ayat al-quran toleransi

7
3.Ayat Ayat Al-quran yang mengatur hubungan antar umat beragama 3.1 Ayat Al-quran yang mengatur hubungan manusia sebagai yang universal. Semua umat manusia itu adalah makhluk Allah, sekalipun Allah petunjuk kebenaran melalui ajaran Islam, tetapi Allah juga memberi kepada semua manusia untuk memilih jalan hidup berdasarkan akalny awal peniptaan, Allah tidak menetapkan manusia sebagai satu umat. Itulah !itrah manusia sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran surat " Al-Maidah ayat #$ yang artinya% & dan Kami telah turunkankepadamu Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka m apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. ntuk tiap-tiap umat di antar kamu, Kami berikan aturan dan yang terang. !ekiranya Allah menghendaki nis"aya Allah dijadikannya satu umat tetapi Allah hendak menguji kamu atas pem kepadamu. Maka berl$mba-l$mba lah kamu dalam kebaikan. %anya kepada Allah kalian dikembalikan. &alu diberitahukan kepada mu apa yang telah kamu perselisihkan ' Adapun tujuan peniptaan manusia dari berbagai jenis dan bangsa y supaya kita saling mengenal satu sama lain, sebagaimana !irman Al Al- %ujurat ayat 1) yang artinya% & !esungguhnya Kami men"iptakan kamu sekalian dari jenis laki-laki dan perempuan kami jadikan kalian berbagai suku dan bangsa supaya kalian saling mengenal. !esungguhnya $rang yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah $rang paling bertaqwa diantara kalian. '

Upload: burhan-ramadhan

Post on 06-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ayat ayat al-quran yang menjelaskan toleransi

TRANSCRIPT

3. Ayat Ayat Al-quran yang mengatur hubungan antar umat beragama

3. Ayat Ayat Al-quran yang mengatur hubungan antar umat beragama

3.1 Ayat Al-quran yang mengatur hubungan manusia sebagai persaudaraan yang universal.

Semua umat manusia itu adalah makhluk Allah, sekalipun Allah memberikan petunjuk kebenaran melalui ajaran Islam, tetapi Allah juga memberikan kebebasan kepada semua manusia untuk memilih jalan hidup berdasarkan akalnya. Karena itu sejak awal penciptaan, Allah tidak menetapkan manusia sebagai satu umat. Itulah fitrah manusia sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran surat 5 Al-Maidah ayat 48 yang artinya:

dan Kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki niscaya Allah dijadikannya satu umat tetapi Allah hendak menguji kamu atas pemberian-Nya kepadamu. Maka berlomba-lomba lah kamu dalam kebaikan. Hanya kepada Allah kalian dikembalikan. Lalu diberitahukan kepada mu apa yang telah kamu perselisihkan

Adapun tujuan penciptaan manusia dari berbagai jenis dan bangsa yang berbeda adalah supaya kita saling mengenal satu sama lain, sebagaimana firman Allah dalam surat 49 Al-Hujurat ayat 10 yang artinya:

Sesungguhnya Kami menciptakan kamu sekalian dari jenis laki-laki dan perempuan dan kami jadikan kalian berbagai suku dan bangsa supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa diantara kalian.

Prinsip kebebasan itu menolak pemaksaan suatu agama oleh otoritas manusia manapun, bahkan Rasulullah SAW pun dilarang Allah melakukannya. Allah berfirman dalam QS.2 Al-Baqarah ayat 103 yang artinya :

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Dan QS. 10 Yunus ayat 99 yang artinya :

Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?

Perbedaan agama yang terjadi di antara umat manusia merupakan konsekuensi dari kebebasan yang diberikan Allah, maka perbedaan agama itu tidak menjadi penghalang bagi manusia untuk saling berinteraksi sosial dan saling membantu, sepanjang masih dalam kawasan kemanusiaan.

3.2 Toleransi dalam perspektif hadits nabi muhammad SAW

Dalam hadis Rasulullah saw. ternyata cukup banyak ditemukan hadis-hadis yang memberikan perhatian secara verbal tentang toleransi sebagai karakter ajaran inti Islam. Hal ini tentu menjadi pendorong yang kuat untuk menelusuri ajaran toleransi dalam Alquran, sebab apa yang disampaikan dalam hadis merupakan manifestasi dari apa yang disampaikan dalam Alquran.

