bab 1 perkembangan ekonomi makro - bi.go.id · kajian ekonomi regional provinsi kepulauan riau...

64
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II - 2008 7 0 1 1 2 2 3 3 4 q-t-q (%) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 y-o-y (%) qtq yoy qtq 2,6 0,87 0,74 0,2 2,37 2,16 2,4 1,6 1,29 1,79 1,71 0,78 2,1 1 3,19 1,96 2,23 0,97 yoy 8,07 7,36 5,99 4,47 4,24 5,59 7,34 8,85 7,67 7,27 6,55 5,69 6,53 5,71 7,24 8,5 8,63 8,6 Tw.I- 04 Tw.II- 04 Tw.III- 04 Tw.IV- 04 Tw.I- 05 Tw.II- 05 Tw.III- 05 Tw.IV- 05 Tw.I- 06 Tw.II- 06 Tw.III- 06 Tw.IV- 06 Tw.I- 07 Tw.II- 07 Tw.III- 07 Tw.IV- 07 Tw.I- 08 Tw.II- 08 Sumber : BPS * ) angka sementara Grafik 1.1 - Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro 1.1. KONDISI UMUM Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II-2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan laju pertumbuhan yang berkontraksi dari 8,63% pada tw.I-2008 menjadi 8,6% di triwulan laporan (y-o-y). Tinjauan secara triwulan (q-t-q) memperlihatkan perlambatan yang lebih agresif, dari 2,23% di tw.IV-2007 menjadi 0,97%. pada tw.I-2008. Dari sisi permintaan, melambatnya laju pertumbuhan ekonomi dominan dipengaruhi oleh turunnya kinerja ekspor yang disertai dengan peningkatan impor barang dan jasa. Kenaikan harga BBM pada 23 Mei 2008 telah menunjukkan pengaruhnya terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga, lembaga swasta nirlaba dan pemerintah, meski belum berdampak pada iklim investasi di Kepulauan Riau. Di sisi penawaran, respon kenaikan harga BBM ditunjukkan dengan melambatnya laju pertumbuhan hampir di setiap sektor ekonomi, terutama sektor pertanian dan pengangkutan. Meningkatnya impor dan investasi PMTB memberi kontribusi positif bagi sektor industri pengolahan yang mencatat pertumbuhan (y-o-y) 6,35%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan tw.I-2008 sebesar 5,56%.

Upload: dinhkhue

Post on 13-Aug-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

7

0

1

1

2

2

3

3

4 q-t-q (%)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10y-o-y (%)

qtq yoy

qtq 2,6 0,87 0,74 0,2 2,37 2,16 2,4 1,6 1,29 1,79 1,71 0,78 2,1 1 3,19 1,96 2,23 0,97

yoy 8,07 7,36 5,99 4,47 4,24 5,59 7,34 8,85 7,67 7,27 6,55 5,69 6,53 5,71 7,24 8,5 8,63 8,6

T w.I-04

T w.II-04

T w.III-04

T w.IV-04

T w.I-05

T w.II-05

T w.III-05

T w.IV-05

T w.I-06

T w.II-06

T w.III-06

T w.IV-06

T w.I-07

T w.II-07

T w.III-07

T w.IV-07

T w.I-08

T w.II-08

Sumber : BPS *) angka sementara

Grafik 1.1 - Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro

1.1. KONDISI UMUM

Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II-2008

relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan

terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan laju

pertumbuhan yang berkontraksi dari 8,63% pada tw.I-2008 menjadi

8,6% di triwulan laporan (y-o-y). Tinjauan secara triwulan (q-t-q)

memperlihatkan perlambatan yang lebih agresif, dari 2,23% di

tw.IV-2007 menjadi 0,97%. pada tw.I-2008. Dari sisi permintaan,

melambatnya laju pertumbuhan ekonomi dominan dipengaruhi oleh

turunnya kinerja ekspor yang disertai dengan peningkatan impor

barang dan jasa. Kenaikan harga BBM pada 23 Mei 2008 telah

menunjukkan pengaruhnya terhadap pengeluaran konsumsi rumah

tangga, lembaga swasta nirlaba dan pemerintah, meski belum

berdampak pada iklim investasi di Kepulauan Riau.

Di sisi penawaran, respon kenaikan harga BBM ditunjukkan

dengan melambatnya laju pertumbuhan hampir di setiap sektor

ekonomi, terutama sektor pertanian dan pengangkutan. Meningkatnya

impor dan investasi PMTB memberi kontribusi positif bagi sektor

industri pengolahan yang mencatat pertumbuhan (y-o-y) 6,35%, lebih

tinggi dibanding pertumbuhan tw.I-2008 sebesar 5,56%.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

8

Tabel 1.1 - Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (berdasarkan harga konstan 2000)

1.2. SISI PERMINTAAN

Di sisi permintaan, penurunan laju pertumbuhan terbesar

terjadi pada komponen konsumsi rumah tangga. Meski investasi PMTB

menunjukkan kenaikan yang signifikan, turunnya laju pertumbuhan

ekspor yang disertai meningkatnya impor ke wilayah Kepulauan Riau

semakin mengkonfirmasi perlambatan yang terjadi pada triwulan II-

2008.

Komponen 2006 2007 2008

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 9.00 8.74 9.22 4.55 4.41 10.32 16.03 19.58 23.04 17.48 a. Makanan 15.52 14.94 13.95 7.36 1.51 5.90 12.79 16.48 24.10 21.84 b. Non Makanan 4.87 4.86 6.20 2.74 6.43 13.35 18.24 21.67 22.34 14.68 2. Pengeluaran Konsumsi Lemb. Swasta Nirlaba 7.71 2.35 2.61 0.61 2.52 8.53 11.29 15.26 16.74 10.47 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 11.05 13.27 11.44 12.13 8.13 11.50 16.07 20.67 18.06 13.30 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto -0.13 12.05 30.07 25.11 67.98 28.42 9.94 17.96 26.50 71.10 5. Perubahan Stok 237.27 5.08 -301.77 -252.80 81.40 -44.16 -155.61 -14.84 38.85 70.66 6. Ekspor 16.56 5.53 -59.05 56.65 13.78 -6.40 157.09 -0.50 7.07 5.88

a. Antar Negara 15.64 5.50 -60.23 60.46 13.38 -6.95 164.40 -1.00 6.76 5.86 b. Antar Pulau 96.85 7.50 -8.20 -26.45 34.39 22.80 21.52 22.86 20.58 6.58 7. Impor 7.58 7.35 -1.56 -3.09 20.04 18.22 15.55 13.06 12.95 15.59

a. Antar Negara 2.56 42.66 -11.47 -19.45 -14.84 -37.20 -35.57 -1.25 4.25 7.59 b. Antar Pulau 7.69 6.64 -1.28 -2.78 20.77 19.70 16.85 13.28 13.08 15.71

Produk Domestik Regional Bruto 7.67 7.27 6.55 5.69 6.53 5.71 7.24 8.50 8.63 8.60

a. Konsumsi

Pengurangan subsidi BBM rata-rata 28,7% pada bulan Mei

2008 cukup memukul daya beli masyarakat sehingga laju

pertumbuhan konsumsi baik rumah tangga maupun swasta pada tw.II-

2008 diperkirakan melambat (yoy) dibanding triwulan sebelumnya.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 17,48%, turun

dibanding laju pertumbuhan tw.I-2008 sebesar 23,04%.

Meningkatnya inflasi pasca kenaikan harga BBM sangat

mempengaruhi preferensi dan pola konsumsi rumah tangga terutama

untuk komoditas non-makanan, dimana pada tw.II-2008 hanya tumbuh

sebesar 10,47%.

Konsumsi lembaga swasta nirlaba juga mencatat penurunan

yang cukup besar akibat meningkatnya harga-harga secara umum.

Sumber : BPS, data diolah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

9

Laju pertumbuhan komponen sisi penerimaan ini tercatat menurun

dari 16,74% di triwulan I-2008 menjadi 10,47%. Sementara itu

penurunan pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah masih

berlanjut sejak akhir tahun 2007, dengan tingkat pertumbuhan

sebesar 13,30% di triwulan laporan.

Melambatnya laju konsumsi belum terlihat pada beberapa

indikator antara lain konsumsi listrik, volume penjualan semen,

volume penjualan kendaraan bermotor baru untuk roda dua dan roda

empat dimana pertumbuhan pada tw.II-2008 masih lebih atraktif

dibanding triwulan sebelumnya. Sejalan dengan tren pertumbuhan

beberapa indikator tersebut, penyaluran kredit konsumsi

perbankan di wilayah Kepulauan Riau juga meningkat dibanding

tw.I-2008.

Grafik 1.4 –Volume Kendaraan Roda 4 Baru

Sumber : Dipenda Kepri

Grafik 1.5 –Volume Kendaraan Roda 2

Sumber : Dipenda Kepri

Grafik 1.3 – Volume Penjualan Semen

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.2 – Laju Pertumbuhan Konsumsi

Sumber : BPS Kepulauan Riau

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

10

Penurunan laju pertumbuhan yang terjadi pada komponen

konsumsi pemerintah juga belum dapat dikonfirmasi oleh indikator

pos-pos pengeluaran utama pemerintah provinsi Kepulauan Riau

justru tumbuh signifikan selama tw.II-2008. Hal yang sama di

sisi pembiayaan memperlihatkan tren pertumbuhan meningkat

dibanding tw.I-2007. Penyaluran kredit konsumsi pada bulan Juni

2008 mengalami peningkatan 41,1% dibanding bulan Juni 2007

sehingga menjadi Rp 4 triliun, lebih tinggi dibanding

peningkatan yang terjadi pada bulan Maret 2008 yang tercatat

sebesar 36,5%.

b. Investasi

Investasi barang modal pada tw.II-2008 mengalami laju

pertumbuhan yang signifikan sebesar 71,1% dibanding triwulan

sebelumnya yang tumbuh 26,5%. Pertumbuhan investasi Pembentukan

Modal Tetap Bruto (PMTB) searah dengan meningkatnya investasi

PMA di Kepulauan Riau, baik persetujuan rencana maupun realisasi

investasi.

Persetujuan rencana investasi PMA selama tw.II-2008

tercatat sebesar US$ 59,3 juta atau meningkat 106,6% dibanding

periode yang sama tahun 2007. Pertumbuhan ini sangat signifikan

jika dibandingkan dengan periode tw.I-2008 dimana aplikasi

Grafik 1.7 – Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber : BI Batam

Grafik 1.6 –Pengeluaran Utama Pemerintah

Sumber : BKKD Kepri

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

11

investasi yang disetujui sebesar 30,85%, menurun 78,8% dibanding

nilai persetujuan pada tw.I-2007.

Adapun relaisasi investasi yang terjadi sepanjang periode

tw.II-2008 senilai US$ 15,7 juta atau meningkat 189,4% dibanding

periode yang sama tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan realisasi

investasi PMA ini juga tercatat sangat akseleratif dibading

relaisasi periode tw.I-2008 yang tumbuh negatif 8,61% dengan

nilai proyek sebesar 78,8%.

Berdasarkan jumlah proyeknya, rencana investasi yang

disetujui selama tw.II-2008 sebanyak 22 proyek atau naik 37,5%

dibanding tw.I-2007. Realisasi proyek investasi selama triwulan

laporan juga mengalami laju pertumbuhan meningkat dari -7,69%

pada triwulan sebelumnya menjadi 10% atau sebanyak 11 proyek.

Aplikasi PMA selama semester I-2008 berasal dari beberapa

negara, antara lain Singapura, Malaysia, British Virgin Island,

Hongkong, RRC, Belanda, Inggris dan Korea Selatan. Bidang usaha

tersebar di beberapa industri, antara lain pembenihan biota laut

1 proyek, industri pembuatan dan perbaikan kapal 4 proyek, jasa

akomodasi/hotel 3 proyek, industri percetakan 2 proyek, industri

kemasan dan plastik 1 proyek, perdagangan besar ekspor/impor

sebanyak 7 proyek, pekerjaan khusus logam 2 proyek, jasa

konstruksi khusus untuk kapal 1 proyek, serta sisanya pada

industri dan jasa lainnya.

Sumber : Otorita Batam

Grafik 1.8 – Perkemb.Nilai Investasi PMA Grafik 1.9 – Perkemb.Proyek Investasi PMA

Sumber : Otorita Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

12

Peningkatan yang terjadi pada komponen Investasi barang

modal juga tercermin dari meningkatnya impor barang-barang

modal/capital goods selama bulan April dan Mei 2008. Namun di

sisi pembiayaan, laju pertumbuhan penyaluran kredit investasi

oleh perbankan di wilayah Kepulauan Riau belum mampu

mengkonfirmasi pertumbuhan yang terjadi di komponen penting

pembentukan PDRB ini, dimana tren pertumbuhan terlihat relatif

flat dan belum memperlihatkan adanya tren meningkat.

c. Ekspor-Impor

Aktivitas perdagangan luar negeri (ekspor-impor) berperan

sangat penting dalam pembentukan PDRB provinsi Kepulauan Riau.

Sebagai daerah industri, hampir seluruh PMA yang berfungsi

sebagai tempat manufacturing akan melakukan kegiatan ekspor-

impor baik dalam bentuk barang modal (capital goods) maupun

barang olahan (intermediate goods). Di samping itu, faktor

lokasi yang berdekatan dengan Singapura dan Malaysia juga

mempengaruhi pola konsumsi masyarakat Kepulauan Riau sehingga

barang-barang konsumsi (consumers goods) impor tidak jarang

ditemui di wilayah ini, khususnya kota Batam. Di samping

industri skala besar, aktivitas ekspor-impor juga dilakukan oleh

industri menengah dan kecil yang mayoritas berada di luar

kawasan industri.

Grafik 1.10–Perkembangan Nilai Impor KepriBerdasarkan BEC

Sumber : BI - DSM

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2006 2007 2008

0

40

80

120

160

200Capital Goods (LHS)Intermediate Goods (RHS)Consumer Goods (RHS

(dalam US$ juta)

Sumber : BI Batam

Grafik 1.11–Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi Perbankan Kepri

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

13

Pada tw.II-2008, angka sementara BPS menunjukkan bahwa

laju pertumbuhan ekspor Kepulauan Riau menurun dari 7,07% di

tw.I-2008 menjadi 5,88%. Sebaliknya, impor di tw.II-2008

tercatat meningkat dari 12,95% menjadi 15,59%. Kondisi ini

menjadi pemicu terbesar melambatnya laju pertumbuhan ekonomi di

tw.II-2008. Sementara itu, data Bank Indonesia yang menghitung

seluruh aktivitas ekpor-impor termasuk di kawasan berikat cukup

mengkonfirmasi menurunnya kinerja neraca perdagangan Kepulauan

Riau.

