bab-10-1989-cek__20090203111020__1792__9

86
PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

Upload: rizzal-lia

Post on 24-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ekonomi transportasi

TRANSCRIPT

PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

BAB X

PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

A. PENDAHULUAN

Dalam rangka pelaksanaan pokok-pokok kebijaksanaan yang ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, selama Repelita IV telah dilakukan berbagai pembangunan di bidang prasarana jalan dan jembatan, angkutan jalan raya, angkutan kereta api, angkutan sungai, danau dan penyeberangan, perhubungan laut, perhubungan udara, meteorologi dan geofisika, pos dan giro, telekomunikasi Serta pariwisata. Pelaksanaan pembangunan itu telah dapat meningkatkan kapasitas prasarana dan saran perhubungan yang diarahkan untuk dapat memperlancar arus barang dan jasa sehingga dapat memberikan pelayanan yang semakin meningkat kepada masyarakat.

Hasil pelaksanaan pembangunan selama tahun 1984/85, 1985/86, 1986/87, 1987/88 dan tahun 1988/89 telah dipadukan dan diserasikan prioritasnya dengan perkembangan kegiatan dan pertumbuhan masing-masing subsektor perhubungan. Dalam hubung-an ini terus diupayakan untuk memberikan keanekaragaman jasa dengan pola pelayanan yang semakin seimbang, terpadu dan saling mengisi. Hasil-hasilnya telah dapat pula memantapkan sistem distribusi dan pemasaran hasil produksi di seluruh wilayah tanah air dan merupakan faktor pendorong keseimbangan pertumbuhan antar daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing daerah.

Upaya peningkatan efisiensi dan efektifitas penyediaan jasa perhubungan juga telah dilakukan. Terutama dalam tahun-tahun terakhir Repelita IV semakin diupayakan untuk menyempurnakan peraturan-peraturan di bidang perhubungan, pariwisata, telekomunikasi, pos dan giro. Penyempurnaan pengelolaan unit-unit usaha dan kelembagaan jasa perhubungan juga terus diusahakan sehingga telah dapat pula meningkatkan keandalan dan mutu pelayanan bagi masyarakat.

Antara lain karena luasnya wilayah Kawasan Nusantara, meningkatnya permintaan akan jasa perhubungan yang memadai, cukup murah, aman dan lancar, sampai pada akhir Repelita IV belum seluruhnya dapat dipenuhi. Keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi antara lain adalah dalam menambah kapasitas prasarana dan sarana yang ads.

Di bidang perhubungan darat, adanya pertumbuhan kegiatan pembangunan dan meningkatnya kondisi dan meluasnya jaringan prasarana jalan telah mendorong pertumbuhan armada angkutan jalan raya. Di bidang angkutan sungai, danau dan penyeberangan, perkembangan angkutan penumpang, barang dan kendaraan mengalami pasang dan surut. Dalam angkutan kereta api selama Repelita IV tampak bahwa tingkat kenaikan dalam jumlah angkutan barang-km adalah lebih besar dari tingkat kenaikan angkutan penumpang-km.

Dalam usaha meningkatkan produktivitas jasa angkutan laut sejak tahun 1984/85 sampai dengan tahun 1986/87 telah dikeluarkan beberapa kebijaksanaan yang bertujuan meningkatkan efisiensi kapasitas kapal yang laik beroperasi, yaitu dengan menghentikan beroperasinya kapal-kapal yang berusia di atas 25 tahun. Sementara itu telah dikeluarkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1985 mengenai kebijaksanaan pelancaran arus barang di pelabuhan-pelabuhan guna meningkatkan kegiatan ekonomi. Kebijaksanaan ini mencakup penyempurnaan beberapa peraturan di bidang perhubungan laut, seperti pengaturan gudang laut dan bongkar muat dari dan ke kapal, penataan kembali organisasi Administrator Pelabuhan beserta unit kerjanya, penataan kembali pembinaan tenaga kerja bongkar muat. Di samping itu INPRES tersebut juga menetapkan penambahan jumlah pelabuhan yang dapat disinggahi oleh kapal-kapal niaga asing sehingga menjadi 118 pelabuhan. Selanjutnya itu, mengingat pentingnya peranan angkutan laut dalam mendorong kegiatan pembangunan nasional, telah pula dilakukan penyempurnaan peraturan dalam bentuk kebijaksanaan deregulasi, yaitu Peraturan

Pemerintah No. 17 Tahun 1988 tentang pengusahaan dan penyelenggaraan angkutan laut yang lebih dikenal dengan Paket November 21. Tujuan kebijaksanaan ini adalah memberikan kemudahan kepada perusahaan pelayaran baik untuk mengadakan investasi armada maupun untuk pengoperasiannya. Atas dasar peraturan itu perusahaan pelayaran yang hanya memiliki 1 buah kapalpun diizinkan beroperasi dan bebas memilih trayek yang akan dilayari.

Di bidang perhubungan udara, upaya-upaya peningkatan kemampuan daya dukung landasan-landasan udara, penambahan fasilitas telekomunikasi dan keselamatan penerbangan serta penambahan armada penerbangan, terus dilakukan.

Pembangunan jasa pos dan giro terus pula mendapat perhatian dan diarahkan pada usaha untuk menjadikan ibu kota kecamatan sebagai sentra pelayanan pos. Fasilitas pelayanan di ibu kota kecamatan menjadi batu loncatan untuk pelayanan pos dan giro ke desa-desa sekitarnya. Di samping itu pelayanan ke desa-desa di lingkungan kecamatan dapat pula berbentuk Pos Keliling Desa atau Rumah Pos yang pelaksanaannya diawasi oleh Kantor Pos dan Giro Pembantu.

Pembangunan di bidang telekomunikasi umum dalam negeri, yang meliputi pembangunan sentral telepon otomat, telegrap, teleks, transmisi, jaringan kabel dan sarana penunjangnya, telah berhasil meningkatkan mutu pelayanannya. Sedangkan pembangunan prasarana dan sarana telekomunikasi umum internasional telah berhasil ditingkatkan sehingga dapat memperluas fasilitas Sambungan Langsung Internasional, telex, birofax, dan komunikasi data dengan banyak negara.

Hasil-hasil pembangunan di bidang meteorologi dan geofisika yang telah dapat dicapai sampai dengan tahun 1988/89 juga sangat berarti.

Dalam bidang pariwisata, adanya resesi dunia yang berkepanjangan rupa-rupanya tidak banyak mempengaruhi pertumbuhan wisatawan asing ke Indonesia. Sejak tahun 1983 arus wisatawan asing ke Indonesia terus meningkat. Kenaikan tersebut dapat terjadi terutama karena diusahakannya peningkatan pembangunan pariwisata secara terus menerus. Usaha pembangunan itu meliputi pengadaan, perluasan dan penyempurnaan objek-objek wisata, penataan dan pembinaan kelembagaan industri jasa pariwisata, peningkatan promosi pariwisata serta perluasan jenis dan pasar pariwisata. Kemampuan daya saing variasi

produk wisata Indonesia telah pula ditingkatkan, baik dari segi mutu, jenis maupun nilai jual produk wisata lama dan produk wisata baru. Selanjutnya, melalui kebijaksanaan yang tertuang dalam Paket 24 Desember 1987 beberapa terobosan telah dilakukan di bidang peraturan kelembagaan, keimigrasian, rute penerbangan dan bidang perizinan usaha pariwisata.

Uraian secara lebih rinci mengenai hasil-hasil pelaksanaan pembangunan di sektor perhubungan dan pariwisata selama Repelita IV serta kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditempuh dan masalah-masalah yang timbul selama itu disajikan dalam uraian di bawah ini.

B. PELAKSANAAN PEMBANGUNAN 1. Perhubungan Darat

a. Jalan

Selama Repelita IV pembangunan prasarana jalan terus dilaksanakan secara luas, menjangkau jaringan jalan nasional, jalan propinsi, jalan di wilayah perkotaan dan jalan kabupaten. Usaha-usaha pokok yang telah dilaksanakan adalah memelihara dan meningkatkan kapasitas pelayanan ruas-ruas jalan melalui program rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan, program penunjangan jalan dan jembatan, program peningkatan jalan dan penggantian jembatan serta program pembangunan jalan dan jembatan baru. Sasaran yang dicapai selama Repelita IV untuk program pemeliharaan jalan adalah sepanjang 94.223 km, program penunjangan jalan sepanjang 66.925 km, program peningkatan jalan sepanjang 15.484 km dan penggantian jembatan sepanjang 37.088 m. Melalui program pembangunan jalan baru telah dibangun jalan sepanjang 1.047,9 km dan jembatan sepanjang 2.213,5 m serta jalan tol sepanjang 224,3 km.

Sesuai dengan pertumbuhan lalu lintas yang terjadi, terutama sepanjang ruas-ruas jalan yang mempunyai nilai sosial dan ekonomi yang tinggi, maka pelaksanaan pembangunan prasarana jalan dilakukan secara bertahap dengan tetap mengusahakan agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan umur rencana jalan. Jumlah panjang jalan arteri dan kolektor dalam keadaan mantap telah meningkat dari sepanjang 14.515 km pada tahun 1983/84 menjadi sepanjang 27.480 km pada tahun 1988/89 atau naik sebesar 89,3%. Panjang jaringan jalan dalam kondisi tidak mantap telah menurun, dari 23.758 km pada tahun 1983/84

menjadi 17.072 km pada tahun 1988/89, sedangkan jaringan jalan dalam kondisi kritis juga semakin berkurang. Usaha peningkatan jalan belum seluruhnya dapat menjangkau semua daerah dan untuk mempertahankan tingkat pelayanan pada ruas-ruas jalan yang belum mantap telah dilakukan kegiatan perbaikan melalui program penunjangan jalan dan jembatan. Kegiatan tersebut bersifat sementara dan mempunyai masa pelayanan yang relatif lebih pendek.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan kelancaran lalu lintas antar kabupaten dan antar propinsi, serta untuk mendorong pertumbuhan pembangunan di daerah pedesaan dan pusat-pusat produksi, dalam Repelita III juga telah dilakukan pro-gram peningkatan jalan dan jembatan kabupaten/lokal. Kegiatannya juga meliputi peningkatan jalan yang menuju wilayah pemukiman transmigrasi, obyek-obyek pariwisata ataupun jalan utama menuju wilayah perkebunan. Berkembangnya pemukiman baru di kota-kota besar serta terjadinya urbanisasi, telah menimbulkan kemacetan lalu lintas di wilayah perkotaan. Untuk menanggulangi masalah tersebut dilaksanakan program pembangunan jalan baru yang bertujuan untuk meningkatkan mobilitas angkutan barang dan penumpang serta mendorong penyebaran pembangunan yang lebih seimbang di kota-kota besar.

Di samping itu telah pula dikembangkan metode-metode pekerjaan peningkatan jalan yang disesuaikan dengan kapasitas daya dukung sumber alam dan peningkatan penggunaan bahan baku yang diperoleh di dalam negeri. Untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan jembatan, telah dilakukan pembangunan pabrik jembatan baton pratekan di DI Aceh (Beureuneun), propinsi Bengkulu (Bengkulu), propinsi Jawa Tengah (Buntu) dan propinsi Sulawesi Tengah (Poso). Di samping itu telah dilakukan kegiatan pendidikan dan keterampilan tenaga teknisi di tingkat pusat dan daerah serta pembinaan yang terus menerus atas kemampuan para kontraktor dalam negeri agar mampu bersaing dalam pekerjaan yang memerlukan persyaratan internasional.

Hasil-hasil yang dicapai dalam tahun 1988/89 berupa rehabilitasi dan pemeliharaan jalan sepanjang 29.573 km dan jembatan 16.857 m, penunjangan jalan sepanjang 17.813 km dan jembatan 9.686 m, peningkatan jalan sepanjang 3.424 km, penggantian jembatan sepanjang 11.820 m, pembangunan jalan baru sepanjang 165 km, jalan tol sepanjang 68 km dan jembatan baru sepanjang 823 m, serta pengadaan bahan jembatan rangka baja 14.000 m dan pipa pancang baja 6.720 m; pengadaan peralatan jalan 575 unit, peralatan bengkel 1.216 unit dan peralatan

laboratorium 227 unit. Sedangkan hasil pelaksanaan penunjangan jalan dan jembatan kabupaten dalam tahun 1988/89 adalah sepanjang 14.150 km dan 64.729 m.

