bab 1 tugas m. aquaculture

14
Laporan Awal Praktikum Ikan Kerapu Macan Manajemen Akuakultur Dosen Pengampu : 1. Farida, S.Pi., M.Si 2. Eko Prasetio, S.Pi., M.P Oleh : Robiansyah (131110257) Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Program Studi Budidaya Perairan Universitas Muhammadiyah Pontianak Pontianak 2015 Robiansyah

Upload: robiansyah

Post on 02-Feb-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan awal praktikum akuakultur

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1 Tugas m. Aquaculture

Laporan Awal Praktikum

Ikan Kerapu Macan

Manajemen Akuakultur

Dosen Pengampu :

1. Farida, S.Pi., M.Si

2. Eko Prasetio, S.Pi., M.P

Oleh :

Robiansyah

(131110257)

Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

Program Studi Budidaya Perairan

Universitas Muhammadiyah Pontianak

Pontianak

2015

Robiansyah

Page 2: Bab 1 Tugas m. Aquaculture

Robiansyah

Page 3: Bab 1 Tugas m. Aquaculture

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Ikan kerapu adalah jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis penting untuk

dibudidayakan di Asia (Kohno et aI., 1993), karena harganya yang mahal dan

merupakan komoditas ekspor (Giri dkk., 2001). Budidaya ikan kerapu di

Indonesia saat ini meningkat cukup pesat. Peningkatan tersebut ditunjang oleh

pengetahuan tentang teknik budidaya yang semakin berkembang, keterbatasan

sumber daya ikan kerapu di alam yang makin berkurang akibat eksploitasi yang

berlebihan, serta permintaan pasar yang meningkat, terutama dari negara-negara

seperti Singapura, Hongkong, Jepang dan Cina (Rukyani, 2001).

Perintis budidaya ikan kerapu pertama kali dilakukan oleh negara Jepang,

yaitu pada jenis ikan kerapu Epinephelus akaara sekitar tahun 1960 (Ukawa et

al., 1966). Selanjutnya berkembang ke beberapa negara lain, seperti Cina,

Thailand, Singapura, Philipina, Malaysia dan Indonesia. Jenis-jenis ikan kerapu

yang telah berhasil dibudidayakan di Indonesia adalah kerapu macan

(Epinephelus fuscoguttatus), kerapu Lumpur (E. tauvina), kerapu batik (E.

microdon) dan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) (Setyadi dkk., 2001; Imanto

dkk., 2001; Marzuqi dkk., 2001; Ismi dkk, 2001).Meskipun produksi benih ikan

kerapu bebek secara kuantitas telah mencukupi permintaan pasar, namun masih

dijumpai beberapa kendala antara lain: kelangsungan bidup yang fluktuatif (lsmi

dkk., 2001) dan tingginya tingkat keabnormalan dari benih ikan yang dihasilkan

(Barahona-Fernandes, 1982).

Faktor-faktor yang telah diketahui sebagai penyebab timbulnya

keabnormalan dalam budidaya ikan, antara lain: genetik, penyakit, nutrisi,

vitamin, polutan, dan kondisi lingkungan pemeliharaan (Boglione et al., 2001;

Koumoundouros et aI., 1997).Kondisi lingkungan pemeliharaan dengan

penggunaan minyak cumi pada permukaan air dapat mencegah terjadinya

kematian massal di permukaan air yang dipicu oleh sifat fototaksis positif larva

terhadap cahaya, sehingga larva cenderung bergerak ke arab datangnya cahaya di

permukaan air dan terperangkap oleh tegangan permukaan air tersebut

Robiansyah131110257

Page 4: Bab 1 Tugas m. Aquaculture

2

(Stefansson et al., 1990). Dengan adanya lapisan minyak cumi akan

menutupi tegangan permukaan air (Setiadi dkk., 2003; Sugama dkk.,

2001;Yamaoka et ai., 2000).

Yamaoka et ai. (2000) melaporkan bahwa terperangkapnya larva di

permukaan air dikarenakan oleh lendir yang ada di permukaan tubuh latva

tersebut terjerat oleh tegangan permukaan air, sehingga latva tidak dapat

melepaskan dari jeratan tersebut hingga kehabisan energi dan akhirnya mati.

