bab 1 pendahuluan

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Umum Perkerasan jalan raya adalah bagian jalan raya yang diperkeras dengan lapis konstruksi tertentu yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan, serta kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke tanah dasar secara aman dan nyaman tanpa terjadi kerusakan yang berarti. Struktur perkerasan jalan sendiri terbagi menjadi tiga tipe, yaitu struktur perkerasan lentur, perkerasan kaku dan perkerasan komposit. Ketiga jenis perkerasan tersebut memiliki perbedaan baik dalam hal proses pembuatan, kelas mutu, dan spesifikasinya. Dalam praktikum ini mengkhususkan membahas mengenai perkerasan lentur. Jenis perkerasan lentur yang buat dalam praktikum ini adalah beton aspal. Bahan lapis beton aspal terdiri dari aspal, agregat kasar, agregat halus, dan filler (jika dibutuhkan). Pada laporan ini akan dibahas mengenai bahan-bahan penyusun laston tersebut, dimulai dari sifat materialnya hingga pengujian yang perlu dilakukan. 1.2.Aspal Dalam perkerasan lentur, material aspal adalah material yang sangat penting sebagai pengikat antar agregat. Aspal merupakan material yang berwarna hitam 1

Upload: samuel-parluhutan

Post on 27-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

perkerasan lenturaspal cement

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1 Pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Umum

Perkerasan jalan raya adalah bagian jalan raya yang diperkeras dengan lapis

konstruksi tertentu yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan, serta kestabilan

tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke tanah dasar secara

aman dan nyaman tanpa terjadi kerusakan yang berarti.

Struktur perkerasan jalan sendiri terbagi menjadi tiga tipe, yaitu struktur

perkerasan lentur, perkerasan kaku dan perkerasan komposit. Ketiga jenis perkerasan

tersebut memiliki perbedaan baik dalam hal proses pembuatan, kelas mutu, dan

spesifikasinya. Dalam praktikum ini mengkhususkan membahas mengenai perkerasan

lentur. Jenis perkerasan lentur yang buat dalam praktikum ini adalah beton aspal.

Bahan lapis beton aspal terdiri dari aspal, agregat kasar, agregat halus, dan

filler (jika dibutuhkan). Pada laporan ini akan dibahas mengenai bahan-bahan

penyusun laston tersebut, dimulai dari sifat materialnya hingga pengujian yang perlu

dilakukan.

1.2. Aspal

Dalam perkerasan lentur, material aspal adalah material yang sangat penting

sebagai pengikat antar agregat. Aspal merupakan material yang berwarna hitam

kecoklatan yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila

terdapat cukup pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat

aspal dapat menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses

produksi dan masa pelayanannya.

Persyaratan aspal sendiri adalah aspal yang berasal dari minyak bumi,

mempunyai sifat sejenis dengan kadar parafine dalam aspal tidak melebihi 2%, tidak

mengandung air dan tidak berbusa jika dipanaskan sampai suhu 75 derajat celsius.

Dalam praktikum ini aspal yang dipakai berasal dari PT. Pertamina.

1

Page 2: Bab 1 Pendahuluan

1.2.1 Jenis-jenis Aspal

Jenis-jenis aspal terbagi menjadi 2, yaitu aspal alam dan aspal buatan.

a. Aspal alam (Asbuton)

Sesuai dengan namanya, aspal alam langsung tersedia di alam, jika di

Indonesia dapat diperoleh disumber terbesarnya yaitu di Pulau Buton. Sifat

asbuton sangat dipengaruhi oleh suhu, yang mana jika suhu semakin

meningkat maka aspal akan semakin cepat mencapai plastis. Selain itu sifat

asbuton pun dipengaruhi oleh bahan pelarut, yang jika asbuton diresapi oleh

flux oil (bahan perangsang) maka asbuton akan menjadi lembek.

Penggunaan aspal alam sebagai lapis permukaan pada jalan adalah untuk

jalan dengan volume lalu lintas 200-1500 kendaraan perhari.

Klasifikasi dari aspal alam dapat dibagi sebagai berikut :

1) Asbuton 10 → kadar aspal 9-11%

2) Asbuton 13 → kadar aspal 11,5-14,5%

3) Asbuton 16 → kadar aspal 15-17 %

4) Asbuton 20 → kadar aspal 17,5-22,5%

5) Asbuton 25 → kadar aspal 23-27 %

6) Asbuton 30 → kadar aspal 27,5-32,5 %

b. Aspal buatan

Aspal buatan merupakan hasil akhir dari penyaringan minyak (biasanya

aspal + parafine). Klasifikasi aspal buatan terbagi menjadi tiga, yaitu Aspal

Cair, Aspal Emulsi, dan Aspal Semen (Asphalt Cement (AC)).