Rincian hasil-hasil pelaksanaan pembangunan di bidang prasarana jalan sejak akhir Repelita III sampai dengan tahun 1988/89 dapat dilihat dalam Tabel X-1, sedangkan perkembangan jaringan jalan dalam kondisi mantap, tidak mantap dan kritis dapat dilihat dalam Tabel X-2 dan Grafik X-1.

b. Angkutan Jalan Raya

Pembangunan di bidang prasarana lalu lintas dan angkutan jalan raya dilakukan sejalan dengan pelaksanaan peningkatan kapasitas prasarana jalan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kelancaran, ketertiban dan keselamatan lalu lintas angkutan jalan raya serta meningkatkan kesadaran masyarakat atas ketentuan dan peraturan lalu lintas dan angkutan jalan raya. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain adalah melakukan penyuluhan yang diharapkan akan dapat bermanfaat bagi kelancaran dan keselamatan lalu lintas angkutan jalan raga, pelaksanaan uji petik, penetapan pola trayek angkutan jalan raya dan penyempurnaan pedoman perizinan angkutan barang dan penumpang. Berkaitan dengan hal tersebut dikembangkan pula peningkatan pelayanan angkutan darat berupa jasa angkutan kota, antar kota dan angkutan perintis dengan memperhatikan keterpaduan pelayanannya dengan angkutan karats api dan angkutan sungai, danau dan penyeberangan.

Dalam mendukung kegiatan tersebut telah dibangun fasilitas terminal penumpang dan barang, rambu lalu lintas, lampu lalu lintas persimpangan, tanda permukaan jalan, dan pagar pengaman jalan. Hasil-hasil pelaksanaan pembangunan di bidang-bidang tersebut selama Repelita IV adalah: alat pengujian kendaraan bermotor 24 unit, rambu lalu lintas 34.277 buah, lampu lintas persimpangan 42 unit, tanda permukaan jalan 56.610 meter, pagar pengaman jalan 5.084 meter. Penambahan fasilitas lalu lintas dan angkutan jalan raga tersebut dilakukan terutama untuk menunjang kelancaran lalu lintas sejalan dengan pertumbuhan yang sangat pesat dari jumlah sarana angkutan jalan raya. Apabila pada tahun 1983/84 sarana angkutan jalan rays yang terdiri dari bis, truk, mobil penumpang dan sepeda motor berjumlah 5.883.750 buah, pada akhir tahun anggaran 1988/89 jumlah sarana angkutan jalan rays itu telah meningkat menjadi 9.674.246 buah, atau meningkat rata-rata sebesar 10,49%/tahun. Rincian mengenai perkembangan pertum-

TABEL X 1

REALISASI PROGRAM-PROGRAM

DI BIDANG JALAN DAN JEMBATAN

1983/84 1988/89

1) Angka diperbaikiX/9

TABEL X - 2

PANJANG DAN KONDISI JALAN ARTERIDAN JALAN KOLEKTOR,1983/84 - 1988/89(Km)

GRAFIK X - I

PANJANG DAN KONDISI JALAN ARTERI DAN JALAN KOLEKTOR,1983/84 - 1988/89

buhan sarana angkutan jalan raya tersebut dari tahun 1983/84 - 1988/89 dapat dilihat dalam Tabel X-3 dan Grafik X-2. Sedangkan hasil pembangunan fasilitas keselamatan angkutan jalan raya dari tahun 1983/84 - 1987/88 dapat dilihat dalam Tabel X-6.

Sementara itu, pelayanan angkutan umum di wilayah perkotaan yang pelaksanaannya dikelola oleh swasta, koperasi atau badan usaha milik pemerintah terus diusahakan peningkatannya. Khususnya dua badan usaha milik pemerintah telah ditugaskan membantu penyediaan angkutan umum di wilayah perkotaan, yaitu Perum PPD dan Perum DAMRI. Keikutsertaan kedua badan usaha milik pemerintah itu bertujuan membantu terlaksananya keter-aturan dan keandalan pelayanan kepada masyarakat. Untuk maksud tersebut dalam tahun 1988/89 Perum PPD menyediakan armada sebanyak 2.716 unit kendaraan bis kota. Sedangkan Perum DAMRI pada tahun 1988/89 mempunyai 1.129 unit bis kota yang tersebar di berbagai kota-kota; di Surabaya 212 unit, Medan 122 unit, Semarang 159 unit, Tanjung Karang 52 unit, Bandung 315 unit, Ujung Pandang 55 unit, Surakarta 40 unit, Jember 23 unit, Dili 25 unit, Banda Aceh 17 unit, Manado 10 unit, Yogyakarta 19 unit, Palembang 10 unit. Di samping itu Perum tersebut juga menyediakan untuk pelayanan pelabuhan udara Juanda (Surabaya) 10 unit, dan untuk Bandar Udara Soekarno - Hatta 60 unit (Tabel X-4). Selain itu telah pula dikembangkan sistem angkutan darat perintis yang dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan angkutan umum, khususnya di wilayah-wilayah yang berpotensi tetapi belum berkembang, dan di daerah terisolir. Sampai akhir tahun anggaran 1988/89 telah dioperasikan 170 unit bis perintis di daerah-daerah perintis. Di Bengkulu sebanyak 15 bis perintis, Pangkal Pinang 8 bis, Ambon 5 bis, Mataram 7 bis, Dili 15 bis, Lubuklinggau 15 bis, Biak 6 bis, Manokwari 5 bis, Banda Aceh 15 bis, Palembang 10 bis, Merauke 4 bis, Jayapura 15 bis, Kupang 10 bis, Sumbawa 7 bis, Padang 10 bis, Sorong 7 bis, Ende 5 bis, Palu 5 bis, dan Samarinda 6 bis (Tabel X-5).

Pelaksanaan pembangunan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan raya itu telah membantu meningkatkan terciptanya keterpaduan pelayanan angkutan darat yang makin lancar, aman dan efisien, menurunkan angka kecelakaan lalu lintas dan mendorong pertumbuhan dan kegiatan pembangunan.

c. Angkutan Kereta Api

Pelayanan angkutan kereta api meliputi angkutan hasil produksi pertanian, perkebunan, industri dan pertambangan,

TABEL I - 3

JUMLAH ARMADA ANGKUTAN JALAN RAYA,1983 - 1988(buah)

Repelita IV

No.Janis Armada198319841985198619871988 1)

1.B i e160.260184.333228.196291.085334.741371.562

2.T r u k717.873809.504884.391880.6701.012.7701.124.174

3.Mobil Penumpang869.940841.717997.2521.034.5781.189.7641.320.638

4.Sepeda Motor4.135.6774.687.9124.760.6925.366.2646.178.2636.857.872

Jumlah5.883.7506.523.4666.870.5317.572.5978.715.5389.674.246

% kenaikan/tahun-10,875,3210,2215,0911,00

1) Angka sementara

GRAFIK X-2

ARMADA ANGKUTAN JALAN RAYA,1983/84 - 1988/89

TABEL X - 4

BIS KOTA (PPD DAN DAMRI),1983/84 - 1988/89

Repelita IV

No.Kotamadya1983/841984/851985/861986/871987/881988/89

1.Jakarta1.6151.0171.7971.8752.9962.716

2.Surabaya202197220220220212

3.Me d a n121128138138153122

4.Semarang141149167179179159

5.Tanjung Karang516159474752

6.Bandung156169229229229315

7.Ujung Pandang202020202055

8.Surakarta172025252540

9.Jember--17171723

10.Dili---252525

11.Banda Aceh---171717

12.Manado-----10

13.Yogyakarta-----19

14.Palembang-----10

15.Juanda/Surabaya-----10

16.Sukarno Hatta-----60

Jumlah2.3231.7612.6722.7923.9283.845

TABEL X - 5

ARMADA BIS PERINTIS,

1983/84 - 1988/89

Repelita IV

No.Kotamadya1983/841984/851985/861986/871987/881988/89

1.Bengkulu262528231915

2.Pangkalpinang9999118

3.A m b o n77121285

4.Mataram755587

5.Di 1i202025252015

6.Lubuklinggau5778815

7.B i a k9777106

8.Padang55991410

9.Manokwari566655

10.Sorong8881057

11.Banda Aceh191717171715

12.Palembang11665510

13.Merauke555544

14.Jayapura122328283715

15.Kupang25666510

16.Sumbawa999977

17.Ende-----5

18.Palu-----5

19.Samarinda-----6

Jumlah182165187184183170

TABEL X - 6

PEMBANGUNAN FASILITAS KESELAMATANANGKUTAN JALAN RAYA.1983/84 - 1988/89

Repelita IV

No.Jenis ArmadaSatuan1983/841984/851985/861986/871987/881988/89

1.Alat Pengujian Kendaraanunit756742

2.Rambu Lalu Lintasbuah10.2936.5008.6778.5005.4005.200

3.Lampu Lintas Persimpanganunit *)11111120--

4.Tanda Permukaan Jalanmeter27.50012.50034.11010.000--

5.Pagar Pengaman Jalanmeter3.1221.8642.820400--

6.Pusat Pengujian Kendaraan

BermotorunitLLLLLL

7.Alat Komunikasiunit3515---

8.Mesin Pengetok Plat Ujibuah-58---

9.Tempat Tunggu Bis Kotabuah-154413-

Keterangan

1 Unit *) = 4 lampu

L = Lanjutan

X/15termasuk angkutan penumpang di daerah perkotaan serta pelayanan angkutan penumpang antar kota. Pelaksanaan pembangunan di bidang angkutan kereta api selama lima tahun Repelita IV ditujukan terutama untuk melanjutkan rehabilitasi dan peningkatan prasarana dan sarana angkutan kereta api serta peningkatan pengelolaan dan pengusahaannya agar dapat melayani kebutuhan angkutan penumpang, barang dan ternak yang terus meningkat. Untuk mencapai hal tersebut selama Repelita IV telah dilaksanakan rehabilitasi dan peningkatan jalan kereta api sepanjang 1.647,7 km, rehabilitasi gerbong 4.316 buah, rehabilitasi lok diesel 241 buah, rehabilitasi jembatan baja sebanyak 211 buah dan pembangunan Terminal Peti Kemas Gedebage (Jabar). Di samping itu juga telah diupayakan penambahan sarana angkutan baru, terutama berupa perakitan kereta penumpang dan gerbong barang produksi dalam negeri, dengan rincian perakitan 128 buah kereta penumpang dan 1.026 buah gerbong. Yang tersebut terakhir terdiri dari gerbong batu bara, gerbong semen, gerbong angkutan semen, gerbong angkutan pupuk, gerbong angkutan kelapa sawit dan gerbong angkutan ternak. Sementara itu telah pula dilakukan pemasangan perangkat sinyal semi elektrik di sebanyak 140 stasiun dan perangkat sinyal elektrik di 4 stasiun serta penyelesaian pemasangan pintu perlintasan listrik sebanyak 328 buah.

Sebagai hasil dari upaya-upaya pembangunan tersebut pelaksanaan kegiatan operasi telah dapat ditingkatkan sehingga lebih banyak kereta api yang berangkat dan datang tepat waktu. Lagi pula jarak tempuh rata-rata bagi pelayanan angkutan penumpang jarak jauh maupun dekat juga meningkat. Demikian pula halnya di bidang angkutan barang, jasa pelayanan angkutan kereta api telah pula menjadi salah satu jenis pelayanan angkutan yang semakin dapat diandalkan. Produksi angkutan penumpang dan barang dengan kereta api terus mengalami peningkatan baik dalam volume yang diangkut maupun kilometer yang ditempuh. Jumlah penumpang diangkut, yang pada tahun 1983/84 berjumlah 47.430.000 orang, naik menjadi 52.518.000 orang pada tahun 1988/89, atau meningkat dengan rata-rata 2,08% per tahun. Dalam periode yang sama penumpang-kilometer telah pula meningkat dari 6.313 juta menjadi 8.020,3 juta, atau naik rata-rata sebesar 5,05% setiap tahun. Jumlah barang yang diangkut bahkan mengalami tingkat peningkatan yang lebih besar, dari 5.400.000 ton pada tahun 1983/84 menjadi 11.416.000 ton pada tahun 1988/89, atau meningkat dengan rata-rata sebesar 16,35% per tahun. Begitu pula ton-kilometer barang meningkat dengan rata-rata 21,10% per tahun dari 951.200.000 ton-km pada tahun 1983/84 menjadi 2.708.000.000 ton-km pada tahun 1988/89 (Tabel X-7 dan Grafik X-3).

