bab 1 pendahuluan

24
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan pangan hasil pertanian dihasilkan dari produksi tumbuh-tumbuha yang digunakan untuk menghasilkan pangan. Pangan yang dihasilkan salah satunyaadalah buah-buahan. Sedangkan produk pangan adalah hasil penanganan atau pengolahan dari suatubahan pangan. Sifat fisik bahan pangan berkaitan erat dengan angle of repose, densitas, dan spesifik Selain itu, sifat fisik juga memiliki hubungan dengan mutu bahan pangan karena sebagai informasi dasar dalam menentukan tingkat metode penangan atau bagaimana cara mendesain peralatan pengolahan terutama peralatan pengolahan yang bersifat otomatis dan mendesain kemasan. Karakteristik sifat fisik pertanian yaituwarna,penampakkan, berat, porositas, bentuk, ukuran, kadar air, densitas dan luas permukaan. Ben ukuran sangat penting dalam perhitungan energi untuk pendinginan dan pengeringan, rancangan pengecilan ukuran, masalah distribusi dan penyimpanan bahan, seperti elektoistatistik, pantulan cahaya dal warna, dan dalam pengembangan alat grading dan sortasi Secara matematis, spesifik gravity menunjukkan kerapatan massa dipengaruhi oleh gravitasi. Sedangkan ensitas adalah jumlah atau kuant suatu !at pada suatu unit volume. "aka, untuk mempertahankan mutu bahan produk pangan diperlukan pemahaman tentang sifat fisik bahan pangan 1.2 Tujuan #ujuan dari praktikum analisa mutu fisik adalah$ %. &ntuk mempelajari cara penentuan volume dan massa jenis den metode pengukuran menggunakan pendekatan aproksimasi 'pendekatan geometris(. ). &ntuk memepelajari cara penentuan volume dan massa jenis de metode platform scale. *. &ntuk mempelajari cara penentuan sudut curah dari bahan-bahan has pertanian. +. &ntuk mempelajari cara penentuan bulk density dari bahan-bahan h pertanian.

Upload: aji-dwi-waskito

Post on 07-Oct-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pen

TRANSCRIPT

BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Bahan pangan hasil pertanian dihasilkan dari produksi tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk menghasilkan pangan. Pangan yang dihasilkan salah satunya adalah buah-buahan. Sedangkan produk pangan adalah hasil penanganan atau pengolahan dari suatu bahan pangan. Sifat fisik bahan pangan berkaitan erat dengan angle of repose, densitas, dan spesifik gravity. Selain itu, sifat fisik juga memiliki hubungan dengan mutu bahan pangan karena sebagai informasi dasar dalam menentukan tingkat metode penanganan atau bagaimana cara mendesain peralatan pengolahan terutama peralatan pengolahan yang bersifat otomatis dan mendesain kemasan.Karakteristik sifat fisik pertanian yaitu warna, penampakkan, berat, porositas, bentuk, ukuran, kadar air, densitas dan luas permukaan. Bentuk dan ukuran sangat penting dalam perhitungan energi untuk pendinginan dan pengeringan, rancangan pengecilan ukuran, masalah distribusi dan penyimpanan bahan, seperti elektoistatistik, pantulan cahaya dalam evaluasi warna, dan dalam pengembangan alat grading dan sortasiSecara matematis, spesifik gravity menunjukkan kerapatan massa yang dipengaruhi oleh gravitasi. Sedangkan Densitas adalah jumlah atau kuantitas suatu zat pada suatu unit volume. Maka, untuk mempertahankan mutu bahan produk pangan diperlukan pemahaman tentang sifat fisik bahan pangan1.2 TujuanTujuan dari praktikum analisa mutu fisik adalah:

1. Untuk mempelajari cara penentuan volume dan massa jenis dengan metode pengukuran menggunakan pendekatan aproksimasi (pendekatan geometris).