Aspal cair adalah campuran antara aspal semen dengan bahan pencair dari

hasil penyulingan dengan minyak bumi, dengan demikian cut back aspal berbentuk

cair dalam temperatur ruang. Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan menguap

bahan pelarutnya, aspal cair dapat dibedakan atas :

1. RC (Rapid Curing Cut Back)

Merupakan aspal (semen yang dilarutkan dengan bensin atau premium).

RC merupakan Cut Back aspal yang paling cepat menguap.

2. MC (Medium Curing Cut Back)

Merupakan aspal semen yang dilarutkan dengan bahan pencair yang lebih kental

seperti minyak tanah.

2

Page 3: Bab 1 Pendahuluan

3. SC (Slow curing Cut Back)

Merupakan aspal semen yang dilarutkan dengan bahan yang lebih kental seperti

solar, aspal jenis ini merupakan cut back aspal yang paling lama menguap.

Aspal emulsi dapat dibedakan atas muatan listriknya, yaitu :

a. Kationik,

disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang bermuatan arus

listrik positif

b. Anionik,

disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang bermuatan negatif

c. Nonionik,

merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti tidak

mengantarkan listrik

Untuk aspal semen terdiri dari beberapa tipe menurut angka penetrasinya, yaitu:

1) AC 40 – 50

2) AC 60 – 70

3) AC 85 – 100

4) AC 120 – 150

5) AC 200 – 300

Angka di atas menunjukan angka penetrasi aspal, semakin tinggi nilai

penetrasi maka akan semakin lembek aspal tersebut. AC dengan penetrasi rendah

digunakan di daerah bercuaca panas atau lalu lintas volume tinggi sedangkan yang

berpenetrasi tinggi digunakan pada daerah bercuaca dingin atau berlalu lintas redah.

Oleh karena aspal merupakan material yang penting, maka diperlukan adanya

pengujian untuk mengetahui apakah aspal tersebut memenuhi spesifikasi atau tidak.

Pengujian pertama yang dilakukan adalah penetrasi. Hal ini karena mutu aspal

ditentukan oleh angka penetrasinya.

Dalam praktikum ini bertujuan membuat job mix formula (rancangan

campuran rencana) beton aspal jenis AC 60-70 dengan spesifikasi aspal yang

digunakan untuk campuran beton aspal konvensional jenis AC terlihat dalam Tabel

1.1 pada halaman selanjutnya.

3

Page 4: Bab 1 Pendahuluan

Tabel 1.1 Spesifikasi Semen Aspal 60-70 untuk Campuran Aspal Beton Konvensional

Tipe AC

Karakteristik

Persyaratan

SatuanPenetrasi 60 Penetrasi 80

Min. Maks. Min. Maks.

Penetrasi

(250 ; 100 gram ; 5

detik ; 0,1)

60 79 80 99 0,1 mm

Titik Lembek

(Ring and Ball)48 58 46 54 0C

Karakteristik

Persyaratan

SatuanPenetrasi 60 Penetrasi 80

Min. Maks. Min. Maks.

Titik Nyala

(Clev. Open Cup)200 - 225 - 0C

Kehilangan Berat

(163 0C ; 5 jam)- 0,4 - 0,6 % berat

Daktilitas

(25 0C ; 5 cm/menit)100 - 100 - Cm

Penetrasi setelah

kehilangan berat75 - 75 -

%

terhadap

asli

Penetrasi aspal hasil

ekstraksi benda uji55 - 55 -

%

terhadap

asli

Daktilitas aspal hasil

ekstraksi benda uji40 - 40 - cm

Kelarutan (CCl4) 99 - 99 - % berat

Berat jenis (25 0C) 1 - 1 - -

Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah – Direktorat Jendral

Prasarana Wilayah (2002)

Pengujian aspal yang dilakukan tentunya berpedoman pada spesifikasi yang

sesuai dengan angka penetrasinya. Pada laporan praktikum ini, aspal yang diuji

4

Page 5: Bab 1 Pendahuluan

merupakan aspal semen dengan angka penetrasi 60/70 sehingga aspal tersebut harus

memenuhi spesifikasi yang telah tercantum pada halaman sebelumnya.

