengukuran dari indikator tersebut diperoleh dari terpenuhi
standar sarana dan prasarananya yaitu pengadaan 2 unit lift gedung III
BKN, yang sudah terealisasi 100% per tanggal 15 desember 2014.
Capaian kinerja BKN dari tahun 2010 hingga 2014 pada indikator
Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana dapat dilihat
pada grafik 3.19 berikut.
60.00 65.00 70.00 72.00
100.00
60.0065.00
70.00
75.00100.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
2010 2011 2012 2013 2014
Realisasi
Target
Grafik 3.19 Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana
61
B. Realisasi Anggaran Badan Kepegawaian Negara Tahun 2014
a. Pagu Anggaran
Pada tahun 2014 BKN mendapatkan pagu anggaran sebesar
Rp 542.955.113.000,- (Lima ratus empat puluh dua milyar sembilan ratus lima
puluh lima juta seratus tiga belas ribu rupiah). Sesuai dengan surat Menteri
Keuangan Nomor S-347/MK.02/2014 tanggal 14 Juni 2014 tentang perubahan
pagu anggaran belanja K/L dalam APBN-P, BKN mengalami pemotongan anggaran
sebesar Rp 40.693.519.000,- sehingga pagu anggaran BKN menjadi Rp
502.261.594.000,- (Lima ratus dua milyar dua ratus enam puluh satu juta lima
ratus sembilan puluh empat ribu rupiah). Adapun rincian pagu anggaran setelah
dipotong sebagai berikut :
Tabel 3.8
Rincian Pemotongan Anggaran BKN Tahun 2014
Program Pagu Awal Pemotongan Pagu setelah di
potong
Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas
Lainnya sebesar
Rp.382.413.413.000 Rp.3.203.884.000 Rp. 379.209.529.000
Peningkatan Sarana
dan Prasarana
Aparatur BKN
Rp.33.820.000.000 Rp. 700.965.000 Rp. 33.119.035.000
Penyelenggaraan
Manajemen
Kepegawaian Negara
sebesar
Rp.126.721.700.000 Rp. 36.788.670.000 Rp. 89.933.030.000
Jumlah Rp.542.955.113.000 Rp.40.693.519.000 Rp.502,261.594.000
62
Besaran pemotongan tersebut sebagian diperoleh dari
efisiensi/optimalisasi dari semua unit kerja yang diperoleh dari biaya
perjalanan dinas, honorarium kegiatan, biaya rapat-rapat di luar kantor dan
ditambah dari KPE sebesar kurang lebih 70%. Konsekuensi dari pemotongan ini
adalah pengurangan volume pencetakan kartu KPE sebanyak 650.000 kartu
dari yang semula sebanyak 945.000 kartu, namun dapat melanjutkan seluruh
kegiatan lainnya secara optimal.
Pagu anggaran setelah efisiensi tersebut digunakan untuk membiayai 3
(tiga) Program dengan rincian :
1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
(01) sebesar Rp 379.209.529.000,- anggaran ini digunakan untuk
membiayai kegiatan sebagai berikut :
a) Belanja pegawai sebesar Rp 185.807.725.000,-
b) Tunjangan kinerja pegawai sebesar Rp.104.000.000.000,-
c) Belanja barang operasional kantor sebesar Rp.64.394.251.000,-
d) Belanja barang non operasional lainnya sebesar Rp 25.007.553.000,-
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BKN (02) sebesar
Rp.33.119.035.000,- anggaran ini digunakan untuk membiayai kegiatan
sebagai berikut :
a) Pembangunan/pengadaan/peningkatan sarana dan prasarana BKN
Pusat sebesar Rp.1.500.000.000,- untuk Pengadaan Lift Gedung III BKN ;
b) Pembangunan/pengadaan/peningkatan sarana dan prasarana Kantor
Regional I s/d XII BKN sebesar Rp. 31.619.035.000,-
3. Program Penyelenggaraan Manajemen Kepegawaian Negara (06) sebesar
Rp.89.933.030.000,- anggaran ini digunakan untuk membiayai kegiatan
terkait tugas pokok dan fungsi di bidang penyelenggaraan manajemen
kepegawaian negara baik untuk Kantor Pusat maupun Kantor Regional
sebagaimana berikut :
63
1) Kegiatan Prioritas Bidang
a) Perencanaan kepegawaian dan formasi (sub kegiatan penataan
PNS) sebesar Rp.1.662.400.000,-
b) Penilaian kompetensi calon pejabat struktural instansi pemerintah,
dan konseling kepegawaian sebesar Rp.1.385.384.000,-
c) Pembangunan, pengembangan sistem informasi dan pengolahan
data base kepegawaian sebesar Rp.5.940.139.000,-
d) Pengembangan operasional jaringan komunikasi dan informasi
kepegawaian (Sub Kegiatan Pembangunan Sistem Biometrik PNS
berbasis elektronik, penerbitan KPE) sebesar Rp.13.559.916.000,-
e) Perumusan kebijakan rekrutmen dan kinerja pegawai (Sub kegiatan
pengembangan sistem rekrutmen dengan CAT
System/pembangunan CAT station pada 4 kantor regional) sebesar
Rp.2.825.916.000,-
f) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian bimbingan teknis
bidang kepegawaian pada instansi Pusat dan Daerah sebesar
Rp.4.061.195.000,-
2) Kegiatan Prioritas KL
a) Perumusan kebijakan di bidang pembinaan jabatan fungsional
analis kepegawaian (Sub kegiatan penyelenggaraan Diklat Analis
Kepegawaian calon pejabat fungsional analis kepegawaian
sebanyak 1 angkatan tingkat terampil dan 12 angkatan tingkat
keahlian) sebesar Rp. 4.061.195.000,-
b) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bidang kepegawaian
(Sub kegiatan penyelenggaraan Diklat Analis Kepegawaian calon
pejabat fungsional analis kepegawaian sebanyak 1 angkatan tingkat
terampil dan 1 angkatan tingkat keahlian sebesar Rp.570.600.000,-
64
c) Kegiatan rutin penyelenggaran tugas pokok dan fungsi bi dang
manajemen kepegawaian Negara lainnya sebesar
Rp.55.309.636.000,-
3) Realisasi anggaran BKN
Realisasi anggaran BKN tahun 2014 adalah sebesar Rp
461.695.135.312,- atau sebesar 91,92% dengan rincian sebagaimana
pada tabel 3.9.2.
65
Tabel 3.9
Realisasi Anggaran BKN Per Program
Kode dan Uraian Program
Anggaran
Pagu Realisasi %
1 2 3 4 5
01 Dukungan Manajemen
dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya
379.209.529.000,- 346.622.605.038,- 91,41
02 Peningkatan Sarana dan
Prasarana Aparatu
Aparatur BKN
33.119.035.000,- 31.658.209.645,- 95,59
06 Penyelenggaraan
Manajemen Kepegawaian
negara
89.933.030.000,- 83.414.320.629,- 92,75
Jumlah 502.261.594.000 461.695.135.312 91,92
Tabel 3.10
Realisasi Anggaran BKN Per Satuan Kerja
KODE SATUAN KERJA PAGU
REALISASI ANGGARAN
RP %
088 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA 502.261.594.000,- 461.695.135.312,- 91,92
017220 BKN PUSAT 310.261.413.000,- 283.060.939.813,- 91,93
017241 KANREG I BKN YOGYAKARTA 25.154.699.000,- 22.647.113.287,- 90,03
66
KODE SATUAN KERJA PAGU
REALISASI ANGGARAN
RP %
450454 KANREG II BKN SURABAYA 19.788.874.000,- 18.541.444.557,- 93,70
017237 KANREG III BKN BANDUNG 17.279.667.000,- 16.288.719.566,- 94,27
560635 KANREG IV BKN MAKASSAR 17.909.554.000,- 17.371.418.826,- 97,00
606254 KANREG V BKN DKI JAKARTA 20.812.844.000,- 19.677.638.720,- 94,55
606261 KANREG VI BKN MEDAN 14.599.682.000,- 13.187.655.994,- 90,33
622372 KANREG VII BKN PALEMBANG 11.897.885.000,- 11.360.708.444,- 95,49
622386 KANREG VIII BKN BANJARMASIN 10.491.178.000,- 10.125.443.818,- 96,51
622390 KANREG IX BKN JAYAPURA 10.860.695.000,- 9.624.170.842,- 88,61
667882 KANREG X BKN DENPASAR 13.279.699.000,- 12.391.518.918,- 93,31
667896 KANREG XI BKN MANADO 11.570.191.000,- 10.597.863.561,- 91,60
667901 KANREG XII BKN PEKANBARU 18.355.213.000,- 16.820.498.966,- 91,64
67
BAB IV
PENUTUP
Hasil pengukuran target kinerja BKN di tahun 2014 menunjukkan bahwa
terdapat 11 indikator kinerja yang tercapai bahkan berhasil melampaui target kinerja.
Diantaranya adalah pemanfaatan sistem rekrutmen dan promosi dengan
menggunakan alat bantu komputer (CAT) oleh instansi lain, yang semula ditargetkan
70 instansi, tercapai 349 instansi. Hal lain adalah opini WTP yang diberikan oleh BPK
kepada BKN sejak tahun 2010 sampai dengan 2014, mencerminkan bahwa dalam lima
tahun berturut-turut laporan keuangan BKN dianggap telah mampu memberikan
informasi yang bebas dari salah saji material, berdasarkan bukti-bukti audit yang
dikumpulkan, dan BKN dianggap telah menyelenggarakan prinsip akuntansi yang
berlaku umum dengan baik.
Indeks Kepuasan Publik merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui
tingkat pelayanan yang diberikan dibandingkan dengan harapan yang dimiliki oleh
publik. Untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi, BKN
memberikan layanan dengan menyediakan berbagai sarana melalui media facebook,
twitter, diskusi interaktif melalui siaran TV, telepon, media cetak surat kabar, maupun
majalah. Indek Kepuasan publik terhadap ketersediaan layanan BKN meningkat
menjadi Sangat Baik, data ini diperoleh melalui kotak suara dan e-polling yang
disediakan dan dikunjungi oleh 4.517 orang.
Selain telah tercapainya beberapa target kinerja yang telah ditetapkan namun
masih terdapat beberapa indikator kinerja yang belum tercapai dikarenakan kendala-
kendala ekternal yang dihadapi, antara lain disebabkan oleh adanya pemotongan
anggaran KPE kurang lebih 70% dari pagu sehingga pencetakan volume KPE yang
semula 945.000 kartu menjadi hanya 650.000 kartu.
68
Hal lain yang merupakan kendala bagi pencapaian target kinerja adalah belum
optimalnya pengangkatan Analis Kepegawaian oleh instansi masing-masing yang
menyebabkan target pemberian pertimbangan jabatan fungsional Analis kepegawaian
yang semula 600 hanya tercapai 550 pertimbangan. Untuk meningkatkan capaian
kinerja tersebut, tahun berikutnya diperlukan optimalisasi pengawasan pasca diklat
Analis Kepegawaian.
Secara umum untuk meningkatkan kinerja BKN di RPJM lima tahun mendatang
tahun 2015-2019, perlu ditetapkan Renstra dengan sasaran strategis yang memiliki
indikator-indikator yang jelas dan terukur sesuai dengan tugas pokok fungsi BKN
berdasarkan Undang-undang No.5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Faktor
internal yang mendukung peningkatan kinerja BKN adalah komitmen pimpinan dan
pegawai sesuai dengan visi BKN. Sedangkan faktor eksternal yang mendukung adalah
komitmen dari para stakeholder untuk melaksanakan manajemen kepegawaian sesuai
peraturan perundang-undangan dengan membangun koordinasi dan komunikasi yang
lebih intens dan harmonis. Regulasi yang sesuai dengan perubahan lingkungan
strategis diharapkan menjadi pondasi yang menopang pelaksanaan manajemen
kepegawaian yang lebih baik, sehingga cita-cita Aparatur Sipil Negara yang profesional
dapat tercapai.
Terkait dengan pencapaian sasaran strategis I, yaitu Meningkatkan Efektivitas
Sistem Perencanaan dan Pengembangan Kepegawaian. Memperhatikan indikator
kinerja utama ke-2 dari sasaran dimaksud, yakni persentase instansi pemerintah yang
menerapkan standar kompetensi jabatan, terlihat bahwa realisasi capaian sasaran
kinerja peningkatan efektivitas Sistem Perencanaan dan Pengembangan Kepegawaian
hanya sebesar 28% dari target semula sebesar 30%. Hal ini disebabkan oleh belum
tersosialisasikannya standar kompetensi manajerial dan teknis dengan baik di
lingkungan instansi pemerintah, terutama pada tataran pejabat pengambil kebijakan,
belum teralokasikannya anggaran di lingkungan BKN yang secara khusus
diperuntukkan kegiatan fasilitasi penyusunan/perumusan standar kompetensi, serta
terbatasnya jumlah fasilitator.
69
Terkait dengan pencapaian sasaran strategis VII, yaitu Meningkatkan
Efektivitas Koordinasi Perencanaan Program, Sumberdaya dan Pengelolaan
Administrasi. Memperhatikan indikator kinerja utama 3 yakni persentase penempatan
pegawai yang sesuai dengan kompetensinya, terlihat bahwa realisasi capaian sasaran
kinerjanya hanya sebesar 90% dari target semula sebesar 100%. Hal ini disebabkan
oleh keterbatasan anggaran dan pertimbangan keluarga dalam memindahkan
pegawai.
Untuk meningkatkan kinerja BKN tahun berikutnya diperlukan adanya
perbaikan kualitas perencanaan dan pelaksanaan kinerja, terutama pada kedua
sasaran kinerja yang capaiannya belum optimal, yaitu sasaran strategis I dan sasaran
strategis VII.
Langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pencapaian kinerja pada
sasaran I adalah dengan penyusunan modul kompetensi manajerial dan teknis,
melaksanakan workshop dan piloting standar kompetensi manajerial dan teknis.
Sedangkan langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan capaian kinerja sasaran
VII adalah dengan memastikan biaya penempatan dan pemindahan pegawai
mendapatkan dukungan anggaran yang memadai serta mempertimbangkan faktor
keluarga dalam penempatan pegawai.
Lampiran 1
Lampiran 2
PENGUKURAN KINERJA
BADAN KEPAGAWAIAN NEGARA
TAHUN 2014
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %
I
Meningkatkan
efektifitas sistem
perencanaan dan
pengembangan
kepegawaian.
1. Persentase instansi
pemerintah yang
menerapkan kebijakan
penataan kepegawaian
(rightsizing) di
lingkungannya.
80%
80%
100%
2. Persentase instansi
pemerintah yang telah
menerapkan standar
kompetensi jabatan di
lingkungannya.
40%
42,33%
106%
3. Persentase instansi
pemerintah yang
menerapkan penilaian
kompetensi PNS dalam
pengembangan karier
kepegawaian di
lingkungannya.
18% 18,50% 103%
4. Persentase instansi
pemerintah yang
menghitung kebutuhan
formasi PNS dengan
tepat sesuai NSP.
50%
50%
100%
II Meningkatkan sistem
pembinaan kinerja
yang optimal
1. Jumlah instansi
pemerintah yang telah
memanfaatkan system
rekrutmen dan
promosi dengan
menggunakan alat
bantu computer (CAT).
70
Instansi
349
Instansi
498%
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %
2. Jumlah pertimbangan
pengangkatan jabatan
fungsional Analis
Kepegawaian.
600
Analis
Kepegaw
aian
550
Analis
Kepegaw
aian
91,67%
III Meningkatkan
kualitas rumusan
perundang-undangan
kepegawaian.
Jumlah rumusan
peraturan perundang-
undangan yang
diselesaikan.
20
Naskah
26
Naskah
130%
IV Meningkatkan
pelayanan
kepegawaian berbasis
teknologi informasi
Indeks kepuasan
instansi/ PNS terhadap
pelayanan kepegawaian.
