bab 1 pendahuluan

28
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007, rencana tata ruang terdiri atas rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang untuk tingkat Kota adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota. Sedangkan rencana rinci tata ruang terdiri atas Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis. Rencana detail tata ruang disusun sebagai perangkat operasional dari rencana umum tata ruang. Naskah Akademis RTRW Kota Lhokseumawe Tahun 2011 telah disusun beserta Album Peta dan Rancangan Qanunnya. Saat ini proses legalisasi Rancangan Qanun Tata Ruang menjadi Qanun Tata Ruang sedang dalam proses pembahasan oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Lhokseumawe. Oleh karena itu untuk dapat segera menyelaraskan pelaksanaan pembangunan dan pengembangan wilayah kota perlu disusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), terutama untuk kawasan-kawasan yang didalam RTRW Kota Lhokseumawe telah dialokasikan sebagai kawasan strategis sehingga memerlukan dokumen perencanaan yang lebih terperinci/detail sebelum dioperasionalkan atau difungsikan. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Muara Dua merupakan salah satu RDTR yang diamanatkan dalam RTRW Kota Lhokseumawe sebagai salah satu perangkat pengendalian pemanfaatan ruang. Penyusunan RDTR Kecamatan Muara Dua memerlukan persamaan persepsi sebagai pemahaman kepentingan dalam kebutuhan pemanfaatan ruang serta implementasinya, sehingga partisipasi aktif masyarakat sangat diperlukan. Hal ini dilakukan dengan tujuan : Laporan Data dan Analisis – Bab 1-1

Upload: onces

Post on 04-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1 Pendahuluan

Bab 1PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007, rencana tata ruang terdiri atas rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang untuk tingkat Kota adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota. Sedangkan rencana rinci tata ruang terdiri atas Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis. Rencana detail tata ruang disusun sebagai perangkat operasional dari rencana umum tata ruang.

Naskah Akademis RTRW Kota Lhokseumawe Tahun 2011 telah disusun beserta Album Peta dan Rancangan Qanunnya. Saat ini proses legalisasi Rancangan Qanun Tata Ruang menjadi Qanun Tata Ruang sedang dalam proses pembahasan oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Lhokseumawe. Oleh karena itu untuk dapat segera menyelaraskan pelaksanaan pembangunan dan pengembangan wilayah kota perlu disusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), terutama untuk kawasan-kawasan yang didalam RTRW Kota Lhokseumawe telah dialokasikan sebagai kawasan strategis sehingga memerlukan dokumen perencanaan yang lebih terperinci/detail sebelum dioperasionalkan atau difungsikan.

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Muara Dua merupakan salah satu RDTR yang diamanatkan dalam RTRW Kota Lhokseumawe sebagai salah satu perangkat pengendalian pemanfaatan ruang. Penyusunan RDTR Kecamatan Muara Dua memerlukan persamaan persepsi sebagai pemahaman kepentingan dalam kebutuhan pemanfaatan ruang serta implementasinya, sehingga partisipasi aktif masyarakat sangat diperlukan. Hal ini dilakukan dengan tujuan :

a. Mengembangkan rasa memiliki terhadap tujuan pembangunan yang ingin dicapai;

b. Menumbuhkan arti penting perencanaan

c. Menjaring isu-isu permasalahan serta memancing aspirasi tentang kondisi wilayah yang akan datang melalui alternative pengembangan pola pikir yang obyektif.

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-1

Page 2: Bab 1 Pendahuluan

Jaring aspirasi masyarakat yang dilaksanakan secara obyektif dalam bentuk dengar pendapat umum (public hearing) akan sangat mendorong kualitas dari subtansi rencana tata ruang sehingga nantinya dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

1.2 PENGERTIAN

1.2.1 Pengertian RDTR Kota

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota, merupakan penjabaran dari RTRW Kota ke dalam rencana distribusi pemanfaatan ruang dan bangunan serta bukan bangunan pada suatu kawasan. Dengan kata lain Rencana Detail Tata Ruang Kota mempunyai fungsi untuk mengatur dan menata kegiatan fungsional yang direncanakan oleh perencanaan tata ruang diatasnya untuk mewujudkan pemanfaatan ruang yang serasi, seimbang, aman, nyaman dan produktif. Muatan yang direncanakan dalam RDTR adalah kegiatan berskala kawasan atau lokal dan lingkungan, dan atau kegiatan khusus yang mendesak dalam pemenuhan kebutuhannya. RDTR Kota dilakukan berdasarkan tingkat urgensi/prioritas penanganan kawasan tersebut di dalam konstelasi wilayah kota.

1.2.2 Kedudukan RDTR Kota

Dalam jenjang perencanaan tata ruang, Rencana Detail Tata Ruang Kota merupakan produk rencana untuk:

a. Rencana operasional arahan pembangunan kawasan (operasional action plan);

b. Rencana pengembangan dan peruntukan kawasan ( area development plan);

c. Panduan untuk rencana aksi dan panduan rancang bangun (urban design guidelines).

Rencana, aturan, ketentuan dan mekanisme penyusunan RDTR Kota harus merujuk pada pranata rencana lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan maupun daerah. Kedudukan RDTR Kota dalam pengaturan ruang diilustrasikan dalam gambar 1.1.

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-2

Page 3: Bab 1 Pendahuluan

Gambar 1. 1 Kedudukan RDTR dalam Penataan Ruang Kota

Sumber: Permen PU 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota

1.3 DASAR HUKUM

Penyusunan RDTR Kecamatan Muara Dua dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

b. Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

c. Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-3

Page 4: Bab 1 Pendahuluan

e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011 Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota

f. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah.