2. Untuk memepelajari cara penentuan volume dan massa jenis dengan metode platform scale.

3. Untuk mempelajari cara penentuan sudut curah dari bahan-bahan hasil pertanian.

4. Untuk mempelajari cara penentuan bulk density dari bahan-bahan hasil pertanian.

5. Untuk mengetahui bentuk dan ukuran dari bahan hasil pertanian yaitu dengan mengukur kebundaran.

6. Untuk mengetahui bentuk dan ukuran dari bahan hasil pertanian yaitu dengan mengukur kebulatan.

7. Untuk mengetahui bentuk dan ukuran dari bahan hasil pertanian yaitu dengan mengukur volume dan luas permukaan teoritis.

8. Untuk mengetahui warna pada bahan hasil pertanianBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1 Hal-hal yang Mempengaruhi Sudut Curah

Beberapa hal yang memengaruhi sudut curah yaitu ukuran partikel bahan, bentuk bahan, karakteristik permukaan partikel, kandungan air, berat jenis dan kerapatan tumpukan (Kling dan Woehlbier, 1983 dalam Khalil, 1999b).

a. Partikel bahan, Menurut Syah., dkk, (2013) pengecilan ukuran dapat memperbesar sudut tumpulan yang terbentuk.b. Kerapatan tumpukan, semakin besar kerapan tumbukan maka semakin besar sudut curah yang terbentuk karena porositas bahan semakin kecil.c. Kandungan air, semakin tinggi kandungan air suatu bahan maka semakin besar sudut tumbukan yang terbentuk.2.2 Bulk density dan Sudut curahBulk density atau kerapatan tumpukan merupakan perbandingan antara berat bahan dan ruang yang ditempati (Khalil, 1999a). Nilai kerapatan tumpukan dapat menunjukkan porositas atau rongga udara yang berada diantara rongga partikel bahan (Wirakartakusumah et al., 1992). Beberapa faktor yang memengaruhi bulk density yaitu kandungan air dan ukuran partikel bahan. Semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil bulk density yang terbentuk. Begitu pula dengan kandungan air, semakin besar kandungan air yang dimiliki maka semakin kecil bulk density yang terbentuk (Khalil, 1999).Sudut curah atau sudut tumpukan adalah sudut yang terbentuk dari bahan yang dicurahkan pada tempat yang berbidang datar sehingga terbentuk gundukan yang menyerupai kerucut (Pranomo, 1976). Sudut curah dapat digunakan dalam pemindahan dan pengangkutan bahan karena kapasitas belt conveyor berbeda-beda. Beberapa hal yang memengaruhi sudut curah yaitu kandungan air, ukuran partikel, bentuk partikel, karakteristik permukaan, berat kenos dan kerapatan tumpukan (Kling dan Woehlbier, 1983 dalam Khalil, 1999b).2.3 Penerapan Bulk density dan Sudut curah Pada Industri PanganSudut repose terkadang digunakan untuk mendisain peralatan untuk memproses partikel keras contohnya, digunakan untuk menentukan sudut kemiringan corong pengumpan (hopper) atau untuk mendesain silo yang tepat untuk menyimpan materi. Dapat juga digunakan untuk baik tidaknya kemiringan yang dibuat. Sudut repos ini juga untuk menetapkan perhtungan untuk wadah yang tepat untuk bahan hasil pertanian.Sudut poros juga berhubungan dengan sudut gesek, yang akan mengatur tentang material biji. Sudut repos adalah sudut maksimum dari kemiringan dari ketentuen gesekan, kohesi dan ketajaman partikel. Pada saat tekanan material biji dituangkan ke permukaan yang datar, gundukan berbentuk kerucut akan terbentuk. Sudut dalam antara permukaan dan gundukan dan sisi horizontal adalah sudut repos dan ini berhubungan dengan pemadatan, area permukaan, dan koefisien gesekan dari bahan tersebut. Bahan dengan sudut repos yang rendah berbentuk lebih datar daripada yang mempunyai sudut repos lebih tinggi. Dalamkata lain, sudut repos adalah sudut antara gundukan dan permukaannya.Banyak sekali metode pengukuran untuk ukuran sudut repos dan hasil lainnya yang perbedaanya tipis. Hasil ini juga sensitive untuk metodelogi yang tepat dalam percobaan. Akhirnya, data dari labolatorium yang berbeda tidak selalu sama. Untuk alternative lain dalam pengukuran, berguna untuk hasil yang sama, digunakan shear cell.2.4 Prinsip Alat Pengukur Warna dan hal-hal yang MempengaruhiPrinsip kerja colour reader yaitu pengukuran perbedaan warna yang dihantarkan melalui pantulan cahaya ke permukaan sampel. Pengukuran warna ini dilakukan dengan cara melekkan lampu pada bidang datar peemukaann sampel. Sinar yang akan dipantulkan tidak boleh keluar dari pemukaan bahan. Pengukuran alat ini dinyatakan dengan nilai kecerahan (L*), kemerahan (a*) dan kekuningan (b*) (Anggraini., dkk., 2013).BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat1. Jangka sorong2. Mistar3. Pisau4. Gelas ukur5. Timbangan analitik6. Wadah7. Gelas ukur8. Busur derajat9. Batang lidi10. Kertas milimeter block11. Over Head Projector (OHP)12. Spidol13. Color reader3.1.2 Bahan1. Buah apel2. Buah alpukat3. Buah mangga4. Buah naga5. Buah jeruk6. Buah pisang7. Kacang hijau8. Kacang otok9. Kacang merah10. Kacang kedelai11. Jagung12. Kacang tanah3.2 Skema Kerja