Laju ekspor barang-barang capital goods dan consumer goods

mengalami peningkatan di tw.II-2008. Sementara barang

intermediate justru mengalami tren menurun. Keadaan ini diduga

0

200

400

600

800

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2006 2007 2008

0

40

80

120

160

200Capital Goods (LHS)Intermediate Goods (RHS)Consumer Goods (RHS

(dalam US$ juta)

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2006 2007 2008

0

40

80

120

160

200Capital Goods (LHS)Intermediate Goods (RHS)Consumer Goods (RHS

(dalam US$ juta)

Grafik 1.13–Perkembangan Ekspor Kepri Grafik 1.14–Perkembangan Impor Kepri

Sumber: BI - DSM Sumber: BI - DSM

Impor

Grafik 1.12 – Perkembangan Nilai & Volume Ekspor - Impor Kepri

Sumber : BI - DSM

Ekspor

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

14

Grafik 1.15–Pertumbuhan Ekspor Produk Utama Grafik 1.16–Pertumbuhan Impor Produk Utama

Sumber : BI - DSM Sumber : BI - DSM

tidak terlepas dari pengaruh perlambatan ekonomi global yang

juga cukup mempengaruhi permintaan Singapura sebagai negara

tujuan ekspor terbesar. Sementara itu, impor barang-barang

modal, barang penolong dan barang konsumsi memperlihatkan laju

pertumbuhan yang meningkat.

Pada posisi Mei 2008, barang-barang impor utama antara

lain produk radio, TV dan alat komunikasi sebesar 22,53%,

diikuti logam dasar (16,87%), mesin-mesin dan perlengkapan

lainnya (16,73%), perlengkapan kantor (8,69%), serta mesin-mesin

elektrik (8,35%. Hampir seluruh produk tersebut juga merupakan

komoditi ekspor utama provinsi Kepulauan Riau. Kondisi tersebut

mengindikasikan bahwa proses manufacturing yang dilakukan

industri di Kepulauan Riau lebih kepada proses coating tanpa

memberi value added yang signifikan terhadap nilai produk.

Dengan demikian multiplier effect-nya terhadap struktur

perekonomian daerah belum optimal karena baru sebatas upah

tenaga kerja dan konsumsi rumah tangga.

Melambatnya laju pertumbuhan ekspor pada tw.II-2008

sebagian besar disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor produk-

produk manufaktur, seperti perangkat elektronik radio, tv dan

alat komunikasi, peralatan kantor, mesin-mesin elektrik, serta

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

15

peralatan medis. Di samping itu, ekspor produk perikanan juga

tercatat mengalami penurunan meski dalam nilai yang relatif

kecil.

Di lain pihak, impor beberapa produk manufaktur justru

mengalami laju pertumbuhan yang meningkat. Antara lain pada

produk logam dasar, mesin-mesin elektrik, peralatan kantor, truk

trailer, kayu dan kertas. Dalam konsteks industri manufaktur di

kawasan berikat, situasi ini diduga terkait dengan proses

produksi yang belum selesai masa pengerjaannya, sehingga belum

tercatat kembali sebagai ekspor.

Memasuki tahun 2008, peran Singapura semakin menentukan

dalam aktivitas perdagangan provinsi Kepulauan Riau. Selama

semester I-2008, lebih dari 70% aktivitas ekpor ditujukan ke

Singapura, diikuti Jepang (5,2%), Eropa (4,8%), Hongkong (3,39%)

dan Amerika (3,15%). Merespon adanya perlambatan ekonomi global

yang lebih dirasakan oleh negara-negara maju, pangsa ekspor ke

intraregional Asia semakin besar mengkompensir turunnya ekspor

ke negara-negara G3.

Di sisi permintaan, impor dari intraregional Asia juga

semakin berperan dalam memenuhi kebutuhan industri dan

masyarakat Kepulauan Riau. Ketergantungan impor terhadap

Singapura terlihat semakin besar pada tahun 2008, sedangkan dari

negara-negara G3 seperti Eropa dan Jepang relatif mengalami

penurunan. Adapun aktivitas perdagangan dengan negara Malaysia

semakin intens dari tahun ke tahun seperti yang diperlihatkan

pada grafik 1.18 di bawah ini.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

16

Grafik 1.17 memperlihatkan dampak langsung perlambatan

ekonomi Amerika Serikat terhadap kinerja ekspor Kepulauan Riau

yang semakin hilang, dimana tren ekspor ke negara tersebut

mulai meningkat memasuki tw.II-2008. Namun demikian, menurunnya

kerjasama ekspor ke negara Jepang yang disinyalir masih

merupakan efek tidak langsung perlambatan ekonomi secara global

perlu dicermati oleh pelaku perdagangan internasional di wilayah

Kepulauan Riau.

Kekhawatiran terhadap kelesuan ekonomi yang mulai

dirasakan Singapura sejauh ini belum berdampak terhadap kinerja

perdagangan provinsi Kepulauan Riau. Walaupun sangat penting

untuk selalu mencermati kondisi terkini negara tetangga tersebut

karena keterkaitannya cukup besar dengan Amerika Serikat dalam

kerjasama Singapore-America Free Trade Agreement (FTA).

Negara 2001 2004 2007 Mei'08

G3 AS 4.44 3.95 4.53 3.15

Euro 5.68 5.21 5.08 4.85

Japan 10.18 8.36 4.85 5.23

Intra regional

ASEAN 75.30 77.14 70.36 76.17

Singapore 68.00 70.29 65.98 73.06

Hongkong 0.89 1.50 2.39 3.39

China 0.94 0.94 2.31 2.80

India 0.16 0.20 0.74 0.02

Negara 2001 2004 2007 Mei-08

G3 AS 0.23 1.89 3.17 4.48

Euro 1.50 5.81 3.80 3.32

Japan 7.28 6.39 4.43 2.95

Intra regional

ASEAN 67.61 81.76 84.52 85.72

Singapore 66.85 75.92 80.31 81.16

Hongkong 0.00 0.13 0.51 0.72

China 0.82 2.30 1.60 0.89

India 0.08 0.23 0.25 0.08 Sumber : BI - DSM

Tabel 1.2-Pangsa Ekspor ke Beberapa Negara Tabel 1.3-Pangsa Impor dari Beberapa Negara

Sumber : BI - DSM

Grafik 1.17–Perkembangan Ekspor ke Negara G3

Sumber : BI - DSM

Grafik 1.18–Perkembangan Ekspor ke Intraregional

Sumber : BI - DSM

Japan Malaysia

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

17

1.3. SISI PENAWARAN

Di sisi penawaran, respon sektoral di tw.II-2008 menunjukkan

laju pertumbuhan yang melambat hampir di setiap sektor ekonomi.

Data sementara BPS mencatat bahwa sektor Industri Pengolahan

sebagai satu-satunya sektor yang mengalami akselerasi dibanding

triwulan sebelumnya. Sebagai daerah industri, sektor Industri

Pengolahan sangat berkontribusi terhadap pembentukan PDRB

Kepulauan Riau. Di samping itu, keunggulan komparatif faktor

lokasi yang berdekatan dengan negara Singapura dan Malaysia

menjadikan sektor Perdagangan dan Jasa-jasa berperan penting dalam

penguatan ekonomi daerah.

Secara sektoral, struktur perekonomian provinsi Kepuluan Riau

pada tw.II-2008 masih didominasi oleh sektor Industri Pengolahan,

Perdagangan, dan Pertambangan. Namun demikian, kontribusi sektor

Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tw.I-2008

Tw.II-2008

Pertanian 4.32 4.74 5.14 5.42 5.49 5.32 5.13 5.04 4.93 4.86 Pertambangan & Penggalian 20.17 13.62 9.83 8.34 9.68 9.95 10.53 9.76 9.41 9.52 Industri Pengolahan 56.97 62.90 64.51 63.01 61.18 46.32 47.36 46.70 45.53 45.27 Listrik, Gas & Air Bersih 0.20 0.24 0.27 0.35 0.32 0.31 0.54 0.55 0.56 0.55 Bangunan 2.31 2.59 2.94 3.23 3.64 3.77 4.15 5.12 5.89 6.26 Perdagangan, Hotel & Restoran 6.84 7.21 7.76 7.85 8.45 22.71 20.50 20.52 20.79 20.80 Pengangkutan & Komunikasi 2.73 3.00 3.35 4.47 3.77 3.84 4.01 4.27 4.56 4.49 Keuangan, Persewaan&Jasa P'an 4.78 3.81 4.16 5.24 5.31 5.51 5.45 5.51 5.57 5.54 Jasa-jasa 1.68 1.88 2.05 2.09 2.15 2.26 2.33 2.54 2.76 2.71

Lapangan Usaha 2006 2007 2008 Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II

Pertanian 6.02 7.99 3.98 3.81 3.13 4.81 6.77 10.44 8.37 5.78 Pertambangan & Penggalian 1.14 2.43 0.72 2.65 1.33 0.25 -2.28 -2.91 -1.89 -2.99 Industri Pengolahan 8.70 7.50 7.16 4.14 6.63 4.53 5.86 6.35 5.56 6.35 Listrik, Gas & Air Bersih 145.77 143.55 150.21 142.98 4.36 3.36 6.07 9.06 13.49 12.34 Bangunan 11.32 13.58 10.04 9.76 17.54 19.59 32.31 46.12 45.93 42.58 Perdagangan, Hotel & Restoran 5.10 4.56 4.52 7.80 6.39 6.93 8.60 9.07 10.52 10.37 Pengangkutan & Komunikasi 15.25 13.98 10.52 9.19 8.54 9.50 11.36 15.32 18.56 16.34 Keuangan, Persewaan&Jasa P'an 6.71 9.82 8.82 7.17 7.54 8.63 10.12 11.51 11.69 10.69 Jasa-jasa 4.27 5.05 6.56 7.61 10.78 11.97 13.81 20.07 20.57 17.47

PDRB 7.67 7.27 6.55 5.69 6.53 5.71 7.24 8.50 8.63 8.60

Tabel 1.5 – Sumbangan Ekonomi Sektoral (harga berlaku)

Tabel 1.4 – Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Kepulauan Riau (harga konstan 2000)

Sumber : BPS, diolah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

18

Industri Pengolahan dan Pertambangan dalam pembentukan PDRB

semakin kecil. Di lain pihak, peran sektor Perdagangan semakin

penting terhadap pembentukan PDRB Kepulauan Riau, di samping

sektor Pertambangan dan Bangunan. Perkembangan yang signifikan di

sektor Perdagangan telah menumbuhkan sektor Jasa-jasa meski

perannya masih dalam persentase yang relatif kecil. Bisnis

properti masih cukup berprospek dengan laju pertumbuhan yang

sangat tinggi dan kontribusi ekonomi yang semakin besar setiap

tahunnya.

a. Sektor Industri Pengolahan

Sektor Industri Pengolahan diperkirakan tumbuh sebesar

6,35% (yoy) pada tw.II-2008, naik dibanding triwulan sebelumnya

yang mencatat pertumbuhan sebesar 5,56%. Meningkatnya laju

pertumbuhan didorong oleh kinerja positif sub-sektor industri

pengolahan Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet dari tingkat

pertumbuhan (yoy) 9,39% pada tw.I-2008 meningkat menjadi 15,18%

di triwulan laporan. Tumbuhnya sektor ini tidak terlepas dari

meningkatnya investasi terutama investasi PMA yang mengalir ke

wilayah Kepulauan Riau.

Industri pengolahan Barang-barang dari Kayu juga memberi

kontribusi pertumbuhan yang berarti dimana laju pertumbuhan di

tw.II-2008 tercatat meningkat dari 14,09% menjadi 17,58%. Di

Grafik 1.19 – Pertumbuhan Sektoral Tw.II-2008 (y-o-y)

Sumber : BPS, diolah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

19

samping itu, output yang dihasilkan oleh industri Kertas dan

Barang Cetakan juga meningkat, meski secara kontribusi yang

diberikan tidak terlalu signifikan. Sektor Industri Pengolahan

masih menjadi sektor dominan dalam pembentukan PDRB Provinsi

Kepulauan Riau dengan share sebesar 45,27%.

Pertumbuhan negatif sub-sektor Alat Angkutan, Mesin dan

Peralatannya sebesar 0,3% (yoy) sangat mempengaruhi perlambatan

sektor Industri, mengingat kontribusinya bagi sektor Industri

Pengolahan mencapai 62%. Seperti yang digambarkan pada grafik

1.14 sebelumnya bahwa terjadi penurunan kinerja 5 produk ekspor

utama pada bulan Januari dan Februari 2008, dimana selain produk

logam dasar adalah bagian dari sub-sektor dimaksud.

Menurunnya kinerja sub-sektor Tekstil, Barang Kulit dan

Alas Kaki dikonfirmasi oleh penurunan kinerja ekspor dan impor

produk-produk tersebut. Seperti yang terlihat pada grafik 1.22,

impor Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki turun signifikan pada

bulan Januari dan Februari 2008.

Grafik 1.20 – Pertumbuhan Sub-Sektor Industri Pengolahan Tw.II-2008

Sumber : BPS, diolah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

20

Dari sisi pembiayaan perbankan, industri skala besar

cenderung memperoleh fasilitas kredit dari luar negeri atau

negara asal perusahaan. Sedangkan kebutuhan pembiayaan industri

lokal (IKM/UKM) cenderung menggunakan jasa perbankan daerah.

Meski porsi pembiayaan bank lokal terhadap sektor industri

pengolahan secara keseluruhan relatif kecil, tumbuhnya

pembiayaan perbankan kepada sektor ini bergerak searah dengan

peningkatan nilai tambah yang dihasilkan terhadap perekonomian

daerah.

Grafik 1.21 – Pertumbuhan Ekspor Beberapa Produk Industri Pengolahan

Sumber : BI - DSM Sumber : BI - DSM

Grafik 1.22 – Pertumbuhan Impor Beberapa Produk Industri Pengolahan

Grafik 1.23 – Penyaluran Kredit kepada Sektor Industri

Sumber : BI Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

21

b. Sektor Bangunan

Sektor Bangunan masih mencatat pertumbuhan tertinggi sejak

tahun 2007 meski pada tw.II-2008 diperkirakan relatif melambat

dari 45,93% menjadi 42,58%. Tingginya pertumbuhan sektor

bangunan dalam satu tahun terakhir disebabkan oleh tingginya

permintaan pada industri properti residensial terutama

perumahan skala kecil-menengah dan rumah toko (ruko), serta

proyek-proyek konstruksi baik swasta maupun pemerintah. Kondisi

ini sekaligus memperlihatkan semakin berkembangnya aktivitas

perekonomian di Kepulauan Riau. Setelah pada tw.I-2008

mengalami perlambatan akibat terhambatnya penyelesaian beberapa

proyek pemerintah dan kendala distribusi semen, pertumbuhan

sektor ini diperkirakan kembali terkoreksi diduga merupakan

efek awal menurunnnya daya beli konsumen menghadapi kenaikan

harga BBM pada akhir Mei 2008.

Meski data BPS menunjukkan terjadinya kembali koreksi

pertumbuhan pada sektor ini, namun beberapa indikator terkait

belum mampu mengkonfirmasi gejala penurunan yang terjadi.