TABEL X - 7

PRODUKSI JASA ANGKUTAN KERETA API,1983/84 - 1988/89(ribu)

Repelita IV

No.Jenis ArmadaSatuan1983/841984/851985/861986/871987/881988/89

1.Penumpangorang47.43047.10047.50049.63050.06252.518

% kenaikan/tahun(- 0,70)(+ 0,85)(+ 4,48)(+ 0,87)(+ 4,90)

2.Penumpang-Kmorang x Km6.313.0007.260.0007.051.1527.327.186-7.744.0008.020.000

% kenaikan/tahun(+ 15,00)(- 2,88)(+ 3,91)(+ 5,69)(+ 3,56)

3.BarangTon5.4006.2586.8907.6809.08311.416

% kenaikan/tahun(+ 15,89)(+ 10,10)(+ 11,47)(+ 18,62)(+25,68)

4.Barang-KmTon x Km951.2001.094.0001.341.0001.458.0001.901.0002.708.000

% kenaikan/tahun(+ 15,01)(+ 22,58)(+ 8,72)(+ 30,38)(+42,45)

X/17GRAFIK X - 3

PRODUKSI JASA ANGKUTAN KERETA API,1983/84 - 1988/89

X/18

Kegiatan rehabilitasi telah menghasilkan kondisi prasarana jalan kereta api yang semakin baik dan kapasitasnya semakin dapat memenuhi kebutuhan tekanan gandar untuk kegiatan operasi yang lebih efisien. Apabila dalam tahun 1983/84 panjang jalur kereta api dalam keadaan baik dan sedang adalah 2.235 km, maka pada tahun 1988/89 meningkat menjadi 3.601 km atau sama dengan 81,3% dari jaringan lintas raya yang panjangnya 4.432 km. Dari jumlah tersebut sepanjang 3.500 km di antaranya dapat dilalui dengan kecepatan 80 km/jam dengan tekanan gandar lebih dari 14 ton. Demikian pula halnya di bidang sarana gerbong, waktu putar rata-rata telah dapat diturunkan dari 10 hari pada tahun 1983/84 menjadi 6 hari dalam tahun 1988/89. Perkembangan produksi jasa angkutan kereta api sejak tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1988/89 serta perkembangan peningkatan fasilitas prasarana dan sarana kereta api dapat dilihat dalam Tabel X-7 dan Tabel X-8.

d. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

Peningkatan fasilitas angkutan sungai, danau dan penyeberangan terus mendapatkan perhatian dengan dilaksanakannya pengembangan armada pelayaran, peningkatan fasilitas dermaga dan terminal, pembangunan rambu-rambu sungai dan laut, serta pembersihan dan pengerukan alur pelayaran. Hasil-hasil yang dicapai sampai tahun kelima Repelita IV antara lain adalah: pembangunan 5 buah kapal penyeberangan, 1 buah kapal sungai dan 1 buah kapal danau, pembangunan 7 dermaga penyeberangan dan 3 dermaga sungai dan pembangunan 2 buah terminal sungai. Di samping itu untuk meningkatkan keselamatan pelayaran telah dibangun 1.390 buah rambu sungai dan 7 buah rambu laut, serta dilakukan pengerukan lumpur sebanyak 101.419 m3. Selanjutnya telah dilakukan pula rehabilitasi atas 31 kapal penyeberangan, 14 dermaga penyeberangan, 6 dermaga sungai dan 7 dermaga danau.

Saat ini lintas penyeberangan yang telah dapat dilayani secara teratur adalah penyeberangan antara Balohan Malaha-yati, Meulaboh - Sinabang, Palembang - Kayu Arang, Bangka - Belitung, Merak - Bakauhuni, Kalipucang - Cilacap, Ujung - Kamal, Jangkar - Kalianget, Ketapang - Gilimanuk, Padangbai - Lembar, Lombok - Tano, Sape - Komodo - Labuhan Bajo, Laran-tuka - Kupang, Kupang - Rote, Kupang - Sabu, Larantuka Wai-werang, Lewoleba - Larantuka, Kupang - Kalabahi, Penajam - Balikpapan, Bajo - Kolaka, Bira - Pamatata, Torubolu - Tampo, Luwuk - Salakan, Poka - Galala, Hunimoa - Waipirit dan Sorong - Jefman. Di samping itu telah dapat dilakukan penyeberangan

TABEL X 8

PELAKSANAAN REHABILITASI DANPENGADAAN FASILITAS PER-KERETA-APIAN,1983/84 1987/88

(buah)

X/20

sungai dan danau secara teratur di lokasi-lokasi Kodya Pontianak, Sekura, Kartiasa Merauke, Sungai Kapuas, Sungai Sambas, Danau Sentani dan Danau Toba. Keseluruhan lintasan-lintasan tersebut dilayani oleh 80 buah kapal penyeberangan, yang terdiri dari 47 buah kapal milik pemerintah dan 33 buah kapal perusahaan swasta. Di bidang angkutan sungai dan danau lebih dari 86.000 buah kapal dari berbagai ukuran telah dioperasikan untuk melayani 144 sungai dengan 500 trayek lebih. Sedangkan untuk melayani desa-desa terpencil di sepanjang sungai-sungai telah pula dioperasikan 5 buah Truk Air sebagai sarana keperintisan.

Hasil dari pembangunan fasilitas angkutan sungai, danau dan penyeberangan di atas telah meningkatkan jumlah penumpang dan barang yang dapat diangkut setiap tahunnya. Kalau pada tahun 1983/84 penumpang yang diangkut adalah 18.005 ribu orang, barang sebanyak 4.753 ribu ton, dan angkutan kendaraan berjumlah 1.585 ribu buah, penumpang yang diangkut pada tahun 1988/89 menjadi 41.560 ribu orang, angkutan barang 10.741 ribu ton dan angkutan kendaraan 3.067 ribu buah. Perkembangan jasa angkutan sungai, danau dan penyeberangan sejak tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1988/89 dapat dilihat dalam Tabel X-9.

2. Perhubungan Laut

Pembangunan di bidang perhubungan laut dalam Repelita IV bertujuan untuk dapat memperlancar arus barang dan penumpang di dalam dan ke luar negeri. Dalam mencapai tujuan tersebut telah dilaksanakan usaha-usaha meningkatkan kapasitas prasarana dan sarana perhubungan laut Serta meningkatkan efisiensi pengelolaannya. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi rehabilitasi, penggantian dan penambahan kapasitas sarana dan prasarana perhubungan laut yang terdiri dari: armada pelayaran, fasilitas pelabuhan, pengerukan alur pelayaran, keselamatan pelayaran, kesyahbandaran, telekomunikasi pelayaran dan fasilitas pengamanan laut dan pantai. Hasil-hasil yang telah dicapai selama Repelita IV (1984/85 - 1988/89) adalah sebagai di bawah ini.

a. Bidang Pelayaran

Pengembangan kegiatan di bidang pelayaran yang terdiri dari pelayaran samudera, pelayaran nusantara, pelayaran lokal, pelayaran rakyat dan pelayaran perintis, diarahkan agar seluruhnya menjadi sistem pelayaran yang terpadu, sehingga dapat memenuhi kebutuhan angkutan laut yang teratur. Untuk mencapai tujuan tersebut sejak Repelita I sampai dengan tahun keempat

TABEL X - 9

ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN,1983/84 - 1988/89

Repelita IV

No.Jenis AngkutanSatuan1983/841984/851985/861986/871987/881988/89

1.Angkutan Penumpangribu orang18.00522.72724.92637.80441.58341.560

% kenaikan/tahun(26,23)(9,68)(51,66)(0,63)(- 0,05)

2.Angkutan Barangribu ton4.7535.6214.8556.1126.35510.741

% kenaikan/tahun(18,26)(-13,63)(25,89)(3,98)(69,01)

3.Angkutan Kendaraanribu buah1.5852.6591.8632.9013.0463.067

% kenaikan/tahun(67,76)(-29,94)(55,72)(5,00)(0,69)

X/22Repelita IV (1987/88) telah dilakukan pengaturan mengenai penempatan armada pelayaran nasional dalam suatu sistem trayek. Penempatan ini disesuaikan dengan kebutuhan angkutan laut yang dapat menunjang perdagangan dalam dan luar negeri. Tetapi sejak 21 November 1988 melalui Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1988 tentang pengusahaan dan penyelenggaraan angkutan laut, penetapan pengisian trayek diberikan sepenuhnya kepada pengusaha pelayaran. Kemudahan ini bertujuan mendorong peningkatan peranan perusahaan pelayaran di dalam meningkatkan efisiensi dan keandalan angkutan laut terutama di dalam negeri. Hasil-hasil yang dicapai di masing-masing bidang jasa pelayaran adalah sebagai berikut:

(1) Pelayaran Nusantara

Pada tahun 1983/84 kapal barang yang beroperasi berjumlah 387 buah dengan kapasitas 486.824 dwt. Muatan yang diangkut mencapai 7.457.616 ton sehingga produktivitas armada pelayaran Nusantara mencapai 15,3 ton/dwt/tahun. Selama empat tahun berikutnya yaitu 1984/85 sampai dengan 1987/88, jumlah serta kapasitas kapal yang beroperasi terus berkurang sesuai kebijaksanaan pembesituaan kapal-kapal yang sudah berumur lanjut; namun muatan yang diangkut terus meningkat. Pada tahun 1984/85 armada pelayaran nusantara yang beroperasi berkurang menjadi 356 buah kapal dengan kapasitas 454.919 dwt. Dengan kapasitas itu pada tahun tersebut armada pelayaran nusantara berhasil mengangkut muatan sebanyak 7.252.317 ton, sehingga dengan demikian produktivitasnya meningkat menjadi 15,9 ton/dwt/tahun. Dalam tahun berikutnya (1985/86) jumlah kapal yang dioperasikan berkurang menjadi 275 buah dengan kapasitas 414.382 dwt, tetapi muatan yang diangkut meningkat menjadi 8.083.037 ton; dengan demikian produktivitasnya meningkat menjadi 19,5 ton/ dwt/tahun. Begitu juga dalam tahun 1986/87, walaupun jumlah kapal yang dioperasikan turun menjadi 259 buah dengan kapasitas 391.031 dwt, muatan yang diangkut naik menjadi 8.513.509 ton, sehingga produktivitasnya meningkat lagi menjadi 21,7 ton/dwt/tahun. Pada tahun 1987/88 jumlah kapal yang beroperasi berkurang lagi menjadi 244 buah dengan kapasitas 379.329 dwt, dan muatan yang diangkut 8.305.862 ton, sehingga produktivitasnya mencapai 21,8 ton/dwt/tahun. Gambaran di atas menunjukkan bahwa pengurangan kapasitas dan jumlah kapal, yaitu dengan pembesituaan kapal-kapal tua selama tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1986/87, telah dapat meningkatkan efisiensi penyediaan ruang muat kapal sesuai dengan pertumbuhan muatan. Kapal-kapal yang telah dibesituakan selama periode itu untuk pelayaran Nusantara berjumlah 205 buah kapal dengan

kapasitas 251.846 dwt. Pada tahun 1988 kebijaksanaan pembesi-tuaan kapal berumur lebih dari 25 tahun ditangguhkan, terutama mengingat para perusahaan pelayaran masih sulit dapat melakukan investasi kapal baru.

Dampak penyesuaian operasional dari Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1988, atau yang lebih dikenal dengan Paknov 21, mulai terlihat pada tahun 1988/89. Para pengusaha pelayaran telah berusaha menyediakan kapasitas ruang kapal yang dibutuhkan sesuai dengan pertumbuhan kebutuhan angkutan barang.

Pada tahun 1988/89 jumlah kapal yang beroperasi bertambah menjadi 274 buah dan kapasitasnya meningkat menjadi 503.490 dwt. Dengan kapasitas itu muatan yang diangkut mencapai 9.294.697 ton; produktivitasnya turun menjadi 20,8 ton/dwt/ tahun.

Dalam rangka melayani pertumbuhan permintaan akan jasa angkutan penumpang, pada tahun 1984/85 telah dioperasikan 4 buah kapal penumpang dengan kapasitas 10.948 dwt. Pada tahun itu jumlah penumpang yang diangkut mencapai 812.000 orang. Jenis pelayanan ini ternyata mendapat perhatian masyarakat. Ini ternyata dengan meningkatnya jumlah penumpang pada tahun 1985/86 menjadi 900.000 orang atau meningkat sebesar 10,8%. Pada tahun 1987/88 dilakukan penambahan kapal sebanyak 2 buah sehingga seluruhnya menjadi 6 buah dan kapasitas yang tersedia bertambah menjadi 16.491 dwt. Dengan tambahan itu jaringan trayek diperluas sehingga dapat menyinggahi 30 pelabuhan di 20 propinsi. Pada tahun 1987/88 terjadi peningkatan jumlah penumpang yang diangkut sebesar 16% dari tahun sebelumnya. Dengan peningkatan itu penumpang yang diangkut mencapai 1.000.000 orang. Pada tahun 1988/89 dilakukan penambahan lagi 1 buah kapal baru sehingga kapasitasnya secara keseluruhan menjadi 17.902 dwt dan jaringan trayek diperluas menjadi 31 pelabuhan di 21 propinsi. Jumlah penumpang yang diangkut pada tahun 1988/89 mencapai 1.281.351 orang atau mengalami kenaikan sebesar 28,1% dibanding tahun sebelumnya.