3.2.1 Volume dan Massa Jenis1. Metode Aproksimasi

2. Metode Platform Scale

3.2.2 Sudut Curah dan Bulk Density1. Sudut Curah

2. Bulk Density

3.2.3 Bentuk, Ukuran dan Warna1. Kebundaran (Roundness)

2. Kebulatan (Sphericity)

3. Volume dan Luas Permukaan

4. Warna

BAB 4 HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Hasil Pengukuran Volume dan Massa

a. Pendekatan Aproksimasi

NoSampelBerat sampel (gram)A (mayor)B (minor)

1Buahnaga425,519,253,05

2Alpukat189,796,63,45

3Mangga181,936,751,4

4Jeruk75,475,483,05

5Apel149,1374,6

6Pisang119,783,41,35

b. Pendekatan Platform Scale

NoSampelX1(berat Bahan)X2 (berat BG + Ait) gramX3 (berat BG + air +bahan) gram

1Buah naga425,51868,041297,67

2Alpukat189,79457,35646,94

3Mangga181,93542,68724,53

4Jeruk75,47462,1537,27

5Apel149,13451,31600,33

6Pisang119,781202,151322,21

4.1.2 Hasil Pengamatan Bentuk dan Warna

a. Kebundaran (Roundness)

NoSampelr1 (dalam) cmr2 (luar) cm

1Buah naga4,37,2

2Alpukat3,25,55

3Mangga2,95,2

4Jeruk2,13,1

5Apel3,23,95

6Pisang1,98,7

b. Kebulatan (Spherecity)

nosampela (mayor)b (intermediet)c Minor

1buah naga11,19,253,05

2alpukat10,656,854,45

3mangga8,856,755,3

4jeruk5,484,553,05

5apel6,875,3

6pisang14,53,42,3

4.1.3 Hasil Pengamatan Sudut Curah

No.SampelDiameter (cm)Jari-jari (cm)Tinggi (cm)

1Kacang Merah21,4510,7253,6

2Kacang kedelai21,1510,5754,2

3Kacang otok19,259,6253,7

4Kacang hijau19,39,653

5Jagung23,2511,6252,93

6Kacang tanah9,754,8754,5

4.1.4 Hasil Pengamatan Bulk Density

No.SampelM bulk (gram)V bulk (ml)