Sangat
Baik
(nilai :
86)
Sangat
Baik
(nilai :
84,48)
98%
V Meningkatkan sistem
informasi
kepegawaian yang
terintegrasi.
1. Persentase database
PNS yang akurat dan
terkini berdasarkan
data pokok pegawai.
90%
87,63%
97,37%
2. Persentase instansi
pemerintah yang telah
terintegrasi dengan
sistem aplikasi
pelayanan
kepegawaian (SAPK).
100%
99,80%
99,80%
3. Kartu PNS dan
elektronik (KPE) yang
diselesaikan.
98,5% 88,42% 90%
VI Meningkatkan
efektifitas sistem
pengawasan dan
pengendalian
kepegawaian.
Persentase penurunan
tingkat pelanggaran
terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-
undangan di bidang
kepegawaian.
10% 32,70% 327%
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %
VII Meningkatkan
efektifitas koordinasi
perencanaan
program, sumber
daya, serta
pengelolaan
administrasi
1. Hasil evaluasi terhadap
implementasi SAKIP
BKN.
B B
(65,07)
100%
2. Opini BPK terhadap
laporan keuangan BKN.
WTP WTP 100%
3. Persentase
penempatan pegawai
yang sesuai dengan
kompetensi.
100% 100% 100%
4. Persentase
pemenuhan sarana
operasional kantor
sesuai standar.
90%
89,91%
99,9%
5. Indeks kepuasan publik
terhadap ketersediaan
layanan informasi BKN.
Baik Sangat
Baik
100%
VIII Meningkatkan
pemenuhan standard
dan mutu sarana
prasarana kantor.
1. Indeks kepuasan
pegawai terhadap
sarana dan prasarana
kantor yang tersedia.
Baik
Baik
100%
2. Persentase
pemenuhan standar
sarana dan prasarana.
100% 100% 100%
CAPAIAN KINERJA
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TAHUN 2010 - 2014
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama 2010 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
I Meningkatkan
efektifitas sistem
perencanaan dan
pengembangan
kepegawaian.
1. Persentase instansi
pemerintah yang
menerapkan kebijakan
penataan kepegawaian
(rightsizing) di
lingkungannya.
2. Persentase instansi
pemerintah yang
menerapkan standar
kompetensi jabatan di
lingkungannya.
3. Persentase instansi
pemerintah yang
menerapkan penilaian
kompetensi PNS dalam
pengembangan karier
kepegawaian di
lingkungannya.
NA
5%
10%
NA
6,10%
10,4%
NA
10%
12%
NA
7,33%
11,24%
30%
10%
14%
40%
8,67%
13,22%
50%
30%
16%
76%
28%
16,33%
80%
40%
18%
80%
42,33%
18,50%
Lampiran 3
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama 2010 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
4. Persentase instansi
pemerintah yang
menghitung kebutuhan
formasi PNS dengan
tepat sesuai NSP.
20% 18,40% 25% 26,60% 30% 32,67%
50% 71,33% 50% 50%
II Meningkatkan
sistem
pembinaan
kinerja yang
optimal.
1. Jumlah instansi
pemerintah yang telah
memanfaatkan sistem
rekrutmen dan
promosi dengan
menggunakan alat
bantu computer (CAT).
2. Jumlah pertimbangan
pengangkatan jabatan
fungsional analis
kepegawaian.
10
Instansi
100
analis
10
Instansi
185
analis
14
Instansi
200
analis
17
Instansi
227
analis
20
Instansi
150
analis
59
Instansi
348
analis
25
Instansi
600
analis
73
Instansi
770
analis
70
Instansi
600
analis
349
Instansi
550
analis
III Meningkatkan
kualitas rumusan
perundang-
undangan
kepegawaian.
Jumlah rumusan
peraturan perundang-
undangan yang
diselesaikan.
9
naskah
22
naskah
15
naskah
39
naskah
11
naskah
27
naskah
15
naskah
33
naskah
20
naskah
26
naskah
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama 2010 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
IV Meningkatkan
pelayanan
kepegawaian
berbasis
teknologi
informasi.
Indeks kepuasan
instansi/ PNS terhadap
pelayanan
kepegawaian.
76
(Baik)
75,68
(Baik)
76
(Baik)
79,65
(Baik)
79
(Baik)
80,94
(Baik)
82
(Sangat
Baik
83,09
(Sangat
Baik)
86
(Sangat
Baik
84,48
(Sangat
Baik)
V Meningkatkan
sistem informasi
kepegawaian
yang terintegrasi.
1. Persentase database
PNS yang akurat dan
terkini berdasarkan
data pokok pegawai.
2. Persentase Instansi
Pemerintah yang telah
terintegrasi dengan
sistem aplikasi
pelayanan
kepegawaian (SAPK).
3. Persentase instansi/
stakeholders yang
telah menggunakan
sistem KPE.
40%
20%
50%
60,27%
20,44%
41,73%
50%
40%
60%
67,53%
98%
52,87%
75%
100%
75%
75,15%
98,39%
83,14%
80%
100%
85%
82%
98,89%
90,30%
90%
100%
98,50%
87,63%
99,80%
88,42%
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama 2010 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
VI Meningkatkan
efektifitas sistem
pengawasan dan
pengendalian
kepegawaian.
Persentase penurunan
tingkat pelanggaran
terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-
undangan bidang
kepegawaian.
15%
19%
20%
26,7%
30%
31,8%
35%
35,3%
10%
32,70%
VII Meningkatkan
efektifitas
koordinasi
perencanaan
program, sumber
daya, serta
pengelolaan
administrasi.
1. Hasil evaluasi terhadap
implementasi SAKIP
BKN.
2. Opini BPK terhadap
laporan keuangan BKN.
3. Persentase
penempatan pegawai
yang sesuai dengan
kompetensi.
4. Persentase
pemenuhan sarana
operasional kantor
sesuai standar.
CC
WTP
45%
100%
C
(48,53)
WTP
45%
100%
CC
WTP
55%
100%
CC
(52,83)
WTP
50%
100%
B
WTP
60%
100%
CC
(54,59)
WTP
60%
100%
B
WTP
100%
90%
CC
(60,23)
WTP
90%
99,70%
B
WTP
100%
90%
B
(65,07)
WTP
100%
89,91%
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama 2010 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
5. Indeks kepuasan publik
terhadap ketersediaan
layanan informasi BKN.
Baik
Cukup
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sangat
Baik
VIII Meningkatkan
pemenuhan
standar dan mutu
sarana prasarana
kantor.
1. Indeks kepuasan
pegawai terhadap
sarana dan prasarana
kantor yang tersedia.
2. Persentase
pemenuhan standar
sarana dan prasarana.
Baik
60%
Cukup
60%
Baik
65%
Cukup
65%
Baik
70%
Baik
70%
Baik
75%
Baik
72%
Baik
100%
Baik
100%
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan Kepegawaian Negara (BKN) mempunyai peran yang sangat strategis
dalam membangun sumber daya aparatur sejalan dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2025 di bidang Hukum dan Aparatur. Peran
dan kedudukan BKN kian strategis, dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 58
Tahun 2013 tentang Badan Kepegawaian Negara bahwa BKN mempunyai tugas
pemerintahan di bidang manajemen kepegawaian yang menyelenggarakan
pembangunan bidang aparatur negara yang dilakukan melalui reformasi birokrasi
untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik.
Sesuai dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN) yang menyebutkan bahwa BKN sebagai instansi yang membina dan
menyelenggarakan Manajemen PNS dalam upaya mewujudkan Aparatur Sipil Negara
sebagai bagian dari reformasi birokrasi, perlu ditetapkan sebagai profesi yang
memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib
mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam
pelaksanaan manajemen Aparatur Sipil Negara.
Pelaksanaan program dan kegiatan BKN dalam rangka pelaksanaan fungsi dan
pencapaian kinerja dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2014 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL). Sebagai lembaga yang
menggunakan anggaran negara dalam pelaksanaan tugas dan kegiatannya
mengedepankan sistem keterbukaan dan dapat dipertanggungjawabkan, maka
disusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
2
LAKIP sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja BKN dalam pelaksanaan
tugas dan fungsinya, serta sebagai bahan analisis dan evaluasi dalam membuat
kebijakan untuk meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang. Pembuatan laporan
pertanggungjawaban kinerja tersebut didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 29
tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah.
LAKIP ini memberikan penjelasan mengenai pencapaian kinerja BKN selama
Tahun Anggaran 2014 sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah. Capaian kinerja (performance results) Tahun 2014 tersebut
diperbandingkan dengan Penetapan Kinerja (performance agreement) Tahun 2014
sebagai tolok ukur dan gambaran tingkat keberhasilan pencapaian kinerja BKN selama
1 (satu) tahun. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana target kinerja digunakan
sebagai pembanding yang memberikan hasil guna perbaikan dan peningkatan kinerja.
B. Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2013 tentang Badan
Kepegawaian Negara, bahwa BKN berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Presiden melalui menteri yang membidangi urusan pemerintahan di
bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi.
Berdasarkan Peraturan Kepala BKN Nomor 19 Tahun 2014 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Negara, BKN melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang manajemen kepegawaian negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, BKN menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang kepegawaian;
b. Penyelenggaraan koordinasi identifikasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan,
pengawasan dan pengendalian pemanfaatan pendidikan dan pelatihan sumber
daya manusia Pegawai Negeri Sipil; Penyelenggaraan administrasi kepegawaian
pejabat negara dan mantan pejabat Negara;
3
c. Penyelenggaraan administrasi dan sistem informasi kepegawaian dan mutasi
kepegawaian antar Provinsi dan/atau antar Kabupaten/Kota;
d. Penyelenggaraan koordinasi penyusunan norma, standar dan prosedur mengenai
mutasi, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban, kedudukan Pegawai
Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah dan bidang kepegawaian
lainnya;
e. Penyelenggaraan bimbingan teknis pelaksanaan peraturan perundang-undangan
di bidang kepegawaian kepada instansi pemerintah;
f. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKN;
g. Pelancaran kegiatan instansi pemerintah di bidang administrasi
kepegawaian;
h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian,
keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.
Di samping kedudukan, tugas, dan fungsi, BKN juga memiliki kewenangan yaitu:
a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang manajemen kepegawaian;
b. Perumusan kebijakan di bidang manajemen kepegawaian untuk mendukung
pembangunan secara makro;
c. Penetapan sistem informasi di bidang manajemen kepegawaian;
d. Pelaksanaan mutasi kepegawaian antar Provinsi;
e. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
f. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang kepegawaian;
g. Penyusunan norma, standar dan prosedur kepegawaian dan pengendaliannya;
h. Penyusunan program kepegawaian secara nasional sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan Pemerintah;
i. Penyelenggaraan administrasi mutasi kepegawaian antar provinsi, serta
perumusan standar prosedur mengenai perencanaan, pengangkatan,
pemindahan, pemberhentian, penetapan standar, gaji, tunjangan, kesejahteraan,
hak dan kewajiban serta kedudukan Pegawai Negeri Sipil;
4
j. Penyelenggaraan administrasi kepegawaian nasional;
k. Perencanaan kebijakan dan pemantauan pemanfaatan pendidikan dan pelatihan
standar;
l. Pengawasan dan pengendalian norma, standar dan prosedur kepegawaian.
C. Rencana Strategis BKN
Rencana strategis (Renstra) BKN Tahun 2010-2014 disusun sebagai
perencanaan jangka menengah BKN yang berisi tujuan, sasaran strategis dan target
yang akan dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Dalam rangka penyempurnaan Renstra BKN Tahun 2010-2014 dan
penguatan implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di
lingkungan BKN, maka telah dilakukan revisi terhadap Renstra BKN Tahun 2010-2014
dengan memperhatikan harapan dan keinginan pihak terkait (stakeholder) BKN. Revisi
Renstra BKN meliputi Tujuan, Sasaran Strategis, dan Indikator Kinerja Utama (IKU).
1. Visi, Misi dan Tujuan BKN
Visi :
”Menjadi Pembina dan
Penyelenggara Manajemen
Kepegawaian yang Profesional
dan Bermartabat Tahun 2025”
Misi : 1. Mengembangkan Sistem
Manajemen Kepegawaian
Negara.
2. Mengembangkan Sistem
Pelayanan Kepegawaian.
3. Mengembangkan Manajemen
Internal BKN.
Tujuan :
1. Mewujudkan manajemen
kepegawaian yang moderen.
2. Mewujudkan pelayanan prima
bidang kepegawaian.
3. Mewujudkan manajemen internal
yang efektif, efisien dan akuntabel.
5
2. Sasaran Strategis dan IKU
Sasaran strategis BKN disusun berdasarkan tujuan strategis yang ingin dicapai. Ada
8 (delapan) sasaran strategis yang ditempuh dalam rangka mewujudkan tujuan
strategis BKN, dan di dalamnya terdapat 19 (sembilan belas) IKU. IKU merupakan
salah satu tolok ukur dalam menghitung tingkat keberhasilan atas tercapainya
sasaran strategis yang dibuat.
Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, BKN sebagai lembaga
penyelenggara manajemen ASN yang melakukan pengelolaan ASN untuk
menghasilkan Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. BKN memiliki
peran yang sangat strategis dalam pengembangan manajemen kepegawaian dan
pelayanan administrasi kepegawaian yang melayani seluruh instansi pemerintah baik
1. Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan
pengembangan kepegawaian
2. Meningkatkan Sistem Pembinaan Kinerja yang Optimal
3. Meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan
kepegawaian
4. Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi
informasi
5. Meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang
terintegrasi
6. Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan
pengendalian kepegawaian
7. Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program,
sumber daya, serta pengelolaan administrasi
8. Meningkatkan pemenuhan standard dan mutu sarana
prasarana kantor
6
pusat maupun daerah. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sistem Merit adalah
kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras,
warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi
kecacatan.
Peran strategis BKN meliputi beberapa bidang, yaitu:
1) Bidang Perencanaan dan Pengembangan Kepegawaian
Peran strategis BKN terkait bidang perencanaan dan pengembangan kepegawaian
yaitu merumuskan kebijakan perencanaan dan pengembangan kepegawaian
melalui pemberian pertimbangan pengusulan formasi PNS, penyediaan pedoman
penyusunan standar kompetensi manajerial dan teknis, penilaian kompetensi PNS
(Assessment Center), pengembangan kompetensi sumber daya aparatur melalui
Diklat-diklat Kepegawaian, penelitian dan pengkajian dalam rangka mendukung
perumusan kebijakan di bidang kepegawaian.
Terkait peran strategis ini BKN telah melaksanakan berbagai program antara lain
melaksanakan kegiatan penataan PNS dengan fasilitasi instansi untuk melakukan
penghitungan jumlah kebutuhan PNS yang tepat berdasarkan analisis jabatan dan
analisis beban kerja, dan evaluasi jabatan. Selain itu, masing-masing instansi
pemerintah juga diwajibkan melakukan distribusi pegawai dan menyusun proyeksi
kebutuhan PNS selama lima tahun.
2) Bidang Kinerja dan Perundang-undangan
Peran strategis BKN terkait Bidang Kinerja dalam rangka peningkatan kualitas
seleksi CPNS untuk mendapatkan SDM yang berkualitas maka BKN membangun
dan mengembangkan sistem rekrutmen dan seleksi berbasis kompetensi dengan
menggunakan alat bantu komputer atau Computer Assisted Test (CAT).
Disamping itu dalam rangka pembinaan kinerja pegawai, BKN melaksanakan
asistensi penyusunan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) pada instansi pusat dan daerah.
7
Peran strategis BKN di bidang Perundang-undangan adalah melaksanakan
perumusan kebijakan pembinaan kinerja dan penyusunan peraturan perundang-
undangan kepegawaian.
3) Bidang Layanan Kepegawaian.