Dimana indikator penjualan semen, impor beberapa material

pendukung serta penyaluran kredit sektor konstruksi dan

konsumsi (KPR/KPA) justru menunjukkan tren meningkat sepanjang

periode tw.II-2008, seperti yang terlihat berikut ini.

Indikator lainnya yang menggambarkan melambatnya aktivitas

sektor bangunan adalah penurunan impor produk logam dasar

seperti besi dan baja, produk kayu, serta perabotan seperti yang

terlihat pada grafik 1.28 berikut ini. Komponen bangunan,

terutama besi dan baja merupakan produk yang paling banyak

diimpor dari luar negeri khususnya Singapura.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

22

Dari sisi pembiayaan, perbankan di wilayah Kepulauan Riau

mulai kembali melirik pembiayaan sektor properti dengan

tingginya demand properti terutama untuk skala kecil sampai

dengan tipe-70. Pembiayaan kredit kepemilikan rumah (KPR)

terbesar diberikan oleh Bank BTN dengan pangsa mencapai 55,6%

dari total penyaluran kredit properti sebesar Rp 2,4 triliun,

kemudian diikuti oleh Bank Niaga (9,4%) dan Bank NISP (6,5%).

Di samping itu, berkembangnya proyek-proyek konstruksi

pemerintah dan swasta berkorelasi terhadap peningkatan

pembiayaan perbankan terhadap sektor konstruksi, seperti yang

dikonfirmasi oleh gambar di bawah ini.

Grafik 1.24–Perkembangan Penjualan Semen

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : BI - DSM

Grafik 1.25 – Perkembangan Impor Kayu, Keramik, Furniture, Baja & Baja

Sumber : BI Batam

Grafik 1.27 – Perkembangan KPR

Sumber : BI Batam

Grafik 1.26 – Perkembangan Kredit Konstruksi

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

23

Meningkatnya indikator pembiayaan perbankan untuk membiayai

kepemilikan rumah terutama tipe-70 ke bawah sejalan dengan hasil

survei Bank Indonesia Batam bekerjasama dengan Politeknik Batam

terhadap properti residensial kota Batam, yang menunjukkan adanya

peningkatan indeks terutama pada properti residensial skala kecil

dan menengah.

c. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Meski menghadapi tekanan di sisi permintaan, sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran masih memiliki tingkat

pertumbuhan yang cukup tinggi, dimana pada tw.II diperkirakan

tumbuh sebesar 10,37% relatif menurun dibanding laju pertumbuhan

tw.I-2008 sebesar 10,53% . Data sementara BPS memperlihatkan

kinerja sub-sektor Hotel dan Restoran relatif menurun dibanding

triwulan sebelumnya. Sedangkan aktivitas perdagangan masih

atraktif dengan laju pertumbuhan meningkat dari 7,56% menjadi

7,95% pada triwulan laporan.

Turunnya laju pertumbuhan sub-sektor Hotel dari 27,19%

menjadi 23,37% serta sub-sektor Restoran dari 28,72% mejadi

24,85% diperkirakan sebagai efek kenaikan harga minyak dunia

yang berimbas pada kenaikan harga bahan bakar minyak di hampir

semua negara, terutama Singapura dan Malaysia yang mengalami

kenaikan harga BBM lebih tinggi dibanding Indonesia. Tekanan

daya beli yang dialami baik oleh penduduk lokal, wisatawan

domestik, maupun wisatawan mancanegara secara langsung telah

mempengaruhi pertumbuhan industri restoran dan hotel di wilayah

Kepulauan Riau, terutama kota Batam yang dicanangkan pemerintah

sebagai kawasan MICE (Meeting, Invitation, Conference and

Exhibition) International.

Meski occupancy rate (tingkat hunian) pada hotel-hotel

berbintang pada bulan April 2008 mengalami tren meningkat

dibanding periode triwulan sebelumnya, penurunan jumlah

wisatawan asing yang berkunjung ke Batam pada periode Mei 2008

diduga sangat mempengaruhi nilai tambah yang dihasilkan sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran pada tw.II-2008.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

24

Kebangsaan Mei-07 Apr-08 Mei-08 Singapura 73,526 64,924 77,681

Malaysia 20,806 20,653 22,791

Korea Selatan 8,625 8,102 9,231

India 3,206 2,887 4,894

China 1,875 1,961 2,126

Jepang 3,973 3,108 3,502

Inggris 2,555 2,701 3,021

Amerika Serikat 1,639 1,524 1,891

Australia 1,751 1,949 2,168

Taiwan 964 879 851

Jerman 807 716 996

Belanda 470 477 604

Lainnya 12,089 9,897 10,277

Total Wisman 132,286 119,778 140,033

Tekanan daya beli yang terjadi pada masyarakat akibat

kenaikan harga BBM dapat dikonfirmasi oleh penurunan outstanding

kredit di tingkat perdagangan eceran. Di samping itu, relatif

meningkatnya total kunjungan wisatawan mancanegara pada bulan

Mei-2008 dibanding tahun sebelumnya tercermin dari pertumbuhan

penyaluran kredit kepada sub-sektor hotel dan restoran.

Grafik 1.28 – Pertumbuhan Sub-sektor Perdagangan, Hotel & Restoran

Sumber : BPS Sumber : BPS

Grafik 1.29–Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Kepulauan Riau

Tabel 1.6 – Jumlah Wisman Berdasarkan Pintu Masuk (orang)

Sumber : BPS

Tabel 1.7 – Jumlah Wisman Berdasarkan Negara/Kebangsaan

Sumber : BPS

Pintu masuk Mei-2007 Apr-2008 Mei-2008 y-o-y

Batam 87,728 78,838 87,079 -0.74%

Tanjung Pinang 9,994 8,915 12,001 20.08%

Bintan 23,886 20,358 26,674 11.67%

Karimun 10,678 11,667 14,279 33.72%

Total 132,286 119,778 140,033 5.86%

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

25

d. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Pertumbuhan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan diperkirakan menurun dari 11,69% menjadi 10,69% yang

terjadi pada setiap sub-sektor baik Bank dan Lembaga Keuangan

non Bank maupun Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan. Laju

penurunan sebagian besar disumbangkan oleh sub-sektor Bank yang

tumbuh 11,91% dibanding triwulan sebelumnya sebesar 12,95%.

Adapun sub-sektor Perbankan memiliki pangsa dominan terhadap

pembentukan PDRB sektor ini, dimana pada tw.II-2008 kontribusi

nilai tambah yang diberikan sebesar 67,59%, diikuti sub-sektor

Sewa Bangunan (28,05%), Lembaga Keuangan non Bank (3,65%) serta

Jasa Perusahaan (0,71%).

Sumber : BI Batam

Grafik 1.30 – Pertumbuhan Penyaluran Kredit Sub-sektor Distribusi, Perdagangan Eceran, Hotel & Restoran

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2007 2008

DistribusiPerdagangan EceranRestororan & Hotel

Sumber : BI Batam

Grafik 1.32 – Pertumbuhan Aset,DPK & Kredit Perbankan Kepulauan Riau

Sumber : BPS, diolah

Grafik 1.31 – Pertumbuhan per Sub-Sektor

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 9 12 3

2003 2004 2005 2006 2007 2008

AssetDPKKredit

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

26

Pertumbuhan industri perbankan yang relatif melambat di

tw.II-2008 dikonfirmasi oleh penurunan laju pertumbuhan asset

dan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan di wilayah

Kepulauan Riau dibanding triwulan sebelumnya. Meski demikian,

penyaluran kredit yang ekspansif dan penurunan rasio kredit

bermasalah (NPL) menggambarkan fungsi intermediasi perbankan

masih berjalan dengan sangat baik. Sedangkan laju pertumbuhan

sub-sektor Jasa Perusahaan yang menurun cukup signifikan di

triwulan laporan diperkirakan sebagian besar terjadi pada jasa-

jasa penunjang real estate, seperti yang terlihat pada indikator

pertumbuhan sub-sektor Jasa Dunia Usaha di atas. Sedangkan

aktivitas jasa-jasa penunjang dunia usaha lainnya seperti jasa

pengurusan administrasi dan notaris diperkirakan meningkat

sejalan dengan meningkatnya penyaluran kredit secara

keseluruhan.

e. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Bisnis Pengangkutan merupakan sektor yang paling terpukul

oleh kenaikan harga BBM akibat naiknya biaya operasional rutin,

sedangkan kenaikan tarif yang disetujui pemerintah tidak mampu

menutup peningkatan biaya secara proporsional. Laju pertumbuhan

Sumber : BI Batam

Grafik 1.34 – Pertumbuhan Kredit Sub-sektor Jasa Dunia Usaha

Sumber : BI Batam

Grafik 1.33 – Perkembangan LDR & NPL Perbankan Kepulauan Riau

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2007 2008

Jasa Real Estate

Jasa Dunia Usaha Lainnya

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 9 12 3 6

2003 2004 2005 2006 2007 2008

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

LD R ( R HS)

N PL ( LHS)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

27

sektor pengangkutan dan komunikasi tercatat mengalami penurunan

dari 18,56% menjadi 16,34% di triwulan laporan.

Kenaikan tarif yang disepakati pemerintah daerah dan

kalangan pengusaha angkutan berkisar 15%-25%, belum mampu

mendorong perbaikan kinerja industri angkutan, baik angkutan

jalan raya maupun angkutan laut. Angkutan laut memegang peranan

yang sangat penting dalam bagi masyarakat Kepulauan Riau karena

lokasi geografis antar kabupaten/kota terpisah dalam wilayah

kepulauan.

Dari sisi pembiayaan, tekanan harga BBM terhadap biaya

operasional sektor transportasi dapat tercermin pada laju

pertumbuhan kredit sub-sektor transportasi umum yang menurun

signifikan di tw.II-2008. Di samping itu, berkurangnya

pembiayaan perbankan kepada sektor komunikasi konvergen dengan

perlambatan yang terjadi di sektor Komunikasi.

f. Sektor Pertanian dan Pertambangan

Data sementara BPS memperlihatkan bahwa laju pertumbuhan

sektor Pertanian pada tw.II-2008 kembali tertekan menjadi

5,78%, setelah pada tw.I-2008 juga mengalami perlambatan

Sumber : BPS Kepulauan Riau

Grafik 1.35 - Pertumbuhan Sub-sektor Transportasi & Komunikasi

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2007 2008

Transportasi UmumBiro Perjalanan & PergudanganKomunikasi

Grafik 1.36 - Pertumbuhan Kredit Sub-sektor Transportasi & Komunikasi

Sumber : BI - Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

28

menjadi 8,37%. Berdasarkan kontribusi ekonominya, nilai tambah

yang diberikan sub-sektor perikanan menyumbang 73% terhadap

PDRB sektor Pertanian, dimana pertumbuhan pada tw.II-2008

tercatat menurun dari 10,53% menjadi 6,49%. Meski provinsi

Kepulauan Riau merupakan wilayah perairan, namun share yang

diberikan oleh industri perikanan hanya sebesar 3,4% terhadap

pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Turunnya kinerja sub-sektor perikanan dapat terlihat

melalui pendekatan nilai ekspor ikan, udang dan kepiting

sebagai komoditas perikanan provinsi Kepulauan Riau yang

berorientasi ekspor, dimana pertumbuhannya sepanjang tw.II-2008

memperlihatkan tren menurun dibanding triwulan sebelumnya.

Sedangkan laju pertumbuhan sub-sektor Tanaman Bahan

Makanan, Perkebunan dan Kehutanan relatif meningkat dibanding

tw.I-2008. Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh sejumlah

indikator hasil pertanian terutama di sub-sektor tanaman bahan

makanan seperti jagung, kacang tanah dan ubi-ubian berikut ini.

Meski masih menggunakan angka ramalan dari BPS, pola musim

panen beberapa komoditas pertanian di Kepulauan Riau jatuh pada

semester-II setiap tahunnya. Sehingga dengan demikian dapat

dikatakan bahwa produksi sub-sektor tanaman bahan makanan cukup

berpotensi mulai tumbuh di tw.II-2008 dan triwulan selanjutnya.

Grafik 1.37–Pertumbuhan Sub-Sektor Pertanian

Sumber : BPS

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008

Tanaman Bahan M akananTanaman PerkebunanPeternakan dan Hasil-hasilnyaKehutananPerikanan

Grafik 1.38 – Perkembangan Ekspor Ikan, Udang dan Kepiting

Sumber : BI - DSM

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

29

Sementara di sisi pembiayaan belum mampu menggambarkan

kinerja sektor Pertanian, dimana pertumbuhan kredit untuk

Pertanian cenderung turun. Resistensi perbankan dalam melakukan

pembiayaan ke sektor ini tampaknya masih berlanjut disebabkan

ketergantungannya yang sangat tinggi terhadap faktor alam, di

samping pengelolaannya sebagian besar masih bersifat

tradisional.

Grafik 1.40–Luas Panen&Produksi Kacang Tanah

Sumber : BPS Ket. *) data sementara

**) data ramalan

Grafik 1.39 – Luas Panen & Produksi Jagung

Grafik 1.41–Luas Panen & Produksi Ubi-Ubian Grafik 1.42–Luas Panen&Produksi Padi-Padian

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

30

Laju pertumbuhan negatif sektor Pertambangan dan

Penggalian masih berlanjut di tw.II-2008, dimana pada tw.II-

2008 tercatat turun 2,99% dibanding periode yang sama tahun

sebelumnya. Kondisi ini terkait erat dengan permasalahan

kelistrikan yang terjadi di kota Batam akibat berkurangnya

pasokan gas dari Perusahaan Gas Negara (PGN) Batam kepada PT.

PLN Batam. Kelangkaan pasokan gas alam disebabkan berkurangnya

jatah gas alam yang disediakan oleh Conoco Phillips dari jalur

pipa gas dari Grissik ke Singapura yang melewati Pulau Batam.

Pada tw.II-2008, sub-sektor pertambangan Minyak dan Gas

Bumi berkontribusi 82,81% terhadap pembentukan PDRB sektor

Pertambangan dan Penggalian, sedangkan sub-sektor Pertambangan

Non-Migas memberi sumbangan nilai tambah sebesar 10,25% dan

sisanya berasal dari sub-sektor Penggalian. Kedua sub-sektor

terakhir mengalami laju pertumbuhan yang meningkat di triwulan

laporan.

Daerah yang memberikan kontribusi penerimaan daerah yang

berasal dari bagi hasil pengelolaan tambang migas adalah

Kabupaten Natuna. Di sebelah barat terdapat tambang Gas Alam

yang sangat besar yang dikelola oleh Conoco Philips dan Star

Energy, sedangkan di sebelah timur terdapat potensi minyak bumi

yang akan dieksplorasi oleh Pertamina.