1Kacang Merah585,6770

2Kacang kedelai598,2800

3Kacang otok597,2750

4Kacang hijau500640

5Jagung587,1800

6Kacang tanah579,5910

4.1.5 Hasil Pengamatan Warna

SampelLabdLdadb

Buahnaga38,733-1,93312,933-20,80021,533-1,533

-21,33320,733-0,800

-21,40018,200-2,133

-20,00019,6000,200

-22,00019,400-0,067

Alpukat38,733-1,93312,933-17,600-5,46710,267

-17,533-5,5339,800

-19,667-4,4008,133

-17,800-4,9338,667

-18,067-2,93310,000

Mangga38,733-1,93312,933-16,800-2,4677,400

-18,400-2,0007,000

-18,067-3,7335,400

-18,467-3,0006,600

-17,467-2,2007,800

Jeruk38,733-1,93312,933-11,93312,40021,867

-11,00011,86721,133

-10,0009,80023,000

-12,93313,26721,000

-11,33312,26721,800

Apel38,733-1,93312,933-23,33313,2000,467

-22,40011,4671,933

-24,13311,0000,467

-23,20012,3333,667

-21,20012,3331,533

Pisang38,733-1,93312,933-17,1331,53310,267

-15,6002,40011,200

-18,0671,0006,267

-13,0670,86713,867

-17,8672,1339,400

4.2 Hasil Perhitungan

4.2.1 Hasil Perhitungan Volume dan Massa

a. Metode Pendekatan Aproksimasi

NoSampelVolume (cm3)massa jenis (g/cm3)

1Buah naga1093,5700,389

2Alpukat629,7530,301

3Mangga267,3000,681

4Jeruk213,6210,353

5Apel620,6930,240

6Pisang65,3971,832

b. Metode Platform Scale

NoSampelVolumeMassa jenis

1Buah naga429,63002,0204

2Alpukat189,59003,4123

3Mangga181,85002,9842

4Jeruk75,17006,1474

5Apel149,02003,0285

6Pisang120,060010,0129

4.2.2 Hasil Perhitungan Bentuk dan Warna

a. Kebundaran (Roundness)

NoSampelKebundaran

1Buah naga0,356674

2Alpukat0,332441

3Mangga0,311021

4Jeruk0,458897

5Apel0,656305

6Pisang0,047695

b. Kebulatan (Spherecity)

NoSampelKebulatan

1Buah naga0,611785

2Alpukat0,645333

3Mangga0,770131

4Jeruk0,773126

5Apel0,92922

6Pisang0,333803

4.2.3 Hasil Perhitungan Sudut Curah

No.SampelTan Sudut curah (o)

1Kacang Merah0,33618,5723

2Kacang kedelai0,39721,6531

3Kacang otok0,38421,0068

4Kacang hijau0,31117,2757

5Jagung0,25214,1440

6Kacang tanah0,92342,7070

4.2.4 Hasil Perhitungan Bulk Density

No.SampelBulk density (gram/ml)