1.2.2 Pengujian pada Aspal

Untuk mengetahui spesifikasi dari aspal, maka perlu dilakukan beberapa

pengujian, di antaranya adalah :

a. Uji Penetrasi

Pengujian tersebut bertujuan untuk menentukan angka penetrasi aspal yang

akan menjadi acuan spesifikasi pada karakteristik lainnya.

b. Uji Daktilitas

Uji daktilitas aspal adalah suatu uji kualitatif yang secara tidak langsung

dapat digunakan untuk mengetahui tingkat adhesiveness atau daktilitas

aspal keras. Aspal dengan nilai daktilitas yang rendah adalah aspal yang

memiliki gaya adesi yang kurang baik dibandingkan dengan aspal yang

memiliki nilai daktilitas yang tinggi.

c. Uji Titik Lembek Aspal

Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat suhu di mana aspal

mulai lembek akibat suhu udara sehingga dalam perencanaan jalan dapat

diperkirakan bahwa aspal yang digunakan masih tahan dengan suhu di

lokasi perencanaan jalan tersebut.

d. Uji Viskositas

Uji viskositas bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan aspal.

e. Kehilangan Berat Aspal

Pengujan tersebut bertujuan untuk mengetahui presentase kehilangan berat

aspal.

f. Uji Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal

Pengujian titik nyala dilakukan untuk memperkirakan temperatur

maksimum dalam pemanasan aspal sehingga dalam praktik di lapangan

pemanasan aspal tidak boleh melebihi titik nyala dan titik bakarnya. Dalam

percampuran aspal diusahakan untuk tidak melebihi titik nyala karena bila

dipanaskan melebihi titik nyala, aspal dapat menjadi keras dan getas.

g. Uji Kelarutan Aspal dengan CCl4

5

Page 6: Bab 1 Pendahuluan

Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kemurnian aspal

dengan menggunakan larutan CCl4.

h. Uji Berat Jenis Aspal

Pada pengujian tersebut dihasilkan berat jenis aspal yang akan digunakan

dalam analisis campuran, yaitu pada formula berat jenis maksimum

campuran dan presentase rongga terisi aspal.

i. Uji Pemulihan Aspal dengan alat penguap putar

Metode pengujian pemulihan aspal dengan alat penguap putar ini

dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pemulihan

aspal di laboratorium, tujuan metode ini adalah untuk memisahkan aspal

dari bahan pelarut, sehingga dapat digunakan kembali.

j. Uji Kehilangan Berat Minyak dan Aspal dengan Cara A

Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan

pengujian kehilangan berat minyak dan aspal dengan cara pemanasan dan

tebal tertentu, tujuan metode ini adalah menentukan kehilangan berat

minyak dan aspal.

k. Uji Aspal Cair Dengan Penguap Cepat

l. Uji Aspal Cair Dengan Penguap Sedang

m. Uji Aspal Emulsi Kationik

Metode Pengujian Pengendapan Aspal Emulsi dimaksudkan sebagai acuan

dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian pengendapan aspal emulsi di

laboratorium, tujuan metode ini adalah untuk menentukan persentase aspal

emulsi yang mengendap.

Dalam pengujian aspal terdapat beberapa macam standar yang

digunakan untuk masing-masing proses pengujian. Standar-standar pengujian

seperti terlihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Standar-standar pengujian aspal

No. Pengujian AASHTO ASTM SK SNI PA1. Uji penetrasi T-49-68 D-571 M-08-1989-F -2. Uji daktilitas T-54-74 D-113-69 M-08-1989-F -3. Uji titik lembek aspal T-53-74 D-36-70 - -

No. Pengujian AASHTO ASTM SK SNI PA

6

Page 7: Bab 1 Pendahuluan

4. Uji viskositas T-22-68 D-7-72 - 03011-765. Uji kehilangan berat T-47-74 D-6-69 - 0304-766. Uji titik nyala aspal T-54-74 D-113-69 M-08-1989-F -

7.Uji kelarutan aspal dengan CCl4

T-44-70 D-165-42 - -

8. Uji berat jenis aspal T-228-68 D-70-72 - -

9.Uji pemulihan aspal dengan alat penguap putar

T-70-90 - M-21-1995-03 -

10.Uji kehilangan berat minyak dan aspal dengan cara A

T-79-88 -SNI-06-2440-

1991-

11.Uji aspal cair dengan penguap ceepat

M-81-90 - S-03-1995 -

12.Uji aspal cair dengan penguap sedang

M-82-75 - S-02-1995 -

13. Uji aspal emulsi kationik M-208-87 - S-01-1995 -

Percobaan yang dilakukan pada praktikum ini antara lain :

(1) Penetrasi Aspal

(2) Titik Lembek Aspal

(3) Titik Nyala Aspal

(4) Daktilitas Aspal

(5) Kelarutan Aspal dengan CCl4

(6) Berat Jenis Aspal

1.3 Agregat

Selain aspal material lain yang memiliki peran yang sangat penting adalah

agregat. Dimana agregat yang dipakai dalam praktikum berasal dari PT. Adhi Karya

berupa agregat yang diidentifikasikan pecah mesin.