1.4 MAKSUD DAN TUJUAN

1.4.1 Maksud

Maksud dari penyusunan RDTR adalah mewujudkan rencana detail tata ruang yang mendukung terciptanya kawasan strategis maupun kawasan fungsional secara aman, produktif dan berkelanjutan.

1.4.2 Tujuan

Dengan KAK ini diharapkan Penyedia Jasa Konsultansi dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik untuk menghasilkan keluaran hasil studi yang memadai, antara lain:

a. Sebagai arahan bagi masyarakat dalam pengisian pembangunan fisik kawasan;

b. Sebagai pedoman bagi instansi dalam penyusunan zonasi dan pemberian perijinan kesesuaian pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan

1.5 RUANG LINGKUP

1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah

Secara kewilayahan, wilayah perencanaan kegiatan penyusunan RDTR Kecamatan Muara Dua meliputi seluruh wilayah administrasi Kecamatan Muara Dua yang memiliki luas wilayah 5.780 ha, dan terbagi atas 2 kemukiman dan 17 gampong. Wilayah perencanaan dibatasi oleh Kecamatan Banda Sakti dan Selat Malaka (sebelah utara), Kecamatan Banda Sakti (sebelah barat), dan Kecamatan Blang Mangat (sebelah selatan dan timur). Gambar 1.2.

Selain Kecamatan Muara Dua sebagai wilayah utama perencanaan, dalam lingkup makro mempertimbangkan konstelasi antara wilayah perencanaan dengan aktivitas perkotaan dan arahan pengembangan wilayah Kota Lhokseumawe.

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-4

Page 5: Bab 1 Pendahuluan

Gambar 1. 2 Peta Batas Administrasi Kecamatan Muara Dua

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-5

Page 6: Bab 1 Pendahuluan

1.5.2 Ruang Lingkup Materi

Dokumen RDTR Kecamatan Muara Dua merupakan arahan pemanfaatan dan pengendalian ruang wilayah untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun berdasarkan hasil kajian terhadap potensi dan permasalahan pengembangan ruang, serta dengan mempertimbangkan kebijakan terkait dan aspirasi pemangku kepentingan. Dokumen RDTR memuat tujuan penataan wilayah perencanaan, rencana pola ruang, rencana jaringan prasarana, penetapan sub-wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya, ketentuan pemanfaatan ruang, dan peraturan zonasi.

Untuk menghasilkan muatan dokumen seperti tersebut diatas, perlu dilakukan:

a. Kajian terhadap kedudukan dan konstelasi Kecamatan Muara Dua terhadap wilayah Kota Lhokseumawe.

b. Perumusan tujuan penataan wilayah perencanaan; berdasarkan arahan penataan ruang dalam dokumen RTRW Kota Lhokseumawe, karakteristik wilayah perencanaan, serta isu-isu strategis yang relevan dengan kegiatan penataan ruang pada Kecamatan Muara Dua.

c. Perumusan rencana pola ruang untuk menampung fungsi lindung dan budidaya; berdasarkan hasil analisis terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta hasil prediksi terhadap kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial, ekonomi, dan lingkungan pada wilayah perencanaan.

d. Perumusan rencana jaringan prasarana pendukung aktivitas pada wilayah perencanaan hingga akhir tahun perencanaan berdasarkan arahan struktur wilayah pada dokumen RTRW, rencana pengembangan jaringan prasarana pada dokumen RTRW, rencana pola ruang, sistem pelayanan dan pola pergerakan masyarakat, serta ketentuan perundangan yang berlaku. Jaringan prasarana yang dibahas antara lain meliputi prasarana jalan dan sarana pendukung pergerakan, energi/kelistrikan, telekomunikasi, drainase, air limbah, dan prasarana lainnya.

e. Penetapan bagian wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya.

f. Perumusan ketentuan pemanfaatan ruang yang memuat jenis-jenis program prioritas/indikasi program pembangunan, lokasi pembangunan, ukuran, sumber pendanaan, instansi yang bertanggung jawab terhadap proses implementasi, dan pentahapan waktu pelaksanaan masing-masing program tersebut.

g. Perumusan peraturan zonasi yang memuat ketentuan kegiatan dan pemanfaatan lahan, intensitas pemanfaatan lahan, ketentuan tata bangunan, kebutuhan penyediaan sarana dan prasarana minimal, serta ketentuan pelaksanaan lainnya.

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-6

Page 7: Bab 1 Pendahuluan

1.5.3 Ruang Lingkup Waktu

Pekerjaan ini dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2013 dan seluruh pekerjaan harus dapat diselesaikan dalam waktu 150 (seratus lima puluh) hari kalender terhitung sejak dikeluarkannya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) dari Pejabat Pembuat Komitmen.

1.6 METODE PENDEKATAN

1.6.1 Penyusunan Arahan Rencana Detail Tata Ruang

A. Pendekatan Menyeluruh dan Terpadu

Merupakan pendekatan perencanaan yang menyeluruh dan terpadu serta didasarkan pada potensi dan permasalahan yang ada, baik dalam wilayah perencanaan maupun dalam konstelasi regional. Pendekatan menyeluruh memberi arti bahwa peninjauan permasalahan bukan hanya didasarkan pada kepentingan wilayah/kawasan dalam arti sempit, tetapi ditinjau dan dikaji pula kepentingan yang lebih luas, baik antar wilayah dengan daerah hinterlandnya yang terdekat maupun dengan yang lebih jauh lagi. Secara terpadu mengartikan bahwa dalam menyelesaikan permasalahan tidak hanya dipecahkan sektor per sektor saja tetapi didasarkan kepada kerangka perencanaan terpadu antar tiap-tiap sektor, di mana dalam perwujudannya dapat berbentuk koordinasi dan sinkronisasi antar sektor.

