bab 1 arief

Upload: edy-muljana

Post on 27-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 bab 1 arief

    1/6

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan dalam

    pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya

    ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura

    viseralis (Muttaqin, 2008). Efusi pleura adalah istilah yang digunakan untuk

    penimbunan cairan dalam rongga pleura dapat berupa transudat dan eksudat.

    Transudat terjadi peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada

    gagal ginjal kongesti. Pada kasus ini terjadi keseimbangan kekuatan

    menyebabkan pengeluaran cairan dalam pembuluh darah. Dan penimbunan

    eksudat disebabkan oleh peningkatan atau keganasan pleura dan akibat

    peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorsi getah bening.

    Pleura cenderung tertimbun pada dasar paru akibat gaya gravitasi. (Price,

    2005).

    Prevalensi penyakit saluran pernafasan di Indonesia adalah sebesar

    923 per 100.000 populasi, yang terdiri dari 537 Penyakit Paru Obstruksi

    Kronis dan 188 Asma (WHO, 2009). Pola 10 penyakit terbanyak pada

    pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia tahun 2010 menurut Daftar

    Tabulasi Dasar (DTD) menunjukkan bahwa nampak tingkat kematian

    tertinggi pada 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit

    adalah pneumonia sebesar 7,6%. Pada pasien rawat jalan, gambaran 10

    penyakit terbanyak menunjukkan pola yang sedikit berbeda. Infeksi saluran

  • 7/25/2019 bab 1 arief

    2/6

    2

    napas bagian atas akut lainnya memiliki jumlah kasus terbanyak sebesar

    291.356 kasus (Kemenkes RI, 2011).

    Efusi pleura adalah penimbunan cairan dalam rongga pleura akibat

    transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Pada

    keadaan normal, rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak

    10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan viseralis,

    dengan fungsi utama sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua

    pleura pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan

    efusi pleura adalah tuberculosis, infeksi paru nontuberkulosis, keganasan,

    sirosis hati, trauma tembus atau tumpul pada daerah dada, infark pare, serta

    gagal jantung kongestif. Normalnya, dalam rongga pleura terdapat sedikit

    cairan yang berguna untuk melumasi pleura (visceral dan parietal) sehingga

    dapat bergerak. Pada gangguan tertentu, cairan dapat berkumpul dalam

    ruang pleural pada titik dimana penumpukan ini akan menjadi bukti secara

    klinis, dan hampir selalu merupakan signifikan patologi. Efusi pleura yang

    luas akan menyebabkan sesak napas yang berdampak pada pemenuhan

    kebutuhan oksigen, sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh kurang

    terpenuhi. Hal tersebut dapat menyebabkan metabolisme sel dalam tubuh

    tidak seimbang. Oleh karena itu, diperlukan untuk pemberian terapi oksigen

    (Smeltzer, 2005).

    Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan

    manusia dan merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem

    (kimia atau fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berawarna dan tidak

    berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai

  • 7/25/2019 bab 1 arief

    3/6

    3

    hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi,

    penambahan karbon dioksida (CO2) yang melebihi batas normal pada tubuh

    akan memberikan dapak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.

    Kapasitas (daya mulut) udara dalam paru-paru adalah 4.500-5.000 ml (4,5-

    51). Udara yang diproses dalam paru- paru hanya sekitar 10% (500 ml),

    yakni yang dihirup (inspirasi) dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada

    pernapasan biasa. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang

    bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Oleh karena itu berbagai

    upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini

    terpenuhi dengan baik. Setiap perawat harus paham dengan manifestasi

    tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi berbagai

    masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut (Mubarak,

    2007).

    Kriteria pada pasien efusi pleura yang sedikit biasanya asimtomatik,

    sementara efusi pleura yang banyak menimbulkan dispnea, khususnya bila

    ada penyakit kardiopulmonar yang mendasari. Nyeri dada pleuritik dan

    batuk kering dapat terjadi, cairan pleura yang berhubungan adanya nyeri

    dada biasanya eksudat. Gejala fisik tidak dirasakan bila cairan kurang dari

    200-300 ml. Tanda

    -tanda yang sesuai efusi pleura yang lebih besar adalah

    penurunan fremitus, redup pada perkusi, dan berkurang suara nafas. Pada

    efusi yang luas yang menekan paru, aksentuasi suara nafas dan egofoni

    ditemukan tepat di atas batas efusi. Adanya friction rub pleural menandai

    pleuritis. Efusi pleura masif dengan tekanan intrapleural yang meninggi

    dapat menyebabkan pergeseran trakea ke arah kontralateral dan pendataran

  • 7/25/2019 bab 1 arief

    4/6

    4

    spatium interkostal. Selain itu pada penyakit efusi pleura ditemukan tanda

    gejala : dispnea bervariasi, nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi jika

    penyakit pleura, trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi, ruang

    intercosta menonjol pada efusi yang berat, pergerakan dada berkurang dan

    terhambat pada bagian yang terkena, egofoni diatas paru yang tertekan dekat

    efusi, suara nafas berkurang di atas efusi pleura, vocal fremitus dan raba

    berkurang (Price, 2005).

    Oleh karena itu, peran perawat dan tenaga kesehatan sangatlah

    diperlukan terutama dalam bentuk promotif, preventif, kuratif dan

    rehabilitatif untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut seperti

    pneumonia, pneumothoraks, gagal nafas, dan kolaps paru sampai dengan

    kematian. Peran perawat secara promotif misalnya memberikan penjelasan

    dan informasi tentang penyakit efusi pleura, preventif misalnya mengurangi

    merokok dan mengurangi minum minuman beralkohol, kuratif misalnya

    dilakukan pengobatan ke rumah sakit dan melakukan pemasangan WSD bila

    diperlukan, rehabilitatif misalnya melakukan pengecekan kembali kondisi

    klien ke rumah sakit atau tenaga kesehatan.

    Berdasarkan informasi di atas maka penulis tertarik untuk

    melakukan studi kasus tentang efusi pleura dan penatalaksanaannya,

    termasuk menangani efusi pleura berdasarkan manifestasi klinis yang dilihat

    dari masalah bersihan jalan nafas tidak efektif. Dengan adanya berbagai data

    dan pertimbangan maka penulis melakukan Studi Kasus Asuhan

    Keperawatan asuhan keperawatan pada efusi pleura dengan masalah

    bersihan jalan nafas tidak efektif.

  • 7/25/2019 bab 1 arief

    5/6

    5

    1.2. Batasan Masalah

    Masalah studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada efusi

    pleura dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.

    1.3. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah merupakan rumusan pertanyaan yang perlu

    dijawab dengan studi kasus yang akan dilaksanakan. Rumusan masalah

    yang diajukan dalam studi kasus ini adalah Bagaimanakah asuhan

    keperawatan pada efusi pleura dengan masalah bersihan jalan nafas tidak

    efektif?

    1.4. Tujuan

    1.4.1. Tujuan Umum

    Tujuan umum yang ingin dicapai dalam studi kasus ini adalah

    melaksanakan asuhan keperawatan pada efusi pleura dengan masalah

    bersihan jalan nafas tidak efektif.

    1.4.2. Tujuan Khusus

    Tujuan khusus dalam studi kasus ini adalah :

    1. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien efusi pleura dengan

    masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.

    2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada pasien efusi pleura dengan

    masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.

    3. Menyusun Perencanaan keperawatan pada pasien efusi pleura dengan

    masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.

  • 7/25/2019 bab 1 arief

    6/6

    6

    4. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien efusi pleura dengan

    masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.

    5.

    Melakukan evaluasi pasien efusi pleura dengan masalah bersihan jalan

    nafas tidak efektif.

    1.5. Manfaat

    1.5.1. Manfaat Teoritis

    Manfaat teoritis studi kasus ini adalah untuk pengembangan ilmu

    keperawatan terkait asuhan keperawatan pada pasien efusi pleura dengan

    masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.

    1.5.2. Manfaat Praktis

    1. Bagi Penulis

    Memperoleh dan memperluas wawasan untuk mengaplikasikan

    asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura dengan masalah

    bersihan jalan nafas tidak efektif, sehingga dapat dijadikan sumber

    ilmu dan wawasan oleh penulis.

    2. Bagi Institusi Pendidikan

    Sebagai bahan referensi tentang asuhan keperawatan efusi pleura

    dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif, sehingga dapat

    digunakan bagi praktek mahasiswa keperawatan.

    3. Bagi Profesi Keperawatan

    Manfaat penulisan ini dimaksudkan memberikan kontribusi laporan

    kasus pasien efusi pleura dengan masalah bersihan jalan nafas tidak

    efektif bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan

    masalah khususnya dalam bidang/ profesi keperawatan.