Pada campuran beraspal, agregat memberikan kontribusi 90-95% terhadap berat

campuran sehingga sifat-sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu dari

kinerja campuran tersebut untuk tujuan ini, sifat agregat yang harus diperiksa antara

lain :

a. Ukuran butir

Ukuran agregat dalam suatu campuran beraspal terdistribusi dari yang berukuran

besar sampai yang kecil. Semakin besar ukuran maksimum agregat yang dipakai

semakin banayak variasi ukurannya dalam campuran tersebut.

b. Gradasi

7

Page 8: Bab 1 Pendahuluan

Gradasi agregat ditentukan oleh analisis saringan, dimana contoh agregat harus

memenuhi satu set saringan. Gradasi agregat dapat dibedakan atas beberapa jenis,

di antaranya :

Gambar 1.1 Contoh Tipikal Macam-Macam Gradasi Agregat

1) Gradasi seragam (uniform graded) atau gradasi terbuka (open graded) adalah

gradasi agregat dengan ukuran hampir sama. Gradasi seragam disebut juga

gradasi terbuka atau open graded karena hanya mengandung sedikit agregat

halus sehingga terdapat banyak rongga/ruang kosong antar agregat. Campuran

beraspal yag dibuat dengan gradasi ini bersifat porous atau memiliki

permeabilitas yang tinggi, stabilitas rendah, dan memiliki berat isi yang kecil.

2) Gradasi rapat (dense graded) adalah gradasi agregat di mana terdapat butiran

dari agregat kasar sampai halus sehingga sering juga disebut gradasi menerus,

atau gradasi baik (well graded). Campuran dengan gradasi ini memiliki

stabilitas yang tinggi, agak kedap air, dan memiliki berat isi yang besar.

3) Gradasi senjang (gap graded) adalah gradasi agregat di mana ukuran agregat

yang ada tidak lengkap atau ada fraksi agregat yang tidak ada atau jumlahnya

sedikit sekali. Campuran agregat dengan gradasi ini memiliki kualitas

peralihan dari kedua gradasi yang disebutkan diatas.

Spesifikasi gradasi agregat yang dilakukan pada praktikum mengacu seperti pada

Tabel 1.3.

8

Page 9: Bab 1 Pendahuluan

Tabel 1.3 Spesifikasi Agregat Berdasarkan Ukuran Saringan untuk Campuran

Aspal Beton Konvensional Tipe AC

Ukuran Saringan Spesifikasi

mm Inch Bawah Atas

25,400 1" 100 100

19,100 3/4" 100 100

12,700 1/2" 75 100

9,500 3/8" 60 85

4,760 No.4 38 55

2,380 No.8 27 40

1,190 No.16 21 32

0,590 No.30 14 24

0,279 No.50 9 18

0,149 No.100 5 12

0,074 No.200 2 8

Pan 2 8

Dengan adanya spesifikasi, maka untuk gradasi agregat yang dihasilkan yang baik

harus masuk dalam batas atas dan batas bawah dari spesifikasi tersebut sehingga

mendapakan campuran yan baik pula.

c. Kebersihan agregat

Dalam spesifikasi biasanya memasukkan syarat kebersihan agregat, yaitu dengan

memberikan suatu batasan jenis dan jumlah material yang tidak diinginkan (seperti

tanaman, partikel lunak, lumpur dan lain sebagainya) yang berada dalam atau

melekat pada agregat. Agregat yang kotor akan memberikan pengaruh yang jelek

pada kinerja perkerasan, seperti berkurangnya ikatan antara aspal dengan agregat

yang disebabkan karena banyaknya kandungan empung pada agregat tersebut.

d. Kekerasan

Semua agregat yang digunakan harus kuat, mampu menahan abrasi dan degradasi

selama proses produksi dan operasionalnya di lapangan. Agregat yang akan

digunakan sebagai lapis permukaan perkerasan harus lebih keras (lebih tahan) dari

pada agregat yang digunakan untuk lapis bawahnya. Hal tersebut disebabkan

karena lapisan permukaan perkerasan akan menerima dan menahan tekanan dan

benturan akibat beban lalu lintas paing besar. Oleh karena itu, kekuataan agregat

9

Page 10: Bab 1 Pendahuluan

terhadap beban merupakan suatu persyaratan yang mutlak harus dipenuhi oleh

agregat yang akan digunakan sebagai bahan jalan.

e. Bentuk butir agregat

Bentuk partikel agregat yang bersudut memberikan ikatan antara agregat (agregat

interlocking) yang baik yang dapat menahan perpindahan (displacement) agregat

yang mungkin terjadi. Agregat yang bersudut tajam, berbentuk kubikal dan agregat

yang memiliki lebih dari 1 bidang pecah akan menghasilkan ikatan antar agregat

yang paling baik. Dalam campuran beraspal, penggunaan agregat yang bersudut

saja atau bulat saja tidak akan menghasilkan campuran beraspal yang baik.

