bab 1 pendahuluan - unmerbaya
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa anak-anak merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan perlu
perhatian yang serius. Masa ini berlangsung proses tumbuh kembang yang sangat
pesat yaitu pertumbuhan fisik, pertumbuhan psikomotorik, mental dan sosial.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah
faktor gizi. Kekurangan gizi pada anak akan berdampak pada keterbatasan
pertumbuhan, kerentanan terhadap infeksi, dan akhirnya dapat menghambat
perkembangan anak sehingga anak perlu memperoleh gizi dari makanan sehari-
hari dalam jumlah yang tepat dan kualitas baik (Muaris Indriati R dkk 2016.)
Ditemukan lebih 200 juta anak dibawah 5 tahun tidak berkembang sesuai
umur. Kebanyakan ditemukan di daerah Asia Selatan dan Afrika sebagian
dikarenakan kemiskinan, nutrisi yang kurang, kritis kesehatan dan lingkungan
yang ridak memadai (KIA-KR UGM ,2008).
Dari jumlah balita di Indonesia sekitar 10% dari seluruh populasi. Sebagai
calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu
mendapat perhatian serius. Pembinaan pertumbuhan perkembangan anak secara
komperhensip dan berkualitas yang diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi,
deteksi dan intervensi dini penyimpangan pertumbuhan perkembangan balita
dilakukan “ masa kritis “ (Depkes RI,2005) Di Indonesia masalah gizi kurang
masih menjadi salah satu masalah kesehatan, masyarakat yang utama. Menurut
data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas).
1
2
Pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008 didapatkan hasil
bahwa prevalensi nasional gizi buruk di Indonesia tahun 2007 padabalita adalah 5
,4% dan gizi kurang pada balita adalah 13,0%. Di Jawa Timur sendiri prosentase
kasus gizi buruk menurut Berat Badan/Umur (BB/U) selama tahun 2007 yaitu
4,0%, gizi kurang 12,0% dan gizi baik 80,4%. Kejadian gizi buruk menjadikan
masalah kesehatan masyarakat jika prevalensi lebih. Perkembangan awal anak
penting dijadikan perhatian khusus, sebab akan menentukan tahap perkembangan
selanjutnya.
Perkembangan motorik anak lebih cepat berjalan pada masa anak usia dini
sering disebut dengan istilah “golden age” atau periode emas, meskipun
pertumbuhan fisik anak relatif lebih lambat dibandingkan dengan masa bayi. Anak
sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing, berotot dan
anak mulai belajar berjalan (Nusalam, M.Nurs.dkk, 2005).
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia
seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang
dilakukan sedini mungkin sejak anak masih di dalam kandungan. Upaya
kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima
tahun, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus
meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik
fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai
dengan potensi genetiknya (Depkes RI, 2005).
Perkembangan motorik memungkinkan anak dapat melakukan segala
sesuatu yang terkandung dalam jiwa dengan sewajarnya. Perkembangan motorik
anak yang baik akan makin memperkaya tingkah laku sehingga memungkinkan
3
anak memperkaya perbendaharaan mainannya bahkan memungkinkan anak
memindahkan aktivitas bermainnya, kreativitas belajar dan bekerja
memungkinkan anak dapat melakukan perintah, memungkinkan anak melakukan
kewajiban, tugas-tugas bahkan keinginan-keinginannya sendiri (Soejanto, 2005).
Mahendra dan Saputra (2006) perkembangan motorik sangat di pengaruhi
oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan gerak yang sesuai dengan masa
perkembangannya. Jadi secara anatomis perkembangan akan terjadi pada struktur
tubuh individu yang berubah secara proporsional sering dengan bertambahnya
usia seseorang, status gizi yang kurang akan menghambat kemajuan seseorang.
Penelitian oleh Proboningsih (2004) menunjukkan bahwa pada anak usia 3-5
tahun di Tk Al-hudah karah agung Surabaya kelompok status gizi baik terdapat
78.6% memiliki perkembangan normal dan 21,4% perkembangan yang terhambat.