B. Penentuan Kawasan Perencanaan perkotaan

Penting untuk menentukan terlebih dahulu delinasi Kawasan Perencanaan meliputi batas-batas wilayah, luas dan komponen isi (satuan-satuan yang ada didalam wilayah perencanaan) sebelum tahapan pengumpulan data dilakukan. Deliniasi Kawasan perencanaan ini akan sangat mempengaruhi subtansi data, analisis dan rencana yang akan disusun. Pendekatan yang dilakukan tim Konsultan dalam menentukan delinasi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe meliputi beberapa tahapan pendekatan.

1) Delinasi kawasan sesuai dengan KAK

adalah penentuan delinasi Kawasan dengan pendekatan top down planning dalam hal ini sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Instansi Pemberi Pekerjaan di dalam Kerangka Acuan Kerja yaitu delinasi berdasarkan batas-batas operasional adminstrasi.

2) Pemahaman Peraturan Batas Kota

Berdasarkan instruksi menteri dalam negeri nomor 34 tahun 1986 tentang pelaksanaan peraturan menteri dalam negeri Nomor 7 tahun 1986 tentang penetapan batas wilayah kota di seluruh Indonesia, bahwa batas Kawasan perkotaan dalam· bentuk fisik mengikuti ketentuan sebagai berikut :

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-7

Page 8: Bab 1 Pendahuluan

a) Batas wilayah kota adalah garis batas yang memisahkan antara wilayah kota dan wilayah bukan kota.

b) Wilayah batas tersebut dapat berbentuk :

Batas alami, seperti sungai, gunung, Iembah, pantai laut, dan danau. Batas bukan alami, seperti jalan, jalan kereta api, saluran irigasi dan

kanal.

c) Pedoman di dalam memilih batas alami maupun bukan alamiah:

Bila sungai, irigasi dan kanal dipilih sebagai batas kota maka batasnya adalah garis tengah sungai, tepi irigasi, dan tepi kanal yang bersinggungan dengan wilayah kota.

Bila gunung dipilih sebagai batas kota, maka batasnya adalah kaki gunung yang bersinggungan dengan wilayah kota.

Bila lembah dipilih sebagai batas, maka batasnya adalah tepi lembah yang bersinggungan dengan wilayah kota.

Bila pantai dipilih sebagai batas kota, maka batasnya adalah tepi daratan pada saat air laut turun.

Bila danau dipilih sebagai batas kota, maka batasnya adalah tepi danau yang bersinggungan dengan wilayah kota.

Bila jalan dipilih sebagai batas kota, maka batasnya adalah tepi jalan bagian luar (seluruh badan jalan masuk kedalam wilayah kota) .

Bila jalan kereta api dipilih sebagai batas kota, maka batasnya adalah tepi jalan kereta api bagian luar (seluruh badan jalan kereta api masuk ke dalam wilayah kota).

3) Verifikasi Delinasi Survey Blok

Verifikasi detail situasi batas dan komponen isi Kecamatan Muara Dua perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan perencanaan dikemudian hari. Verifikasi ini juga dilakukan untuk melihat interaksi, pola keruangan dan kaitan fungsional secara fisik alamiah, fisik binaan, demografi, sosial-ekonomi, budaya dan tranportasi perbatasan Kecamatan Muara Dua.

C. Identifikasi Permasalahan Pembangunan dan Perwujudan Ruang Kawasan

Setelah dilakukan penetapan Kawasan Perencanaan Perkotaan (deliniasi Kecamatan Muara Dua), tahapan kedua dalam penyusun RDTRK adalah identifikasi permasalahan dan perwujudan ruang kawasan. Tahapan ini menekankan pada Identifikasi Isu-Isu strategis dan pengumpulan data-data terkait dengan perwujudan ruang kawasan meliputi karekteristik wilayah pererencanaan dalam konstelasi regional, karakteristik fisik alamiah, penggunaan lahan, sarana, parasarana, demografi, kependudukan, sosial-ekonomi, transportasi, kelembagaan dan aspek perwujudan ruang kota meliputi perpetakan bangunan, kepadatan bangunan, ketinggian bangunan dan sempadan bangunan.

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-8

Page 9: Bab 1 Pendahuluan

Isu-isu strategis ini diindentifikasikan sebagai hipotetisa awal untuk selanjutnya dilakukan pengujian-pengujian lapangan maupun keterkaitannya dengan kebijaksanaan lainnya. Tahapan Identifikasi isu strategis dan data-data karakteristik Kecamatan Muara Dua dilaksanakan dengan pendekatan-pendekatan sebagai berikut :

1) Pendekatan bottom up planning

Pendekatan bottom up planning meliputi :

a) Teknik Wawancara Semi Terstruktur instansional oleh tim konsultan kepada pejabat/perwakilan dinas, kantor dan badan yang terkait penyusunan RDTRK ini. Tujuan wawancara ini adalah untuk mengetahui temuan pokok-pokok dinamika perkembangan kota meliputi isu-isu strategis maupun teknis pengembangan kawasan fungsional Kecamatan Muara Dua lima tahun terakhir hingga lima tahun ke depan.

