bab 1 pendahuluan finantara

6
KWARSA HEXAGON C . O . N . S . U . L . T . A . N . T Laporan Pendahuluan Bab -I PT. Finnantara Intiga Pendahuluan Oleh Lembaga Penilai Independen ( LPI ) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagai akibat pengelolaan hutan yang tidak tepat di masa yang lalu, maka telah terjadi laju kerusakan hutan produksi seluas 1,6 juta hektar setiap tahun. Apabila kondisi ini dibiarkan tanpa ada upaya rehabilitasi terhadap kerusakan hutan tersebut, maka tidak mustahil dalam waktu relatif singkat hutan produksi akan semakin rusak, yang berdampak terhadap semakin menurunnya kualitas dan kemampuannya untuk memasok bahan baku industri. Atas dasar keadaan tersebut, maka Departemen Kehutanan melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7501/Kpts-II/2002 telah menetapkan 5 (lima) prioritas pembangunan kehutanan, di mana antara lain diprogramkan rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan. Restrukturisasi sektor kehutanan khususnya melalui program rehabilitasi lahan yang sedang dilakukan oleh Departemen Kehutanan adalah merupakan upaya perbaikan guna menghindari terjadinya kerusakan hutan lebih lanjut. Salah satu upaya perbaikan tersebut adalah melalui pembangunan hutan tanaman. Untuk mendukung kegiatan restrukturisasi, perlu dilakukan evaluasi atau penilaian kondisi aktual di lapangan guna memudahkan pola pengelolaan yang efektif dan efisien supaya pemanfaatan hutan tanaman secara lestari bisa terwujud, sesuai dengan kriteria dan indikator pengelolaan hutan secara lestari. Upaya Pemerintah c.q Departemen Kehutanan untuk mewujudkan agenda Pemanfaatan Tanaman pada Unit Manajemen dalam rangka Pengelolaan Hutan secara lestari, adalah dengan melakukan kegiatan pembinaan dan pengawasan terhadap pemegang IUPHHK pada Hutan Tanaman ( Swasta dan BUMN ). Kegiatan pembinaan dan pengawasan tersebut adalah melalui kegiatan penilaian kinerja bagi pemegang IUPHHK pada Hutan Tanaman sebagaimana tertuang pada pasal 15 ayat ( 4 ) dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 34 Tahun 2002, tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan, I - 1

Upload: oji-fumetsuno

Post on 29-Sep-2015

6 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pendahuluan

TRANSCRIPT

BAB

Laporan Pendahuluan Bab -IPT. Finnantara Intiga

PendahuluanOleh Lembaga Penilai Independen ( LPI )

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Sebagai akibat pengelolaan hutan yang tidak tepat di masa yang lalu, maka telah terjadi laju kerusakan hutan produksi seluas 1,6 juta hektar setiap tahun. Apabila kondisi ini dibiarkan tanpa ada upaya rehabilitasi terhadap kerusakan hutan tersebut, maka tidak mustahil dalam waktu relatif singkat hutan produksi akan semakin rusak, yang berdampak terhadap semakin menurunnya kualitas dan kemampuannya untuk memasok bahan baku industri. Atas dasar keadaan tersebut, maka Departemen Kehutanan melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7501/Kpts-II/2002 telah menetapkan 5 (lima) prioritas pembangunan kehutanan, di mana antara lain diprogramkan rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan. Restrukturisasi sektor kehutanan khususnya melalui program rehabilitasi lahan yang sedang dilakukan oleh Departemen Kehutanan adalah merupakan upaya perbaikan guna menghindari terjadinya kerusakan hutan lebih lanjut. Salah satu upaya perbaikan tersebut adalah melalui pembangunan hutan tanaman.

Untuk mendukung kegiatan restrukturisasi, perlu dilakukan evaluasi atau penilaian kondisi aktual di lapangan guna memudahkan pola pengelolaan yang efektif dan efisien supaya pemanfaatan hutan tanaman secara lestari bisa terwujud, sesuai dengan kriteria dan indikator pengelolaan hutan secara lestari.

Upaya Pemerintah c.q Departemen Kehutanan untuk mewujudkan agenda Pemanfaatan Tanaman pada Unit Manajemen dalam rangka Pengelolaan Hutan secara lestari, adalah dengan melakukan kegiatan pembinaan dan pengawasan terhadap pemegang IUPHHK pada Hutan Tanaman ( Swasta dan BUMN ). Kegiatan pembinaan dan pengawasan tersebut adalah melalui kegiatan penilaian kinerja bagi pemegang IUPHHK pada Hutan Tanaman sebagaimana tertuang pada pasal 15 ayat ( 4 ) dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 34 Tahun 2002, tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan, Salah satu penjabaran dari PP tersebut yaitu diterbitkannya Keputusan Menteri Kehutanan No. 177/Kpts-II/2003 tentang Kriteria dan Indikator Pengelolaan Hutan secara Lestari pada Unit Manajemen Usaha Pemanfaatan Hutan Tanaman. Untuk menjaga obyektivitas dan independensi kegiatan penilaian, Departemen Kehutanan bekerja sama dengan pihak ketiga dalam wadah Lembaga Penilai Independen atau LPI yang beranggotakan perusahaan swasta nasional yang dianggap mampu dan kredibel.

Pembangunan tanaman jenis cepat tumbuh yang lebih dikenal dengan Hutan Tanaman Industri atau HTI berkembang di Indonesia mulai sekitar tahun 1980-an, dimaksudkan untuk menjamin pasokan bahan baku industri, karena pasokan dari hutan alam mulai menurun. Selain itu pembangunan HTI juga merupakan kegiatan rehabilitasi lahan akibat kebakaran, perladangan berpindah atau akibat tidak pulihnya rotasi penebangan HPH, sehingga areal yang dipilih adalah kawasan hutan dengan produktivitas rendah yakni areal bekas tebangan atau lahan kritis yang didominasi oleh alang-alang. Namun dalam perkembangannya sampai saat ini kinerja pengelolaan hutan tanaman industri secara umum kurang menggembirakan. Evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan hutan tanaman industri atau HTI, menunjukkan bahwa harapan agar HTI dapat menjamin keberlanjutan pasokan bahan baku industri perkayuan tidak terpenuhi. Ada harapan yang diinginkan agar LPI Mampu untuk turut serta berkontribusi dalam proses penyempurnaan kekurangan maupun kelemahan di dalam pengelolaan HPHTI ( Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri ) di mana peran dari LPI memberi penilaian terhadap kinerja UM IUPHHK pada Hutan Tanaman.

Beberapa pedoman teknis pengelolaan HPHTI yang diterbitkan oleh Departemen Kehutanan dan diwajibkan untuk dilaksanakan oleh para pemegang IUPHHK pada Hutan Tanaman, pada kenyataannya tidak terimplementasi dengan baik dan benar. Sementara evaluasi dan penilalan terhadap kinerja pemegang / izin IUPHHK pada Hutan Tanaman atau implementasi kewajiban di dalam tahapan pembangunan HPHTI juga tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Demikian juga diberikannya kebebasan untuk melakukan sertifikasi secara sukarela melalui berbagai lembaga sertifikasi, juga tidak berjalan dengan baik. Terakhir Departemen Kehutanan mengeluarkan kewajiban bagi seluruh pemegang izin IUPHHK pada Hutan Tanaman untuk menerapkan sistem akutansi PSAK 32 yang diharapkan dapat dijadikan sebagai alat di dalam penilaian kinerja pemegang IUPHHK, ternyata tidak memberikan kontribusi yang nyata di dalam upaya pembinaan bagi pemegang HPHTI.

Upaya untuk mengurangi tekanan sosial terhadap sumberdaya hutan yang dilakukan oleh masyarakat di dalam dan di sekitar areal konsesi melalui Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat ( PHBM ) belum banyak dilakukan. Kalaupun ini dilakukan tidak memberikan hasil yang diharapkan, terbukti bahwa tidak ada perubahan yang signifikan pada kondisi sosial ekonomi masyarakat desa di dalam dan di sekitar areal konsesi HPHTI bersangkutan. Pengelolaan Hutan Tanaman Produksi ( HTI ) yang tidak terselenggara secara profesional tersebut terbukti telah mengakibatkan kerugian yang cukup besar yang ditunjukkan oleh rendahnya tingkat keberhasilan penanaman dan tingkat produktivitas ( riap ), dan tidak tercapainya target pembangunan HTI secara nasional sekitar 6 juta ha sampai tahun 2000. Pencapaian yang rendah atas tujuan untuk menjamin pasokan bahan baku industri dalam rangka mengurangi tekanan terhadap hutan alam, maupun dari aspek peningkatan produktivitas lahan dan luasan lahan yang direhabilitasi dan terlantarnya areal HTI, mengakibatkan banyak industri yang tetap menggunakan bahan baku dari hutan alam yang pada akhirnya kerusakan hutan alam semakin meningkat dan terjadi kerugian secara finansial karena modal tidak kembali. Oleh karena itu, pelaksanaan pengelolaan hutan tanaman produksi secara lestari tidak hanya untuk memenuhi kewajiban namun menjadi kebutuhan bagi pengusaha, masyarakat di dalam dan di sekitar hutan serta masyarakat internasional. Tuntutan dunia internasional terhadap kelestarian sumberdaya hutan ini diperlihatkan melalui kewajiban ekolabel terhadap produk kayu hutan tropis. Kelestarian sumberdaya hutan tanaman produksi tersebut akan tercapai jika pengelolaannya dilakukan secara profesional sesuai dengan asas kelestarian hutan dan prinsip perusahaan. Kegiatan penilaian terhadap kinerja pengelolaan hutan tanaman produksi secara lestari ini baru sebagai tahap awal di dalam upaya penapisan untuk menentukan kelaikan dan kepatutan bagi pemegang HPHTI.

Secara teknis pekerjaan penilaian pengelolaan hutan tanaman ini berpatokan pada ITTO guide lines yang telah dimodifikasi dan mengacu juga kepada SK Menteri Kehutanan No. 177/Kpts-II/2003 tanggal 12 Juni 2003 tentang Kriteria dan Indikator Pengelolaan Hutan Secara Lestari Pada Unit Manajemen Usaha Pemanfaatan Hutan Tanaman sebagaimana diatur di dalam SK Menteri Kehutanan No. 178/Kpts-II/2003 tanggal 12 Juni 2003 tentang Tata Cara Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Tanaman pada Unit Pengelolaan. Selain itu, metode penilaian yang dikembangkan oleh berbagai lembaga sertifikasi lainnya juga digunakan sebagai referensi.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Untuk mengetahui kinerja pemegang IUPHHK pada hutan tanaman, maka perlu dilakukan penilaian terhadap kegiatan pengelolaan hutan secara lestari yang dilakukan secara berkala untuk masing-masing unit manajemen. Penilaian kinerja tersebut bersifat wajib dilaksanakan kepada unit manajemen usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman, sehingga ahirnya unit-unit tersebut akan terseleksi dan diperoleh unit-unit dengan kinerja yang baik, yang benar-benar memiliki komitmen dan mampu mewujudkan prinsip hutan secara lestari pada unit manajemen Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman.

Secara garis besar, maksud penilaian kinerja usaha pemanfaatan hutan tanaman adalah untuk melakukan evaluasi sehingga diperoleh gambaran kinerja perusahaan pemegang IUPHHK-HT berdasarkan kriteria dan indikator yang telah ditetapkan sesuai Keputusan Menteri Kehutanan No. 177/Kpts-II/2003.

Dalam hubungan ini, unit manajemen yang dinilai adalah PT Finnantara Intiga, satu dari tiga perusahaan HPHTI yang penilaiannya ditugaskan kepada PT Kwarsa Hexagon.

Adapun tujuan penilaian kinerja usaha pemanfaatan hutan tanaman sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kehutanan No. 178 / Kpts-II / 2003, adalah sebagai berikut :

Melakukan pembinaan bagi pemegang hak / izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman yang sedang berjalan.

Diperolehnya rekomendasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk menyetujui atau menolak permohonan perpanjangan hak / izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman.

Diperolehnya rekomendasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk menyetujui atau menolak permohonan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman

1.3. SASARAN

1.3.1. Sasaran Kegiatan

Kegiatan penilaian kinerja usaha pemanfaatan hutan tanaman dilaksanakan terhadap PT Finnantara Intiga sebagai unit manajemen IUPHHK-HT yang sudah berstatus definitif, atas semua kriteria dan indikator yang telah ditetapkan berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan No. 177/Kpts-II/2003.

Lokasi areal hutan tanaman industri yang akan dinilai terletak di Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sintang dengan luas areal seluruhnya 299.700 hektar (Surat Menteri Kehutanan No. 115/Kpts-V/1995 tanggal 25 Januari).

Objek yang akan dinilai meliputi empat aspek yaitu a. aspek prasyarat, b. aspek produksi, c. aspek ekologi dan d. aspek sosial ekonomi.

1.3.2 Sasaran Hasil

Sasaran yang ingin dicapai di dalam pelaksanaan pekerjaan penilaian ini adalah diperolehnya data, informasi dan hasil analisis obyektif terhadap Kinerja Pengelolaan Hutan Tanaman Industri pada Hutan Tanaman sesuai dengan kriteria dan indikator PHPL sebagaimana tertuang di dalam lampiran SK Menteri Kehutanan No. 177/Kpts-II/2003 tanggal 12 Juni 2003 tentang Kriteria dan Indikator Pengelolaan Hutan Secara Lestari Pada Unit Manajemen Usaha Pemanfaatan Hutan Tanaman pada Unit Pengelolaan serta kriteria dan indikator lembaga sertifikasi lainnya. Hasil analisis akan dijadilakn bahan masukan bagi pemerintah (Dephut) dalam pengambilan keputusan terhadap unit manajemen PT Finnantara Intiga.

1.3.3. Waktu Pelaksanaan

Kegiatan penilaian kinerja perusahaan HPHTI PT Finnantara Intiga dilaksanakan dengan tata waktu sebagai berikut.

13 Oktober 2003 terbit SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) No. 122/SKO-R/Murni-4/2003.

14 21 Oktober 2003 : Persiapan penilaian lapangan

21 Oktober 5 November 2003 : Pelaksanaan penilaian lapangan

6 13 November 2003 : Penyusunan hasil penilaian

PAGE

I - 3