-40%

0%

40%

80%

120%

160%

200%

240%

280%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2007 2008

Tanaman PanganTanaman PerkebunanPerikananPeternakan

Grafik 1.43 –Pertumbuhan Kredit Sub-sektor Pertanian

Sumber : BPS

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

31

Tinjauan di sisi pembiayaan, turunnya outstanding kredit

sektor Pertambangan terutama pada sub-sektor pertambangan

minyak dan gas bumi mampu mengkonfirmasi melambatnya kinerja

sub-sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi akibat permasalahan

listrik yang pernah dialami kota Batam. Sementara itu,

meningkatnya laju pertumbuhan sub sektor pertambangan tanpa

migas dan penggalian juga dapat dicerminkan oleh tren

pertumbuhan positif penyaluran kredit kepada sub-sektor

Pertambangan Bijih Logam dan Pertambangan Lainnya.

g. Sektor Jasa - Jasa

Pertumbuhan sektor Jasa-jasa di tw.II-2008 diperkirakan

mengalami laju menurun dibanding tw.I-2008, dari 20,57% menjadi

17,47%. Kondisi ini merupakan pengaruh langsung dari

melambatnya kinerja pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya,

terutama pada sektor Pengangkutan, Perdagangan, Hotel dan

Restoran. Pencanangan tahun pariwisata dengan menjadikan Batam

sebagai koa MICE (Meeting, Incentive, Convention and

Exhibition) ternyata belum mampu mengangkat pertumbuhan

Grafik 1.45 – Perkembangan Kredit Sub-sektor Pertambangan

Sumber : BI Batam

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

400%

450%

500%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2007 2008

M inyak & Gas BumiBijih LogamPertambangan Lainnya

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008

M inyak dan Gas BumiPertambangan tanpa M igasPenggalian

Grafik 1.44 – Pertumbuhan Sub-sektor Pertambangan & Penggalian

Sumber : BPS

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

32

industri jasa-jasa sebagai sarana penunjang aktivitas bisnis

lainnya.

Upaya pemerintah daerah kota Batam untuk memaksimalkan

sumber-sumber penerimaan publiknya melalui pajak bandara dan

pelabuhan laut memberi kontribusi positif terhadap kinerja Jasa

Pemerintahan Umum dan menahan efek penurunan yang lebih jauh

akibat tertekannya daya beli masyarakat secara keseluruhan.

Pada tw.II-2008, laju pertumbuhan sub-sektor Jasa Pemerintahan

Umum tercatat menurun dibanding triwulan sebelumnya, dari

26,95% menjadi 22,52%.

Belum optimalnya kontribusi nilai tambah yang dihasilkan

oleh sarana publik milik pemerintah daerah diduga terkait

kondisi infrastruktur yang kurang memadai dalam mendukung

peningkatan aktivitas masyarakat dan perusahaan. Kondisi

tersebut antara lain dapat terlihat dari keluhan kalangan

pengusaha terhadap kapasitas pelabuhan Batu Ampar-Batam yang

kurang memadai untuk menampung arus keluar-masuk barang saat

ini yang disinyalir menghambat kelancaran proses bongkar muat

barang di pelabuhan sehingga menyebabkan kenaikan biaya yang

harus ditanggung pengusaha. Adapun permasalahan ini sudah

Grafik 1.46 – Pertumbuhan Sub-sektor Jasa Pemerintahan & Swasta

Sumber : BPS

Grafik 1.47 – Pertumbuhan Kredit Sub-sektor Jasa Hiburan dan Jasa Sosial Lainnya

Sumber : BPS

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

33

menjadi concern pemerintah daerah untuk segera dilakukan

perluasan dan pengelolaan sarana pelabuhan yang memadai dengan

melakukan kerjasama dengan pihak asing, namun masih menemui

beberapa kendala hingga saat ini.

Sedangkan nilai tambah yang dihasilkan industri jasa

swasta meliputi jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan

rekreasi, serta jasa perorangan selama triwulan laporan masih

mampu tumbuh 11,78% dibanding triwulan yang sama tahun

sebelumnya. Meski demikian, laju pertumbuhan tercatat menurun

dibanding tw.I-2008 yang tumbuh sebesar 16,88%. Sejalan dengan

itu, indikator penyaluran kredit kepada sektor hiburan

mengalami menurunan drastis pada periode tw.II-2008 sekaligus

mengkonfirmasi perlambatan yang terjadi pada sektor jasa-jasa

swasta.

h. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Permasalahan kelistrikan yang terjadi di kota Batam pada

bulan Mei dan Juni 2008 akibat berkurangnya pasokan gas

memperlambat laju pertumbuhan sektor ini, dari 13,49% pada

tw.I-2008 menjadi 12,34%. Sumbangan terbesar diberikan oleh

sub-sektor Gas dengan penurunan laju pertumbuhan sebesar 1,11%

menjadi 13,08%. Selanjutnya diikuti oleh sub-sektor Listrik

yang hanya tumbuh 12,05% pada tw.II-2008, menurun dibanding

tingkat pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 13,53%.

Pada bulan Mei 2008, Batam mengalami pemadaman listrik

secara bergilir akibat berkurangnya pasokan gas dari PGN kepada

PT. PLN Batam, dimana sekitar 85% pembangkit listrik Batam

menggunakan bahan bakar gas. Kondisi ini disebabkan menurunnya

pasokan dari Conoco Phillips yang diklaim karena keterbatasan

kapasitas pipa. Pasokan gas berkurang menjadi 46,2 mmbtud,

sementara kebutuhan gas saat ini sebesar 60-64 mmbtud. Adapun

jalur pipa gas Conoco dari Grissik ke Singapura melewati Pulau

Batam, dengan kesepakatan PGN mendapatkan kontrak firm sebesar

30 mmbtud, sedangkan sisanya merupakan kontrak interuptable

yang hanya akan dipenuhi jika kapasitas memungkinkan.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

34

Dengan adanya upaya intensif dari berbagai unsur

pemerintahan daerah dan asosiasi pengusaha, pada bulan Juni

2008 Batam memperoleh jaminan dari Menteri ESDM untuk mendapat

kelancaran pasokan gas sesuai dengan kebutuhan PT. PLN Batam.

Meski demikian masih dibutuhkan upaya pemerintah dan PGN untuk

memberi jaminan terpenuhinya pasokan gas bagi sebagian industri

yang menggunakan pembangkit listrik sendiri, dimana kebutuhan

akan bahan bakar gas dilakukan melalui kontrak langsung dengan

PGN Batam.

Permasalahan listrik sebenarnya bukan hanya terjadi di

kota Batam, tetapi kota Tanjungpinang saat ini juga mengalami

kondisi krisis akibat kerusakan mesin pembangkit yang dimiliki

oleh PLN Tanjungpinang. Namun akibat tingginya aktivitas

perekonomian di kota Batam dibanding daerah lainnya di provinsi

Kepulauan Riau, penurunan kinerja PT. PLN Batam mampu

mengkonfirmasi perlambatan yang terjadi di sektor kelistrikan

provinsi ini, seperti yang diperlihatkan gambar di atas.

Khusus di kota Batam, sistem pengelolaan sarana Listrik

sejak awal tahun 2006 dilakukan melalui kerja sama jual-beli

tenaga listrik antara PT. PLN Batam dengan Independend Power

Plant (IPP) yang dikelola swasta, dimana saat ini komposisi

Sumber : BPS

Grafik 1.48 – Pertumbuhan Sub-Sektor Listrik, Gas & Air Bersih

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008

Listrik

Gas

Air Bersih

Sumber : PT. PLN Batam, diolah

Grafik 1.49 – Perkembangan Penjualan Listrik PT. PLN Batam

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

110,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2007 2008

0%

5%

10%

15%

20%

25%

Penjualan M WH

Pertumbuhan y-o-y

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

35

Sumber : BI Batam

Grafik 1.50 – Perkembangan Penyaluran KreditSektor Listrik, Gas & Air Bersih

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6

2003 2004 2005 2006 2007 2008

( R p jut a)

-500

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

( %)

Kredit Listrik, Gas & A ir Bersih (juta)Pertumbuhan (%)

supply mesin pembangkit PT. PLN Batam sebesar 27% dengan

menggunakan energi diesel, sedangkan sisanya dipenuhi oleh IPP

yang menggunakan bahan bakar gas. Besarnya kontribusi

penggunaan gas dalam menjamin kelancaran pasokan listrik di

kota Batam menyebabkan arah pertumbuhan sub-sektor Gas relatif

konvergen dengan sub-sektor Listrik.

Sementara itu, kebutuhan masyarakat kota Batam terhadap

air bersih dikelola secara independen oleh PT. Adhya Tirta

Batam mengalami laju pertumbuhan yang meningkat dari 7,92%

menjadi 8,26%. Meningkatnya kinerja sub-sektor Air Bersih tidak

terlepas dari perkembangan industri properti yang cukup

ekspansif sejak tahun 2007.

Dari sisi pembiayaan, turunnya laju pertumbuhan kredit

kepada sektor Listrik, Gas dan Air Bersih mampu mengkonfirmasi

perlambatan yang terjadi di sektor ini. Adapun outstanding

kredit pada bulan Juni 2008 (triwulan II) tercatat sebesar Rp

23 milyar atau tumbuh 29,8% dibanding bulan Juni 2007.

Pertumbuhan ini menurun drastis jika dibandingkan posisi bulan

Maret 2008 (triwulan I) yang tumbuh 452% dibanding bulan yan

sama tahun 2007.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

36

Bab 2 Perkembangan Inflasi Regional

2.1. Inflasi Kota Batam

2.1.1. Kondisi Umum

Laju inflasi Kota Batam pada tw.II-2008 mengalami

peningkatan. Laju inflasi sampai dengan Juni 2008 tercatat sebesar

5,94% (ytd), lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2007

yang hanya 1,06% (ytd). Sedangkan inflasi tahunan tercatat sebesar

8,93% (yoy) juga lebih tinggi dibanding tingkat inflasi pada

periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai sebesar 5,41%.

Meskipun demikian laju inflasi tahunan bulan Juni (yoy) masih

lebih rendah dibandingkan angka inflasi nasional yang tercatat

sebesar 11,03% (yoy).

Grafik 2.1 – Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Kota Batam & Nasional

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

37

2.1.2. Inflasi Triwulanan

Secara triwulanan, laju inflasi Kota Batam juga mengalami

peningkatan pada tw.II-2008 dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Jika pada tw.I-2008 laju inflasi kota Batam tercatat

2,89% (qtq) maka pada tw.II-2008 laju inflasi Kota Batam tercatat

sebesar 3,43% (qtq). Dampak kenaikan BBM yang terjadi pada minggu

4 setelah pemerintah mengumumkan kenaikan BBM mulai tanggal 24 Mei

2008, merupakan pemicu utama terjadinya inflasi (kenaikan harga-

harga barang) pada semua 66 kota IHK di Indonesia termasuk Kota

Batam. Dengan terjadinya inflasi Bulan Juni, berarti selama kurun

waktu 13 bulan terakhir (sejak Bulan Juni 2007 sampai dengan Juni

2008) Kota Batam selalu mengalami inflasi.

Berdasarkan kontribusinya pada tw.II-2008 kelompok

transportasi, komunikasi dan jasa keuangan merupakan penyumbang

utama dalam pembentukan angka inflasi yang tercatat sebesar 1,23%.

Sementara itu kelompok lain memberikan sumbangan inflasi secara

total sebesar 2,20%, dimana kontributor utama lain adalah bahan

makanan (0,91%) dan perumahan, air, listrik dan bahan bakar

(0,82%).

Grafik 2.2 - Inflasi Triwulanan Kota Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

38

2.1.3. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

2.1.3.1. Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan pada triwulan II 2008 mengalami

inflasi sebesar 3,33% (qtq) yang berasal dari sebelas sub

kelompok yang semuanya mengalami inflasi. Sub kelompok padi-

padian, umbi-umbian dan hasilnya sebesar 1,19% (qtq); sub kelompok

daging dan hasil-hasilnya 8,90% (qtq); sub kelompok ikan segar

0,65% (qtq); sub kelompok ikan diawetkan 2,96% (qtq); sub

kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya 2,36 % (qtq); sub kelompok

sayur-sayuran 0,92% (qtq); sub kelompok kacang-kacangan 5,50%

(qtq); sub kelompok buah-buahan 8,68% (qtq); sub kelompok bumbu-

bumbuan 5,98% (qtq); sub kelompok lemak dan minyak 2,32% (qtq) dan

sub kelompok bahan makanan lainnya 0,95% (qtq).

2.1.3.2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada

triwulan II 2008 inflasi sebesar 2,18% (qtq) yang berasal dari

tiga sub kelompoknya yang mengalami inflasi. Sub kelompok makanan

jadi mengalami inflasi tertinggi sebesar 3,48% (qtq); diikuti sub

kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami inflasi sebesar

KELOMPOK Tw.IV-2007 Tw.I -2008 Tw.II -2008 Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan

I. Bahan Makanan 3,16 0,88 6,74 1,85 3,33 0,91

II. Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,10 0,01 0,78 0,14 2,18 0,35

III. Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0,91 0,22 1,82 0,45 3,34 0,82 IV. Sandang 6,67 0,29 3,98 0,18 0,23 0,02 V. Kesehatan 0,64 0,02 4,39 0,13 2,79 0,01 VI. Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,23 0,01 0,75 0,03 0,00 0,00

VII. Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,54 0,09 0,15 0,03 6,19 1,23

INFLASI 1,56 2,89 3,43

Sumber : BPS (diolah)

Tabel 2.1 – Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

39

1,52% (qtq); dan sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol

mengalami inflasi sebesar 0,06% (qtq).

2.1.3.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan

Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada

triwulan laporan mengalami kenaikan harga sebesar 0,34% (qtq) yang

berasal dari empat sub kelompoknya yang mengalami inflasi. Inflasi

tertinggi dialami oleh sub kelompok bahan bakar, penerangan dan

air yang mengalami inflasi sebesar 7,35% (qtq), diikuti sub

kelompok penyelenggaraan rumah tangga yang mengalami inflasi

sebesar 4,03% (qtq), sub kelompok biaya tempat tinggal yang

mengalami inflasi sebesar 1,34% (qtq) dan perlengakapan rumah

tangga yang mengalami kenaikan harga sebesar 0,21% (qtq).

2.1.3.4. Kelompok Sandang

Kelompok sandang pada triwulan II 2008 mengalami inflasi

sebesar 0,23% (qtq) yang berasal dari sub kelompok sandang wanita

yang mengalami kenaikan harga sebesar 1,72% (qtq). Sub kelompok

sandang laki-laki dan sub kelompok sandang anak-anak pada triwulan

II 2008 tidak mengalami kenaikan harga. Sedangkan sub kelompok

sandang pribadi dan sandang lainnya justru mengalami penurunan

harga sebesar 1,27% (qtq).

2.1.3.5. Kelompok Kesehatan

Kelompok sandang pada triwulan laporan mengalami inflasi

sebesar 2,88% (qtq) yang berasal dari sub kelompok obat-obatan

yang mengalami inflasi sebesar 3,37% (qtq) dan sub kelompok

perawatan jasmani dan kosmetika yang mengalami inflasi sebesar

4,94% (qtq). Sementara itu sub kelompok jasa kesehatan dan jasa

perawatan jasmani pada triwulan II 2008 tidak mengalami inflasi.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

40

2.1.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Indeks harga kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada

selama triwulan II 2008 tidak mengalami perubahan (stabil)

dibanding dengan indeks pada triwulan sebelumnya sehingga kelompok

pendidikan, rekreasi dan olahraga tidak mengalami inflasi dan sama

sekali tidak memberikan andil terhadap terjadinya inflasi di Kota

Batam.