Kombinasi pengunaan kedua bentuk partikel agregat ini sangatlah dibutuhkan

untuk menjamin kekuatan pada struktur perkerasan dan workability yang baik dari

campuran tersebut.

f. Tekstur permukaan agregat

Permukaan agregat yang kasar akan memberikan kekuatan pada campuran beraspal

karena kekerasan permukaan agregat dapat menahan agregat tersebut dari

pergeseran atau perpindahan. Kekasaran permukaan agregat juga akan memberikan

tahanan geser yang kuat pada roda kendaraan sehingga akan meningkatkan

keamanan kendaraan terhadap slip. Selain itu, film aspal lebih mudah merekat pada

permukaan yang kasar sehingga akan menghasilkan ikatan yang baik antara aspal

dan agregat dan pada akhirnya akan menghasilkan campuran beraspal kuat.

g. Daya serap agregat

Jika daya serap agregat sangat tinggi, agregat ini akan terus menyerap aspal baik

pada saat maupun setelah proses pencampuran agregat dengan aspal di unit

pencampur aspal (AMP). Hal ini akan menyebabkan aspal yang berada pada

permukaan agregat yang berguna untuk mengikat partikel agregat menjadi lebih

sedikit sehingga akan menghasilkan film aspal yang tipis. Oleh karena itu, agar

campuran yang dihasilkan tetap baik agregat yang porus memerlukan aspal yang

lebih banyak dibandingkan dengan yang kurang porus.

1.3.1 Jenis-jenis Agregat

10

Page 11: Bab 1 Pendahuluan

Agregat terbagi menjadi agregat kasar, agregat halus, dan filler.

a. Agregat Kasar

Persyaratan :

Untuk agregat kasar harus memenuhi syarat sebagai berikut : abrasi

maksimal 40%, kelekatan terhadap aspal minimal 95%, bagian yang lunak

maksimal 5%, berat jenis semu minimal 2,5, penyerapan air maksimal 3%,

kadar lempung maksimal 0,25%, kadar debu maksimal 1%, indeks

kepecahan maksimal 25%, bidang pecah maksimal 50%, dan gradasi lolos

saringan ¾” serta tertahan no.4.

Fungsi :

Memberikan stabilitas campuran dari kondisi saling mengunci

(interlocking) dari masing-masing agregat kasar dan dari tahanan gesek

terhadap suatu aksi perpindahan. Stabilitas ditentukan oleh bentuk dan

tekstur permukaan agregat kasar (kubus dan kasar).

Karakteristik :

(1) Mempunyai kekuatan dan kekasaran (crushing strength)

(2) Mempunyai bentuk yang relatif kotak atau kubus.

(3) Mempunyai bidang permukaan yang relatif kasar.

Sedangkan agregat yang digunakan dalam pembuatan aspal beton adalah

batu pecah atau kerikil dalam keadaan kering dengan persyaratan sebagai

berikut :

1. Keausan agregat yang diperiksa dengan mesin Los Angeles pada 500

putaran harus mempunyai nilai maksimum 40%.

2. Kelekatan terhadap aspal harus lebih besar dari 95%.

3. Indeks kepipihan agregat maksimum 25%.

4. Penyerapan agregat terhadap air maksimum 3%.

5. Berat jenis semu agregat minimum 2,5%.

6. Gumpalan lempung agregat maksimum 0,25%.

7. Bagian-bagian batu yang lunak dari agregat harus kurang dari 5%.

b. Agregat Halus

11

Page 12: Bab 1 Pendahuluan

Persyaratan :

Agregat halus harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : berat jenis

semu minimal 2,5, peresapan agregat terhadap air minimal 3%, kadar debu

maksimal 8%, agregat lolos saringan no.4.

Fungsi :

Menambah stabilitas dari campuran dengan memperkokoh sifat saling

mengunci dari agregat kasar dan juga untuk mengurangi rongga udara

agregat kasar.Selain itu, semakin kasar tekstur permukaan agregat halus,

maka dapat menambah kekasaran permukaan. Agregat halus #30 s/d #200

penting untuk menaikkan kadar aspal sehingga akan lebih awet.

Karakteristik :

(1) Mempunyai kekuatan atau kekerasan (crusshing strenght).

(2) Mempunyai bentuk yang relatif kubus.

(3) Mempunyai bidang permukaan yang relatif kasar.

Agregat halus harus terdiri dari bahan-bahan berbidang kasar, bersudut

tajam, dan bersih dari kotoran-kotoran. Agregat halus terdiri dari pasir,

bahan-bahan halus, hasil pemecahan batu atau kombinasi bahan-bahan

tersebut dalam keadaan kering yang memenuhi syarat :

(1) Nilai sand equivalent dari agregat minimum 50.

(2) Berat jenis semu minimum 2,5.

(3) Dari pemeriksaan Atterberg, agregat harus non-plastis.