1Kacang Merah0,761

2Kacang kedelai0,747

3Kacang otok0,796

4Kacang hijau0,781

5Jagung0,734

6Kacang tanah0,637

4.2.5 Hasil Perhitungan Hue Warna

SampelHuerata-rata

Buah naga329,816313,784

327,162

326,418

323,373

323,623

Alpukat252,309253,556

251,817

253,267

252,364

258,019

Mangga257,790256,801

258,838

252,824

255,826

258,726

Jeruk16,74016,076

16,256

12,349

18,469

16,568

Apel310,057304,918

302,670

304,083

302,067

305,712

Pisang269,012197,114

91,108

267,217

267,721

90,513

4.2.6 Hasil Perhitungan Volume dan Luas Permukaan

No Sampel VolumeEksentrisitasLuas Permukaan

1Buah naga1573,30,85946,43

2Alpukat 1083,57-246,79

3Mangga 1737,920,411866,83

4Jeruk 213,4260,476632,37

5Apel 199,70,15413596,04

6Pisang 2029,560,95031376,15

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan

5.2.1 Volume dan Massa Jenisa. Volume dan Massa Jenis Metode AproksimasiTahap awal yang harus dilakukan yaitu menyiapkan sampel yaitu buah naga, jeruk, pisang, alpukat, mangga, dan apel. Kemudian setiap sampel ditimbang menggunakan neraca analitik untuk mengetahui berat sampel. Lalu, hitung sumbu mayor (a) dan sumbu minor (b) dengan menggunakan jangka sorong. Sumbu tersebut dihitung untuk mempermudah dalam perhitungan volumenya. Kemudian hitung volume menggunakan rumus atau untuk spheroid oblat dan prolat. Selain itu, juga dilakukan perhitungan massa jenis dengan menggunakan rumus .b. Volume dan Massa Jenis Metode Plateform ScaleTahap awal yang harus dilakukan yaitu menyiapkan sampel yaitu buah naga, jeruk, pisang, alpukat, mangga, dan apel. Kemudian ditimbang sehingga diperoleh berat (X1) menggunakan timbangan analitik untuk mengetahui berat sampel yang digunakan. Lalu, beaker glass diisi dengan air dan timbang berat beaker glas + air dengan neraca analitik sehingga diperoleh nilai (X2). Kemudian, sampel yang telah ditimbang dimasukkan kedalam beaker glass berisi air hingga sampel tenggelam. Setelah itu ditimbang berat bahan di dalam air dengan neraca analitik untuk mendapatkan nilai (X3). Kemudian hitung volume sampel dengan menggunakan rumus . Untuk massa jenis sampel, perhitungan menggunakan .

5.2.2 Sudut Curah dan Bulk Densitya. Sudut CurahTahap awal yang harus dilakukan yaitu menyiapkan bahan yang akan diuji yaitu kacang merah, kacang kedelai, kacang otok, kacang hijau, jagung dan kacang tanah. Kemudian, satu per satu bahan tersebut dicurahkan dari ketinggian 30 cm dan akan membentuk gundukan berbentuk kerucut. Kemudian tandai bagian dasar kerucut tersebut menggunkaan pensil. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa panjang diameter dan jari-jarinya. Kemudian, diukur ketinggian gundukan menggunakan lidi. Kemudian mengukur diameter dan juga jari-jari dari dasar kerucut yang telah ditandai dengan pensil. Setelah itu hitung sudut curah yang terbentuk dengan menggunakan rumus .b. Bulk DensityTahap awal yang harus dilakukan yaitu menyiapkan bahan yang akan diuji yaitu kacang merah, kacang kedelai, kacang otok, kacang hijau, jagung dan kacang. Kemudian bahan ditimbang menggunakan neraca analitik untuk mengetahui massa setiap bahan. Lalu dimasukkan kedalam gelas ukur untuk mengetahui volume bahan. Setelah itu, hitung bulk density dengan rumus 5.2.3 Bentuk dan Warna a. Kebundaran (Roundness)Tahap awal yang harus dilakukan yaitu menyiapkan sampel yaitu buah naga, jeruk, pisang, alpukat, mangga, dan apel. Kemudian, gambar proyeksi bahan pada kertas milimeter block. Lalu tentukan luas proyeksi bahan terbebas dalam posisi bebas (Ap) dan luas lingkaran terkecil (Ac) menggunakan jangka. Lalu, hitung kebundaran bahan dengan rumus b. Kebulatan (Sphericity)Tahap awal yang harus dilakukan yaitu menyiapkan sampel yaitu buah naga, jeruk, pisang, alpukat, mangga, dan apel. Kemudian, ukur sumbu a (mayor), b (intermediet) dan c (minor). Lalu hitung kebulatan dengan rumus .c. Volume dan Luas PermukaanTahap awal yang harus dilakukan yaitu menyiapkan sampel yaitu buah naga, jeruk, pisang, alpukat, mangga, dan apel. Kemudian, ukur sumbu a (mayor), b (intermediet) dan c (minor). Lalu, tentukan kemiripan bahan terhadap bentuk geometri. Selanjutnya hitung volume dan luas permukaan berdasar kemiripan bahan.

d. WarnaTahap awal yang harus dilakukan yaitu menyiapkan bahan yaitu buah naga, jeruk, pisang, alpukat, mangga, dan apel. Kemudian, standarkan color reader dan catat nilai L, a dan b. Fungsi color reader untuk mengukur nilai warna pada bahan pangan. Selanjutnya, setiap bahan diukur nilai warnanya dengan color reader. Pengujian dilakukan di 5 titik yang berbeda untuk mendapatkan nilai yang lebih akurat dan catat nilai dL, da dan db, kemudian hitung nilai hue.

