bab 1-lampiran ok.pdf

55
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan jumlah penduduk adalah dengan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) bagi Pasangan Usia Subur (PUS). Selain mengendalikan jumlah penduduk, program KB juga bermanfaat untuk mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015 seperti tercantum dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015 indikator 5b (BKKBN,2011). Perkembangan program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia berjalan pesat. Sudah banyak manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya program KB ini. Meskipun program KB telah berhasil menekan pertumbuhan penduduk, namun tidak selamanya program tersebut berjalan dengan lancer. Adakalanya pencapaian peserta KB aktif dan peserta KB baru mengalami peningkatan dan pada saat yang lain mengalami penurunan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya (BKKBN, 2003). Strategi dari pelaksanaan program KB sendiri seperti tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2010-2014, salah satunya adalah meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti Intra Uterine Device (IUD), implant dan sterilisasi. Target RPJM 2010-2014 dalam peningkatan pencapaian peserta KB aktif MKJP sebesar 25,9% dan pencapaian peserta KB baru MKJP sebesar 12,9% (BKKBN, 2011). IUD adalah metode kontrasepsi jangka panjang yang digunakan 150 juta wanita di dunia untuk membatasi dan mengontrol kehamilan. Namun, IUD tidak biasa digunakan di Amerika Serikat. Kurang dari 3% wanita Amerika yang menggunakan IUD. Hal yang sama terjadi pada tahun 2002 di mana hanya 0,1% wanita di Amerika Serikat yang menggunakan IUD. Beberapa penelitian di Amerika menunjukkan bahwa hal ini terjadi karena rendahnya pengetahuan mengenai IUD. Masyarakat kota di Amerika melaporkan kurangnya pembahasan dan informasi mengenai IUD dari penyedia layanan kesehatan, media dan jaringan informasi sehingga menyebabkan rendahnya pemakaian IUD (Diaz, 2011).

Upload: lhyya-anggraini

Post on 24-Jan-2016

38 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1-lampiran ok.pdf

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan jumlah penduduk

adalah dengan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) bagi Pasangan

Usia Subur (PUS). Selain mengendalikan jumlah penduduk, program KB juga

bermanfaat untuk mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun

2015 seperti tercantum dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015

indikator 5b (BKKBN,2011). Perkembangan program Keluarga Berencana (KB)

di Indonesia berjalan pesat. Sudah banyak manfaat yang dirasakan oleh

masyarakat dengan adanya program KB ini. Meskipun program KB telah berhasil

menekan pertumbuhan penduduk, namun tidak selamanya program tersebut

berjalan dengan lancer. Adakalanya pencapaian peserta KB aktif dan peserta KB

baru mengalami peningkatan dan pada saat yang lain mengalami penurunan. Hal

ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya

(BKKBN, 2003).

Strategi dari pelaksanaan program KB sendiri seperti tercantum dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2010-2014, salah

satunya adalah meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang

(MKJP) seperti Intra Uterine Device (IUD), implant dan sterilisasi. Target RPJM

2010-2014 dalam peningkatan pencapaian peserta KB aktif MKJP sebesar 25,9%

dan pencapaian peserta KB baru MKJP sebesar 12,9% (BKKBN, 2011).

IUD adalah metode kontrasepsi jangka panjang yang digunakan 150 juta

wanita di dunia untuk membatasi dan mengontrol kehamilan. Namun, IUD tidak

biasa digunakan di Amerika Serikat. Kurang dari 3% wanita Amerika yang

menggunakan IUD. Hal yang sama terjadi pada tahun 2002 di mana hanya 0,1%

wanita di Amerika Serikat yang menggunakan IUD. Beberapa penelitian di

Amerika menunjukkan bahwa hal ini terjadi karena rendahnya pengetahuan

mengenai IUD. Masyarakat kota di Amerika melaporkan kurangnya pembahasan

dan informasi mengenai IUD dari penyedia layanan kesehatan, media dan jaringan

informasi sehingga menyebabkan rendahnya pemakaian IUD (Diaz, 2011).

Page 2: Bab 1-lampiran ok.pdf

2

IUD telah digunakan sekitar 23% (162 juta wanita) akseptor dari semua

jenis KB di Vietnam pada tahun 2007, menjadikan IUD sebagai metode

kontrasepsi terbanyak dipilih setelah sterilisasi. Penelitian yang dilakukan di tiga

pusat pelayanan kesehatan Vietnam pada tahun 2006-2009 menunjukkan, dari

1316 peserta KB IUD, 12,1% mengalami pencabutan setelah 12 bulan

pemasangan, 19,4% setelah 24 bulan dan 26,9% setelah 36 bulan. Tingkat

pencabutan IUD tertinggi yaitu pada wanita usia tua dan petani. Tingginya tingkat

pencabutan IUD ini diduga akibat ketidakpuasan akseptor dengan pelayanan IUD

yang diberikan oleh pemberi layanan kesehatan di tempat mereka melakukan

pemasangan IUD (Park, 2011).

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) selama periode

1991-2007, pola penggunaan kontrasepsi di Indonesia masih didominasi oleh

kontrasepsi hormonal dan bersifat jangka pendek. MKJP seperti IUD cenderung

mengalami penurunan, yakni 13,3% (SDKI 1991), 10,3% (SDKI 1997), turun

menjadi 6,2% (SDKI 2002-2003) dan turun lagi menjadi 4,9% (SDKI 2007).

Menurut hasil Mini Survey 2010, pencapaian peserta KB baru MKJP mencapai

sekitar 11,6%, sementara untuk pencapaian prevalensi IUD sekitar 4,7% (BKKBN

2011).

Pencapaian peserta KB baru di Provinsi Aceh bulan Desember 2011

diketahui sebanyak 15.289 akseptor, di mana peserta KB baru untuk kontrasepsi

IUD sebanyak 366 akseptor atau sekitar 2,39% dari total pemakaian alat

kontrasepsi, sedangkan jumlah peserta KB lama yang telah mengalami

pencabutan IUD sampai dengan bulan Desember 2011 dengan berbagai alasan

meliputi: 1) oleh Klinik Keluarga Berencana (KKB) sebanyak 360 akseptor; 2)

oleh Dokter Praktek Swasta (DPS) sebanyak 4 akseptor; 3) oleh Bidan Praktek

Swasta (BPS) sebanyak 168 akseptor, dengan jumlah seluruhnya adalah 532

akseptor (BKKBN, 2011).

Data dari Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh didapatkan bahwa jumlah

akseptor KB pada tahun 2011 sebanyak 5650 akseptor, di mana akseptor KB

untuk kontrasepsi IUD sebanyak 973 orang atau sekitar 17,22% dari seluruh

akseptor KB. Dengan jumlah ini IUD menjadi alat kontrasepsi pilihan ketiga

terbanyak setelah KB pil dan suntik oleh akseptor di Puskesmas Kuta Alam Banda

Page 3: Bab 1-lampiran ok.pdf

3

Aceh, dengan jumlah peminat jenis alat kontrasepsi lainnya, seperti KB suntik

sebanyak 1631 orang (28,87%), KB pil 2082 orang (36,85%), kondom 689 orang

(12,19%), implan sebanyak 140 orang (2,48%), MOW 131 orang (2,31%) dan

MOP 3 orang (0,05%).

Tingkat pemakaian kontrasepsi IUD dipengaruhi oleh beberapa faktor, di

antaranya pengetahuan, sikap, dukungan suami, umur akseptor, konseling dan

penyuluhan, adanya efek samping pemakaian serta fasilitas pelayanan KB

(Hartanto, 2007). Sedangkan menurut Maryatun (2009) beberapa faktor yang

mempengaruhi penggunaan IUD adalah umur, paritas, pendapatan, pendidikan,

pengaruh nilai anak, pengaruh pelayanan (akses, kualitas pelayanan dan image/

penerimaan KB). Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui hubungan

pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas dengan pemakaian IUD di Puskesmas

Kuta Alam Banda Aceh.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui

apakah terdapat hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas dengan

pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

a. Mengetahui distribusi frekuensi akseptor KB yang menggunakan kontrasepsi

IUD.

b. Mengetahui hubungan pengetahuan akseptor dengan pemakaian kontrasepsi

IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

c. Mengetahui hubungan pendidikan akseptor dengan pemakaian kontrasepsi

IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

Page 4: Bab 1-lampiran ok.pdf

4

d. Mengetahui hubungan akseptabilitas akseptor dengan pemakaian kontrasepsi

IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi instansi terkait

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam memberikan

informasi mengenai kontrasepsi kepada masyarakat sehingga dapat menambah

pengetahuan masyarakat.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam memberikan

informasi mengenai kontrasepsi kepada masyarakat sehingga dapat menambah

minat masyarakat untuk menggunakan kontrasepsi, khususnya IUD.

1.4.2 Bagi ilmu pengetahuan

Diharapkan dapat berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan di masa

mendatang dan peneliti-peneliti lain yang ingin meneliti dalam bidang ini lebih

lanjut.

1.5 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara pengetahuan akseptor dengan pemakaian IUD di

Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

2. Ada hubungan antara pendidikan akseptor dengan pemakaian IUD di

Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

3. Ada hubungan antara akseptabilitas akseptor dengan pemakaian IUD di

Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

Page 5: Bab 1-lampiran ok.pdf

5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana

Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah

tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk: 1)

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan; 2) mendapatkan kelahiran yang

diinginkan; 3) mengatur interval di antara kelahiran; 4) mengontrol waktu saat

kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri; 5) menentukan jumlah

anak dalam keluarga (Hartanto, 2004). Keluarga berencana adalah upaya

peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia

perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan

kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera

(Juliantoro, 2000).

Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS).

Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan, baik oleh pemerintah maupun

swasta, dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat

bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas,

dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan bidan desa (Depkes, 2001).

2.2 Kontrasepsi

Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen, yang

bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi

(Wiknjosastro, 2008).

Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal

itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) dapat dipercaya; 2) tidak

menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan; 3) daya kerjanya dapat diatur

menurut kebutuhan; 4) tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus;

5) tidak memerlukan motivasi terus-menerus; 6) mudah pelaksanaannya; 7) murah

harganya, sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat; 8) dapat

diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan (Wiknjosastro, 2008).

Page 6: Bab 1-lampiran ok.pdf

6

Menurut Wiknjosastro (2008), efektivitas (daya guna) suatu cara

kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat yakni:

1. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness) yaitu kemampuan suatu cara

kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan,

apabila cara tersebut diberikan secara terus-menerus dan sesuai dengan

petunjuk yang diberikan.

2. Daya guna pemakaian (use effectiveness) yaitu kemampuan suatu cara

kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari di mana pemakaiannya dipengaruhi

oleh faktor-faktor seperti pemakai tidak hati-hati, kurang taat pada peraturan

dan sebagainya.

