bab 1 pendahuluan

Upload: ivan-firmansyah

Post on 09-Mar-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

yhrewy

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Diperlukan kesadaran individu dan masyarakat secara mandiri untuk mewujudkan Indonesia Sehat. Salah satu tujuan Indonesia Sehat yakni mencegah terjadinya dan menyebarnya penyakit menular sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2003).Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah utama penyakit menular di berbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian atau incidence rate (IR) DBD meningkat dengan pesat diseluruh belahan dunia. Diperkirakan 50 juta orang terinfeksi DBD setiap tahunnya dan 2,5 miliar (1/5 penduduk dunia) orang tinggal di daerah endemik DBD.Pada tahun 2007, dalam angka Case Fatality Rate (CFR) untuk kasus DBD di Indonesia menempati urutan ke empat di Asia dengan CFR 1.01 setelah Bhutan, India, dan Myanmar berurutan dari tertinggi. Sampai bulan September 2008, didapatkan CFR untuk kasus DBD menurun menjadi 0.73, namun naik menjadi peringkat ke dua di Asia setelah Bhutan. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang berbahaya, dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat dan sering menimbulkan wabah (Depkes RI, 1995). Indonesia menurut kriteria WHO termasuk ke dalam negara endemik DBD bersama-sama Thailand, Sri Langka dan Timor-Leste dalam peta ASEAN. Epidemiologi dari dengue itu bergantung dari multifaktorial seperti perilaku manusia, iklim, penyebaran virus dan arus perpindahan manusia. Dikarenakan belum ditemukannya vaksin untuk DBD maka pencegahan yang dapat dilakukan adalah manajemen lingkungan tempat tinggal terkait pengontrolan vektor virus Dengue dan perilaku proteksi pada manusia (WHO, 2008).Perilaku yang sehat dan kemampuan mayarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan Pembangunan Kesehatan (Depkes RI, 2003). Perilaku mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan dari individu itu sendiri (Notoatmodjo, 2003).Data Puskesmas Jember Kidul tahun 2014 mencatat angka kejadian Demam Berdarah Dengue sebanyak 28 kasus yang tersebar di kedua wilayah kerjanya yaitu Kelurahan Jember Kidul dan kelurahan Kepatihan. Angka kejadian tersebut meningkat 21 % menjadi 34 kasus pada tahun 2015. Apabila dilihat dari distribusi wilayah kelurahan, peningkatan signifikan angka kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Jember Kidul terjadi pada kelurahan Kepatihan. Peningkatan angka kejadian DBD tahun 2015 pada Kelurahan Kepatihan mencapai 80% bila dibandingkan tahun 2014. Sedangkan, angka kejadian DBD tahun 2015 pada kelurahan Jember Kidul menurun 11 % bila dibandingkan tahun 2014. Puncak kejadian DBD terjadi pada bulan Januari-Maret.Dari hasil penelitian sebelumnya di Kendari didapati hubungan antara kejadian DBD dengan pengetahuan dimana presentase pengetahuan yang kurang dari responden yang positif DBD 74 orang (71,8%), sedangkan dari responden yang negatif DBD ada 29 orang (28,2%) yang berpengetahuan kurang (Duma, 2007). Penelitian di Mataram menyimpulkan bahwa semakin masyarakat bersikap tidak serius dan tidak berhati-hati terhadap penularan penyakit DBD akan bertambah resiko terjadinya penularan penyakit DBD (Fathi, 2005).Dari permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti gambaran penrilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) mengenai DBD pada keluarga di Keluarga Kepatihan Bulan Januari 2016.

1.2 Rumusan MasalahBagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai DBD pada keluarga di Kelurahan Kepatihan, Jember bulan Januari 2016?

1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan UmumUntuk mengetahui perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) mengenai DBD pada keluarga di Kelurahan 1.3.2 Tujuan Khususa. Untuk mengetahui gambaran perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) mengenai DBD dilihat dari karakteristik penduduk di Kelurahan Kepatihan, Jember bulan Januari 2016.b. Untuk mengetahui gambaran perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) mengenai DBD pada daerah dengan angka kejadian DBD tertinggi di Kelurahan Kepatihan, Jember bulan Januari 2016.c. Untuk mengetahui gambaran perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) mengenai DBD pada daerah dengan angka kejadian DBD terendah di Kelurahan Kepatihan, Jember bulan Januari 2016.