Selanjutnya dikatakan bahwa bagian tubuh yang terjerat terutama bagian dorsal

dan caudal. Diduga bahwa larva yang terjerat di permukaan air dan kemudian

berhasil melepaskan diri akan berpengaruh terhadap proses pembentukan tulang,

terutama pada bagian tubuh yang mudah terjerat sehingga mengakibatkan

keabnormalan.

Hasi1-hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan yang abnormal memiliki

dampak negatif yaitu pertumbuhannya lambat, ke1angsungan hidupnya rendah,

rentan terhadap penyakit, mudah stress, dan merniliki nilai jual yang rendah di

pasaran.(Andrades et at., 1996; Matsuoka, 1984; Papema et ai., 1977; Hilomen-

Garcia, 1977).

Robiansyah

Page 5: Bab 1 Tugas m. Aquaculture

3

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Keramba Jaring Apung

Beberapa model dan metode pembudidayaan ikan Kerapu Bebek terus di gali

dan diteliti untuk mendapatkan salah satu model pembudidayaan yang paling

efisien. Beberapa model yang sudah diterapkan adalah metode keramba jaring

apung. Keramba Jaring Apung (KJA) adalah tempat pemeliharaan ikan yang

dibuat di permukaan air, dibatasi dengan jaring, dan terapung dipermukaan.

Kelebihan sistem KJA adalah tidak perlu melakukan pengelolaan air, karena

menggunakan sistem air yang luas yaitu air laut.

Dengan luasnya permukaan air, maka kualitas air lebih stabil. Kelebihan

tersebut sekaligus juga sebagai kelemahan apabila air laut sudah jelek, karena kita

tidak bisa mengelola kondisi air laut. Belakangan ini usaha budidaya ikan Kerapu

dengan metode karamba jaring apung makin marak. Model ini dirasakan paling

cocok untuk diterapkan kondisi spesifik alam yang mendukung. Metode ini masih

memberikan harapan yang optimis melalui pemanfaatan kolom air permukaan

suatu kawasan budidaya. Hasil tangkapan dari nelayan jarang sekali bisa bertahan

hidup. Ini lantaran alat tangkap yang digunakan kurang mendukung. Penggunaan

bubu, bagan, atau pancing sebagai alat tangkap sering membuat ikan terluka

sehingga melemahkan kondisi tubuhnya, mengingat hal tersebut potensi budidaya

di KJA sangat menjanjikan (Tisna, 2008).

Metode keramba jaring apung merupakan metode akuakultur yang paling

produktif. Beberapa keuntungan yang dimiliki metode kerambajaring apung,

yaitu tingginya padat penebaran, jumlah dan mutu air yang selalu memadai, tidak

diperlukannya pengelolaan tanah, mudahnya pengendalian gangguan pemangsa,

dan mudahnya pemanenan. Agar budidaya ikan di kermba apung berhasil maka

pemasangan tidak dilakukan disembarang tempat, harus dipilih lokasi yang

memenuhi aspek teknis dan sosial ekonomis.

Robiansyah

Page 6: Bab 1 Tugas m. Aquaculture

4

2.2 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Kerapu Macan

(Epinephelus fuscoguttatus)

Ikan kerapu macan di pasaran internasional dikenal dengan nama flower atau

carped cod, nama lokal (Gorontalo) Goropa. Berdasarkan Standar Nasional

Indonesia (SNI) 01-6488. 1-2000, (2005) klasifikasi ikan kerapu macan sebagai

berikut :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Classis : Osteichtyes

Subclassis : Actinopterigi

Ordo : Percomorphi

Subordo : Percoidae

Familia : Serranidae

Genus : Epinephelus

Spesies : Epinephelus fuscoguttatus,Forskal

Nama lain ikan kerapu macan berdasarkan Food Agricultural Organization (FAO)

(2005) :