2.3 Intra Uterine Device

2.3.1 Definisi

IUD adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik disertai barium sulfat

(agar terlihat melalui alat sinar X atau sonografi) dan mengandung tembaga (Cu T

380A ParaGard produksi Ortho), progesterone (Progesterone T Progestasert

System produksi Alza Corporation) atau levonorgestrel (Mirena produksi Berlex).

Alat ini dimasukkan ke dalam ruang endometrium melalui kanalis servikalis serta

memiliki ujung monofilamen nilon yang membentang dari serviks ke vagina. IUD

bekerja terutama dengan mencegah sperma membuahi ovum. IUD ini bekerja

dengan menciptakan infeksi lokal dan meningkatkan cairan dalam tuba dan uterus

yang dapat mengganggu transportasi sperma maupun ovum. Selain itu, Mirena

dan Progestasert mempertebal mucus serviks serta mengganggu aktivitas

endometrium sehingga menghambat gerakan sperma (Morgan, 2009).

2.3.2 Jenis-Jenis IUD

Sampai sekarang telah terdapat berpuluh-puluh jenis IUD. IUD dapat

dibagi dalam bentuk yang terbuka linear dan bentuk tertutup sebagai cincin. Yang

termasuk dalam golongan bentuk terbuka dan linear antara lain adalah Lippes

Loop, Salf-T-coil, Multiload 250, Cu-7, Cu-T, Cu-T380A, Spring coil, Margulies

spiral, dan lain-lain; sedang yang termasuk dalam golongan bentuk tertutup

dengan bentuk dasar cincin antara lain adalah Ota ring, Antigon F, Ragab ring,

Page 7: Bab 1-lampiran ok.pdf

7

cincin gravenberg, cincin Hall-Stone, Birnbeg bow, dan lain-lain (Wiknjosastro,

2008).

Menurut Bari (2003), jenis-jenis dari IUD adalah:

1. IUD CuT-380A: kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T

diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu), tersedia di

Indonesia dan terdapat dimana-mana. IUD tipe Cu-T380A efektif paling lama

10 tahun, masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak terutama pada

bulan-bulan pertama pemakaian dan akseptor mengalami sedikit

ketidaknyamanan setelah IUD dipasang.

2. IUD Nova T (Schering): IUD berbentuk seperti huruf T, ukurannya kecil

antara 3-4 cm, terbuat dari bahan plastik lentur dan dililiti oleh kawat halus

yang terbuat dari bahan tembaga. Terdapat benang halus pada ujung bawahnya

yang berfungsi sebagai alat kontrol atau indikator keberadaan IUD di dalam

rahim. Efektifitas IUD ini tergolong baik, hampir mendekati 99,4% dalam

mencegah kehamilan. IUD dipasang di dalam rahim untuk jangka waktu yang

cukup lama, antara 8-10 tahun.

3. IUD dengan progestin: jenis IUD yang mengandung hormone steroid adalah

Prigestase (mengandung progesteron) dan Mirena (mengandung

levonorgestrel). IUD ini sangat efektif yaitu 0,5-1 kehamilan per 100

perempuan selama satu tahun penggunaan.

2.3.3 Efektifitas

Sebagai kontrasepsi, IUD memiliki efektifitas yang tinggi yaitu berkisar

97-99%. Tipe Paragard dapat dipakai sampai 10 tahun, Mirena dapat dipakai

sampai 5 tahun dan tipe Progestasert dapat dipakai sampai 1 tahun (Morgan,

2009). Menurut Hartanto (2004), efektifitas dari IUD dinyatakan dalam angka

kontinuitas yaitu berapa lama IUD tetap tinggal tanpa ekspulsi spontan, tanpa

terjadinya kehamilan atau tanpa pengeluaran karena alasan medis ataupun pribadi.

Angka kegagalan IUD pada umumnya adalah 1-3 kehamilan per 100 wanita per

tahun.

Page 8: Bab 1-lampiran ok.pdf

8

2.3.4 Mekanisme Kerja IUD

Sampai sekarang mekanisme kerja IUD belum diketahui dengan pasti.

Kini pendapat yang terbanyak ialah bahwa IUD dalam kavum uteri menimbulkan

reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat

menghancurkan blastokista atau sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus pada

pemakai IUD, sering kali dijumpai pula sel-sel makrofag (fagosit) yang

mengandung spermatozoa. IUD bioaktif, mekanisme kerjanya selain

menimbulkan peradangan seperti pada IUD biasa, juga oleh karena ion logam atau

bahan lain yang terlarut dalam IUD mempunyai pengaruh terhadap sperma.

Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif adalah ion logam tembaga

(Cu); pengaruh IUD bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi logam makin lama

makin berkurang (Wiknjosastro, 2008).

Cara kerja IUD menurut Saifuddin (2006) adalah: (1) menghambat

kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi; (2) mempengaruhi fertilisasi

sebelum ovum mencapai kavum uteri; (3) IUD bekerja terutama mencegah

sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam

alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi;

(4) memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

2.3.5 Keuntungan IUD

IUD mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena:

1) umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu

kali motivasi; 2) tidak menimbulkan efek sistemik; 3) ekonomis dan cocok untuk

penggunaan secara massal; 4) efektivitas cukup tinggi; 5) reversibel; 6)

merupakan metode yang relatif bebas perawatan (Wiknjosastro, 2008).

2.3.6 Kerugian IUD

Ada beberapa kerugian/ efek samping dari penggunaan metode kontrasepsi

IUD, di antaranya: 1) perdarahan; 2) rasa nyeri dan kejang perut (menurun seiring

waktu); 3) gangguan pada suami; 4) ekspulsi (pengeluaran sendiri, terutama

selama 6 bulan pertama penggunaan) (Winknjosastro, 2008). Beberapa

komplikasi akibat pemakaian IUD adalah: 1) infeksi (risiko lebih tinggi terinfeksi

Page 9: Bab 1-lampiran ok.pdf

9

HIV); 2) perforasi atau perlekatan uterus; 3) peningkatan resiko penyakit radang

panggul (PRP) (Morgan, 2009).

2.3.7 Indikasi Pemakaian IUD

Beberapa indikasi pemakaian kontrasepsi IUD adalah: 1) wanita yang

telah mempunyai anak hidup satu atau lebih; 2) ingin menjarangkan kehamilan; 3)

sudah cukup anak hidup, tidak mau hamil lagi, namun takut atau menolak cara

permanen (kontrasepsi mantap), biasanya dipasang IUD yang efeknya lama; 4)

tidak boleh atau tidak cocok memakai alat kontrasepsi hormonal (mengidap

penyakit jantung, hipertensi, hati); 5) berusia diatas 35 tahun di mana kontrasepsi

hormonal dapat kurang menguntungkan (Meilani, 2010).

2.3.8 Kontraindikasi Pemakaian IUD

Kontraindikasi untuk pemasangan IUD dapat dibagi atas dua golongan

yaitu kontraindikasi yang relatif dan kontraindikasi yang mutlak. Yang termasuk

ke dalam kontraindikasi relatif ialah: 1) nulipara; 2) memiliki banyak pasangan

seksual atau kecenderungan yang kuat bahwa wanita tersebut akan memiliki

banyak pasangan selama memakai IUD; 3) mioma uteri dengan adanya perubahan

bentuk pada uterus; 4) insufisiensi serviks uteri; 5) uterus dengan parut pada

dindingnya, seperti pada bekas seksio sesarea, enukleasi mioma dan sebagainya;

6) kelainan yang jinak pada serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri. Termasuk

kontraindikasi mutlak ialah: 1) kehamilan; 2) adanya infeksi yang aktif pada

traktus genitalis; 3) adanya tumor ganas pada traktus genitalis; 4) adanya

metroragia yang belum disembuhkan; 5) pasangan yang tidak lestari/ wanita yang

sering berganti pasangan (Wiknjosastro, 2008).

2.3.9 Pemasangan IUD

Menurut Winkjosastro (2008), IUD dapat dipasang dalam keadaan berikut:

1. Sewaktu haid sedang berlangsung, namun faktor-faktor berikut ini perlu

dipertimbangkan saat pemasangan IUD: 1) infeksi dan laju ekspulsi lebih

tinggi bila IUD dipasang saat menstruasi; 2) serviks berdilatasi pada siklus

pertengahan sama saat menstruasi sehingga IUD dapat dipasang semudah

Page 10: Bab 1-lampiran ok.pdf

10

waktu siklus pertengahan, namun dengan laju infeksi dan ekspulsi yang lebih

rendah; 3) pemasangan setelah hari ke-18 siklus dapat berakibat lebih nyeri

dan perdarahan singkat. Bila pasien bersenggama tanpa alat kontrasepsi sejak

hari menstruasi terakhir atau sejak pelahiran, maka harus diperiksa adanya

kehamilan.

2. Sewaktu postpartum, segera setelah melahirkan, dalam 48 jam pertama atau

setelah 4 minggu pasca persalinan. Setelah enam bulan bila menggunakan

metode amenorea laktasi (MAL).

3. Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi

4. Sewaktu postabortum, setelah mengalami abortus (segera atau dalam waktu 7

hari) bila tidak ditemukan gejala infeksi.

5. Beberapa hari setelah haid terakhir

Menurut Morgan (2009), prosedur berikut ini perlu dipatuhi saat

memasang IUD:

1. Ingatkan pasien untuk bergerak perlahan dan hati-hati saat pemasangan IUD.

Bacalah selalu aturan pakai untuk IUD khusus yang Anda pasang.

2. Setengah jam sebelum pemasangan, pertimbangkan untuk memberi inhibitor

prostaglandin, seperti ibuprofen untuk mengatasi ketidaknyamanan.

3. Jelaskan prosedur untuk membantu pasien relaks.

4. Perlihatkan dan jelaskan tentang IUD.

5. Lakukan pemeriksaan bimanual untuk memastikan posisi uterus. Perforasi

paling sering terjadi pada uterus yang berada dalam keadaan retrofleksi yang

tidak terdiagnosis sebelum IUD dipasang.

6. Perlihatkan serviks dan bersihkan serviks dengan larutan antiseptik, misalnya

larutan yodium 1:2500. Bila yodium tersedia dalam bentuk larutan, lakukan

uji alergi terhadap yodium.

7. Pertimbangkan pemberian injeksi anestesia lokal interserviks pada proses

pemasangan atau gunakan Hurricaine Spray.

8. Genggam bibir anterior serviks dengan tenakulum, kira-kira 1,5-2 cm dari

tulang jika uterus dalam keadaan anteversi. Bila posisi uterus retroversi,

genggam bagian posterior serviks. Penggunaan tenakulum tidak selalu

diperlukan, namun umumnya direkomendasikan.

Page 11: Bab 1-lampiran ok.pdf

11

9. Pasang sonde uterus perlahan dan hati-hati. Letakkan kapas pada serviks saat

sonde dipasang. Angkat sonde dan kapas pada waktu yang sama. Tindakan

dapat memfasilitasi pengukuran tinggi uterus sampai 0,25 cm.