BKN harus cepat merespons berbagai harapan masyarakat dan menjawab
berbagai tantangan yang ada, khususnya dalam memberikan layanan bidang
kepegawaian. Salah satu upaya yang dilakukan dengan menerapkan Sistem
Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001-2008 terhadap pelayanan kepegawaian. Hal
ini menjadi momentum kebangkitan kualitas layanan yang prima, cepat, tepat,
murah dan transparan kepada PNS yang diharapkan dapat menjadi pemicu
lahirnya prestasi di sektor lain, sehingga pelayanan kepada PNS semakin baik.
Berkaitan dengan peningkatan layanan kepegawaian berbasis IT mulai dari
rekruitmen hingga pensiun, BKN menerapkan Sistim Aplikasi Pelayanan
Kepegawaian (SAPK On-Line) yang terintegrasi pada seluruh instansi pusat dan
daerah sehingga pelayanan menjadi lebih cepat, tepat, transparan, efektif dan
efisien.
4) Bidang Informasi Kepegawaian.
Dalam rangka pengembangan sistem informasi kepegawaian, BKN memiliki peran
strategis menyediakan data kepegawaian yang valid, akurat dan terkini untuk
menjamin ketersediaan informasi kepegawaian yang dibutuhkan.
Berbagai upaya yang dilakukan BKN diantaranya adalah membangun dan
mengembangkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi pada seluruh
instansi pusat dan daerah melalui penggunaan aplikasi SAPK dalam pelayanan
kepegawaian.
Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan arsip kepegawaian dilakukan dengan
menerapkan digitalisasi tata naskah kepegawaian yang didukung oleh Document
Management System (DMS).
8
5) Bidang Pengendalian Kepegawaian.
BKN memiliki peran strategis di Bidang Pengendalian Kepegawaian dengan
melaksanakan perumusan kebijakan pengendalian kepegawaian dan tindakan
korektif terhadap pelanggaran peraturan kepegawaian. Selain itu untuk
meningkatkan pemahaman terhadap penerapan peraturan perundang-undangan
di bidang kepegawaian, BKN melaksanakan kegiatan sosialisasi dan bimbingan
teknis kepada seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah.
D. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Kepala BKN Nomor 19 Tahun 2014 Organisasi dan Tata
Kerja BKN, susunan organisasi BKN terdiri dari:
a. Kepala;
b. Wakil Kepala;
c. Sekretaris Utama;
d. Deputi Bidang Pembinaan Manajemen Kepegawaian;
e. Deputi Bidang Mutasi Kepegawaian
f. Deputi Bidang Sistem Informasi Kepegawaian;
g. Deputi Bidang Pengawasan dan Pengendalian;
h. Pusat Perencanaan Kepegawaian dan Formasi;
i. Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Kepegawaian;
j. Pusat Pengembangan Sistem Rekrutmen Aparatur Sipil Negara;
k. Pusat Penilaian Kompetensi Aparatur Sipil Negara;
l. Pusat Pengembangan Aparatur Sipil Negara;
m. Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian;
n. Pusat Konsultasi dan Bantuan Hukum Kepegawaian;
o. Inspektorat.
9
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
Penetapan kinerja atau perjanjian kinerja pada dasarnya merupakan
pernyataan komitmen pimpinan atas apa yang akan dicapai selama kurun waktu satu
tahun dengan mempertimbangkan tugas pokok, fungsi, dan segala sumber daya yang
dimiliki. Pada penetapan kinerja harus terdapat indikator kinerja , karena indikator
kinerja merupakan salah satu tolak ukur dalam menghitung tingkat keberhasilan atas
tercapainya sasaran strategis yang dibuat.
Di tahun 2014 BKN menetapkan 8 (delapan) sasaran strategis dan 19 Indikator
Kinerja Utama yang meliputi :
a. Sasaran strategis yang pertama adalah meningkatkan efektifitas sistem
perencanaan dan pengembangan kepegawaian. Pada sasaran strategis ini
terdapat 4 (empat) Indikator Kinerja Utama, yaitu
1. Instansi pemerintah yang mengimplementasikan kebijakan penataan
kepegawaian (Right sizing) di lingkungannya, dengan target yang
ditetapkan 80% dari seluruh instansi yang ada.
2. Persentase instansi pemerintah yang telah menerapkan standar
kompetensi jabatan di lingkungannya, dengan target sebesar 40% dari
keseluruhan instansi pemerintah.
3. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi
PNS dalam pengembangan karier kepegawaian di ligkungannya, target di
tahun 2014 sebesar 18% dari seluruh instansi pemerintah.
4. Persentase instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi PNS
dengan tepat sesuai NSP, dengan target yang ditetapkan sebesar 50% dari
seluruh instansi.
10
b. Sasaran yang kedua adalah meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal
dengan Indikator Kinerja Utama sebanyak 2 indikator, yaitu :
1. Jumlah instansi pemerintah yang telah memanfaatkan sistem rekrutmen
dan promosi dengan menggunakan alat bantu computer (CAT) dengan
target 70 instansi.
2. Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional Analis
Kepegawaian dengan target capaian sebanyak 600 Analis Kepegawaian.
c. Sasaran yang ketiga adalah meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan
kepegawaian, dengan Indikator Kinerja Utama yaitu jumlah rumusan perundang-
undangan yang diselesaikan. Target yang diharapkan dapat tercapai adalah 20
naskah peraturan perundang-undangan.
d. Sasaran keempat yaitu meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi
informasi, dengan indikator kinerja utama berupa Indeks kepuasan instansi/PNS
terhadap pelayanan kepegawaian. BKN mengharapkan predikat yang “sangat
baik” dari seluruh stakeholders baik pusat maupun daerah.
e. Sasaran kelima yaitu meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang
terintegrasi. Pada sasaran strategis ini terdapat 3 (tiga) indikator kinerja utama
yang meliputi :
1. Persentase database PNS yang akurat dan terkini berdasarkan data pokok
pegawai, dengan target 90%.
2. Persentase instansi pemerintah yang telah terintegrasi dengan sistem
aplikasi pelayanan kepegawaian (SAPK), dengan target 100%.
3. Kartu PNS dan elektronik (KPE) yang diselesaikan, dengan target 98,5%.
f. Sasaran keenam yaitu meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan
pengendalian kepegawaian, dengan indikator kinerja berupa persentase
penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-
undangan di bidang kepegawaian. Target yang diharapkan adalah 10%.
11
g. Sasaran yang ketujuh adalah meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan
program, sumber daya, serta pengelolaan administrasi. Pada sasaran strategis ini
terdapat 5 (lima) indikator kinerja utama, yaitu :
1. Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN. Di tahun 2014 BKN
menargetkan memperoleh predikat B untuk hasil evaluasi terhadap
implementasi SAKIP dengan rentang nilai >65.
2. Opini BPK terhadap laporan keuangan BKN. Pada indikator ini BKN
menargetkan penilaian yang tertinggi dari Badan Pemeriksa Keuangan,
yaitu wajar tanpa pengecualian (WTP).
3. Persentase penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensi, dengan
target yang hendak dicapai adalah 100%. Target yang maksimal tersebut
dimaksudkan untuk memenuhi azas dalam penempatan pegawai, yakni
prinsip “The right man on the right place” agar seluruh pegawai dapat
bekerja dengan efektif dan efisien dalam organisasi.
4. Persentase pemenuhan sarana operasional kantor sesuai standar. Dengan
target 90%.
5. Indeks kepuasan publik terhadap ketersediaan layanan informasi BKN.
Pada indikator ini BKN menargetkan untuk mendapatkan predikat “Baik”
dengan penilaian >75.
h. Sasaran strategis yang terakhir adalah meningkatkan pemenuhan standard dan
mutu sarana prasarana kantor. Pada sasaran strategi ini terdapat 2 (dua) Indikator
Kinerja Utama yaitu :
1. Indeks kepuasan pegawai terhadap sarana dan prasarana kantor yang
tersedia, dengan target yang diharapkan adalah penilaian dengan predikat
“Baik”.
2. Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana. Indikator ini
mengacu pada Permen PU Nomor 45 Tahun 2007 tentang Pembangunan
Gedung Milik Negara, dengan target yang ditetapkan adalah 100%.
12
Untuk mencapai seluruh target tersebut BKN membutuhkan anggaran sebesar
Rp. 542.955.113.000,- (Lima ratus empat puluh dua milyar sembilan ratus lima puluh
lima juta seratus tiga belas ribu rupiah). Anggaran tersebut dibagi menjadi 3 (tiga)
program, yaitu Program Penyelenggaraan Manajemen Kepegawaian Negara sebesar
Rp. 126.721.700.000,- (Seratus dua puluh enam milyar tujuh ratus dua puluh satu juta
tujuh ratus ribu rupiah), Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya BKN sebesar Rp. 382.413.413.000,- (Tiga ratus delapan puluh dua
milyar empat ratus tiga belas juta empat ratus tiga belas ribu rupiah), dan Program
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BKN sebesar Rp. 33.820.000.000,- (Tiga
puluh tiga milyar delapan ratus dua puluh juta rupiah).
Penetapan kinerja di atas adalah penetapan kinerja berdasarkan RENSTRA
2010-2014, adapun perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan akan dilaksanakan dan
dilaporkan pada tahun mendatang.
13
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Badan Kepegawaian Negara Tahun 2014
I. Sasaran I:
Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan
kepegawaian
1.1 Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan
kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya
Di tahun 2014 BKN menargetkan persentase instansi
pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan kepegawaian
(rightsizing) di lingkungannya sebesar 80% instansi dari 600 instansi
yang ada. Dari target tersebut, BKN di tahun 2014 telah berhasil
mencapai target dengan terealisasikannya 80% instansi yang telah
menerapkan kebijakan penataan kepegawaian. Jika dilihat capaian
kinerja BKN dari tahun 2010 hingga 2014, maka data menunjukkan
bahwa capaian kinerja BKN dari tahun 2010 hingga 2014 senantiasa
mengalami peningkatan sebagaimana digambarkan pada grafik 3.1
berikut.
14
Grafik 3.1 Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan
penataan kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya
1.2 Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi
jabatan di lingkungannya
BKN menargetkan di tahun 2014 pada indikator persentase
instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan di
lingkungan sebesar 40% dari 600 instansi. Dari target tersebut, BKN
berhasil merealisasikan 42,33% instansi yang menerapkan standar
kompetensi. Dengan demikian, capaian kinerja BKN dari indikator ini
mencapai 105,83%. Jika dilihat capaian kinerja BKN dari tahun 2010
hingga 2014, kinerja BKN senantiasa mengalami kenaikan dari 6,10%
instansi di tahun 2010 hingga 42,3% instansi di tahun 2014
sebagaimana tergambar pada grafik 3.2 berikut.
15
Grafik 3.2 Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar
kompetensi jabatan di lingkungannya
1.3 Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian
kompetensi PNS dalam pengembangan karier kepegawaian di
lingkungannya.
Indikator kinerja persentase instansi pemerintah yang
menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karir
pegawai di lingkungannya digunakan untuk mengukur berapa banyak
instansi pemerintah pusat dan daerah yang telah melaksanakan
penilaian kompetensi untuk pengembangan karir pegawainya. Target
di tahun 2014 sebesar 18% instansi pemerintah yang menerapkan
penilaian kompetensi PNS, dan berhasil direalisasikan sebesar 18,5%
atau 111 instansi. Target tersebut merupakan akumulasi dari tahun-
tahun sebelumnya, dengan kenaikan target setiap tahun sebesar 2%
atau sebanyak 12 instansi setiap tahunnya (dengan dasar pada saat
pertama kali ditetapkan target jumlah instansi pemerintah pusat dan
daerah sebanyak 600 instansi). Jika melihat target kenaikan 2%
16
tersebut di tahun 2014, maka realisasi yang telah dicapai sebesar 13
instansi atau 2,16 % (lihat lampiran 4).
Dibandingkan dengan data sebelumnya, pada tahun 2010
jumlah instansi pemerintah yang telah menerapkan penilaian
kompetensi sebanyak 60 instansi atau 10%, tahun 2011 capaiannya
sebesar 67 instansi atau 11,24%, tahun 2012 naik menjadi 79 instansi
atau 13,22%, tahun 2013 naik menjadi 98 instansi atau 16,33%. Dengan
demikian terdapat peningkatan jumlah instansi pemerintah yang
menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karir PNS
dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 sebagaimana dapat dilihat
pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Jumlah instansi yang menerapkan penilaian
kompetensi PNS
NO TAHUN
TARGET
(%)
JUMLAH
TARGET
INSTANSI
CAPAIAN
(%)
JUMLAH
CAPAIAN
INSTANSI
1. 2010 10 % 60 10,40 % 62
2. 2011 12 % 72 11,24 % 67
3. 2012 14 % 84 13,22 % 79
4. 2013 16 % 96 16,33 % 98
5. 2014 18 % 108 18, 50% 111
Persentase target dan persentase capaian tersebut juga dapat
dilihat dalam grafik 3.3 berikut.
17
Grafik 3.3 Persentase instansi pemerintah yang menerapkan
penilaian kompetensi PNS
Sejak tahun 2010 hingga 2014, BKN telah melakukan penilaian
kompetensi dan pemetaan potensi terhadap PNS dari berbagai instansi
sebesar 6.362 PNS dengan komposisi pertahunnya dapat dilihat pada
tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2
Penilaian Kompetensi dan Pemetaan Potensi PNS
NO TAHUN JUMLAH
1 2010 1.500
2 2011 1.223
3 2012 1.305
4 2013 1.239
5 2014 1.095
JUMLAH 6.362
18
Jika melihat hasil capaian penilaian potensi dan kompetensi
yang cenderung turun dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain:
1) Bahwa dari tahun 2011 sampai tahun 2014, Puspenkom ASN BKN
hanya mengandalkan permintaan dari instansi lain, sehingga
capaiannya tergantung dari pihak eksternal. Dari hal tersebut,
maka mulai tahun 2015 BKN menganggarkan biaya untuk penilaian
potensi dan kompetensi bagi instansi lain dengan target yang telah
ditetapkan.
2) Sebagai instansi pembina assessment center, fokus utama
Puspenkom ASN BKN tidak lagi hanya sebagai penyelenggara
penilaian potensi dan kompetensi namun juga menyelenggarakan
pembinaan terhadap lembaga assessment center dari instansi lain.
1.4 Persentase instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi
PNS dengan tepat sesuai NSP
Pada tahun 2014, persentase instansi pemerintah yang
menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai dengan
norma, standar dan prosedur, ditargetkan 50% dari 616 instansi.
Dengan target tersebut, BKN telah merealisasikan sebanyak 77 instansi
pusat dan 539 instansi daerah. Dengan demikian di tahun 2014 BKN
berhasil mencapai target realisasi sebesar 50% instansi atau terdapat
316 instansi yang telah melaksanakan penghitungan kebutuhan formasi
PNS sesuai norma, standar, dan prosedur, sehingga capaian kinerja BKN
dapat tercapai 100%. Adapun Capaian kinerja BKN terkait indikator
tersebut dari tahun 2010 hingga 2014 dapat dilihat pada grafik 3.4
berikut.
19
Grafik 3.4 Persentase instansi yang menghitung kebutuhan formasi PNS
dengan tepat sesuai NSP
II. Sasaran II:
Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal
2.1 Jumlah instansi pemerintah yang telah memanfaatkan sistem
rekrutmen dan promosi dengan menggunakan alat bantu komputer
(CAT)
Untuk dapat mewujudkan sasaran strategis meningkatkan
sistem pembinaan kinerja yang optimal yang merupakan salah satu
sasaran strategis BKN yang diiukur dari berapa banyaknya instansi yang
telah memanfaatkan sistem rekrutmen dan promosi dengan
menggunakan alat bantu komputer (CAT).