b) Teknik Penyebaran Angket/Kuisioner yang dilakukan oleh tim konsultan meliputi kuesioner masyarakat umum, pedagang, bangkitan lalu lintas dan motivasi perjalanan. Tujuan penyebaran kuesioner ini untuk mengidentifikasikan aspirasi masyarakat, pola-pola aktivitas, kecenderungan-kecenderungan yang terkait penataan ruang Kecamatan Muara Dua yang sedang terjadi.

c) Teknik Diskusi Jaring Aspirasi Masyarakat (FGD) yang kemudian ditindak lanjuti dengan visual preference (penilaian dan peninjauan kasus-kasus/ topik-topik diskusi oleh penyedian jasa konsultasi bersama-sama masyarakat, unsur Pemerintahan dan LPM sebagai perwakilan masyarakat di lapangan). Tujuan jasmara ini untuk mengidentifikasikan potensi dan masalah lapangan serta aspirasi kebutuhan-kebutuhan problem solving nya.

d) Teknik Observasi yaitu pengamatan lapangan oleh tim konsultan meliputi objek-objek tertentu yang dinilai penting untuk penataan ruang Kecamatan Muara Dua. Tujuan dari observasi ini adalah untuk identifikasi informasi gambaran visual keadaan wilayah perencanaan Kecamatan Muara dua saat ini. Teknik observasi ini juga dilakukan oleh tim konsultasi bersama Penyedian Jasa untuk melihat bersama kasus-kasus yang penting misalkan observasi trase jalan.

e) Teknik Survey Blok yaitu pengamatan secara teliti oleh tim konsultan meliputi keseluruhan objek bangunan, sarana dan prasarana yang di tiap blok perencanaan. Tujuan survey blok ini untuk verifikasi penggunaan lahan hingga ketelitian jenis bangunan, fungsi bangunan, ketinggian, sempadan bangunan, KDB dan kondisinya.

f) Traffic Counting yaitu teknik pencatatan volume lalu lintas. Tujuan untuk menemukenali poetnsi dan masalah beban arus lalu lintas eksisting.

g) Survey Data Instansional berupa hasil kajian-kajian/ riset yang memuat data, analisis dan kesimpulan serta rekomendasi yang mengarah pada upaya pengembangan kawasan fungsional Kecamatan Muara Dua.

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-9

Page 10: Bab 1 Pendahuluan

2) Pendekatan Top Down planning

Pendekatan top down planning dalam identifikasi isu strategis pengembangan Kecamatan Muara Dua dilakukan dengan pendekatan studi literatur berupa kajian komprehensif Kebijaksanaan dan rencana-rencana yang terkait penyusunan Kecamatan Muara Dua meliputi :

Renstra Kota Lhokseumawe RPJM, RPJP dan RPIJM Kota Lhokseumawe Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lhokseumawe Review/Tinjauan RDTRK terkait tahun sebelumnya Kebijkasanaan lainnya

D. Perkiraan Kebutuhan Pelaksanaan Pembangunan Kawasan

Tahapan perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan pada prinsipnya adalah analisis dan perhitungan-perhitungan/proyeksi dan prediksi serta pengolahan data-data yang telah dikumpulkan pada tahapan sebelumnya. Tahapan ini juga merupakan upaya menguji hipotesis berupa isu strategis yang telah diidentifikasikan pada tahapan sebelumnya.

Pendekatan yang dilakukan untuk memperkirakan kebutuhan pelaksanaan pembangunan meliputi :

1) Pendekatan Analisis Kuantitatif

Pendekatan memperkirakan kebutuhan pembangunan berdasarkan model perhitungan-perhitungan tertentu dengan asumsi tertentu. Pendekatan ini dilaksanakan untuk memberikan ukuran kebutuhan yang lebih bersifat teknis, akurat dan argumentatif misalanya perhitungan proyeksi penduduk, kepadatan penduduk, perhitungan kebutuhan jumlah dan luasan fasalitas, kebutuhan pengendalian bangunan meliputi perhitungan nilai/ besaran KDB, KLB dan sempadan.

2) Pendekatan Analisis Kualitatif

Pendekatan memperkirakan kebutuhan pembangunan berdasarkan model-model atau metode analisis deskriptif dengan menggunkan perbandingan kriteria-kriteri / teori/ pedoman tertentu. Pendekatan ini dilaksanakan untuk memberikan ukuran kebutuhan yang lebih bersifat strategis dan sosiologis misalkan analisis super imposes peta-peta fisik alamiah untuk mendapatkan kesesuaian lahan dan daya dukung lahan. Contoh lain adalah kebutuhan penanganan konservasi bangunan bersejarah dilakukan dengan perbandingan kariteria-kriteria tertentu.

Berdasarkan subtansinya, tahapan perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan meliputi tahapan sebagai berikut :

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-10

Page 11: Bab 1 Pendahuluan

1) Perkiraan Kebutuhan pokok-pokok pengembangan

Perkiraan kebutuhan pokok-pokok pengembangan Kecamatan Muara Dua, dilakukan dengan pendekatan analisis kualitatif dan kuantitatf bobot skor SWOT (Strenght, Weekness, Opportunity dan Treath) dalam 3 (tiga) jenis skenario.