2.1.3.7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada

triwulan II 2008 mengalami inflasi sebesar 6,19% (qtq) yang

berasal dari inflasi sub kelompok transportasi sebesar 12,86%

(qtq). Sub kelompok sarana penunjang transportasi dan sub kelompok

jasa keuangan pada triwulan ini tidak mengalami kenikan harga.

Sedangkan sub kelompok komunikasi dan pengiriman pada triwulan

laporan mengalami deflasi sebesar 12,22% (qtq).

2.2. Inflasi Kota Tanjung Pinang

2.2.1. Kondisi Umum

Sejak bulan Juni 2008, BPS Provinsi Kepulauan Riau mulai

mengumumkan laju inflasi Kota Tanjung Pinang yang merupakan

ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Dari penghitungan yang dilakukan

oleh BPS sampai dengan Juni 2008 Indeks Harga Konsumen Kota

Tanjung Pinang tercatat sebesar 111,63 yang berarti daerah ini

mengalami inflasi sebesar 2,45% (mtm) atau lebih tinggi

dibandingkan dengan Kota Batam yang tercatat sebesar 2,29% (mtm).

Sementara itu, tingkat inflasi kalender Kota Tanjung Pinang sampai

dengan Juni 2008 tercatat sebesar 7,02% (ytd). Sedangkan tingkat

inflasi tahunan di Kota Tanjung Pinang tercatat sebesar 13,80%

(yoy)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

41

2.2.2. Penyebab Inflasi

Inflasi Kota Tanjung Pinang terjadi karena adanya kenaikan

harga kebutuhan masyarakat yang ditunjukkan oleh naiknya indeks

harga pada lima kelompok barang dan jasa sebagai berikut: kelompok

bahan makanan sebesar 3,12% (mtm); kelompok makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau sebesar 1,91% (mtm); kelompok kesehatan sebesar

0,82% (mtm); kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar

0,02% (mtm) dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa

keuangan sebesar 7,97% (mtm). Sebaliknya kelompok perumahan, air,

listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok sandang indeks

harganya justru mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,17%

(mtm) dan 0,74% (mtm).

Tabel 2.2 - Inflasi IHK dan Sumbangan Inflasi Kota Tanjung Pinang bulan Juni 2008

Kelompok Komoditi Inflasi

(%) Sumbanga

n (%) Umum 2,45 2,45

Bahan Makanan 3,12 0,80

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 1,91 0,41

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan bakar -0,17 -0,04

Sandang -0,74 -0,04

Kesehatan 0,82 0,03

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0,02 0,00

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 7,97 1,29

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

42

Tabel 2.2 – Perkembangan IHK dan Inflasi Kota Tanjung Pinang

IH K  J u n i %  P e ru b a h a n2 0 0 8 T h d .  M e i  2 0 0 82 3

U M U M 111 ,6 3 2 ,4 5I . B A H A N  M A K A N A N 1 1 7 ,3 1 3 ,1 2

1 .  P a d i ‐ p a d i a n ,  U m b i ‐ u m b i a n  d a n  H a s i l n y a 1 1 2 , 5 7 0 , 4 22 .  D a g i n g  d a n  h a s i l ‐ h a s i l n y a 1 2 9 , 2 0 1 , 4 33 .  I k a n  s e g a r 1 0 6 , 6 5 7 , 9 94 .  I k a n  d i a w e t k a n 1 3 6 , 8 6 6 , 9 05 .  T e l u r ,  s u s u  d a n  h a s i l ‐ h a s i l n y a 1 2 1 , 2 4 3 , 8 26 .  S a y u r ‐ s a y u ra n 9 5 ,9 3 1 , 4 87 .  K a c a n g ‐ k a c a n g a n 1 1 0 , 3 2 ‐ 0 , 5 18 .  B u a h ‐ b u a h a n 1 2 0 , 0 5 3 , 3 39 .  B u m b u ‐ b u m b u a n 1 2 5 , 1 3 6 , 3 21 0 .  L e m a k  d a n  m in y a k 1 4 2 , 6 4 ‐ 0 , 2 71 1 .  B a h a n  m a k a n a n  l a i n n y a 1 1 1 , 4 8 1 , 0 9

I I . M A K A N A N  J A D I ,  M IN U M A N ,  R O K O K  &T EM B A K A U 1 1 5 ,3 0 1 ,9 11 .  M a k a n a n  j a d i 1 1 5 , 9 8 2 , 8 32 .  M in u m a n  y a n g  t i d a k  b e ra l k o h o l 1 2 1 , 8 2 0 , 3 23 .  T e m b a k a u  d a n  m in u m a n  b e ra l k o h o l 1 0 9 , 6 2 0 , 7 1

I I I . P E R U M A H A N ,  A IR ,  L IS T R IK ,  G A S  &B A H A N  B A K A R 1 0 2 ,3 3 ‐ 0 ,1 71 .  B i a y a  t e m p a t  t i n g g a l 1 0 2 , 3 0 ‐ 0 , 2 42 .  B a h a n  b a k a r ,  p e n e ra n g a n  d a n  a i r 1 0 0 , 0 0 0 , 0 13 .  P e r l e n g k a p a n  ru m a h  t a n g g a 1 0 3 , 4 3 ‐ 0 , 2 94 .  P e n y e l e n g g a r a a n  ru m a h  t a n g g a 1 0 9 , 4 7 ‐ 0 , 0 5

IV . S A N D A N G 1 0 9 ,5 7 ‐ 0 ,7 41 .  S a n d a n g  l a k i ‐ l a k i 1 0 4 , 7 3 0 , 1 82 .  S a n d a n g  w a n i t a 1 0 4 , 3 4 ‐ 0 , 5 13 .  S a n d a n g  a n a k ‐ a n a k 1 0 4 , 3 6 0 , 0 24 .  B a ra n g  p r i b a d i  d a n  s a n d a n g  l a i n 1 2 4 , 5 3 ‐ 2 , 2 8

V . K E S E H A T A N 1 0 5 ,4 6 0 ,8 21 .  J a s a  k e s e h a t a n 1 0 0 , 1 9 0 , 0 02 .  O b a t ‐ o b a t a n 1 1 5 , 1 7 2 , 8 93 .  J a s a  p e ra w a t  j a s m a n i 1 0 2 , 4 2 0 , 0 04 .  P e ra w a t a n  j a s m a n i  d a n  k o sm e t i k a 1 0 6 , 8 7 0 , 8 9

V I . P E N D ID IK A N ,  R E K R E A S I ,  D A N  O LA H R A G A 1 0 2 ,1 7 0 ,0 21 .  J a s a  p e n d i d i k a n 1 0 0 , 4 5 0 , 0 02 .  K u r s u s ‐ k u r s u s / p e l a t i h a n 1 0 8 , 9 2 0 , 0 03 .  P e r l e n g k a p a n / p e ra l a t a n  p e n d i d i k a n 1 0 5 , 5 1 0 , 0 04 .  R e k re a s i 1 0 0 , 2 4 0 , 0 95 .  O l a h ra g a 1 0 4 , 0 7 0 , 0 0

V I I . T R A N S P O R ,  K O M U N IK A S I  &  J A S AK E U A N G A N 1 1 7 ,0 0 7 ,9 71 .  T ra n s p o r 1 2 6 , 3 8 1 2 , 3 92 .  K o m u n i k a s i  d a n  p e n g i r im a n 9 9 ,6 7 ‐ 0 , 3 53 .  S a ra n a  d a n  p e n u n j a n g  t r a n s p o r 1 0 9 , 0 6 0 , 0 04 .  J a s a  k e u a n g a n 1 0 2 , 9 2 0 , 0 0

S u m b e r  :  B P S  P r o v .  K e p r i

J u n iK e l o m p o k / s u b  K e lo m p o k

1

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

43

Bab 3 Perkembangan Perbankan Regional

3.1. Kondisi Umum

Kondisi perbankan di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II

2008 menunjukkan peningkatan yang cukup stabil terhadap periode

sebelumnya. Beberapa indikator-indikator perbankan, seperti total

aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit oleh perbankan

terus mengalami pertumbuhan.

Jumlah jaringan kantor cabang bank umum di wilayah Provinsi

Kepulauan Riau tercatat sebanyak 45 kantor cabang di triwulan awal

2008, tidak mengalami pertambahan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sampai

dengan triwulan II 2008 tercatat ada 15 kantor BPR dan 2 kantor

cabang BPR.

Total asset, DPK dan total kredit yang diberikan oleh

perbankan menunjukkan trend peningkatan jika dibanding triwulan I

2008. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap

perbankan semakin meningkat. Kinerja perbankan Provinsi Kepulauan

Riau untuk tahun 2008 sampai dengan triwulan II terhitung baik,

dimana asset, DPK, kredit dan rasio LDR menunjukkan peningkatan.

Sedangkan angka Non Performing Loans (NPLs) mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya namun masih di bawah persayaratan

yang ditetapkan Bank Indonesia. Pertumbuhan penyaluran kredit yang

lebih besar daripada penghimpunan dana menunjukkan sudah

membaiknya fungsi intermediasi oleh perbankan.

3.2. Total Asset Bank Umum

Kondisi industri perbankan menunjukkan pertumbuhan, seperti

tercermin pada pertumbuhan total asset bank umum yang berada di

wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam yang didukung oleh

pertumbuhan aktiva produktif, termasuk kredit. Sampai dengan

triwulan triwulan II 2008, total asset bank umum mencapai Rp.16,71

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

44

triliun atau mengalami peningkatan sebesar 4,01% dibanding

triwulan I 2008 yang tercatat sebesar Rp. 16,07 triliun, sedangkan

secara tahunan terdapat peningkatan sebesar Rp.1,6 triliun

(10,61%) terhadap triwulan yang sama di tahun sebelumnya.

Tabel 3.1 – Perkembangan Indikator Bank Umum

Indikator Periode

2007 2008 Tw. II Tw. III Tw.IV Tw.I Tw.II

1. Jaringan BU 41 44 44 45 45 a. Batam 27 28 28 29 29 b. Tj. Pinang 11 13 13 13 13 c. Karimun 2 2 2 2 2 d. Natuna 1 1 1 1 1 2. Total Asset 15.106.938 15.851.731 16.000.135 16.065.809 16.709.890 a. Batam 10.478.486 11.155.797 11.404.510 11.821.641 12.319.472 b. Tj. Pinang 3.730.356 3.897.759 3.787.352 3.586.531 3.619.643 c. Dati II lain 898.096 798.175 492.979 657.637 770.775 3. Total DPK 12.795.065 13.497.036 13.586.189 13.442.509 14.071.918 a. Batam 8.323.007 8.951.957 9.210.896 9.389.470 9.873.065 b. Tj. Pinang 3.562.510 3.726.971 3.597.598 3.421.781 3.442.043 c. Dati II lain 909.548 818.108 101.417 631.258 756.810 4. Total Kredit 7.228.680 7.726.078 8.215.755 8.583.889 9.291.399 a. Batam 6.025.843 6.374.627 6.817.304 7.100.350 7.623.089 b. Tj. Pinang 985.475 1.111.212 1.139.982 1.193.191 1.319.883 c. Dati II lain 217.362 240.239 185.294 290.348 348.427 5. LDR (%) 56,5 57,24 60,47 63,86 66,03 a. Batam 72,4 71,21 74,01 75,62 77,21 b. Tj. Pinang 27,66 29,82 31,69 34,87 38,35 c. Karimun 36,62 35,16 38,24 41,57 41,65 d. Natuna 11,75 20,58 24,96 62,4 59,59 6. NPLs (%) 4,28 3,47 2,6 1,57 2,33 a. Batam 4,01 3,16 2,37 1,4 2,14 b. Tj. Pinang 5,87 5,18 3,72 2,93 3,21 c. Karimun 6,28 8,48 5,43 0,57 4,84 d. Natuna 0,07 0,06 0 0 0 Sumber : Bank Indonesia (dalam jutaan rupiah)

Berdasarkan Dati II, kegiatan perekonomian dan perbankan

masih terkonsentrasi di Kota Batam, dimana jumlah total asset

perbankan sebagian besar masih tetap terhimpun di Kota Batam.

Total asset perbankan yang ada di Kota Batam pada triwulan II 2008

sebesar Rp.12,32 triliun atau 73,73% dari seluruh total asset

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

45

perbankan di Kepulauan Riau. Sedangkan total asset yang berhasil

dihimpun oleh perbankan di Tanjung Pinang sebesar Rp.3,62 triliun

atau 21,66% dari seluruh total asset perbankan di Kepulauan Riau.

Sementara itu total asset perbankan di wilayah Kepulauan Riau

(Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun, dan Natuna) sebesar Rp.770

miliar (4,61%).

Tabel 3.2 – Perkembangan Total Asset Perbankan

LOKASI 2007 2008

Tw. II Tw. III Tw.IV Tw.I Tw.II Batam 10.478.486 11.155.797 11.404.510 11.821.641 12.319.472 Tj. Pinang 3.730.356 3.897.759 3.787.352 3.586.531 3.619.643 Dati II lain 898.096 798.175 492.979 657.637 770.775

Total 15.106.938 15.851.731 16.000.135 16.065.809 16.709.890 Sumber : Bank Indonesia (dalam jutaan rupiah) *) wilayah Kepulauan Riau meliputi Tj.Uban,. Tanjung Balai Karimun dan Kab. Natuna

Total asset perbankan di Kota Batam mengalami peningkatan

sebesar 4,21% secara triwulanan (qtq) sedangkan secara tahunan

mengalami peningkatan sebesar 17,57%. Sedangkan untuk total asset

perbankan di wilayah Kota Tanjung Pinang mengalami penurunan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 0,92%, namun

secara tahunan mengalami penurunan sebesar 2,91%. Untuk perbankan

di wilayah Kepulauan Riau yang meliputi Tanjung Uban, Tanjung

Balai Karimun dan Natuna, total asset perbankan di wilayah

tersebut mengalami peningkatan secara triwulanan sebesar 17,20%

namun secara tahunan menurun sebesar 14,18%.

3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum

Pada triwulan II 2008, jumlah dana masyarakat yang dihimpun

oleh bank umum mengalami peningkatan, setelah pada triwulan I 2008

mengalami penurunan. Pada triwulan II 2008 jumlah dana masyarakat

mencapai Rp14,07 triliun atau meningkat sebesar Rp629 milyar

(4,68%) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

Rp13,44 triliun.

Peningkatan DPK bank umum sebagian besar disumbangkan oleh

peningkatan simpanan dalam bentuk giro yang naik 7,45% (Rp413

miliar). Sedangkan simpanan dalam bentuk tabungan mengalami

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

46

pertumbuhan sebesar 5,04% (Rp251 miliar). Sementara itu simpanan

dalam bentuk deposito turun sebesar 1,23% (Rp35 miliar) terhadap

triwulan sebelumnya.