Pada tahun 2014 BKN mentargetkan untuk memfasilitasi
pelaksanaan seleksi CPNS Tahun 2014 pada 70 (tujuh puluh) instansi
pusat dan daerah. Dalam pelaksanaannya BKN dapat memfasilitasi
pelasanaan seleksi CPNS Tahun 2014 pada 349 instansi pusat maupun
daerah. Capaian kinerja ini meningkat sangat tajam dibandingkan
20
capaian kinerja tahun 2012 yang hanya dapat memfasilitasi 59 instansi
dan tahun 2013 sebanyak 73 instansi. Capaian kinerja BKN dari tahun
2010 sampai dengan tahun 2014 bisa dilihat dari grafik 3.5 dibawah ini:
Grafik 3.5 Jumlah instansi pemerintah yang menggunakan sistem
rekrutmen dan promosi dengan CAT
Rekrutmen dan seleksi merupakan salah satu fungsi manajemen
PNS yang strategis. Melalui rekrutmen yang obyektif, akuntabel,
transparan dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, diharapkan
dapat diperoleh PNS yang berkualitas, yang mampu melaksanakan
tugas secara professional. Metode yang telah dan akan terus
dikembangkan oleh BKN dalam proses rekrutmen dan seleksi adalah
system rekrutmen berbabsis kompetensi dengan menggunakan alat
bantu computer (CAT). Dengan metode ini dapat dipastikan
pelaksanaan rekrutmen dan seleksi berlangsung secara adil bagi para
peserta tes, karena pelaksanaanya tidak dapat diintervensi dan
dipengaruhi oleh pihak manapun.
21
Sesuai data grafik diatas dapat dilihat bahwa capaian kinerja
BKN dalam memfasilitasi instansi pemerintah untuk seleksi CPNS Tahun
2014 dengan menggunakan system Cumputer Assisted Test (CAT)
meningkat sangat tajam dibandingkan tahun 2012 dan 2013, dimana
peningkatannya mencapai 378,08% dibandingkan capaian kinerja tahun
2013. Sedangkan capaian kinerja BKN dalam memfasilitasi pelaksanaan
rekrutmen dan seleksi CPNS Tahun 2014 mencapai 349 (tiga ratus
empat puluh sembilan) instansi atau sebesar 498,57%.
Capaian kinerja BKN terkait indikator tersebut untuk tahun
2014 jauh meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terjadi
karena didukung oleh kebijakan pemerintah bahwa untuk tahun 2014
seluruh instansi pusat dan daerah yang memperoleh tambahan alokasi
formasi dalam pelaksanaan seleksinya wajib menggunakan system CAT,
sedangkan pada tahun 2013 instansi masih diberi opsi dalam
pelaksanaan seleksinya, apakah akan menggunakan system CAT atau
Lembar Jawaban Komputer (LJK). Untuk tahun 2014 jumlah instansi
pusat dan daerah yang memperoleh tambahan alokasi formasi
sebanyak kurang lebih 514 (lima ratus empat belas) instansi. Perlu
diketahui bahwa untuk tahun 2014 ada 2 (dua) system CAT dalam
pelaksanaan seleksi CPNS, yaitu : 1. CAT BKN dan 2. UKG On Line.
Dalam pelaksanaan seleksi CPNS Tahun 2014, sebanyak 349
instansi pusat dan daerah dapat difasilitasi oleh CAT BKN sedangkan
selebihnya difasilitasi oleh UKG On Line. Meningkatnya kinerja BKN
dalam memfasilitasi pelaksanaan seleksi CPNS dengan sistem CAT
menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap sistem seleksi
yang dibangun oleh BKN semakin meningkat, karena memang sistem ini
dibangun untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat yang selama
ini menilai bahwa seleksi CPNS banyak dipengaruhi unsur korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN). Disamping itu pelaksanaan seleksi dengan
sistem CAT menurut instansi-instansi yang telah memanfaatkan seleksi
22
dengan menggunakan CAT menilai bahwa metode seleksi ini dapat
berlangsung secara lebih obyektif, akuntabel, transparan dan efisien.
Disamping itu, pemanfaatan sistem CAT ini tidak hanya
digunakan untuk seleksi CPNS semata, namun juga digunakan untuk
fungsi pembinaan PNS, seperti pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
(Diklat), ujian dinas, Kenaikan pangkat, dan promosi jabatan, serta
digunakan untuk kepentingan pemetaan kompetensi pada suatu
instansi.
Di tahun mendatang BKN dapat lebih meningkatkan kinerjanya
dalam memfasilitasi pelaksanaan rekrutmen dan promosi dengan
menggunakan alat bantu komputer (CAT) baik untuk intansi pusat
maupun daerah. Namun agar sistem seleksi dengan CAT yang
dibangun BKN dengan kerja keras dan waktu yang cukup lama ini
dapat tetap eksis dan dipercaya oleh masyarakat luas, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai pengelola dan pelaksana
proses rekrutmen dengan sistem CAT, baik dikantor pusat maupun
kantor-kantor regional BKN,
2. Sarana dan prasarana yang memadai sebagai pendukung
pelaksanaan proses rekrutmen dengan sistem CAT, baik instansi
pusat maupun daerah,
3. Jalur komunikasi data berbasis Virtual Private Network (VPN) yang
ada di BKN Pusat maupun kantor-kantor regional BKN dalam
pendistribusian materi soal tes,
4. Program apliKasi dan materi soal,
5. Integrasi dengan sistem lainnya, antara lain identitas tunggal e-KTP,
aplikasi SSCN (Sistem seleksi CPNS Nasional) sebagai identitas
dalam pendaftaran peserta tes CPNS,
23
6. Sosialisasi Standar Operasional dan Prosedur (SOP) sistem
rekrutmen berbasis kompetensi dengan sistem CAT pada instansi
pusat dan daerah.
Berikut ini disampaikan persentase jumlah Instansi
Pusat/Provinsi/Kab/Kota yang telah memanfaatkan sistem rekrutmen
dan promosi dengan menggunakan alat bantu komputer (CAT).
2.2 Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional analis
kepegawaian
BKN di tahun 2014 menargetkan 600 pertimbangan
pengangkatan jabatan fungsional kepegawaian. Terealisasi sejumlah
550 pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional analis
kepegawaian atau 91,67%. Hal ini disebabkan oleh kesiapan anggaran
instansi, mutasi pegawai, dan belum maksimalnya pengawasan dan
pengendalian pasca diklat.
24
Grafik 3.6 Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional
analis kepegawaian
Berdasarkan data diatas, hingga tahun 2014 Badan
Kepegawaian Negara telah menyelesaikan pertimbangan pengangkatan
jabatan analis kepegawaian sebanyak 2.080 PNS dalam jumlah
akumulatif dari tahun sebelumnya memang bertambah tetapi dalam
satuan tahun terjadi penurunan, sehingga untuk tahun depan
diperlukan evaluasi antara BKN dan instansi lain untuk perkembangan
pengangkatan analis di samping kesanggupan untuk mengangkat secara
formasi, juga untuk lebih cepat mengangkat para calon analis yang
sudah diklat untuk diangkat menjadi analis untuk perpindahan jabatan
serta melakukan inovasi baik berupa peraturan atau program-program
untuk pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional analis kepegawaian
demi terlancarnya penyelenggara manajemen kepegawaian pada setiap
instansi.
Dalam pemenuhan kebutuhan analis kepegawaian dan
peningkatan kompetensi tidak terlepas dari kesiapan instansi pengguna
untuk mengangkat dan melakukan pembinaan terhadap analis
kepegawaian, sehingga BKN dalam menjalankan tugas dan fungsinya
dalam perumusan kebijakan dibidang pembinaan jabatan fungsional
analis kepegawaian sesuai yang telah diamanatkan dalam Undang-
undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
25
III. Sasaran III:
Meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan kepegawaian
3.1 Jumlah rumusan peraturan perundang-undangan yang diselesaikan
Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, maka semua peraturan tentang
manajemen Pegawai Negeri Sipil harus mengacu pada Undang-undang
tersebut. Pada pasal 134 Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014
disebutkan bahwa Peraturan Pelaksanaan dari undang-undang tersebut
harus ditetapkan paling lama 2 tahun terhitung sejak undang-undang
ini diundangkan (tanggal 15 Januari 2014). Di tahun 2014 hanya 1 (satu)
PP yaitu Nomor 21 Tahun 2014 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri
Sipil Yang Mencapai Batas Usia Pensiun Bagi Pejabat Fungsional yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah.
Grafik 3.7 Jumlah rumusan peraturan perundang-undangan
yang diselesaikan
Sesuai data grafik 3.7, BKN pada tahun 2014 mentargetkan
untuk merumuskan dan menetapkan sebanyak 20 naskah rumusan
26
peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian. Dalam
pelaksanaannya, rumusan peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan menjadi peraturan perundang-undangan bidang
kepegawaian sebanyak 26 naskah dalam bentuk PP, Perpres, dan Perka
BKN sehingga capaian kinerja 130%.
IV. Sasaran IV:
Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi informasi
4.1 Indeks kepuasan instansi/ PNS terhadap pelayanan kepegawaian
Untuk mendorong semua pemangku kepentingan baik instansi
pusat maupun daerah agar memanfaatkan teknologi informasi sebagai
upaya peningkatan kualitas pelayanan kepegawaian melalui proses
cepat, tepat, murah, dan terintegrasi dengan didukung peraturan yang
mengikat.
Hal tersebut dilakukan sebagai respon atas tuntutan kinerja
PNS yang terus meningkat maupun kepada CPNS. Untuk mengukur
tingkat keberhasilan pada Sasaran IV yang meliputi Pengadaan CPNS,
Kepangkatan dan Mutasi Kepegawaian, Penetapan Status dan
Kedudukan Kepegawaian serta Penetapan Pensiun menggunakan
metode pengukuran Indek Kepuasan Masyarakat.
Indikator keberhasilan dan capaian kinerja terkait pencapaian
sasaran meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi
informasi dapat dilihat pada grafik 3.8 berikut.
27
Grafik 3.8 Indeks kepuasan instansi/ PNS terhadap pelayanan
kepegawaian
Capaian kinerja Indek kepuasan instansi/ PNS terhadap
pelayanan kepegawaian di BKN meliputi Pengadaan CPNS, Kepangkatan
dan Mutasi Kepegawaian, Penetapan Status dan Kedudukan
Kepegawaian serta Penetapan Pensiun adalah sangat baik. Hasil
pengukuran indikator sasaran meningkatkan pelayanan kepegawaian
berbasis teknologi informasi secara kualitatif capaiannya dalam
kategori sangat memuaskan. Namun segi kuantitatif tingkat
capaiannya masih dibawah target yang diperjanjikan. Adapun
parameternya bukan disebabkan oleh kinerja yang tidak optimal namun
oleh faktor eksternal antara lain belum optimalnya penyelesaian
terhadap penyelesaian CPNS Kategori II yang memerlukan persyaratan
surat pertanggungjawaban mutlak Pejabat Pembina Kepegawaian
(PPK).
Selain hal tersebut terdapat pengangkatan dalam jabatan
tertentu yang tidak memenuhi persyaratan sehingga mengakibatkan
28
PNS yang bersangkutan tidak dapat naik pangkat bahkan pensiunnya
ditetapkan tidak sesuai yang diharapkan.
Adapun perbandingan indikator capaian indek kepuasan
masyarakat terealisasi 80.94 (kategori baik) dari target 79 pada tahun
2012, capaian meningkat menjadi 83,09 (sangat baik) pada tahun 2013
dari target 82, capaian lebih meningkat menjadi 84,48 (sangat baik) dari
target 86 pada tahun 2014 sebagaimana dalam grafik 3.8.
Berdasarkan hasil penilaian responden terhadap kuisioner
layanan kepegawaian yang meliputi pengadaan kepegawaian,
pertimbangan kepangkatan dan mutasi, penetapan pensiun PNS dan
Pejabat Negara serta penetapan status dan kedudukan kepegawaian
periode Januari s/d Desember 2014 terdapat 2 parameter yang
memperoleh skor tertinggi yaitu parameter P9 (Kesopanan dan
keramahan petugas), dan parameter P6 (Kemampuan petugas dalam
memberikan pelayanan). Secara umum tingkat capaian tersebut bila
dilihat dari tahun ketahun menunjukan peningkatan(perbaikan), namun
dari sisi lain masih terdapat 1(satu) penilaian mendapat skor terendah
pada parameter P10 (Ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu
pelayanan) secara kualitas peniliannya masih dalam kategori baik .
Untuk memperbaiki hasil penilian masyarakat pada parameter P 10
pada tahun Anggaran 2015 dan seterusnya diupayakan perbaikan
terhadap penetapan pertimbangan kenaikan pangkat dan mutasi serta
penetapan pensiun PNS golongan ruang IV/b kebawah secara langsung
sebagai amanah dari Perka BKN No 25 Tahun 2013 dan Perka BKN No.
26 Tahun 2013.
Dengan berpedoman Permenpan No 25 tahun 2004 tentang
Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit
Pelayanan Instansi Pemerintah, BKN hanya menggunakan 12 parameter
dari 14 parameter yang ada seperti terurai pada tabel 3.3 berikut.
29
Tabel 3.3
Tabel Parameter Pengukuran
Kode Penjelasan
P1 Kemudahan prosedur pelayanan
P2 Kesesuaian persyaratan pelayanan dengan jenis pelayanan
P3 Kejelasan dan kepastian petugas yang melayani
P4 Kedisiplinan petugas dalam memberikan pelayanan
P5 Tanggung jawab petugas dalam memberikan pelayanan
P6 Kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan
P7 Kecepatan pelayanan
P8 Keadilan mendapatkan pelayanan
P9 Kesopanan dan keramahan petugas
P10 Ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu pelayanan
P11 Kenyamanan di lingkungan unit pelayanan
P12 Keamanan pelayanan
Dari hasil pengolahan data yang diperoleh dari penilaian setiap
unsur parameter yang dinilai responden,maka diperoleh angka rata-
rata secara keseluruhan adalah pada interval nilai 83,09 yang
menempatkan mutupelayanan dengan kategori A (sangat baik). Hasil
penilaian dimaksud dapat dilihat pada tabel 3.4.
30
Tabel 3.4
Tabel Konversi Nilai Mutu Pelayanan
Nilai
Persepsi Nilai Interval
Nilai Interval
Konversi
Kategori
MutuPelayanan
Mutu
Pelayanan
1 1,00 – 1,75 25,00 – 43,75 D TidakBaik
2 1,76 – 2,50 43,76 – 62,50 C KurangBaik
3 2,51 – 3,25 62,51 – 81,25 B Baik
4 3,26 – 4,00 81,26 – 100,0 A SangatBaik
Hasil penghitungan Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap
pelayanan kepegawaian yang diberikan BKN Tahun 2014 dapat dilihat
dalam grafik 3.9
Grafik 3.9 Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap
Pelayanan Kepegawaian Tahun 2014
Responden selain memberikan penilain terhadap layanan
kepegawaian yang diberikan juga memberikan saran/rekomendasi
hasilnya akan menjadi pedoman perbaikan untuk
31
meningkatakan/mempertahankan mutu layanan sehingga kedepan
akan lebih meningkat lagi .