Perkembangan Angkutan Pelayaran Niaga Nusantara selama Repelita IV dapat dilihat pada Tabel X-10.

(2) Pelayaran Lokal

Pembinaan jasa angkutan pelayaran lokal dilakukan dalam rangka menunjang keterpaduan sistem pelayaran nasional dalam negeri dan diarahkan untuk melayani pola trayek dari pelabuhan-pelabuhan pengumpul ke pelabuhan utama secara teratur.

TABEL X - 10

ARMADA PELAYARAN NUSANTARA,1983/84 - 1988/89

1) Angka diperbaiki

X/25Walaupun jumlah kapal yang dioperasikan sedikit bervariasi sebagai akibat penggantian kapal tua dengan kapal baru, kapasitas dan muatan armada menunjukkan kecenderungan meningkat. Muatan yang diangkut meningkat dari 2.481.437 ton pada tahun 1983/84 menjadi 2.917.900 ton pada tahun 1987/88 atau naik sebesar 17,6%. Hal tersebut dapat tercapai dengan armada sebesar 1.036 buah kapal dan kapasitas 153.600 BRT. Pengurangan dan penambahan kapal terjadi karena adanya sejumlah kapal yang telah dibesituakan, yaitu sebanyak 154 buah dengan kapasitas 23.655 brt, serta penambahan sebanyak 99 buah kapal dengan kapasitas 50.527 brt. Produktivitas armada kapal sejak tahun 1983/84 sampai dengan 1987/88 adalah, secara berturut-turut, 19,0 ton/brt/tahun, 20,7 ton/brt/tahun, 20,4 ton/brt/tahun, 19,0 ton/brt/tahun dan 19,0 ton/brt/tahun.

Pada tahun 1988/89, setelah Paknov 21, produktivitas kapal naik menjadi 21 ton/brt/tahun, sementara muatan yang diangkut juga naik menjadi 3.265.700 ton atau naik sebesar 11,9% dari tahun sebelumnya. Sebaliknya jumlah kapal dan kapasitasnya pada tahun itu turun masing-masing menjadi 1.018 buah dan 151.896 brt. Perkembangan produktivitas armada pelayaran lokal selama lima tahun terakhir dapat dilihat dalam Tabel X-11.

(3) Pelayaran Rakyat

Peningkatan permintaan akan jasa angkutan laut khusus untuk angkutan ke daerah terpencil dilayani melalui pembinaan dan pengembangan armada pelayaran rakyat. Kegiatan itu dilakukan terutama dalam mengangkut hasil-hasil produksi yang volumenya relatif terbatas dan kurang ekonomis apabila dilayani oleh pelayaran lokal. Armada pelayaran rakyat ini pada umumnya dikelola oleh pengusaha ekonomi lemah. Pembinaan dan pengembangannya umumnya berupa bantuan teknik dalam pembuatan prototip dan dalam bentuk motorisasi agar dapat dikembangkan armada yang efisien. Antara lain sebagai hasil dari langkah-langkah pembinaan tersebut, sejak tahun 1984/85 sampai dengan tahun 1987/88 jumlah muatan yang diangkut oleh armada pelayaran rakyat terus meningkat setiap tahunnya. Jumlah muatan yang diangkut dari tahun 1984/85 sampai dengan tahun 1987/88 berturut-turut adalah 2.299.436 ton, 2.550.223 ton, 2.735.610 ton dan 3.004.171 ton. Sedangkan kapasitas dan jumlah kapal selama itu masing-masing adalah: tahun 1984/85 198.304 brt dan 3.490 buah, tahun 1985/86 198.304 brt dan 3.641 buah, tahun 1986/87 dan 1987/88 194.448 brt dan 3.641 buah.

TABEL X - 11

ARMADA PELAYARAN LOKAL,1983/84 - 1988/89Repelita IV

No.U r a i a nSatuan1983/841984/851985/861986/871987/881988/89

1.K a p a 1Buah1.0499921.0369921.0361.018

2.PembesituaanBuah_135109__

3.KapasitasBRT130.589121.854130.876144.196153.600151.896

4.MuatanTon2.481.4372.520.6222.678.6262.745.5912.917.9003.265.700

5.ProduktivitasTon/BRT/19,020,720,419,019,021,0

Tahun

X/27Pada tahun 1988/89 jumlah kapal dan kapasitas armada pelayaran rakyat meningkat, masing-masing menjadi 3.740 buah dan 199.384 brt, tetapi muatan yang diangkut menurun dengan 1,8% dari tahun sebelumnya. Dengan demikian produktivitasnya pada tahun itu menurun sebesar 4,2%, menjadi 14,8 ton/brt/tahun. Perkembangan armada pelayaran rakyat dari tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1988/89 dapat dilihat dalam Tabel X-12 dan Grafik X-4.

(4) Pelayaran Perintis

Jasa angkutan laut perintis dikembangkan sejak tahun 1974 guna dapat membuka hubungan ke daerah-daerah yang terpencil, khususnya daerah-daerah yang tidak dilayani oleh jasa angkutan laut secara teratur. Pengembangan itu juga dimaksudkan untuk dapat menunjang pemerataan pembangunan dan kelancaran tugas pemerintahan. Trayek yang dilayari pelayaran perintis setiap tahunnya terus disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan daerah-daerah yang bersangkutan, terutama dalam mendorong peningkatan kelancaran angkutan hasil produksi wilayah yang masih terisolir tersebut. Penyelenggaraan jasa angkutan perintis tersebut telah banyak merangsang perdagangan antar pulau, sehingga beberapa trayek yang semula bersifat perintis, misalnya trayek-trayek pantai Utara Sulawesi Utara, Sekitar Teluk Tomini dan Jawa-Bali-Nusa Tenggara Barat, kini sudah dilayari oleh jasa pelayaran komersial secara teratur. Dengan demikian sejak tahun 1984/85 sampai dengan tahun 1988/89 baik jumlah kapal yang dioperasikan oleh pelayaran perintis, jumlah trayek yang dilayari maupun jumlah pelabuhan yang disinggahi semakin menurun. Perkembangan armada perintis dari tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1988/89 dapat dilihat dalam Tabel X-13.

(5) Pelayaran Samudera

Pengembangan pelayaran samudera diarahkan untuk meningkatkan pelayanan jasa angkutan laut internasional dari dan ke luar negeri terutama untuk barang-barang perdagangan ekspor Indonesia. Persaingan yang semakin tajam dalam bidang pelayaran antar benua dapat mempengaruhi peranan pelayaran samudera nasional. Mengingat hal itu maka khusus untuk pengangkutan barang-barang pemerintah yang diimpor telah ditempuh kebijaksanaan yang tertuang dalam Keppres No. 18 Tahun 1982. Keppres itu menentukan bahwa pengangkutan barang-barang pemerintah dari negara-negara lain agar dilaksanakan oleh kapal-kapal nasional.

Kebijaksanaan tersebut di atas ini telah dapat membantu pelaksanaan operasi jasa pelayaran samudera, namun belum se

TABEL X - 12

ARMADA PELAYARAN RAKYAT,1983/84 - 1988/89

Repelita IV

No.U r a i a nSatuan1983/841984/851985/861986/871987/881988/89

1.K a p a 1Buah3.5113.4903.6413.6413.6413.740

2.KapasitasBrt195.460198.304198.304194.448194.448199.384

3.MuatanTon2.875.9152.299.4362.550.2232.735.6103.004.1712.950.500

4.ProduktivitasTon/BRT/14,7111,5912,8614,0715,4514,80

Tahun

X/29GRAFIK X - 4

ARMADA PELAYARAN RAKYAT,1983/84 - 1988/89

X/30

X/31

TABEL X - 13

ARMADA PERINTIS DAN KEGIATAN,1983/84 - 1988/89

Repelita IV

No.U r a i a nSatuan1983/841984/851985/861986/871987/881988/89

1.K a p a 1Buah302523211416

2.TrayekBuah292525241616

3.PelabuhanBuah177188188192162152

4.Frekwensi PenyinggahanKali/Tahun171414141520

5.PenumpangOrang124.505122.301150.378150.510161.720211.691

6.MuatanTon31.20021.19438.18939.93340.12531.100

X/32luruh barang pemerintah dapat diangkut oleh kapal nasional. Hal tersebut disebabkan oleh belum terpadunya pelaksanaan seluruh program dan rencana ekspor dan impor dengan sistem usaha pemanfaatan kapal-kapal nasional. Faktor lain yang masih merupakan kendala ialah adanya perbedaan antara persyaratan angkutan di beberapa negara sahabat peraturan nasional Indonesia. Perbedaan itu timbul terutama karena diterapkannya kebijaksanaan proteksi atas perusahaan pelayaran di negara-negara tersebut.

Jumlah armada pelayaran samudera selama lima tahun terakhir cenderung menurun; demikian pula kapasitas armadanya. Dalam tahun terakhir Repelita III (1983/84) jumlah kapal yang dioperasikan ada 51 buah dengan kapasitas 732,052 dwt. Pada tahun itu muatan yang diangkut sebanyak 18.964,122 ton. Pada tahun pertama Repelita IV (1984/85) jumlah kapal yang dioperasikan berkurang menjadi 48 buah dengan kapasitas 623.600 dwt. Dalam tahun ketiga, keempat dan kelima Repelita IV (1986/87, 1987/88 dan 1988/89) jumlah kapal yang dioperasikan tinggal 35 buah dan kapasitasnya 446.980 dwt. Untunglah kapasitas yang tersedia dapat meningkat sebagai akibat berhasilnya kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi di sektor dunia usaha dan usaha-usaha peningkatan ekspor. Hal ini terlihat pada tiga tahun terakhir Repelita IV (1986/87, 1987/88 dan 1988/89) di mina muatan yang diangkut terus meningkat.

Muatan yang diangkut pada akhir Repelita III (1983/84) dan tahun pertama Repelita IV (1984/85) masing-masing adalah 18.964.122 ton dan 18.965.000 ton. Muatan itu menurun menjadi 12.905.023 ton pada tahun 1985/86 untuk kemudian meningkat kembali menjadi 15.686.532 ton pada tahun 1986/87 dan 16.470.859 ton pada tahun 1987/88. Pada tahun 1988/89 muatan armada samudera meningkat lagi menjadi 17.877.500 ton. Dengan perkembangan demikian produktivitas armada cenderung meningkat dari 25,9 ton/dwt/tahun dalam tahun 1983/84, menjadi 30,4 ton/dwt/tahun dalam tahun 1984/85, 28,9 ton/dwt/tahun dalam tahun 1985/86, 35,1 ton/dwt/tahun dalam tahun 1986/87, 36,8 ton/dwt/tahun dalam tahun 1987/88 dan menjadi 39,9 ton/dwt/ tahun dalam tahun 1988/89.

Faktor lain yang ikut mempengaruhi perkembangan pelayaran samudera ialah dikeluarkannya Inpres No. 4 tahun 1985, yang memberikan kemudahan operasi angkutan niaga asing di wilayah perairan Indonesia. Di satu pihak Inpres tersebut memaksa pelayaran samudera nasional menghadapi persaingan yang makin kuat dari pihak perusahaan pelayaran samudera dari negara

X/33

lain. Di pihak lain kebijaksanaan tersebut bagi perusahaan pelayaran samudera juga merupakan tantangan yang dapat men-dorongnya untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan usahanya. Peningkatan efisiensi itu antara lain diusahakan melalui perbaikan di bidang operasional dan keuangannya. Perkembangan Armada Samudera dari tahun terakhir Repelita III (1983/84) sampai dengan tahun terakhir Repelita IV (1988/89) dapat dilihat dalam Tabel X-14.

(6) Pelayaran Khusus

Jasa angkutan dari armada pelayaran khusus dipergunakan untuk mengangkut hasil-hasil produksi seperti minyak bumi, minyak kelapa sawit, gas cair, kayu, bauksit, pasir besi, aspal, pupuk, besi, semen, nikel dan batu bara. Pada akhir tahun Repelita III (1983/84) pelayaran khusus mengoperasikan 2.658 kapal dengan kapasitas 2.378.889 dwt, 578.875 brt dan 558.011 hp. Pada waktu itu muatan yang diangkut mencapai 54.812.073 ton, terdiri dari muatan cair dan curah. Kemudian dalam tahun pertama Repelita IV (1984/85) jumlah kapal yang dioperasikan berkurang menjadi 2.501 buah dengan kapasitas 2.267.740 dwt, 578.875 Brt dan 379.603 hp. Sedangkan muatan yang diangkut mencapai 58.708.923 ton.