5.2 Analisa Data

5.2.1 Volume dan Massa Jenis Metode Aproksimasi dan Plateform ScalePada praktikum pengukuran volume dan massa jenis metode aproksimasi dan plateform Scale dengan sampel buah naga, alpukat, jeruk, pisang, mangga, dan apel diperoleh nilai dengan metode aproksimasi berturut-turut adalah V = 1092,576 dan = 0,389 gr/cm3, V = 629,18064 dan = 0,3016 gr/cm3, V = 267,057 dan = 0,681 gr/cm3, V = 213,427 dan = 0,354 gr/cm3, V = 620,129 dan = 0,201 gr/cm3 dan V = 65,885 dan = 1,810 gr/cm3.

Kemudian menggunakan metode Plateform scale dengan sampel yang sama diperoleh data untuk volume dan massa jenis sebagai berikut secara berurutan V = 429,630 dan = 2,02 gr/cm3, V = 189,590 dan = 2,41 gr/cm3, V = 181,850 dan = 2,98 gr/cm3, V = 75,170 dan = 6,15 gr/cm3, V = 149,020 dan = 3,03 gr/cm3 dan yang terakhir adalah V = 120,060 dan = 10,01 gr/cm3.

Dari data yang dihasilkan di atas menunjukkan bahwa nilai volume dan massa jenis menggunakan metode aproksimasi dan plateform scale berbeda, tetapi dapat diketahui nilai volume terbesar adalah buah naga dan nilai massa jenis yang paling besar adalah buah pisang. Perbedaan nilai kedua metode tersebut karena setiap metode menggunakan aspek perhitungan yang berbeda yaitu pada perhitungan metode aproksimasi bentuk, volumenya ditinjau dari nilai sumbu mayor dan sumbu minor atau pendekatan geometris, kemudian perhitungan metode platform sclae volumenya ditinjau dari perbedaan berat bahan dengan berat air.

Massa jenis adalah perbandingan antara berat zat dibanding dengan volume zat pada suhu tertentu (Respati, 2002). Perbedaan massa jenis sangat dipengaruhi oleh berat zat dan berat volume, semakin besar nilai volume maka nilai massa jenis akan semakin kecil dan sebaliknya serta semakin besar nilai berat bahan maka nilai massa jenisnya juga akan semakin besar.5.2.2.Sudut Curah dan Bulk Densitya) Sudut Curah

Pada praktikum pengukuran sudut curah dengan menggunakan bahan kacang merah, kacang kedelai, kacang otok, kacang hijau, jagung dan kacang tanah dihasilkan nilai sudut curah berturut-turut adalah 18,570, 21,650, 21,010, 17,280, 14,140 dan 42,710.

Dari data yang dihasilkan di atas menunjukkan bahwa nilai sudut curah yang paling tumpul adalah kacang tanah dan sudut curah paling lancip adalah jagung. Beberapa hal yang dapat memengaruhi sudut curah yaitu kandungan air, ukuran partikel, bentuk partikel, karakteristik permukaan, berat kenos dan kerapatan tumpukan (Kling dan Woehlbier, 1983 dalam Khalil, 1999). Berdasarkan peryataan tersebut dapat diketahui bahwa ukuran partikel suatu bahan semakin besar maka akan menghasilkan sudut curah semakin rendah (mendekati tumpul), sehinnga kacang tanah mempunyai ukuran partikel paling besar dari yang lainnya.b) Bulk Density