Skenario pengembangan trend eksisting

Skenario pengembangan target

Skenario pengembangan moderat (gabungan)

2) Perkiraan Kebutuhan pengembangan Jaringan Prasarana

Pengembangan Jaringan Prasarana Kecamatan Muara Dua meliputi:

a) Perkiraan kebutuhan pengembangan distribusi kepadatan penduduk dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sebagai berikuit: Perkiraan / proyeksi penduduk tiap unit lingkungan Perkiraan kepadatan penduduk tiap unit lingkungan Perkiraan daya tampung ruang tiap unit lingkungan.

b) Perkiraan kebutuhan pengembangan sistem pergerakan dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sebagai berikuit: Perkiraan kebutuhan pengembangan sistem jaringan jalan arteri

sekunder, jaringan jalan kolektor sekunder, jaringan jalan lokal sekunder, sistem primer (jumlah lajur, daerah pengawasan jalan, daerah milik jalan, persimpangan utama);

Perkiraan kebutuhan pengembangan sistem terminal. Perkiraan kebutuhan pengembangan moda split. Perkiraan kebutuhan pengembangan Sistem jaringan kereta api Perkiraan kebutuhan pengembangan pedestrian. Perkiraan kebutuhan pengembangan sistem parkir.

c) Perkiraan kebutuhan pengembangan jaringan utilitas dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sebagai berikuit: Perkiraan kebutuhan pengembangan jaringan primer, sekunder dan

tersier penyaluran air bersih dengan memperhatikan hasil perkiraan kebutuhan air secara domestik dan fasilitas.

Perkiraan kebutuhan pengembangan jaringan penyaluran air kotor dengan memperhatikan hasil perkiraan jumlah timbulan, keondisi geografis dan prasarana pendukungnya.

Perkiraan kebutuhan pengembangan jaringan primer, sekunder dan tersier drainase dengan memperhatikan hasil perkiraan jumlah limpasan keondisi geografis dan prasarana pendukungnya.

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-11

Page 12: Bab 1 Pendahuluan

Perkiraan kebutuhan pengembangan jaringan penyaluran persampahan dengan memperhatikan hasil perkiraan jumlah timbulan/produksi sampah dan prasarana pendukungnya.

Perkiraan kebutuhan pengembangan jaringan listrik, energi dan telekomunikasi dengan memperhati-kan hasil perkiraan jumlah kebutuhan layanan.

Perkiraan kebutuhan pengembangan jaringan pemadam kebakaran dengan memperhatikan hasil perkiraan jumlah kebutuhan layanan.

3) Perkiraan Kebutuhan Pengembangan Kawasan lindung dan Budidaya

Perkiraan kebutuhan pengembangan pola pemanfaatan ruang Kecamatan Muara Dua meliputi :

a) Perkiraan kebutuhan pengembangan Kawasan perlindungan setempat dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut:

Perkiraan kebutuhan pengembagan ruang terbuka hijau (RTH)/proyeksi penduduk tiap unit lingkungan

b) Perkiraan kebutuhan pengembangan kawasan Budidaya dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut:

Perkiraan kebutuhan pengembangan kawasan perumahan menurut jenis dan lokasi.

Perkiraan kebutuhan pengembangan kawasan perdagangan menurut jenis, lokasi dan skala pelayanan meliputi regional, Kota, BWP, Sub BWP dan atau unit lingkungan.

Perkiraan kebutuhan pengembangan kawasan jasa menurut jenis, lokasi dan skala pelayanan meliputi regional, Kota, BWP, Sub BWP dan atau unit lingkungan.

Perkiraan kebutuhan pengembangan kawasan pendidikan menurut jenis, lokasi dan skala pelayanan meliputi regional, Kota, BWP, Sub BWP dan atau unit lingkungan.

Perkiraan kebutuhan pengembangan kawasan kesehatan menurut jenis, lokasi dan skala pelayanan meliputi regional, Kota, BWP, Sub BWP dan atau unit lingkungan.

Perkiraan kebutuhan pengembangan kawasan peribadatan menurut jenis, lokasi dan skala pelayanan meliputi regional, Kota, BWP, Sub BWP dan atau unit lingkungan.

Perkiraan kebutuhan pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan menurut jenis, lokasi dan skala pelayanan meliputi regional, Kota, BWP, Sub BWP dan atau unit lingkungan.

4) Perkiraan Kebutuhan Pengembangan perangkat pelaksanaan perwujudan ruang

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-12

Page 13: Bab 1 Pendahuluan

Perkiraan kebutuhan pengembangan sistem perangkat pelaksanaan perwujudan ruang dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sebagai berikuit :

Perkiraan kebutuhan pengembangan pedoman perpetakan bangunan. Perkiraan kebutuhan pengembangan pedoman kepadatan bangunan. Perkiraan kebutuhan pengembangan pedoman ketinggian bangunan. Perkiraan kebutuhan pengembangan pedoman sempadan bangunan. Perkiraan kebutuhan pengembangan prioritas penanganan blok

peruntukan. Perkiraan kebutuhan pengembangan prioritas penanganan blok sarana

dan prasarana.

5) Perkiraan Kebutuhan Pengembangan perangkat Pengendalian Ruang

Perkiraan kebutuhan pengembangan sistem perangkat pengendalian perwujudan ruang dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sebagai berikuit :

Perkiraan kebutuhan pengembangan perangkat mekanisme perijinan. Perkiraan kebutuhan pengembangan perangkat mekanisme pemberian

insentif dan disinsentif. Perkiraan kebutuhan pengembangan perangkat mekanisme pemberian

kompensasi. Perkiraan kebutuhan pengembangan perangkat mekanisme pengawasan. Perkiraan kebutuhan pengembangan perangkat mekanisme pemberian

sanksi.