Tabel 3.3 – Perkembangan DPK Bank Umum

Keterangan 2007 2008

Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II

- Giro 5.602.987 6.061.732 5.765.020 5.552.335 5.965.930

- Tabungan 3.999.732 4.303.432 4.980.529 4.991.700 5.243.137

- Deposito 3.196.346 3.131.872 2.840.640 2.898.474 2.862.851

Total 12.795.065 13.497.036 13.586.189 13.442.509 14.071.918 Sumber : Bank Indonesia (dalam jutaan rupiah)

Secara nominal porsi simpanan giro masih merupakan jenis

simpanan terbesar (42,40%) diantara dua jenis simpanan lain. Porsi

simpanan jenis tabungan

tercatat sebesar Rp5,24

triliun (37,26%). Sedangkan

simpanan dalam bentuk deposito

tercatat sebesar Rp2,86

triliun (20,34%). Dominasi

sektor industri dan sektor

perdagangan pada perekonomian

Kota Batam turut mempengaruhi

jenis transaksi perbankan di

Provinsi Kepulauan Riau.

Kebutuhan masyarakat akan dana

likuid serta transaksi ekonomi yang membutuhkan waktu singkat

menyebabkan simpanan berbentuk giro memiliki porsi terbesar

terhadap total simpanan masyarakat di perbankan.

3.4. Kredit Bank Umum

Jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah kerja

Kantor Bank Indonesia Batam pada triwulan II 2008 meningkat

sebesar Rp707 miliar atau tumbuh sebesar 8,24% dibandingkan posisi

akhir tahun 2007. Peningkatan jumlah kredit dan penurunan DPK

Gambar 3.1 – Perbandingan Total DPK Bank Umum Tw.II-2008

42.40%37.26%

20.34%

Sumber : Bank Indonesia

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

47

mengakibatkan tingkat LDR (Loan to Deposit Ratio) bank umum di

Provinsi Kepulauan Riau meningkat menjadi 66,03% dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 63,86%.

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit yang disalurkan di

wilayah kerja KBI Batam sebagian besar digunakan untuk kredit

konsumsi sebesar Rp3,71 triliun atau 39,88% dari total kredit yang

diberikan. Sedangkan kredit untuk modal kerja dan investasi

masing-masing sebesar Rp3,34 triliun (35,95%) dan Rp2,24 triliun

(24,17%).

Dari segi pertumbuhan, peningkatan jumlah kredit terbesar

pada triwulan II 2008 terdapat pada kredit untuk konsumsi yang

meningkat sebesar Rp368 miliar atau 11,04% terhadap triwulan I

2008. Sementara itu kredit konsumsi modal kerja meningkat sebesar

Rp285 miliar (9,35%). Sedangkan kredit investasi meningkat sebesar

Rp53 miliar (2,44%).

Tabel 3.4 – Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum

KETERANGAN 2007 2008

Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II - Modal kerja 2.486.151 2.656.218 2.928.587 3.055.083 3.340.585 - Investasi 1.894.140 2.072.646 2.155.566 2.191.784 2.245.342 - Konsumsi 2.848.389 2.997.214 3.131.602 3.337.022 3.705.472

Total 7.228.680 7.726.078 8.215.755 8.583.889 9.291.399 Sumber : Bank Indonesia (dalam jutaan rupiah)

NPL bank umum di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II

2008 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya meskipun demikian masih berada di bawah persyaratan

Bank Indonesia sebesar 5%. NPL bank umum meningkat dari 1,57% pada

triwulan I 2008 menjadi 2,33% pada triwulan laporan. Secara

nominal NPL bank umum juga mengalami penurunan sebesar Rp.6,05

miliar.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

48

Tabel 3.5 – Perkembangan Kolektibilitas Kredit

KETERANGAN 2007 2008

Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Total 7.228.680 7.726.078 8.215.755 8.583.889 9.291.399 - Lancar 6.179.304 6.616.103 7.242.850 7.574.135 8.338.561 - Dalam Perhatian Khusus 739.891 841.514 759.171 799.132 736.161 - Kurang Lancar 91.848 41.766 25.161 32.220 28.737 - Diragukan 46.772 34.427 25.540 28.311 35.279 - Macet 170.865 192.268 163.033 150.091 152.661 >> NPL (Nominal) 309.485 268.461 213.734 210.622 216.677 >> NPL (%) 4.28 3,47 2,60 1,57 2,33

Sumber : Bank Indonesia (dalam jutaan rupiah)

3.5. Total Asset dan DPK Bank Perkreditan Rakyat

Total asset BPR yang berada di wilayah kerja Kantor Bank

Indonesia Batam mengalami peningkatan. Sampai dengan triwulan II

2008, total asset BPR mengalami peningkatan sebesar Rp38,26 miliar

(5,96%) menjadi sebesar Rp680,64 miliar dibanding triwulan I 2008

yang tercatat sebesar Rp642,37 miliar.

Tabel 3.6 – Perkembangan Total Asset dan DPK BPR

KETERANGAN 2007 2008

Tw. II Tw. III Tw.IV Tw.I Tw.II 1. TOTAL ASSET 498.558 593.383 628.812 642.366 680.641 2. TOTAL DANA 410.714 461.030 476.104 498.168 504.879 a. Tabungan 30.792 35.791 38.577 40.902 44.805 b. Deposito 379.922 425.239 437.528 457.266 460.073 Sumber : Bank Indonesia (dalam jutaan rupiah)

Total dana yang berhasil dihimpun oleh BPR pada triwulan

laporan meningkat dengan triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan I

2008 total dana yang dihimpun BPR tercatat sebesar Rp498,16

miliar, maka pada triwulan II 2008 meningkat menjadi Rp504,88

miliar atau naik sebesar Rp6,71 miliar (1,35%). Sebagian besar

dana masyarakat yang dihimpun oleh BPR disimpan dalam bentuk

deposito yaitu sebesar Rp460,07 miliar atau 91,13% dari seluruh

total DPK BPR. Sedangkan 8,87% disimpan dalam bentuk tabungan

sebesar Rp44,81 miliar.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

49

3.6. Kredit BPR

Penyaluran kredit yang dilakukan oleh BPR kepada masyarakat

pada triwulan II 2008 meningkat terhadap triwulan I 2008. Jumlah

kredit yang diberikan oleh BPR yang beroperasi di wilayah Provinsi

Kepulauan Riau pada triwulan II 2008 sebesar Rp461,34 miliar atau

meningkat Rp66,59 miliar (16,87%) dari triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp394,75 miliar.

Penyaluran kredit yang dilakukan oleh BPR di wilayah kerja

KBI Batam sebagian besar digunakan untuk keperluan konsumsi.

Kredit untuk konsumsi yang disalurkan BPR di wilayah kerja KBI

Batam pada triwulan II 2008 tercatat sebesar Rp313,09 miliar atau

67,87% dari seluruh total kredit yang diberikan oleh BPR.

Sementara kredit untuk investasi yang diberikan BPR di Provinsi

Kepulauan Riau sebesar Rp108,04 miliar atau 23,42% dari seluruh

total kredit yang diberikan oleh BPR. Sedangkan porsi kredit modal

kerja adalah sebesar Rp40,21 miliar (8,72%).

Besarnya kredit BPR untuk keperluan konsumsi mencerminkan

intermediasi yang dilakukan BPR terhadap dunia usaha masih belum

optimal. Sebagian besar BPR di Provinsi Kepulauan Riau menyalurkan

kredit untuk keperluan pembelian mobil dan beberapa untuk

pembelian rumah atau ruko.

Tabel 3.7 – Perkembangan Kredit BPR berdasarkan Jenis Penggunaan

KETERANGAN 2007 2008

Tw. II Tw. III Tw.IV Tw.I Tw.II Total 306.565 348.435 370.587 394.750 461.337 Investasi 20.320 22.119 27.510 30.844 40.208 Modal Kerja 72.505 82.152 84.193 90.339 108.041 Konsumsi 213.740 244.164 258.884 273.567 313.088 Sumber : Bank Indonesia (dalam jutaan rupiah)

Meskipun secara share, kredit BPR di Provinsi Kepulauan Riau

masih didominasi oleh kredit konsumsi, namun kredit modal kerja

mengalami peningkatan terbesar di antara dua jenis kredit yang

lain. Kredit modal kerja meningkat sebesar 30,36% dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu kredit investasi

meningkat sebesar 19,60% dan kredit konsumsi tumbuh sebesar

14,45%. Peningkatan kredit modal kerja dan kredit investasi BPR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

50

yang cukup tinggi ini memberikan sinyal positif bagi dunia usaha,

khususnya UMKM, mengingat pangsa pasar BPR adalah usaha mikro,

kecil dan menengah.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

51

Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah

4.1. KONDISI UMUM

Penyerapan anggaran di tw.II-2008 lebih atraktif dibanding

triwulan sebelumnya. Realisasi penerimaan selama tw.II mencapai

24,8% dan pengeluaran/belanja mencapai 37,5% dari target 2008 yang

telah ditetapkan. Adapun rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (R-APBD) Tahun Anggaran 2008 provinsi Kepulauan Riau yang

disahkan sebesar Rp 1,389 triliun yang terdiri dari komponen

Pendapatan sebesar Rp 1,178 triliun, Belanja sebesar Rp 1,382

triliun, dan Pembiayaan sebesar Rp 204 milyar. Dibandingkan jumlah

APBD tahun 2007 sebesar Rp 1,467 triliun, APBD tahun 2008

mengalami penurunan sebesar 5,32%. Penurunan lebih disebabkan

karena berkurangnya penerimaan dari Dana Perimbangan dan

perhitungan pembiayaan dari Sisa Lebih Penggunaan Anggaran

(SILPA).

Tabel 4.1 – Perkembangan APBD TA.2005-2007 & RAPBD TA.2008 Provinsi Kepulauan Riau

No STRUKTUR APBD TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007 TA.2008

1 PENDAPATAN 371,721,840,000 911,152,768,000 1,019,498,530,494 1,178,500,000,000 2 BELANJA 483,577,930,500 1,136,081,909,773 1,459,367,000,000 1,382,500,000,000 3 PEMBIAYAAN 111,856,090,500 224,929,141,773 439,868,869,506 204,000,000,000

TOTAL APBD 501,134,743,000 1,189,966,909,773 1,467,000,000,000 1,389,000,000,000

Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah – Provinsi Kepulauan Riau

Secara umum, kebijakan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau

untuk pembangunan sektor pendidikan masih tetap konsisten seperti

tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2008 porsi anggaran

pendidikan sebesar 20,13% dari APBD atau sebesar Rp 279,5 milyar.

Sedangkan untuk Dinas Kesehatan dianggarkan sebesar Rp 59,3

milyar, untuk melaksanakan pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) di Tanjungpinang secara multiyears.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

52

Tw.I-2008 Pencapaian Apr-2008 Mei-2008 Jun-2008 Tw.II-2008 Pencapaian(Rp) (Rp) (%) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%)

1. PENDAPATAN ASLI DAERAHPajak Daerah 452,130,165,000 82,580,153,130 18.26% 32,980,419,923 32,303,588,698 32,271,803,175 97,555,811,796 21.58%Retribusi Daerah 8,140,000,000 117,519,500 1.44% 82,630,000 44,534,500 71,302,000 198,466,500 2.44%- Retribusi Jasa Umum 640,000,000 11,759,500 1.84% 4,475,000 7,664,500 5,772,000 17,911,500 2.80%- Retribusi Jasa Usaha 7,500,000,000 105,760,000 1.41% 78,155,000 36,870,000 65,530,000 180,555,000 2.41%Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1,700,000,000 0 0.00% 0 0 0 0 0.00%Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 58,261,283,000 1,531,402,373 2.63% 503,297,475 665,478,483 620,131,372 1,788,907,330 3.07%

TOTAL PAD 520,231,448,000 84,229,075,003 16.19% 33,566,347,398 33,013,601,681 32,963,236,547 99,543,185,626 19.13%2. DANA PERIMBANGAN

Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 156,882,237,000 30,748,896,058 19.60% 23,685,822,315 72,959,485,105 24,008,184,333 120,653,491,753 76.91%- Bagi Hasil Pajak 86,114,000,000 18,045,048,530 20.95% 1,826,155,801 31,619,393,656 24,008,184,333 57,453,733,790 66.72%- Bagi Hasil Bukan Pajak 7,249,000,000 0 0.00% 21,859,666,514 41,340,091,449 0 63,199,757,963 871.84%- Pajak Penghasilan Orang Pribadi 63,519,237,000 12,703,847,528 20.00% 0 0 0 0 0.00%Bagi Hasil Bukan Pajak 206,700,457,000 0 0.00% 0 0 0 0 0.00%Dana Alokasi Umum 288,884,858,000 72,221,214,000 25.00% 24,073,738,000 24,073,738,000 24,073,738,000 72,221,214,000 25.00%Dana Alokasi Khusus 5,801,000,000 0 0.00% 0 0 0 0 0.00%

TOTAL DANA PERIMBANGAN 658,268,552,000 102,970,110,058 15.64% 47,759,560,315 97,033,223,105 48,081,922,333 192,874,705,753 29.30%TOTAL PENERIMAAN DAERAH 1,178,500,000,000 187,199,185,061 15.88% 81,325,907,713 130,046,824,786 81,045,158,880 292,417,891,379 24.81%

REALISASI PENERIMAANTARGET TA. 2008JENIS PENERIMAAN

Adapun anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum adalah sebesar Rp

282,6 milyar, yang diarahkan untuk pelaksanaan beberapa program

pembangunan antara lain pembangunan infrastruktur pusat

pemerintahan Provinsi, pembangunan jalan dan jembatan, pembangunan

infrastruktur pedesaan, pembangunan drainase, pengendalian banjir,

dan pemberdayaan jasa konstruksi. Dan untuk Dinas Perhubungan, Pos

dan Telekomunikasi dianggarkan sebesar Rp 41,9 milyar, untuk

pelaksanaan program pembangunan transportasi udara, pembangunan

transportasi laut, pembangunan prasarana dan fasilitas

perhubungan, studi kelayakan dan subsidi transportasi laut.

4.2. REALISASI PENERIMAAN

Penerimaan pemerintah selama tw.II-2008 sebesar Rp 292 milyar

atau 29,3% dari target penerimaan yang ditetapkan sebesar Rp 1,18

triliun. Total penerimaan ini meningkat dibanding pencapaian pada

tw.I-2008 sebesar 15,9% dari target. Sumbangan penerimaan

dihasilkan dari pencairan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak

sebesar Rp 120,7 milyar atau 76,9% dari target 2008. Sehingga

secara kumulatif selama semester I-2008, target penerimaan Dana

Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak telah terealisir sebesar Rp 151

milyar (96,5%).