Pada praktikum pengukuran bulk density dengan bahan kacang merah, kacang kedelai, kacang otok, kacang hijau, jagung dan kacang tanah dihasilkan nilai bulk density berturut-turut adalah 0,761 gr/ml; 0,747 gr/ml; 0,796 gr/ml; 0,781 gr/ml; 0,734; dan 0,637 gr/ml. Dari data yang dihasilkan di atas menunjukkan bahwa nilai bulk density paling besar adalah kacang otok dan nilai bulk density paling rendah adalah kacang tanah. Beberapa faktor yang memengaruhi bulk density yaitu kandungan air dan ukuran partikel bahan. Semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil bulk density yang terbentuk. Begitu pula dengan kandungan air, semakin besar kandungan air yang dimiliki maka semakin kecil bulk density yang terbentuk (Khalil, 1999). Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui kacang otok memiliki ukuran partikel paling kecil dari sampel yang lainnya.5.2.3 Bentuk, Ukuran dan Warna

a) Kebundaran

Pada praktikum pengukuran kebundaran dengan sampel buah-buahan yaitu buah naga, alpukat, mangga, jeruk, apel dan pisang, nilai kebundaran yang dihasilkan berturut-turut adalah 0,35667; 0,33244; 0,31102; 0,0458; 0,65631; dan 0,04769.Nilai kebundaran suatu bahan berkisar antara 0-1. Apabila nilai kebundaran suatu bahan mendekati 1, maka bentuk bahan tersebut mendekati bundar. Besar kecilnya nilai kebundaran suatu bahan dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran dari bahan itu sendiri. Besarnya jari-jari dalam dan luar suatu bahan menentukan kebundaran dari bahan itu sendiri. Berdasarkan nilai kebundaran dapat diketahui bahwa buah Apel mendekati bentuk bundar, kemudian buah pisang adalah buah yang menjauhi bentuk bundar.b) Kebulatan

Pada praktikum pengukuran kebulatan dengan sampel buah-buahan yaitu buah naga, alpukat, mangga, jeruk, apel dan pisang, nilai kebulatan yang dihasilkan berturut-turut adalah 0,61178; 0,64533; 0,77013; 0,77313; 0,92922; dan 0,3338, Nilai kebulatan suatu bahan berkisar antara 0-1. Apabila nilai kebulatan suatu bahan mendekati 1, maka bentuk bahan tersebut mendekati bulat. Besar kecilnya nilai kebulatan suatu bahan dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran dari bahan itu sendiri. Berdasarkan nilai kebulatan dapat diketahui bahwa buah Apel mendekati bentuk bulat, kemudian buah pisang adalah buah yang menjauhi bentuk bulat.c) Volume dan Luas PermukaanPada praktikum pengukuran volume dan luas permukaan dengan sampel buah naga, alpukat, mangga, jeruk, apel dan pisang, nilai volume dan luas permukaan yang dihasilkan berturut-turut adalah 1573,3 dan 946,43; 913,268 dan 246,79; 1737,92 dan 866,83; 213,426 dan 6326,37; 800,431 dan 13196,04; serta 2029,56 dan 1376,15.

Berdasarkan data diatas dapat diketahui buah yang memiliki volume paling besar adalah buah pisang dan buah yang memiliki luas permukaan paling luas adalah buah jeruk. Hal ini terjadi karena setiap buah memiliki bentuk yang berbeda yaitu buah pisang berbentuk bulat membujur sedangkan jeruk bulat memanjang.d) Warna