6) Perkiraan Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan Pembangunan

Perkiraan kebutuhan pengembangan pengelolaan dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sebagai berikuit :

Perkiraan kebutuhan pengembangan program pembangunan. Perkiraan kebutuhan pengembangan kelembagaan terkait program

pembangunan. Perkiraan kebutuhan pengembangan sumber-sumber keuangan terkait

pelaksanaan program pembangunan. Perkiraan kebutuhan pengembangan partisipasi masyarakat terkait

pelaksanaan program pembangunan.

E. Pendekatan Analisis Ambang Batas

Adalah pendekatan untuk menentukan kebijaksanaan rencana tata ruang yang didasarkan ambang batas daya dukung lingkungan. Pendekatan ini bertujuan untuk

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-13

Page 14: Bab 1 Pendahuluan

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

PEMBINAAN

PENGATURAN

PELAKSANAAN

PENGAWASAN

PERENCANAAN RUANG

PEMANFAATAN RUANG

PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

PERATURAN ZONASI

PERIZINAN

INSENTIF/DISINSENTIF

SANKSI

PENATAGUNAAN TANAH, AIR, DAN SDA LAIN

PEMBIAYAAN

PROGRAM PEMANFAATAN RUANG

PEMANTAUAN

EVALUASI

PELAPORAN

menghasilkan kebijaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Penekanan terhadap pertimbangkan aspek lingkungan dilakukan karena lingkungan merupakan aspek yang sangat berkepentingan dalam upaya pembangunan berkelanjutan.

1.6.2 Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Tujuan pengendalian pemanfaatan ruang adalah untuk menjamin tercapainya konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Dalam hal ini pengendalian pemanfaatan ruang merupakan perangkat untuk memastikan perencanaan tata ruang dan pelaksanaan pemanfaatan ruangnya telah berlangsung sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dengan demikian, penyimpangan-penyimpangan pemanfaatan ruang dapat dihindari.

Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.

Gambar 1. 3 Lingkup Penyelenggaraan Penataan Ruang(Menurut UU No. 26/2007)

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-14

Page 15: Bab 1 Pendahuluan

Pada dasarnya antara Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dengan Peraturan Zonasi terdapat keterkaitan yang erat, sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. 4 Kaitan Antara RDTR dengan Peraturan Zonasi

Oleh karenanya, peraturan zonasi paling ideal ditetapkan pada rencana tata ruang pada skala 1 : 5.000. Tujuannya adalah sebagai pelengkap bagi pelaksanaan pemanfaatan ruang pada skala tersebut. Secara umum Peraturan Zonasi akan berisi aturan bagi setiap bentuk pemanfaatan ruang yang “embeded” dengan rencana tata ruang pada skala 1 : 5.000.

Berdasarkan hal tersebut, maka secara umum lingkup substansi peraturan zonasi pada dasarnya meliputi 2 (dua) hal utama, yaitu:

a. Zoning text/statement; legal text

Berisi aturan-aturan (=regulation). Pada bagian ini menjelaskan tentang guna lahan dan kawasan; kegiatan/penggunaan lahan yang diperbolehkan, dilarang, atau diperbolehkan dengan syarat; standar pengembangan, administrasi pengembangan zoning.

b. Zoning map

Berisi pembagian blok peruntukan (zona), dengan ketentuan aturan untuk setiap blok peruntukan tersebut. Pada bagian ini digambarkan peta tata guna lahan dan lokasi setiap fungsi lahan dan kawasan.

Secara umum fungsi Peraturan Zonasi adalah sebagai panduan mengenai ketentuan teknis pemanfaatan ruang dan pelaksanaan pemanfaatan ruang, serta pengendaliannya. Dengan demikian, peraturan zonasi yang disusun untuk pengendalian pemanfaatan ruang di Kecamatan Muara Dua pada dasarna adalah:

a. Sebagai INSTRUMEN PENGENDALIAN pembangunan;

b. Sebagai PEDOMAN penyusunan RENCANA OPERASIONAL;

Peraturan ZonasiRDTR

Salah satu perangkat pengendalian

pemanfaatan ruang yang lazim digunakan di

negara maju

Salah satu jenjang rencana tata ruang

kabupaten/kota dengan skala 1 : 5.000

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-15

Page 16: Bab 1 Pendahuluan

c. Sebagai PANDUAN TEKNIS pengembangan pemanfaatan lahan.

Peraturan zonasi Kecamatan Muara Dua mencakup panduan teknis untuk pengembangan/pemanfaatan tapak yang mencakup penggunaan lahan, intensitas pemanfaatan ruang, tata massa bangunan, prasarana minimum, dan standar perencanaan.

Peraturan zonasi Kecamatan Muara Dua selanjutnya menjadi rujukan perijinan, pengawasan dan penertiban dalam pengendalian pemanfaatan ruang, yanag merujuk pada rencana tata ruang wilayah yang umumnya telah menetapkan fungsi, intensitas, ketentuan tata massa bangunan, sarana dan prasarana, serta indikasi program pembangunan.

Peraturan zonasi Kecamatan Muara Dua diharapkan menjadi pelengkap Peraturan Zonasi di Kota Lhokseumawe yang merupakan peraturan zonasi pada skala kota sebagaimana amanat UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Penyusunan peraturan zonasi dalam RDTR Kecamatan Muara Dua ini dipandang mendesak karena kawasan ini merupakan kawasan perkotaan dari Kota Lhokseumawe, dimana pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruangnya juga memerlukan perlakuan yang khusus pula sesuai dengan karakteristiknya.