Pada tahun 1985/86 terjadi penggantian kapal-kapal yang dibesituakan dan penambahan kapal-kapal berukuran kecil sehingga jumlah kapal naik menjadi 2.783, kapasitasnya menjadi 2.076.005 dwt, 403.845 brt dan 679.079 hp, sedangkan muatan yang diangkut menjadi 53.461.648 ton. Dalam periode tersebut produktivitas armada pelayaran khusus meningkat dari 23,0 ton/dwt/tahun pada tahun 1983/84 menjadi 25,8 ton/dwt/tahun pada tahun 1985/86. Pada tahun 1986/87 jumlah kapal yang dioperasikan meningkat lagi menjadi 2.960 kapal dengan kapasitas 2.655.847 dwt, 590.013 brt dan 513.640 hp, sedangkan muatan-nya menurun menjadi 41.826.509 ton. Pada tahun 1987/88 pelayaran khusus mengoperasikan 2.954 kapal dengan kapasitas 2.045.685 dwt, 525.482 brt dan 541.296 hp; muatan yang diang-kutnya mencapai 65.468.000 ton. Pada tahun 1988/89 perkembangan armada khusus sedikit mengalami perubahan setelah ada Paknov 21. Jumlah kapalnya meningkat menjadi 2.999 buah dengan kapasitas ruang must 2.970.000 dwt dan kapasitas kapal tunda-nya sebesar 562.000 Hp. Tetapi pada waktu itu jumlah muatan-nya turun menjadi 58.853.000 ton. Perkembangan armada pelayaran khusus mulai dari tahun 1983/84 sampai dengan tahun terakhir Repelita IV (1988/89) dapat dilihat dalam Tabel X-15.

TABEL X - 14

ANGKUTAN PELAYARAN SAMUDRA,1983/84 - 1988/89

Repelita IV

No.UraianSatuan1983/841984/851985/861986/871987/881988/89

1.KapalBuah514848353535

2.KapasitasDWT732.052623.600446.980446.980446.980446.980

3.MuatanTon18.964.12218.965.00012.905.02315.686.53216.470.85917.877.500

X/35TABEL X - 15

ANGKUTAN PELAYARAN KHUSUS.1983/84 - 1988/89Repelita IV

No.UraianSatuan1983/841984/851985/861986/871987/881988/89

1.K a p a 1Buah2.6582.5012.7832.9602.9542.999

2.KapasitasDWT2.378.8892.267.7402.076.0052.655.8472.045.6852.970.000

BRT578.875578.875403.845590.013525.482-

HP558.011379.603679.079513.640541.296562.000

3.MuatanTon54.812.07358.708.92353.461.64841.826.50965.468.00058.853.000

X/36b. Fasilitas Pelabuhan dan Pengerukan

Dalam pelaksanaan Repelita IV telah dilakukan kegiatan rehabilitasi dan pembangunan dermaga, gudang, lapangan penumpukan, peralatan bongkar muat Serta pengerukan alur pelayaran dan kolam pelabuhan. Semuanya itu dikerjakan dalam upaya meningkatkan kapasitas jasa pelabuhan. Sejak tahun pertama sampai dengan tahun keempat Repelita IV (1984/85 - 1987/88) telah dibangun tambahan dermaga seluas 73.951 m2, gudang 24.570 m2 dan lapangan penumpukan 86.450 m2. Di samping itu juga telah dilakukan kegiatan rehabilitasi fasilitas yang meliputi 14.345 m2 dermaga, 6.885 m2 gudang dan 5.646 m2 lapangan penumpukan. Selanjutnya pada tahun 1988/89 telah dibangun tambahan 32.363 m2 dermaga, 2.000 m gudang dan 103.500 m2 lapangan penumpukan. Pembangunan fasilitas pelabuhan dari tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1988/89 dapat dilihat dalam Tabel X-16.

Pemeliharaan ke dalaman alur pelayaran merupakan prasyarat untuk kelancaran lalu lintas kapal dari dan menuju pelabuhan. Untuk itu setiap tahunnya dilakukan pengerukan alur pelayaran dan kolam pelabuhan. Pada tahun terakhir Repelita III (1983/84) lumpur yang dikeruk berjumlah 16,32 juta m3. Pada tahun pertama Repelita IV (1984/85) berjumlah 16,29 juta m3. Selanjutnya jumlah-jumlah yang dikeruk berjumlah 13,1 juta m3 pada tahun 1985/86, 9,28 juta m3 pada tahun 1986/87 dan 4,6 juta m3 pada tahun 1987/88. Pada tahun terakhir Repelita IV (1988/89) telah dikeruk sebanyak 12 juta m3 lumpur.

c. Keselamatan Pelayaran

Usaha peningkatan fasilitas keselamatan pelayaran juga terus dilaksanakan selama Repelita IV. Usaha itu dilaksanakan dengan mengadakan rehabilitasi, penambahan dan peningkatan peralatan, yang meliputi menara suar, rambu suar, pelampung suar dan telekomunikasi pelayaran.

Peningkatan kemampuan operasional sistem telekomunikasi pelayaran selalu disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan peraturan-peraturan yang berlaku, khususnya peraturan keselamatan pelayaran internasional.

Tahun 1984/85 telah dilakukan penggantian dan penambahan menara suar sebanyak 7 unit, rambu suar 21 unit, lampu pelabuhan 20 unit, tanda slang 11 unit dan kapal bandar 4 unit. Pada tahun 1985/86 pembangunan prasarana yang dilaksanakan

X/37

TABEL X - 16

PENAMBAHAN FASILITAS PELABUHAN,1983/84 - 1988/89

RepelitaIV

No.UraianSatuan1983/841984/851985/861986/871987/881988/89

1.Kade/Dermaga :

- Rehabilitasim22.2452.2451.20010.500400300

- Pembangunanm224.2705.63014.0065.05049.26532.363

2.Penahan Gelombang :

- Rehabilitasim30-----

- Pembangunanm8.186--801.9391.844

3.G u d a n g:

- Rehabilitasim2-5.2851.000-600-

- Pembangunanm28006.8005.0506.7206.0002.000

4.Lapangan Penumpukan :

- Rehabilitasim2--3.446-2.200-

- Pembangunanm2-5.20037.600-43.650103.500

X/38mencakup terdiri dari 2 unit menara suar, 28 unit rambu suar dan 80 buah gudang stasiun radio pantai. Sedang pada tahun ketiga Repelita IV (1986/87) telah dibangun menara suar sebanyak 32 unit dan rambu suar sebanyak 20 unit.

Dengan hasil pembangunan pada tahun-tahun sebelumnya, kegiatan dalam tahun 1987/88 lebih ditekankan pada peningkatan pembinaan aparat pelaksana keselamatan pelayaran dan peningkatan kesadaran masyarakat maritim terhadap hukum laut dan perundang-undangan yang berkaitan dengan aspek keselamatan pelayaran. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dilakukan oleh aparat kesyahbandaran yang bertugas menegakkan pelaksanaan undang-undang dan peraturan-peraturan kemaritiman, terutama melakukan penertiban kelaikan persyaratan nautis teknis armada pelayaran dan peraturan dalam pelaksanaan operasi pelayaran.

Pada tahun 1988/89 dibangun prasarana navigasi berupa 5 unit menara suar, 35 unit rambu suar, 4 unit differential omega, 48 pelampung suar dan 6 radar beacon. Untuk menunjang hal tersebut telah pula ditingkatkan kemampuan fasilitas kesyahbandaran. Pada tahun 1984/85 telah dibangun 14 kapal bandar, tahun 1985/86 juga dibangun 12 kapal bandar lagi dan 3 buah kantor, sedangkan pada tahun 1986/87 dan tahun 1987/88 dilakukan penyempurnaan peraturan-peraturan di bidang kesyahbandaran. Sementara itu, tugas peningkatan keselamatan pelayaran yang menyangkut pengamanan peralatan-peralatan, bangunan dan inventaris keselamatan pelayaran yang tersebar di perairan negara dilaksanakan oleh Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP). Dalam upaya meningkatkan kemampuan KPLP tersebut pada akhir tahun Repelita III (1983/84) telah dibangun dermaga sepanjang 35 meter dan 3 unit gudang, tahun 1984/85 dibangun 5 buah kapal patroli dan dipasang 4 unit VHF transciever, tahun 1985/86 dibangun lagi dermaga sepanjang 85 meter, 3 unit kantor dan 5 buah gudang. Pada tahun 1986/87 dan tahun 1987/88 upaya lebih ditekankan pada peningkatan keterampilan melalui latihan pertolongan dalam kecelakaan di laut (Search and Rescue). Sedang pada tahun 1988/89 telah dibangun pula 9 lokasi stasiun radio komunikasi SAR. Ke semua ini diharapkan akan dapat mempercepat pemberian pertolongan apabila terjadi bencana pelayaran.

3. Perhubungan Udara

Usaha-usaha rehabilitasi dan peningkatan prasarana dan saran perhubungan udara terus dilakukan. Usaha-usaha itu me

liputi peningkatan kemampuan landasan udara, peningkatan peralatan keselamatan penerbangan dan penambahan sarana angkutan. Dengan dilakukannya usaha-usaha itu diharapkan frekuensi penerbangan dapat ditingkatkan sesuai dengan pertumbuhan kebutuhan akan angkutan udara. Hasil-hasil pelaksanaan pembangunan di bidang perhubungan udara yang telah dilakukan sejak tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1988/89 adalah sebagai di bawah ini:

a. Angkutan Udara

Perkembangan jasa angkutan udara dalam negeri dapat dilihat antara lain dari peningkatan dalam jumlah penumpang maupun barang yang diangkut. Selama enam tahun terakhir jumlah penumpang yang diangkut meningkat dari 5.286.497 orang pada tahun terakhir Repelita III menjadi 6.679.438 orang pada tahun 1988/89. Dengan demikian selama periode tersebut jumlah penumpang angkutan udara telah meningkat rata-rata 4,87% setiap tahunnya. Jumlah barang yang diangkut menunjukkan adanya pertumbuhan angkutan barang sebesar rata-rata 9,17% setiap tahunnya. Ton-km tersedia juga meningkat dari 808.072.000 pada tahun 1983/84 menjadi 870.384.000 pada tahun 1988/89. Hasil-hasil perkembangan di bidang angkutan udara dalam negeri dari tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1987/88 adalah seperti terlihat dalam Tabel X-17.

Perkembangan angkutan udara internasional yang dilayani oleh jasa angkutan perusahaan penerbangan nasional juga menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat, terutama selama Repelita IV. Kalau pada tahun 1983/84, tahun terakhir Repelita III, jumlah penumpang yang diangkut baru mencapai 1.048.943 orang, maka pada tahun terakhir Repelita IV, tahun 1988/89, jumlah tersebut sudah mencapai 1.735.328 orang. Dalam pada itu jumlah jam terbang meningkat dari 36.835 pada tahun 1983/84 menjadi 60.046 pada tahun 1988/89. Sedangkan ton-km yang tersedia terus ditingkatkan dari 1.175.122.000 pada tahun 1983/84 menjadi 2.470.466 pada tahun 1988/89. Begitu pula tentang ton-km produksi meningkat dari 545.791.000 pada tahun 1983/84 menjadi 1.190.910.000 pada tahun 1988/89.