Pada praktikum pengukuran warna nilai Hue dengan sampel buah naga, alpukat, mangga, jeruk, apel dan pisang, nilai Hue rata-rata berturut-turut adalah 313,784; 253,556; 256,801; 16,076; 304,918; dan 197,114.Hue menentukan tingkat kejenuhan suatu warna, semakin tinggi nilai hue maka semakin jenuh, karena Hue adalah perbandingan jarak dari suatu titik ke titik putih dengan jarak titik putih ke titik luar diagram chromaticity (Mohsenin, 1984). Berdasarkan nilai Hue yang dihasilkan buah naga memiliki intensitas warna yang paling tinggi, dan jeruk memiliki intensitas warna yang paling rendahBAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum diatas dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Pengukuran volume dan massa jenis dengan metode pengukuran menggunakan pendekatan aproksimasi (pendekatan geometris) metode platform scale, buah naga memiliki nilai volume paling besar, dan pisang memiliki nilai massa jenis paling tinggi.2. Pengukuran sudut curah pada biji-bijian hasil yang di dapat sudut terlancip adalah jagung yaitu 14,14o, dan yang paling tumpul adalah kacang tanah yaitu 42,71o.3. Bulk density pada praktikum ini diketahui kacang otok mempunyai Bulk density terbesar, dan kacang tanah memiliki bulk density paling rendah.

4. Kebundaran buah yang memiliki nilai kebundaran yang paling tinggi atau mendekati nilai 1 adalah buah Apel dan yang menjauhi nilai 1 adalah buah pisang.

5. Nilai kebulatan yang paling besar adalah buah apel dan yang terendah adalah buah pisang.6. Nilai volume paling besar dimiliki oleh pisang dan luas permukaan terluas adalah jeruk.7. Buah naga mempunyai Hue atau intensitas warna yang tinggi, sementara jeruk memiliki nilai Hue yang rendah

6.2 Saran

Seharusnya dalam melakukan praktikum praktikan tidak berbicara sendiri saat praktikum sehingga dapat mengoptimalkan waktu yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKAAnggraini, D.N, Lilik, E.R, Purwadi. 2009. Penambahan Carboxymethyle Cellulose (Cmc) Pada Minuman Madu Sari Apel Ditinjau dari Rasa, Aroma, Warna, Ph, Viskositas, dan Kekeruhan. Malang: Universitas Brawiajaya.

Khalil. 1999. Pengaruh Kandungan Air dan Ukuran Partikel terhadap Sifat Fisik Pakan Lokal : Sudut Tumpukan, Daya Ambang dan Faktor Higroskopis. Media Peternakan, 22 (1) : 33-42.

Mohsenin, N. M. 1984. Electromagnetic Radiation Properties of Food and Agricultural Products. Gordon and Breach Science Publisher. New York.Mujnisa. 2008. Peningkatan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Mahasiswa dalam Matakuliah Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Makassarr: Universitas Hasanudin

Respati, H. 2000. Kimia Dasar Terapan Modern. Jakarta: ErlanggaSuharto. 1991.Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.Susilorini, T.E. dan M.E. Sawitri. 2007. Produk Olahan Susu. Yogyakarta: Penebar Swadaya.Sampel

Timbang

Hitung sumbu mayor (a)

Hitung sumbu minor (b)

Hitung sumbu minor (b)

Hitung volume dan massa jenis dengan rumus spheroid oblat dan spheroid prolat

Timbang (X1)

Sampel

+ air

Masukkan bahan

Timbang (X2)

Timbang bahan dan air (X3)

Timbang bahan dan air (X3)

Hitung volume V = (X3-X2) x massa jenis air

Hitung massa jenis= m/V= X2/V

Sampel

Sampel

Dicurahkan dari ketinggian 30 cm sampai membentuk kerucut

Ukur diameter dan tinggi kerucut

Hitung sudut curah dan dokumentasi

Timbang (catat massanya)

Dimasukkan dalam gelas ukur (catat volume)

Hitung bulk density (massa jenis= massa bulk / volume bulk)

Gambar proyeksi bahan pada milimeter block

Tentukan luas proyeksi bahan terbebas dalam posisi bebas (Ap) dan luas lingkaran terkecil (Ac) dengan jangka

Hitung Rd= QUOTE

Ukur sumbu a (panjang/ mayor), b (pertengahan), c (terkecil/minor)

Hitung sphericity = QUOTE

Hitung volume dan luas permukaan

Bahan

Ukur sumbu a,b,c dengan jangka sorong

Standardkan dengan color reader

Catat L, a, b

Sampel

Color reder 5 titik

Catat dL, da, db

Hitung hue