bab 1 ica

6
Penyakit tidak menular merupakan penyebab utama kematian di dunia. Angka kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan pola hidup, kemajuan teknologi dan peningkatan kesejahteraan yang berdampak secara langsung pada kesehatan masyarakat. Berdasarkan data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia, dua per tiganya atau 70% nya disebabkan oleh penyakit tidak menular (Kementrian kesehatan RI, 2012).Diabetes melitus merupakan salah satu contoh penyakit tidak menular yang sering dialami masyarakat selain penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke dan kanker (Hasbi, 2012) Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa di dalam darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat gangguan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (American Diabetes Association ,2010). Menurut data dari (International Diabetes Federation (IDF) 2012) menyebutkan bahwa lebih dari 371 juta orang di dunia menderita penyakit diabetes. Indonesia sendiri menduduki peringkat ketujuh penderita diabetes terbanyak di dunia dengan jumlah penderita mencapai 7,6 juta orang pada rentang usia sekitar 20-79 tahun (IDF Atlas, 2012). Angka ini

Upload: ica-palensina

Post on 17-Feb-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

Page 1: bab 1 ica

Penyakit tidak menular merupakan penyebab utama kematian di dunia. Angka

kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular semakin meningkat dari tahun ke

tahun. Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan pola hidup, kemajuan teknologi dan

peningkatan kesejahteraan yang berdampak secara langsung pada kesehatan masyarakat.

Berdasarkan data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa dari 57 juta

kematian yang terjadi di dunia, dua per tiganya atau 70% nya disebabkan oleh penyakit tidak

menular (Kementrian kesehatan RI, 2012).Diabetes melitus merupakan salah satu contoh

penyakit tidak menular yang sering dialami masyarakat selain penyakit jantung dan pembuluh

darah, stroke dan kanker (Hasbi, 2012)

Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar

glukosa di dalam darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat gangguan sekresi insulin, kerja

insulin atau keduanya (American Diabetes Association ,2010). Menurut data dari

(International Diabetes Federation (IDF) 2012) menyebutkan bahwa lebih dari 371

juta orang di dunia menderita penyakit diabetes. Indonesia sendiri menduduki

peringkat ketujuh penderita diabetes terbanyak di dunia dengan jumlah penderita

mencapai 7,6 juta orang pada rentang usia sekitar 20-79 tahun (IDF Atlas, 2012).

Angka ini diperkirakan akan terus meningkat mencapai 21.257.000 penderita diabetes

di Indonesia pada tahun 2030.

Meskipun riset dibidang pengobatan Diabetes Melitus sudah semakin maju

dengan ditemukannya berbagai jenis insulin dan obat oral yang mutakhir, diet masih

merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan diabetes, terutama pada diabetes

melitus tipe dua .Salah satu tujuan khusus perencanaan makan untuk pasien diabetes

adalah mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dan lemak darah normal

(Saswono Waspadji,2002).Pengaturan diet pada penderita diabetes melitus dilakukan

dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat dan berindeks glikemik rendah.

Page 2: bab 1 ica

PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia 2011 (diunduh 14 Januari 2013). Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://www.perkeni.org/download/Konsensus%20DM%202011.zip. 2. Suyono S. Kecenderungan peningkatan jumlah penyandang diabetes dan Patofisiologi diabetes melitus. Dalam: Sugondo S, Soewondo P, Subekti I, editor (penyunting). Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI; 2009. hlm. 7-18. 3. WHO. Diabetes (diunduh 18 November 2012). Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://www.who.int/medicentre/fact-sheets/fs312/en/.

Masa dewasa muda dimulai dari usia 18 tahun dan berakhir pada usia 35.10 Masa ini

dinilai sebagai masa dimana kondisi fisik dan metabolisme tubuh berada dalam keadaan

paling optimal. Walaupun begitu, pada zaman sekarang, usia dewasa muda mulai

cenderung mengidap penyakit tidak menular terkait dengan pola hidup yang tidak

sehat.11 Hal ini dikarenakan perubahan sosial ekonomi, lingkungan, dan perubahan

struktur penduduk saat masyarakat mulai mengadopsi gaya hidup yang tidak sehat

termasuk sering mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat dan tinggi kalori.12

Beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah salah satunya adalah pola makan yang tidak sehat meliputi diet tinggi karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi. Sejalan dengan perubahan pola makan tersebut, gangguan toleransi glukosa cenderung mulai bergeser ke usia yang lebih muda. Peningkatan glukosa darah pasca makan atau hiperglikemia postprandial juga menjadi penyebab peningkatan kadar glukosa darah, karena hiperglikemia postprandial merupakan salah satu kelainan awal homeostasis glukosa yang berhubungan dengan diabetes melitus tipe dua dan sudah mulai terjadi sebelum menjadi diabetes melitus tipe dua .5-9

Sebagai upaya untuk mencegah peningkatan prevalensi diabetes melitus, pengaturan diet menjadi salah satu cara yang efektif untuk mencegah kenaikan kadar glukosa darah dan menurunkan kadar glukosa darah, antara lain dapat dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat dan berindeks glikemik rendah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ou et al, menunjukkan bahwa, serat mampu menurunkan kadar glukosa postprandial serum dengan tiga mekanisme, yaitu serat makanan meningkatkan viskositas usus halus dan menghambat difusi glukosa, mengikat 5

Page 3: bab 1 ica

glukosa dan mengurangi konsentrasi glukosa dalam usus halus, menghambat aksi α-amilase melalui selaput pati dan enzim serta dapat langsung menghambat enzim. Mekanisme-mekanisme tersebut menurunkan kadar penyerapan glukosa dan konsentrasi glukosa postprandial serum.10,11

Indeks glikemik pangan adalah angka yang menunjukkan potensi peningkatan glukosa darah dari karbohidrat yang tersedia pada suatu pangan atau sebagai tingkatan atau rangking pangan menurut efeknya terhadap glukosa darah. Peran pangan yang berindeks glikemik rendah yaitu akan dicernanya dan diubah menjadi glukosa secara bertahap dan perlahan, sehingga puncak kadar glukosa darah juga akan rendah yang berarti fluktuasi peningkatan kadar glukosa darah relatif pendek. Hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan sekresi insulin dan pemakaian glukosa oleh sel hati, sehingga kadar gula darah akan menjadi berkurang . Penelitian yang dilakukan Willet pada hewan dan penelitian jangka pendek pada manusia menunjukkan bahwa kelompok yang mengkonsumsi karbohidrat berindeks glikemik tinggi menghasilkan resistensi insulin lebih tinggi dari pada kelompok yang mengkonsumsi karbohidrat berindeks glikemik rendah. 12-14

Soegondo (2005, dalam Depkes RI, 2005) menegaskan bahwa untuk mengurangi risiko kematian dan mengurangi biaya pengobatan diabetes mellitus, diperlukan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan secara primer maupun Universitas Sumatera Utara 3 sekunder. Pencegahan primer adalah pencegahan terjadinya diabetes mellitus pada individu yang berisiko melalui modifikasi gaya hidup, meliputi pola makan sesuai, aktivitas fisik, penurunan berat badan dengan didukung program edukasi yang berkelanjutan. Sedangkan pencegahan sekunder, merupakan tindakan pencegahan terjadinya komplikasi akut maupun kronik, meliputi pemeriksaan dan pengobatan.

Ubi jalar ungu merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang memilikiaktivitas antioksidan. Oki et al. (2002) melaporkan aktivitas antioksidan ubi jalarungu disebabkan karena keberadaan antosianin yang memiliki kemampuanantioksidan lebih besar dibandingkan senyawa fenolik lainnya dalam ubi jalarungu. Kandungan senyawa antosianin ubi jalar ungu yaitu 0,4-0,6 mg antosianin/gberat segar (Anonim1, 2008).Senyawa antosianin memiliki kemampuan sebagai antidiabetes, yaitudapat menurunkan gula darah, menghambat produksi radikal bebas, meningkatkansekresi insulin, dan mencegah resistansi insulin (Jawi et al., 2008). Hasilpenelitian untuk antosianin beras hitam dan kedelai hitam secara in-vivo memilikikemampuan sebagai antioksidan yang dapat menurunkan stress oksidatif danmeningkatkan aktivitas antioksidan tubuh pada tikus diabetes (Guo et al., 2007;Nizamutdinova et al., 2009). Hasil penelitian untuk antosianin ubi jalar ungu,Zhang et al. (2012) melaporkan bahwa antosianin ubi jalar ungu mampu menekan

Page 4: bab 1 ica

pembentukan radikal bebas dan meningkatkan enzim antioksidan glutation padaorgan hati tikus yang diberi pakan tinggi lemak. Hwang et al. (2011) melaporkantentang kemampuan antosianin ubi jalar ungu dalam penurunan akumulasitrigliserida pada liver tikus obesitas. Antosianin ubi jalar ungu juga dilaporkan2dapat menghambat oksidasi low-density lipoprotein (LDL) pada tikus yang diberidiet kaya lemak dan kolesterol (Miyazaki et al., 2008). Untuk penelitian mengenaipengaruh antosianin ubi jalar ungu secara in vivo pada status antioksidan dangambaran histopatologi pankreas pada tikus hiperglikemia masih terbatas.

1. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia 2011 (diunduh 14 Januari 2013). Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://www.perkeni.org/download/Konsensus%20DM%202011.zip. 2. Suyono S. Kecenderungan peningkatan jumlah penyandang diabetes dan Patofisiologi diabetes melitus. Dalam: Sugondo S, Soewondo P, Subekti I, editor (penyunting). Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI; 2009. hlm. 7-18. 3. WHO. Diabetes (diunduh 18 November 2012). Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://www.who.int/medicentre/fact-sheets/fs312/en/.