(4) Peresapan agregat terhadap air maksimum 3%.

c. Filler

Filler merupakan salah satu bahan pengisi rongga campuran aspal, sebagai

bahan pengisi rongga udara pada material sehingga dapat memperkaku

lapisan aspal. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari

gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI 03-1968-

1990 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (0,075 mm) tidak

kurang dari 75 % terhadap beratnya. Bahan pengisi dapat terdiri atas debu

batu kapur, debu dolomite, semen Portland, abu terbang, debu tanur tinggi

pembuat semen atau bahan mineral tidak plastis lainnya. Adapun fungsi

filler adalah sebagai berikut :

12

Page 13: Bab 1 Pendahuluan

(1) Mengisi rongga-rongga kosong.

(2) Membuat campuran menjadi stiff / stable.

1.3.2 Pengujian pada Agregat

Pengujian agregat yang diperlukan untuk mendapatkan agregat yang baik

adalah sebagai berikut :

a. Pengujian analisis saringan (gradasi)

Gambar 1.2 Pengujian Analisis Saringan

Gradasi agregat adalah pembagian ukuran butiran yang dinyatakan dalam

persen dari berat total. Tujuan utama pekerjaan analisis ukuran butir agregat

adalah untuk pengontrolan gradasi agar diperoleh konstruksi campuran

yang bermutu tinggi. Suatu lapisan yang semuanya terdiri dari agregat kasar

dengan ukuran yang kira-kira sama mengandung rongga udara sekitar 35%.

Apabila lapisan tersebut terdiri atas agregat kasar, sedang, dan halus dengan

perbandingan yang benar akan dihasilkan lapisan agregat yang lebih padat

dan rongga udara yang kecil.

b. Berat jenis dan penyerapan

Gambar 1.3 Timbangan

Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui berat jenis dan penyerapan

agregat.

13

Page 14: Bab 1 Pendahuluan

c. Uji keausan

Gambar 1.4 Mesin Los Angeles

Pada pekerjaan jalan, agregat akan mengalami proses tambahan seperti

pemecahan, pengikisan akibat cuaca, pengausan akibat lalu lintas. Guna

mengatasi hal tersebut, agregat harus mempunyai daya tahan yang cukup

terhadap pemecahan (crushing), penurunan (degradation), dan

penghancuran (disintegration). Agregat pada atau di dekat permukaan

perkerasan memerlukan kekerasan dan mempunyai daya tahan terhadap

pengausan yang lebih besar dibandingkan dengan agregat yang letaknya

pada lapisan lebih bawah karena bagian atas perkerasan menerima beban

terbesar.

d. Pengujian setara pasir

Gambar 1.5 Alat-Alat Pengujian Setara Pasir

Agregat yang digunakan sebagai bahan jalan harus bersih, bebas dari zat-zat

asing, seperti tumbuhan, butiran lunak, gumpalan tanah liat (lempung), atau

lapisan tanah liat (lempung). Pengujian setara pasir (sand equivalent test)

dilakukan untuk menentukan perbandingan relatif dari bagian yang dapat

merugikan (seperti butiran lunak dan lempung) terhadap bagian agregat

yang lolos saringan no.4.

14

Page 15: Bab 1 Pendahuluan

e. Pemeriksaan gumpalan lempung dan butiran yang mudah pecah dalam

agregat

Butiran agregat jika terkena air akan mudah pecah sehingga lebih baik tidak

digunakan, karena jika perkerasan jalan tergenang air, selain mudah pecah

biasanya menunjukkan suatu kecenderungan bahwa butiran ini mengandung

lempung.

f. Pengujian daya lekat agregat terhadap aspal

Gambar 1.6 Uji Daya Lekat terhadap Aspal

Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui kelekatan agregat terhadap

aspal.

g. Angularitas

Angularitas merupakan suatu pengukuran penentuan jumlah agregat

berbidang pecah. Susunan permukaan yang kasar yang menyerupai

kekasaran kertas amplas mempunyai kecenderungan untuk menambah

kekuatan campuran, dibanding dekat permukaan yang licin. Ruangan

agregat yang kasar biasanya lebih besar sehingga menyediakan tambahan

bagian untuk diselimuti oleh aspal. Agregat dengan permukaan yang licin

dengan mudah dilapisi lapisan aspal tipis (asphalt film), tetapi permukaan

seperti ini tidak dapat memegang lapisan aspal tersebut tetap pada

tempatnya.

h. Pemeriksaan kepipihan agregat

15

Page 16: Bab 1 Pendahuluan

Gambar 1.7 Alat Pemeriksaan Kepipihan Agregat

Bentuk butir (particle shape) pada agregat dibedakan menjadi 6 kategori,

yaitu bulat, tidak beraturan, berbidang pecah (angular), pipih, panjang,

pipih, dan lonjong. Agregat yang pipih dan atau panjang akan mudah patah

apabila mendapat beban lalu lintas. Besarnya kepipihan dinyatakan dalam

indeks kepipihan. Banyaknya agregat yang pipih dinyatakan dengan indeks

kepipihan (flackiness index) dan agregat yang panjang dinyatakan dengan

indeks kelonjongan (elongatian index). Kegunaan dari percobaan ini adalah

dapat membatasi jumlah agregat yang berbentuk pipih.

i. Pengujian partikel ringan dalam agregat

Adanya partikel ringan pada agregat dengan jumlah besar yang digunakan

sebagai campuran aspal panas akan mengganggu stabilitas campuran.