10. Pasang IUD ke dalam barel penginsersi dengan teknik steril.

11. Lakukan traksi lembut pada tenakulum dan masukkan barel penginsersi ke

dalam kanalis serviks sampai ke fundus.

12. Masukkan IUD ke dalam rongga tersebut sesuai instruksi IUD.

13. Pada kelompok wanita yang tidak hamil selama beberapa tahun, perlu

diberikan kewaspadaan mengenai latihan prosedur. Mereka lebih cenderung

mengalami serangan vasovagal dan nyeri pasca pemasangan. Masalah ini juga

umum terjadi pada wanita yang sedang cemas atau mereka yang memiliki

kanalis servikalis yang sempit, ruang uterus yang kecil, lambung dalam

keadaan kosong atau riwayat pingsan.

14. Bila menggunakan IUD yang bertali, jepit tali tersebut. Biarkan menjuntai

sekitar 5 cm. Hal ini memungkinkan untuk memotongnya pada waktu nanti.

Pastikan untuk selalu mencatat panjang tali pada catatan pasien.

15. Biarkan pasien merasakan sendiri tali IUD tersebut sebelum meninggalkan

ruang pemeriksaan. Pasien perlu pula diingatkan untuk merasakan IUD sendiri

setiap masa setelah menstruasi

Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam

rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu

serviks masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya 40 hari setelah

bersalin dan pada akhir haid. Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau

bidan yang telah dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus

dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan

berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali

(Saifuddin, 2007).

2.3.10 Teknik pelepasan IUD

Mengeluarkan IUD biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang IUD

yang keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset atau

dengan cunam. Kadang-kadang benang IUD tidak tampak di ostium uteri

Page 12: Bab 1-lampiran ok.pdf

12

eksternum. Tidak terlihatnya benang IUD ini dapat disebabkan oleh 1) akseptor

menjadi hamil; 2) perforasi uterus; 3) ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor;

4) perubahan letak IUD sehingga benang IUD tertarik ke dalam rongga uterus,

seperti pada mioma uterus (Wiknjosastro, 2008).

Menurut Morgan (2009), prosedur pelepasan IUD adalah sebagai berikut:

1. Hindari putusnya tali dengan cara menarik secara mantap dan perlahan serta

lepaskan IUD secara perlahan. Bila IUD tidak mudah dikeluarkan, lakukan

sonde uterus dan secara perlahan putar sonde 90 derajat.

2. Bila dengan penarikan lembut IUD tidak lepas, konsultasikan untuk tindakan

dilatasi dan kuretase.

3. Pelepasan IUD selama menstruasi sedikit lebih mudah.

2.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian IUD

2.4.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui

pancaindera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga dapat diperoleh

dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat dari buku, surat kabar, atau

media massa, elektronik. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan

dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang

lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan, baik secara individu

maupun kelompok, untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan

untuk meningkatkan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Notoatmodjo, 2007).

Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang

mengadopsi perilaku baru, dari diri seseorang tersebut terjadi proses berurutan

yaitu :

Page 13: Bab 1-lampiran ok.pdf

13

1. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus tersebut, di sini sikap subjek mulai

timbul.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya.

4. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB, di antaranya

dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor pendukung lainnya. Untuk

mempunyai sikap yang positif tentang KB diperlukan pengetahuan yang baik

maka kepatuhan dalam melaksanakan program KB akan meningkat dan

sebaliknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan menjalani program KB

berkurang (Maryatun, 2009).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa rendahnya pemakaian

kontrasepsi IUD dikarenakan ketidaktahuan akseptor tentang kelebihan metode

tersebut. Ketidaktahuan akseptor tentang kelebihan metode kontrasepsi IUD

disebabkan informasi yang disampaikan petugas pelayanan KB kurang lengkap

(Bessinger, 2001). Informasi tentang kontrasepsi IUD sangat dibutuhkan bagi

akseptor KB. Informasi merupakan suatu bagian dari pelayanan KB yang sangat

berpengaruh bagi calon akseptor maupun akseptor pengguna untuk mengetahui

apakah kontrasepsi yang dipilih telah sesuai dengan kondisi kesehatan dan sesuai

dengan tujuan akseptor dalam memakai kontrasepsi tersebut. Informasi sangat

menentukan pemilihan alat kontrasepsi yang akan dipakai, sehingga informasi

yang lengkap mengenai kontrasepsi sangat diperlukan guna memutuskan pilihan

metode kontrasepsi yang akan dipakai (Katz, 2001).

2.4.2 Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses menolong dan memajukan

pertumbuhan serta perkembangan seseorang individu dengan aspek jasmani, akal,

Page 14: Bab 1-lampiran ok.pdf

14

emosional, seni dan moral (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan Undang-Undang

No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tingkat pendidikan dibagi

menjadi:

1. Dasar (SD/SLTP atau sederajat)

2. Menengah (SLTA atau sederajat)

3. Tinggi (DIII/S1)

Tingkat pendidikan masyarakat di Indonesia terutama di pedesaan sangat

rendah bahkan masih banyak yang buta huruf. Dengan keadaan ini, mereka akan

sulit untuk mengikuti petunjuk-petunjuk dari penyuluhan kesehatan apabila cara

penyampaiannya tidak disesuaikan dengan keadaan tingkat pendidikan. Selain itu,

tidak dimengertinya bahasa yang digunakan oleh petugas dapat menghambat

komunikasi antara mereka dan semua ini dapat mempengaruhi perilaku hidup

sehat. Pendidikan dapat mencakup pendidikan formal, pelatihan dan penyuluhan.

Tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang dari bangku sekolah formal dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Makin tinggi tingkat pendidikan

seseorang makin tinggi pula pengetahuannya tentang kesehatan (Notoatmodjo,

2007).

Pembangunan yang diselenggarakan setiap negara telah dapat

meningkatkan pendidikan warga negara sehingga lebih mampu menerima arus

informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam bidang kesehatan

bahkan terjadi pertukaran kebudayaan antarbangsa. Melalui pendidikan lebih

mudah dapat menjabarkan dan makin mudah diterima berbagai informasi

sehingga terjadilah berbagai perubahan dalam masyarakat, di antaranya: (1)

perubahan perilaku seksual; (2) gerakan keluarga berencana makin diterima; (3)

usia harapan hidup makin panjang; (4) masyarakat berhak ikut serta menentukan

pelayanan perawatan terhadap dirinya (Manuaba, 2001).

Pendidikan mendorong masyarakat untuk menyadari bahwa pengendalian

susunan dan jumlah keturunan dapat meningkatkan kesejahteraan sehingga lebih

mampu menumbuhkan kualitas sumber daya manusia (Manuaba, 2001). Tingkat

pendidikan juga berpengaruh terhadap keinginan individu dan pasangan untuk

menentukan jumlah anak. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa tingkat

pendidikan berpengaruh terhadap peningkatan penggunaan alat kontrasepsi.

Page 15: Bab 1-lampiran ok.pdf

15

Penelitian di Kenya menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan tinggi

secara signifikan berpeluang lebih tinggi menggunakan alat kontrasepsi IUD dan

implan dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah, sedangkan

responden yang tidak sekolah mempunyai peluang yang sangat kecil untuk

menggunakan metode kontrasepsi IUD (Magadi, 2003).

2.4.3 Akseptabilitas

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi sikap merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni ( Notoatmodjo, 2007):

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek), mengakui (apa yang diterima) dalam hal ini berupa

perlakuan, sikap terhadap objek.

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas

pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya

seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang

anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah tif terhadap gizi

anak.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau

menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan orang tuanya sendiri.

Page 16: Bab 1-lampiran ok.pdf

16

Dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar, upaya untuk

lebih meningkatkan penerimaan keluarga berencana masih dapat digalakkan.

Sebagai bukti, masih banyak kehamilan terjadi, yang sebenarnya tidak diinginkan,

tetapi masyarakat belum mempergunakan salah satu metode KB efektif

(Manuaba, 2001). Tidak ada alat kontrasepsi yang sempurna jika kita

mempertimbangkan efek samping maupun keefektifannya. Semua alat kontrasepsi

mempunyai keuntungan dan kerugian yang harus dipadukan secara cermat dengan

keadaan akseptor. Karena itu perlu penentuan yang cermat bagi masing-masing

individu untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan dan untuk

mengoptimalkan penerimaan akseptor (Benson, 2008).

Banyak perempuan mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan

jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia,

tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode

kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor harus dipertimbangkan, termasuk status

kesehatan, efek samping potensial, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang

tidak diinginkan, besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan, bahkan

norma budaya lingkungan dan orang tua. Untuk ini semua, konseling merupakan

bagian integral yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana.

Selanjutnya dengan informasi yang lengkap dan cukup akan memberikan

keleluasaan kepada klien dalam memutuskan untuk memilih kontrasepsi

(Informed Choice) yang akan digunakannya (Saifuddin, 2006).

Akseptor yang informed choice akan lebih baik dalam menggunakan KB,

karena: (Saifuddin, 2006)

1. Informed choice adalah suatu kondisi akseptor/ calon akseptor KB yang

memilih kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat

informasi yang lengkap melalui konseling.

2. Memberdayakan para klien untuk melakukan informed choice adalah kunci

yang baik menuju pelayanan KB yang berkualitas.

3. Bagi calon peserta KB baru, informed choice merupakan proses memahami

kontrasepsi yang akan dipakai.

Page 17: Bab 1-lampiran ok.pdf

17

4. Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi dan

kegagalan tidak terkejut karena sudah mengerti tentang kontrasepsi yang akan

dipilihnya.

5. Bagi peserta KB tidak akan terpengaruh oleh rumor yang timbul di kalangan

masyarakat.

6. Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi akan

cepat berobat ke tempat pelayanan.

7. Bagi peserta KB yang informed choice berarti akan terjaga kelangsungan

pemakaian kontrasepsinya.

Tidak ada satu pun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua

klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual

bagi setiap klien. Namun, secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal

menurut Saifuddin (2006) adalah sebagai berikut:

1. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan.

2. Berdaya guna, dalam arti bila digunakan sesuai dengan aturan akan dapat

mencegah terjadinya kehamilan.

3. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan

budaya di masyarakat.

4. Terjangkau harganya oleh masyarakat.

5. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali

kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap.

Penelitian Katz tahun 2002 menunjukkan bahwa rendahnya pemakaian

metode kontrasepsi jangka lama terutama IUD di El Salvador karena tiga hal:

adanya rumor dan mitos tentang metode kontrasepsi tersebut, tidak cukupnya

perhatian terhadap metode tesebut selama pelayanan keluarga berencana dan tidak

cukupnya jumlah pemberi pelayanan keluarga berencana terhadap metode tersebut

(Katz et al, 2002).