Sedangkan pada kelompok gizi kurang terdapat 53,6% memiliki perkembangan
normal dan 46,4% perkembangan yang terhambat. Hal ini menunjukkan bahwa
status gizi normal dan status gizi kurang memiliki perbedaan perkembangan
(motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan kepribadian). Penelitian ini
membuktikan bahwa pemberian nutrisi penting untuk perkembangan anak. Wanita
hamil yang diberikan vitamin, A dan zat besi setelah anaknya lahir menunjukkan
adanya perbedaan perkembangan motorik yang signifikan. Artinya nutrisi sangat
penting bagi perkembangan motorik kasar anak.
Aspek-aspek perkembangan yang dipantau adalah motorik kasar, motorik
halus, kemampuan bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Salah satu
upaya untuk mengetahui adanya penyimpangan perkembangan bayi dan balita
secara dini yaitu dengan menggunakan penilaian deteksi dini penyimpangan
4
perkembangan pada anak melalui deteksi dini dan mengetahui adanya masalah
pada perkembangan anak, maka pemulihannya dapat dilakukan pada awal,
sehingga tumbuh kembang anak, dapat berlangsung optimal
( Depkes2005).
Berdasarkan parameter statistik sebagian besar perkembangan motorik kasar
termasuk kategori sesuai sebesar 57,5%. Hal ini menunjukan bahwa rangkaian
perkembangan anak sudah termasuk baik karena proses motorik terjadi atas kerja
beberapa bagian tubuh, syaraf dan otak dan juga otot sehingga terjadi gerakan
baik gerak reflek atau gerak tak disadari maupun yang disadari. Saraf motorik atau
dikenal dengan saraf eferen dengan dendrite akan menuju ke otot. Ujung akson
mengeluarkan zat kimia apabila impuls listrik sampai ke otot, sehingga otot
berkontraksi dan terjadi proses motoris (Yudha, 2005).
Pada awal usia 3 tahun anak mulai masuk sekolah, dengan demikian anak-
anak masuk dalam dunia baru, dimana dia mulai banyak berhubungan dengan
orang-orang di luar keluarganya dan berkenalan dengan suasana lingkungan yang
baru dalam kehidupannya. Hal itu juga akan mempengaruhi 5 kebiasaan makan
mereka. Pengalaman-pengalaman baru, kegembiraan di sekolah, rasa takut kalau
terlambat tiba di sekolah menyebabkan anak menyimpang dari kebiasaan waktu
makan yang sudah diberikan kepada mereka.
Peneliti tertarik mengambil judul “Hubungan Status Gizi dengan
Perkembangan Motorik kasar pada anak Usia 3 Sampai 5 tahun, bahwa anak
dengan status gizi normal cenderung memiliki perkembangan lebih tinggi
dibandingkan dengan anak yang memiliki status gizi kurang baik. Pergerakan
motoriknya di pengaruhi juga dari pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut.
5
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan Latar Belakang masalah yang di rumusan dalam penelitian
yaitu: Adakah “Hubungan Status Gizi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar
Pada Anak Usia 3-5 Tahun Di PG-Tk Harapan Surabaya.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahi Hubungan Status Gizi
Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 3-5 Tahun di PG-TK
Harapan Surabaya.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasikan Status Gizi Pada Anak usia 3-5 Tahun di PG-TK Harapan
Surabaya.
2. Mengidentifikasi Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 3-5 Tahun di
PG-TK Harapan Surabaya.
3. Menganalisis Hubungan Status Gizi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar
Pada Anak Usi 3-5 tahun di PG-TK Harapan Surabaya.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Teoritis
Sebagai imformasi ilmiah pada bidang keperawatan dalam memberikan
pengetahuan yang benar tentang Hubungan status gizi dan perkembangan motorik
bagi anak 3-5 tahun.
6
1.4.2. Praktis
a. Bagi Responden
Sebagai bahan pengetahuan dalam memahami Hubungan Status Gizi,
Pertumbuhan dan Perkembangan anak.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Agar dapat mengembangkan ilmu pendidikan keperawatan dan metode edukasi
yang efektif, dalam memberikan imformasi kepada orang tua agar dapat
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak.
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya agar
dapat meningkatkan dan mengembangkan riset keperawatan di Indonesia pada
masa mendatang.