Untuk memudahkan operasionalisasi peraturan zonasi, maka pada kajian ini juga akan dilakukan piloting zonasi pada skala 1 : 5.000 dengan mengadopsi peraturan zonasi yang disiapkan. Dalam sistem penataan ruang, peraturan zonasi merupakan bentuk pengaturan lebih lanjut untuk pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam pola pemanfaatan ruang suatu wilayah. Peraturan zonasi ini merupakan bagian pada rencana detail tata ruang dan menjadi pelengkap aturan pembangunan pada penetapan penggunaan lahan yang ditetapakan dalam Kecamatan Muara DUa. Selanjutnya peraturan zonasi dapat menjadi rujukan untuk penyusunan yang lebih rinci.

A. Prinsip Dasar Penyusunan Peraturan Zonasi

Peraturan Zonasi pada dasarnya disusun untuk memberikan aturan terkait penggunaan lahan pada setiap zona. Aturan ini berlaku sama untuk setiap zona yang sama. Secara umum tujuan utama dari penetapan materi peraturan zonasi adalah:

1) Mendeskripsikan zona penggunaan lahan yang berbeda-beda.

Pada tahapan ini dilakukan klasifikasi zona penggunaan lahan berdasarkan analisis kondisi penggunaan lahan di Kecamatan Muara Dua serta berdasarkan kondisi di wilayah yang lain yang mungkin dapat berkembang di Kecamatan Muara Dua.

2) Menjelaskan Ketentuan Aturan yang diterapkan pada setiap zona.

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-16

Page 17: Bab 1 Pendahuluan

Ketentuan dan aturan yang ditetapkan dalam peraturan zonasi berlaku sama untuk setiap zona yang sama. Aturan yang diterapkan pada setiap zona berbeda-beda, bergantung pada karakteristik setiap zona.

Menata Prosedur untuk mengadministrasikan dan mengubah peraturan zonasi.

Proses pelaksanaan ditetapkan untuk aplikasi peraturan zonasi di lapangan.

Secara umum prinsip dasar dari penetapan peraturan zonasi di Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe adalah:

1) Kecamatan Muara Dua dibagi menjadi beberapa kawasan/zona dengan luas yang tidak perlu sama. Pembagian zona dilakukan dengan mengacu pada rencana tata ruang yang telah ada/ditetapkan.

2) Setiap zona diatur penggunaannya, intensitas/kepadatannya, serta tata massa bangunannya.

3) Menetapkan ketentuan kegiatan pada tiap zona. Ketentuan kegiatan pada setiap zona akan meliputi:

Kegiatan yang diperbolehkan, bersyarat, atau kegiatan yang dilarang;

Kegiatan yang tidak disebutkan dalam daftar kegiatan yang boleh artinya dilarang, sedangkan kegiatan yang tidak disebutkan dalam kegiatan yang dilarang berarti diperbolehkan.

B. Kebijakan Insentif dan Disinsentif

Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, maka dapat diberikan insentif dan/atau disinsentif oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Yang dimaksud dengan Perangkat Insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelakanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang. Sedangkan yang dimaksud dengan Perangkat Disinsentif adalah perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

Pada dasarnya insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak masyarakat. Tujuan dari pemberian insentif dan disinsentif dalam pengendalian pemanfaatan ruang adalah:

Mendorong/merangsang pembangunan yang sejalan dengan rencana tata ruang;

Menghambat/membatasi pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-17

Page 18: Bab 1 Pendahuluan

Memberi peluang kepada masyarakat dan pengembang untuk berpartisipasi dalam pembangunan

Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan dalam menetapkan kebijakan insentif dan disinsentif adalah:

Pergeseran tatanan ruang yang terjadi tidak menyebabkan dampak yang merugikan bagi pembangunan wilayah.

Pada hakekatnya tidak boleh mengurangi hak masyarakat sebagai warga negara, dimana masyarakat mempunyai hak dan martabat yang sama untuk memperoleh dan mempertahankan hidupnya.

Tetap memperhatikan partisipasi masyarakat di dalam proses pemanfaatan ruang untuk pembangunan oleh masyarakat.

Penilaian/penetapan suatu kegiatan pada suatu kawasan juga dapat diberikan insentif dan disinsentif, yang diberikan dalam rencana tata ruang (rencana zonasi) pada saat ijin permohonan diajukan kepada Pemerintah Daerah.

Prosedur pengenaan ketentuan insentif dan disinsentif adalah:

1) Hanya pemerintah daerah yang berhak memberikan insentif dan disinsentif;

2) Pemerintah daerah menetapkan kegiatan/pemanfaatan ruang yang akan diberikan insentif atau disinsentf pada suatu kwasan sesuai dengan rencana tata ruang (rencana zonasi) yang telah ditetapkan dan berdasarkan kriteria pengenaan insentif dan disinsentf yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya;

3) Pemerintah Daerah menetapkan jenis insentif dan disinsentf pada jenis kegiatan/pemanfaatan ruang pada kawasan tersebut di atas;

4) Pemerintah Daerah memberlakukan/menerapkan ketentuan insentif dan disinsentif tersebut pada saat permohonan pembangunan diajukan baik oleh perorangan, kelompok masyarakat maupun badan hukum.

1.7 KERANGKA PIKIR

Sesuai dengan Tanggapan KAK berikut penjelasan dalam Apresiasi dan Inovasi terkait materi pekerjaan, dapat dipahami adanya kebutuhan pelaksanaan pekerjaan yang mengacu pada proses perumusan suatu Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Muara Dua yang berada dalam lingkup kawasan perkotaan Kota Lhokseumawe. Dalam penyusunan RDTR ini tidak terlepas dari perencanaan tata ruang yang lebih atas seperti RTRW Kota Lhokseumawe, artinya RDTR merupakan penjebaran lebih detail dari

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-18

Page 19: Bab 1 Pendahuluan

rencana yang terdapat di dalam RTRW sehingga lebih mudah operasional dalam pelaksanaannya.