Tabel 4.2 – Target dan Realisasi Penerimaan Periode April - Juni 2008

Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah – Provinsi Kepulauan Riau

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

53

Sedangkan realisasi penerimaan yang berasal dari Pendapatan

Asli Daerah (PAD) selama tw.II-2008 sebesar Rp 100 milyar atau

19,1% dari target PAD tahun 2008. Meski penerimaan PAD di triwulan

laporan lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya, total

realisasi penerimaan PAD selama semester I-2008 masih tergolong

rendah karena baru mencapai 35,3% dari target. Kondisi ini

disinyalir karena tidak terpenuhinya kondisi ideal dalam

penyusunan anggaran PAD 2008, sehingga target yang ditetapkan

menjadi over estimate.

Adapun asumsi penetapan target PAD antara lain realisasi

pencabutan PP 63 tentang pungutan pajak atas otomotif, rokok,

elektronik dan minuman beralkohol menyusul disahkannya

kepengurusan Dewan Kawasan Free Trade Zone untuk wilayah Batam,

Bintan dan Karimun (FTZ-BBK), karena dinilai tidak sesuai dengan

UU-FTZ yang telah ditetapkan. Dengan dilakukannya pencabutan atas

PP 63 tersebut diharapkan kendaraan bermotor yang berasal dari

negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia bisa diimpor ke

wilayah FTZ, sehingga penerimaan yang berasal dari Bea Balik Nama

dan Pajak Kendaraan Bermotor (BBN-KB & PKB) dapat memberi

kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Namun

hingga akhir periode laporan belum ada sinyal positif dari

pemerintah pusat untuk mencabut PP 63 tersebut, sehingga diyakini

pemerintah daerah akan segera melakukan penyesuaian terhadap

target anggaran 2008.

Penerimaan yang berasal dari Retribusi Daerah juga masih

mengalami deviasi yang besar dari target dimana sampai dengan

semester I-2008 baru teralisasi sebesar Rp 316 juta atau 3,9% dari

target Retribusi Daerah tahun 2008. Kendala pencapaian ini juga

diduga terkait dengan tingginya kenaikan target Retribusi Daerah

T.A.2008 yang ditetapkan yakni sebesar Rp 8,1 milyar, dari Rp 485

juta yang ditargetkan pada T.A.2007. Di samping itu, kebijakan

optimalisasi penerimaan daerah yang berasal dari retribusi ini

masih baru diterapkan, sehingga dibutuhkan waktu dan upaya yang

lebih intensif dalam mensosialisasikannya kepada segenap

stakeholders daerah.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

54

Tw.I-2008 Pencapaian Apr-2008 Mei-2008 Jun-2008 Tw.II-2008 Pencapaian(Rp) (Rp) (%) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%)

1. BELANJA TIDAK LANGSUNG- Belanja Pegawai 166,009,868,321 45,627,375,618 27.48% 33,011,167,631 46,796,589,935 57,630,940,802 137,438,698,368 82.79%- Belanja Subsidi 4,376,150,000 0 0.00% 0 0 871,704,000 871,704,000 19.92%- Belanja Hibah 19,515,100,000 4,194,300,000 21.49% 13,147,380,000 15,250,380,000 16,312,505,000 44,710,265,000 229.11%- Belanja Bantuan Sosial 43,423,000,000 1,704,800,000 3.93% 5,007,165,000 8,800,093,000 18,903,714,000 32,710,972,000 75.33%- Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pem. Desa 182,567,746,725 0 0.00% 0 0 0 0 0.00%- Belanja bantuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 4,000,000,000 0 0.00% 0 0 0 0 0.00%- Belanja Tidak Terduga 2,000,000,000 0 0.00% 0 0 0 0 0.00%

TOTAL BELANJA TIDAK LANGSUNG 421,891,865,046 51,526,475,618 12.21% 51,165,712,631 70,847,062,935 93,718,863,802 215,731,639,368 51.13%

2. BELANJA LANGSUNG- Belanja Pegawai 100,799,256,186 5,725,673,500 5.68% 13,274,525,140 18,383,101,826 23,713,054,393 55,370,681,359 54.93%- Belanja Barang dan Jasa 414,187,312,006 20,038,984,908 4.84% 40,350,991,566 61,702,018,296 86,088,762,523 188,141,772,385 45.42%- Belanja Modal 445,621,566,762 4,927,647,320 1.11% 14,340,968,375 19,805,400,579 25,393,135,871 59,539,504,825 13.36%

TOTAL BELANJA LANGSUNG 960,608,134,954 30,692,305,728 3.20% 67,966,485,081 99,890,520,701 135,194,952,787 303,051,958,569 31.55%TOTAL PENGELUARAN 1,382,500,000,000 82,218,781,346 5.95% 119,132,197,712 170,737,583,636 228,913,816,589 518,783,597,937 37.53%

JENIS PENGELUARAN TARGET TA. 2008 REALISASI PENGELUARAN

Berdasarkan hasil perhitungan lifting dan asumsi harga minyak

bumi yang dilakukan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

(ESDM) dan Departemen Keuangan menetapkan secara rata-rata untuk

seluruh daerah Indonesia akan terjadi penurunan DBH Migas pada

tahun 2008 sebesar 14,4% dari estimasi DBH Migas tahun 2007. Atas

kebijakan tersebut, pemerintah daerah benar-benar dituntut untuk

lebih inovatif dalam menata kembali sumber-sumber penerimaannya,

dengan tetap berpihak kepada iklim perekonomian yang pro-poor,

pro-job dan pro-growth.

4.3. REALISASI PENGELUARAN

Penyerapan anggaran belanja pada tw.II-2008 sebesar 37,5%,

jauh lebih baik dibanding triwulan sebelumnya yang hanya

terealisasi sebesar 5,95% dari target pengeluaran yang ditetapkan.

Penyerapan terbesar terjadi pada pos Belanja Tidak Langsung yakni

sebesar Rp 216 juta atau 51,1% dari target, sedangkan pos Belanja

Langsung baru terealisasi 31,5% selama periode triwulan laporan.

Tabel 4.3 – Target dan Realisasi Pengeluaran Periode April - Juni 2008

Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah – Provinsi Kepulauan Riau

Dari total realisasi Belanja Tidak Langsung sebesar Rp 216

milyar (51,1%), belanja pegawai dan bantuan sosial merupakan pos

yang paling tinggi tingkat realisasinya selama tw.II-2008.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

55

Realisasi belanja tidak langsung pegawai selama periode triwulan

laporan tercatat sebesar Rp 137 milyar atau 82,79% dari target.

Sedangkan untuk bantuan sosial pemerintah telah mengeluarkan

sedikitnya Rp 32 milyar (75,3%) dalam 3 bulan. Adapun sampai

dengan semester I-2008, pengeluaran pemerintah untuk Belanja

Pegawai tidak langsung dan Belanja Hibah telah melampaui target

pengeluaran yang ditetapkan. Sementara itu, pengeluaran tidak

langsung berupa dana bagi hasil kepada pemerintah Kabupaten/Kota

dan Desa belum terealisasi sama sekali sampai dengan bulan Juni

2008, sementara target yang ditetapkan tergolong cukup tinggi

yakni sebesar Rp 183 milyar.

Pada pos Belanja Langsung, pengeluaran untuk belanja pegawai

dan belanja barang/jasa memiliki tingkat penyerapan anggaran yang

tinggi dengan realisasi masing-masing sebesar Rp 55 milyar (54,9%)

dan Rp 188 milyar (45,4%). Jika dikumulatif dengan triwulan

sebelumnya, penyerapan anggaran pada kedua pos tersebut telah di

atas 50% dari target yang ditetapkan.

Namun di lain pihak, pengeluaran belanja modal untuk

pembiayaan proyek-proyek pemerintah justru masih jauh dari

harapan, dimana sampai dengan semester I-2008 hanya terealisasi

sebesar Rp 64 milyar atau 14,5% dari yang ditargetkan. Kondisi ini

secara tidak langsung dapat menggambarkan adanya keterlambatan

baik dalam hal pencairan maupun penyelesaian beberapa proyek

pemerintah.

Dengan demikian, total penyerapan anggaran belanja selama

semester I-2008 sebesar Rp 601 milyar atau 43,5% dari total target

pengeluaran pemerintah selama tahun 2008 dapat dikategorikan cukup

baik. Namun demikian deviasi yang terdapat di berbagai pos

terutama belanja langsung dan tidak langsung pegawai, belanja

hibah, bantuan sosial serta bagi hasil kepada pemerintah

kabupaten/kota dibutuhkan penyesuaian target kembali. Revisi

target pengeluaran akan dilakukan secara bersamaan dengan target

penerimaan yang juga mengalami devisiasi di sejumlah pos anggaran.

Berdasarkan konfirmasi terakhir yang diperoleh, anggaran revisi

sedang dalam pembahasan yang intensif dan direncanakan selesai

disusun pada akhir Agustus 2008.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

56

Bab 6 Perkembangan Ketenagakerjaan & Kesejahteraan

6.1. Penduduk

Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2007

meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Penduduk Provinsi

Kepulauan Riau meningkat sebesar 55.055 jiwa (0.04%) menjadi

1.392.918 jiwa dibandingkan tahun 2006 yang tercatat sebesar

1.337.863 jiwa.

Penyebaran penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2007

sebagian besar masih terkonsentrasi di Kota Batam. Jumlah penduduk

Kota Batam pada tahun 2007 tercatat sebesar 695.739 jiwa atau

49,95% dari total penduduk Provinsi Kepulauan Riau. Selanjutnya

diikuti oleh jumlah penduduk Kabupaten Karimun yang tercatat

sebesar 216.221 jiwa (15,52%) dan jumlah penduduk Kota Tanjung

Pinang yang tercatat sebesar 177.963 jiwa (12,78%).

Peningkatan jumlah penduduk terbesar pada tahun 2007 juga

terjadi di Kota Batam yang mengalami peningkatan jumlah penduduk

sebesar 39.738 jiwa (1,06%) dibandingkan tahun 2006. Selanjutnya

diikuti peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Karimun yang

meningkat sebesar 6.346 jiwa (1,03%) dan Kota Tanjung Pinang yang

meningkat sebesar 5.347 (1.03%).

Tabel 6.1 - Perkembangan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota

Kab./Kota 2006 2007 Pert. (%)

Karimun 209.875 216.221 1,03

Bintan 121.303 122.677 1,01

Lingga 91.918 93.424 1,02

Lingga 86.150 86.894 1,01

Batam 656.001 695.739 1,06

Tanjung Pinang 172.616 177.963 1,03

Total 1.337.863 1.392.918 1,04 Sumber : BPS Prov. Kepri

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

57

6.2. Ketenagakerjaan

Secara keseluruhan struktur ketenagakerjaan di Provinsi

Kepulauan Riau pada bulan Februari 2008 cukup mengalami perubahan

yang berarti. Pada bulan Februari 2008, jumlah angkatan kerja

mencapai 652.537 orang, bertambah sebanyak 6.663 orang

dibandingkan bulan Agustus 2007. Sementara jumlah penduduk yang

bekerja bertambah 61.362 orang sehingga tingkat pengangguran

terbuka menurun dari 9,01% pada bulan Agustus 2007 menjadi 8,49%

pada bulan Februari 2008. Sementara itu, Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) menunjukkan peningkatan yaitu dari 63,07%

pada Agustus 2007 menjadi 65,61% pada Februari 2008.

Tabel.6.2 - Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Seminggu yang Lalu

URAIAN Agt.’06 Feb.’07 Agt.’07 Feb.’08

Angkatan kerja

Bekerja 515.560 583.155 535.797 597.159

Pengangguran 71.914 56.708 53.077 55.378

Total 587.474 639.863 588.874 652.537

Bukan Angkatan Kerja

Sekolah 61.375 67.247 75.895 72.455

Mengurus RT 220.851 192.966 234.848 240.225

Lainnya 45.323 23.486 34.059 29.314

Total 327.549 293.699 344.802 341.994

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 64,2 69,28 63,07 65,61

Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 12,24 8,86 9,01 8,49

Setengah Pengangguran Terpaksa 34.892 54.717 49.061 48.986

Setengah Pengangguran Sukarela 33.006 36.462 45.231 39.080

Total 67.898 91.179 94.292 88.066

Sumber : BPS, Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2006,2007,2008

Jumlah penduduk yang bekerja mengalami kenaikan 535.797 orang

pada Februari 2008 menjadi 597.159 orang atau terjadi kenaikan

sebesar 11,45% dibandingkan Agustus 2007. Sementara itu jumlah

pengangguran terbuka mengalami peningkatan 2.301 orang (8,49%)

dibandingkan Agustus 2007 menjadi 55.378 orang pada Februari 2008.

Namun setengah pengangguran yang didefinisikan sebagai bekerja

kurang dari jam kerja normal, atau seminggu bekerja kurang dari 35

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

58

jam, jumlahnya justru menurun. Untuk setengah pengangguran

terpaksa, yang didefinisikan sebagai bekerja di bawah jam kerja

normal secara terpaksa, yang masih mencari pekerjaan lain atau

masih bersedia menerima pekerjaan lain/tambahan, jumlahnya turun

dari 49.061 orang pada Agustus 2007 menjadi 48.986 orang pada

bulan Februari 2008. Sedangkan setengah penganggruan sukarela,

yaitu yang didefinisikan sebagai bekerja di bawah jam kerja normal

namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima

pekerjaan lain, jumlahnya turun dari setengah pengangguran

sukarela, yaitu yang didefinisikan sebagai bekerja di bawah jam

kerja normal namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia

menerima pekerjaan lain, jumlahnya juga menurun lebih besar yaitu

dari 45.231 orang pada Agustus 2007 menjadi 39.080 orang pada

bulan Februari 2008.

6.2.1 Lapangan Pekerjaan Utama

Tabel 6.3 memperlihatkan struktur penduduk yang bekerja

menurut lapangan pekerjaan utama. Selama periode Agustus 2007 –

Februari 2008, jumlah penduduk yang bekerja di sektor industri

menunjukkan peningkatan yang sangat berarti.

Pada bulan Februari 2008, sektor industri merupakan sektor

yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja, yaitu mencapai

30,5%, kemudian diikuti oleh tiga sektor lainnya, yaitu sektor

perdagangan (18,8%), sektor pertanian (17,1%) dan sektor jasa

kemasyarakatan (15,9%).

Kenaikan penduduk yang bekerja selama kurun Agustus 2007

sampai Februari 2008 utamanya terjadi pada sektor industri, dimana

pada bulan Agustus 2007 jumlahnya mencapai 131.246 orang pada

bulan Februari 2008, atau terjadi kenaikan sebanyak 51.110 orang

pada 6 bulan terakhir, kemudian disusul oleh sektor pertanian yang

meningkat sebanyak 20.264 orang pada kurun waktu yang sama,

demikian pula beberapa sektor lainnya yang menunjukkan kenaikan

jumlah, yaitu sektor-sektor jasa kemasyarakatan serta sektor

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

59

keuangan dan jasa perusahaan yang menunjukkan peningkatan, yaitu

sebanyak 11.951 orang untuk sektor jasa kemasyarakatan dan 3.091

orang untuk sektor keuangan dan jasa perusahaan.