Dari saran dan harapan maupun penilaian yang disampaikan
responden periode Januari s/d Desember 2014, terdapat hal yang
dominan positif yaitu pelayanan mutasi kepegawaian mendapat
penilaian tertinggi 40% sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, tetapi
terdapat pula hal- hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
pelayanan pensiun walaupun penyelesaian pensiun lebih cepat dari
periode batas usia pensiun PNS yang bersangkutan tetapi khusus
untuk yang menduduki gol IV/c masih tergantung instansi lain. Untuk
mengatasi hal tersebutdalam rangka meningkat mutu layanan
kedepan dibuat terobosan dengan menyederhanakan usul penetapan
pertimbangan kenaikan pangkat dan pensiun yang lebih simpel dan
lebih transparan sesuai dengan Peraturan Kepala BKN Nomor 25 Tahun
2013 dan Perka BKN Nomor 26 Tahun 2013. Adapun saran dan harapan
yang disampaikan adalah sebagai berikut:
1) Menyatakan bahwa pelayan sudah bagus sesuai SOP sebesar 40%
2) PelayananPensiun agar semakinCepat.sebesar 27%
3) Perlu disediakan ruang pelayanan sebesar 20%
4) Lain-lain sebesar 13%
Grafik 3.10 Saran dan harapan terhadap Pelayanan
Kepegawaian Tahun 2014
32
Adapun jenis layanan kepegawaian yang diberikan meliputi
pengadaan kepegawaian, pertimbangan kepangkatan dan mutasi,
penetapan pensiun PNS dan Pejabat Negara serta penetapan status dan
kedudukan kepegawaian dengan capaian masing-masing layanan
adalah sebagai berikut:
• Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Pengadaan dan
Kepangkatan
Rata-rata penilaian dari 12 parameter yang digunakan untuk
masing-masing daftar pertanyaan/kuisioner yang disampaikan
kepada responden sebagai instrumen pengukuran diperoleh nilai
indeks sebesar 3,55. Dengan demikian, nilai Indeks setelah
dikonversi dengan nilai dasar menjadi nilai Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM: 3,55 x 25 = 81,29), yang menempatkan penilaian
pelayanan Pengadaan danKepangkatan BKN pada skala interval
62,51 – 81,25 yang berarti mutu pelayanan bernilai A (Sangat Baik).
• Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan Pensiun PNS
dan Pejabat Negara
Pada layanan pensiun nilai rata-rata dari 12 parameter daftar
pertanyaan/kuisioner yang disampaikan kepada para
responden/pelanggan diperoleh nilai indeks sebagai instrument
pengukuran adalah 3,44. Dengan demikian nilai indeks
dikonversikan dengan nilai dasar menjadi 3,44 x 25 = 85,88 yang
berarti pelayanan pensiun PNS dan pejabat negara yang diberikan
BKN dinilai sangat baik berdasarkan tabel penilaian angkat 85,88
berada pada interval 81,26 – 100,00, dengan nilai pelayanan Sangat
Baik.
33
• Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Penetapan
Status dan Kedudukan Kepegawaian
Nilai rata-rata dari 12 parameter daftar pertanyaan/kuisioner yang
disampaikan kepada responden diperoleh indeks sebesar 3,45.
Dengan demikian, nilai indeks tersebut setelah dikonversi dengan
nilai dasar adalah sebesar 86,29 (3,45 x 25). Artinya, pelayanan
penetapan status dan kedudukan pegawai dinilai baik, dimana
berdasarkan tabel penilaian angkat 83,08 berada pada interval
81,26 – 100,00 yang berarti Sangat Baik.
V. Sasaran V:
Meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi
5.1 Persentase database PNS yang akurat dan terkini berdasarkan data
pokok pegawai
Indikator Persentase database PNS yang akurat dan terkini
dimaksudkan untuk melihat tingkat akurasi data pokok PNS. Untuk
mencapai hal tersebut telah dilakukan peremajaan atau penambahan
data dilakukan secara terus menerus sampai dengan akhir tahun 2014.
Indikator tersebut sangat ditentukan dengan perubahan jumlah data
kepegawaian yang dilakukan oleh BKN dan instansi pusat/daerah secara
terintegrasi dengan database kepegawaian di BKN.
34
Grafik 3.11 Persentase database PNS yang akurat dan terkini berdasarkan
data pokok pegawai
Dengan penerapan National Civil Service Information System
(NCSIS) dan sistem aplikasi SAPK dimungkinkan updating data yang
dilakukan oleh unit kepegawaian/BKD yang secara otomatis akan meng-
update database PNS. Dengan demikian, BKN sebagai instansi
pengelola manajemen kepegawaian di Indonesia sebagaimana
diamanatkan dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN akan
memiliki database PNS yang akurat dan mutakhir.
Pada tahun 2014 ditargetkan sebesar 90,00% data PNS menjadi
akurat dan terkini. Persentase ini didasarkan dari target akurasi data
yang dilakukan oleh instansi selama tahun 2014, Namun realisasi
persentasenya hanya sebesar 87,63%. Dengan demikian capaian kinerja
pada indikator ini mencapai 97,37%. Rendahnya tingkat akurasi data ini
dikarenakan tingkat partisipasi dan keaktifan instansi pusat dan daerah
dalam melakukan peremajaan data PNS-nya.
35
5.2 Persentase Instansi Pemerintah yang telah terintegrasi dengan sistem
aplikasi pelayanan kepegawaian (SAPK)
Indikator Persentase Instansi Pemerintah yang telah terintegrasi
dengan SAPK merupakan ukuran terintegrasinya instansi pusat/daerah
dengan jaringan komunikasi data BKN yang berbasis pada jaringan
komunikasi tertutup dengan teknologi Virtual Private Network Internet
Protocol (VPN-IP) Multiprotocol Label Switching (MPLS) yang
merupakan teknologi penyampaian paket data pada jaringan dengan
backbone berkecepatan tinggi sehingga memaksimalkan pemanfaatan
jaringan komunikasi data ini. Dalam perencanaan kinerja indikator ini
diwakilkan oleh persentase instansi yang telah terintegrasi dari
keseluruhan instansi.
BKN menyadari pentingnya Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian secara Unified System atau sistem terpadu untuk
mengurangi simpul birokrasi dalam pelayanan bidang kepegawaian
serta sekaligus menghilangkan duplikasi sistem dan data kepegawaian
sehingga pelayanan kepegawaian akan lebih efektif dan efisien. Untuk
itu penerapan sistem aplikasi kepegawaian secara terintegrasi ditujukan
untuk mendukung pelaksanaan kebijakan pengembangan sistem
informasi kepegawaian berbasis teknologi informasi dan dokumentasi
data. Hal tersebut dilakukan melalui pengelolaan database
kepegawaian dan Pengembangan Sistem Aplikasi Kepegawaian
Berbasis Teknologi Informasi.
36
Grafik 3.12 Persentase instansi pemerintah yang telah terintegrasi
dengan sistem aplikasi pelayanan kepegawaian (SAPK)
Pada tahun 2014 seluruh pelayanan kepegawaian seperti usulan
kenaikan pangkat, usulan pensiun dan usulan penetapan NIP telah
dilakukan secara online dari seluruh instansi baik instansi pusat
maupun daerah. Pada tahun tersebut ditargetkan sebesar 100,00%
instansi pusat/daerah yang telah terintegrasi dengan jaringan
komunikasi data BKN. Namun realisasi persentase instansi yang telah
terintegrasi mencapai 99,80% hal ini dikarenakan masih adanya wilayah
kabupaten dan kota yang belum memiliki jalur komunikasi data yang
bagus meskipun dalam pengembangan sistem informasi kepegawaian
yang berbasis pada aplikasi web yang diiringi dengan peningkatan
hardware dan sistem keamanan pada jalur komunikasi datanya dengan
harapan sistem informasi tersebut dapat diakses dengan menggunakan
jalur komunikasi data publik. Dengan demikian capaian kinerja pada
indikator ini hanya mencapai 98,39% dari target yang telah ditetapkan.
37
5.3 Persentase instansi/ stakeholders yang telah menggunakan sistem
KPE
Indikator Persentase instansi pemerintah/stakeholders yang
telah menggunakan sistem KPE merupakan ukuran telah
diimplementasikannya KPE yang telah diterbitkan oleh BKN telah
dimanfaatkan oleh instansi pemerintah/stakeholder. Dalam
pendekatan pengukuran indikator ini didasarkan pada jumlah instansi
yang telah dilakukan pendataan sistem biometrik PNS dan penerbitan
KPE serta jumlah PNS yang telah memiliki KPE. Namun pemanfaatannya
KPE masih terbatas pada fungsi perbankan yang didukung oleh seluruh
bank pembayar gaji PNS di setiap instansi pemerintah.
Grafik 3.13 Persentase instansi /stakeholders yang telah
menggunakan sistem KPE
Berdasarkan Peraturan Kepala BKN Nomor 7 Tahun 2008
tentang KPE, disebutkan bahwa fungsi KPE antara lain: sebagai
pengganti Karpeg, sebagai alat otentifikasi layanan THT bagi PNS dan
Pensiun, Pelayanan Fasilitas Tabungan Perumahan dan merupakan
38
Dompet Elektronik (e-wallet) atau Kartu ATM. Dalam penghitungan
target dan capaian dengan menggunakan pendekatan cakupan pada
jumlah instansi pusat/daerah yang dilakukan pendataan setiap
tahunnya dan akumulasi dari tahun sebelumnya, serta jumlah PNS dari
setiap instansi juga merupakan target pendataan dalam kegiatan
implementasi sistem biometrik pegawai negeri sipil dan pencetakan
kartu pegawai elektronik ini.
Dari target sebesar 98,50% yang ditetapkan untuk persentase
stakeholders yang telah menggunakan sistem KPE dari jumlah PNS yang
telah memiliki KPE serta keseluruhan stakeholder yang berjumlah 629
pada tahun 2014 yang terdiri dari instansi pusat/daerah, stakeholder
lain (Taspen, Askes dan Bapertarum) dan perbankan baik bank nasional
maupun bank daerah, telah terealisasi 88,42% atau adanya
kekurangandari target yang telah ditetapkan atau pencapaian kinerja
hanya 89,74%.
Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2014 anggaran yang
tersedia di APBN yang semula ditargetkan untuk menyelesaikan
760.000 PNS, dengan adanya efisiensi anggaran pada tahun tersebut
sebesar Rp. 30 Milyar Rupiah, maka Badan Kepegawaian Negara hanya
mampu menyelesaikan pendataan dan pencetakan KPE sebanyak
232.635 kartu.
Dalam perencanaan strategis 2009-2014 bahwa tahun 2014 ini
adalah tahun terakhir untuk proses pendataan KPE dan secara total
telah terselesaikan penerbitan untuk 4,6 juta PNS, dan untuk
perencanaan tahun 2015 kedepan maka proses pendataan dapat
dilaksanakan secara terdistribusi baik di kantor regional BKN maupun
instansi pusat dan daerah. Namun untuk pencetakan kartu masih
dilakukan secara terpusat (sentralisasi) dikarenakan dalam proses
pencetakan dan personalisasi masih harus terkoneksi dengan database
kepegawaian di BKN.
39
Tabel 3.5 Jumlah Pendataan Sistem Biometrik PNS
berbasis Elektronik dirinci menurut Instansi Pusat dan Daerah
Keterangan
Jumlah PNS
Pusat Daerah Total
KegiatanTahun 2008 68,540 456,460 525,000
KegiatanTahun 2009 91,702 533,298 625,000
KegiatanTahun 2010 36,444 723,556 760,000
KegiatanTahun 2011 53,947 96,053 150,000
KegiatanTahun 2012 296,454 363,546 660,000
KegiatanTahun 2013 88,137 856,863 945,000
KegiatanTahun 2014 24,560 208,075 232,635
Total 659,784 3,237,851 3,897,635
Sumber : Badan Kepegawaian Negara
Kegiatan implementasi sistem biometrik pegawai negeri sipil
dan pencetakan Kartu Pegawai Negeri Sipil Elektronik (KPE) mulai
dilaksanakan pada tahun 2008 sebanyak 525.000 PNS, tahun 2009
sebanyak 625.000 PNS, tahun 2010 sebanyak 760.000 PNS, tahun 2011
mengalami penurunan dengan pendataan sejumlah 150.000 PNS, pada
tahun 2013 sebanyak 660.000 PNS dan pada tahun 2014 sebanyak
232.635 PNS. Secara keseluruhan sampai pada tahun 2014 ini sudah
mencakup 3.897.635 PNS atau hampir 90,64% dari total jumlah PNS
aktif saat ini.
40
� Kinerja lain dalam pengembangan sistem pendataran online
Dalam penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil tahun formasi
2014 dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip penerimaan CPNS
secara transparan, akuntabel dan objektif, maka Pemerintah telah
menetapkan kebijakan bahwa proses penerimaan yang transparan,
akuntabel dan objektif harus dimulai dari proses pendaftaran. Untuk
proses pendaftaran calon peserta, pada tahun 2014 khususnya calon
peserta hanya diberikan kesempatan untuk mendaftar di salah satu
instansi penerima sehingga diharapkan tidak adanya peserta yang
mendaftar di dua instansi. Serta pendaftaran harus dilakukan secara
online dan terintegrasi antara instansi pusat maupun daerah.
Untuk mengakomodir kebijakan tersebut maka dibangun portal
panselnas yang disiapkan oleh tim pengolahan panselnas. Untuk sistem
portal panselnas ini telah terintegrasi dengan server kependudukan
melalui web service yang disediakan oleh Dirjen Kependudukan dan
Catatan Sipil, Kementerian Dalam Negeri dengan menggunakan Nomor
Induk Kependudukan (NIK) sebagai identitas tunggal (single identity
number). Sehingga dengan menggunakan NIK maka pendaftar yang
telah mendaftar di salah satu instansi baik pusat maupun daerah tidak
akan bias mendaftar di instansi lain. Setelah mendapat authority yang
berupa user name dan password maka pendaftar bisa melanjutkan
pendaftaran keinstansi yang dituju dengan menggunakan aplikasi
pendaftaran online mandiri dari beberapa instansi atau dengan aplikasi
pendaftaran online yang ada di Badan Kepegawaian Negara (SSCN).
Sistem Pendaftaran Online BadanKepegawaian Negara (SSCN)
telah mampu memenuhi kebutuhan pengguna baik dari masyarakat
umum maupun instansi pemerintah pusat dan daerah. Dengan adanya
dampak dari adanya moratorium 2 tahun terakhir membuat banyaknya
antusiasme dari masyarakat yang mendaftar untuk menjadi CPNS.
41
Secara workflow dari kegiatan pendaftaran dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Pada workflow diatas, portal panselnas akan mengirimkan data
pendaftar pada setiap system pendaftaran online yang dimiliki oleh
setiap instansi, sedangkan untuk instansi yang tidak memiliki aplikasi
pendaftaran online maka menggunakan aplikasi yang telah disiapkan
oleh BKN. Padatahun 2014 ini ada sekitar 510 instansi pusat dan daerah
yang mendapatkan persetujuan formasi dari Kementerian PAN dan RB
sertahanya sekitar 15 Instansi Pusat dan Daerah yang menggunakan
aplikasi pendaftaran online mandiri dan sisanya hampir 490 Instansi
Pusat dan Daerah menggunakan aplikasi pendaftaran online yang ada
di BKN yaitu aplikasi Sistem Seleksi CPNS Nasional (SSCN).
42
SistemSeleksi CPNS Nasional yang dikembangkan oleh BKN pada
tahun 2014 adalah aplikasi yang telah digunakan padatahun 2013 lalu
namun dengan pertambahan jumlah instansi yang menggunakan dan
perkiraan jumlah pendaftar yang meningkat maka diperlukan
perubahan dan penambahan infrastruktur seperti pada gambar
dibawah ini.
Dalam periode pendaftaran maka jumlah pendaftar yang
mengakses di aplikasi pendaftaran online BKN hampir 6 juta pengakses
dengan melakukan hampir 15 session, dan tertinggi hampir 500 ribu
perhari. Sedangkan jumlah pendaftar yang melakukan pendaftaran
43
keinstansi pemerintah pusat dan daerah yang menggunakan sistem
pemdaftaran online BKN kurang lebih 1,5 juta pendaftar dengan rincian
pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.6
JumlahPendaftar yang menggunakan SSCN 2014
Instansi JumlahPendaftar Persentase
InstansiPusat 218.329 13,71%
Instansi Daerah 1.373.941 86,29%
Jumlah 1.592.270 100,00%
Sumber : BadanKepegawaian Negara, 2014
VI. Sasaran VI:
Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan pengendalian
kepegawaian
6.1 Persentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian.
Salah satu dari tugas BKN adalah menyelesaikan pengaduan
kasus-kasus kepegawaian. Pengaduan terkait permasalahan
kepegawaian ini datang dari lingkungan PNS, Lembaga Swadaya
masyarakat, peroangan dari anggota masyarakat. Pada umumnya
mengadukan bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap peraturan
perundangan dibidang kepegawaian.