Di dalam salah satu hadis Rasulullah saw., beliau bersabda :

[Telah menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah menceritakan kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada Rasulullah saw. "Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?" maka beliau bersabda: "Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)]"

Ibn Hajar al-Asqalany ketika menjelaskan hadis ini, beliau berkata: Hadis ini di riwayatkan oleh Al-Bukhari pada kitab Iman, Bab Agama itu Mudah di dalam sahihnya secara mu'allaq dengan tidak menyebutkan sanadnya karena tidak termasuk dalam kategori syarat-syarat hadis sahih menurut Imam al-Bukhari, akan tetapi beliau menyebutkan sanadnya secara lengkap dalam al-Adb al-Mufrad yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah ibn Abbas dengan sanad yang hasan. Sementara Syekh Nasiruddin al-Albani mengatakan bahwa hadis ini adalah hadis yang kedudukannya adalah hasan lighairih.

Berdasarkan hadis di atas dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama yang toleran dalam berbagai aspeknya, baik dari aspek akidah maupun syariah, akan tetapi toleransi dalam Islam lebih dititikberatkan pada wilayah muamalah. Rasulullah saw. bersabda :

.[Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Ayyasy telah menceritakan kepada kami Abu Ghassan Muhammad bin Mutarrif berkata, telah menceritakan kepada saya Muhammad bin al-Munkadir dari Jabir bin 'Abdullah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Allah merahmati orang yang memudahkan ketika menjual dan ketika membeli, dan ketika memutuskan perkara"].

Imam al-Bukhari memberikan makna pada kata as-samhah dalam hadis ini dengan kata kemudahan, yaitu pada Bab Kemudahan dan Toleransi dalam Jual-Beli.Sementara Ibn Hajar al-Asqalni ketika mengomentari hadis ini beliau berkata: "Hadis ini menunjukkan anjuran untuk toleransi dalam interaksi sosial dan menggunakan akhlak mulia dan budi yang luhur dengan meninggalkan kekikiran terhadap diri sendiri, selain itu juga menganjurkan untuk tidak mempersulit manusia dalam mengambil hak-hak mereka serta menerima maaf dari mereka.Islam sejak diturunkan berlandaskan pada asas kemudahan, sebagai-mana Rasulullah saw. bersabda :

.[Telah menceritakan kepada kami Abdus Salam bin Muthahhar berkata, telah menceritakan kepada kami Umar bin Ali dari Ma'an bin Muhammad Al Ghifari dari Sa'id bin Abu Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan (semakin berat dan sulit). Maka berlakulah lurus kalian, men-dekatlah (kepada yang benar) dan berilah kabar gembira dan minta tolong-lah dengan al-ghadwah (berangkat di awal pagi) dan ar-ruhah (berangkat setelah zhuhur) dan sesuatu dari ad-duljah (berangkat di waktu malam)"].

Ibn Hajar al-Asqalni berkata bahwa makna hadis ini adalah larangan bersikap tasyaddud(keras) dalam agama yaitu ketika seseorang memaksa-kan diri dalam melakukan ibadah sementara ia tidak mampu melaksana-kannya itulah maksud dari kata : "Dan sama sekali tidak seseorang berlaku keras dalam agama kecuali akan terkalahkan"artinya bahwa agama tidak dilaksanakan dalam bentuk pemaksaan maka barang siapa yang memaksakan atau berlaku keras dalam agama, maka agama akan mengalahkannya dan menghentikan tindakannya.Dalam riwayat lain disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. datang kepada Aisyah ra., pada waktu itu terdapat seorang wanita bersama Aisyah ra., wanita tersebut memberitahukan kepada Rasulullah saw. perihal salatnya, kemudian Rasulullah saw. bersabda :

["Hentikan, Kerjakan apa yang sanggup kalian kerjakan, dan demi Allah sesungguhnya Allah tidak bosan hingga kalian bosan, dan Agama yang paling dicintai disisi-Nya adalah yang dilaksanakan oleh pemeluknya secara konsisten"

Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw. tidak memuji amalan-amalan yang dilaksanakan oleh wanita tersebut, dimana wanita itu menberitahukan kepada Rasulullah saw. tentang salat malamnya yang membuatnya tidak tidur pada malam hari hanya bertujuan untuk mengerja-kannya, hal ini ditunjukkan ketika Rasulullah saw. memerintahkan kepada Aisyah ra. untuk menghentikan cerita sang wanita, sebab amalan yang dilaksanakannya itu tidak pantas untuk dipuji secara syariat karena di dalamnya mengandung unsur memaksakan diri dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam, sementara Islam melarang akan hal tersebut sebagaimana yang ditunjukkan pada hadis sebelumnya.

Keterangan ini menunjukkan bahwa di dalam agama sekalipun terkandung nilai-nilai toleransi, kemudahan, keramahan, dan kerahmatan yang sejalan dengan keuniversalannya sehingga menjadi agama yang relevan pada setiap tempat dan zaman bagi setiap kelompok masyarakat dan umat manusia.

3.3 Ayat Al-quran mengenai batasan hubungan antar umat beragama

Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong (taawun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama. Dengan kerjasama dan tolong menolong tersebut diharapkan manusia bisa hidup rukun dan damai dengan sesamanya.

Kerukunan dalam Islam diberi istilah "tasamuh" atau toleransi. Sehingga yang di maksud dengan toleransi ialah kerukunan sosial kemasyarakatan, bukan dalam bidang aqidah Islamiyah (keimanan), karena aqidah telah digariskan secara jelas dan tegas di dalam Alquran dan Al-Hadits. Dalam bidang aqidah atau keimanan seorang muslim hendaknya meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama dan keyakinan yang dianutnya sesuai dengan firman Allah SWT. dalam Surat Al-Kafirun (109) ayat 1-6 yang artinya sebagai berikut:

"Katakanlah, " Hai orang-orang kafir!". Aku tida menyembah apa yang kamu sembah. Dan tiada (pula) kamu menyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku bukan penyembah apa yang biasa kamu sembah Dan kamu bukanlah penyembah Tuhan yang aku sembah. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku". Sikap inkritisme dalam agama yang menganggap bahwa semua agama adalah benar hal ini tidak sesuai dan tidak relevan dengan keimanan seseorang muslim dan tidak relevan dengan pemikiran yang logis, meskipun dalam pergaulan sosial dan kemasyarakatan Islam sangat menekankan prinsip toleransi atau kerukunan antar umat beragama. Apabila terjadi perbedaan pendapat antara anggota masyarakat (muslim) tidak perlu menimbulkan perpecahan umat, tetapi hendaklah kembali kepada Alquran dan Al-Hadits.

Dalam sejarah kehidupan Rasulullah SAW., kerukunan sosial kemasyarakatan telah ditampakkan pada masyarakat Madinah. Pada saat itu rasul dan kaum muslim hidup berdampingan dengan masyarakat Madinah yang berbeda agama (Yahudi danNasrani). Konflik yang terjadi kemudian disebabkan adanya penghianatan dari orang bukan Islam (Yahudi) yang melakukan persekongkolan untuk menghancurkan umat Islam.

Persaudaraan antara umat Islam dengan Umat non Islam ini sudah diatur oleh Alquran di dalam surat Al-Kafirun. "Lakum dinukum waliyadin" yang artinya Untuk kamu Agama kamu untuk kamu agama saya untuk saya". Memahami dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat tidak selalu hanya dapat diharapkan dalam kalangan masyarakat muslim. Islam dapat diaplikasikan dalam masyarakat manapun, sebab secara esensial ia merupakan nilai yang bersifat universal. Kendatipun dapat dipahami bahwa Isalam yang hakiki hanya dirujukkan kepada konsep al Quran dan As sunnah, tetapi dampak sosial yanag lahirdari pelaksanaan ajaran isalam secara konsekwen ddapat dirasakan oleh manusia secara keseluruhan.