ba struktural

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud Memahami tentang bentang alam struktural Mengetahui proses-proses yang membentuk bentang alam struktural Mengetahui macam-macam bentang alam struktural Memahami interpretasi peta topografi pada bentang alam struktural 1.2 Tujuan Dapat memahami tentang bentang alam struktural Dapat mengetahui proses-proses yang membentuk bentang alam struktural Dapat mengetahui macam-macam bentang alam fluvial Dapat memahami interpretasi peta topografi pada bentang alam struktural 1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Hari : Jumat Tanggal : 12 April 2013 Pukul : 13.30 – 15.00 Wib Tempat : Gedung Pertamina Sukowati Ruang Seminar 1

Upload: roni-hepson-tambun

Post on 29-Dec-2014

12 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BA Struktural

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud

Memahami tentang bentang alam struktural

Mengetahui proses-proses yang membentuk bentang alam struktural

Mengetahui macam-macam bentang alam struktural

Memahami interpretasi peta topografi pada bentang alam struktural

1.2 Tujuan

Dapat memahami tentang bentang alam struktural

Dapat mengetahui proses-proses yang membentuk bentang alam struktural

Dapat mengetahui macam-macam bentang alam fluvial

Dapat memahami interpretasi peta topografi pada bentang alam struktural

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Hari : Jumat

Tanggal : 12 April 2013

Pukul : 13.30 – 15.00 Wib

Tempat : Gedung Pertamina Sukowati Ruang Seminar

1

Page 2: BA Struktural

BAB II

MORFOMETRI

2.1 Tabel Van Zuidam

Tabel 2.1 Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan perbedaan ketinggian.

( sumber: Van Zuidam,1985 )

KELAS RELIEFKEMIRINGAN

LERENG ( % )

PERBEDAAN

KETINGGIAN

(m)

Datar - Hampir datar 0 – 2 < 5

Berombak 3 – 7 5 – 50

Berombak –

Bergelombang8 – 13 25 – 75

Bergelombang –

Berbukit14 – 20 75 – 200

Berbukit – Pegunungan 21 – 55 200 – 500

Pegunungan curam 55 – 140 500 - 1.000

pegunungan sangat

curam> 140 > 1.000

2.2 Sayatan Satuan Struktural Kotur Rapat

1. IK = 1/2000 x Skala

= 1/2000 x 25.000

= 12.5 cm

` ∆h = n x IK

= 5 x 12,5

= 62,5

D1 = 0,4 x skala

= 0,4 x 25.000

2

Page 3: BA Struktural

= 100 m

% = 62,5/100 x 100% = 62,5 %

2. D2 = P x Skala

= 0,3 x 25.000

= 75 m

% = 62,5/75 x 100% = 83,3 %

3. D3 = P x Skala

= 0,7 x 25.000

= 175 m

% = 62,5/175 x 100% = 35,7 %

4. D4 = P x Skala

= 0,5 x 25.000

= 125 m

% = 62,5/125 x 100% = 50 %

5. D5 = P x skala

= 1,1 x 25.000

= 275 m

% =62,5/275 x 100% = 22,7 %

Rata-rata kelerengan 62,5 %+83,3 %+35,7 %+50 %+22,7 %

5 50,84%

Beda Ketinggian = 540 – 301 = 239 m

Setelah persentase kelerengan di rata-rata, morfologi satuan struktural

kontur rapat menurut klasifikasi Van Zuidam adalah Berbukit – Pegunungan.

2.3 Sayatan Satuan Struktural Kontur Renggang

1. IK = 1/2000 x Skala

= 1/2000 x 25.000

= 12.5 cm

` ∆h = n x IK

= 5 x 12,5

= 62,5

3

Page 4: BA Struktural

D1 = P x skala

= 1,3 x 25.000

= 325 m

% = 62,5/325 x 100% = 19,2 %

2. D2 = P x Skala

= 1,8 x 25.000

= 450 m

% = 62,5/450 x 100% = 13,8 %

3. D3 = P x Skala

= 5,8 x 25.000

= 1450 m

% = 62,5/1450 x 100% = 4,3 %

4. D4 = P x Skala

= 3 x 25.000

= 750 m

% = 62,5/750 x 100% = 8,3 %

5. D5 = P x Skala

= 1,5 x 25.000

= 325 m

% =62,5/325 x 100% = 16,67 %

Rata-rata % kelerengan 19,2%+13,8 %+4,3 %+8,3 %+16,67 %

5 12,45%

Beda ketinggian = 250 – 142 = 108 m

Setelah persentase kelerengan di rata-rata, morfologi satuan

struktural kontur renggang menurut klasifikasi Van Zuidam adalah Berombak -

Berbukit.

4

Page 5: BA Struktural

2.4 Strike dan Dip

NO Gambar Strike Daerah

1. N 325O E G.Gentong

2 N 330O E G.Pajung

3N 60O E G.Tjerino

4N 275O E

G.Keruk

5N 320O E Padangan

5

Page 6: BA Struktural

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Geomorfologi Umum

Bentang alam struktural adalah bentang alam yang pembentukkannya

dikontrol oleh struktur geologi daerah yang bersangkutan. Struktur geologi yang

paling banyak berpengaruh terhadap pembentukan morfologi adalah struktur

geologi sekunder, yaitu struktur yang terbentuk setelah batuan itu ada. Biasanya

terbentuk oleh adanya proses endogen yaitu proses tektonik yang mengakibatkan

adanya pengangkatan, patahan, dan lipatan, yang tercermin dalam bentuk

topografi dan relief yang khas. Bentuk relief ini akan berubah akibat proses

eksternal yang berlangsung kemudian.

Macam – macam proses ekternal yang terjadi adalah pelapukan

( dekomposisi dan disintegrasi ), erosi ( air, angin atau glacial ) serta gerakan

masssa ( longsoran, rayapan atau slump ). Kenampakan yang dapat digunakan

dalam penafsiran bentang alam structural. Pola pengaliran. Variasinya biasanya

dikontrol oleh variasi struktur geologi dan litologi pada daerah tersebut.

Kelurusan-kelurusan (lineament) dari punggungan (ridge), puncak bukit, lembah,

lereng dan lain-lain. Bentuk – bentuk bukit, lembah dll. Perubahan aliran sungai,

misalnya secara tiba-tiba, kemungkinan dikontrol oleh struktur kekar, sesar atau

lipatan.

3.2 Satuan Kontur Rapat

Pada praktikum kali ini, satuan kontur rapat pendeliniasiannya dilakukan

dengan menggunakan warna ungu dengan kepekatan tinggi. Hal ini menunjukkan

santuan kontur rapat sebagai sebuah dataran tinggi dibandingkan dataran di

sekitarnya. Setelah itu dibuat lima sayatan yang memotong lima kontur. Dengan

perhitungan morfometri kemudian dicari persentase kelerengan dari daerah

tersebut. Didapat persentase sekitar 50,84% sementara itu beda ketinggian antara

titik tertinggi dan titik terendah dalam daerah ini adalah 239 m. Sehingga

berdasarkan klasifikasi kelerengan menurut Van Zuidam daerah tersebut masuk

sebagai daerah Berbukit-Pegunungan.

6

Page 7: BA Struktural

Pada kenampakan peta topografi daerah ini menunjukkan adanya struktur

geologi berupa sesar dan lipatan. Sesar terlihat dengan adanya anak sungai yang

keluar dari jalur seharusnya dengan kata lain membelok di suatu titik tertentu serta

perbedaan ketinggian yang tajam mengindikasikan adanya sesar. Lipatan sendiri

ditunjukkan dengan adanya kontur renggang yang diapit oleh kontur-kontur rapat

di dekatnya. Selain struktur, pola pengaliran juga dapat di interpretasi dari

kenampakan peta topografi. Pada daerah ini pola pengaliran sungainya lebih

mengarah ke pola rectangular karena anak – anak sungai mengalir membentuk

sudut relatif tegak lurus terhadap sungai utamanya. Hal ini juga mengindikasikan

bahwa pada daerah ini terdapat struktur berupa patahan yang bersistem teratur.

Berdasarkan hal tersebut litologi yang bisa dijumpai pada daerah ini bisa

berupa batuan beku massif ataupun lapisan sedimen mendatar. Oleh karena itu

selain erosi proses geomorfik atau tenaga eksogen berupa transportasi dan

pelapukan sudah mempengaruhi daerah ini yang secara jelas terlihat sudah dilalui

oleh anak sungai pada pola pengaliran.

Jika dilihat dari elevasi atau ketinggian di atas permukaan laut, daerah ini

belum bisa dikatakan sebagai daerah yang sangat tinggi sehingga penduduk bisa

memanfaatkannya sebagai pembukaan ladang atau kebun. Selain itu tata guna

lahan di daerah ini juga bisa dimanfaatkan sebagai daerah penelitian. Walaupun

demikian potensi negatif berupa longsor jua patut diwaspadai.

3.2 Satuan Kontur Renggang

Sementara itu pada satuan kontur renggang dilakukan pendeliniasian

menggunakan warna ungu dengan kepekatan rendah yang menunjukkan sebagai

daerah relatif landai dari kontur rapat. Kemudian dibuat 5 sayatan yang memotong

lima kontur. Dengan perhitungan morfometri, kemudian dicari persentase

kelerengannya yang didapat sebesar 12,45% dengan beda ketinggian 108 m.

Berdasarkan klasifikasi kelerengan menurut Van Zuidam daerah ini termasuk

daerah Berombak – Berbukit.

Pada satuan ini dilalui oleh sungai utama maupun sungai anak sungai

sehingga kemungkinan di daerah ini terdapat sesar karena sungai dapat terbentuk

akibat adanya zona lemah yang dipengaruhi oleh tenaga endogen. Proses

7

Page 8: BA Struktural

geomorfik yang terjadi pada daerah ini di interpretasikan lebih didominasi oleh

tenaga eksogen daripada endogennya yang meliputi erosi oleh aliran sungai dan

organisme yang hidup di sekitarnya. Aliran air menyebabkan pendalaman dan

pelebaran sungai sedangkan pengaruh organisme dapat menyebabkan terjadinya

pelapukan dan melalui peoses transportasi diakhiri dengan pengendapan.

Pola pengaliran pada daerah ini termasuk pola pengaliran dendritik karena

anak sungai terlihat mengalir dengan arah atau pola tidak beraturan seperti pohon

dan cabangnya. Pola ini terbentuk pada daerah dengan resistensi batuan yang

sama atau seragam. Oleh kerena itu litologi yang mungkin dijumpai pada daerah

ini berupa batuan beku massif ataupu lapisan sedimen mendatar.

Daerah ini sudah termasuk dataran yang rendah berdasarkan rata-rata

ketinggian disetiap titiknya sehingga penduduk sudah dapat menjangkau daerah

untuk dimanfaatkan sebagai pertanian dan pemukiman. Namun walaupun

demikian potensi negative berupa longsor dan banjir bisa saja terjadi sehingga

patut untuk diwaspadai.

3.3 Satuan Fluvial

Bentang alam fluvial adalah satuan geomorfologi yang pembentukannya

erat hubungannya dengan proses fluviatil. Proses fluviatil yang dimaksud adalah

semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang mengakibatkan

adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air

permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir secara terpadu (sungai),

maupun air yang tidak terkonsentrasi ( sheet water). Satuan fluvial berkaitan

dengan kenampakan yang terbentuk oleh aliran air atau sungai.

Pendeliniasian satuan fluvial dilakukan menggunakan warna hijau dimana

pada praktikum kali ini yang dideliniasi adalah sungai utama saja. Setelah

dilakukan pendeliniasian kemudian dilakukan penyayatan dari bagian sungai

paling luat sampai dengan satu kontur terdekat sebanyak lima buah sayatan. Dari

sini akan dicari persentasi kelerengan satuan fluvial yang mana dicari melalui

perhitungan morfometri.

Dari penampangan peta topografi pola pengaliran sungainya masuk dalam

pola pengaliran dendritik karena anak sungainya mengalir dengan arah tidak

8

Page 9: BA Struktural

beraturan. Hal itu disebabkan karena tingkat resistensi batuan pada daerah ini

sama atau seragam sehingga aliran air sungai dapat mengalir ke segala arah

menciptakan pola dengan banyak cabang.

Sungai pada bentang alam ini memiliki 3 stadia sungai. Hal itu didebabkan

karena perbedaaan kelerengan atau slope dari masing –masing sungai baik sungai

utama maupun anak sungai. Sungai utama masuk dalam stadia dewasa dan stadia

sungai karena berada pada kelerengan yang rendah sehingga tingkat erosi lateral

lebih dominan sehingga lebih lebar. Selain itu juga dari penampakan peta

topografi pada sungai utamanya ditunjukkan dengan adanya meander di beberapa

bagian sungai dan juga banyaknya lekukan-lekukan. Sedangkan anak sungai

masuk dalam stadia muda karena gradien atau kemiringannya relatif curam dan

juga dari kenampakan topografinya menunjukkan pola yang lurus serta lembah

sungai membentuk profil V.

Oleh karena itu proses fluvial yang terjadi pada daerah ini tentu saja

dipengaruhi oleh erosi dalam hal ini adalah erosi akibat air. Selain oleh erosi

proses transportasi dan sedimentasi juga turut serta dalam mengontrol bentang ala

mini. Sehingga proses geomorfiknya dominan dikontrol oleh tenaga eksogen

berupa erosi air. Potensi positif dan tata guna lahan yang ada pada daerah ini

antara lain adalah sumber irigasi, pertanian, pemukiman dan penambangan pasir.

Namun potensi negatif berupa banjir sangat mungkin terjadi.

9

Page 10: BA Struktural

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bentang alam struktural adalah bentang alam yang pembentukkannya

dikontrol oleh struktur geologi daerah yang bersangkutan.

Pada perhitungan morfometri kontur rapat di dapat hasil rata-rata

persentase kelerengan 50,84 % dan beda ketinggian 239 m termasuk

Berbukit - Pegunungan (Van Zuidam, 1985) sedangkan pola

pengalirannya termasuk pola pengaliran rectangular

Pada perhitungan morfometri kontur renggang di dapat hasil rata-rata

persentase kelerengan 12,45 % dan beda ketinggian 108 m termasuk

Berombak - Berbukit (Van Zuidam, 1985) dengan pola pengaliran

dendritik.

Pada daerah fluvial pola pengalirannya berupa pola pengaliran dendritik

dan sangat dipengaruhi oleh proses geomorfik berupa erosi.

4.2 Saran

Praktikan agar lebih siap dengan materi yang akan diberikan.

Agar dalam deliniasi dan perhitungan morfometri lebih teliti.

Asisten harus lebih memberikan keleluasaan praktikan untuk bertanya

10

Page 11: BA Struktural

DAFTAR PUSTAKA

Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: UNS Press

Asisten Geomorfologi. 2013. Panduan Praktikum Geomorfologi.Semarang:

Teknik Geologi Undip.

http://yadilachmad.wordpress.com/2011/06/29/bentang-alam-struktural/ ( Diakses

pada hari Rabu, 17 April 2012 pukul 7.30 )

11