Penurunan jumlah pengaduan dijadikan indikator bahwa
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh unit pengendalian pegawai
menunjukan peningkatan efektifitas sistem pengawasan pengendalian
kepegawaian.
44
Prosentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap
pelaksanaan peraturan perundangan bidang kepegawaian dengan
target tertentu didasarkan kepada jumlah surat pengaduan yang
diterima tahun sebelumnya. Untuk tahun 2012 ditargetkan penurunan
sebesar 30% dari jumlah surat pengaduan yang masuk pada tahun
2011, kemudian tahun 2013 ditargetkan penurunan sebesar 35% dari
jumlah surat pengaduan yang masuk pada tahun 2012, dan tahun 2014
ditargetkan penurunan sebesar 10% dari jumlah surat pengaduan yang
masuk pada tahun 2013.
Grafik 3.14 Presentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap
pelaksanaan
peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian
Norma, standard dan prosedur penyelenggaraan manajemen
PNS dan pembinaan karier PNS yang tertuang dalam peraturan
perundang-undangan bidang kepegawaian menjadi dasar dan acuan
setiap Pejabat Pembina Kepegawaian untuk menyelenggarakan
pembinaan karier PNS di wilayah kerja masing-masing.
Untuk menjamin setiap Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK)
benar dalam melaksanakan norma, standard dan prosedur yang sudah
45
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan perlu dilakukan
pengawasan dan pengendalian berkesinambungan. Melalui
pengawasan dan pengendalian yang terus menerus diharapkan semua
proses pembinaan karier PNS yang dilakukan dapat terkendali agar
tidak terjadi penyimpangan yang berlanjut disetiap proses
penyelenggaraan manajemen dan pembinaan karier PNS baik di
Instansi Pusat maupun Instansi Daerah.
Sasaran strategis bidang pengawasan dan pengendalian adalah
bagaimana meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan
pengendalian kepegawaian untuk menurunkan pelanggaran
pelaksanaan peraturan perundangan bidang kepegawaian. Upaya untuk
meningkatkan efektifitas pengawasan dan pengendalian peraturan
perundang-undangan bidang kepegawaian pada tahun 2014 Badan
Kepegawaian melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Penyelesaian permasalahan kepegawaian terhadap surat
pengaduan kasus kepegawaian dengan pengelola kepegawaian dan
pengawas internal instansi pusat dan daerah.
Surat pengaduan kasus kepegawaian yang masuk seluruhnya
berjumlah 636 surat, dari jumlah tersebut sudah diselesaikan
sebanyak 501 surat pengaduan dan sisa surat pengaduan yang
belum diselesaikan sebanyak 135 surat.
Surat pengaduan tidak dapat diselesaikan seluruhnya disebabkan
karena ada perubahan struktur organisasi BKN sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 19 tahun 2014 tanggal 17 juli 2014. Perubahan struktur
organisasi tersebut, juga terjadi pada struktur organisasi Deputi
pengendalian kepegawaian.
Target Penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian dari sebesar
10% terealisasi 32,7%. Perbandingan pengaduan kasus-kasus
46
kepegawaian antara tahun 2014 dengan tahun 2013 dari beberapa
jenis kasus kepegawaian, terinformasikan bahwa ada jenis kasus
yang mengalami penurunan dan ada kasus yang meningkat seperti
tersebut dibawah ini :
a. Pengangkatan dan pemberhentian PNS dalam jabatan
struktural pada tahun 2013 sebanyak 133 kasus, terjadi
penurunan menjadi 92 kasus di tahun 2014;
b. Kenaikan pangkat PNS pada tahun 2013 sebanyak 51 kasus,
terjadi penurunan menjadi 11 kasus di tahun 2014;
c. Perkawinan dan perceraian pada tahun 2013 sebanyak 157
kasus, terjadi penurunan menjadi 93 kasus di tahun 2014;
d. Pemberhentian PNS pada tahun 2013 sebanyak 129 kasus,
terjadi penurunan menjadi 71kasus di tahun 2014;
e. Disiplin PNS pada tahun 2013 sebanyak 384, terjadi
penurunan menjadi 270 kasus di tahun 2014;
f. Penyusunan formasi pada tahun 2013 sebanyak 7 kasus, ada
kenaikan menjadi 19 kasus di tahun 2014;
g. Status kepegawaian pada tahun 2013 sebanyak 6 kasus, ada
kenaikan menjadi 14 kasus di tahun 2014;
h. Pensiun PNS pada tahun 2013 sebanyak 23 kasus, ada
kenaikan menjadi 39 kasus di tahun 2014;
i. Mutasi PNS pada tahun 2013 sebanyak 19, ada kenaikan
menjadi 27 kasus di tahun 2014;
47
Grafik 3.15 Jenis pengaduan Kasus-kasus kepegawaian tahun 2013
2. Pelaksanaan pengawasan terhadap implementasi peraturan
perundang-undangan bidang kepegawaian.
Melaksanakan pengawasan dan pengendalian kepegawaian di 83
instansi pemerintah ditingkat Propinsi/Kabupaten/Kota dan Kantor
Regional BKN dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Pemantauan dan Pendataan Jabatan Fungsional tertentu.
b. Pengawasan dan pengendalian berupa evaluasi Penetapan NIP
Tenaga Honorer.
c. Pemantauan seleksi pengadaan CPNS dengan system Computer
Asestet test.
d. Pengawasan dan pengendalian terhadap penyimpangan
peraturan perundangan.
48
3. Bimbingan Teknis bidang kepegawaian kepada pengawas internal
instansi daerah.
Bimbingan teknis dilaksanakan untuk wilayah kerja Kanreg I dan XII
di BKN Pekanbaru, wilayah kerja Kanreg VII dan X di BKN
Palembang, wilayah kerja Kanreg II dan VI di Surabaya, wilayah kerja
Kanreg IV dan XI di BKN Jogjakarta, wilayah kerja Kanreg III dan V di
BKN Bandung, wilayah kerja Kanreg VIII dan IX di BKN Banjarmasin.
4. Mengangkat PNS dalam jabatan Auditor Kepegawaian sesuai
dengan PERMENPAN DAN RB Nomor 40 Tahun 2012 tentang
jabatan Auditor Kepegawaian dan Angka Kreditnya, dan PERKA BKN
Nomor 4 tahun 2013 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Permenpan
dan RB Nomor 40 Tahuin 2012 serta menyelenggarakan Pendidikan
dan Pelatihan Auditor Kepegawaian.
Untuk menjadikan SDM Auditor Kepegawaian dapat bekerja secara
professional untuk mempertajam fungsi pengawasan dan
pengendalian pelaksanaan norma, standard dan prosedur
pembinaan karier PNS.
VII. Sasaran VII:
Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program, sumber daya,
serta pengelolaan administrasi
7.1 Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN
Di tahun 2014 BKN menargetkan memperoleh predikat B untuk
hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP dengan rentang nilai >65-
75. Dari target yang ditetapkan tersebut, BKN di tahun 2014 berhasil
mencapai target tersebut dengan memperoleh predikat B (nilai 65,07).
Jika dilihat capaian kinerja BKN dari tahun 2010 hingga tahun
2014, diketahui bahwa kinerja BKN terkait indikator tersebut secara
49
konsisten mengalami peningkatan dari predikat C di tahun 2010,
predikat CC di tahun 2011 hingga tahun 2013, dan predikat B tercapai
di tahun 2014. Capain kinerja BKN selengkapnya dapat dilihat pada
grafik 3.16 berikut ini.
Grafik 3.16 Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN
Predikat B diperoleh BKN di tahun 2014 terhadap hasil evaluasi
implementasi SAKIP di lingkungan BKN tidak terlepas dari upaya keras
dan serius dari seluruh unit kerja. Beberapa hal-hal yang dilakukan
untuk meningkatkan kualitas implementasi SAKIP BKN yaitu:
1. Ditetapkannya Peraturan Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah di lingkungan Badan Kepegawaian Negara.
2. Melaksanakan reviu terhadap SAKIP BKN yang bertujuan untuk
mengevaluasi implementasi SAKIP di tingkat unit kerja dan
memberikan masukan kepada seluruh unit kerja untuk perbaikan
SAKIP BKN berikutnya.
50
3. Pemantaun dan monitoring berkala capaian kinerja BKN dengan
menggunakan aplikasi Sistem Informasi Akuntabilitas Kinerja (SIAK)
Badan Kepegawaian Negara.
7.2 Opini BPK terhadap laporan keuangan BKN
Opini Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat Opini BPK)
merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran
informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. BKN untuk
ke 5 (lima) kalinya secara berturut-turut sejak tahun 2009 hingga tahun
2013 telah mencapai kriteria tertinggi dalam hal penilaian laporan
keuangan dengan memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
dari BPK
Dengan capaian opini BPK tertinggi tersebut timbul pertanyaan
bagaimana upaya BKN ke depan untuk tetap mempertahankan
penilaian opini BPK. Penurunan kriteria opini BPK, mencerminkan
menurunnya kinerja keuangan BKN, serta memiliki pengaruh pada
pemberian remunerasi dan anggaran dilingkungan BKN. Kriteria laporan
keuangan berkualitas yaitu:
• Laporan keuangan telah bebas dari kesalahan-kesalahan atau
kekeliruan yang material;
• Laporan keuangan disajikan sesuai dengan SAP yang diterapkan
secara konsisten pada laporan sebelum;
• Demikian pula penjelasan yang mencukupi telah disertakan pada
catatan atas laporan keuangan tidak terdapat ketidak pastian yang
cukup berarti;
• Serta sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang
pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara
yaitu:
1) Laporan keuangan yang disajikan telah sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan cukup dalam pengungkapan,
51
2) Ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait
penyajian informasi keuangan telah dipatuhi untuk menyajikan
laporan keuangannya dalam semua hal yang material.
3) Sistem Pengelolaan Keuangan yang didalamnya memenuhi
unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) telah
efektif menghasilkanlaporan keuangan.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas BKN pada tahun
2014 merencanakan untuk tetap mempertahankan opini WTP
walaupun penyajian laporan keuangan yang pada tahun sebelumnya
Berbasis Kas pada tahun 2014 Laporan Keuangan Berbasis Accrual.
Efektifitas pelaksanaan dan strategi Biro Keuangan sebagia
berikut:
1) Melakukan Pembinaan Terus menerus dengan seluruh Unit –unit
Kerja Baik Kantor Pusat maupun Kantor Regional.
2) Peningkatan SDM penyusun laporan keuangan dengan Diklat
Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah (PPAKP)
dan Lulus dengan mendapat Sertifikat.
3) Rekonsiliasi Internal Biro Keuangan dangan Biro Umum dan
Perlengkapan setiap bulan.
4) Rekonsiliasi Biro Keuangan dengan KPPN dan DJPB secara tepat
waktu.
5) Dilakukan review dengan Pengawas Internal setiap bulan, Triwulan,
Semester dan Tahunan.
6) Menyelenggarakan Inhouse Training dan mengikuti Workshop,
Sosialisasi tentang sistem Akuntansi Pemerintah.
7) Melakukan pengendalian dalam pemberian honorarium dan
perjalanan dinas.
52
8) Koordinasi dan Kerja sama yang baik dengan Biro Umum berkaitan
dengan Aset, Biro Perencanaan berkaitan dengan Bagan Akun
Standar (BAS) dan dengan Pembina dari Kementerian Keuangan.
9) Implementasi pencatatan laporan keuangan dari basis kas ke Basis
Acrual.
7.3 Persentase penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensi
Pada tahun 2014 target penempatan pegawai sesuai dengan
kompetensinya adalah sebesar 100%. Target yang maksimal tersebut
dimaksudkan untuk memenuhi azas dalam penempatan pegawai, yakni
prinsip “the right man on the right place”. Prinsip ini menekankan
pentingnya ketepatan dalam penempatan pegawai sesuai dengan
persyaratan jabatan yang didudukinya. Sehingga pegawai yang
ditempatkan pada jabatan yang tepat tersebut dapat bekerja dengan
efektif dan efisien untuk organisasi.
Grafik 3.17 Persentase penempatan pegawai sesuai
dengan kompetensi.
53
Ketepatan dalam penempatan pegawai pada tahun 2014
diprioritaskan pada pegawai yang menduduki jabatan structural dan
Jabatan fungsional. Penetapan prioritas pada jabatan struktural
dikarenakan pejabat struktural berperan penting dalam menentukan
kinerja organisasi, sedangkan jabatan fungsional penempatannya sesuai
dengan tempat dan tugas yang ada angka kredit bagi pejabat
fungsional tersebut. Pada tahun 2014 telah dilakukan mutasi bagi
pejabat analis kepegawaian untuk ditempatkan sesuai dengan
kompetensinya dan pengangkatan impasing bagi pejabat auditor
kepegawaian. Adapun penempatan pejabat structural dan fungsional
tertentu berdasarkan kompetensinya pada tahun 2014 sebesar 100%.
Data Jumlah PNS BKN Berdasarkan Jabatan
IA % IIA % IIIA % IVA % FUNG % PEL %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 BKN Pusat 1.403 6 0,43 29 2,07 79 5,63 170 12,12 471 33,57 648 46,19
2 Kantor Regional I - XIV 1.387 0 0,00 14 1,01 60 4,33 206 14,85 397 28,62 710 51,19
2.790 6 0,22 43 1,54 139 4,98 376 13,48 868 31,11 1.358 48,67 TOTAL
NO. UNIT ORGANISASI JUMLAHJABATAN
FUNGSIONAL
JABATAN
FUNGSIONAL
ESELON
Seorang pegawai untuk dapat menduduki jabatan struktural
maupun fungsional harus melalui uji kompetensi dengan CAT dan
Assessment Center. Untuk meningkatkan kompetensi pegawai
tersebut; maka dilakukan program tugas belajar yang sesuai bidang
kompetensi bekerja sama dengan Bappenas dan Universitas Indonesia.
Sedangkan untuk Jabatan fungsional, pegawai sebelum menduduki
jabatan diberikan pelatihan sesuai dengan bidang jabatan funsional
terlebih dahulu.
Pada tahun 2014 telah berdiri Kantor Regional XIII BKN Banda
Aceh dan Kantor Regional XIV BKN Manokwari. Namun mengingat
54
anggaran, maka untuk kegiatan operasional dan penempatan pegawai
di Kantor Regional tersebut baru dilaksanakan pada tahun 2015.
7.4 Persentase pemenuhan sarana operasional kantor sesuai standar
Sarana operasional kantor meliputi peralatan kerja yang
digunakan pegawai berupa bahan, layanan perkantoran dan peralatan
yang diperlukan dalam melaksanakan tugas serta penggantian
barang/inventaris pegawai meliputi:
keperluan sehari-hari perkantoran antara lain: Alat tulis kantor,
cetakan formulir, alat rumah tangga kantor, langganan koran,
pengepakan dan pengiriman surat-surat dinas.
1) Jamuan rapat dinas, rapat koordinasi dengan instansi terkait.
2) Pembiayaan Kegiatan pengamanan, pramubakti dan sopir.
3) Langganan daya listrik dan telepon serta air
4) Pakaian pegawai, satpam, paramedis
5) Penggantian inventaris lama yang rusak
6) Sewa gudang penyimpanan dokumen keuangan,pensiun
7) Sewa mesin photocopy dan multifunction
8) Pemeliharaan gedung dan bangunan.
9) Pemeliharaan peralatan dan mesin.