1.4 ManfaatPenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :a. Puskesmas Jember Kidul untuk merumuskan suatu langkah strategis yang dapat dilakukan dalam menurunkan angka kejadian DBD dan angka kematian akibat penyakit ini.b. Masyarakat, sebagai informasi untuk lebih menggalakkan kegiatan yang dapat menurunkan angka kejadian DBD.c. Orang lain, untuk menambah wawasan dan sumber pustaka.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Infeksi Virus DengueInfeksi Virus Dengue adalah infeksi yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan yang membuat manifetasi klinis demam dengue dan bentuk beratnya yaitu Demam Berdarah Dengue dan Dengue Shock Syndrome. Penyakit ini ditemukan daerah tropis dan sub tropis, terutama pada daerah perkotaan dan area semi-urban (WHO, 2009).

2.1.1. EtiologiPenyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus ( Arboviruses ) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, family Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis streotipe, yaitu ; DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menujukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan gejala klinis (Soedarmo, 1999).

2.1.2. Cara PenularanVirus dengue yang ditularkan dari orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dari sub genus Stegomyia. Aedes aegypti betina merupakan faktor epidemik yang paling utama. Nyamuk Aedes tersebut dapat menularkan Virus Dengue kepada manusia baik secara langsung yaitu setelah menggigit orang yang mengalami viremia atau tidak secara langsung yaitu setelah mengalami masa inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10 hari. Pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menjadi sakit setelah virus masuk ke dalam tubuhnya. Pada nyamuk, sekali virus dapat masuk ke dalam tubuhnya, maka nyamuk tersebut dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul (Depkes RI, 2001).Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus Dengue merupakan sumber penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Nyamuk Aedes aegypti mendapatkan Virus Dengue sewaktu menggigit atau menghisap darah orang yang sakit DBD atau tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus Dengue (karena orang ini memiliki kekebalan terhadap virus Dengue). Orang yang mengandung Virus Dengue tetapi tidak sakit, dapat pergi ke mana-mana dan menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada nyamuk Aedes aegypti. Bila orang yang ditulari itu tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-anak), ia akan segera menderita DBD.Adapun sifat nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di tempat penampungan air (TPA) dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang misalnya bak mandi, tempayan, drum, pot tanaman, tempat minum burung, vas bunga, kaleng, ban bekas, atau botol. Nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembang biak di selokan/got atau yang airnya langsung berhubungan dengan tanah. Nyamuk ini biasa menggigit (menghisap darah) pada pagi sampai sore hari (Depkes RI, 1995). Nyamuk ini juga mempunyai kebiasaan menggigit berulang, yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat (Hendarwanto, 2001). Selain itu nyamuk ini dapat terbang hingga 100 meter. Badannya berwarna hitam dan belang-belang (loreng) putih Depkes RI, 1995).

2.1.3. PatogenesisVirus merupakan mikroorganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai penjamu (host) terutama dalam mencukupi kebutuhan akan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh penjamu, bila daya tahan baik maka akan terjadi penyembuhan dan timbul antibodi, namun bila daya tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat menimbulkan kematian.Patogenesis DBD masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori banyak dianut pada DBD adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) atau hipotesis immune enhancement. Hipotesis ini menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD/berat. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen-antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai antibody dependent enhancement, suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok (Depkes RI, 2001).

2.1.4. Gejala Klinis dan DiagnosaGambaran klinis DBD sering kali tergantung pada umur penderita. Pada bayi dan anak biasanya didapatkan demam dengan ruam makulopapular saja. Pada anak besar dan dewasa mungkin hanya didapatkan demam ringan, atau gambaran klinis lengkap dengan panas tinggi mendadak, sakit kepala hebat, sakit bagian belakang kepala, nyeri otot dan sendi serta ruam. Tidak jarang ditemukan perdarahan kulit, biasanya didapatkan leukopeni atau kadang-kadang trombositopeni. Pada waktu wabah tidak jarang demam Dengue dapat disertai dengan perdarahan hebat. Yang membedakan antara DD dengan DBD adalah pada DBD didapati kebocoran plasma (Depkes RI, 2001).Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium. Pengguanaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).Kriteria Klinisa. Demam atau riwayat demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.b. Terdapat manifestasi dari perdarahan berikut:1) Uji bendung (uji tourniquet) positif2) Petekie, ekimosis, atau purpura3) Perdarahan mukosa (tersering epistaksis/mimisan atau perdarahan gusi), atau perdarahan dari tempat lain.4) Hematemesis dan atau melena.c. Pembesaran hatid. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.Kriteria Laboratorisa. Trombisitopenia (jumlah trombosit 100.000/l).b. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau lebih.Dua kriteria klinis ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Efusi pleura dan atau hipoalbunemia dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien anemia dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok, peningkatan hematokrit dan adanya trombositopenia mendukung diagnosis DBD.