Berdasarkan pemahaman lingkup pekerjaan serta inovasi pelaksanaan pekerjaan, Konsultan melihat adanya langkah pelaksanaan pekerjaan yang akan mencakup kelompok kegiatan utama berupa:

a. Kajian terhadap Kawasan Perencanaan, mencakup penetapan deliniasi kawasan, analisis kebijakan ruang dan program, analisis kondisi dan perkembangan spasial, serta kajian terhadap permasalahan dan kebutuhan penanganan kawasan.

b. Perumusan Skenario Penanganan / Pengembangan Kawasan, mencakup dokumen rencana yang lebih operasional yang melihat pada peran dan fungsi kawasan secara makro terhadap wilayah sekitarnya yang lebih luas, maupun secara mikro internal kawasan, yang selanjutnya menjadi dasar pengembangan Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kecamatan Muara Dua.

c. Penyusunan Dokumen Rencana Detail Tata Ruang, yang mencakup Rencana Spasial (Spatial Plan) berikut intsrumen pengendalian kawasan, serta Rencana Pembangunan / Pemrograman Pembangunan (Development Plan) yang menjadi salah satu alat koordinasi antar instansi dan stakeholders yang perlu dilibatkan dalam penanganan Kecamatan Muara Dua.

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-19

Page 20: Bab 1 Pendahuluan

Gambar 1. 5 Kerangka Pikir Penyusunan RDTR Kecamatan Muara Dua

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-20

Page 21: Bab 1 Pendahuluan

1.8 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Bab 1 Pendahuluan

BAB I Buku fakta dan analisis merupakan pendahuluan, terdiri dari : latar belakang penyusunan, pengertian yang digunakan dan kedudukan RDTR dalam hierarki tata ruang, dasar hukum, maksud dan tujuan penataan BWP RDTR, ruang lingkup kegiatan, metode pendekatan, dan kerangka pikir dalam penyusunan buku fakta dan analisis RDTR.

Bab 2 Kebijakan Regional yang Berpengaruh terhadap Wilayah RDTR

Tinjauan kebijakan RTRW Kota Lhokseumawe meliputi ulasan terhadap strategi pengembangan kota, struktur ruang kota, pola ruang kota, dan penetapan kawasan strategis.

Bab 3 Karakteristik Wilayah Perencanaan

Karakteristik wilayah perencanaan meliputi informasi mengenai deliniasi wilayah perencanaan, kondisi fisik wilayah perencanaan, kondisi kependudukan wilayah perencanaan, kondisi sosial dan budaya di wilayah perencanaan, karakteristik perekonomian wilayah perencanaan, karakteristik lahan wilayah perencanaan, sistem pergerakan di wilayah perencanaan, kondisi sarana dan prasarana wilayah perencanaan, kondisi fasilitas wilayah perencanaan, dan kondisi tata bangunan di wilayah perencanaan.

Bab 4 Analisis Bagian Wilayah Perkotaan

Analisis peruntukan lahan meliputi analisis daya dukung lahan, Carrying Capacity Ratio, analisis kemampuan lahan, dan kecenderungan perkembangan penggunaan lahan.

Bab 5 Konsep dan Strategi Pengembangan Wilayah Perencanaan

Konsep dan strategi pengembangan wilayah perencanaan meliputi pembagian sub BWP yang terdiri atas blok-blok, perumusan tujuan Penataan BWP berisi arahan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan dicapai, konsep rencana pola ruang berisi konsep rencana distribusi subzona peruntukan, konsep rencana jaringan prasarana, dan penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya.

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-21

Page 22: Bab 1 Pendahuluan

ContentsBab 1............................................................................................................................................................ 1

1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................................1

1.2 PENGERTIAN.........................................................................................................................2

1.2.1 Pengertian RDTR Kota..............................................................................................2

1.2.2 Kedudukan RDTR Kota.............................................................................................2

1.3 DASAR HUKUM.....................................................................................................................3

1.4 MAKSUD DAN TUJUAN......................................................................................................4

1.4.1 Maksud............................................................................................................................ 4

1.4.2 Tujuan..............................................................................................................................4

1.5 RUANG LINGKUP................................................................................................................. 4

1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah...........................................................................................4

1.5.2 Ruang Lingkup Materi..............................................................................................6

1.5.3 Ruang Lingkup Waktu..............................................................................................7

1.6 METODE PENDEKATAN...................................................................................................7

1.6.1 Penyusunan Arahan Rencana Detail Tata Ruang.........................................7

1.6.2 Pengendalian Pemanfaatan Ruang...................................................................14

1.7 KERANGKA PIKIR.............................................................................................................18

1.8 SISTEMATIKA PEMBAHASAN.....................................................................................21

Gambar 1. 1 Kedudukan RDTR dalam Penataan Ruang Kota............................................3Gambar 1. 2 Peta Batas Administrasi Kecamatan Muara Dua...........................................5Gambar 1. 3 Lingkup Penyelenggaraan Penataan Ruang (Menurut UU No. 26/2007)................................................................................................................................................ 14Gambar 1. 4 Kaitan Antara RDTR dengan Peraturan Zonasi...........................................15Gambar 1. 5 Kerangka Pikir Penyusunan RDTR Kecamatan Muara Dua..................20

Laporan Data dan Analisis – Bab 1-22