Partikel ringan yang dimaksud adalah partikel yang mengapung di atas

larutan yang berat jenisnya 2. Bahan yang digunakan untuk memisahkan

partikel ringan adalah larutan seng khlorida (ZnCl2) berat jenis 2.

j. Uji kekerasan/impact test

Gambar 1.8 Alat Uji Kekerasan

Untuk mengukur kekuatan batuan sebagai agregat dipergunakan cara

pendekatan dengan  penguji kekuatan tekan batuan sampai hancur dengan

16

Page 17: Bab 1 Pendahuluan

bentuk kubus dengan sisi 50mm atau silinder diameter 25mm atau 50 mm

dan tinggi 2 kali diameter benda uji.

Dalam pengujian kekuatan agregat untuk beton ini, terdapat beberapa cara

dan istilah yang dipergunakan oleh beberapa negara salah satunya dengan

uji nilai kekuatan pukul ( impact ).

Dalam pengujian agregat terdapat beberapa macam standar yang digunakan

untuk masing-masing proses pengujian agregat ditunjukkan pada Tabel 1.4

Tabel 1.4 Standar Pengujian Agregat

No.

Pengujian AASHTO ASTMBritish

Standart

1.Uji analisis saringan agregat halus dan kasar

T-27-74 D-36-46 -

2.Uji berat jenis dan penyerapan agregat kasar

T-85-74 C-127-68 -

3.Uji berat jenis dan penyerapan agregat halus

T-84-74 D-128-68 -

4.Uji kelekatan agregat terhadap aspal

T-182 - -

5. Uji berat isi agregat T-19-74 C-29-71 -

6.Uji keausan agregat dengan mesin Los Angeles

T-96-74C-131-55 -

C-535 -

7.Uji jumlah bahan dalam agregat yang lolos dalam saringan

T-11-90 - -

8.Uji agregat halus/pasir yang mengandung bahan plastis dengan cara setara pasir

T-176-86 - -

9.Uji spesifikasi agregat halus untuk campuran perkerasan aspal

M-29-91 - -

10 Uji Kekerasan - - BS-182-1967

17

Page 18: Bab 1 Pendahuluan

Percobaan yang dilakukan pada praktikum ini hanya pengujian:

a. Analisa Agregat Halus dan Kasar.

b. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar.

c. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus.

d. Pemeriksaan Kadar Lumpur pada Agregat Halus

e. Kelekatan Agregat terhadap Aspal

1.4 Campuran

Campuran beraspal panas terdiri atas kombinasi agregat, bahan pengisi (bila

diperlukan), dan aspal yang dicampur secara panas pada temperatur tertentu.

Komposisi bahan dalam campuran beraspal panas terlebih dahulu harus direncanakan

sehingga setelah terpasang diperoleh perkerasan aspal yang memenuhi kriteria sebagai

berikut :

a. Stabilitas yang cukup. Sehingga mampu mendukung beban lalu lintas yang

melewatinya tanpa mengalami deformasi permanen dan deformasi plastis selama

umur rencana.

b. Durabilitas yang cukup. Sehingga mempunyai keawetan yang cukup akibat

pengaruh cuaca dan beban lalu lintas.

c. Kelenturan yang cukup. Sehingga harus mampu menahan lendutan akibat beban

lalu lintas tanpa mengalami retak.

d. Cukup kedap air. Sehingga tidak ada rembesan air yang masuk ke lapis pondasi di

bawahnya.

e. Kekesatan yang cukup. Kekesatan permukaan lapisan beraspal berhubungan erat

dengan keselamatan pengguna jalan.

f. Ketahanan terhadap retak lelah (fatique). Sehingga mampu menahan beban

berulang dari beban lalu lintas selama umur rencana.

g. Kemudahan kerja. Sehingga ampuran beraspal mudah dilaksanakan, mudah

dihamparkan, dan mudah dipadatkan.

1.4.1 Jenis Campuran

AC dibagi menjadi beberapa tipe, antara lain :

a. Asphalt Concrete - Wearing Course (AC-WC), untuk perata atau laston atas

(Asphalt Treated Base/ATB), diameter butir maksimal 19,0 mm, dan

bertekstur halus.

