bab 1 acak

6
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Indonesia terdiri dari berbagai suku dan etnis yang tersebar dari sabang sampai marauke. Masing-masing suku dan etnis memiliki tradisi yang berkaitan erat dengan daerah setempat. Tradisi biasanya dilakukan pada saat upacara kedaerahan, acara yang bersifat ritual keagamaan maupun acara pernikahan 1 . Seiring waktu, tradisi yang ada telah melekat dalam diri masyarakat dan dilakukan hampir setiap hari. Salah satu tradisi yang masih dilakukan sampai dengan sekarang yakni menyirih. Menyirih merupakan proses meramu campuran dari bahan-bahan yang telah dipilih, dibungkus dalam daun sirih dan dikunyah selama beberapa menit 2,3,4 . Seiring berjalannya waktu, menyirih dilakukan untuk mengisi waktu senggang dan menghilangkan stress. Menyirih biasanya dilakukan dengan cara dan komposisi yang berbeda antara satu negara dengan negara lain dan satu 1

Upload: jessica-west

Post on 04-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

absusd

TRANSCRIPT

Page 1: bab 1 acak

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Indonesia terdiri dari berbagai suku dan etnis yang tersebar dari sabang

sampai marauke. Masing-masing suku dan etnis memiliki tradisi yang berkaitan

erat dengan daerah setempat. Tradisi biasanya dilakukan pada saat upacara

kedaerahan, acara yang bersifat ritual keagamaan maupun acara pernikahan1.

Seiring waktu, tradisi yang ada telah melekat dalam diri masyarakat dan dilakukan

hampir setiap hari. Salah satu tradisi yang masih dilakukan sampai dengan

sekarang yakni menyirih.

Menyirih merupakan proses meramu campuran dari bahan-bahan yang

telah dipilih, dibungkus dalam daun sirih dan dikunyah selama beberapa menit2,3,4.

Seiring berjalannya waktu, menyirih dilakukan untuk mengisi waktu senggang

dan menghilangkan stress. Menyirih biasanya dilakukan dengan cara dan

komposisi yang berbeda antara satu negara dengan negara lain dan satu daerah

dengan daerah yang lain dalam satu negara. Misalnya, pada Suku Jawa komposisi

menyirih yakni biji buah pinang (Areca catechu), daun sirih (Piper betle leaf),

kapur (kalsium hidroksid), gambir (Uncaria gambir), dan terkadang ditambahkan

cengkeh (Eugenia aromatica) serta kayu manis (Cinnamomum seylanicum)5.

Tembakau hanya digunakan sebagai sugi atau susur dan tidak dimasukkan dalam

ramuan yang dikunyah. Namun pada masyarakat India, tembakau dimasukkan

dalam ramuan menyirih. Komposisi terbesar yang lebih sering digunakan dalam

menyirih yakni daun sirih, buah pinang, kapur sirih, dan gambir2,5.

1

Page 2: bab 1 acak

Tradisi menyirih dilakukan oleh berbagai kalangan dan usia serta biasanya

dilakukan pria. Berdasarkan penelitian Patill et al di India, sebanyak 367 pria

(51,9%) memiliki tradisi menyirih sedangkan hanya 69 wanita (34,4%) yang

memiliki tradisi tersebut6. Tradisi menyirih lebih sering dilakukan oleh

masyarakat dengan usia 51-60 tahun5.

Menyirih dianggap sangat baik karena mengandung sejumlah besar

vitamin dan mineral. Enam lembar daun sirih yang ditambahkan dengan sedikit

kapur sebanding dengan 300 ml susu sapi terutama dalam kandungan vitamin dan

mineral7,8. Selain itu, menyirih juga dapat menghilangkan rasa lapar, menyegarkan

mulut, memiliki efek euphoria dan dapat menstimulasi air ludah. Namun, apabila

dilakukan berlebihan dapat menyebabkan atirisi pada gigi, kelainan periodontal,

gangguan pada temporomandibular joint (TMJ) serta kelainan pada rongga mulut.

Salah satu kelainan rongga mulut yang dapat terjadi yakni leukoplakia5,8.

Menurut WHO, leukoplakia merupakan suatu lesi putih pada mukosa

mulut yang tidak dapat diangkat dan tidak sesuai untuk diagnosis klinis lesi yang

lain serta tidak dapat diklasifikasikan sebagai penyakit lainnya9. Gambaran klinis

yang terlihat pada leukoplakia menunjukkan bercak putih yang dapat terlokalisir

pada bagian mukosa mulut maupun meluas ke daerah lain9,10. Pada beberapa orang

yang memiliki kebiasaan menyirih dengan komposisi tembakau akan

menunjukkan bercak putih pada daerah mukosa yang ditempatkan campuran sirih.

Efek yang terjadi tergantung dari durasi, frekuensi, dan daerah yang ditempatkan

sirih. Biopsi diperlukan untuk menegakkan diagnosa leukoplakia karena lesi ini

merupakan prekursor terjadinya OSCC (Oral Squamous Cell Carcinoma) pada

rongga mulut10.

2

Page 3: bab 1 acak

Dari hasil studi yang dilakukan terhadap komunitas India Selatan,

sebanyak 34,3% individu menunjukkan adanya perubahan pada mukosa dan

sebanyak 14,8% yang memiliki kebiasaan menyirih dengan tembakau

memperlihatkan leukoplakia yang merupakan lesi yang lazim ditemukan pada

rongga mulut8. Mukosa bukal merupakan tempat yang paling umum terdapat

leukoplakia7,8.

Penelitian tentang kebiasaan menyirih dengan terjadinya leukoplakia lebih

sering dilakukan di India, Srilanka, Bangladesh, dan belum pernah dilakukan di

Indonesia. Selain itu, belum ada penelitian yang mengungkap hubungan antara

kebiasaan menyirih dengan komposisi yang sering digunakan masyarakat

Indonesia yakni buah pinang, kapur, daun sirih, dan gambir serta tembakau yang

digunakan sebagai susur terhadap terjadinya leukoplakia. Banyak orang belum

mengetahui hal ini terutama di daerah pinggiran kota dan pedesaaan, termasuk

warga desa Tanjung Bringin. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti

hubungan antara kebiasaan menyirih dengan terjadinya leukoplakia pada warga

desa Tanjung Beringin kecamatan Banyuasin III kabupaten Banyuasin.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara kebiasaan menyirih dengan terjadinya

leukoplakia pada warga desa Tanjung Beringin kecamatan Banyuasin III

kabupaten Banyuasin?

1.3 Tujuan Penelitian

3

Page 4: bab 1 acak

1. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan menyirih dengan terjadinya

leukoplakia.

2. Mengetahui hubungan antara frekuensi menyirih dan leukoplakia.

3. Mengetahui hubungan lamanya kebiasaan menyirih dan terjadinya

leukoplakia.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai hubungan kebiasaan

menyirih terhadap terjadinya leukoplakia pada masyarakat.

2. Membantu pencegahan terjadinya leukoplakia pada masyarakat yang

memiliki kebiasaan menyirih.

3. Sebagai dasar bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian lebih

lanjut.

Variabel bebas : frekuensi menyirih dalam sehari, lama kebiasaan menyirih telah

dilakukan.

Variabel terikat : rongga mulut.

Variabel terkontrol : masyarakat desa Tanjung Beringin, umur, jenis kelamin.

4