Gambar 1.1 Manifestasi klinis infeksi virus dengue

Terdapat 4 gejala utama DBD, yaitu demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi. Keempat gejala utama DBD adalah sebagai berikut:a. DemamPenyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus-menerus, berlangsung 2-7 hari, naik turun tidak mempan dengan obat antipiretik. Kadang- kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 40oC dan dapat terjadi kejang demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada DBD. Pada saat fase demam mulai cenderung menurun dan pasien tampak seakan sembuh, hati-hati karena pada fase tersebut dapat sebagai awal kejadian syok. Biasanya pada hari ketiga dari demam. Hari ke 3,4,5 adalah fase kritis yang harus dicermati pada hari ke 6 dapat terjadi syok.b. Tanda-tanda perdarahanPenyebab perdarahan pada pasien DBD adalah vaskulopati, trombositopenia, dan gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Jenis perdarahan yang terbanyak adalah perdarahan kulit seperti uji tourniquet (uji Rumple Leede /uji bendung) positif, petekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Petekie merupakan tanda perdarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada hari-hari pertama demam tetapi dapat pula dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Petekie sering sulit dibedakan dari bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya lakukan penekanan pada bintik merah yang dicurigai dengan kaca obyek atau penggaris plastik transparan. Jika bintik merah menghilang berarti bukan petekie.Tanda perdarahan seperti tersebut diatas tidak semua terjadi pada seorang pasien DBD. Perdarahan yang paling ringan adalah uji tourniquet positif berarti fragilitas kapiler meningkat. Perlu diingat bahwa hal ini juga dapat dijumpai pada penyakit virus lain (misalnya campak, demam chikungunya), infeksi bakteri (tifus abdominalis) dan lain-lain (Depkes RI, 2001).Selain itu bentuk perdarahan lainnya dapat berupa keluarnya darah dari hidung (epistaksis), perdarahan saluran cerna seperti muntah darah (Sadikin, 2002).c. HepatomegaliPembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba (just palpable) sampai 2-4cm dibawah lengkungan iga kanan. Proses pembesaran hati, dari tidak teraba menjadi teraba dapat meramalkan perjalanan penyakit DBD.

d. SyokPada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam turun. Demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, ujung ekstremitas terasa dingin, disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi sebagai akibat dari perembesan plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara (Depkes RI, 2001).

Tabel 1.1 Klasifikasi Infeksi Virus Dengue

2.1.5. PenatalaksanaanSetiap pasien yang diduga menderita demam dengue (DD) atau demam berdarah dengue (DBD) sebaiknya dirawat di tempat terpisah dengan pasien penyakit lain, yakni pada kamar yang bebas nyamuk (diberi kelambu) (Hendarwanto, 2001). Pengobatan DBD bersifat suportif. Tatalaksana didasarkan atas adanya perubahan fisiologi berupa perembesan plasma dan perdarahan (Depkes RI, 2001).Penatalaksanaan yang dapat dilakukan keluarga jika ada salah satu atau lebih anggota keluarganya diduga terkena DD atau DBD yakni memberi minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah dimasak seperti air susu, teh, atau oralit. Untuk menurunkan demam, beri kompres air dingin atau air es dan berikan obat penurun panas (misalnya parasetamol) dengan dosis untuk anak-anak sebanyak 10-20 mg/Kg berat badan dalam 1 hari dan untuk dewasa 3x1 tablet tiap hari. Setelah itu jangan lupa dibawa segera ke dokter atau petugas puskesmas pembantu atau bidan desa atau perawat atau ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat (Depkes RI, 1995).

2.1.6. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan DBDUntuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya (Aedes aegypti) harus diberantas sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara tepat untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah memberantas jentik-jentiknya di tempat berkembang biaknya. Cara ini dikenal dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD). Oleh karena tempat-tempat berkembang biaknya terdapat di rumah-rumah dan tempat-tempat umum maka setiap keluarga harus melaksanakan PSN-DBD secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali (Depkes RI, 1995).PSN-DBD bisa melalui penggunaan insektisida untuk langsung membunuh nyamuk Aedes aegypti dewasa. Malation adalah insektisida yang lazim dipakai sekarang ini. Cara penggunaan malation ialah dengan pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan (cold fogging). Ada juga insektisida yang bertujuan membunuh jentik-jentik nyamuk, yakni temephos (abate). Cara penggunaan abate ialah dengan pasir abate (sand granules) ke dalam sarang- sarang nyamuk Aedes aegypti.Sedangkan cara PSN-DBD tanpa menggunakan insektisida adalah 3M, yakni menguras bak mandi, tempayan atau TPA minimal seminggu sekali karena perkembangan telur untuk menjadi nyamuk memerlukan waktu 7-10 hari. Selanjutnya menutup TPA rapat-rapat, dan langkah terakhir dari 3M yakni membersihkan halaman rumah dari barang-barang yang memungkinkan nyamuk tersebut bersarang atau bertelur (Hendarwanto, 2001).

2.2. PerilakuBloom (1908) membagi perilaku ke dalam 3 domain namun tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Ada 2 hal yang dapat mempengaruhi perilaku yaitu faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Faktor keturunan adalah merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Lingkungan adalah kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut.Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Ia membedakan ada dua respon yakni:a. Respondent respons ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan- rangsangan tertentu. Respon-respon yang timbul umumnya relatif tetap.b. Operant respon ialah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut reinforcing stimuli karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan organisme.Perilaku kesehatan adalah suatu proses seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan dan makanan serta lingkungan. Menurut Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behavior) sebagai berikut:a. Perilaku kesehatan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.b. Perilaku sakit yakni segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.c. Perilaku peran sakit yakni segala tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.

2.2.1. PengetahuanPengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seeorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yakni:a. Tahu (know)Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengalaman yang paling rendah.b. Memahami (comprehension)Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.c. Aplikasi (application)Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.d. Analisis (analysis)Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.e. Sintesis (synthesis)Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.f. Evaluasi (evaluation)Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2005).2.2.2. SikapMerupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup.Menurut Allport (1954) seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), sikap mempunyai tiga komponen pokok, yakni:a. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objekb. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu konsepc. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, antara lain :a. Menerima (receiving)Mau dan memperhatikan stimulus atau objek yang diberikan.b. Merespon (responding)Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.c. Menghargai (valuing)Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah.d. Bertanggung jawab (responsible)Mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko.Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga tidak. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan respon terhadap suatu objek. Orang lain berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tindakannya. Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku.2.2.3. TindakanSuatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan :a.Persepsi (perception)Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.b.Respon terpimpin (guided response)Dapat melakukan sesuatau sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.c. Mekanisme (mechanism)Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.d. Adopsi (adoption)Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

2.2.4. Indikator PengetahuanUntuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang, ada beberapa indikator yang dapat digunakan dan dikelompokkan menjadi:a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab penyakit, gejala atau tanda-tanda penyakit, cara pengobatan dan kemana mencari pengobatan, cara penularan dan cara pencegahan suatu penyakit.b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat meliputi jenis-jenis makanan bergizi, manfaat makanan bergizi bagi kesehatan, pentingnya olahraga bagi kesehatan, bahaya merokok, minuman keras, narkoba dsb,pentingnya istirahat cukup , relaksasi dsb.c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan meliputi manfaat air bersih, cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat, dan akibat yang ditimbulkan polusi bagi kesehatan (Notoatmodjo, 2003).d.

BAB 3METODE PENELITIAN

3.1. Variabel dan Definisi OperasionalVariabel pada penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, tindakan dan sumber informasi mengenai DBD di Kelurahan Kepatihan.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No.VariabelDefinisi operasionalAlat UkurHasil UkurSkala Ukur

1.PengetahuanSegala sesuatu yang diketahui responden mengenai DBDKuesioner1: Baik2: Sedang3: KurangOrdinal

2.SikapTanggapan atau reaksi responden mengenai DBDKuesioner1: Baik2: Sedang3: KurangOrdinal

3.TindakanSegala sesuatu yang telah dilakukan responden sehubungan dengan pengetahuan dan sikap tentang DBDKuesioner1: Baik2: Sedang3: KurangOrdinal

3.2. Cara Ukur3.2.1. PengetahuanPengetahuan responden diukur melalui 7 pertanyaan. Jika pertanyaan dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 1, jika responden menjawab salah maka diberi nilai 0. Sehingga skor total yang tertinggi adalah 10.Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut:

a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya tentang DBD (skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >7).b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang DBD (skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 4-7).c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang DBD (skor jawaban responden 4.b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 2-4.c. Kurang, apabila skor jawaban responden 4.b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 2-4.c. Kurang, apabila skor jawaban responden