Realisasi pemenuhan sarana operasional tersebut sebesar
89,91% dapat dilihat pada grafik 3.18 berikut:
55
100%100%
100%
99.70%
89.91%
100% 100%100%
90% 90%
84%
86%
88%
90%
92%
94%
96%
98%
100%
102%
2010 2011 2012 2013 2014
Realisasi
Target
Grafik 3.18 Persentase pemenuhan sarana operasional kantor sesuai
standar
Dengan adanya perubahan Peraturan Kepala BKN Nomor 19
tahun 2014 tentang SOTK BKN, berakibat kepada perubahan susunan
pimpinan dan pegawai disertai dengan adanya perubahan keperluan
dan penggantian inventaris barang untuk menunjang kinerja pimpinan
dan pegawai, namun demikian dapat terpenuhi dengan anggaran yang
ada dengan melakukan penghematan-penghematan penggantian
inventaris yang sederhana.
1) Langganan daya listrik:
Penyediaan anggaran untuk biaya langganan daya listrik dalam
POK diperkirakan tidak cukup untuk membayar kebutuhan listrik dalam
1 tahun akibat adanya kenaikan biaya TDL (tarif Daya Listrik) bertahap:
• Kebutuhan biaya listrik 12 bulan x Rp. 511.071.000 = Rp.
6.541.638.000 (100%)
• Tersedia anggaran (POK) 12 bulan x Rp.492.823.000 =
Rp 5.913.876.000, (90,40%)
• Realisasi biaya listrik 12 bln x Rp.502.034.389 = Rp.6.024.412.668
(91,57%)
56
Kenaikan ini diakibatkan adanya penggunaan ruang CAT BKN
yang dipakai untuk menunjang pengadaan CPNS K/L/D/I pusat yang
diluar prediksi untuk penggunaannya, namun target 90% tersebut
dapat dipenuhi dengan melakukan tingkat penghematan penggunaan
listrik lift gedung II yaitu dengan menghidupkan lift mulai jam kerja dan
30 menit sebelum berakhirnya jam kerja, serta menghimbau kepada
para pegawai agar tidak menggunakan listrik yang tidak perlu dalam
menggunakan peralatan elektronik kantor.
Untuk penyediaan anggaran kekurangannya dengan
penghematan keperluan sehari-hari perkantoran yaitu penghematan
biaya pakaian kerja pegawai, menghemat kegiatan rapat-rapat dinas
yang kurang penting, dan penghematan dari pemeliharaan peralatan
dan mesin.
2) Pemeliharaan gedung dan bangunan, pemeliharaan peralatan dan
mesin.
Untuk tahun anggaran 2014 anggaran pemeliharaan masih
mencukupi tetapi hal ini dilakukan dengan adanya beberapa
penghematan di beberapa kegiatan, untuk kegiatan ditahun anggaran
2015 terdapat penambahan anggaran pemeliharaan dikarenakan
adanya kenaikan harga dari spesifikasi barang untuk pemeliharaan
serta pelayanan gedung ASN Ciawi yang mulai melaksanakan
operasionalnya maka pemeliharaan khususnya peralatan dan mesin
akan bertambah.
7.5 Indeks kepuasan publik terhadap ketersediaan layanan informasi BKN
Layanan informasi BKN di lakukan oleh Biro humas BKN melalui
media cetak, media elektronik/teknologi informasi komunikasi (TIK) dan
hotline service. Media cetak antara lain berupa buletin, majalah,
pamflet, brosur, leaflet, brosure, surat edaran, annual report, dan
jurnal kepegawaian. Adapun TIK yang dimanfaatkan oleh BKN meliputi:
website www.bkn.go.id, twitter: bkn_ri, Fans Page Facebook: Badan
57
kepegawaian Negara ‘BKN’ Republik Indonesia, TV Informasi, Anjungan
Layanan Informasi dan Running Text. Untuk hotline service Humas BKN
menggunakan sambungan 021-80882815.
Pada 2014, website www.bkn.go.id merilis 270 berita.
Sedangkan untuk bulletin/majalah majalah BKN terbit 3 edisi dengan
kapasitas 4.500 eksemplar per terbit. Sedangkan Runing text merilis
sebanyak 50 informasi. Fans Page Facebook: Badan kepegawaian
Negara ‘BKN’ Republik Indonesia sendiri memiliki 75.199 liker dengan
berbagai varian informasi kepegawaian.
Guna mengetahui tingkat kepuasan publik terhadap layanan
informasi kepegawaian BKN, dilakukan melalui e-polling dan kotak
suara dari para tamu yang berkunjung ke BKN. Ada pun jumlah tamu
yang berkunjung ke BKN dan memanfaatkan E-Polling pada tahun 2014
sebanyak 4517 orang. Dari 4517 orang tersebut, bisa terlihat data tabel
3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.7 Data hasil E-Polling
No Kategori Angka
Respond
en
2013
%
Respon
den
2014
% Peningkatan
/ Penurunan
1 Sangat Baik 90-100 182 32,38 2210 48,92 16,54
2 Baik 75-89 234 45,70 1631 36,10 9,60
3 Cukup 60-74 76 14.84 664 14,70 0,14
4 Buruk 50-59 15 2,93 3 0,06 2.87
5 Sangat Buruk Di bawah
50
5 0,98 9 0,19 0,79
Jumlah 512 100 4517 100
58
Dari tabel tersebut di atas tergambar bahwa layanan informasi
kepegawaian BKN mengalami peningkatan indeks kepuasan dengan
kategori sangat baik sebanyak 16,54%. Sementara untuk kategori
sangat buruk mengalami penurunan sebesar 0,79%.
Peningkatan indeks kepuasan publik tersebut disebabkan
bertambahnya jenis dan media layanan komunikasi yang memudahkan
masyarakat dalam mengakses informasi kepegawaian, baik melalui
facebook, twitter, diskusi interaktif melalui siaran TV, telepon, media
cetak surat kabar, dan majalah.
BKN juga telah membentuk berbagai sarana dan kelengkapan
untuk pelaksanaan UU 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik, seperti SOP dan ruang rapat Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi (PPID), tim PPID, dan berbagai sarana pendukung lainnya
(formulir dan regulasi terkait).
VIII. Sasaran VIII:
Meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana prasarana kantor
8.1 Indeks kepuasan pegawai terhadap sarana dan prasarana kantor yang
tersedia
Indeks kepuasan pegawai terhadap sarana dan prasarana kantor
yang tersedia. Indeks kepuasan pegawai merupakan tingkat
apresiasi/pendapat yang dirasakan oleh pegawai terhadap tersedianya
sarana kerja (keperluan sehari-hari perkantoran) yang disediakan Biro
Umum untuk mendukung penyelesaian pekerjaan pegawai di unit
kerjanya. Sedangkan kepuasan terhadap prasarana kantor adalah
pendapat pegawai terhadap tersedianya sarana gedung, perlengkapan
meubelair, komputer, suasana ruangan (cahaya, suhu udara,
kebersihan, tempat perkir, tempat toilet) yang disediakan Biro Umum.
59
Untuk memperoleh indeks kepuasan pegawai, dilakukan dengan
memnyampaikan kuesioner terhadap pegawai yang mewakili unit kerja,
terakhir dilakukan pada bulan Desember 2014 dengan hasil sebagai
berikut.
Indikator/kriteria tingkat kepuasan pegawai terhadap pelayanan
penyediaan sarana dan prasarana kantor adalah:
1. Kemudahan prosedur pelayanan, unit kerja menyampaikan A-15
(formulir permintaan barang), Memo dinas (permintaan proses
pengadaan barang/jasa dan perbaikan peralatan)
2. Kejelasan dan kepastian petugas yang melayani, pegawai di unit
Biro Umum sudah dibagi tugasnya dengan jelas, sesuai SKP.
3. Kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan, tingkat
pendidikan,ketrampilan dan pengalaman petugas untuk menangani
permasalahan sarana prasarana cukup memadai
4. Kecepatan pelayanan, standar waktu dalam merespon permintaan
dilakukan dengan proses klarifikasi permintaan, konfirmasi kondisi
peralatan yang ada dan jawaban atas permintaan (tersedia atau
menunggu diberikan barang atau menunggu peralatan diperbaiki
atau diadakan)
5. Kenyamanan lingkungan unit pelayanan, unit kerja menyatakan
bahwa kondisi sarana dan prasarana di unit kerjanya cukup nyaman
(kebersihan, cahaya lampu, warna dinding ruangan, suhu udara
ruangan) dirasakan nyaman.
6. Tanggung jawab petugas dalam memberikan pelayanan, petugas
selalu memberikan penjelasan atas tugas yang dilaksanakan kepada
unit kerja yang meminta layanan sarana dan prasarana.
• Responden (kuesioner) untuk 29 unit kerja.
• Yang menjawab 29 unit kerja.
60
Dari 29 unit kerja ( 100 %) menjawab:
• sangat baik (sangat setuju) 4,64 %
• baik (setuju) 73,91 %
• cukup baik ( kurang setuju) 20,00 %
• kurang baik (tidak setuju) 1,45 %
100 %
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa di tahun 2014 unit
kerja di BKN yang menyatakan puas sebanyak 78,55% dan yang
menyatakan cukup puas sebanyak 21,45%.
8.2 Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana
Pada tahun 2014 indikator persentase pemenuhan standar
sarana dan prasarana mengacu pada Permen PU Nomor 45 tahun 2007
tentang Pembangunan Gedung Milik Negara ditetapkan target 100%.
Hasil pengukuran dari indikator tersebut diperoleh dari terpenuhi
standar sarana dan prasarananya yaitu pengadaan 2 unit lift gedung III
BKN, yang sudah terealisasi 100% per tanggal 15 desember 2014.
Capaian kinerja BKN dari tahun 2010 hingga 2014 pada indikator
Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana dapat dilihat
pada grafik 3.19 berikut.
60.00 65.00 70.00 72.00
100.00
60.0065.00
70.00
75.00100.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
2010 2011 2012 2013 2014
Realisasi
Target
Grafik 3.19 Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana
61
B. Realisasi Anggaran Badan Kepegawaian Negara Tahun 2014
a. Pagu Anggaran
Pada tahun 2014 BKN mendapatkan pagu anggaran sebesar
Rp 542.955.113.000,- (Lima ratus empat puluh dua milyar sembilan ratus lima
puluh lima juta seratus tiga belas ribu rupiah). Sesuai dengan surat Menteri
Keuangan Nomor S-347/MK.02/2014 tanggal 14 Juni 2014 tentang perubahan
pagu anggaran belanja K/L dalam APBN-P, BKN mengalami pemotongan anggaran
sebesar Rp 40.693.519.000,- sehingga pagu anggaran BKN menjadi Rp
502.261.594.000,- (Lima ratus dua milyar dua ratus enam puluh satu juta lima
ratus sembilan puluh empat ribu rupiah). Adapun rincian pagu anggaran setelah
dipotong sebagai berikut :
Tabel 3.8
Rincian Pemotongan Anggaran BKN Tahun 2014
Program Pagu Awal Pemotongan Pagu setelah di
potong
Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas
Lainnya sebesar
Rp.382.413.413.000 Rp.3.203.884.000 Rp. 379.209.529.000
Peningkatan Sarana
dan Prasarana
Aparatur BKN
Rp.33.820.000.000 Rp. 700.965.000 Rp. 33.119.035.000
Penyelenggaraan
Manajemen
Kepegawaian Negara
sebesar
Rp.126.721.700.000 Rp. 36.788.670.000 Rp. 89.933.030.000
Jumlah Rp.542.955.113.000 Rp.40.693.519.000 Rp.502,261.594.000
62
Besaran pemotongan tersebut sebagian diperoleh dari
efisiensi/optimalisasi dari semua unit kerja yang diperoleh dari biaya
perjalanan dinas, honorarium kegiatan, biaya rapat-rapat di luar kantor dan
ditambah dari KPE sebesar kurang lebih 70%. Konsekuensi dari pemotongan ini
adalah pengurangan volume pencetakan kartu KPE sebanyak 650.000 kartu
dari yang semula sebanyak 945.000 kartu, namun dapat melanjutkan seluruh
kegiatan lainnya secara optimal.
Pagu anggaran setelah efisiensi tersebut digunakan untuk membiayai 3
(tiga) Program dengan rincian :
1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
(01) sebesar Rp 379.209.529.000,- anggaran ini digunakan untuk
membiayai kegiatan sebagai berikut :
a) Belanja pegawai sebesar Rp 185.807.725.000,-
b) Tunjangan kinerja pegawai sebesar Rp.104.000.000.000,-
c) Belanja barang operasional kantor sebesar Rp.64.394.251.000,-
d) Belanja barang non operasional lainnya sebesar Rp 25.007.553.000,-
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BKN (02) sebesar
Rp.33.119.035.000,- anggaran ini digunakan untuk membiayai kegiatan
sebagai berikut :
a) Pembangunan/pengadaan/peningkatan sarana dan prasarana BKN
Pusat sebesar Rp.1.500.000.000,- untuk Pengadaan Lift Gedung III BKN ;
b) Pembangunan/pengadaan/peningkatan sarana dan prasarana Kantor
Regional I s/d XII BKN sebesar Rp. 31.619.035.000,-
3. Program Penyelenggaraan Manajemen Kepegawaian Negara (06) sebesar
Rp.89.933.030.000,- anggaran ini digunakan untuk membiayai kegiatan
terkait tugas pokok dan fungsi di bidang penyelenggaraan manajemen
kepegawaian negara baik untuk Kantor Pusat maupun Kantor Regional
sebagaimana berikut :
63
1) Kegiatan Prioritas Bidang
a) Perencanaan kepegawaian dan formasi (sub kegiatan penataan
PNS) sebesar Rp.1.662.400.000,-
b) Penilaian kompetensi calon pejabat struktural instansi pemerintah,
dan konseling kepegawaian sebesar Rp.1.385.384.000,-
c) Pembangunan, pengembangan sistem informasi dan pengolahan
data base kepegawaian sebesar Rp.5.940.139.000,-
d) Pengembangan operasional jaringan komunikasi dan informasi
kepegawaian (Sub Kegiatan Pembangunan Sistem Biometrik PNS
berbasis elektronik, penerbitan KPE) sebesar Rp.13.559.916.000,-
e) Perumusan kebijakan rekrutmen dan kinerja pegawai (Sub kegiatan
pengembangan sistem rekrutmen dengan CAT
System/pembangunan CAT station pada 4 kantor regional) sebesar
Rp.2.825.916.000,-
f) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian bimbingan teknis
bidang kepegawaian pada instansi Pusat dan Daerah sebesar
Rp.4.061.195.000,-
2) Kegiatan Prioritas KL
a) Perumusan kebijakan di bidang pembinaan jabatan fungsional
analis kepegawaian (Sub kegiatan penyelenggaraan Diklat Analis
Kepegawaian calon pejabat fungsional analis kepegawaian
sebanyak 1 angkatan tingkat terampil dan 12 angkatan tingkat
keahlian) sebesar Rp. 4.061.195.000,-
b) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bidang kepegawaian
(Sub kegiatan penyelenggaraan Diklat Analis Kepegawaian calon
pejabat fungsional analis kepegawaian sebanyak 1 angkatan tingkat
terampil dan 1 angkatan tingkat keahlian sebesar Rp.570.600.000,-
64
c) Kegiatan rutin penyelenggaran tugas pokok dan fungsi bi dang
manajemen kepegawaian Negara lainnya sebesar
Rp.55.309.636.000,-
3) Realisasi anggaran BKN
Realisasi anggaran BKN tahun 2014 adalah sebesar Rp
461.695.135.312,- atau sebesar 91,92% dengan rincian sebagaimana
pada tabel 3.9.2.