Page 18: Bab 1-lampiran ok.pdf

18

2.5 Kerangka Teori

Berdasarkan teori-teori yang telah dibahas sebelumnya, maka kerangka

teoritis dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Skema Landasan Teori

Notoatmodjo, 2007

- Pengetahuan- Pendidikan- Umur- Sikap

Katz, 2002

- Pengetahuan- Pengaruh pelayanan

KB (aksespelayanan, kualitaspelayanan,image/penerimaanKB)

PemakaianIUD

Maryatun, 2009

- Faktor individu dan sosial: umur,paritas, pendidikan, pengetahuan,pendapatan

- Faktor nilai anak dan keinginanmemiliki anak

- Faktor pelayanan kesehatan: akses,pelayanan, penerimaan KB

Page 19: Bab 1-lampiran ok.pdf

19

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kerangka hubungan antara variabel dependen

dengan variabel independen yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian

yang akan dilakukan. Berdasarkan hasil penelusuran tinjauan kepustakaan

dimaksud serta tujuan penelitian maka dapat ditemukan beberapa hal yang

berhubungan dengan pemakaian IUD pada akseptor KB.

Variabel Bebas (Independen) Varibel Terikat (dependen)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan

Pemakaian IUDPendidikan

Dukungan suami

Akseptabilitas

Page 20: Bab 1-lampiran ok.pdf

20

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik observasional

dengan rancangan cross sectional survey di mana tujuan peneliti untuk melihat

hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD.

Cross sectional survey merupakan salah satu bentuk studi observasional yang

paling sering dilakukan mencakup semua penelitian di mana pengumpulan data

dan pengukuran variabel hanya dilakukan satu kali pada satu waktu (Arikunto,

2006).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2012 sampai dengan Maret

2013.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh akseptor KB yang berkunjung

ke Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh tahun 2012 dan 2013.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah akseptor KB yang berkunjung ke

Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh dari bulan November 2012 sampai dengan

Januari 2013.

3.3.3 Kriteria Sampel

Kriteria sampel terdiri dari kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu:

1. Kriteria Inklusi

a. Akseptor yang bersedia diwawancarai.

Page 21: Bab 1-lampiran ok.pdf

21

b. Akseptor yang bersedia menandatangani lembar persetujuan menjadi

responden.

2. Kriteria Eksklusi

a. Akseptor yang tidak kooperatif

3.3.4 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara Non Probability Sampling dengan

metode Accidental Sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel yang

dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau

tersedia pada saat penelitian (Notoatmodjo, 2007).

Setiap penelitian yang datanya akan dianalisis secara statistik dengan

analisis bivariat membutuhkan minimal 30 subjek penelitian. Ukuran sampel

sebesar 30 subjek tersebut merupakan ukuran sampel minimal setelah peneliti

melakukan restriksi terhadap populasi sumber sampel, ini bertujuan agar data

penelitian nantinya dapat diperbandingkan dan dianalisis secara statistik dengan

uji statistik. Tidak ada rumus untuk mendapatkan n=30, karena ukuran sampel

tersebut merupakan rule of thumb (Thabane, 2005 dalam Murti, 2010).

3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk memudahkan memahami pengertian dari variabel-variabel dalam

penelitian ini, maka akan dijelaskan dalam definisi operasional sebagai berikut:

3.4.1 Variabel Terikat (Variabel Dependen)

Variabel terikat pada penelitian ini adalah pemakaian IUD. Pemakaian

IUD berarti menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim sebagai metode

kontrasepsi pilihan akseptor; alat ukur yang digunakan adalah kuesioner; cara

ukur melalui wawancara langsung kepada responden dengan panduan kuesioner;

hasil ukur yang digunakan adalah “Ya” jika akseptor sedang memakai IUD

sebagai alat kontrasepsi dan “Tidak” jika akseptor sedang menggunakan alat

kontrasepsi jenis lain, seperti pil, suntik, implan; skala yang digunakan dalam

variabel terikat ini adalah nominal.

3.4.2 Variabel Bebas (Variabel Independen)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

Page 22: Bab 1-lampiran ok.pdf

22

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari rasa ingin tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dalam

penelitian ini pengetahuan dimaksudkan sebagai kemampuan responden dalam hal

pemahaman mengenai program KB dan alat kontrasepsi, khususnya IUD; alat

ukur yang digunakan dalam mengukur pengetahuan adalah kuesioner; cara ukur

melalui wawancara langsung kepada responden; hasil ukurnya adalah “Baik” dan

“Kurang”; skala ukur yang digunakan adalah ordinal.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah pendidikan formal yang telah dilalui responden; alat

ukur yang digunakan dalam mengukur pendidikan adalah kuesioner; cara ukur

melalui wawancara langsung kepada responden; hasil ukurnya adalah “Tinggi dan

Menengah” dan “Dasar dan Tidak Sekolah”; skala ukur yang digunakan adalah

ordinal.

3. Akseptabilitas

Akseptabilitas adalah penerimaan. Dalam penelitian ini akseptabilitas

dimaksudkan sebagai penerimaan IUD sebagai alat kontrasepsi dari sudut

pandang akseptor sendiri, pasangan, agama dan lingkungan budaya di masyarakat;

alat ukur yang digunakan dalam pengukuran akseptabilitas adalah kuesioner; cara

ukur melalui wawancara langsung kepada responden; hasil ukurnya adalah “Ya”

dan “Tidak”; skala ukur yang digunakan adalah ordinal.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pembagian

kuesioner serta melihat buku register pengguna kontrasepsi untuk melihat

cakupan pemakaian IUD dan alat kontrasepsi jenis lain. Kuesioner adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden (Chandra, 2008), yang terdiri dari:

1. Alat pengumpulan data bagian A yang merupakan identitas dari akseptor KB,

terdiri dari pertanyaan yang meliputi: nomor responden, alamat dan

pendidikan terakhir responden.

Page 23: Bab 1-lampiran ok.pdf

23

2. Alat pengumpulan data bagian B yang berisi pertanyaan yang bertujuan untuk

mengetahui jenis kontrasepsi yang sedang digunakan oleh responden.

3. Alat pengumpulan data bagian C yang berisi daftar pernyataan yang bertujuan

untuk melihat gambaran pengetahuan responden mengenai IUD.

4. Alat pengumpulan data bagian D yang berisi daftar pertanyaan yang bertujuan

untuk melihat gambaran akseptabilitas responden terhadap IUD.

3.5.1 Sumber Data

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung terhadap responden

dengan menggunakan kuesioner yang dipandu oleh peneliti dan mengacu kepada

variabel yang diteliti, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil buku register

untuk melihat cakupan pemakaian IUD.

3.5.2 Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah

kuesioner yang dirancang sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang ada, yang

telah diuji validitas dan reliabilitasnya, yang akan diberikan kepada responden

yaitu akseptor KB yang datang ke Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh yang berisi

pertanyaan tentang pemakaian IUD, pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas.

3.5.3 Uji Coba Instrumen Penelitian

Uji coba telah dilakukan dengan wawancara kepada 10 responden yaitu

akseptor KB di Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar. Uji coba instrumen yang

dilakukan berupa uji validitas dan uji reliabilitas. Hasil uji instrumen untuk

menilai validitas dan reliabilitas kuesioner yang telah disusun, kemudian

dianalisis dengan menggunakan rumus Cronbach's Alpha.

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang dilakukan pada suatu alat ukur agar alat ukur

tersebut benar-benar dapat mengukur apa yang ingin diukur. Untuk mengetahui

bahwa kuesioner yang telah disusun mampu mengukur yang hendak diukur, maka

perlu diuji dengan uji korelasi antara nilai tiap item pertanyaan dengan skor total

pertanyaan tersebut. Bila semua pertanyaan itu memiliki korelasi yang bermakna,

berarti pertanyaan tersebut valid atau sesuai dengan yang hendak diukur

(Notoatmodjo, 2005). Untuk mengetahui validitas kuesioner dilakukan dengan

membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hitung. Nilai kritis terhadap 10

Page 24: Bab 1-lampiran ok.pdf

24

responden dengan menggunakan df= n-2 atau 10-2= 8 dengan taraf signifikan 5%

diperoleh nilai kritis tabel (r tabel= 0,632). Nilai korelasi dari pertanyaan pada

kuesioner dinyatakan valid bila nilai r hasil >0,632. Dari hasil pengujian validitas

didapatkan nilai r hitung untuk 35 pertanyaan >0,632 terlihat pada kolom

Corrected Item-Total Correlation (Lampiran 5), maka seluruh pertanyaan pada

kuesioner dinyatakan valid dan signifikan.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil

pengumpulan itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap masalah yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Notoatmodjo, 2007). Uji reliabilitas tersebut dilakukan dengan rumus Cronbach

Alpha yaitu membandingkan nilai r hasil (nilai alpha) dengan r tabel. Bila nilai r

alpha > r tabel, maka pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel. Berdasarkan hasil

pengujian reliabilitas kuesioner didapatkan nilai r alpha untuk pertanyaan

mengenai pengetahuan adalah 0,967 dan akseptabilitas 0,978 yang berarti bahwa

dari semua item pertanyaan yang diujicobakan nilai r alpha > r tabel (>0,632) dan

dinyatakan reliabel (Lampiran 5).

3.6 Metode Pengukuran Variabel

Untuk mempermudah dalam mengukur variabel yang akan diteliti, maka

dibuat pengukuran variabel menurut kuesioner sebagai berikut:

1. Pemakaian IUD

Pengukuran variabel pemakaian IUD didasarkan pada skala nominal

dengan kategori:

a. Ya, jika akseptor KB menggunakan kontrasepsi IUD

b. Tidak, jika akseptor KB menggunakan kontrasepsi jenis lain (pil, suntik,

implan)

2. Pengetahuan

Pengukuran variabel pengetahuan akseptor didasarkan pada skala ordinal

dari beberapa pernyataan kemudian dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu:

a. Baik : Apabila jumlah skor ≥ Mean

Page 25: Bab 1-lampiran ok.pdf

25

b. Kurang : Apabila jumlah skor < Mean

3. Pendidikan

Pengukuran variabel pendidikan akseptor didasarkan pada skala ordinal

dengan kategori:

a. Tinggi dan menengah

b. Dasar dan tidak sekolah

4. Akseptabilitas

Pengukuran variabel akseptabilitas didasarkan pada skala ordinal dari

beberapa pertanyaan kemudian dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu:

a. Ya : Apabila jumlah skor ≥ Mean

b. Tidak : Apabila jumlah skor < Mean

3.7 Prosedur Penelitian

Peneliti mencari data awal yaitu jumlah akseptor KB yang menggunakan

IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh dengan menyerahkan surat izin

pengambilan data yang dikeluarkan oleh Pembantu Dekan I kepada Kepala

Puskesmas. Setelah mendapat izin pengambilan data dari pihak Puskesmas Kuta

Alam Banda Aceh, peneliti mengumpulkan data akseptor KB di Puskesmas

tersebut. Selanjutnya peneliti mulai menetapkan populasi dan menentukan sampel

penelitian. Peneliti melakukan uji kuesioner yang berisi 35 pertanyaan terhadap

10 orang responden yaitu akseptor KB di Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar

dengan menyerahkan surat izin uji kuesioner yang dikeluarkan oleh Pembantu

Dekan I kepada Kepala Puskesmas. Peneliti melakukan uji kuesioner, kemudian

peneliti mencari data primer dengan membagikan kuesioner kepada responden.

Peneliti juga memberikan lembar permohonan menjadi responden dan lembar

persetujuan menjadi responden.

3.8 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian.

Oleh karena itu, harus dilakukan dengan baik dan benar. Kegiatan dalam proses

pengolahan data adalah:

1. Editing (memeriksa data)

Page 26: Bab 1-lampiran ok.pdf

26

Memeriksa data yang telah dikumpulkan. Yang dilakukan pada kegiatan

memeriksa data ialah:

a. Menjumlah, ialah menghitung banyaknya lembaran daftar pertanyaan yang

telah diisi untuk mengetahui apakah sesuai dengan jumlah yang telah

ditentukan.

b. Melakukan koreksi, ialah proses membenarkan atau menyelesaikan hal-hal

yang salah atau kurang jelas.

2. Coding (memberi kode)

Memberi kode pada semua variabel, terutama data klasifikasi, untuk

mempermudah proses pengolahan data.

3. Transfering

Memindahkan data yang diperoleh dan disusun ke dalam tabel.

4. Tabulating (menyusun data)

Pengorganisasian data yang telah di-coding sedemikian rupa agar dengan

mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis

(Budiarto, 2001).

3.9 Analisis Data Penelitian

Analisis data dilakukan dengan uji statistik, berupa analisis univariat dan

bivariat:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan pada tiap variabel penelitian. Variabel yang

dianalisis adalah pemakaian IUD, pengetahuan, pendidikan, dan akseptabilitas.

Kemudian data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas dengan pemakaian IUD di Puskesmas

Kuta Alam Banda Aceh. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square, dengan

kriteria hubungan ditetapkan berdasarkan p value (Probabilitas) yang dihasilkan

dengan Confidence Interval (CI) 95%, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika p value >0,05 maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel.

2. Jika p value ≤0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan.

Page 27: Bab 1-lampiran ok.pdf

27

Jika uji Chi-Square tidak memenuhi syarat, maka akan digunakan uji

alternatifnya yaitu uji Fisher (Sopiyudin, 2009).

Page 28: Bab 1-lampiran ok.pdf

28

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Pemakaian IUD

Setelah dilakukan pengumpulan data penelitian dari tanggal 5 November

2012 sampai dengan 5 Januari 2013 di ruang KB Puskesmas Kuta Alam Banda

Aceh didapatkan jumlah 33 responden, diperoleh hasil seperti terlihat pada tabel

4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam BandaAceh

Pemakaian IUD Frekuensi (n) Persentase (%)Ya 7 21.21Tidak 26 78.79Total 33 100

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 33 akseptor yang

berkunjung ke ruang KB Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh, sebanyak 21,21%

memakai kontrasepsi IUD.

4.1.2 Pengetahuan

Hasil penilaian pengetahuan akseptor KB dapat disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi berikut.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor KB terhadap IUD di RuangKB Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)Baik 19 57.58Kurang 14 42.42Total 33 100

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 33 akseptor yang

berkunjung ke ruang KB Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh sebanyak 57,58%

memiliki pengetahuan baik mengenai IUD.

Page 29: Bab 1-lampiran ok.pdf

29

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara

dengan menggunakan kuesioner maka didapatkan skor masing-masing

pertanyaan. Gambaran secara lengkap dan jelas diperlihatkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor

PengetahuanBaik Kurang

n % n %Alat dalam program KB 33 100 0 0Kandungan hormon dalam kontrasepsi IUD 28 84.8 5 15.2Jenis IUD 22 66.7 11 33.3Cara Kerja IUD 33 100 0 0IUD dalam mencegah kehamilan 32 97.0 1 3.0Indikasi IUD pada nulipara 13 39.4 20 60.6Kontraindikasi IUD pada wanita yang terpapar PMS 29 87.9 4 12.1Indikasi pelepasan IUD 31 93.9 2 6.1Efek IUD saat berhubungan suami istri 26 78.8 7 21.2Pemasangan dan pencabutan IUD 30 90.9 3 9.1Efektifitas IUD 30 90.9 3 9.1Efek samping perdarahan pada IUD 31 93.9 2 6.1Pemasangan IUD pada ibu postpartum 20 60.6 13 39.4Pemasangan IUD pada ibu postabortus 22 66.7 11 33.3Gangguan yang ditimbulkan IUD 22 66.7 11 33.3Pengaruh IUD terhadap ASI 24 72.7 9 27.3Angka kegagalan pemakaian IUD 19 57.6 14 42.4Kontrol ulang pada akseptor IUD 31 93.9 2 6.1Keputihan akibat pemakaian IUD 27 81.8 6 18.2Masa percobaan pemakaian IUD 30 90.9 3 9.1

Hasil wawancara dengan responden, dari pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan sebanyak 60,6% responden masih kurang mengetahui tentang indikasi

pemakaian IUD pada nulipara, 42,4% kurang mengetahui tentang kemungkinan

kegagalan pada pemakaian IUD dan 39,4% responden masih kurang mengetahui

tentang indikasi pemasangan IUD pada ibu postpartum.

4.1.3 Pendidikan

Hasil pengumpulan data yang dilakukan untuk pendidikan akseptor KB

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berikut.

Page 30: Bab 1-lampiran ok.pdf

30

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pendidikan Akseptor KB di Puskesmas Kuta AlamBanda Aceh

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)Tinggi dan Menengah 22 66.67Dasar dan Tidak Sekolah 11 33.33Total 33 100

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa akseptor yang berkunjung ke

ruang KB Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh pada umumnya dengan pendidikan

tinggi dan menengah (Perguruan Tinggi dan SMA) sebanyak 66,67%.

4.1.4 Akseptabilitas

Hasil penilaian akseptabilitas akseptor dapat disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi berikut.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Akseptabilitas Akseptor KB di Puskesmas KutaAlam Banda Aceh

Akseptabilitas Frekuensi (n) Persentase (%)Ya 16 48.48Tidak 17 51.52Total 33 100

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa akseptor yang berkunjung ke

ruang KB Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh pada umumnya tidak menunjukkan

akseptabilitas terhadap IUD sebanyak 51,52%.

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner maka

didapatkan skor masing-masing pertanyaan. Gambaran secara lengkap

diperlihatkan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Akseptabilitas Akseptor

AkseptabilitasYa Tidak

n % n %Konseling IUD 32 97.0 1 3.0Minat memakai IUD dengan informasi yang lengkap 16 48.5 17 51.5Dukungan suami untuk pemakaian IUD 24 72.7 9 27.3Sikap terhadap efek samping IUD 0 0 33 100Sikap terhadap pendapat tidak baik mengenai IUD 32 97.0 1 3.0Kepercayaan akan efektifitas IUD 19 57.6 14 42.4Sikap terhadap angka kegagalan IUD 8 24.2 25 75.8

Page 31: Bab 1-lampiran ok.pdf

31

Lanjutan Tabel 4.6

AkseptabilitasYa Tidak

n % n %Keyakinan bahwa IUD aman 25 75.8 8 24.2Minat memakai IUD terkait keamanannya 16 48.5 17 51.5Minat memakai IUD terkait masa percobaan 12 36.4 21 63.6Minat memakai IUD terkait pengaruh terhadap ASI 18 54.5 15 45.5Minat memakai IUD terkait kemungkinanperdarahan 0 0 33 100Minat memakai IUD terkait rasa kurang nyamansaat berhubungan suami istri 1 3 32 97Minat menggunakan IUD sebagai kontrasepsi halal 12 36.4 21 63.6Dukungan suami untuk pemakaian IUD sebagaikontrasepsi halal 17 51.5 16 48.5

Hasil wawancara dengan responden, dari pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan terdapat 100% responden masih memiliki sikap negatif terhadap efek

samping IUD dan tidak berminat menggunakan IUD terkait perdarahan yang

ditimbulkan. Sebanyak 97,0% responden juga tidak berminat memakai IUD

terkait kemungkinan rasa kurang nyaman saat berhubungan suami istri, 75,8%

responden menunjukkan sikap negatif terhadap kemungkinan kegagalan pada

pemakaian IUD, 63,6% tidak berminat memakai IUD terkait adanya masa

percobaan pemakaian walaupun dengan alasan IUD sebagai alat kontrasepsi yang

halal. Sebanyak 51,5% responden juga tidak berminat memakai IUD walaupun

sudah dibekali informasi yang lengkap tentang IUD.

4.1.5 Hubungan Pengetahuan Akseptor KB dengan Pemakaian IUD

Hubungan pengetahuan akseptor KB dengan pemakaian IUD dapat

disajikan dalam bentuk tabel silang berikut.

Tabel 4.7 Hubungan Pengetahuan Akseptor KB dengan Pemakaian IUD diPuskesmas Kuta Alam Banda Aceh

PengetahuanPemakaian IUD

Totalp value RPTidak Ya

n % n % n %Kurang 12 85.71 2 14.29 14 100

0.670 1.16Baik 14 73.68 5 26.32 19 100Total 26 78.79 7 21.21 33 100

Page 32: Bab 1-lampiran ok.pdf

32

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa akseptor KB yang

berpengetahuan kurang maupun yang berpengetahuan baik sama-sama tidak

memakai IUD sebagai alat kontrasepsi dengan persentase yang berpengetahuan

kurang 85,71% dan yang berpengetahuan baik 73,68%.

Hasil uji statistik dengan Fisher’s Exact Test untuk variabel pengetahuan

pada interval kepercayaan 95% dengan α=0,05 menunjukkan p value 0,670

sehingga H0 diterima yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara

pengetahuan akseptor dengan pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

Aceh dengan RP 1,16 artinya akseptor yang memiliki pengetahuan kurang baik

mempunyai peluang 1,16 kali untuk tidak memakai IUD dibandingkan dengan

akseptor yang memiliki pengetahuan baik.

4.1.6 Hubungan Pendidikan Akseptor KB dengan Pemakaian IUD

Hubungan pendidikan akseptor KB dengan pemakaian IUD disajikan

dalam bentuk tabel silang berikut.

Tabel 4.8 Hubungan Pendidikan Akseptor KB dengan Pemakaian IUD diPuskesmas Kuta Alam Banda Aceh

PendidikanPemakaian IUD

Total pvalue

RPYa Tidakn % n % n %

Tinggi dan Menengah 5 22.73 17 77.27 22 100 1.000 1.25Dasar dan TidakSekolah 2 18.18 9 81.82 11 100Total 7 21.21 26 78.79 33 100

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa akseptor KB yang

berpendidikan dasar dan tidak sekolah maupun yang berpendidikan tinggi dan

menengah sama-sama tidak memakai IUD sebagai alat kontrasepsi dengan

persentase masing-masing untuk akseptor yang berpendidikan dasar dan tidak

sekolah sebesar 81,82% dan yang berpendidikan tinggi dan menengah sebesar

77,27%.

Hasil uji statistik dengan Fisher’s Exact Test untuk variabel pendidikan

pada interval kepercayaan 95% dengan α=0,05 menunjukkan p value 1,000

sehingga H0 diterima yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara

pendidikan akseptor dengan pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

Page 33: Bab 1-lampiran ok.pdf

33

Aceh dengan RP 1,25 artinya akseptor yang berpendidikan dasar dan tidak

sekolah mempunyai peluang 1,25 kali untuk tidak memakai IUD dibandingkan

dengan akseptor yang berpendidikan tinggi dan menengah.

4.1.7 Hubungan Akseptabilitas dengan Pemakaian IUD

Hubungan akseptabilitas akseptor KB dengan pemakaian IUD disajikan

dalam bentuk tabel silang berikut.

Tabel 4.9 Hubungan Akseptabilitas Akseptor KB dengan Pemakaian IUD diPuskesmas Kuta Alam Banda Aceh

AkseptabilitasPemakaian IUD

Totalp value RPTidak Ya

n % n % n %Tidak 17 100 0 0 17 100

0.003 1.78Ya 9 56.25 7 43.75 16 100Total 26 78.79 7 21.21 33 100

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa akseptor KB yang tidak

memiliki akseptabilitas terhadap IUD sebanyak 100% tidak memakai IUD sebagai

alat kontrasepsi.

Hasil uji statistik dengan Fisher’s Exact Test untuk variabel akseptabilitas

pada interval kepercayaan 95% dengan α=0,05 menunjukkan p value 0,003

sehingga H0 ditolak yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

akseptabilitas akseptor dengan pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

Aceh dengan RP 1,78 artinya akseptor yang tidak memiliki akseptabilitas

mempunyai peluang 1,78 kali untuk tidak memakai IUD dibandingkan dengan

akseptor yang memiliki akseptabilitas.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemakaian IUD di Puskesmas Kuta

Alam Banda Aceh

Hasil analisis data diketahui bahwa sebagian besar akseptor yang

berkunjung ke Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh, baik yang berpengetahuan

kurang sebanyak 85,71% maupun berpengetahuan baik sebanyak 73,68% sama-

sama tidak memakai IUD sebagai alat kontrasepsi. Data tersebut menunjukkan

Page 34: Bab 1-lampiran ok.pdf

34

bahwa akseptor dengan pengetahuan kurang dan akseptor dengan pengetahuan

baik cenderung tidak memakai IUD sebagai alat kontrasepsi. Hasil wawancara

dengan responden, dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terdapat 100%

responden mengetahui tentang cara kerja IUD sebagai alat kontrasepsi, namun

60,6% responden masih kurang mengetahui tentang indikasi pemakaian IUD pada

ibu nulipara, 42,4% kurang mengetahui tentang kemungkinan kegagalan pada

pemakaian IUD dan 39,4% responden masih kurang mengetahui tentang indikasi

pemasangan IUD pada ibu postpartum. Asumsi peneliti bahwa masih ada akseptor

yang pengetahuannya masih kurang kemungkinan karena beberapa hal, pertama,

masih kurang lengkapnya informasi yang diperoleh dari petugas pelayanan KB

atau masih belum optimalnya penyuluhan yang dilakukan oleh petugas pelayanan

KB sehingga belum mampu mempengaruhi motivasi akseptor untuk memakai

IUD. Kedua, mungkin saja pengetahuan para akseptor memang baik, namun

sosial budaya dalam masyarakat, lingkungan setempat dan dukungan suami

mempengaruhi akseptor untuk tidak memilih IUD. Kemungkinan lainnya adalah

hasil ini berkaitan dengan keterbatasan penelitian di mana dipengaruhi oleh

jumlah sampel yang minimal dengan desain Cross Sectional Survey sehingga

belum mampu menggambarkan secara pasti korelasi antara pengetahuan dan

pemakaian IUD.

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Fisher’s Exact Test pada

interval kepercayaan 95% dengan α=0,05 menunjukkan tidak terdapat hubungan

antara pengetahuan dengan pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh

dengan p value 0,670. Artinya, dalam penelitian ini, pengetahuan tidak

mempengaruhi akseptor untuk memakai kontrasepsi IUD. Hasil penelitian ini

bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryatun (2009) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemakaian

IUD pada akseptor KB di Kabupaten Sukoharjo.

Menurut Maryatun (2009), ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya

program KB, di antaranya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor

pendukung lainnya. Sedangkan menurut Bertrand (1994) dalam Maryatun (2009),

pemakaian alat kontrasepsi dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor langsung

maupun tidak langsung. Faktor yang secara langsung berpengaruh dengan

Page 35: Bab 1-lampiran ok.pdf

35

pemakaian alat kontrasepsi adalah permintaan KB, persepsi akseptor dan

pemanfaatan peayanan kesehatan, sedangkan faktor yang secara tidak langsung

berpengaruh dengan pemakaian alat kontrasepsi antara lain pengembangan

program, penyediaan pelayanan KB, akses, kualitas pelayanan, image/penerimaan

KB, faktor sosial dan individu, nilai dan demand terhadap anak. Faktor yang

berhubungan langsung dengan pemakaian kontrasepsi lainnya adalah persepsi ibu.

Persepsi ibu dan berbagai dukungan terhadap pemakaian alat kontrasepsi terutama

suami ataupun masyarakat akan berpengaruh terhadap akseptor. Suami

dihubungan dengan orang terdekat dengan akseptor dan masyarakat dihubungkan

dengan norma yang dianut akseptor dalam hidup di masyarakat.

4.2.2 Hubungan Pendidikan dengan Pemakaian IUD di Puskesmas Kuta

Alam Banda Aceh

Hasil analisis data berdasarkan pendidikan akseptor KB yang berkunjung

ke Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh menunjukkan bahwa baik akseptor yang

berpendidikan dasar sebanyak 81,82% maupun yang berpendidikan tinggi dan

menengah sebanyak 77,27% sama-sama tidak memakai kontrasepsi IUD. Data

tersebut menunjukkan bahwa akseptor yang berpendidikan dasar serta

berpendidikan tinggi dan menengah cenderung tidak memakai IUD.

Hasil uji statistik menggunakan Fisher’s Exact Test pada interval

kepercayaan 95% dengan α=0,05, menunjukkan tidak terdapat hubungan antara

pendidikan akseptor dengan pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

Aceh dengan p value 1,000. Artinya, dalam penelitian ini, pendidikan akseptor

tidak mempengaruhi mereka untuk memakai kontrasepsi IUD. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryatun (2009) yang menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemakaian IUD pada

akseptor KB di Kabupaten Sukoharjo, namun bertentangan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Magadi (2003) di Kenya yang menunjukkan bahwa

responden yang berpendidikan tinggi berpeluang lebih tinggi menggunakan alat

kontrasepsi IUD dan implan dibandingkan dengan responden yang berpendidikan

rendah.

Menurut Maryatun (2009), tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan

dengan pemakaian metode kontrasepsi IUD. Berarti tidak terdapat kecenderungan

Page 36: Bab 1-lampiran ok.pdf

36

bahwa pendidikan tinggi seseorang akan berpengaruh terhadap pemakaian metode

kontrasepsi IUD. Namun menurut Magadi (2003) tingkat pendidikan juga

berpengaruh terhadap keinginan individu dan pasangan untuk menentukan jumlah

anak. Peningkatan pendidikan berpengaruh terhadap peningkatan penggunaan alat

kontrasepsi.

Menurut Notoatmodjo (2007) pendidikan merupakan suatu proses

menolong dan memajukan pertumbuhan serta perkembangan seseorang individu

dengan aspek jasmani, akal, emosional, seni dan moral. Tingkat pendidikan dan

pengetahuan yang tinggi dapat mempengaruhi keinginan individu dan pasangan

untuk menentukan jumlah anak. Peningkatan pendidikan dan pengetahuan juga

berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi yang cermat sesuai dengan

kondisi akseptor. Asumsi peneliti bahwa pendidikan tidak berhubungan dengan

pemakaian IUD pada penelitian ini kemungkinan oleh karena selama proses

pendidikan formal tidak diperoleh informasi mengenai pelayanan KB, apalagi

pada pendidikan dasar sampai menengah tidak memiliki kurikulum yang

membahas tentang hal ini. Kemungkinan lainnya adalah adanya pengaruh sosial

budaya dalam masyarakat yang membuat akseptor tidak memilih IUD sebagai alat

kontrasepsi walaupun tingkat pendidikan akseptor KB tersebut tinggi.

4.2.3 Hubungan Akseptabilitas dengan Pemakaian IUD di Puskesmas Kuta

Alam Banda Aceh

Hasil analisis data berdasarkan akseptabilitas akseptor KB yang

berkunjung ke Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh menunjukkan bahwa akseptor

yang tidak memiliki akseptabilitas sebanyak 100% tidak memakai kontrasepsi

IUD. Data tersebut menunjukkan bahwa akseptor yang tidak memiliki

akseptabilitas terhadap IUD cenderung untuk memakai alat kontrasepsi selain

IUD. Hasil wawancara dengan responden, dari pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan terdapat 97,0% responden yang sudah pernah mendapatkan konseling

mengenai IUD, namun 100% responden masih memiliki sikap negatif terhadap

efek samping IUD dan tidak berminat memakai IUD terkait kemungkinan

perdarahan yang ditimbulkan. Sebanyak 97,0% responden juga tidak berminat

memakai IUD terkait kemungkinan rasa kurang nyaman yang ditimbulkan saat

berhubungan suami istri, 75,8% responden menunjukkan sikap negatif terhadap

Page 37: Bab 1-lampiran ok.pdf

37

kemungkinan kegagalan pada pemakaian IUD dan 63,6% tidak berminat memakai

kontrasepsi IUD terkait adanya masa percobaan pemakaian.

Hasil uji statistik menggunakan Fisher’s Exact Test pada interval

kepercayaan 95% dengan α=0,05 menunjukkan terdapat hubungan yang

signifikan antara akseptabilitas akseptor dengan pemakaian IUD di Puskesmas

Kuta Alam Banda Aceh dengan p value 0,003. Artinya, dalam penelitian ini,

akseptabilitas mempengaruhi para akseptor untuk memakai kontrasepsi IUD.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryatun (2009)

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara akseptabilitas

dengan pemakaian IUD pada akseptor KB di Kabupaten Sukoharjo dengan nilai p

value 0,001.

Menurut Notoatmodjo (2007), akseptabilitas atau penerimaan diartikan

bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek),

mengakui (apa yang diterima) dalam hal ini berupa perlakuan, sikap terhadap

objek. Akseptabilitas merupakan salah satu tingkatan dari sebuah sikap, yakni

menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab. Sedangkan sikap itu

sendiri adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau objek. Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau aktivitas,

akan tetapi sikap merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Akseptor yang memiliki sikap yang positif dan mendapat dukungan akan

memiliki rasa akseptabilitas yang baik dalam menggunakan IUD sebagai alat

kontrasepsi, sebaliknya akseptor yang tidak memiliki sifat yang positif perlu

ditumbuhkan akseptabilitas dalam diri akseptor sehingga tertarik untuk

menggunakan IUD. Pengetahuan akseptor tentang IUD dapat membantu dalam

membentuk akseptabilitas yang baik, namun kenyataannya informasi mengenai

IUD masih belum disampaikan dengan baik dan lengkap. Asumsi peneliti bahwa

akseptabilitas berhubungan dengan pemakaian IUD pada penelitian ini

kemungkinan oleh karena untuk memunculkan sikap positif terhadap IUD maka

harus dimulai dengan penerimaan terhadap segala aspek mengenai IUD,

mencakup sudut pandang akseptor, pasangan, agama dan lingkungan budaya di

masyarakat.

Page 38: Bab 1-lampiran ok.pdf

38

4.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup desain penelitian deskriptif

analitik observasional dengan desain Cross Sectional Survey dengan pendekatan

kuantitatif. Peneliti tidak melakukan observasi lebih lanjut mengenai pemakaian

IUD terhadap akseptor sehingga belum sepenuhnya menjelaskan secara

keseluruhan mengenai IUD, mengingat waktu dan prasarana serta variabel yang

diteliti hanya didasarkan pada pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas. Namun

peneliti membandingkan hasil penelitian ini dengan teori dan hasil penelitian yang

relevan guna menambah khazanah pembahasan pemakaian IUD. Peneliti

menyadari bahwa penguasaan maupun pengetahuan peneliti yang masih belum

memadai terhadap teknik-teknik penelitian ilmiah maupun dalam teori-teori yang

mendukung suatu penelitian.

Page 39: Bab 1-lampiran ok.pdf

39

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan,

sebagai berikut:

1. Pemakaian IUD pada akseptor yang berkunjung ke Puskesmas Kuta Alam

Banda Aceh sebesar 21,21%.

2. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemakaian IUD pada

akseptor KB di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

3. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemakaian IUD pada

akseptor KB di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara akseptabilitas dengan pemakaian

IUD pada akseptor KB di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

5.2 Saran

Sesuai dengan kesimpulan maka peneliti akan memeberikan saran-saran

sebagai berikut:

1. Kepada Instansi terkait hendaknya dapat meningkatkan penyampaian

informasi tentang pemakaian IUD sebagai alat kontrasepsi pilihan kepada para

akseptor KB melalui penyuluhan maupun melalui media seperti poster, brosur

dan lainnya, guna menambah pengetahuan, akseptabilitas dan motivasi

akseptor KB dalam memilih IUD.

2. Kepada akseptor KB diharapkan dapat menggali informasi lebih banyak lagi

mengenai kontrasepsi, khususnya IUD, dari sumber yang terpercaya seperti

dokter, bidan, perawat dan sebagainya yang memiliki kompetensi mengenai

kontrasepsi agar tidak salah informasi, tidak salah pilih alat kontrasepsi serta

mendapat informasi secara lengkap dan jelas untuk setiap jenis kontrasepsi,

sehingga dengan informasi yang lengkap tersebut akseptor dapat

meningkatkan motivasi serta akseptabilitas terhadap kontrasepsi IUD.

Page 40: Bab 1-lampiran ok.pdf

40

3. Kepada peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan dengan

jumlah sampel yang lebih memadai dan dengan variabel yang lebih luas

sehingga didapatkan faktor-faktor yang berhubungan langsung dengan

pemakaian kontrasepsi IUD.

Page 41: Bab 1-lampiran ok.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT RinekaCipta. Jakarta.

Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional. 2003. Buku PanduanPraktis Pelayanan Kontrasepsi. BKKBN Pusat. Jakarta.

Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional. 2004. Pelayanan KBNasional. BKKBN Pusat. Jakarta.

Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional. 2011. Hasil PelaksanaanPelayanan Kontrasepsi dan Pengendalian Lapangan. BKKBN ProvinsiAceh. Banda Aceh.

Bari A.S. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. EGC. Jakarta.

Benson, R.C. 2008. Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. EGC. Jakarta.

Bessinger, R.E., Bertrand, J.T. 2001. Monitoring Quality of Care in FamilyPlanning Program: A Comparison of Observations and Client ExitInterviews. International Family Planning Perspective. 27(2): 63-70.

Budiarto, E. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan KesehatanMasyarakat. EGC. Jakarta.

Chandra. 2008. Metode Penelitian Kesehatan. EGC. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Standar PelayananKebidanan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Diaz, V.A., Nikki H., Lori M.D., Andrea M.W., Petet J.C. 2011. ClinicianKnowledge about Use of Intrauterine Devices in Adolescents in SouthCarolina AHEC. Family Medicine 2011. 43(6): 407-411.

Ekarini. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap PartisipasiPria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Selo KabupatenBoyolali. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Hartarto, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka SinarHarapan. Jakarta.

Juliantoro, D. 2000. 30 Tahun Cukup, Keluarga Berencana dan HakKonsumen. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Page 42: Bab 1-lampiran ok.pdf

Katz, K.R., Jhonson, L.M., Janowitz, B., Carranza, J.M. 2002. Reason for theLow of IUD Use in El Salvador. International Family PlanningPerspective. 28(1): 26-31.

Magadi, M.A. and Curtis, L.S. 2003. Trends and Determinants of ContraceptiveMethod Choice in Kenya. Family Planning. 34(3): 149-159.

Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin ObstetriGinekologi dan KB. EGC. Jakarta.

Maryatun. 2009. Analisis Faktor-Faktor pada Ibu yang Berpengaruhterhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi IUD di KabupatenSukoharjo. Eksplanasi. Oktober(4): 155-169.

Meilani, N. 2010. Pelayanan Keluarga Berancana (Dilengkapi denganPenuntun Belajar). Fitramaya. Yogyakarta.

Morgan, G. and Carole H. 2009. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik.Edisi 2. EGC. Jakarta.

Murti, B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif danKualitatif di Bidang Kesehatan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta.Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2007. Metodelogi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta.Jakarta.

Park, M.H. 2011. Dynamics of IUD Use in Vietnam: Implications for FamilyPlanning Services at Primary Care Level. International Journal ofWomen’s Health 201. 1(3): 429-434.

Saifuddin, A.B. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. YayasanBina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Sopiyudin M. D. 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif,Bivariat dan Multivariat. Salemba Medika. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional.

Wiknjosastro, H. 2008. Ilmu Kandungan. Edisi 2. PT Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo. Jakarta.

Page 43: Bab 1-lampiran ok.pdf

Lampiran 1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No

Kegiatan2012 2013

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

1 Studi kepustakaan2 Survey awal

3Pembuatanproposal

4 Uji Validitas5 Seminar proposal6 Pengambilan data7 Pengolahan data8 Pembuatan skripsi9 Sidang Skripsi

Page 44: Bab 1-lampiran ok.pdf

Lampiran 2

LEMBAR PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.

Saudara Calon Responden Penelitian

di-

Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lia Anggraini

Nim : 0907101010024

Alamat : Jalan Cendana No 56B Desa Limpok

Adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas KedokteranUniversitas Syiah Kuala yang akan mengadakan penelitian untuk menyusunskripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran.Adapun penelitian ini berjudul: “Hubungan Pengetahuan, Pendidikan danAkseptabilitas dengan Pemakaian Intra Uterine Device di Puskesmas Kuta AlamBanda Aceh.

Untuk itu saya memerlukan kesediaan Saudara berpartisipasi dalampenelitian ini tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Penelitian ini tidakmenimbulkan kerugian pada Saudara, kerahasiaan informasi yang diberikan akandijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Bila Saudara bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, diharapkan dapatmenandatangani Lembar Persetujuan Responden yang juga saya sertakan padasurat ini.

Atas kesediaan Saudara dan kerjasama yang baik, terlebih dahulu sayaucapkan terimakasih.

Banda Aceh, 2012

Hormat Saya,

(LiaAnggraini)Peneliti

Page 45: Bab 1-lampiran ok.pdf

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi

responden untuk ikut serta berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh

mahasiswa prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UNSYIAH:

Nama : Lia Anggraini

Umur : 0907101010024

Judul : Hubungan Pengetahuan, Pendidikan dan Akseptabilitas dengan

Pemakaian Intra Uterine Device di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh

Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan akan dirahasiakan

dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Saya juga menyadari bahwa

informasi ini dapat mendukung perkembangan kemajuan program Keluarga

Berencana di Provinsi Aceh, khususnya di Kota Banda Aceh dalam pemakaian

kontrasepsi IUD.

Demikian surat pernyataan persetujuan menjadi responden dari saya,

semoga dapat dipergunakan sebaik-baiknya.

Banda Aceh, 2012

Responden

Page 46: Bab 1-lampiran ok.pdf

Lampiran 4

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN AKSEPTABILITAS

DENGAN PEMAKAIAN INTRA UTERINE DEVICE DI PUSKESMAS

KUTA ALAM BANDA ACEH

A. IDENTITAS PASIENPetunjuk:Isilah identitas Ibu sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

No. Responden (diisi peneliti) :Alamat :Pendidikan terakhir : (1) Tidak sekolah

(2) SD (Sekolah Dasar)(3) SMP (Sekolah Menengah Pertama)(4) SMA (Sekolah Menengah Atas)(5) Diploma(6) Sarjana: (S1), (S2), (S3)

B. PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD1. Apakah ibu sekarang sedang menggunakan kontrasepsi spiral/ IUD?

a. Ya b. Tidak

C. PENGETAHUAN TENTANG KONTRASEPSI IUDPetunjuk:Isilah dengan cara memberi tanda centang (V) pada kolom Benar (B) ataukolom Salah (S) sesuai dengan jawaban yang menurut Ibu paling benar.

No Pengetahuan tentang KB IUD B S1 Alat yang digunakan dalam program Keluarga Berencana

(KB) adalah kontrasepsi1 0

2 Spiral/Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) adalah salahsatu jenis kontrasepsi yang tidak mengandung hormon

1 0

3 IUD ada 2 jenis, yaitu IUD yang mengandung hormondan IUD yang tidak mengandung hormon

1 0

4 IUD mencegah kehamilan terutama dengan caramencegah sperma/sel mani dan ovum/sel telur bertemu

1 0

5 IUD mempermudah terjadinya kehamilan 0 1

Page 47: Bab 1-lampiran ok.pdf

6 IUD boleh digunakan oleh orang yang belum memilikianak

1 0

7 IUD tidak boleh digunakan oleh wanita yang terpaparpenyakit menular seksual

1 0

8 IUD dapat dilepas jika pasien ingin hamil lagi walaupunjangka waktu belum habis

1 0

9 IUD dapat menimbulkan rasa kurang nyaman saatberhubungan suami istri

1 0

10 Pemasangan dan pencabutan IUD tidak harus dilakukanoleh tenaga medis (dokter dan bidan) terlatih

0 1

11 Salah satu gejala yang harus diperhatikan akseptor IUDadalah keputihan

1 0

12 Jika dalam jangka waktu 3 bulan setelah pemakaian IUDterjadi perdarahan maka IUD boleh dilepas

1 0

13 IUD tidak boleh dipasang segera setelah melahirkan 0 114 IUD dapat dipasang segera setelah abortus/ keguguran 1 015 Haid lebih lama dan banyak adalah salah satu

kemungkinan gangguan yang dapat ditimbulkan IUD1 0

16 IUD dapat mempengaruhi kualitas dan produksi ASI 0 1

17 IUD atau alat kontrasepsi lainnya memiliki angkakegagalan

1 0

18 Setelah memakai IUD maka akseptor tidak perlu kontrolulang kepada paramedis

0 1

19 Jika akseptor IUD mendapatkan gejala keputihan, makadidiamkan saja karena keputihan adalah hal yang biasa

0 1

20 Waktu yang diberikan untuk menyatakan akseptor KBIUD cocok atau tidak menggunakan kontrasepsi IUDadalah 3 bulan

1 0

D. AKSEPTABILITAS TERHADAP KONTRASEPSI IUDPetunjuk:Isilah dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawabansesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

1. Apakah Ibu pernah mendapatkan konseling mengenai IUD/ spiral?a. Ya (1)b. Tidak (0)

2. Jika Ibu mengetahui informasi yang lengkap mengenai IUD, apakah Ibuberminat untuk menggunakan IUD?a. Ya (1)b. Tidak (0)

Page 48: Bab 1-lampiran ok.pdf

3. Jika Ibu berminat, apakah suami Ibu mendukung penggunaan IUD?a. Ya (1)b. Tidak (0)c. Tidak tahu (0)

4. Jika Ibu sudah mengetahui informasi mengenai IUD dan sudah menggunakanIUD sebagai alat kontrasepsi, kemudian timbul efek samping atau komplikasi,apakah Ibu akan beralih ke alat kontrasepsi yang lain?a. Ya (0)b. Tidak (1)

5. Jika Ibu mendengar pendapat yang tidak baik mengenai IUD di kalanganmasyarakat, apakah yang akan Ibu lakukan?a. Tidak percaya begitu saja dan berusaha mencari tahu kebenarannya (1)b. Tidak mau lagi menggunakan IUD (0)

6. Apakah Ibu percaya dengan keefektifan dari IUD?a. Ya (1)b. Tidak (0)

7. Jika Ibu sudah mengetahui bahwa IUD seperti alat kontrasepsi lainnya jugamemiliki angka kegagalan, apakah Ibu mau menggunakan IUD?a. Ya (1)b. Tidak (0)

8. Apakah Ibu yakin IUD adalah metode kontrasepsi yang aman?a. Ya (1)b. Tidak (0)

9. Jika Ibu tahu bahwa IUD itu aman, apakah Ibu mau menggunakan IUD?a. Ya (1)b. Tidak (0)

10. Jika Ibu mengetahui bahwa masa percobaan penggunaan IUD untukmenyatakan akseptor cocok atau tidak adalah 3 bulan, apakah Ibu maumenggunakan IUD?a. Ya (1)b. Tidak (0)

11. Jika Ibu tahu bahwa IUD itu tidak mempengaruhi produksi ASI, apakah Ibumau menggunakan IUD?a. Ya (1)b. Tidak (0)

12. Jika Ibu mengetahui bahwa salah satu kemungkinan efek samping daripenggunaan IUD adalah perdarahan, apakah Ibu mau menggunakan IUD?a. Ya (1)b. Tidak (0)

13. Jika Ibu mengetahui bahwa IUD dapat menimbulkan rasa kurang nyaman saatberhubungan suami istri, apakah Ibu mau menggunakan IUD?a. Ya (1)

Page 49: Bab 1-lampiran ok.pdf

b. Tidak (0)14. Jika Ibu sudah mengetahui bahwa IUD itu halal setelah mendiskusikannya

dengan pihak terkait seperti ustadz atau ahli agama, apakah Ibu maumenggunakan IUD?a. Ya (1)b. Tidak (0)

15. Jika Ibu dan suami mengetahui bahwa IUD halal, apakah suami Ibumendukung Ibu memakai IUD?a. Ya (1)b. Tidak (0)c. Tidak tahu (0)

Page 50: Bab 1-lampiran ok.pdf

Lampiran 5Hasil Uji Kuesioner

1. Pengetahuan

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 90.9

Excludeda 1 9.1

Total 11 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in theprocedure.

Reliability Statistics

Cronbach'sAlpha N of Items

.967 20

Item-Total Statistics

Scale Mean ifItem Deleted

Scale Variance ifItem Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach'sAlpha if Item

Deleted

c1 13.00 47.111 .905 .963

c2 12.80 50.400 .634 .967

c3 13.00 47.111 .905 .963

c4 13.10 47.656 .761 .965

c5 13.10 47.656 .761 .965

c6 12.90 48.989 .708 .966

c7 12.90 48.544 .787 .965

c8 12.90 48.544 .787 .965

c9 12.80 50.400 .634 .967

c10 12.80 50.400 .634 .967

c11 12.80 50.400 .634 .967

c12 13.10 47.656 .761 .965

c13 13.00 48.222 .729 .966

c14 13.20 47.289 .797 .965

c15 13.20 47.956 .700 .966

c16 13.10 46.767 .894 .964

c17 13.20 47.956 .700 .966

c18 13.10 46.767 .894 .964

c19 13.20 47.956 .700 .966

c20 13.10 46.767 .894 .964

Page 51: Bab 1-lampiran ok.pdf

2. Akseptabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in theprocedure.

Reliability Statistics

Cronbach'sAlpha N of Items

.978 15

Item-Total Statistics

Scale Mean ifItem Deleted

Scale Variance ifItem Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach'sAlpha if Item

Deleted

d1 5.70 40.456 .746 .978

d2 5.80 39.289 .954 .975

d3 5.80 40.622 .736 .979

d4 5.90 40.100 .883 .976

d5 5.80 39.289 .954 .975

d6 5.80 41.067 .665 .980

d7 5.70 39.789 .852 .977

d8 5.70 39.789 .852 .977

d9 5.70 40.233 .781 .978

d10 5.80 39.289 .954 .975

d11 5.80 39.289 .954 .975

d12 5.80 40.622 .736 .979

d13 5.90 40.100 .883 .976

d14 5.80 39.289 .954 .975

d15 5.80 39.289 .954 .975

Page 52: Bab 1-lampiran ok.pdf

Lampiran 6Data Distribusi Frekuensi

Frequency Table

Pendidikan

11 33,3 33,3 33,322 66,7 66,7 100,033 100,0 100,0

DasarMenengah/TinggiTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Pemakaian IUD

26 78,8 78,8 78,87 21,2 21,2 100,0

33 100,0 100,0

TidakYaTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Pengetahuan

14 42,4 42,4 42,419 57,6 57,6 100,033 100,0 100,0

KurangBaikTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Akseptabilitas

17 51,5 51,5 51,516 48,5 48,5 100,033 100,0 100,0

TidakYaTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 53: Bab 1-lampiran ok.pdf

Pendidikan * Pemakaian IUD

Crosstab

9 2 118,7 2,3 11,0

81,8% 18,2% 100,0%34,6% 28,6% 33,3%

17 5 2217,3 4,7 22,0

77,3% 22,7% 100,0%65,4% 71,4% 66,7%

26 7 3326,0 7,0 33,0

78,8% 21,2% 100,0%100,0% 100,0% 100,0%

CountExpected Count% within Pendidikan% within Pemakaian IUDCountExpected Count% within Pendidikan% within Pemakaian IUDCountExpected Count% within Pendidikan% within Pemakaian IUD

Dasar

Menengah/Tinggi

Pendidikan

Total

Tidak YaPemakaian IUD

Total

Chi-Square Tests

,091b 1 ,763,000 1 1,000,092 1 ,761

1,000 ,571

,088 1 ,767

33

Pearson Chi-SquareContinuity CorrectionaLikelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.(2-sided)

Exact Sig.(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is2,33.

b.

Page 54: Bab 1-lampiran ok.pdf

Lampiran 7Data Hasil Tabulasi Silang

Pengetahuan * Pemakaian IUD

Crosstab

12 2 1411,0 3,0 14,0

85,7% 14,3% 100,0%46,2% 28,6% 42,4%

14 5 1915,0 4,0 19,0

73,7% 26,3% 100,0%53,8% 71,4% 57,6%

26 7 3326,0 7,0 33,0

78,8% 21,2% 100,0%100,0% 100,0% 100,0%

CountExpected Count% within Pengetahuan% within Pemakaian IUDCountExpected Count% within Pengetahuan% within Pemakaian IUDCountExpected Count% within Pengetahuan% within Pemakaian IUD

Kurang

Baik

Pengetahuan

Total

Tidak YaPemakaian IUD

Total

Chi-Square Tests

,698b 1 ,403,164 1 ,686,722 1 ,396

,670 ,348

,677 1 ,411

33

Pearson Chi-SquareContinuity CorrectionaLikelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.(2-sided)

Exact Sig.(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is2,97.

b.

Page 55: Bab 1-lampiran ok.pdf

Akseptabilitas * Pemakaian IUD

Crosstab

17 0 1713,4 3,6 17,0

100,0% ,0% 100,0%65,4% ,0% 51,5%

9 7 1612,6 3,4 16,0

56,3% 43,8% 100,0%34,6% 100,0% 48,5%

26 7 3326,0 7,0 33,0

78,8% 21,2% 100,0%100,0% 100,0% 100,0%

CountExpected Count% within Akseptabilitas% within Pemakaian IUDCountExpected Count% within Akseptabilitas% within Pemakaian IUDCountExpected Count% within Akseptabilitas% within Pemakaian IUD

Tidak

Ya

Akseptabilitas

Total

Tidak YaPemakaian IUD

Total

Chi-Square Tests

9,440b 1 ,0027,004 1 ,008

12,176 1 ,000,003 ,003

9,154 1 ,002

33

Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona

Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.(2-sided)

Exact Sig.(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is3,39.

b.