18

Page 19: Bab 1 Pendahuluan

b. Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC), untuk lapis permukaan,

diameter butir maksimal 25,4 mm, dan bertekstur sedang.

c. Asphalt Concrete – Base (AC-Base), untk laston bawah, diameter butir

maksimal 37,5 mm dan bertekstur kasar.

Ketiga jenis AC tersebut diatur menurut Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi

6 tahun 2010. Namun, pada percobaan ini hanya membuat JMF campuran

aspal beton konvensional menurut SNI 06-2489-1991 dengan mutu lebih besar

dari AC MS 600. Prinsip AC konvensional adalah dengan menentukan gradasi

agregat terlebih dahulu, kadar aspalnya dicari, dan yang diutamakan adalah

nilai stabilitasnya. Adapun spesifikasi yang digunakan untuk AC konvensional

seperti terlihat pada Tabel 1.5 berikut ini.

Tabel 1.5 Spesifikasi Pengujian AC Konvensional

Uraian Spesifikasi

% Rongga Udara 3-5%

Rongga Dalam Mineral

Agregat15%

Rongga terisi aspal 75-82%

Stabilitas Marshall > 600 kg

Hasil Bagi Marshall 200 – 350 kg/mm

Kelelehan 2-4 mm

1.4.2 Pengujian pada Campuran

Pengujian yang dilakukan pada campuran adalah sebagai berikut :

a. Persentase campuran agregat dengan aspal.

b. Pemeriksaan bahan campuran dengan alat Marshall.

Pada pemeriksaan ini diperoleh nilai stabilitas terhadap kelelehan plastis.

Pemeriksaan campuran dengan Marshall test memiliki tujuan untuk

mengetahui kadar aspal optimum dari campuran beton aspal yang akan

diterapkan di lapangan.

c. Pemeriksaan kadar bitumen dengan cara ekstraksi.

Ekstraksi yang dilakukan merupakan proses pengendalian mutu, di mana

bermaksud untuk memeriksa kadar aspal pada suatu campuran yang telah

digelar di lapangan dengan kadar aspal optimum pada JMF. Selain

19

Page 20: Bab 1 Pendahuluan

pemeriksaan kadar aspal, pemeriksaan gradasi agregat juga diperlukan

karena dapat mempengaruhi kinerja perkerasan jalan jika berbeda dnegan

gradasi agregat pada JMF. Percobaan pengujian campuran yang dilakukan

adalah untuk Marshall test dan uji kadar bitumen dengan cara ekstraksi,

tanpa melakukan pengujian persentase campuran terhadap aspal. Hal

tersebut dapat disebabkan keterbatasan waktu saat praktikum.

Dalam pengujian campuran terdapat beberapa macam standar yang

digunakan untuk masing-masing proses pengujian, antara lain:

a. Marshall Test

SK.SNI 06-2489-1991

b. Uji Kadar Bitumen dengan Cara Ekstraksi

AASHTO T-164-74

1.5 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan data-data yang

dibutuhkan dari bahan-bahan penyusun beton aspal yang nantinya menjadi bahan

pertimbangan dalam penyusunan formula campuran beton aspal yang terbaik dari

bahan-bahan yang tersedia.

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan formula campuran kerja

atau JMF ( Job Mix Formula ) untuk membuat beton aspal (AC) MS 600 sesuai

dengan bahan yang tersedia di laboratorium Transportasi Teknik Sipil Fakultas

Teknik Undip. Adapun urutan pengerjaan untuk memperoleh formula campuran kerja

atau JMF ( Job Mix Formula ) digambarkan dalam diagram alir pada Gambar 1.9 di

halaman selanjutnya.

20

Mulai

Page 21: Bab 1 Pendahuluan

21

Agregat

Kasar Halus Filler

Aspal Penetrasi 60/70

Memenuhi

Spesifikasi

Tidak

Ya

Memahami Spesifikasi JMF AC – MS 600

Uji Agregat Non-Gradasi :

Uji Berat Jenis Uji Penyerapan Uji Kadar Lumpur Uji Kelekatan terhadap

Aspal

Uji Aspal :

Uji Penetrasi Uji Daktilitas Uji Titik Lembek Uji Titik Nyala Uji Kelarutan Uji Berat Jenis

Campuran

Uji Agregat Gradasi (Uji Analisis Saringan)

Tidak

Memenuhi

Spesifikasi

Ya

Campuran

Page 22: Bab 1 Pendahuluan

22

Uji Campuran :

Uji Marshall Uji Ekstraksi

Memenuhi

Spesifikasi

Tidak

Gambar 1.9 Bagan Alir Pembutan JMF AC-MS 600

JMF AC – MS 600

Selesai

Ya