Salah satu hal yang perlu dicatat mengenai angkutan udara internasional ini adalah bahwa walaupun ton-km telah tersedia meningkat dengan pesat, namun perkembangan itu dalam tiga tahun pertama tidak disertai oleh peningkatan ton-km produksi yang cukup, sehingga faktor muatan terlihat turun dari 46% pada tahun 1983/84 menjadi 44% pada tahun 1984/85, kemudian

TABEL I - 17

ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI,1983/84 - 1988/89

Repelita IV

No.U r a i anSatuan1983/841984/851985/861986/871987/881988/89

1.Km Pesawatribuan88.16392.87795.60496.94298.821101.650

2.Penumpang Diangkutorang5.286.4975.447.9235.515.0225.546.6136.160.2056.679.438

3.Barangton49.77249.08753.72259.69471.05276.486

4.Jam Terbangjam226.783235.277237.164240.366252.945242.388

5.Ton Km Tersediaribuan808.072828.372843.773831.410857.976870.384

6.Ton Km Produksiribuan374.776379.171383.564399.065444.977485.362

7.Faktor Muatan 1)persen464645485256

Ton Km Produksi 1) Faktor muatan =Ton Km Tersedia

X/41turun menjadi 42% pada tahun 1985/86 dan tahun 1986/87. Peningkatan ton-km produksi baru terjadi pada tahun 1987/88 dan 1988/89; dalam tahun-tahun itu faktor muatan dapat meningkat menjadi 45% dan 48%. Peningkatan itu disebabkan oleh adanya kebijaksanaan untuk membuka beberapa bandar udara untuk menjadi pintu masuk wisatawan asing. Bersamaan dengan itu diberikannya kesempatan bagi perusahaan penerbangan asing untuk memperluas jaringan penerbangannya di Indonesia telah mendorong timbulnya saingan yang makin tajam bagi perusahaan penerbangan nasional. Apabila pada akhir Repelita III jaringan penerbangan internasional hanya meliputi 24 bandar udara/kota, maka pada tahun 1988/89 jaringan tersebut telah meliputi 38 bandar udara. Hasil-hasil perkembangan angkutan udara internasional dari tahun 1983/84 sampai tahun 1988/89 dapat dilihat pada Tabel X-18.

Selain jasa angkutan komersial telah pula dikembangkan jasa angkutan udara khusus bagi jemaah Indonesia yang melakukan ibadah haji di tanah suci. Jemaah haji yang pada tahun 1983 berjumlah 49.950 orang pada tahun 1988 naik menjadi 54.410 orang. Bandar udara yang digunakan sebagai pemberangkatan keluar negeri dan penerimaan kedatangan kembali di Tanah Air adalah Polonia di Medan, Halim Perdanakusumah di Jakarta, Juanda di Surabaya dan Hasanudin di U Pandang. Di samping untuk angkutan jemaah haji kegiatan angkutan udara juga digunakan untuk angkutan transmigrasi khusus transmigrasi melalui udara yang telah mampu mengangkut sebanyak 43.398 KK dalam tahun 1983/84 hanya mengangkut sebanyak 2500 KK pada tahun 1988/1989. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya kesempatan untuk melaksanakan pemindahan dengan menggunakan jasa angkutan laut.

Usaha untuk meningkatkan hubungan udara ke daerah-daerah terpencil dilaksanakan dengan pelayanan angkutan perintis. Untuk itu digunakan pesawat DHC-6/Twin Otter dan pesawat C-212/Cassa. Penumpang yang diangkut dengan angkutan ini yang pada tahun 1983/84 tercatat sebanyak 236.968 orang meningkat menjadi 375.494 orang pada tahun kelima Repelita IV.

b. Prasarana Angkutan Udara

Prasarana angkutan udara meliputi bandar udara dengan kelengkapan keselamatan penerbangannya. Pada tahun 1983/84 sudah terdapat 44 bandar udara besar yang dioperasikan, di antaranya 2 landasan dapat didarati pesawat udara sejenis C-160/CN-235, 2 landasan dapat didarati pesawat sejenis

TABEL X - 18

ANGKUTAN UDARA LUAR NEGERI,1983/84 - 1988/89

Repelita IV

No.U r a i a nSatuan1983/841984/851985/861986/871987/881988/89

1.Penumpang diangkutorang1.048.943945.6721.266.3441.283.6931.489.1891.735.328

2.B a r a n gton28.36631.17935.31835.65447.58961.576

3.Jam Terbangjam36.83534.13539.87648.85057.36460.046

4.Ton Km Tersediaribuan1.175.1221.382.3721.524.1671.576.8182.343.2832.470.466

5.Ton Km Produksiribuan545.791606.354634.729663.7181.050.4431.190.910

6.Faktor Muatan 1)persen464442424548

Ton Km Produksi 1) Faktor muatan =

Ton Km Tersedia

X/43L-100, 19 landasan dapat didarati pesawat udara sampai sejenis F-27, 8 landasan dapat didarati pesawat udara sampai sejenis F-28, 5 landasan dapat menampung mengoperasikan pesawat sampai sejenis DC-9, 4 landasan dapat menampung pengoperasian pesawat sejenis A-300/DC-10 dan 4 landasan dapat menampung pengoperasian pesawat udara sejenis B-747.

Dalam tahun kelima Repelita IV peningkatan fasilitas bandar udara di Kupang dan Biak dilanjutkan sehingga pada akhir Repelita IV sudah ada sebanyak 56 bandar udara besar. Di antaranya 18 bandar udara dapat digunakan untuk pesawat sejenis CN-235/F-27, 18 bandar udara dapat didarati pesawat sejenis F-28, 11 bandar udara digunakan untuk pesawat sejenis DC-9, 3 bandar udara dapat dioperasikan untuk pesawat sejenis DC-10/A-300 dan 6 bandar udara untuk pesawat sejenis B-747.

Guna menunjang program pariwisata, beberapa landasan bandar udara telah ditingkatkan kemampuannya agar dapat melayani penerbangan jarak jauh sehingga pesawat dapat beroperasi dengan daya angkut yang lebih besar. Beberapa landasan bandar udara tersebut antara lain ialah: Sam Ratulangi di Manado, yang sampai dengan akhir Repelita III belum bisa didarati pesawat sejenis A-300, pada tahun keempat Repelita IV telah dapat didarati pesawat sejenis DC-10 secara penuh. Perkembangan yang serupa juga terjadi pada landasan-landasan Ngurah Rai di Denpasar; Frans Kaisiepo di Biak dan Penfui yang sekarang disebut Eltari di Kupang.

Dalam rangka lebih meningkatkan fasilitas keselamatan penerbangan sejalan dengan perkembangan teknologi maka dalam tahun kelima Repelita IV telah diadakan penambahan dalam peralatan telekomunikasi dan navigasi udara. Peningkatan itu antara lain meliputi Aerodrome Control (ADC) di 2 lokasi, peralatan approach (APP) light di 10 lokasi, Regional and Domes-tic Air Route Area (RDARA) di 1 lokasi, Non Directional Beacon (NDB) di 11 lokasi, VHF Omni Range di 3 lokasi, Distance Measurement Equipment (DME) di 2 lokasi, Radar di 11 lokasi serta peralatan pembantu pendaratan (ILS) juga di 9 lokasi. Penambahan peralatan telekomunikasi dan navigasi udara ini merupakan kelanjutan penambahan yang telah diadakan dalam tahun keempat Repelita IV. Pembahasan pada waktu itu mencakup Surface Movement Control (SMC) di 1 lokasi, Aerodrome Control (ADC) di 4 lokasi, Area Control Centre VHF Extended Range di 1 lokasi, Very High Frequency (VHF) di 2 lokasi, Regional and Domestic Air Route Area (RDARA) di 1 lokasi, Leased Channel di 4 lokasi, Radio Link di 1 lokasi. Di samping itu pada waktu

itu juga dilakukan penambahan peralatan navigasi udara, yang antara lain meliputi Non Directional Beacon (NDB) di 6 lokasi, Doppler Very High Frequency Omni Range-Distance Measurement Equipment (DVOR-DME) di 1 lokasi dan peralatan Approach (APP) Light di 17 lokasi.

c. Sarana Angkutan Udara

Armada udara pada akhir Repelita III berjumlah 781 pesawat yang terdiri dari 195 pesawat yang dioperasikan untuk penerbangan berjadwal dan 586 pesawat yang dioperasikan untuk penerbangan tidak berjadwal. Pesawat udara tersebut terdiri dari 229 pesawat berkapasitas di atas 10 ton, 365 pesawat berkapasitas di bawah 10 ton dan 187 buah helikopter.

Dalam tahun pertama Repelita IV armada udara berjumlah 788 pesawat dan terdiri dari 195 pesawat yang dioperasikan untuk melayani penerbangan berjadwal dan 593 pesawat dioperasikan secara tak berjadwal. Pesawat tersebut terdiri dari 218 pesawat berkapasitas di atas 10 ton, 364 pesawat berkapasitas di bawah 10 ton dan 206 buah helikopter.

Pada tahun ke lima Repelita IV jumlah armada udara meningkat menjadi 797 pesawat yang terdiri dari 175 pesawat yang dioperasikan secara berjadwal dan 622 pesawat dioperasikan secara tak berjadwal. Pesawat tersebut terdiri dari 216 pesawat berkapasitas di atas 10 ton, 379 pesawat berkapasitas di bawah 10 ton dan 202 helikopter.

Untuk dapat meningkatkan keanekaragaman pelayanan jasa angkutan udara dalam negeri, di beberapa kota yang padat pe-numpangnya mulai tahun 1983 telah dikembangkan jaringan penerbangan ulang alik, yaitu antara kota Jakarta - Surabaya, Jakarta - Semarang dan Jakarta - Tanjung Karang. Perangsang untuk mendapatkan layanan dengan tarip yang lebih murah untuk penumpang yang transit melalui Jakarta ke kota lain, antara lain diberikan untuk rute penerbangan Surabaya - Jakarta - Padang dan kota-kota lainnya. Sejalan dengan itu penggunaan sistem satu karcis (interlining) antara PT Merpati Nusantara Airlines dengan PT Garuda Indonesia telah dimanfaatkan masyarakat, khususnya untuk rute-rute penerbangan ke wilayah Irian Jaya, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur. Dengan peningkatan jasa angkutan udara tersebut sejak tahun 1985 seluruh ibu kota propinsi telah dapat dilayani secara langsung setiap hari. Apabila sebelumnya terbatas pada pesawat udara sejenis F-28, sejak tahun 1986 beberapa Ibu kota

X/45

propinsi telah dilayani pesawat jenis jumbo seperti Airbus A-300, DC-10 dan B-747. Penambahan frekuensi penerbangan dilakukan pula terutama dalam menambah frekuensi penerbangan malam hari yang menghubungkan beberapa kota besar seperti Jakarta - Medan dan Jakarta - Surabaya. Hal tersebut dikaitkan dengan pelaksanaan pengembangan program Pariwisata agar dapat terselenggara jadwal penerbangan dan jasa pelayanan angkutan udara yang lebih baik. Dalam Repelita IV telah ditingkatkan pula kerja sama antara perusahaan penerbangan dalam negeri dengan perusahaan-perusahaan penerbangan luar negeri dan diberikan kesempatan yang lebih luas kepada perusahaan penerbangan internasional untuk dapat menyinggahi beberapa bandar udara utama di tanah air.

Peningkatan jumlah tenaga ahli dan terampil dalam mengelola dan menjalankan angkutan udara dilakukan dengan penambahan peralatan pendidikan dan latihan dan perluasan wadah pendidikan. Untuk menghemat penggunaan devisa negara yang digunakan untuk membiayai perbaikan pesawat di luar negeri, telah pula dibangun pusat pemeliharaan pesawat udara yang terdapat di kawasan Bandar Udara Soekarno - Hatta.

4. Meteorologi dan Geofisika

Pelaksanaan pembangunan di bidang meteorologi dan geofisika sejak tahun pertama sampai dengan tahun kelima Repelita IV terus ditingkatkan. Hasil-hasil yang dicapai selama tahun 1984/85 sampai dengan tahun 1988/89 meliputi peningkatan stasiun Meteorologi sebanyak 60 buah, stasiun klimatologi 15 buah dan stasiun Geofisika 27 buah serta pembangunan stasiun Meteorologi 5 buah dan stasiun Klimatologi 1 buah. Di samping itu juga telah dibangun stasiun kerja sama yang meliputi stasiun-stasiun pengamatan pertanian (SMPK) 6 buah, pengamatan iklim 17 buah, pengamatan hujan 546 buah dan pengamatan penguapan 16 buah. Selanjutnya dalam Repelita IV juga telah dibangun 2 buah stasiun Geofisika.

Dengan bertambahnya hasil-hasil pembangunan yang telah dapat dicapai selama tahun 1984/85 sampai tahun 1988/89 maka jumlah stasiun meteorologi meningkat menjadi 112 buah yang terdiri dari stasiun penerbangan/synoptic sebanyak 106 buah, stasiun meteorologi maritim sebanyak 6 buah, stasiun Klimatologi menjadi 16 buah, stasiun meteorologi pertanian khusus 89 buah, stasiun iklim 326 buah, stasiun penguapan 157 buah, stasiun pengamatan hujan 4.609 buah dan stasiun geofisika 28 buah.