65
Tabel 3.9
Realisasi Anggaran BKN Per Program
Kode dan Uraian Program
Anggaran
Pagu Realisasi %
1 2 3 4 5
01 Dukungan Manajemen
dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya
379.209.529.000,- 346.622.605.038,- 91,41
02 Peningkatan Sarana dan
Prasarana Aparatu
Aparatur BKN
33.119.035.000,- 31.658.209.645,- 95,59
06 Penyelenggaraan
Manajemen Kepegawaian
negara
89.933.030.000,- 83.414.320.629,- 92,75
Jumlah 502.261.594.000 461.695.135.312 91,92
Tabel 3.10
Realisasi Anggaran BKN Per Satuan Kerja
KODE SATUAN KERJA PAGU
REALISASI ANGGARAN
RP %
088 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA 502.261.594.000,- 461.695.135.312,- 91,92
017220 BKN PUSAT 310.261.413.000,- 283.060.939.813,- 91,93
017241 KANREG I BKN YOGYAKARTA 25.154.699.000,- 22.647.113.287,- 90,03
66
KODE SATUAN KERJA PAGU
REALISASI ANGGARAN
RP %
450454 KANREG II BKN SURABAYA 19.788.874.000,- 18.541.444.557,- 93,70
017237 KANREG III BKN BANDUNG 17.279.667.000,- 16.288.719.566,- 94,27
560635 KANREG IV BKN MAKASSAR 17.909.554.000,- 17.371.418.826,- 97,00
606254 KANREG V BKN DKI JAKARTA 20.812.844.000,- 19.677.638.720,- 94,55
606261 KANREG VI BKN MEDAN 14.599.682.000,- 13.187.655.994,- 90,33
622372 KANREG VII BKN PALEMBANG 11.897.885.000,- 11.360.708.444,- 95,49
622386 KANREG VIII BKN BANJARMASIN 10.491.178.000,- 10.125.443.818,- 96,51
622390 KANREG IX BKN JAYAPURA 10.860.695.000,- 9.624.170.842,- 88,61
667882 KANREG X BKN DENPASAR 13.279.699.000,- 12.391.518.918,- 93,31
667896 KANREG XI BKN MANADO 11.570.191.000,- 10.597.863.561,- 91,60
667901 KANREG XII BKN PEKANBARU 18.355.213.000,- 16.820.498.966,- 91,64
67
BAB IV
PENUTUP
Hasil pengukuran target kinerja BKN di tahun 2014 menunjukkan bahwa
terdapat 11 indikator kinerja yang tercapai bahkan berhasil melampaui target kinerja.
Diantaranya adalah pemanfaatan sistem rekrutmen dan promosi dengan
menggunakan alat bantu komputer (CAT) oleh instansi lain, yang semula ditargetkan
70 instansi, tercapai 349 instansi. Hal lain adalah opini WTP yang diberikan oleh BPK
kepada BKN sejak tahun 2010 sampai dengan 2014, mencerminkan bahwa dalam lima
tahun berturut-turut laporan keuangan BKN dianggap telah mampu memberikan
informasi yang bebas dari salah saji material, berdasarkan bukti-bukti audit yang
dikumpulkan, dan BKN dianggap telah menyelenggarakan prinsip akuntansi yang
berlaku umum dengan baik.
Indeks Kepuasan Publik merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui
tingkat pelayanan yang diberikan dibandingkan dengan harapan yang dimiliki oleh
publik. Untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi, BKN
memberikan layanan dengan menyediakan berbagai sarana melalui media facebook,
twitter, diskusi interaktif melalui siaran TV, telepon, media cetak surat kabar, maupun
majalah. Indek Kepuasan publik terhadap ketersediaan layanan BKN meningkat
menjadi Sangat Baik, data ini diperoleh melalui kotak suara dan e-polling yang
disediakan dan dikunjungi oleh 4.517 orang.
Selain telah tercapainya beberapa target kinerja yang telah ditetapkan namun
masih terdapat beberapa indikator kinerja yang belum tercapai dikarenakan kendala-
kendala ekternal yang dihadapi, antara lain disebabkan oleh adanya pemotongan
anggaran KPE kurang lebih 70% dari pagu sehingga pencetakan volume KPE yang
semula 945.000 kartu menjadi hanya 650.000 kartu.
68
Hal lain yang merupakan kendala bagi pencapaian target kinerja adalah belum
optimalnya pengangkatan Analis Kepegawaian oleh instansi masing-masing yang
menyebabkan target pemberian pertimbangan jabatan fungsional Analis kepegawaian
yang semula 600 hanya tercapai 550 pertimbangan. Untuk meningkatkan capaian
kinerja tersebut, tahun berikutnya diperlukan optimalisasi pengawasan pasca diklat
Analis Kepegawaian.
Secara umum untuk meningkatkan kinerja BKN di RPJM lima tahun mendatang
tahun 2015-2019, perlu ditetapkan Renstra dengan sasaran strategis yang memiliki
indikator-indikator yang jelas dan terukur sesuai dengan tugas pokok fungsi BKN
berdasarkan Undang-undang No.5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Faktor
internal yang mendukung peningkatan kinerja BKN adalah komitmen pimpinan dan
pegawai sesuai dengan visi BKN. Sedangkan faktor eksternal yang mendukung adalah
komitmen dari para stakeholder untuk melaksanakan manajemen kepegawaian sesuai
peraturan perundang-undangan dengan membangun koordinasi dan komunikasi yang
lebih intens dan harmonis. Regulasi yang sesuai dengan perubahan lingkungan
strategis diharapkan menjadi pondasi yang menopang pelaksanaan manajemen
kepegawaian yang lebih baik, sehingga cita-cita Aparatur Sipil Negara yang profesional
dapat tercapai.
Terkait dengan pencapaian sasaran strategis I, yaitu Meningkatkan Efektivitas
Sistem Perencanaan dan Pengembangan Kepegawaian. Memperhatikan indikator
kinerja utama ke-2 dari sasaran dimaksud, yakni persentase instansi pemerintah yang
menerapkan standar kompetensi jabatan, terlihat bahwa realisasi capaian sasaran
kinerja peningkatan efektivitas Sistem Perencanaan dan Pengembangan Kepegawaian
hanya sebesar 28% dari target semula sebesar 30%. Hal ini disebabkan oleh belum
tersosialisasikannya standar kompetensi manajerial dan teknis dengan baik di
lingkungan instansi pemerintah, terutama pada tataran pejabat pengambil kebijakan,
belum teralokasikannya anggaran di lingkungan BKN yang secara khusus
diperuntukkan kegiatan fasilitasi penyusunan/perumusan standar kompetensi, serta
terbatasnya jumlah fasilitator.
69
Terkait dengan pencapaian sasaran strategis VII, yaitu Meningkatkan
Efektivitas Koordinasi Perencanaan Program, Sumberdaya dan Pengelolaan
Administrasi. Memperhatikan indikator kinerja utama 3 yakni persentase penempatan
pegawai yang sesuai dengan kompetensinya, terlihat bahwa realisasi capaian sasaran
kinerjanya hanya sebesar 90% dari target semula sebesar 100%. Hal ini disebabkan
oleh keterbatasan anggaran dan pertimbangan keluarga dalam memindahkan
pegawai.
Untuk meningkatkan kinerja BKN tahun berikutnya diperlukan adanya
perbaikan kualitas perencanaan dan pelaksanaan kinerja, terutama pada kedua
sasaran kinerja yang capaiannya belum optimal, yaitu sasaran strategis I dan sasaran
strategis VII.
Langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pencapaian kinerja pada
sasaran I adalah dengan penyusunan modul kompetensi manajerial dan teknis,
melaksanakan workshop dan piloting standar kompetensi manajerial dan teknis.
Sedangkan langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan capaian kinerja sasaran
VII adalah dengan memastikan biaya penempatan dan pemindahan pegawai
mendapatkan dukungan anggaran yang memadai serta mempertimbangkan faktor
keluarga dalam penempatan pegawai.
Lampiran 1
Lampiran 2
PENGUKURAN KINERJA
BADAN KEPAGAWAIAN NEGARA
TAHUN 2014
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %
I
Meningkatkan
efektifitas sistem
perencanaan dan
pengembangan
kepegawaian.
1. Persentase instansi
pemerintah yang
menerapkan kebijakan
penataan kepegawaian
(rightsizing) di
lingkungannya.
80%
80%
100%
2. Persentase instansi
pemerintah yang telah
menerapkan standar
kompetensi jabatan di
lingkungannya.
40%
42,33%
106%
3. Persentase instansi
pemerintah yang
menerapkan penilaian
kompetensi PNS dalam
pengembangan karier
kepegawaian di
lingkungannya.
18% 18,50% 103%
4. Persentase instansi
pemerintah yang
menghitung kebutuhan
formasi PNS dengan
tepat sesuai NSP.
50%
50%
100%
II Meningkatkan sistem
pembinaan kinerja
yang optimal
1. Jumlah instansi
pemerintah yang telah
memanfaatkan system
rekrutmen dan
promosi dengan
menggunakan alat
bantu computer (CAT).
70
Instansi
349
Instansi
498%
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %
2. Jumlah pertimbangan
pengangkatan jabatan
fungsional Analis
Kepegawaian.
600
Analis
Kepegaw
aian
550
Analis
Kepegaw
aian
91,67%
III Meningkatkan
kualitas rumusan
perundang-undangan
kepegawaian.
Jumlah rumusan
peraturan perundang-
undangan yang
diselesaikan.
20
Naskah
26
Naskah
130%
IV Meningkatkan
pelayanan
kepegawaian berbasis
teknologi informasi
Indeks kepuasan
instansi/ PNS terhadap
pelayanan kepegawaian.
Sangat
Baik
(nilai :
86)
Sangat
Baik
(nilai :
84,48)
98%
V Meningkatkan sistem
informasi
kepegawaian yang
terintegrasi.
1. Persentase database
PNS yang akurat dan
terkini berdasarkan
data pokok pegawai.
90%
87,63%
97,37%
2. Persentase instansi
pemerintah yang telah
terintegrasi dengan
sistem aplikasi
pelayanan
kepegawaian (SAPK).
100%
99,80%
99,80%
3. Kartu PNS dan
elektronik (KPE) yang
diselesaikan.
98,5% 88,42% 90%
VI Meningkatkan
efektifitas sistem
pengawasan dan
pengendalian
kepegawaian.
Persentase penurunan
tingkat pelanggaran
terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-
undangan di bidang
kepegawaian.
10% 32,70% 327%
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %
VII Meningkatkan
efektifitas koordinasi
perencanaan
program, sumber
daya, serta
pengelolaan
administrasi
1. Hasil evaluasi terhadap
implementasi SAKIP
BKN.
B B
(65,07)
100%
2. Opini BPK terhadap
laporan keuangan BKN.
WTP WTP 100%
3. Persentase
penempatan pegawai
yang sesuai dengan
kompetensi.
100% 100% 100%
4. Persentase
pemenuhan sarana
operasional kantor
sesuai standar.
90%
89,91%
99,9%
5. Indeks kepuasan publik
terhadap ketersediaan
layanan informasi BKN.
Baik Sangat
Baik
100%
VIII Meningkatkan
pemenuhan standard
dan mutu sarana
prasarana kantor.
1. Indeks kepuasan
pegawai terhadap
sarana dan prasarana
kantor yang tersedia.
Baik
Baik
100%
2. Persentase
pemenuhan standar
sarana dan prasarana.
100% 100% 100%
CAPAIAN KINERJA
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TAHUN 2010 - 2014
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama 2010 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
I Meningkatkan
efektifitas sistem
perencanaan dan
pengembangan
kepegawaian.
1. Persentase instansi
pemerintah yang
menerapkan kebijakan
penataan kepegawaian
(rightsizing) di
lingkungannya.
2. Persentase instansi
pemerintah yang
menerapkan standar
kompetensi jabatan di
lingkungannya.
3. Persentase instansi
pemerintah yang
menerapkan penilaian
kompetensi PNS dalam
pengembangan karier
kepegawaian di
lingkungannya.
NA
5%
10%
NA
6,10%
10,4%
NA
10%
12%
NA
7,33%
11,24%
30%
10%
14%
40%
8,67%
13,22%
50%
30%
16%
76%
28%
16,33%
80%
40%
18%
80%
42,33%
18,50%
Lampiran 3
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama 2010 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
4. Persentase instansi
pemerintah yang
menghitung kebutuhan
formasi PNS dengan
tepat sesuai NSP.
20% 18,40% 25% 26,60% 30% 32,67%
50% 71,33% 50% 50%
II Meningkatkan
sistem
pembinaan
kinerja yang
optimal.
1. Jumlah instansi
pemerintah yang telah
memanfaatkan sistem
rekrutmen dan
promosi dengan
menggunakan alat
bantu computer (CAT).
2. Jumlah pertimbangan
pengangkatan jabatan
fungsional analis
kepegawaian.
10
Instansi
100
analis
10
Instansi
185
analis
14
Instansi
200
analis
17
Instansi
227
analis
20
Instansi
150
analis
59
Instansi
348
analis
25
Instansi
600
analis
73
Instansi
770
analis
70
Instansi
600
analis
349
Instansi
550
analis
III Meningkatkan
kualitas rumusan
perundang-
undangan
kepegawaian.
Jumlah rumusan
peraturan perundang-
undangan yang
diselesaikan.
9
naskah
22
naskah
15
naskah
39
naskah
11
naskah
27
naskah
15
naskah
33
naskah
20
naskah
26
naskah
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama 2010 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
IV Meningkatkan
pelayanan
kepegawaian
berbasis
teknologi
informasi.
Indeks kepuasan
instansi/ PNS terhadap
pelayanan
kepegawaian.
76
(Baik)
75,68
(Baik)
76
(Baik)
79,65
(Baik)
79
(Baik)
80,94
(Baik)
82
(Sangat
Baik
83,09
(Sangat
Baik)
86
(Sangat
Baik
84,48
(Sangat
Baik)
V Meningkatkan
sistem informasi
kepegawaian
yang terintegrasi.
1. Persentase database
PNS yang akurat dan
terkini berdasarkan
data pokok pegawai.
2. Persentase Instansi
Pemerintah yang telah
terintegrasi dengan
sistem aplikasi
pelayanan
kepegawaian (SAPK).
3. Persentase instansi/
stakeholders yang
telah menggunakan
sistem KPE.
40%
20%
50%
60,27%
20,44%
41,73%
50%
40%
60%
67,53%
98%
52,87%
75%
100%
75%
75,15%
98,39%
83,14%
80%
100%
85%
82%
98,89%
90,30%
90%
100%
98,50%
87,63%
99,80%
88,42%
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama 2010 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
VI Meningkatkan
efektifitas sistem
pengawasan dan
pengendalian
kepegawaian.
Persentase penurunan
tingkat pelanggaran
terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-
undangan bidang
kepegawaian.
15%
19%
20%
26,7%
30%
31,8%
35%
35,3%
10%
32,70%
VII Meningkatkan
efektifitas
koordinasi
perencanaan
program, sumber
daya, serta
pengelolaan
administrasi.
1. Hasil evaluasi terhadap
implementasi SAKIP
BKN.
2. Opini BPK terhadap
laporan keuangan BKN.
3. Persentase
penempatan pegawai
yang sesuai dengan
kompetensi.
4. Persentase
pemenuhan sarana
operasional kantor
sesuai standar.
CC
WTP
45%
100%
C
(48,53)
WTP
45%
100%
CC
WTP
55%
100%
CC
(52,83)
WTP
50%
100%
B
WTP
60%
100%
CC
(54,59)
WTP
60%
100%
B
WTP
100%
90%
CC
(60,23)
WTP
90%
99,70%
B
WTP
100%
90%
B
(65,07)
WTP
100%
89,91%
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama 2010 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
5. Indeks kepuasan publik
terhadap ketersediaan
layanan informasi BKN.
Baik
Cukup
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sangat
Baik
VIII Meningkatkan
pemenuhan
standar dan mutu
sarana prasarana
kantor.
1. Indeks kepuasan
pegawai terhadap
sarana dan prasarana
kantor yang tersedia.
2. Persentase
pemenuhan standar
sarana dan prasarana.
Baik
60%
Cukup
60%
Baik
65%
Cukup
65%
Baik
70%
Baik
70%
Baik
75%
Baik
72%
Baik
100%
Baik
100%