Inggris : Marbled – brown grouper

Prancis : Merau marron

Spanyol : Mero manchado

Menurut Subyakto dan Cahyaningsih (2005) bahwa ikan kerapu macan ini

memiliki bentuk tubuh memanjang dan gepeng (compressed), tetapi kadang-

kadang ada juga agak bulat. Mulutnya lebar serong ke atas dan bibir bawahnya

menonjol ke atas. Rahang bawah dan atas dilengkapi gigi-gigi geratan yang

berderet dua baris, ujungnya lancip, dan kuat. Sementara itu, ujung luar bagian

depan dari gigi baris luar adalah gigi - gigi yang besar. Badan kerapu macan

ditutupi oleh sisik yang mengkilap dan bercak loreng mirip bulu macan. Menurut

Kordi (2001), bentuk tubuh ikan kerapu macan menyerupai kerapu lumpur, tetapi

tubuh kerapu macan lebih tinggi. Kulit tubuh ikan kerapu macan dipenuhi dengan

Robiansyah

Page 7: Bab 1 Tugas m. Aquaculture

5

bintik-bintik gelap yang rapat. Sirip dadanya berwarna kemerahan, sedangkan

sirip-sirip yang lain mempunyai tepi coklat kemerahan. Pada garis rusuknya,

terdapat 110 - 114 buah sisik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Morfologi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)

Sumber : Balai Budidaya Air Payau Situbondo (2010)

2.3 Kebiasaan Makan

Ikan kerapu macan dikenal sebagai predator atau piscivorous yaitu pemangsa

jenis ikan-ikan kecil, zooplankton, udang-udangan, invertebrata, rebon dan

hewan-hewan kecil lainnya (Kordi, 2001). Ikan kerapu macan termasuk jenis

karnivora dan cara makannya memangsa satu persatu makanan yang diberikan

sebelum makanan sampai ke dasar, sedangkan larva ikan kerapu pemakan larva

moluska (trokofor), rotifer, microcrustacea, copepoda dan zooplankton (www.

marintekprogressio.or.id, 1996).

Tampubolon dan Mulyadi (1989) menjelaskan bahwa spesies kerapu yang

mempunyai panjang usus lebih panjang dibandingkan panjang tubuhnya, diduga

memiliki pertumbuhan yang cepat. Hal ini disebabkan oleh aktifitas dan

kebiasaan dalam tingkat pemilihan jenis makanan. Panjang usus relative ikan

kerapu sebagai ikan karnivor berkisar 0,26 - 1,54 meter, selain itu usus ikan

kerapu yang diamati memiliki lipatan-lipatan yang dapat menambah luas

permukaan usus ikan dan berfungsi sebagai penyerapan makanan.

Robiansyah

Page 8: Bab 1 Tugas m. Aquaculture

6

Antoro et al. (1998) menyatakan bahwa kapasitas penyerapan makanan

meningkat dengan meningkatnya luas permukaan dinding usus ikan melaui

pengembangan klep spiral lipatan usus. Nybakken dalam Antoro dkk, (1998)

menambahkan bahwa ikan kerapu cenderung menangkap mangsa yang aktif

bergerak di dalam kolam air. Selain itu mereka juga mempunyai sifat buruk,

yakni kanibalisme yang muncul pada larva kerapu macan akibat pasokan

makanan yang tidak mencukupi.

2.4 Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam satu

ukuran waktu, sedangkan bagi populasi adalah pertambahan jumlah (Effendie

1997). Pertumbuhan merupakan proses biologi yang kompleks, dimana banyak

faktor yang mempengaruhinya, seperti kualitas air, ukuran, umur, jenis kelamin,

ketersediaan organisme-organisme makanan, serta jumlah ikan yang

memanfaatkan sumber makanan yang sama.

Menurut Effendie (1997) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dibagi

menjadi dua bagian besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam

meliputi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari ikan, seperti keturunan,

sex, umur, parasit, dan penyakit. Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi

pertumbuhan antara lain jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, suhu,

oksigen terlarut, dan faktor kualitas air. Faktor ketersedian makanan sangat

berperan dalam proses pertumbuhan. Pertama ikan memanfaatkan makanan untuk

memelihara tubuh dan menggantikan sel-sel tubuh yang rusak, kemudian

kelebihan makanan yang tersisa baru dimanfaatkan untuk pertumbuhan.

Pola pertumbuhan terdiri atas dua macam, yaitu pola pertumbuhan isometrik

dan allometris. Pertumbuhan isometris adalah perubahan terus menerus secara

proporsional antara panjang dan berat dalam tubuh ikan. Pertumbuhan allometrik

adalah perubahan yang tidak seimbang antara panjang dan berat dan dapat

bersifat sementara (Effendie 1997).

Ikan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) yang

Robiansyah

Page 9: Bab 1 Tugas m. Aquaculture

7

termasuk ikan berumur panjang ini, bisa mencapai umur 40 tahun dan memiliki

panjang maksimum yang pernah diketahui berukuran sepanjang 1200 mm

(Binohlan 2010). Ikan kerapu macan berganti kelamin menjadi jantan ketika

mencapai ukuran tertentu (Hermaphrodit protogyni) (Kordi 2001). Berdasarkan

dari penelitian Pulau Palau, diketahui spesies betina dewasa berkisar pada ukuran

420 mm, dan jantan dewasa berkisar pada ukuran 698 mm (Johannes et al. 1999).

Adapun umur dan ukuran dugaan ikan ini benar-benar dewasa, yang mana 50%

betina aktif secara seksual selama masa bertelur adalah ukuran panjang total 570

mm (Pears et al. 2007 in SRFCA 2009).

Menurut Anonimous (2001) bahwa pertumbuhan dan kelangsungan hidup

ikan kerapu macan berlangsung baik pada suhu berkisar antara 25oC-32oC,

salinitas berkisar antara 20 ppt-32 ppt, oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4

ppm - 8 ppm dan pH berkisar antara 7,5-8,3. Sedangkan menurut Akbar &

Sudaryanto (2001) bahwa ada keterkaitan pertumbuhan dan kondisi lingkungan

perairan pada lokasi budidaya ikan kerapu, seperti suhu berkisar 27oC-29oC,

salinitas 30-33 ppt, pH berkisar antara 8,0-8,2 dan oksigen terlarut (DO) lebih

besar dari 5 ppm. Ikan kerapu macan bisa juga hidup di perairan muara sungai

dengan kisaran kadar garam 15-30 ppt, suhu air 24oC- 31oC, dan kadar oksigen

terlarut antara 4,9-9,3 mg/l.

2.4 Penyebaran dan Habitat

Daerah penyebaran kerapu macan adalah Afrika Timur, Kepulauan Ryukyu

(Jepang Selatan), Australia, Taiwan, Mikronesia, dan Polinesia. Weber dan

Beaufort (1931) dalam Subyakto dan Cahyaningsih (2005) menyatakan bahwa

perairan di Indonesia yang memiliki jumlah populasi kerapu cukup banyak adalah

adalah Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, dan Ambon. Salah satu

indikatornya adalah perairan karang, Indonesia memiliki perairan karang yang

cukup luas sehingga potensial sumber daya ikannya sangat besar (Tampubolon

dan Mulyadi, 1989).

Ikan kerapu muda umumnya hidup di perairan karang pantai dengan

Robiansyah

Page 10: Bab 1 Tugas m. Aquaculture

8

kedalaman 0,5 - 3,0 m. Habitat yang paling disenangi adalah perairan pantai di

dekat muara sungai. Setelah menginjak dewasa beruaya (berpindah) ke perairan

yang lebih dalam, yaitu di kedalaman 7 - 40 m, biasanya perpindahan ini

berlangsung pada siang dan sore hari. Habitat benih ikan kerapu macan adalah

pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulate dan Gracillaria sp. Setelah

dewasa hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar pasir berlumpur

(www.marintekprogressio.or.id, 1996). Parameter biologis yang cocok untuk

pertumbuhan ikan kerapu yaitu temperature antara 24 - 320C, salinitas antara 30 -

33 ppt, oksigen terlarut lebih besar dari 3,5 ppm dan pH antara7,8 - 8,0 (Chua and

Teng, 1978 dalam Antoro, dkk, 1998).

Robiansyah