Perkembangan dan rehabilitasi stasiun-stasiun terus dilakukan guna memungkinkan dilaksanakannya peningkatan jam operasi stasiun pengamatan. Dengan demikian tingkat ketelitian data, tingkat ketepatan ramalan dan tingkat kecepatan penyebaran data dapat lebih baik. Di samping itu pelayanan data menjadi lebih memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Perkembangan produksi data meteorologi, klimatologi dan geofisika selama tahun 1983/84 - 1988/89 dapat dilihat dalam Tabel X-19.

5. Pos dan Giro

Kebijaksanaan yang ditempuh dalam melaksanakan pembangunan bidang Pos dan Giro pada tahun kelima Repelita IV bertujuan memperluas jaringan pelayanan pos dan giro hingga dapat mencapai seluruh pelosok tanah air dan dapat menjangkau masyarakat seluas mungkin, baik di daerah-daerah transmigrasi, daerah-daerah pemukiman baru maupun daerah-daerah terpencil. Pembangunan tersebut terutama dilaksanakan melalui pembangunan gedung-gedung Kantor Pos Pembantu dan Kantor Pos Tambahan baik di kota-kota kecamatan maupun di daerah-daerah transmigrasi. Pelayanan Pos di daerah-daerah yang belum mempunyai Kantor Pos dilakukan dengan pengadaan Pos Keliling, sedang bagi kota-kota besar yang sudah sangat memerlukan, dibangun Kantor Pos Besar dan Kantor Kepala Daerah Pos.

Hasil-hasil yang dicapai selama tahun-tahun 1984/85 - 1988/89 meliputi pembangunan Kantor Pos Pembantu, Kantor Pos Tambahan dan Kantor Pos 242 buah yang tersebar di ibu kota-ibu kota kecamatan, Kantor Pos Besar 9 buah, yaitu di Jakarta Barat, Bengkulu, Bandara Soekarno - Hatta, Cengkareng, Surabaya Selatan, Jakarta Selatan, Semarang Selatan, Palangkaraya dan Bandung Selatan, dan Kantor Kepala Daerah Pos di Padang dan Denpasar. Di samping itu dalam periode tersebut dilanjutkan pembangunan Kantor Pos Ibu kota, pengadaan mobil pos 101 buah, sepeda motor 505 buah dan pengadaan bis Surat 821 buah. Yang dilaksanakan dalam tahun 1988/89 adalah melanjutkan pembangunan Kantor Pos Ibu kota, pembangunan Kantor Pos Pembantu dan Kantor Pos Tambahan 10 buah dan pembangunan Kantor Pos Besar Palu tahap pertama.

Pada akhir tahun 1988 jumlah kecamatan yang sudah mendapat pelayanan pos adalah 3.587 buah. Fasilitas yang tersedia meliputi Kantor Pos/Besar di 320 kecamatan, Kantor Pos Tambahan di 216 kecamatan, Kantor Pos Pembantu di 1.872 kecamat

TABEL X - 19

PRODUKSI DATA STASIUNMETEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA,1983/84 - 1988/89(buah)

Repelita IV

No.Kapasitas1983/841984/851985/861986/871987/881988/89

1.Stasiun Meteorologi

a. Data Synoptic599.142599.637599.639599.651599.670605.070

b. Data Penerbangan348.049371.521371.621461.056274.834374.860

c. Data Pengamatan Maritim24.12539.06737.14530.95730.76530.892

d. Data Pengamatan Udara Atas24.76125.06230.22837.64724.94022.738

e. Data Pengamatan Satelit1.0365931.3181.5921.466682

2.Stasiun Klimatologi

a.Data Pertanian17.96314.49415.30315.40014.65213.439

b.Data Iklim181.817143.948155.154155.206139.80692.877

c.Data Pengamatan Hujan239.273132.119133.212139.212104.23480.025

d.Data Pengamatan Penguapan3.2971.9952.6352.0521.7682.028

3.Stasiun Geofisika

a.Data Pengamatan Gempa19.90920.07520.09020.81020.80418.250

b.Data Pengamatan Magnit Bumi1.1011.0951.3712.1902.196360

c.Data Listrik Udara1.4601.4602.9009.1206.600967

d.Data Ionosfera367365364365--

X/48TABEL X - 20

PEMBANGUNAN KANTOR POS DAN SARANA PENUNJANG,1983/84 - 1988/89

1)Kp = Kantor Pos

Kpp= Kantor Pos pembantu

Kptb= Kantor Pos Tambahan

2) Kpb/I= Kantor Pos Besar/Klas I

3) L= LanjutanTABEL X - 21PRODUKSI JASA POS DAN GIRO,

1983 1988

Repelita IVKenaikan

Rata-rata

No.Jenis ProgramSatuan198319841985198619871988%

1.Surat Posjuta buah348,00392,05449,31446,36396,63493,73

% kenaikan/thn(+12,66)(+14,61)(-0,10)(-11,14)(24,48)(+ 8,10)

2.Paket Posjuta buah1,171,051,201,231,141,23

% kenaikan/thn(-10,26)(+14,29)(+2,50)(-7,32)(7,89)(+ 1,42)

3.Wesel PosRp. Milyar226,29258,62289,69333,47388,70431,70

% kenaikan/thn(+14,29)(+12,01)(+15,11)(+16,56)(11,06)(+13,81)

4.Giro dan CekposRp. trilyun2,573,403,753,764,554,47

5.TabunganRp. milyar81,0698,44115,83137,24142,98136,20

6.Iuran TelevisiRp. milyar37,6044,7843,0746,1848,0053,57

X/50an, Pos Keliling Kota di 34 buah kecamatan, Pos Keliling Desa di 73 kecamatan dan Rumah Pos di 1.072 kecamatan. Di samping itu sudah dibangun pula fasilitas fisik Pos di seluruh daerah transmigrasi yang berjumlah 804 lokasi transmigrasi. Fasilitas Pos tersebut berupa Kantor Pos di 4 buah lokasi, Kantor Pos Pembantu di 195 lokasi, Pos Keliling Desa 169 lokasi dan Rumah Pos di 436 lokasi. Pembangunan kantor pos dan sarana penunjang dari tahun 1983/84 sampai dengan 1988/89 dapat dilihat dalam Tabel X-20.

Dengan terus bertambahnya fasilitas pos, yang diikuti pula dengan perbaikan dan peningkatan pelayanan, selama tahun-tahun 1984 - 1988 produksi jasa pos secara keseluruhan telah meningkat. Selama Repelita IV beberapa produksi jasa Pos dan Giro yang berupa pengiriman surat, paket dan rata-rata per tahun wesel masing-masing telah meningkat 8,10%, 1,42% dan 13,81%. Jumlah surat yang dikirim melalui Pos pada tahun 1984 adalah 392,1 juta buah; Jumlah itu pada tahun 1988 telah meningkat menjadi sebanyak 493,7 juta buah. Pengiriman dengan wesel pos pada tahun 1984 bernilai Rp 258,62 milyar; pada tahun 1988 meningkat menjadi Rp 431,70 milyar. Giro dan cekpos yang pada tahun 1984 bernilai Rp 3,40 triliun, pada tahun 1988 naik menjadi Rp 4,47 triliun. Nilai tabungan pos selama tahun-tahun tersebut juga meningkat dari senilai Rp 98,44 milyar pada tahun 1984, menjadi Rp 136,20 milyar pada tahun 1988. Gambaran mengenai perkembangan produksi jasa pos dan giro selama periode 1983 - 1988 dapat dilihat dalam Tabel X-21.

6. Telekomunikasi

Hasil-hasil yang telah dicapai dalam bidang telekomunikasi selama tahun 1983/84 sampai dengan 1988/89 meliputi peningkatan fasilitas telekomunikasi dalam negeri seperti Sambungan Telepon Otomat/Digital, Teleks/Telegrap, Jaringan Transmisi Darat/Terrestrial, Laut, dan Satelit, Stasiun Bumi Kecil (SBK) dan Sambungan Telepon Kendaraan Bergerak (STKB). Khusus di bidang Sentral Otomat, jika pada tahun 1983/84 kapasitas Sentral Otomat baru mencapai 576.797 satuan sambungan, maka pada tahun 1988/89 kapasitas Sentral Otomat meningkat menjadi 873.913 satuan sambungan. Dengan demikian selama 1983/84 - 1988/89 rata-rata telah terjadi peningkatan kapasitas sebesar 9,11% setiap tahunnya.

Di bidang sentral telegrap/teleks, jika pada tahun 1983/84 kapasitasnya hanya mencapai 12.220 satuan sambungan,

maka pada tahun 1988/89 meningkat menjadi 17.300 satuan sambungan. Dengan demikian selama 1983/84 - 1988/89 terjadi peningkatan rata-rata sebesar 7,81% setiap tahunnya.

Dalam hal telepon jumlah kota yang dapat dicapai dengan fasilitas SLJJ pada tahun 1983/84 berjumlah 105 kota, maka pada tahun 1988/89 telah meningkat mencapai 117 kota. Peningkatan kapasitas tersebut juga diikuti dengan peningkatan produksi baik untuk percakapan lokal dan SLJJ, percakapan internasional dan SLI maupun sambungan teleks.

Walaupun telah banyak kemajuan-kemajuan yang dicapai di bidang telekomunikasi, selama ini masih banyak pula kendala-kendala yang belum teratasi sebagai akibat dari adanya keterbatasan dalam penyediaan jaringan kabel primer, jaringan kabel sekunder dan jaringan lokal ke rumah-rumah. Untuk mengatasi kendala-kendala itu telah ditingkatkan upaya, seperti mendorong partisipasi pihak swasta agar membantu mempercepat perluasan jaringan telekomunikasi yang siap jual bagi masyarakat.

Seperti halnya pada tahun sebelumnya, program pembangunan bidang telekomunikasi pada tahun 1988/89 tetap diarahkan pada perluasan jaringan dan peningkatan mutu pelayanan jasa telepon, transmisi, teleks/telegrap, komunikasi data, serta peningkatan kemampuan di bidang manajemen pengelolaan, keuangan, perencanaan, operasional, pengendalian, dan mutu personalnya agar dapat melayani peningkatan permintaan kebutuhan masyarakat secara lebih baik dan lebih cepat.

Perkembangan kapasitas telepon tersebut dapat dilihat pada Tabel X-22 dan Grafik X-5.

Pengembangan di bidang transmisi yang meliputi transmisi darat, transmisi laut, dan transmisi satelit, dilakukan untuk meningkatkan keandalan pelayanan jasa telekomunikasi. Pengembangan itu berupa penambahan kanal pada sistem transmisi Modem untuk pits suara dari perangkat transmisi analog (Single Channel Per Carrier /SPCP) dan untuk pita suara dari perangkat transmisi digital (Time Division Multiple Access/TDMA) Intel-sat. Di samping itu telah berhasil diluncurkan satelit Palapa B2P untuk mendampingi Satelit Palapa B1. Sedangkan Satelit Palapa B2R telah dipersiapkan guna menggantikan Satelit Palapa B1 yang akan berakhir masa operasinya tahun depan. Semua itu diharapkan akan melengkapi pelaksanaan pembangunan Pusat Pengendalian Sistem Komunikasi Satelit (PPSKS) Intelsat,

TABEL X - 22

KAPASITAS TELEPON DAN TELEKS/TELEGRAP DI INDONESIA,1983/84 - 1988/89(Satuan Sambungan)

RepelitaIV

Kapasitas1983/841984/851985/861986/87 1987/881) 1988/89

1. Sentral Otomat576.797601.309674.488728.000694.160873.913

2. Sentral Tangan dengan

baterai central (BS)28.62933.41032.36636.42440.32142.778

3. Sentral Tangan dengan

baterai lokal (BL)60.70766.01672.52474.13173.94478.452

4. Sentral telepon

Digital (STDI I)-53.00053.00080.500190.896258.696

5. Teleks12.22013.79012.79016.20017.20017.300

Jumlah678.353767.525845.168935.2951.016.5211.271.139

1) Angka diperbaiki (s/d akhir Maret 1988)GRAFIK X - 5

KAPASITAS TELEPON DI INDONESIA,1983/84 - 1988/89

X/53

pembangunan Sistem Komunikasi Gelombang Mikro (GM) Trans Sumatera, Jawa - Bali, Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Surabaya - Banjarmasin, peluncuran Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa B2 Pengganti, dan pembangunan Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO) di wilayah Jabotabek.

Di bidang pelayanan jasa telekomunikasi internasional telah dapat dikembangkan jaringan pelayanan Sambungan Langsung Internasional (SLI) dari 8 kota di Tanah Air. Jaringan itu pada tahun 1985/86 menjangkau 106 negara, pada tahun 1986/87 menjangkau 107 negara, menjangkau 110 negara pada tahun 1987/ 88 dan pada tahun 1988/89 berhasil menjangkau 138 negara. Di samping itu pada tahun 1985 telah dilaksanakan perluasan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) ASEAN, I-S (Indonesia - Singapura), MENANG (Medan - Penang) SEA - ME - WE (South East Asia - Middle East - Western Europe), AIS (Australia - Indonesia - Singapore). Selain itu telah pula diselesaikan pembangunan Sentral Gerbang Telekomunikasi Internasional II di Medan yang meliputi Sentral Telepon dan Sentral Teleks.

Untuk meningkatkan pengawasan dan penertiban penggunaan frekuensi radio telah dibangun Jaringan Monitoring Frekuensi Radio Nasional tahap I yang terdiri dari 3 buah Stasiun Monitor Tetap HF dan VHF/UHF, 2 buah Stasiun Semi Tetap HF serta 16 buah Stasiun Monitor Bergerak HF dan VHF/UHF. Selama Repelita IV juga berhasil ditingkatkan penggunaan perangkat telekomunikasi produksi dalam negeri, seperti Sentral Telepon Otomat/Digital (STO/STD), Sambungan Telepon Kendaraan Bergerak (STKB), Stasiun Bumi Kecil (SBK) dan perangkat komunikasi radio lainnya dengan tingkat frekuensi antara 400 MHz-1,5 GHz.

7.Pariwisata

Dalam Repelita IV telah dilakukan berbagai langkah yang diperlukan untuk memacu pengembangan kepariwisataan. Dalam kurun waktu itu terus diupayakan penambahan dan perluasan pembangunan Daerah Tujuan Wisata (DTW), peningkatan jasa pelayanan pariwisata dan pekerjaan jasa angkutan udara, jasa angkutan darat serta jasa angkutan laut, disertai peningkatan dalam penyediaan sarana penunjang lainnya. Sejalan dengan itu kebijaksanaan di bidang penerbangan telah pula dikembangkan secara terpadu antara melalui pembukaan pintu masuk pariwisata antara lain ke Bali, Pontianak, Manado, Kupang, Biak, Medan dan P Batam serta perluasan jaringan penerbangan ke Daerah Tujuan Wisata. Dalam rangka meningkatkan arus wisatawan asing yang masuk ke Indonesia berbagai perjanjian penerbangan

baru antara perusahaan penerbangan nasional dengan perusahaan penerbangan luar negeri diadakan. Di samping itu telah ditingkatkan pula pelayanan angkutan laut untuk mempermudah para wisatawan yang menggunakan trayek kapal atau menggunakan jalur pelayaran khusus. Pemberian kemudahan bagi arus wisatawan dengan menambah pintu masuk ke Indonesia serta memberlakukan perpanjangan masa bebas visa selama berada di Indonesia telah dapat membantu meningkatkan arus wisatawan asing ke dalam negeri.

Sejalan dengan rangkaian kebijaksanaan tersebut di atas, pada tahun terakhir Repelita IV diambil kebijaksanaan baru, seperti diselenggarakannya Konsultasi Wilayah Tujuan Wisata dan dicanangkannya program Sapta Pesona. Konsultasi Wilayah Tujuan Wisata adalah rapat berkala antara berbagai instansi pemerintah dari dua atau lebih propinsi Daerah Tingkat I yang menangani ataupun bidangnya terkait dengan pengembangan pariwisata. Konsultasi Wilayah Tujuan Wisata ini diselenggarakan untuk menyelaraskan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dalam kepariwisataan, melakukan koordinasi dalam menentukan prioritas, serta melakukan penilaian terhadap keberhasilan pengembangan pariwisata. Sapta Pesona itu terdiri dari unsur-unsur keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, ke-ramahan dan kenangan yang terkandung di dalam setiap produk pariwisata yang masing-masing dapat menjadi tolok ukur dari tingkat keberhasilan upaya peningkatan kualitas produk pariwisata. Sedangkan program Sapta Pesona bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan rasa tanggung jawab segenap lapisan masyarakat, termasuk pemerintah, swasta dan masyarakat luas, untuk mampu bertindak dan mewujudkan hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Kerja sama terpadu antara sektor-sektor terkait yang se-lama ini telah dirintis terus ditingkatkan terutama dalam kegiatan-kegiatan promosi dan pemasaran, dalam pembinaan kalangan usaha di bidang pariwisata dan dalam pengembangan sarana dan prasarana kepariwisataan. Yang juga terus ditingkatkan adalah usaha penguasaan pasar wisata di luar negeri, usaha menarik wisatawan asing yang mengunjungi negara-negara tetangga, dan yang hanya terbang transit semata agar juga singgah di tanah air. Kegiatan peningkatan pembinaan dan pengembangan industri pariwisata dan kegiatan promosi juga diarahkan untuk menarik penduduk asing yang tinggal dan bekerja di negara tetangga agar singgah di tanah air. Di samping itu juga dilakukan usaha untuk menggalakkan "mice industry" (meetings, incentive travels, conventions, exhibitions) yang

akan dapat meningkatkan arus wisatawan secara teratur dan terpadu.

Kemampuan daya saing berbagai produk wisata Indonesia, meliputi baik segi mutu, jenis dan nilai jual baik produk wisata lama maupun produk wisata baru telah pula ditingkatkan. Dalam rangka menumbuhkan gairah usaha dalam industri pariwisata juga diupayakan dikembangkan iklim investasi yang makin baik. Upaya itu antara lain dilaksanakan dengan memberikan berbagai kemudahan dalam sistem perizinan dan sistem perkreditan bagi para penanam modal, para pengusaha dan masyarakat pada umumnya. Kemudahan-kemudahan lebih lanjut telah diberikan melalui Paket 24 Desember 1987. Pemberian Izin Sementara Usaha Pariwisata (ISUP) dapat diperlakukan sebagai Izin Tetap Usaha Pariwisata (ITUP) tanpa batas waktu untuk pendirian bagi pemasangan peralatan bangunan pariwisata. Untuk pendirian biro perjalanan dapat langsung diberikan ITUP tanpa melalui ISUP. Retribusi pungutan untuk penilaian golongan hotel dan restoran ditiadakan, sedangkan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) serta retribusi lokasi dan tanah, yang sampai keluarnya paket tersebut dipungut oleh Pemerintah pusat sekarang menjadi hak Pemerintah Daerah. Berbagai jenis surat keputusan yang berkaitan dengan kemudahan-kemudahan yang lain juga telah diterbitkan, seperti: Petunjuk Pelaksanaan Siaran Video di dalam Bangunan Usaha Sendiri di bidang Usaha Hotel, Restoran, Obyek Wisata, dan Wisata Tirta; Petunjuk Pelaksanaan Mempekerjakan Tenaga Kerja Warga Negara Asing (WNA) Pendatang di bidang Usaha Hotel, Restoran, Usaha Perjalanan, Wisata Tirta dan Obyek Wisata; Petunjuk Pelaksanaan Penyehatan Makanan dan Penyehatan Lingkungan di bidang Usaha, Hotel, Restoran, Wisata Tirta dan Obyek Wisata; dan petunjuk-petunjuk yang lain.

Untuk dapat memperluas Daerah Tujuan Wisata, dalam tahun kedua Repelita IV telah dilakukan pembuatan studi, desain rencana induk serta desain peningkatan fasilitas pariwisata di beberapa daerah tujuan wisata yang tersebar di seluruh wilayah tanah air. Dalam tahun ketiga Repelita IV telah dilakukan pula peningkatan fasilitas pariwisata di beberapa daerah tujuan wisata, antara lain Brastagi di Sumatera Utara, Lembah Anai di Sumatera Barat, Parai Tenggiri di P Bangka, Pantai Matras di Sumatera Selatan, Pantai Kukup dan Playen di Yogyakarta, Baluran, Pondok Kawat, Gunung Kawi, Cemorolawang dan Ngadisari di Jawa Timur; Bukit Jati, Gianyar dan Tulamben di Bali; Bukit Tangkiling di Kalimantan Tengah; Bunaken dan Ma-lalayang di Sulawesi Utara; Lejmo, Rante Pao, Tator di Sula-

wesi Selatan; Pantai Namalata di Maluku; Pantai Pede dan Pan-tai Lasiana di Nusa Tenggara Timur. Selain itu telah dilakukan studi di beberapa wilayah, seperti di bagian barat daerah Jawa Barat dan Wolotopo, Moni dan Prai Gall di Nusa Tenggara. Di samping itu dilakukan pula tata ruang obyek wisata Benteng Kuto Besak di Sumatera Selatan. Selanjutnya telah pula diadakan peningkatan industri pariwisata, yaitu ber4a standardisasi paket wisata dalam dan luar negeri, usaha rekreasi dan hiburan umum, wisata bahari dan petunjuk operasional fasilitas akomodasi.

Dalam tahun keempat Repelita IV dilakukan pembangunan fasilitas obyek wisata Danau Laut Tawar di Aceh; Pulau Penyengat di Riau; Pantai Manggar di Kalimantan Timur; Desa Sade di Nusa Tenggara Barat, Pantai Lasiana di Nusa Tenggara Timur dan peningkatan dalam hal industri pariwisata lainnya.

Dalam tahun kelima Repelita IV telah dilakukan peningkatan fasilitas pariwisata di beberapa DTW, seperti Danau Laut Tawar di Aceh, Kota Tanjung Pinang dan P Penyengat di Riau, Pantai Manggar di Kalimantan Timur, Desa Wisata Dusun Sade, Sembalun Lawang, dan Batu Koq di Nusa Tenggara Barat, Pantai Lasiana di Nusa Tenggara Timur, Pantai Tirta Baru Banda Naira di Maluku dan dilanjutkan penyelesaian pembangunan kawasan wisata Candi Borobudur dan Prambanan di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Dalam hal perencanaan di Subsektor Pariwisata telah dilakukan pula penyusunan rencana induk tahap I pengembangan obyek wisata kawasan Jimbaran & Kedonganan di Bali, studi tahap I pengembangan pariwisata kawasan Bogor - Puncak-Cianjur di Jawa Barat, studi tahap I pengembangan pariwisata di Sulawesi Tengah serta penyusunan rencana induk pengembangan pariwisata kawasan Barat Jawa Barat. Selanjutnya telah dilakukan pula beberapa kegiatan yang berkaitan dengan usaha pemasaran dan promosi, untuk peningkatan arus wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Dalam meningkatkan baik bidang perencanaan, bidang promosi dan pemasaran wisata telah dilakukan pula kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi dalam negeri.

Promosi dilakukan pula melalui pemanfaatan peristiwa-peristiwa penting seperti pelaksanaan Pameran Produksi Indonesia, penyelenggaraan Asean Travel Forum, penyelenggaraan konvensi-konvensi Internasional di Indonesia dan pameran dunia seperti di Tsukuba/Jepang 1985, Vancouver di Canada, Pameran Kedirgantaraan Indonesia 1986, pameran dunia di Brisbane 1988, Travel Mart Adelaide 1988 di Australia, Asean Konichiwa Travel Fair 1988 di Tokyo, World Travel Market 1988 di London, Asean

Tourism Forum 1989 di Singapura, Intertour Pebruari 1989 di Hongkong, Persiapan Travel Mart 1989 di Bali, Bit Milan Pebruari 1989 di Italia dan ITB Berlin 1989 di Jerman Barat. Hasil dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan promosi tersebut tampak dari tingkat pertumbuhan kedatangan wisatawan asing yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Tingkat kenaikan arus wisatawan asing ke Indonesia pada tahun 1984, 1985, 1986, 1987 dan 1988 adalah, berturut-turut 9,7%, 6,9%, 10,1%, 27,3% dan 23,9% (lihat Tabel X-23).

TABEL X - 23

ARUS KUNJUNGAN WISATAWAN ASING KE INDONESIA,1983 - 1988(orang)

Selain peningkatan fasilitas dan jasa kepariwisataan, dalam Repelita IV dilakukan pula peningkatan keterampilan tenaga kerja pariwisata yang terdidik dan terlatih. Usaha itu dilakukan melalui berbagai Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisata di Bandung, Bali dan beberapa lembaga-lembaga pendidikan pariwisata swasta yang terdapat di kota-kota besar. Kegiatan serupa ini terus dibina dan dikembangkan agar dapat mengisi kebutuhan tenaga terampil dalam melayani pengembangan pembangunan pariwisata nasional.

X/3

X/4

X/5

X/6

X/7

X/8

X/10

X/11

X/12

X/13

X/14

X/16

X/19

X/21

X/23

X/24

X/26

X/28

X/34

X/39

X/40

X/42

X/44

X/46

X/47

X/49

X/51

X/52

X/54

X/55

X/56

X157

X/58