Tabel 6.3. Perkembangan Pekerja Berdasarkan Lapangan Usaha

Keterangan Agt-06 Feb-07 Agt-07 Feb-08

Pertanian 100.868 93.525 81.914 102.178Pertambangan 4.592 7.113 13.465 5.625Industri 127.511 177.226 131.246 182.356Listrik, Gas & Air 938 2.172 2.158 1.287Bangunan 31.990 37.268 45.681 41.193Perdagangan 117.821 113.171 117.170 112.298Angkutan dan Pergudangan 45.214 51.656 51.295 44.312Keuangan dan Jasa Perusahaan

12.661 14.409 9.690 12.781

Jasa Kemasyarakatan 73.965 86.645 83.178 95.129TOTAL 515.560 583.185 535.797 597.159

Sumber : BPS Prov. Kepri

Dari tujuh pembedaan status pekerjaan yang terekam pada

Survei Angkatan Kerja Nasional, dapat diidentifikasi dua kelompok

utama terkait dengan kegiatan ekonomi formal dan informal.

Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha

dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok

kegiatan informal adalah mereka yang berstatus di luar itu.

Pekerja yang berstatus “buruh/karyawan” memiliki jumlah

tertinggi dibandingkan dengan status pekerjaan yang lain dan

jumlahnya bertambah cukup besar, yaitu dari 314.653 orang pada

Agustus 2007 menjadi 349.264 orang pada Februari 2008, atau naik

sebanyak 34.611 orang selama enam bulan terakhir. Sedangkan jumlah

tertinggi kedua adalah mereka yang berstatus sebagai “berusaha

sendiri” dimana jumlahnya mencapai 147.506 orang pada Februari

2008 tetapi terjadi sedikit peningkatan yaitu sebanyak 76 orang

selama enam bulan terakhir. Secara umum tenaga kerja di sektor

formal peningkatannya lebih tinggi dibanding dengan tenaga kerja

di sektor informal.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

60

Tabel 6.4. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama

Status Pekerjaan Utama Feb.’07 Agt.’07 Feb.’08

Berusaha sendiri 127.290 147.430 147.506

Berusaha dibantu buruh tdk tetap/buruh tdk dibayar 19.397 15.991 28.147

Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar 13.796 13.838 19.493

Buruh/karyawan 366.591 314.653 349.264

Pekerjaan Bebas Pertanian 9.685 7.269 11.586

Pekerjaan Bebas Non pertanian 24.109 14.279 14.551

Pekerjaan tidak dibayar 22.287 22.337 26.612

Total 583.155 535.797 597.159

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

61

Bab 7 Prospek Perekonomian dan Inflasi

Asesmen perekonomian Kepulauan Riau pada tw.III-2008

diperkirakan kembali terkoreksi dengan tekanan yang lebih berat

dibanding triwulan sebelumnya. Di sisi sisi permintaan,

tertekannya daya beli masyarakat akibat kenaikan harga BBM pada

bulan Mei 2008 lalu masih sangat dirasakan pengaruhnya terhadap

pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga. Realisasi penerapan FTZ secara

riil diharapkan mampu mendorong aktivitas investasi dan

perdagangan luar negeri. Sementara laju pertumbuhan sektor

Industri Pengolahan yang menjadi buffer pertumbuhan di sisi

sektoral diproyeksi melambat sekitar 0,5% dibanding tw.II-2008.

Di samping itu, sektor Bangunan, Pengangkutan dan Listrik juga

menjadi penyumbang dominan menurunnya laju perekonomian di tw.III-

2008.

Inflasi IHK kota Batam pada tw.III-2008 menunjukkan

kecenderungan menurun dibanding tw.II-2008. Efek kenaikan harga

BBM diperkirakan mulai mereda meski tetap kenaikan harga-haraga

tetap masih terjadi.

7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Laju perekonomian pada tw.III-2008 diperkirakan tumbuh

melambat pada kisaran 7,61% - 8,44% (y-o-y). Seiring dengan

meningkatnya aktivitas perekonomian padat karya seperti industri

galangan kapal dan properti, peran konsumsi rumah tangga menjadi

semakin penting dalam pembentukan PDRB provinsi Kepulauan Riau,

dimana pengsanya pada tw.II-2008 mencapai 50%. Sehingga menurunnya

pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga akibat kenaikan harga-harga

secara umum menjadi faktor dominan yang menekan laju perekonomian

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

62

dari sisi permintaan. Laju pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga

diproyeksi kembali melambat di kisaran 13,73% - 16,22%.

Tekanan di sisi permintaan juga didorong oleh meningkatnya

defisit neraca perdagangan, dimana peningkatan impor lebih besar

dari ekspor yang keluar dari wilayah Kepulauan Riau. Kondisi ini

diduga karena pertumbuhan industri skala besar belum memberikan

nilai tambah yang signifikan terhadap perekonomian. Ekspor

Kepulauan Riau pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh di

kisaran 6,6% - 7,58%, sedangkan pertumbuhan impor pada saat yang

sama mencapai 19,74% - 20.01%.

Grafik 7.3 – Estimasi Pertumbuhan Ekspor

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.4 – Estimasi Pertumbuhan Impor

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.1 – Estimasi Pertumbuhan Ekonomi

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.2–Estimasi Pertumbuhan Konsumsi RT

Sumber : Proyeksi BI Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

63

Laju penurunan lebih lanjut diharapkan dapat tertahan dengan

pertumbuhan investasi yang masuk ke wilayah Kepulauan Riau.

Insentif investasi yang nyata diharapkan dapat segera terwujud di

kawasan Free Trade Zone (FTZ) Batam, Bintan dan Karimun, menyusul

terbentuknya struktur Dewan Kawasan FTZ. Jika kondisi ideal

tersebut dapat tercapai, investasi barang modal (PMTB) pada

tw.III-2008 optimis meningkat lebih tinggi dibanding saat ini yang

tumbuh 71,1%. Laju pertumbuhan Investasi PMTB di tw.III-2008

diperkirakan antara 63,01% sampai dengan 79,67% dibanding periode

yang sama tahun 2007. Asesmen ini juga didukung dengan tren

meningkatnya realisasi investasi selama tw.II-2008 seperti yang

telah dijabarkan pada pembahasan sebelumnya.

Tren menurunnya permintaan yang diperkirakan terjadi pada

tw.III-2008 menyebabkan perlambatan hampir di seluruh aktivitas

ekonomi sektoral. Sumbangan tertinggi diperkirakan berasal dari

sektor industri akibat meningkatnya biaya operasional merespon

kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum. Sektor industri

pengolahan diproyeksi mengalami pertumbuhan yang melambat (y-o-y)

sekitar 5,53% - 5,95% dibanding tw.II-2008 yang tumbuh 6,35%.

Perkiraan ini juga mengkonfirmasi menurunnya laju pertumbuhan

ekspor di tw.III-2008.

Grafik 7.5 – Estimasi Pertumbuhan Investasi PMTB

Sumber : Proyeksi BI Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

64

Seiring dengan meningkatnya biaya hidup yang harus

dikeluarkan oleh masyarakat, permintaaan terhadap properti di

tw.III-2008 juga diperkirakan tertahan dibanding periode tw.II-

2007, akibat shifting prioritas kebutuhan yang dilakukan

masyarakat. Di samping itu, realisasi proyek-proyek konstruksi

pemerintah dan swasta belum mampu mengangkat pertumbuhan sektor

bangunan se-atraktif triwulan-triwulan sebelumnya yang tumbuh di

atas 40% (y-o-y).

Industri pengangkutan merupakan sektor yang sangat

terpengaruh langsung oleh kenaikan harga BBM karena pengeluaran

untuk bahan bakar sangat dominan menentukan biaya operasionalnya.

Bagi provinsi Kepulauan Riau sendiri, pengangkutan laut sangat

berperan penting dalam mendukung aktivitas perjalanan baik

masyarakat maupun lalu-lintas barang. Sektor pengangkutan dan

komunikasi di tw.II-2008 telah mengalami koreksi pertumbuhan dari

18,56% menjadi 16,34%, dan diperkirakan kembali tertekan di

kisaran 12,64% - 15,49%.

Grafik 7.6 – Estimasi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan

Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.7 – Estimasi Pertumbuhan Sektor Bangunan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

65

Berkaitan dengan itu, aktivitas perdagangan, hotel dan

restoran (PHR) pada tw.III-2008 juga akan mengalami laju

pertumbuhan menurun dibanding triwulan laporan. Pertumbuhan sektor

PHR diperkirakan berkisar di antara 8,56% sampai dengan 9,62%.

Aktivitas bepergian masyarakat diyakini akan menurun sejalan

dengan turunnya daya beli masyarakat dan kenaikan tarif angkutan,

sehingga pada akhirnya berkontribusi negatif terhadap nilai tambah

yang dihasilkan sektor Pengangkutan dan sektor Perdagangan, Hotel

Grafik 7.8 – Estimasi Pertumbuhan Sektor Pengangkutan & Komunikasi

Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.9 – Estimasi Pertumbuhan SektorPerdagangan, Hotel & Restoran

Grafik 7.10 – Estimasi Pertumbuhan Sektor Keuangan

Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.11 – Estimasi Pertumbuhan Sektor Pertanian

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

66

dan Restoran terhadap perekonomian daerah. Namun demikian,

ekspektasi segera teralisasinya FTZ di Batam, Bintan dan Karimun

serta ditetapkannya Batam sebagai salah satu kota MICE (Meetings,

Incentive, Convention & Exhibition ) di Indonesia diharapkan mampu

menahan dampak perlambatan lebih jauh yang akan terjadi.

Sementara sektor Keuangan diperkirakan mengalami pertumbuhan

yang relatif sama dengan tw.II-2008, pada level 9,54% - 10,66%.

Meski di satu sisi laju pertumbuhan kredit akan tertahan, namun

peningkatan BI-rate dan rencana ekspansi kantor cabang Bank Umum

maupun pembukaan 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) baru sampai

dengan akhir periode tw.III-2008 menjadi stimulus peningkatan

kinerja industri keuangan di wilayah provinsi Kepulauan Riau.

Terakhir, sektor Pertanian juga diperkirakan tumbuh di level yang

lebih rendah dibanding tw.II-2008 dengan perkiraan antara 5,47% -

5,62% (y-o-y). Di samping efek tingginya inflasi yang lebih

dirasakan oleh masyarakat bawah, tren penurunan yang ditunjukkan

oleh sejumlah indikator seperti produksi padi, penyaluran kredit

pertanian dan ekspor komoditi perikanan/laut mengkonfirmasi hasil

perkiraan terhadap laju pertumbuhan sektor ini di triwulan

mendatang.

7.2. Prospek Inflasi

Prospek harga-harga secara umum pada tw.III-2008 diperkirakan

tetap mengalami peningkatan (inflasi) pada kisaran 7,99% - 9,60%

(yoy), sehingga sampai dengan akhir September 2008 inflasi tahun

kalender mencapai 7,43% - 8,02% (ytd). Kenaikan harga (inflasi)

masih didorong oleh efek kenaikan harga BBM pada bulan Mei 2008

lalu, di samping kecenderungan pergerakan beberapa indikator

ekonomi regional dan internasional. Harga minyak dunia yang tetap

tinggi cukup mempengaruhi pergerakan harga-harga di dalam negeri,

terutama disebabkan tingginya ketergantungan provinsi Kepulauan

Riau terhadap barang kebutuhan impor diluar kebutuhan pokok.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

67

Kelompok bahan makanan diperkirakan mengalami inflasi sekitar

18,87% - 19,81% (yoy) dan menjadi penyumbang inflasi terbesar di

tw.III-2008. Secara triwulanan, kelompok bahan makanan

diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran 4,53% - 5,69%

(qtq). Sedangkan secara bulanan, tingkat inflasi rata-rata sebesar

1,49% (mtm).

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.12 - Estimasi Inflasi IHK

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.13 - Estimasi Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Grafik 7.14 - Estimasi Inflasi KelompokMakanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

Sumber : Proyeksi BI Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

68

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada

triwulan laporan diperkirakan akan mengalami inflasi dengan

kisaran 3,41% - 3,76% (yoy). Secara triwulanan, kelompok makanan

jadi, minuman, rokok dan tembakau pada tw.III-2008 diperkirakan

akan mengalami inflasi pada kisaran 2,11% - 2,29% (qtq). Sedangkan

secara bulanan, pada tw.III-2008 inflasi kelompok ini diperkirakan

akan mengalami inflasi dengan rata-rata per bulan sebesar 0,70%

(mtm).

Sementara kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan

bakar pada tw.III-2008 diperkirakan akan mengalami inflasi dengan

kisaran 6,60% - 7,07% (yoy), dengan inflasi triwulanan di kisaran

1,49% - 3,72% (qtq). Asesmen secara bulanan memperkirakan kelompok

ini akan mengalami kenaikan harga rata-rata sebesar 0,50% (mtm).

Kelompok sandang pada triwulan ke depan diperkirakan

mengalami inflasi dengan kisaran 13,61% - 14,45% (yoy). Secara

triwulanan, kelompok ini diperkirakan akan mengalami inflasi pada

kisaran 0,09% - 2,87% (qtq). Sedangkan secara bulanan, kelompok

sandang diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata per

bulan sebesar 0,95% (mtm).

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.15 - Estimasi Inflasi KelompokPerumahan, Listrik, Gas & Bahan Bakar

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.16 - Estimasi Inflasi Kelompok Sandang

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

69

Kelompok kesehatan pada tw.III-2008 diperkirakan akan

mengalami inflasi dengan kisaran 9,02% - 9,92% (yoy). Secara

triwulanan, inflasi diperkirakan berada di kisaran 1,55% - 2,72%

(qtq). Sedangkan secara bulanan, inflasi kelompok ini diperkirakan

akan mengalami rata-rata sebesar 0,63% (mtm).

Inflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga

diperkirakan akan meningkat terkait dengan dimulainya tahun ajaran

baru sekolah. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada

tw.III-2008 diperkirakan akan mengalami inflasi dengan kisaran

6,97% - 10,90% (yoy). Secara triwulanan, kelompok pendidikan,

rekreasi dan olahraga diperkirakan akan mengalami inflasi pada

kisaran 6,90% - 10,90% (qtq). Sedangkan secara bulanan, inflasi

kelompok ini pada tw.III-2008 diperkirakan akan mengalami inflasi

rata-rata per bulan sebesar 2,27% (mtm).

Grafik 7.17 - Estimasi Inflasi Kelompok Kesehatan

Grafik 7.18 - Estimasi Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga

Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II - 2008

70

Kelompok tranportasi, komunikasi dan jasa keuangan diproyeksi

akan mengalami inflasi sekitar 6,92% - 7,02% (yoy) pada triwulan

mendatang. Secara triwulanan, perkiraan inflasi berada di kisaran

3,42% - 5,43% (qtq). Sedangkan secara bulanan, inflasi kelompok

kesehatan diperkirakan akan mengalami inflasi rata-rata per bulan

sebesar 2,44% (mtm).

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.19 - Estimasi Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga