bab 1 - 6, judul 3

116
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tahun 2001 merupakan tahun yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia, karena sejak tahun 2001 tersebut telah terjadi perubahan yang sangat fundamental di dalam pola pengaturan hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pola pengaturan hubungan antara Pusat dan Daerah yang semula bersifat sentralistik di masa Orde Baru yang diterjemahkan melalui Undang – Undang No 5 tahun 1974, telah dirubah dalam suatu pola hubungan yang lebih bersifat desentralisasi, dimanifestasikan melalui dasar hukum Undang - Undang No 22 tahun 1999 serta Undang – Undang No 25 tahun 1999. Besaran perubahan yang dikehendaki dalam reformasi tersebut dapat disimak dari pergeseran sejumlah model dan paradigma pemerintahan daerah, dari “structural efficiency model“ yang menekankan efisiensi dan keseragaman pemerintahan lokal dirubah menjadi “local democracy

Upload: agus-profesor-beraksi

Post on 29-Nov-2015

294 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

SKRIPSI AKUNTANSI PENDIDIKAN

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 - 6, judul 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tahun 2001 merupakan tahun yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia,

karena sejak tahun 2001 tersebut telah terjadi perubahan yang sangat

fundamental di dalam pola pengaturan hubungan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah. Pola pengaturan hubungan antara Pusat dan Daerah yang semula

bersifat sentralistik di masa Orde Baru yang diterjemahkan melalui Undang –

Undang No 5 tahun 1974, telah dirubah dalam suatu pola hubungan yang lebih

bersifat desentralisasi, dimanifestasikan melalui dasar hukum Undang -

Undang No 22 tahun 1999 serta Undang – Undang No 25 tahun 1999. Besaran

perubahan yang dikehendaki dalam reformasi tersebut dapat disimak dari

pergeseran sejumlah model dan paradigma pemerintahan daerah, dari

“structural efficiency model“ yang menekankan efisiensi dan keseragaman

pemerintahan lokal dirubah menjadi “local democracy model“ dengan

penekanan pada nilai-nilai demokrasi dan keberagaman di dalam

penyelenggaraan pemerintahan lokal (Bhenyamin Hoessein, 2002). Namun

kemudian, pada perkembangannya Undang-Undang tersebut digantikan oleh

Undang-Undang terbaru, yakni Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

mengenai Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

mengenai Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah.

Page 2: BAB 1 - 6, judul 3

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah, sumber pendapatan daerah terdiri dari: (1) Pendapatan Asli Daerah

(PAD), (2) Dana perimbangan, (3) Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Sedangkan Dana Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, juga disebutkan bahwa sumber PAD

terdiri dari: (1) Hasil pajak daerah; (2) Hasil retribusi daerah; (3) Hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; (4) Lain-lain PAD yang sah.

Berdasarkan Undang-Undang di atas, pemerintah daerah dituntut untuk

mengatur keuangannya sendiri serta mengelolanya sebagai sumber pendapatan

daerah. Pemerintah daerah berhak untuk membuat kebijakan mengenai

pendapatan daerah tanpa campur tangan pemerintah pusat.

Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada Daerah

Kabupaten dan Daerah Kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

kewewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang

bersangkutan. Hal ini dilakukan agar masing-masing rumah tangga daerah

dapat membiayai pembangunan daerahnya secara maksimal. Sumber

pembiayaan terpenting adalah sumber pembiayaan yang dikenal dengan istilah

PAD (Pendapatan Asli Daerah) di mana komponen utamanya adalah

penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah dan retribusi daerah.

PAD juga menjadi sumber daya sepenuhnya dapat dikelola oleh daerah adalah

dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Secara teoritis pengukuran kemandirian

Daerah diukur dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), oleh karena itu

upaya/usaha peningkatan penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Page 3: BAB 1 - 6, judul 3

perlu mendapat perhatian yang serius dengan tujuan agar daerah tidak terlalu

menggantungkan keuangan pada pemerintah tingkat atas tetapi harus mampu

mandiri sesuai cita-cita otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.

Otonomi daerah merupakan aplikasi dari suatu kebijakan yang

menetapkan bahwa kabupaten maupun kota sebagai titik beratnya. Inti dari

pelaksanaan otonomi daerah adalah upaya untuk memaksimalkan hasil yang

akan dicapai sekaligus menghindari kerumitan dan hal-hal yang menghambat

pelaksanaan otonomi daerah. Dengan demikian, tuntutan masyarakat dapat

diwujudkan secara nyata dengan penerapan otonomi daerah luas dan

kelangsungan pelayanan umum tidak diabaikan, serta memelihara

kesinambungan fiskal secara nasional.

Terwujudnya pelaksanaan otonomi daerah, terjadi melalui penyerahan

sejumlah kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah di mana

implementasi kebijakan desentralisasi banyak faktor pendukung. Salah satu

faktor pendukung yang menentukan keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah

untuk membiayai pelaksanaan kekuasaan/kewenangan yang dimilikinya, di

samping faktor-faktor lain seperti kemampuan personalia di daerah dan

kelembagaan pemerintah daerah.

Dalam pembangunan Daerah perlu dikembangkan ide-ide potensi daerah

dalam menggali sumber-sumber pembiayaan pembangunan yang maksimal.

Untuk mencapainya perlu adanya keseimbangan antara sumber daya yang ada

dan pemanfaatan potensi yang dimiliki masing-masing daerah. Pembangunan

Daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak bisa terlepas

dari prinsip otonomi daerah. Sebagai daerah otonom daerah mempunyai

Page 4: BAB 1 - 6, judul 3

kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat

berdasar prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan pertanggungjawaban

kepada masyarakat. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah

diperlukan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab di daerah

secara proporsional dan berkeadilan, jauh dari praktek-praktek korupsi, kolusi

dan nepotisme serta adanya perimbangan antara keuangan Pemerintah Pusat

dan Daerah.(Widjaja,2002:7)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai sumber pendapatan daerah

merupakan sumber penerimaan yang sangat potensial dalam mendukung

striktur APBD serta meningkatkan kemampuan daerah dalam membiayai

semua kegiatan yang telah direncanakan. Setiap daerah pasti memiliki

Pendapatan Asli Daerah, yang tiap periode harus dijaga serta ditingkatkan

guna membiayai secara rutin dalam rangka memberikan pelayanan terbaik

pada warganya. Namun perlu diketahui karakteristik dan kondisi serta sumber

daya manusia yang dimiliki oleh masing-masing daerah itu berbeda. Karena

perbedaan tersebut maka alokasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) tiap daerah

berbeda.

Daerah Kota Jambi yang menjadi obyek penelitian ini, yaitu menrupakan

suatu daerah yang masih berkembang dan memiliki beberapa hambatan untuk

menjalankan otonomi daerahnya secara utuh dan menyeluruh. Masalah

tersebut karena terhambat masalah adanya pendapatan yang terbatas.

Penelitian ini mengambil data dari tahun 2000 – 2009.

Sehubungan dengan hal itu, banyak sekali hasil pendapatan dari daerah

itu sendiri yang dapat membantu upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

Page 5: BAB 1 - 6, judul 3

Dalam hal ini penulis mencoba melihat peluang peningkatan Pendapatan Asli

Daerah yang berasal dari Retribusi Parkir yang mungkin mempunyai potensi

bagus untuk meningkatkan hasil Pendapatan asli Daerah dalam upaya

pembiayaan pembangunan di Kota Jambi.

Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan didalam mencapai target

penerimaan Retribusi Parkir adalah faktor kesadaran baik dari wajib bayar

maupun para petugas pemungut Retribusi Parkir.

Berdasarkan paparan di atas dan dengan adanya fakta-fakta yang perlu

dikaji dan diobsevasi lebih dalam maka peneliti bermaksud meneliti dengan

judul “Kontribusi Retribusi Parkir sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kota Jambi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

dikemukakan rumusan masalah yang menjadi dasar pokok/fokus penelitian ini

sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran besarnya pendapatan retribusi parkir di Kota Jambi?

2. Bagaimana kontribusi retribusi parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD)?

3. Apakah upaya pemerintah Kota Jambi untuk meningkaktan Pendapatan

Retribusi Parkir dalam rangka usaha peningkatan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) ?

Page 6: BAB 1 - 6, judul 3

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka hasil penelitian memiliki

tujuan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui gambaran besarnya pendapatan retribusi parkir di Kota

Jambi

2. Untuk mengetahui kontribusi retribusi parkir terhadap Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

3. Untuk mengidentifikasi upaya-upaya pemerintah Kota Jambi untuk

meningkaktan Pendapatan Retribusi Parkir dalam rangka usaha

peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan maka manfaat yang

diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti

Hasil peneliti ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam

pengembangan pengetahuan yang selama ini telah diperoleh di bangku kuliah

dan harapkan dapat mengetahui perkembangan retribusi parkir terutama di Kota

Jambi yang sangat erat hubungannya dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

sehingga akan lebih bermanfaat dalam meningkatkan bidang rencana

pembiayaan pembangunan daerah. Khususnya Pemerintah Kota Jambi yang

dalam hal ini sedang merencanakan pembangunan sarana dan prasarana dalam

rangka kenaikan Pendapatan Asli Daerah.

Page 7: BAB 1 - 6, judul 3

2. Bagi Instansi Terkait

a. Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dijadikan bahan

pertimbangan sehubungan dengan penentuan kebijakan pemerintah Daerah

Kota Jambi dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

b. Untuk mengetahui sasaran pokok pemerintah Kota Jambi dalam

merencanakan pembangunan yang berhubungan dengan retribusi parkir.

3. Bagi Universitas ...............................

Bagi Jurusan ..................... melalui hasil dan bahasan penelitian ini

sebagai bahan dokumentasi ilmiah yang berguna bagi penelitian-penelitian

selanjutnya.

4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

perencanaan penelitian yang berhubungan dengan ekonomi kedaerahan

misalnya dalam hal ini di Kota Jambi.

E. Asumsi Penelitian

Asumsi dasar pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Retribusi parkir merupakan salah satu sumber pendapatan daerah

yang memiliki kontribusi cukup penting terhadap penerimaan PAD Kota

Jambi.

Page 8: BAB 1 - 6, judul 3

2. PAD merupakan sumber penerimaan yang benar-

benar digali dari masyarakat dan akan kembali lagi kepada

masyarakat lewat pembangunan sarana dan prasarana

maupun program yang bersifat intangible.

3. Di antara semua komponen PAD, pajak dan retribusi

daerah merupakan penyumbang terbesar, sehingga muncul

anggapan bahwasanya PAD identik dengan pajak dan retribusi

daerah.

F. Ruang Lingkup Penelitian dan Keterbatasan Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian terfokus pada hasil retribusi parkir di Kota

Jambi Karena banyak sekali hasil sektor-sektor lain yang dapat mempengaruhi

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang digunakan untuk memberi arahan dan

gambaran mengenai masalah inti yang ada dalam suatu penelitian.

2. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian adalah hal-hal yang membatasi masalah yang

berhubungan dengan penelitian. Penelitian ini terfokus pada retribusi parkir

saja. Digunakan untuk mengetahui peningkatan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) pada Kota Jambi dari penelitian ini dapat diketahui adanya peningkatan

atau penurunan pada retribusi parkir di Kota Jambi

Page 9: BAB 1 - 6, judul 3

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari ketidakjelasan dalam pemahaman variabel-variabel

dalam penelitian, maka akan dijelaskan definisi operasional dari variabel-

variabel tersebut sebagai berikut.

1. Retribusi parkir adalah pungutan pemerintah daerah sebagai

pembayaran jasa atas penggunaan pelayanan penyediaan layanan parkir.

2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah salah satu komponen

sumber penerimaan keuangan daerah di samping penerimaan lainnya

berupa dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain penerimaan yang

sah.

Page 10: BAB 1 - 6, judul 3

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Otonomi Daerah

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Undang-

Undang No.32 Tahun 2004).

Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang menganut

asas otonomi dan tugas pembantu dalam menyelenggarakan pemerintahannya.

Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyaakat melalui peningkatan hasil-hasil

sumberdaya yang ada di daerah tersebut. (Undang-Undang No.32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah).

Sedangkan daerah otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalah

kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah berwenang

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah daerah dengan otonomi adalah proses peralihan sistem

dekonsentrasi ke sistem desentralisasi. Otonomi adalah penyerahan urusan

Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang bersifat operasional dalam

Page 11: BAB 1 - 6, judul 3

rangka sistem birokrasi pemerintahan. Tujuan otonomi adalah mencapai

efisiensi dan efektivitas dalam pelayanan kepada masyarakat.

Setiap daerah diberi kewenangan untuk membentuk suatu paket

otonomi yang konsisten dengan kapasitas dan kebutuhannya. Dalam negara

yang majemuk seperti Indonesia, ”satu ukuran belum tentu cocok untuk

semua”.

Dalam proses ini lembaga-lembaga pemerintahan daerah perlu

dilibatkan oleh masing-masing Pemerintah Kabupaten/ Kota, termasuk DPRD

untuk menjamin proses desentralisasi secara lebih baik dan bertanggungjawab,

di mana mereka sebagai salah satu stakeholder yang memiliki kepentingan

mendalam untuk mensukseskan otonomi daerah.

Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung

jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip

keterbukaan, partisipasi masyarakat dan pertanggungjawaban kepada

masyarakat.

Menurut Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah: Tujuan pemberian otonomi daerah adalah untuk memacu pemerataan

pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat,

menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat serta peningkatan

pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu

secara nyata, dinamis, dan bertanggungjawab. Nyata berarti

pemberian otonomi pada daerah didasarkan pada faktor-

faktor perhitungan, tindakan dan kebijaksanaan yang benar-

benar menjamin daerah yang bersangkutan, dapat mengurus

Page 12: BAB 1 - 6, judul 3

rumah tangganya sendiri. Dinamis artinya didasarkan pada

kondisi perkembangan dan pembangunan. Bertanggungjawab

adalah pemberian otonomi yang diupayakan untuk

memperlancar pembangunan dipelosok tanah air. Apabila

dilihat dari sisi kepentingan Pemda, maka ada tiga tujuan

utama otonomi daerah yaitu:

a. Untuk mewujudkan political equality, artinya melalui

otonomi daerah diharapkan akan lebih membuka

kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam

berbagai aktivitas politik ditingkat lokal maupun daerah.

b. Untuk menciptakan local accountability, artinya dengan

otonomi akan

meningkatkan kemampuan Pemda dalam memperhatikan

hak-hak masyarakat.

c. Untuk mewujudkan local responsibility, artinya dengan

otonomi daerah

diharapkan akan mempermudah antisipasi terhadap

berbagai masalah yang muncul dan sekaligus menigkatkan

akselerasi pembangunan social dan ekonomi daerah.

Ciri utama suatu daerah mampu melaksanakan otonomi daerah

sebagai berikut.

a. Kemampuan keuangan daerah, yang berarti daerah tersebut

memiliki kemampuan dan kewenangan untuk menggali sumber-sumber

Page 13: BAB 1 - 6, judul 3

keuangan, mengelola dan menggunakan keuangannya sendiri untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintah.

b. Ketergantungan kepada pemerintah pusat harus seminimal

mungkin, oleh karena itu, PAD harus menjadi sumber keuangan terbesar

yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

1. Pembentukan Daerah

Berdasarkan pokok pikiran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, pembentukan daerah otonomi ditetapkan

sebagai berikut.

a. Undang-undang pembentukan daerah

antara lain mencakup nama, cakupan wilayah, batas ibukota, kewenangan

menyelenggarakan urusan pemerintahan, penunjukan penjabat kepala

daerah, pengisian keanggotaan DPRD, pengalihan kepegawaian,

pendanaan, peralatan, dan dokumen, serta perangkat daerah.

b. Pembentukan daerah dapat berupa

penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau

pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih.

c. Pemekaran dari satu daerah menjadi 2

(dua) daerah atau lebih dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal

usia penyelenggaraan pemerintahan.

Pembentukan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus

memenuhi syarat-syarat berikut.

a. Syarat administratif, untuk provinsi

meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/ kota dan Bupati/ Walikota

Page 14: BAB 1 - 6, judul 3

yang akan menjadi cakupan wilayah provinsi, persetujuan DPRD provinsi

induk dan Gubernur, serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri. Syarat

administratif kabupaten/kota meliputi adanya persetujuan DPRD

kabupaten/kota dan Bupati/Walikota yang bersangkutan, persetujuan

DPRD provinsi dan Gubernur serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri.

b. Syarat teknis, meliputi faktor yang

menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor kemampuan

ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas

daerah, pertahanan, keamanan, dan faktor lain yang memungkinkan

terselenggaranya otonomi daerah.

c. Syarat fisik meliputi paling sedikit 5

(lima) kabupaten/kota untuk pembentukan provinsi dan paling sedikit 5

(lima) kecamatan untuk pembentukan kabupaten, dan 4 (empat) kecamatan

untuk pembentukan kota, lokasi calon ibukota, sarana, dan prasarana

pemerintahan.

2. Kewenangan Daerah

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, kewenangan pemerintah pusat mencakup urusan politik

luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, dan

agama.

Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-

Undang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah (Pusat). Dalam urusan

Page 15: BAB 1 - 6, judul 3

pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di luar urusan

pemerintahan, Pemerintah dapat:

a. menyelenggarakan sendiri sebagian

urusan pemerintahan;

b. melimpahkan sebagian urusan

pemerintahan kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah;

c. menugaskan sebagian urusan kepada

pemerintahan daerah dan/ atau pemerintahan desa berdasarkan asas tugas

pembantuan.

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah,

yang diselenggarakan berdasarkan kriteria, terdiri atas urusan wajib dan

urusan pilihan sebagai berikut.

a. Urusan wajib yang menjadi kewenangan

pemerintahan daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi

yang meliputi:

1). perencanaan dan pengendalian

pembangunan;

2). perencanaan, pemanfaatan, dan

pengawasan tata ruang;

3). penyelenggaraan ketertiban umum dan

ketentraman masyarakat;

4). penyediaan sarana dan prasarana umum;

5). penanganan bidang kesehatan;

Page 16: BAB 1 - 6, judul 3

6). penyelenggaraan pendidikan dan alokasi

sumber daya manusia potensial;

7). penanggulangan masalah sosial lintas

kabupaten/kota;

8). pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas

kabupaten/kota;

9). fasilitasi pengembangan koperasi, usaha

kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota;

10). pengendalian lingkungan hidup;

11). pelayanan pertanahan termasuk lintas

kabupaten/kota;

12). pelayanan kependudukan, dan catatan

sipil;

13). pelayanan administrasi umum

pemerintahan;

14). pelayanan administrasi penanaman

modal termasuk lintas kabupaten/kota;

15). penyelenggaraan pelayanan dasar

lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota;

16). urusan wajib lainnya yang diamanatkan

oleh peraturan perundang-undangan.

Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan

pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan

Page 17: BAB 1 - 6, judul 3

kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi

unggulan daerah yang bersangkutan.

b. Sedangkan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan

daerah untuk kabupaten/ kota merupakan urusan yang berskala

kabupaten/kota meliputi:

1). perencanaan dan pengendalian pembangunan;

2). perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

3). penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

4). penyediaan sarana dan prasarana umum;

5). penanganan bidang kesehatan;

6). penyelenggaraan pendidikan;

7). penanggulangan masalah sosial;

8). pelayanan bidang ketenagakerjaan;

9). fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;

10). pengendalian lingkungan hidup;

11). pelayanan pertanahan;

12). pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;

13). pelayanan administrasi umum pemerintahan;

14). pelayanan administrasi penanaman modal;

15). penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya;

16). urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-

undangan.

Urusan pemerintahan kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi

urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk

Page 18: BAB 1 - 6, judul 3

meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan

potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

3. Keuangan Daerah

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam

rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang

termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan lain yang berhubungan dengan

hak dan kewajiban daerah tersebut dalam kerangka APBD.

Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan

daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan

self-supporting dalam bidang keuangan. Dengan perkataan lain, faktor

keuangan merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat kemampuan

daerah dalam melaksanakan otonominya.

Berikut ini akan dijelaskan gambar tenang pembagian keuangan

berdasakan konsep otonomi daerah.

Page 19: BAB 1 - 6, judul 3

Gambar 2.1. Pola Kewenangan dan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah di Era Otonomi Daerah

Sumber : DJPKPD

Di dalam TAP MPR No. IV/MPR/2000 ditegaskan bahwa:

Kebijakan desentralisasi Daerah diarahkan untuk mencapai peningkatan pelayanan publik dan pengembangan kreativitas Pemda, keselarasan hubungan antara Pusat dan Daerah serta antar Daerah itu sendiri dalam kewenangan dan keuangan untuk menjamin peningkatan rasa kebangsaan, demokrasi dan kesejahteraan serta penciptaan ruang yang lebih luas bagi kemandirian Daerah.

Sebagai konsekuensi dari pemberian otonomi yang luas maka

sumber-sumber keuangan telah banyak bergeser ke Daerah baik melalui

perluasan basis pajak (taxing power) maupun dana perimbangan. Hal ini

Demokratisasi Reformasi

Desentralisasi

Keuangan Kuangan

UU 25/1999UU 22/1999

Pusat DaerahKewenangan yg luas, nyata & bertangggung jawab

Pusat Daerahperluasan Tax Basedana perimbangan

Beban & tanggungjaw

ab

Sumber dana

Page 20: BAB 1 - 6, judul 3

sejalan dengan makna desentralisasi fiskal yang mengandung pengertian

bahwa kepada Daerah diberikan:

(1) kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri yang

dilakukan dalam wadahPendapatan Asli Daerah (PAD) yang sumber

utamanya adalah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dengan tetap

mendasarkan batas kewajaran.

(2) didukung dengan perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah.

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.

Berdasarkan pengertian di atas dapat kita lihat Ruang lingkup keuangan

daerah adalah sebagai berikut :

a. hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta

melakukan pinjaman;

b. kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah

dan membayar tagihan pihak ketiga;

c. penerimaan daerah;

d. pendapatan daerah;

e. pengeluaran daerah;

f. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,

surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai

dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan

daerah;dan

Page 21: BAB 1 - 6, judul 3

g. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka

penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.

Sedangkan pengelolaan daerah yang diatur dalam peraturan daerah ini

meliputi:

a. asas umum pengelolaan keuangan daerah;

b. pejabat-pejabat yang mengelola keuangan daerah;

c. struktur APBD;

d. penyusunan RKPD, KUA, PPAS, dan RKA-SKPD;

e. penyusunan dan penetapan APBD;

f. pelaksanaan dan perubahan APBD;

g. penatausahaan keuangan daerah;

h. pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

i. pengendalian defisit dan penggunaan surplus APBD;

j. pengelolaan kas daerah;

k. Pengelolaan piutang daerah;

l. Pengelolaan investasi daerah;

m. Pengelolaan barang milik daerah;

n. Pengelolaan dana cadangan;

o. Pengelolaan utang daerah;

p. Pembinaan dan penggawasan pengelolaan keuangan daerah;

q. penyelesaian kerugian daerah;

r. pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah;

s. pengaturan pengelolaan keuangan daerah.

(sumber: peraturan daerah provinsi jambi nomor 2 tahun 2009 tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah)

B. Retribusi Parkir

Sebelum membahas tentang retribusi parkir kita akan membahas terlebih

dahulu tentang konsep retribusi daerah yang merupakan salah satu sumber dari

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Retribusi dapat diartikan sebagai

Page 22: BAB 1 - 6, judul 3

pungutan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai akibat

adanya kontra prestasi yang diberikan oleh

Pemda/pembayaran tersebut didasarkan atas

prestasi/pelayanan yang diberikan Pemerintah Daerah yang

langsung dinikmati secara perseorangan oleh warga

masyarakat dan pelaksanaannya didasarkan atas peraturan

yang berlaku (Halim, 2001:121).

Yang dimaksud retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh

Pemda untuk kepentingan orang pribadi/badan.(Undang-Undang No.34 Tahun

2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah).

Pemungutan retribusi daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah

dalam penyelenggaraan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang

berlaku. Undang-Undang yang mengatur tentang pajak dan retribusi daerah

adalah Undang-Undang No.34 tahun 2000. Undang-Undang Nomor 32 tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah yang berisi penentuan tarif dan tata cara

pemungutan pajak dan retribusi daerah ditetapkan dengan peraturan daerah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Retribusi daerah merupakan salah satu sumber

penerimaan daerah yang cukup besar dalam memberikan

sumbangan terhadap PAD. Retribusi daerah yang merupakan

pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada

masyarakat sebagai kontraprestasi atas jasa dan/atau barang

Page 23: BAB 1 - 6, judul 3

yang disediakan oleh daerah, berdasarkan sifatnya dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Sifat pemungutannya dilihat dari sifat

pemungutannya hanya berlaku untuk orang tertentu yaitu

bagi yang menikmati jasa pemerintah yang dapat ditunjuk,

yang merupakan timbale balik atas jasa atau barang yang

telah disediakan oleh pemerintah setempat.

b. Sifat paksaannya pemungutan retribusi yang

berdasarkan atas peraturan-peraturan yang berlaku umum,

dan dalam pelaksanaannya dapat dipaksakan, yaitu barang

siapa yang ingin mendapatkan suatu prestasi tertentu dari

pemerintah, maka harus membayar retribusi. Jadi sifat

paksaan pada retribusi daerah bersifat ekonomis sehingga

pada hakikatnya diserahkan pada pihak yang

bersangkutan untuk membayar/ tidak.

Seperti halnya dengan pajak daerah, retribusi daerah

juga mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi sebagai sumber keuangan Negara,

maksudnya adalah bahwa retribusi digunakan sebagai alat

untuk mengumpulkan uang dari rakyat ke kas Negara

untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah,

baik pengeluaran yang bersifat rutin maupun untuk

pembangunan.

Page 24: BAB 1 - 6, judul 3

b. Fungsi mengatur maksudnya adalah bahwa retribusi

digunakan sebagaibalat untuk mengatur/melaksanakan

kebijakan Negara dalam laporan sosial dan ekonomi.

Dalam Undang-Undang No.34 tahun 2000 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah, retribusi dibagi menjadi tiga

golongan yaitu:

a. Jasa umum

Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang

disediakan/diberikan oleh Pemerintaj Daerah untuk tujuan

kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati

oleh orang pribadi atau badan. Dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, dapat

digolongkan yang termasuk jenis retribusi jasa umum antara

lain:

1) Retribusi pelayanan kesehatan

2) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan

3) Retribusi panggantian biaya cetak KTP dan akte catatan

sipil

4) Retribusi pelayanan pemakaman dan penguburan mayat

5) Retribusi parkir ditepi jalan umum

6) Retribusi parkir

7) Retribusi air bersih

8) Retribusi pengujian kendaraan bermotor

9) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran

Page 25: BAB 1 - 6, judul 3

10) Retribusi penggantian biaya cetak peta

11) Retribusi pengujian kapal perikanan

b. Jasa usaha

Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang

diberikan atau disediakan oleh Pemda dengan menganut

prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan

oleh sektor swasta.

Jenis-jenis retribusi jasa usaha adalah:

1) Reribusi pemakaian kekayaan daerah

2) Retribusi parkir grosir dan pertokoan

3) Retribusi terminal

4) Retribusi tempat khusus parkir

5) Retribusi tempat penitipan anak

6) Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa

7) Retribusi penyedotan kakus

8) Retribusi rumah potong hewan

9) Retribusi tempat pendaratan kapal

10) Retribusi rekreasi dan olah raga

11) Retribusi penyeberangan diatas air

12) Retribusi pengolahan limbah air

13) Retribusi penjualan produk asli daerah

c. Perijinan tertentu

Retribusi perijinan tertentu adalah retribusi atas

kegiatan tertentu Pemda dalam rangka pemberian izin kepada

Page 26: BAB 1 - 6, judul 3

orang pribadi/badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,

peraturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan,

pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,

prasarana/fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan

umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Jenis-jenis retribusi perijinan tertentu adalah:

1) Retribusi ijin peruntukan penggunaan tanah

2) Retribusi ijin mendirikan bangunan

3) Retribusi ijin tempat penjualan minuman beralkohol

4) Retribusi ijin gangguan

5) Rertribusi ijin trayek

6) Retribusi ijin pengambilan hasil hutan ikutan

Berdasarkan penggolongan retribusi diatas maka tiap

daerah dapat memungut retribusi sesuai dengan kebutuhan

masing-masing berdasarkan prestasi yang ada. Di Kota Jambi

sendiri memiliki 52 macam retribusi. Pemerintah Daerah Kota Jambi

juga mengeluarkan Pertaturan Daerah Kota Jambi tentang Retribusi Parkir.

C. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PAD adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh

pemerintah daerah. PAD diusahakan atau dicari oleh setiap tingkatan

Pemerintah Daerah melalui otonomi yang dimilikinya, dengan tetap

berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang mengatur penggalian sumber-

sumber keuangan daerah tersebut.

Page 27: BAB 1 - 6, judul 3

Dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, disebutkan bahwa sumber

PAD terdiri dari:

1. Hasil pajak daerah;

2. Hasil retribusi daerah;

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;

4. Lain-lain PAD yang sah.

Tuntutan peningkatan PAD semakin besar seiring dengan semakin

banyaknya kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah

disertai pengalihan personil, pembiayaan, dan dokumentasi (P3D) ke daerah

dalam jumlah besar. Sumber-sumber penerimaan daerah yang potensial harus

digali secara maksimal, namun tentu saja dalam koridor peraturan perundang-

undangan yang berlaku, termasuk di antaranya adalah pajak daerah dan

retribusi daerah yang memang telah sejak lama menjadi unsur PAD yang

utama.

Untuk dapat meningkatkan PAD dari sumber pajak dan retribusi

daerah, pemerintah daerah harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia

yang dimilikinya terutama aparat perpajakan, baik kualitas intelektual maupun

kualitas moralnya, sehingga mampu menggali sumber-sumber pajak dan

retribusi daerah baik melalui cara intensifikasi maupun melalui cara

ekstensifikasi dengan menggali objek-objek pajak yang baru.

Menurut Sutedi (2009:157) “pajak daerah dan retribusi daerah

merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

otonomi daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan sumber

Page 28: BAB 1 - 6, judul 3

pendapatan daerah yang penting untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan daerah”.

Ketergantungan Daerah terhadap bantuan Pusat harus seminimal

mungkin, sehingga PAD khususnya pajak dan retribusi daerah harus menjadi

sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan

keuangan Pusat dan Daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem

pemerintahan negara.

Berkaitan dengan hal tersebut, optimalisasi sumber-sumber PAD perlu

dilakukan untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Untuk itu

diperlukan intensifikasi dan ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan.

Dalam jangka pendek, kegiatan yang paling mudah dan dapat segera

dilakukan adalah dengan melakukan intensifikasi terhadap terhadap objek atau

sumber pendapatan daerah yang sudah ada, terutama melalui pemanfaatan

teknologi informasi.

Secara umum, menurut Sutedi (2009:161) upaya yang perlu dilakukan

oleh Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan pendapatan melalui

optimalisasi intensifikasi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah,

antara lain dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Memperluas basis penerimaan

Tindakan yang dilakukan untuk memperluas basis penerimaan, yang

dalam perhitungan ekonomi yang dianggap potensial, antara lain yaitu

mengidentifikasi pembayar pajak baru/ potensial dan jumlah pembayar

pajak, memperbaiki basis data objek, memperbaiki penilaian, menghitung

kapasitas penerimaan dari setiap jenis pungutan.

Page 29: BAB 1 - 6, judul 3

b. Memperkuat proses pemungutan

Upaya yang dilakukan antara lain mempercepat penyusunan Perda,

mengubah tarif, khususnya tarif retribusi dan peningkatan SDM.

c. Meningkatkan pengawasan

Hal ini dapat ditingkatkan yaitu antara lain dengan melakukan

pemeriksaan secara dadakan dan berkala, memperbaiki proses

pengawasan, menerapkan sanksi terhadap penunggak pajak dan sanksi

terhadap pihak fiskus, serta meningkatkan pembayaran pajak dan

pelayanan yang diberikan oleh daerah.

d. Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan

biaya pemungutan

Tindakan yang dilakukan oleh daerah yaitu antara lain memperbaiki

prosedur administrasi pajak melalui penyederhanaan administrasi pajak,

meningkatkan efisiensi pemungutan dari setiap jenis pemungutan.

e. Meningkatkan kapasitas penerimaan melalui

perencanaan yang lebih baik

Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan koordinasi dengan instansi

terkait di daerah.

Berkaitan dengan hal tersebut, ada gagasan yang berkembang di

kalangan para pakar internasional, akademisi maupun praktisi di bidang

desentralisasi fiskal, untuk menambahkan taxing power kepada Pemerintah

Daerah. Dengan demikian, sumber pembiayaan bagi daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah PAD, Dana Perimbangan, Pinjaman

Page 30: BAB 1 - 6, judul 3

Daerah, dan lain-lain penerimaan daerah yang sah. Pajak daerah dan retribusi

daerah, yang merupakan salah satu komponen PAD, seharusnya merupakan

sumber penerimaan utama bagi daerah, sehingga ketergantungan daerah

kepada Pemerintah Pusat (Dana Perimbangan) semakin berkurang, yang pada

gilirannya daerah diharapkan akan memiliki akuntabilitas yang tinggi kepada

masyarakat lokal.

D. Pengertian Kontribusi

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI)

diterbitkan oleh Balai Pustaka yang dimaksud dengan

kontribusi adalah: (1) Uang iuran; (2) Sumbangan

Dilihat dari pengertian kontribusi menurut Kamus Umum

Bahasa Indonesia (KUBI), jika dikaitkan dengan retribusi parkir

berarti sumbangan/uang iuran yang berasal dari penerimaan

retribusi parkir dibagi dengan penerimaan dari PAD. Untuk

mengetahui kontribusi dari retribusi parkir terhadap PAD

(Halim, 2001:155).

E. Pengertian Peningkatan

Menurut KUBI diterbitkan Balai Pustaka yang dimaksud dengan

peningkatan adalah: (1) Hal keadaan tumbuh; (2) Perkembangan. Untuk

Page 31: BAB 1 - 6, judul 3

mengetahui peningkatan retribusi parkir, maka dapat dihitungdengan cara

sebagai berikut(Halim, 2001:155).

F. Penelitian Terdahulu

Dalam peneltiaan sebagai suatu karya ilmiah ini juga melihat dan

mengkaji penelitian-penelitian yang sudah ada lebih dulu sebagai bahan

pertimbangan dalam melakukan peneltian.

Penelitian yang dilakukan oleh Manurung Wahidin tentang

Pengelolaan Retribusi Parkir Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kota Jayapura dilakukan kajian potensi penerimaan retribusi

parkir mobil dan sepeda motor dari lokasi parkir yang dikelola dan dari lokasi

parkir yang potensial dikelola. Untuk meningkatkan potensi penerimaan

tersebut upaya yang dilakukan adalah melaksanakan undian karcis berhadiah.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan undian karcis berhadiah,

dilakukan jajak pendapat terhadap 500 responden atau penggunan jasa parkir

mobil dan sepeda motor. Hasilnya menunjukkan 82,60% pengguna jasa parkir

setuju apabila diadakan undian karcis berhadiah dan berusaha menerima karcis

parkir setiap membayar uang parkir. Berdasarkan persentasi tingkat

keberhasilan tersebut, maka dapat diketahui besarnya peluang penerimaan

retribusi parkir mobil dan sepeda motor dari lokasi parkir yang dikelola dan

dari lokasi parkir yang potensial dikelola yakni sebesarRp. 553.831.498.-.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rikky Eka Saputra tentang

Efektivitas Pengelolaan Retribusi Parkir Terminal Arjosari Sebagai Upaya

Page 32: BAB 1 - 6, judul 3

Memperbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten ....... menggunakan

teknik penelitian Metode deskriptif analisis melalui pengumpulan data teknik

wawancara observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian yang dilakukan

menunjukkan efektivitas pengelolaan retribusi parkir terminal dapat dikatakan

efektif. Keefetivan tersebut dapat dilihat yaitu dengan menetapkan Perda No 3

Tahun 2001 tentang retribusi terminal didukung dengan penempatan petugas

parkir yang berpengalaman den berpendidikan, melengkapi fasilitas sarana

dan prasarana kerja petugas parkir, pengawasan distribusi karcis parkir yang

ketat dengan memberikan tanda khusus seperti tanggal pengeluaran dan

emboss angka, pelaporan atas perolehan retribusi parkir terminal didukung

dengan pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh UPTD Terminal, Dinas

Pendapatan dan Dinas Perhubungan setiap bulannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Arief dilatarbelakangi oleh

maraknya aksi demo tukang parkir di kawasan Malioboro, Yogyakarta yang

tergabung dalam Forum Komunikasi Pekerja Parkir Yogyakarta (FKPPY),

mereka menuntut dicabutnya Peraturan Daerah (Perda) Kota Yogyakarta

No.17 tahun 2002. Sebagai alasan demo tersebut tukang parkir mengeluhkan

resiko yang dipikul seperti jika terjadi kehilangan sepeda motor/mobil, tukang

parkir harus menaggung sebesar 50% dari barang hilang, pembagian

persentase hasil parkir juga dinilai merugikan tukang parkir karena 60%

disetor ke Pemerintah Kota (Pemko) Yogyakarta, sisanya untuk tukang

parkir.Sedangkan kondisi yang sering dialami pengguna parkir yang

menerima karcis parkir bekas pakai (digunakan berulang-ulang), juga

penarikan tanpa bukti karcis parkir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

Page 33: BAB 1 - 6, judul 3

mengidentifikasi implementasi pasca diberlakukannya kebijakan perda no. 17

tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Perparkiran didalamnya mengatur

mengenai kewajiban dan hak juru parkir dan pengguna parkir di tepi jalan

umum dan perda no.19 Tahun 2002 tetang Retribusi Parkir di Tepi Jalan

Umum, didalamnya mengatur mengenai penetapan tarif parkir baru yang lebih

mahal dari tarif sebelumnya dan besarnya berdasarkan kawasan parkir,

mengkaji persepsi pengguna parkir dan juru parkir di tepi jalan umum dalam

menilai Tingkat Implementasi Kebijakan perda dimaksud, menganalisis

upaya-upaya perbaikan sistem parkir. Penelitian dilakukan dengan

menganalisis persepsi responden pengguna parkir dan juru parkir di tepi jalan

umum yang berada di kawasan khusus (kawasan dengan permintaan parkir

dan penetapan tarif parkirnya paling tinggi) dan Kawasan I (kawasan dengan

permintaan parkir dan tarif parkirnya lebih rendah dibandingkan kawasan

khusus) terhadap penilaian tingkat implementasi dan tingkat harapan dari

kebijakan perda no.17 dan no.19 tahun 2002. Analisis penelitian yang

digunakan adalah uji tabulasi silang untuk mengetahui hubungan yang

berpengaruh pada penilaian tingkat implementasi terhadap biodata dan

karakter responden, Importan Performance Analysis untuk menganalisis

tingkat implementasi dan tingkat harapan. Hasil dari penelitian ini antara lain:

sebagai berikut: (1).masih rendahnya pemahaman terhadap perda no.17 dan

no.19 Tahun 2002 di kalangan masyarakat khususnya pengguna parkir dan

juru parkir di tepi jalan umum, sehinga pelaksanaanya belum dapat secara

maksimal; (2)..dampak terhadap pendapatan Jukir 25% naik dan sisanya 24%

pendapatannya tetap dan 51% pendapatannya turun; sedangkan. pendapatan

Page 34: BAB 1 - 6, judul 3

daerah dari restribusi parkir sampai bulan Nopember 2003 tercapai 41% dari

target sebesar Rp.1.125.000,000,- (untuk pendapatan retribusi parkir pada

kawasan khusus ,I, II, dan III ditambah dengan parkir langganan) dimana

penetapan target pendapatan yang berdasarkan pada satu lokasi untuk satu juru

parkir, tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan, (3).pemberantasan Juru

parkir yang tidak memiliki surat tugas sulit dilakukan oleh petugas dari Dinas

Perhubungan kota Yogyakarta, walaupun sudah dilakukan tindakan penertiban

secara rutin dan sifatnya mendadak.

Penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat seperti dalam tabel di

bawah ini:

Tabel 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti JudulMetode/ Teknik

Hasil

1 Manurung Wahidin

Pengelolaan retribusi parkir dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Jayapura

Metode Deskriptif Kuantitatif

Dengan menggunakan 500 responden jasa parkir, sebanyak 82,60% responden setuju bila diadakan undian karcis parkir berhadiah sehingga dapat meningkatkan PAD Kota Jayapura yang semua 263.240.600 menjadi 553.831.498.

2 Rikky Eka Saputra

Efektivitas Pengelolaan Retribusi Parkir Terminal Arjosari sebagai Upaya Memperbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Malang

Metode deskriptif analisis(teknik wawancara observasi, dan dokumentasi

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan efektivitas pengelolaan retribusi parkir terminal dapat dikatakan efektif.

3 Muhammad Arief

Implementasi Kebijakan Parkir Di Tepi Jalan

uji tabulasi silang

1).masih rendahnya pemahaman terhadap perda no.17 dan no.19 Tahun 2002

Page 35: BAB 1 - 6, judul 3

Umum Kota Yogyakarta.

di kalangan masyarakat (2)dampak terhadap pendapatan Jukir 25% naik dan sisanya 24% pendapatannya tetap dan 51% pendapatannya turun; sedangkan. pendapatan daerah dari restribusi parkir sampai bulan Nopember 2003 tercapai 41% dari target sebesar Rp.1.125.000,000,- (3).pemberantasan Juru parkir yang tidak memiliki surat tugas sulit dilakukan oleh petugas dari Dinas Perhubungan kota Yogyakarta, walaupun sudah dilakukan tindakan penertiban secara rutin dan sifatnya mendadak.

Page 36: BAB 1 - 6, judul 3

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini ingin menggambarkan adanya peningkatan atau penurunan

dari pendapatan asli daerah yang dilihat dari angka-angka hasil retribusi parkir

dari tahun ke tahun. Juga dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar

kontribusi retribusi parkir untuk hasil Pendapatan Asli Daerah (APD). Karena

dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdapat beberapa komponen yang tidak

hanya dari retribusi parkir, sehingga disini dapat dilihat seberapa persen

sumbangsih dari retribusi parkir yang masuk dalam Pendapatan Asli Daerah

(PAD). Yang kemudian akan dapat digunakan untuk pengambilan kebijakan

pemerintah guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya pada

retribusi parkir di Kota Jambi Rancangan penelitian yang digunakan adalah

survey dokumentatif dan analisis data yang dipakai adalah data sekunder. Yang

nantinya akan digunakan untuk menggambarkan hasil dari retribusi parkir,

seberapa besar kontribusi retribusi parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dan upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Jambi dalam usaha peningkatan hasil

retribusi parkir.

Tabel 3.1. Masalah,Metode, Sumber Data dan Teknik Analisis

Masalah Metode Sumber Data Tehnik AnalisisBesarnya pendapatan Retribusi Parkir

Survey Eksploratif Dinas Terkait Retribusi Parkir Kota Jambi

- Menggunakan data sekunder

- Tehnik Analisis Prosentase

Kontribusi Retribusi Parkir Terhadap PAD

Survey Eksploratif Dinas Terkait Retribusi Parkir Kota Jambi

- Menggunakan data sekunder

- Tehnik Analisis Kontribusi

Page 37: BAB 1 - 6, judul 3

Upaya yang dilakukan Pemerintah dalam rangka Meningkatkan PAD dari retridusi parkir

Survey Eksploratif dan wawancara

Dinas Terkait Retribusi Parkir Kota Jambi

- Menggunakan data sekunder dan hasil wawancara

- Sistem Target- Potensi lokasi atau kinerja

B. Lokasi Penelitian

Penelitain ini dilakukan di Pemerintahan daerah Kota Jambi dengan

asumsi bahwa meskipun termasuk kabupaten berkembang, namun Kota Jambi

mermpunyai tingkat mobilitas baik dari orang maupun barang yang semakin

meningkat. Hal ini ditandai semakin banyaknya jumlah kendaraan yang ada di

Kota ini.

C. Populasi Dan Sampel

Menurut Sugiyono (2009:117) “populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan-

nya”. Populasi pada penelitian ini yaitu retribusi parkir selama 11 (sebelas) tahun,

yakni mulai tahun 1998 hingga tahun 2008.

Adapun populasi tersebut dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 3.2 Populasi Retribusi Parkir

Retribusi Parkir(Tahun)

Realisasi(Rp)

1998 677345985.001999 700000000.002000 1067552306.00 2001 1155678250.00 2002 1337339860.00 2003 1427526240.00 2004 1456104270.00 2005 1476480690.00 2006 1584567500.002007 1700143900.00

Page 38: BAB 1 - 6, judul 3

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut” (Sugiyono, 2009:118). Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik sampling purposive, yakni teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah retribusi

parkir Kota Jambi selama 5 (lima) tahun, yakni mulai tahun 2000 hingga tahun

2009. Adapun rincian sampel penelitian sebagai berikut.

Tabel 3.3 Rincian Sampel

Retribusi Parkir(Tahun)

Realisasi(Rp)

1999 700000000.002000 1067552306.00 2001 1155678250.00 2002 1337339860.00 2003 1427526240.00 2004 1456104270.00 2005 1476480690.00 2006 1584567500.002007 1700143900.00

Pertimbangan yang diambil dalam menentukan sampel adalah:

1. Pada kurun waktu tahun 1999 - 2007 realisasi penerimaan retribusi parkir

tidak pernah mengalami penurunan, melainkan selalu mengalami

peningkatan.

2. Pada kurun waktu tahun 2000-2009 tidak pernah terjadi hambatan besar.

D. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada Dinas Perhubungan Daerah Kota Jambi

yang dalam hal ini Dinas tersebut sangat berhubungan dengan retribusi parkir dan

Page 39: BAB 1 - 6, judul 3

mempunyai keinginan untuk lebih meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya.

Sehingga penulis memfokuskan penelitiannya pada Dinas Perhubungan Daerah

Kota Jambi.

E. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen:

1. Observasi

Tehnik observasi adalah tehnik pengumpulan data atau informasi

dengan cara mempelajari dan menggunakan catatan-catatan yang ada

dalam pemerintahan dan sepanjang tidak melanggar rahasia jabatan.

Data yang digunakan/diambil adalah data sekunder, yaitu data yang

diperoleh langsung dari sumbernya melalui survey eksploratif yaitu

pengambilan data-data laporan pendapatan daerah di Dinas

Perhubungan Daerah Kota Jambi yang diambil dari tahun 2000 -

2009. Penulis mengambil data yang diperlukan dan menganalisisnya.

2. Wawancara

Suatu tehnik pengumpulan data atau informasi melalui

wawancara/dialog secara langsung dengan obyek atau pihak yang

terkait tertulis maupun lisan yaitu Kepada Kepala Bagian Dinas

Perhubungan Daerah Kota Jambi.

3. Mempelajari dan mengambil data-data

yang dianggap penting dan dengan mengamati secara

langsung pada obyek yang diteliti. Dalam hal ini adalah

Page 40: BAB 1 - 6, judul 3

kepala Dinas Pengelolaan Parkir Kota Jambi dan

karyawan.

F. Metode Analisis Data

Tahap-tahap dalam pengumpulan data tersebut dapat dilihat sebagai

berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis menyiapkan segala sesuatu yang sekiranya

diperlukan dalam penelitian baik dari segi teknis maupun dari segi

administrative. Yang termasuk dalam tahap ini adalah penulis membuat

surat izin melakukan penelitian di Dinas Indakop, PPKAD dan BPS

Kabupaten ....... sebagai sumber pengumpulan pencarian data.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini penulis mengumpulkan informasi maupun data yang

diperlukan oleh peneliti untuk keperluan lapangan. Yang termasuk

dalam tahap ini yakni penulis mencari informasi yang sesuai dengan apa

saja yang perlu diteliti dalam penelitian tersebut.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini data yang diperoleh dari hasil statistik ( angka-angka )

yang yang diperoleh yang masih relevan, oleh peneliti diadakan

pengecekan terhadap kelengkapan data kemudian data tersebut disusun

dan diolah untuk dapat dijadikan data yang siap untuk dianalisis sesuai

dengan analisis data yang digunakan.

Metode analisa data yang dipakai:

Page 41: BAB 1 - 6, judul 3

Metode analisis data yang digunakan adalah Analisis Data Sekunder

dengan menggunakan data/angka-angka dan prosentase yang di sajikan dalam

bentuk tabel. Dengan metode ini dapat digambarkan seberapa besar pendapatan

asli daerah Dinas Perhubungan Daerah Kota Jambi dan juga akan diketahui

seberapa besar prosentase kontribusi retribusi parkir dalam meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD).

a. Teknik Analisa Prosentase

Teknik Analisa Prosentase digunakan untuk mengetahui perkembangan

retribusi parkir. Disamping itu juga untuk mengetahui berapa besar kenaikan dan

penurunan dalam tiap-tiap tahun sehingga kita akan lebih mudah untuk

mengetahuinya, adapun rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:

PPRP : Perkembangan Penerimaan Retribusi Parkir

PRPTh-n : Penerimaan Retribusi Parkir

PRPTh-n-1 : Penerimaan Retribusi Parkir Tahun Sebelumnya

Teknik ini digunakan untuk mengetahui perkembangan pendapatan asli

daerah disamping untuk mengetahui berapa besar kenaikan atau penurunan di

tiap tahunnya, adapun rumusnya adalah:

Keterangan :

PPAD : PerkembangannPendapatan Asli Daerah

Page 42: BAB 1 - 6, judul 3

PADTh-1 : Pendapatan Asli Daerah Tahun Yang Bersangkutan

PADTh-n-1 : Pendapatan Asli Daerah Tahun Sebelumnya

b. Analisis Kontribusi

Analisis kontribusi ini untuk mengetahui berapa besarnya kontribusi

penerimaan parkir tiap-tiap tahunya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Rumus yang digunakan adalah :

Keterangan :

KPRP : Kontribusi Penerimaan Retribusi Parkir.

PRP : Penerimaan Retribusi parkir Tahun yang bersangkutan

PAD : Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun yang Bersangkutan

G. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk memperoleh keabsahan data, penelitian melakukan uji kresdibilitas

(Nasution,1988:157). Kresdibilitas mengacu pada validitas atau kepercayaan akan

kebenaran data yang diperoleh, tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa apa

yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada di lapangan.

Dalam menetapkan keabsahan data yang diperlukan tehnik pemeriksaan

yang digunakan sebagai berikut:

- Teknik Triangulasi

Page 43: BAB 1 - 6, judul 3

Untuk memperoleh data yang akurat dalam arti teruji kebenaran datanya,

maka peneliti bisa menempuh cara yaitu triangulasi. Triangulasi adalah tehnik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data

itu. Teknik triangulasi dibedakan menjadi 4 (empat) macam yaitu pemeriksaan

yang memanfaatkan sumber, metode, penyidik, dan teori (Maleong, 2000:178).

Namun dalam penelitian ini hanya menggunakan 3 (tiga) tehnik yakni sumber,

metode, dan teori. Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan teknik triangulasi

yakni dengan cara membaca peraturan daerah yang mengatur tentang retribusi

parkir yang ada di Dinas Perhubungan Daerah Kota Jambi, setelah membaca

peraturan daerah maka peneliti kemudian bertanya langsung terhadap pihak yang

berkompeten dibidangnya seperti para staf pegawai Dinas Perhubungan Daerah

Kota Jambi apakah peraturan daerah tersebut dalam prakteknya sudah

dilaksanakan sepenuhnya atau belum dan bertanya tentang segala sesuatu yang

berhubungan dengan retribusi parkir termasuk upaya-upaya yang sedang

ditempuh.

Page 44: BAB 1 - 6, judul 3

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Data hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti mengenai

Kontribusi Retribusi Parkir sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Kota Jambi dapat dipaparkan sebagai berikut.

A. Gambaran Umum Kota Jambi

Secara geografis Kota Jambi sebelah utara, barat, selatan dan timur

berbatasan dengan kabupaten Muaro Jambi, dengan kata lain Kota Jambi ini

wilayahnya dikelilingi oleh kabupaten Muaro Jambi. Kota Jambi berada pada

ketinggian rata-rata 10 sampai 60 meter di atas permukaan laut. Secara geografis

posisi Kota Jambi berada pada : 010 30’ 2,98” - 010 40’ 1,07” Lintang Selatan

dan 103 40’ 1,67” - 103 40’ 0,22” Bujur Timur. Luas Kota Jambi 205,38 Km

yang terdiri dari : (1) Kecamatan Kotabaru = 77,78 Km (37,87 %); (2) Kecamatan

Jambi Selatan = 34,07 Km (16,59 %); (3) Kecamatan Jelutung = 7,92 Km ( 3,86

%); (4) Kecamatan Parkir Jambi = 4,02 Km ( 1,96 %); (5) Kecamatan Telanaipura

= 30,39 Km (14,80 %); (6) Kecamtan Danau Teluk = 15,70 Km (7,64 %); (7)

Kecamatan Pelayangan = 15,29 Km (7,44 %); (8) Kecamatan Jambi Timur =

20,21 Km (9,84 %). Berikut secara rinci dapat dilihat di tabel 2.1 di bawah ini:

Page 45: BAB 1 - 6, judul 3

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Jambi

No Kecamatan Luas (Km²)12345678

Kota Baru Jambi Selatan JelutungParkir JambiTelanaipuraDanau Teluk Pelayangan Jambi Timur

77,7834,077.924.0230,3915,7015,2920,21

Total 205,38

Selama tahun 2008 rata-rata suhu di Kota Jambi berkisar antara 26,1°C

sampai 27,0°C. Dengan suhu maksimum 31,9°C yang terjadi pada bulan Mei dan

Agustus dan suhu minimum 22,6°C terjadi pada bulan Agustus. Curah hujan di

Kota Jambi selama tahun 2008 beragam antara 26,8 mm sampai 331,2 mm,

dengan jumlah hari hujan antara 13 hari sampai 25 hari per bulannya. Kecepatan

angin di tiap bulan hampir merata antara 12 knots hinggai 25 knots. Sedangkan

ratarata kelembaban udara berkisar 80% - 86%. Kota Jambi terdiri dari 8

(delapan) kecamatan, 62 (enam puluh dua) kelurahan dengan perincian : (1)

Kotabaru 10 Kelurahan; (2) Jambi Selatan 9 Kelurahan; (3) Jelutung 7 Kelurahan;

(4) Parkir Jambi 4 Kelurahan; (5) Telanaipura 11 Kelurahan; (6) Danau Teluk 5

Kelurahan; (7) Pelayangan 6 Kelurahan; (8) Jambi Timur 10 Kelurahan.

Sedangkan untuk data kependudukan Kota Jambi Dalam pada tahun

2008 tercatat penduduk Kota Jambi 523.572 jiwa (berdasarkan data BPS Kota

Jambi). Dilihat dari segi kepadatan penduduk tahun 2008 maka kepadatan per

Km2 menurut Kecamatan adalah sebagai berikut: (1) Kec.Kotabaru = 1.641

org/km2; (2) Kec.Jambi Selatan= 3.546 org/km2; (3) Kec.Jelutung = 7.979

org/km2; (4) Kec.ParkirJambi = 3.804 org/km2; (5) Kec.Telanaipura = 2.518

Page 46: BAB 1 - 6, judul 3

org/km2; (6) Kec.DanauTeluk = 865 org/km2; (7) Kec.Pelayangan = 892

org/km2; (8) Kec.Jambi Timur= 4.599 org/km2.

Gambar 4.1. Peta Kota Jambi

Kota Jambi sebagai suatu Kota yang maju juga tentunya memiliki Visi

dan Misi. Visi Kota Jambi adalah : Sebagai simpul pelayanan regional terutama

dalam agribisnis dan sebagai wilayah komplemen utama terhadap pusat

pertumbuhan regional Sumatera tahun 2015. Dalam kaitan rumusan visi tersebut,

maka ditetapkan batasan konsep yang berkaitan dengan masing-masing ide yang

terdapat dalam visi, yaitu;

a. simpul pelayanan regional menunjukkan keberadaan Kota Jambi sebagai

tempat bertemunya berbagai bentuk penyediaan jasa yang meliputi pelayanan

antar daerah (kabupaten) disekelilingnya, pelayanan dengan propinsi lain,

bahkan pelayanan keberbagai bentuk wilayah perdagangan regional yang

melibatkan berbagai bangsa.

Page 47: BAB 1 - 6, judul 3

b. agribisnis menunjukkan keterlibatan pemerintah Kota Jambi sebagai suatu

wilayah yang pada kenyataannya menjadi pusat dari berbagai bentuk usaha

pengolahan, khususnya bidang pertanian. Secara historis kenyataan ini

didukung dengan sejarah panjang Kota Jambi sejak abad ke-15 yang menjadi

pusat kegiatan perdagangan antar bangsa, jauh sebelum Indonesia merdeka.

c. status komplemen utama (penunjang) menunjukkan kesetaraan antar wilayah

yang terdapat dalam setiap aktivitas perdagangan. Kesetaraan menunjukkan

posisi yang turut menentukan atas kinerja perdagangan yang terjadi.

Kesetaraan ini secara lebih sempit khususnya terjadi di Wilayah Sumatera.

Dari visi diatas, maka dapat dijabarkan misi yang memuat berbagai

aspek kehidupan yang menjadi penggerak terhadap terwujudnya misi tersebut.

Misi Kota Jambi adalah :

a. Mewujudkan sumberdaya manusia yang memiliki integritas moral,

kemampuan intelektual, dan keterampilan profesional.

b. Mengembangkan kawasan perdagangan, jasa dan industri yang mampu

menciptakan keterkaitan erat dengan wilayah melalui kerjasama baik regional

maupun global yang saling menguntungkan yang berbasis kepada ekonomi

kerakyatan.

c. Menciptakan sistem jaringan transportasi dan komunikasi yang efektif, efisien

dan dinamis serta terpadu dengan mengembangkan simpul-simpul jasa sarana

dan prasarana yang terinterkoneksi dan saling mendukung, serasi untuk

memenuhi kebutuhan internal dan eksternal kota.

Page 48: BAB 1 - 6, judul 3

d. Menciptakan Kota Jambi menjadi kota yang bersih, aman dan tertib serta

estetik melalui pendekatan kota hutan tropis yang ramah lingkungan dan

mendukung bagi berkembangnya sosial budaya dan ekonomi masyarakat.

e. Mewujudkan pemerintahan yang bersih, efektif dan efisien, berwibawa dan

terpercaya melalui sistem pengawasan dan pembinaan yang sinergis dan

berkesinambungan.

f. Meningkatkan jaminan keamanan warga kota melalui supremasi hukum.

g. Melibatkan masyarakat ke dalam proses pengambilan kebijakan publik baik

dalam proses, pelaksanaan dan pengawasan dengan menyediakan saluran dan

mekanisme keterlibatannya.

Semboyan Jambi Kota BERADAT (Bersih Aman dan Tertib)

merupakan wujud usaha untuk menggerakan masyarakat agar memelihara dan

tetap menjaga kebersihan, keamanan dan ketertiban Kota Jambi dalam Gerakan

Budaya Bersih.

TUJUAN

Tujuan pembangunan Kota Jambi tercantum dalam rencana strategis (Renstra)

Kota Jambi tahun 2004-2008 adalah :

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang

berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) serta iman dan takwa

(Imtak) guna mendukung visi Kota Jambi.

2. Mewujudkan struktur ruang kota yang optimal,

efisien, seimbang, dinamis dan lestari, sehingga dapat menunjang aktivitas

pelayanan dan pengembangan kota.

Page 49: BAB 1 - 6, judul 3

3. Meningkatakan penyediaan sarana dan prasarana

dasar perkotaan untuk mendukung aktivitas masyarakat.

4. Meningkatkan peranan sektor industri, perdagangan

dan jasa serta pariwisata dalam struktur Kota Jambi, baik dalam peningkatan

PDRB maupun dalam penyerapan tenaga kerja.

5. Meningkatkan penerimaan daerah dari berbagai

sumber, dalam rangka mewujudkan kemandirian daerah serta meningkatkan

efektifitas dan efisiensi penggunaan lahan.

6. Mewujudkan pelayanan prima di segala sektor

melalui peningkatan SDM aparatur yang berkualitas, profesional, bebas dari

korupsi, kolusi dan nepotisme, serta peningkatan kinerja dinas/instansi

pemerintah.

7. Menciptakan kerjasama dengan daerah dan kota lain

terutama yang berbatasan dengan Kota Jambi dan kerjasama dengan pihak

lain, baik di dalam maupun di luar negeri, guna mendorong perkembangan

usaha, ekonomi, pendidikan, seni, budaya dan pariwisata.

8. Meningkatkan keterlibatan dan peran serta

masyarakat dalam setiap proses pembangunan baik perencanaan, pelaksanaan

maupun pengendalian pembangunan.

KEBIJAKAN

Untuk merealisasikan tujuan pembangunan tersebut, maka disusunlah kebijakan

dan prioritas strategis pembangunan Kota Jambi, sebagai berikut :

Page 50: BAB 1 - 6, judul 3

Bidang Sosial Budaya

>> Membangun Pendidikan

Arah kebijakan adalah mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan

memperoleh pendidikan yang bermutu, meningkatkan sarana dan prasarana

pendidikan, termasuk mengembangkan kepustakaan daerah.

>> Meningkatkan Kualitas Kesehatan

Arah kebijakan adalah mengupayakan peningkatan kualitas kesehatan

masyarakat yang berhasil dan berdaya guna, meliputi promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitasi, serta dukungan sarana dan prasarana.

>> Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat

Arah kebijakan adalah pembangunan keluarga dan kesejahteraan sosial serta

terlaksananya pelayanan kesejahteraan sosial bagi penduduk.

>> Mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur

Arah kebijakan adalah dengan meningkatkan kualitas penyelenggara

pemerintahan (good governance), mengelola sumber daya daerah dan

meningkatkan kualitas layanan publik.

Bidang Ekonomi dan Keuangan Daerah

>> Pengembangan kawasan Industri, Perdagangan dan Jasa

Arah kebijakan adalah pengembangan kawasan perdagangan dan jasa dengan

memperhatikan aspek lingkungan, keamanan, ketertiban, kenyamanan dan

estetika kota, sosial budaya, kondisi geografis dan historis serta

menumbuhkembangkan industri kecil dan menengah.

Page 51: BAB 1 - 6, judul 3

>> Membangun Keuangan Daerah

Arah kebijakan adalah meningkatkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam

pengelolaan keuangan daerah secara profesional, efisien, transparan dan

bertanggungjawab serta meningkatkan penerimaan dan kinerja pengelolaan

Pendapatan Asli Daerah secara signifikan untuk mendukung pembiayaan

kegiatan pelayanan masyarakat dan pembangunan.

Bidang Fisik, Sarana dan Prasarana

>> Meningkatkan Kapasitas Kota

Arah kebijakan adalah meningkatkan kapasitas kota dengan membangun dan

memantapkan ketersediaan, kecukupan dan kelayakan infrastruktur dasar

perkotaan.

>> Perbaikan Lingkungan Hidup

Arah kebijakan adalah meningkatkan pengelolaan perkotaan dengan

memperhatikan aspek daya dukung lingkungan.

>> Meningkatkan Implementasi Dokumen Penataan Ruang yang Berlaku

Arah kebijakan adalah mengendalikan pemanfaatan ruang kota, sehingga

mampu mewujudkan ruang kota yang dapat menampung segala aktifitas

perkotaan dengan tetap memperhatikan daya dukung lahan.

Page 52: BAB 1 - 6, judul 3

B. Istilah-istilah yang Berkaitan dengan Retribusi Parkir di Kota Jambi Menurut Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 6 Tahun 2000 tentang Retribusi Parkir

Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau

diberikan oleh Pemerintah Daerah, untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan

umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan hokum yang menurut

peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah diwajibkan untuk melakukan

pembayaran Pemerintah Daerah.

Masa Retribusi adalah adalah jangka waktu tertentu yang merupakan

batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa pelayanan tertentu

dari Pemerintah Daerah.

Sedangkan nama Retribusi Parkir, dipungut atas pelayanan penyediaan

fasilitas parkir yang dikelola Pemerintah Daerah dan khusus disediakan untuk

pengguna area parkir.

Objek retribusi adalah pelayanan penyediaan fasilitas parkir yang

dikelola Pemerintah Daerah dan khusus disediakan untuk pemilik kendaraan baik

itu roda dua ataupun roda emapat.

Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan hukum yang

menggunakan pelayanan fasilitas parkir.

C. Retribusi Parkir Sebagai Bagian Retribusi Daerah Menurut Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 6 Tahun 2000 tentang Parkir Tentang Retribusi Parkir

Berdasarkan Perda Kota Jambi Tahun 2000 menyatakan bahwa:

a. Parkir adalah kegiatan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat

Page 53: BAB 1 - 6, judul 3

sementara

b. Tempat parkir umum adalah tempat yang disediakan untuk parkir umum

meliputi badan jalan, halaman pertokoan, objek wisata dan pelataran

lingkungan atau gedung yang telah ditentukan oleh Pemerintah Kota

sebagai fasilitas umum untuk parkir

c. Tempat parkir khusus adalah tempat parkir yang disediakan oleh badan

hukum swasta dan / atau perorangan bukan pemerintah

d. Tempat pakir insidentil adalah tempat parkir yang tidak tetap untuk

kepentingan suatu kegiatan dan / atau keramaian baik menggunakan

fasilitas umum ataupun fasilitas sendiri;

e. Retribusi parkir adalah Pembayaran atas pemanfaatan jasa pengaturan dan

penggunaan tempat parkir

f. Sewa parkir adalah pembayaran atas penggunaan tempat parkir khusus;

1. Pengelolaan Parkir Menurut Perda Nomor 6 Tahun 2000 tentang Parkir

1.1. Lembaga Penanggung Jawab

Penyelenggaraan dan pengelolaan tempat parkir umum, patkir

khusus yang dikelola oleh swasta dan parkir insidentil dilakukan dan / atau

diawasi oleh Pemerintah Daerah.Walikota menunjuk Dinas Perhubungan

untuk melaksanakan tugas tersebut dengan keputusan Walikota.

Dinas Perhubungan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan

perparkiran melaksanakan tugas dan kewajiban serta bertanggung jawab

dalam memberikan pelayanan perparkiran kepada masyarakat yang

meliputi kegiatan:

Page 54: BAB 1 - 6, judul 3

a. Lalu lintas kendaraan masuk dan keluar serta penataan kendaraan

ditempat parkir.

b. Penyerahan karcis retribusi parkir dan menerima pembayaran retribusi

sebagai imbalan jasa pelayanan parkir.

c. Pengaturan keamanan lalu lintas dan ketertiban kendaraan yang

diparkir.

Dinas ini mempunyai tugas dan kewajiban melaksanakan sebagian

urusan Pemerintah Daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas

pembantuan di bidang Perhubungan. Sedangkan untuk fungsinya antara

lain:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang Perhubungan.

2. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

Perhubungan.

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Perhubungan.

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Sesuai Peraturan Daerah Kota Jambi nomor 57 tahun 2008 tentang

pembentukan, kedudukan, tugas pokok dan struktur organisasi dinas

perhubungan sebagai unsur pelaksana pemerintah Kota Jambi memiliki

struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:

Page 55: BAB 1 - 6, judul 3

Gambar 2.4. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan

1.2. Sistem yang dipakai dalam pelaksanaan kegiatan pemungutan

Retribusi Parkir:

1. Prinsip Dalam Penetapan Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi Parkir

a. Prinsip dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi

dimaksudkan untuk menutup biaya penyelenggaraan penyediaan

pelayanan fasilitas parkir dengan mempertimbangkan kemampuan

masyarakat dan aspek keadilan.

Page 56: BAB 1 - 6, judul 3

b. Biaya sebagaimana dimaksud meliputi biaya penyusutan, biaya

operasional dan pemeliharaan.

2. Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi Parkir

1. Sruktur dan besarnya tarif digolongkan berdasarkan jenis kendaraan

yaitu roda dua atau roda empat.

2. Struktur dan besarnya tarif Retribusi secara rinci tercantum pada

Peraturan tentang Retribusi Parkir Kota Jambi.

1. Setiap kendaraan yang menggunakan tempat parkir umum dipungut retribusi

parkir setiap kali parkir :

No Jenis Kendaraan Jumlah1234

567

Untuk mobil truk dengan gandengan, trailer Untuk mobil bus besar Untuk mobil bus kotaUntuk mobil penumpang umum (oplet, taksi, bajaj)Untuk mobil pariwisata dan pick upUntuk mobil penumpang Untuk kendaraan roda 2 (dua)

Rp. 3.000,- Rp. 2.000,- Rp. 1.500,- Rp. 1.000,-

Rp. 1.000,- Rp. 500,- Rp. 300,-

2. Setiap kendaraan yang beroperasi dalam wilayah kota Jambi dapat membayar

retribusi pada saat pengujian kendaraan per 6 (enam) bulan yang besarnya :

No Jenis Kendaraan Jumlah1234

5

Untuk mobil truk dengan gandengan, trailer Untuk mobil bus besar Untuk mobil bus kotaUntuk mobil penumpang umum (oplet, taksi, bajaj)Untuk mobil pariwisata dan pick up

Rp. 20.000,- Rp. 20.000,- Rp. 10.000,- Rp. 10.000,-

Rp. 10.000,-

3. Parkir di dalam terminal/sub terminal tarif retribusi parkir ditetapkan besarnya:

No Jenis Kendaraan Jumlah12

Untuk mobil truk dengan gandengan, trailer Untuk mobil bus besar

Rp. 3.000,- Rp. 2.000,-

Page 57: BAB 1 - 6, judul 3

34

567

Untuk mobil bus kotaUntuk mobil penumpang umum (oplet, taksi, bajaj)Untuk mobil pariwisata dan pick upUntuk mobil penumpang Untuk kendaraan roda 2 (dua)

Rp. 1.500,- Rp. 1.000,-

Rp. 1.000,- Rp. 500,- Rp. 300,-

4. Parkir ditempat khusus / di kawasan wisata besarnya tarif retribusi parkir

ditetapkan besarnya :

No Jenis Kendaraan Jumlah1234

567

Untuk mobil truk dengan gandengan, trailer Untuk mobil bus besar Untuk mobil bus kotaUntuk mobil penumpang umum (oplet, taksi, bajaj)Untuk mobil pariwisata dan pick upUntuk mobil penumpang Untuk kendaraan roda 2 (dua)

Rp. 5.000,- Rp. 5.000,- Rp. 2.000,- Rp. 1.500,-

Rp. 2.000,- Rp. 1.500,- Rp. 500,-

3. Tata Cara Pembayaran Retribusi Parkir

1) Pembayaran Retribusi dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang

ditunjuk sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD-

SKRD yang diterbitkan oleh pejabat yang ditunjuk dan SKRD

Tambahan.

2) Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka

penerimaan Retribusi Daerah harus disetorkan ke Kas Daerah

selambat-lambatnya 1 (satu) kali 24 (dua puluh empat) jam atau dalam

waktu yang ditetapkan oleh Walikota.

3) Apabila pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat waktu yang

ditentukan sebagaimana, maka dikenakan sanksi administasi berupa

bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan maksimal 12 (dua belas)

bulan dengan menerbitkan STRD.

Page 58: BAB 1 - 6, judul 3

4) Apabila pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat waktu yang

ditentukan, maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar

4% (empat persen) setiap bulan maksimal 12 (dua belas) bulan dengan

menerbitkan STRD Tambahan.

5) Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai.

6) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan izin kepada wajib

retribusi untuk mengangsur Retribusi yang terutang dalam kurun

waktu tertentu dengan alas an yang dapat dipertanggungjawabkan.

7) Tata cara pembayaran ditetapkan oleh Walikota .

8) Atas pembayaran retribusi maka diberikan tanda bukti pembayaran.

9) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.

10) Bentuk, isi, kualitas, ukuran buku tanda bukti pembayaran dan buku

penerimaan Retribusi telah ditetapkan oleh Walikota.

D. Pendapatan Asli Daerah Kota Jambi tahun 1999 – 2007

Pendapatan Asli Daerah adalah Komponen dari Anggaran dan

Pembelanjaan Daerah (APBD) untuk membiayai pembangunan dan melancarkan

roda pemerintahan, karena itu tiap-tiap sumber pendapatan daerah dapat dipungut

semaksimal mungkin. Pendapatan daerah juga sebagai usaha daerah untuk

memperoleh pendapatan atau hasil tetap yang nanti di masukkan ke kas daerah

yang diatur dalam peratuan daerah untuk membiayai pengeluaran daerah yang

Page 59: BAB 1 - 6, judul 3

telah ditetapkan dalam APBD. Dengan demikian Pendapatan Asli Daerah

merupakan pendapatan yang diperoleh berdasarkan potensi daerah yang dikelola

dan dikembangkan oleh daerah sendiri. Oleh sebab itu Pendapatan Daerah

merupakan salah satu komponen sumber keuangan yang pada setiap tahun

terkadang mengalami kenaikan terkadang pula mengalami penurunan untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Jambi

No TahunPendapatan Asli

Daerah(Rp dalam juta)Prosentase

(%)Kenaikan/Penururnan

PAD (Rp)1 1999 21.346.900.000,00 0 02 2000 24.579.703.082,27 15.14 3232803082.273 2001 27.953.302.609,24 13.73 3373599526.974 2002 18.245.610.000,00 - 34.73 -9707692609.245 2003 26.005.893.206,00 42.53 7760283206.006 2004 34.264.481.413,02 31.76 8258588207.027 2005 35.456.450.250,00 3.48 1191968836.988 2006 38.091.111.699,00 7.43 2634661449.009 2007 45.524.560.586,69 19,51 7433448887.69Jumlah 271468012846.22 98.85 24177660587

Rata-rata 30163112538 10.98 2686406732Sumber Data : BPS Kota Jambi dan sudah diolah

Perhitungan Perkembangan Pendapatan Asli Daerah

1.

2.

3.

4.

5.

Page 60: BAB 1 - 6, judul 3

6.

7.

8.

Dari tabel 4.1 dapat dilihat total perkembangan penerimaan

Pendapatan Asli Daerah di Kota Jambi mengalami angka peningkatan dari tahun

ketahun. Rata-rata kenaikan penerimaan Pendapatan Asli Daerah sebesar 10,98%

pertahun. Kecuali pada tahun 2002 yang juga mengalami penurunan dari Rp.

27.953.302.609,24 pada tahun 2001 menjadi Rp.18.245.610.000,00 pada tahun

2002 atau sebesar 34,73%.

Sehingga dapat disimpulkan hasil dari perkembangan Pendapatan Asli

Daerah di Kota Jambi rata-rata adalah baik.

E. Hasil Realisasi Retribusi Parkir Kota Jambi Tahun 1999 – 2008

Tabel 4.2Hasil Target dan Realisasi Retribusi Parkir

di Kota Jambi Tahun 1999 – 2008

No Tahun Realisasi Retribusi Parkir (Rp)

1 1999 700000000.00

2 2000 1067552306.00

3 2001 1155678250.00

4 2002 1337339860.00

5 2003 1427526240.00

6 2004 1456104270.00

7 2005 1476480690.00

8 2006 1584567500.00

Page 61: BAB 1 - 6, judul 3

9 2007 1700143900.00

Jumlah 11905393016

Rata – rata kenaikan 1322821446Sumber Data : Dinas Pendapatan Kota Jambi dan sudah diolah

Tabel 4.3Prosentase Retribusi Parkir di Kota Jambi

Tahun 1999 – 2008

No TahunRealisasi Retribusi Parkir (Rp)

Kenaikan/penurunan Retribusi Parkir(%)

Kenaikan/penurunan Retribusi Parkir (Rp)

1 1999 700000000.00 0.0 0

2 2000 1067552306.00 52.5 367552306

3 2001 1155678250.00 8.3 88125944

4 2002 1337339860.00 15.7 181661610

5 2003 1427526240.00 6.7 90186380

6 2004 1456104270.00 2.0 28578030

7 2005 1476480690.00 1.4 20376420

8 2006 1584567500.00 7.3 108086810

9 2007 1700143900.00 7.3 115576400

Jumlah 11905393016101.2

1000143900

Rata-rata 1322821446 11.24 111127100Sumber Data : Dinas Perhubungan Kota Jambi

Perhitungan Perkembangan Retribusi Parkir

1.

2.

3.

4.

5.

Page 62: BAB 1 - 6, judul 3

6.

7.

8.

Retribusi Parkir merupakan pungutan yang harus dibayar sebagai

akibat penggunaan jasa yng disesediakan oleh pemerintah daerah dalam area

parkir. Dalam Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 6 tahun 2000 Retribusi Parkir,

Pasal 1 huruf ( L ) menyatakan bahwa, Retribusi parkir adalah Pembayaran atas

pemanfaatan jasa pengaturan dan penggunaan tempat parkir.

Dalam hal ini Retribusi Parkir sering mengalami kenaikan dan

penurunan tergantung pada kondisi ekonomi saat ini, sehingga terkadang dapat

menghasilkan retribusi yang banyak terkadang pula menghasilkan retribusi yang

sedikit seperti halnya tabel diatas.

F. Kontribusi Penerimaan Retribusi Parkir Terhadap Pendapatan Asli

Daerah

Tabel 4.4Kontribusi Penerimaan Retribusi Parkir Terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD)di Kota Jambi Tahun 1999 – 2008

Tahun Retribusi Parkir (Rp) PAD (Rp) Kontribusi (%)

1999 700000000.00 21.346.900.000,00 3.28

2000 1067552306.00 24.579.703.082,27 4.34

2001 1155678250.00 27.953.302.609,24 4.13

2002 1337339860.00 18.245.610.000,00 7.33

2003 1427526240.00 26.005.893.206,00 5.49

Page 63: BAB 1 - 6, judul 3

2004 1456104270.00 34.264.481.413,02 4.25

2005 1476480690.00 35.456.450.250,00 4.16

2006 1584567500.00 38.091.111.699,00 4.16

2007 1700143900.00 45.524.560.586,69 3.73

Jumlah 271468012846.22 40.88

rata-rata 30163112538 4.54Sumber Data : Dinas Perhubungan dan BPS Kota Jambi

Perhitungan Kontribusi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Page 64: BAB 1 - 6, judul 3

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh

berdasarkan potensi daerah yang dikelola dan dikembangkan oleh daerah tersebut.

Adapun dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dikatakan bahwa ada

Pendapatan Daerah sendiri dan juga Pendapatan Daerah lainnya, artinya

Pendapatan Daerah itu terdiri dari Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Non

Asli Daerah yaitu pendapatan yang berasal dari dana perimbangan, pinjaman

daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Dalam Undang-undang no 32 tahun 2004 disebutkan bahwa yang

termasuk Pendapatan Asli Daerah adalah hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,

hasil perusahaan milik daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Maka Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu komponen pendapatan

daerah, karena selain pendapatan asli daerah daerah juga mempunyai pendapatan

yang sebagaimana disebut diatas.

Dengan demikian Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang

diterima oleh daerah berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan Nomor 32 Tahun 2004. Maka setiap daerah pasti

menginginkan Pendapatan Asli Daerah setiap tahunnya mengalami kenaikan

terutama pada Retribusi Parkir.

Dari tabel 4.4 diatas tahun anggaran 1999 - 2007 dan data 9 (sembilan)

tahun merupakan data kontribusi penerimaan Retribusi Parkir terhadap

pendapatan asli daerah yang dihitung untuk mengetahui besar kecilnya kontribusi.

Jadi selama kurun waktu 9 (sembilan) tahun rata-rata kontribusi perkembangan

penerimaan Retribusi Parkir terhadap pendapatan asli daerah sebesar 4.54%. Hal

ini menunjukkan bahwa Retribusi Parkir tidak terlalu memberikan

Page 65: BAB 1 - 6, judul 3

pengaruh/peranan yang cukup berarti terhadap Pendapatan Asli Daerah khususnya

Pemerintah Daerah Kota Jambi.

Bingkai 1: Deskripsi wawancara tentang seberapa besar kontribusi Retribusi Parkir untuk PAD.

G. Kendala yang Menghambat Pemungutan Retribusi Parkir

1. Faktor Keamanan dan Kenyamanan Parkir

Keamanan serta kenyamanan dari area parkir juga bisa mempengaruhi

penerimaan dari Retribusi Parkir. Keamanan dari parkir ini berhubungan

dengan tidak sepenuhnya kendaraan yang sudah diparkir itu aman,misalya

hilangnya helm dan kadang juga kupon karcis yang mudah ditiru (biasanya

ada di parkir ilegal) oleh pencuri sepeda motor. Selain itu faktor kenyamanan

juga mempengaruhi retribusi parkir misalnya pemberian tutup pada

kendaraan pengguna jasa parkir masih jarang dilakukan.

2. Faktor Sistem dan Prosedur Penyetoran Retribusi Parkir

a. Terlambatnya penyetoran Retribusi Parkir dari para petugas pemungut.

Banyak uang dari hasil Retribusi Parkir tidak dapat segera disetorkan ke

Dinas Perhubungan.

b. Lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Jambi

terhadap pelaksanaan pemungutan Retribusi Parkir. Walaupun telah

“...kalo kontribusi penerimaan retribusi parkir terhadap pendapatan asli daerah dirasakan sangat kecil, karena selain dari retribusi parkir masih banyak pemasukan yang berasal dari sektor lain, misalnya parkir, kebersihan, dan lainnya...”“...pihak pengelolaan parkir sendiri sudah berusaha untuk yang terbaik agar penerimaan retribusi parkir semakin baik, namun jika digunakan untuk sumbangsih ke PAD ya hasilnya masih relatif kecil, tidak ada 10% sumbangsihnya ke PAD rata-rata tiap tahunnya...”

Page 66: BAB 1 - 6, judul 3

dilaksanakan pengawasan baik secara langsung maupun tidak langsung,

namun pengawasan ini menjadi tidak efektif dan efisien. Hal ini

dikarenakan terbatasnya jumlah personil Dinas Perhubungan dan

kurangnya pengawasan terhadap para pemungut Retribusi Parkir yang

tersebar di seluruh Kota Jambi. Selain itu hal ini juga karena semakin

banyaknya pengelola parkir ilegal.

Bingkai 2 : Wawancara dengan personil pemungut Retribusi Parkir tentang hambatan-hambatan yang ada di dalam parkir.

H. Usaha Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Parkir

Untuk meningkatkan Penerimaan Retribusi Parkir khususnya, maka akan di

lakukan analisa data dengan menggunakan metode analisa diskriptif, dengan

Wawancara yang dilakukan dengan sejumlah personil pemungut

retribusi parkir. Wawancara berkaitan dengan hambatan-hambatan yang ada

dalam parkir.

“...kendalanya biasanya masalah kenyamanan yang biasanya datang dari petugas parkir, misalnya tidak memberi penutup di kendaraan atau kadang juga pengguna fasilitas parkir tidak dibantu pada saat memasukkan atau menegeluarkan kendaraannya, terutama sepeda motor....”“...selain itu semakin banyaknya juga pengelola parkir ilegal...”

Page 67: BAB 1 - 6, judul 3

tujuan untuk melukiskan atau menggambarkan fenomena atau kejadian secara

sistimatis dan faktual berdasarkan data yang telah ada.

Usaha peningkatan hasil Retribusi Parkir yang dilakukan Pemerintah

tersebut dibuktikan dari hasil wawancara sebagai berikut:

Bingkai 3: Deskripsi hasil wawancara tentang usaha peningkatan Retribusi Parkir dan penjelasan usaha ekstensifikasi dan intensifikasi.

I. Strategi yang Dilakukan Pemerintah Daerah Dalam Pemungutan

Retribusi Parkir

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diperoleh data bahwa

strategi yang dilakukan pemerintah Kota Jambi yang dalam hal ini pelaksanaan

Wawancara dilakukan dengan Bapak Djuwari selaku Kepala Bidang

Pengelolaan Parkir. Saat beliau ada waktu longgar di ruang kerjanya.

“...kalo pemerintah sendiri juga mempunyai upaya peningkatan dalam hasil retribusi parkirnya, yaitu dengan dua cara, Usaha Intensifikasi dan Usaha Ekstensifikasi…”

“…usaha intensifikasi sendiri berfokus pada peningkatan kinerja para pemungut retribusi, peningkatan pelayanan terhadap para pengguna fasilitas…”

‘’…kalo usaha ekstensifikasi ya dengan menambah titik-titik parkir yang semulai 112 titik menjadi 124 dengan melihat potensi yang ada dan lokasi serta para pengunjungnya…”

Page 68: BAB 1 - 6, judul 3

keseharian dalam pemungutan Retribusi Parkir ditangani oleh Dinas

Perhubungan, adalah menggunakan sistem target dengan memperhatikan potensi

lokasi atau kinerja petugas pemungut retribusi yang bersangkutan. Pernyaan ini

dikemukakan oleh Bapak Mulyadi Kepala Kantor Pengelola Parkir, beliau

menyatakan bahwa strategi yang selama ini digunakan untuk memungut

pendapatan dari Retribusi Parkir adalah dengan menggunakan sistem target

dengan memperhatikan potensi lokasi atau kinerja petugas pemungut retribusi

yang bersangkutan sehingga dapat dikatakan bahwa target untuk masing-masing

lokasi titik parkir yang berada di Kota Jambi dan antara titik parkir yang ramai

oleh pengguna dan titik parkir yang kurang ramai dikunjungi pelanggan, target

yang ditetapkan untuk menyetorkan pendapatan dari pegelolaan parkir adalah

berbeda.

Strategi yang dilakukan Pemerintah tersebut dibuktikan dari hasil

wawancara berikut:

Bingkai 4 : Deskripsi tentang wawancara dengan kepala kantor pengelolaan parkir Bapak Mulyadi tentang strategi yang digunakan dalam peningkatan hasil retribusi.

“...strategi yang selama ini digunakan untuk memungut pendapatan dari retribusi parkir adalah dengan menggunakan sistem target dengan memperhatikan potensi lokasi atau kinerja petugas pemungut retribusi yang bersangkutan...”“...biasanya target untuk lokasi titik parkir yang ramai dikunjungi dan yang tidak itu dibedakan...”

Page 69: BAB 1 - 6, judul 3

BAB V

PEMBAHASAN

Hasil analisis data yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah

adanya kontribusi retribusi parkir untuk Pendapatan Asli Daerah adalah hanya

sebesar 4.54%. rata-rata di tiap tahunnya. Ini menunjukan adanya sumbangsih

yang tidak terlalu besar dalam Pendapatan Asli Daerah. Dari penelitian yang ada

dapat dilihat masih adanya kendala-kendala dalam pemungutan retribusi parkir.

Antara lain kurangnya kesadaran pengelola parkir untuk membayar retribusi

kepada petugas dan juga terlambatnya setoran yang diserahkan kepada dinas

perhubungan. Terbatasnya personil pemungut dan pengawas retribusi juga

menjadikan kendala sehingga tidak dapat mengawasi personil pengelola yang

sering melakukan pelanggaran-pelanggaran dalam pembayaran retribusi, dan

faktor-faktor lain. Keadaan itu juga semakin diperparah dengan banyaknya

pengelola fasilitas parkir yang tidak mau didata karena tidak ingin dibebani oleh

sistem setoran, padahal jumlahnya relatif banyak yang akhirnya membuat PAD

Kota Jambi semakin menurun.

Pemerintah berupaya sebisa mungkin agar hasil dari retribusi parkir di

tahun-tahun berikutnya meningkat dan dapat memberikan sumbangsih/kontribusi

yang lebih besar dalam Pendapatan Asli Daerah. Upaya pemerintah tersebut

dengan dua cara yaitu usaha intensifikasi dan ekstensifikasi. Jadi dengan adanya

usaha-usaha dari pemerintah tersebut diharapkan retribusi parkir akan dapat

memberikan sumbangsih yang lebih besar untuk Pendapatan Asli Daerah.

Page 70: BAB 1 - 6, judul 3

A. Gambaran Retribusi Parkir di Kota Jambi

Berdasarkan data pada tabel 4.2 perkembangan penerimaan retribusi parkir

yang diambil mulai tahun 1999 - 2007 dengan jumlah periode 9 (sembilan) tahun,

dapat di hitung berdasarkan analisa data agar mengetahui perubahan dalam rupiah

maupun prosentase tiap tahunnya.

Dapat dilihat bahwa perkembangan penerimaan retribusi parkir yang ada

tiap tahun mengalami peningkatan, pendapatan yang tetap dan bahkan penurunan.

Hal ini dapat dilihat bahwa perkembangan penerimaan retribusi parkir dari tahun

1999 sebesar Rp.700.000.000,00 atau sebesar 52,5% dari tahun 1999. Meskipun

dari Tabel 4.1. tersebut dapat dilihat bahwa realisasi retribusi parkir selalu

mengalami peningkatan, namun peningkatannya tidak terlalu besar bahkan bias

dikatakan peningkatan yang cenderung menurun sehingga dapat dilihat

prosentasenya juga menurun seperti pada tahun 2000 sebesar 52,5% menjadi

hanya 8,3% di tahun 2001. Hal ini karena ketidaktepatan waktu oleh pengelola

fasilitas parkir menyerahkan setoran retribusi. Dari Tabel tersebut juga bisa kita

lihat peningkatan realisasi retribusi parkir yang paling kecil yaitu pada tahun 2005

yaitu sebesar 1,4%. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pendataan titik lokasi

parkir yang seharusnya bisa mendatangkan pendapatan bagi Kota Jambi.

Selanjutnya menginjak tahun 2006 perkembangan penerimaan retribusi

parkir mengalami kenaikan kembali baik itu nominal realisasi retribusi parkir dan

juga besarnya prosentasenya yaitu Rp.1.584.567.500,00 atau sebesar 7,3% dari

tahun sebelumnya yang mengalami kondisi keuangan retribusi parkir yang

prosentasenya menurun yang drastis. Kemudian tahun 2007 juga terjadi

peningkatan retribusi parkir meskipun tipis yaitu Rp. 1.700.143.900,00 atau

Page 71: BAB 1 - 6, judul 3

sebesar 7,3% juga. Ini menunjukkan adanya kenaikan ataupun penurunan

pendapatan retribusi parkir disebabkan berbagai faktor yang mempengaruhi di tiap

tahunnya.

Jadi dapat disimpulkan selama periode 9 (sembilan) tahun rata-rata

pemenuhan perkembangan/kenaikan retribusi parkir pertahunnya sebesar 11,24%.

B. Kontribusi Retribusi Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Dari tabel 4.4 tahun anggaran 1999 - 2007 selama 9 tahun dapat dilihat

kontribusi penerimaan retribusi parkir terhadap pendapatan asli daerah (PAD)

Kota Jambi yang dihitung untuk mengetahui besar kecilnya kontribusi.

Berdasarkan perhitungan persentase dari tahun sebelumnya, bahwa

kontribusi penerimaan retribusi parkir terhadap pendapatan asli daerah pada tahun

1999 sebesar 3,28 % merupakan kontribusi yang cukup bagi pendapatan asli

daerah. Selanjutnya mulai tahun 2000 kontribusi penerimaan retribusi parkir

terhadap pendapatan asli daerah mengalami terus mengalami peningkatan

meskipun peningkatannya tidak terlalu besar. Namun dari tabel tersebut dapat kita

lihat peningakatan prosentase kontribusi yang paling besar yaitu pada tahun 2002

yaitu sebesar 7,33%. Hal ini dikarenakan memang menurunnya Pendapatan Asli

Daerah (PAD) pada tahun 2002.

Kemudian pada tahun 2003 kontribusi penerimaan retribusi parkir

terhadap pendapatan asli daerah meningkat pula sebesar 5,49% yang diperoleh

dari realisasi retribusi parkir dan PAD yang juga sama-sama naik.

Akan tetapi pada tahun 2004 sampai tahun 2007 prosentase kontribusi

penerimaan retribusi parkir terhadap pendapatan asli daerah mengalami

Page 72: BAB 1 - 6, judul 3

penurunan yang tipis dari tahun sebelumnya sebesar 4.25% dikarenakan adanya

pengawasan yang kurang optimal dari instansi sehingga data titik area parkir yang

ilegal.

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa Retribusi Parkir tidak terlalu

memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap Pendapatan Asli Daerah

khususnya Pemerintah Daerah Kota Jambi. Pendapatan retribusi parkir dari tahun

ke tahun cenderung naik, namun memang peningkatannya memang cenderung

sedikit dari tahun ke tahun. Peningkatan yang paling besar yaitu pada tahun 2000

yaitu sebesar 1.067.552.306,00 dari 700.000.000,00 pada tahun sebelumnya yaitu

tahun 1999.

Jika dilihat dari prosentase seberapa besar kontribusi retribusi parkir

terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka sumbangsih dari retribusi parkir

sangat kecil, rata-ratanya hasil pendapatan Retribusi Parkir dibanding dengan

Pendapatan Asli Daerah adalah sebesar 4,54% pertahun dapat dilihat dalam tabel

4.4 dari tahun 1999 hingga tahun 2007 sumbangsih retribusi parkir terhadap

Pendapatan Asli Daerah prosentasenya semakin menurun, memang terjadi

kenaikan dalam pendapatan retribusi parkir, akan tetapi kenaikan itu tidak

memberi sumbangsih yang cukup berarti terhadap Pendapatan Asli Daerah jika

dibandingkan dengan kenaikan PAD. Ini diakibatkan kurangnya kesadaran

pengelola parkir untuk membayar retribusi kepada petugas dan juga terlambatnya

setoran yang diserahkan kepada dinas perhubungan. Selain itu juga terbatasnya

personil pemungut dan pengawas retribusi yang juga menjadikan kendala

sehingga tidak dapat mengawasi pihak personil parkir yang sering melakukan

pelanggaran-pelanggara dalam pembayaran retribusi. Sealin itu juga semakin

Page 73: BAB 1 - 6, judul 3

diperparah dengan banyaknya pengelola fasilitas parkir yang tidak mau didata

karena tidak ingin dibebani oleh sistem setoran, padahal jumlahnya relatif banyak

yang akhirnya membuat PAD Kota Jambi semakin menurun. Maka dengan

adanya hal ini, pemerintah selalu berupaya bagaimana pendapatan dari retribusi

parkir bisa lebih meningkat sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar

terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Jambi.

C. Upaya yang Dilakukan Pemerintah Kota Jambi untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Melalui Retribusi Parkir

1. Usaha Intensifikasi

a. Pembinaan terhadap para pemungut retribusi parkir oleh Dinas

Perhubungan yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan sekali.

b. Penyetoran dilakukan secara langsung setiap hari dan disetorkan ke

Bendahara Umum untuk memperkecil terjadinya penyimpangan-

penyimpangan.

c. Pengawasan terhadap pelaksanaan penyetoran retribusi parkir langsung

dan tidak langsung pada saat pemungutan setoran di lapangan.

2. Usaha Ekstensifikasi

Ekstensifikasi retribusi daerah merupakan usaha untuk meningkatkan

penerimaan retribusi daerah dengan cara menggali atau mencari

sumber-sumber retribusi daerah yang baru. Ekstensifikasi yang dimaksud

disini adalah rencana Pemerintah Kota Jambi untuk mengadakan

Perluasan/penambahan titik area lokasi parkir dengan melihat situasi dan

kondisi yang ada. Artinya apabila di wilayah Kota Jambi terdapat beberapa

lokasi baru yang memungkinkan untuk dilaksanakan serta proses

Page 74: BAB 1 - 6, judul 3

pelaksanaannya tidak menimbulkan masalah atau kerugian bagi masyarakat,

maka Dinas Perhubungan akan segera mengesahkan lokasi tersebut dan

menjadikan prasarana parkir baru tersebut beserta dengan Peraturan Daerah.

Perbedaan penelitian sekarang dengan beberapa penelitiaan terdahulu

diatas adalah pada lokasi penelitian dan variabel yang akan diteliti. Pada

penelitian ini lokasi penelitian adalah di Kota Jambi dan variabel yang diteliti

adalah kontribusi retribusi parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah. Maka

dalam skripsi ini penulis ingin meneliti seberapa besar peranan retribusi parkir

terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Jambi. Dengan hasil penelitian ini

dapat dilihat bahwa faktor apa saja yang mempengaruhi besar atau kecilnya

hasil dari retribusi parkir itu sendiri. Sehingga pemerintah setempat mampu

mengambil kebijaksanaan yang baik guna meningkatkan prosentase hasil

retribusi parkir yang secara otomatis akan menaikkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD).

Page 75: BAB 1 - 6, judul 3

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Selama 9 (sembilan) tahun mulai tahun 1999 – 2007 dapat dilihat bahwa

perkembangan penerimaan retribusi parkir yang ada tiap tahun mengalami

peningkatan meskipun peningkatannya tidak terlalu besar sehingga dapat

disimpulkan selama periode 9 (sembilan) tahun rata-rata pemenuhan

perkembangan/kenaikan retribusi parkir pertahunnya sebesar 11,24%.

2. Target retribusi parkir di tiap tahunnya sebenarnya selalu terpenuhi, akan

tetapi prosentasenya tetap kecil. Dikarenakan hasil dari retribusi lain lebih

tinggi, sehingga prosentase hasil dari retribusi parkir menurun. Kontribusi

hasil retribusi parkir mempunyai peranan yang tidak cukup besar terhadap

penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Kontribusi retribusi parkir di tiap

tahunnya rata-rata kurang dari 5% yaitu hanya sebesar 4,54%. ini berarti

kontribusi retribusi parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah sangatlah

kecil. Dalam hal ini pemerintah harus melakukan kebijakan-kebijakan baru

agar potensi parkir tersebut semakin bagus dan berkembang.

3. Upaya yang dilakukan pemerintah Kota Jambi yaitu dengan usaha

ekstensifikasi dan intensifikasi. Usaha ekstensifikasi dikaitkan dengan

meningkatkan atau menambah jumlah area titik lokasi parkir yang baru

karena berdasarkan prosentase tiap-tiap tahun diperoleh kenyataan bahwa

dengan usaha ekstensifikasi jumlah penerimaan selalu mengalami

Page 76: BAB 1 - 6, judul 3

peningkatan. Usaha intensifikasi dirasa lebih mendukung untuk

peningkatan hasil Retribusi parkir tersebut.

B. Saran

1. Jika Pemerintah Daerah menghendaki kenaikan hasil retribusi parkir, maka

perlu adanya sistem pembayaran yang rutin kepada Kas Daerah.

2. Penambahan jumlah aparat pemungut dan tingkat pengawasan lapangan yang

ketat, agar aparat pemungut melaksanakan tugasnya sebagaimana yang telah

ditetapkan.

3. Penyuluhan akan wajib retribusi, ketepatan waktu pembayaran oleh pihak

pengelola parkir dan pengawasan yang bagus kegiatan operasional retribusi

parkir serta adanya oknum-oknum yang bertindak tegas dalam pelanggaran-

pelanggaran yang terjadi dalam kegiatan retribusi, operasionalisme retribusi

parkir dapat berjalan dengan baik. Sedangkan usaha Ekstensifikasi terhadap

retribusi parkir perlu dilakukan dengan adanya perluasan atau penambahan

titik-titik area parkir dan juga dengan melakukan usaha intensifikasi dengan

mengoptimalkan penarikan retribusi parkir. mengadakan perluasan parkir dan

pembaharuan fasilitas yang telah ada dengan menambah los-los atau

bedak-bedak baru dalam parkir, dan itupun dilakukan bila memang

benar-benar perlu di lakukan.

Dengan demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis berikan yaitu

untuk memacu dan meningkatkan Perkembangan Penerimaan Retribusi Parkir

Daerah Kota Jambi yang diharapkan di tahun-tahun berikutnya pendapatan dari

Page 77: BAB 1 - 6, judul 3

retribusi parkir dapat meningkat. Sehingga Pendapatan Asli Daerah pun ikut

meningkat.

Page 78: BAB 1 - 6, judul 3

Daftar Rujukan

Abdullah, Rozali. 2002. Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme Sebagai Suatu Alternatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Amirin. 1986. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: CV Rajawali.

Arief Muhammad, ____, Implementasi Kebijakan Parkir Di Tepi Jalan Umum Kota Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

BPK tentang Perhitungan APBD Pemerintah Kota Jambi Tahun Anggaran 2004.

BPS Kota Jambi

Dinas Perhubungan Kota Jambi.go.id

Kaho, Riwu. 2002. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Katalog BPS : 1403.1571. tentang Kota Jambi Dalam Angka pada tahun 2009/2010. BPS Kota Jambi dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Jambi

Muljana, B. S. Perencanaan Pembangunan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional.

Peraturan Daerah Kota Jambi nomor 6 tahun 2000 tentang Retribusi Parkir.

Saputra Eka Rikky. ----. Efektivitas Pengelolaan Retribusi Parkir Terminal Arjosari sebagai Upaya Memperbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Malang. Skripsi tidak diterbitkan

Sujamto. 1993. Perspektif Otonomi Daerah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sujamto., noerdin, Achmad, Sumarno, H. 1991. Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Jakarta: PT Melton Putra.

Suparmoko, M., Irawan. 1992. Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Todaro, Michael, P.1999. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Page 79: BAB 1 - 6, judul 3

Undang-undang Republik Indonesia nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang-undang Republik Indonesia nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Undang-undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Wahidin, Manurung. ----. Pengelolaan retribusi parkir dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Jayapura. Skripsi tidak diterbitkan

Widjaja, HAW. 1992. Titik Berat Otonomi (pada daerah tingkat II). Jakarta: Divisi Buku Perguruan Tinggi.

Widjaja, HAW. 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonomi.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Yani, Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia .Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada